Anda di halaman 1dari 14

RESUME KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN

A. KOMPETENSI GURU
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 8 bahwa: “seorang guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kopetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (UU No.
14 tahun 2005). 1
Berikut adalah penjabaran dari empat kompetensi guru :
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun aspek kompetensi ini adalah:
 Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik dan mampu mengembangkan kurikulum yang terkait.
 Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
 Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

1
Alik Chusnah, Micro Reaching, Surakarta: Royan Offset, 2017, Hal. 94.
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Adapun aspek kompetensi ini adalah:
 Bertindak sesuai dengan norma agama sosial dan kebudayaan
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan berahlak mulia
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap stabil diwasa arief dan
berwibawa
 Menunjukkkan etoskerja tanggungjawab dan menunjung tinggi kode
etik profesi guru
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Adapun aspek kompetensi ini adalah:
 Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin agama ras kondisi fisik latar belakang keluarga dan status
sosial ekonomi
 Berkomunikasi secara efektif empatik dan santun dengan sesame
pendidik tenaga kependidikan orang tua dan masyarakat
 Beradaptasi ditempat bertugas di seluruh wilayah ri yang memiliki
keragaman sosial budaya
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Adapun aspek
kompetensi ini adalah:
 Menguasai materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu
 Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.2
Empat kompetensi di atas merupakan komponen-komponen yang
tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya
sebagai guru. Karena seorang guru mempunyai amanah untuk mendidik
dan mengamalakan ilmunya membawa peserta didik mencapai
kematangan dan kedewasaan berfikir serta bersikap.

B. Standart Kelulusan
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (Skl-Sp)3 meliputi:
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, MA/MA/SMALB/Paket
C, SMK/MAK.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP)
dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni;
1) Pendidikan Dasar, meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C
bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
3) Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK
bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya4
Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

2
Institut Islam Mamba’ul’ulum (IIM), Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Fakultas Tarbiyah, Surakrata, 2019, Hal. 27.
3
MenteriI Pendidikan Nasional Republik Indonesia, “Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, Peraturan MenteriI Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006, 2006, Hal 5.
4
Ibid
penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu
pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai-nilai (afektif), dan keterampilan
(psikomotor) yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
sehingga mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya. Untuk
menanggulangi Rendahnya Mutu Lulusan ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, diantaranya:
1. Meningkatkan Kualitas Guru
Disahkannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) merupakan salah satu
langkah positif untuk memacu upaya-upaya meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia, misalnya melalui peningkatan kualitas SDM
khususnya pendidik, komitmen merealisasikan anggaran pendidikan
sampai 20%, peningkatan sarana prasarana pendidikan, sertifikasi guru
dan dosen, serta beragam upaya lainnya.
Merujuk kepada UUGD dalam pasal 2 ayat 1 dinyatakan secara
jelas bahwa guru merupakan tenaga profesional dengan penjelasan pada
pasal 4 yang menyatakan bahwa “kedudukan guru sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional”. Konsekuensi dari pasal tersebut adalah guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (pasal 8).
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program
diploma empat (pasal 9). Adapun kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
(pasal 10).5

5
Ibid
Dari paparan pada UUGD dapat dijelaskan bahwa guru untuk
mendapatkan kompetensi profesional harus melalui pendidikan profesi
dan guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik minimal S-1
atau D4. Guru yang telah memenuhi kualifikasi akademiki S-1 atau yang
belum S-1 tetapi usia lebih dari 50 tahun dan masa kerja lebih dari 20
tahun untuk memperoleh sertifikasi profesi harus mengikuti tahap
penilaian portopolio. Point penilaian portopolio diperoleh diantaranya
melalui aktivitas dan kegiatan guru selama berkarir yang ditunjukan
dengan beragam seritifikat, surat keterangan atau surat penghagaan
lainnya yang bisa diperoleh melalui forum-forum ilmiah atau diklat
menjadi salah satu penilaian yang menentukan seseorang guru layak atau
tidak mendapatkan sertifikasi guru profesi.
2. Memperbaiki Sarana Prasarana
Pentingnya sarana dan prasarana dalam menunjang proses
pendidikan diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu: setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional
dan kewajiban peserta didik.6
Administrasi sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana
merupakan segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses usaha. Jadi dapat disimpulkan administrasi
sarana dan prasarana merupakan semua komponen yang secara langsung
maupun tidak langsung untuk menunjang jalannya proses pendidikan
untuk mencapai tujuan didalam sebuah pendidikan.
Sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang penting di
sekolah, dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan

6
Ibid
suatu proses manajemen yaitu mulai dari perencanaan, penggunaan,
pemeliharaan dan pengawasan.
Dengan dukungan sarana pembelajaran yang memadai, guru tidak
hanya menyampaikan materi secara lisan, tetapi juga dengan tulis dan
peragaan sesuai dengan sarana prasarana yang telah disiapkan guru.
Peserta didik akan lebih terbantu karena tidak semua peserta didik
mempunyai tingkat kecerdasan yang sama, khususnya yang memiliki
kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

C. Rendahnya Akhlak dan Kepribadian


Rendahnya akhlak dan kepribadian saat ini sangat memprihatinkan
diantaranya seperti Kenakalan remaja yang banyak terjadi dilingkungan
sekitar kita, seperti tawuran para pelajar, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan terlarang dan lain-lain. Perilaku pelajar tersebut
berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi.
a. Faktor Lingkungan
1) Keadaan ekonomi: Status sosio-ekonomi yang rendah
2) Masa atau daerah peralihan: menyangkut masalah ideology, politik,
ekonomi, social dan budaya dapat menjadi sebab pemicu terjadinya
kenakalan remaja.
3) Keretakan hidup keluarga: mengalami disintegrasi, tekanan2
emosional, kematian/perceraian.
b. Faktor Kepribadian
1) Praktik atau cara mengasuh anak
2) Pengaruh teman sebaya
3) Pengaruh pelaksanaan hukum (Adil,Obyektif dan Subyektif)
Untuk mencegah dan menanggulangi penurunan akhlak dan
kepribadian maka perlunya solusi dalam masalah ini, seperti pendidikan
nilai. Pendidikan nilai merupakan pendidikan yang harus diberikan kepada
siswa agar terhindar dari berbagai macam perilaku kenakalan remaja yang
berkembang saat ini. Pendidikan nilai adalah pengajaran atau bimbingan
kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan
melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
yang konsisten. Pendidikan nilai bertujuan membantu peserta didik untuk
bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih bermanusiawi,
berguna dan berpengaruh dalam masyarakatnya, yang bertanggung jawab
serta bersifat proaktif dan kooperatif, pribadi cerdas, berkeahlian, tetapi
tetap humanis.7

D. Kurikulum K13
Diterapkannya Kurikulum 2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal
ini diakibatkan kebijakan yang pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan
dan kondisi nyata yang ada di lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai
pelaksana kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013
ini. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya
yakni kurikulum KTSP dalam pembelajarannya.
Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum
sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang telah disediakan
oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan yakni pendekatan
scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada pembelajaran yang
mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tiga
model pembelajaran diantaranya adalah problem based learning, project
based learning, dan discovery learning. Ketiga model ini akan menunjang
how to do yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya
pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting, yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
 Permasalahan Kurikulum 2013
Terdapat berbagai tantangan dan hambatan dalam penerapan
kurikulum 2013 antara lain tantangan politisi, tantangan inovasi,
tantangan fasilitasi, tantangan sarana dan prasarana dan tantangan
kepemimpinan. Permasalahan lain mengenai kurikulum 2013 terdapat
keluhan yang dialami oleh guru pengajar, diantaranya
7
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana (2014) Pendidikan Nilai, Bandung: Pustaka
Setia
1. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD).
2. Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013
dalam Kegiatan Pembelajarannya
3. Belum Adanya Silabus Final Mengakibatkan Kesulitan dalam
Pembuatan RPP
4. Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
 Solusi Penyelesaian Masalah yang Timbul dengan Diterapkannya
Kurikulum 2013.
1. lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan
kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.
2. lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan
kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.

 Diantara perbaikan kurikulum 2013 secara rinci antara lain


1. Perbaikan KI-KD
2. Perbaikan Silabus
3. Perbaikan Pedoman Mapel
4. Penguatan Pembelajaran
5. Perbaikan Penilaian Hasil Belajar
6. Perbaikan Buku Teks Pelajaran

E. Polemik Sarpras Pendidikan


Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan
secara cermat dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi
KBM yang lancar. Dalam penyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat
di butuhkan untuk menghasilkan KBM yang efektif dan efisien.8
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara
nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa :
 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

8
Wisnu hananta, artikel Rendahnya sarana prasarana fisik Pendidikan di Indonesia,
(Salatiga : tnp., 2018), hal. 2
 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.9
Realitanya, Permasalahan perbedaan ketercukupan sarana prasarana
pendidikan di perkotaan dan pedesaan mengakibatkan perbedaan kualitas
peserta didik, untuk itu pemerintah mencanangkan program pemerataan
sarana prasarana pendidikan baik di kota maupun di pedesaan sehingga tidak
ada kesenjangan, kemudian pemerintan mengeluarkan bantuan operasional
sekolah (BOS) yang bertujuan untuk menyetarakan sarana prasarana.
Pembangunan gedung – gedung sekolahan di pedesaan masih jauh
tertinggal dari perkotaan, dibuktikan dengan masih banyaknya gedung –
gedung sekolahan yang roboh dan mengakibatkan korban baik dari guru
maupun peserta didik, disini seperti tidak berjalannya system pemerataan
pembangunan sarana prasarana pendidikan di pedesaan. Namun terlepas dari
itu pemerintah mencanangkan alokasi dana pembangunan melalui program
renovasi yang diambilkan dari APBD daerah serta ada juga program Dana
Anggaran Khusus (DAK) namun harus melalui pengajuan DAK melalui
proposal dan pelaporan di DAPODIK, sesuai dengan peraturan pemerintah
yang berlaku.
Maka Kemendikbud meluncurkan program digitalisasi daerah 3T
yaitu daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Untuk menyongsong revolusi
industry 4.0 pemerintah berupaya meningkatkan SDM di daerah 3T dengan
penerapan pendidikan berbasis TIK, dan mengeluarkan dana besar untuk
pembelian alat – alat elktronik melalui Dana BOS. Selain permasalahan
perawatan peralatan tersebut pemerintah harus menyediakan ketercukupan
listrik dan jaringan internet yang dapat berupa pembangunan pembangkit
listrik tenaga surya atau disel listrik dan jaringan internet, karena daerah 3T
9
Peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005.
tersebut kebanyakan adalah daerah kepulauan yang tersebar di garis luar
Indonesia seperti Natuna. Pemerintah menyadari akan hal pentingnya akses
internet dan jaringan listrik sehingga jauh hari pemerintah sudah memulai
pembangunan sejak tahun 2015, sehingga 397 sekolahan di daerah 3T sudah
merasakan manfaatnya.

F. Interaksi Guru dan Siswa


Interaksi siswa bersama guru merupakan unsur utama dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Karena melalui proses belajar mengajar, anak
didik tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, dan keadaan ini tentu saja
banyak dipengaruhi oleh guru dalam mengajar dan terutama menjalin
hubungan baik dengan siswanya. Penelitian Farida Kurniawati dalam Journal
Of Disability Studies menggunakan kerangka teori interaksi guru-siswa yang
dikemukakan Pianta, Hamre, dan Allen (2012) menjelaskan bahwa:
“interaksi guru dengan siswa dibangun dari tiga ranah (domain) kelas,
yang masing-masingnya memiliki arti penting bagi perkembangan
sosial-emosioal, pengaturan diri, dan prestasi siswa. Ketiga ranah
tersebut yakni dukungan emosional, manajemen kelas, dan dukungan
instruksional”.10
1) Dukungan Emosional
Suasana emosional mempengaruhi memori atau ikatan dalam
menerima dan memunculkan kembali informasi yang sudah dipelajari.
Guru harus menyadari pentingnya keterampilan sosial dan emosi sebagai
penunjang kesuksesan akademik.11 Ketika guru memberikan dukungan
emosional dengan mampu menghadirkan lingkungan yang aman serta
mendukung kebutuhan siswa, siswa lebih mampu mandiri dan berani

10
Pianta, R. C., Hamre, B. K., & Allen, J. P., 2012, Teacher-student Relationships and
Engagement: Conceptualizing, Measuring, and Improving the Capacity of Classroom Interactions
In Handbook Of Research On Student Engagement, New York, NY, US: Springer Science +
Business Media, hal. 365–386.
11
Curby, T. W., Rimm-Kaufman, S. E., & Abry, T., 2013, Do Emotional Support and
Classroom Organization Earlier In the Year Set the Stage for Higher Quality Instruction?, Journal
of School Psychology, 51(5): 557–569.
mengambil risiko karena mereka mengetahui bahwa mereka akan selalu
mendapat dukungan ketika memerlukannya.12
Secara umum dapat dikatakan bahwa ranah ini ditandai dengan
adanya dimensi perilaku guru yang mencerminkan: penciptaan iklim
belajar yang positif; sensitivitas guru; dan penghargaan terhadap perspektif
siswa.
Dukungan emosional yang diberikan melalui interaksi terhadap
semua siswa mencakup membangun hubungan yang ramah dan saling
mendukung. Guru dengan dukungan emosional yang tinggi kepada
siswanya mampu menciptakan iklim positif di kelas, sehingga seluruh
siswa tanpa terkecuali, merasa diterima dan nyaman untuk belajar di dalam
kelas.
2) Menejemen Kelas
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan
guna menciptakan dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan
belajar dan mengajar. Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai
perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik
perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam
meminimalkan gangguan.13

Manajemen kelas meliputi keterampilan guru untuk mengorganisir


kelas serta perilaku siswa, berkontribusi terhadap pembelajaran yang
berlangsung. Manajemen kelas merupakan kemampuan guru untuk
mengatur tingkah laku, waktu dan perhatian siswa di kelas agar
pembelajaran berlangsung optimal.14
3) Dukungan Intruksional
system intruksional yang perlu dihadirkan dalam proses
pembelajaran; yaitu pembelajaran kooperatif, permainan, simulasi,
instruksi yang diprogramkan, program tutor. Komponen-komponen dari
12
Ibid., hal. 625
13
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-tujuan-dan-prinsip-manajemen-
kelas.html diakses pada 22 November 2019 pukul 21:32
14
Ibid., hal. 374
semua sistem-sistem instruksi mencakupi sasaran (isi untuk dipelajari),
metode-metode, media, peralatan, lingkungan belajar, dan orang.

G. Homeschooling
Homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Namun
secara hakiki, homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang
menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan
secara at-home. Homeschooling, tidak berarti anak akan terus- terusan belajar
di rumah. Mereka bisa belajar di mana saja dan kapan saja asal situasi dan
kondisinya benar-benar nyaman dan menyenangkan seperti at-home.15
Secara umum, homeschooling memiliki keunggulan, diantaranya
membangun kemandirian dan kreativitas individual; memberi peluang untuk
mencapai individual semaksimal; memberi perlindungan kepada anak dari
berbagai bentuk dampak (pergaulan menyimpang); membantu anak lebih
berkembang dalam memahami diri dan perannya dalam dunia nyata.16
Ada tiga jenis homeschooling, yaitu homeschooling tunggal,
homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas. Homeschooling
Tunggal melibatkan orang tua dalam pembelajarannya tanpa bergabung
dengan lainnya, dimana orang tua benar-benar mengambil peran sebagai
pembimbing, teman belajar , sekaligus penilai. Homeschooling Majemuk
adalah homeschooling yang terdiri dari dua atau lebih keluarga untuk
kegiatan tertentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua
masing-masing. Dan selanjutnya Homeschooling Komunitas adalah gabungan
homeschooling majemuk yang menyusun silabus, bahan ajar, kegiatan pokok,
sarana prasarana dan jadwal pembelajaran.17

H. Sekolah Islam Terpadu

15
Maulia D.Kembara, Panduan Lengkap homeschooling, Bandung: Jurnal Edukasi,
2007, Hal.21-26.
16
Ibid., Hal.30.

17
Ibid., Hal. 31.
Sekolah islam terpadu adalah Sekolah Islam yang diselenggarakan
dengan memadukan secara Integratif nilai dan ajaran Islam dalam bangunan
kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang
optimal dan koperatif antara guru dan orangtua, serta masyarakat untuk
membina karakter dan kompetensi peserta didik.
Standar mutu sekolah islam terpadu di dasari peraturan pemerintah No
19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dalam standar mutu
tersebut sekolah islam terpadu di definisikan sebagai sekolah islam yang
diselenggarakan dengan memadukan secara integratif dan kebudayaan yg
memiliki kewenangan untuk: 1)Mengembangkan Standar Nasional
Pendidikan; 2)Menyelanggarakan Ujian Nasional; 3)Memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan
dan pengendalian mutu pendidikan; 4)Merumuskan kriteria kelulusan pada
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah; 5)Menilai
kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan buku teks pelajaran (PP No
19 Tahun 2005).
 Standar mutu SIT
1. Standar konsep islam terpadu
a. Konsep filosofis ideologis, yang mencakup: Visi Misi sekolah,
Landasan SIT
b. Konsep strategis meliputi:
1) Prinsip sekolah islam terpadu meliputi:
a) Prinsip umum yang meliputi prinsip demokratis, keadilan,
integratif, inovatif, keteladanan, pemberdayaan dan
pemberdayaan peserta didik.
b) Prinsip islamisasi adalah nilai-nilai keislaman yang bersifat
rabbaniyah( QS. Ali imron:70)
c) Prinsip manajemen adalah independen, profesional, dan
akuntabel.
d) Prinsip operasional pembelajaran yang diperkaya dengan
nilai-nilai keislaman yang mengacu kurikulum
nasioanal(Muhab,2010:44-45)’
2) Tujuan sekolah islam terpadu adalah membina peserta didik
untuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berakhlaq mulia,
dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat dan
maslahat bagi ummat manusia yang memuat rincian karakter
sebagai produk kompetensi lulusan.
3) Kedudukan sekolah islam terpadu: mempunyai alamat tempat
di indonesia, dan sekolah memiliki status kepemilikan yang
jelas aset sekolah dibuktikan dengan surat-surat yang secara
hukum.
c. Konsep operasional, yaitu memiliki legalitas pendidikan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

 Pengelolaan Sekolah Islam Terpadu


Mengacu pada peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan (permendiknas) No 13 tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah, permendiknas No 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
1) Standar Kompetensi Kepala Sekolah
2) Standar Kompetensi Guru
3) Standar Kompetensi Laboran
4) Standar Kompetensi Pustakawan
5) Standar Kompetensi Tenaga Administrasi
6) Standar Sarana Prasarana
7) Standar Pembiayaan
8) Standar Kurikulum
9) Standar Pengelolaan
10) Standar Kerja Sama
11) Standar Proses
12) Standar Pembinaan Siswa

Adapun mengenai Mutu Lulusan dari Sekolah Islam Terpadu terdapat


beberapa Standar Kompetensi Lulusan yang mencerminkan 4 Kompetensi.
Keempat kompetensi tersebut mencerminkan tujuan pendidikan SIT, yakni:
1. Kompetensi Keimanan
2. Kompetensi Kepribadian dan Sosial
3. Kompetensi Keilmuan
4. Kompetensi Fisik dan Ketrampilan

Anda mungkin juga menyukai