Anda di halaman 1dari 4

BAB 2 METODE KEFILSAFATAN Tata Cara Perenungan Kefilsafatan Memang cukup mudah melukiskan perenungan kefilsafatan, sekalipun jauhnlebih

sulit untuk memulai dan melanjutkannya. Tata cara mempunyai arti yang lebih daripada sekadar melukiskan hasil terakhir. Tata cara membutuhkan hal-hal terinci yang lebih banyak mengenai metode-metode yang harus dipakai dan sejumlah contoh tentang bagaimana menerapkan metode-metode tersebut. Satu-satunya cara untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam ilmu kefilsafatan yaitu dengan melukisakan metode-metode yang dipakai, menunjukkan bagaimana cara memulai dan bekerja. Seorang filusuf melakukan salah satu diantara dau hal, atau kedua hal, sebagai berikut. Ia mungkin berusaha sampai pada makna yang dikandung oleh istilah-istilah dengan jalan melakukan analisa terhadap istilah-istilah tersebut. Atau ia mungkin berusaha mengumpulkan hasil-hasil penyelidikannya kedalam sintesa. Secara umum dapatlah dikatakan, bahwa kedua hal itulah yang merupakan metode-metode yang dipergunakan oleh seorang filusuf. Kedua petunjuk berpikir ini kita namakan: 1) analisa, 2) sintesa. Analisa Ekstensi dan Intensi. Maksud pokok mengadakan anilsa ialah melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang kita pergunakan dan pernyatan-pernyataan yang kita buat. Perkataan analisa itu sendiri berarti perincian. Didalam filsafat, analisa itu berarti perincian istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke dalam bagian-bagiannya sedemikian rupa, sehingga kita dapat melaukan pemeriksaan atas makna yang dikandungnya. Sebenarnya, kita harus senantiasa siap menghadapi tantangan mengenai makna sesuai istilah, atau istilah-istilah yang sebelumnya kita anggap benar.Tantangan-tantangan ini mungkin mengenai hal-hal yang termasuk dalam lingkup istilah yang bersangkutan, atau mengenai sifat-sifat lainnya yang melekat pada istilah tersebut. Kedua segi istilah ini masing-masing sering dinamakan ekstensi (= penerapan) dan intense (=sifat-sifat) istilah tadi. Defenisi Ostensif. Otensif maksudnya menunjukan secara langsung dan menunjukan ekstensi suatu istilah.

Makna yang dikandung oleh pernyataan (statement), untuk memperoleh kejelasan yang sebesar mungkin mengenai makna yang dikandung oleh suatu pernyataan. Jika kita berusah untuk memahami, maka kita perlu kejelasan tentang makna yang harus kita pahami. Makna tidak identik dengan kebenaran, Hendaknya diingat, analisa terhadap makna tidaklah menetapkan kebenaran atau kesesatan kalimat yang bersangkutan. Sintesa Filsafat spekulatif merupakan penyusunan system. Lawan analisa atau perincian ialah sintesa atau pengumpulan. Maksud sintesa yang pokok ialah mengumpulkan semua pengeathuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Bagi filsafat spekulatif yang memadai, tidak ada bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan tidak diketahuinya lapangan-lapangan pengetahuan manusia tertentu. Sintesa ialah usaha untuk mencari kesatuan didalam keragaman itu. Filsafat spekulatif membicarakan hakekat terdalam dari kenyataan. Juga hubungan yang mungkin ada diantara pelbagai segi filsafat, batas-batas pengetahuan manusia yang dimungkinkan, hakekat nilai di dunia fakta, dan sebagainya.

Perabot-Perabot Metodologi (Logika, Induksi, Deduksi, Analogi, Komparasi)

Melakukan penyimpulan. Perabot-perabot untuk melakukan penyimpulan, yakni yang bergerak dari bahan-bahan ke kesimpulan, tercakup dalam logika. Logika dibagi dalam dua cabang pokok, yakni logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif. Logika deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulankesimpulan bila lebih dahulu di ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini diantara suatu kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu merupakan akibat yang bersifat keharusan dari dari pernyataan-pernyataan yang lebih dahulu diajukan. Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di antara persoalan-persoalan yang menarik.

Logika Induktif. Logika Induktif membicarakan tentangpenarikan kesimpulan bukan dari pernyataab-pernyataan yang umum, melainkan dari hal-hal yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Penyimpulan secara kausal. Ada suatu perangkat yang dinamakan canons (aturan, hukum) yang dikenal dengan Metode-Metode Mill, yang mengajukan suatu perangkat yang kemungkinan untuk melakukan penyimpulan secara kausal. Penalaran berdasarkan probabilitas dan penaiaran secara Statistik. Dari hal-hal yang diringkas dalam bangun matematik yang tepat, dengan mempergunakan teori matematik probabilitas, maka kita dapat melakukan penaksiran. Analogi dan Kmparasi. Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan ialah analogi dan komparasi. Suatu penalaran secara analogi berusaha untuk mencapai kesimpulan dengan menggantikan apa yang kita coba untuk membuktikannya dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenai, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran. Metode Verifikasi. Penalaran yang sah yang berdaarkan atas fakta-fakta yang diperkirakan benar dapat membawa kita kepada kesimpulan yang sesaat atau benar, namun mungkin kita tak mengetahui yang manakan yang sesat dan manakah yang benar. Penalaran yang sah berdasarkan atas fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Observasi (Pengamatan). Segala macam pengamatan yang dilakukan tergantung pada macam pernyataanyang kita persoalkan. Ini juga berarti bahwa macam pengalaman yang dicari berbeda, sesuai dengan masalah yang dialami. Penalaran berdasarkan kontradiksi. Metode verifikasi yang kedua menunjukkan, kesesatan pernyataan yang dipersoalkan ialah Karen bertentangan dengan dirinya , atau mengakibatkan pertentangan dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik.

Cara Memulai Dan Melanjutkan Dalam Perunungan Kefilsafatan

Adanya masalah. Tahap pertama dalam perenungan kefilsafatan ialah menyadarai adanya masalah. Masalah yang kita hadapi mungkin seluas masalah mengenai kebenaran, atau sesempit kesadaran bahwa sesuatu istilah yang diajukan memerlukan penjelasan. Langkah pertama dalam perunungan kefilsafatan ialah menjadi sadar akan sesuatu masalah, membatasi sebaik mungkin masalah tersebut, dan menunjukkan apa yang perlu diselidiki Meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan. Bagi seorang filusuf, memberikan alas an untuk menolak bahan, sama perlunya dengan menberikan alas an untuk menerima bahan bukti yang lain. Memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu. Kecuali menguji bahan, perlu juga kita mempertimbangkan penyelesaian-penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah yang bersangkutan. Agar dalam pikiran, ada kejelasan tentang langkah permulaan sesaat, segi-segi yang diabaikan, atau bahan-bahan bukti yang lengkap. Menyarankan Hipotesa. Penyelesaian atau hipotesa yang disarankan, bahwa fakta tunggal yang tak dapat diragukan ialah saya berpikir. Menguji Konsekuensi-konsekuensi. Langkah keenam dalam perenungan kefilsafatan terdiri dari verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan. Karena filsafat berusaha memahami, maka tugas pokoknya pada hakekatnya ialah memperoleh pengetahuan. Menarik Kesimpulan. Perenungan kefilsafatan berakhir bila telah ditemukan macam jawaban terhadap masalah bersangkutan. Kesimpulan dapat bermacam-macam: 1. Mungkin akan ternyata bahwa masalahnya merupakan masalah yang tidak bermakna. 2. Masalahnya mungkin dinyatakan mengandung makna, namun tidak dapat dijawab: (a), pada prinsipnya, atau (b) karena pengetahuan yang tidak memadai yang kini tersedia

Anda mungkin juga menyukai