Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR SAINS AUD: DIRI SENDIRI, BENDA, TUMBUHAN

DAN HEWAN DI SEKITAR

KAJIAN TEORI

diajukan untuk memenuhi tugas salah satu maata kuliah Pembelajaran Sains

untuk AUD

Dosen Pengampu : Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd


Qonita, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7

Eva Amelia 3B_1901831


Firda Nafaatur Rahman 3B_1905884

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2022
A. Konsep Dasar Sains dalam Kurikulum
Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak melalui pendidikan
anak usia dini, program pendidikan harus disesuaikan dengan karekteristik anak
yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Program untuk
anak harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta disesuaikan
dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. (Suryana, 2013). Salah satu
langkah yang signifikan dan strategis untuk dapat memberikan pembekalan yang
optimal pada anak, didahului dengan memahami karakteristik dan tujuan
pendidikan dan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak usia dini, termasuk
dalam pengembangan pembelajaran sains agar sesuai dengan taraf
perkembangannya. Karena pada dasarnya anak usia dini memiliki kecenderungan
dan kemampuan berfikir kritis.
Hal tersebut dijelaskan oleh Brewer (dalam..) jika sebagai makhluk rasional
dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal yang ada
di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi arti pada berbagai hal dan
kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dalam berfikir. Kecenderungan tersebut
dapat ditemukan pada anak yang memandang berbagai benda di sekitarnya
dengan penuh rasa ingin tahu.
Kurikulum PAUD harus mampu memberikan kontribusi kepada anak untuk
mengembangkan seluruh potensinya sehingga memiliki kemampuan yang
berharga dalam mencapai keberhasilan di jenjang pendidikan berikutnya.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini dirancang dengan karakteristik
sebagai berikut (Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014):
1. Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama
dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni
yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahun, dan
keterampilan;
2. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik dalam
pemberian rangsangan pendidikan;
3. Menggunakan penilaian autentik dalam memantau perkembangan anak;
4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya, pembelajaran sains sangat terintegrasi dengan pendekatan
saintifik yang mencakup rangkaian proses mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan proses tersebut
dilakukan dengan menggunakan seluruh indera serta berbagai sumber dan media
pembelajaran. Sains dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, karena dengan
sains anak tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu.
Pembelajaran sains pada anak usia dini selayaknya dilakukan sebagai proses
pengenalan dan penguasaan pada taraf yang sederhana. Pembelajaran sains untuk
anak usia dini, dilaksanakan melalui kegiatan menyenangkan melalui pembiasaan,
agar anak terlibat langsung dalam proses sains. Dengan demikian, anak tidak
hanya mengetahui hasil kegiatan, tetapi anak juga akan mengerti proses kegiatan
sains yang terjadi melalui pengenalan konsep kealaman dan upaya membantu
anak menemukan proses serta konsep tertentu dalam kehidupan. Sehingga,
pembelajaran sains bagi anak usia dini hakikatnya dijadikan sebagai media, untuk
menstimulasi seluruh aspek perkembangan dan mengoptimalkan segala potensi
dalam diri anak. (Gross, 2012: 1-2).
Program pembelajaran sains bagi anak usia dini sendiri dapat dikembangkan
menjadi tiga substansi mendasar yaitu pendidikan dan pembelajaran sains yang
memfasilitasi keterampilan proses sains, keterampilan produk sains serta program
yang memfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
1. Sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh
pengetahuan. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains
tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode
ilmiah (scientific method). Keterampilan proses sendiri tidak tumbuh
dan bekerja secara otomatis tetapi perlu dilatih agar tumbuh dan
berkembang baik. Keterampilan proses mencakup keterampilan kognitif,
keterampilan psikomotor dan afektif. Aspek-aspek yang terkandung
dalam keterampilan proses meliputi:
a) Mengamati, mencakup keterampilan yang melibatkan semua alat
indra untuk menyatakan sifat yang dimiliki oleh suatu benda atau
objek.
b) Menafsirkan hasil pengamatan, melibatkan keterampilan mencari
hubungan antara pengamatan dengan pernyataan ciri-ciri atau sifat
benda atau peristiwa yang mudah diberi arti oleh orang lain.
c) Mengkelompokkan, memerlukan keterampilan observasi.
d) Berkomunikasi, mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan
penyelidikan.
e) Mengajukan pernyataan dengan memberikan kesempatan pada anak
untuk mengungkapkan rasa keingin tahuannya.
f) Menyimpulkan (inferensi), merupakan keterampilan memberikan
penjelasan atau interpretasi terhadap suatu data yang didasarkan atas
pengetahuan dan pengalaman awal.
2. Sains sebagai suatu produk, tujuan pengembangan pembelajaran sains
yang terkait dengan keterampilan produk yakni pendidikan sains
diarahkan pada pengenalan dan penguasaan fakta, konsep, prinsip, teori
maupun aspek-aspek lain yang terkait dengan hal-hal yang ditemukan
dalam bidang sains itu sendiri.
3. Sains sebagai suatu sikap maksudnya berbagai keyakinan, opini dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya
ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sains
membekali anak agar bekerja seperti seorang iilmuwan atau saintis
dengan cara melatih anak dalam menyijapi alam dengan menyelesaikan
permasalahan yang sederhana, melatih anak untuk dapat menjelaskan
sebuah peristiw dan menjelaskan bagaimana cara memperoleh sesuatu
dan melatih anak untuk dapat bekerja sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi. Adapun sikap dan contoh prilaku saintis untuk anak usia dini:
Sikap saintis Contoh Perilaku Sains
Memiliki hasrat ingin tahu - Membiasakan anak untuk bertanya
tinggi
Memiliki sikap tidak mudah - Memberikan kesempatan kepada anak
putus asa untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Memiliki sikap menghargai - Memperhatikan dengan baik ketika
ada teman yang sedang
menyampaikan hasil pengamatan atau
percobaannya.
- Memberikan pujian kepada teman
yang berhasil dalam melakukan
kegiatan percobaan
Memiliki sikap jujur - Mencatat atau menggambarkan
objek/peristiwa sesuai dengan hasil
pengamatan
Memiliki sikap jujur - Mencatat atau menggambarkan objek
/peristiwa sesuai dengan hasil
pengamatan
Memiliki sikap kritis dan - Memotivasi anak untuk mengajukan
kreatif banyak pertanyaan tentang objek atau
peristiwa yang akan diamati
- Memberikan kesempatan kepada anak
untuk membuat suatu karya kreasi
berdasarkan hasil observasi atau
percobaannya
Memiliki sikap rendah hati - Mengucapkan terimakasih atas pujian
- Bersikap terbuka terhadap saran dan
kritikan dari teman
Membiasakan anak untuk - Memberikan kesempatan kepada anak
berbicara suatu fakta untuk bercerita mengenai kejadian
yang dialami berdasarkan waktu,
tempat, baju yang digunakan, alat
yang digunakan dan sebagainya.

B. Konsep Dasar dan Aktivitas Mengenal Hewan dan Tumbuhan


Pembelajaran sains dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata
lain, sains bisa menjadi salah satu media pengembangan pendidikan untuk anak
usia dini. Kehidupan anak tidak dapat terlepas dari Sains dan teknologi, kreativitas
dan aktivitas sosial. Kegiatan keseharian seperti makan, minum, mandi,
menggunakan benda-benda rumah tangga seperti televisi, radio, telepon dan
lainnya pun tidak dapat lepas dari sains dan teknologi. Dengan demikian
mengenalkan sains untuk anak usia dini lebih ditekankan pada proses yang
sederhana sambil bermain. Kegiatan sains akan memungkinkan anak melakukan
eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda mati yang
ada disekitarnya. Anak dapat belajar menemukan gejala benda dan peristiwa dari
benda-benda tersebut.
Banyak hal yang dapat dipelajari dan dijadikan sumber belajar peserta didik
salah satunya dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar. Pengajaran yang
tidak menghiraukan prinsip lingkungan akan mengakibatkan peserta didik tidak
mampu beradaptasi dengan kehidupan di mana peserta didik hidup. Pengetahuan
yang peserta didik kuasai belum menjamin pada bagaimana peserta didik
menerapkan pengetahuannya di lingkungan yang dihadapi. Pembelajaran melalui
pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar memungkinkan siswa untuk
dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam proses
belajar (undergoing), serta mengalami secara langsung (experiencing) terhadap
hal-hal yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan bernilai,
sebab para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya.
Pembelajaran lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
Menurut Finger (Syaiful Sagala, 2010: 180), beberapa prinsip pengajaran
dengan alam sekitar yaitu:
1. Pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memperagakan secara langsung
sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar pengajaran;
2. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, mendengarkan, catat saja.
3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri:
a) suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran
dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan,
b) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan
atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan
diambilkan dari alam sekitar
c) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu
berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur;
d) Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi
intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas.
e) Pengajaran alam sekitar memberi apersepsi emosional, karena alam
sekitar memiliki ikatan emosional dengan anak.
Adapun contoh kegiatan belajar sains berdasarkan tema hewan:
Tema Subtema Cakupan Materi Kegiatan Belajar Sains
Binatang Binatang Air, - Bagian-bagian - Mengamatai bagian-
misalnya: ikan, tubuh binatang bagian tubuh binatang
lele dan belut - Makanan, air, darat, bersayap
bahaya dan dan binatang hutan
Binatang darat, manfaat secara langsung atau
misalnya: tidak langsung
ayam, kucing, melalui gambar dan
dan anjing tayangan video
- Mengelompokkan
Binatang jenis binatang sesuai
bersayap, dengan ciri atau
misalnya: kategori tertentu.
serangga, - Bercakap-cakap
kupu-kupu dan dengan guru tentang
burung makanan, bahaya
serta manfaatnya.
Binatang - Melakukan praktek
hutan, memberikan makanan
misalnya: yang tepat dengan
orang utan, jenis bintang tertentu.
gajah dan - Membuat gambar
harimau atauu rangka model
dari lego tentang jenis
binatang tertentu
- Menceritakan tentang
hasill karya yang
telah dibuat kepada
teman-teman

Mengenalkan binatang dan tumbuhan pada anak dapat menimbulkan rasa


kasih sayang terhadap makhluk lain, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Selain itu juga dapat mengenalkan pada Sang Pencipta, bahwa ada yang
menciptakan manusia, hewan dan tumbuhan. Jika ini dilakukan dengan benar
maka anak akan memiliki sifat religius dan cinta kasih. Eksperimen ini dapat
dilakukan dengan cara anak diminta mengelompokkan binatang berkaki dua dan
berkaki empat, binatang yang hidup di darat dan di air, binatang yang bisa terbang
dan yang tidak bisa terbang, dan sebagainya.
Anak bisa mengeksplorasi tentang makhluk hidup seperti manusia, hewan,
dan tanaman. Anak akan belajar tentang ciri-ciri siklus hidup dan tempat hidup
makhluk hidup. Contoh kegiatan: untuk belajar makhluk hidup tentu dibutuhkan
alat atau media. Anak bisa melihat perubahan dari kacang hijau menjadi taoge.
Menanam biji kacang dan dirawat hingga tumbuh batangnya, anak bisa melihat
proses perubahan dari biji menjadi batang dan hingga tumbuh daun. Atau bisa
pula memperlihatkan akuarium sebagai salah satu tempat untuk hidup ikan dan
makhluk hidup lainnya untuk tumbuh. Dari itu semua, anak akan melihat sendiri
makhluk hidup tumbuh, atau merawat binatang peliharaan juga bisa.
Lily Barlia (2006:18) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar memiliki kelebihan sebagai
berikut:
1. proses belajar mengajar dengan memanfaatkan lingkungan alam sekitar
memberikan banyak kontribusi terhadap proses pemahaman konseptual
pada peserta didik. Beberapa di antaranya dapat dikembangkan cara-cara
pengukuran hasil yang diperoleh dari penglihatan atau perabaan. Sejumlah
hal yang tidak dapat diperoleh dengan perabaan melalui indera peraba,
dikembangkan melalui komunikasi aktif guru dan murid yang
direalisasikan dalam berbagai bentuk diskusi.
2. Dalam situasi belajar di lingkungan alam sekitar, hubungan antara guru dan
murid akan sangat akrab seperti teman. Hubungan mereka tidak dibatasi
seperti halnya hubungan formal antara guru dan murid seperti yang biasa
terjadi pada situasi kegiatan belajar mengajar di kelas.
3. Dalam situasi belajar mengajar dengan pemanfaatan lingkungan alam
sekitar, guru mempunyai kesempatan untuk mengobservasi anak didiknya
dalam bermacam-macam keadaan yang pada situasi belajar mengajar di
dalam kelas guru tidak bisa melihat mereka berprilaku seperti itu. Pada
kondisi seperti ini, bentuk hubungan antara guru dan murid biasanya
tercipta dalam suasana yang lebih akrab tidak membedakan perhatian
terhadap murid yang satu dengan yang lainnya. Hubungan kemanusiaan
akan terangkat.
4. Hasil lain yang dapat dirasakan oleh guru dari kegiatan belajar mengajar
dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar adalah sering terlihatnya
minat yang besar pada anak didik terhadap hal-hal yang pernah mereka
temukan di dalam buku-buku pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Saepudin, A. S. A. (2011). Pembelajaran Sains Pada Program Pendidikan Anak


Usia Dini. Jurnal Teknodik, 213-226.

Adawiyah, W. N., Mulyana, E. H., & Elan, E. Pengembangan Dasar Kebutuhan


Rencana Kegiatan Pembelajaran Berorientasi Sains Pada Sub Tema Air
Untuk Mengoptimalkan Keterampilan Mengamati Anak Usia Dini. Jurnal
PAUD Agapedia, 4(2), 324-336.

Yolanda, E., & Dadan, S. (2018). Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam


Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Paper). Universitas Negeri
Padang, Padang.

Asiah, S. (2012). Kemampuan Sains Anak Usia Dini melalui Pembelajaran


dengan Keterampilan Proses dan Produk. Al-Fikrah: Jurnal Kependidikan
Islam IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 3, 56795.

Dewi, N. M. W., Jampel, N., & Tirtayani, L. (2016). Meningkatkan Kemampuan


Sains Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Kelompok A TK
Sandhy Putra Singaraja. E-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Pendidikan Ganesha, 4(2).

Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan metode


eksperimen dalam pembelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia dini. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 4(2), 102-119.

Putri, S. U. (2019). Pembelajaran sains untuk anak usia dini. UPI Sumedang
Press.

Wihardjo, R. S. D., & Rahmayanti, H. (2021). Pendidikan Lingkungan Hidup.


Penerbit NEM.

Anda mungkin juga menyukai