Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATERI KULIAH ULUMUL QUR’AN

ILMU MUNASABAH

DISUSUN OLEH:

1. Ayu Sofi (202071000101)


2. Farah Nur Faustina (202071000079)

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Yayuk Fauziyah, M.Pd.I.

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan Allah SWT, karena dengan berkat rahmat dan
hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen Dr. Yayuk Fauziyah,
M.Pd.I. yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami, dan tidak
luput juga kami ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman yang ikut
menyumbang pikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami memohon maaf kepada ibu dosen Dr. Yayuk Fauziyah, M.Pd.I.
khususnya dan umumnya kepada para pembaca apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya,
kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun kepada semua
pembaca demi lebih baiknya makalah ini.

Sidoarjo, 27 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
2.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
2.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
2.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.4 Pengertian Ilmu Munasabah........................................................................................................3
2.5 Pokok bahasan Ilmu Munasabah.................................................................................................3
2.6 Macam Ilmu Munasabah.............................................................................................................4
2.7 Kegunaan Ilmu Munasabah.........................................................................................................8
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalam Allah. yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-tawâtur
(langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf. Kandungan
pesan Ilahi yang disampaikan nabi telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan
sosial bagi umat Islam dalam segala aspeknya. Al-Qur’an berada tepat di jantung
kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa pemahaman yang
semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran dan kebudayaan Muslimin tentunya
akan sulit dipahami.
Lahirnya pengetahuan tentang korelasi (munasabah) ini berawal dari kenyataan bahwa
sistimatikan al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam mushaf Utsmani sekarang tidak
berdasarkan pada kronologis turunnya, itulah sebabnya terjadi perbedaan pendapat di
kalangan ulama salaf tentang urutan surat dalam al-Qur’an. Pendapat pertama, bahwa hal itu
didasarkan pada tauqifi dari Nabi. Golongan kedua berpendapat bahwa hal itu didasarkan
atas ijtihad. Kehadiran al-Qur’an dan misi risalah Rasulullah Saw selalu mengundang
perhatian berbagai pihak untuk mengadakan studi. Aspek kajiannya terus berkembang baik
dari aspek ilmiah maupun aspek non ilmiah. Hal ini barangkali dikarenakan oleh mu’jizat al-
Qur’an. Keajaiban al-Qur’an seperti air laut tak pernah kering untuk ditimba. Ia lalu
memeberikan inspirasi kepada manusia tanpa habis-habisnya.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Ilmu Munasabah?


2. Apa saja pokok bahasan Ilmu Munasabah?
3. Apa macam-macam Ilmu Munasabah?
4. Apa kegunaan Ilmu Munasabah?

1
2.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari Ilmu Munasabah.


2. Mengetahui pokok bahasan Ilmu Munasabah.
3. Mengetahui macam-macam Ilmu Munasabah.
4. Mengetahui kegunaan Ilmu Munasabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.4 Pengertian Ilmu Munasabah

Secara etimologi munasabah berasal dari akar kata ‫ نسب‬: mengandung arti satu,
berdekatan, mirip, menyerupai. Imam al-Alma’i mendefinisikan al-munasabah dengan
pertalian antara dua hal dalam aspek apapun dan dari berbagai aspeknya. 1 Begitu juga
Manna’ al-Qaththan yang mengartikan al-munasabah dengan adanya aspek hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat lain
dalam himpunan beberapa ayat, ataupun hubungan surat satu dengan surat yang lain.2
Pengertian al-munasabah yang dikemukakan dua ulama ini sangat luas sekali, dan ketika
diterapkan dalam ayat dan surat al-Qur'an dapat dikatakan bahwa al-munasabah adalah suatu
ilmu al-Qur’an yang menyajikan segala hubungan (keterikatan) yang terdapat dalam kalimat
(dalam satu ayat) antar ayat dan antar surat dalam al-Qur'an.
Adapun secara terminologi atau istilah yang diberikan para ulama, munasabah adalah
ilmu yang mengaitkan bagian-bagian awal ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan
khusus atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul,
kemiripan ayat, pertentangan (ta’aruḍ) dan sebagainya. Sebegitu eratnya hubungan antara
bagian satu dengan bagian yang lain dalam al-Qur’an dari unsur paling terkecil hingga
menjadi seperti bangunan yang kukuh, utuh, sempurna dan sesuai istilah imam az-Zarkasy
bagian-bagiannya tersusun harmonis.

2.5 Pokok bahasan Ilmu Munasabah

Pembahasan Ilmu Munasabah ini terkait dengan bagian-bagian Ulumul Qur’an, baik
ayat-ayat ataupun surah-surahnya yang satu dengan yang lain persesuaian dan
persambungannya. Hubungan dan persambungan dari bagian-bagian Al-Qur’an itu
bermacam-macam. Ada yang berupa hubungan antara makna umum dan khusus, atau

1
Nashruddin Baidan, op. cit., hlm. 184
2
Manna’ al-Qaththan, Mabâhiṡfi ‘Ulûm al-Qur’an, Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, Beirut, 1973. hlm.
hubungan pertalian (talazum), seperti hubungan antara sebab dengan akibatnya, ilat dengan
ma’lulnya, atau antara dua hal yang sama, maupun antara dua hal yang kontradiksi.
Jadi, pembahasan Ilmu Munasabah atau Ilmu Tanaasubul Ayat Was Suwar ini ialah
macam-macam hubungan dan persambungan, serta kaitan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
satu dengan yang lain, dan antara surah Al-Quran yang satu dengan yang lain, dalam
berbagai bentuk persesuaian dan persambungan.

2.6 Macam Ilmu Munasabah

1) Munasabah antara surah dengan surah


Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya
memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Bentuk
munasabah yang tercermin pada masing-masing surah, kelihatannya memperlihatkan
kesatuan tema. Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan surah-surah yang
lainnya menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya baik secara umum maupun
secara parsial. salah satu contoh yang dapat diajukan di sini adalah munasabah yang
dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-masing Q. S al-Fatihah. (1), Q. S al-
baqarah dan Q. S Al-Imran.
Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, misalnya di dalam surah al-Fatihah:
Artinya: “Tunjukan kami ke jalan yang lurus”
Lalu dijelaskan di dalam surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti petunjuk
al-Qur’an, sebagaimana disebutkan:
Artnya: “Kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.
2)  Munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya
Untuk mencari munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya, as-
Suyuthi menyimpulkan bahwa satu surat berfungsi menerangkan atau menyempurkan
ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh dalam surat al-Baqarah [2] ayat 152
dan 182:
‫فاذكروني أذكركم واشكروا لي وال تكفرون‬
Ayat-ayat dari surat ini menerangkan dan menyemprnakan dari surat sebelumnya al-fatihah [1]
ayat 2:

4
َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
Begitu juga ayat 21-22 surat al-Baqarah [2]:
َ‫ض فِ َرا ًشا َوال َّس َمآ َء بِنَآ ًء َوأَنزَ َل ِمن‬
َ ْ‫} الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم األَر‬21{ َ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم فَالَ تَجْ َعلُوا هَّلِل ِ أَندَادًا َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫ال َّس َمآ ِء َمآ ًء فَأ َ ْخ َر َج بِ ِه ِمنَ الثَّ َم َرا‬
Merupakan penyempurnaan dari ungkapan ( َ‫) َربِّ ْال َعالَ ِمين‬dalam surat al-fatihah.
3) Munasabah Antara Nama Surah Dengan Kandungan Isinya
Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tauqifi. Namun beberapa bukti
menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua
nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir
sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara
nama-nama surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan
antara nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut :
a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut
dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena
kedudukannya.
b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang
dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa,
kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama
surah : al-‘Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok
keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok
hakikat kekuasaan dan sebagainya.
d. Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar
diberbagai surah. Contoh al-Hajj ( dengan spesifik tema haji ), al-Nisa ( dengan spesifik
tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita
adalah lambang keharmonisan rumah tangga.
e. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surah, sekaligus
untuk menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai huruf
itu. Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.
4) Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat

5
Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat
dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara
konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat.
Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid / tasydid
( penguat / penegasan ) dan tafsir / I’tiradh ( interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya).
Contoh sederhana ta’kid :
” ‫ ”فإن لم تفعلوا‬, dikuti “‫ ( ”ولن تفعلوا‬Q.S al-Baqarah / 2 : 24 ).
Contoh tafsir :
‫سبحان الذى اسرى بعبده— ليال من المسجد الحرام الى المسجد األقصى‬
Kemudian diikuti dengan
‫الذى باركنا حوله لنريه من اياتنا‬ 
Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung secara konkrit,
terkadang ada penghubung huruf ‘ athaf ‘ dan terkadang tidak ada.
5) Munasabah Antara Nama Surat Dengan Tujuan Turunnya
Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat al-Qur’an merupakan “inti
pembahasan surat tersebut serta penjelasan menyangkut tujuan”. Setiap surat
mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol, dan itu tercermin dalam nama-
nama masing-masing surat, seperti surat al-Baqarah, surat yusuf, surat an-Naml, dan
surat al-Jinn. Cerita tentang sapi betina dalam surat al-Baqarah umpamanya
merupakan inti pembicaraan surat tersebut, yaitu kekuasaan Allah membangkitkan
orang mati. Surat Yusuf mengisahkan Nabi Yusuf a.s. yang dibuang ke sumur oleh
saudara-saudaranya, kemudian setelah menjadi orang istana ia difitnah memperkosa
Zulaekha, permasuri penguasa Mesir, padahal justru wanita itu yang berusaha
memaksa Yusuf melakukan pembuatan tidak terpuji. Surat al-Jinn yang mengisahkan
bahwa Jin adalah mahluk yang juga sering mendengarkan bacaan al-Qur’an, dsb.
Singkat cerita semua nama surat mencerminkan isi dari surat itu.
6) Munasabah Antara Ayat Dengan Ayat Dalam Satu Surah
Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan
pada pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejumlah ayat, namun
pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu
sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Untuk menyebut

6
sebuah contoh, ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 – 20 memberikan sistematika
informasi tentang keimanan, kekufuran, serta kemunafikan. Untuk
mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan
ayat-ayat tersebut.
Misalnya surah al-Mu’minun dimulai dengan :
‫قد أفلح المؤمنون‬ 
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”.
Kemudian dibagian akhir surah ini ditemukan kalimat :
‫انه ال يفلح الكافرون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”.
7) Munasabah Antara Penutup Ayat Dengan Isi Ayat Itu Sendiri
Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu
al-Tamkin (mengukuhkan isi ayat), al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada
sumbernya), al-Tausyih (mempertajam relevansi makna) dan al-Ighal (tambahan
penjelasan).
Sebagai contoh :
‫فتبارك هللا احسن الخالقين‬ mengukuhkan ‫ثم خلقنا النطفة علقة‬  
bahkan mengukuhkan hubungan dengan dua ayat sebelumnya ( al-Mukminun : 12 – 14 ).
Kalimat-kalimat : ‫ لقوم يفقهون‬, ‫ لقوم يعقلون‬, ‫يتفكرون‬  ‫لقوم‬  
selalu menjadi sandaran isi ayat. Kata “halim” sangat erat hubungannya dengan ‘ibadat,
sementara “rasyid” kuat.
8) Munasabah Antara Awal Uraian Surah Dengan Akhir Uraian Surah
Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat antara
awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh al-
Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Mu’minun diawali dengan “‫قد افلح المؤمنون‬ “
( respek Tuhan kepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan
“‫انه اليفلح الكافرين‬ “ ( sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam
Q.S al-Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan
Nabi Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad
Saw yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa
As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh kemenangan.

7
9) Munasabah Antara Penutup Suatu Surah Dengan Awal Surah Berikutnya
Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :
‫فسبح باسم ربك العظيم‬
“Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.
Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 :
‫سبح هللا مافى السموات واألرض وهو العزيز الحكيم‬
“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran
Allah). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

10) Munasabah Antar Ayat Tentang Satu Tema


Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi, pertama-
tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Sementara al-Kirmani menggunakan metodologi
munasabah dalam membahas mutasyabih al-Qur’an dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi
Mutasyabih al-Qur’an. Karya yang dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat
al-Ta’wil oleh Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.
Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah (tegaknya suatu
kepemimpinan). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Q.S al-Nisa
(4) : 34 :
‫لرجال قوامون على النساء بما فضل هللا بعضهم على بعض و بما أنفقوا من أموالهم‬
Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 :
‫يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات وهللا بما تعملون خبير‬
Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa ) erat sekali kaitannya
dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.S al-Nisa menunjuk kata
kunci “Bima Fadhdhala” dan “al-Ilm” . Antara “Bima fadhdhala” dengan “yarfa’” terdapat
kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor ‘Ilmu.
Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi (tauqifi).
Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal dalam Kitab al-Qur’an.

2.7 Kegunaan Ilmu Munasabah

8
Sebagaimana Asbabun Nuzul, Munasabah sangat berperan dalam memahami Alquran.
Muhammad Abdullah Darraz berkata: “Sekalipun permasalahan-permasalahan yang
diungkapkan oleh surat itu banyak, semuanya merupakan satu kesatuan pembicaraan yang
awal dan akhirnya saling berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika
surat semestinyalah ia memerhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga memerhatikan
segala permasalahannya.” 3
Di samping itu, para ulama bersepakat bahwa Al-Quran ini, yang diturunkan dalam
tempo 20 tahun lebih dan mengandung bermacam-macam hukum karena sebab yang
berbeda-beda, sesungguhnya memiliki ayat-ayat yang mempunyai hubungan erat, hingga
tidak perlu lagi mencari asbab Nuzulnya, karena pertautan satu ayat dengan ayat lainnya
sudah bisa mewakilinya. Berdasarkan prinsip itu pulalah, Az-Zarkasyi mengatakan bahwa
jika ada asbab An-Nuzul, yang lebih utama adalah mengemukakan munasabah. Lebih jauh
lagi, kegunaan mempelajari Ilmu Munasabah dapat dijelaskan sebagai berikut:4
Kegunaan mempelajari ilmu munasabah sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa tema-
tema Al Quran kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian lainnya.
2. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al Quran, baik antara
kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain,
sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap Al Quran dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
3. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalghahan bahasa Al Quran dan konteks kalimat-
kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat/surat yang satu
dengan yang lainnya.
4. Dapat membantu dalam menafsirkan Al Quran setelah diketahui hubungan suatu
kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat dengan yang lain.

3
‘Abdullah Ad-Darraz, An-Naba’ Al-‘Azhim, Dar Al-‘Urubah, Mesir, 1974, hlm.159.
4
Qathathan, op. Cit., hlm. 97. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, hlm. 164-165.

9
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas yaitu setelah penulis melakukan studi pustaka terhadap
munasabah al Qur’an, maka penulis dapat menarik kesimpulan dari tulisan ini yaitu:
Secara etimologi munasabah berasal dari akar kata ‫نسب‬ : mengandung arti satu,
berdekatan, mirip, menyerupai. Adapun secara terminologi atau istilah yang diberikan para
ulama, munasabah adalah ilmu yang mengaitkan bagian-bagian awal ayat dan akhirnya,
mengaitkan lafadz umum dan khusus atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab
akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’aruḍ) dan sebagainya.
Macam-macam munasabah: (a) Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya; (b)
Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya; (c) Munasabah antar bagian suatu ayat; (d)
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan; (e) Munasabah antar suatu kelompok
ayat dengan kelompok ayat di sampingnya; (f) Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi
ayat; (g) Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama; (h) Munasabah antar
penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya; (i) Munasabah antar ayat tentang satu
tema; (j) 7) Munasabah antara penutup ayat dengan isi ayat itu sendiri
Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah: (a) Dapat mengembangkan sementara
anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema al Qur’an kehilangan relevansi antara
satu bagian dengan bagian yang lainnya; (b) Mengetahui persambungan atau hubungan
antara bagian al Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat – suratnya
yang satu dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan
terhadap kitab al Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya; (c) Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa al Qur’an dan
konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat/surat
yang satu dari yang lain; (d) Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al Qur’an
setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.

10
Daftar Pustaka

Ad-Darraz, ‘Abdullah. An - Naba’ Al - Azhim, Dar Al -‘Urubah, Mesir, 1974.

Al-Qaththa, Manna’.Mabahits fi ‘Ulum Al Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadis, ttp., 1973.

Najibah Nida Nurjanah. Jurnal al - Fath,Vol. 14,No. 1, (Januari-Juni) 2020.

http://berbagimakalah07.blogspot.com/2015/12/makalah-ulumul-quran-munasabah-al-
quran.html

https://langkahislamindonesia.blogspot.com/2017/03/ilmu-munasabah-al-quran.html

11

Anda mungkin juga menyukai