Aqidah Akhlak
Disusun Oleh:
Kelompok 11/3G
1
manajemen kelas yang di dalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan,
tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian, pengaturan, atau
penataan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.4
4
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2009), ed. ke-1, cet. ke-1, hal. 339
5
Usman, dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 91
6
Ibid, hal. 8
2
2. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan
mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah
penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada
masa mendatang.7
7
Wijaya, dkk, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994), hal. 114
8
Aat Safaat, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal. 139
9
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 127
3
waktu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan selalu menyiagakan
peserta didik dan menuntut tanggung jawab peserta didik
terhadap tugas-tugasnya.
d. Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, petunjuk ini dapat
dilakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan
dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan
baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran.
e. Menegur, tegurlah peserta didik bila mereka menunjukkan
perilaku yang menyimpang atau mengganggu. Sampaikan
teguran dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku yang
mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar
dan menyakitkan.
f. Memberikan penguatan, perilaku peserta didik yang positif
tersebut muncul kembali. Sedangkan perilaku peserta didik yang
negatif diberikan teguran atau hukuman agar perilaku tersebut
tidak terjadi kembali.
2. Tindakan penyembuhan (kuratif) dalam pengelolaan kelas
Prosedur pengelolaan kelas kuratif merupakan tindakan
pendidik dalam rangka mengatur peserta didik, peralatan dan format
pembelajaran yang tepat setelah ada masalah, gangguan, hambatan
yang timbul dalam pengelolaan kelas. Dengan harapan dapat
mengembalikan kondisi optimal dalam proses pembelajaran.10
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan oleh peserta didik
atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan
penyembuhan baik secara individual maupun kelompok. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan (kuratif)
adalah sebagai berikut:
10
Suranto, Inovasi Manajemen Pendidikan Di Sekolah Kiat Jitu Mewujudkan Sekolah
Nyaman Belajar, (Surakarta : CV.Oase Group, 2019), hal. 47
4
a. Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk
menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi
dari pelanggaran yang dibuatnya.
b. Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan
kontrak dengan peserta didik.
c. Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut
disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan
d. Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud
pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin
diperoleh baik oleh peserta didik maupun sekolah.
e. Tunjukkan kepada peserta didik bahwa gurupun bukan orang
yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelamahan
dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara guru dan
peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar
saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan
bersama.
f. Guru berusaha untuk membawa peserta didik kepada
masalahnya yaitu pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
di sekolah.
g. Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik
responsive maka guru harus bisa mengajak peserta didik untuk
melaksanakan diskusi pada saat lain tentang masalah yang
dihadapinya. Tentukan waktu diskusi tersebut bersama antara
guru dan peserta didik.
h. Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada
pemecahan masalah dan sampai kepada “kontak individual”
yang diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah
laku peserta didik tentang pelanggaran yang sudah dilakukan.
5
i. Melakukan kegiaran tindak lanjut.11
11
Ahmad Rohani, op. Cit, hal. 141-142
6
4. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar
untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku siswa yang kurang
baik.
5. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan perubahan tingkah laku diartikan sebagai suatu
proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Pendekatan ini didasarkan
pada asas psikologi tingkah laku yang mendasarkan pada asumsi,
bahwa seluruh tingkah laku yang baik atau buruk merupakan hasil
belajar.
6. Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial
Sehubungan dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial ini,
guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan
tugasnya dalam waktu tertentu dan membebaskan siswanya untuk
menjadi manusia yang berani memilih sesuatu yang dilakukan dengan
penuh tanggung jawab.
7. Pendekatan Kelompok
Dalam proses kelompok ini guru mengelompokkan siswa ke
dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual
sehingga tercipta kelas yang bergairah, menyenagkan dan
menggembirakan.12
12
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Op. cit, hal. 342-349
7
2. Menciptakan berbagai tantangan yang memungkinkan seorang guru
akan selalu semangat dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal
yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah laku yang
menyimpang.
3. Penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media, dan alat
pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan semangat belajar
dan menghilangkan kejenuhan.
4. Penggunan cara dan perbuatan yang lebih fleksibel, luwes, dan
menyenangkan. Keadaan ini diharapkan dapat menghilangkan
berbagai gangguan yang mungkin terjadi di dalam kelas.
5. Mengupayakan hal-hal yang positif bagi siswa dan menghindari
sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing para siswa untuk
bersikap negatif kepada guru.
6. Mengedepankan siswa teladan di hadapan para siswa yang selanjutnya
dapat mendorongnya menjadi orang yang senantiasa patuh dan taat
pada guru yang bukan disebabkan karena rasa takut, melainkan karena
rasa bangga dan kagum.13
13
Ibid, hal. 349-350
8
juga mudah bergerak untuk segera memberi bantuan
kepada peserta didik.
4) Berbentuk lingkaran.
5) Individual, yang biasanya terlihat di ruang baca, di
perpustakaan, atau di ruang prakti laboratorium.
6) Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas
di samping bangku tempat duduk yang diatur.
b. Pengaturan Alat-Alat Pengajaran
Pengaturan alat-alat pengajaran yang baik sangat
berpengaruh dalam mempermudah siswa dalam belajar. Seperti
penempatan perpustakaan dalam kelas, peletakan alat-alat media
peragaan yang tepat, penyesuaian ukuran papan tulis, spidol,
papan presensi siswa diletakkan di bagian depan sehingga
terlihat oleh semua siswa dan lain-lain.14
c. Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
Dalam penataan keindahan kelas hendaknya dimanfaatkan
untuk kepentingan pengajaran, seperti slogan pendidikan, poster
akhlakul karimah, ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits-hadits berkaitan
dengan aqidah dan akhlak yang menunjang pelajaran, nama-
nama malaikat dan sebagainya.15
2. Keterampilan Pengaturan Siswa
Pengaturan siswa adalah bagaimana mengatur dan
menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan
perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk
memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan
keinginannya.16
14
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), hal. 206
15
Ibid
16
Tabrani Rusyan dkk, op. Cit, hal. 116
9
3. Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa
a. Menciptakan suasana atau kondisi kelas yang optimal
Seseorang guru harus bisa menciptakan suasana atau
kondisi dari kondisi interaksi pendidikan dengan jalan
menciptakan kondisi baru yang menguntungkan proses belajar
mengajar sehingga siswa bersemangat dalam belajarnya.
b. Berusaha menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang
Guru memberikan teguran dan bimbingan serta
pengarahan-pengarahan agar tercipta tingkah laku siswa yang
mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
c. Menciptakan disiplin kelas
Pembinaan disiplin kelas atau pencegahan terjadinya
pelanggaran disiplin bisa dilakukan dengan cara membuat tata
tertib kelas.
d. Menciptakan keharmonisan antara guru dengan siswa
Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai
efek terhadap pengelolaan kelas terutama dalam meningkatkan
efektifitas belajar mengajar. Hubungan guru dan siswa
dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1) Keterbukaan, guru maupun siswa saling bersikap jujur dan
membuka diri antar satu dengan yang lain.
2) Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa tindakannya
dinilai orang lain.
3) Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain
4) Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh
dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya, dan
kepribadiannya.
10
5) Saling memenuhi kebutuhan sehingga tidak ada kebutuhan
satu orang pun yang tidak terpenuhi.17
17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 90
11
e. Dinamika Kelas
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang
diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan
melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok.
Untuk itu setiap guru harus berusaha menyalurkan berbagai
saran, pendapat, gagasan, keterampilan potensi dan energi yang
dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
2. Faktor Penghambat
a. Guru
1) Tipe Kepemimpinan Guru
Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses
belajar mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis
akan menimbulkan sikap pasif peserta didik.18
2) Gaya Guru yang Monoton
Gaya guru yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika
menerangkan pelajaran ataupun tindakan. Ucapan guru
dapat mempengaruhi motivasi siswa . Misalnya setiap
guru menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya,
suaranya terdengar datar, lemah, dan tidak diiringi dengan
gerak motorik/mimik.
3) Kepribadian Guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat
hangat, adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga
terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam
proses belajar mengajar.
18
Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Grasindo, 1986), hal.
89
12
4) Pengetahuan Guru
Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah
pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang
sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.
5) Pemahaman Guru tentang Peserta Didik
Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan
dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa, maka siswa
yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata, dan
lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut
kemampuannya.
b. Peserta Didik
Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan
haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat
merupakan faktor utama penyebab hambatan pengelolaan kelas.
Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta
didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
c. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti
tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang
berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang
yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
d. Fasilitas
Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru
memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap
akan menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam
beraktivitas.
13
H. Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan
Sobry Sutikno, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan
dengan perilaku siswa seperti:
1. Kurangnya kesatuan antar siswa, karena perbedaan gender (jenis
kelamin), rasa tidak senang, atau persaingan tak sehat.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut,
bercakap-cakap, pergi kesana-kemari, dan sebagainya.
3. Terkadang timbul reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya
ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan, kelompok bodoh.
4. Kelas mentolelir kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan
mendorong perilaku siswa yang keliru.
5. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor,
tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
6. Moral rendah, permusuhan, sikap agresif, misalnya dalam lembaga
dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti
tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru.
19
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), cet. Ke-1, hal. 108-109
14
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wijaya, dkk. (1994). Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosda Karya
16