Anda di halaman 1dari 13

1

Latarbelakang Masalah

Belajar bahasa Arab sama dengan belajar mendalami kandungan al-Qur’an yang berarti
mengkaji ilmu Islam. Ilmu-ilmu pada masa keemasan Islam digolongkan menjadi empat
macam, yaitu ilmu bahasa Arab , ilmu syari’at, sejarah, serta al-hikmah dan filsafat (ilmu-
ilmu selain bahasa dan agama. Keempat ilmu tersebut , bahasa Arab merupakan ilmu
pertama yang dipelajari karena bangsa Arab sangat fanatic terhadap bangsa dan
bahasanya. Salah satu syarat untuk menjadi pemimipin di kalangan bangsa Arab, baik ia
pemimpin politik, pemimpin perang maupun sosial kemasyarakatan adalaha harus
memiliki bahasa yang fasih, murni, dan bermutu.

Ilmu bahasa Arab terdapat beberapa macam ilmu, diantaranya ilmu nahwu, ilmu saraf,
balaghah, ilmu bahsa, dan ilmu ‘arud. Ilmu nahwu dan sarafmula-mula disusun oleh Abul
Aswad al- Duali atas nasehat Ali bin Abi Thalib. Sesudah itu menyusul ilmu balaghah
yang mencakup ilmu bayan, ma’ani, badi’ yang berfungsi menjelaskan keistimewaan dan
keindahan susunan bahasa al-Qur’an . Dengan adanya ilmu ini muncullah seorang ahli
balaghah yang termasyhur yaitu Abdul Kadir al-Jurjani. Kemudian untuk memelihara
pengertian kata-kata dalam al-Qur’an, mereka menyusun kamus bahasa Arab yang disusun
oleh al-Khaili. Al-Khaili mengumpulkan kata-kata bahasa Arab yang disusun berdasarkan
huruf-huruf yang dimulai dengan huruf ‫‘( ع‬ain) maja diberi nama “Kitabul ‘Ain”. Dan
kemudian menyusulkamus yang tersusun menurut huruf hijaiyyah oleh Abu Bakar bin
Duraid yang dinamakan kamus “ al Jamhara”. Dengan perkembangan bahasa Arab yang
pesat lahirlah kitab-kitab dan buku-buku bahasa Arab termasuk Mu’jam Qawaid al-
lughah al-‘Arabiyah yang dikarang oleh Dr.George M. Abdulmassih.

Dalam kitab Mu’jam Qawaid al-Lughah al-‘Arabiyah ini dijumpai pembahasan ‫ان و اخواتها‬
yang merupakan turunan dari ‫ حروف الفسخ‬dari ‫ حروف معان‬dari ‫حروف‬. Hal ini merupakan
pembahasan dalam kategori huruf, bukan kata atau kalimat. Akan tetapi ‫ان واخواتها‬
mempengaruhi kata atau kalimat sesudahnya.

Berdasarkan penalaran dan pengamatan, penulis menganggap perlu adanya pemahaman


yang mendalam tentang asal-usul kata ‫ لعل‬yang merupakan salah satu ‫ اخوات ان‬terutama
korelasinya dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang didahului oleh ‫لعل‬.

Dalam mempelajari bahasa Arab,maka alat yang paling penting digunakan adalah ilmu
saraf, ‫“ الصرف ام العلوم والنحو ابوها‬ilmu saraf induk segala ilmu dan ilmu nahwu bapaknya.
2

Ilmu saraf dikatakansebagai induk segala ilmu,karena ia melahirkan bentuk kalimat, dan
kalimat itu menunjukkkan bermacam-macam ilmu. Alasan lain, kalau tidak ada
lafaz/kalimat pasti tidak aka nada tulisan, dan tanpa tulisan, sukar mendapatkan ilmu
pengetahuan. Kemudian ilmu nahwu disebut bapak ilmu, karena ia menyelesaikan setiap
kalimat dalam susunannya, I’rabnya, bentuk dan semacamnya.

Yang dimaksudkan inna dan kawan-kawannya adalah:

1.‫ أن‬dan ‫ ان‬disebut N‫للتوكيد‬

2.‫ كان‬disebut ‫للتشبيه‬

3.‫ لكن‬disebut ‫لألستدراك‬

4.‫ لعل‬disebut ‫للرجاء‬

5.‫ ليت‬disebut ‫للتمنى‬

6.‫ال‬disebut ‫للنفى‬.

Inna dan kawan-kawannya/ turunannya beramal me-nasab-kan isimnya dan me-rafa’-kan


khabarnya. Maksudnya adalah fungsi me-nasab-kan isimnya yang berasal dari mubtada’,
dan me-rafa’-kan khabarnya yang yang berasal dari khabar mubtada’.

Isim inna adalah setiap mubtada yang dimasuki oleh inna atau salah satu kawannya. Dan
khobar inna adalah setiap khobar mubtada yang dimasuki oleh inna dan atau salah satu
kawannya. Inna bersama kawan-kawannya/turunannya, ia me-nasab-kan isimnya yang
tarajji semula mubtada dan me-rafa’-kan khobarnya yang semula marfu’ oleh mubtada.

Huruf ‫ لعل‬yang berdiri sendiri dalam al-Qur’an hanya terulang tiga kali diantaranya
terdapat pada:

1.Q.S. Al-Ahzab ayat 63: ‫يسألك الناس عن الساعة قل انما علمها عند هللا وما يدريك لعل السا عة قريب‬

Artinya: Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit, katakanlah: “Sesungguhnya


pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu( hai
Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.

2.Q.S. asy-Syura ayat 17: ‫هللا الذى انزل الكتاب بالحق والميزان وما يدريك لعل الساعة قريب‬
3

Artinya: Allah-lah yang menurunkan kitab dengan membawa kebenaran dan menurunkan
neraca keadilan. Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat.

Kedua ayat tersebut mengandung makna tarajji yang berarti boleh jadi( kemungkinan)
akan terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Seluruh kawan-kawan inna mempunyai satu makna kecuali ‫ لعل‬yang mempunyai dua
makna yaitu tarajji dan tawaqqu’. Didalam al-Qur’an lebih kurang ada 110 ayat ‫ لعل‬yang
bergandeng dengan dhomir ‫ هم‬dan ‫ انتم‬semuanya bermakna tarajji kecuali satu ayat dalam
surat asysyu’ara’ ayat 129 yang bermakna tasybih.

Semua kalimat ‫ون‬NN‫ لعلكم تفلح‬didalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 11 kali pasti
didahului oleh kalimat perintah. Dari 11 ayat ini hanya 1 ayat yang diturunkan di Mekkah
yaitu surat al-A’raaf ayat 69. Ini menunjukkan bahwa kalau manusia ingin mendapatkan
keberuntungan atau kebahagiaan dunia dan akhirat harus melaksanakan perintah terlebih
dahulu.

Semua lafazh ‫ تفلحون‬tersebut didahului oleh lafazh ‫ لعلكم‬yang berarti agar kalian. Sehingga
jika dirangkaikan menjadi ‫ لعلكم تفلحون‬agar kalian berbahagia. Seperti terdapat pada Q.S. Al-
Baqarah(2):189, Q.S. Ali ‘Imran(3):130), Q.S. Ali ‘Imran(3): 200, Q.S. Al-Ma’idah(5): 35,
Q.S. Al-Ma’idah(5): 90, Q.S. Al-Ma’idah(5): 100, Q.S.Al-A’raf(7): 69, Q.S.Al-Anfal(8):
45, Q.S.Al-Hajj(22): 77, Q.S. Al-Nur(24): 31, Q.S.Al-Jumu’ah(62): 10.
4

Pengertian ‫لعل‬

1. Dalam kitab Ma’ani ‫ لعل‬bermakna agar

2.Dalam kitab Mu’jamul Arab ‫ لعل‬bermakna : 1. ‫ للتعليل‬.2 ‫للترجى‬

3.Dalam kitab Ghoribul Qur’an ‫لعل‬ bermakna mendambakan, mengharapkan,


menginginkan .

4.‫ لعل‬bermakna ‫ترجى‬NN‫ لل‬dan ‫للتوقع‬. Tarajji ialah mengharapkan sesuatu yang baik dan
memungkinkan akan berhasil. Tawaqqu’ ialah hnaya dipakai untuk hal-hal yang yang tidak
disukai. Huruf ‫ لعل‬ini bermakna ganda yakni mengharapkan sesuatu yang disukai dan
menghindarkan diri sari hal-hal yang buruk. Contoh tarajji ‫( لعل الحبيب قادم‬mudah-mudahan
kekasih itu datang), dan contoh tawaqqu’ ‫( هالكلعل الدو‬semoga musuh itu binasa). Makna ‫لعل‬
seakan-akan berlawanan arah, sebab yang satu menghendaki kebaikan, sedangkan yang
lain menginginkan terhindar dari kejelekan. Namun demikian ia solid dalam harapan dan
keinginan yang lebih menguntungkan.

A. Pengertian ‫لعل‬

1. Penguat, susulan, dan harapan.

2. Dalam kitab Ma’ani ‫ لعل‬bermakna agar.

3. Dalam kitab Mu’jamul Arab ‫ لعل‬bermakna: 1. ‫ لتعليل‬.2 ‫لترجى‬


5

4. Dalam kitab ‫ران‬NNN‫ريب الق‬NNN‫ غ‬la’alla bermakna mendambakan , mengharapkan,


menginginkan.

5. Huruf la’alla bermakna tarajji dan tawaqqu’.Tarajji ialah mengharapkan sesuatu


yang baik dan memungkinkan akan berhasil. Tawaqqu’ ialah hanya dipakai untuk
hal-hal yang menyangkut yang tidak disukai. Huruf la’alla ini adalah bermakna
ganda yakni mengharapkan sesuatu yang disukai dan menghindarkan diri dari hal-
hal yang buruk . Contoh tarajji ‫( لعل الحبيب قادم‬mudah-mudahan kekasih itu datang),
dan contoh tawaqqu’ ‫( لعل العدو ها لك‬semoga musuh itu binasa). Makna ‫ لعل‬seakan-
akan berlawanan arah, sebab yang satu menghendaki kebaikan, sedangkan yang
lain menginginkan terhidar dari kejelekan. Namun demikian ia solid dalam harapan
dan keinginan yang lebih menguntungkan.

B. Makna Aflaha dan beragam Derivasinya

1. Aflaha dari sisi teologi yaitu kebahagiaan dan keberuntungan ukhrawi. Contoh: ‫قد افلح‬
‫( المؤمنون‬Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman).

2. Terminologi Aflaha dan beragam Derivasinya

Kata aflaha adalah kata turunan dari akar kata falah. Kata falah dengan berbagai
derivasinya, disebutkan sebanyak 40 kali di dalam Al-Quran. Al-Raghib al-Asfahani
dalam Mufradat Alfaz Al-Quran menegaskan bahwa makna al-falah adalah
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Kebahagiaan duniawi adalah segala kenikmatan
hidup di dunia, seperti kekayaan, jabatan,kemuliaan dan sebagainya.sedangkan
kebahagiaan ukhrawi itu ada empat macam, yaitu : keabadian tanpa kerusakan,
kekayaan tanpakefakiran,kemuliaan tanpa kehinaan, dan pengetahuan (ilmu).

Menurut Muhammad Fu’ad ‘Abd Al-Baqi, di dalam Alquran lafaz aflaha terdapat
dalam 4 surat dan 4 ayat, yaitu terdapat pada: Q.S. Taha (20): 64, Q.S. Al-Mu’minun
(23): 1, Q.S. Al-A‘la (87): 14, dan Q.S. Al-Shams (91): 9. Kata aflaha pada keempat
ayat tersebut selalu didahului kata penegas qad (yang memiliki arti ‘sungguh’),
sehingga berbunyi qad aflaha atau sungguh telah berbahagia. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada uraian berikut ini:

1) Aflaha sebagai Keberuntungan dan Kebahagiaan Ukhrawi


6

Q.S. Al-Mukminun (23): 1, Q.S. Al- A‘la (87): 14, dan Q.S. Al-Shams (91): 9
menunjukkan bahwa kata aflaha berarti keberuntungan atau kebahagiaan yang
bersifat ukhrawi.

Q.S. Al-Mu‘minun (23): 1:

َ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْٱل ُم ْؤ ِمنُون‬

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, [Surat Al-Mu'minun (23)


ayat 1]

Ibn ‘Abbas, sebagaimana dikutip oleh Al-Khazin dalam tafsirnya, menegaskan


bahwa makna aflaha pada ayat pertama surat Al-Mukminun tersebut adalah
kebahagiaan bagi orang-orang yang bertauhid dengan benar. Mereka kekal di
dalam surga. Dengan demikian makna alfalah} adalah kekekalan dan
keselamatan.

2) Aflaha sebagai Kemenangan atau Kebahagiaan Duniawi. Di dalam Q.S. Taha


(20): 64, kata aflaha digunakan dalam konteks kemenangan atau kebahagiaan
duniawi:

‫ص ۭفًّا ۚ َوقَ ْد أَ ْفلَ َح ْٱليَوْ َم َم ِن ٱ ْستَ ْعلَ ٰى‬ ۟ ُ‫ُوا َك ْي َد ُك ْم ثُ َّم ٱ ْئت‬
َ ‫وا‬ ۟ ‫فَأَجْ ِمع‬

Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah


dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini.
[Surat Ta-Ha (20) ayat 64]

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna aflaha pada Q.S. Taha
ayat ke-64 di atas adalah kemenangan mengalahkan musuh. Konteks ayat ini
adalah ketika Fir’aun memerintahkan kepada para ahli sihir untuk mengalahkan
Musa a.s. Dia menjanjikan hadiah yang banyak serta hubungan yang dekat
dengannya, bagi siapa saja yang dapat mengalahkan Musa a.s. Inilah yang disebut
dengan kebahagiaan duniawi.

3). Tuflihu sebagai Keberuntungan Duniawi-Ukhrawi

‫ُوا َعلَ ْي ُك ْم يَرْ ُج ُمو ُك ْم أَوْ ي ُِعي ُدو ُك ْم فِى ِملَّتِ ِه ْم َولَن تُ ْفلِح ُٓو ۟ا إِ ًذا أَبَ ۭ ًدا‬
۟ ‫ظهَر‬
ْ َ‫إِنَّهُ ْم إِن ي‬
7

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan


melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan
jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya". [Surat Al-Kahfi
(18) ayat 20]

Lafaz tuflihu hanya terdapat pada satu surat dan satu ayat di dalam Alquran. Tepatnya
pada Q.S. Al-Kahfi (18) : 20. Kata tuflihu pada ayat tersebut didahului lafazh lan,
yang berfungsi sebagai nafi mustaqbal (meniadakan peristiwa/pekerjaan yang akan
datang), yang berarti tidak akan beruntung, maksudnya adalah tidak berbahagia dalam
kehidupan dunia dan akhirat

4). Tuflihun sebagai Proses Menuju Kebahagiaan Hakiki

Di dalam Alquran, lafaz tuflihun terdapat pada sebelas ayat dalam delapan surat.28
Kesemua lafaz tuflihun tersebut didahului oleh lafaz “la‘allakum” yang berarti
‘agar kalian’. Sehingga jika dirangkaikan menjadi “la‘allakum tuflihun”, agar
kalian berbahagia. Seperti terdapat pada Q.S. Al-Baqarah (2): 189, Q.S. Ali ‘Imran
(3): 130, Q.S. Ali Imran (3): 200, Q.S. Al-Ma’idah (5): 35, Q.S. Al-Ma’idah (5):
90, Q.S. Al-Ma’idah (5): 100, Q.S. Al-A‘raf (7): 69, Q.S. Al-Anfal (8) : 45, Q.S.
Al-Hajj (22): 77, Q.S. Al-Nur (24): 31, Q.S. Al-Jumu‘ah (62): 10.

C. Pengertian Syukur

Kata kunci dari syukur adalah suka berterima kasih, tahu diri, tidak mau sombong, dan
tidak boleh lupa Tuhan. Bagi seorang Muslim, kunci syukur itu adalah ingat Allah. Kita
ada karena Allah dan kepada-Nya kita akan kembali. Di sinilah, syukur seringkali
disamakan dengan ungkapan rasa “terima kasih” dan segala pujian hanya untuk Allah
semata. Semakin sering bersyukur dan berterima kasih, kita akan semakin baik, tenteram
dan bahagia.

Kata syukur yang sudah menjadi bagian dari kosakata dalam bahasa Indonesia, berasal dari
bahasa Arab. Dalam bahasa asalnya, syukur ditulis dengan syukr (‫ شك‬yang merupakan
bentuk masdar. Kata kerja (fi'il)nya adalah syakara (madi), dan yasykuru (mudari'). Di
samping itu, ada pula kata syukur (‫( شكو‬yang dua kali disebut dalam al-Qur'an, yakni dalam
surah al-Furqan/25: 62 dan surah al-Insan/76: 9.Menurut penulis kamus Mukhtar as-Sihah,
kata syukur dimungkinkan sebagai bentuk masdar, sama dengan kata syukr, di samping
dimungkinkan pula sebagai bentuk jamak (plural) dari kata syukr.
8

Dua ayat yang dimaksud adalah firman Allah:

‫ار ِخ ْلفَ ۭةً لِّ َم ْن أَ َرا َد أَن يَ َّذ َّك َر أَوْ أَ َرا َد ُش ُكو ۭ ًرا‬
َ َ‫َوهُ َو ٱلَّ ِذى َج َع َل ٱلَّي َْل َوٱلنَّه‬

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. [Surat Al-Furqan (25) ayat 62]

ْ ُ‫إِنَّ َما ن‬
‫ط ِع ُم ُك ْم لِ َوجْ ِه ٱهَّلل ِ اَل نُ ِري ُد ِمن ُك ْم َجزَٓا ۭ ًء َواَل ُش ُكورًا‬

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan


keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih. [Surat Al-Insan (76) ayat 9]

Sedangkan menurut istilah syara’, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang
dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan
nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah.

Sementara itu, di Indonesia dikenal pula kata tasyakkur. Kata ini juga berasal dari bahasa
Arab. Dalam hubungan ini al-Razi menerangkan bahwa kalimat tasyakkara lahu sama
dengan kalimat syakara lahu.Terdapat suatu kata yang oleh para ulama seringkali dijadikan
bandingan bagi kata syukur, yakni kata hamd (‫ حمد‬.( Ibn Jarir at-Tabari menganggap
keduanya sebagai sinonim, dengan alasan bahwa orang Arab sering menggunakan
keduanya dalam satu ungkapan:

َ‫ْٱل َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْٱل َع ٰـلَ ِمين‬

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah syukur diartikan sebagai: (1) rasa
terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan sebagainya).
Menurut M. Quraish Shihab, penjelasan dari pengertian syukur secara kebahasaan tersebut
tentu saja tidak sepenuhnya sama dengan pengertiannya menurut asal kata itu (etimologi)
maupun menurut penggunaan al-Qur’an atau istilah keagamaan.

1) Syukur secara teologi / akhirat

Dalam al-Qur'an kata syukr dengan berbagai derivasinya disebut sebanyak 75 kali.
Dalam ayat-ayat itu syukur tidak hanya dipakai dalam rangka perbuatan manusia
9

dalam mensyukuri nikmat, tetapi juga dalam rangka mengungkapkan sikap Allah
terhadap apa yang dilakukan hamba-Nya.

al-Qur’an surat An-Nahl ayat 18:

“Dan jika engkau menghitung-hitung nikmat Allah, maka engkau tidak akan dapat
menghitung jumlahnya”.

Oleh karena itu, sebagai manusia yang tidak bisa menghitung banyaknya jumlah dan
kualitas nikmat yang telah diterima maka bersyukur kepada Allah yang Maha Luar
biasa merupakan pilihan sekaligus solusi terbaik selama-lamanya. Sebab, kita selalu
diingatkan oleh Allah dengan pertanyaan dalam al-Qur’an yaitu:“Fa-biayyi alaa’i
Rabbi kuma tukadzdzi ban” yang berarti, “Maka nikmat Tuhanmu manakah yang
kamu dustakan?”

Pertanyaan sekaligus pernyataan, “Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban”


tersebut adalah ayat dalam Surah Ar-Rahman yang ditulis berulang-ulang sebanyak 31
kali. Ayat ini diletakkan di setiap akhir ayat dalam surah Ar-Rahman yang
menjelaskan sekaligus menegaskan bahwa nikmat yang diberikan oleh Allah kepada
semua manusia dan mahkluknya sungguh luar biasa banyaknya dan perlu disyukuri
dengan sepenuh hati perasaan dan akal pikiran.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menyebutkan bahwa hakikat syukur adalah mengakui
nikmat Allah karena Dialah pemilik karunia dan pemberian sehingga hati mengakui
bahwa segala nikmat berasal dari Allah SWT. Kemudian anggota badannya tunduk
kepada pemberi nikmat itu. Yang disebut tunduk adalah mentaati dan patuh karena
seseorang tidak disebut tunduk, kecuali jika dia mentaati perintah Allah dan patuh
kepada syari’at-Nya. Dengan demikian syukur merupakan pekerjaan hati dan anggota
badan.

Al-Ghazali (dalam Ensiklopedi Islam, 1994) cara bersyukur kepada Allah SWT, ada
tiga cara, yaitu:

a. Bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala
nikmat yang diperoleh berasal dari Allah,SWT dan tidak seorangpun yang dapat
memberikan nikmat itu melainkan allah SWT.
10

b. Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu
dengan kalimat Alhamdulillah.

c. Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal-hal
yang baik dan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan ajaran agama.

Dalam mensyukuri nikmat Allah, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah Saw
sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

”Jika Rasulullah Saw melaksanakan salat, ia berdiri (lama sekali) sampai kedua kaki
(telapak) nya pecah-pecah. Aisyah ra bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa engkau
berbuat seperti ini padahal dosamu yang terdahulu dan yang akan datang telah
diampuni? Lalu ia menjawab: Wahai Aisyah, apakah aku tidak ingin menjadi seorang
hamba yang bersyukur” (HR. Muslim).

Jawaban Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa rasa syukur bisa dilakukan dengan
cara salat yang khusuk dan berkualitas diiringi dengan kuantitas waktu sebagaimana
dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Bersyukur kepada Allah tentu saja tidak hanya dengan sujud syukur dan salat, lebih
dari itu kita juga bisa melakukan ibadah apa saja yang diperintahkan oleh Allah, baik
berupa amal ibadah mahdhah (khusus) dalam rangka berhubungan baik dengan Allah
sebagaimana termaktub dalam rukun Islam, maupun juga ibadah ghairu mahdhah
(umum) dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam semesta. Di sini,
bersyukur tentu saja juga bisa diekspresikan dengan caraberupaya semaksimal kita
untuk menjauhi apa saja yang dilarang oleh Allah (amar makruf nahi munkar).

2). Syukur secara Psikologi/dunia

Seligman (2005) mengungkapkan bahwa syukur (gratitude) merupakan salah satu dari
kajian psikologi positif tersebut, yang berarti mengucapkan terima kasih atas anugerah
yang diberikan. Beberapa penelitian membuktikan keterkaitan yang erat antara rasa
syukur dengan emosi positif lainnya.

Secara psikologis, orang yang banyak bersyukur memiliki tingkat emosi positifnya,
lebih waspada, lebih hidup dan terjaga, lebih senang bersuka cita, lebih optimis dan
mudah bahagia. Dan, secara sosial, orang bersyukur lebih mudah dan suka membantu,
11

murah hati dan penuh kasih kepada orang lain dan sedikit memiliki rasa kurang
kesepian dan terisolasi

Penelitian Froh, Yurkewicz, dan Kashdan (2009) membuktikan bahwa rasa syukur
memiliki hubungan yang kuat dengan penghargaan terhadap diri, pandangan hidup
positif, dan inisiatif. Penelitian Wood, Joseph, dan Linley (2007) juga menemukan
bahwa syukur berkorelasi positif dengan reinterpretasi positif, koping aktif,
perencanaan hidup dan berkorelasi negatif dengan perilaku menyalahkan. Rasa syukur
dapat meningkatkan perilaku prososial (Froh, dkk., 2009; Bartlett & DeSteno, 2006;
Algoe, Haidt, & Gable, 2008; Froh, Bono, & Emmons, 2010), merasa puas dengan
pengalaman hidupnya (Froh, Sefick, & Emmons, 2008; Chen & Kee, 2008; Lambert,
Fincham, Stillman, & Dean, 2009), dan rasa syukur adalah prediktor kuat
kesejahteraan seseorang (Watkin, Wood- ward, Stone, & Kolt, 2003.

Salah satu firman Allah dalam ayat al-Qur’an:

”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
(QS. Ibrahim:7).

Ayat tersebut menegaskan bahwa bila ingin sukses, bahagia, kaya dan banyak rezeki
maka bersyukurlah. Sebaliknya, bila tidak mau bersyukur maka tentu harus siap gagal
dan siap mendapat petaka dan bencana. Oleh karena itu, jalan terbaik yang perlu
ditempuh adalah bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Di sini, dapat dipahami bahwa
bersyukur merupakan jalan pertama dan utama yang perlu dilakukan setiap anak
manusia yang ingin sukses dan dilipatkan rezeki dan nikmatnya

Dalam buku Dahsyatnya Syukur, Syafii Al-Bantanie menerangkan secara lugas,


betapa syukur memberikan pengaruh besar bagi pelakunya. Tidak hanya dimudahkan
dari segala kesulitan, tapi juga mendatangkan dan menambah rezeki, mendatangkan
kesembuhan dan mengantar ke surga. Intinya, ia mengungkap bahwa syukur memiliki
hikmah yang besar. Di dalamnya terkandung keutamaan-keutamaan yang akan
diperoleh oleh pelakunya. Syukur merupakan energi yang dahsyat untuk menggapai
kesuksesan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
‫‪12‬‬

‫قتلوهم يعذبهم هللا بأيديكم ويخزهم وينصركم عليهم ويشف صدور قوم مؤمنين( التوبة ‪) :‬‬

‫اللهم اني اعواذبك من الريح األحمر والدم األسود والداءاألكبر‬


‫‪13‬‬

‫واذا مرضت فهو يشفين ( الشعراء ‪) :‬‬

Anda mungkin juga menyukai