Anda di halaman 1dari 18

Keterampilan mengelola kelas

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pembelajaran Mikro
Dosen Pengampu : Dr. Risbon Sianturi, S.E., M. Ap.
Nuraly Masum Aprily, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 6
Eva Amelia 4B_1901831
Hanisha Rahma Dhani 4B_1901788
Winka Tirsa Aulia 4B_1900595

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul ‘Keterampilan Mengelola Kelas’.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Pembelajaran Mikro. Makalah ini dapat diselesaikan dengan bantuan beberapa
sumber seperti, buku, artikel, jurnal, dan situs web.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, sudah sepenuhnya penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Risbon Sianturi, S.E., M.Ap. dan Bapak Nuraly Masum Aprily,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Mikro
2. Orang tua yang mendukung baik dari segi moral dan juga materi.
3. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis rincikan satu persatu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

dalam menyelesaikan makalah ini kami menyadari bahwa di dalam makalah


ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Agara kedepannya kami dapat memperbaiki, kami mengharapkan adanya
kritik dan konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Harapannya semoga
makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin.

Tasikmalaya, 25 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................ 1
1.4 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
2.1 Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas .................................... 2
2.2 Tujuan dan Manfaat Keterampilan Pengelolaan Kelas ..................... 4
2.3 Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas ................. 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pandangan kontemporer, mengajar tidak lagi diartikan sebagai
menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan mengajar yaitu
mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Implikasi dari batasan mengajar tersebut, maka
untuk itu tugas guru yaitu sebagai fasilitator pembelajaran, dan menciptakan
suasana danlingkungan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemudahan siswa
belajar. Memperhatikan batasan mengajar di atas, tugas pokok guru selain
menguasai materi pembelajaran, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana
menciptakan kondisi atau lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga
memudahkan siswa menguasai materi yang diajarkan.

Adapun lingkungan pembelajaran sangat luas, diantaranya yaitu lingkungan


kelas. Tidak bisa dipungkiri sampai saat ini, kelas merupakan lingkungan belajar
utama dan dominan yang digunakan oleh guru dan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu
keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, sehingga kelas menjadi
tempat belajar yang menyenangkan dan kondusif untuk terjadinya proses
pembelajaran bagi siswa.

Untuk lebih memerankan fungsi kelas sebagai tempat pembelajaran secara


optimal bagi siswa, maka tentu saja terlebih dahulu kita harus memiliki pemahaman
apa saja yang dimaksud dengan pengelolaan kelas itu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
seperti:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan keterampilan mengelola kelas?
1.2.2 Bagaimana tujuan dan manfaat dari keterampilan mengelola kelas?
1.2.3 Bagaimana komponen-komponen pengelolaan kelas?
1.2.4 Apa saja masalah yang ada dalam keterampilan mengelola kelas?

1
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yakni dapat menambah wawasan
pengetahuan dari ilmu alamiah dan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
“Keterampilan Mengelola Kelas”.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.4.1 Untuk mengetahui dan memahami keterampilan mengelola kelas.
1.4.2 Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat keterampilan
mengelola kelas.
1.4.3 Untuk mengetahui dan memahami komponen-komponen pengelolaan kelas.
1.4.4 Untuk mengetahui dan memahami masalah-masalah yang ada dalam
pengelolaan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya
menurut Weber (1977) diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan
pendekatan otoriter atau (authority approach) dan pendekatan permisif atau
(permissive approach). Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing
pendekatan tersebut.

Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach) pengelolaan


kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan
menciptakan dan memilihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat
(Weber).

Bagi sekolah ataupun guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam
mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan
berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh warga
sekolah atau kelas. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan
yang dirumuskan tentu saja tidak hanya didasarkan pada kemauan sepihak dari
pengelola sekolah atau kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari
siswa.Hal ini penting mengingat aturan yang dibuat diperuntukkan bagi
kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.

Setelah berbagai aturan ditetapkan, guru menekankan kepada siswa agar


disiplin mematuhi terhadap aturan tersebut, dan bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi atau hukuman (funishment). Pelanggaran terhadap ketentuan yang
ditetapkan, selain sebagai bentuk pengingkaran terhadap kesepakatan, juga
dianggap akan mengganggu proses pembelajaran. Oleh kerana itu guru memiliki
otoritas untuk menerapkan sanksi, sehingga pihak yang melanggar menyadari
terhadap perilaku yang salah dan kemudian untuk memperbaikinya terhadap
kesalahannya itu.

2
3

Kedua, pendekatan permisif mengartikan bahwa pengelolaan kelas yaitu


upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada peserta didik
dalam melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat pertama.
Menurut pandangan permisif, fungsi guru yakni bagaimana dalam menciptakan
kondisi peserta didik agar merasa aman untuk melakukan aktivitas didalam kelas,
tanpa harus merasa takut dan tertekan. Pendekatan permisif dalam mengelola kelas
bukan berarti peserta didik bebas tanpa batas. Aturan atau ketentuan yang harus
ditaati oleh seluruh warga sekolah tetap ada, hanya aturan tersebut tidak mengekang
peserta didik. Ketika peserta didik melakukan berbagai aktivitas didalam kelas atau
lingkungan sekolah, tidak dihinggapi perasaan takut, serba salah, apalagi takut
dikenai sanksi atau hukuman.

Ketiga, yaitu pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini didasarkan


pada konsep pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku. Gagasan
utama dari pendekatan modifikasi tingkah laku yakni pengelolaan kelas yang
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku
yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkinmencegah
munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.

Dari ketiga pengertian pengelolaan kelas diatas, masing-masing nya memiliki


kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu ketiganya dapat dijadikan alternatif
untuk diterapkan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tuntutan yang terjadi
di lapangan.

Jika dianalisis lebih lanjut, pendekatan pertama (authority approach) sesuai


dengan namanya otoriter. Aturan dibuat untuk mengikat siswa mentaatinya, dan
jika melanggar harus menerima konsekuensi. Sementar pendekatan kedua
(permisif) nampaknya lebih longgar, karena siswa diberi kebebasan beraktivitas.
Kalau dilihat secara normatif tentu saja pendekatan ketiga (modifikasi tingkah laku)
memiliki peluang yang sangat cocok dan paling sering diterapkan. Pendekatan
modifikasi tingkah laku banyak kesesuaian dengan upaya atau tujuan pembelajaran
secara khusus dan pendidikan pada umumnya. Melalui aktivitas pembelajaran
4

maupun pendidikan yang lebih luas lagi dimaksudkan sebagai upaya merubah
perilaku siswa kearah yang lebih baik.

Meskipun teori ketiga (modifikasi tingkah laku) merupakan jalan tengah


dalam pelaksanaan pengelolaan kjelas, bukan berarti pendekatan otoriter maupun
permisif tidak boleh diterapkan. Keduanya sangat mungkin dan dianggap tepat
untuk dilakukan asal disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta selama itu dalam
kerangka upaya-upaya proses pembelajaran dan pendidikan. Pengelolaan dan
Pembelajaran Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memiliki fungsi
yang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management)
lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran (instruction) lebih kuat
berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pembelajaran. Pada
akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.

Contoh aspek pengelolaan kelas, jika didalam kelas terdapat gambar yang
dianggap kurang baik atau tidak pada tempatnya untuk ditempelkan didinding
karena akan mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut
memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap paling cocok.
Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu
siswa memecahkan kesulitan yang dihadapinya itu.

Menurut Cony Semiawan, dkk., (1985: 64), dalam pengaturan ruang belajar, hal-
hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Ukuran dan bentuk kelas


b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja peserta didik
c. Jumlah peserta didik dalam kelas
d. Jumlah peserta didik dalam setiap kelompok
e. Jumlah kelompok dalam kelas
f. Komposisi peserta didik dalam kelompok (Seperti peserta didik pandai
dengan peserta didik kurang pandai).

2.2 Tujuan dan Manfaat Keterampilan Pengelolaan Kelas


5

Menjadi pembelajar haruslah kaya konsep, kaya cara, dan utun (ulet) mencari
varian-varian baru mengenaipermasalahan di dalam kelas. Berbicara mengenai
tujuan pengelolaan kelas, Ahmad (1995) mengatakan bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan pebelajar untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.

b. Menghilagkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi


belajar mengajar.

c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan pebelajar belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual pebelajar dalam kelas.

d. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,


budaya serta sifat-sifat individunya.Sedangkan tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman (2000) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan.

Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam


kegiatan belajar dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan pebelajar belajar dan bekerja.
Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada pebelajar.
Sementara Arikunto (2000) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien. Degeng (2000) menyatakan bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah agar para pebelajar dapat belajar secara optimal dan
memberdayakan dirinya sesuai potensi dan karakteristiknya sendiri.

Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya


interaksi belajar mengajar. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan
belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan
6

lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. Adapun manfaat
pengelolaan kelas yang sejalan dengan kurikulum adalah sebagai berikut:

1. Memupuk anak didik untuk berani mengeluarkan pendapat tentang suatu


masalah secara bebas.
2. Memupuk rasa kepercayaan diri sendiri.
3. Memupuk rasa toleransi sesama anak didik.
4. Memberi kesempatan untuk mengembangkan kebebasan intelektual anak
didik.
5. Memberi kesempatan berpikir kepada anak didik untuk menguji dan mengubah
serta memperbaiki pandangan, nilai dan pertimbangan

2.3 Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses


pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun
yang dipilih dan dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada
terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung
terjadinya proses pembelajaran tersebut, maka unsur-unsur pengelolaan meliputi
dua tindakan, yaitu:

1. Model tindakan

a. Preventif; merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mencegah


terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Mencegah dianggap lebih baik dari pada
mengobati. Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu dengan
dilakukannya sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal atau gejala-gejala yang
dianggap akan menggangu pembelajaran.

Beberapa upaya atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
mendukung terhadap tindakan preventif antara lain:

1) Tanggap atau peka, sikap tanggap ini ditunjukkan oleh kemampuan guru secara
dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang
dianggap akan menggangu pembelajaran atau berkembangnya sikap maupun sifat
negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya. Misalnya, jika sudah
7

melihat gejala siswa datang kesiangan, lalu guru berkesimpulan andai tidak ditegur
mungkin siswa akan merasa terbiasa. Oleh karena itu dengan pendekatan preventif,
guru segera mengingatkan siswa untuk tidak kesiangan lagi.

2) Perhatian, merupakan selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas,


lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul. Perhatian merupakan salah satu
bentuk keterampilan dan kebiasaan yang harus dimiliki oleh guru. Ketika siswa
yang kesiangan kemudian ditegur oleh gurunya, maka anak akan merasa dirinya
diperhatikan, sehingga kedepan ia berusaha untuk tidak kesiangan. Perhatian
sifatnya ada yang menyebar, artinya perhatian ditujukan pada semua aspek yang
menjadi unsur perhatiannya. Misalnya ketika di dalam kelas, perhatian guru
menyebar kepada seluruh siswa, dan tidak hanya memfokuskan pada salah seorang
siswa saja. Perhatian juga ada yang bersifat terpusat, yaitu perhatian hanya
ditujukan pada hal-hal atau objek yang menjadi sasaran pengamatannya. Misalnya
bagaimana perhatian guru hanya dipusatkan pada kemampuan ekspresi wajah siswa
ketikamembaca puisi di dalam kelas. Dengan demikian unsur lainnya, seperti
peragaan, busana dan lain sebagainya tidak menjadi sasaran perhatian, karena
hanya mencermati pada ekspresi wajahnya saja.

b. Refresif, keterampilan refresif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti


halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refresif sebagai salah
satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas, yang dimaksud adalah kemampuan
guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan pembelajaran.

c. Modifikasi Tingkah laku

• Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh
karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul secara positif, guru
memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara.
Sementara bagi yang menunjukkan perilaku kurang baik, dengan segera mencari
sebab-sebabnya dan mengingatkan untuk tidak diulangi lagi bahkan kalau perlu
secara edukatif berikan hukuman agar menyadari terhadap perilaku kurang baiknya
itu dan memperbaikinya dengan yang lebih positif.
8

• Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya


dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsur
yang terkait. Kelas adalah suatu kelompok atau komunitas yang memiliki
kepentingan yang sama, yaitu untuk belajar. Oleh karena itu bagaimana setiap unsur
yang ada dalam kelas itu dijadikan suatu potensi yang berharga dan dapat menjadi
sumber untuk memecahkan permasalahan untuk kepentingan pembelajaran.

• Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan


menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi
peningkatan proses pembelajaran.

2. Peran guru

Guru sebagai fasilitator dan organisator pembelajaran memiliki peran yang amat
penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran (kelas) yang kondusif untuk
pembelajaran, antara lain yaitu:

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap


tingkahlakunya

b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkahlakunya


dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa jika ada teguran dari guru
merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan

c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku
yang sesuai dengan aktivitas kelas

3. Hal-hal yang harus dihindari

Beberapa kekeliruan yang harus dihindari oleh guru dalam menerapkan


keterampilan mengelola kelas antara lain adalah sebagai berikut:

a. Campur tangan yang berlebih, sebaiknya guru jangan ikut campur tangan
terlampau dalam dengan permasalahan yang sedang dibicarakan oleh para siswa.
Misalnya memberikan komentar secara berlebihan sehingga memasuki pada hal-
hal yang tidak dikehendaki oleh siswa.
9

b. Kesenyapan, dalam keterampilan mengajar tertentu kesenyapan diperlukan


dengan harapan untuk membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Adapun
kesenyapan yang perlu dihindari dalam pengelolaan kelas adalah proses
komunikasi, seperti memberikan komentar, instruksi, pengarahan yang tersendat-
sendat ada kesenyapan yang mengakibatkan informasi tidak utuh diterima oleh
siswa sehingga akan menjadi gangguan pada suasana kelas.

c. Ketidak tepatan, yaitu kebiasaan tidak mentaati aturan, ketentuan. Misalnya


ketidak tepatan datang atau pulang, mengembalikan pekerjaan siswa, dan lain
sebagainya yang menunjukan tidak disiplin.

d. Penyimpangan, yaitu guru terlena membicarakan hal-hal yang tidak ada


kaitannya dengan pendidikan atau pembelajaran yang sedang dijelaskan.

e. Bertele-tele, yaitu kebiasaan mengulang hal-hal tertentu yang tidak perlu atau
penyajian yang tidak simple banyak diselingi oleh homor atau guyon yang tidak
mendidik.

Adapun masalah-masalah pengelolaan kelas yang akan dijelaskan di bawah ini,


yaitu sebagai berikut:

1. Masalah Individu.
Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan yang ingin
diterima oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan
individu tidak dapat terpenuhi melalui cara yang baik, maka individu yang
tersebut akan mencari cara lain untuk mencapai kebutuhan yang lain dengan
berbuat tidak baik. Perbuatan yang tidak baik itu menurut Rudolf Dreikurs dan
Pearl Cassel digolongkan ke dalam empat point, yaitu:
a. Attetion Getting Behaviors atau tingkah laku yang ingin mendapat
perhatian dari orang lain. Misalnya membadut di kelas, atau berbuat
lamban sehingga memerlukan pertolongan yang ekstra.
b. Power Seeking, merupakan tingkah laku yang ingin menunjukkan
kekuatan. Misalnya selalu mendebatkan apa saja yang ingin didebatkan,
kehilangan kendali emosional (marah, menangis) atau selalu lupa pada
peraturan di kelas.
10

c. Revenge Seeking Behaviors, yaitu tingkah laku yang bertujuan menyakiti


orang lain. Misalnya menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan
yang tidak baik, memukul, menggigit dan lain-lain.
d. Passive Behaviors, yaitu peragaan ketidak mampuan, sama sekali menolak
untuk mencoba melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.
2. Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson dan
Bany, yaitu:
a. Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu
dengan sub kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b. Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya
keributan, kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu
saat mereka diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk
masing-masing.
c. Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai dengan kesan
bermusuhan terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok,
menghalagi usaha kelompok.

d. Kecendrungan adanya gangguan, kemacetan pekerjaan dan kelakuan yang


dibuat-buat.
e. Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan, seperti memberi reaksi buruk pada saat ada peraturan baru,
situasi darurat, perubahan anggota kelompok, perubahan jadwal, dan
pergantian guru.
f. Semangat juang yang rendah dan adanya sikap permusuhan.
11
BAB III
KESIMPULAN

Pengelolaan kelas dimaksudkan sebagai usaha untuk memelihara,


mempertahnakan dan membangun suasana kelas yang disiplin dan kondusif untuk
mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan kelas
berdasarkan pendekatannya diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu: pendekatan
otoriter dan pendekatan permisif.
Model tindakan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan kelas untuk
mendukung terhadap proses pembelajaran secara efektif dan efisien, yaitu: tindakan
preventif, refresif dan tindakan modifikasi tingkah laku. Adapun hal-hal yang perlu
dihindari dalam setiap melakukan tidakan dalam pengelolaan kelas antara lain,
yaitu: campur tangan yang berlebih, kesenyapan, ketidak tepatan, penyimpangan
dan bertele-tele,

14
8
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, D & Kasmad, M. (2006). Pembelajaran Mikro. UPI PRESS. Bandung.

Asmadawati. (2014). Keterampilan Mengelola Kelas. Vol. 2. No. 02.

Riana, C & Hapidin. (2019). Prosidang Seminar Nasional PG PAUD 2019.


UNTIRTA

15

Anda mungkin juga menyukai