COVER................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah............................................................ 2
1.4 Batasan Masalah............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Kelas....................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas.................................................. 4
2.3 Pendekatan Pengelolaan Kelas…………………………………..... 4
2.4 Tujuan Pengelolaan Kelas……………………… 5
2.5 Pengelolaan Kelas di 10 Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik …….
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 16
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks dan guru menggunakan pengelolaan kelas
untuk
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan siswa mencapai tujuan
pembelajarannya secara efektif dan efisien serta memungkinkan mereka belajar dengan baik.
Manajemen kelas yang efektif karenanya merupakan prasyarat untuk pengajaran yang efektif.
Pengelolaan kelas merupakan tugas yang paling penting dan sulit bagi guru karena tidak ada
pendekatan tunggal yang dikatakan terbaik.
Pengelolaan kelas adalah kemampuan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan memulihkannya jika terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar, yaitu.
Menghentikan
perilaku siswa yang mengarahkan perhatian kelas, memberi penghargaan kepada siswa untuk
menyelesaikan tugas. tepat waktu atau menetapkan standar untuk belajar. kelompok produktif.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ada beberapa definisi tentang pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
Menurut Wilford A Weber. Classroom management is a complex set of behaviors the
teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable to learn.
Artinya, pengelolaan kelas merupakn sekumpulan perilaku kompleks yang digunakan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehinggapeserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara efisien.
Kedua, meurut Hadari Nawawi. Kegiatan manjemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan
sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal unruk melakukan kegiatan-
kegiatan yang kreatif dan terarah, sehimgga waktu dan dana yang terseida dapat
dimanfaatkan secara efisisien untuk melakuakan kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan pesrta didik.
Ketiga, menurut Syaiful Bachri Djamarah. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru utuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.
Definisi yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengelolaan kelas adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan. Artinya, pengelolaan kelas merupakan usaha sadar yang dilakuakan untuk
mengatur proses belajara secara sistemik dan sistematis.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya
yang dilakukan oleh guru, meliputi perencanaan, pengaturan, dan pengoptimalan dari
berbagai sumber, bahan, serta sarana pembelajaran yang ada di kelas guna menciptakan
kegiatan pembelajaran yang efektif dan berkualitas bagi peserta didik.
Menurut Supriyanto, ruang lingkup pengelolaan kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua.
1. Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik. Adapun hal-
hal fisik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas mencakup pengaturan dan
perabot kelas serta pengaturan peserta didik dalam belajar. Pengaturan ruang belaar
dan perabot kelas (meja, kursi, lemari, papan tulis, dan meja guru) hendaknya
memperhatikan :
a. Bentuk dan ruangan kelas
b. Bentuk dan ukuran meja dan kursi peserta didik
c. Jumlah dan tingkatan pesrta didik
d. Jumlah kelompok dalam kelas, serta
e. Jumlah peseta didikdalam tiap kelompok
Hal-hal lain yang harus diperhatikan guru dalam mengatur pesrta didik dalam belajar
mencakup siapa yang Menyusun anggota kelompok, kriteria pengelompokan (homogen,
heterogen, berdasarkan minat, dan kemampuan), serta dinamika kelompok (tetap atau berubah
sesuai kebutuhan).
2. Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat nonfisik. Hal-hal
nonfisik dalam pengelolaan kelas memfokuskan pada aspek berikut :
a. Interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya
b. Peserta didik dengan guru, serta
c. Lingkungan kelas maupun mondisi kelas menjelang, selam dan akhir
pembelajaran
Atas dasar itulah, hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah aspek
psikologis, social, dan hubungan interpersonal menjadi sangat dominan.
Kedua hal, yaitu fisik dan nonfisik tersebut perlu dikelola dengan baik dalam rangka
menghasilkan suasana yang kondusif bagi terciptanyan pembelajaran yang efektif dan
berkualitas.
Perlu diketahui bahwa guru dengan fungsi dan jabatan masing-masing akan berbeda pula
tugas dan tanggungjawabnya dalam mengelola kelas.guru kleas dan wali kelas lebuh banyak
memiliki kewenangan dalam mengatur kelasnya, mulai dari kegiatan administrasi,opersional,
dan desain ruang pembelajaran. Sementara, bagi guru mata pelajaran, pangelolaan kelas hanya
sebatas pada jam pelajran, dimana guru tersebut melakukan kegiatan tersebut melakukan
kegiatan pembelajaran. Namun demikian, bukan berarti pengelolaan kelas yang dilakukan guru
mata pelajaran tidak efektif. Justru guru mata pelajaran dapat mengelola kelas dengan leluasa di
saat jam atau jadawal menyajikan pembelajaran di kelas.
Dalam pengelolaan kelas, seorang guru perlu menggunakan berbagai macam pendekatan.
Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menyesuaikan antara
kondisi dan sistuasi kelas dengan cara mengelolanya, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pengelolaan. Ada beberapa macam pandangan tentang pendekatan dalam pengelolaan kelas.
A. Menurut Weber
Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan oendekatannya, menurut Weber
diklasifikasikan dalam tiga pengertian :
1) Pendekatan Otoriter (Authority Approach)
Pendekatan otoriter memandang bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan guru
untuk mengontrol tangka laku peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat.
Adanya sanksi di setiap pelanggaran yang terjadi merupakan salah satu cara untuk
mendisiplinkan peserta didik. Tata tertib dalam kelas membuat pesrta didik harus
taat dan mematuhinya. Jika melanggar maka secara otomatis akan mendapatkan
sanksi.
2) Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas sebagai upaya yang
dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada peserta didik dalam
melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam hal ini,
guru berfungsi menciptakan kondisi peserta didik agar merasa aman untuk
melakukan aktivitas di dalam kelas. Pendekatan ini lebih memberikan ruang gerak
bagi peserta didik untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
3) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku. Jadi, pengelolaan kelas merupakan upaya mengembangkan dan
memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat dari peserta didik. Dalam hal ini,
guru berusaha semaksimal mungkin dalam mencegah munculnya perilaku
negative dan sesegera mungkin memperbaiki perilaku yang dilakukan oleh psesrta
didik.
B. Menurut Suyanto
Pengelolaan kelas bukan sekadar bertujuan untuk mengatur kondisi kelas, tetapi juga
meliputi pengaturan berbagai komponen. Mengelola kelas berarti menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran secara efektif.
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa pengelolaan kelas bertujuan supaya setiap anak
di kelas dapat bekerja tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
Sedangkan, menurut Degeng, tujuan pengelolaan kelas adalah agar para peserta didik dapat
belajar secara optimal dan memberdayakan dirinya sesuai potensi dan karakteristiknya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas bertujuan untuk menciptakan situasi dan kondisi,
menyediakan sarana dan kegiatan pembelajaran yang optimal bagi peserta didik didalam kelas
sehingga
peserta didik dapat belajar lebih efektif dan berkualitas. Pengelolaan kelas tidak hanya mencakup
segi fisik seperti kondisi ruang kelas dan fasilitasnya, tetapi juga segi emosional dan intelektual
peserta didik. Semua itu harus terencana dengan baik oleh guru sehingga kegiatan pembelajaran
di kelas tidak membosankan bagi peserta didik, tetapi justru dapat terus menumbuhkan semangat
dan motivasi untuk belajar.
A. Finlandia
Finlandia dalam beberapa decade terakhir mentransformasikan sistem pendidikan di
negaranya menjadi yang terbaik diseluruh dunia. Hal tersebut mengacu pada tes yang
diselenggarakan OECD (Organization For Economic Coperation & Development)
pada tahun 2015 yakni tes PISA (Programme For International Student Assessment)
negara Finlandia ada di jajaran negara teratas dengan kualitas pendidikan terbaik
dilihat dari science, reading, dan mathematics. Pada tes ini Finlandia berada pada
jajaran negara dengan kualitas pendidikan yang baik dan mendapatkan posisi ke 17.
Pendidikan di Finlandia menekankan pada pentingnya diagnosis dan intervensi dini
terhadap kesulitan atau hambatan yang dihadapi oleh murid dalam proses belajar.
Berbeda dengan kebanyakan negara yang umumnya mendekteksi kesulitan belajar
dengan cara mengadakan evaluasi yang biasanya hanya mengukur satu komponen
yaitu tes cognitive. Guru yang terdapat pada kelas di Finlandia mencapai 3 orang
dalam satu ruang kelas. Selain itu hanya 4 jam guru mengajar dalam sehari 7 di
Finlandia dan ditambah 2 jam untuk pengembangan diri dalam seminggu
(Ridwan,2019).
Pendidikan di Finlandia tidak memberikan suatu motivasi untuk siswa agar berlomba-
lomba menjadi yang terpadai disekolahnya “no competition” namun sebaliknya di
Finlandia lebih membentuk “learning community” menggabunngkan guru sebagai
pendidik, dan siswa sebagai anak didik, dan lingkungam masyarakat dijadikan
sebagai bagian dari sarana pendidikan. Sehingga kolaborasi ini yang membuat
pendidikan Finlandia unggul. Pendidikan di Finlandia juga tidak memberikan tugas
rumah untuk siswanya atau tugas lainnya, dibandingkan dengan negara lain seperti
negara Amerika yang memberikan pekerjaan rumah “home work” selama 2-3
jam/hari maka di Finlandia hanya memberikan maksimun 30 menit untuk “homework
doesn’t make you smart”. Guru di Finlandia lebih mendepankan proses pembelajaran
yang nanti siswa dapat lebih berfokus menyerap materi dikelas di bandingkan apa
yang mereka dapat lakukan diluar kelas. Sistem pendidikan Finlandia sangat
memfokuskan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar dapat
mengoptimalkan hasil yang terbaik apabila memperhatikan siswa daripda terlalu
menekankan target pada siswa yang unggul.
B. Jepang
Negara Jepang karena merupakan salah satu negara maju yang memiliki sistem
pendidikan terbaik di dunia dan menjadi kiblat atau rujukan negara lain termasuk
Indonesia. Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat mutu pendidikan
suatu negara adalah hasil assessment (PISA) yang dilakukan oleh Organization for
Economic Cooperation and Developmen (OECD). Dari data terakhir 2018, posisi
Jepang pada matapelajaran Matematika menduduki posisi 6 dengan skor 527,
matapelajaran Sains berada pada posisi 5 dengan skor 529 dan untuk membaca ada
pada posisi 14 dengan skor 504. Indonesia pada matapelajaran Matematika
menduduki posisi 72 dengan skor 379, matapelajaran Sains berada pada posisi 70
dengan skor 396 dan untuk membaca ada pada posisi 72 dengan skor 371.
orang Jepang menemukan bahwa jumlah murid yang besar dalam satu kelas (sekitar
28 orang di sekolah dasar, dibandingkan 23 di Amerika Serikat) malah membuat
pengajaran berlangsung efektif: Saat seorang guru mengajar di kelas yang lebih besar,
maka rekan-rekan guru yang lain bisa menghabiskan waktu mereka dengan
berkolaborasi, membuat perencanaan pengajaran, dan melakukan tutoring satu per
satu sebanyak mungkin.
C. Kanada
System pendidikan di Kanada mengalami reformasi besar-besaran dalam tahun-tahun
1960-an dan awal 1970-an. Konsep-konsep seperti belajar denga strategi “Child-
centered”, “continuous progress”, “team teaching”, “discovery method”, “open plan
school”, dan “audiovisual aids” mulai dipakai, kadang-kadang mengabaikan akibat-
akibat hasilnya, atau mendabaikan pendidikan guru-gurunya. Child-centered adalah
metode pembelajaran yang berpusat pada anak. Child-centered merupakan
pendekatan proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai sosok yang
menjadi subjek pembelajaran. Penedektan ini memungkinkan peserta didik untuk
belajar lebih aktif, mandiri, serta dapat menerapkan maupun memahami materi
belajar sesuai kemampuan masing-masing.
D. Perancis
Perancis adalah salah satu negara yang maju pendidikannya diantara beberapa negara
Eropa lainnya. Perancis juga telah menjadi tujuan pendidikan di dunia sehingga
didatangi oleh ribuan orang mahasiswa dari seluruh penjuru dunia. Di
Perancis, Pendidikan dasar dimulai dari tingkat taman kanak-kanak (Ecole
Maternelle) sebagai tingkat prasekolah. Anak yang telah berumur dua tahun sudah
boleh masuk taman kanak-kanak. Pada pendidikan tingkatan ini anak-anak
diperkenalkan praktek hidup secara berkelompok, keterampilan sederhana dan
pengenalan huruf dan angka. Sistem pengajaran di TK sendiri dimulai pukul 09.00
pagi hingga pukul 17.00 sore yang disesuaikan dengan orang tuanya yang pegawai
bekerja dari pukul 09.00 pagi hingga 17.00 sore. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu
libur. Selama anak berada di ruang sekolah tersebut mereka sepenuhnya berada di
bawah asuhan dan bimbingan guru, mereka diberi makan siang dan istirahat siang.
E. Amerika
Sistem pendidikan AS diinformasikan oleh penelitian mutakhir, yang membantu
mengembangkan siswa menjadi pemikir kritis dengan keterampilan sosial-emosional
yang menyeluruh.
Secara umum, pendidikan Amerika menggabungkan fakta, angka, dan data dengan
kurikulum berbasis pemecahan masalah terbuka yang melibatkan kolaborasi,
metodologi coba-coba dan pengambilan risiko.
DAFTAR PUSTAKA