Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul Pengelolaan Kelas.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelegkapan dan
ketepatan isi makalah. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak terhadap makalah kami.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan
sebagai acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
26
Kesimpulan .26
Saran................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu
negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan
bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus
diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni sarana gedung, buku yang
berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang profesional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan
dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan
mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
ada di sekitar siswa atau segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang
efektif.
Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru
dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat
individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber
pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di
kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang
terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik,
profesional, dan harus berlangsung terus-menerus.
Djamaroh menyebutkan Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun
yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Hal tersebut dikarenakan
bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang
mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek
kecerdasan, pisikologis, biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di
sekolah.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis mengangkat masalah mengenai
pengelolaan kelas dalam pembelajaran agar guru atau calon pengajar mengetahui
dan memahami tentang pentingnya pengelolaan kelas yang baik untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif.
Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai
kajian dari pembuatan makalah ini yakni di antaranya :
apa saja komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola
kelas dengan baik?
bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru
dalam mengelola kelas?
Tujuan Makalah
mengetahui
pengaruh
pengelolaan
kelas
dalam
meningkatkan
kualitas
pembelajaran di kelas;
mengetahui indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru
dalam mengelola kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini
mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa
menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing.
Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian
dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar
mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru
mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai
kelompok
belajar,
yang
memungkinkan
peserta
didik
untuk
menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual siswa dalam kelas;
membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya serta sifat-sifat individunya.
Adapun tujuan keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud :
membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib
kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan
bukan kemarahan,
keterampilannya dalam:
memiliki
kesadaran
terhadap
kebutuhan
siswa
dan
mengembangkan
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain baik aktif (melucu)
maupun pasif (berbuat serba lambat sehingga perlu mendapat pertolongan
ekstra).
Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marahmarah, menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang sudah
sepakati sebelumnya).
Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (menyakiti orang lain seperti
mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya).
Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial
ekonomi, dan sebagainya.
dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa
berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga
ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya
sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa
di kelas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik begitu sebaliknya.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas dapat dipergunakan yaitu:
Bervariasi, penggunaan variasi dalam media, gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik merupakan kunci pengelolaan kelas untuk
menghindari
kejenuhan
serta
pengulangan-pengulangan
aktivitas
yang
menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika
terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa
akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan
mengganggu kawannya.
Penekanan pada hal-hal yang positif, pada dasarnya, dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar. Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain :
Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.
ini sama dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman dianggap kurang efektif
karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalahmasalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada
pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap
absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakantindakan yang lebih luwes dan kreatif.
pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang
sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan
pribadi yang sedang berkembang sehingga hubungan guru dengan siswa yang
positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap melindungi akan
terwujud.
7. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang
dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh
guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam
daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
8. Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa
dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah
tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah
dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru
adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
kelas
merupakan
pembuatan
keputusan-keputusan
yang
Teknik mendekati, bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang
biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya
takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif ,
tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan
berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat berefek
preventif.
Teknik memberikan isyarat, apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa
petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang
efek
saja,
dengan
melihatnya
secara
humoristis,
guru
akan
dapat
Teknik tidak mengacuhkan, untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan
tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasuskasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa
untuk diperhatikan.
Teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila
ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya
mengeluarkannya dalam kelas.
sedang Anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan
ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku
pilihan mereka.
Ucapan
tersebut
adakalanya
membawa
hasil
siswa
Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang lain
dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau individu;
kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan
tujuan yang jelas.
dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang
tidak mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi
anak didik yang suka mengganggu.
Modifikasi tingkah laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah
laku tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan secara
sistematis.
Tipe Kepemimpinan
Tipe Otoriter (diktator) yang dengan kondisi ini siswa hanya akan aktif
kalau ada guru sedangkan kalau tidak ada maka tidak akan aktif. Aktivitas
belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian
dari guru.
Tipe demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan
antara siswa dan guru. Sikap ini dapat membantu. Menciptakan iklim yang
menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang
optimal.
2. Sikap Guru
Sikap guru menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah
laku siswa dapat diperbaiki
3. Suara Guru
Hendaknya dengan suara yang rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh.
4. Pembinaan Raport
Dengan hubungan baik guru dan siswa, diharapkan siswa senantiasa
gembira, penuh gairah dan semangat.
b. Administrasi teknik
1. Absensi, pengelolaan absensi hendaknya dilakukan secara periodik.
2. Tempat bimbingan siswa, ruangan khusus untuk keperluan bimbingan siswa
yang dilakukan guru, wali kelas, atau guru pembimbing sekolah
3. Tempat baca siswa
4. Tempat sampah
5. Catatan pribadi siswa, dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal
siswa secara lengkap termasuk latar belakang kehidupan siswa.
c. Dimensi pengelolaan kelas
1. Dimensi pencegahan, dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan
tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar
mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita
dapat menempuh berbagai usaha anatara lain :
a. Meningkatkan kesadaran diri dari guru
b. Meningkatkan kesadaran siswa
c. Sikap tulus dari guru
d. Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
e. Membuat kontrak sosial
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang
harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu
memungkinkan
ia
dapat
menyimpang.
Penyimpangan
tersebut
dapat
Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang halhal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran
sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.
Selain
itu,
manajemen
kelas
juga
akan
menciptakan
dan
Sebagai guru jika Anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan
terjadi contohnya cara masuk ke dalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara
bersamaan dan lain-lain) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara
otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat
prosedur kelas bukan peraturan kelas.
sehingga tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Di sini akan dijelaskan halhal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak :
Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama di tahun ajaran dengan
meneguhkan prosedur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan
membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas
yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan
maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management)
lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan
barang/ fasilitas.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam
kelas. Keterampilan dalam pengelolaan kelas dapat bersifat preventif serta refresif
dan tingkah laku. Namun dalam penerapannya kadang terdapat masalah dalam
pengelolaan kelas baik secara individu maupun kelompok yang timbul dikarenakan
adanya keanekaragaman perilaku siswa.
3.2 Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih
ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, Oleh
karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam
mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1980. Pengelolaan Kelas dan Siswa Cetakan Kedua. Jakarta:
Rajawali.
Azzahra,
Titin.
Makalah
Keterampilan
Mengelola
Kelas.
Diakses
dari
Meilani.
Makalah
Manajemen
Kelas.
Diakses
dari
Arul.
Makalah
Pengelolaan
Pembelajaran.
Diakses
dari