Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pembimbing : Hasmi Syaputra Harahap, M.Pd.


Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

Disusun oleh :
NIA RIANA RITONGA
NURSAL SABILLA

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER 6


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LABUHANBATU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Pengelolaan Kelas”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi penyusunan maupun kelegkapan dan ketepatan isi makalah.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terhadap makalah kami.
Demikian makalah ini disusun agar dapat bermanfaat, diterima dan digunakan sebagai
acuan untuk makalah-makalah selanjutnya.

Rantauprapat, 12 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang………………………………………………...…………………………..1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN4
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas..............................................................................................4
2.2 Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas....................................................................5
2.3 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas.....................................................6
2.4 Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas...........................................................................8
2.5 Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas..................................................................10
2.6 Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas………………………………….…………13
2.7 Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas……………………………..………….15
2.8 Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas…………………………….…...22
2.9 Pengaruh Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran……………..23
2.10 Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas……………..24

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….26
4.2 Saran..................................................................................................................................26

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengeloaan kelas merupakan salah satu masalah yang rumit, dan guru menggunakan
pengelolaan kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa
sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien serta
memungkinkan mereka dapat belajar dengan baik.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa
“Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan
pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yakni sarana gedung, buku yang berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang
profesional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua
kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar
pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa atau segala usaha membantu murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif.
Di kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya,
kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala
pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu
sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, profesional, dan harus berlangsung terus-
menerus.
Djamaroh menyebutkan ”Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang
sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu
kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis. Ketiga
aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan
tingkah laku anak didik di sekolah.
Berangkat dari permasalahan di atas, penulis mengangkat masalah mengenai
pengelolaan kelas dalam pembelajaran agar guru atau calon pengajar mengetahui dan
memahami tentang pentingnya pengelolaan kelas yang baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


Mengkaji latar belakang di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian
dari pembuatan makalah ini yakni di antaranya :
1. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
2. Apa peran guru dalam strategi pengelolaan kelas?
3. Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan kelas?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas?
5. Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas?
6. Bagaimana penerapan sistem dalam pengelolaan kelas?
7. Apa saja komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola kelas
dengan baik?
8. Apa sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas?
9. Bagaimanakah pengaruh pengelolaan kelas dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas?
10. Bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam
mengelola kelas?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas;
2. Mengetahui peran guru dalam strategi pengelolaan kelas;
3. Mengetahui tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan kelas;
4. Mengetahui prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas;
5. Mengetahui bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas;
6. Mengetahui bagaimana penerapan sistem dalam pengelolaan kelas;
7. Mengetahui komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola
kelas dengan baik;
8. Mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas;
9. Mengetahui pengaruh pengelolaan kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
di kelas;
10. Mengetahui indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam
mengelola kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas dalam bahasa inggris sering disebut dengan classroom
management. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya mengacu pada
kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasia,
pengawasan, dan penilaian. Sedangkan, kelas mengandung pengertian sekelompok peserta
didik yang melakukan kegiatan belajar bersama dan mendapat pembelajaran.
Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan
pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-
upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan
perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu
sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,
yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.

Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

1. Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat
statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan
yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang
secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif
untuk mencapai suatu tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru untuk
menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai.

2.2 Peran Guru dalam Strategi Pengelolaan Kelas

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey
mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru
sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan
fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.

Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki managemen kelas, tanpa kemampuan ini
maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembelajaran bisa
kacau tanpa tujuan. Guru sebagai pengelola kelas bertugas membuat anak didik betah tinggal
di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi
guru sebagai pengelola kelas adalah merancang tujuan pembelajaran, mengorganisasi
beberapa sumber pembelajaran, memotivasi yang bisa dilakukan dengan memberi hukuman
atau reward, mendorong, dan menstimulasi siswa serta mengawasi segala sesuatu apakah
berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan


prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan
terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.
Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :

a. Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran,


b. Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta suasana yang
menggairahkan dalam belajar’
c. Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa
itu sendiri.

2.3 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas

Tujuan manajemen kelas adalah :

1. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin;
2. menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran;
3. menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan
intelektual siswa dalam kelas;
4. membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya serta sifat-sifat individunya.

Adapun tujuan keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud :

a) mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya


serta sadar untuk mengendalikan dirinya,
b) membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas,
dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan
kemarahan,
c) menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku
yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.

Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya
dalam:

a) mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran


penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik,
b) memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di
dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa,memberikan respon secara
efektif terhadap tingkah laku yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau
c) ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat
digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan
atau terus menerus melawan di kelas.

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan,
memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas
terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif .

Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi
kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi memberi dan melengkapi fasilitas untuk
segala macam tugas seperti membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu
pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi,
membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur
kerja, merubah kondisi kelas dan memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.

Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.

Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa


seperti :

1. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain baik aktif (melucu) maupun
pasif (berbuat serba lambat sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra).
2. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marah-marah,
menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang sudah sepakati
sebelumnya).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (menyakiti orang lain seperti
mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya).
4. Peragaan ketidakmampuan (bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun dan
menolak untuk mencoba melakukan apapun karena ia yakin bahwa hanya
mendapatkan kegagalan).

Sedangkan masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-


kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota
kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Masalah-masalah
kelompok ini mungkin muncul dalam kelas seperti:

1. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,
dan sebagainya.
2. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.
3. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
4. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
5. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,
semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru
seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain.

2.4 Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas

Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan
dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya
masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.

Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas
akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas akan cenderung lebih
mudah terjadi konflik begitu sebaliknya.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip


pengelolaan kelas dapat dipergunakan yaitu:

1. Hangat dan antusias, kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan


terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi
kegiatan belajar-mengajar yang optimal. Guru yang bersifat hangat dan akrab secara
ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan,
atau terhadap siswanya akan aktivitasnya maka berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
2. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi, penggunaan variasi dalam media, gaya mengajar guru, pola interaksi
antara guru dan anak didik merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari
kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya
kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat berbagai variasi maka
proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan
keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan mengganggu kawannya.
4. Keluesan, dalam proses belajar mengajar guru harus waspada mengamati jalannya
proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa seperti
keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah berbagai
strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif, pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik,
guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Cara guru
memelihara suasana yang positif antara lain :
a. memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.
b. memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif.
6. Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong
anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya
menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

2.5 Bentuk Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama di antara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.

Berbagai pendekatan tersebut seperti berikut:


1. Pendekatan kekuasaan (autority approach), pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik dengan penerapan disiplin. Peranan
guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
2. Pendekatan ancaman, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberi ancaman,
misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan kebebasan (permisive approach), pengelolaan kelas diartikan upaya yang
dilakukan oleh guru dengan memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan
berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. Pendekatan ini sama
dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman dianggap kurang efektif karena
pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalah-masalah yang
muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada pemecahan masalah yang
bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap absolut (mutlak) dan tidak
membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif.
4. Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modifikation approach), pengelolaan
kelas diartikan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku
yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah
munculnya atau memperbaiki perilaku negatif siswa.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang
baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu
saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya.
Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang
dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau
puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi
sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
5. Pendekatan sosio-emosional (sosio emosional climate approach), pengelolaan kelas
diartikan upaya untuk menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik dan
sehat antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang
baik. Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas
yang baik berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan
siswa yang penuh simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari
pendekatan ini. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah
laku atau tindakan guru yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar
terlibat dalam pembinaan siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa baik suka
maupun duka. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata
sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang
sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang sehingga hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap
melindungi akan terwujud.
6. Pendekatan kerja kelompok (group procces approach), dalam pendekatan in, peran
guru adalah menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan
mendorong perkembangan serta kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan
proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru
harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas
tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik,
dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
7. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu
digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru
hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
8. Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
9. Pendekatan elektis atau pluralistik (electic approach) adalah pandangan yang
mencakup tiga pendekatan (perubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan
proses kelompok).
10. Pendekatan elektis ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali
atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan atau ketiga
pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu
pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih
dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas di sini adalah suatu set
(rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.6 Penerapan Sistem dalam Pengelolaan Kelas

Mengelola kelas merupakan pembuatan keputusan-keputusan yang direncanakan


bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru
dalam keadaan marah dan frustasi terhadap siswa. Setelah guru tenang kembali ia merasa
bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa
lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak
bertindak demikian, ia tidak konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-
masalah di kelas akan menolong guru dari dilema-lema seperti itu.Dasar dari pendekatan
yaitu bahwa perilaku yang baik di kelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan
ganjaran atau tidak.

1. Teknik mendekati, bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya
efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena
itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai
kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat
duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.
2. Teknik memberikan isyarat, apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat
memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa petikan
jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor, jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek
saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana
baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa
yang akan terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan, untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak
perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu,
tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5. Teknik yang keras, guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia
dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya
mengeluarkannya dalam kelas.
6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka, bila kenakalan di kelas mulai bertambah,
sering guru menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya untuk
menjelaskan perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar
yang sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7. Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur, kadang-kadang masalah
kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan ketidakmampuan siswa
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apabila guru
berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Masalah
yang hamper sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa di kelas.
8. Mengadakan analisis, kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan,
guru dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan
siswanya.
9. Mengadakan perubahan kegiatan, apabila gangguan di kelas meningkat jumlahnya,
tindakan yang harus segera diambil yaitu mengubah apa yang sedang Anda lakukan.
Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk
dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik menghimbau, kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”.
Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil siswa memperhatikannya. Tetapi apabila
himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.

7 Komponen-Komponen dalam Mengelola Kelas

Komponen-komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam


mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventif)
Preventif adalah upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah
terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan dalam hal ini berhubungan
dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran
serta aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan:
a. Sikap tanggap, perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan siswa
dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu
apa yang mereka perbuat. Kesan ini ditunjukkan dengan cara :
 memandang secara seksama, bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan
rasa persahabatan,
 gerak mendekati kelompok kecil atau individu secara wajar menandakan
kesiagaan, minat, dan perhatian guru terhadap tugas serta aktivitas siswa,
 memberikan pernyataan dengan tanggapan, komentar, ataupun yang lainnya
kepada siswa. Namun tanpa menunjukkan dominasi guru, seperti memberi
komentar atau pertanyaan yang mengandung ancaman,
 memberikan reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa dengan bentuk
teguran pada saat dan suasana yang yang tepat agar penyimpangan tingkah laku
tidak meluas.
b. Memberi perhatian mampu menumbuhkan pengelolaan kelas yang efektif pada
beberapa kegiatan yang berlangsung pada waktu yang sama. Membagi perhatian
dapat dibedakan menjadi dua :
 Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang
lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau individu;
 Verbal, guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan
sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin
kegiatan siswa lain dan terlibat supervise pada aktivitas anak didik yang
lain.
c. Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara :
 memberi tanda, dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan
pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda,
misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan
objek, pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak secara random untuk
meresponnya.
 pertanggungan jawab, guru meminta pertanggungjawaban anak didik atas
kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai
anggota kelompok harus bertanggungjawab terhadap kegiatan sendiri maupun
kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak didik untuk
memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
 Pengarahan dan petunjuk yang jelas, guru harus seringkali memberikan
pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran
kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik.
Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada
kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
 Penghentian, tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau di hindari.
Yang diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik
yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di
kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya,
guru secara verbal mengomeli atau menghentikan gangguan anak didik itu.

Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cara untuk untuk menghentikan
gangguan anak didik. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1. tegas dan jelas tertuju kepda anak didik yang mengganggu serta kepada tingkah
lakunya yang menyimpang,
2. menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung penghinaan,
3. menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
4. Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang menggangu atau tidak melakukan
tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang di pilih sesuai dengan
masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial
untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak melakukan tugas,
seperti :
a. dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan
gangguan atau kembali pada tugas yang diminta,
b. dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang tidak
mengganggu dan dipakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi anak
didik yang suka mengganggu.
 Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar
sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya
pada pelajaran yang diberikan di kelas.
 Kecepatan (pacing), kecepatan disini diartikan sebagai tingkat
kemajuan yang dicapai anak didik dalam pelajaran. Yang perlu
dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak
perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan,
atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan kecepatan yang harus
dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan. yaitu : bertele-
tela (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah) dan mengulang
penjelasan yang tidak perlu
d. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
(bersifat refresif dan perubahan tingkah laku)
Refresif adalah kemampuan guru mencari atau menemukan solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran. Strategi untuk
tindak perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus-menerus menimbulkan
gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas, yaitu :
1) Modifikasi tingkah laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku
tersebut dengan mengiplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2) Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan
pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
 memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang
baik dalam pelaksanaan tugas
 memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan
semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, guru
dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku
keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang
mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk
menemukan pemecahannya.

Sedangkan komponen komponen dalam pengelolaaan kelas yang perlu diperhatikan


oleh guru adalah kondisi dan situasi belajar yang mendukung

KONDISI FISIK

 Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar


 Jenis kegiatan (di dalam kelas/di ruang praktikum)
 Jumlah siswa yang melakukan kegiatan
1. Pengaturan tempat duduk
 Berbaris
 Pengelompokan/individu
 Membentuk setengah lingkaran/lingkaran penuh
 Berbentuk lingkaran
 Ruang kelas yang normal
2. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa anatara lain jendela yang cukup
besar agar cahaya matahari masuk dan udara sehat.
3. Pengaturan penyimpanan barang-barang
Penyimpanan barang hendaknya disimpan ditempat khusus yang mudah dicapai, dan
diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera dapat digunakan.

KONDISI EMOSIONAL

1. Tipe Kepemimpinan
Tipe Otoriter (diktator) yang dengan kondisi ini siswa hanya akan aktif kalau ada guru
sedangkan kalau tidak ada maka tidak akan aktif. Aktivitas belajar mengajar sangat
tergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian dari guru.
Tipe demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara siswa dan
guru. Sikap ini dapat membantu. Menciptakan iklim yang menguntungkan bagi
terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal.
2. Sikap Guru
Sikap guru menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat
diperbaiki
3. Suara Guru
Hendaknya dengan suara yang rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang
penuh.
4. Pembinaan Raport
Dengan hubungan baik guru dan siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh
gairah dan semangat.
a. Administrasi teknik
1) Absensi, pengelolaan absensi hendaknya dilakukan secara periodik.
2) Tempat bimbingan siswa, ruangan khusus untuk keperluan bimbingan siswa
yang dilakukan guru, wali kelas, atau guru pembimbing sekolah
3) Tempat baca siswa
4) Tempat sampah
5) Catatan pribadi siswa, dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal
siswa secara lengkap termasuk latar belakang kehidupan siswa.
b. Dimensi pengelolaan kelas
1) Dimensi pencegahan, dimensi pencegahan (preventif) dapat merupakan
tindakan guru dalam mengatur siswa dan peralatan atau format belajar
mengajar yang tepat. Dalam rangka pembinaan pengelolaan di sekolah kita
dapat menempuh berbagai usaha anatara lain :
i. Meningkatkan kesadaran diri dari guru
ii. Meningkatkan kesadaran siswa
iii. Sikap tulus dari guru
iv. Menemukan dan pengenalan alternatif pengelolaan
v. Membuat kontrak sosial
5. Dimensi tindakan (action), dimensi tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan guru
bila terjadi masalah pengelolaan. Adapun hal yang bisa dijadika pertimbangan bagi
guru adalah :
a) Lakukan tindakan dan bukan ceramah
b) Gunakan “kontrol” kerja
c) Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
6. Dimensi penyembuhan, dimensi penyembuhan dimaksudkan untuk membina kontrak
sosial yang tidak jalan. Bentuk dari situasi ini :
 Siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah
 Siswa menolak konsekuensi
 Siswa menolak sama sekali aturan khusus yang sudah dibuat
c. Disiplin
1) Pengertian disiplin, disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan
keseimbangan antara apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas
tertentu. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh
yang positif bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang.
2) Sumber-sumber pelanggaran disiplin
 Tipe kepemimpian guru atau kepala sekolah yang salah
 Sebagian hak-hak siswa dikurangi
 Kurang dilibatkannya dalam kegiatan tanggung jawab sekolah
3) Penanggulangan pelanggaran disiplin, penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pendekatan emosional atau pengenalan terhadap mereka
dan latar belakangnya. Berbagai alat bisa digunakan antara lain :
 Interest inventory (pertanyaan tentang hobi, favorit, guru yang paling
di sukai/dibenci dan lainnya)
 Sosiogram (hubungan sosial psikologis dengan teman-temanya)
 Feedback letter (membuat karangan tentang perasaan terhadap sekolah
mereka)

2.8 Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Mengelola Kelas

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus
dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.

 Campur tangan yang berlebih (teachers instruction)


Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan
komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu
atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak
memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan
kehendak sendiri.
 Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi,
penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau
sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang
terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran.
Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur, dan
mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
 Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui
aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua,
kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak
dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan
belajar siswa.
 Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu
memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu
kelancaran kegiatan belajar siswa.
 Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal
tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana
menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.

2.9 Pengaruh Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum,


fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan,
wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus
menguasai kiat memanejemeni kelas.

Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-
hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan
menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.

Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas karena


manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar
siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga
akan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah
diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang
diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

2.10 Indikator Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru dalam Mengelola Kelas

Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan
kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :

1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.


2. Sebagai guru jika Anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi
contohnya cara masuk ke dalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan
dan lain-lain) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya
tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan
peraturan kelas.
4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab
prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi (stiker,
penghilangan hak siswa dan lain-lain).
6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan
disiplin bisa dipelajari
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu
dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas
ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan
dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas.

Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan


belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas.
Keterampilan dalam pengelolaan kelas dapat bersifat preventif serta refresif dan tingkah laku.
Namun dalam penerapannya kadang terdapat masalah dalam pengelolaan kelas baik secara
individu maupun kelompok yang timbul dikarenakan adanya keanekaragaman perilaku siswa.

3.2 Saran

Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi.
Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, Oleh karena itu guru kelas
diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar
yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1980. Pengelolaan Kelas dan Siswa Cetakan Kedua. Jakarta: Rajawali.

Azzahra, Titin. Makalah Keterampilan Mengelola Kelas. Diakses dari


http://titinazzahra04.blogspot.com pada 19 November 2012.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka
Cipta.

Kasim. Meilani. Makalah Manajemen Kelas. Diakses dari http://meilanikasim.wordpress.com


pada 12 April 2010.

Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo.

Malik, Arul. Makalah Pengelolaan Pembelajaran. Diakses dari


http://tanpahentimencariilmu.blogspot.com pada 20 Maret 2012.

Santawi, Susanto. Pengelolaan Kelas. Diakses dari http://gontor2007.blogspot.com pada 6


April 2010.

Setiawan, Conny, dkk. 1985. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gramedia.

Solihin, Santri Mambaus. Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas


Pembelajaran Di Kelas. Diakses dari http://ernymath.wordpress.com pada 31 Januari 2012.

Anda mungkin juga menyukai