ULUMUL HADIS
DISUSUN OLEH
FIRMAN AKBAR
sepatutnya kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
khilaf dan salah hanya milik penulis sebagai hamba-Nya. Shalawat serta salam
Penyusun sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak
PENYUSUN
FIRMAN
ii
DAFTAR ISI
iii
iiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits dari segi kualitasnya terbagi menjadi dua macam yaitu hadits
maqbul dan hadits mardud. Adapun hadits maqbulialah hadits yang unggul
pembenaran pemberitaannya, dalam hal ini hadits maqbul ialah hadits yang
pembenaran. Hadits maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits shahih dan hadits
hasan. hadits shahih ada yang shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi begitupun
juga hadits hasan. Sedangkan hadits mardud ialah hadits yang ditolak atau tidak
diterima, jadi hadits mardud ialah hadits yang tidak unggul pembenaran dan
pemberitaannya. Hadits mardud juga terbagi dua yaitu hadits dha’if dan hadits
maudhu’.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
berasal dari Rasulullah atau tidak. Jadi, pembagian hadits dari sudut pandang ini
Berdasarkan sudut pandang tersebut, secara umum, para ulama’ hadits membagi
1. Hadist maqbul
adalah:
yang adil lagi dhabit, dan juga berkaitan dengan matannya tidak syadz dan tidak
ber’illat.
3
Hadits maqbul dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hadits shahih dan hadits
hasan.[1]
Secara bahasa, shahih berarti “sehat, selamat dari aib, benar”. Secara
istilah, hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
perawi yang adil dan kuat hafalan dhabith-nya, serta terhindar dari kejanggalan
(syadz) dan cacat (illat). Para ulama’ mengatakan, hadits shahih hadits yang
sanadnya tersambung di kutip oleh orang yang adil lagi cermat dari yang sama,
Al Muwatta’ ialah kitab hadits yang pertama yang disusun oleh Imam Malik
(93-1791 H / 712-798 M)
oleh Imam Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Al-Mughiroh
· Sahih Muslim adalah kitab hadits shahih yang menempati posisi kedua
setelah Shahih Bukhori. Yang disusun oleh Imam Muslim Ibn Al-Hajaj Al-
· Shahih bin Huzaimah adalah kitab hadits shahih yang disusun oleh
Abdullah Ibn Abu Bakar Al-Huzaimah yang wafat pada 313. Didalam kitab ini
4
· Shahih Ibn Hibban adalah kitab shahih yang ditulis oleh Abu Hatim
tiap perawinya dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari perawi
Perawinya adil
Kata adil menurut bahasa berarti lurus, tidak berat sebelah, tidak
semua larangannya.
Perawinya dhabit
dengan sempurna.
5
Adapun sifat-sifat kedhabitan perawi, menurut para ulama’, dapat
diketahui melalui:
Kata illat bentuk jama’nya ‘ilal atau al-‘ilal, menurut bahasa berarti
tersebut.[3]
Hadits shahih ada dua macam yaitu: Shahih li dzatihi dan Shahih li ghairihi
“Shahih li dzatihi” Artinya: yang sah karena dzatnya, yakni shahih dengan
: مالك اخبرنا يوسفبن هللا حدثناعبد قال ص اللهرسول ان هللا عبد عن فع نا عن
اذاكانواثالثةفاليتناجي
Yusuf, ia berkata telah mengkhabarkan kepada kami, Malik, dari Nafi’, dari
Abdullah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila mereka itu bertiga orang,
6
janganlah dua orang dari antaranya berbisik-bisikan dengan tidak bersama
ketiganya.
Rawi-rawi yang ada dalam sanad hadits diatas, kalau disusun dengan tertib, akan
1. Bukhari
3. Malik
4. Nafi’
6. Rasulullah SAW.
Keterangan:
Kalau kita memeriksa sanad tersebut, dari Bukhari sampai Nabi SAW, kita
akan dapati bersambung dari seorang rawi kepada yang lain, karena bukhari
mendengar dari ‘Abdullah; ‘Abdullah ini mendengar dari Malik; Malik ini
mendengar dari Nafi’; Nafi’ ini mendengar dari ‘Abdullah (Ibnu ‘Umar);
Rawi-rawi No. 1-5 semua bersifat: adil, kepercayaan dan dhabith dengan
sempurna.
Adapun Rasulullah SAW. Tentu tidak perlu kita ragukan sifat beliau.
7
Hadits ini tidak terdapat syu-dzudz-nya, yakni tidak menyalahi hadits yang
derajatnya lebih kuat; dan tidak ada ‘illat-nya, yaitu kekeliruan, kesalahan dan
(صالة كل مع بالسواك المرتهم الناس علي أو امتي علي اشق ان لوال )البخارى رواه
“Shahih li Ghairihi” artinya: yang shahih karena yang lainnya, yaitu yang
jadi sah karena dikuatkan dengan jalan (sanad) atau keterangan lain.[7]
(صالة كل مع بالسواك المرتهم الناس علي أو امتي علي اشق ان لوال )البخارى رواه
sebagai orang yang jujur, akan tetapi ke-dhabithannya kurang sempurna, sehingga
hadits riwayatnya hanya sampai ketingkat hasan. Hadits tersebut pada mulanya
adalah hasan li dzatihi. karena ada riwayat lain yang lebih tsiqqah seperti hadits
8
b) Hadits Hasan الحسن الحديث
Hasan menurut bahasa berarti ( اليه تميل و النفس تشتهيه ماsesuatu yang
disenangi dan dicondongi oleh nafsu). Sedangkan menurut istilah, para ulama’
dipakai Al-Tirmidzi. Hadits hasan menurut Al-Tirmidzi adalah (dalam redaksi Ibn
Taymiyah):
وجهين من ماروي, بالكذب متهم هو من رواته فى وليس, حاديث لأل ذمخالف شا والهو
الصحيحة
“hadits yang diriwayatkan dari dua arah (jalur), dan para perawinya tidak
“khabar ahad yang dinukilkan melalui perawi yang adil, sempurna ingatannya,
bersambung sanadnya dengan tanpa ber’illat dan syadz disebut hadits shahih,
dzatihi”.
Dengan definisi ini, dapat diketahui bahwa hadits hasan menurut Ibn Hajar
adalah hadits yang telah memenuhi lima persyaratan hadits shahih sebagaimana
9
disebutkan terdahulu, hanya saja bedanya, hadits shahih daya ingatan perawinya
sempurna, sedang pada hadits hasan daya ingatan perawinya kurang sempurna.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa hadits hasan menurut Ibn Hajar adalah
hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, (tetapi) tidak begitu kuat daya
kejanggalan pada matannya. Dengan demikian, hadits hasan ini menempati posisi
diantara hadits shahih dan hadits dha’if. Definisi ini sama dengan definisi Al-
a. Sanadnya bersambung
b. Perawinya adil
e. Tidak ber’illat.
dengan periwayat yang adil, dhabith meskipun tidak sempurna, dari awal sanad
hingga akhir sanad tanpa ada kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat) yang merusak.
10
Ibn Al-Shalah memberikan batasan hadits jenis ini dengan: “bahwasannya
Hadits hasan li dzatihi ini bisa baik derajatnya menjadi hadits shahih (li
ghairihi) bila ada hadits lain yang sejenis diriwayatkan melalui jalur sanad lain.
. )ص هللا رسول قال (الترمذي: صالة كل مع بالسواك المرتهم امتي على اشق ان لوال
Hadits hasan ini hasan li dzatihi. Muhammad Ibn Amr ibn Alqamah
terkenal seorang yang baik dan jujur, tetapi kurang dhabith. Karena itu banyak
hadits tersebut memperoleh status hasan li dzatihi. akan tetapi ada riwayat lain
dari jalur Al A’raj dari Abu Hurairah, maka hadits ini naik derajatnya menjadi
“satu hadits yang “tidak terlalu lemah”, dikuatkan dengan jalan lain yang
11
Walaupun dikuatkan dengan beberapa jalan. Tidaklah dapat menjadi
Contohnya:
قال عازب بن البراءعن: ص هللا رسول قال: الجمعة يوم يغتسلوا ان المسلمين على حقا
bin Mani’, telah menceritakan kepada kami, Husyaim, dari Yazid bin Abi Ziyad,
dari ‘Abdirrahman bin Abi Laila, dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ia berkata: Telah
Keterangan:
1. Turmudzi
3. Husyaim
7. Rasulullah SAW
terkenal sebagi mudallis. Karena ini, maka sanadnya teranggap lemah yang tidak
12
B. Hadits mardud
Mardud menurut bahasa berarti “yang ditolak” atau yang “tidak diterima”.
Tidak terpenuhinya persyaratan dimaksud, bisa terjadi pada sanad dan matan.
Para ulama’ mengelompokkan hadits jenis ini menjadi dua yaitu hadits dha’if dan
hadits maudhu’
kuat. Maka sebutan hadits dha’if, secara bahasa berarti hadits yang lemah atau
mendefinisikan hadits dha’if ini. Akan tetapi pada dasarnya, isi dan
13
“hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul
Terdapat dua macam keadaan yang menyebabkan suatu hadits itu lemah, yaitu:
“hadits dha’if itu ialah satu hadits yang terputus sanadnya, atau diantara
أويقره أويفعله يقله لم مما وكذبا اختالقا وسلم عليه هللا صلى هللا رسول الى مانسب
maudhu’ ialah:
سواء وبهتانا زورا وسلم عليه هللا صلى هللا رسول إلى المنسوب المصنوع المختلع هو
14
“hadits yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun
tidak”.
Jadi hadits maudhu’ itu adalah bukan hadits yang bersumber dari Rasulullah SAW
atau dengan kata lain bukan hadits Rasul, akan tetapi suatu perkataan atau
15
BAB III
PENUTUP
Simpulan
berasal dari Rasulullah atau tidak. Jadi, pembagian hadits dari sudut pandang ini
Berdasarkan sudut pandang tersebut, secara umum, para ulama’ hadits membagi
1. Hadits maqbul
2. Hadits mardud
Hadits maqbul dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hadits shahih dan
hadits hasan.
Hadits shahih terbagi menjadi dua yaitu shahih li dzatihi dan shahih li
ghairihi, begitupun hadits hasan terbagi menjadi dua yaitu hasan li dzatihi dan
hasan li ghairihi.
Hadits maqbul dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hadits dha’if dan
hadits maudhu’.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tim kajian keislaman, (2012), buku induk terlengkap agama Islam, (Yogyakarta:
Citra Risalah);
“Shahih Bukhari” ;
Shahih Turmudzi
hal. 124-125.
971-972.
[5] A. Qodir Hassan, (1996), ilmu mushthalah hadits, (Bandung: cv. Diponegoro),
hal. 29-30.
[7] Ibid,
17
18