PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Akik Pustaka, Qur'an Hadits, hal.42
3
Ibid, hal.42
3
hadits ahad bisa terdiri dari satu rowi, dua rowi, atau tiga rowi saja dan
tidak mencapai derajat mutawatir.4
Di kalangan ulama' ahli haditsterjadi perbedaan pendapat mengenai
kedudukan hadits ahad untuk digunakan sebagai landasan hukum.
Sebagian ulama ahli hadits berkeyakinan bahwa hadits ahad tidak bisa
dijadikan landasan hukum untuk masalah akidah. Sebab, menurut
mereka, hadits ahad bukanlah qath'i ats-tsubut (pasti ketetapannya).
Hadits Ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu hadits masyhur,
hadits aziz, dan hadits gharib.5
(a) Hadits Masyhur
Definisi hadits masyhur adalah:
َم اَر َو اُه الَّثاَل َثُة َفَأْكَثُر َو لْم َيِص ْل َد َر َج َة الَّتَو اُتِر
Artinya: Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun
belum mencapai derajat mutawatir.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hadits masyhur
adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW oleh beberapa
sahabat namun tidak mencapai derajat mutawatir. Dari segi
tingkatannya, hadits masyhur adalah termasuk paling tinggi, sebab
rowi hadits masyhur ini yang paling dekat untuk mencapai derajat
mutawatir. Hanya saj, ada pada salah satu tingkatan rowinya tidak
mencapai derajat mutawatir.
(b)Hadits Aziz
Definisi hadits aziz adalah:
َم اَر َو اُه اْثَناِن َو لْو َك اَن ِفى َطَبَقٍة َو اِحَدٍة ُثَّم َر َو اُه َبْع َد َذ ِلَك َج َم اَع ٌة
Artinya: Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu tabaqah,
kemudian pada tabaqah selanjutnya banyak rowi yang
meriwayatkannya.
Dari definisi tersebut, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
hadits aziz yaitu hadits yang pada salah satu atau setiap tabaqah
(tingkatan) rowinya hanya ada dua orang saja.
4
Ibid, hal.43
5
Ibid, hal.44
4
(c) Hadits Gharib
Dari segi bahasa kata gharib dari gharaba yaghribu yang artinya
menyendiri, asing, atau terpisah. Sedangkan menurut istilah:
َم ااْنَفَر َد ِبِر َو اَيِتِه َش ْخ ٌص ِفى َأِّى َم ْو ِض ٍع َو َقَع الَّتَفٌّرُد ِبِه ِم َن الَّسَنِد
Artinya: Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rowi, dimanapun
tempat sanad terjadi.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh hanya
seorang rowi saja, baik dalam seluruh tingkatan sanad atau pada
salah satu tingkatan sanadnya. Kemudian yang dimaksud dengan
sanad menyendiri pada suatu hadits yaitu rowi yang meriwayatkan
hadits secara sendirian tanpa ada rowi yang lain.
2. Hadits dilihat dari segi kualitas
Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits dibedakan menjadi empat,
yaitu6:
a. Hadits Shahih
Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung (tidak
terputus) dan para rowi yang meriwayatkan hadits tersebut adalah adil
dan dhabit, serta dalam matan hadits tersebut tidak ada kejanggalan
(Syaz) dan cacat ('llat).
b. Hadits Hasan
Hadits hasan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adildan
kuat ingatan, tetapi tingkat kekuatan ingatan rawi lebih rendah dari pada
tingkat kekuatan ingatannya perawi sunnah shahih.
c. Hadits Dhaif
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi syarat
diterimanya suatu hadits dikarenakan hilangnnya salah satu syrat dari
beberapa syarat yang ada.
Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa jika salah satu
syarat dari beberapa syarat diterimanya suatu hadits tidak ada, maka
hadits tersebut diklasifikasika ke dalam hadits dhaif.
6
http://ahsinunniam.blogspot.com/2016/04/makalah-sunnah-sebagai-sumber-hukum.html
5
d. Hadits Maudhu'
Hadits maudhu' adalah hadits yang direkayasa dan dipalsukan
oleh pemalsu sunnah, sehingga seolah-olah berasal dari rasulullah saw,
baik dengan iktikad baik maupun karena sengaja hendak merusak
ajaran islam.
6
2.3 Kedudukan Hadist sebagai sumber hukum kedua
Seluruh umat islam telah sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber
ajara islam. Keharusan mengikuti hadist bagi umat islam ( baik berupa
perintah maupun larangannya ) sama halnya dengan mengikuti Al- Quran. Hal
ini karena hadist merupakan mubbayyin ( penjelas) terhadap Al-Quran, yang
karena siapa pun tidak akan bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan
mengusai hadist. Begitu pula halnya menggunakan hadist tanpa Al-Quran.
Karena Al-Quran merupakan dasar hukum pertama, yang didalam nya berisi
garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadist dengan Al-Quran memiliki
kaitan nya yang sangat erat, untuk memahami dan mengamalkannya tidak
daopat dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.
beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul sebagai utusan
Alllah swt, merupakan suatu keharusan dan sekaligus kebutuhan setiap
individu. Dengan demikian, Allah akan memperkokoh dan mempebaiki
keadaan merwka. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran : 17
dan An-nisa’ : 36.
ُقَأْلِط يُعو۟ا ٱلَّلَهَو ٱلَّرُسوَل ۖ َفِإنَتَو َّلْو ۟ا َفِإَّنٱلَّلَهاَل ُيِح ُّبٱْلَٰك ِفِر يَن
7
Artinya : Katakanlah! "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َز ْعُتْم ِفى َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل
َو ٱلَّرُسوِل ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر
Arti: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Terjemahan Makna Bahasa
Indonesia (Isi Kandungan)
ِكَتاَب ِهللا َو ُس َّنَة َر ُسْو ِلِه: َتَر ْكُت ِفْيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلْو ا َم ا َتَم َّسْكُتْم ِبِهَم ا
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat
selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya (hadist). ( HR. Malik ibn Anas)
Hadist diatas dengan tegas menyatajan bahwa Al-Quran dan sunah Nabi
merupakan pedoman hidup yang dapat menuntun manusia menjalani kehidupan
yang lurus dan benar, bukan jalan yang salah dan sesat. Keduanya merupakan
8
peninggalan Rasulullah yang diperuntukkan bagi umat islam agar
mempedomaninya.7
Dalam salah satu taqrir Rasul juga memberikan petunjuk kepada umat islam,
bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan hukum dan kemasyarakatan, kedua
sumber ajaran yakni Al-Quran dan hadist merupakan sumber asasi. Ini
sebagaimana terlihat pada dialog antara Rasulullah dengan sahabat Mu’az ibn
Jabal menjelang keberangkatannya ke negeri Yaman. Rasul dalam hal ini
membenarkan semua jawaban Mu’az8
7
Prof.Dr.H.Idri,M.Ag,studi hadist,cet.2 ( Jakarta : Prenada Media Group,2013)
8
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, juz II ( Beirut: Dar Al-Fikr,1988 ),162
9
Abd Al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Usul al-Fiqh ( Kuwait : Dar al-Qalam,1978),30
9
Ijma’ umat islamuntuk menerima dan mengenalkan sunnah sudah ada
sejak jaman Nabi, para Khulafa’ Al-Rasyidun, dan para pengikut mereka. Banyak
contoh yang bisa menjelaskan betapa para sahabat sangat mengagumi Rasulullah
dn melakukan apa yang dilakukannya. Diantaranya Abu Bakarpernah berkata, “
Aku tidak meninggalkan sesuatu pun yang dilakukan Rasulullah, maka pasti aku
melakukannnya.11
Kerusulan Nabi Muhammad Saw. Telah diakui dan dibenarkan oleh umat
islam. Ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa Nabi Muhammad membawa
misi untuk menegakkan amanat dari Allah Swt. Dari aspek akidah, Allah bahkan
menjadikan kerasulan ini sebagai salah satu dari prinsip keimanan. Dengan
demikian, manifestasi dan pengakuan dan keimanan itu mengharuskan semua
umatnya mentaati dan mengamalkan segala peraturan atau perundang-undangan
serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu maupun
hasil ijtihadnya sendiri.
11
Ibid.
12
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadist.36-37
10
masalah yang tidak ditunjuk oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham.
Kesemuanya itu merupakan hadist Rasul, yang terperihara dan tetap berlaku
sampai ada nashk yang menashknya.
Menurut petunjuk akal, Nabi Muhammad adalah Rasul Allah yang telah
diakui dan dibenarkan umat islam. Di dalam menjalankan tugas agama, kadang
beliau menyampaikan peraturan yang isi dan redaksinya diterima dari Allah Swt,
dan kadang beliau menyampaikan peraturan hasil ketetntuan beliau sendiri atas
bimbingan ilham dari tuhan, tidak jarang pula menyampaikan hasil ijtihad beliau
sendiri yang tidak ditunjuk oleh wahyu atau bimbingan ilham.
Hasil ijtihad itu berlaku sampai ada nash yang menaskhan. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya kalau hasil ijtihad beliau iyu ditempatkan sebagai sumber
hukum. Kepercayaan yang telah diberikan kepada beliau sebagai utusan Tuhan
mengharuskan umat islam untuk mentaati semua peraturan yang dibawahnya.
4. Kesimpulan
11
ditemukan banyak hadist shahih, namun divonis tidak valid, sehingga hadist-
hadist tersebut tidak dapat dijadikan hujjah.
Mahzhab yang kedua adalah denga cara merujuk ke Al-Quran dan Hadist
secara bersamaan. Yakni menjadikan kehujjahan hadist identic dengan kehujjahan
Al-Quran, sehingga AL-Quran dan hadist difahami secara komperhensif. Apabila
ditemukan hadist yang pada akhirnya seakan bertentangan dengan Al-Quran,
maka dilakukan cara Al-Taufiq baina Al-Adilli (mengkompromikan berbagai ayat
dan hadist yang tampaknya kontradiksi tersebut).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata "Hadits" atau al-hadis menurut bahasa, berarti al-jadid (sesuatu yang baru). Kata
hadis juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain.
Dari berbagai definisi hadits diatas diketahui terdapat berbagai macam hadits yaitu hadits
dilihat dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang dimaksud segi kuantitasnya adalah
penggolongan hadits yang ditinjau dari banyaknya rowi yang meriwayatkan hadits.
Sedangkan hadits dari segi kualitasnya adalah penggolongan hadits dilihat dari aspek
diterima atau ditolaknya.
Seluruh umat islam telah sepakat bahwa hadist merupakan salah satu sumber ajara
islam. Keharusan mengikuti hadist bagi umat islam ( baik berupa perintah maupun
larangannya ) sama halnya dengan mengikuti Al- Quran. Hal ini karena hadist
merupakan mubbayyin ( penjelas) terhadap Al-Quran, yang karena siapa pun tidak
akan bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan mengusai hadist. Begitu pula
halnya menggunakan hadist tanpa Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan dasar
hukum pertama, yang didalam nya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara
hadist dengan Al-Quran memiliki kaitan nya yang sangat erat, untuk memahami dan
mengamalkannya tidak daopat dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadist sebagai sumber ajaran islam,
dapat dilihat dari beberpa dali naqli ( Al-Quran dan hadist ) dan aqli ( rasional),
seperti halnya dibawah ini :
beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul sebagai utusan Alllah
swt, merupakan suatu keharusan dan sekaligus kebutuhan setiap individu. Dengan
demikian, Allah akan memperkokoh dan mempebaiki keadaan merwka. Hal ini,
sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran : 17 dan An-nisa’ : 36.
13
DAFTAR PUSAKA
http://ahsinunniam.blogspot.com/2016/04/makalah-sunnah-sebagai-sumber-
hukum.html
Ibid, hal.43
Ibid, hal.44
Ibid, hal.42
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, juz II ( Beirut: Dar Al-Fikr,1988 ),162
14