Anda di halaman 1dari 10

KLASIFIKASI HADIST BERDASARKAN

KUANTITAS RAWI

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah al hadist

Dosen pengampu:

Ida Rahmawati, M.Pd,I

Di susun oleh:

Siti Maimunah (2203805091052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT. Semoga solawat
dan salam selalu terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW; keluarga,
sahabat, tabiin dan kita semua sebagai umat yang taat dan turut kepada ajaran yang
dibawanya. Makalah ini berjudul klasifikasi hadis berdasarkan kuantitas Rawi dan
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Al Hadits

Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
selaku dosen pembimbing mata kuliah Al Hadits yang senantiasa membimbing dan
memberikan ilmunya kepada saya.

Saya menyadari makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas
dari kekurangan makalah ini saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan menjadi amal sholeh bagi penulis, amin.

Jember, 10 Maret 2023

Siti Maimunah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Hadits
2.2 Pembagian Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi
2.3 klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitas Rawi

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ilmu hadis merupakan ilmu yang sangat penting untuk diketahui
bagi orang yang memiliki minat atau keinginan dalam mendalami hadits,
karena ilmu Hadis banyak mencakup tentang kajian-kajian yang di mana
Di dalam kajian tersebut lebih mendalami tentang pengertian hadis secara
istilah maupun bahasa.
Dilihat dari segi perawinya tentu jelas bahwa Alquran dan hal
hadits terdapat perbedaan diantara keduanya untuk Alquran itu sendiri
sudah jelas bahwa semua perawinya berlangsung secara mutawir.
Sedangkan hadits, perawinya ada yang mengetahui ada yang Ahad
sehingga bermula dari sinilah perbedaan-perbedaan pendapat bermunculan
tentang pembagian hadis dari segi kuantitasnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dinamakan ilmu hadist?
2. Ada berapakah pembagian hadis berdasarkan kuantitas Rawi?
3. Ada berapakah klasifikasi hadis berdasarkan kuantitas Rawi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dinamakan ilmu Hadis
2. Untuk mengetahui pembagian hadits berdasarkan kuantitas Rawi
3. Untuk mengetahui pembagian klasifikasi hadis berdasarkan kuantitas
Rawi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Hadist
Ada beberapa pengertian hadis Tapi menurut para ulama
mendefinisikan hadis secara terminologis ialah:
‫سلَّ َم م ْن قَ ْول أو فعل أَو تَقرير أُوصفَة‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَيْه َو‬ َ ‫كُل َما أَثْ َر‬
َ ‫عن النَّبي‬
‫َخ ْلقيَّة أَ ْو ُخلقيَّة‬
Artinya: ialah segala sesuatu yang diberikan dari Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam. Baik berupa Sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun
hal ihwal nabi.
Adapun pengertian hadis menurut ahli Ushul fiqh:
‫غيْر القرآن الكريم م ْن قَ ْول أَ ْو‬
َ ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَيْه َو‬ َ ‫عن النَّبي‬ َ ‫كُل َما‬
َ ‫صدَ َر‬
‫صلُ ُح أَ ْن يَكُونَ دَليلا لحكم شرعي‬ْ َ‫ف ْعل أَ ْو تَ ْفرير م َّما ي‬
Artinya hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW; selain Alquran al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
taqrir nabi yang bersangkut paut dengan hukum syara.1
Menurut istilah para fuqaha hadis adalah:
‫سلَّ َم َولَ ْم َيكُن م ْن بَاب ا ْلف َْرض َو َل‬
َ ‫علَيْه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ َ‫كُل َما ثَبَت‬
َ ‫عن النَّبي‬
‫ا ْل َواجب‬
Artinya: segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW titik yang tidak
bersangkut paut dengan masalah-masalah fardu atau wajib.2
Dengan adanya pendapat-pendapat tersebut para ulama hadis
akhirnya mendefinisikan bahwa hadis ialah segala sesuatu yang Bersandar

1 Muhammad Ajaj Al Hadid, dalam, Ulumul Hadits, pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 16.
2 Ibid., hlm. 16
kepada Nabi SAW maupun perbuatan, perlakuan, sifat-sifat atau hal ihwal
lainnya.
Mengapa demikian? Hal ini jelas bahwa para ulama beragam dalam
mendefinisikan hadis karena mereka berbeda dalam meninjau objek hadits
itu sendiri.

2.2 pembagian hadis berdasarkan kuantitas Rawi


Jumhur ulama sepakat, suatu hadis Jika dilihat dari segi jumlah
orang yang meriwayatkannya atau dari jumlah sanadnya dibagi menjadi dua
yaitu: Hadis Mutawatir dan hadis Ahad. Ada juga ulama yang berpendapat
bahwa hadis tersebut dibagi menjadi tiga yaitu Hadis Mutawatir hadis
masyhur dan hadis Ahad titik perbedaan-perbedaan tersebut timbul
berdasarkan berbedanya pandangan pada kalangan ulama tentang Hadis
Mutawatir, hadis Mansyur dan hadis Ahad titik argumen pada pendapat
yang pertama ialah hadis termasuk pada hadis Ahad jadi pembagian hadits
berdasarkan kuantitas sanadnya terbagi menjadi dua saja yaitu Hadis
Mutawatir dan hadis Ahad.
Perbedaan-perbedaan di atas juga dianggap wajar oleh jumhur
ulama tersebut, dan Pada bab ini, kita akan mempelajari tentang pembagian
hadis berdasarkan kuantitasnya yang mana dalam hal ini akan mencakup 2
hal yaitu Hadis Mutawatir dan hadits Ahad.
1. Hadist Mutawatir
Mutawatir berasal dari bahasa Arab ,‫ال ُمتَتَاب ُع‬yang berarti
"berkelanjutan dan tidak terputus". Maksud atau arti berurutan adalah yang
datang kemudian dan terus menerus tanpa celah. Sedangkan menurut istilah
Hadits Mutawatir, Hadits Mutawatir adalah Hadits yang timbul dari
tanggapan panca indera yang diucapkan oleh sekelompok besar orang yang
menurut kebiasaan tidak bisa berbohong.Yang lain menyatakan bahwa
hadits mutawatir menurut adat adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak
orang yang tidak sepakat pada satu dusta dari awal sanad sampai akhir
sanad. Hadits mutawatir juga dapat diartikan sebagai hadits yang
diriwayatkan oleh banyak perawi. Tidak ada kekurangan atau kontradiksi
dalam jumlah di tingkat mana pun, karena mereka umumnya meyakini
hadits yang diucapkan oleh mereka, menurut adat.
Adapun Hadis Mutawatir menurut istilah ulama hadis adalah:
‫عذَد ُج ْم يُحب في ا ْلعَادَة إ َحالَهُ اجْت َماعه ْم َوت ََواط ُه ْم‬
َ ُ‫ع ْن َمحْ سُوس َر َواه‬
َ ‫هورحبر‬
‫علَى الكَذب‬ َ
Artinya: kabar yang didasarkan pada panca indra yang dikabarkan
oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersepakat untuk
mengabarkan berita itu Dengan Dusta3
A. Syarat-syarat Hadist Mutawatir
a. Warta yang mereka sampaikan harus benar hasil pendengaran atau
penglihatan sendiri.
b. Jumlah rawinya harus mencapai kuantitas tertentu sehingga tidak
mungkin mereka sepakat untuk berdusta.
c. Adanya keseimbangan jumlah antara Rawi dalam tobaqah pertama
dengan jumlah Rowi dalam thabaqah berikutnya.
B. Klasifikasi Hadist Mutawatir
Klasifikasi Hadis Mutawatir oleh para ulama dibagi menjadi tiga
yaitu Mutawatir lafzhi, Mutawatir maknawi dan Mutawatir Amali.
a. Hadits Mutawatir lafzhi adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang
susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu
dan yang lain nya.4
b. Hadis Mutawatir maknawi adalah hadis yang lafadz dan maknanya
berlainan antara satu riwayat dan riwayat lainnya.5
c. Hadis Mutawatir Amali ialah sesuatu yang diketahui dengan mudah
bahwa ia dari agama dan telah mengutawatir di kalangan umat Islam
bahwa Nabi SAW mengajarkan dan menyuruhnya atau selain dari itu
dari hal ini dapat dikatakan soal yang telah disepakati.6
2. Hadist Ahad

3 Endang soetari., Op.cit., hlm. 130.


4 Agus solahuddin, Agus Suyadi., Op.cit., hlm. 130.
5 Ibid., hlm. 131.
6 Ibid., hlm. 132.
Hadis Ahad adalah hadis yang bahan bakunya tidak memenuhi
bilangan Mutawatir, tidak memenuhi syarat Mutawatir dan tidak mencapai
derajat Mutawatir. Hal ini dikatakan dalam keindahan ilmu Hadis berikut
ini.
. ‫ه َُو َما ل ينتهي إلى التواتر‬
Yang artinya hadis yang tidak mencapai derajat Mutawatir.
A. Klasifikasi Hadist Ahad
Berdasarkan jumlah dari tembakau masing-masing Rawi
tersebut hadis Ahad dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu
masyhur,Aziz dan ghorib. Adapun beberapa pengertian-pengertian
hadits di atas.
a. Hadist Masyhur
Menurut bahasa masyhur adalah Muntasir yaitu sesuatu yang
sudah tersebar Adapun menurut istilah hadis masyhur adalah:
َ ‫ فى كُل‬- ‫َما َر َوا ُه ثَ َلثَة فَأ َ ْكر‬
َ ‫ َمالَ ْم يُ ْبلُ ْغ‬- ‫ط َبقَة‬
ِ‫حدَّ الت ََواتُر‬
Yang artinya: hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau
lebih pada setiap tabaqah tidak mencapai derajat Mutawatir 7.
b. Hadist Aziz
Hadis menurut istilah adalah:
َ ‫َما َر َواهُ اثْنَان َولَ ْو كَانَ في‬
َ ‫طبَقَة َواحدَة ث ُ َّم َر َواهُ بَعد ذلكَ َج َما‬
.‫عة‬
Yang artinya: hadis yang diriwayatkan oleh dua orang,
walaupun dua orang rawit tersebut terdapat pada suatu tabaqah saja
Kemudian orang-orang meriwayatkannya. 8
c. Hadist ghorib
Menurut istilah ialah:
‫ه َُو َما يَ ْنفَردُ بر َوايَته َراء َواحد‬
Yang artinya: hadistghorib adalah hadist yang di riwayatkan
oleh seorang rawi.9

7 Ash- Shidieqy, dalam, ulumul hadist, Op.cit., hlm. 134.


8 Rahman, dalam ulumul hadist, Op.cit., hlm. 136.
9 Ath-Thahhan, dalam, ulumul hadist, Op.cit., hlm. 137.
2.3 Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kuantitas Rawi

a. Hadist marfu’
Hadis merabu adalah perkataan, perbuatan atau taqrir yang
dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW titik Apakah mata rantai
hadis putus atau terputus, yang bersandar pada hati adalah para
sahabat dan lain-lain.
Dengan definisi ini, sebuah hadis bisa menjadi muttasil muallaq, Mursal
muqati dan mundur dan bisa menjadi marfu. Adapun mau mau dan meletus
hadits, mereka tidak akan masuk tanpa qarina, yang memuji mereka oleh karena
itu dapat ditentukan bahwa semua Hadits Shahih dan Hasan pasti atau
dipindahkan sebagai makhluk Meskipun tidak semuanya hadits marfu selalu sah
sebagai Shahih atau Hasan.
b. Hadist Mauquf
Hadis mauquf adalah hadis yang dipercaya oleh seorang sahabat, baik
dalam perkataan, perbuatan, maupun taqrir. Sebagai aturan umum hukum
Hadits mauquf tidak dapat dibuktikan tanpa qarina yang menunjukkannya.
c. Hadist Maqthu’
Hadits maketu adalah hadis yang didasarkan pada Tabin atau yang di
bawahnya, baik perkataan maupun perbuatan.
BAB III
KESIMPULAN
Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW baik berupa
Sabda, perbuatan, takdir, sifat-sifat, maupun hal ihwal nabi.
Hadis berdasarkan kuantitas rawinya ialah mencakup dua hal yaitu Hadis
Mutawatir dan hadis Ahad.
Klasifikasi hadis berdasarkan kuantitas rawinya dibagi menjadi tiga yaitu
hadis marfu hadits mauquf dan hadis maqtu’.

SARAN
Setelah mengkaji pembahasan tentang pembagian hadits berdasarkan
kuantitas sanad, ternyata pembahasan ini sangat penting untuk dikaji suatu ilmu
hadits untuk mengetahui hadis itu tersebut disebut Hadis Mutawatir atau hadis Ahad
yang mana keduanya sama-sama membahas tentang kuantitas suatu hadis.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam
penulisan atau penyusunan kata. Maka dari itu, sang penulis sangat mengharap
kritik, saran dan membangun kepada sang penulis untuk perbaikan ke depannya,
agar makalah yang saya tulis ini lebih baik untuk digunakan daripada yang sekarang
ini.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ajaj Al Hadid, dalam, Ulumul Hadits, pustaka Setia, Bandung, 2008.

Ulumul hadist, Pustaka Setia, Bandung, 2008.

Anda mungkin juga menyukai