Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU SAMPAI ABAD 19

A. LATAR BELAKANG
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial
maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu
pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran
filsafat barat. Meskipun juga akan sedikit dibahas persentuhan pemikiran barat dengan
dunia Islam, makalah ini akan sedikit mengulas tentang sejarah aliran-aliran pemikiran
barat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada akhirnya melahirkan spesialisasi dan
sub-spesialisasi ilmu pada akhir abad ke-19. Semenjak Immanuel Kant yang menyatakan
bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat; maka semenjak itu pula refleksi filsafat
mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Dan lahirlah pada abad 18
cabang filsafat yang disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory of knowledge atau
epistemology). Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber serta tata cara untuk
menggunakan sarana dan metode yang sesuai guna mencapai pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan
dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Dan
karena pengetahuan ilmiah (atau yang biasa disebut-sebut sebagai ilmu) merupakan a
higher level of knowledge, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai pengembangan dari filsafat
pengetahuan. Bidang garapan filsafat ilmu tidak jauh dari komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga eksistensi pengetahuan ilmiah, yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Dan dalam pengembangannya filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya
pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut aspek etik dan heuristik. Bahkan
sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia. Filsafat ilmu sebagai
disiplin yang mandiri baru hadir pada tahun 1920-an; dimana sebelumnya pemikiran
kefilsafatan tentang ilmu dapat dikatakan lebih merupakan produk sampingan
pengembangan epistimologi. Pada mulanya kajian filsafat tentang pengetahuan ilmiah
berusaha menjelaskan usur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian tentang
pengetahuan, yaitu: prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argument, metode
penyajian, analisis, dan seterusnya. Kemudian dalam bentuk kontemporer topik filsafat

1
ilmu berkembang sampai pada analisis dan diskusi eksplisit mengenai cabang-cabang ilmu
spesifik yang kedudukannya setara dengan filsafat epistemologi itu sendiri. Dari pada itu
kemudian ada istilah tentang filsafat ilmu umum dan filsafat ilmu khusus. Dari sini tampak
bahwa kemandirian filsafat ilmu disebabkan atau didorong oleh perkembangan ilmu,
khususnya ilmu-ilmu alam yang sangat cepat dan dampaknya terhadap kehidupan
manusia. Perubahan-perubahan kemasyarakatan yang fundamental, meluas dan cepat yang
berkaitan erat dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam berbagai bidang telah
memunculkan berbagai masalah dan krisis kemasyarakatan dan menyebabkan sejumlah
ilmuwan dan filsuf memberikan perhatian khusus terhadap ilmu.
Diharapkan dengan gambaran secara garis besar mengenai kelahiran dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang pada gilirannya melahirkan suatu cabang filsafat
ilmu, kiranya menjadi jelas bahwa filsafat ilmu adalah refleksi filsafat yang tidak pernah
mengenal titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah untuk mencapai sebuah kebenaran.
Hakikat ilmu itu sendiri menjadi penyebab fundamental dan kebenaran universal selalu
melekat kepadanya. Maka dengan mengetahui filsafat ilmu berarti akan memahami seluk
beluk ilmu yang paling dasar sehingga dapat diupayakan kemungkinan pengembangannya
serta mengerti keterjalinan antar ilmu yang satu dengan yang lain.

B. PERIODESASI PERKEMBANGAN ILMU FILSAFAT


1. ZAMAN PRA YUNANI KUNO ( 0 - 6 SM )
Walaupun kata filsafat itu terambil dari bahasa Yunani, namun tidakah berarti
orang Yunani purbalah perintis pemikiran filsafat di dunia. Ternyata negeri-negeri lain,
seperti Mesir, Cina dan India sudah lama mempunyai tradisi filsafat semasa atau
sebelum orang Yunani kuno, walaupun mereka tidak mempergunakan kata philosophia
untuk maksud yang sama.1 Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan. Oleh karena itu, zaman pra yunani kuno disebut juga zaman batu yang
berkisar antara 40.000 tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban
manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain:
a. Alat-alat dari batu;
b. Tulang belulang hewan
c. Sisa beberapa tanaman
d. Gambar digua- gua;
e. Tempat penguburan;
1
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987), hal. 81-82

2
f. Tulang belulang manusia purba; 2
Pada zaman pra Yunani kuno dunia ilmu pengetahuan yang memiliki ciri sebagai
berikut: pertama, know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada
pengalaman empiris. Kedua, pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai
fakta dengan sikap recep tive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan
magis. ketiga, kemampuan menghitung, menulis, menyusun kelender, menemukan
abjad dan sistem bilangan alam didasarkan terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
Keempat. Kemampuan meramalkan sesuatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana matahari.3

2. ZAMAN YUNANI KUNO ( abad ke- 6 SM- 6 M )


Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban
manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir
mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan
suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karna pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya secara
luas dan konkrit. Yunani pada masa itu sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman –pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima
begitu saja, melainkan suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis. Sikap
belakangan inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal
sepanjang masa. 4
Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam
yaitu:
a. Thales pada abad ke -6 SM (624-547 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal
alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air
dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga
berada di atas air.

2
Surajiyo,Filsafat ilmu dan Perkembangnnya di indonesia Suatu pengantar ,( Jakarta: Bumi
Aksara,2013),hal .80
3
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu,( Yokyakarta: Pustaka Pelajar,2012) hlm. 126
4
Surajiyo,Filsafat ilmu ...., hal. 82-83

3
b. Heraclitus pada abad ke-5 SM (515-450 SM ). berpendapat bahwa segala yang ada
selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan
dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah
sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heracllitus menyimpulkan bahwa
yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan
penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api
dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api
adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol
perubahan itu sendiri.
c. Parmenides pada abad ke-5 SM ( 515-450 SM) Permenides lahir di kota Elea. Ia
merupakan ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada.
Menurutnya apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan.
Yang ada itu ada, yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak
ada sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja,
yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang ada itu satu, umum,
tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan
atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin. Misalnya” yang dapat kita
bicarakan atau pikirkan pastilah yang ada sementara yang tiada ada tidak dapat kita
sebutkan, pikirkanlah itu”. 5
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai
pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384- 322
SM). Socrates adalah seorang guru. Setiap kali Socrates mengajarkan pengetahuannya,
Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Oleh karena itulah,
kaum sofis menuduh dirinya memberikan ajaran baru yang merusak moral dan
menentang kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada tahun 399 SM.
Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan
menghargai nilai–nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan
karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.6
Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari
Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia
5
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan,
( Yokyakarta : Pustaka Pelajar, 2014), hlm 27-28
6
Robert Solomon ,Sejarah Filsafat , ( Yokyakarta: Bintang budaya, 2013), hal 17

4
mencoba menyelesaikan permasalahan lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah
(Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indera
disebutnya sebagai pengetahuan indera dan pengetahuan yang diperoleh lewat akal
disebutnya sebagai pengetahuan akal. Plato menerangkan bahwa manusia itu
sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap
dan dunia ide yang bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah
dunia ide.
Menurut Plato ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas jika
manusia tidak mengetahuinya, masalah tersebut adalah:
a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi
mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang
tertera dalam polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates
yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being).
Menurut Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:
a. Golongan yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).
b. Golongan pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).
c. Golongan rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).
Plato mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah mencipta
keselarasan semua keahlian dalam negara (polis) sehingga mewujudkan keseluruhan
yang harmonis. Apabila suatu negara telah mempunyai undang-undang dasar maka
bentuk pemerintahan yang tepat adalah monarki. Sementara itu, apabila suatu negara
belum mempunyai undang-undang dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah
demokrasi.
Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu
tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia “ide” yang
abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya
lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi
(metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.7
Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak
setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir di
7
Robert Solomon ,Sejarah Filsafat...., hal 18

5
Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak
dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak
pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan
dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan
presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk
“bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan
sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika,
etika, politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan
ekonomi. Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang
kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Aristoteles seorang ilmuan dan filsuf terbesar
di dunia kuno. Ia adalah seorang animis dan salah satu dari sekian idenya yang menarik
adalah bahwa dunia sebagai suatu keseluruhan, kosmos, pada dasarnya hidup bersifat
illahi. Thales dan Aristoteles bergerak diantara tiga keyakinan animis secara berbeda.
Ketiga hal tersebut adalah:
a. segala sesuatu hidup (bahkan batuan,binatang, dan air)
b. segala yang hidup tunduk pada hukum sebab akibat (kausalitas)
c. kosmos sebagai keseluruhan adalah hidup.8

3. ZAMAN PERTENGAHAN ( 6 - 16 M)
Filsafat Barat Abad Pertengahan (467 – 1492) dapat dikatakan sebagai “abad
gelap”. Pendapat ini disarankan pada pendekatan sejarah gereja. Pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir
pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berfikir. Apabila terdapat pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakan akan
mendaptkan hukuman berat.9
Era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para theolog dilapangan ilmu
pengetahuan di belahan Eropa. Para ilmuan pada masa ini hampir semua adalah para
theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan
kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Namun di
Timur terutama negara-negara Islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan

8
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu Ontologi ......,hal. 28
9
Asmoro Achmdi.. Filsafat Umum. 9Jakarta: PT Raja Grafindo Penada, 2007) hal. 27

6
yang pesat, disaat Eropa pada zaman pertengahan lebih memperhatikan pada masalah-
masalah keagamaan,10 terutama saat timbulnya agama kristen yang diajarkan nabi isa as
pada permulaan abad masehi yang membawa perubahan besar terhadap kepercayaan
keagamaan. Agama kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan
akal.11
Ketika manusia Eropa berada pada masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-
dogma agama, maka kebudayaan Islam dijaman dinasti Abbasiyah berada pada puncak
keemasannya. Beberapa hal yang mendukung kemajuan umat Islam pada masa itu
lantaran didukung oleh semangat sebagai berikut:
a. Universalisme artinya pengembangan Iptek mengatasi sekat–sekat kesukuan,
kebangsaan dan agama.
b. Toleransi artinya sikap tenggang rasa dalam pengembangan Iptek dimaksudkan
untuk membuka cakrawala dikalangan para ilmuan, sehingga perbedaan pendapat
dipandang sebagai acuan kearah kemajuan. Dijaman dinasti Abbasiyah perpustakaan
Darul Hikmah membuka pintu para ilmuan non muslim untuk memafaatkan dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada didalamnya.
c. Pemasaran internasional, pemasaran terhadap hasil-hasil Iptek aktivitas ilmiah itu
sendiri.
d. Penghargaan, setiap temuan dihargai dengan layak dan memadai sebagai hasil jerih
payah seseorang atau sekelompok orang. Akhirnya sarana dan tujuan Iptek haruslah
terkait dengan nilai agamanya, artinya setiap kegiatan ilmiah tidak boleh bebas
apalagi dari nilai agama.12 Maka peradaban dunia Islam melakukan penerjemahan
besar-besaran terhadap karya-karya filosofis Yunani dan berbagai aktivitas lainnya. 13
Mulai nampak peradaban dunia Islam pada saat itu ditandai dengan ditemukan
suatu cara pengamatan astronomi pada abad ke-7 masehi yaitu pada masa khalifah bani
Umayyah. Pada abad ke-8 masehi khalifah Abbasiyah menaklukkan Persia kemudian
mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi di Jundishapur. Pada masa keemasan
kebudayaan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani, dan bahkan

10
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu....,hal.128
11
Surajiyo,Filsafat ilmu .....,hal. 85
12
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu....,hal , 130
13
Agoes Hendriyanto, Filsafat Ilmu. (Surakarta: Cakrawala Media, 2012), hal. 101

7
khalifah Al-Makmun mendirikan rumah kebijaksanaan yaitu Baitul Hikmah, sebuah
pustaka besar pada abad 9 Masehi.14
Ada beberapa sumbangan pemikiran sarjana-sarjana Islam pada waktu itu
diantaranya menerjemahkan filsafat-filsafat Yunani sehingga dapat dikenal dunia Barat
seperti sekarang ini, yang dilakukan oleh Al-kindi (809-873M), Al-Farabi (881-
1037M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198M). Kemudian sarjana Islam juga memperluas
pengamatan dalam lapangan yaitu ilmu kedoktoran, obat-obatan, kimia, astronom, dan
tumbuh-tumbuhan. Sarjana Islam juga menyumbangkan kemajuan ilmu sistem desimal,
dan dasar-dasar aljabar oleh Khoarismi. Sedangkan Geometri oleh Al-Battani yang
digunakan sampai sekarang.15 Di Timur Tengah sendiri, pada masa ini paham-paham
Aristoteles menjadi masyhur kembali melalui beberapa filsuf Islam dan Yahudi,
diantaranya Avicena, Averroes dan Maimonides. Tokoh filsafat Muslim yang pertama
dikenal adalah al-Kindi. Pandangannya meliputi metode logika untuk mencari
kebenaran, matematika dan fisika. Kemudian disusul Al-Farabi yang mengeksplorasi
ilmu geometri dan mekanika sekaligus ia seorang musikus yang besar. Adapun Ibn
Shina dikenal sebagai peletak dasar kaidah kedokteran dengan kitabnya yang berjudul
“Qanun fi al-Thibb”. Beliau juga mengarang kitab “As-Syifa” yang berisi tentang
matematika, metafisika, fisika, psikologi, zoology, geologi, botani, ilmu astronomi dan
musik. Sedangkan Ibn Rusyd dikenal sebagai lewat komentarnya atas karya-karya
Aristoteles.16
Seorang filsuf Mesir, Plotinos mengajarkan suatu filsafat yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran Plato dan yang kelihatan sebagai suatu agama. Neo-platonisme
ini mengatakan bahwa seluruh kenyataan merupakan suatu proses "emanasi"
(penampakan) yang berasal dari Yang Esa dan yang kembali ke Yang Esa. Berkat
"eros": kerinduan untuk kembali ke asal ilahi menjadi tujuan dari segala sesuatu. Ajaran
falsafi-teologis dari Bapa-bapa Gereja menunjukkan pengaruh Plotinos. Mereka
berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling
dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran kristiani terhadap tuduhan dari
pemikir-pemikir kafir.17
Para tokoh besar Era pertengahan antara lain: Plotinos (205-270M), Al-Kindi
(801-866M), Al-Farabi (870-950M), Ibn Sina (980-1037M), Ibn Rushd (1126-1198M),
14
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu, hal. 128
15
Muhammad Adib, Filsafat Ilmu Ontologi ......,hal. 31
16
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu ....., hal, 131
17
Ibid

8
Maimonides (1135-1204M), Thomas Aquinas (1225-1274M), Bonaventura (1217-
1274M), Albertus Magnus (1220-1280M), Yohanes Duns Scotus (1266-1308M). 18

4. ZAMAN RENAISSANCE(14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang
bebas dari dogma-dogma agama. Zaman renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Renaisance
berarti kelahiran kembali, yang mengacu kpada gerakan keagamaan dan
kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14) tujuan utamanya
adalah merealisasikan kesempatan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan
filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mempersatukan kembal gereja yang terpecah-pecah. Di samping itu, para humanis
bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahian
dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan
mengikuti kultur klasik. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas.
Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam
semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Aliran yang menjadi
pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang
individual dan yang konkret.19
Manusia pada Zaman renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas, seperti pada zaman Yunani Kuno. Pada Zaman renaissance manusia
disebut animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan
berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan (progress) atas hasil usaha sendiri
tidak didasarkan pada campuran Ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern
sudah mulai dirintis pada Zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang maju pada saat
itu adalah bidang astronomi, tokoh-tokohnya yang terkenal seperti: Reger Bacon,
Kopernicus, Kepler, Galileo Galilei.20 Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut:
a. Reger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (emperis) menjadi landasan utama
bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika adalah syarat
mutlak untuk mengelolah semua ilmu pengetahuan.
b. Kopernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semua mengilingi matahari
sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).
18
Robert Solomon ,Sejarah Filsafat , ......, hlm. 90
19
Agoes Hendriyanto, Filsafat ...... hal. 120
20
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu....,hal.133

9
c. Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan
Brahe sebelumnya diantarnya: dalam waktu yang sama, garis penghubung antara
planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.21

5. ZAMAN MODERN ( 17-19 M)


Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesunggunya sudah dirintis
sejak zaman renaissance, yaitu permulaan abad 14. Alasan kenapa benua Eropa
dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini sebenarnya
ada tiga sumber, yaitu:
a. Hubungan antara kerajaan islam di Semenanjung Liberia dengan negara Perancis.
Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah
yang menyebar ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu dilembaga-lembaga
pendidikan di Prancis
b. Perang salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya menjadi
ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa
yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan kemajuan negara Islam,
sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya ke negara
masing-masing.
c. Pada tahun 1453 Istanbul jatuh ketangan bangsa Turki, sehingga para pendeta atau
sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi dasar-dasar
bagi pengembangan ilmu di Eropa.22
Dalam era modern ini, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme,
Empirisme, Kristisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-
Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-
Thomisme.
Pelopor aliran pemikiran:
a. Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang desebut sebagai
bapak filsafat modern.
b. Sebagai tokoh empirisme adalah Thomas Hobbes, dan John Locke.
c. Isaac Newton (1642 – 1727) dan Immanuel Kant (1724 – 1804) adalah tokoh dari
Kristinisme.

21
Surajiyo,Filsafat ilmu ...., hal. 86
22
Harun Hardiwijoyo,. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hal. 67

10
d. Pelopor Idealisme: I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T.
Hengel (1770-1831), Schopenhauer (1788 – 1860).
e. Beberapa tokoh positivisme: August Comte (1798 – 1857), John S. Mill (1806 –
1873), Herbert Spencer (1820 – 1903)
f. Aliran evolusionisme dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh
sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809 – 1882). Ia mendominasi
pemikiran filsafat abad ke-19.
g. Tokoh dari materialisme adalah Julien de Lamettrie (1709 – 1751), Ludwig
Feueurbach (1804 – 1872), dan Karl Marx (1818 – 1883).
h. Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918), Paul Natrop
(1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939) adalah tokoh dari Neo-
Kantianisme.
i. Tokohnya pragmatisme adalah William James (1842 – 1910).
j. Tokoh dari filsafat hidup adalah Henry Bergson (1859 – 1941), dan John Dewey
(1859 – 1952).
k. Tokoh dari fenomenologi adalah Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya
Max Scheler (1874 – 1928).
l. Pelopor dari eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard (1813 – 1855), Martin
Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
m. Aliran yang mengikuti neo-thomisme adalah paham Thomas Aquinas.23

PEMIKIRAN TOKOH.24

a. Rasionalisme
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh
lewat akallah yang menuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan
ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti
yang dicintohkan dalam ilmu pasti. Latar belakang munuclnya rasionalisme adalah
keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik),
yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangan hasil-hasil ilmu
pengetahuan yang dipahami. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat
itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.

23
Rizal Mustansyir,filsafat Ilmu....,hal. 135
24
Surajiyo,Filsafat ilmu ...., hal.89.

11
b. Empirisme
Thomas Hobbes. Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adlah suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tetang akibat akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari
sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya.
Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum
ilmu pasti/ilmu alam. Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang Kontrak
Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahaakan diri.
Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan,
pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari.
John Locke. Ia dilahirkan di Wrington, dekat Btistol, Inggris. Di samping ahli
hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi mendalami ilmu kedokteran dan
penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana)
manusia memakai kemampuanya. Dalam penelitiannya ia memakai
istilah sensationdan reflection Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan
dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara
itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada
manusia, yang sifatnya lebih baik daripaada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang
diperoleh manusi aterdiri dari sensation dan relection. Walaupun demikian,
manusia harus mendahulukan sensation, karena jiwa manusia saat dilahirkan putih
bersih (tabula rasa) yaitu jiwa kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis.
Tisak ada sesuatu yang dlam jiwa yang dibawa sejak lahir, melainkan yang
membentuk jiwa seseorang.
c. Kristisisme
Isaac Newton. Ia Memberikan dasar-dasar berfikir dengan induksi, yaitu
pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-
dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhnkan analisis. Gerakan ini dimulai di
Inggris, kemudian ke Prancis, dan selanjutnya menyebar seluruh Eropa, terutama
ke Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme denga empirisme semakin
berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siap yang
sebenarnya dikatakan sebagai sumber pengetahuan? Apakah pengetahauan yang
benar itu lewat rasio atau empiris? Ia Berperan dalam ilmu pengetahuan modern
terutama penemuan dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus,
dan optika.
12
Immanuel Kant. Ia mencoba menyelsaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant
mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume).
Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui
bahwa empirisme terkadang skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran
ilmu, dan dengan akal manusi akan dapat mencapai kebenaran. Akhirnya, Kant
menakui peranan akal dan keharusan empiris, kemudian dicobanya mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasinalisme), tetapi
adanya pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus
memunyai sayap (rasio) dan udara (empiri). Jadi, metode berfikirnya disebut
metode kritis. Walaupun didasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia
tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehngga akal
mengenal bats-batasnaya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat
diterima kenyataanya.

d. Idealisme
I.G Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling ( 1775-1854), G.W.T. Hegel (1770-
1831), Schopenhauer (1788 – 1860). Apa yang dirintis oleh Kant mencapai
puncak perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Struttgart, Jerman.
Pegaruhnya begitu besar sampai luar Jerman. Menjadi profesor ilmu filsafat
samapai meninggal. Setelah ia mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas
tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya, segala
peristiwa di sunia hanya dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika
peristiwa-peristiwa itu sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasan.
Ide yang berfikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain.
Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak
yang bertentangan), kemudia timbul sintesis yang merupakan tesis baru, yang
nantinya menimbulkan antitesis da seterusnya.
e. Positivisme
August Comte. Ia lahir di Montpellier, Perancis. Sebuah karyanya dalah Cours de
philosophia positive ( Kursus tentang filsafat tahap positif ) dan berjasa dalam
menciptakan ilmu sosiologi. Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran
manusia berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap
ilmiah/positif. Tahap teologis, manusia mengarahkan pandangan kepada hakikat
batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya

13
sesuatu yang mutlak. Artinya, di balik setiap kejadian tersirat adanya maksud
tertentu. Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap
teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat kodrati, diganti
dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang
diintegrasikan dengan alam. Pada tahap ilmiah/positif, manusia telah mulai
mengatahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafis tidak ada
gunanya. Sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang bersal dari
fakta-fakta pengamatan denan memakai akal. Tahap-tahap tersebut berlaku pada
setap individu (dalam perkembangan rohani) juga di bidang ilmu pngetahuan. Pada
akhir hidupnya, ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar
filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini menggunakan akal dan
mendambakan kemanusiaan dengan semboyan “Cinta sebagai prinsip, teratur
sebagai basis, kemajauan sebagai tujuan”.
f. Evoluisme
Charles Darwin. Ia memberikan kesimpulan bahwa manusia harus bekerja sama,
harus berjuang di antara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena itu
hanya hewan yang ulet yang mampu untuk menyelesaikan diri dengan iklim
sekitarnnya. Dalam pemikiranya, ia mengajukan konsepnya tentang perkembangan
tentang segala sesuatu termaksud manusia yang diatur oleh hukum-hukum
mekanik, yaitu survival of the fittest dan struggle for life. Pada hakikatnya antara
bintang dan manusia dan benda apa pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat
perkembangan pada masa yang akan datang lebi sempurna. Dalam pemikirannya,
Darwin tidak melahirkan sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya (Herbert
Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
g. Materialisme
Munculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah terbukanya pintu
pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de La mettrie mengemukakan
pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya
dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup
(bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak
yang dikeluarkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang
dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Lugwig Feueurbach sebagai
pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun
14
tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak
agama/metafisika. Satu-satunya asa kesusilaan adalh keinginan untuk mendapatkan
kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan
sesamanya. Dari materialisme Histori/diaalektis, yaitu Karl Marx, nama
lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman. Ia
meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun
1867. Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan
dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata ditentukan oleh
keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan,
hukum, pilotik – semuanya itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan
itu sendiri ditentukan benar-benar dalam sejarah.
h. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para murid Kant mengadakan
gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materalisme,
Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini di sebut Neo-Kantianisme. Tokohnya
antara lain Wilhelm Windlband (1848 – 1915), Herman Cohen (1842 – 1918),
Paul Natrop (1854 – 1924), Heinrich Reickhart (1863 – 1939). Herman Cohen
memberikan titik tolak pemikiran mengemukakan bahwa keyakinan padsa otoritas
akal manusia untuk mencipta. Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru
dikatakan ‘ada’ apabila terlebih dahulu dipirkan. Artikan, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’
adalah sama sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan,
menurut pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh
perilaku manusia.
i. Pragmatisme
Tokohnya William James lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang
pragmisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi,
dan filsafat. Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya
mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama,
ia beranggapan, bahwa masalah kebenaran tenang asal/tujuan dan hakikat bagi
orang Amerika terlalu teoristis. Ia mnginginkan hasil-hasil yang konkert. Dengan
demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki
konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
j. Filsafat Hidup

15
Tokohnya adalah Henry Bergson. Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika.
Karena ia mempunyai kepandaian menganalisis, muncul msalah baru dalam
pemikiranya. Ia diharapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan
tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke
dalam didang filsafat. Pemikiranya, alam semesta ini merupakan suatu organisme
yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis.
Perkembanganya seperti meletup-meletup dalam keadaan tidak sama sehingga
melahirkan akibat-akibat dengan spektrum yang baru. Pemikiran filsafat Henry
Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme,
Relativisme. Kemudian ia mengupayakan, dengan melalui yang positif (ilmu)
tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan metafisis. Ia
mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
John Dewey, ia lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru filsafat.
Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam tindakan hidup
manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang
tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, flsafat harus berasaskan pada
pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya secara kritis
sehngga filsafat akan mampu memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-
nilai.
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang
tidak nyata dan semua. Dan yan lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai
sumber berfikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruhnya di Eropa
dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan
positif. Tokohnya: Edmund Husserl (1839 – 1939), dan pengikutnya Max
Scheler (1874 – 1928). Edmund Husserl lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu
falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Helle,
Gottingen, Freiburg. Pemikiranya, bahwa objek/benda harus diberi kesempatan
untuk berbicara, yaitu dngan cara deskriptif fenomenologis yang didukung oleh
metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat gejala-gejala secara
intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan gejala-gejala dalam
berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable dalam
situasi yang berbeda-bda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah
yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetis.
16
l. Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luat, dan sistensi atau sisto =
berdiri, menempatkan. Eksistensialisme merupakan alran filsafat yang memandang
berbagai gejala dengan berdasar pda eksistensiny. Artinnya, bagaimana manusia
berada (bereksistensi) dalam dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813
– 1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada
pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam eksistensi yang individual, yang
konkret. Karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa, hanya iman kepada
Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan bersalah karena dosa.
m. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut
paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinus. Pada
mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan untuk mempelajari ajaran
tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham Thomisme, yaitu pertama,
paham yang menganggap bahwa ajara homas sudah sempurna. Tugas kita adalah
membrikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham yang menganggap
bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang
pada suatu saatbelum dibahas. Oleh karena itu, sekarang perlu diasakan
penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu pegetahuan. Ketiga, paham
yang mengganggap bahwa Thomas harus diikuti, akan tetapi tidak boleh
beranggapa bahwa ajaranya betu-betul sempurna.
B. KESIMPULAN
1. Zaman PraYunani Kuno
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu,
zaman pra yunani kuno disebut juga zaman batu yang berkisar antara 40.000 tahun
sampai 20.000 tahun.
2. Zaman Yunani Kuno
Periode filsafat Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban
manusia. Hal ini disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir
mitosentris yaitu pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan
fenomena alam. Pada saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan
suatu fenomena di mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
3. Zaman Pertengahan
17
Pada masa ini pemikiran ilmu pengetahuan lebih didominasi oleh karakteristik
teosentris. Pada periode ini ilmu pengetahuan berpihak penuh pada otoritas agama
(yang dalam hal ini bisa direpresentasikan oleh gereja dalam tradisi kristen); dimana
ilmu pengetahuan berada dibawah pengawasan institusi gereja. Pengajaran imu-ilmu
pengetahuan dilaksanakan digereja-gereja. Bukan hanya di barat, di dunia timur tengah
(yang notabenenya merupakan daerah kekuasaan umat Islam), permasalahan ilmu
pengetahuan juga diwarnai dengan perbincangan para penganut Plato dan aristoteles.
4. Zaman Modern
Pada masa ini ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan
ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesunggunya sudah dirintis sejak zaman
renaissance, yaitu permulaan abad 14. Benua Eropa dipandang sebagai basis
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini.

DAFTAR PUSTAKA

Achmdi, Asmoro. 2007. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Penada

Adib, Muhammad, 2014, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu
Pengetahuan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anshari, Endang Saifuddin, 1987, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu

Hardiwijoyo, Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hendriyanto, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media

Mustansyir, Rizal, 2012, filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Solomon Robert, 2013, Sejarah Filsafat , Yogyakarta: Bintang budaya

18
Surajiyo, 2013, Filsafat ilmu dan Perkembangnnya di indonesia Suatu pengantar, Jakarta:
Bumi Aksara

Suhartono Suparlan, 2005, Sejarah pemikiran Filsafat modern, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

19

Anda mungkin juga menyukai