Anda di halaman 1dari 18

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

HAKIKAT PESERTA DIDIK DALAM


PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH:
Kelompok 8/ pbi-5/ vii
RIZKI RAMADHANI
MARDHIYATUL HASANAH DAULAY
AGUS SURYA SIBARANI
Dosen pembimbing
NURUL HIDAYAH, M.Pd.i

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MEDAN
SUMATERA UTARA
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah bersyukur kepada Allah SWT. yang menjadikan Islam
sebagai ad-diin penerang bagi seluruh alam dan memberikan taufiq, dan hidayahNya, sehingga makalah Filsafat Pendidikan Islam tentang Hakikat Peserta Didik
Dalam Perspektif Pendidikan Islam dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat
dan salam kepada Rasullullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita
kepada nur iman.
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang
Hakikat Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam ini masih jauh dari
sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan
adalah milik kita sebagai makhluk. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
semuanya.
Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk
kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya
kepada kita semua dan semoga kita tetap semangat dan istiqomah untuk
menjayakan agama Allah yaitu Islam.

Medan, 12 November 2016

Kelompok 8

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................

i
DAFTAR ISI .........................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................
C. Tujuan..................................................................

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
.............................................................................3
B. Hakikat Peserta Didik ...........................................
4
C. Potensi/ Fitrah Peserta Didik ................................
7
D. Tugas Peserta Didik .................................................................
8
E. Akhlak
Peserta
Didik
...................................................................................
...................................................................................
9
...................................................................................
F. Syarat-syarat
Peserta
Didik
...................................................................................
...................................................................................
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................
B. Saran ...................................................................

13
13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................

14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian yang utuh tentang konsep peserta didik merupakan salah
satu faktor yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak, terutama
pendidikan yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Potensi suatu
kemampuan dasar yang dimilikinnya tidak akan tumbuh dan berkembang
secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Karenanya pemahamannya yang
lebih konkret tentang peserta didik sangat perlu diketahui oleh setiap
pendidik.
Hal ini sangat beralasan karena melalui pemahaman tersebut akan
membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui
berbagai aktifitas kependidikan.

Dalam makalah ini akan memaparkan

mengenai hakikat peerta didik dalam perspektif Islam, baik pengertian


peserta didik, hakikat serta tugas seorang peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peserta didik dalam perspektif pendidikan
Islam?
2. Apa hakikat peserta didik dalam perspektif pendidikan
Islam?
3.
Apa potensi/fitrah peserta didik

dalam perspektif

pendidikan Islam?
4. Apa saja tugas peserta didik dalam perspektif pendidikan
Islam?
5.
Apa saja akhlak

peserta didik dalam perspektif

pendidikan Islam?
6. Apa saja syarat-syarat peserta didik dalam perspektif
pendidikan Islam?
C. Tujuan

1.

Untuk mengetahui pengertian peserta didik dalam


perspektif pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui hakikat peserta didik dalam perspektif


pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui potensi/fitrah peserta didik dalam
perspektif pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui apa saja tugas peserta didik dalam
perspektif pendidikan Islam.
5. Untuk mengetahui apa saja akhlak peserta didik dalam
perspektif pendidikan Islam.
6. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat peserta didik
dalam perspektif pendidikan Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang
sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut
fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.1
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan pada anak didik kita.

Tiga istilah tersebut adalah murid,

tilmidz, thalib al-ilm. Murid yang secara harfiah berarti orang yang
menginginkan atau membutuhkan sesuatu, tilmidz (jamaknya) talamidz yang
berarti murid, dan thalib al-ilm yang menuntut ilmu, pelajar, atau
mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang
yang tengah menempuh pendidikan.
Selain itu, mutarabbi, mutaallim, atau mutaaddib juga merupakan
istilah yang digunakan untuk menyebut peserta didik. Ketiga istilah ini pada
hakikatnya melekat dalam diri setiap manusia yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan atau perkembangan menuju tingkat kesempurnaan atau
sesuatu yang dipandang sempurna, manusia yang sedang berada dan terus
berproses membentuk watak, sikap dan karakter.
Mutarabbi, artinya manusia yang selalu memerlukan pendidikan, baik
dalam arti pengasuhan dan pemeliharaan fisik biologis, penambahan
pengetahuan dan keterampilan, tuntunan dan pemeliharaan diri, serta
pembimbingan jiwa. Dengan demikian, mutarabbi mampu melaksanakan
fungsi dan tugas penciptaan Allah Swt. Tuhan maha pencipta, pemelihara
dan pendidik bagi alam semesta.
Mutaallim, artinya peserta didik mempelajari semua al-asmakullah
yang terdapat pada ayat-ayat kauniyah maupun quraniyah dalam rangka
pencapaian pengenalan, peneguhan dan aktualisasi syahadah primordial

1 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.144

yang telah diikrarkannya di hadapan Allah Swt. Inilah hakikat mutaallim


dalam perspektif filsafat pendidikan Islam.
Mutaaddib, merupakan proses pendisiplinan adab ke dalam jism, dan
ruhnya, sehingga akal, ruh dan hatinya pendisiplinan adab melalui muadib
(pendidik). Esensinya dalam mutaadib dalam pendisiplinan adab adalah
ahklak, yaitu syariat yang menata hubungan komunikasi antara manusia
dengan dirinya sendiri, sesamanya dan mahkluk Allah lainnya termasuk
alam semesta ini serta juga kepada sang pencipta dan pemelihara serta
pendidik alam semesta.2
Berdasarkan pengertian di atas,

maka anak didik dapat dicirikan

sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan


dan pengarahan. Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu berasal dari Allah,
sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru.
Karena ilmu itu dari Allah, membawa konsekuensi perlunya seorang anak
didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak
yang mulia yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan
yang tidak disukai Allah.3
B. Hakikat Peserta Didik
Dalam perspektif falsafah pendidikan islami, semua makhluk pada
dasarnya adalah peserta didik.

Sebab, dalam Islam, sebagai Murabbi,

Muallim, atau Muaddib, Allah swt pada hakikatnya adalah Pendidik bagi
seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Karenanya, dalam perspektif falsafah

pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup seluruh makhluk Allah Swt,
seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.4
Namun, dalam arti khusus dalam perspektif falsafah pendidikan
Islami peserta didik adalah seluruh al-Insan, al-Basyar, atau Bany Adam
yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kepada
2 Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2008),
h.151
3 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos wacana Ilmu,1997), h.79-80
4 Abd.Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Rajawali Press 2011), h.13

kesempurnaan atau suatu kondisi yang dipandang sempurna (al-Insan alKamil).


Jadi, dalam perspektif falsafah pendidikan islami, pada hakikatnya
semua manusia adalah peserta didik.
manusia

adalah

makhluk

yang

Sebab, pada hakikatnya, semua

senantiasa

berada

dalam

proses

perkembangan menuju kesempurnaan atau suatu tingkatan yang dipandang


sempurna, dan proses itu berlangsung sepanjang hayat.

Sebab, sesuai

dengan naturnya sebagai realitas relatif manusia adalah makhluk yang


tidak pernah sempurna. Semua manusia berada dalam proses menuju
kesempurnaan atau suatu tingkatan yang dipandang sempurna. Untuk itu,
semua manusia harus belajar dan membelajarkan diri.5
Di antara komponen terpenting dalam pendidikan Islam adalah peserta
didik. Dalam perspektif pendidikan islam, peserta didik merupakan subjek
dan objek. Oleh karenanya, aktifitas kependidikan tidak akan terlaksana
tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya.
Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang
masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik merupakan mahluk Allah
yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf
kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian
lainnya. Dari segi rohaniah, ia memilki bakat, memilki kehendak, perasaan,
dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Melalui paradigma di atas menjelaskan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang
lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi
yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. Untuk itu,
perlu terlebih dahulu diperjelas beberapa diskripsi tentang hakikat peserta
didik dan implikasinya terhadap pendidikan islam, yaitu:
1. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi
memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar
5 Al-Rasyidin. Op.cit, h. 48-150

perlukan terhadap mereka dalam proses kependidikan tidak disamakan


dengan pendidikan orang dewasa, baik dalam aspek metode mengajar,
materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan, dan lain
sebagainnya.
2. Peserta didik adalah manusia yang memilki diferensiasi periodesasi
perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk
diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap
peserta didik. Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta
didik ditentukan oleh faktor usia dan periode perkembangan atau
pertumbuhan potensi yang dimilikinnya.
3. Peserta didik adalah manusia yang memilki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi. Di
antara kebutuhan tersebut adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa
aman, harga diri, realisasi diri dan sebagainya. Kesemuanya itu penting
dipahami oleh pendidik agar tugas kependidikan dapat berjalan secara
baik dan benar.
4. Peserta didik adalah mahluk allah yang memiiliki perbedaan individual
(differensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan
maupun lingkungan dimana ia berada. Pemahaman tentang differisiansi
individual peserta didik sangat penting untuk dipahami oleh seorang
pendidik. Hal ini disebabkan karena menyangkut bagaimana pendekatan
yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap dan
perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus
mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok.
5. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani
dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki
latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan.
Sementara unsur rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya
rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya

diarahkan untuk mengaya daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu


rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui
pendidikan akhlak dan ibadah.
6. Peserta didik adalah manusia yang memilki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidikan
adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa
melepaskan tugas kemanusiannya; baik secara vertikal maupun
horizontal.

Ibarat sebidang sawah, peserta didik adalah orang yang

berhak bercocok tanam dan memanfaatkan sawahnya (potensi).


Sementara pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas menyirami dan
mengontrol tanaman agar tumbuh subur sebagaimana mestinya, sesuai
dengan nilai-nilai yang berlaku.6
C. Potensi/Fitrah Peserta Didik
Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna
(melebihi malaikat) apabila dapat memerankan tugas kekhalifahannya. Namun
jika manusia tidak dapat bertanggung jawab sebagai khalifah Allah dengan baik
dan benar, maka kedudukan manusia lebih rendah dari binatang.
Karena itu, agar dapat menjalankan fungsi kekhalifahanya dimuka bumi,
manusia di karuniai beberapa kekuatan yang dapat menimbulkan kreativitas untuk
menata alam melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Untuk itu,
Allah Swt menganugerahkan kepada manusia potensi-potensi (fithrah) yang dapat
dikembangkan melalui proses pendidikan.
Manusia diciptakan Allah bukan tanpa latar belakang dan tujuan. Hal ini
tergambar dalam dialog Allah dan malaikat diawal penciptaannya dalam QS. AlBaqarah:30.

6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 48-50

[30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. AlBaqarah:30)
Tujuan penciptaan Adam sebagai nenek moyang manusia adalah sebagai
khalifah. Dalam kedudukan ini, manusia tidak mungkin mampu melaksanakan
tugas kekhalifahannya, tanpa dibelakangi dengan potensi yang memungkinkan
dirinya mengemban tugas tersebut.
Muhammad Bin Asyur sebagaimana disitir M. Quraish Shihab
mendefinisikan fitrah manusia kepada pengertian fitrah (makhluk) adalah bentuk
dan sistem yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Sedangkan fitrah yang
berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan Allah pada manusia yang
berkaitan dengan kemampuan jasmani dan akalnya.

Dari pengertian tersebut

dapat diartikan bahwa fitrah merupakan potensi yang diberikan Allah kepada
manusia sehingga manusia mampu melaksanakan amanat yang diberikan Allah
kepadanya yang meliputi potensi seluruh dimensi manusia.
Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya setiap anak manusia itu
terlahir dalam fitrahnya, kedua orang tuanyalah yang akan mewarnai (anak) nya,
apakah menjadikannya seorang yahudi, nasrani, atau majusi (HR Aswad Bin
Sari).
Dari makna hadits diatas memberikan pengertian secara teoritis bahwa
semakin baik penempatan fitrah yang dimiliki manusia, maka akan semakin
baiklah kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk penempatan
fitrah seseorang maka akan semakin buruk sifat dan tingkah lakunya.7
D. Tugas Peserta Didik
Said Hawwa (1999) menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat
juga disebut sifat-sifat murid) sebagai berikut ini.
7 Abdurrahman Shaleh, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya., 1990), h. 45

Pertama, murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang


lainnya. Sama halnya dengan shalat, ia tidak sah bila tidak suci dari hadats
dan najis. Menyemarakkan hati dengan ilmu tidak sah kecuali setelah hati itu
suci dari kekotoran akhlak. Intinya di sini ialah murid itu jiwanya harus suci.
Indikatornya terlihat pada akhlaknya.
Kedua, tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap guru; ia harus patuh kepada guru seperti
patuhnya orang sakit terhadap dokter yang merawatnya. Murid harus
Tawadldlu kepada gurunya dan mencari pahala dengan cara berkhidmat
pada guru. Intinya ialah patuh pada guru; tawadldlu itu salah satu indikator
kepatuhan.
Ketiga, orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri
dari mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafiah antar mazhab karena
hal itu akan membingungkan pikirannya.

Perbedaan pendapat dapat

diberikan pada belajar tahap lanjut.


Keempat, tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan
dari yang paling penting. Ilmu yang paling utama ialah ilmu mengenal
Allah.
Kelima, tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu
sebelumnya. Ilmu itu sifatnya bertahap dan berurutan. Antara satu ilmu
dengan ilmu lainnya.8
E. Akhlak Peserta Didik
Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki
anak didik, yaitu:
1. Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan
penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar merupakan
ibadah yang tidak sah dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih.
Kebersihan hati tersebut dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari
sifat-sifat yang tercela seperti dengki, benci, menghasut, takabbur,
menipu, berbangga-bangga dan memuji diri yang selanjutnya diikuti
dengan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia seperti bersikap benar,
taqwa, ikhlas dan merendahkan diri .
8 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.
166-168

2. Seorang peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam


rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri
kepada Allah dan bukan untuk mencari kemegahan dan kedudukan.
3. Seseorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi ke tempat yang jauh untuk
memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu.
4. Seorang peserta didik wajib menghormati guru dan berusaha agar
senantiasa memperoleh kerelaan dari guru.9
Hal lain yang penting dilakukan oleh seorang anak didik adalah berniat
dalam menuntut ilmu, karena niat itu merupakan dasar bagi setiap amal
perbuatan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasullah Saw yang berbunyi:10

.....
Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat.....(HR.Bukhari
Muslim)
F. Syarat- syarat Peserta Didik
1. Peserta didik harus Ikhlas
Sehubungan dengan ini terdapat beberapa hadits, antara lain
sebagai berikut:

.
Dari Muaz bi Jabal, Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang
menuntut llmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama dan menipu
orang bodoh di majelis, tidak akan mencium bau syurga. (HR. AthThabrani).

9 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,1974),h. 175
10 Abudin Nata, Op.Cit. h. 86

10

Dari malik ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Siapa


yang menuntut ilmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama, untuk
menipu orang-orang bodoh, atau menarik perhatian orang, Allah akan
memasukkan kedalam neraka. (HR. At- Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari kedua hadits di atas dapat dipahami bahwa peserta didik
menuntut ilmu tidak boleh karena ingin mendapat julukan ulama, atau
menipu orang-orang bodoh, atau mendapatkan popularitas dan menarik
perhatianorang banyak. Menuntut ilmu harus dilakukan murni karena
melaksanakan perintah Allah SWT.
2. Menghormati Guru dan Menyayangi Teman
Peserta didik harus menghormati pendidiknya (orangtua dan guru)
serta menyayangi teman-temannya. Hal ini sejalan dengan hadits berikut:

.
Ubadah bi shamit meriwayatan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang
tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengenal hak-hak orang alim
(guru). (HR. Ahmad).
Karena tujuan pendidikan sejalan dengan upaya mendekatkan diri
kepada Allah SWT, maka belajar termasuk ibadah. Dengan dasar
pemikiran ini, maka seorang murid yang baik, menurut Al-Ghazali
sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, adalah murid yang memiliki ciriciri sebagai berikut:
a. Seorang murid harus berjiwa bersih, terhindar dari perilaku yang
buruk, dan sifat-sifat tercela lainnya.
b. Seorang murid yang baik harus menjauhkan diri dari persoalanpersoalan duniawi, mengurangi keterkaitan dengan dunia, karena
ketertkaitan kepada dunia dan masalah-masalahnya dapat menggangu
lancarnya penguasaan ilmu.
c. Bersikap rendah hati atau tawadhu.
d. Mempelajari ilmu secara bertahap.

11

e. Seorang murid hendaknya mengenal nilai setiap ilmu yang dipelajari.11

11 Bukhari Umar, Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Amzah,2012), h.


95-107

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peserta didik dapat diartikan sebagai orang yang tengah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Dalam pandangan

Islam, hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya


dilakukan melalui belajar kepada guru. Semenjak manusia berada dalam
rahim ibunya, disitu manusia sudah berikrar dihadapan Allah, bahwa ia
meyakini Allah lah tuhan yang pantas ia sembah. Ini fitrah manusia, yang
disebut dengan istilah hanif (cenderung kepada kebenaran).
Namun kecenderungan itu, bisa berbalik kalau tidak dibimbing dan
diasuh dengan pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat,
maupun di sekolah. Mereka yang dalam proses pendidikan inilah yang
disebut dengan peserta didik.
Namun pendidikan, tentu melalui proses yang sangat panjang, dan
beliku-liku disertai dengan onak dan duri. Maka disnilah sangat pentingnya
memahami hak dan kewajiban peserta didik, serta memahami dimensidimensi yang harus dikembangkan. Kalau ini semua sudah terlengkapi
insyaallah tujuan pendidikan yang dicita-citakan akan bisa dirasakan oleh
peserta didik sendiri, maupun efeknya bagi umat dan bangsa.
B. SARAN
Bagi peserta didik harus senantiasa menjalankan kewajiban-kewajiban dan
etika-etika yang ada dalam menuntut ilmu, supaya dalam menuntut ilmu
mendapatkan kemudahan dan dapat tercapai apa tujuan dari peserta didik itu
sendiri.

13

14

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media


Perintis.
Arifin. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Assegaf, Abd.Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Rajawali Press.
Fahmi, Asma Hasan. 1974.Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos wacana Ilmu,
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Shaleh, Abdurrahman. 1990. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2012.Filsafat Pendidikan Islam.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Umar, Bukhari. 2012. Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Islam.
Jakarta:Amzah.

15

Anda mungkin juga menyukai