PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berdasarkan uraian di atas, maka guna meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan adanya suatu pembinaan atau bimbingan. Pada kesempatan ini
penulis mencoba untuk membahas tentang Supervisi Pendidikan dan
Pengembangan Proses Pengajaran.
B. Tujuan Penulisan
C. Sistematika Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” yang berarti atas
dan “vision” yang berarti penglihatan. Jadi supervisi pendidikan dapat
diartikan sebagai penglihatan dari atas.
3
membantu, memahami, terbuka, jujur, mantap, sabar, antusias, dan
penuh humor. Dodd (dalam Juhri AM, 2019:43).
2. Berkesinambungan.
Supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan
secara berkelanjutan. Jadi bukanlah tugas yang bersifat sambilan.
Menurut Alfonso (dalam Juhri AM, 2019:43), supervisi pengajaran
merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program
sekolah.
3. Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan
yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain. Oleh karena
itu, program supervisi pengajaran harus direncanakan, dikembangkan,
dan diimplementasikan secara kooperatif dan koordinatif bersama para
guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.
5. Komprehensif.
Program supervisi pengajaran harus mencakup keseluruhan aspek
pengembangan pengajaran, walaupun dimungkinkan adanya penekanan
aspek-aspek tertentu sesuai hasil analisis kebutuhan pengembangan
program sebelumnya. Prinsip didasarkan pada tuntutan multi tujuan
supervisi pengajaran berupa supervisi kualitas, pengembangan
profesionalisme, dan peningkatan motivasi guru.
6. Konstruktif.
Tujuan supervisi bukanlah untuk mencari-cari kesalahan guru.
Melainkan membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif
menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.
4
7. Objektif.
Objektifitas dalam penyusunan program supervisi pengajaran berarti
bahwa program tersebut harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata
pengembangan profesionalisme guru.
5
Supervisi yang efektif dapat :
1. Menciptakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan profesional guru-
guru;
2. Melahirkan wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan
profesional guru-guru;
3. Membantu guru-guru dalam memperoleh arah diri, memahami masalah
yang dihadapi sehari-hari, belajar sendiri memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi sehari-hari dengan imajinatif dan kreatif; dan
4. Membangun kondisi yang memungkinkan guru-guru dapat menunaikan
pekerjaannya secara profesional.
6
kualifikasi, dan diklat-diklat tenaga kependidikan yang sesuai dengan
kebutuhan.
3. Menumbuhkan kreativitas guru yang bermutu, inovatif, terampil, mandiri,
dan bertanggung jawab, yang dijadikan dasar bagi peningkatan dan
pengembangan karir tenaga kependidikan yang profesional khususnya
pendidik.”
C. Struktur Standarisasi
7
2. Kompetensi
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan, maka kompetensi guru
adalah kemampuan seorang tenaga pengajar atau tenaga pendidik
dalam menjalankan tugasnya.
Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah
(kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi
keterampilan proses dan penguasaan pengetahuan.
8
Kerangkan dasar peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Guru yang profesional.
2. Sekolah sebagai organisasi belajar.
3. Sumber daya pendidikan yang kondusif.
9
Rencana diberlakukannya multiple curriculum (MC) di Indonesia pada
saat otonomi pendidikan dilaksanakan, merupakan hal yang menarik
diperhatikan. Dalam pelaksanaan system tersebut, pemerintah juga harus
menghapus evaluasi belajar tahap akhir (Ebtanas) dan mengganti dengan
pola lain. Melihat dan memperhatikan tujuannya, pada dasarnya pola MC
memerlukan kesiapan departemen yang lebih baik. Namun, terlepas dari itu
semua, apapun nama kurikulum yang dipergunakan, pada dasarnya ada
konsep pendidikan yang tidak dapat dihilangkan, yaitu peran proses
pembelajaran.
10
memanfaatkan peluang dari kekuatan yang dimiliki, mengatasi tantangan
dan kelemahan yang ada, guna mencapai visi yang diinginkan.
11
F. Perubahan Kurikulum Dalam Pembelajaran
12
memahami mengapa prestasi murid-muridnya menurun, mengapa sebagian
murid bolos, atau putus sekolah, metode mengajar apakah yang efektif,
apakah kurikulumnya dapat dilaksanakan, dan sebagainya.
13
BAB III
TANGGAPAN
14
Kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dan
kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Standarisasi Kompetensi Guru
diperlukan guna memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk
mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Standarisasi Kompetensi Guru berfungsi sebagai tolok ukur
semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karir guru. Selain itu, juga
untuk meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreatifitas, inovasi, keterampilan,
kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesional.
Terkait supervisi di kelas, memang harus ada aturan yang jelas dan
melibatkan guru dan kepala sekolah. Artinya jangan sampai kepala sekolah tiba-
tiba datang ke kelas padahal pada waktu itu sedang ulangan. Supervisi kelas
harus dijadwalkan dan pada tahap akhir guru dan kepsek melakukan kolaborasi
untuk melihat kelebihan guru dan wahana saling tukar model pembelajaran.
15
BAB IV
SIMPULAN
16
DAFTAR RUJUKAN
Moeliono, Anton. M., dan Tim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan
Ketiga). Jakarta. Balai Pustaka.
17