Disusun oleh :
NIA RIANA RITONGA
NURSAL SABILLA
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Pengelolaan Kelas”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelegkapan dan ketepatan isi makalah.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terhadap makalah kami.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan sebagai
acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...…………………………..1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN4
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas..............................................................................................4
2.2 Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas....................................................................5
2.3 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas.....................................................6
2.4 Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas...........................................................................8
2.5 Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas..................................................................10
2.6 Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas………………………………….…………13
2.7 Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas……………………………..………….15
2.8 Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas…………………………….…...22
2.9 Pengaruh Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran……………..23
2.10 Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas……………..24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….26
4.2 Saran..................................................................................................................................26
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...27
BAB I
PENDAHULUAN
Pengeloaan kelas merupakan salah satu masalah yang rumit, dan guru menggunakan
pengelolaan kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa
sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta
memungkinkan mereka dapat belajar dengan baik.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa
“Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yakni sarana gedung, buku yang berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang
profesional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua
kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa atau segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya,
kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu
sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, profesional, dan harus berlangsung terus-
menerus.
Djamaroh menyebutkan ”Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang
sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu
kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis. Ketiga
aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan
tingkah laku anak didik di sekolah.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis mengangkat masalah mengenai
pengelolaan kelas dalam pembelajaran agar guru atau calon pengajar mengetahui dan
memahami tentang pentingnya pengelolaan kelas yang baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif.
1. Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat
statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan
yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang
secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif
untuk mencapai suatu tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru untuk
menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey
mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru
sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan
fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.
Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki managemen kelas, tanpa kemampuan ini
maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembelajaran bisa
kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas bertugas membuat anak didik betah tinggal
di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi
guru sebagai pengelola kelas adalah merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi
beberapa sumber pembelajaran, memotivasi yang bisa dilakukan dengan memberi hukuman
atau reward, mendorong, dan menstimulasi siswa serta mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
1. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin;
2. menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran;
3. menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual siswa dalam kelas;
4. membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya serta sifat-sifat individunya.
Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya
dalam:
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan,
memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas
terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif .
Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi
kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi memberi dan melengkapi fasilitas untuk
segala macam tugas seperti membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu
pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi,
membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur
kerja, merubah kondisi kelas dan memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.
1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain baik aktif (melucu) maupun
pasif (berbuat serba lambat sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra).
2. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marah-marah,
menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang sudah sepakati
sebelumnya).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (menyakiti orang lain seperti
mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya).
4. Peragaan ketidakmampuan (bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun dan
menolak untuk mencoba melakukan apapun karena ia yakin bahwa hanya
mendapatkan kegagalan).
1. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,
dan sebagainya.
2. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.
3. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
4. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,
semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru
seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan
dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya
masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas
akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas akan cenderung lebih
mudah terjadi konflik begitu sebaliknya.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama di antara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
1. Teknik mendekati, bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya
efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena
itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai
kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat
duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.
2. Teknik memberikan isyarat, apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa petikan
jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek
saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana
baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa
yang akan terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan, untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak
perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu,
tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5. Teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia
dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya
mengeluarkannya dalam kelas.
6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka, bila kenakalan di kelas mulai bertambah,
sering guru menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya untuk
menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar
yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7. Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur, kadang-kadang masalah
kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apabila guru
berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Masalah
yang hamper sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa di kelas.
8. Mengadakan analisis, kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan,
guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan
siswanya.
9. Mengadakan perubahan kegiatan, apabila gangguan di kelas meningkat jumlahnya,
tindakan yang harus segera diambil yaitu mengubah apa yang sedang Anda lakukan.
Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk
dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik menghimbau, kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”.
Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil siswa memperhatikannya. Tetapi apabila
himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.
Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cara untuk untuk menghentikan
gangguan anak didik. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. tegas dan jelas tertuju kepda anak didik yang mengganggu serta kepada tingkah
lakunya yang menyimpang,
2. menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan,
3. menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
4. Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang menggangu atau tidak melakukan
tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang di pilih sesuai dengan
masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial
untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak melakukan tugas,
seperti :
a. dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan
gangguan atau kembali pada tugas yang diminta,
b. dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang tidak
mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi anak
didik yang suka mengganggu.
Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar
sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya
pada pelajaran yang diberikan di kelas.
Kecepatan (pacing), kecepatan disini diartikan sebagai tingkat
kemajuan yang dicapai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu
dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak
perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan,
atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan kecepatan yang harus
dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan. yaitu : bertele-
tela (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah) dan mengulang
penjelasan yang tidak perlu
d. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
(bersifat refresif dan perubahan tingkah laku)
Refresif adalah kemampuan guru mencari atau menemukan solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran. Strategi untuk
tindak perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus-menerus menimbulkan
gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas, yaitu :
1) Modifikasi tingkah laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku
tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2) Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan
pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang
baik dalam pelaksanaan tugas
memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan
semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, guru
dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku
keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang
mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk
menemukan pemecahannya.
KONDISI FISIK
KONDISI EMOSIONAL
1. Tipe Kepemimpinan
Tipe Otoriter (diktator) yang dengan kondisi ini siswa hanya akan aktif kalau ada guru
sedangkan kalau tidak ada maka tidak akan aktif. Aktivitas belajar mengajar sangat
tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian dari guru.
Tipe demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara siswa dan
guru. Sikap ini dapat membantu. Menciptakan iklim yang menguntungkan bagi
terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal.
2. Sikap Guru
Sikap guru menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat
diperbaiki
3. Suara Guru
Hendaknya dengan suara yang rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang
penuh.
4. Pembinaan Raport
Dengan hubungan baik guru dan siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh
gairah dan semangat.
a. Administrasi teknik
1) Absensi, pengelolaan absensi hendaknya dilakukan secara periodik.
2) Tempat bimbingan siswa, ruangan khusus untuk keperluan bimbingan siswa
yang dilakukan guru, wali kelas, atau guru pembimbing sekolah
3) Tempat baca siswa
4) Tempat sampah
5) Catatan pribadi siswa, dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal
siswa secara lengkap termasuk latar belakang kehidupan siswa.
b. Dimensi pengelolaan kelas
1) Dimensi pencegahan, dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan
tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar
mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita
dapat menempuh berbagai usaha anatara lain :
i. Meningkatkan kesadaran diri dari guru
ii. Meningkatkan kesadaran siswa
iii. Sikap tulus dari guru
iv. Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
v. Membuat kontrak sosial
5. Dimensi tindakan (action), dimensi tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan guru
bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal yang bisa dijadika pertimbangan bagi
guru adalah :
a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b) Gunakan “kontrol” kerja
c) Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
6. Dimensi penyembuhan, dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontrak
sosial yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini :
Siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah
Siswa menolak konsekuensi
Siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat
c. Disiplin
1) Pengertian disiplin, disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan
keseimbangan antara apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas
tertentu. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh
yang positif bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang.
2) Sumber-sumber pelanggaran disiplin
Tipe kepemimpian guru atau kepala sekolah yang salah
Sebagian hak-hak siswa dikurangi
Kurang dilibatkannya dalam kegiatan tanggung jawab sekolah
3) Penanggulangan pelanggaran disiplin, penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pendekatan emosional atau pengenalan terhadap mereka
dan latar belakangnya. Berbagai alat bisa digunakan antara lain :
Interest inventory (pertanyaan tentang hobi, favorit, guru yang paling
di sukai/dibenci dan lainnya)
Sosiogram (hubungan sosial psikologis dengan teman-temanya)
Feedback letter (membuat karangan tentang perasaan terhadap sekolah
mereka)
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus
dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-
hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan
menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.
Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah
diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang
diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
2.10 Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan
kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :
3.1 Kesimpulan
Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu
dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas
ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan
dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas.
3.2 Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi.
Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, Oleh karena itu guru kelas
diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar
yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1980. Pengelolaan Kelas dan Siswa Cetakan Kedua. Jakarta: Rajawali.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka
Cipta.