IDI/KEPENDIDIKAN ISLAM 1
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin
Dosen : Rita Pranawati
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga
diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai
kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak ada suatu prestasi pun
tanpa peranan pendidikan. Kejayaan Islam di masa klasik telah
meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik,
intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni, dan sebagainya, tidak
terlepas dari dunia pendidikan, begitu pula dengan kemunduran
pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam
kemundurannya.
Kajian tentang pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW amatlah
penting untuk ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam
melaksanakan pendidikan di masa kini dan masa yang akan datang,
agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran Islam tetap utuh selamanya.
Profil Rasulullah SAW baik sebagai peserta didik atau murid maupun
sebagai pendidik atau guru, potret Rosulullah ini merupakan motivasi
dan panduan bagi umat Islam dalam melajutkan pendidikan. Proses
pendidikan tidak terlepas dari dua komponen dari pendidik dan peserta
didik, dalam hal pendidikan Islam Rasulullah SAW adalah pendidik
pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi
ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan
emosional yang dilakukannya dapat dikatakan sebagai mukjizat luar
biasa, yang manusia apapun dan dimanapun tidak dapat melakukan
hal yang sama.
Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah SAW terlihat dari
kemampuan murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya,
Umar bin Khatthab sebagai ahli hukum dan pemerintahan, Abu
Hurairah ahli hadis, Salman Al-Farisi ahli perbandingan agama, dan Ali
bin Abi Thalib ahli hukum dan tafsir, dan kesinambungan pendidikan
Islam yang dirintis Rosulullah SAW berlanjut sampai pada periode
tabiin, dan terbukti ahli ilmuan bertambah banyak bermunculan.
Gambaran dan pola pendidikan Islam di periode Rasulullah SAW
pada fase Mekah dan Madinah merupakan sejarah masa lalu yang
perlu diungkapkan kembali, sebagai bahan pertimbangan, sumber
gagasan, gambaran strategi dalam menyukseskan pelaksanaan
pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah pendidikan Islam pada masa Rasulullah
SAW ?
2. Bagaimanakah sejarah pendidikan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW tidak terlepas dari
metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga
dasar, tujuan dan sebagainya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan Islam, baik secara teoritis maupun praktis.
1. Pelaksanaan Pendidikan Islam pada fase Mekah
Sebelum Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai Rasul,
yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah
mendidik lewat Malaikat Jibril dan mempersiapkannya untuk
melaksanakan
tugas
tersebut
secara
sempurna,
melalui
pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan
masyarakat lingkungannya, pada posisi ini Nabi Muhammad sebagai
murid yang diajari oleh Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT.
Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, beliau mampu secara
sadar
mengadakan
penyesuaian
diri
dengan
masyarakat
lingkungannya, tetapi beliau tidak larut sama sekali kedalamnya.
Nabi Muhammmad SAW memulai melakukan pendidikan sebagai
murid, atau beliau menerima materi pelajaran dari Allah SAW lewat
malaikat Jibril AS sejak beliau menerima wahyu yang pertama pada
bulan Ramadhan di Gua Hira, hal ini sesuai dengan pernyataan
firman Allah SWT surah Al-Baqarah ayat 185 :
Artinya
: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil).
Adapun materi yang diterima pertama kali itu adalah surat
Al-Alaq ayat 1 s/d 5 ;
Artinya
: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.
Ayat ini merupakan peringatan dan pengetahuan bagi umat
manusia tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah dan
sesungguhnya di antara kemurahan Allah SWT adalah mengajarkan
kepada umat manusia sesuatu yang belum diketahui. Allah
mengangkat dan memuliakan manusia dengan ilmu, oleh karena itu
melalui ayat ini Allah SWT menganjurkan bahkan mewajibkan
supaya manusia agar melakukan membaca dan belajar tentang
segala permasalahan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada
Nabi Muhammad SAW tentang apa yang harus beliau lakukan, baik
terhadap dirinya maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk awal
kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan
kepada umatnya. Kemudian bahan atau materi pendidikan
selanjutnya diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demi sedikit.
Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula
kepada kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyisembunyi. Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi
menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat
pertemuan sahabat-sahabat dan pengikutnya. Di tempat itulah
pendidikan islam pertama dalam sejarah pendidikan Islam. Setiap
kali menerima wahyu, segera beliau sampaikan kepada umatnya,
diiringinya penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana
pelaksanaannya. Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan
Nabi selama di Mekah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepada manusia, agar mempergunakan akal
pikirannya untuk memperhatikan kejadian manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan
aqliyah dan ilmiah.
Sejak itu peran Rasulullah SAW mulai bertambah, disamping
beliau sebagai murid yang sekali waktu beliau juga tetap belajar
kepada malaikat Jibril, selain itu beliau berperan sebagai guru atau
pendidik yang harus mengajar para sahabat. Sejarah menjelaskan
lutut para siswa saling bersentuhan. Bila ditinjau lebiih lanjut, bahwa
sistem halaqah seperti demikian, adalah bentuk pendidikan yang
tidak hanya menyentuh perkembangan dimensi intelektual, akan
tetapi lebih menyentuh dimensi emosional dan spiritual peserta
didik. Adalah merupakan kebiasaan dalam halaqah bahwa murid
yang lebih tinggi pengetahuannya duduk di dekat Syekh, murid
yang level pengetahuannya lebih rendah dengan sendirinya akan
duduk lebih jauh, sementara berjuang belajar keras agar dapat
mengubah posisinya dalam konfigurasi halaqah-nya, sebab dengan
sendirinya posisi dalam halaqah menjadi sangat signifikan.
Meskipun tidak ada batasan resmi, sebuah halaqah biasanya teridiri
dari 20 orang siswa atau murid.
Metode diskusi dan dialog kebanyakan dipakai dalam berbagai
halaqah. Dikte (imla) biasanya memainkan peranan pentingnya,
tergantung kepada kajian dan topik bahasan. Kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan oleh syekh atas materi yang lebih didiktekan.
Uraian disesuaikan dengan kemampuan peserta halaqah. Menjelang
akhir kelas, waktu akan dimanfaatkan oleh syekh untuk
mengevaluasi kemampuan peserta halaqah. Evaluasi bisa
berbentuk tanya jawab, dan terkadang syekh menyempatkan untuk
memeriksa catatan murid-muridnya, mengoreksi dan menambah
seperlunya. Kemajuan suatu halaqah ini tergantung kepada
kemampuan syekh dalam pengelolaan sistem pendidikan. Biasanya
apabila suatu halaqah telah maju, maka akan banyak dikunjungi
para peserta didik dari berbagai penjuru.
4. Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam adalah
kurikulum, ia mengandung materi yang diajarkan secara sistematis
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya antara
materi dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahanbahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam
suatu sistem institusional pendidikan. Seseorang yang akan
membuat lesson plan tidak cukup hanya mempunyai kemampuan
membuat rumusan tujuan pengajaran. Ia juga harus menguasai
materi pengajaran. Bahkan rumusan tujuan pengajaran itu diilhami
oleh antara lain materi pengajaran. Oleh karena itu, guru harus
menguasai materi pengajaran.
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah SAW baik di
Mekah maupun Madinah adalah Al-Quran, yang Allah wahyukan
dan hati peserta didik agar secara fisik dan psikologis lebih siap
dan lebih memperhatikan apa yang beliau ajarkan.
Ketika didapati ada peserta didik beliau yang menampilkan
sikap atau berbuatan yang tak semestinya ia lakukan, maka
dengan segera Rasulullah memperingatkannya. Namun bila sikap
dan berbuatan tersebut sudah terlampau batas kewajaran
(keterlaluan) maka Rasulullah pun mulai menampakkan
kemarahannya. Kemarahan disini bukanlah luapan emosi yang
tak terkendali, namun adalah sebuah sikap yang berupa jalan
untuk mendidik atau mengarahkan ke jalan yang benar.
Mendidik dengan Targhib dan Tarhib, kata targhib berasal dari
kata kerja ragghaba yang berarti; menyenangi, menyukai dan
mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib
yang mengandung makna, suatu harapan untuk memperoleh
kesenangan,
kecintaan,
dan
kebahagiaan.
Semua
itu
dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan
kebahagiaan yang dapat merangsang atau mendorong
seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk
memperolehnya. Metode pengajaran ini memberikan dorongan
(motivasi) kepada peserta didik melakukan sesuatu kebajikan.
Dalam memberikan motivasi, beliau senantiasa mengupayakan
secara optimal dan totalitas agar motivasi tersebut dapat
terealisasi secara maksimal. Secara psikologi, cara itu akan
menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya.
Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti;
menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi
kata benda tarhib yang berarti; ancaman hukuman. Dalam
memberikan ancaman, beliu senantiasa mengupayakan agar
peringatan atau ancaman terebut senantiasa dihindarkan dan
menjadikan peserta didik terhindar dari perbuatan yang tak
berguna.
Dengan berdalil pada Al-Quran dan Al-hadits, bahwa setiap
insan yang mencari ilmu (belajar) akan mendapatkan balasan
yang berlipat-lipat dari Allah SWT dan mendapatkan kedudukan
yang mulia. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi pesrta didik
untuk senantiasa giat dalam menuntut ilmu.
B. Sejarah Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1. Pola Pendidikan Masa Khulafaur Rasyidin
Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam.
Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk
Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW amatlah penting
untuk ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam
melaksanakan pendidikan di masa kini dan masa yang akan datang,
agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran Islam tetap utuh selamanya.
Proses pendidikan tidak terlepas dari dua komponen dari pendidik dan
peserta didik, dalam hal pendidikan Islam Rasulullah SAW adalah
pendidik pertama dan utama dalam dunia pendidikan Islam. Pola
pendidikan pada masa Rasulullah SAW pada fase Mekkah dan Madinah
tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidik,
peserta didik, lembaga dasar, tujuan dan sebagainya yang berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoritis maupun
praktis.
Di masa Khulafaur Rasyidin, tugas pemeliharaan, pembinaan, dan
perluasan selanjutnya menjadi kewajiban kafilah dan umat Islam pada
umumnya, termasuk urusan pendidikan umat. Pada masa ini, jika
mereka menjumpai masalah yang tidak ditemukan jawabannya dalam
Al-Quran dan Sunnah, mereka berusaha berijtihad, sehingga
memperoleh jawaban yang paling benar, tapi meskipun berijtihad
diperbolehkan oleh Rasulullah, mereka senantiasa berhati-hati
melakukannya dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pokok dan
idealisme Islam. Terutama masalah pendidikan yang merupakan usaha
pewarisan ajaran Islam pada generasi penerusnya, maka jika terdapat
penyimpangan berarti telah menaburkan benih-benih yang tidak
dikehendaki akidah Islam sendiri.
B. Saran
a. Pendidikan Islam masa kini dan masa yang akan mendatang
sebaiknya melihat pendidikan Islam pada masa Rasulullah agar
norma-norma dan nilai-nilai ajaran Islam tetap utuh selamanya.
b. Generasi Islam saat ini perlu mengembangkan dakwah Islam di
tengah-tengah masyarakat kaum muslimin dan muslimat untuk
mengembalikan kejayaan Islam kembali.
DAFTAR PUSTAKA
http://infodiknas.net/pendidikan-islam-pada-masa-khulafaur-rasyidin.html
http://www.bisosial.com/2012/06/makalah-pendidikan-islam-padamasa.html