Anda di halaman 1dari 17

PERTUKARAN DAN JUAL BELI

DALAM FIKIH MUAMALAH


(SESI 3)

DR. DENI K. YUSUP, M.AG


MOBILE PHONE: 081322457211
EMAIL: DKYUSUP@UINSGD.AC.ID
FB/IG/TWITTER: @DENIKYUSUP
KLASIFIKASI AKAD PERTUKARAN
A. Pertukaran antar-barang sejenis:
1. Sharf: pertukaran uang dengan uang
2. Barter: pertukaran barang dengan barang
B. Pertukaran antar-barang tidak sejenis:
1. Buyu’: pertukaran uang dengan barang
Jual beli khusus:
a. Murabahah
b. Salam
c. Istishna
d. Wafa’
2. Ijarah: pertukaran barang dengan uang
A. 1. SHARF
• Pengertian
• Penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli.
• Memperjualbelikan uang dengan uang yang sejenis maupun tidak sejenis.
• Pelaksanaan di bank-bank devisa atau money changer,
• Dasar hukum
• al-Qur’an: Q.S. Al-Kahfi (18) : 19
”Maka suruhlah salah seorang diantaramu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu....”.
• Hadits Nabi:
”Diriwayatkan oleh Abu Ubadah bin ash Shamid berkata bahwa telah
bersabda Rasulullah SAW “emas (hendaklah dibayar) dgn emas, perak dgn
perak, bur dengan bur, syair dengan syair, kurma dgn kurma, dan garam
dengan garam, sama dan sejenis haruslah dari tangan ke tangan (sah). Maka
apabila berbeda jenisnya juallah sekehendak kalian dgn syarat kontan” (H.R.
Muslim).
• Emas dgn perak adalah riba kec secara tunai (HR Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu
Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Umar bin Khattab)
SYARAT-SYARAT SHARF
• Transaksi dilakukan secara tunai (spot).
• Tujuan pertukaran adalah bukan untuk spekulasi.
• Bukan transaksi bersyarat.
• Transaksi berjangka dilakukan dengan pihak
yang mampu menyediakan valuta asing.
• Barang atau uang dikuasai oleh penjual.
FATWA DSN-MUI
• Fatwa DSN No. 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
• Ketentuan sharf dalam Fatwa DSN:
• Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
• Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga
(simpanan)
• Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang
sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (al-
taqabudh)
• Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan
nilai tukar yang berlaku pada saat transaksi dilakukan
dan secara tunai
JENIS TRANSAKSI SHARF

• Transaksi Spot
• Transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
untuk penyerahan pada saat itu (over the
counter) atau penyelesaiannya paling lambat
dalam jangka waktu 2 hari
• Hukumnya boleh karena dianggap tunai,
sedangkan waktu 2 hari dianggap sebagai
proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari
dan merupakan transaksi internasional
A.2. BARTER
• Islam pada prinsipnya membolehkan terjadinya
pertukaran barang dengan barang (barter), namun tidak
dianjurkan karena ia mengandung unsur riba.
• Barang ribawi meliputi:
• Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya.
• Bahan makanan pokok seperti beras, gandum, dan jagung serta bahan
makanan tambahan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
• Dasar hukum riba:
• al-Qur’an: Q.S.Ar-Rum (30): 39, an Nisa (4): 160-161, Ali Imron (3): 130, dan
al Baqarah (2): 278-279.
• Hadits: Kurma Barni (dari Abu Said al-Khudri )
KETENTUAN BARTER
• Pertukaran antara barang-barang ribawi sejenis: dalam
jumlah dan kadar yang sama dan harus diserahkan saat
transaksi.
• Pertukaran barang-barang ribawi yang berlainan jenis:
boleh jumlah dan kadar yang berbeda asalkan barang
diserahkan pada saat akad. Mis. Rp.10.000 dgn 1$ US
• Pertukaran barang ribawi dengan yang bukan ribawi
tidak disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk
diserahkan pada saat akad. Mis. mata uang (emas, perak,
atau kertas) dengan pakaian.
• Pertukaran antara barang-barang yang bukan ribawi:
boleh tanpa persamaan dan diserahkan pada waktu
akad. Misalnya pakaian dengan barang elektronik.
• Psl 99 KHES: Persyaratan yang berlaku pada jual beli juga
berlaku pada barter.
B.1. AL-BAI’/AL-BUYU` (JUAL BELI)
• Pengertian
• Pertukaran harta atas dasar saling rela
atau memindahkan milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan (berupa alat
tukar yang sah).
• Al-Bai’ adalah jual beli antara benda
dengan benda, atau pertukaran benda
dengan uang (Pasal 20 angka 2 KHES)
DASAR HUKUM AL-BUYU
• Al-Qur`an:
• - “…padahal Allah telah membolehkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (Q.S. al-Baqarah (2): 275).
• - “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali
denn jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
di antara kamu” (Q.S. an Nisa (4): 29).
• Hadits Rasul:
• “Rasulullah SAW ditanya salah seorang sahabat mengenai
pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah ketika
itu menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual
beli yang diberkati” (H.R. al-Bazzar dan al-Hakim)
• “Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar
(tempatnya disorga) dengan para Nabi, para Siddiqin, dan
para Syuhada.” (H.R. Turmudzi)
RUKUN JUAL
Rukun Jual Beli BELI Unsur Jual Beli
Menurut Syariah (Pasal 56 KHES)

1. Penjual dan pembeli 1. Pihak-pihak


2. Uang dan barang 2. Obyek
3. Ijab kabul 3. Kesepakatan
SYARAT OBYEK JUAL BELI
SYARI’AH KHES (Pasal 76)

1. Suci 1. Harus sudah ada


2. Bermanfaat 2. Harus dapat diserahkan
3. Dapat diserahkan 3. Harus berupa barang yang memiliki nilai/harga
4. Milik penjual tertentu
5. Diketahui penjual 4. Harus halal
dan pembeli: Zat, 5. Harus diketahui pembeli
bentuk, ukuran, dan 6. Kekhususan obyek harus diketahui
sifatnya jelas 7. Penunjukan dianggap memenuhi syarat kekhususan
obyek jika obyek itu ada di tempat jual beli
8. Sifat obyek yang dapat diketahui secara langsung
oleh pembeli tidak memerlukan penjelasan lebih
lanjut
9. Harus ditentukan secara pasti pada waktu akad
IJAB DAN QABUL DALAM JUAL BELI
• Fikih: Lafaz harus memenuhi beberapa syarat:
• Keadaan ijab dan kabul berhubungan dan
belum berselang lama.
• Makna keduanya hendaklah sama walaupun
lafaz keduanya berlainan.
• Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan
yang lain, seperti katanya, “Kalau saya pergi,
saya jual barang ini sekian.”
• Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu
seperti sebulan atau setahun tidak sah.
• Pasal 64 KHES: “Jual beli terjadi dan mengikat
ketika obyek jual beli diterima pembeli, sekalipun
tidak dinyatakan secara langsung”
KEABSAHAN AKAD JUAL BELI
SYARI’AH KHES (Pasal 27-28)
• Jual beli Sahih • Akad yang sah
Memenuhi rukun dan syarat Terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Tidak
sahnya jual beli, kecuali jika: bertentangan dengan syariah Islam,
menzalimi pihak dalam jual beli, peraturan perundang-undangan, ketertiban
menyempitkan gerakan pasar, dan umum, dan atau kesusilaan
merusak ketentraman umum • Akad yang fasad/dapat dibatalkan
• Jual beli Fasid Akad yang terpenuhi rukun dan syarat-
Apabila salah satu rukun masih syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain
boleh diperbaiki yang merusak akad tersebut karena
• Jual beli Batal pertimbangan maslahat
Apabila tidak memenuhi salah • Akad yang batal/batal demi hukum
satu rukun atau syarat sahnya jual Akad yang kurang rukun dan atau syarat-
beli syaratnya
CONTOH JUAL BELI YANG DILARANG
• Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari
harga pasar, dengan tujuan orang lain tidak dapat
membeli barang itu.
• Membeli barang yang sudah di beli orang lain yang masih
dalam masa khiyar.
• Jual beli yang disertai tipuan.
• Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual kembali
dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat
umum memerlukan barang itu.
• Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian
dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya.
• Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar
kota, lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke
pasar dan mereka belum mengetahui harga pasar.
CONTOH JUAL BELI FASID
• Jual Beli al-Majhul: Yaitu jual beli yang barangnya
secara global tidak diketahui atau tidak jelas yang
membawa perselisihan.
• Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat.
• Jual beli ajal yaitu suatu jual beli dengan pembayaran
tangguh yang menyerupai dan mengarah kepada
riba.
• Menjual barang yang (tidak ada) di tempat atau tidak
dapat diserahkan pada saat jual beli berlangsung,
sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli.
• Jual beli yang dilakukan oleh orang buta.
• Jual beli dengan barter harga yang diharamkan. Jual
beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat
dipisahkan dari satuannya.
• Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum
sempurna matangnya untuk dipanen.
CONTOH JUAL BELI BATAL
• Jual beli sesuatu yang tidak jelas barangnya (bai`
al-ma`dum). Misalnya, ijon, Jual-beli anak sapi yang
masih diperut induknya.
• Menjual barang yang tidak dapat diserahkan pada
pembeli (bai’ ma`juzi at taslim).
• Jual beli yang tidak jelas (bai` al-gharar).
• Jual beli benda yang dikategorikan najis (bai`u an
najas). Semua benda yang termasuk najis dan tidak
bernilai menurut syari`at tidak boleh
diperjualbelikan.
• Memperjualbelikan hak bersama umat manusia
(kepemilikan kolektif) dan tidak boleh/dilarang
diperjualbelikan.
• Jual beli benda yang dikategorikan kepada najis
dan tidak bernilai.

Anda mungkin juga menyukai