Anda di halaman 1dari 29

PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul Pengelolaan Kelas.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelegkapan dan
ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak terhadap makalah kami.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan
sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Mataram, 29 Maret 2013


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii


BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ..1

Rumusan Masalah .............................................................................................2

Tujuan Makalah ................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Pengelolaan Kelas...........................................................................4

Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas .................................................5

Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas ..................................6

Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas .........................................................8

Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas ................................................10

Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas 13

Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas.15

Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas ..22

Pengaruh Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran ..23

Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas 24

BAB IV PENUTUP

26

Kesimpulan .26

Saran................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu
negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan
bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus
diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni sarana gedung, buku yang
berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang profesional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan
dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan
mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
ada di sekitar siswa atau segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang
efektif.
Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru
dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat
individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber
pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di
kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang
terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik,
profesional, dan harus berlangsung terus-menerus.
Djamaroh menyebutkan Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun
yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Hal tersebut dikarenakan

bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang
mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek
kecerdasan, pisikologis, biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di
sekolah.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis mengangkat masalah mengenai
pengelolaan kelas dalam pembelajaran agar guru atau calon pengajar mengetahui
dan memahami tentang pentingnya pengelolaan kelas yang baik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif.

Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai
kajian dari pembuatan makalah ini yakni di antaranya :

apakah yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?

apa peran guru dalam strategi pengelolaan kelas?

apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan kelas?

bagaimanakah prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas?

bagaimanakah bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas?

bagaimana penerapan sistem dalam pengelolaan kelas?

apa saja komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola
kelas dengan baik?

apa sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas?

bagaimanakah pengaruh pengelolaan kelas dalam meningkatkan kualitas


pembelajaran di kelas?

bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru
dalam mengelola kelas?

Tujuan Makalah

Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah:

mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas;

mengetahui peran guru dalam strategi pengelolaan kelas;

mengetahui tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan kelas;

mengetahui prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas;

mengetahui bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas;

mengetahui bagaimana penerapan sistem dalam pengelolaan kelas;

mengetahui komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat


mengelola kelas dengan baik;

mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas;

mengetahui

pengaruh

pengelolaan

kelas

dalam

meningkatkan

kualitas

pembelajaran di kelas;

mengetahui indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru
dalam mengelola kelas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan
pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih
berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian
perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah kelola ditambah awalan pe dan
akhiran an. Istilah lain dari pengelolaan adalah manajemen. Manajemen adalah
kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini
mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa
menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing.

Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian
dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar
mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru

untuk menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar


secara sistematis dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat
peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar
mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas


Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena
itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal. Adam dan Decey mengemukakan peranan guru dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai
pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai
evaluator.
Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki managemen kelas, tanpa
kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan
kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas
bertugas membuat anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi
untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas
adalah merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran, memotivasi yang bisa dilakukan dengan memberi hukuman atau
reward, mendorong, dan menstimulasi siswa serta mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar,
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan
bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian
kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :

pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran,

pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta suasana


yang menggairahkan dalam belajar

pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan


siswa itu sendiri.

Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas


Tujuan manajemen kelas adalah :

mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai

kelompok

belajar,

yang

memungkinkan

peserta

didik

untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin;

menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya


interaksi pembelajaran;

menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual siswa dalam kelas;

membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya serta sifat-sifat individunya.
Adapun tujuan keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud :

mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah


lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya,

membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib
kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan
bukan kemarahan,

menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah


laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.
Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih

keterampilannya dalam:

mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran


penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik,

memiliki

kesadaran

terhadap

kebutuhan

siswa

dan

mengembangkan

kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa,

memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang menimbulkan


gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai
seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan
dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau terus menerus
melawan di kelas.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam

memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju


perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas,
tindakan seleksi dan kreatif .
Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan
terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi memberi dan
melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti membantu kelompok dalam
pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam
menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama
dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas dan
memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu
masalah individual dan masalah kelompok.
Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan
siswa seperti :

Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain baik aktif (melucu)
maupun pasif (berbuat serba lambat sehingga perlu mendapat pertolongan
ekstra).

Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marahmarah, menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang sudah
sepakati sebelumnya).

Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (menyakiti orang lain seperti
mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya).

Peragaan ketidakmampuan (bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun dan


menolak untuk mencoba melakukan apapun karena ia yakin bahwa hanya
mendapatkan kegagalan).
Sedangkan masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan akhirnya siswa


menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya
terganggu. Masalah-masalah kelompok ini mungkin muncul dalam kelas seperti:

Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial
ekonomi, dan sebagainya.

Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.

Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

Membombang anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.

Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,


semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain.

Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas


Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi

dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa
berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga
ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya
sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa
di kelas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik begitu sebaliknya.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas dapat dipergunakan yaitu:

Hangat dan antusias, kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan


terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat
bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. Guru yang bersifat hangat dan
akrab secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap
kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan aktivitasnya maka berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.

Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang


menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

Bervariasi, penggunaan variasi dalam media, gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik merupakan kunci pengelolaan kelas untuk
menghindari

kejenuhan

serta

pengulangan-pengulangan

aktivitas

yang

menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika
terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa
akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan
mengganggu kawannya.

Keluesan, dalam proses belajar mengajar guru harus waspada mengamati


jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan
siswa seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat
merubah berbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan yang lain.

Penekanan pada hal-hal yang positif, pada dasarnya, dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar. Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain :

memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan


menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.

memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif.

Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.

.2.5 Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas


Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama di antara
siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai pendekatan tersebut seperti berikut:

Pendekatan kekuasaan (autority approach), pengelolaan kelas diartikan sebagai


suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik dengan penerapan
disiplin. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak
didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat
untuk ditaati anggota kelas.

Pendekatan ancaman, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk


mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberi
ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

Pendekatan kebebasan (permisive approach), pengelolaan kelas diartikan upaya


yang dilakukan oleh guru dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk
melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Peranan guru
adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. Pendekatan

ini sama dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman dianggap kurang efektif
karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalahmasalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada
pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap
absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakantindakan yang lebih luwes dan kreatif.

Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modifikation approach),


pengelolaan kelas diartikan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi
perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal
mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif siswa.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku
yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif
yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi
anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau
positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang
menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program
kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas
dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

Pendekatan sosio-emosional (sosio emosional climate approach), pengelolaan


kelas diartikan upaya untuk menciptakan suasana hubungan interpersonal yang
baik dan sehat antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional
yang baik. Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau
iklim kelas yang baik berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
Hubungan guru dengan siswa yang penuh simpati dan saling menerima
merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan demikian, pendekatan
ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang menyebabkan
siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan siswa dan
memperhatikan apa yang dialami siswa baik suka maupun duka. Implikasi dari

pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang
sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan
pribadi yang sedang berkembang sehingga hubungan guru dengan siswa yang
positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi akan
terwujud.

Pendekatan kerja kelompok (group procces approach), dalam pendekatan in,


peran guru adalah menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif dan mendorong perkembangan serta kerja sama kelompok. Pengelolaan
kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap
baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.

7. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang
dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh
guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam
daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
8. Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa
dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah
tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah
dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru
adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

Pendekatan elektis atau pluralistik (electic approach) adalah pandangan yang


mencakup tiga pendekatan (perubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan
proses kelompok).
Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut

berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu


situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut
juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan
berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan
efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan
tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya
untuk pengelolaan kelas di sini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan
proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas


Mengelola

kelas

merupakan

pembuatan

keputusan-keputusan

yang

direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan


darurat jika seorang guru dalam keadaan marah dan frustasi terhadap siswa. Setelah
guru tenang kembali ia merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah
terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu
lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian, ia tidak
konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan
menolong guru dari dilema-lema seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa
perilaku yang baik di kelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan
ganjaran atau tidak.

Teknik mendekati, bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang
biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya
takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif ,
tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan
berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek
preventif.

Teknik memberikan isyarat, apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa
petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.

Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang
efek

saja,

dengan

melihatnya

secara

humoristis,

guru

akan

dapat

mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si


pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.

Teknik tidak mengacuhkan, untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan
tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasuskasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa
untuk diperhatikan.

Teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila
ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya
mengeluarkannya dalam kelas.

Teknik mengadakan diskusi secara terbuka, bila kenakalan di kelas mulai


bertambah, sering guru menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan
pengajarannya untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan
menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.

Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur, kadang-kadang masalah


kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apabila
guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak.
Masalah yang hamper sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa di kelas.

Mengadakan analisis, kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat


kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan
mengurangi keresahan siswanya.

Mengadakan perubahan kegiatan, apabila gangguan di kelas meningkat


jumlahnya, tindakan yang harus segera diambil yaitu mengubah apa yang

sedang Anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan
ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku
pilihan mereka.

Teknik menghimbau, kadang-kadang guru sering mengatakan, harap


tenang.

Ucapan

tersebut

adakalanya

membawa

hasil

siswa

memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka


cenderung untuk tidak menggubrisnya.

Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas


Komponen-komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru
dalam mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi


belajar yang optimal (bersifat preventif)
Preventif adalah upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk
mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan dalam hal ini
berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan:

Sikap tanggap, perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan


siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama
mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan ini ditunjukkan dengan cara
:

memandang secara seksama, bercakap-cakap, bekerja sama, dan


menunjukkan rasa persahabatan,

gerak mendekati kelompok kecil atau individu secara wajar menandakan


kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas siswa,

memberikan pernyataan dengan tanggapan, komentar, ataupun yang lainnya


kepada siswa. Namun tanpa menunjukkan dominasi guru, seperti memberi
komentar atau pertanyaan yang mengandung ancaman,

memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan


bentuk teguran pada saat dan suasana yang yang tepat agar penyimpangan
tingkah laku tidak meluas.

b) Memberi perhatian mampu menumbuhkan pengelolaan kelas yang efektif


pada beberapa kegiatan yang berlangsung pada waktu yang sama. Membagi
perhatian dapat dibedakan menjadi dua :

Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang lain
dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau individu;

Verbal, guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan


sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin
kegiatan siswa lain dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang lain.

c) Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini


dapat dilakukan dengan cara :

memberi tanda, dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan


pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa
tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum
memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak secara
random untuk meresponnya.

pertanggungan jawab, guru meminta pertanggungjawaban anak didik atas


kegiatan dan

keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik

sebagai anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap kegiatan


sendiri maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada
anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan
tanggapan.

Pengarahan dan petunjuk yang jelas, guru harus seringkali memberikan


pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan
pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri
anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota

kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan
tujuan yang jelas.

Penghentian, tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau di


hindari. Yang diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap
anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam
kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam
kelompoknya, guru secara verbal mengomeli atau menghentikan gangguan
anak didik itu.
Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cara untuk untuk
menghentikan gangguan anak didik. Teguran verbal yang efektif adalah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
tegas dan jelas tertuju kepda anak didik yang mengganggu serta kepada
tingkah lakunya yang menyimpang,
menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung
penghinaan,
menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.

Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang menggangu atau tidak


melakukan tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang di
pilih sesuai dengan masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah laku
merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak didik yang terus
mengganggu atau tidak melakukan tugas, seperti :

dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan


gangguan atau kembali pada tugas yang diminta,

dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang
tidak mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi
anak didik yang suka mengganggu.

Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai


indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran
yang diberikan di kelas.

Kecepatan (pacing), kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan


yang dicapai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru
adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan
penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada
dua hal kesalahan kecepatan yang harus dihindari bila kecepatan yang tepat
mau dipertahankan. Yaitu :
a. Bertele-tela (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah)
b. Mengulang penjelasan yang tidak perlu

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang


optimal (bersifat refresif dan perubahan tingkah laku)
Refresif adalah kemampuan guru mencari atau menemukan solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.
Strategi untuk tindak perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus-menerus
menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas, yaitu :

Modifikasi tingkah laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah
laku tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan secara
sistematis.

Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan


pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
- memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik
dalam pelaksanaan tugas
- memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan
semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.

Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah,


guru dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah
laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang
mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk
menemukan pemecahannya.

Sedangkan komponen komponen dalam pengelolaaan kelas yang perlu


diperhatikan oleh guru adalah
a. kondisi dan situasi belajar yang mendukung
KONDISI FISIK
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
- Jenis kegiatan (di dalam kelas/di ruang praktikum)
- Jumlah siswa yang melakukan kegiatan
2. Pengaturan tempat duduk
- Berbaris
- Pengelompokan/individu
- Membentuk setengah lingkaran/lingkaran penuh
- Berbentuk lingkaran
- Ruang kelas yang normal
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa anatara lain jendela
yang cukup besar agar cahaya matahari masuk dan udara sehat.
4. Pengaturan penyimpanan barang-barang
Penyimpanan barang hendaknya disimpan ditempat khusus yang mudah
dicapai, dan diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera
dapat digunakan.
KONDISI EMOSIONAL

Tipe Kepemimpinan
Tipe Otoriter (diktator) yang dengan kondisi ini siswa hanya akan aktif
kalau ada guru sedangkan kalau tidak ada maka tidak akan aktif. Aktivitas
belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian
dari guru.
Tipe demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan
antara siswa dan guru. Sikap ini dapat membantu. Menciptakan iklim yang
menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang
optimal.

2. Sikap Guru
Sikap guru menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah
laku siswa dapat diperbaiki
3. Suara Guru
Hendaknya dengan suara yang rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh.
4. Pembinaan Raport
Dengan hubungan baik guru dan siswa, diharapkan siswa senantiasa
gembira, penuh gairah dan semangat.
b. Administrasi teknik
1. Absensi, pengelolaan absensi hendaknya dilakukan secara periodik.
2. Tempat bimbingan siswa, ruangan khusus untuk keperluan bimbingan siswa
yang dilakukan guru, wali kelas, atau guru pembimbing sekolah
3. Tempat baca siswa
4. Tempat sampah
5. Catatan pribadi siswa, dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal
siswa secara lengkap termasuk latar belakang kehidupan siswa.
c. Dimensi pengelolaan kelas
1. Dimensi pencegahan, dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan
tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar
mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita
dapat menempuh berbagai usaha anatara lain :
a. Meningkatkan kesadaran diri dari guru
b. Meningkatkan kesadaran siswa
c. Sikap tulus dari guru
d. Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
e. Membuat kontrak sosial

2. Dimensi tindakan (action), dimensi tindakan merupakan kegiatan yang


dilakukan guru bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal yang bisa
dijadika pertimbangan bagi guru adalah :
a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b. Gunakan kontrol kerja
c. Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
3. Dimensi penyembuhan, dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina
kontrak sosial yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini :
- Siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah
- Siswa menolak konsekuensi
- Siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat
d. Disiplin
1. Pengertian disiplin, disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan
keseimbangan antara apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas
tertentu. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh
yang positif bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang.
2. Sumber-sumber pelanggaran disiplin
- Tipe kepemimpian guru atau kepala sekolah yang salah
- Sebagian hak-hak siswa dikurangi
- Kurang dilibatkannya dalam kegiatan tanggung jawab sekolah
3. Penanggulangan pelanggaran disiplin, penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pendekatan emosional atau pengenalan terhadap mereka
dan latar belakangnya. Berbagai alat bisa digunakan antara lain :
- Interest inventory (pertanyaan tentang hobi, favorit, guru yang paling di
sukai/dibenci dan lainnya)
- Sosiogram (hubungan sosial psikologis dengan teman-temanya)
- Feedback letter (membuat karangan tentang perasaan terhadap sekolah
mereka)

Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang
harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.

Campur tangan yang berlebih (teachers instruction)


Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan

komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan


terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru
tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin
memuaskan kehendak sendiri.

Kelenyapan (fade away)


Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi,
penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan
atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam
yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam
pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang,
melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.

Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and stars)


Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui
aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua,
kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru
tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran
kegiatan belajar siswa.

Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu
memungkinkan

ia

dapat

menyimpang.

Penyimpangan

tersebut

dapat

mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.

Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang halhal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran
sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.

Pengaruh Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran


Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan
kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran
yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang,
melainkan juga guru harus menguasai kiat memanejemeni kelas.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai
sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen
kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan
umum dari manajemen kelas.
Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas
karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik
mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang
optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan
memuaskan.

Selain

itu,

manajemen

kelas

juga

akan

menciptakan

dan

mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara


efektif dan efisien.
Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang
telah diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya
penguatan yang diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas


Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa
pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :

Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.

Sebagai guru jika Anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.

Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan
terjadi contohnya cara masuk ke dalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara

bersamaan dan lain-lain) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara
otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat
prosedur kelas bukan peraturan kelas.

Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur,


sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi


(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain).

Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu,


sedangkan disiplin bisa dipelajari
Dalam prosesnya ada juga guru yang belum pandai dalam mengelola kelas,

sehingga tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Di sini akan dijelaskan halhal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak :

Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran


dengan langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk
mendisiplinkan siswa selama setahun penuh.

Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama di tahun ajaran dengan
meneguhkan prosedur.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan
membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas
yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan
maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management)
lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan
barang/ fasilitas.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam
kelas. Keterampilan dalam pengelolaan kelas dapat bersifat preventif serta refresif
dan tingkah laku. Namun dalam penerapannya kadang terdapat masalah dalam
pengelolaan kelas baik secara individu maupun kelompok yang timbul dikarenakan
adanya keanekaragaman perilaku siswa.
3.2 Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih
ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, Oleh
karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam
mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat
terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1980. Pengelolaan Kelas dan Siswa Cetakan Kedua. Jakarta:
Rajawali.
Azzahra,

Titin.

Makalah

Keterampilan

Mengelola

Kelas.

Diakses

dari

http://titinazzahra04.blogspot.com pada 19 November 2012.


Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran Cetakan Pertama. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kasim.

Meilani.

Makalah

Manajemen

Kelas.

Diakses

dari

http://meilanikasim.wordpress.com pada 12 April 2010.


Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo.
Malik,

Arul.

Makalah

Pengelolaan

Pembelajaran.

Diakses

dari

http://tanpahentimencariilmu.blogspot.com pada 20 Maret 2012.


Santawi, Susanto. Pengelolaan Kelas. Diakses dari http://gontor2007.blogspot.com
pada 6 April 2010.
Setiawan, Conny, dkk. 1985. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gramedia.
Solihin, Santri Mambaus. Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Di Kelas. Diakses dari http://ernymath.wordpress.com pada 31
Januari 2012.

Anda mungkin juga menyukai