– Penjelasan Kata
مبسِمم ٱل الررححمممن الرر م
( الببحسِملةAl-Basmalah) : Basmalah adalah ucapan حيِـمم
( السِـــمAl-Ismu) : Isim adalah sebuah term (ungkapan) untuk menamai
seseuatu agar ia dikenal dan dibedakan dari yang lain.
اــ
( مAllah) : Allah adalah nama untuk Dzat Robb Yang Maha Tinggi lagi
Maha Suci, dimana Dia lebih dikenal dengan nama ini. Nama ini khusus
kepunyaan Allah Ta’ala.
( الررححممــمنAr-Rohmaan) : Ar-Rohman adalah salah satu nama milik Alloh
Ta’ala, nama ini berasal dari kata ( الرحمةAr-Rohmah) untuk menunjukkan
banyaknya rahmat yang dimiliki-Nya
حيِــمم
( الرر مAr-Rahim): Ar-Rahim adalah salah satu nama milik Allah, berasal
dari kata Ar-Rahmah, yang berarti Yang Memiliki kasih saying bagi hamba-
hamba-Nya dan melimpahkannya kepada mereka di dunia dan akhirat.
– Makna Basmalah Secara Umum
Aku memulai bacaanku seraya mengharap berkah dengan nama
Allah Ta’ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta memohon
pertolongan-Nya.
– Hukum Basmalah
Sangat dianjurkan bagi seseorang yang membaca setiap surat dalam Kitab
AllahTa’ala untuk membaca basmalah, kecuali ketika ia membaca surat At-
Taubah, maka ia tak perlu membacanya. Apabila didalam shalat fardhu,
maka basmalah ini dibaca secara pelan sekalipun shalat
itu jahriyah (dikeraskan bacaannya). Dan disunnahkan bagi setiap orang
untuk membaca basmalah pada waktu makan, minum, mengenakan
pakaian, ketika masuk atau keluar masjid, ketika naik kendaraan dan pada
setiap urusan yang baik. Selain itu wajib membaca “Bismillah, Allahu
Akbar” ketika menyembelih hewan. (Red-HASMI).
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah
Firman Allah:
حيِمم
ا الررححممن الرر م
مبحسِمم م
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang”
Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang
tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang
dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan,
maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku
makan”.
Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus
memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena
keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.
Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di
belakang:
Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma
Allah Azza wa Jalla.
Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang
berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan
dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya
dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.
Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu)
itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui
masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali
apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang
dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah صلی ا عليه وسلمbersabda:
لولمسن لكاِلن للسم ليسذلبسح لفسلليسذلبسح اباِسسام ا ا-
لعللىَ اسسام ا ا-ا
ا
“Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih
hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah“[1]Atau :
“Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah”[2]
Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.
Lafzhul Jalalah (ا ) م.
Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi
nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah
selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).
Ar-Rahmaan ()الررححممن
Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu,
disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.
Ar-Rahiim(حيِمم
)الرر م
Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang
dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang
menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini
ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat
Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih
sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih
sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung
dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua
Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya,
yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.
Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan
dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-
Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal
sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita
merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.
Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini.
Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau
kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal
mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata:
“Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan,
kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi
Allah”.
Bantahan terhadap mereka dari dua sisi:
Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan
kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang
tanpa disertai hal itu semua.
Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih
sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki
makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq َسبحاِنه و تعاِلى
adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan
kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela
sama sekali.
Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah
menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah َسبحاِنه و تعاِلى.
Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa
kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang
Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah
lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita
saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan,
berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih
sayang Allah َسبحاِنه و تعاِلى.
Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang
hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal,
justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan
argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam
menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan
yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan
yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu
benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda
adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh
orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat
diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda
bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam :
“Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat
karunia Allah dan rahmatNya”
MASALAH
Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat
bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr
(dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat
tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.
Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat
Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.
Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian
ayat dalam surat ini.
Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari
Abu Hurairah رضي ا عنهbahwa Rasulullah صلی ا عليه وسلمbersabda : Allah
َ سبحاِنه و تعاِلىberfirman:
ب اسللعاِللاميلن{َ لقاِلل ا
لوإالذا،ِاا لتلعاِللىَ لحاملداني لعسبادي لفإالذا لقاِلل اسللعسباد }اسللحسماد ا ا ا،ِصلللة لبسياني لولبسيلن لعسبادي
َل لر ب لقلسسم ا
ت ال ا
لفإالذا لقاِلل،ِ لوإالذا لقاِلل }لماِلااك ليسوام البَديان{َ لقاِلل لماجلداني لعسبادي،ِاا لتلعاِللىَ ألسثلنىَ لعللاي لعسبادي
حيم{َ لقاِلل ا
لقاِلل }الارسحلمان الار ا ا
َ لفإالذا لقاِلل }اسهادلناِ ال ب،ك لنسسلتاعيان{َ لقاِلل لهلذا لبسياني لولبسيلن لعسباديِ لولالعسباديِ لماِ لسأ للل
.صلرالط اسلامسسلتاقيلم ك لنسعاباد لوإااياِ ل
}إااياِ ل
ب
َل لر ب اا لعللسياه لولسلالم لوألابي لبسكرر لواعلملر لواعسثلماِلن لفلكاِانوا ليسسلتسفاتاحولن ا
ب }اسللحسمد ا ا ا صالىَ ا ت لخسل ل
ف الاناببَي ل صلاسي ا
ل
Seperti halnya contoh lain هﻠلﻞ تهلﻴلadalah singkatan dari lapadz ل اله ال ا,
jadi tahlilan itu adalah mengucapkan lapadz ل اله ال ا.
Kemudian apa yang menjadi alasan kenapa setiap pengarang atau bukan
pengarang, mereka memulai pekerjaannya dengan bacaan Basmallah.
كﻞ أمﺮ دﻯ باِل ل يﺒﺪاﺀ فﻴه بﺒﺴﻢ ا فهﻮ أقﻄﻊ اﻯ قلﻴﻞ الﺒﺮكﺔ
“ setiap perkara yang baik menurut syara’ tidak diawali dengan lapadz
Bismillah maka akan putus” artinya kurang berkah.
Contoh ta’alluq didahulukan dengan Menggunakan fi’il dan syibhul fi’li yang
bersifat khusus ada tujuh seperti berikut:
Fi’il khos taqdirnya:
أألﻒ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Hal yang keluar dari faa’ilnya masdar, wataqdir أألﻒ تألﻴفاِ مﺘﺒاِركاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ
الﺮحﻴﻢ
Isim faa’il yang keluar dari fi’il, wataqdir أناِ مﺆلﻒ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Hal yang keluar dari isim faa’il, wataqdir أناِ مﺆلﻒ مﺘﺒاِﺅكاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Jumlah ismiah dengan mubtada yang keluar dari fi’il, wataqdir تألﻴفي حاِمﻞ بﺴﻢ
ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Hal yang keluar dari fi’ilnya faa’il, wataqdir أبﺘﺪﺀ مﺴﺘعﻴﻨاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Hal yang keluar dari faa’ilnya masdar, wataqdir أبﺘﺪﺀ إبﺘﺪاﺀﻤ مﺘﺒاِركاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ
الﺮحﻴﻢ
Isim faa’il yang keluar dari fi’il, wataqdir أناِ مﺒﺘﺪﺀ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Hal yang keluar dari isim faa’il, wataqdir أناِ مﺒﺘﺪﺀ مﺘﺒاِﺅكاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Jumlah ismiah dengan mubtada yang keluar dari fi’il, wataqdir إبﺘﺪاﺋي حاِمﻞ بﺴﻢ
ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
Ta’alluq bismilah di atas adalah ta’alluq yang ditaqdim (ta’alluq) terletak
اقﺮأ بﺴﻢ sebelum kalimat bismilah) karena ada dalil/ilat dalam alquran yaitu
, adapun faidah ta’alluq ditaqdim yaituربﻚ الﺬيِ خلﻖ
Bisa juga ta’alluw itu ditakhir (ta’alluq diletakan setelah kalimah bismilah).
ذكﺮ الﻤعﻤﻮل قﺒﻞ عاِمله يفﻴﺪ اﻹهﺘﻤاِم karena ada keteranganلﻺهﺘﻤاِم Faidahnya adalah
(mengucapkan ma’muul sebelum ‘aamil adalah menunjukan betapa
إياِك نعﺒﺪ وإياِك نﺴﺘعﻴﻦ pentingnya permasalahan) seperti contoh dalam alquran
Jumlah ta’alluq bismilah yang ditakhir sama dengan jumlah ta’alluq yang
ditaqdim yaitu ada tujuh, cuman bedanya cara meletakkanya seperti
contoh berikut ini:
Tujuh contoh ta’alluq bismilah yang ditakhir dengan menggunakan fi’il dan
syibhul fi’li yang bersifat khos/khusus:
I’rabnya ba’ dalam kalimah bismilah adalah mabni kasrah tidak mabni
’sukun alasanya agar tidak ibtidaa-u bissakin, alasan mabni karena ba
termasuk huruf sedangkan setiap huruf mempunyai hak untuk mabni:
.وكﻞ حﺮف مﺴﺘﺤﻖ للﺒﻨاِﺀ
Menurut kajian nahwu ba bismiliah bisa menjadi tiga kategori yaitu sebagai
berikut:
ماِﺭﺭﺭﺭﺭ ليﺤﺘﺞﺭﺭﺭﺭﺭ إلىَﺭﺭﺭﺭﺭ تعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭ يﺘعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭ بهﺭﺭﺭﺭﺭ ولﻴﺲﺭﺭﺭﺭﺭ لهاِﺭﺭﺭﺭﺭ معﻨاِﺭﺭﺭﺭﺭ فيﺭﺭﺭﺭﺭ نفﺴهاِ
yaitu haraf jar yang tidak membutuhkan ta’alluq yang berhubungan
denganya, juga tidak memiliki arti tersendiri, jika ba dalam bismilah
dimaksudkan ba haraf jar zaidah maka i’robnya bismilah sebagai berikut :
الﺒاِﺀ حﺮف جاِر ﺯاﺋﺪ ,واﻹسﻢ مﺒﺘﺪﺀ مﺮفﻊ باِﻹبﺘﺪﺀ وعلمﺔ رفعه ضﻤﺔ مقﺪرة علىَ أخﺮﻩ مﻨﻊ مﻦ ﻇهﻮرهاِ
بإﺷﺘغاِل مﺤاِل بﺤﺮكﺔ حﺮف جاِر ﺯاﺋﺪ وخﺒﺮﻩ مﺨﺬوف وتقﺪيﺮﻩ مﺒﺪوﺀ به الﺤاِمﻞ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ
مﺒﺪوﺀ به او أبﺪﺀ به بﺪيعﺔ قﻮيﺔ بﺤﺴﻦ نﻴﺔ واﻹخلﺹ
ماِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ يﺤﺘﺞﺭﺭﺭﺭﺭﺭ إلىَﺭﺭﺭﺭﺭﺭ تعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭﺭ يﺘعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭﺭ بهﺭﺭﺭﺭﺭﺭ ولهاِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ معﻨاِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ فيﺭﺭﺭﺭﺭﺭ نفﺴهاِ
yaitu haraf jar yang
membutuhkan muta’alaq yang bersangkutan denganya, dan juga memiliki
makna tersendiri, jika dalam kalimah bismilah dimaksudkan ba haraf jar
asliyah maka pasti ada muta’alak yang dibuang, jika ditampakan kira-kira
seperti ini:
إسﻢ الﺬات الﺠاِمعﺔ علىَ جﻤﻴﻊ الﺼفﺔ اﻷلﻮهﻴﺔ الﻤﻨعﻢ بﺠلﺋﻞ الﻨعﻢ الﻤﻨعﻢ بﺪقاِﺋقهاِ أألﻒ هﺬا الﻜﺘاِب الﻤﺴﻤىَ
بألفﻴﺔ مﺜﻤل حاِل كﻮن مﺴﺘعﻴﻨاِ ومﺘﺒاِركاِ لﻴﺤﺼﻞ الﺒﺮكﺔ بﺬكﺮ إسﻢ مﻦ اسﻤاِﺀ ا
3. ba’ haraf qosamiyah/ media untuk bersumpah, ba kategori ini sangat
membutuhkan jawab qosam, jika ba dalam bismilah dimaksudkan ba
qosamiyah maka jawab qosamnya misalkan:
و نقﺼﻮا مﻦ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ اﻷلﻒ لﻜﺜﺮته بﺨلف باِسﻢ ا و باِسﻢ ربﻚ و نﺤﻮﻩ
Susunan lafadz ismu terhadaf lafadz allah adalah susunan tarkib idofi, arti
tarkib idofi adalah suatu kalimah yang terdiri dari mudof dan mudof ilaih,
ismu adalah mudof dan lafadz allah mudof ilaih, definisi atau ta’rif dari
tarkib idofi adalah
yaitu nisbat atau hubungan bangsa kayid yang keduanya (mudof) minta
untuk dijarkan selamanya. sebab ada keterangan
haknya mudof ilaih adalah dijarkan oleh mudof, dalam arti mudof harus
selamanya menjarkan mudof ilaih.
Adalah antara mudhof dan mudhof ilaih syah dijadikan mubtada dan
khobar.
ﻦ اكبَﻞ ألسسلﻤاِاﺀ ا
ااسسرﻢ ام س
Lafadz arrahman dan arrahim merupakan sifat atau na’at dari lafadz allah.
bentuk na’at seperti ini bisa di kotho juga bisa di itba’ karena alasan
man’utnya yaitu lafad allah bersifat mu’ayan/tertentu, arti mu’ayan adalah
mausuf yang sudah jelas meski tidak disebutkan sebagian atau semua
sifatnya. sebagaimana syaikh ibnu malik berargumen:
Arti kotho’ adalah ِ قﻄﻊ الﺤﻜﺔ الﺼفﺔ بﻤﻮصﻮفهاmemutuskan harkat sifat dari
mausufnya, contoh ﻦﺭﺭ الﺮحﻴﻠﻢ
اﺭﺭ الﺮحﻤ ل
بﺴﻢﺭﺭ اcoba lihat dicontoh itu, lafadz
arrahman dan arrahim keduanya adalah nasab sedangkan lafadz allah
adalah khofad, seperti itulah yang disebut kotho. dalam pengucapan
bismilah atau penulisanya bisa sembilan macam namun yang
diperbolehkan hanya tujuh. Yang diperbolehkan seperti contoh berikut:
tidak mungkin nasab ataupun rafa jika tidak ada amil/yang merintahnya,
jika nasab berarti ‘amilnya adalah fi’il takdirnya misalkan أمﺪﺡatau أعﻨي. jika
rafa’a berarti ‘amilnya adalah mubtada yang dibuang wataqdiruhu hua. jika
kurang faham silahkan kaji dalam alfiyyah bait di bawah ini:
catatan: yang tidak boleh adalah itba’ ba’da kotho, alasan karena الﻨعﺖ
والﻤﻨعﻮت كاِلﺠﺰﺀ واحﺪantara sifat dan mausuf bagaikan satu juz yant tidak
dapat terpisahkan lagi.
الﺮحﻴﻢل ﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ
الﺮحﻤ ا
(fathah setelah kasrah) dan
ﻦ الﺮحﻴﻢ
الﺮحﻤ ا
Arti itba’ dalam artian nahwu adalah mengikuti harkat sebelumnya contoh ا
ﻦ الﺮحﻴﻢ
ا الﺮحﻤ ا
بﺴﻢ اperhatikanlah lafadz arrahman dan arrahim pada contoh
tersebut, keduanya khofad karena mengikuti khofadnya lafadz allah,
B. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI ILMU MANTHIQ
ﺴاﻤللاﺔ لخلﺒاﺮايﻤﺔ
ﺖ اجسﻤللاﺔ الاﺒ س
لفإاسن كاِ للن س
Bagian pertama ;
أ الﺅبَلﺭﺭ ا
ﻒ
Bagian kedua ;
ﺴسﻮراﻤ اب ا
ﺴسﻮار الاﻜبَﻞ ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا
ضسﻮاعهاِ ل لم ا ﺤاﻮ ليسﺒلﺘاﺪأ ا اكﺢﻞ امسﺆاماﻨسﻴ ل
ﻦ لوضاِ لاب ا ﻀاﻴﻤﺔ اكلااﻴﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س لوات ل
ﺴاﻤىَ لق ا
Bagian ketiga ;
ﺠسﺰاﺋي ﺴسﻮراﻤ اب ا
ﺴسﻮار ال ا ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا
ضسﻮاعهاِ ل لم ا ﻦ لوضاِ لاب ا ﺤاﻮ ليسﺒلﺘاﺪأ ا لبسع ا
ﺾ امسﺆاماﻨسﻴ ل ﻀاﻴﻤﺔ اجسﺰاﺋاﻴﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س لوات ل
ﺴاﻤىَ لق ا
ليسﺒلﺘاﺪأ ا لبسع ا
ﺾ امسﺆاماﻨسﻴ ل
ﻦ
Bagian keempat ;
ليسﺒلﺘاﺪأ ا امسﺆماﻨسﻮلن
Terdiri dari ba, ismun, Allah, al-rahman, al-arohim. Ba” adalah adat dan
lafaz juz’I, ismun adalah lafaz mufrad kulli jenis, Allah adalah lafaz mufrad
juz’i. Allah adalah nama zat yang memiliki sifat kemaha sempurnaan dan
mahasuci dari kekurangan; al-rahman dan al-rahim adalah lafaz mufrad
kully wadh’an wa isti’malan.
Syekh Abu Suûd menyuguhkan kepada kita dua jawaban, beliau berkata:
“Tidak dikatakan ( ا(اباِالdemi membedakan antara sumpah dan harapan,
atau guna mewujudkan tujuan utama pemaknaan, yaitu () السساﺘلعاِلناﺔ, meminta
pertolongan. Kita kadang meminta pertolongan dengan menyebut zat-Nya.
Artinya: meminta pertolongan untuk melakukan sebuah pekerjaan yang
wajib dilaksanakan selaku hamba. Makna ini tersirat di ( ﻚ لنسعاﺒاﺪ ) إااي ل, dan
kadang juga dengan nama-Nya. Artinya, meminta pertolongan dan rahmat-
Nya supaya pekerjaan itu punya nilai ibadah di mata syariat sehingga ia
punya berkah, karena jika tidak disertai dengan nama Allah, maka ia pun
tidak terhitung dan sia-sia. Dan tatkala kedua bentuk permintaan itu
terdapat di al-Fatihah maka makna terakhir ini wajib dibedakan dari yang
pertama dengan menempatkan kata ( )اﻹاسسﻢ
Sebelumnya itu, Ustadz Said Nursi juga telah menjelaskan makna di atas,
beliau berkata:
Di sini, para pemerhati tafsir telah mengorek indera rasa Anda dalam
memberikan pemaknaan. Olehnya itu, Anda dipersilakan menyibak kabut-
kabut tipis yang melindungi penglihatan Anda dari makna-makna yang ada
lewat pernyataan Jarullah az-Zamakhsyari berikut ini:
Kata الﺮحﻤﻦdan الﺮحﻴﻢDilihat dari pan ilmu bayan disebut Majaz Mursal ( مﺠاِﺯ
) الﻤﺮسﻞ, majaz ( ) مﺠاِﺯadalah “kalimah yang dipakai bukan dalam ma’na
madhu’lahnya ( ) مﻮضﻮﻉ لهatau ma’na asalnya ” karna adanya ‘alakoh ( علقﺔ
), yaitu yang memustahilkan dima’nai dengan ma’na asal
( َ) الﻜلﻤﺔ الﻤﺴﺘعﻤلﺔ فىَ غﻴﺮماِ وضعﺖ له لعلقﺔ اﻯ ماِنعﺔ عﻦ ارادة معﻨىَ اﻷصلى
“ dan majaz itu ada majz mursal dan ada majaz isti’arah, maka adapun
yang pertama (majaz mursal), yaitu yang ’alaqohnya tidak ada persamaan
antara ma’na asal dengan ma’na furu’nya, yaitu ada yang membahasakan
majaz mursal itu dengan جﺰﺀ (sebagian) dalam كﻞ
(keseluruhan) atau sebaliknya,atau ( حاِلtingkah) dalam ( مﺤاِلtempat), atau
alat dalam pekerjaan, atau sabab ( ) سﺒﺐdalam musabab ( )مﺴﺒﺐatau
sesuatu/perkara yang sudah terlewati dalam perkara yang sedang, atau
yang sudah datang dalam sesuatu yang pasti datang yang ditunggu-
tunggu”
Yaitu lapadz yang ma’nanya bukan asal ma’na tersebut ( ) سﺒﺐ, tetapi yang
dimaksud adalah musabab ( )مﺴﺒﺐ. sabab ( ) سﺒﺐatau ma’na asal الﺮحﻤﻦ
adalah “pengasih” sedang
yang dimaksud adalah musabab ( )مﺴﺒﺐ, yaitu ( اﻹحﺴاِنyang membuat
kebaikan) .
Dan alasan kenapa ma’nanya bukan ma’na asal? Sebab mustahil ma’na
asal untuk Alloh Swt, yaitu :
Nah! terbersit dalam hati mustahil bagi Alloh Swt, jadi yang dimaksud
adalah Al-ihsan-Nya( ) اﻹحﺴاِن/yang membuat kebaikan .
Jadi, lapadz رقﺔ itu disebut
sabab ( سﺒﺐ ) dan اﻹحﺴاِن وﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ اﻹنعاِمﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ
disebut musabab ( )مﺴﺒﺐ.
Siapa dan apa yang “dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang
Maha Penyayang”.
Dalam konteks ilmu nahwu dalam bahasa Arab, subyek dan predikat itu
ditunjukkan dengan butuhnya haraf jar ba di awal rangkaian basmalah
kepada muta’allaq (rangkaian yang dikaitinya). Dengan tidak adanya
muta’allaq tersebut secara tekstual redaksional, maka dipastikan
muta’allaq tersebut adalah kalimat yang secara tekstual tidak dicantumkan
yang dalam bahasa Arab disebut mahdzuf (secara makna ada, tapi secara
teks tidak tertulis).
Apa rangkaian yang tidak tercantum itu ? Itulah subyek dan predikatnya.
Apa subyek dan predikatnya ? Karena secara teks tidak ada, maka dapat
dimaknakan secara umum. Subyeknya bisa siapapun. Predikatnya bisa
pekerjaan apapun. Namun keumumumannya dibatasi oleh hadits :
ا
ﺴاﻢ ا صالىَ اا لعللسﻴاه لو لسلالﻤإااناه لقاِلل اكﺢﻞ ألسمرﺮ اذسيِ لباِرل لل ايسﺒلﺪأ ا افسﻴاه اباﺒ س
ﻦ الاﻨاﺒبَي ل ﻦ ألابسي اهلﺮسيلﺮلة لر ا
ضلي اا لعسﻨاه لع ا لع س
ل
الاﺮسحﻢْﻢان الاﺮاحسﻴاﻢ لفاهلﻮ أسق ل
ﻄاﻊ
Dari Abū Huroiroh rodiyallōhu ‘anhu dari Nabi shollallōhu ‘alaihi wasallam
sesungguhnya beliau bersabda, “Setiap perkara yang penting (dipandang
baik
menurut syara’) yang tidak dimulai
sebabnya dengan
bismillaahirrahmaanirrahiim sedikit
berkahnya” (H.R. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan An-Nasāi).
Dengan demikian, subyek dan predikatnya terbatas pada hal-hal yang baik
menurut syara’.
2. Dari sisi pembaca dan pengkaji kitab, subyek dan predikatnya adalah
“saya membaca/mengkaji kitab bidayatul hidayah ini”
Dalam konteks ilmu balaghah dalam bahasa Arab, posisi subyek dan
predikat menentukan. Bila subyek dan predikat di awal, maka tidak
memberikan tambahan makna secara khusus. Bila subyek dan predikat di
akhir, maka memberikan makna pengkhususan (hashr/qasr).
Pada kasus basmalah, para ulama lebih mendukung penempatan subyek
dan predikat di akhir. Mengapa ? Agar memberikan makna pengkhususan
yang itu berarti tauhid. Maka dalam konteks pengkaji kitab bidayatul
hidayah, maka makna basmalah menjadi “ hanya dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang saya mulai mengkaji kitab
bidayatul hidayah ini”
MAKNA BI
Bi di awal basmalah memiliki beberapa makna, di antaranya adalah
isti’anah (mohon pertolongan), mushahabah (tabarruk/ngalap berkah),
ilshaq (wushul/sampai).
MAKNA ISMILLAH
Rangkaian ismillah adalah idhafat (dua kata yang dijadikan satu) lafazh ism
dan lafazh Allah.
1. Lil ‘ahdi
Dengan makna lil ‘ahdi , ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah
hamliyyah syakhsiyyah mūjabah . Dengan demikian, makna ismillāh adalah
ismin khōssin min asmaillāh (nama yang khusus dari nama-nama Allah).
Nama khusus itu adalah lafaz Allah.
2. Lil jinsi
Dengan makna lil jinsi, ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah
hamliyyah kulliyyah muhmalah mūjabah . Dengan demikian, makna
ismillāh adalah ayyismin min asmāillāh (nama yang manapun dari nama-
nama Allah).
3. Lil istigraqi ba’dhil afrod
Dengan makna li istigrōqi ba’dil afrōdi , ismillāh secara ilmu manthiq adalah
qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmallah musawwaroh bisūril juziyyi
mūjabah . Dengan demikian, makna ismillāh adalah
ba’dismillāhi (sebagian nama Allah).
Secara ilmu sharaf, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim berasal dari rahima yang
berarti merahmati. Ar-Rahman dan Ar-Rahiim adalah bentuk kata sifat,
sehingga bermakna Yang merahmati (memberi rahmat).
Selain itu, Ar-Rahmaan mengikuti wazan fa’laan yang memiliki makna
kesementaraan sedangkan Ar-Rahiim mengikuti wazan fa’iil yang memiliki
makna kesinambungan. Karena itu Ar-Rahman dimaknakan Yang Memberi
rahmat di dunia sebagai tempat yang sementara sedangkan Ar-Rahiim
dimaknakan Yang Memberi rahmat di akhirat sebagai tempat yang abadi
(terus berkesinmbungan).
Basmalah terdiri dari empat kata pokok, yaitu ism, Allah, Ar-Rahman dan
Ar-Rahiim. Hal ini memberikan isyarat :
2. Ampunan Allah kepada hamba-Nya dari empat wajah dosa, yaitu dosa
yng tersembunyi, dosa yang terang-terangan, dosa di gelap malam dan
dosa di terang siang.
Allah Ta’ala membuka kitab-Nya yang paling angung, yaitu Alquran dengan
lafadz basmalah. Demikian pula, semua surat dalam Alquran diawali
dengan basmalah, kecuali surat At-Taubah.
Ketiga , basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman
‘alaihis shalatu was salam kepada Ratu Saba’ yang ketika itu masih
menyembah matahari. Allah berfirman, menceraitakan kisah mereka,
ﻦ الاﺮاحﻴاﻢ ) ( ألال لتسعالﻮا لعللاي ﺴاﻢ ا ا
ا الاﺮسحلﻤ ا ﺖ لياِ ألﺢيلهاِ اسللﻤلﻠ ا إابَني أ اسلاقلي إاللاي اكلﺘاِب لكاﺮيﻢ ) ( إااناه ام س
ﻦ اسللسﻴلﻤاِلن لوإااناه اب س لقاِلل س
ﺴلااﻤﻴﻦللوسأاتﻮاني ام س
“Sang ratu berkata: Wahai para menteri, saya mendapatkan sepucuk surat
yang mulia. Surat itu dari Sulaiman, isinya: Bismillahir rahmanir rahiim.
Janganlah kalian bersikap sombong di hadapanku dan datanglah
kepadaku dengan tunduk .” (QS. An-Naml: 29 – 31).
Tujuan utama Nabi Sulaiman mengirim surat ini adalah untuk mengajak
mereka masuk Islam dan meninggalkan kekufurannya. Mengingat
pentingnya tujuan ini, Nabi Sulaiman mengawalinya dengan basmalah.
“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca
basmalah).” (HR. Abu Daud 101 dan dishahihkan al-Albani).
“Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin menggauli istrinya, dan
dia membaca doa: ‘Dengan (menyebut) nama Allah, …dst’, kemudian jika
Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka
setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya .” (HR.
Bukhari no.141 dan Muslim no.1434)
Seperti yang sering kita bahas, kita tidak bisa melihat jin, namun jin bisa
melihat kita dalam semua keadaan. Tidak segan-segan, jin yang kurang
bertanggung jawab, juga akan melihat kita dalam posisi ketika tidak
berbusana. Untuk menanggulangi hal ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar ketika buka pakaian, kita
tidak lupa membaca basmalah.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian
masuk kamar kecil, ucapkanlah bismillah.” (HR. Turmudzi 606 dan
dishahihkan al-Albani).
Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akan
menjadi incaran setan. Dia berusaha mengganggu kita dengan mengotori
makanan atau mengambil barang berharga itu.
“Tutuplah bejana, ikatlah geribah (tempat menyimpan air yang terbuat dari
kulit), tutuplah pintu, matikanlah lentera (lampu api), karena sesungguhnya
setan tidak mampu membuka geribah yang terikat, tidak dapat membuka
pintu, dan tidak juga dapat menyingkap bejanan yang tertutup. Bila engkau
tidak mendapatkan tutup kecuali hanya dengan melintangkan di atas
bejananya sebatang ranting, dan menyebut nama Allah, hendaknya dia
lakukan .” (HR. Muslim)
، لوإالذا لدلخلﻞ،ﺸْاِلﺀ لولل لع ل،ﺖ للاﻜسﻢ لل لماﺒﻴ ل: ﻄاِان ا اعسﻨلﺪ اداخﻮلااه لواعسﻨلﺪ ل
لقاِلل ال ا،ﻃلعاِاماه
ﺸْسﻴ ل لفلﺬلكلﺮ ل،إالذا لدلخلﻞ الاﺮاجاﻞ لبسﻴلﺘاه
ألسدلرسكاﺘاﻢ اسللﻤاﺒﻴ ل: لقاِلل،ﻃلعاِاماه
ﺖ ا اعسﻨلﺪ ل ألسدلرسكاﺘاﻢ اسللﻤاﺒﻴ ل: ﻄاِان
لوإالذا للسﻢ ليسﺬاكاﺮ ل،ﺖ لقاِلل ال ا،ا اعسﻨلﺪ اداخﻮلااه
ﺸْسﻴ ل لفللسﻢ ليسﺬاكاﺮ ل
لواسللع ل
ﺸْاِﺀل
“Jika seseorang masuk rumahnya dan dia mengingat nama Allah ketika
masuk dan ketika makan, maka setan akan berteriak: ‘Tidak ada tempat
menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam.’ Namun jika dia tidak
mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan, ‘Kalian
mendapatkan tempat menginap’ dan jika dia tidak mengingat nama Allah
ketika makan maka setan mengundang temannya, ‘Kalian mendapat jatah
menginap dan makan malam’ .” (HR. Muslim).
“Janganlah kalian makan (hewan) yang tidak disebutkan nama Allah ketika
menyembelihnya. Itu sesuatu yang fasik (tidak halal) .” (QS. Al-An’am:
121).
Assalamu’alaikum wr wb
Bismillahir rohmaanir rohiim.
Kami bukan penulis, bukan ahli kitab , jadi sudah barang tentu terdapat
kekurangan dalam menyampaikan risalah yang maha dahsyat ini. Namun
akibat kohharnya Alloh , akibat sabda rosulillah SAW , kami dipaksa
menyampaikan walau satu ayat atau walaupun satu huruf. Ketakutan kami
akan ancaman beliau yang mana beliau mengancam “ Laisa minna man
lam yahtamma bi amril muslimin “ Bukan golonganku , orang yang tidak
memperhatikan kaum muslimin “ sementara kami berada diantara kaum
muslimin .
Bagi yang sudah diberi hidayah dan diberi pemahaman , tentunya kami
mohon dukungan dan do’a restunya. Sehingga kajian ini bukan sekedar
cerita tentang ilmu tauhid tetapi menjadikan sebab bagi kita diberi bisa
bertauhid yang menjadi sebuah penerapan dari keimanan itu sendiri dalam
mengarungi kehidupan yang fana’ ini, sehingga kita semua kembali kepada
asalnya dalam keadaan selamat .
Jadi dalam kata Alloh terdapat dua obyek yang sebenarnya adalah
subyek . yaitu DZAT ALLAH dan SIFAT ALLAH.
Jadi Dzat Allah itu Maha ada dan sifat Allah juga ADA/ WUJUD sebab
Dzat Allah yang membuat ada menjadi sifat Allah.
Jadi Allah menciptakan sifat Allah sendiri menggunakan Dzatnya sendiri
yang maha menciptakan .
Jadi Ciptaan Alloh yang paling permulaan adalah sifat Allah yang masih
berwujud NUR .
Jadi NURULLAH itu awal dari semua yang paling awal dari segala ciptaan
yang manifestasinya menjadi sifat sifat Allah yang sangat tak terhitung
jumlahnya .
Jadi ada sifat Allah yang terkenal 20 sifat wajib. Juga terkenal dalam
asmaul husna. Dan lain sebagainya yang tidak mampu kita sebutkan satu
persatu itu Merupakan sifat alloh yang diutus Alloh atau Rosululloh.
Dari kajian bahasa , bahwa merah kuning hijau dan semua juga sifat dari
pada dzat warna yang sebenarnya adalah Dzat Allah yang memenuhi sifat
Allah dalam warna
Jadi alam jagat raya dan seisinya , ini disebut ada sebab akibat
manifestasi sifat Allah yang diutus ( ROSUL ) ke seluruh permukaan jagat
raya ini.
Termasuk Rasa susah , senang , sedih , kaya miskin , dan sebagainya , itu
sifat allah yang diutus hingga hadir kedalam mahluqnya . jadi asma sifat
Alloh sebanyak jumlah mahluq yang diciptakan Allah. Manusia tidak
mamapu menghitung.
Jadi Rosulullah hadir dalam setiap mahluk. Langit dan bumi , alam dan
seisinya , maka sudah tentu terdapat Rosulullah diseluru alam ini yang
menjadi sifat Allah.
Al Faatihah …….
Al faatihah
Dari Abi Hurairah radlya Allâh ‘anhu[2] dari Nabi Shalla Allâh ‘alayhi Wa
sallam,[3] beliau bersabda ب اللعاِللامسين اللحسماد ا اitu terdiri tujuh ayat, salah
َل لر ب
satunya adalah حسيم
ا الارسحمان الار ا
ابسسام اdan ia tujuh ayat yang berulang, sebagai
al-Qur`ân yang agung, sebagai induk al-Qur`ân dan sebagai pembuka al-
Qur`ân. Hadîts Riwayat[4] al-Daruquthni (lahir 306 tahun Hijriah wafat 385
tahun Hijriyah)[5], al-Bayhaqi (384-458 H).[6]
Menurut Ali al-Haytsami (wafat 807 Hijri[7]), Hadîts ini diriwayatkan pula
oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dengan para rawinya orang-
orang tsiqat atau yang dapat di-percaya.[8] Menurut Al-Syafi’iyah[9]
dan al-Hanabilah,[10] karena basmalah itu termasuk surat al-fatihah, maka
dalam shalat mesti dibaca. Jika membaca al-fatihah, maka mesti
diawali basmalah. Namun al-Hanabilah berpendapat bahwa
membaca basmalah ketika shalat, tidak perlu jahar, melainkan sirr, walau
sedang jahar.[11] Sedangkan menurut al-Syafi’iyahmesti jahar dikala
bacaannya jahar, dan sirr di kala bacaan sirr. Adapun alasan keharusan
membaca basmalah ketika membaca surat al-Fatihah antara lain Hadîts
berikut:
إلذا لقلرسأاتم اللحسمد ل لفاِسقلراﺅا ابسم ا الرحمن الرحيم اانلهاِ ا اﺢم القاسرآن لوا اﺢم الاكتاِب لوالاسسبﻊ اسللملثاِانىَ لوبسسم ا
ا الﻠرلحلمان
ِالارحيم ااسحلدالها
2. Pendapat kedua:
Abd Allâh bin al-Mubarak berpendapat bahwa Basmalah termasuk ayat
pertama dari seluruh surat dalam al-Qur`ân selain al-Tawbah, dan
merupakan salah satu ayat dari al-Naml.[16]Alasan pendapatan ini antara
lain sebagai berikut:
ِت ليسورم لبسيلن ألسظاهارلناِ إاسذ ألسغلفىَ إاسغلفاِلءﻤة اثام لرلفلﻊ لرسألساه املتلببَسﻤما
اا لعللسياه لولسلالم لذا ل صالىَ ا ا ل ﺱ لقاِلل لبسيلناِ لراسوال ا العسن أللن ر
ك اسللكسولثلر حيام } إااناِ ألسعلطسيلناِ ل
ا الارسحلمان الار ا ت لعللاي آانﻤفاِ اسولرة لفلقلرأل ابسسام ا ا ا لقاِلل أ اسناﺯلل س
ك لياِ لراسولل ا ا
ضلحلك ل لفقاسللناِ لماِ أل س
َ{ ك لواسنلحسر إاان لﺷاِانلﺋلك اهلو اسﻷلسبلتار لف ل
صبَل لالربَب ل
Dari Anas bin Malik[17] berkata: Pada suatu hari, Rasûl berada di tengah-
tengah kami, tiba-tiba tertidur sejenak dan langsung bangun sambil
tersenyum. Kami bertanya: Ya Rasûl! Apa yang menyebabkanmu
tersenyum? Rasûl saw bersabda: “Baru saja turun ayat kepadaku satu
surat” dan beliau membaca: ك لواسنلحسر إاان صبَل لالربَب ل حيام إااناِ ألسعلطسيلناِ ل
ك اسللكسولثلر لف ل ابسسام ا ا
ا الارسحلمان الار ا
(لﺷاِانلﺋلك اهلو اسﻷلسبلتارBismillahirrahmanirrahim, Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus.) Hr. Muslim (202-261H).[18]
Hadîts ini di samping dijadikan alasan oleh ulama yang berpendapat
bahwa basmalah sebagai ayat pertama dari berbagai surat, juga dijadikan
dasar membaca basmalah tatkala membaca al-Qur`ân. Namun di antara
ulama ada yang berpendapat bahwa membaca basmalah itu, dilakukan
tatkala membaca Al-Qur`ân sejak ayat pertama.
3. Pendapat ketiga
Al-Malikiyah dan al-Hanafiyah berpendapat bahwa basmalah tidak
termasuk ayat pertama pada surat apa pun, melainkan hanya merupakan
salah satu ayat dari surat al-Naml. [19]Menurut mereka, jika basmalah itu
termasuk ayat pertama dari al-Fatihah, tentu Rasûl SAW dan shahabat
membacanya secara jahar ketika shalat jahar. Kenyataannya terdapt
beberapa riwayat menyatakan banyak shahabat yang tidak menjaharkan
bahkan tidak membacabasmalah ketika shalat.
ب ) اسللحسماد ا ا ا
ل صلللة اباِلاتسكابيار لوليسفلتاتاح اسلاقلرالءلة ا لكاِلن لراسوال ا ا: ت
ا صلىَ ا عليه وسلم ليسفلتاتاح ال ا لعسن لعاِاﺋلﺷلﺔ لقاِلل س
ب اسللعاِللاميلن( لوليسخاتاملهاِ اباِلاتسساليام َلر ب
Anas bin Malik menerangkan: “Saya shalat di belakang Rasûl SAW, juga di
belakang Abu Bakar, Umar, dan utsman, mereka tidak menjaharkan ا ابسسام ا ا
الارسحلمان الار اHr. Ahmad (164-241 H) dan Ibn Hibban (w.354 H).[21]
حيام
Hadîts ini menyatakan bahwa Anas bin Malik yang berusia hingga 103
tahun (10 sH – 93 H), sempat berma`mum kepada Rasûl SAW, kepada
Abu Bakr, dan Utsman. Beliau menyatakan tidak pernah mendengar Rasûl
SAW dan ketiga shahabat membaca basmalah ketika shalat. Hadits
lainnya menyatakan sebagai berikut:
اا لعللسياه لولسلالم لوألابي لبسكرر لواعلملر لواعسثلماِلن لفلكاِانوا
صالىَ اف الاناببَي لت لخسل ل ﺱ سبان لماِلارك ألاناه لحادلثاه لقاِلل ل
صلاسي ا لعسن أللن ا
ِخارلهاحيام افي ألاوال اقلرالءرة لولل افي آ ا ا الارسحلمان الار ا ب اسللعاِللاميلن لل ليسذاكارولن ابسسام ا ا
َل لر ب ب اسللحسمد ا ا ا ليسسلتسفاتاحولن ا
C. Tinjauan Historis
Terlepas dari perbedaan pendapat apakah basmalah itu termasuk ayat
pertama dari al-Fatihah, atau ayat pertama dari seluruh surat dalam al-
Qur`ân selain al-Tawbah, ataukah bukan ayat pertama dari surat apa pun,
yang jelas secara historis sudah dikenal sejak Rasûl SAW di Makkah. Oleh
karena itu mayoritas ahli sejarah berpendirian bahwa basmalah itu turun di
Makkah. Dari ‘Amr bin Surahbil diriwayatkan bahwa setelah Siti Khadijah
bersama Rasûl SAW bertemu dengan Waraqah bin Nawfal[23], menerima
wahyu surat al-fatihah. Rasûl membaca wahyu tersebut dengan
diawali basmalah.[24] Dengan demikian kalimatbasmalah sudah ada sejak
awal kenabian Rasûl SAW.[25] Hadîts di atas, juga menunjukkan bahwa
Rasûl SAW. membaca basmalah ketika membacakan surat al-
Kautsar. [26]Sedangkan surat al-Kautsar, termasuk ayat Makiyah,
[27] karena turun sebelum Rasûl SAW hijrah dari Mekah ke Madinah.
Bahkan dalam surat al-Naml, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman mengirim
surat ke ratu Bilqis dengan diawali Basmalah, sebagaimana ditandaskan:
إااناه امسن اسللسيلماِلن لوإااناه ابسسام ا ا
ا الارسحلمان الار ا
حيام
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya:
“Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Qs.27:30
Jika Nabi Sulaiman telah menggunakan kalimat ini, maka dapat difahami
bahwa basmalah itu sudah ada sejak lama, bahkan Rasûl SAW, belum
diutus.
D. Tafsir Kalimat
1. Kalimat ا ابسسام ا ا
Kalimat ini, aslinya terdiri dari tiga kata yaitu ب ا, dengan, إسمnama, dan
أل. Perkataan ب اmempunyai cukup banyak ma’nanya. Al-Ghalayini, dalam
kitabnya Jami al-Durus al-Arabiyahyang selesai disusun tahun 1330 H
(1912 M), menjelaskan arti perkataan ب ا, hingga tiga belas ma’na,
[28] seperti (1) ilshaq yang berma’na dengan, (2) al-isti’anah (pertolongan
atau bantuan), (3) al-sababiyah (sebab atau karena), (4) al-
ta’diyah (berfungsi mentransitifkan kata kerja yang intransitif), (5) al-
Qasam (sumpah), (6) al-‘Iwadl (tebusan), (7) al-Badl (pengganti), (8) al-
Zharfiyah (berarti pada, di), (9) al-Mushahabah (berma’na beserta), (10) al-
Tab’idliyah(sebagian), (11) ma’na ( عنtentang), (12) al-Isti’la ( atas), dan
(13) al-ta`kid atau al-zâ`idah, sebagai kata tambahan untuk penguat kata
setelahnya. Dengan demikian arti ا ابسسم اantara lain: (1) dengan nama
Allâh, (2) mohon bantuan dan pertolongan Allâh, (3) karena dan
dilatarbelakangi Allâh, (4) demi nama Allâh, (5) berada pada nama Allâh,
(6) disertai atau bersama nama Allâh, dan (7) atas nama Allâh. Lafazh أل
menurut sebagian ulama merupakan ism jâmid,[29] yaitu nama milik
Allâh Subhânah Wa Ta’âlâ[30] yang tidak boleh digunakan sebagai nama
selain-Nya. Oleh karena itu dinamakan للفظ اللجللللﺔistilah bagi yang memiliki
keagungan melebihi yang lain-Nya. Sedangkan sebagian lagi
beranggapan bahwa nama Allâh itu merupakan ism musytaq.[31] Menurut
sebagian ulama, bahwa lafazh ألAllâhitu berasal dari kata أﻹلهal-`ilâh. – أللاله
ليأسللاه – اإللهﻤﺔ أ الالهﺔberma’na menyembah. إلهberarti yang disembah yang di-
pertuhankan.[32] Dengan demikian, menurut mereka lafazh ألber-ma’na
dzat yang patut dan berhak disembah. Tiada tuhan yang berhak disembah
dan dipertuhankan selain Allâh SWT.
2. Lafazh الارسحلمان
E. Beberapa Ibrah
1. Kalimat basmalah, yang berbunyi حسيم
بسم ا الارسحمان الر اmerupakan kalimah
thayibah (kalimat yang baik dan ibadah) yang tidak pernah terlepas dari
lidah mu`min. Kalimat inilah yang selalu dibaca setiap mengawali
pekerjaan. Tentu saja kalimat ini bukan hanya sekedar penghias lisan, tapi
merupakan ikrar dan tekad setiap muslim dalam sikap, ucap dan
perbuatannya. Persoalannya sekarang; sampai di mana kalimat ini dapat
dihayati dan di-wujudkan dalam perbuatan. Inilah pentingnya menghayati
dan menelaah makna dan hikmah basmalah.
2. Ada tiga nama Allâh SWT yang tertera pada kalimat basmalah itu;
nama Allâh, yang dikenal dengan للﺔ ظ اسللج ل للسف اnama Al-Rahmân dan nama Al-
Rahîm. Ketiga nama tersebut termasuk al-Asma al-Husna, nama-nama
Allâh yang terbaik, yang masing-masing memiliki karakteristik. للﺔ ظ اسللج ل للسف ا
merupakan lambang keagungan, keperkasaan, dan kekuasaan Allâh SWT.
Nama ini disebut dalam setiap mengawali pekerjaan, akan menumbuhkan
semangat tauhid yang meyakini satu-satunya yang berkuasa dan berhak
dipertuhankan. Seorang muslim pantang untuk patuh dan tunduk kepada
siapa pun, kalau perintahnya tidak sesuai dengan aturan Allâh SWT.
3. Bismi Allâh yang berarti dengan nama Allâh. Maka dengan namanya
kita mulai pekerjaan.Bismillah juga berarti atas nama Allâh, maka atas
nama-Nya kita berbuat, berucap dan bersikap. Bismillah juga berarti
karena Allâh, maka hanya mencari rido Allâh tujuan segala perbuatan dan
tindakan. Dengan pandangan ini, juga tertanam dalam jiwa, merasa
dilindungi dan diawasi oleh Allâh SWT. Karena merasa dilindungi, maka
tidak akan takut bertindak yang benar walau di hadapan siapa pun. Karena
merasa diawasi, maka selalu berhati-hati dalam berbuat, jangan sampai
terpeleset pada kema’siatan. Orang yang selalu
mengucapkanbasmalah dengan sepenuh hati, tidak akan melakukan
penyelewengan atau penyimpangan dari koridor syari’ah Islâm, karena hati
dan perasaannya terikat dan terkait dengan Allâh SWT.. Sebaliknya orang
yang tidak mengucapkan basmalah dalam mengawali pekerjaan, terputus
hubungan dengan Allâh SWT.
اا لعللسياه لولسلالم اكﺢل لكللرم ألسو ألسمرر اذيِ لباِرل لل ايسفلتاح اباذسكار ا ا
ا لعاﺯ لولجال صالىَ ا لعسن ألابي اهلرسيلرلة لقاِلل لقاِلل لراسوال ا ا
ا ل
لفاهلو ألسبلتار ألسو لقاِلل ألسقلطاﻊ
اكﺢل ألسمرر اذيِ لباِرل لل ايسبلدأ ا افياه بسم ا الرحمن الرحيم ألسقلطاﻊ
Setiap pekerjaan yang bernilai, tapi tidak diawali bismillahirrahmanirrahim,
akan terputus.[36]
Terputus hubungan dengan Allâh, mengakibatkan perbuatan tersebut tidak
mempunyai arti di sisi-Nya. Kemudian asmâ Allâh
dalam basmalah tersebut dirangkaikan nama al-Rahmândan Al-Rahîm. al-
Rahmân melambangkan sifat Allâh yang selalu menucurahkan kasih tanpa
pilih kasih. Siapa pun manusia, baik yang taat atau pun ma’siat, tetap
mendapat kasih sayang Allâh SWT. Ucapan al-Rahmân, yang
melambangkan kasih sayang Allâh, senantiasa membasahi bibir kaum
muslimin. Dengan ini diharapkan, agar umat, menjalin kasih sayang
sesamanya. Kasih sayang, tidak hanya terletak pada lisan, tapi juga
terwujud dalam pergaulan. Namun sifat al-Rahmân ini diberlakukan oleh
Allâh SWT, selama hidup manusia di dunia. Jika dunia ini telah berarkhir,
dan manusia pindah ke alam akhirat, Allâh SWT menerapkan sifat Al-
Rahîm. Dia hanya akan mengasihi manusia yang taat beribadah. Orang
yang kufur kepada Allâh SWT, di akhirat tidak akan mendapat rahmat. Allâh
SWT menyiksa orang kafir. Orang kafir bisa saja selama hidup di dunia
menggunakan fasilitas yang Allâh sediakan. Di akhirat, orang kafir, tidak
mungkin bisa meni’mati rahmat Allâh. Dengan demikian, Allâh SWT, baik
memberikan pahala kepada yang beriman, maupun menyiksa orang kafir,
tetap merupakan bukti kasih sayang-Nya. Orang mu’min mendapatkan
pahala, sebagai hasil usahanya, merupakan bukti kasih sayang Allâh.
Orang kafir pun yang dila’nat Allâh, adalah bukti kasih sayang Allâh SWT
juga kepada makhluq. Tegaslah tidak ada yang dizhalimi Allâh SWT. Orang
kafir disiksa di neraka, karena Allâh SWT adil menerapkan sifatAl-Rahîm.
Orang mu’min masuk surga, juga karena rahmat dan keadilan Allâh SWT.
Karena nama Al-Rahîm, diucapkan umat Islâm, mereka pun akan berlaku
adil dalam segala hal, dan berhati-hati dalam bertindak. Agar kasih sayang
yang dilambangkan al-Rahman dan Al-Rahîm itu tetap diraih, kita harus
tetap mengikuti petunjuk Allâh SWT.
[1] Selanjutnya ditulis Qs. dan angka setelahnya menunjukkan nomor
surat, sedangkan setelah titik dua (:) menunjukkan nomor ayat.
[2] radlya Allah ‘anhu berarti semoga Allah mencurahkan keridoan
kepadanya, selanjutnya ditulis r.a
[3] Shalla Allah ‘alayhi Wa sallam, berarti semoga Allah mencurahkan
rahmat dan keselamatan serta kesejahteraan padanya, selanjutnya ditulis
SAW.
[4] Hadits Riwayat, selanjutnya ditulis Hr.
[5] selanjutnya ditulis hanya angkanya, baik tahun lahir maupun tahun
wafat
[6] Sunan al-Daruquthni, I (angga rumawi ini menunjukkan nomor jilid)
halaman (selanjtnya ditulis h.) 312, Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, II h.45
[7] wafat selanjutnya ditulis w., dan tahun Hijri selanjutnya ditulis H. tahun
sebelum Hijrah Rasul, ditulis sH.
[8] Ali bin Abi Bakr al-Haytsami, Majma’ al-Zawa`id, II h.109
[9]pengikut madzhab Imam al-Syafi’iy, yaitu Muhammad ibn Idris ibn al-
Abbas ibn Syafi’i (154-204H). Kitab, karya beliau yang sangat populer
adalah al-Umm, al-Risalah dan hadits-hadits yang diriwayatkannya telah
dibukukan dalam Musnad al-Syafi’i
[10] pengikut madzhab Imam Hanbali, yaitu Abu Abd Allah Ahmad ibn
Hanbal al-Syaibani (164-241H). Kitab beliau yang paling populer
adalah Musnad Ahmad.
[11] bacaan jahar adalah bersuara nyaring hingga terdengar orang lain,
dan sirr suaranya tidak terdengar orang lain.
[12] Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, II h.45, Sunan al-Daruqthni, I h.312, al-
Firdaws, I h.268
[13] Ibn Hajar al-Asqalani, al-Dirayat fi takhrij ahadits al-Hidayat, I h.133
[14] hadits mawqûf ialah hadits yang tidak sampai kepada Nabi SAW,
melainkan hanya pada shahabat. Dengan kata lain hadits tersebut tidak
disambdakan Rasul SAW, mungkin hanya pendapat atau perkataan
shahabat.
[15] Shahâbat ialah orang yang bertemu dengan Rasul SAW dalam
keadaan muslim dan wafat sebagai muslim.
[16] Wahbat al-Zuhayli, al-tafsir al-Munir, I h.47
[17] Anas Bin Malik, (10 sH – 93 H), berputra 80 dan 2 putri, Shahabat,
karena sebagai Khadim Rasul, dapat meriwayatakan lebih dari 2250 hadits
langsung dari Rasul SAW.
[18] Abu al-Husayn Muslim ibn al-Hajaj, Shahih Muslim, I h.300
[19] Malikiyah pengikut madzhab Imam Malik bin Anas (94-179H), yang
terkenal dengan nama Imam Dar al-Hijrah, sebab sejak lahir sampai wafat
bertempat tinggal di Madinah. Kitab yang paling populer karya beliau
adalah al-Muwaththa. Hanafiyah adalah pengikut Imam Abi Hanifah (80H-
150H), yaitu Nu’man bin Tsabit, tergolong tabi’in karena sempat bertemu
dengan shahabat seperti Anas bin Malik dan Abd Allah bin Abi Awfa.
Pandangan beliau banyak ditulis oleh Imam Abu Yusuf, Zufar, Abu Mu’thi,
Waki’
[20] Mushannaf Ibn Abi Syaibah, I h.360, Sunan al-Darimi, I h.308
[21] Musnad Ahmad, III h.179, Shahih Ibn Hibban, V h.105
[22] Shahih Muslim, I h.299, Musnad Abi ‘Awanah, II h.122
[23] Khadijah adalah isteri pertama Rasul SAW dan Waraqah adalah
paman Khadijah yang wafat di awal kenabian Rasul SAW.
[24] Muhammad bin Ali al-Syawkani, (w.1250H), Fath al-Qadir, I h.14
[25] Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ketika berusia empat
puluh tahun, setelah lima belas tahun menikahi Khadijah, dengan turunnya
wahyu pertama yaitu surat al-‘Alaq:1-5 di Goa Hira.
[26] perhatikan hadits yang dikutip pada bagian keterkaitan dengan ayat
lain (Shahih Muslim, I h.300).
[27] ayat Makiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasul SAW. hijrah
dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan ayat yang turun sesudah Rasul
berhijrah dinamakan ayat Madaniyah, walau di mana pun tempat turunya.
[28] Mushtafa al-Ghalayini, Jami al-Durus al-‘Arabiyah, III h.166-169
[29] bukan kata jadian, melainkan kata asal
[30] Subhânah wa Ta’âlâ berarti Maha Suci dan Maha tinggi, selanjutnya
ditulis SWT.
[31] Kalau ism jamid ialah kata yang asli tidak ada kata asal,
sedangkan musytaq adalah kata jadian yang ada kata asal, karena
terbentuk dari kata kerja.
[32] Abu Bakr al-Jaza`iri, Aysar al-Tafâsîr, I h.11
[33] Abu Nu’aym al-Ashbahani (w.430H), Huliyyat al-Awliya, VII h.251
[34] Muhammad Mahmud Hijazi, al-Tafsîr al-Wâdlih, (tuntas disusun
olehnya 2-Dzul-Qa’dah 1374 H /22-6-1955M) I h.9
[35] Musnad Ahmad, II h.359
[36] Abu al-Thayyib, Syams al-Haq, ‘Awn al-Ma’bud, XIII h.127
8 Votes
Dari jumlah surat di dalam Al-Qur’an yang berjumlah 114 surat, basmalah
terdapat 114 kali meskipun di dalam At-taubah tidak terdapat basmalah,
namun di dalam surat ke-27 surat An-Naml (semut) di dalam surat tersebut
terdapat dua basmillah yaitu di awal surat dan di pertengahan surat yakni
pada ayat ke 30 : sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan
sesungguhnya (isi)nya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS : An-Naml : 30)