0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
103 tayangan9 halaman
Takhrij hadis merupakan usaha menelusuri sumber asli suatu hadis, meliputi menyebutkan sanad (rantai perawi), tempat hadis ditemukan, dan derajat keabsahannya. Tujuannya untuk mengetahui keabsahan hadis serta memudahkan penerapannya. Terdapat beberapa metode takhrij, seperti menelusuri nama sahabat yang meriwayatkan, permulaan lafaz hadis, dan tema pembahasannya. Metode-metode ini membantu
Takhrij hadis merupakan usaha menelusuri sumber asli suatu hadis, meliputi menyebutkan sanad (rantai perawi), tempat hadis ditemukan, dan derajat keabsahannya. Tujuannya untuk mengetahui keabsahan hadis serta memudahkan penerapannya. Terdapat beberapa metode takhrij, seperti menelusuri nama sahabat yang meriwayatkan, permulaan lafaz hadis, dan tema pembahasannya. Metode-metode ini membantu
Takhrij hadis merupakan usaha menelusuri sumber asli suatu hadis, meliputi menyebutkan sanad (rantai perawi), tempat hadis ditemukan, dan derajat keabsahannya. Tujuannya untuk mengetahui keabsahan hadis serta memudahkan penerapannya. Terdapat beberapa metode takhrij, seperti menelusuri nama sahabat yang meriwayatkan, permulaan lafaz hadis, dan tema pembahasannya. Metode-metode ini membantu
Secara bahasa, kata takhrij yangberarti “Mengeluarkan” merupakan isi masdar berwazan taf’il dari kata kerja : ﺗﺧﺭﻳﺟﺍ-ﻳﺧﺮﱠﺝ- ﺧﺭﱠﺝbentuk mut’addi dari kata kerja ﺧﺭﺝ ﺧﺭﻮﺟﺍ- ﻳﺧﺮﹸﺝ- ( kharaja-yakhruju-khurujan) yang berarti keluar atau muncul. Menurut al-Thahhan, termasuk pengertian takhrij, adalah pengertian muhadditsin tentang suatu hadis ﺍﺧﺮﺟﻪ8 ﺍﻟﺑﺧﺍﺭﻱ yang berarti Bukhari telah mengeluarkannya. Maksudnya, menjelaskan kepada orang lain tentang tempat keluarnya. Kata ini yang menjadi dasar kata ( ﺍﻟﺘﺨﺭﻴﺝal-Takhrij) yang berarti tempat keluarnya hadis dengan menyebutkan para perawi dalam hadis. Ahli hadis dalam hal ini telah mengemukakan berbagai pengertian menyangkut pengertian takhrij menurut para ahli hadis. 1. Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Contohnya, seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah diteapkan oleh Imam Muslim. 2. Suatu keterangan bahwa hadis yang dimukilkan ke dalam kitab susunanya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunannya. Contohnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata : “ Akhrajahul Bukhari ”, artinya bahwa hadis yang dimukil itu terdapat kitab Jomius Shahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Shahih Muslim. 3. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penusun atau pengarang suatu kitab. Misalnya : 1. Takhrij Ahadisil Kasysyaaf, karyanya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab Tafsir Al-Kasysyaaf , yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah sahih, hasan, atau lainnya. 2. Al Mugny An Hamlil Asfar, karya AbdurrahimAl-Iraqy, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapt dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali. Adapun pengertian takhrijul hadis berdasarkan aspek-aspek tertentu, antara lain : a. Menunjukkan tempat hadis dan menyebutkan kitab-kitab dimana tempat hadis berada sumber-sumber yang asli. Dalam hal ini ada tiga jenis kitab yang dimaksud, yaitu : 1. Kitab-kitab yang dihimpun oleh para pengarang dengan jalan yang diterima dari guru-gurunya dan lengkap dengan sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW, seperti Kutub al-Sittah (Kitab Hadis Yang Enam), kitab al- Muwaththa’ karya Imam Malik, Musnad Ahmad, karya Imam Ahmad, Mustadrak karya Imam al-Hakim, dan lain-lainnya. 2. Kitab-kitab yang menghimpun kitab-kitab diatas seperti Kitab al-Jami’ Bin al- Shahihain, karya al-Humaidi, ktab-kitab yang menghimpun bagian terkecilnya, seperti Tuhfat al-Asyraf Bi Ma’rifat al-Atraf karya al-Mazi, kitab- kitab ringkasannya, seperti kitab Tahzib Sunan Abi Daud, karya al-Munziri. 3. Kitab-kitab selain hadis yang ditulis sendiri oleh pengarangnya lengkap dengan sanadnya. b. Menyebutkan hadis secara lengkap dengan sanad dan matannya. c. Menjelaskan derajat hadis ketika diperlukan, apakah berstatus shoheh, hasan dan dhaif. B. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis 1. Memberikan informasi bahwa hadis tersebut termasuk hadis shahih, hasan ataupun dhaif. 2. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid atau muttabi’ pada sanad yang diteliti. 4. Adanya syahid dan atau muttabi’ yang kuat, yang dapat memperkuat sanad yang diteliti. 5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik secara segi sanad maupun matan. C. Macam-maacam Metode Takhrij Hadis. 1. Metode Pertama : Tkhrij dengan cara mengetahui perawi hadis dari para sahabat. Metode ini digunakan apabila kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan di takhrij. Apabila tidak diketahui nama sahabat yang meriwayatkannya tentu metode takhrij dengan menggunakan metode ini tidak bisa dipergunakan. Untuk menerapkan tiga metode ini digunakan tiga macam kitab di bawah ini. Kitab-kitab ini disusun berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis. a. Al-Masanid (musnad-musnad), dalam kitab ini disebutkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap para sahabat secara tersendiri. Selama kita telah mengetahui nama sahabat yang telah meriwayatkan hadis, maka kita bisa mencari hadis tersebut dalam kitab al-Masanid sehingga menemukan petunjuk dalam suatu musnad dari kumpulan musnad tersebut. b. Al-Ma’aajim (mu’jam-mu’jam), susunan hadis didalamnya berdasarkan urutan musnad para para sahabat atau syuyukh (guru-guru) atau bangsa (tempat asal) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama para sahabat, dapat mempermudah untuk mendapatkan petunjuk yang merujuk kepada hadisnya. c. Kitab-kitab Al-Athraf, kebanyakan kitab-kitab al-athraf disusun berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama mereka sesuai kamus. Jika seorang peneliti mengetahui bagian dari hadis iyu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-athraf tersebut untuk kemudian mengambil hadis secara lengkap. 2. Metode Kedua : Takhrij dengan mengrtahui permulaan lafaz dari hadis. Seseorang mukharrij yang menggunakan metode ini harus lebih mengetahui secara pasti lafaz pertama dari hadis yang akan ditakhrijnya, setelah itu barulah dia dapat melitah huruf pertamanya dari kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan metode ini, dan huruf kedua, ketiga, dan selanjutnya. Diantara kitab-kitab yang menggunakan metode ini : 1. Al-Jami’ al-Shaghir Min Hadis al-Basyir al Nadzir karangannya al-Syuyuthi (wafat pada tahun 911 H) 2. Al-Fath al-Kabir fi Dhamm al-Ziyadad Ila al-Jami’ al-Shaghir karangannya al- Syuyuthi. 3. Jam’al-Jawami’ Aw al-Jami’ al-Kabir karangannya al-Manawi (wafat pada tahun 1032 H). 4. Hidayat al-Bari Ila Tartib Ahadis al-Bukhari karangan Abd al-Rahim ibn Anbar al-Thahawi (wafat pada tahun 1365 H). 5. Mu’jam Jmi’ al-Ushul Fi Ahadis al-Rasul karangannya al-Mubarak ibn Muhammad ibn al-Atsir al-Jazari. Cara ini dapat dibantu dengan : 1. Kitab-kitab yang berisis tentnang hadis-hadis yang dikenal oleh orang banyak. 2. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus. 3. Petunjuk-petunjuk dan indeks-indeks yang disusun oleh ulama untuk kitab- kitab tertentu. 3. Metode Ketiga : Takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya melalui bagian mana saja dari matan. Metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahraz li al-Faz al- Hadis al-Nbawi karya A. Wansinck (wafat pada tahun1939). Kitab ini memuat lafaz-lafaz hadis dalam sembilan kitab hadis yang mashur, yaitu : a. Kutubus-Sittah b. Muwattaa’ Imam Malik c. Musnad Ahmad d. Musnad al-Darimi Metode yang digunakan dalam kitab ini antara lain : 1. Kitab yang sembilan dipakai dengan rumusan untuk setiap kitab, seperti huruf ( ﺥkha) untuk rumus atau kode bagi kitab Shahih al-Bukhari, huruf ( ﻡmim) untuk kode bagi kitab Shahih Mualim, dan tanda lainnya bagi setiap kitab. Tanda-tanda tersebut ditulis di bawah halaman kitab. 2. Cara yang dipakai dalam menentukan hadis pada kitab yang sembilan adalah dengan cara menulis nama pembahsan hadis, seperti kata ( ﺍﺪﺐadab), kemudian menjelaskan nomor bab dalam pembahasan tersebut. Kata yang diletakkan sebagai pembahasan tidak termasuk huruf atau sesuatu yang serupa dengannya seperti ﻤﻦ8, ﺍﻦﺍﻠﻴﻪ8, ﻤﻤﺍ8,ﻓﻲ, dan kata lainnya yang tidak berbentuk isim atau fi’il. 4. Metode Keempat : Takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadis. Mentakhrij dengan metode ini merujuk kepada kepada kitab-kitab hadis yang tersusun berdasarkan pembahasan fiqih. Kitab-kitab ini dibagi menjadi tiga macam. 1. Kitab hadis yang membahas seluruh keagamaan, yang mashur seperti kitab al- Jawami’, al-Mustakharaj Wa al-Mustadrak Ala al-Jawami’ al-Ma’ajim, al- Zawaid, dan Miftah Kunuz al-Sunnah. 2. Kitab yang membahas sebagian besar masalah keagamaan, yang terdapat bermacam-macam kitab, seperti al-Sunan, al-Mustadrak, al-Muwaththa’, Mustakhraj ala al-Sunan. 3. Kitab hadis yang membahas masalah tertentu. Seperti al-Jaza’, al-Targhib wa al-Tarhib, al-Zhud wa al-Fadhail wa la-Adab wa al-Akhlaq, al-Ahkam. Jika telah diketahui tema dan objek pembahsan hadis, maka bisa dibantu dalam takhrij-nya dengan karya-karya hadis yang disusun berdasarkan bab-bab dan judul-judul. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz as-Sunnah yang berisi daftar hadis yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab ini disusun orientalis berkebangsaan Belanda yang bernama Dr. Arinjan Vensink, juga kitab ini mencakup daftar isi untuk 14 kitab hadis yang terkenal, yaitu : a. Shahih Bukhari b. Shahih Muslim c. Sunan Abu Daud d. Jami’ At-Tirmidzi e. Sunan Ibnu Majah f. Muwaththa’ Malik g. Musnad Ahmad h. Musnad Abu Daud Ath-Thayalisi i. Sunan Ad-Darimi j. Musnad Zaid bin ‘Ali k. Sirah Ibnu Hisyam l. Maghazi Al-Waqidi m. Thabaqat Ibnu Sa’ad Dalam menyusun kitab ini, Dr. Vensink menghabiskan waktunya selama 10 tahun, kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dan diedarkan oleh Muhammad Fuad Abdul-Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu selama 4 tahun. 5. Metode Kelima : Takhrij berdasarkan status hadis Melalui kitab-kitab tertentu, para ulama berupaya menyusun hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, masyhur, mursal, dan lain-lainnya. Kelebihan dari metode ini adalah dapat memudahkan takhrij hadis, karena hadis-hadis yang diperlihatkan berdasarkan statusnya, jumlahnya yang sedikit dan tidak rumit. Meskipun demikian, kekurangannya tetap ada yaitu terbatasnya kitab- kitab yang memuat hadis menurut statusnya. Diantara kitab yang disusun menurut metode ini adalah : a. Al-Azbar al-Mutamatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Syuyuti, yang memuat hadis-hadis mutawatir. b. Al-Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah karya al-Madani yang memuat hadis-hadis qudsi. c. Al-Maqashid al-Hasanah karya Shakawi yang memuat hadis-hadis populer. d. Al-Marasil karya Abu Daud yang memuat hadis-hadis mursal e. Tanzib al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akbar al-Syani’ah al-Maudlu’ah karya Ibn Iraq yang memuat hadis-hadis maudlu’. Para Perawi Hadis, dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah al-Rawiy (periwayat), apa yang diriwayatkan dinamakan al-Marwiy, susunan atau rangkaian para periwayat yang menghubungkan kepada matan dinamakan dengan sanad, atau bisa disebut juga dengan isnad, dan kalimat atau lafaz-lafaz yang disebutkan sesudahnya (suatu perkataan) disebut dengan matan. Munculnya sanad dan matan hadis tidak lain karena adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh para periwayat hadis, yang dikenal dengan istilah al-riwayat, yaitu “kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis ( sighat tahammul wa al-ada’). Oleh karena itu sanad hadis dapat dinyatakan otentik , benar dan shahih, setelah dilakukan pembuktian tentang identitas, kepribadian dan latar belakang kehidupan para periwayat dan segala aspek yang terkait dengan periwayatan hadis termasuk sighat tahammul wa al-ada’ yang digunakan para periwaya. Dalam ilmu hadis, pembahsan hal ihwal sanad termasuk dalam kajian ilmu Rijal al-Hadits san ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil. Dengan demikian, dalam upaya membuktikan kebenaran dan keshahihan sanad hadis perlu diketahui beberapa hal pokok berikut : 1. Mengetahui Identitas Sanad Yang termasuk dalam unsur-unsur identitas sanad : a. Nama lemngkap periwayat b. Kunyah (gelar kemuliaan) c. Laqab (alias, nama panggilan yang lain seperti Abu Bakr yang nama sebenarnya adalah Abdullah ibn Qahaffa) d. Tempat dan tanggal / tahun lahir e. Tempat dan tanggal / tahun wafat f. Komentar ulama terhadap sanad tersebut, baik ta’dil maupun tajrih 2. Rihlah Ilmiah Rihlah ilmiah yang dimaksud disini adalah perjalanan para periwayat (sanad) dalam menuntut ilmu, menerima dan menyampaikan hadis (tahammul wa al-ada’). Perlu disebutkan siapa saja guru-guru yang menjadi sumber periwayatan hadis bagi sanad (rawa-‘an) dan siapa saja murit yang meriwayatkan hadis tersebut (rawa-‘anhu). Pertemuan antara guru dan murid (liqa’) dan hidup semasa antara keduanya (mu’ansarah) merupakan unsur terpenting dalam upaya menentukan bersambungnya sanad hadis (ittishal al- sanad). 3. Sighat Tahammul wa al-Ada’ Yang dimaksudkan disini adalah kata-kata atau lafaz-lafaz tertentu yang digunakan oleh para periwayat hadis dalam menyandarkan periwayatannya, yaitu : sami’tu, haddatsana, haddatsani, akhbarana, akhbarani, qaala lana, zakara lanaa, dan seterusnya. 4. Komentar para Ulama Hadis tentang kepribadian para Periwayat (sanad) hadis dapat dilihat pada ilmu al-jarh wa al-Ta’dil. D. Kitab-Kitab Yang Perlukan Ada beberapa kitab yang diperlukan untuk melakukan takhrij hadis. Adapun kitab- kitab tersebut antara lain : 1. Hidayatul bari ila tartibi ahadisil Bukhari Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar Al-Misri at-Tahtawi.kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam Sahih Al-Bukhari. Lafal-lafal hadis disusun menurut aturan urutan huruf abjad Arab. Namun hadis- hadis yang dikemukakan secara brulang dalam Shahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus diatas. Dengan demikian perbdaan lafal dalam matan hadis riwayat Al-Bukhari tidak dapat diketahui melalui kamus terseburt. 2. Mu’jam Al-Fazi wala siyyama al-garibu minha atau fihris litartibi ahadis sahihi Muslim Kitab ini merupakan salah satu juz, yakni juz ke-V dari kitab Shahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz V ini merupakan kamus terhadap Juz ke-I – IV yang berisi : a. Daftar urutan judul kitab serta nomor hadis dan juz yang memuatnya b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam Shahih Muslim c. Daftar awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta diterangkan nomor-nomor hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, apabila hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari. 3. Muftahus Sahihain Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafah Al-Tauqiyah. Kitab ini digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan riwayatkan oleh Muslim. Akan tyetapi hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis-hadis tersebut disusun menurut abjad dari awal lafal matan hadis. 4. Al-Bugyatu fi tartibi ahadisi al-Hilyah Kitab ini disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiqi Al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim Al-Asabuni (wafat tahun 430 H) yang berjudul : Hilyatul auliyati wababaqatul asfiyai. 5. Al-Jamius Saghir Kitab ini disusun oleh imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuti (wafat tahun 91 H). Kitab hadis tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuti juga, yakni kitab Jam’ul Jawani. 6. Al-Mujam al-mufahras li alfazil hadis nabawi Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr. Arnold John Wensink (wafat 1939 M), seorang profesor bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda. Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadis. Berbagai lafal yang disajikan tidak dibatasi hanya lafal-lafal yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadis, asalkan sebagian dari lafal matan yang dicarinya telah diketahui. Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh Juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni : a. Shahih Bukhari b. Shahih Muslim c. Sunan Abu Daud d. Sunan Turmuzi e. Sunan Nasai f. Sunan Ibnu Majjah g. Sunan Daromi h. Muwatta Malik i. Musnad Ahmad E. Cara Melaksanakan Takhrij Hadis 1. Menelusuri Hadis Kepada Sumber Asli a. Mengetahui Sahabat yang Meriwayatkan Hadis Untuk metode ini kita memerlukan kitab-kitab sebagai berikut : Kitab-kitab musnad, yaitu kitab-kitab hadis yang disusun oleh para pengarangnyayang disandarkan kepada nama-nama sahabat Kitab-kitab Mu’jam, menurut istilah para ahli hadis mu’jam diartikan sebagai, kitab yang didalamnya disusun hadis-hadis berdasarkan musnad- musnad sahabat, guru-guru, negeri dan seterusnya. Kitab-kitab al-Athraf. Adalah kitab-kitab hadis yang hanya menyebutkan sanad-sanad nya, baik secara menyeluruh ataupun hanya dikaitkan saja dengan kitab-kitab tertentu. Kandungan al-Athraf memiliki beberapa manfaat : a. Kita bisa mengetahui sanad-sanad hadis yang beragam dan terkumpul pada satu tempat, kemudian dapat diketahui melalui kitab ini apakah suatu hadis itu gharib, aziz atau masyhur. b. Kita bisa mengetahui pengarang-pengarang kitab pokok hadis yang pernahmengtakhrij hadis, bab yang telah mereka takhrij. c. Bisa mengetahui bilangan hadis-hadis tiap sahabat yang terdapat pada kitab-kitab yang digunakan kitab Athraf. b. Mengetahui Lafaz pertama Matan Hadis c. Mengetahui Salah Satu Lafal Matan Hadis 2. Meneliti Persambungan Sanad Hadis a. Mencatat seluruh nama periwayat dalam sanad yang diteliti b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing periwayat melalui kitab-kitab rijal al-hadis c. Meneliti kata-kata (sighat tahammul wa ada’ al-hadis) yang menghubungkan antara periwayat satu dengan periwayat lain yang terdekat dalam sanad Ada delapan metode yang biasanya diterapkan dalam meriwayatkan hadis, yaitu : Al-Sama’ yaitu seorang guru membacakan hadis dihadapan muridnya dan muridnya mendengarkan bunyi hadis tersebut ‘Aradh yakni seorang murid membacakan hadis kepada guru atau orang lain Ijazah adalah seorang guru mengizinkan muridnya untuk meriwayatkan hadis baik izin itu diberikan dalam bentuk lisan maupun tulisan Munawalah ialah seorang guru memberikan materi tertulis kepada seorang murid untuk meriwayatkan hadisnya. Kitabah atau Mukatabah yaitu seorang guru menuliskan hadis yang kemudian diberikan kepada orang lain I’lam ialah seorang guru memberikan informasi kepada muridnya bahwa ia memberi izin untuk meriwayatkan materi hadis tertentu Washiyat adalah seorang guru mewariskan buku-buku hadis yang ditulisnya kepada seseorang Wijadah adalah seseorang menemukan buku-buku hadis yang ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal namanya. 3. Meneliti Kualitas Periwayat Hadis diakui validasinya apabila periwayat yang tedapat dalam sanad hadis tersebut ‘Adil dan Dhabit. Seorang periwayat hadis dinyatakan ‘Adil apabila : a) Islam b) Mukallaf c) Meaksanakan ketentuan agama d) Menjaga muru’ah Secara umum, ulama telah mengumumkan cara penetapan keadilan periwayat hadis, yaitu : a. Berdasarkan popularitas keutamaan periwayat dikalangan ulama hadis b. Penilaian dari kritikus periwayat hadis Adapun periwayat yang dhabit menurut istilah ilmu hadis adalah, periwayat yang hafal dengan sempurna hadis-hadis yang diterima dan mampu menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain. Cara menentukan kedhabitan seorang periwayat, yaitu : a) Berdasarkan kesaksian ulama b) Berdasarkan kesesuayan riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh periwayat lain yang terkenal kedhabitannya. 4. Meneliti Syuzuz dan Illat Menurut ulama hadis, Illat yang terdapat pada sanad itu secara umum adalah : a. Sanad yang tampaknya muttasil dan marfu’ tetapi ternyata mauquf atau mursal b. Terjadi kekeliruan penyebutan nama periwayat yang memiliki kemiripan dengan periwayat lain yang kualitasnya berbeda c. Sanad yang tampaknya besambung dan shahih ternyata ada tadlis (penyembunyian cacat), dan sebagainya. 5. Meneliti Matan Hadis Tolak ukur penelitian terhadap matan menurut Khatib al-Baghdadi sebagaimana di kutip oleh Syuhudi Ismail yaitu : a. Tidak bertentangan dengan akal b. Tidak bertentangan dengan al-Qura’an yang telah muhkam c. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir d. Tidak bertentangan dengan amalan ulama salaf e. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti f. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih shahih DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad dan Muhammad Zakir. 1998. ULUMUL HADIS. Bandung : Penerbit PUSTAKA SETIA.
Alfiah dkk. 2019. STUDI ILMU HADIS. Pekanbaru : Kreasi Edukasi.
Khon, Abdul Majid. 2015. ULUMUL HADIS. Jakarta : AMZAH.