Dosen pengampu:
Dr. Ismail Thoib, M.Pd.
Disusun oleh:
Moh.Zaini (190107081)
PENDAHULUAN
Sementara itu, dewasa ini, pendidikan Islam menemukan banyak tantangan yang
berusaha mengancam keberadaanya, tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian
banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam dan kadang-kadang
tampak dalam kedok politik, pendudukan militer, dan perang kebudayaan. Semuanya
seperti terjalin dalam satu kekuatan yang berupaya memperdaya Islam dan
pemeluknya.
BAB II
PEMBAHASAN
pesan-pesan moral al-Qur‟an yang berasal dari Allah Swt., sejatinya tidak hanya
menjadi dasar berpijak, akan tetapi juga menjadi alfa dan omega (titik awal dan akhir)
yang akan dituju dalam seluruh aspek aktivitas hidup manusia. Ikrar dan komitmen
kesetiaan untuk merawat semangat di atas, secara indah kita dedahkan dalam meditasi
dan munajat terindah dalam setiap kidungan dan keheningan penyatuan spiritualitas
setiap muslim dalam shalat: “inna shalâtî, wa nusukî, wa mahyâya, wa mamâtî lillâhi
rabb al-‘âlamîn” (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk
Allah, Tuhan seru sekalian alam).
TIDAK diragukan lagi bahwa Dunia Islam saat ini berada di anak tangga
bawah antara penganut agama-agama besar. Negeri-negeri Islam jauh tertinggal oleh
Eropa Utara, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru yang Protestan; oleh Eropa
Selatan, dan Amerika Selatan yang Katolik Romawi; oleh Eropa Timur yang Katolik
Ortodoks; oleh Israel yang Yahudi; oleh India yang Hindu; oleh Cina, Korea Selatan,
Taiwan, Hongkong, dan Singapura yang Budhist-Konfusianis; oleh Jepang yang
Budhist- Taois, dan oleh Thailand yang Budhis. Praktis, tidak ada satu pun agama
besar di bumi ini yang lebih rendah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya
daripada umat Islam. 1 Dalam kondisi seperti ini masyarakat Muslim melihat
kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengagumkan. Hal ini menyebabkan sebagian
kaum Muslim tergoda oleh kemajuan Barat dan berupaya melakukan reformasi dengan
jalan Westernisasi.
Secara Global Pendidkan Agama Islam menghadapi tantangan yang sangat
berat, apabila tantangan tersebut tidak di respon secara cermat oleh para pemikir Islam
dengan ikhlas dapat meningkat menjadi suatu ancaman serius bagi kehidupan dan
masa depan kebudayaan Islam.
Ancaman pertama ialah kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat
yang sudah mengalami revolusi dalam segala aspek, kebudayaan barat sudah mulai
menyerang generasi Islam melalui fase-fase psikis, sosial dan politis mulai dari
hancurnya khasanah kebudayaan Islam masa Abbasiyah sampai sekarang masih belum
bangkit dari keterlenaan menikmati perkembangan kebudayaan barat, dan bahkan
menagung-agungkan hasil karya mereka yang sebenarnya mereka juga telah
mengadopsi dari hasil karya orang-orang beriman.Misi besar orang barat tersebut
sekarang telah merambah dunia pendidikan khususnya di sekolah-sekolah umum seperti
SD.SMP, dan SMA.
2. Tantangan Nasional
Tantangan global yang dihadapi dunia pendidikan Islam menjadi ancaman serius
bagi pendidikan Islam di Indonesia yang di kenal sebagai Negara Islam terbesar di
kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki sebutan “ SERAMBI MEKAH “ dengan
fanatisme pemeluknya yang sangat kuat, hal inilah yang memancing dunia Barat untuk
melakukan berbagai cara untuk menghapus nama serambi mekah dan mengikis sistim
fanatisme pemeluknya. Berbagai lembaga pendidikan Islam mengadakan suatu
penelitian dan kajian untuk menentungan format tantangan pendidikan Islam di
Indonesia.
a) Pendidikan Islam di Indonesia berhadapan dengan pendidikan umum dan
pendidikan non muslim yang favorit dan unggulan.dapat di simpulkan 75% lembaga
pendidikan Islam di Indonesia berada dibawah Standat Pendidikan Nasional.
b) Para alumni pendidikan Islam sangat sempit dan sulit mencari lapangan kerja,
mengingat kemampuan yang harus dimiliki berorientasi pada dua dimensi.
c) Era industrialisasi, pasar bebas, dan globalisasi menuntut suatu pembaruan
( moderenisasi ) pendidikan Islam secara cepat.
d) Di berlakukannya Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003
yang menuntut adanya otonomi pendidikan secara penuh yang berorientasi pada
Kompetensi dan Kompetisi dari masing-masing lembaga pendidikan.
e) Kondisi obyektif pendidikan Islam di Indonesia saat ini dan standar mutu lulusan
kualitasnya masih sangat rendah.
1. Kebutuhan
Untuk menemukan suatu solusi strategis terhadap kondisi pendidikan Islam di
Indonesia saat ini memerlukan beberapa kebutuhan, pertama, ialah “ jati diri “
pendidikan Islam harus di reformasi dan reorientasi terhadap wawasan pendidikan
Islam masa kini dan masa mendatang, dengan merubah fase dari dua dimensi menjadi
tiga dimensi. Bukan hal yang tabu kalau kita mencermata kalimat bijak berikut :
1) Kebutuhan pertama Memelihara tradisi dan budaya lama adalah yang baik,
mengambil tradisi dan budaya baru harus yang lebih baik” ( Pesan Ali Bin Abi
Tholib,r.a )
2) Kebutuhan kedua, lembaga pendidikan Islam harus mampu bersaing dan bersanding
dengan lembaga pendidikan lain sebagai akulturasi budaya yang sesuai dengan
khasanah kebudayaan Islam, relevansi pendidikan, prestasi dan dunia kerja.
3) Kebutuhan ketiga, pendidikan Islam diharapkan mampu beradaptasi dan mengantisipasi
terhadap demokratisasi, otonomi daerah dan globalisasi, sehingga pendidikan Isam
dapat dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan generasi, bangsa dan Negara.
4) Kebutuhan keempat, pendidikan Islam wajib menerapkan suatu sistim konservasi
terhadap nilai-nilai luhur yang sudah usang dan disesuaikan dengan tuntutan zaman dan
tuntunan agama Islam.
2. Kenyataan
Pendidikan Islam di Indonesia identik denngan pondok pesantren dan madrasah,
dimana sejak masa sebelum kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, lembaga
pendidikan pesantren dan madrasah adalah lembaga pendidikan pinggiran, lembaga
pendidikan bagi orang-orang miskin dan kurang mampu, sehingga untuk mendapatkan
status kelegalan hukum sangat sulit dikeluarkan oleh Pemerintah, bahkan diera
sekarang lembaga-lembaga pendidikan Islam disinyalir sebagai tempat pendidikan dan
gembong teroris. Sehingga banyak para mujahid (pejuang Islam) yang harus berurusan
dengan aparat bahkan harus mengorbankan nyamawnya dengan sia-sia.
Dengan berkembang pesatnya lembaga pendidikan Islam dari segi kualitas dan
kuantitas dianggap sebagai suatu bumerang terhadap lembaga-lembaga pendidikan
umum yang 90% sistem dan pengelolaannya ditangani pemerintah. Suautu
contoh. Pertama banyak perusahaan-perusahaan asing didalam negeri yang tidak mau
menerima lulusan madrasah, kedua di Bangkalan pernah terjadi demonstrasi
Mahasiswa D2/PGSD/MI terhadap pengelola perguruan tinggi, karena ada isu lulusan
2 PGSD/MI Departemen Agama tidak diterima menjadi guru (PNS). Selain hal itu
masih banyak problem yang harus segera diluruskan, dengan haarus melibatkan para
pemikir islam Ulama dan pemerintah sehingga tidak terjadi lagi suatu dikotomi
pendidikan seperti pada masa penjajahan Belanda.
3. Harapan.
BAB III
KESIMPULAN
Bisa kita katakana bahwa kemajuaan negeri-negeri islam saat ini berada dibawah
negeri-negeri yang notabenya non-islam, terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologinya, Tugas besar ke depan ialah, bagaimana Umat Islam Indonesia
mampu mengembangkan pendidikan yang modern untuk menjadi soko guru
peradaban. Hal inilah yang sudah dilakukan oleh negaranegara non-Barat yang non-
Islam dalam membangun peradaban modern mereka tanpa kehilangan akar budaya
dan karakteristik kulturalnya. Dan mereka bangga dengan identitas kultural yang
distingtif dalam modernisasi peradaban dunia. Ada dua hal yang menjadi fokus arah
pengembangan ke depan. Pertama pada aspek kebijakan. Kedua pada aspek praksis
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Thoib, Menggagas Reformasi Pendidikan Islam: Telaah Filosofis
Paradigmatik
Ismail Thoib, Aktualisasi Manusia Versi al-Qur’an: Antara Idealitas dan Realitas
Pendidikan Islam
Ismail Thoib dan Mukhlis, Dari Islamisasi Ilmu Menuju Pengilmuan Islam:
Melawan Hegemoni... Ulumuna Jurnal