Anda di halaman 1dari 18

KETENTUAN DALAM JUAL

BELI
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5

Alfina Okki Ismawati 2019514900


Dhiya Nabilasari Widagdo.P 2019514873
Cicik Triyana 2019514815
Evita Retno Sari 2019514848
Nawang Pramesti 2019514854
Ilham Riangga 2019514965
Ramadhani Risma L.S 2019514820
Vivi Arlita 2019514918
LATAR BELAKANG

Jual beli merupakan aktifitas sehari-hari agar kebutuhan dapat terpenuhi.


Kemampuan masyarakat yang berbeda beda dalam memenuhi kebutuhan
membutuhkan sebuah Lembaga keuangan hadir dengan memberikan jasa
pembiayaan. Kemampuan masyarakat yang berbeda beda dalam memenuhi
kebutuhan membutuhkan sebuah Lembaga keuangan hadir dengan memberikan jasa
pembiayaan.
Jual beli dalam konsep Islam sangat melarang adanya hal-hal yang dapat merugikan
orang lain demi keuntungan yang ingin diperolehnya.
Pembiayaan murabahah merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang
pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu yang di
tambah di atas biaya perolehan. Dengan demikian di tinjau dari aspek hukum Islam,
maka praktik murabahah ini di bolehkan baik menurut Al-Qur’an, Hadis, maupun
ijma’ ulama-ulama.
PEMBAHASAN

1. Pengertian Rukun Jual Beli


2. Rukun akad murabahah
3. Perbedaan pendapat dalam menetapkan persyaratan jual beli menurut pendapat
setiap ulama
4. Macam-macam jual beli
5. Berkenaan dalam jual beli yang dilarang dalam islam
PENGERTIAN JUAL BELI

Perbedaan pendapat menurut beberapa ulama dalam mendefinisikan jual beli :


Menurut Ulama Hanafiah, jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta
berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan )
Menurut Imam Nawawi, dalam Al-Majumu yang dimaksud dengan jual beli
adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan
Menurut Ibnu Qudamah, dalam kitab Al-Mugni, yang dimaksud dengan jual beli
adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.
RUKUN AKAD MURABAHAH

Rukun akad murabahah terdiri dari:


1) Ba’i (penjual)
2) Musytari (pembeli)
3) Mabi’ (barang yang akan diperjualbelikan
4) Tsaman (harga)
5) Shighat/Ijab Qabul (pernyataan serah terima/kontrak)
SYARAT JUAL BELI

1. Menurut Ulama Hanafiah


Persyaratan yang dietetapkan oleh ulama Hanafiah berkaitan dengan syarat jual beli antara lain berkaitan dengan :
Syarat Terjadinya Akad adalah syarta-syarat yang telah ditetapkan syara. Jika persyaratan ini tidak dapat dipenuhi, maka
jual beli dianggap batal. Tentang syarat ini, ulama Hanafiah menetapkan empat syarat:
a.Syarat Aqid (orang yang akad)
b.Syarat dalam Akad
c.Tempat Akad
d.Objek Akad (Ma’qud’alaih)
2. Menurut Mazhab Maliki
Syarat-syarat yang dikemukakan oleh ulama Malikiyah yang berkenaan dengan
aqid, sighat, ma’qud’alaih
a. Syarat Aqid adalah penjual dan pembeli
b. Syarat dalam Sighat yaitu tempat akad harus bersatu dan pengucpan ijab dan qabul tidak terpisah.
c. Syarat yang diharamkan

3. Madzhab Syafe’iyah
Ulama Syafi’iyah mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan dengan adiq, shighat, dan
ma’qud’alaih. Persyaratan tersebut adalah :
Syarat Aqid
a. Dewasa atau sadar.
b. Tidak dipaksa atau tanpa hak
c. Islam
d. Pembeli bukan musuh
II. Syarat Sighat
 Berhadap-hadapan
 Ditujukan pada seluruh badan yang akad
 Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab
 Harus menyebutkan barang atau harga
 Ketika mengucapkan shighat disertai niat
 Pengucapaan ijab dan qabul, jual beli yang dilakukannya batal
 Ijab qabultidak terpisah
 Tidak berubah lafazh
 Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain
 Bersesuaian dengan ijab dan qabul secara sempurna
 Tidak dikaitkan dengan sesuatu
 Tidak dikaitkan dengan waktu
III. Syarat Mau’qad’alaih (barang)
 Suci
 Bermanfaat
 Dapat diserahkan
 Barang milik sendiri atau menjadi wakil orag lain
 Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad

4. Mazbah hambali
Menurut ulama hanabilah, persyaratan jual beli terdiri atas 11 syarat, baik dalam
aqid,shighat, dan ma’qud ‘alaih :
Syarat Aqid
- Dewasa
- Ada Keridhaan
b. Syarat Shighat
- Berada ditempat yang sama
- Tidak terpisah, antara ijab dab qabul .
- Tidak dikaitkan dengan sesuatu

c. Syarat Mau’qud ‘Alaih (barang)


- Harus berupa harta.
- menjual barang tanpa seiring pemiliknya
- Barang dapat diserahkan Ketika akad
- Barang diketahui oleh penjual dan pembeli
- Harga diketahui oleh kedua belah pihak akad
- Terhindar dari riba
MACAM-MACAM JUAL BELI

Jual beli dapat dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sudut pandang yang
berbeda sebagai berikut:
a) Jual beli dilihat dari sisi obyek dagangan, dibagi menjadi:
1) Jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang. Jual beli sebagaimana yang
dilakukan layaknya masyarakat umum disekeliling kita.
2) Jual beli ash sharf, yaitu penukaran uang dengan uang. Saat ini seperti yang
dipraktekkan dalam penukaran mata uang asing.
3) Jual beli muqabadlah, jual beli barter, jual beli dengan menukar barang dengan
barang.
b).Jual beli dilihat dari sisi cara standarisasi harga:
1.Jual beli yang memberi peluang bagi calon pembeli untuk menawar barang
dagangan, dan penjual tidak memberikan informasi harga beli
2.Jual beli amanah, jual beli dimana penjual memberitahukan harga beli barang
dagangannya dan mungkin tidaknya penjual memperoleh laba. Jual beli jenis ini
dibagi lagi menjadi tiga jenis:
a)Murabahah
b)Wadli’ah
c)Jual beli tauliyah
3. Jual beli muzayadah (lelang), yakni jual beli dengan cara penjual menawarkan
barang dagangannya, lalu pembeli saling menawar dengan menambah jumlah
pembayaran dari pembeli sebelumnya, lalu si penjual akan menjual dengan
harga tertinggi dari para pembeli tersebut
4. Jual beli munaqadlah (obral), yakni pembeli menawarkan untuk membeli barang
dengan kriteria tertentu lalu para penjual berlomba menawarkan dagangannya.
5. Jual beli muhathah, yaitu jual beli barang dimana penjual menawarkan diskon
kepada pembeli. Jual beli jenis ini banyak dilakukan oleh super market/mini
market untuk menarik pembeli.
JUAL BELI YANG DILARANG ISLAM

Berkenaan dengan jual beli, yang dilarang dalam islam Wahbah Al-Juhalili meringkasnya
sebagai berikut :

Terlarang sebab shighat


Terlarang sebab ahliah (Ahli Akad) • Jual beli mu’atah
a) Jual beli orang gila
• Jual beli melalaui surat atau melalui tulisan
b) Jual beli anak kecil
• Jual beli dengan isyarat atau tulisan.
c) Jual beli orang buta
• Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad
d) Jual beli terpaksa Jual beli fudhul
• Jual beli tidak sesuai antara ijab dan qabul
e) Jual beli orang yang terhalang
• Jual beli munji
3. Terlarang sebab barang jualan

 Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada.
 Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan
 Jual beli gharar.
 Jual beli barang-barang haram dan najis
 Jual beli air
 Jual beli yang tidak ada pada penjual
 Jual beli buah-buahan
4. Terlarang sebab syara’

 Jual beli riba


 Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan
 Jual beli hasil pencegatan barang
 Jual beli pada saat adzan jum’at
 Jual beli anggur yang dijadikan khmar
 Jual beli barang yang sedang di beli oleh orang lain
 Jual beli bersyarat.
 Jual beli induk tanpa anaknya yang masih kecil.
KESIMPULAN

Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama tentang jual beli dengan dua harga. Mazhab Hanafi
menyatakan jual beli tergolong fasad, karena faktor harga tidak jelas. Namun transaksi itu menjadi sah
jika pembeli menyetujui salah satu dari harga tunai atau kredit.
Ada Sebagian kaum muslim yang memahami bahwa harga jual beli kredit haruslah sama
harganya dengan harga jual beli tunai. Mereka berpendapat jika harganya tidak sama, maka itu
terjatuh pada riba. Jual beli semacam ini adalah dua akad jual beli yang hukumnya haram karena tidak
dipastikan salah satu harga jual belinya
Jadi kesimpulannya, boleh saja seseorang menawarkan barang dengan dua harga atau bahkan banyak
harga, tetapi dengan kesepakatan (akad jual belinya) wajib disepakati dengan satu harga saja.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai