Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan


untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah.

Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru


merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan
melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan.
Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik
dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan
berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu
pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-
menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.

Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru


untuk mendidik tunas-tunas muda dan membantu mengembangkan
potensinya secara professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan
ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru.
Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas
yang memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu
mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal,
professional, maupun kemasyarakatan dalam selubung aktualisasi kebijakan
pendidikan.

Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan


melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga
upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan
tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya
maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang
professional.

1
Berdasarkan uraian di atas, maka guna meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan adanya suatu pembinaan atau bimbingan. Pada kesempatan ini
penulis mencoba untuk membahas tentang Supervisi Pendidikan dan
Pengembangan Proses Pengajaran.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :


1. Supervisi sebagai pengembangan proses pengajaran.
2. Standarisasi kompetensi guru.
3. Struktur standarisasi.
4. Pelaksanaan observasi kelas.
5. Pengaruh supervisi terhadap rencana pengembangan sekolah.
6. Perubahan kurikulum dalam pembelajaran.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: BAB I


PENDAHULUAN, yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan Makalah
dan Sistematika makalah. BAB II PEMBAHASAN, yang berisi sub-pokok
bahasan yaitu: Supervisi Sebagai Pendidikan Dan Proses Pengajaran,
Standarisasi Kompetensi Guru, Struktur Standarisasi, Observasi Kelas,
Pengaruh Supervisi Terhadap Rencana Pengembangan Sekolah,
Perubahan Kurikulum Dalam Pembelajaran. BAB III TANGGAPAN, yang
berisi hasil tanggapan kelompok penyusun, tentang materi yang dibahas.
BAB IV SIMPULAN yang berisi simpulan secara singkat. DAFTAR
RUJUKAN, yaitu literatur yang digunakan dalam penyusunan makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Supervisi Sebagai Pengembangan Proses Pengajaran

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “supervisi” diartikan


sebagai pengawasan utama atau pengontrolan tertinggi. (Moeliono,. dkk,
1990: 872)

Secara etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” yang berarti atas
dan “vision” yang berarti penglihatan. Jadi supervisi pendidikan dapat
diartikan sebagai penglihatan dari atas.

Menurut Bastari Satriyo (2016), supervisi pendidikan adalah pembinaan


yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan
pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar
pada khususnya.

Menurut Sergiovanni (dalam Juhri AM, 2019:43), pelaksanaan supervisi


dalam pengembangan proses pengajaran lebih menekankan pada kegiatan
mengawasi kualitas pembelajaran dan memonitor kegiatan proses
pembelajaran di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui
kunjungan supervisor ke kelas-kelas disaat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan
sebagian anak didiknya, dan mengembangkan profesionalisme guru.
Kegiatan ini lebih menekankan pada upaya peningkatan kualitas guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

Peranan pengawas (sebagai supervisor) dalam supervisi pengajaran


dapat mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan
kemampuannya sendiri, dan mendorong guru agar mereka memiliki
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawab
mereka.

Pelaksanaan supervisi berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


1. Mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat
terbuka, dilandasi rasa kasih sayang dan saling menghargai. Oleh
sebab itu dalam pelaksanaan supervisi sekolah memiliki sifat-sifat suka

3
membantu, memahami, terbuka, jujur, mantap, sabar, antusias, dan
penuh humor. Dodd (dalam Juhri AM, 2019:43).

2. Berkesinambungan.
Supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan
secara berkelanjutan. Jadi bukanlah tugas yang bersifat sambilan.
Menurut Alfonso (dalam Juhri AM, 2019:43), supervisi pengajaran
merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program
sekolah.

3. Demokratis
Menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan
yang kuat, serta sanggup menerima pendapat orang lain. Oleh karena
itu, program supervisi pengajaran harus direncanakan, dikembangkan,
dan diimplementasikan secara kooperatif dan koordinatif bersama para
guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.

4. Integral terhadap program pendidikan.


Dalam setiap organisasi pendidikan, terdapat berbagai macam sistem
perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Alfonso (dalam
Juhri AM, 2019:44) membaginya kedalam sistem perilaku administrasi,
pengajaran, kesiswaan, pengembangan konseling, dan supervisi
pengajaran.

5. Komprehensif.
Program supervisi pengajaran harus mencakup keseluruhan aspek
pengembangan pengajaran, walaupun dimungkinkan adanya penekanan
aspek-aspek tertentu sesuai hasil analisis kebutuhan pengembangan
program sebelumnya. Prinsip didasarkan pada tuntutan multi tujuan
supervisi pengajaran berupa supervisi kualitas, pengembangan
profesionalisme, dan peningkatan motivasi guru.

6. Konstruktif.
Tujuan supervisi bukanlah untuk mencari-cari kesalahan guru.
Melainkan membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif
menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.

4
7. Objektif.
Objektifitas dalam penyusunan program supervisi pengajaran berarti
bahwa program tersebut harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata
pengembangan profesionalisme guru.

Pendapat lain seperti yang diungkapkan oleh Elma Nafiana (2015)


berikut:
1. Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang
disupervisi.
2. Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
3. Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan
sebenarnya.
4. Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
5. Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional,
bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
6. Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan,
kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
7. Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak
tergantung pada kepala sekolah.

Program supervisi pengajaran yang baik dan dilaksanakan secara


terencana dengan alat ukur yang sesuai akan memberikan kontribusi yang
signifikan dalam pencapaian kualitas kinerja guru menurut kriteria
profesionalisme.

Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional


gurunya.Pengawasan terhadap penyelenggaraan pembelajaran hendaknya
menaruh perhatian yang utama pada peningkatan kemampuan profesional
gurunya. Pembinaan yang tepat dan terus menerus yang diberikan kepada
guru-guru berkontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan melalui pembinaan profesional guru
didasarkan atas keyakinan bahwa mutu pembelajaran dapat diperbaiki
dengan cara paling baik di tingkat sekolah atau kelas melalui pembinaan
langsung dari orang-orang yang bekerjasama dengan guru-guru untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.

5
Supervisi yang efektif dapat :
1. Menciptakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan profesional guru-
guru;
2. Melahirkan wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan
profesional guru-guru;
3. Membantu guru-guru dalam memperoleh arah diri, memahami masalah
yang dihadapi sehari-hari, belajar sendiri memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi sehari-hari dengan imajinatif dan kreatif; dan
4. Membangun kondisi yang memungkinkan guru-guru dapat menunaikan
pekerjaannya secara profesional.

B. Standarisasi Kompetensi Guru

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai


dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan
demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam
menjalankan fungsi sebagai guru. (Endang Kandar, 2007).

Standarisasi kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi


seorang guru dalam menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan
menduduki jabatan fungsional guru, sesuai bidang tugas dan jenjang
pendidikan tertentu. Persyaratan yang dimaksud adalah penguasaan proses
pembelajran dan penguasaan pengetahuan. (Juhri AM, 2019:45).

Standar Kompetensi Guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku


dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Menurut Juhri AM (2019, 45), “Standarisasi kompetensi guru bertujuan


untuk :
1. Memformulasikan peta kemampuan guru secara nasional yang
diperuntukkan bagi perumusan kebijakan program pengembangan dan
peningkatan tenaga kependidikan, khususnya guru.
2. Memformulasikan peta kebutuhan supervisi dan peningkatan mutu guru
sebagai dasar bagi pelaksanaan peningkatan kompetensi, peningkatan

6
kualifikasi, dan diklat-diklat tenaga kependidikan yang sesuai dengan
kebutuhan.
3. Menumbuhkan kreativitas guru yang bermutu, inovatif, terampil, mandiri,
dan bertanggung jawab, yang dijadikan dasar bagi peningkatan dan
pengembangan karir tenaga kependidikan yang profesional khususnya
pendidik.”

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007


tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Standar
kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi
utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Standar
kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang dikembangkan
menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata
pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.

C. Struktur Standarisasi

Struktur standarisasi memiliki dua unsur penting yang harus dimiliki


guru. Kedua unsur tersebut adalah prasyarat atau potensi kepribadian dan
unsur penguasaan seperangkat kompetensi yang meliputi keterampilan
proses dan penguasaan pengetahuan. Kedua unsur tersebut
dikolaburasikan dalam bentuk kesatuan yang utuh dan membentuk struktur
kemampuan yang harus dimiliki.

1. Potensi Kepribadian (Prasyarat)


Potensi kepribadian merupakan prasyarat yang harus dimiliki
seorang guru dalam melaksanakan profesinya. Potensi tersebut adalah
potensi kepribadian interpersonal dan intrapersonal.
Pribadi guru adalah hal yang sangat penting. Seorang guru harus
memiliki sikap yang mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan
guru yang lain. Kepribadian disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar
dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan,
dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui
atasannya saja.

7
2. Kompetensi
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan, maka kompetensi guru
adalah kemampuan seorang tenaga pengajar atau tenaga pendidik
dalam menjalankan tugasnya.
Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki guru searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah
(kurikulum), tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi
keterampilan proses dan penguasaan pengetahuan.

Kompetensi proses pembelajaran adalah penguasaan terhadap


kemampuan yang berkaitan dengan proses interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang melibatkan komponen lainnya. Kompetensi ini meliputi
kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran,
kemampuan dalam menganalisis, menyusun program perbaikan dan
pengayaan, serta menyusun program bimbingan dan konseling.

Kompetensi penguasaan pengetahuan adalah kemampuan yang


berkaitan dengan dengan keluasan dan kedalaman pengetahuan.
Kompetensi ini mencakup pemahaman terhadap wawasan pendidikan,
pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik, dan
penguasaan akademik.

Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesionalyang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Fungsi dari supervisi profesional guru adalah untuk menciptakan iklim


yang mampu mendorong terjadinya inovasi dan perubahan dalam sistem
sekolah untuk menuju pada kondisi yang lebih baik. Supervisi profesional
berfungsi untuk menata seluruh komponen sistem pendidikan agar
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang telah digariskan.

Supervisi profesional guru berperan untuk meningkatkan kompetensi


guru, melengkapi sarana, memberikan fasilitas, mengembangkan kurikulum
memberikan reward yang sesuai, dan menata lingkungan baik fisik maupun
nonfisik.

8
Kerangkan dasar peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Guru yang profesional.
2. Sekolah sebagai organisasi belajar.
3. Sumber daya pendidikan yang kondusif.

D. Pelaksanaan Observasi Kelas

Observasi kelas dilakukan oleh pengawas terhadap guru biasanya


merupakan kegiatan rutin dan berdampak sangat baik minimal terhadap
kehadiran guru di dalam kelas. Mulai dari situasi kelas sampai gaya dan cara
guru mengajar dapat diobservasi oleh pengawas secara baik. Informasi yang
di dapat sangat positif untuk umpan balik superviai professional selanjutnya.
Menurut Abin Syamsudin Makmun (Dalam Juhri AM, 2019:47), “Kunjungan
kelas agar efektif hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan sangat hati-hati
disertai budi bahasa yang baik.” Dalam otonomi pendidikan, lembaga
pendidikan tidak hanya memerlukan informasi dan berusaha memacu
kualitas hasil pembelajaran, namun yang lebih penting adalah
mengendalikan kualitas pembelajaran. Apalagi dengan berlakunya multiple
curriculum di Indonesia. Jika disertai dengan pelaksanaan evaluasi proses
pembelajaran, maka akan ada kecenderungan yang baik dalam
meningkatkan kinerja lembaga pendidikan yang otonom.

Untuk itu evaluasi proses pembelajaran harus dimasukkan sebagai


salah satu komponen dalam evaluasi kurikulum. Tahap evaluasi
pembelajaran meliputi: penentuan tujuan evaluasi, desain evaluasi,
pengembangan instrumen, kalibrasi instrumen evaluasi proses
pembelajaran, pengumpulan data, analisis data, interprestasi data dan tindak
lanjut hasil evaluasi. Secara konseptual tahapan di atas, dapat lebih
diperdalam ke dalam tahap-tahap: penentuan tujuan desain, evaluasi,
pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan data, kalibrasi, analisis
dan tindak lanjut. Secara khusus diuraikan bagaimana mengalibrasi dengan
pendekatan orthogonal untuk alat ukur evaluasi proses pembelajaran.
Fungsi lain evaluasi ini adalah untuk tindakan manajerial pimpinan
pendidikan dalam mengatasi kecenderungan kualitas proses dan hasil
secara lebih terpadu.

9
Rencana diberlakukannya multiple curriculum (MC) di Indonesia pada
saat otonomi pendidikan dilaksanakan, merupakan hal yang menarik
diperhatikan. Dalam pelaksanaan system tersebut, pemerintah juga harus
menghapus evaluasi belajar tahap akhir (Ebtanas) dan mengganti dengan
pola lain. Melihat dan memperhatikan tujuannya, pada dasarnya pola MC
memerlukan kesiapan departemen yang lebih baik. Namun, terlepas dari itu
semua, apapun nama kurikulum yang dipergunakan, pada dasarnya ada
konsep pendidikan yang tidak dapat dihilangkan, yaitu peran proses
pembelajaran.

Melalui MC sekalipun, jika proses pembelajaran tidak terkendali, tidak


terpantau, tidak terintegrasi ke dalam kurikulum, maka belum dapat
dipastikan bahwa treatment MC merupakan jalan terbaik untuk membangun
sumber daya manusia melalui lembaga pendidikan otonom. Salah satu alat
untuk mengendalikan proses pembelajaran di lembaga pendidikan yang
otonom adalah masuknya evaluasi proses pembelajaran ke dalam system
evaluasi pendidikan.

Dengan otonomi pendidikan, sentuhan yang diterapkan dalam


mengelola pendidikan, bukan hanya kepada kurikulum yang bervariasi,
namun juga pengendalian mutu hasil, serta prosesnya. Tanpa pengendalian
mutu melalui evaluasi proses pembelajaran, maka probalitas kegagalan MC
semakin tinggi.

E. Pengaruh Supervisi Terhadap Rencana Pengembangan Sekolah

Rencana pengembangan sekolah merupakan rencana yang


komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya
yang ada dan mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di
masa datang. Rencana pengembangan sekolah harus berorientasi ke depan
dan secara jelas bagaimana menjembatani antara kondisi saat ini dengan
harapan yang ingin dicapai di masa mendatang.

Rencana pengembangan sekolah merupakan rencana yang


komprehensif memperhatikan peluang dan ancaman dari lingkungan
eksternal, memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal, dan kemudian
mencari dan menemukan strategi dan program-program untuk

10
memanfaatkan peluang dari kekuatan yang dimiliki, mengatasi tantangan
dan kelemahan yang ada, guna mencapai visi yang diinginkan.

Dengan demikian, rencana pengembangan sekolah harus tergambar


secara jelas :

1. Visi sekolah yang menunjukkan gambaran sekolah di masa mendatang


(jangka panjang) yang diinginkan.
2. Misi sekolah yang merupakan tindakan atau upaya untuk mewujudkan
visi sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Tujuan pengembangan sekolah yang merupakan apa yang ingin dicapai
dalam upaya pengembangan sekolah pada kurun waktu menengah,
misalnya untuk 3-6 tahun.
4. Tantangan nyata, yaitu kesenjangan (gap) dan tujuan yang diinginkan
dari kondisi sekolah saat ini. Dengan demikian, tantangan nyata itulah
yang harus diatasi oleh sekolah.
5. Sasaran pengembangan sekolah, yaitu apa yang diinginkan sekolah
untuk jangka pendek, misalnya 1 tahun.
6. Identifikasi fungsi-fungsi yang berperan dalam pencapaian sasaran
tersebut.
7. Analisis SWOT terhadap fungsi-fungsi tersebut, sehingga ditemukan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari setiap fungsi yang
telah diidentifikasi sebelumnya.
8. Identifikasi alternative langkah untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki
sekolah.
9. Rencana dan program sekolah yang dikembangkan dan alternative yang
terpilih, guna mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam menyusun rencana pengembangan sekolah harus melibatkan


berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder misalnya guru, siswa,
pengusaha/karyawan, orang tua siswa, tokoh masyarakat yang memiliki
perhatian kepada sekolah). Dengan cara itu diharapkan rencana
pengembangan sekolah menjadi milik semua warga sekolah dan pihak lain
yang terkait.

11
F. Perubahan Kurikulum Dalam Pembelajaran

Sistem pembelajaran yang selama ini dikelola dalam suatu iklim


birokrasi dan sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah
membuat keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air.
Mengapa demikian? Karena system birokrasi selalu menempatkan
kekuasaan sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses
pengambilan keputusan. Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh
kekuasaan birokrasi yang menggurita sejak kekuasaan tingkat pusat hingga
daerah bahkan terkesan semakin buruk di era desentralisasi ini.

Pergeseran pengelolaan paradigma pendidikan sekolah menengah telah


tercermin dari visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam
GBHN (1999): “Mewujudkan system dan iklim pendidikan nasional yang
demokratis dan berkualitas guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia,
kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas sehat, disiplin,
bertanggungjawab, terampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.” Amanat GBHN ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang
mendalam dan berbagai komponen bangsa terhadap prestasi system
pendidikan nasional yang kini tampak mulai menurun dalam
mempersiapkan SDM yang tangguh dan mampu bersaing di era global tanpa
batas kedepan.

Manajemen berbasis sekolah memang bisa disebut suatu pergeseran


paradigma dalam pengelolaan pendidikan, namun tidak berarti paradigm
baru sama sekali. Sekolah-sekolah di kelola secara mikro dengan
sepenuhnya diperankan kepala sekolah dan guru-guru sebagai pengelola
pelaksana pendidikan. Setiap sekolah yang juga tidak terpisahkan dari
lingkungan masyarakatnya bermaksud mengembalikan sekolah kepada
pemiliknya yaitu masyarakat yang diharapkan akan merasa
bertanggungjawab kembali terhadap pendidikan yang diselenggarakan
disekolah-sekolah.

Sisi moralnya adalah bahwa hanya sekolah dan masyaraktlah yang


paling mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat
mutu pendidikan. Dengan demikian, merekalah yang seharusnya menjadi
pelajaran utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Disisi lain, hanya guru-gurulah yang paling

12
memahami mengapa prestasi murid-muridnya menurun, mengapa sebagian
murid bolos, atau putus sekolah, metode mengajar apakah yang efektif,
apakah kurikulumnya dapat dilaksanakan, dan sebagainya.

Dengan MBS, pemecahan masalah internal sekolah, baik yang


menyangkut proses pembelajaran maupun sumber daya pendukung cukup
dibicarakan di dalam sekolah dan masyarakat, sehinggga tidak perlu
diangkat ke tingkat pemerintah daerah apalagi ketingkat pusat.

13
BAB III
TANGGAPAN

Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, guru merupakan komponen


sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus.
Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan
kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang
agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh
perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
lingkungan.

Guru perlu terus mengembangkan diri dan kemampuannya dalam mengajar,


membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam
pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan
menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik. Peningkatan sumber
daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun
instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru.

Supervisi berbeda dengan pengawas. Supervisi lebih kepada memberikan


bantuan sedangkan pengawas adalah membandingkan. Supervisi sebagai
bantuan kepada guru dalam pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih
baik. Supervisi sebagai pelayanan, khususnya menyangkut perbaikan proses
belajar mengajar. Pelaksanaan supervisi pendidikan perlu dilakukan secara
sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan
pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien.

Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan


dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan
pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang
dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu.

14
Kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dan
kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Standarisasi Kompetensi Guru
diperlukan guna memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk
mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Standarisasi Kompetensi Guru berfungsi sebagai tolok ukur
semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka
pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karir guru. Selain itu, juga
untuk meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreatifitas, inovasi, keterampilan,
kemandirian, dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesional.

Supervisi melalui observasi atau kunjungan kelas merupakan suatu agenda


wajib yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas untuk mengamati dan
menganalisa proses belajar mengajar di kelas. Pada kegiatan ini, guru tidak perlu
takut. Kalau guru itu takut dan malas disupervisi berarti secara tidak lansung ia
sudah menyadari bahwa cara mengajarnya tidak baik dong?. Guru yang hebat
tidak akan mengeluh dan sangat simpati dengan kegiatan supervisi karena ia
bisa mendapatkan penilaian dan arahan kedepannya agar kualitas pembelajaran
semakin baik. Ingat, tugas supervisi adalah bukan untuk menghakimi namun
untuk menganalisa dan memperbaiki kalau ada kekurangan.

Terkait supervisi di kelas, memang harus ada aturan yang jelas dan
melibatkan guru dan kepala sekolah. Artinya jangan sampai kepala sekolah tiba-
tiba datang ke kelas padahal pada waktu itu sedang ulangan. Supervisi kelas
harus dijadwalkan dan pada tahap akhir guru dan kepsek melakukan kolaborasi
untuk melihat kelebihan guru dan wahana saling tukar model pembelajaran.

Rencana Pengembangan Sekolah merupakan rencana yang komprehensif


untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang
mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa datang. Hasil
dari pelaksanaan supervisi pengajaran dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah.

15
BAB IV
SIMPULAN

Pada prinsipnya, supervisi merupakan aktivitas pengawasan yang


dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Supervisi pendidikan dapat dilakukan
oleh pengawas sekolah maupun kepala sekolah. Dimana tujuan dari
pelaksanaan supervise itu sendiri adalah pembinaan dan bimbingan guna
melakukan perbaikan dimasa mendatang. Proses supervisi yang baik selalu
membawa perbaikan, seperti: bertambahkan sikap profesionalisme guru, guru
dapat memecahkan masalah yang di hadapi sehari-hari serta guru dapat
melakukan kerjasama yang lebih baik antar teman sejawat. Supervisi pendidikan
hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu,
mengingat perubahan yang terjadi di dunia pendidikan selalu berkembang dalam
setiap waktunya. Perubahan tersebut bisa terjadi pada perubahan kurikulum,
perubahan tuntutan kerja untuk guru serta perubahan sikap yang terjadi pada
siswa yang juga memerlukan menanganan yang berbeda dengan siswa
terdahulu.

16
DAFTAR RUJUKAN

Juhri AM. 2019. Supervisi Pendidikan. Metro. Penerbit Laduny.

Kandang, Endar. 2007. Standar Kompetensi Guru (On;line).


https://endang965.wordpress.com/2007/05/20/standar-kompetensi-guru/
(Diakses 18 Maret 2019)

Moeliono, Anton. M., dan Tim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cetakan
Ketiga). Jakarta. Balai Pustaka.

Nafiana, Elma. 2015. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan (Online).


https://elmanafiana.wordpress.com/2015/05/20/prinsip-prinsip-supervisi-
pendidikan/ (Diakses 18 Maret 2019)

Satriyo, Bastari. 2016. Pengertian Supervisi Pendidikan dan Pengajaran (Online)


https://kangdudung1894.wordpress.com/2016/02/09/pengertian-supervisi-
pendidikan-dan-pengajaran/ (Diakses 18 Maret 2019)

17

Anda mungkin juga menyukai