dan
PERMASALAHANNYA
(MENURUT MADZHAB SYAFI’I)
Disusun oleh :
Ust. Drs. H. M. Atho’illah Wijayanto
Ketua LBM NU Kota Malang
&
Pengasuh P.P MAMBAUL HUDA
Bandulan - Malang
1
dan
2
ZAKAT FITRAH (ZAKATUN NAFS)
1
Al-Iqna’ Fi Halli Alfadhi Abi Syuja’, karya Al-Imam Syamsuddin Muhammad
Al-Khothib As-Syarbini, juz 1 hal. 454 cetakan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut-
Lebanon
2
Idem
3
Panduan Praktis Zakat Empat Madzhab, hal.48
3
fitrah ini disyariatkan pada tahun kedua Hijriah, dua hari sebelum
‘Idul Fitri yang tentu salah satu tujuan pentingnya adalah sebagai
penutup dari kholal (kekurangan) yang terjadi di waktu puasa
Romadhon. Sebagaimana sujud sahwi itu menutup kekurangan yang
terjadi di dalam sholat. Dan itulah yang dikatakan oleh Imam Waqi’
bin Al-Jaroh yang beliau adalah salah satu guru Imam Syafi’i.4
Sedangkan beberapa hadits yang membahas tentang zakat
fitrah ini antara lain :
1. Hadits yang berasal dari sahabat Abdulloh bin Umar r.a, yang
dia berkata :
4
Hasyiyah Al-Bajuri ala Fathil Qorib, karya As-Syaikh Ibrohim Al-Bajuri, hal.
532, cetakan Darul Kutub Ilmiyah Beirut-Lebanon
5
Bulughul Marom Min Adillatil Ahkam, karya Al-Imam Ibnu Hajar Al-
Asqollani, hal 131-132, cetakan Maktabah Syuruq Ad-Dauliyah Mesir
4
2. Hadits yang berasal dari sahabat Ibnu Abbas r.a, yang dia
berkata :
ث لصائهم هِن اللذغو و ذفرض رسول الل ^ زاكة الفطر طهر ًة ل ذ
الرف ه ه ه ه ه ه ه
الصلةه ف هه زاكة ِقبولة وِن فمن أ ذداها قبل ذ. وطعم ًة للمساكي
ه ه ه
ذ ذ ذ
ات (رواه أبو داود وابن ِاجه
أداها بعد الصلةه ف هه صدقة هِن الصدق ه
)وصححه الاكم
Rosululloh SAW telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat
fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari ucapan
keji dan tidak ada gunanya, juga untuk memberi makan kepada
orang-orang miskin. Maka barang siapa yang menunaikan zakat
fitrah sebelum sholat ‘Id, maka itu adalah zakat yang diterima,
sedang siapa yang menunaikannya setelah sholat ‘Id maka
hanya bernilai sedekah biasa.
(H.R Abu Dawud, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Imam
Hakim)6
6
Bulughul Marom Min Adillatil Ahkam, hal 131-132
5
2. Bagi yang menunaikannya, hal tersebut sebagai pembersih dari
kekhilafan-kekhilafan yang dilakukan saat berpuasa. Imam
Abu Dawud meriwayatkan hadits dari sahabat Ibnu Abbas r.a
yang dia telah berkata :
7
Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, juz 23 hal. 336, cetakan Kementrian Waqof dan
Urusan Islam Quwait
6
dan juga merupakan kelebihan dari pakaian yang layak, tempat
tinggal dan pembantu yang memang dibutuhkan olehnya.8
1. Istrinya
2. Anaknya yang masih kecil
3. Bapaknya
4. Ibunya
5. Anaknya yang sudah besar
8
Tausyih ‘ala Fathil Qorib, hal. 107 dan Al-Muqoddimatul Hadromiyah
hamisy Minhajil Qowim, hal. 110-111
9
Tausyih ‘ala Fathil Qorib, karya As-Syaikh Muhammad bin Qosim hal. 107,
cetakan Al-Haromain
10
Anwarul Masalik, karya As-Syaikh Muhammad Az-Zuhri Al-Ghomrowi hal.
712, cetakan Al-Hidayah Surabaya
7
Barang yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok
yang wajib ada pada tempat muzakki mengeluarkan zakat fitrahnya.
Hal ini dikarenakan tujuan dari zakat ini tiada lain adalah untuk
mengenyangkan fakir miskin dan mustahiq-mustahiq lain pada
malam dan siang hari raya tersebut. Jadi jelasnya orang yang berada
di daerah Jawa kalau dia hendak mengeluarkan zakat fitrahnya,
hendaknya dia mengeluarkan zakat dalam bentuk makanan pokok
penduduk jawa, yaitu beras, karena inilah yang dijadikan makanan
pokok pada lazimnya, walaupun makanan pokok dari muzakki
tersebut bukan beras. Dan pendapat Ulama’ yang menyatakan bahwa
zakat fitrah hendaknya berdasarkan makanan pokok dari muzakki,
munurut Imam Al-Qolyubi adalah pendapat yang marjuh (lemah)
dibanding pendapat pertama dan tidak boleh dipergunakan patokan
dan sandaran hukum.11
Adapun kadar dan ukuran zakat fitrah adalah satu sho’ yang
pernah dipakai Rasulullah SAW yang menurut ukuran kita adalah :
1 Sho’= 4 Mud
1 Mud = 600 gram
4 Mud = 2400 gram = 2,4 Kg12
Jadi, ukuran satu Sho’ itu sama dengan ukuran 2,4 Kg pada
saat ini, yang biasanya dibulatkan menjadi 2,5 Kg. sesuai hasil
konversi yang disebutkan dalam kitab Mukhtashor Tasyyid al-
Bunyan, satu sho’ setara dengan 2,5 kilogram.13 Sedang kadar zakat
fitrah yang harus ditunaikan dalam bentuk satu sho’ dari makanan
pokok (beras putih) menurut hasil konversi K.H Muhammad
11
Hasyiyah Qolyubi, karya As-Syaikh Syihabuddin Al-Qolyubi hal.37, cetakan
Toha Putra Semarang
12
At-Tadzhib fi Adillatil Matnil Ghoyah wat Taqrib, karya As-Syaikh
Musthofa Diib Al-Bugho hal. 98, cetakan Al-Hidayah Surabaya
13
Mukhtashor Tarsyidil Bunyan, hal. 205
8
Ma’shum bin Ali Kuaron-Jombang14 setara dengan 2,720 kilogram
beras putih dalam kitabnya Fathul Qodir fi ‘Ajaibil Maqodir. Sedang
saran kami untuk kehati-hatian, maka hendaknya kita mengeluarkan
zakat fitrah dengan hitungan yang besar yaitu 2,720 Kg atau ada
yang membulatkan 3 Kg, sedangkan lebihnya kita anggap sodaqoh.
Disamping itu yang perlu kita perhatikan dalam berzakat,
adalah memilih barang yang baik bahkan mungkin juga yang terbaik
dalam pelaksanaan zakat tersebut, karena tujuan kita dalam berzakat
adalah ibadah dalam mencari keridhoan Allah disamping kerelaan
dan rasa suka dari orang yang kita beri, dengan kita melaksanakan
yang demikian ini, niscaya ibadah kita mendapatkan pahala, dan di
sisi lain mereka merasa senang dengan apa yang kita berikan ini.
Tapi, apabila yang kita berikan dari barang zakat adalah mutunya
jelek, barang curian dan sebagainya, maka Imam Sayyid Bakri
Syatho menyatakan zakat kita belum mencukupi atau dianggap
belum berzakat :
14
Panduan praktis zakat empat madzhab, hal. 49
15
Hasyiyah ‘Ianatuth Tholibin, karya As-Syaikh Abu Bakar Utsman Syatho Al-
Bakri juz 2 hal. 174, cetakan Darul Kutub Ilmiyah Beirut-Lebanon
9
Adapun waktu-waktu mengeluarkan zakat fitrah itu menurut
para ulama Syafi’iyyah ada lima waktu yang perlu diperhatikan, hal
ini dijelaskan oleh As-Sayyid Bakri Syatho yang uraiannya adalah
sebagai berikut :
16
Hasyiyah ‘Ianatuth Tholibin, juz 2 hal 174-175
10
Zakat fitrah yang telah dibahas pada pembahasan ini haruslah
diserahkan pada 8 golongan penerima zakat yang telah disebutkan
oleh Alloh dalam Al-Quran yang biasa kita sebut dengan Al-
Ashnafus Tsamaniyah. Dalam hal ini Alloh SWT berfirman dalam
Q.S At-Taubah : 60
ذ
Pada ayat ini ada lafadz إهنماyang faedahnya untuk lil hashri
(menyempitkan) artinya pembagian zakat ataupun zakat fitrah hanya
dibatasi dan disempitkan hanya 8 golongan saja yang lain tidak
boleh, sedang empat golongan pertama dalam ayat ini menggunakan
huruf jer “Lam” yang bermakna (memiliki). Sedangkan, empat
golongan yang lainnya digandeng dengan huruf jer “Fi” yang
bermakna dzorfiyah yang berarti menempati.
11
Hal ini berarti bahwa untuk fuqoro’, masakin, muallaf, dan
amil, maka zakat itu mutlak milik mereka dengan pembagian yang
telah ditentukan oleh agama dan tidak boleh ditarik kembali dari
tangan mereka. Sedangkan untuk budak, ghorim, pejuang di jalan
Alloh dan ibnu sabil (musafir) zakat tersebut bukanlah milik mereka,
tetapi mereka hanya bisa menggunakan, sedangkan apabila terdapat
kelebihan dari kebutuhannya harus dikembalikan pada muzakki, amil
/ panitia.17
1. Faqir
2. Miskin
17
Hasyiyah Al-Bajuri ala Fathil Qorib, juz 1 hal. 282
18
Kifayatul Akhyar, karya Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Muhammad Al-
Hishni Juz 1 Hal. 197, cetakan Darul Minhaj Beirut-Lebanon
19
Idem
12
Miskin adalah orang yang memiliki harta yang hampir
mencukupi kebutuhannya tapi tidak cukup untuk menutupi seluruh
kebutuhan kesehariannya.20
Misal dari orang miskin ini adalah orang yang kebutuhannya
10 dirham tapi ia hanya memiliki 7 dirham saja. Sedang maksud dari
ucapan dalam definisi yaitu segala sesuatu yang mencukupinya
secara wajar dan tidak berlebih-lebihan seperti makanan, minuman
dan pakaian yang umum dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan sehari-hari yang tidak berlebih-lebihan.21
3. Amil
4. Muallaf
20
Kifayatul Akhyar, Juz 1 Hal. 197
21
Idem
22
Kifayatul Akhyar, Juz 1 Hal. 198
13
kemuliaan/wibawa pada kaumnya, sehingga dengan memberinya
zakat diharapkan kaumnya akan masuk kedalam agama Islam.23
5. Riqob
6. Ghorim
7. Sabilillah
23
Al Iqna’, Juz I Hal. 199
24
Fathul Mu’in bisyarhi Quratil ‘Ain, karya As-Syaikh Zainnuddin Al-Malibar
Hal. 52, cetakan Darul ‘Ulum Surabaya
25
Idem
14
masa ia bepergian (untuk perang) dan pulang. Demikian pula diberi
biaya (untuk membeli) alat peperangan/perjuangan. 26
Adapun ucapan sebagian ulama termasuk Imam Qoffal
bahwa maksud dari lafadz Fi Sabilillah adalah “Sabilul Khoir”
(jalan kebaikan apa pun), sehingga zakat boleh diberikan untuk
pembangunan masjid, pembangunan pondok, membeli kain kafan
untuk mayit dan sebagainya.27 Maka Pendapat yang demikian ini
adalah pendapat yang lemah seperti yang diputuskan dalam
Mu’tamar Nahdhotul Ulama’28, dan hal ini sesuai dengan pernyataan
kitab Rohmatul Ummah yang menyatakan :
ذ
ي ِ هيت
و اتفقوا َع ِن هع ا هإلخر هاج ه هِلنا هء مس هجد و تك هف ه
Dan seluruh ulama’ bersepakat atas tercegahnya/dilarangnya
mengeluarkan zakat untuk pembangunan masjid dan mengkafani
mayit.29
8. Ibnu Sabil
31
Fathul Mu’in bisyarhi Quratil ‘Ain, hal. 53
16
6. Orang yang dapat nafkah dari suaminya (istri) atau orang
yang dekat atau yang mencukupi kebutuhannya
2. Budak
32
Kifayatul Akhyar, juz 1
33
Idem, hal 202
17
3. Orang yang mempunyai dua sifat mustahiq
34
Ghoyatul Bayan Syarh Zubad, karya As-Syaikh Muhammad bin Ahmad Ar-
Romli As-Syafi’i, hal. 151, cetakan Darul Kutub Ilmiyah Beirut-Lebanon
18
Hal ini dijelaskan oleh Imam Abu Ishaq As-Syirozi dalam kitab
Muhadzabnya.35Sedangkan pada saat ini yang berlaku di Indonesia
dan belahan bumi yang lain, keturunan dan cucu Rosululloh dari
Sayyid Hasan dan Sayyid Husein yang sering disebut dengan sebutan
Habib kalau laki-laki atau Hababah/Syarifah kalau perempuan
sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi Al-Jawi :
لل هاذا كن ذك ًرا يقال ل ذ ذ
فاص هطلح بع هض أه هل ا هِلل هد اهن ذ هرية رسو هل ا ه
ال هبيب و هان كنت أنث يقال حبابة واص هطلح االكث يقال ل س هيد
.وس هيدة
“Maka istilah sebagai penduduk negeri bahwa anak cucu Rosululloh
SAW apabila ia laki-laki disebut Habib dan bila wanita disebut
Hababah. Sedang kebanyakan orang sering dikatakan Sayyid atau
Sayyidah”.36
35
Al-Muhadzab, karya Al-Imam Abu Ishaq Ibrohim As-Syairozi, Juz 1 hal.174,
cetakan Toha Putra Semarang
36
‘Uqudul Lujain, hal.5
19
Abi Bakar bin Yahya dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin yang di
sana beliau menandaskan :
37
‘Uqudul Lujain, hal.107
38
Fathul Mu’in bisyarhi Quratil ‘Ain, hal. 211-212
20
serta
21
Di Indonesia, ketika Bulan Romadhon seperti saat ini, banyak
kita jumpai di sekitar kita badan-badan tertentu yang telah
menamakan dirinya Amil atau Panitia Zakat. Maka dalam hal ini ada
beberapa point yang harus diperhatikan bagi orang yang ingin
membuatnya :
ذ ذ
ات هِلدفعها هإل
الى استعمله ا هإلِام َع أخ هذ الزكو ه
العا همل هو ه
مست هح هقيها كما أمره الل تعال
“Amil adalah orang yang diperkerjakan oleh imam (pemerintah)
untuk mengambil zakat kemudian membagikannya kepada para
mustahiq zakat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Alloh SWT
dalam Al-Qur’an”.
39
Solusi Hukum Islam Keputusan Mu’tamar, Munas NU/ Hal. 294-295
22
yang berzakat) yang disebut “muwakkil”. Oleh karena adanya
wakalah, maka si panitia tidak boleh sama sekali mengambil,
menjual beras zakat fitrah, tetapi harus menyampaikan benar-
benar kepada mustahiq (orang yang berhak menerima zakat
fitrah).
40
Khoshoisul Ummatil Muhammadiyyah, karya Al-Muhaddits As-Sayyid
Muhammad bin Alawi Al-Maliki, hal. 146, cetakan Haiatush Shofwah
23
ذ ذ
اربها وإهن ع ذمالها
ارق الر هض وِغ ه
أنه ستفتح عليكم مش ه: ^ يقول
ذ ذ ذ ذ
ار إهال ِ هن اتق الل ع ذز وجل وأدى الِانة ذ
هف ال ه
“Sesungguhnya akan dibukakan untuk kalian dunia timur dan
dunia barat dan sesungguhnya para amil akan masuk ke neraka
kecuali mereka yang bertaqwa kepada Alloh SWT dan
menyampaikan amanat.”
6. Agar zakat fitrah ini bisa sampai pada mustahiqnya maka syarat-
syarat amil, lebih baik juga dipenuhi oleh para panitia zakat
yaitu antara lain :
a. Mengerti masalah zakat yang dipercayakan padanya
b. Seorang muslim
c. Mukallaf
d. Merdeka
e. Adil (tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak berkali-
kali melakukan dosa kecil)
f. Mendengar/tidak tuli
g. Melihat/tidak buta
h. Laki-laki, karena amil adalah bagian dari pemimpin.41
7. Ketika panitia mulai menarik beras zakat fitrah atau ada orang
yang datang membawa beras zakat fitrah, maka ditanya terlebih
dahulu zakatnya itu sudah diniati atau belum. Kalau belum,
dituntun oleh panitia akan niatnya. Sedangkan contoh redaksi
41
Anwarul Masalik, Hal. 114
24
niat muzakki dalam menyerahkan zakat fitrahnya adalah sebagai
berikut :
ً
ِل تعال
نويت ان أخ هرج زاكة ال هفط هر عن نف هِس فرضا ه ه
“Saya berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri saya
sendiri fardhu karena Alloh Ta’ala”
atau bentuk contoh niat zakat untuk orang lain yang ia tanggung
nafkahnya seperti istri, anak, dan sebagainya, adalah :
25
. دلي هن وادلنيا واْل هخرةه ذ
نسألك العفو والعا هفية والمعافاة ادلائهمة هِف ا ه
. ار ر ذبنا لتهنا ِف ادلنيا حسن ًة وِف اْل هخرةه حسن ًة وقهنا عذاب ذ
ال
ه ه ه
ذ ذ ذ
ِل ر هب والمد ه ه. لل وصح هب هه وسلم وصَّل الل َع س هي هدنا ممد وَع ه ه
. العال همي
“Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Segala puji bagi Alloh Tuhan Semesta Alam. Ya
Alloh, limpahkanlah rohmat serta salam kepada Nabi
Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya seluruhnya.
Wahai Tuhan kami, terimalah amal ibadah kami, sesungguhnya
Engkau Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui
serta terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Dzat yang
Maha Menerima Taubat dan Maha Penyayang. Semoga Alloh
melimpahkan pahala kepadamu dalam harta yang telah engkau
berikan (sedekahkan) dan semoga Alloh menjadikan harta
tersebut mensucikan dirimu, serta semoga Alloh melimpahkan
keberkahan darimu dalam harta yang masih tetap ada padamu.
Ya Alloh, kami meminta kepadaMu akan ampunan, kesehatan
dan keselamatan untuk agama, dunia dan akhirat kami. Wahai
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia serta kebaikan di
akhirat. Semoga limpahan rohmat serta salam atas Nabi
Muhammad, keluarganya serta sahabatnya seluruhnya. Dan
segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam.”
ذ ذ
اب الموجو هدين هِن ال خفاء هإن ِذهب الشا هف هِع وجوب اس هتيع ه
ار َع ذ ذ
اف هِف الزكةه وال هفطرةه وِذهب اثللث هة جواز ا هإلق هتص ه
الصن ه
27
احد وأفّت به هه ابن عجيل والصب هِح وذهب هإِل هه أكث صنف و ه
ْس الم هر وَيوز تق هليد مهؤال هء هِف نق هلها ودف هعها هإل
المتأ هخ هرين هلع ه
.احد كما أفّت به هه ابن عجيل و غيه
شخص و ه
“Tidak disangsikan lagi, sesungguhnya mazhab Syafi’i
mewajibkan pemerataan zakat mal dan zakat fitrah pada
mustahiq yang ada, yang termasuk dalam Ashnafus Tsamaniyah.
Sedangkan tiga madzhab selainnya (Maliki, Hanafi dan
Hambali) membolehkan menyerahkan zakat pada satu orang
saja. Dan berfatwalah Imam Ibnu Ujail dan Imam Asbuhiy
dengan pendapat yang membolehkan ini. Dan pendapat senada
dengan ini dilakukan oleh sebagian besar ulama’ muta’akhirin.
Hal ini disebabkan sulitnya dan boleh bertaqlid kepada mereka
didalam mengambil dan menyerahkan zakat kepada satu orang
saja, sebagaimana difatwakan oleh Imam Ibnu Ujail dan
lainnya.42
42
Bughyatul Mustarsyidin, karya As-Sayyid Abdur Rohman Al-Masyhur, hal.
105, cetakan Syarikah Piramida Surabaya
28
dan sebagian besar ulama’ tentang bolehnya menyerahkan zakat
kepada satu orang saja yang berhak menerima zakat” 43
43
Hasyiyah ‘Ianatuth Tholibin, Juz 2, Hal. 187
44
Fathul Mu’in bisyarhi Quratil ‘Ain
29
ذ
اض هل عنه َع اِلاقهي هإن
فضل عنه َشء رد ن هصيب اِلع هض أ هو الف ه
م م
ف هإن لم ينقص نقل ذلهك هإل ذلهك، نقص ن هصيبهم عن هكفاي هت ههم
الصن هف بهأقر هب بَل هإِل هه
ه
“Maka apabila tidak ada Ashnafus Tsamaniyah pada
tempat/daerah dimana zakat tersebut atau masih ada kelebihan
barang zakat (setelah dibagi), maka wajib memindahkan barang
itu atau kelebihannya pada daerah yang terdekat. Dan apabila
sebagian mustahiq tidak ada atau barang zakat masih
berlebihan maka hendaknya di salurkan pada sebagian atau
kelebihan itu kepada mustahiq yang lain, maka apabila masih
ada, hendaknya dipindahkan atau di berikan pada mustahiq di
lain daerah yang terdekat dari daerah zakat tersebut.”45
45
Nihayatuz Zain, karya As-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Banteni,
hal. 182, cetakan P.T Al-Ma’arif Bandung
30
DAFTAR PUSTAKA
31
10. Ghoyatul Bayan Syarh Zubad, karya As-Syaikh Muhammad
bin Ahmad Ar-Romli As-Syafi’i, cetakan Darul Kutub Ilmiyah
Beirut-Lebanon
11. Hasyiyah Al-Bajuri ala Fathil Qorib, karya As-Syaikh
Ibrohim Al-Bajuri, cetakan Darul Kutub Ilmiyah Beirut-Lebanon
12. Hasyiyah ‘Ianatuth Tholibin, karya As-Syaikh Abu Bakar
Utsman Syatho Al-Bakri, cetakan Darul Kutub Ilmiyah Beirut-
Lebanon
13. Hasyiyah Qolyubi, karya As-Syaikh Syihabuddin Al-Qolyubi,
cetakan Toha Putra Semarang
14. Khoshoisul Ummatil Muhammadiyyah, karya Al-Muhaddits
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, cetakan Haiatush
Shofwah
15. Kifayatul Akhyar, karya Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar
Muhammad Al-Hishni, cetakan Darul Minhaj Beirut-Lebanon
16. Mukhtashor Tasyyidil Bunyan
17. Nihayatuz Zain, karya As-Syaikh Muhammad Nawawi bin
Umar Al-Banteni, cetakan P.T Al-Ma’arif Bandung
18. Buku Panduan Praktis Zakat Empat Madzhab
19. Rohmatul Ummah Hamisy Al-Mizanul Kubro, karya As-
Syaikh Muhammad bin Abdur Rohman Ad-Dimasyqi As-Syafi’i
32
20. Solusi Hukum Islam Keputusan Mu’tamar, Munas NU. Tahun
1926-1999
21. Tausyih ‘ala Fathil Qorib, karya As-Syaikh Muhammad bin
Qosim, cetakan Al-Haromain
22. ‘Uqudul Lujain, karya As-Syaikh Muhammad Nawawi bin
Umar Al-Banteni, cetakan P.T Al-Ma’arif Bandung
33