Anda di halaman 1dari 13

MAKNA TAWAKAL

) (
Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah). Sekilas Tentang Hadits Hadits ini merupakan hadits marfu dari Umar bin Khattab ra, yang diriwayatkan melalui jalur sanad Abdullah bin Hubairah, dari Abu Tamim Al-Jaisyani, dari Umar bin Khattab, dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh : Imam Turmudzi dalam Sunan/ Jaminya, Kitab Al-Zuhud An Rasulillah SAW, Bab Fi Attawakkal Alallahi, hadits no 2344. Imam Ibnu Majah dalam sunnannya, Kitab Al-Zuhud, Bab Attawakkal Wal Yaqin, hadits no 4164. Imam Ahmad bin Hambal dalam tiga tempat dalam musnadnya, yaitu pada hadits no 205, 372 dan 375. Makna Hadits Secara Umum Hadits di atas menjelaskan tentang hakekat tawakal yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dengan perumpamaan seekor burung. Dimana burung pergi (baca ; mencari karunia Allah) pada pagi hari dengan perut kosong karena lapar, namun di sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang dan terisi penuh. Karena pada hakekatnya Allah SWT lah yang memberikan rizkinya sesuai dengan kebutuhannya. Demikian juga manusia, sekiranya manusia benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan mengamalkan hakekat tawakal yang sesungguhnya, tentulah dari aspek rizki, Allah SWT akan memberikan rizki padanya sebagaimana seekor burung yang berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang pada sore hari dengan perut kenyang. Artinya insya Allah rizkinya akan Allah cukupi.

Makna Dan Hakekat Tawakal Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata tawakala yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT. Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah: 1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal. Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337) 2. Ibnu Qoyim al-Jauzi Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala kecukupan bagi dirinya, dengan tetap melaksanakan sebab-sebab (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya. (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254) Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-istianah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-istianah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah. Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewaraan (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan. (Al-Jauzi, tt : 336) Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.

Derajat Tawakal Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana tawakal tidak dapat terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari tawakal itu sendiri: 1. () Derajat pertama dari tawakal adalah : Marifat kepada Allah SWT dengan segala sifat -sifatNya minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya, dsb. 2. () Derajat tawakal yang kedua adalah : Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha. Karena siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak benar sama sekali. Seperti seseorang yang ingin pergi haji, kemudian dia hanya duduk di rumahnya, maka sampai kapanpun ia tidak akan pernah sampai ke Mekah. Namun hendaknya ia memulai dengan menabung, kemudian pergi kesana denan kendaraan yang dapat menyampaikannya ke tujuannya tersebut. 3. () Derajat Tawakal yang ketiga adalah : Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena tawakal memang harus disertai dengan keyakinan akan ketauhidan Allah. Jika hati memiliki ikatan kesyirikankesyirikan dengan sesuatu selain Allah, maka batallah ketawakalannya. 4. ( ) Derajat tawakal yang keempat adalah : Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi seorang bayi, yang hanya bisa tenang dan tentram bila berada di susuan ibunya. Demikian juga seorang hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa tenang dan tentram jika berada di susuan Allah SWT. 5. () Derajat tawakal yang kelimana adalah : Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT. Karena tidak mungkin seseorang bertawakal terhadap sesuatu yang dia bersuudzan kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang dihusndzani dan yang diharapkannya. 6. () Derajat Tawakal yang keeman adalah : Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT. Karena orang yang bertawakal harus sepenuh hatinya menyerahkan segala sesuatu

terhadap yang ditawakali. Tawakal tidak akan mungkin terjadi, jika tidak dengan sepenuh hati memasrahkan hatinya kepada Allah. 7. () Derajat tawakal yang ketujuh yaitu : Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang merupakan hakekat dari tawakal. Allah SWT berfirman: (QS. 40 : 44)


Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia tidak akan berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah tidak akan menetapkan sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Tawakal Dalam Al-Quran Al-Quran sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini. Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM Al-Quran, kita mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam AlQuran. Jika disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut: 1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.Allah berfirman dalam Al-Quran (QS. 8 : 61)

Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48, 2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong) Allah berfirman (QS. 17:2) Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku, 3. Orang yang beriman; Allah berfirman (QS. 3 : 122) : hanya kepada Allah lah ia bertawakal.

Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mumin bertawakal. Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13. 4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat) Allah berfirman (QS. 3 : 159) Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. 5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung) Allah berfirman (QS. 3: 173) Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik Pelindung." Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171. 6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah. Allah berfirman (QS. 8 : 49): "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Lihat juga QS.17:65. 7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga) Allah berfirman (QS. 16: 41-42):

)( )(
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. Lihat juga QS.29:58-59. 8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya. Allah berfirman (QS. 65:3): Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Tawakal Dalam Hadits Selain dalam Al-Quran, dalam haditspun, tawakal memiliki porsi yang sangat banyak. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui CD ROM, kita mendapatkan terdapat sekitar 900 an hadits yang terdapat

kata yang berasal dari kata tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud, Timidzi, Nasai, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha Malik dan Musnad Imam Ahmad bin Hambal.) Sebelas hadits yang dicantumkan Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup sebagaian besar hadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini, kita dapat menyimpulkan beberpa poin : 1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: ) ( Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tibatiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orangorang banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, apakah yang sedang kalian bicarakan?. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka bertawakal. Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka. Rasulullah SAW menjawab, Engkau termasuk golongan mereka. Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka. Rasulullah SAW menjawab, Engkau telah didahului oleh Ukasyah. (HR. Bukhari & Muslim). 2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada Allah SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:

) ( Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, Ya Allah hanya kepada Mulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku bertawakal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan manusia mati. (HR. Muslim) 3. Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda : ( ) Dari Ibnu Abbas ra, Hasbunallah wanimal Wakil kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam ap, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut kepada mereka ; sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segala kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan janganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca, Hasbunallah wa nimal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal. (HR. Bukhari) 4. Tawakal akan mendatangkan nasrullah. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab Riyadhus Shalihin. Dimana dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa, ketika Rasulullah SAW sedang beristirahat di bawah sebuah pohon, sedangkan pedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorang musyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapat melindungimu dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAW menjawab Allah. Setelah tiga kali bertanya, tiba-tiba pedang yang dipegangnya jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang tersebut seraya bertanya, sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku? 5. Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: : ( Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rizki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)

6. Tawakal adalah setelah usaha. Dalam sebuah hadits diriwayatkan: ( ) Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal? Rasulullah SAW menjawab, Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah. (HR. Tirmidzi) Penutup Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu. Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas. Amin. Wallahu Alam Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

Zuhud dan Tawakal


1. Penegertian Zuhud - berarti Secara bahasa kata zuhud berasal dari bahasa Arab meninggalkan.Orang yang zuhud disebut Zahid. Menurut istilah zuhud didefenisikan dalam kalimat yang berbeda-beda namun tetap dalam arti yang sama. a. berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi bersifat material dan kemawahan duniawi dengan mengharapkan sesuatu yang lebih baik dan bersifat spritual berupa kebahagiaan ukhrawi. b. Menurut Imam al-Qusyairi Zuhud adalah tidak merasa bangga kemewahan dunia yang dimiliki dan tidak merasa sedih ketika kehilangan harta c. Menurut Imam Gazali, Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai kemewahan dunia sesuai dengan kadar kemampuannya d. menurut Ali Bin abi Thaib zuhud berarti membatasi ambisi-ambisi duniawi, syukur setiap anugrah dan menghindari apa yang telah haramkan oleh Allah swt. Dari pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa Zuhud berarti suatu sikap hidup dimana seseorang tidak terlalu mementingkan dunia dan harta kekayaan. Materi dan dunia ini hanya merupakan sarana dan alat untuk mencapai tujuan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat Dengan demikian zuhud tidak berarti membuang harta benda dan menolak apa yang dibolehkan akan tetapi zuhud berarti kita tidak boleh beranggapan bahwa apasaja yang kita miliki adalah lebih utama dari pada apa yang ada disisi Allah swt. 2. Dalil yang terkait dengan bersikap Zuhud Firman Allah swt.: 131 ) Artinya: Dan janganlah engkau tunjukkan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.(Qs.Thaha : 131)

3. Contoh perilaku Zuhud a. Senantiasa mensyukuri nimat yang diberikan Allah swt. b. Senantisa merasa cukup meskipun harta yang dimiliki sekedar untuk memenuhi kebutuhan. c. Orang yang memiliki kemampuan untuk hidup mewah, tetapi mereka tidak mau, sebab mereka selalu membelajakan hartanya di jalan Allah swt. untuk mendaptkan keridhaan-Nya. d. Tidak mencintai dunia secara berlebihan. Maksudnya adalah mencintai dunia sehingga melupakan cintanya kepada Allah swt dan Rasul-Nya. e. Tidak meninggalkan kehidupan dunia secara total namun Menjadikan kehidupan dunia menjadi sarana yang menentukan kehidupan di akhirat. Firman Allah swt.: 77 ) Artinya: katakanlah kesenangan didunia ini hanya sebentar (sidikit) dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. an-Nisa: 77). 4. Upaya untuk membiasakan sifat zuhud Seseorang yang ingin memiliki sifat zuhud setidaknya ia harus: a. Jangan menjadikan dunia sebagai`tujuan hidup, jadikanlah dunia sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan hidup yang utama,karena kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang hakiki tetapi hanyalah kehidupan senda gurau dan sementara. Kehidupan dunia yang berlebih-lebihan dapat mengantarkan manusia ke dalam kebinasaan. Firman Allah swt.: Artinya: Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan perainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.(Qs.alAnkabut : 64) b. Menyadari tugas manusia di dunia sebagai kekhalihan di permukaan bumi, yang akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat. Dengan demikian kita akan selalu menjadikan dunia sebagai sarana untuk bebuat baik dan beribadah kepada Allah swt.

c. Selalu membiasakan diri untuk tidak meminta sesuatu yang berlebihan, menerima dengan lapang dada hasil dari apa yang diuasahakan.

B. TAWAKAL 1. Pengertian tawakal Menurut bahasa berasal dari bahasa arab wakkala yang artinya menyerahkan atau mempercayakan. Menurut istilah, tawakkal didefenisikan dalam kalimat yang berbeda-beda namun tetap dalam arti yang sama. a. Menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukannya serta diri sepenuhnya untuk mendapat manfaat atau menolak mudharat dari Allah swt. b. Berserah diri kepada kehendak Allah swt.dan percaya dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya. c. Membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah swt. dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. d. Berserah diri kepada Allah swt dengan penuh keikhlasan baik dalam penderitaan, cobaan, maupun kebahagiaan. 2. Dalil tentang tawakkal 3 ) Artinya : Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS.At-Thalaq:3). Hadist Nabi, artinya: ) ... Artinya: Jikalau kamu tawakal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, maka kamu akan mendapat rizki seperti rizki burung-burung yang diwaktu pagi berada dalam keadaan lapar dan kembali sore dengan perut kenyang.(HR.Turmuzi).

3. Tingkatan tawakkal Berdasarkan tingkatannya tawakkal dibagi menjadi beberapa tingkatan, diantaranya adalah: a. Tawakkalul wakil, artinya sesorang yang mempercayakan urusannya kepada sang wakil yaitu Allah swt. tawakkal seperti ini dilakukan oleh mukmin biasa. b. Tawakkal Taslim, artinya seseorang ysng tidak membutuhkan sesuatu selain Allah swt. tingkatan tawakkal seperti ini adalah tawakkalnya para Nabi/Rasul. 4. Contoh perilaku tawakkal a. Selalu mempersiapkan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya. seperti bersyukur apabila mendapat karunia ,jika tidak ia akan bersabar. b. Tenang dalam menjalankan kehidupan, tidak pernah berkeluh resah dan gelisah. c. Selalu giat bekerja dan ikhtiar, karena ia berprinsip bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas dan perak. d. Selalu giat berdoa kepada Allah e. Menerima segala ketentuan Allah swt. dengan ridho terhadap dirinya dan keadaannya. f. Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. 5. Membiasakan diri berperilaku tawakal. a. Membaca sejarah para Nabi dan Rasul Allah swt.sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita. Seperti kesabaran Nabi Ayyub as. Dari cobaan yang ditimpakan kepadanya dll. b. Selalu giat bekerja, ikhtiar dan berdoa. c. Melatih kesabaran dengan memperbanyak ibadah sunah sesudah ibadah wajib. d. Selalu memiliki sifat optimis dan tidak putus asa, dengan prinsip hidup tidak datu jalan keroma. Kesimpulan 1. Zuhud dan tawakkal termasuk sifat yang terpuji. 2. Zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai kemewahan dunia sesuai dengan kadar kemampuannya 3. Tawakkal adalah Berserah diri kepada kehendak Allah swt.dan percaya dengan sepenuh hati atas keputusan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai