Anda di halaman 1dari 20

JUAL BELI ( BUYU )

KELOMPOK 1
1306142010008

DIANA OKTAVIANI

1306142010028

MEGA SEVIA

1306142010030

MITA YULIA

Dosen Pembimbing : YULIUS, M.Ag

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


T.A 2015 / 2016

PENGERTIAN

Secara etimologi, al-bayu(jual beli) berarti mengambil dan memberikan


sesuatu, dan merupakan turunan dari (depa) karena orang arab terbiasa
mengulurkan depa mereka ketika mengadakan akad jual beli untuk saling
menepukkan tangan sebagai tanda bahwa akad telah terlaksana atau ketika
mereka saling menukar barang dan uang.

Adapun secara terminologi, jual beli adalah transaksi tukar menukar yang
berkonsekuensi beralihnya hak kepemilikan, dan hal itu dapat terlaksana
dengan akad, baik berupa ucapan maupun perbuatan. (Taudhihul
Ahkam,4/211).

Di dalam fiqhus sunnah (3/46) disebutkan bahwa al-bayu adalah transaksi


tukar menukar harta yang dilakukan secara suka rela atau proses
mengalihkan hak kepemilikan kepada orang lain dengan adanya
kompensasi tertentu dan dilakaukan dalam koridor syariat.

HUKUM JUAL BELI


Semua jual beli hukumnya boleh jika dilakukan oleh kedua belah pihak yang mempunyai
kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual beli yang dilarang. Selain itu maka jual beli
boleh hukumnya selama tidak dilarang oleh Allah SWT. Terdapat ayat dalam al-quran yang
menjadi dasar hukum jual beli, yaitu:

Al baqarah ayat 275


Artinya : padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Dasar hukum jual beli dalam sunnah Rasulullah Saw. Di antaranya adalah hadits dari Rifaah
ibn Rafi bahwa:
Rasulullah Saw. Ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (propesi) apa yang paling
baik. Rosulullah ketika itu menjawab: usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang
diberkati. (HR al-Bazzar dan al-Hakim).
Artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan mendapat berkat dari Allah.
Dalam hadits dari Abi Said al-Khudri yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn
Hibban, Rosulullah saw. Menyatakan: jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka.

SYARAT DAN RUKUN JUAL BELI


1. Syarat jual beli
Syarat adalah sesuatu yang harus ada dalam jual beli, yang bertujuan
untuk menghindarkan sengketa, melindungi kedua belah pihak,
menghindari terjadinya manipulsi dan kerugian.
a. Syarat penjual dan pembeli(pelaku akad)
Syarat pelaku akadd hendaknya mumayyiz, memiliki kemampuan
mengatur hartanya karena jual beli orang gila, anak kecil, dan orang
mabuk tidak sah.
Jual beli tersebut atas kehendaknya sendiri, bukan karena dipaksa
Baligh, karena jual beli anak kecil tidak sah
Bukan pemborosan, karena harta seseorang yang boros berada ditangan
walinya

b. Syarat ijab kabul serah terima


Menurut mayoritas ulama adalah pernyataan dari penjual walaupun pernyataan itu dinyatakan
diakhir, sedangkan Qabul adalah pernyataan dari pembeli walaupun pernyataan itu dinyatakan
diawal. Syarat ijab qabul adalah :
Pelaku transaksi harus mumayyiz
Menurut pendapat hanafi,maliki, dan hanbali jual beli yang dilakukan anak-anak yang sudah
mumayyiz hukumnya sah, sedangkan menurut syafiI dianggap tidak sah karena tidak layak
Pernyataan qabul harus sesuai dengan pernyataan ijab
Transaksi dilakukan satu majlis
Menurut syafiI dan hanbali, pernyataan qabul sebaiknya diucapkan setelah ijab tanpa
dipisahkan oleh sesuatu yang lain.

c. Syarat barang (objek) yang diperjual belikan


Barang yang diperjual belikan harus ada:
penjual dan pembeli harus mengetahui keadaan barang, dari zat, sifat, bentuk, dan
kadarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Barang yang diperjual nelikan adalah harta yang bernilai :


Harta yang bernilai adalah segala sesuatu yang disukai manusia, dapat disimpan
sampai waktu yang dibutuhkan, dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai materi bagi
kebanyakan orang. Tidak sah jual beli barang yang tidak bernilai, seperti bangkai
kotoran, hammar,babi,dan berhala.

Barang tersebut milik sendiri

2. Rukun jual beli


Rukun menurut Hanafi adalah sesuatu yang menjadi tempat ketergantungan dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Sementara rukun menurut mayoritas ahli
fiqih adalah sesuatu yang menjadi tempat bergantung adanya sesuatu dan bisa
dicerna logika. Terlepas dari apakah itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau
tidak.

Rukun dalam jual beli ada 4 yaitu :

Penjual

Pembeli

Ijab qobul (serah terima)

Barang yang diperjualbelikan


Beberapa klasifikasi hukum jual beli yang terkait dengan syarat dan rukun jual beli,
yaitu:
1. Jual beli sah dan halal
2. Jual beli sah tetapi haram
3. Jual beli tidak sah dan haram
4. Jual beli sah dan disunnahkan
5. Jual beli sah dan wajib

BENTUK-BENTUK JUAL BELI


Ditinjau dari bentuknya jual beli dibagi menjadi dua yaitu jual beli sah
(sahih), jual beli tidak sah (batal), tetapi menurut Imam Hanafi jual beli
terbagi menjadi tiga macam yaitu jual beli sah, batal dan fasid.
1. Jual beli sah (sahih)
Yaitu jual beli yang telah memenuhiketentuan syara baik rukun maupun
syaratnya. Ada beberapa macam jual beli sah tapi tidak memenuhi ketentuan
hukum Islam diantaranya:
a. Jual beli sah tapi terlarang
Beberapa jual beli yang tidak diperbolehkn dalam agama, yang menjadi
pokok sebab timbulnya larangan jual beli ini adalah:

Menyakiti kepada si Penjual/si Pembeli atau kepada orang lain,

Merusak kepada ketentraman umum

Menyempitkan gerakan pemasaran

b. Jual Beli Yang Terlarang


Berkenaan dengan jual beli yang dilarang Wahbah Zuhairi dalam bukunya fiqh
waadiluhumengelompokkannya sebagai berikut:
(1) Terlarang sebab ahliah (ahli akad)
a). Jual beli orang buta
b). Jual beli terpaksa
c). Jual beli fud}ul(jual beli tanpa seizin pemiliknya)
d). Jual beli yang terhalang
e). Jual beli malja (jual beli orang yang sedang bahaya)
(2) Terlarang sebab sighat
a). Jual beli muat}ah yaitu jual beli yang tidak memakai ijab dan qobul
b). Jual beli melalui surat atau melalui utusan
c). Jual beli dengan isyarat atau tulisan
d). Jual beli yang tidak ada di tempat akad

(3) Terlarang sebab maqud alaih(barang yang dijual)


a). Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada
b). Jual beli yang tidak dapat diserahkan
c). Jual beli garar
d). Jual beli barang najis dan yang terkena najis
e). Jual beli air
(4) Terlarang sebab syara
a). Jual beli riba
b). Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan
c). Jual beli barang dari hasil pencegatan barang
d). Jual beli waktu azan Jumat
e). Jual beli anggur untuk dijadikan khamar
2) Jual Beli Tidak Sah
Adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat contoh jual beli yang
dilakukanoleh anak kecil dan orang gila.

3)

Jual Beli Fasid


Adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat pada dasarnya, tapi tidak sesuai
dengan syariat pada sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang mumayyiz tetapi
bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.

Macam-Macam Jual Beli


1). Jual beli berdasarkan bentuk pertukarannya dibagi menjadi 4 (empat) macam:
a) Jual beli salam(pesanan)
b) Jual beli Muqoyyadah(barter)
c) Jual beli Mutlaq
d) Jual beli alat penukar dengan alat penukar
2). Berdasarkan harganya jual beli dibagi lagi menjadi empat bagian
a) Jual beli yang menguntungkan (Al-Mura>bah}ah)
Jual beli yang tidak menguntungkan yaitu menjual dengan harga aslinya (At-Tauliyah)
b) Jual beli rugi (Al-Khasarah)
c) Jual beli Al-Musawah
Yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya tetapi kedua orang saling merid}ai, jual
beli seperti inilah yang berkembang sekarang.

KHIYAR

Pengertian khiyar
Khiyar (memilih) dalam jual beli maknanya adalah memilih yang terbaik dari 2 perkara
untuk melangsungkan atau membatalkan akad jual beli. Khiyar terdiri dari 8 macam :
1. Khiyar majelis (pilihan majelis)
Yaitu tempat berlangsungnya jual beli. Maksdunya bagi yang berjual beli mempunyai
hak untuk memilih selama keduanya ada didalam majelis. . Karna khiyar itu merupakan
hak dari orang yang bertransaksi maka hak itu hilang jika yang punya hak
membatalkannya.
2. Khiyar syarat
Yaitu masing-masing keduanya mensyaratkan adanya khiyar ketika melakukan akad
atau setelahnya selama khiyar majelis dalam waktu tertentu, berdasarkan sabda nabi
shalallahu alaihi wassalam orang-orang muslim itu berada diatas syarat-syarat
mereka dan juga karena keumuman firman allah taala hai orang-orang yang
berfirman tunaikan lah janj-janji itu (al-maidah: ayat 1).

3. Khiyar ghobn
Yaitu seorang tertipu dalam jual beli dengan penipuan yang keluar dari kebiasaan, maka seorang
yang tertipu dia diberi pilihan apakah akan melangsungkan transaksinya atau membatalkannya.
4. Khiyar tadlis
Yaitu khiyar yang disebabkan oleh adanya tadlis. Tadlis yaitu menampakan barang yang cacat
(aib) dalam bentuk yang bagus seakan-seakan tidak ada cacat. Kata tadlis diambil dari kata
adalah dengan makna ad dzulmah (gelap) yaitu seolah-olah penjual menunjukkan barang kepada
pembeli yang bagus dikegelapan sehingga barang tersebut tidak terlihat secara sempurna. Dan
ini ada 2 macam : pertama, menyembunyikan cacat barang, yang kedua menghiasi dan
memperindahnya dengan sesuatu yang menyebabkan adanya bertambah, tadilis ini haram
hukumnya.
5. Khiyar aib
Yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabkan adanya aib dalam suatu barang yang tidak
disebutkan oleh penjual atau tidak diketahui olehnya, akan tetapi jelas aib itu ada dalam barang
dagangan sebelum dijual. Adapun ketentuan aib yang memperbolehkan adanya khiyar adalah
dengan adanya aib itu biasanya menyebabkan nilai barang berkurang, atau mengurangi harga
barang itu sendiri.

6. Khiyar takhabir bitsaman


Menjual barang dengan harga pembelian, kemudian dia mengabarkan kadar barang
tersebut yang ternyata tidak sesuai dengan hakikat barang tersebut. Seperti harga itu lebih
banyak atau lebih sedikit dari yang dia sebutkan, atau dia berkata aku sertakan engkau
dengan modalku didalam barang ini atau dia mengatakan aku jual kepadamu barang ini
dengan laba sekian dari modalku dari gambaran ini jika ternyata modalnya lebih dari yang
dia kabarkan, maka bagi pembeli boleh untuk memilih antara tetap membeli atau
mengembalikannya menurut pendapat suatu madzhab.
7. Khiyar bisababi takhaluf
Khiyar yang terjadi apabila penjual dan pembeli berselisih dalam sebagian perkara,
seperti berselisih dalam kadar harta atau dalam barang itu sendiri, atau ukurannya, atau
berselisih dalam keadaan tidak ada kejelasan dari keduanya, maka ketika itu terjadi
perselisihan.
8. Khiyar ruyah
Khiyar bagi pembeli jika dia membeli sesuatu barnag berdasarkan penglihatan
sebelumnya, kemudian ternyata dia mendapati adanya perubahan sifat barang tersebut, maka
ketika itu baginya berhak untuk memilih antara melanjutkan pembelian danmembatalkannya,

RIBA
Pengertian Riba
Riba menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu:

Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang
dihutangkan.
Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang
atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
Berlebihan atau menggelembung.

Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut Al Mali ialah:
Akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui
pertimbangannya menurut ukuran syara, ketika berakad atau dengan
mengakhirkan tukaran kedua belah pihak salah satu keduanya.
Riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti yang
sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena
tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya
hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan nama riba dan Al-Quran datang
menerangkan pengharamannya adalah tambahan tempo.

Firman allah taala berikut merupakan contoh nyata akan penggunaan kata
riba dalam pengertian semacam ini :
Artinya: dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila kami turunkan air
diatasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi tinggi (suburlah) dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah (Qs. Al-hajj : 5)
Adapun dalil yang terkait dengan perbuatan riba, berdasarkan Al-Quran dan
Al-Hadits. Di antara ayat tentang riba adalah sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. QS Ali Imran : 130.
Dan di antara hadits yang terkait dengan riba adalah :
Dari Jabir r.a Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang yang makan
riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya. HR. Muslim.

MACAM - MACAM RIBA


Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan Kwalitas
berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Riba Fadhl ini dilarang dalam
syariat islam dengan dasar :

Hadist Ubadah
emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum merah ditukar dengan
gandum merah, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam
harus sama beratnya dan harus diserah terimakan secara langsung. Kalau berlainan jenis,
silahkan kalian jual sesuka kalian, namun harus secara kontan juga.

Hadist Al bara bin azib dan Zaib bin Arqam ra.


Rasulullah shalalahu alaihi wassalam melarang jual beli perak dengan emas secara
tempo (hutang). (HR. Al bukhari)

2, Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima, maksudnya : orang
yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima barang tersebut dari si
penjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab
jual beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.

3. Riba Nasiah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.
a. Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA.
Riba nasiah yaitu riba (tambahan) yang terjadi akibata pembayaran yang tertunda pada akad
tukar menukar 2 barang yang tergolong kedalam komoditi riba, baik satu jenis maupun
berlainan jenis dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau
kedua-duanya (majmu fatawa al-lajnah ad-daimah, 13/263 dan ar-riba illatuhu wa
dhawabituhu, oleh Dr. Shaleh bin Muhammad As-Sultan, 8). Riba jenis ini dapat terjadi pada
akad perniagaan, sebagaimana dapat juga terjadi pada akad hutang-piutang.
b. Menurut firman Allah dalam QS.An-nisa : 160-161
maka disebabkan kezaliman orang yang yahudi, kami haramkan atas mereka (memakanmakanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karna mereka
banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karna mereka memakan harta
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
diantara mereka itu siksa yang pedih

4 Riba Qardh, yaitu pertambahan dalam hutang sebagai imbalan tempo


pembayaran (takhir), baik disyaratkan ketika jatuh tempo pembayaran atau
diawal tempo pembayaran. Inilah riba yang pertama kali diharamkan Allah
SWT dalam firmannya:
a. QS. Al-baqarah : 275
orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan), dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka akan kekal didalamnya.

BENTUK-BENTUK EKONOMI RIBA


Riba (bunga) menahan pertumbuhan ekonomi dan membahayakan
kemakmuran nasional serta kesejahteraan individual dengan cara menyebabkan
banyak terjadinya distrosi di dalam perekonomian nasional seperti inflasi,
pengangguran, distribusi kekayaan yang tidak merata, dan resersi.
Bunga menyebabkan timbulnya kejahatan ekonomi. Ia mendorong orang
melakukan penimbunan (hoarding) uang, sehingga memengaruhi peredaranya
diantara sebagian besar anggota masyarakat. Ia juga menyebabkan timbulnya
monopoli, kertel serta konsentrasi kekayaan di tangan sedikit orang. Dengan
demikian, distribusi kekayaan di dalam masyarakat menjadi tidak merata dan
celah antara si miskin dengan si kaya pun melebar. Masyarakat pun dengan
tajam terbagi menjadi dua kelompok kaya dan miskin yang
pertentangankepentingan mereka memengaruhi kedamaian dan harmoni di
dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai