HADIS MAUDHU
Dalam hubungan dengan sanad, dikenal juga istilah Musnid, Musnad, Isnad .
Hadis muttawatir secara kebahasaan adalah isim fail dari kata al-tawatur,
yang berarti at-tatabuk, yaitu berturut-turut. Menurut istilah ulama hadis,
mutawatir berarti Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil
menurut adat bahwa mereka bersepakat untuk berbuat dusta.”
Dari defenisi di tsb dapat disimpulkan bahwa hadis mutawatir adalah hadis
yang memiliki sanad yang pada setiap tingkatannya terdiri atas perawi yang
banyak dengan jumlah yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin
bersepakat untuk melakukan kebohongan terhadap hadis yang mereka
riwayatkan tersebut.
Hadits ahad, Kata ahad berarti satu, khabar al-wahid adalah khabar yang
diriwayatkan oleh satu orang. Menurut istilah ilmu hadis, hadis ahad berarti :
Hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
a) Hadis Masyur
Secara bahasa, kata masyur adalah isim maf’ul dari syahara yang berarti
“al-zuhur” yaitu nyata. Sedangkan pengertian hadis masyur menurut istilah
ilmu hadis adalah : Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih,
pada tiap tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir.
b) Hadis Aziz
Menurut bahasa adalah sama dengan asy-syarif atau al-qawiyyu, yaitu
yang mulia atau yang kuat. Sedangkan menurut pengertiannya adalah Hadis
yang diriwayatkan oleh dua orang dari dua orang.
c) Hadis Garib
Garib menurut bahasa adalah : (1) Ba’idun ‘anil wathani (yang jauh dari
tanah air) dan (2) Kalimat yang sukar dipahami. Adapun menurut istilah :Hadis
garib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi. Penyendirian rawi
dalam meriwayatkan hadis itu dapat mengenai orangnya, yakni tidak ada orang
lain yang meriwayatkan selain rawi itu sendiri.
Perbedaan hadis muttawatir dan hadis ahad:
perbedaan antara hadits Mutawatir dan Hadita ahad hanya terletak pada
jumlah perawinya, bukan pada kuat atau dhoifnya kwalitas perawi. Karena
pembahasan tentang kwalitas rawi akan lebih lebar lagi. Sehingga jika ada
pertentangan hadits antara Mutawatir dan Ahad, tentunya akan dimenangkan
oleh Mutawatir, karena bebarapa alasan dan keunggulan yang telah kami
paparkan diatas.
Hadits shahih berasal dari kata الصحيخyang artinya sehat atau tanpa
cacat. Jadi pengertian hadits shahih adalah hadits yang berasal dari orang yang
dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya. hadis yang muttasil
(bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan dhobith(kuat daya
ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan (syadz), dan cacat
(‘ilat).
ciri-ciri dari hadits shahih
1. Diriwayatkan oleh perawi hadits yang jujur, terpercaya, baik pengamalan
agamanya, dan sempurna ingatan dan hafalannya.
2. Para perowi yang terdekat dalam sanad harus sejaman.
3. Rangkaian sebuah perawi dalam sanad itu haruslah bersambung mulai dari
perowi pertama hingga pada perowi terakhir.
4. Para perowinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal siqat, dalam arti
adil dan dhobith.
Syarat Hadits Shahih
Sanadnya Bersambung
Perawinya Bersifat Adil
Perowinya Bersifat Dhobith( cerdas )
Tidak Syadz
Tidak Ber’ilat ( suatu perkara yang bisa merusak ke shohihan hadis/samar”
janggal ( adanya perlawanan/ pertentangan hadis yang diriwayatkan rawi yang
makbur berlawanan dengan rawi yang lebih raziq/siko )
Pembagian Hadits Shahih
- Hadis Shahih li dzati: syarat-syarat lima tersebut benar-benar telah terbukti
adanya,bukan dia itu terputus tetapi shahih dalam hakikat masalahnya,
karena bolehnya salah dan khilaf bagi orang kepercayaan.
- Hadis Shahih Li Ghoirihi : hadis tersebut tidak terbukti adanya lima syarat
hadis shahih tersebut baik keseluruhan atau sebagian. Bukanlah berarti
sama sekali dusta, mengingat masih bolehnya berlaku bagi orang yang
banyak salah.
Kehujahan Hadits Shahih
Hadits yang telah memenuhi persyaratan hadits shahih wajib diamalkan
sebagai hujah atau dalil syara’ sesuai ijma’ para uluma hadits dan sebagian
ulama ushul dan fikih. Kesepakatan ini terjadi dalam soal-soal yang berkaitan
dengan penetapan halal atau haramnya sesuatu, tidak dalam hal-hal yang
berhubungan dengan aqidah.
HADIS HASAN
Secara bahasa, hasan berarti al-jamal, yaitu indah. Hasan juga dapat juga
berarti sesuatu sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu.jadi hadis
hasan adalah semua hadits yang diriwayatkan, dimana dalam sanadnya tidak
ada yang dituduh berdusta, serta tidak ada syadz (kejangalan), dan diriwatkan
dari selain jalan sepereti demikian, maka dia menurut kami adalah hadits
hasan.
Secara bahasa, hadits dhaif berarti hadits yang lemah. Para ulama memiliki
dugaan kecil bahwa hadits tersebut berasal dari Rasulullah SAW. Dugaan kuat
mereka hadits tersebut tidak berasal dari Rasulullah SAW. Adapun para ulama
memberikan batasan bagi hadits dhaif sebagai berikut : “ Hadits dhaif ialah
hadits yang tidak memuat / menghimpun sifat-sifat hadits shahih, dan tidak
pula menghimpun sifat-sifat hadits hasan”.
Ciri ciri hadits dhaif
Periwayatnya seorang pendusta/ tertuduh pendusta
Banyak membuat kekeliruan
Suka pelupa
Suka maksiat/fasik
Periwayatannya tidak dikenal
Banyak angan – angan
Penganut bid’ah bidang aqidah
Tidak baik hafalannya
Kehujahan dan Sikap Ulama Terhadap Hadits Dhaif
Sebenarnya kalau kita mau jujur dan objektif, sikap ulama terhadap hadits
dhaif itu sangat beragam. Setidaknya kami mencatat ada tiga kelompok besar
dengan pandangan dan hujjah mereka masing-masing. Dan menariknya,
mereka itu bukan orang sembarangan. Semuanya adalah orang-orang besar
dalam bidang ilmu hadits serta para spesialis.
Maka posisi kita bukan untuk menyalahkan atau menghina salah satu
kelompok itu. Sebab dibandingkan dengan mereka, kita ini bukan apa-apanya
dalam konstalasi para ulama hadits.
2. Hadits Mubham
Mubham (Samar) adalah Apa-apa yang tidak disebutkan namanya secara
jelas, baik dalam Sanad maupun Matan. Misalnya anda mengatakan: ‘Aku
mendengar seseorang berkata’, anda tidak menyebutkan nama orang ini.
Maka inilah yang disebut Mubham. Contoh lain :
ط ِع ُمْ ُ ت:ال
َ َي صلى هللا عليه وسلم أَيُّ ااْل ِ ْساَل ِم َخ ْيرٌ؟ ق
َّ ِف اِ َّن َر ُجاًل َسأ َ َل النَّب ِ َعلَى َم ْن ع ََر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع
ْ ْر
الطَّ َعا َم َوتَ ْق َرأُ ال َّساَل َم.
Bahwa seorang laki laki telah bertanya kepada Rasulallah Saw katanya:
(perbuatan) Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi Saw: ialah kamu
merangsum makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal
dan yang belum kamu kenal. (HR. Bukhari Muslim).
3, Hadits Majhul
-Majhul ‘Ain (Samar orangnya) yaitu seorang Rawi yang tidak punya murid
(yang meriwayatkan darinya) kecuali 1 saja, dan tidak ada seorangpun yang
men-ta’dil (memuji) nya tidak juga men-jarh (mencela) nya.
Contohnya jika dalam Sanad anda menemukan nama ‘Abdulloh bin Abi Sa’id
Al-Bashry, dia tidak punya guru kecuali Al-Hasan Al-Bashry, dan tidak punya
murid kecuali Yazid bin Harun. Maka Ibn Abi Hatim mengatakan dia Majhul,
yakni Majhul ‘Ain.
- Majhul Hal (Samar keadaannya) yaitu seorang Rawi yang punya murid lebih
dari 1, tetapi tidak ada yang men-ta’dil nya ataupun men-jarh nya dari Ulama
yang adil. Majhul Hal diistilahkan juga dengan mastur, jadi orangnya dikenal,
tapi keadaannya (baik buruknya) belum diketahui. Contohnya ‘Abdulloh Al-
Hanafy Teman Anas bin Malik, meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, dia
memiliki murid Al-Akhdor bin ‘Ijlan, dan ‘Ubaidulloh bin Syamith, juga
‘Abdulloh bin Syamith. Berkata ibnu Hajar: ‘keadaannya tidak diketahui’
yakni Majhul Hal.
5 ) Hadits Mudhtharib
Mudhtharib adalah bentuk isim fa’il dari kata kerja Idhthoroba yang berarti
semrawut dan tidak beraturan.
Adapun dalam ilmu hadits, hadits ini didefinisikan oleh sebagian ulama
dengan :
Maksud dari definisi tersebut adalah bahwa hadits Mudhtharib adalah hadits
yang diriwayatkan dengan banyak bentuk yang berbeda-beda dan saling
bertentangan, dimana tidak mungkin sama sekali bagi hadits itu untuk
dikompromikan. Dan seluruh riwayat tersebut sama kuatnya dari semua sisi,
yang tidak memungkinkan untuk mentarjih (memilih yang paling kuat) salah
satunya dari yang lain.
Dari sini jelaslah bahwa sebuah hadits tidak dinamakan Mudhtharib, kecuali
ada padanya dua unsur dibawah ini, yaitu :
6) Hadits Mushahhaf
Menurut bahasa, mushahhaf merupakan isim maf'ul dari lafadz "shahafa" (
َص َّحف
َ ) yang artinya adalah salah mengucapkan atau membuat kekeliruan,
sedangkan mushahhaf sendiri berarti sesuatu yang dikelirukan.
Menurut istilah "Yaitu hadits yang terdapat perubahan ucapan-ucapan huruf
di dalam matan atau di dalam sanadnya".
Contoh :
Hadits maudhu
1. Motivasi politik
2. Permusuhan dari musuh musuh islam seperti kaum zindiq
3. Sikap fanatik buta terhadap bangsa, suku, bahasa/ pemimpin
Contoh : fanatik terhadap bahasa persia dengan membuat hadis “
sesungguhnya bahasa yang dipakai di sekitar arsy adalah menggunakan
bahasa persi
4. Membuat cerita dan kisah kisah
5. Perbedaan pendapat ilmu fikih dan ilmu kalam
Contoh : berkumur menghirup air sebanyak 3 kali itu hukumnya fardu
6. Semangat yang berlebihan dalam beribadah tanpa disertai dengan
pengetahuan agama
Contoh : barangsiapa yang membaca surat yasin pada malam hari maka
pagi pagi nya diampuni dosanya
7. Usaha untuk mendekatkan diri kepada pemerintah/ penguasa
Contoh : tidak ada yang namanya lomba lomba kecuali memanah,
pacuan kuda/ lomba burung merpati
Tanda-tanda Hadis Maudhu’
1. Tanda-tanda pada sanad
a. Perawi terkenal berdusta (seorang pendusta) dan hadisnya tidak
diriwayatkan oleh orang yang dapat dipercaya.
b. Pengakuan dari rawi bahwa ia telah memalsukan hadis.
2. Tanda-tanda pada matan
a. Buruk susunannya dan lafadznya.
b. Rusak maknanya.
Upaya Penanggulangan
Para ulama telah sepakat atas keharaman pembuatan hadis palsu secara
mutlak. Seperti pada sabda nabi yaitu “Artinya: al-Mughiroh berkata saya
mendengar Nabi saw bersabda : "Sungguh berdusta atas (nama)-ku tidak sama
dengan berdusta atas seseorang (selain aku), barangsiapa yang berdusta
atasku dengan sengaja maka hendaknya dia menempati tempat duduknya di
neraka"
Klasifikasi Hadits ditinjau dari sumber beritanya
HADITS QUDSI
Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan oleh
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dari perkataan-perkataan beliau kepada
Allah ta’ala.
Bentuk-Bentuk Periwayatan
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar
radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang
diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman : ”Wahai hamba-Ku,
sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan
Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di
antara kalian”.
HADITS MARFU
kalau diriwayatkan satu hadits dari seorang sahabi, tetapi tabi’I yang
menceritakan daripadanya berkata :
1. يرفعه, artinya : ia merafa’kannya (kepada nabi SAW)
2. ينميه,artinya : ia meriwayatkannya (kepada nabi SAW)
3. يرويه, artinya : ia meriwayatkannya (dari nabi SAW)
4. يبلغ به, artinya : ia menyampaikannya (kepada nabi SAW)
5. رواية, artinya : dengan meriwayatkan (sampai nabi SAW)
Maka semua lafadz itu menunjukan bahwa hadits atau riwayatnya menjadi
marfu’.
Jika seorang shahabi berkata :
1. مضت السنّة,artinya : telah lalu perjalanan,
2. من السنّة, artinya : menurut perjalanan,
3. كنّا نفعل كذا في عهد النب ّي صلعم, artinya kami berbuat demikian di zaman nabi,
4. كنّا نفعل كذا و النب ّي صلعم ح ّي, artinya kami berbuat demikian, padahal
rasulullah masih hidup
Kalau diakhir sanadnya ada ungkapan مرفوعا.
Hal sahabat menafsirkan Qur’an, termasuk juga dalam bahsan marfu’
Macam-Macamnya
Marfu’ secara hukum maksudnya adalah isinya tidak terang dan tegas
menunjukkan marfu’, namun dihukumkan marfu’ karena bersandar pada
beberapa indikasi.
Contohnya
2. Perkataan yang marfu’ secara hukum : seperti perkataan dari shahabat yang
tidak mengambil dari cerita Israilliyaat berkaitan dengan perkara yang terjadi
di masa lampau seperti awal penciptaan makhluk, berita tentang para nabi.
Atau berkaitan dengan masalah yang akan datang seperti tanda-tanda hari
kiamat dan keadaan di akhirat. Dan diantaranya pula adalah perkataan
shahabat : “Kami diperintahkan seperti ini”; atau “kami dilarang untuk begini”;
atau termasuk sunnah adalah melakukan begini”.
HADITS MAUQUF
Contohnya
Hadits Mauquf sanadnya ada yang shahih, hasan, atau dla’if. Hukum asal pada
hadits mauquf adalah tidak boleh dipakai berhujjah dalam agama.
HADITS MAQTHU’
Contohnya
HADIS MUTTASHIL
Hadis muttashil adalah hadits yang bersambung sanadnya, di mana tiap – tiap
rawi dalam sanadnya mendegar dari rawi di atasnya, begitu seterusnya sampai
kepada akhir sanadnya, baik akhir sanadnya itu sampai kepada nabi SAW atau
sahabat saja
HADIS MUSNAD
Menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari kata asnada yang berarti
menyandarkan atau menisbahkan.
Menurut istilah: hadits yang sanadnya bersambung secara marfu’ kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Contoh
Hadits yang dikeluarkan oleh Bikhari, yang berkata, “Telah bercerita kepada
kami Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abi Zanad dari Al-A’raj dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seekor
anjing meminum di dalam bejana kalian, maka cucilah sebanyak tujuh kali.”
HADITS MU’AN’AN
Mu’an’an adalah suatu metode meriwayatkan hadits dengan
menggunakan kata ‘an (dari), seperti ‘an fulaanin, ‘an fulaanin, ‘an
fulaanin, tanpa menyebutkan kata-kata yang jelas dan meyakinkan sebagai
indikasi adanya mendengar, menceritakan, atau mengabarkan dari rawi
sebelumnya, namun disyaratkan harus tetap dengan menyebut nama rawi-
rawinya.
Haddatsana ‘ubaidullahi ibnu ‘umaro haddatsana ‘abdul a’la haddatsana
muhammadu ibnu ishaq ‘an nafi’in ‘an ibnu ‘umaro an-nabiyyi sollaullahu
‘alaihi wasallam labbada ro sahu bil ngasli
HADITS MU’ANNAN
HADIS MUSALSAL
Hadits musalsal adalah salah satu model periwayatan hadits dari masa Nabi kepada para perawi secara turun
temurun, bahkan hingga sekarang. Secara bahasa, musalsal bermakna berturut-turut. Ulama memberikan definisi
bahwa hadits musalsal adalah hadits yang disampaikan para perawi secara berurutan dan sama dalam keadaan dan
situasi tertentu, baik secara perbuatan maupun perkataan