Anda di halaman 1dari 11

DOSENPENGAMPU

DOSEN PENGAMPU
ZARKASIH,Dr,M.Ag.
ZARKASIH,Dr,M.Ag.

KELOMPOK 11
KELOMPOK 11

S . H A D I T S
“MAKALAH KITAB SUNAN ABU DAWUD DAN SUNAN NASAI”
FIKAWANDAYANI
FIKA WANDAYANISS

11910724100

UMIHABIBAH
UMI HABIBAH

11910720024
SUNAN ABU DAWUD(817-889 M)
RIWAYAT HIDUP ABU DAWUD
Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Imran al-Azdi al-Sijistani. Beliau
dilahirkan di Sijistan (suatu kota di Basrah) pada tahun 202 H. Ayah beliau, al-Asy’as bin Ishaq, adalah seorang rawi hadis dari Hamad bin
Zaid. Demikian juga saudaranya, Muhammad bin al-Asy’as, merupakan teman perjalanan Imam Abu Dawud dalam menuntut hadis dari
para ulama hadis.
Abu Dawud terlahir di tengah keluarga yang agamis. Sejak kecil beliau mempelajari al-Qur’an dan literatur (bahasa) Arab serta materi
lainnya sebelum mempelajari hadis. Pada usia kurang lebih 20 tahun, beliau telah berkelana ke Baghdad pada tahun 221 H. Setelah
dewasa beliau melakukan rihlah dengan lebih intensif untuk mempelajari hadis. Beliau melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Mesir, Irak,
Jazirah Arab, Khurasan, Naisabur dan Basrah. Pengembaraannya ini menunjang beliau untuk mendapatkan hadis sebanyak-banyaknya
untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab al-Sunan.
2 METODE PENYUSUNAN KITABSUNAN ABU DAWUD

Kitab Sunan menurut ahli hadisa dalah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih. Kitab ini hanya
memuat hadis-hadis maarfu’, tidak memuat hadis mauquf atau maqtu’, sebab dua macam hadis terakhir ini
tidak disebut sunnah. Metode yang dipakai oleh Abu Dawud berbeda dengan metode yang dipakai oleh ulama-
ulama sebelumnya, seperti Imam Ahmad bin Hanbal yang menyusun kitab musnad, dan Imam Bukhari dan
Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi pada hadis-hadis yang shahih saja. Adapun Abu
Dawud menyusun kitabnya dengan mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, dan dalam
menyusunnya berdasarkan urutan bab-bab fiqih seperti thaharah, shalat, zakat, dan sebagainya dengan
beraneka kualitas dari yang shahih sampai yang dla’if. Tetapi, hadis-hadis yang berkaitan dengan fadla’il
al-‘amal (kekuatan amal) dan kisah-kisah tidak dimasukkan dalam kitabnya.
3. JUMLAH HADIST

‫إنما األعمال بالنيات‬


“Sesungguhnya amal itu tergantung
dengan niatnya.” ‫ل ايكون المؤمن مؤمنا حتى يرضى الخيه مايرضاه لنفسه‬
11 “Seorang mukmin tidak akan sempurna
keimanannya sampai dia rela terhadap
33 saudaranya sebagaimana dia merelakan
terhadap dirinya sendiri.”

22

‫من حسن اسال م المرء تركه ما ال يعنيه‬ 44


“Termasuk tanda kesempurnaan ke-
Islaman seseorang ialah ‫إ ن الحال ل بين والحرام بين وبينهما أمور مشتبهات‬
meninggalkan hal-hal yang tiada “Sesungguhnya perkara yang halal itu sudah
berguna baginya.” jelas, dan yang haram juga sudah jelas, sedang
di antara keduanya merupakan sesuatuyang
syubhat.”
‫(يقاربه‬mendekati shahih)
Istilah yang dipakai Abu Dawud tersebut menurut
sebagian muhadditsin adalah hadis hasan li zatihi,
karena hadis hasan li zatihi bisa naik menjadi hadis
shahih li ghairihi apabila didukung oleh hadis yang
lain.
‫(وهن شديد‬sangat dla’if)
33 Istilah tersebut menurut para muhadditsin
berarti hadis yang sangat dla’if.Terhadap hadis
ini, Abu Dawud memberikan sejumlah
‫(مايشبه‬menyerupai shahih) penjelasan mengenai letak
Yang dimaksud Abu Dawud dengan istilah
‫ مـايـشبههـ‬adalah hadis shahih li ghairihi, karena
22 KUALITAS
44 kedla’ifannya.Pencantuman hadis dla’if tersebut
bukan dimksudkan untuk dijadikan sebagai
hadis tersebut menyerupai shahih li zatihi, hujjah, tetapi untuk menerangkan bahwa hadis
HADIS DALAM
tetapi martabatnya di bawah shahih li zatihi. tersebut adalah dla’if.
KITAB SUNAN
ABU DAWUD

‫صحيح‬ ‫(صالح‬tidak dijelaskan)


Hadis shahih ini disebut hadis shahih li zatihi, 11 55 Hadis shalih menurut istilah muhadditsin
karena tingkat keshahihannya tanpa dukungan mencakup hadis shahih, hasan dan dla’if.Dua
hadis lain yang menguatkannya. hadis yang disebutkan pertama bisa dijadikan
sebagai hujjah, sedangkan yang terakhir hanya
bisa dijadikan i’tibar saja.
PENDAPAT DAN KRITIK PARA ULAMA’ TERHADAP KITAB SUNAN ABU DAWUD

1. Al-Khattabi berkata, “Ketahuilah kitab Sunan Abu


Dawud adalah sebuah kitab yang mulia mengenai 3. Ibnu al-‘Arabi mengatakan, “Apabila seseorang
hadis-hadis hukum yang belum pernah suatu kitab sudah memiliki Kitabullah dan kitab Sunan Abu
disusun sepertinya. Para ulama menerima dengan Dawud, maka ia tidak lagi memerlukan kitab
baik kitab Sunan Karenanya, dia menjadi hakim lainnya.”
antara ulama dan fuqaha yang berlainan madzhab.
Kitab ini menjadi pegangan ulama Irak,PENDAPAT
Mesir, DAN KRITIK PARA ULAMA’
Maroko, dan negeri lain.” TERHADAP KITAB SUNAN ABU DAWUDJ

2. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, “Kitab Sunan


Abu Dawud memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam
dan sebagai pemberi keputusan bagi perselisihan pendapat. 4. Imam al-Ghazali berkata, “Kitab Sunan Abu Dawud
Kepada kitab itulah orang-orang jujur mengharapkan sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui
keputusan. Mereka merasa puas atas keputusan dari kitab hadis-hadis tentang hukum.” 
tersebut, karena Abu Dawud telah menghimpun segala
macam hadis hukum dan menyusunnya dengan sistematika
yang baik dan indah, serta membuang hadis yang lemah.”
SUNAN IMAM AL-NASA’I
2.1.1 RIWAYAT HIDUP IMAM AL-NASA’I
  Nama lengkap Imam Nasa’i adalah Abu Abd Rahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar al-
Khurasani al-Nasa’I yang juga dikenal sebagai al-Nasai dan Abu Abd Rahman. Dilahirkan pada 215 H di sebuah desa yang
terkenal di Khurasan1 yang bernama Nasa dan meninggal dunia pada hari Senin 13 Safar tahun 303 H di kota al-Ramalah,
Palestina ketika berusia 88 tahun. Dia lebih terkenal dengan panggilan al-Nasa’i didasarkan pada rasio tempat ia dilahirkan
yaitu Nasa.Al-Nasa’i ini adalah seorang yang tampan, segak dan berkulit cerah serta memiliki wajah yang bercahaya. Beliau
amat mementingkan kesehatan tubuh, cara diet serta pengaturan berpakaian. Oleh sebab itu, ia lebih suka memakai
pakaian yang berwarna hijau muda sebagai menggantikan warna tanaman hijau yang baik untuk kesehatan mata.2 Selain
itu, beliau seorang yang warak, zuhud, amanah serta tekun beribadah.Beliau berpuasa seperti puasa Nabi Daud, yaitu
puasa sehari dan berbuka sehari disamping gigih melakukan ibadah haji serta berjuang di jalan Allah.
METODE PENYUSUNAN KITAB IMAM AL-NASA’I
  Dalam penyusunan kitabnya, al-Nasa’i memberi konsentrasi kepada hadits-hadits hukum yaitu penyusunan
berdasarkan topik di dalam ilmu fiqh. Dari sudut isinya pula kitab ini mirip dengan Sunan Abu Daud dan berbeda dengan
Shahih Bukhari dan Muslim. Ada 51 bab yang disusun secara menarik, rapi dan sesuai urutan kepentingan dari sudut
Syariah Islam. Selain itu, setiap bab yang ada dalam sunan ini pula dibagi secara detail dan rinci yang mana penyusunan ini
tidak dilakukan oleh penulis lain. Sebagai contohnya, dalam bab Istia’zah ia membagi kepada 65 judul kecil seperti Istiazah
dari kebakhilan, Istia’zah dari sifat penakut, Istia’zah dari kejahatan pendengaran dan penglihatan dan seterusnya13.Di
dalam sunannya mengandung sejumlah 5761 buah hadits sesuai urutan Abd al- Fatah Abu Ghuddah14.
imam Nasa’I memulai penyusunan kitabnya dengan meletakkan bab Taharah (bersuci) yang mana bab pertama ini dimulai
ayat al-Quran yang membayangkan bahwa wahyu adalah dasar agama ini. Begitu juga dalam beberapa bab lain juga
dimulai ayat al-Quran. Sebagai seorang Kadi dan Ulama ” Fiqh, maka terserlahlah melalui pembagian judul dalam kitab ini
dalam bab (‫اــضـاء‬
‫) اداـب لق‬. Di dalam bab ini beliaumembagi 37 judul kecil yang memperlihatkan kesenian dan keahliannya
dalam bidang ini
KUALITAS HADIST DI DALAM KITAB IMAM AL-NASA’I
Telah disebutkan di atas bahwa al-Nasa’i telah menyusun kira-kira 15 buah karya besar yang berhubungan dengan bidang keilmuan
hadis dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan hadis, dan di antara karyanya yang paling terkenal adalah Kitab al-Sunan. Dalam
menyebutkan hadis di dalam kitabnya, al-Nasa’i tidak menyebutkan satu hadis pun dari orang yang notabennya ditolak
periwayatannya oleh ulama-ulama hadis dan tidak mempercayai periwayatannya, sehingga dengan demikian kitabnya hanya berisi
hadis sahih, hasan dan daif. Khusus dalam kitab hadis al-Sunan (dikenal dengan Sunan an-Nasa’i) yang merupakan ringkasan dan
seleksi dari kitab al-Sunan al-Kubra, tidak terdapat hadis yang berkualitas daif dan kalaupun ada, itu sangat kecil jumlahnya dan
sangat jarang sekali.
Kitab al-Sunan ini sederajat dengan sunan Abu Daud, atau sekurang-kurangnya mendekati satu tingkatan kualitas yang sama dengan
sunan Abu Daud, dikarenakan al-Nasa’i sangat teliti dalam meriwayatkan dan menilai suatu hadis. Hanya saja, karena Abu Daud
lebih banyak perhatiannya kepada matan-matan hadis yang ada tambahannya, dan lebih terfokus pada hadis-hadis yang banyak
diperlukan oleh para fuqaha, maka sunan Abu Daud lebih diutamakan sedikit dari Sunan An-Nasa’i. Oleh karenanya, Sunan Al-
Nasa’i ditempatkan pada tingkatan kedua setelah Sunan Abu Dawud dalam deretan kitab-kitab hadis as-Sunan.
Kritik dari Ibnu al-Jauzy
1  PENDAPAT DAN KRITIK PARA ULAMA TENTANG
KITAB IMAM AL-NASA’I Kritikan pedas Ibn al-Jauzy terhadap keautentikan
Ketelitian al-Nasa’i dalam memilih riwayat hadits karya monumental Imam al-Nasa`i ini, nampaknya
ini menyebabkan beberapa ulama ‘mengatakan mendapatkan bantahan yang cukup keras pula dari
bahwa posisi Sunan Nasa’I ini adalah setelah Kitab pakar hadis abad ke-9, yakni Imam Jalal al-Din al-
Shahih Bukhari dan Muslim.Hal ini karena, di dalam Suyuti, dalam Sunan al-Nasa`i, memang terdapat
sunan ini paling sedikit hadits dhaif di dalamnya. hadis yang shahih, hasan, dan dhaif.Hanya saja
Pendapat pertama, Abu Ali al-Naisaburi, Abu jumlahnya relatif sedikit.Imam al-Suyuti tidak
Ahmad bin Adi, Abu Hasan al-Daruqatni, Abu sampai menghasilkan kesimpulan bahwa ada hadis
Abdullah al-Hakim, Ibnu Mundah Abu Ya’ala al- maudhu` yang termuat dalam Sunan al-Nasa`i,
Khalili dan lain-lain menyatakan bahwa lafaz shahih sebagaimana kesimpulan yang dimunculkan oleh
pada Sunan Nasa’i. Pendapat ini ada hubungannya Imam Ibn al-Jauzy.Adapun pendapat ulama yang
dengan apa yang pernah mereka meriwayatkan mengatakan bahwah hadis yang ada di dalam kitab
daripada al-Nasa’i mengatakan bahawa hadist- Sunan al-Nasa`i semuanya berkualitas shahih, ini
hadist yang dipilih daripada al-Sunan al-Kubra merupakan pandangan yang menurut Muhammad
semuanya shahih21. Abu Syahbah_tidak didukung oleh penelitian
mendalam dan jeli.Kecuali maksud pernyataan itu
bahwa mayoritas (sebagian besar) isi kitab Sunan
al-Nasa`i berkualitas shahih.
S . H A D I T S
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai