Anda di halaman 1dari 33

Kamis, 20 Maret 2014

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pendidik adalah adanya jurang yang
cukup dalam antara yang diajarkan dengan apa yang sebenarnya terjadi (realita).
Materi yang diberikan oleh para pengajar umumnya adalah hanya mendasarkan
kepada body of knowledge bukan pada frontier areas .Kendati sudah ada upaya untuk
menerapkan link and match yang orientasinya kearah praktis atau aplikatis keilmuan
tetapi kerangka dasar konsep keilmuan tidak dijadikan landasan methodologi
pengembangan, tentulah kreativitas keilmuan tidak dapat dikembangkan secara
maksimal. Menyadari kelemahan yang ada maka sangat urgen kiranya bagi
pendidikan untuk mendalami filsafat, terutama filsafat ilmu, sebagai landasan yang
pakem meletakkan landasan yang benar bagi pengembangan keilmuan itu sendiri.
Diakui atau tidak umat Islam era sekarang ini sering terjebak dengan patron Islamisasi
ilmu, yang menurut Kuntowijoyo; menyatakan agar umat Islam berusaha untuk tidak
begitu saja meniru methode-methode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan
pada pusatnya yaitu tauhid. Dari tauhid, akan ada tiga macam kesatuan,yaitu kesatuan
pengetahuan, kesatuan kehidupan dan kesatuan sejarah. Selama umat Islam tidak
mempunyai methodology sendiri maka umat Islam akan selalu dalam bahaya. Dalam
kontek sejarah perlu kiranya seorang pendidik mengetahui sejarah perkembangan
ilmu dan falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah, yang
artinya bahwa pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia. Disinilah
perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah perkembangannya secara integral. Dalam
mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja kita tidak bisa berpaling dari asal
filsafat itu sendiri yaitu Yunani, dengan pembagian klasifikasi secara periodik.
Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yang diakukan oleh manusia
hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satu tempat atau wilayah tertentu.
Penemuan-penemuan itu menyebar dari babylonia, Mesir, China, India, Irak, Yunani,
hingga ke daratan Eropha.
PEMBAHASAN

A. Filsafat Ilmu
a. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab),
philosophy (Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis)
Semua istilah itu bersumber dari pada istilah Yunani philosophia. Istilah Yunani
philien berarti mencintai sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya istilah sophos
berarti bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan.
Sedangkan kata ilmu merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris; science.
Kata science berasal dari kata latin scienntia yang berarti pengetahuan. Kata scientia
ini berasal dari kata kerja scire yang artinya mempelajari, mengetahui.
Namun Jujun Suryasumantri mengemukakan bahwa ilmu adalah merupakan suatu
pengetatahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut
tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini memungkinkan kita untuk meramalkan
apa yang akan terjadi. Dengan demikian, penjelasan ini memungkinkan kita untuk
mengontrol gejala tersebut. Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah kegiatan pada
daerah pengalaman manusia. Artinya, obyek penjelajahan keilmuan meliputi segenap
gejala yang dapat ditangkap dengan oleh pengalaman manusia lewat pancaindera.
Filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat. Kalau didefinisikan filsafat ilmu adalah
refleksi kegiatan secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah refleksi
mendasar dan integral mengenai hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu
(Philosophy of Sciensi, Wisssenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan penerusan
dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain
adalah ahigher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum
sebagaimana diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya obyek
pengetahuan disana-sini sering berhimpitan, namun berbeda dalam aspek dan motif
pembahasannya.
b. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
Dalam sejarah perkembangannya sebagaimana yang terjadi di dunia Islam
dengan kelahiran mutazilah yang mengedepankan akal (rasio) sekitar (abad 2 H/8M),
di dunia Eropha juga lahir gerakan Aufklarung (abad 11 H/17 M). kedua sisi ini
hendak merasionalkan agama. Mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan dan
Aufklarung menolak trinitas sebagai sifat Tuan. Alam Aufklarung inilah dalam
perkembangannya telah membuat peradaban Eropa menjurus pada pemujaan akal.
Mereka berpendapat bahwa antara ilmu dan agama terjadi pertentangan yang keras,
ilmu pengetahuan berkembang pada dunianya dan agama pada dunia yang lain. Dalam
persoalan ini lahirlah sikap sekuleristik dalam ilmu pengetahuan.
Liberalisasi, emensipasi, otonomi pribadi, dan otoritas rasio yang begitu
diagungkan merupakan nilai-nilai kejiwaan yang selalu mewarnai sikap mental
manusia Barat semenjak zaman renaissance (abad 15) dan Aufklaerung (abad ke 18)
yang memungkinkan mereka melakukan tinggal landas mengarungi dirgantara ilmu
pengetahuan yang tiada bertepi dengan hasil-hasil sebagaimana mereka miliki hingga
sekarang ini.
Tokoh-tokoh renaissance dan Aufklaerung seperti Copernicus (1473- 1543),
Kepler (1571-16300, Galilie (1564-1642), Descrates (1596-1650), Newton (1643-
1727), Immanuel Kant(1724-1804), adalah sebagaian dari deretan panjang nama-
nama yang dalam sejarah kehidupan umat manusia meupakan pelopor dan peletak
dasar ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahun sebagai pengejawantahan
peradaban manusia telah dan akan terus berkembang menurut proses dialektis,
eksternalisasi, tempat manusia membangun dunianya, menciptakan alam
lingkungannya, objektiivitas, tempat terciptanya hasil-hail karya manusia secara
objektif kemudian terlepas dan akan berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri,
internalisasi , struktural dunia objektif ke dalam kesadaran subjektifnya.
Namun perkembangan fisafat ilmu itu sendiri berbanding lurus dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Tentang ilmu terutama amat penting karangan-
karangan dan buah pikiran Ibnu Rusyd (Averroism) sangat berpengaruh atas
perkembangan ilmu pada universitas-universitas yang terkenal di Eropa, seperti
Bologna, Napoli, Paris dan lain-lain sehingga menjadi faktor yang penting dalam
bangkitnya sikap pikiran ilmu manusia baru dizaman renaissance.
Zaman perkembangan ilmu yang palnig menentukan dasar kemajuan ilmu
sekarang ini ialah sejak zaman sekarang ini ialah sejak abad ke 17 dengan dorongan
beberapa hal : pertama : untuk mengembalikan keputusan dan pernyataan-pernyataan
ilmiah lalu menonjolkan peranan matematik sebagai sarana penunjang pemikiran
ilmiah. Dalam angka inilah mulainya menonjol peranan penggunaan angka Arab di
Eropa (angka yang kita kenal di dunia sekarang) karena dinilai lebih sederhana dan
praktis dari pada angka angka Romawi. Adapun angka Arab itu sendiri
dikembangkan dan berasal dari kebudayaan India. Faktor yang kedua dalam revolusi
ilmu di abad ke 17, ialah makin gigihnya para ilmuwan menggunakan pengamatan
dan eksperimen, dalam membuktikan kebenaran-kebenaran preposisi ilmu.
Namun J.B.Bury menyangkal bahwa kemajuan ilmu tidak terdapat pada abad
pertengahan bahkan tidak terdapat pada awal Renaissance ,tetapi baru abad ke -17,
sebagai hasil dari rumusan Cartesius tentang dua aksioma yaitu :
1) berkuasanya akal manusia dan
2) tak berubah-ubahnya hukum alam.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban
Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer.
Secara singkat periodesasi perkembangan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal
peralatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih
menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun
sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada
masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan, sisa beberapa
tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang
manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah
perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur
Tengah dan Eropa.
2. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada
masa itu tidak mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat
menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja
(receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki
secara kritis).
Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang
terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain :
Thales, Demokrates dan Aristoteles.
3. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa
ini adalah Anchila Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7
yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad
sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang
menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan
Astronomi di Jundishapur. Pada masa keemasan kebudayaan Islam, dilakukan
penerjemahan berbagai karya Yunani. Dan bahkan khalifah Al_Makmun telah
mendirikan rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) / Baitul Hikmah pada abad 9.
Pada abad ini Eropa mengalami zaman kegelapan (dark age).
4. Masa Renaissance (14-17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan
abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya
adalah : Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei.
Yang menarik disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman
empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu
pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua
pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang
lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya
Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal
melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma
tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.
Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa
matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu
perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari.
Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang
mempertahankan prinsip Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip
Heliosentrisme. Setiap siang kita melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan
Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah
semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme. dengan kata lain prinsip
Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.
5. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai
aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani.
Pahampaham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme,
dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat
terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting
pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para
pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat
kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut
Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal
dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam
Filsafat Idealisme Mutlak Hegel.
Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita
selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-
kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh
locke,dan David Hume.
6. Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era
tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan
pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah
era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan
kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang
terjadi hingga saat sekarang. Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer
adalah : Santri, Priyayi, dan Abangan, dalam kajian ilmu social keagamaan,
penelitiannya Clifford Geert yang dalam versi aslinya berjudul The Religion of
Java.Teknologi rekayasa genetika, teknologi Informasi, adanya teori Partikel
Elementer dan kemajuan sains dan teknologi dibidang-bidang lain .
Lebih lanjut Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan
yang sangat pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan
teknologi yang ditopang penuh oleh positivisme-empirik, melalui penelaahan dan
pengukuran kuantitatif sebagai andalan utamanya. Berbagai penemuan teori dan
penggalian ilmu berlangsung secara mengesankan.
Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin
dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat
berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang
dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama
yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil
mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada
kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia
untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam
mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin micro-chip
yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.
Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia
terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa
positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah
membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi
yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.
Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-
persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis dan chaos yang
hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi
terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa
memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir
terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali.
Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata
telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa
teknologi yang diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan
menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi
yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai
kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan
penganut Teori Kritik Masyarakat, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al
Makasary (2000:3). Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan
kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan
determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme
juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa
berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang
menghilangkan pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudah
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan natural. Pandangan teoritikus kritik dengan
kekhususan aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat
diterapkan tanpa mempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya Teori Kritik
Masyarakat menganggap bahwa positivisme dengan sendirinya konservatif, yang
tidak kuasa menantang sistem yang eksis.
Senada dengan pemikiran di atas, Nasution (1996:4) mengemukan pula tentang
kritik post-positivime terhadap pandangan positivisme yang bercirikan free of value,
fisikal, reduktif dan matematika.
Aliran post-positivime tidak menerima adanya hanya satu kebenaran,. Rich
(1979) mengemukakan There is no the truth nor a truth truth is not one thing, - or
even a system. It is an increasing completely Pengalaman manusia begitu kompleks
sehingga tidak mungkin untuk diikat oleh sebuah teori. Freire (1973) mengemukakan
bahwa tidak ada pendidikan netral, maka tidak ada pula penelitian yang netral.
Usaha untuk menghasilkan ilmu sosial yang bebas nilai makin ditinggalkan
karena tak mungkin tercapai dan karena itu bersifat self deceptive atau penipuan diri
dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan ideologi tertentu. Hesse (1980)
mengemukakan bahwa kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema
dan hanya merupakan suatu ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apa yang disebut
obyektivitas. Knowledge is asocially contitued, historically embeded, and
valuationally.
Namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subyektif semata-mata,
oleh sebab penelitian harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik,
sehingga dapat dipercaya dan diandalkan. Macam-macam cara yang dapat dilakukan
untuk mencapai tingkat kepercayaan hasil penelitian. Jelasnya, apabila kita mengacu
kepada pemikiran Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific
Revolutions (1962) bahwa perkembangan filsafat ilmu, terutama sejak tahun 1960
hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami pergeseran dari paradigma
positivisme-empirik, yang dianggap telah mengalami titik jenuh dan banyak
mengandung kelemahan, menuju paradigma baru ke arah post-positivisme yang lebih
etik.
Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan oleh John M.W. Venhaar
(1999:) bahwa perubahan kultural yang sedang terwujud akhir-akhir ini, perubahan
yang sering disebut purna-modern, meliputi persoalan-persoalan : (1) antihumanisme,
(2) dekonstruksi dan (3) fragmentasi identitas. Ketiga unsur ini memuat tentang
berbagai problem yang berhubungan dengan fungsi sosial cendekiawan dan
pentingnya paradigma kultural, terutama dalam karya intelektual untuk memahami
identitas manusia.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang penulis paparkan maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan :
1. Bahwa filsafat ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
2. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembangan
pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani .Oleh
karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani
kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer.
3. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari masa Pra
Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangat dipengaruhi oleh tokoh
pemikir (filosuf) yang hidup pada zaman masing- masing dan menambah kekayaan
khasanah ilmu pengetahuan khususnya cabang filsafat yaitu filsafat ilmu.
B. SARAN
Dalam hal ini penulis menyarankan bahwa :
1. Hendaknya kita mempelajari filsafat ilmu sebagai landasan untuk menentukan
kebenaran sebuah ilmu yang kita pelajari agar ilmu yang kita pelajari dapat menjadi
kontribusi yang ilmiah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa
kini dan masa yang akan datang .
2. Hendaknya kita kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk tetap belajar dan belajar
sejauh masih diberi kesempatan, sebagai mana telah dicontohkan oleh para ilmuwan
yang telah lalu.
C. PENUTUP
Alahmdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana
Ini, Oleh karena itu kritik, saran dan masukan sangat penulis nantikan . penulissangat
menyadari keterbasan penulis. Akhirnya tiada gading yang tak retak. Semoga
bermanfaat bagi kita semua. Wallahu alamu bishawab.

Home Ilmu Filsafat Sejarah Lahirnya Filsafat>> Blog Berbagi


Sejarah Lahirnya Filsafat>> Blog Berbagi
Rizka Damayanti

Ilmu Filsafat

5/09/2012

BLOG BERBAGI - Suatu pandangan dunia pada dan umumnya suatu pandangan teoritis tidak pernah
melayang-layang di udara. Setiap pemikiran teoritis mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana
pemikiran itu dijalankan. Itu benar juga bagi permulaan pemikiran teoritis, yaitu lahirnya filsafat di Yunani
dalam abad ke- enam sebelum masehi. Pada dasarnya bagi orang Yunani filsafat tidak merupakan suatu Ilmu
di samping ilmu-ilmu lain, melainkan meliputi segala pengetahuan ilmiah. Tanah Yunani tempat persemaian
di mana pemikiran ilmiah mulai bertumbuh kiranya sudah bahwa lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan di
Yunani tidak dapat dimengerti tanpa sekedar mengetahui sedikit kebudayaan Yunani. Beberapa ciri khas
kebudayaan Yunani yang merupakan latar belakang bagi timbulnya filsafat di negeri itu.

Mencari kebijaksanaan
Nama filsafat dan filsuf seperti yang dikemukakan sebelumnya berasal dari kata-kata Yunani
philosophia dan philosophos. Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta
kebijaksanaan. Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama filsuf ( philosophos ) untuk pertama
kalinya dalam sejarah dipergunakan oleh Phytagoras ( abad ke- 6 s.M ). Tetapi kesaksian sejarah tentang
kehidupan dan aktivitas Phytagoras demikian tercampur dengan legenda-legenda sehingga sering kali
kebenaran tidak dapat dibedakan dari reka-rekaan saja. Demikian halnya juga dengan hikayat yang
mengusahakan nama filsuf ditemukan oleh Phytagoras.

Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros, misalnya kita membaca: nama orang bijaksana terlalu luhur
untuk memanggil seorang manusia dan lebih cocok untuk Allah. Lebih baik ia dipanggil philosophos, pecinta
kebijaksanaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk insani. Perkataan plato ini serentak juga
menunjukkan suatu aspek penting dari istilah philosophia. Menurut pandangan Yunani, seorang yang
mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitif, sudah melampaui kemampuan insani. Orang sedemikian itu
telah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk nasibnya sebagai manusia. Memiliki kebijaksanaan
berarti mencapai status adi manusia. Itu sama saja dengan hibris rasa sombong, yang selalu ditakuti dan
dihindari orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena
dia manusia bukan Allah, ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan. Itu berarti kebijaksanaan tidak akan
pernah menjadi milik manusia secara komplit dan definitif. Karena alasan-alasan itu orang Yunani memilih
filsafat dan filsuf.

Mithos dan Logos


Mitologi merupakan suatu faktor yang mendahului filsafat dan mempersiapkan kearah timbulnya filsafat.
Memang benar, filsuf-filsuf pertama menerima obyek penyelidikannya dari mitologi, yaitu alam semesta dan
kejadian-kejadian setiap orang dapat saksikan di dalamnya. Mitologi Yunani sungguhpun menjawab
pertanyaan pertanyaan tentang alam semesta itu, tetapi jawaban-jawaban serupa itu diberikan dalam
bentuk mite yang meloloskan diri dari tiap-tiap kontrol pihak rasio. Pada abad ke- 6 mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional
tentang-tentang problem-problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos ( akal budi, rasio ) mengganti
mitos.

Arti filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan
pertama. yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah
"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang
berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka
(loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia'
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa
Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan
pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan
dirinya kepada pengetahuan.

2. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam


pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua
berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia
adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan
tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia
yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat
segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat
adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala
sesuatu.

Beberapa definisi
Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil
kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-
beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur
di bawah ini:

1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid


Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli).

2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua


pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi,
merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: "apakah yang dapat kita
ketahui? (dijawab oleh metafisika);
"apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); "sampai di manakah
pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).

6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu
gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.

7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang


menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Kesimpulan
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah
disimpulkan bahwa:
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-
masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat sarwa yang ada, yaitu:

"hakikat Tuhan, "hakikat alam semesta, dan "hakikat manusia, serta sikap
manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa
definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara
mengesahkannya saja yang berbeda.

Sumber: http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/pengertian-filsafat-arti-
filsafat.html.
Sejarah Lahirnya Filsafat
Diposkan oleh LANGIT Wednesday, April 22, 2009

Sejarah awal lahirnya filsafat berkembang melalui kebudayaan dan peradaban Yunani kuno, lalu abad
pertengahan, modern sampai abad kontemporer.

Bertrand Russell (1946), dalam bukunya History of Western Philosophy, menjelaskan bahwa munculnya
filsafat di Yunani tersebut akibat kemahiran bangsa Yunani dalam merajut dan menyempurnakan
peradaban besar lainnya pada saat itu seperti Mesir dan Mesopotamia. Tesis Russell juga sejalan
dengan pandangan Van Peursen ketika membagi latar masalah kebudayaan manusia yang memiliki tiga
ciri perkembangan khas, yaitu mitis, ontologis dan fungsional.

Sekitar abad ke-7 SM, di Yunani mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan
disbanding masa-masa sebelumnya, yaitu pendekatan filsafat. Sejak saat itulah orang mulai mencari
jawaban rasional tentang berbagai problem yang dihadapai, termasuk beragam masalah mengenai alam
semesta. Sejak saat itu juga peran mitos, legenda, kepercayaan, dan agama telah tergantikan oleh fungsi
logos (akal budi, rasio) dan berkembang sebagai sebuah khazanah ilmu pengetahuan.

Siapa saja filosof Yunani yang paling berjasa dalam melahirkan dan mengembangkan pemikiran filsafat
periode awal? Banyak ahli filsafat memberi kesimpulan bahwa filosof Yunani pertama yang berhak diberi
gelar tersebut ialah Thales. Meskipun sebetulnya para filosof yang terbesar lainnya masih banyak seperti
Socrates, Plato dan Aristoteles, namun Thales-lah filosof yang pertama kali melahirkan gagasan-gagasan
kritis mengenai semua kehidupan ini yang, katanya, berawal dari Air. Lalu, tesis tersebut mengundang
perdebatan hingga saat ini dan melahirkan banyak aliran pemikir, ilmuan, dan pemikir besar dunia.

Peristiwa munculnya filsafat di Yunani terbilang sebagai peristiwa unik dan ajaib (The Greek Miracle). Hal
itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di
Yunani kuno. Dalam hal ini, K. Bertens (1990) menyebutkan ada tiga faktor, yaitu:

1. Mitos bangsa Yunani. Layaknya bangsa-bangsa besar lainnya, Yunani juga memiliki banyak mitologi.
Mitologi tersebut dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat.

2. kesusastraan Yunani. Dua karya puisi Homeros yang berjudul Iliyas dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut sudah lama
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat di Yunani.

3. Pengaruh ilmu pengetahuan. Pengaruh ilmu pengetahuan dari bangsa lain dalam menerima beberapa
unsur ilmu pengetahuan juga merupukan faktor lainnya. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagaian
besar dari Mesir. Pengaruh Babilonia dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Pada
bangsa Yunanilah didapatkan ilmu pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah.

Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat Barat dibagi menjadi empat tahap
penting, yaitu Filsafat Klasik, Abad Pertengahan, Modern, dan Kontemporer.

Di era filsafat klasik ini, khazanah pemikiran filsafat dibagi menjadi dua zaman, yakni: pra-Socrates dan
zaman keemasan.
SEJARAH LAHIRNYA FILSAFAT
SEJARAH KELAHIRAN FILSAFAT

1.Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian
besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di
Laut Tengah.

Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagia nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang di anutnya,
yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha
Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural
religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu
dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural ragious berubah menjadi sistem cultural
religious.
3 Faktor Lahirnya Filsafat di Yunani
Gaosur Rohim Sunday, February 16, 2014 14 Comments

Suatu pandangan dunia dan umumnya suatu pandangan teoritis tidak pernah melayang-layang di udara. Setiap
pemikiran teoritis mempunyai hubungan erat dengan lingkungan dimana pemikiran itu dijalankan. Ini benar juga bagi
permulaan pemikian teoritis, yaitu lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 S.M. Agar tidak ada salah faham, di
sini harus ditambahkan bahwa bagi seorang Yunani, filsafat tidak merupakan suatu ilmu di samping ilmu-ilmu lain,
tetapi meliputi segala pengetahuan ilmiah.

Tanah Yunani adalah tempat persemaian dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh.[1] Kiranya sudah jelas bahwa
lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan di Yunani tidak dapat dimengerti tanpa sekedar mengetahui sedikit
kebudayaan Yunani. Dalam hal ini kita akan mencoba melukiskan beberapa ciri khas kebudayaan Yunani yang
merupakan latar belakang bagi lahirnya filsafat di negeri itu.

Nama "filsafat" dan "filsuf" berasal dari kata-kata Yunani philosophia dan philosophos. Menurut bentuk kata,
seorang philo-sophos adalah seorang "pecinta kebijaksanaan". Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama
"filsuf" (philosophos) untuk pertama kalinya dalam sejarah dipakai/dipergunakan oleh PYTHAGORAS (-).[2] Tetapi
kesaksian sejarah mengenai kehidupan dan aktivitas Pythagoras demikian tercampur dengan legenda-legenda,
sehingga seringkali kebenaran tidak dapat dibedakan dari reka-rekaan saja.

Demikian juga mengenai hikayat yang mengisahkan bahwa nama "filsuf" ditemukan oleh Pythagoras. Yang pasti
ialah bahwa dalam kalangan SOCRATES (470-399 S.M.) dan PLATO (427-347 S.M.), nama "filsafat" dan "filsuf"
sudah lazim dipakai. Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros, misalnya, kita membaca: "Nama 'orang bijaksana'
terlalu luhur untuk memanggil seorang manusia, dan lebih cocok untuk Tuhan. Lebih baik ia dipanggil philosophos,
pecinta kebijaksanaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk insani".

Perkataan Plato ini juga serentak menunjukkan suatu aspek penting dari istilah philosophia. Menurut pandangan
Yunani, seorang yang mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitif, sudah melampaui kemampuan insani. Orang
yang demikian itu sudah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk nasibnya sebagai manusia.

Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai suatu status adimanusiawi.[3] Itu sama saja dengan hybris (rasa sombong)
yang selalu ditakuti dan dihindari orang-orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku bagi
status insaninya. Karena ia manusia, dan bukan Tuhan, ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan.
Kebijaksanaan tidak akan pernah menjadi milik manusia secara komplit dan definitif. Karena alasan-alasan itulah
orang-orang Yunani lebih memilih nama "filsafat" (philosophia) dan "filsuf" (philosophos).

Bukan karena nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, tetapi isi konsep yang ditunjukkan dengan nama ini
merupakan suatu penemuan Yunani yang khas. Pada abad ke-6 S.M., telah terjadi apa yang sudah pernah
dinamakan sebagai peristiwa ajaib Yunani (The Greek Miracle).[4] Lahirnya filsafat di tempat itu dan waktu itu,
memang dapat disebut sebagai peristiwa ajaib, karena tidak mungkin memberi alasan-alasan yang menerangkan
kejadian itu secara memuaskan. Namun demikian, ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan
sudah mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Ketiga faktor itu adalah mitologi, sastra Yunani, dan ilmu
pengetahuan.

1. Mitologi

Pertama-tama, pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya
serta luas. Nah, mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah
merupakan percobaan untuk dimengerti. Mite-mite ini sudah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
hidup dalam hati manusia: Di mana dunia kita? Dari mana kejadian-kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit,
lalu terbenam lagi?

Melalui mite-kite ini, manusia mencari kejelasan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama, yang mencari kejelasan tentang asal usul alam semesta sendiri
biasanya disebut mite kosmogonis. Sedangkan mite yeng kedua, yang yang mencari kejelasan tentang asal usul
serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis.

Yang khusus pada bangsa Yunani ialah bahwa mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite
yeng diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat
rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan
untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain, dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan
mite lain. Salah satu usaha serupa itu adalah syair HESIODOS (-) yang berjudul Theogonia.

Kumpulan mite-mite lainnya ada dalam lingkungan Orfisme, suatu aliran religius yang konon katanya didirikan oleh
penyair ORPHEUS (-). Dan juga di sini bisa dikatakan bahwa kumpulan mite-mite yang dikarang
oleh PHEREKYDES (-) dari Syros. ARISTOTELES (-) menamai orang-orang seperti Hesiodos dan Pherekydes
dengan gelar theologoi (teolog-teolog) dan membedakan mereka dengan filsuf-filsuf sebelumnya.

2. Sastra Yunani

Kesusasteraan Yunani juga dianggap sebagai persiapan yang mempengaruhi lahirnya filsafat di Yunani, asal saja
kita memakai kata itu dalam arti seluas-luasnya, sehingga meliputi juga amsal-amsal, teka-teki, dongeng-dongeng,
dan sebagainya. Kedua karya puisi HOMEROS (-) yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea, mempunyai
kedudukan yang sangat istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair ini lama juga digunakan sebagai
semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.

Dalam dialog Plato yang berjudul Politeia, Plato mengatakan bahwa Homeros telah mendidik seluruh Hellas.
[5]
Peranan syair-syair Homeros dalam kebudayaan Yunani kuno dapat dibandingkan dengan peranan wayang dalam
kebudayaan Jawa dulu.[6] Kareana puisi Homeros pun banyak digemari oleh rakyat Yunani, untuk mengisi waktu
luang, dan memang mempunyai nilai edukatif.

Banyak berabad-abad lamanya terdapat penyanyi-penyanyi (rhapsodes) yang bepergian dari satu kota ke kota lain
dalam seluruh dunia Yunani untuk mendeklamasikan syair-syair Homeros itu. Para filsuf Yunani seringkali menyebut
Homeros, biarpun mereka juga sering mengemukakan kritik atas puisinya, terlebih XENOPHANES (-)
dan PLATO (427-347 S.M.). Aristoteles mengutip Homeros di samping filsuf-filsuf lainnya, terutama dalam
hal Metafisika, seakan-akan ia ingin menggolongkan Homeros pada filsuf-filsuf itu.

3. Ilmu Pengetahuan

Akhirnya, sebagai faktor ketiga, yang dianggap sebagai faktor lahirnya filsafat di Yunani, ialah ilmu pengetahuan
yang pada waktu itu sudah ada di Timur Kuno. Bangsa Yunani tentu berhutang budi kepada bangsa-bangsa lain
dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka.

Demikian juga ilmu ukur dan ilmu hitung, yang sebagian berasal dari Mesir. Dan Babylonia pasti ada pengaruhnya
dalam ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu
pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan.[7] Bangsa Yunani telah mengolah unsur-unsur tersebut yang tidak
pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani, ilmu pengetahuan bisa
mendapat corak yang benar-benar ilmiah.

Sampai saat itu ilmu pengetahuan hanya dijalankan dalam konteks praktis. HERODOTOS (-), sejarawan Yunani
yang sudah ternama sejak abad ke-5 S.M., menceritakan bahwa ilmu ukur memang berkembang di Mesir, karena di
sana tiap tahun dirasakan keperluan untuk mengukur kembali tanah setelah banjir sungai Nil. Tidak mustahil jika
Herodotos benar dengan pendapatnya itu.

Kalau begitu, gema asal usulnya masih kedengaran dalam nama yang dipakai orang Yunani untuk menunjukkan ilmu
itu: geometria (pengukuran tanah). Tetapi pada orang Yunani, ilmu pengetahuan tidak dijalankan dalam suatu
konteks praktis saja. Mereka mulai mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak "mencari untung" atau "tanpa
pamrih" (disinterestedly).
Di negeri Yunani; ilmu pasti, astronomi, dan ilmu pengetahuan, pada umumnya mulai diprakekkan demi ilmu
pengetahuan itu sendiri, bukan demi keuntungan yang letaknya di luar ilmu pengetahuan itu. Kita tidak boleh
melupakan bahwa orang Yunani hidup dalam kemasyarakatan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan sosial
dimana orang Timur Kuno hidup. Perbedaan ini mempunyai konsekuensi yang cukup besar untuk perkembangan
ilmu pengetahuan.

Pada bangsa-bangsa Timur Kuno, ilmu pengetahuan dipraktekkan dalam istana-istana, atas perintah dan di bawah
pengawasan raja-raja. Tetapi orang Yunani, pada abad ke-6 S.M. hidup dalam polis selaku orang merdeka, yang
akan kita bahas di lain kesempatan. Baru bentuk sosial beginilah yang menciptakan suasana serasi dimana ilmu
pengetahuan dapat berkembang dengan semestinya.

Demikian yang dapat kami rangkum mengenai 3 Faktor Lahirnya Filsafat di Yunani. Semoga ada manfaatnya
serta dapat menambah wawasan kita. Jika Anda ingin menambahkan atau sekedar mengoreksi, silahkan tuangkan di
kotak komentar. Kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.
Sejarah Lahirnya Filsafat Di Yunani

Orang Yunani adalah orang orang yang sangat percaya akan dongeng dan
takhayul, tetapi lama kelamaan terutama saat mereka mampu membedakan mana
yang riil dan ilusi, mereka mampu keluar dari kungkungan mitologi dan mndapatkan
dasar pengetahuan ilhmiah. inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk
meneliti dan sekaligus mmpertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

karena manusia selalu berhadapan dengan alam yang begitu luas dan penuh
misteri, timbul rasa ingin mengetaui rahasia alam itu sendiri. lalu timbul pertanyaan
dalam pikirannya, darimana datangnya alam ini, bagai mana kejadiaannya,
bagaimana kemajuannya dan kemana tujuannya? pertanyaan semacam inilah yang
menjadi pertanyaan kalangan filosof Yunani sehingga tak heran kemudian mereka
disebut sebagai filosof alam karena perhatiannya yang begitu besar pada alam.
filosof ini juga disebut filosof prasokrates.

Sekitar abad IX SM atau sekitar tahun 700 SM di Yunani dikenal dengan istilah
Shopia yang berarti kebijaksanaan atau diartikan juga sebagai kecakapan. kata
Philoshophos mula-mula dipergunakan oleh Heraklitos (540 SM). sementara ada
juga yang mengatakan bahwa kata tersebut mula-mula dipakai Phytagoras.
filosophos haruslah mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas sebagai
wujud kecintaan terhadap pencarian kebenaran dan mulai jelas dipergunakan pada
zaman kaum Sofis dan Socrates yang memberikan arti Philosophein sebagai
penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. philosophia adalah
hasil dari perbuatan. dan philosofos adalah orang yang melakukan pemikiran dan
perbuatan.

Pemikiran filsafat inilah yang memulai masa peralihan rakyat Yunani yang
Mitosentris menjadi Logosentris, peristiwa peralihan ini disebut the greek
miracle yang artinya suatu peristiwa yang ajaib. Beberapa faktor yang mendahului
lahirnya filsafat di Yunani, yaitu:

a) Mitologi bangsa Yunani ,

b) Kesusastraan Yunani ,dan

c) Pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah sampai di Timur Kuno.

Selain itu, terdapat lima kemampuan yang menanadai zaman pra-Yunani Kuno yaitu sebagai berikut:

a) Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman,

b) Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman yang diterima dengan sikap receptive mind,

c) Kemampuan menemukan abjad dan system bilangan alam,

d) Kemampuan menulis, menghitung dan menyususun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap
hasil abstraksi yang dilakukan, dan

e) Kemampuan meramal suatu peristiwa yang sebelumnya yang pernah terjadi.

A. Kronologi dan Periodesasi filsafat Yunani


1. Filosof Alam

Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales
(624-546 SM) mempertanyakan Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini? Ia
mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk
hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda dapat, seperti
es, dan bumi ini juga berada di atas air.
Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar dalam
alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu
api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan
adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor
pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan
itu sendiri.

Pythagoras (580-500 SM) berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama


dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan juga unsur
yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan
ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Menurut Abu Al Hasan Al Amiri, seorang filosof
muslim Phitagoras belajar geometri dan matematika dari orang-orang mesir
(Rowston, dalam Kartanegara, 2003).

2. Filosof Sofisme

Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan,


sehingga timbullah kaum sofis. Kaum sofis ini memulai kajian tentang manusia
dan menyatakan bahwa ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan
bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-
411 SM). Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Ilmu juga
mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum sofis karena mereka
memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga
muncul sintesa baru.

3. Filosof Yunani Klasik

Socrates, (470 SM - 399 SM) menolak relativisme kaum sofis. Menurut


mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Periode setelah
Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada zaman ini
kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat
tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang
sekaligus murid Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat
bahkan sudah ada di alam idea. Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa
Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato, berhasil menemukan pemecahan
persoalanpersoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika,
matematika, fisika, dan metafisika.

A. Tokoh tokoh dan Pemikirannya.

1. Thales 624625 SM
Seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad
ke-6 SM. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir
mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap
sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia
dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan
pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh
Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang
oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf,
Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama
dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke
dalam Mazhab Miletos.

Thales tidak meninggalkan bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales
terutama didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles mengatakan bahwa Thales
adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Karena itulah,
Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam (natural philosophy).

Thales lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil.
Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi
dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak
mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.

Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari
ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja.
Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal
setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales
dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan
di Babilonia sejak 747 SM.

Dalam bidang politik. Thales pernah menjadi penasihat militer dan teknik dari Raja Krosus
di Lydia. Selain itu, ia juga pernah menjadi penasihat politik bagi dua belas kota Iona. Berdasarkan
catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam
oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-
orang Ionia untuk membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki
posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti
distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis
yang bersatu dan tersentralisasi.

Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala
sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam
segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut
adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua
makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah
bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan
bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan
kemudian terapung-apung di atasnya.

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat
di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme.
Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu
menggerakkan besi.

2. Pythagoras (582 SM 496 SM

Seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal


melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan
sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada
akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat
banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.

Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema


Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga
siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-
sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui
sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada
Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.

Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan
dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme.
Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-
bilangan atau perbandingan bilangan.

3. Socrates (470 SM - 399 SM)

Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari


tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga
mengajar Aristoteles.

Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai


seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos.
Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah
Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan
nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan
dikaruniai tiga orang anak.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah
diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya
adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling
terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama
gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates
yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato
sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali
dalam Phaedrus

Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan
berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya
didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle
Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia
berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang
dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah
kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai
analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang
membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi
absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali
orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates
membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak
karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya
adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.

Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah
penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak
mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya
akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda,
sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana
tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan
cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280
mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.

Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan
para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani
dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah
dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan
mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan
hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus
filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari
Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir
hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika
dan epistemologis di kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah
metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji
konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat
moral, dan juga filsafat secara umum.

4. Plato (lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM)

Seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri


dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia
barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak
dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya
yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani
atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar
pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan
banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu
perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang
di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal
ketika sedang menulis).

Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratikyang dalam

Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian

dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua

adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada

dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan

pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu,

menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan

yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya mite-mite Plato

menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya

yangabstrak dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya

sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni

dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.


Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato
terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato
bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan
atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran
manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung
pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea
sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri
tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di
antara hubungan idea-idea tersebut.Puncak inilah yang disebut idea yang indah. Idea ini melampaui
segala idea yang ada.

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang


konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan
dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana,
dapat rusak, dan dapat mati.

Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini
tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada
satu idea yang bagus, yang indah. Di dunia idea semuanya sangat sempurna.
Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja,
tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buahintelektual. Misalkan saja
konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang


ide Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia(Republik).
Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagaimimesis
mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang
ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah
yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada
yang nyata ini.

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi,
yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada
dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam
semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini
hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.

5.Aristoteles

Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk
wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari
Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru
di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato
meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336
SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan
akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan
politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari
nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian
tersebut.Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.

Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di
Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia
mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang
membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain
kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan


mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan
kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada
alam

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles
menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah
tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada
penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak
pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa
Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari
setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula
pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang
dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis):

Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).

Sokrates adalah manusa (premis minor)

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari
bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia
dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang
sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang
prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori
retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan
menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah
sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah
pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan
normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada
perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan..aristoteles juga mendefinisikan
pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan
tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-
peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan
penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang
bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena
dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian
ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan
pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani
dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135
1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 1198). Bagi manusia abad pertengahan,
Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan
juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know",
sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.

DAFTAR BACAAN

Adji. Muhammad, Dasar-dasar Ilmu Filsafat.(Bandung:Universitas Padjajaran,


2008)

Achmadi Asmoro, Filsafat Umum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008).

Bahtiar. Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada:2004

___________. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dari Zaman Pra Yunani Kuno Sampai
Zaman Kontenporer.@physicszoneexperiment.weebly.com
p://id.wikipedia.org/wiki/Aristoteles

p://id.wikipedia.org/wiki/Socrates

p://id.wikipedia.org/wiki/Thales

p://id.wikipedia.org/wiki/Phytagoras

p://id.wikipedia.org/wiki/Plato

Anda mungkin juga menyukai