Anda di halaman 1dari 9

TAKHRIJ HADIS

A. Pengertian Takhrij Hadis


Secara bahasa, kata takhrij yangberarti “Mengeluarkan” merupakan isi masdar
berwazan taf’il dari kata kerja : ‫ﺗﺧﺭﻳﺟﺍ‬-‫ﻳﺧﺮﱠﺝ‬-‫ ﺧﺭﱠﺝ‬bentuk mut’addi dari kata kerja ‫ﺧﺭﺝ‬
‫ ﺧﺭﻮﺟﺍ‬- ‫ﻳﺧﺮﹸﺝ‬- ( kharaja-yakhruju-khurujan) yang berarti keluar atau muncul.
Menurut al-Thahhan, termasuk pengertian takhrij, adalah pengertian
muhadditsin tentang suatu hadis ‫ ﺍﺧﺮﺟﻪ‬8 ‫ﺍﻟﺑﺧﺍﺭﻱ‬ yang berarti Bukhari telah
mengeluarkannya. Maksudnya, menjelaskan kepada orang lain tentang tempat
keluarnya. Kata ini yang menjadi dasar kata ‫( ﺍﻟﺘﺨﺭﻴﺝ‬al-Takhrij) yang berarti tempat
keluarnya hadis dengan menyebutkan para perawi dalam hadis.
Ahli hadis dalam hal ini telah mengemukakan berbagai pengertian menyangkut
pengertian takhrij menurut para ahli hadis.
1. Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang
tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini
dinamakan juga istikhraj. Contohnya, seseorang mengambil sebuah hadis dari
kitab Jamius Sahih Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang
berbeda dengan sanad yang telah diteapkan oleh Imam Muslim.
2. Suatu keterangan bahwa hadis yang dimukilkan ke dalam kitab susunanya itu
terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunannya. Contohnya,
penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata : “ Akhrajahul
Bukhari ”, artinya bahwa hadis yang dimukil itu terdapat kitab Jomius Shahih
Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis
tersebut terdapat dalam kitab Shahih Muslim.
3. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh
penusun atau pengarang suatu kitab.
Misalnya :
1. Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab
yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab
Tafsir Al-Kasysyaaf , yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat
hadisnya, apakah sahih, hasan, atau lainnya.
2. Al Mugny An Hamlil Asfar, karya AbdurrahimAl-Iraqy, adalah kitab yang
menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapt dalam kitab Ihya Ulumuddin
karya Al-Ghazali.
Adapun pengertian takhrijul hadis berdasarkan aspek-aspek tertentu, antara
lain :
a. Menunjukkan tempat hadis dan menyebutkan kitab-kitab dimana tempat hadis
berada sumber-sumber yang asli. Dalam hal ini ada tiga jenis kitab yang
dimaksud, yaitu :
1. Kitab-kitab yang dihimpun oleh para pengarang dengan jalan yang diterima
dari guru-gurunya dan lengkap dengan sanadnya sampai kepada Rasulullah
SAW, seperti Kutub al-Sittah (Kitab Hadis Yang Enam), kitab al- Muwaththa’
karya Imam Malik, Musnad Ahmad, karya Imam Ahmad, Mustadrak karya
Imam al-Hakim, dan lain-lainnya.
2. Kitab-kitab yang menghimpun kitab-kitab diatas seperti Kitab al-Jami’ Bin al-
Shahihain, karya al-Humaidi, ktab-kitab yang menghimpun bagian
terkecilnya, seperti Tuhfat al-Asyraf Bi Ma’rifat al-Atraf karya al-Mazi, kitab-
kitab ringkasannya, seperti kitab Tahzib Sunan Abi Daud, karya al-Munziri.
3. Kitab-kitab selain hadis yang ditulis sendiri oleh pengarangnya lengkap
dengan sanadnya.
b. Menyebutkan hadis secara lengkap dengan sanad dan matannya.
c. Menjelaskan derajat hadis ketika diperlukan, apakah berstatus shoheh, hasan dan
dhaif.
B. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis
1. Memberikan informasi bahwa hadis tersebut termasuk hadis shahih, hasan ataupun
dhaif.
2. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa
suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima).
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid atau muttabi’ pada sanad yang diteliti.
4. Adanya syahid dan atau muttabi’ yang kuat, yang dapat memperkuat sanad yang
diteliti.
5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari
Rasulullah SAW. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat
tentang kebenaran hadis tersebut, baik secara segi sanad maupun matan.
C. Macam-maacam Metode Takhrij Hadis.
1. Metode Pertama : Tkhrij dengan cara mengetahui perawi hadis dari para sahabat.
Metode ini digunakan apabila kita mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis yang akan di takhrij. Apabila tidak diketahui nama sahabat
yang meriwayatkannya tentu metode takhrij dengan menggunakan metode ini
tidak bisa dipergunakan. Untuk menerapkan tiga metode ini digunakan tiga macam
kitab di bawah ini. Kitab-kitab ini disusun berdasarkan nama sahabat yang
meriwayatkan hadis.
a. Al-Masanid (musnad-musnad), dalam kitab ini disebutkan hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh setiap para sahabat secara tersendiri. Selama kita telah
mengetahui nama sahabat yang telah meriwayatkan hadis, maka kita bisa
mencari hadis tersebut dalam kitab al-Masanid sehingga menemukan petunjuk
dalam suatu musnad dari kumpulan musnad tersebut.
b. Al-Ma’aajim (mu’jam-mu’jam), susunan hadis didalamnya berdasarkan urutan
musnad para para sahabat atau syuyukh (guru-guru) atau bangsa (tempat asal)
sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama para sahabat, dapat
mempermudah untuk mendapatkan petunjuk yang merujuk kepada hadisnya.
c. Kitab-kitab Al-Athraf, kebanyakan kitab-kitab al-athraf disusun berdasarkan
musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama mereka sesuai kamus. Jika
seorang peneliti mengetahui bagian dari hadis iyu, maka dapat merujuk pada
sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-athraf tersebut untuk
kemudian mengambil hadis secara lengkap.
2. Metode Kedua : Takhrij dengan mengrtahui permulaan lafaz dari hadis.
Seseorang mukharrij yang menggunakan metode ini harus lebih mengetahui
secara pasti lafaz pertama dari hadis yang akan ditakhrijnya, setelah itu barulah dia
dapat melitah huruf pertamanya dari kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan
metode ini, dan huruf kedua, ketiga, dan selanjutnya.
Diantara kitab-kitab yang menggunakan metode ini :
1. Al-Jami’ al-Shaghir Min Hadis al-Basyir al Nadzir karangannya al-Syuyuthi
(wafat pada tahun 911 H)
2. Al-Fath al-Kabir fi Dhamm al-Ziyadad Ila al-Jami’ al-Shaghir karangannya al-
Syuyuthi.
3. Jam’al-Jawami’ Aw al-Jami’ al-Kabir karangannya al-Manawi (wafat pada
tahun 1032 H).
4. Hidayat al-Bari Ila Tartib Ahadis al-Bukhari karangan Abd al-Rahim ibn
Anbar al-Thahawi (wafat pada tahun 1365 H).
5. Mu’jam Jmi’ al-Ushul Fi Ahadis al-Rasul karangannya al-Mubarak ibn
Muhammad ibn al-Atsir al-Jazari.
Cara ini dapat dibantu dengan :
1. Kitab-kitab yang berisis tentnang hadis-hadis yang dikenal oleh orang banyak.
2. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus.
3. Petunjuk-petunjuk dan indeks-indeks yang disusun oleh ulama untuk kitab-
kitab tertentu.
3. Metode Ketiga : Takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya
melalui bagian mana saja dari matan.
Metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahraz li al-Faz al-
Hadis al-Nbawi karya A. Wansinck (wafat pada tahun1939). Kitab ini memuat
lafaz-lafaz hadis dalam sembilan kitab hadis yang mashur, yaitu :
a. Kutubus-Sittah
b. Muwattaa’ Imam Malik
c. Musnad Ahmad
d. Musnad al-Darimi
Metode yang digunakan dalam kitab ini antara lain :
1. Kitab yang sembilan dipakai dengan rumusan untuk setiap kitab, seperti huruf
‫( ﺥ‬kha) untuk rumus atau kode bagi kitab Shahih al-Bukhari, huruf ‫( ﻡ‬mim)
untuk kode bagi kitab Shahih Mualim, dan tanda lainnya bagi setiap kitab.
Tanda-tanda tersebut ditulis di bawah halaman kitab.
2. Cara yang dipakai dalam menentukan hadis pada kitab yang sembilan adalah
dengan cara menulis nama pembahsan hadis, seperti kata ‫( ﺍﺪﺐ‬adab),
kemudian menjelaskan nomor bab dalam pembahasan tersebut. Kata yang
diletakkan sebagai pembahasan tidak termasuk huruf atau sesuatu yang serupa
dengannya seperti ‫ ﻤﻦ‬8,‫ ﺍﻦﺍﻠﻴﻪ‬8,‫ ﻤﻤﺍ‬8,‫ﻓﻲ‬, dan kata lainnya yang tidak berbentuk isim
atau fi’il.
4. Metode Keempat : Takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadis.
Mentakhrij dengan metode ini merujuk kepada kepada kitab-kitab hadis yang
tersusun berdasarkan pembahasan fiqih. Kitab-kitab ini dibagi menjadi tiga
macam.
1. Kitab hadis yang membahas seluruh keagamaan, yang mashur seperti kitab al-
Jawami’, al-Mustakharaj Wa al-Mustadrak Ala al-Jawami’ al-Ma’ajim, al-
Zawaid, dan Miftah Kunuz al-Sunnah.
2. Kitab yang membahas sebagian besar masalah keagamaan, yang terdapat
bermacam-macam kitab, seperti al-Sunan, al-Mustadrak, al-Muwaththa’,
Mustakhraj ala al-Sunan.
3. Kitab hadis yang membahas masalah tertentu. Seperti al-Jaza’, al-Targhib wa
al-Tarhib, al-Zhud wa al-Fadhail wa la-Adab wa al-Akhlaq, al-Ahkam.
Jika telah diketahui tema dan objek pembahsan hadis, maka bisa dibantu
dalam takhrij-nya dengan karya-karya hadis yang disusun berdasarkan bab-bab
dan judul-judul. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz as-Sunnah
yang berisi daftar hadis yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab
ini disusun orientalis berkebangsaan Belanda yang bernama Dr. Arinjan Vensink,
juga kitab ini mencakup daftar isi untuk 14 kitab hadis yang terkenal, yaitu :
a. Shahih Bukhari
b. Shahih Muslim
c. Sunan Abu Daud
d. Jami’ At-Tirmidzi
e. Sunan Ibnu Majah
f. Muwaththa’ Malik
g. Musnad Ahmad
h. Musnad Abu Daud Ath-Thayalisi
i. Sunan Ad-Darimi
j. Musnad Zaid bin ‘Ali
k. Sirah Ibnu Hisyam
l. Maghazi Al-Waqidi
m. Thabaqat Ibnu Sa’ad
Dalam menyusun kitab ini, Dr. Vensink menghabiskan waktunya selama 10
tahun, kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dan diedarkan oleh
Muhammad Fuad Abdul-Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu selama 4
tahun.
5. Metode Kelima : Takhrij berdasarkan status hadis
Melalui kitab-kitab tertentu, para ulama berupaya menyusun hadis berdasarkan
statusnya, seperti hadis qudsi, masyhur, mursal, dan lain-lainnya.
Kelebihan dari metode ini adalah dapat memudahkan takhrij hadis, karena
hadis-hadis yang diperlihatkan berdasarkan statusnya, jumlahnya yang sedikit dan
tidak rumit. Meskipun demikian, kekurangannya tetap ada yaitu terbatasnya kitab-
kitab yang memuat hadis menurut statusnya. Diantara kitab yang disusun menurut
metode ini adalah :
a. Al-Azbar al-Mutamatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Syuyuti, yang
memuat hadis-hadis mutawatir.
b. Al-Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah karya al-Madani yang
memuat hadis-hadis qudsi.
c. Al-Maqashid al-Hasanah karya Shakawi yang memuat hadis-hadis populer.
d. Al-Marasil karya Abu Daud yang memuat hadis-hadis mursal
e. Tanzib al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akbar al-Syani’ah al-Maudlu’ah karya
Ibn Iraq yang memuat hadis-hadis maudlu’.
Para Perawi Hadis, dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah al-Rawiy
(periwayat), apa yang diriwayatkan dinamakan al-Marwiy, susunan atau rangkaian
para periwayat yang menghubungkan kepada matan dinamakan dengan sanad, atau
bisa disebut juga dengan isnad, dan kalimat atau lafaz-lafaz yang disebutkan
sesudahnya (suatu perkataan) disebut dengan matan. Munculnya sanad dan matan
hadis tidak lain karena adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh para periwayat
hadis, yang dikenal dengan istilah al-riwayat, yaitu “kegiatan penerimaan dan
penyampaian hadis ( sighat tahammul wa al-ada’). Oleh karena itu sanad hadis
dapat dinyatakan otentik , benar dan shahih, setelah dilakukan pembuktian tentang
identitas, kepribadian dan latar belakang kehidupan para periwayat dan segala
aspek yang terkait dengan periwayatan hadis termasuk sighat tahammul wa al-ada’
yang digunakan para periwaya. Dalam ilmu hadis, pembahsan hal ihwal sanad
termasuk dalam kajian ilmu Rijal al-Hadits san ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil.
Dengan demikian, dalam upaya membuktikan kebenaran dan keshahihan sanad
hadis perlu diketahui beberapa hal pokok berikut :
1. Mengetahui Identitas Sanad
Yang termasuk dalam unsur-unsur identitas sanad :
a. Nama lemngkap periwayat
b. Kunyah (gelar kemuliaan)
c. Laqab (alias, nama panggilan yang lain seperti Abu Bakr yang nama
sebenarnya adalah Abdullah ibn Qahaffa)
d. Tempat dan tanggal / tahun lahir
e. Tempat dan tanggal / tahun wafat
f. Komentar ulama terhadap sanad tersebut, baik ta’dil maupun tajrih
2. Rihlah Ilmiah
Rihlah ilmiah yang dimaksud disini adalah perjalanan para periwayat
(sanad) dalam menuntut ilmu, menerima dan menyampaikan hadis (tahammul
wa al-ada’). Perlu disebutkan siapa saja guru-guru yang menjadi sumber
periwayatan hadis bagi sanad (rawa-‘an) dan siapa saja murit yang
meriwayatkan hadis tersebut (rawa-‘anhu). Pertemuan antara guru dan murid
(liqa’) dan hidup semasa antara keduanya (mu’ansarah) merupakan unsur
terpenting dalam upaya menentukan bersambungnya sanad hadis (ittishal al-
sanad).
3. Sighat Tahammul wa al-Ada’
Yang dimaksudkan disini adalah kata-kata atau lafaz-lafaz tertentu
yang digunakan oleh para periwayat hadis dalam menyandarkan
periwayatannya, yaitu : sami’tu, haddatsana, haddatsani, akhbarana,
akhbarani, qaala lana, zakara lanaa, dan seterusnya.
4. Komentar para Ulama Hadis tentang kepribadian para Periwayat (sanad) hadis
dapat dilihat pada ilmu al-jarh wa al-Ta’dil.
D. Kitab-Kitab Yang Perlukan
Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij hadis. Adapun kitab-
kitab tersebut antara lain :
1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar Al-Misri at-Tahtawi.kitab ini
disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam Sahih Al-Bukhari.
Lafal-lafal hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun hadis-
hadis yang dikemukakan secara brulang dalam Shahih Bukhari tidak dimuat secara
berulang dalam kamus diatas. Dengan demikian perbdaan lafal dalam matan hadis
riwayat Al-Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus terseburt.
2. Mu’jam Al-Fazi wala siyyama al-garibu minha atau fihris litartibi ahadis sahihi
Muslim
Kitab ini merupakan salah satu juz, yakni juz ke-V dari kitab Shahih Muslim
yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz V ini merupakan kamus terhadap
Juz ke-I – IV yang berisi :
a. Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan juz yang memuatnya
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam
Shahih Muslim
c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad
serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, apabila
hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Muftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafah Al-Tauqiyah. Kitab ini
digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
riwayatkan oleh Muslim. Akan tyetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis-hadis tersebut
disusun menurut abjad dari awal lafal matan hadis.
4. Al-Bugyatu fi tartibi ahadisi al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad bin Sayyid
Siddiqi Al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis
yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim Al-Asabuni (wafat tahun
430 H) yang berjudul : Hilyatul auliyati wababaqatul asfiyai.
5. Al-Jamius Saghir
Kitab ini disusun oleh imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuti (wafat tahun
91 H). Kitab hadis tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab
himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuti juga, yakni kitab Jam’ul
Jawani.
6. Al-Mujam al-mufahras li alfazil hadis nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara
anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.
Arnold John Wensink (wafat 1939 M), seorang profesor bahasa-bahasa Semit,
termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan
hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi hanya lafal-lafal yang berada di
tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu’jam
mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis, asalkan
sebagian dari lafal matan yang dicarinya telah diketahui.
Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh Juz dan dapat digunakan untuk mencari
hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni :
a. Shahih Bukhari
b. Shahih Muslim
c. Sunan Abu Daud
d. Sunan Turmuzi
e. Sunan Nasai
f. Sunan Ibnu Majjah
g. Sunan Daromi
h. Muwatta Malik
i. Musnad Ahmad
E. Cara Melaksanakan Takhrij Hadis
1. Menelusuri Hadis Kepada Sumber Asli
a. Mengetahui Sahabat yang Meriwayatkan Hadis
Untuk metode ini kita memerlukan kitab-kitab sebagai berikut :
 Kitab-kitab musnad, yaitu kitab-kitab hadis yang disusun oleh para
pengarangnyayang disandarkan kepada nama-nama sahabat
 Kitab-kitab Mu’jam, menurut istilah para ahli hadis mu’jam diartikan
sebagai, kitab yang didalamnya disusun hadis-hadis berdasarkan musnad-
musnad sahabat, guru-guru, negeri dan seterusnya.
 Kitab-kitab al-Athraf. Adalah kitab-kitab hadis yang hanya menyebutkan
sanad-sanad nya, baik secara menyeluruh ataupun hanya dikaitkan saja
dengan kitab-kitab tertentu.
Kandungan al-Athraf memiliki beberapa manfaat :
a. Kita bisa mengetahui sanad-sanad hadis yang beragam dan terkumpul
pada satu tempat, kemudian dapat diketahui melalui kitab ini apakah
suatu hadis itu gharib, aziz atau masyhur.
b. Kita bisa mengetahui pengarang-pengarang kitab pokok hadis yang
pernahmengtakhrij hadis, bab yang telah mereka takhrij.
c. Bisa mengetahui bilangan hadis-hadis tiap sahabat yang terdapat pada
kitab-kitab yang digunakan kitab Athraf.
b. Mengetahui Lafaz pertama Matan Hadis
c. Mengetahui Salah Satu Lafal Matan Hadis
2. Meneliti Persambungan Sanad Hadis
a. Mencatat seluruh nama periwayat dalam sanad yang diteliti
b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing periwayat melalui kitab-kitab rijal
al-hadis
c. Meneliti kata-kata (sighat tahammul wa ada’ al-hadis) yang menghubungkan
antara periwayat satu dengan periwayat lain yang terdekat dalam sanad
Ada delapan metode yang biasanya diterapkan dalam meriwayatkan hadis,
yaitu :
 Al-Sama’ yaitu seorang guru membacakan hadis dihadapan muridnya dan
muridnya mendengarkan bunyi hadis tersebut
 ‘Aradh yakni seorang murid membacakan hadis kepada guru atau orang lain
 Ijazah adalah seorang guru mengizinkan muridnya untuk meriwayatkan
hadis baik izin itu diberikan dalam bentuk lisan maupun tulisan
 Munawalah ialah seorang guru memberikan materi tertulis kepada seorang
murid untuk meriwayatkan hadisnya.
 Kitabah atau Mukatabah yaitu seorang guru menuliskan hadis yang
kemudian diberikan kepada orang lain
 I’lam ialah seorang guru memberikan informasi kepada muridnya bahwa ia
memberi izin untuk meriwayatkan materi hadis tertentu
 Washiyat adalah seorang guru mewariskan buku-buku hadis yang ditulisnya
kepada seseorang
 Wijadah adalah seseorang menemukan buku-buku hadis yang ditulis oleh
seseorang yang tidak dikenal namanya.
3. Meneliti Kualitas Periwayat
Hadis diakui validasinya apabila periwayat yang tedapat dalam sanad hadis
tersebut ‘Adil dan Dhabit. Seorang periwayat hadis dinyatakan ‘Adil apabila :
a) Islam
b) Mukallaf
c) Meaksanakan ketentuan agama
d) Menjaga muru’ah
Secara umum, ulama telah mengumumkan cara penetapan keadilan periwayat
hadis, yaitu :
a. Berdasarkan popularitas keutamaan periwayat dikalangan ulama hadis
b. Penilaian dari kritikus periwayat hadis
Adapun periwayat yang dhabit menurut istilah ilmu hadis adalah, periwayat
yang hafal dengan sempurna hadis-hadis yang diterima dan mampu
menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain.
Cara menentukan kedhabitan seorang periwayat, yaitu :
a) Berdasarkan kesaksian ulama
b) Berdasarkan kesesuayan riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh
periwayat lain yang terkenal kedhabitannya.
4. Meneliti Syuzuz dan Illat
Menurut ulama hadis, Illat yang terdapat pada sanad itu secara umum adalah :
a. Sanad yang tampaknya muttasil dan marfu’ tetapi ternyata mauquf atau mursal
b. Terjadi kekeliruan penyebutan nama periwayat yang memiliki kemiripan
dengan periwayat lain yang kualitasnya berbeda
c. Sanad yang tampaknya besambung dan shahih ternyata ada tadlis
(penyembunyian cacat), dan sebagainya.
5. Meneliti Matan Hadis
Tolak ukur penelitian terhadap matan menurut Khatib al-Baghdadi sebagaimana di
kutip oleh Syuhudi Ismail yaitu :
a. Tidak bertentangan dengan akal
b. Tidak bertentangan dengan al-Qura’an yang telah muhkam
c. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir
d. Tidak bertentangan dengan amalan ulama salaf
e. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti
f. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih shahih
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad dan Muhammad Zakir. 1998. ULUMUL HADIS. Bandung : Penerbit
PUSTAKA SETIA.

Alfiah dkk. 2019. STUDI ILMU HADIS. Pekanbaru : Kreasi Edukasi.

Khon, Abdul Majid. 2015. ULUMUL HADIS. Jakarta : AMZAH.

Thahan, Mahmud. 1985. ‫ ﺘﻴﺴﻴﺮﻤﺼﻁﻠﺢﺍﻠﺣﺪﻴﺚ‬. Saudi Arabia : Maktabah Ma’arif Saudi.

Zarkasih. 2012. Pengantar STUDI HADIS. Pekanbaru : Aswaja Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai