Anda di halaman 1dari 16

JUAL BELI DALAM ISLAM

MENURUT MAZHAB
HANAFI,MALIKI,HANBALI,SYAFI’I

KELOMPOK 11
IKHSAN MUHAMMAD SYAFI (22103041078)
DHIMAS ADHITIYA DHARMAWAN (22103041085)

ARIF BUDI LAKSONO (22103041061)


PENGERTIAN
Dalam Pengertian jual beli menurut istilah fuqaha’, terdapat beberapa pendapat di kalangan para Imam madzhab
1. Madzhab Hanafi
Menurut madzhab Hanafi, jual beli ialah pertukaran suatu harta dengan harta yang lain menurut cara tertentu.
2. Madzhab Syafi’i
jual beli ialah pertukaran sesuatu harta benda dengan harta benda yang lain, yang keduanya boleh di-tasharruf-
kan (dikendalikan), dengan ijab dan qabul menurut cara yang diizinkan oleh syari’at.
3. Madzhab Hanbali
Menurut ulama Hanbali jual beli menurut syara’ ialah menukarkan harta dengan harta atau menukarkan manfaat
yang mubah dengan suatu manfaat yang mubah pula untuk selamanya
4. Madzhab Maliki
bahwa jual beli adalah akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu penjual dan pembeli,
yang objeknya bukan manfaat, yakni benda, dan bukan kenikmatan seksual
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB
1. Syarat Jual Beli
A. Ulama Hanafi
• Berakal dan mumayyiz
Menurut ulama hanafiah, seorang anak yang berakal dan mumayyiz (berumur tujuh tahun, tetapi
belum balig) dapat menjadi ahli akad. Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa akad
anak mumayyiz bergantung pada izin walinya.
• Aqid harus berbilang (orang yang berakad)
orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat:
1. Berakal
2. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda.
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB
B. Ulama Maliki
Menurut Mazhab Maliki,syarat yang dikemukan oleh mazhab maliki yang berkenaan dengan
aqid (orang yang akad), shighat, dan ma’qud ‘alaih (barang).
a. Syarat aqid
Adalah penjual dan pembeli. Dalam hal ini terdapat tiga syarat, yang ditambah satu bagi penjual:
1. Penjual dan pembeli harusnya mumayyiz.
2. Keduanya merupakan pemilik barang atau yang dijadikan wakil.
3. Keduanya dalam keadaan sukarela, jual beli berdasarkan paksaan adalah tidak sah.
4. Penjual harus sadar dan dewasa.
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB
b. Syarat dan shigat
1. Tempat akad harus bersatu
2. Pengucapan ijab dan kabul tidak terpisah
c. Syarat harga dan yang dihargakan
3. Bukan barang yang dilarang syara’
4. Harus suci, maka tidak boleh menjual kahmar, dan lain-lain
5. Bermanfaat menurut pandangan syara’
6. Dapat diketahui oleh kedua orang yang akad
7. Dapat diserahkan
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB

C. Ulama Syafi’i
syarat yang berkaitan dengan aqid, shigat, dan ma‟qud alaih. Persyaratan tersebut adalah:
a. Syarat Aqid
1. Dewasa atau sadar
2. Tidak dipaksa atau tanpa hak
3. Islam
4. Pembeli bukan musuh
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB

b. Syarat shigat
1.Berhadap-hadapan
2. Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab
3.Harus menyebutkan barang atau harga
4.Ketika mengucapkan shigat harus mengucapkan niat
5.Pengucapan ijab dan kabul harus sempurna
c. Syarat Ma’qud ‘alaih (barang)
6.Suci
7.Bermanfaat
8.Dapat diserahkan
9.Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain
10.
Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB

D. Ulama Hanbali
persyaratan jual beli terdiri atas sebelas syarat, baik dalam aqid, shigat dan ma’qud ‘alaih
a. Syarat Aqid
1. Dewasa
2. Ada keridhaan
Ulama hambali menghukumi makruh bagi orang yang menjual barangnya karena terpaksa atau
karena kebutuhan yang mendesak dengan harga diluar lazim.
b. Syarat Shigat
1. Berada ditempat yang sama
2. Tidak terpisah
3. Tidak dikaitkan dengan sesuatu
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB

c. Syarat Ma’qud ‘Alaih


1. Harus berupa harta
2. Milik penjual secara sempurna
3. Barang dapat diserahkan ketika akad
4. Barang diketahui oleh penjual dan pembeli 24
5. Harga diketahui oleh kedua pihak yang akad
SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI
MENURUT 4 MAZHAB

2. Rukun Jual beli


Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat, yaitu:
1. Penjual
2. Pembeli
3. Shigat
4. Ma’qud ‘Alaih, (objek Akad)
HAL – HAL YANG MERUSAK AKAD JUAL BELI

1. Paksaan/Intimidasi (Ikrah).
Ikrah yakni memaksa pihak lain secara melanggar hukum untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
ucapan atau perbuatan yangtidak disukainya dengan gertakan atau ancaman sehingga menyebabkan
terhalangnya hak seseorang untuk bebas berbuat dan hilangnya kerelaan.
2. Kekeliruan atau kesalahan (Ghalath).
Kekeliruan yang dimaksud adalah kekeliruan pada obyek akad atau kontrak.Kekeliruan bisa terjadi pada
dua hal yaitu pada zat (jenis) obyek, seperti orang membeli cincin emas tetapi ternyata cincin itu terbuat
dari tembaga dan pada sifat obyek kontrak, seperti orang membeli baju warna ungu, tetapi ternyata warna
abu-abu. Bila kekeliruan pada jenis obyek, akad itu dipandang batal sejak awal atau batal demi hukum. Bila
kekeliruan terjadi pada sifatnya akad dipandang sah, tetapi pihak yang merasa dirugikan berhak memfasakh
atau bisa mengajukan pembatalan ke pengadilan.
HAL – HAL YANG MERUSAK AKAD JUAL BELI

3. Penyamaran Harga Barang (Ghabn).


Ghabn secara bahasa artinya pengurangan. Dalam istilah ilmu fiqih, artinya tidak wujudnya keseimbangan
antara obyek akad (barang) dan harganya, seperti lebih tinggi atau lebih rendah dari harga sesungguhnya.
4. At-Tadlis atau at-Taghrir (Penipuan)
Yaitu menyembunyikan cacat pada objek akad agar tampak tidak seperti sebenarnya atau perbuatan pihak
penjual terhadap barang yang dijual dengan maksud untuk memperoleh harga yang lebih besar.
5. Al-Jahalah
Adalah hal mengakibatkan persengketaan yang menyebabkan rusaknya akad.
6. Al-Gharar
Adalah semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian
HAL – HAL YANG SUNNAH JUAL BELI

a. Rasulullah memerintahkan para pedagang untuk selalu berbuat baik, jujur dan bersedekah.
b. Rasulullah memerintahkan untuk bersikap murah hati dan memberi kemudahan dalam menjual dan
membeli.
c. Rasulullah menunaikan hak orang lain dengan sebaik-baiknya dan beliau pun menganjurkan perbuatan
demikian.
d. Rasulullah menganjurkan penjual untuk menerima jika pembeli mengembalikan barang yang telah
dibeli.
e. Rasulullah melakukan penawaran saat membeli, tapi beliau tidak membuat rugi barang dagangan
mereka.
f. Beliau juga memerintahkan untuk memberikan tangguh bagi orang yang kesulitan membayar hutang
dalam waktu yang ditentukan, atau dibebaskan sekalian
HAL HAL YG MAKRUH DALAM JUAL BELI
Hal hal makruh dalam jual beli dalam islam siantaranya adalah berikut ini :
1. bersaing dalam penawaran
2. Penipuan dll.
KESIMPULAN
Jual beli dalam bahasa Arab disebut dengan al-bai’ adalah menukarkan sesuatu dengan sesuatu. Imam Taqiyuddin Al-Hisni dalam kitabnya
Kifayatul Akhyar mengatakan bahwa Al-Bai‟ dalam bahasa Arab adalah memberikan sesuatu dengan ganti sesuatu yang sebanding.
• Menurut madzhab Hanafi, jual beli mengandung dua makna, yakni:
Makna khusus, yaitu menukarkan barang dengan dua mata uang, yakni emas dan perak dan yang sejenisnya. Kapan saja lafal
diucapkan, tentu kembali kepada arti ini.
• Menurut Madzhab Maliki, yakni :
Definisi untuk seluruh satuannya bai‟ (jual beli), yang mencakup akad sharf, salam (jual beli dengan cara titip) dan lain sebagainya.

• Madzhab Syafi‟i mendefinisikan bahwa jual beli menurut syara‟ ialah akad penukaran harta dengan harta dengan cara tertentu

• Menurut ulama Hambali jual beli menurut syara‟ ialah menukarkan harta dengan harta atau menukarkan manfaat yang mubah dengan suatu
manfaat yang mubah pula untuk selamanya.
SILAHKAN BERTANYA

TERIMA KASIH SEMUANYA ATAS SEGALA BENTUK PERHATIANYA


SEMOGA INI MENJADI KENANGAN YANG BERKESAN,
JANGAN SEPERTIA DIA YANG TIDAK MEMBERI PERHATIAN

Anda mungkin juga menyukai