Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang
telah membantu dan memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Pengertian Takhrij Hadits.................................................................................................5
2.2 Tujuan Takhrij Hadits.......................................................................................................7
2.3 Manfaat Takhrij Hadits.....................................................................................................8
2.4 Kitab Untuk MenTakhrij Hadits.......................................................................................9
2.5 Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij Hadits................................................................11
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP...............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius
karena didalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal.
Di samping itu, di dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh,
khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis.
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya
adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan
mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang
berlaku sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Penguasaan para ulama dahulu terhadap sumber-sumber hadis begitu luas sehingga jika
disebutkan suatu hadis mereka tidak merasa kesulitan untuk mengetahui sumber hadis
tersebut. Ketika semangat belajar mulai melemah, mereka kesulitan untuk mengetahui
tempat-tempat hadis yang dijadikan . Sebagian ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-
hadis yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab hadis yang asli,
menjelaskan metodenya, dan menerangkan kualitasnya, apakah hadis tersebut shahih atau
dhaif, lalu muncullah apa yang dinamakan dengan kutub at-takhrij. Para muhaditsin
mengartikan tahkrij hadist sebagai Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan
menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan
metode periwayatan yang mereka tempuh.
PEMBAHASAN
ْب َأو
ِ ُكَ ْال ُكتZZز ٍء ِم ْن تِ ْلZ
ْ Zلْ َوفِي َأيِّ ُجZZَ ب،نَّ ِةZالس
ُّ ب ِ ُ َعهُ فِي ُكتZض ِ ُْون َمو Zَ سُرْ عَانَ َما يَتَ َذ َّكر،ث َما ٍ لِال ْستِ ْشهَا ِد بِ َح ِدي
ق
َ اZض َ رُو ٍن ِإلَى َأ ْنZُ َّدةَ قZكَ ِعZZِ ا ُل َعلَى َذلZت ْال َح ِ َ َوبَقِي... ت ْال َح ِديثِيَّ ِة َ ِّل َمظَانَّهُ فِي ْال ُمZَونَ َعلَى اَأْلقZZُْرف
ِ نَّفَاZص ِ يَع
Z َّمرُواZ ا ِء َو َشZZض بَعْضُ ْال ُعلَ َمَ َ فَنَه... اَأْلصْ لِيَّ ِةZصا ِد ِرهَا ِ ُير ِمنَ ْال ُعلَ َما ِء َو ْالبَا ِحثِينَ َعلَى ُكت
َ ب ال ُّسنَّ ِة َو َم ُ اطِّاَل
ٍ ِع َكث
ثِ ِديZر ْال َحZ َ ب ْال ُم
ِ Zنَّفَ ِة فِي َغ ْيZص ِ ُْض ْال ُكت
ِ يث بَع َ ا ِدZZوا َأ َحZZ فَخَ َّر ُج،ِّ دZاع ِد ْال ِج
ِ Z ع َْن َسArtinya, “Ketika ulama
mutaqaddimîn ingin berdalil dengan suatu hadits, dengan cepat mereka dapat mengingat
sumber referensinya, bahkan ingat pada juz berapa hadits tersebut disebutkan di referensi
tersebut, atau minimal mereka mengetahui di bagian mana biasanya hadits tersebut
disebutkan dalam kitab-kitab hadits … Hal ini berlangsung beberapa kurun, sampai pada
masa di mana banyak ulama dan peneliti terbilang sempit penelaahannya terhadap kitab-kitab
hadits dam sumber-sumber aslinya … Lalu sebagian ulama bangkit dan bekerja keras
mentakhrij hadits-hadits yang dicantumkan dalam kitab fan ilmu selain hadits (seperti fan
fiqih, tafsir, dan lain-lain).” (Ath-Thahhan, Ushûlut Takhrîj, halaman 13). Berdasarkan
penjelasan di atas dapat kita simpulkan, kerja-kerja ilmiah di bidang takhrij sebenarnya sudah
berlangsung di masa ulama mutaqaddimîn, namun penyusunan takhrij dalam satu kitab
tersendiri,atau dicantumkan di kitab selain fan hadits, baru berlangsung di masa ulama
muta'akhkhirîn setelah tahun 500 H.
1. Dengan melakukan takhrij dapat diketahui sumber-sumber asli suatu hadist serta ulama
yang meriwayatkannya.
2. Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadist-hadist melalui kitab-kitab yang
ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu hadist, semakin banyak
pula perbendaharaan sanad yang dimiliki.
3. Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat hadist
yang banyak itu maka dapat diketahui apakah riwayat tersebut mungathi’, maudhu’, dan lain-
lian, serta dapat diketahui apakah riwayat tersebut shahih, dha’if dan sebagainya.
4. Takhrij memperjelas hukum hadist dengan banyak riwayatnya itu. Terkadang didapati
suatu Hadist dha’if melaiui suatu riwayat, namun dengan takhrij kemungkinan kita akan
mendapati riwayat lain yang shahih. hadist yang shahih itu akan mengangkat hukum atau
kualitas hadist dha’if tersebut kederajat yang lebih tinggi.
5. Dengan takhrij dapat diketahui pendapat-pendapat para ulama tentang kualitas suatu
hadist.
6. Takhrij dapat memperjelas perawih hadist yang samar. Umpamanya didapatkan seorang
perawi yang belum ada kejelasan identitasnya. Dengan adanya takhrij kemungkinan akan
dapat diketahui nama atau identitas perawinya secara lengkap.
7. Takhrij dapat memperjelas perawi hadist yang tidak diketahui nama (sebenarnya) nya
melaui perbandingan diantara sanad-sanad
8. Takjhrij dapat menafikan pemakaian “ ” dalam periwayatan hadist oleh seorang perawi
Mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata yang jelas sanadnya,
maka periwayatan yang memakai “ ” tadi akan nampak pula ketersambungannya.
9. Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran periwayatan
10.Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena mungkinan saja
ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar. Dengan adanya sanad yang lain maka
nama perawi itu akan menjadi jelas.
11.Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam satu sanad.
12.Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam satu sanad.
13.Takhrij dapat menghilangkan hukum syadz (kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat
tsiqat) yang terdapat pada suatu hadist melalui perbandingan riwayat.
14.Takhrij dapat membedakan hadist yang mudraj (yang mengalami penyupan sesuatu
sesuatu) dari yang lainnya.
15.Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami oleh seorang
perawi.
16.Takhrij dapat mengungkapkan hal-hal yang terIupakan atau diringkas oleh seorang rawi
17.Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafazh
dengan yang diriwayatkan dengan makna.
18. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat kejadian munculnya hadist.
19.Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab munculnya hadist, dengan cara membandingkan
sanad-sanad yang ada.
20.Takhrij dapat mengungkapkan kemungkian terjadinya kesalahan percetakan dengan
melalui perbandingan sanad-sanad yang ada.
2. Mu’jam Al-fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris litartibi Ahaditsi
Shahihi Muslim.
Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-5 dari kitab Shahih Muslim
yang di sunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini merupakan kamus terhadap
juz ke-1-4 yang bertisi :
a. Daftar urusan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat
dalam Shahih Muslim.
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad
serta menerangkan nomor-nomor hadis yang di riwayatkan oleh Bukhari
bila kebetulan hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusn oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab ini dapat
digunakan untu mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi, hadis-
hadis yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah)
saja. Hadis tersebut disusun menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.
Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut Tartibi li Ahaditsi Tarikhil
Khatib yang disusun oleh sayyid Ahmad bin sayyid Muhammad bin sayyid As-Siddiq Al-
Qammari yang memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah
yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad Al-Bagdadi yang dikenal
dengan Al-kitab Al-Bagdadi (w.463 H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang
terdiri atas 4 jilid.
5. Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh imam Jalaludin Abdurahman As-Suyuthi (w.91 H). Kitab
kamus hadis ini membuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan
hadis yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni Jam’ul Jawami’i.
Hadis yang dimuat dalam kitab ini disusun berdasarkan urutan abjad dari awal
lafazh matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan
adapula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah megandung pengertian yang
cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat nabi yang
meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukharij-nya (periwayat hadis
yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu, hampir setiap hadis yang dikutip
dijelaskan kualitasnya menurut penelitian yang dilakukan atau disetujui oleh As-suyuthi.
Kitab ini dimasukkan untk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafazh matan
hadis. Berbagai lafazh yang disajikan tidak dibatasi hanya lafazh-lafazh yang berada
ditengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu’jam
mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis selama sebagian
dari lafazh matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang
terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu
Dawud, Sunan Tirmidzi, sunan Nasa’I, sunan Majah , sunan Darimi, Mutawatta Malik, dan
Musnad Ahmad.
-Kitab-kitab yang berisi himpunan hadist-hadist yang tersebar luas serta termasyhur ditengah
masyarakat
-Kitab-kitabMafatih dan F’aharis yang dikarang para ulama untuk kitab-kitab induk tertentu.
Kitab-kitab yang menghimpun hadist-hadist yang tersebar luas dan termasyhur dikalangan
masyarakat, Sebahagian pengarang membuat kunci-kunci dan daftar-dafatr isi dari kitab-
kitab Hadist tertentu.
3. Takhrij Hadist melalui Perawi pertama (rawi di tingkat sahabat)
Banyak dijumpai baik dalam karangan maupun dalam ceramah, suatu Hadist yang dikutip
biasanya disebutkan perawi pertama sebelum matan Hadist kemudian kolektornya setelah
matan Hadist atau keduanya diletakkan setelah matan Hadist. Kalau dijumpai Hadist seperti
demikian, maka salah satu cara mentakhrijnya adalah dengan melalui perawi pertama
tersebut. Dalam melakukan takhrij dengan metode ini ada tiga jenis kitab Hadist yang akan
sangat nenbantu sebagai berikut: Sebahagian pengarang membuat kunci-kunci dan daftar-
dafatr isi dari kitab-kitab Hadist tertentu. Hasil karya seperti itulah yang disebut kitab
Mafatih dan Faharis. Diantara karya jenis ini adalah.
(4)Fahrasu Litartibi Ahadisti Sunanu lbn Majah juga karya ‘Abd al-Baqi.
3. Takhrij Hadist melalui Perawi pertama (rawi di tingkat sahabat)
Banyak dijumpai baik dalam karangan maupun dalam ceramah, suatu Hadist yang dikutip
biasanya disebutkan perawi pertama sebelum matan Hadist kemudian kolektornya setelah
matan Hadist atau keduanya diletakkan setelah matan Hadist. Kalau dijumpai Hadist seperti
demikian, maka salah satu cara mentakhrijnya adalah dengan melalui perawi pertama
tersebut. Dalam melakukan takhrij dengan metode ini ada tiga jenis kitab Hadist yang akan
sangat nenbantu sebagai berikut:
Kitab-kita musnad
Yang disebut kitab musnad adalah kitab Hadist yang penyusunannya berdasarkan sanad pada
tingkat sahabat. Pengarang kitab musnad tersebut mengumpulkan Hadist-Hadist yang
diriwayatkan oieh masing- masing sahabat secara terpisah. Urutan nama-nama sahabat
didalam kitab-kitab musnad beraneka ragam. Ada yang berdasarkan urutan huruf hijaiyah,
ada berdasarkan urutan waktu masuk Islamnya para sahabat, ada yang berdasarkan
suku dan ada pula yang berdasarkan negeri asal sahabat dan sebagainya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan
lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan
cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memerhatikan
kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut menjadi jelas,
baik asal-usul maupun kualitasnya.
2. Takhrij menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist didalam sumber
aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
3. Dapat diketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang sedang
menjadi topik kajian.
4. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat.
Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak
bertambah.
5. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li
dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, akan dapat diketahui istilah hadis
mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk penyusun. Dan
penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya agar makalah yang saya
susun kedepannya jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni 2012.Jon Pamil: Takhrij Hadist:
Langkah Awal Penelitian Hadist.
https://www.bacaanmadani.com/2018/04/pengertian-takhrij-al-hadis-tujuan-dan.html
diakses 20 Maret 2023
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/takhrij-hadits-pengertian-dan-sejarah-QUZwc
diakses 20 Maret 2023
https://an-nur.ac.id/takhrij-hadits-pengertian-metode-metode-kitab-manfaat-takhrij-
dam-sejarahnya/6/ diakses 20 Maret 2023