Anda di halaman 1dari 52

Tafsir Ringkas Basmalah

29 Sep 2012Redaksi Tafsir Ringkas

‫مبسِمم ٱل الررححمممن الرر م‬


‫حيِـمم‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.”

– Penjelasan Kata
‫مبسِمم ٱل الررححمممن الرر م‬
‫( الببحسِملة‬Al-Basmalah) : Basmalah adalah ucapan ‫حيِـمم‬
‫( السِـــم‬Al-Ismu) : Isim adalah sebuah term (ungkapan) untuk menamai
seseuatu agar ia dikenal dan dibedakan dari yang lain.
‫اــ‬
‫( م‬Allah) : Allah adalah nama untuk Dzat Robb Yang Maha Tinggi lagi
Maha Suci, dimana Dia lebih dikenal dengan nama ini. Nama ini khusus
kepunyaan Allah Ta’ala.
‫( الررححممــمن‬Ar-Rohmaan) : Ar-Rohman adalah salah satu nama milik Alloh
Ta’ala, nama ini berasal dari kata ‫( الرحمة‬Ar-Rohmah) untuk menunjukkan
banyaknya rahmat yang dimiliki-Nya
‫حيِــمم‬
‫( الرر م‬Ar-Rahim): Ar-Rahim adalah salah satu nama milik Allah, berasal
dari kata Ar-Rahmah, yang berarti Yang Memiliki kasih saying bagi hamba-
hamba-Nya dan melimpahkannya kepada mereka di dunia dan akhirat.
– Makna Basmalah Secara Umum
Aku memulai bacaanku seraya mengharap berkah dengan nama
Allah Ta’ala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta memohon
pertolongan-Nya.

– Hukum Basmalah
Sangat dianjurkan bagi seseorang yang membaca setiap surat dalam Kitab
AllahTa’ala untuk membaca basmalah, kecuali ketika ia membaca surat At-
Taubah, maka ia tak perlu membacanya. Apabila didalam shalat fardhu,
maka basmalah ini dibaca secara pelan sekalipun shalat
itu jahriyah (dikeraskan bacaannya). Dan disunnahkan bagi setiap orang
untuk membaca basmalah pada waktu makan, minum, mengenakan
pakaian, ketika masuk atau keluar masjid, ketika naik kendaraan dan pada
setiap urusan yang baik. Selain itu wajib membaca “Bismillah, Allahu
Akbar” ketika menyembelih hewan. (Red-HASMI).
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah
Firman Allah:
‫حيِمم‬
‫ا الررححممن الرر م‬
‫مبحسِمم م‬
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang”
Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang
tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang
dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan,
maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku
makan”.
Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus
memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena
keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.
Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di
belakang:
Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma
Allah Azza wa Jalla.
Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang
berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan
dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya
dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.
Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu)
itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui
masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali
apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan
jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang
dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah ‫ صلی ا عليه وسلم‬bersabda:
‫لولمسن لكاِلن للسم ليسذلبسح لفسلليسذلبسح اباِسسام ا ا‬-
‫ لعللىَ اسسام ا ا‬-‫ا‬
‫ا‬
“Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih
hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah“[1]Atau :
“Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah”[2]
Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.
Lafzhul Jalalah (‫ا‬ ‫) م‬.
Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi
nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah
selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).
Ar-Rahmaan (‫)الررححممن‬
Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu,
disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.
Ar-Rahiim(‫حيِمم‬
‫)الرر م‬
Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang
dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang
menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini
ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat
Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih
sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih
sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung
dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua
Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya,
yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.
Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan
dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-
Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal
sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita
merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.
Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini.
Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau
kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal
mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata:
“Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan,
kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi
Allah”.
Bantahan terhadap mereka dari dua sisi:
Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan
kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang
tanpa disertai hal itu semua.
Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih
sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki
makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq َ‫سبحاِنه و تعاِلى‬
adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan
kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela
sama sekali.
Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah
menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah َ‫سبحاِنه و تعاِلى‬.
Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa
kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang
Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah
lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita
saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan,
berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih
sayang Allah َ‫سبحاِنه و تعاِلى‬.
Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang
hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal,
justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan
argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam
menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan
yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan
yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu
benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda
adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh
orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat
diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda
bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam :
“Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat
karunia Allah dan rahmatNya”
MASALAH
Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat
bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr
(dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat
tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.
Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat
Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.
Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian
ayat dalam surat ini.
Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari
Abu Hurairah ‫ رضي ا عنه‬bahwa Rasulullah ‫ صلی ا عليه وسلم‬bersabda : Allah
َ‫ سبحاِنه و تعاِلى‬berfirman:
‫ب اسللعاِللاميلن{َ لقاِلل ا‬
‫ لوإالذا‬،ِ‫اا لتلعاِللىَ لحاملداني لعسبادي‬ ‫ لفإالذا لقاِلل اسللعسباد }اسللحسماد ا ا ا‬،ِ‫صلللة لبسياني لولبسيلن لعسبادي‬
َ‫ل لر ب‬ ‫لقلسسم ا‬
‫ت ال ا‬

‫ لفإالذا لقاِلل‬،ِ‫ لوإالذا لقاِلل }لماِلااك ليسوام البَديان{َ لقاِلل لماجلداني لعسبادي‬،ِ‫اا لتلعاِللىَ ألسثلنىَ لعللاي لعسبادي‬
‫حيم{َ لقاِلل ا‬
‫لقاِلل }الارسحلمان الار ا ا‬
َ‫ لفإالذا لقاِلل }اسهادلناِ ال ب‬،‫ك لنسسلتاعيان{َ لقاِلل لهلذا لبسياني لولبسيلن لعسباديِ لولالعسباديِ لماِ لسأ للل‬
.‫صلرالط اسلامسسلتاقيلم‬ ‫ك لنسعاباد لوإااياِ ل‬
‫}إااياِ ل‬

‫ضاِبَليلن{َ لقاِلل لهلذا لالعسباديِ لولالعسباديِ لماِ لسأ للل‬


‫ب لعللسياهسم لولل ال ا‬
‫ضو ا‬ ‫صلرالط الااذيلن ألسنلعسم ل‬
‫ت لعللسياهسم لغسيار اسللمسغ ا‬ ‫ا‬
“Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh
untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca: “Segala puji
bagi Allah”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia
membaca: “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka Allah
menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca:
“Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah
mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca: “Hanya Engkaulah yang kami
sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka
Allah menjawab: “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”.
Apabila ia membaca: “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus. (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Maka Allah menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang
ia minta” [3]
Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-
Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik ‫رضي ا‬
‫عنه‬, ia berkata :

‫ب‬
َ‫ل لر ب‬ ‫اا لعللسياه لولسلالم لوألابي لبسكرر لواعلملر لواعسثلماِلن لفلكاِانوا ليسسلتسفاتاحولن ا‬
‫ب }اسللحسمد ا ا ا‬ ‫صالىَ ا‬ ‫ت لخسل ل‬
‫ف الاناببَي ل‬ ‫صلاسي ا‬
‫ل‬

‫حيام افي ألاوال اقلرالءرة لولل افي آ ا‬


ِ‫خارلها‬ ‫اسللعاِللاميلن{َ لل ليسذاكارولن ابسسام ا ا‬
‫ا الارسحلمان الار ا‬
“Aku pernah shalat di belakang Nabi ‫صلی ا عليه وسلم‬, Abu Bakar, Umar dan
Utsman ‫رضي ا عنهم‬. Mereka semua membuka shalat dengan membaca:
“Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca:
‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. [4]
Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara
basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya
menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

[1] HR. Bukhari dan Muslim


[2] HR. Bukhari dan Muslim
[3] HR. Muslim
[4] HR. Muslim
Disalin dari E-Book kitab Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin
Sumber: http://kaahil.wordpress.com
W R I T T E N B Y WA K I D Y U S U F 3 1 M A R 2 01 6
K A J I A N B A S M A L A H D A R I B E R B A G A I D I S I P L I N I LM U |
NAHWU SHARRAF | MANTHIQ | BALAGHAH | FIQH
| HIKMAH
Sebelum pembahasan ‫ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬dilihat dari berbagai disiplin Ilmu,
maka perlu diketahui bahwa ‫ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬sering diucapkan dengan
lapadz ‫( بﺴﻤلﺔ‬Basmallah) , lafadz tersebut adalah bentuk َ‫مﺼﺪارﺭﺭ القﻴاِسى‬
(Masdar Qiyasi) dari lapadz ‫( بﺴﻤﻞ‬basmala) termasuk Ruba’I Mujarod yaitu
sama dengan ‫ دخﺮﺝ يﺪخﺮﺝ دخﺮجﺔ‬. Dan itu adalah termasuk kedalam bab
Nuhtun ( ‫) باِب الﻨﺤﺖ‬, yaitu meringkas dua kalimah atau lebih (potong leter) .

Seperti halnya contoh lain ‫ هﻠلﻞ تهلﻴل‬adalah singkatan dari lapadz ‫ ل اله ال ا‬,
jadi tahlilan itu adalah mengucapkan lapadz ‫ ل اله ال ا‬.

Kemudian apa yang menjadi alasan kenapa setiap pengarang atau bukan
pengarang, mereka memulai pekerjaannya dengan bacaan Basmallah.

Alasan pertama , ‫( إقﺘﺪاﺀ باِلﻜﺘاِب العﺰيﺰ‬Iqtidaan billkitabil ‘aziz) , “karna mengikuti


kitab al-Qur’an”.

Alasan kedua, karna mengamalkan sebagaimana hadits Nabi :

‫كﻞ أمﺮ دﻯ باِل ل يﺒﺪاﺀ فﻴه بﺒﺴﻢ ا فهﻮ أقﻄﻊ اﻯ قلﻴﻞ الﺒﺮكﺔ‬

“ setiap perkara yang baik menurut syara’ tidak diawali dengan lapadz
Bismillah maka akan putus” artinya kurang berkah.

A. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI NAHWU SHARRAF

Pembahasan basmalah menurut ilmu nahwu dibagi beberapa bagian :


1. Huruf ba’

Ta’alluqnya (hubungan) bismilah menurut kufiyun/orang kufah harus


dengan fi’il dengan argumen ( ‫ ) اﻷصﻞ في العﻤﻞ أن يﻜﻮن فعل‬artinya: asal pokok
pekerjaan/amal adalah fi’il.

Adapun pendapat lain yang mengharuskan ta’alluqnya bismilah dengan


menggunakan kalimah isim, faham ini adalah fahamnya ‘ulama basrah,
mereka juga mempunyai argumen bahwa ( ِ‫ )اﻷصﻞ في الﻜلم أن يﻜﻮن إسﻤﻤا‬artinya:
asal pokok dalam pembicaraan adalah isim.

Jadi,untk kita boleh memilih mana saja, karena keduapun punya


dalil..Sebagimana keterngan

‫إن كاِن مﺪعﻴاِ فﺒاِلﺪلﻴﻞ وأن كاِن معللل فﺒﺤﺠﺔ‬

tapi yang lebih mu’tamad dlm


masalah ta’alluq yaitu basmallah menurut qoul kufah ( dgn fi’il ) Sebab
menurut keterangan:

“li annal fi’la yufiidu tajaddudan waliannal isma yufiidu dawaaman”

Apa sebabnya lafadl U’allifu disebut dengan fi’il khoos ?

“Limunaasabatin limaa bada’a bilbasmalati”

Apa sebabnya fi’il khoos didahulukan dari fi’il aam ?.

“liriaayati haqqo khushuushiyyatul maqoom…”

Alhasil: ta’alluqnya bismilah dengan menggunakan fi’il dan syibhul fi’li


(yang serupa dengan fi’il) baik yang khos (bersifat khusus) ataupun yang
‘aam (bersifat umum) ada tujuh jalan.

Contoh ta’alluq didahulukan dengan Menggunakan fi’il dan syibhul fi’li yang
bersifat khusus ada tujuh seperti berikut:
Fi’il khos taqdirnya:
‫أألﻒ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari fi’ilnya faa’il, wataqdir


‫أألﻒ مﺴﺘعﻴﻨاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Masdarnya fi’il, wataqdir ‫أالﻒ تألﻴفاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari faa’ilnya masdar, wataqdir ‫أألﻒ تألﻴفاِ مﺘﺒاِركاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ‬
‫الﺮحﻴﻢ‬

Isim faa’il yang keluar dari fi’il, wataqdir ‫أناِ مﺆلﻒ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari isim faa’il, wataqdir ‫أناِ مﺆلﻒ مﺘﺒاِﺅكاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Jumlah ismiah dengan mubtada yang keluar dari fi’il, wataqdir ‫تألﻴفي حاِمﻞ بﺴﻢ‬
‫ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Berikut adalah Tujuh Contoh ta’alluq didahulukan dengan menggunakan fi’il


dan syibhul fi’li yang bersifat ‘aam/umum:

Fi’il ‘aam, taqdirnya: ‫أبﺘﺪﺀ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari fi’ilnya faa’il, wataqdir ‫أبﺘﺪﺀ مﺴﺘعﻴﻨاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Masdarnya fi’il, wataqdir ‫أالﻒ تألﻴفاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari faa’ilnya masdar, wataqdir ‫أبﺘﺪﺀ إبﺘﺪاﺀﻤ مﺘﺒاِركاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ‬
‫الﺮحﻴﻢ‬

Isim faa’il yang keluar dari fi’il, wataqdir ‫أناِ مﺒﺘﺪﺀ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Hal yang keluar dari isim faa’il, wataqdir ‫أناِ مﺒﺘﺪﺀ مﺘﺒاِﺅكاِ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬

Jumlah ismiah dengan mubtada yang keluar dari fi’il, wataqdir ‫إبﺘﺪاﺋي حاِمﻞ بﺴﻢ‬
‫ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬
‫‪Ta’alluq bismilah di atas adalah ta’alluq yang ditaqdim (ta’alluq) terletak‬‬
‫اقﺮأ بﺴﻢ ‪sebelum kalimat bismilah) karena ada dalil/ilat dalam alquran yaitu‬‬
‫‪ , adapun faidah ta’alluq ditaqdim yaitu‬ربﻚ الﺬيِ خلﻖ‬

‫لﺮعﻴﺔ الﻤقاِم العﻤﻞ الﺬيِ هﻮالﻤقﺪم في اﻷصﻞ‬

‫‪artinya menjaga tempat ‘amal yang pada dasarnya muta’alaq bismilah‬‬


‫‪adalah didahulukan.‬‬

‫‪Bisa juga ta’alluw itu ditakhir (ta’alluq diletakan setelah kalimah bismilah).‬‬
‫ذكﺮ الﻤعﻤﻮل قﺒﻞ عاِمله يفﻴﺪ اﻹهﺘﻤاِم ‪ karena ada keterangan‬لﻺهﺘﻤاِم ‪Faidahnya adalah‬‬
‫‪(mengucapkan ma’muul sebelum ‘aamil adalah menunjukan betapa‬‬
‫إياِك نعﺒﺪ وإياِك نﺴﺘعﻴﻦ ‪pentingnya permasalahan) seperti contoh dalam alquran‬‬

‫‪Jumlah ta’alluq bismilah yang ditakhir sama dengan jumlah ta’alluq yang‬‬
‫‪ditaqdim yaitu ada tujuh, cuman bedanya cara meletakkanya seperti‬‬
‫‪contoh berikut ini:‬‬

‫‪Tujuh contoh ta’alluq bismilah yang ditakhir dengan menggunakan fi’il dan‬‬
‫‪syibhul fi’li yang bersifat khos/khusus:‬‬

‫أألﻒ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬


‫مﺴﺘعﻴﻨاِ‬ ‫أألﻒﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫تألﻴفاِ‬ ‫أألﻒﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺘﺒاِركاِ‬ ‫تألﻴفاِﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫أألﻒﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺆلﻒ‬ ‫أناِﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺘﺒاِركاِ‬ ‫مﺆلﻒﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫أناِﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ تألﻴفي حاِمﻞ‬

‫‪Berikut adalah Tujuh contoh ta’alluq bismilah yang ditakhir dengan‬‬


‫‪menggunakan fi’il dan syibhul fi’li yang bersifat ‘aam/umum:‬‬

‫أبﺘﺪﺀ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬


‫مﺴﺘعﻴﻨاِ‬ ‫أبﺘﺪﺀﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫إبﺘﺪاﻤﺀ‬ ‫أبﺘﺪﺀﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺘﺒاِركاِ‬ ‫إبﺘﺪاﻤﺀﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫أبﺘﺪﺀﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺒﺘﺪﺀ‬ ‫أناِﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫مﺘﺒاِركاِ‬ ‫مﺒﺘﺪﺀﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫أناِﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫بﺴﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ إبﺘﺪﺋي حاِمﻞ‬

‫‪b. Ba’-nya Kalimah Bismilah‬‬

‫‪I’rabnya ba’ dalam kalimah bismilah adalah mabni kasrah tidak mabni‬‬
‫’‪sukun alasanya agar tidak ibtidaa-u bissakin, alasan mabni karena ba‬‬
‫‪termasuk huruf sedangkan setiap huruf mempunyai hak untuk mabni:‬‬
‫‪ .‬وكﻞ حﺮف مﺴﺘﺤﻖ للﺒﻨاِﺀ‬

‫‪Menurut kajian nahwu ba bismiliah bisa menjadi tiga kategori yaitu sebagai‬‬
‫‪berikut:‬‬

‫‪1. ba haraf jar zaidah, yaitu‬‬

‫ماِﺭﺭﺭﺭﺭ ليﺤﺘﺞﺭﺭﺭﺭﺭ إلىَﺭﺭﺭﺭﺭ تعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭ يﺘعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭ بهﺭﺭﺭﺭﺭ ولﻴﺲﺭﺭﺭﺭﺭ لهاِﺭﺭﺭﺭﺭ معﻨاِﺭﺭﺭﺭﺭ فيﺭﺭﺭﺭﺭ نفﺴهاِ‬
‫‪yaitu haraf jar yang tidak membutuhkan ta’alluq yang berhubungan‬‬
‫‪denganya, juga tidak memiliki arti tersendiri, jika ba dalam bismilah‬‬
‫‪dimaksudkan ba haraf jar zaidah maka i’robnya bismilah sebagai berikut :‬‬

‫الﺒاِﺀ حﺮف جاِر ﺯاﺋﺪ ‪ ,‬واﻹسﻢ مﺒﺘﺪﺀ مﺮفﻊ باِﻹبﺘﺪﺀ وعلمﺔ رفعه ضﻤﺔ مقﺪرة علىَ أخﺮﻩ مﻨﻊ مﻦ ﻇهﻮرهاِ‬
‫بإﺷﺘغاِل مﺤاِل بﺤﺮكﺔ حﺮف جاِر ﺯاﺋﺪ وخﺒﺮﻩ مﺨﺬوف وتقﺪيﺮﻩ مﺒﺪوﺀ به الﺤاِمﻞ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬
‫مﺒﺪوﺀ به او أبﺪﺀ به بﺪيعﺔ قﻮيﺔ بﺤﺴﻦ نﻴﺔ واﻹخلﺹ‬

‫‪2. ba haraf jar asliyah, yaitu‬‬

‫ماِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ يﺤﺘﺞﺭﺭﺭﺭﺭﺭ إلىَﺭﺭﺭﺭﺭﺭ تعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭﺭ يﺘعلﻖﺭﺭﺭﺭﺭﺭ بهﺭﺭﺭﺭﺭﺭ ولهاِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ معﻨاِﺭﺭﺭﺭﺭﺭ فيﺭﺭﺭﺭﺭﺭ نفﺴهاِ‬
‫‪yaitu‬‬ ‫‪haraf‬‬ ‫‪jar‬‬ ‫‪yang‬‬
‫‪membutuhkan muta’alaq yang bersangkutan denganya, dan juga memiliki‬‬
‫‪makna tersendiri, jika dalam kalimah bismilah dimaksudkan ba haraf jar‬‬
‫‪asliyah maka pasti ada muta’alak yang dibuang, jika ditampakan kira-kira‬‬
‫‪seperti ini:‬‬

‫إسﻢ الﺬات الﺠاِمعﺔ علىَ جﻤﻴﻊ الﺼفﺔ اﻷلﻮهﻴﺔ الﻤﻨعﻢ بﺠلﺋﻞ الﻨعﻢ الﻤﻨعﻢ بﺪقاِﺋقهاِ أألﻒ هﺬا الﻜﺘاِب الﻤﺴﻤىَ‬
‫بألفﻴﺔ مﺜﻤل حاِل كﻮن مﺴﺘعﻴﻨاِ ومﺘﺒاِركاِ لﻴﺤﺼﻞ الﺒﺮكﺔ بﺬكﺮ إسﻢ مﻦ اسﻤاِﺀ ا‬
3. ba’ haraf qosamiyah/ media untuk bersumpah, ba kategori ini sangat
membutuhkan jawab qosam, jika ba dalam bismilah dimaksudkan ba
qosamiyah maka jawab qosamnya misalkan:

‫ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ ﻷألﻒ‬.

Adapun makna ba yang terkandung dalam bismillah adalah sebagai ba’


istianah atau ba musohabah, kita tinggal milih karena keduanya juga boleh,
tapi kalau yang paling tepat adalah ba bimakna isti’anah sebagaimana
dijelaskan dalam kitab alfiyyah hudoriy.

c. Susunan Lafadz Ismu Terhadap Lapadz Allah

Sebelumnya perlu diketahui bahwa Ulama mengurangi alif bismi, karena


banyak penggunaannya, berbeda dengan bismillaah dan bismirabbika.

Lihat Asysyaafiyah halaman 10 :

‫و نقﺼﻮا مﻦ بﺴﻢ ا الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ اﻷلﻒ لﻜﺜﺮته بﺨلف باِسﻢ ا و باِسﻢ ربﻚ و نﺤﻮﻩ‬

Susunan lafadz ismu terhadaf lafadz allah adalah susunan tarkib idofi, arti
tarkib idofi adalah suatu kalimah yang terdiri dari mudof dan mudof ilaih,
ismu adalah mudof dan lafadz allah mudof ilaih, definisi atau ta’rif dari
tarkib idofi adalah

‫نﺴﺒﺔ تقﻴﻴﺪيﺔ تقﺘﺾ انﺠﺮار ثاِنهﻤاِ أبﻤﺪا‬

yaitu nisbat atau hubungan bangsa kayid yang keduanya (mudof) minta
untuk dijarkan selamanya. sebab ada keterangan

‫ وحﻖ الﻤﻀاِف الﻴه أن يﻜﻮن مﺠﺮوﻤرا باِﻷول‬.

haknya mudof ilaih adalah dijarkan oleh mudof, dalam arti mudof harus
selamanya menjarkan mudof ilaih.

Idhofat lafadz ‫ إسﻢ‬pada lafadz ‫ ا‬terbagi menjadi 2 (dua) bagian).


1.Idhofat bayaniyyah ‫ إضاِفﺔ الﺒﻴاِنﻴﺔ‬yaitu :

‫وهﻮ ان يﻜﻮن الﻤﻀاِف والﻤﻀاِف الﻴه يﺼﺤاِن مﺒﺘﺪاﺀ وخﺒﺮا‬

Adalah antara mudhof dan mudhof ilaih syah dijadikan mubtada dan
khobar.

Al hasil menjadi ‫ا‬ ‫اسﻢﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ taqdirnya adalah:


‫اسﻢ الﻤﺴﻤىَ باِل‬

2.Idhofat haqiqiyah laamiyyah (‫ ) إضاِفﺔﺭﺭ الﺤقﻴقﻴﺔﺭ اللمﻴﺔ‬yaitu manaqdirkan/


menyimpan makna lam. Dan jika lammiyah tersebut adalah laamiyyah
istighroqiyyah (‫ ) لمﻴﺔإسﺘغﺮاقﻴﺔ‬maka maknanya akan menjadi 3 bentuk :

a.Istighroqiyyah Jam’ul Afrod ( ‫ ) اﻹسﺘغﺮاقﻴﺔ جﻤﻊ الفﺮاد‬yaitu menjadi :

‫ﻦ اكبَﻞ ألسسلﻤاِاﺀ ا‬
‫ااسسرﻢ ام س‬

b. Istighroqiyyah Ba’dhul Afrod ( ‫ ) اﻹسﺘغﺮاقﻴﺔ بعﺾ الفﺮاد‬yaitu menjadi :


‫ﺾ ألسسلﻤاِاﺀ ا‬
‫ﻦ لبسع ا‬
‫ااسسرﻢ ام س‬

c. Istighroqiyyah Jinsiyyah ( ‫اﻹسﺘغﺮاقﻴﺔﺭﺭﺭ الﺠﻨﺴﻴﺔ‬ ) yaitu menjadi :


‫ﺲ ألسسلﻤاِاﺀ ا‬ ‫ااسسرﻢ ام س‬
‫ﻦ اجسﻨ ا‬

d. Lafadz Arrahman dan Lafadz Arrahim

Lafadz arrahman dan arrahim merupakan sifat atau na’at dari lafadz allah.
bentuk na’at seperti ini bisa di kotho juga bisa di itba’ karena alasan
man’utnya yaitu lafad allah bersifat mu’ayan/tertentu, arti mu’ayan adalah
mausuf yang sudah jelas meski tidak disebutkan sebagian atau semua
sifatnya. sebagaimana syaikh ibnu malik berargumen:

ِ‫ بﺪونهاِ او بعﻀهاِ اقﻄﻊ معلﻨا‬# ِ‫واقﻄﻊ اواتﺒﻊ إن يﻜﻦ معﻴﻨا‬

Arti kotho’ adalah ِ‫ قﻄﻊ الﺤﻜﺔ الﺼفﺔ بﻤﻮصﻮفها‬memutuskan harkat sifat dari
mausufnya, contoh ‫ﻦﺭﺭ الﺮحﻴﻠﻢ‬
‫اﺭﺭ الﺮحﻤ ل‬
‫ بﺴﻢﺭﺭ ا‬coba lihat dicontoh itu, lafadz
arrahman dan arrahim keduanya adalah nasab sedangkan lafadz allah
adalah khofad, seperti itulah yang disebut kotho. dalam pengucapan
bismilah atau penulisanya bisa sembilan macam namun yang
diperbolehkan hanya tujuh. Yang diperbolehkan seperti contoh berikut:

‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (kasrah ba’da kasrah)


‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (nasab ba’da kasrah)
‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (rafa’ ba’da kasrah)
‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (rafa’ ba’da rafa’)
‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (nasab ba’da nasab)
‫الﺮحﻴﻢ‬ ‫الﺮحﻤﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ (nasab ba’da rafa’)
‫( الﺮحﻤﻦ الﺮحﻴﻢ‬rafa’ ba’da nasab)

tidak mungkin nasab ataupun rafa jika tidak ada amil/yang merintahnya,
jika nasab berarti ‘amilnya adalah fi’il takdirnya misalkan ‫ أمﺪﺡ‬atau ‫ أعﻨي‬. jika
rafa’a berarti ‘amilnya adalah mubtada yang dibuang wataqdiruhu hua. jika
kurang faham silahkan kaji dalam alfiyyah bait di bawah ini:

‫ مﺒﺘﺪﻤﺀ لﻮ ناِصﻤﺒاِ ل يﻈهﺮا‬# ‫وارفﻊ اوانﺼﺐ إن قﻄعﺖ مﻀﻤﺮا‬

catatan: yang tidak boleh adalah itba’ ba’da kotho, alasan karena ‫الﻨعﺖ‬
‫ والﻤﻨعﻮت كاِلﺠﺰﺀ واحﺪ‬antara sifat dan mausuf bagaikan satu juz yant tidak
dapat terpisahkan lagi.

contoh yang tidak boleh:

‫الﺮحﻴﻢل‬ ‫ﻦﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
‫الﺮحﻤ ا‬
(fathah setelah kasrah) dan

‫ﻦ الﺮحﻴﻢ‬
‫الﺮحﻤ ا‬

ُ‫( ا‬dommah setelah kasrah)

Arti itba’ dalam artian nahwu adalah mengikuti harkat sebelumnya contoh ‫ا‬
‫ﻦ الﺮحﻴﻢ‬
‫ا الﺮحﻤ ا‬
‫ بﺴﻢ ا‬perhatikanlah lafadz arrahman dan arrahim pada contoh
tersebut, keduanya khofad karena mengikuti khofadnya lafadz allah,
B. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI ILMU MANTHIQ

‫ﺼﺢح ألسن لتاﻜسﻮلن اجسﻤللﻤﺔ لخلﺒاﺮايﻤﺔ‬


‫ﺼﺢح ألسن لتاﻜسﻮلن اجسﻤللﻤﺔ إاسنﺸْاِ لاﺋاﻴﻤﺔ لولي ا‬ ‫إاسعللسﻢ ألان اجسﻤلللﺔ الاﺒ س‬
‫ﺴاﻤللاﺔ لي ا‬

Ketahuilah ! bahwa jumlah atau kesatuan kalimat-kalimat yang terdapat


pada Bismillah bisa dijadikan jumlah Insyaiyyah, juga boleh dijadikan
jumlah Khobariyyah

‫ﺴاﻤللاﺔ لخلﺒاﺮايﻤﺔ‬
‫ﺖ اجسﻤللاﺔ الاﺒ س‬
‫لفإاسن كاِ للن س‬

Apa bila di jadikan jumlah Khobariyyah, maka ada beberapa bagiannya


yaitu sebagai berikut ;

Bagian pertama ;

‫ﺨلﺘﺼاِ ﻤ املعاﻴﻨاِ ﻤ‬ ‫ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا‬


‫ضسﻮاعهاِ ل ام س‬ ‫ﺤاﻮ أ الﺅلبَ ا‬
‫ﻒ لوضاِ لاب ا‬ ‫ﺼاﻴﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س‬ ‫ﻀاﻴﻤﺔ لﺷ س‬
‫ﺨ ا‬ ‫ﺴاﻤىَ لق ا‬
‫لفاﺘ ل‬

Jumlah Bismillah dinamakan QODLIYYAH SYAKHSHIYYAH (pernyataan


seseorang) bila maudlu (pelaku) muta’alaq (kata kerja yang disandari) dari
Bismillah ditentukan dan di khususkan, seperti lafadz :

‫أ الﺅبَلﺭﺭ ا‬
‫ﻒ‬

Artinya ; “Aku hendak menyusun”

Bagian kedua ;

‫ﺴسﻮراﻤ اب ا‬
‫ﺴسﻮار الاﻜبَﻞ‬ ‫ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا‬
‫ضسﻮاعهاِ ل لم ا‬ ‫ﺤاﻮ ليسﺒلﺘاﺪأ ا اكﺢﻞ امسﺆاماﻨسﻴ ل‬
‫ﻦ لوضاِ لاب ا‬ ‫ﻀاﻴﻤﺔ اكلااﻴﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س‬ ‫لوات ل‬
‫ﺴاﻤىَ لق ا‬

Jumlah Bismillah dinamakan QODLIYYAH KULLIYYAH (pernyataan setiap


orang mukmin) bila maudlu (pelaku) muta’alaq (kata kerja yang disandari)
dari Bismillah memakai adat sur kulliy atau memakai kata penghimpun
penyeluruh, seperti lafadz :

‫ليسﺒلﺘﺪاأ ا اكﺢﻞ امسﺆاماﻨسﻴ ل‬


‫ﻦ‬
Artinya ; “Setiap mukmin hendak mengawali”

Bagian ketiga ;

‫ﺠسﺰاﺋي‬ ‫ﺴسﻮراﻤ اب ا‬
‫ﺴسﻮار ال ا‬ ‫ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا‬
‫ضسﻮاعهاِ ل لم ا‬ ‫ﻦ لوضاِ لاب ا‬ ‫ﺤاﻮ ليسﺒلﺘاﺪأ ا لبسع ا‬
‫ﺾ امسﺆاماﻨسﻴ ل‬ ‫ﻀاﻴﻤﺔ اجسﺰاﺋاﻴﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س‬ ‫لوات ل‬
‫ﺴاﻤىَ لق ا‬

Jumlah Bismillah dinamakan QODLIYYAH JUZIYYAH (pernyataan


sebagian orang mukmin) bila maudlu (pelaku) muta’alaq (kata kerja yang
disandari) dari Bismillah memakai adat sur juziy atau memakai kata
penghimpun sebagian, seperti lafadz :

‫ليسﺒلﺘاﺪأ ا لبسع ا‬
‫ﺾ امسﺆاماﻨسﻴ ل‬
‫ﻦ‬

Artinya ; “Sebagian mukmin hendak mengawali”

Bagian keempat ;

‫ﻈاﺮ الاﻜبَﻞ‬ ‫ضسﻮاعهاِ ل اكالﻴاِ ﻠﻤ ام س‬


‫ﻦ لغسﻴاﺮ لن س‬ ‫ﻀﻴاﻤﺔ امسهلﻤلل ﻤﺔ إاسن قااﺪلر ابلﻨ س‬
‫ﺤﻮا ليسﺒلﺘاﺪأ ا امسﺆاماﻨسﻮلن لوضاِ لاب ا‬
‫ﻄهاِ ل ألسن لياﻜسﻮلن لمسﻮ ا‬ ‫لوات ل‬
‫ﺴاﻤىَ لق ا‬
‫ﺠسﺰﺀا‬ ‫لوال ا‬

Jumlah Bismillah dinamakan QODLIYYAH MUHAMALAH (pernyataan


setiap orang mukmin) bila maudlu (pelaku) muta’alaq (kata kerja yang
disandari) dari Bismillah tidak memakai adat sur kulliy ataupun adat sut
juziy, tidak memakai kata penghimpun sebagian ataupun kata penghimpun
penyeluruh, seperti lafadz :

‫ليسﺒلﺘاﺪأ ا امسﺆماﻨسﻮلن‬

Artinya ; “Setiap mukmin hendak mengawali”

‫ﻀاﻴﻤﺔ‬ ‫ﺖ اجسﻤللﻤﺔ إاسنﺸْاِ لاﺋاﻴﻤﺔ لفللات ل‬


‫ﺴاﻤىَ لق ا‬ ‫لوإاسن كاِ للن س‬

Apa bila jumlah kalimat-kalimat Bismillah di jadikan jumlah Insyaiyyah,


maka Bismillah tidak di namakan QODIYYAH atau pernyataan

● Dilihat dari segi kata-katanya,


‫بﺴﻢ ا الﺮ حﻤﻦ الﺮ حﻴﻢ‬

Terdiri dari ba, ismun, Allah, al-rahman, al-arohim. Ba” adalah adat dan
lafaz juz’I, ismun adalah lafaz mufrad kulli jenis, Allah adalah lafaz mufrad
juz’i. Allah adalah nama zat yang memiliki sifat kemaha sempurnaan dan
mahasuci dari kekurangan; al-rahman dan al-rahim adalah lafaz mufrad
kully wadh’an wa isti’malan.

● Dilihat dari segi peletakannya

Menapa di Basmalah kita meminta berkah dengan menyebut nama-Nya: (


‫ﺴاﻢ ا ا‬
‫ا‬ ‫”?)اباِ ا ا‬
‫) اباﺒ س‬, kenapa tidak langsung saja menyebut zat-Nya dengan: (‫ل‬

Syekh Abu Suûd menyuguhkan kepada kita dua jawaban, beliau berkata:
“Tidak dikatakan (‫ ا(اباِال‬demi membedakan antara sumpah dan harapan,
atau guna mewujudkan tujuan utama pemaknaan, yaitu (‫) السساﺘلعاِلناﺔ‬, meminta
pertolongan. Kita kadang meminta pertolongan dengan menyebut zat-Nya.
Artinya: meminta pertolongan untuk melakukan sebuah pekerjaan yang
wajib dilaksanakan selaku hamba. Makna ini tersirat di ( ‫ﻚ لنسعاﺒاﺪ‬ ‫) إااي ل‬, dan
kadang juga dengan nama-Nya. Artinya, meminta pertolongan dan rahmat-
Nya supaya pekerjaan itu punya nilai ibadah di mata syariat sehingga ia
punya berkah, karena jika tidak disertai dengan nama Allah, maka ia pun
tidak terhitung dan sia-sia. Dan tatkala kedua bentuk permintaan itu
terdapat di al-Fatihah maka makna terakhir ini wajib dibedakan dari yang
pertama dengan menempatkan kata ( ‫)اﻹاسسﻢ‬

Hematnya, Karena Al-Fatihah pembuka surah-surah Al-Qur’an, ia seperti


telah dirancang khusus untuk mengoleksi kedua pemaknaan ini, sehingga
dengan sendirinya ia mengajarkan adab berdoa. Ia seperti berkata: “wahai
hamba Allah, jika Anda ingin berdoa, maka berdoalah dengan menyebut
Zat atau nama-Nya, atau kedua-Nya.” Di satu sisi, ia mengisyaratkan
bahwa hamba dalam berdoa hendaknya kondisi kejiwaannya mengalami
peningkatan derajat (ِ‫ ) الاﺘلﺮبَقسي اللﻤسعلﻨاﻮي‬dari satu makna ke makna yang lebih
dalam lagi.
Tetapi, kenapa yang datang setelah (‫ ) اﻹاسسﻢ‬adalah (‫ ) ا‬dan bukan nama-
nama-Nya yang lain?

Di sini kita akan menemukan jawabannya dengan berupaya mencerna


pernyataan Syekh Mutawalli as-Sya’rawi berikut ini:

“Asmaul Husna adalah nama-nama yang Allah letakkan guna menunjukkan


zat-Nya. Petunjuk tersebut ada dua bagian: ( ‫) ادللللﺔ لعاِللاﻤاﻴﺔ‬, yaitu nama yang
menunjukkan langsung zat Allah yang wajib, yaitu (‫) ا‬.

Adapun nama-nama lain, seperti: (‫ ) الاﺮسحلﻤﻦ‬pada dasarnya mereka


menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah, meskipun kita menyebut
‫) ادللللﺔ لو س‬.(‫) ا‬
mereka sebagai nama. Inilah yang lebih dikenal dengan (‫صافاﻴﺔ‬
mengoleksi keagungan, keindahan, dan kesempurnaan zat maha pencipta
yang dibiaskan oleh nama-nama-Nya yang melukiskan nilai-nilai ketuhanan
demi menjaga keseimbangan hidup di kosmos ini.
Karena Allah Tuhan semesta alam, maka kekuasaan-Nya butuh
pelaksanaan, dan pelaksanaan-Nya lahir dari kepemilikan, dan
kepemilikan-Nya butuh pengaturan, dan pengaturan-Nya butuh kepada
perintah, dan perintah-Nya itu butuh kepada kekuatan pelaksanaan yang
ada di zat Allah sendiri.”

Sebelumnya itu, Ustadz Said Nursi juga telah menjelaskan makna di atas,
beliau berkata:

Adapun (‫ ) اﻹاسسﻢ‬maka ketahuilah bahwa Allah punya nama-nama yang


menunjukkan zat-Nya dan nama-nama yang menunjukkan sifat perbuatan-
Nya, seperti: (‫ ) الاﺮاﺯاﻕ‬yang Maha Pemberi Rezeki, (‫ )اللغافاِر‬yang Maha
pengampun (‫ﺤاﻴي‬ ‫ ) الاﻤ س‬Yang Maha menghidupkan, dan yang lain.
Keanekaragaman nama-nama Allah disebabkan oleh banyaknya
keterikatan Qudra Azali Allah terhadap pelbagai bentuk makhluk. Olehnya
‫ﺴاﻢ ا ا‬
itu, ( ‫ا‬ ‫ ) اباﺒ س‬sarana terbaik meminta keterikatan Qudra tersebut sehingga
dengan sendirinya ia seperti ruh yang menjadikan setiap pekerjaan punya
nuansa hidup.
Sementara itu, lafal (‫ ) ا‬mencakup seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang
dibiaskan oleh nama-nama-Nya yang lain.”
Hematnya, karena (‫ ) ا‬penamaan terhadap zat-Nya yang mengoleksi
kesempurnaan sifat-sifat yang dilukiskan oleh nama-nama-Nya yang lain,
maka ia pun disebutkan lebih awal dan nama-nama yang datang
setelahnya seperti penafsir-penafsir yang sedang memberikan penjelasan
tersendiri terhadap kesempurnaan, keagungan, keindahan zat yang
ditunjukkan oleh (‫ ) ا‬itu.

Jika Anda bertanya yang ketiga kalinya: Kenapa (‫ ) الاﺮسحلﻤﻦ‬peletakannya


mendahului (‫ ?) الاﺮاحسﻴاﻢ‬Bukankah keduanya terambil dari akar kata yang
sama, yaitu: (‫ ?) الاﺮسحلﻤﺔ‬Bukankah (‫ ) الاﺮسحلﻤﻦ‬yang maknanya lebih luas dari (
‫ )الاﺮاحسﻴاﻢ‬seyogianya ditempatkan di akhir kalimat, khususnya, Basmalah
sebagaimana yang diketahui mengoleksi nikmat yang paling tinggi, yaitu
rahmat Allah SWT terhadap makhluk? Dan jika salah satu gaya
pembahasan Al-Qur’an dalam memamerkan aneka ragam nikmat adalah
menyebut yang terkecil ke yang terbesar, kenapa di sini justru terbalik?

Di sini, para pemerhati tafsir telah mengorek indera rasa Anda dalam
memberikan pemaknaan. Olehnya itu, Anda dipersilakan menyibak kabut-
kabut tipis yang melindungi penglihatan Anda dari makna-makna yang ada
lewat pernyataan Jarullah az-Zamakhsyari berikut ini:

“Yang demikian itu karena tatkala (‫ ) الاﺮسحلﻤﻦ‬meliputi segala bentuk


kenikmatan dan nikmat-nikmat yang besar, maka ia pun menyebut
setelahnya (‫ ) الاﺮاحسﻴاﻢ‬sebagai penyempurna, mengingat ia meliputi nikmat
yang sering dilupakan hanya karena kelalaian atau sulit terdeteksi oleh
indera.”

C. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI ILMU BALAGHAH

■ Di setiap kitab, sudah pasti dimulai dengan BASMALLAH, ini disebut


IBTIDA’ HAQIQI.

Ibtida sendiri ada dua

1. Ibtida Haqiqi, yaitu :


‫ماِ تقﺪم اماِم الﻤقﺼﻮد ولﻢ يﺴﺒقه ﺷيﺀ‬

“sesuatu yang (berada) mendahului didepan maksud dan tidak terdahului


oleh sesuatu
apapun (lainnya)” seperti contoh disini adalah basmallah.

2. Ibtida Majazy, yaitu :

‫ماِ تقﺪم اماِم الﻤقﺼﻮد وان سﺒقه ﺷيﺀ‬

“sesuatu yang (berada) mendahului maksud walaupun terdahului sesuatu


(lainnya)” seperti bacaan/tulisan hamdalah setelah basmalah.

■ Lapadz ‫ الﺮحﻤﻦ‬dan ‫ الﺮحﻴﻢ‬adalah dua isim yang kedudukannya jadi sifat


dari maosuf (yang disifati) yaitu lapadz ‫ ا‬dimana sifat tersebut untuk
menunjukan ma’na
mubalaghoh ( ‫) مﺒاِلغﺔ‬.

Kata ‫ الﺮحﻤﻦ‬dan ‫ الﺮحﻴﻢ‬Dilihat dari pan ilmu bayan disebut Majaz Mursal ( ‫مﺠاِﺯ‬
‫) الﻤﺮسﻞ‬, majaz ( ‫ ) مﺠاِﺯ‬adalah “kalimah yang dipakai bukan dalam ma’na
madhu’lahnya ( ‫ ) مﻮضﻮﻉ له‬atau ma’na asalnya ” karna adanya ‘alakoh ( ‫علقﺔ‬
), yaitu yang memustahilkan dima’nai dengan ma’na asal

( َ‫) الﻜلﻤﺔ الﻤﺴﺘعﻤلﺔ فىَ غﻴﺮماِ وضعﺖ له لعلقﺔ اﻯ ماِنعﺔ عﻦ ارادة معﻨىَ اﻷصلى‬

seperti contoh ‫ اسﺪ‬dima’nai dengan ‫( رجﻞ الﺸْﺠاِﺀ‬laki-laki yang gagah) tidak


dima’nai asal ( ‫ ) حﻴﻮان الﻤفﺘﺮﺱ‬yang artinya binatang buas

Sedangkan Majaz Mursal ( ‫ ) مﺠاِﺯ الﻤﺮسﻞ‬adalah dalam ‘alakohnya ( ‫علقﺔ‬


)/antara ma’na asal dan ma’na furu’nya tidak ada persamaan ( ‫تلﻚ العلقﺔ غﻴﺮ‬
‫ ) مﺸْاِبهﺔ‬sebagaimana dalam 3 bet ‘dalam pan bayan :

‫او لغﻮﻯ و الﻤﺠاِﺯ مﺮسﻞ * او اسﺘعاِرة فأماِاﻷول‬

‫فﻤاِ سﻮﻯ تﺸْاِبه علقﺘه * جﺰﺀ و كﻞ او مﺤﻞ الﺘه‬


‫ﻇﺮف و مﻈﺮوف مﺴﺒﺐ سﺒﺐ * وصﻮ لﻤاِﺽ او ماِل مﺮتقﺐ‬

“ dan majaz itu ada majz mursal dan ada majaz isti’arah, maka adapun
yang pertama (majaz mursal), yaitu yang ’alaqohnya tidak ada persamaan
antara ma’na asal dengan ma’na furu’nya, yaitu ada yang membahasakan
majaz mursal itu dengan ‫جﺰﺀ‬ (sebagian) dalam ‫كﻞ‬
(keseluruhan) atau sebaliknya,atau ‫( حاِل‬tingkah) dalam ‫( مﺤاِل‬tempat), atau
alat dalam pekerjaan, atau sabab ( ‫ ) سﺒﺐ‬dalam musabab ( ‫ )مﺴﺒﺐ‬atau
sesuatu/perkara yang sudah terlewati dalam perkara yang sedang, atau
yang sudah datang dalam sesuatu yang pasti datang yang ditunggu-
tunggu”

Sedangkan ‫الﺮحﻤﻦ‬ dan ‫الﺮحﻴﻢ‬


termasuk kedalam sabab ( ‫ ) سﺒﺐ‬dalam musabab ( ‫)مﺴﺒﺐ‬, yaitu :

‫مﻦ باِب إﻃلﻕ الﺴﺒﺐ و ارادة الﻤﺴﺒﺐ‬

Yaitu lapadz yang ma’nanya bukan asal ma’na tersebut ( ‫ ) سﺒﺐ‬, tetapi yang
dimaksud adalah musabab ( ‫)مﺴﺒﺐ‬. sabab ( ‫ ) سﺒﺐ‬atau ma’na asal ‫الﺮحﻤﻦ‬
adalah “pengasih” sedang
yang dimaksud adalah musabab ( ‫)مﺴﺒﺐ‬, yaitu ‫( اﻹحﺴاِن‬yang membuat
kebaikan) .

Dan alasan kenapa ma’nanya bukan ma’na asal? Sebab mustahil ma’na
asal untuk Alloh Swt, yaitu :

‫رقﺔ القلﺐ تقﺘﻀىَ اﻹنعاِم و اﻹحﺴاِن‬

“ yang terbersit dalam hati yang mendorong untuk/ingin memberi dan


membuat kebaikan”

Nah! terbersit dalam hati mustahil bagi Alloh Swt, jadi yang dimaksud
adalah Al-ihsan-Nya( ‫ ) اﻹحﺴاِن‬/yang membuat kebaikan .
Jadi, lapadz ‫رقﺔ‬ itu disebut
sabab ( ‫سﺒﺐ‬ ) dan ‫اﻹحﺴاِن‬ ‫وﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬ ‫اﻹنعاِمﺭﺭﺭﺭﺭﺭﺭ‬
disebut musabab ( ‫)مﺴﺒﺐ‬.

■ SUBYEK DAN PREDIKAT BASMALAH

Rangkaian redaksional tekstual basmalah merupakan rangkaian


keterangan tanpa subyek dan predikat. Namun tidaklah mungkin sebuah
kalimat tanpa subyek dan predikat, karena keduanya adalah unsur pokok
dari kalimat sempurna.

Siapa dan apa yang “dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Yang
Maha Penyayang”.

Dalam konteks ilmu nahwu dalam bahasa Arab, subyek dan predikat itu
ditunjukkan dengan butuhnya haraf jar ba di awal rangkaian basmalah
kepada muta’allaq (rangkaian yang dikaitinya). Dengan tidak adanya
muta’allaq tersebut secara tekstual redaksional, maka dipastikan
muta’allaq tersebut adalah kalimat yang secara tekstual tidak dicantumkan
yang dalam bahasa Arab disebut mahdzuf (secara makna ada, tapi secara
teks tidak tertulis).

Apa rangkaian yang tidak tercantum itu ? Itulah subyek dan predikatnya.
Apa subyek dan predikatnya ? Karena secara teks tidak ada, maka dapat
dimaknakan secara umum. Subyeknya bisa siapapun. Predikatnya bisa
pekerjaan apapun. Namun keumumumannya dibatasi oleh hadits :

‫ا‬
‫ﺴاﻢ ا‬ ‫صالىَ اا لعللسﻴاه لو لسلالﻤإااناه لقاِلل اكﺢﻞ ألسمرﺮ اذسيِ لباِرل لل ايسﺒلﺪأ ا افسﻴاه اباﺒ س‬
‫ﻦ الاﻨاﺒبَي ل‬ ‫ﻦ ألابسي اهلﺮسيلﺮلة لر ا‬
‫ضلي اا لعسﻨاه لع ا‬ ‫لع س‬
‫ل‬
‫الاﺮسحﻢْﻢان الاﺮاحسﻴاﻢ لفاهلﻮ أسق ل‬
‫ﻄاﻊ‬

Dari Abū Huroiroh rodiyallōhu ‘anhu dari Nabi shollallōhu ‘alaihi wasallam
sesungguhnya beliau bersabda, “Setiap perkara yang penting (dipandang
baik
menurut syara’) yang tidak dimulai
sebabnya dengan
bismillaahirrahmaanirrahiim sedikit
berkahnya” (H.R. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan An-Nasāi).

Dengan demikian, subyek dan predikatnya terbatas pada hal-hal yang baik
menurut syara’.

Misalnya basmalah di awal kitab Bidayatul hidayah, maka subyek dan


predikatnya dapat dimaknakan dari dua sisi, yaitu :

1. Dari sisi penyusun kitab, subyek dan predikatnya adalah “saya


menyusun kitab bidayatul hidayah ini.

2. Dari sisi pembaca dan pengkaji kitab, subyek dan predikatnya adalah
“saya membaca/mengkaji kitab bidayatul hidayah ini”

Dalam konteks ilmu balaghah dalam bahasa Arab, posisi subyek dan
predikat menentukan. Bila subyek dan predikat di awal, maka tidak
memberikan tambahan makna secara khusus. Bila subyek dan predikat di
akhir, maka memberikan makna pengkhususan (hashr/qasr).
Pada kasus basmalah, para ulama lebih mendukung penempatan subyek
dan predikat di akhir. Mengapa ? Agar memberikan makna pengkhususan
yang itu berarti tauhid. Maka dalam konteks pengkaji kitab bidayatul
hidayah, maka makna basmalah menjadi “ hanya dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Yang Maha Penyayang saya mulai mengkaji kitab
bidayatul hidayah ini”

Untuk kasus-kasus amal yang lain, silahkan dimaknakan mengikuti cara


memaknakan ini dengan menyesuaikan subyek dan predikatnya sesuai
konteksnya.
Dalam prakteknya, subyek dan predikat tersebut boleh dilafalkan dengan
lisan dan boleh di dalam hati saja.

MAKNA BI
Bi di awal basmalah memiliki beberapa makna, di antaranya adalah
isti’anah (mohon pertolongan), mushahabah (tabarruk/ngalap berkah),
ilshaq (wushul/sampai).

Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna isti’anah, maka dengan


basmalah itu ia memohon pertolongan kepada Allah (dengan berwashilah)
dengan nama Allah.

Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna mushahabah, maka dengan


basmalah pada perbuatannya itu ia memohon keberkahan kepada Allah
(dengan berwashilah) dengan nama Allah.

Bila pembaca basmalah mengitikadkan makna ilshaq, maka dengan


basmalah itu ia memohon diterima sampai kepada Allah (dengan
berwashilah) dengan nama Allah.

MAKNA ISMILLAH

Rangkaian ismillah adalah idhafat (dua kata yang dijadikan satu) lafazh ism
dan lafazh Allah.

Idhafat ini dapat dimaknakan beberapa makna, yaitu :

1. Lil ‘ahdi

Dengan makna lil ‘ahdi , ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah
hamliyyah syakhsiyyah mūjabah . Dengan demikian, makna ismillāh adalah
ismin khōssin min asmaillāh (nama yang khusus dari nama-nama Allah).
Nama khusus itu adalah lafaz Allah.

2. Lil jinsi

Dengan makna lil jinsi, ismillāhi secara ilmu manthiq adalah qodiyyah
hamliyyah kulliyyah muhmalah mūjabah . Dengan demikian, makna
ismillāh adalah ayyismin min asmāillāh (nama yang manapun dari nama-
nama Allah).
3. Lil istigraqi ba’dhil afrod

Dengan makna li istigrōqi ba’dil afrōdi , ismillāh secara ilmu manthiq adalah
qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmallah musawwaroh bisūril juziyyi
mūjabah . Dengan demikian, makna ismillāh adalah
ba’dismillāhi (sebagian nama Allah).

4. Lil istigroqi jami’il afrod


Dengan makna li istigrōqi jami’il afrōdi , ismillāh secara ilmu manthiq
adalah qodiyyah hamliyyah kulliyyah muhmalah musawwaroh bissūril
kulliyyi mūjabah . Dengan demikian, makna ismillāh adalah
jamī’ismillāhi (seluruh nama Allah).

Dengan demikian, rangkaian ismillah memberikan petunjuk


diperkenankannya berwasilah dengan nama Allah atau dengan nama yang
mana pun dari nama-nama Allah atau dengan sebagian nama Allah atau
dengan seluruh nama Allah.

MAKNA ARRAHMAAN DAN ARRAHIIM

Secara ilmu sharaf, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim berasal dari rahima yang
berarti merahmati. Ar-Rahman dan Ar-Rahiim adalah bentuk kata sifat,
sehingga bermakna Yang merahmati (memberi rahmat).
Selain itu, Ar-Rahmaan mengikuti wazan fa’laan yang memiliki makna
kesementaraan sedangkan Ar-Rahiim mengikuti wazan fa’iil yang memiliki
makna kesinambungan. Karena itu Ar-Rahman dimaknakan Yang Memberi
rahmat di dunia sebagai tempat yang sementara sedangkan Ar-Rahiim
dimaknakan Yang Memberi rahmat di akhirat sebagai tempat yang abadi
(terus berkesinmbungan).

Dalam konteks rangkaian basmalah, makna Ar-Rahman dan Ar-Rahiim


tersebut didukung pula oleh susunannya yang merupakan badi’ tartib. Ar-
Rahman lebih dulu baru kemudian Ar-Rahiim. Dunia lebih dulu baru
kemudian akhirat.
Rahmat di dunia adalah mazro’atul akhirah. Rahmat di dunia adalah modal
untuk mendapatkan rahmat akhirat. Dengan rahmat menggapai rahmat.
Lain syakartum lazidannakum, dengan bersyukur mendapatkan tambahan
rahmat. Rahmat yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah. Dengan
isti’anah dan tabarruk mencapai wushul.

ISYARAH PADA BASMALAH

Basmalah terdiri dari empat kata pokok, yaitu ism, Allah, Ar-Rahman dan
Ar-Rahiim. Hal ini memberikan isyarat :

1. Pertolongan Allah kepada hamba-Nya dari syetan yang menggodanya


dari empat penjuru, yaitu depan, belakang, kanan dan kiri.

2. Ampunan Allah kepada hamba-Nya dari empat wajah dosa, yaitu dosa
yng tersembunyi, dosa yang terang-terangan, dosa di gelap malam dan
dosa di terang siang.

D. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI ILMU FIQH

Hukum Membaca Basmalah


Dalam zona yurisprudensi Syafi’iiyah, segala sesuatu yang diperbuat atau
diucapkan oleh mukallafin (orang-orang yang terkena beban hukum)
pastilah memiliki hukum mengingat di dalam kitab Al-Yaqut An-Nafis karya
Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Asy-Syathiriy Al-Khadlromiy pada poin ke-dua
dari sepuluh poin tentang mabadi’ asyarah (pokok dasar sepuluh)
disebutkan: objek dari kajian fikih adalah segala bentuk perbuatan
mukallafiin , yang mencakup hukum Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh,
Haram, Sah, Batal, Halal dan Haram. Begitu juga dengan hukum membaca
basmalah.
Adapun hukum membacanya adalah sebagai berikut:

1. Sunnah, merupakan hukum asal dari membaca basmalah sesuai dari


proses pemahaman pada hadits yang telah disebutkan. Yaitu ketika
hendak memulai hal-hal yang bernilai baik, penting dan semisalnya;
2. Wajib, yaitu saat hendak membaca surat Al-Fatikhah di dalam shalat
menurut madzhabnya Asy-Syafi’i. Perbedaan pendapat mengenai wajib
membacanya insya Allah akan dibahas pada poin “Khilafiyah Seputar
Basmalah”;

3. Makruh, yaitu ketika hendak melakukan hal-hal yang makruhnya bersifat


asli, seperti melihat kemaluan istri. Bukan melakukan perbuatan makruh
yang bersifat ‘ aridhiy (datang baru), seperti memakan bawang yang dapat
mengakibatkan bau mulut. Maka hal ini dikembalikan pada hukum asalnya
yaitu sunnah;

4. Haram, yaitu ketika hendak melakukan perbuatan-perbuatan yang


haram hukumnya, seperti mencuri, berzina, berjudi, membunuh tanpa hak,
dan semisalnya.

Sebagian ulama menambahkan hukum mubah yaitu ketika hendak


melakukan hal yang tidak dianggap penting ataupun tidak ada unsur
kebaikan serta tidak memiliki nilai negatif sedikitpun, seperti memindah
barang di suatu tempat ke tempat yang lain.

E. KAJIAN BASMALAH DARI SEGI ILMU HIKMAH

Pertama , pembukaan Alquran

Allah Ta’ala membuka kitab-Nya yang paling angung, yaitu Alquran dengan
lafadz basmalah. Demikian pula, semua surat dalam Alquran diawali
dengan basmalah, kecuali surat At-Taubah.

Kedua , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali surat yang


beliau kirim ke raja-raja, untuk mengajak mereka masuk Islam, dengan
lafadz basmalah. Seperti surat yang beliau kirim ke raja heraklius.

Ketiga , basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman
‘alaihis shalatu was salam kepada Ratu Saba’ yang ketika itu masih
menyembah matahari. Allah berfirman, menceraitakan kisah mereka,
‫ﻦ الاﺮاحﻴاﻢ ) ( ألال لتسعالﻮا لعللاي‬ ‫ﺴاﻢ ا ا‬
‫ا الاﺮسحلﻤ ا‬ ‫ﺖ لياِ ألﺢيلهاِ اسللﻤلﻠ ا إابَني أ اسلاقلي إاللاي اكلﺘاِب لكاﺮيﻢ ) ( إااناه ام س‬
‫ﻦ اسللسﻴلﻤاِلن لوإااناه اب س‬ ‫لقاِلل س‬
‫ﺴلااﻤﻴﻦل‬‫لوسأاتﻮاني ام س‬

“Sang ratu berkata: Wahai para menteri, saya mendapatkan sepucuk surat
yang mulia. Surat itu dari Sulaiman, isinya: Bismillahir rahmanir rahiim.
Janganlah kalian bersikap sombong di hadapanku dan datanglah
kepadaku dengan tunduk .” (QS. An-Naml: 29 – 31).

Tujuan utama Nabi Sulaiman mengirim surat ini adalah untuk mengajak
mereka masuk Islam dan meninggalkan kekufurannya. Mengingat
pentingnya tujuan ini, Nabi Sulaiman mengawalinya dengan basmalah.

Keempat , bacaan basmalah menjadi pemula untuk berbagai bentuk


ibadah, seperti wudhu, atau mandi dan tayamum, menurut pendapat
sebagian ulama. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ﻦ للسﻢ ليسﺬاكاﺮ اسسلﻢ ا ا‬


‫ا لتلعاِللىَ لعللسﻴه‬ ‫لل او ا‬
‫ضﻮلﺀ لالﻤ س‬

“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca
basmalah).” (HR. Abu Daud 101 dan dishahihkan al-Albani).

Hadis ini berbicara tentang wudhu, namun ulama mengqiyaskannya untuk


mandi dan tayamum, karena semuanya adalah kegiatan bersuci.

Kelima, perlindungan dari setan ketika makan

Orang yang makan atau minum dengan didahului membaca basmalah


sebelumnya maka setan tidak mampu untuk turut memakannya. Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ا ألاوللاه لوآاخلﺮﻩا‬ ‫ا لتلعاِللىَ افىَ ألاولااه لفسللﻴقاسﻞ اب س‬


‫ﺴاﻢ ا ا‬ ‫ﺴلىَ ألسن ليسﺬاكلﺮ اسسلﻢ ا ا‬ ‫إالذا أللكلﻞ أللحاﺪاكسﻢ لفسللﻴسﺬاكاﺮ اسسلﻢ ا ا‬
‫ا لتلعاِللىَ لفإاسن لن ا‬

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia


menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah
Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa
aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)” .” (HR. Abu Daud
no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani).
Dari hudzaifah radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ﻄلعاِلم الااﺬﻯ للسﻢ ايسﺬلكاﺮ اسساﻢ ا ا‬


‫ا لعللسﻴاه‬ ‫ﺤﺢﻞ ال ا‬ ‫ﻄاِلن لللﻴ س‬
‫ﺴلﺘ ا‬ ‫ﺸْسﻴ ل‬
‫إاان ال ا‬

“Sesungguhnya setan dibolehkan makan makanan yang tidak dibacakan


nama Allah ketika hendak dimakan.”(HR. Abu Daud no. 3766 dan
dishahihkan al-Albani)

Keenam , penjagaan dari gangguan setan ketika berhubungan badan

dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma , bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫ لفإااناه‬، “ ِ‫ﻄاِلن لماِ لرلﺯسقلﺘلﻨا‬‫ﺸْسﻴ ل‬


‫ﺐ ال ا‬‫ﻄاِلن لولجبَﻨ ا‬ ‫ﺸْسﻴ ل‬ ‫ “ اباِسسﻢا ا ا‬: ‫للسﻮ ألان أللحﺪلاكسﻢ إالذا أللرالد ألسن ليأساتلىَ ألسهللاه لقاِلل‬
‫ اللااهاﻢ لجبَﻨسﺒلﻨاِ ال ا‬،‫ا‬
‫ﻄاِن أللبﻤﺪا‬
‫ﻀاﺮﻩا لﺷسﻴ ل‬ ‫إاسن ايلقاﺪسر لبسﻴلﻨاهلﻤاِ لوللﺪ افىَ لذلا ل‬
‫ﻚ للسﻢ لي ا‬

“Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin menggauli istrinya, dan
dia membaca doa: ‘Dengan (menyebut) nama Allah, …dst’, kemudian jika
Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka
setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya .” (HR.
Bukhari no.141 dan Muslim no.1434)

Ketujuh, penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia.

Seperti yang sering kita bahas, kita tidak bisa melihat jin, namun jin bisa
melihat kita dalam semua keadaan. Tidak segan-segan, jin yang kurang
bertanggung jawab, juga akan melihat kita dalam posisi ketika tidak
berbusana. Untuk menanggulangi hal ini, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar ketika buka pakaian, kita
tidak lupa membaca basmalah.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ا‬ ‫ اب س‬: ‫ ألسن لياقﻮلل‬،‫ﺨلللﺀ‬


‫ﺴاﻢ ا ا‬ ‫ إالذا لدلخلﻞ أللحاﺪاهاﻢ ال ل‬: ‫ت لباﻨي آلدلم‬
‫ﻦ لولعسﻮلرا ا‬
َ‫ﺠ ب‬ ‫ﻦ ألسعاﻴ ا‬
‫ﻦ ال ا‬ ‫لسسﺘاﺮ لماِ لبسﻴ ل‬

“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian
masuk kamar kecil, ucapkanlah bismillah.” (HR. Turmudzi 606 dan
dishahihkan al-Albani).

Kedelapan , penghalang setan untuk membuka tempat barang berharga.

Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akan
menjadi incaran setan. Dia berusaha mengganggu kita dengan mengotori
makanan atau mengambil barang berharga itu.

Untuk mengatasi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


mengajarkan umatnya agar ketika menutup semua makanan dengan
membaca basmalah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ ول‬،ِ‫ ول ليسفلﺘاح لباِﻤبا‬،‫ﺤﺢﻞ اسلقاِﻤﺀ‬ ‫ﻄاِلن لل لي ا‬ ‫ﺸْسﻴ ل‬


‫ فإن ال ا‬،‫ﺴلﺮالﺝ‬َ‫ وأﻃفﺆا ال ب‬،‫ب‬ ‫ لوألسغلااقﻮا اسللﺒاِ ل‬،‫ﺴلقاِلﺀ‬
َ‫ لوألسواكﻮا ال ب‬،‫ﻄﻮا اسﻹالناِلﺀ‬
‫لغ ﺢ‬
‫ﺽ علىَ إالناِاﺋاه اعﻮﻤدا لوليسﺬاكلﺮ اسسلﻢ ا ا‬
‫ لفسللﻴسفلعسﻞ‬،‫ا‬ ‫ل‬
‫ﺠسﺪ أحﺪكﻢ إل أسن ليسعاﺮ ل‬‫ لفإاسن لﻢ لي ا‬،‫ﻒ إالناِﻤﺀ‬
‫ﺸْ ا‬
‫ليسﻜ ا‬

“Tutuplah bejana, ikatlah geribah (tempat menyimpan air yang terbuat dari
kulit), tutuplah pintu, matikanlah lentera (lampu api), karena sesungguhnya
setan tidak mampu membuka geribah yang terikat, tidak dapat membuka
pintu, dan tidak juga dapat menyingkap bejanan yang tertutup. Bila engkau
tidak mendapatkan tutup kecuali hanya dengan melintangkan di atas
bejananya sebatang ranting, dan menyebut nama Allah, hendaknya dia
lakukan .” (HR. Muslim)

Kesembilan, menghalangi setan menginap di dalam rumah

Bacaan basmalah diucapkan ketika masuk rumah, bisa menjadi


penghalang bagi setan untuk ikut memasukinya atau menginap di
dalamnya.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu ma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

،‫ لوإالذا لدلخلﻞ‬،‫ﺸْاِلﺀ‬ ‫ لولل لع ل‬،‫ﺖ للاﻜسﻢ‬ ‫ لل لماﺒﻴ ل‬: ‫ﻄاِان‬ ‫ا اعسﻨلﺪ اداخﻮلااه لواعسﻨلﺪ ل‬
‫ لقاِلل ال ا‬،‫ﻃلعاِاماه‬
‫ﺸْسﻴ ل‬ ‫ لفلﺬلكلﺮ ل‬،‫إالذا لدلخلﻞ الاﺮاجاﻞ لبسﻴلﺘاه‬
‫ ألسدلرسكاﺘاﻢ اسللﻤاﺒﻴ ل‬: ‫ لقاِلل‬،‫ﻃلعاِاماه‬
‫ﺖ‬ ‫ا اعسﻨلﺪ ل‬ ‫ ألسدلرسكاﺘاﻢ اسللﻤاﺒﻴ ل‬: ‫ﻄاِان‬
‫ لوإالذا للسﻢ ليسﺬاكاﺮ ل‬،‫ﺖ‬ ‫ لقاِلل ال ا‬،‫ا اعسﻨلﺪ اداخﻮلااه‬
‫ﺸْسﻴ ل‬ ‫لفللسﻢ ليسﺬاكاﺮ ل‬
‫لواسللع ل‬
‫ﺸْاِﺀل‬

“Jika seseorang masuk rumahnya dan dia mengingat nama Allah ketika
masuk dan ketika makan, maka setan akan berteriak: ‘Tidak ada tempat
menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam.’ Namun jika dia tidak
mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan, ‘Kalian
mendapatkan tempat menginap’ dan jika dia tidak mengingat nama Allah
ketika makan maka setan mengundang temannya, ‘Kalian mendapat jatah
menginap dan makan malam’ .” (HR. Muslim).

Kesepuluh , menjadi syarat halalnya hewan sembelihan

Diantara keberkahan basmalah, orang yang menyembelih binatang dengan


menyebut basmalah, hewan sembelihannya bisa menjadi halal.
Sebaliknya, orang yang menyembelih binatang tanpa mengucapkan
basmalah, baik disengaja maupun lupa, sembelihannya batal, dan hewan
itu tidak boleh dimakan. Allah berfirman,

‫لولل لتأساكالﻮا اماﻤاِ للسﻢ ايسﺬلكاﺮ اسساﻢ ا ا‬


‫ا لعللسﻴاه لوإااناه للاف س‬
‫ﺴﻖ‬

“Janganlah kalian makan (hewan) yang tidak disebutkan nama Allah ketika
menyembelihnya. Itu sesuatu yang fasik (tidak halal) .” (QS. Al-An’am:
121).

Ditulis dari WordPress untuk Android


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kata "bismilah" atau "basmalah" memiliki memiliki makna yang sangat
dalam. jika kita mengkajinya tidak akan cukup menggunakan waktu
berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu. Mengkaji bismillah
membutuhkan yang lama dan konsentrasi yang serius.
Penjelmaan duniawi dari pola dasar ilahi, yang disebut didalam Al-Qur'an
dengan penulisan pena dan tempat tinta, memiliki suatu pokok signifikasi
spiritual. Dapat dikatakan, bahwa Al-Qur'an merupakan suara dari firman
Tuhan yang diembuskan ke hati Nabi dan kemudian kepada para sahabat
dan generasi-generasi selanjutnya. Sayyidina Ali Karamallahu Wadz'hahu
mengatakan bahwa seluruh Al-Qur'an itu terkandung didalam surat Al-
Fatihah, sedangkan surat Al-Fatihah itu sendiri terkandung di dalam
Bismillah (basmallah).
Karena adanya suatu kehadiran ilahi dalam teks Al-Qur'an , yakni Bismillah
(Basmallah), maka kalimat Bismillah inipun merupakan pengejawantahan
yang dapat dilihat dari firman ilahi itu, untuk membantu kaum muslim
menembus ke dalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai
dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam. Bismillah membantu
manusia untuk menembus selubung eksistensi material, sehingga
memperoleh jalan masuk ke barakah yang terletak didalam firman ilahi dan
untuk mengenyam hakikat alam spiritual, karena Bismillah itupun adalah
suatu pengejawantahan visual dari kristalisasi realitas-realitas spiritual (Al-
Haqa'iq) yang terkandung didalam wahyu Islam pertama : Iqraa
bismirabbikaal ladzii khalaq : Dengan menyebut nama Tuhanmu yang
menciptakan (Q.S. : 96 : 1) Kalimat Bismillah merupakan hasil dari
pengejawantahan ke-Esaan pada bidang keanekaragaman. Kalimat suci ini
merefleksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh
keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-
kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana
difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur'an: “Yaa Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia (Q.S. 3 : 191) Allah Swt
menurunkan kalimat suci Bismillah dalam wujud fisik (yang tersurat) pada
sebuah kitab suci Al-Qur'anul Kariim yang secara langsung dapat dipahami
oleh pikiran yang sehat. Karena kalimat suci “Bismillah” itu sendiri, memiliki
realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi
pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan di dengar menuju ke
Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan diatas setiap bunyi. Wujud
fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang dunia
batin yang tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, tetapi
juga dengan realitas-realitas batin Bismillah itu sendiri (yang tersirat)
Bismillah diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung yang diwahyukan
oleh Allah Swt kepada Nabi, sedangkan wujudnya tentu saja dibentuk oleh
karakteristikkarakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu Al-Qur'an,
yaitu : Qalbu (hati), yang nilai-nilai positifnya diuniversalkan Islam. Bentuk
wahyu Islam yang pertama ini (Bismillah) tidaklah mengurangi kebenaran,
bahwa sumber religius dari Bismillah ini berasal dari kandungan batin dan
dimensi spiritual Islam pula. Hanya bagi orang yang mampu melihat relitas-
realitas tersebut ataupun orang yang telah dilatih untuk memperoleh
penglihatan Al'Bashirah (penglihatan batin) atas sesuatu yang tersembunyi
dibalik rahasia Bismillah, dan dikarenakan Bismillah ini merupakan pula
pesan dari ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza'in al-ghoybi), maka
siapapun yang menerima pesan kalimat suci ini didalam hatinya ia seakan
menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum
episode perjalanan duniawinya yang singkat. Agama Islam tidak
berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau
pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan,
akan tetapi Agama Islam bertindak untuk mengembalikan kesadaran
manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat
suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab. Kesadaran ini diperkuat
dengan tata cara shalat yang secara naluriah mengembalikan manusia
pada keadaan primordialnya dengan menjadikan seluruh alam sebagai
tempat ibadah. Begitu pula halnya kalimat Bismillah yang terucap saat
bersujud menyentuh bumi (shalat), adalah ; untuk mengembalikan manusia
ke-kesucian primordial (alfithrah) saat Yang Maha Esa menghadirkan
dirinya secara langsung didalam hati manusia dan mengumandangkan
sebuah simfoni abadi dalam keselarasan yang ada pada alam yang suci.
Kalimat suci Bismillah yang terucap saat berdzikir, berarti sang pendzikir
telah kembali kepusat alam, bukan secara eksternal melainkan melalui
hubungan batin yang menghubungkan dirinya dengan prinsip-prinsip dan
iramairama alam primordial yang sakral dan teramat luas sekaligus
merupakan suatu perumpamaan dialog suci antara seorang Hamba
dengan Khaliqnya, yang menenangkan dan sekaligus mensucikan jiwanya,
begitupun Bismillah yang terucap disaat manusia hendak melakukan suatu
pekerjaan-pekerjaan yang halal, maka kesadaran dirinya akan terbangkit
dari keterlenaan, dalam dirinya melalui kesadaran akan realitas Yang Maha
Esa.
Sebuah kesadaran yang sesungguhnya merupakan substansi dari manusia
primordial dan sebab terbentuknya eksistensi manusia. Hati serta jiwa
seluruh muslim disegarkan oleh keagungan, keselarasan dan kesucian
kalimat Bismillah dalam pada bentuk-bentuk huruf Al-Hijaiyyah yang terdiri
dari tujuh huruf (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), yang mengelilingi kaum
muslim yang hidup didalam masyarakat Islam tradisional dan yang
mengungkapkan keindahannya pada setiap lembaran-lembaran suci Al-
Qur'an. Oleh karenanya Bismillah sebagai induk suci Islam yang
merupakan karunia dari Haqiqah yang terletak dalam hati wahyu Islam.
Kalimat suci ini akan tetap demikian bagi seluruh muslim, tak peduli
apakah diri mereka sadar akan haqiqah ataukah mereka yang sudah puas
dengan bentuk-bentuk luarnya saja (kalimat Bismillah yang tersurat).
Bagi mereka yang mengikuti jalan menuju haqiqah kalimat suci ini
merupakan pembantu pertama yang sangat diutamakan untuk
merenungkan ke-Esaan Ilahi Rabbi, karena huruf Ba yang dilambangkan
oleh titik pengenal kesucian horizontal dengan wujud lengkungan vertikal
yang menghadap langit dan Mim yang berporos pada suatu tiang
kepasrahan. Tiga huruf-huruf suci ini secara keseluruhan melambangkan
eksistensi universal untuk menuntun manusia dalam pembauran kualitas,
kekuatan, dan aliran berbagai elemen agar setiap muslim mengingatkan
ajaran Tuhan, yaitu dalam bentuk alam semesta, yang benar-benar muslim
atau tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat dan hukum
alamnya sendiri-sendiri.
KALIMAT BISMILLAH ITU DAHSYAT
MELAFALKAN KALIMAT BISMILLAH
HENDAKNYA MENYAKSIKAN ALLOH DAN ROSULNYA.

Assalamu’alaikum wr wb
Bismillahir rohmaanir rohiim.

Sebelum mengkaji bismillah , mari dengan khusu’ tawadhu’ dihadapan


Allah dan rosulnya.
Tentang syukur dan semuanya termasuk salam ta’dziman ikroman wa
mahabbatan kita ke pangkuan Rosulillah SAW , kami makmum beliau para
tabi’iin dst………terutama ke pangkuan beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman RA.
Semoga kita senantiasa diberi hidayah.

Kami bukan penulis, bukan ahli kitab , jadi sudah barang tentu terdapat
kekurangan dalam menyampaikan risalah yang maha dahsyat ini. Namun
akibat kohharnya Alloh , akibat sabda rosulillah SAW , kami dipaksa
menyampaikan walau satu ayat atau walaupun satu huruf. Ketakutan kami
akan ancaman beliau yang mana beliau mengancam “ Laisa minna man
lam yahtamma bi amril muslimin “ Bukan golonganku , orang yang tidak
memperhatikan kaum muslimin “ sementara kami berada diantara kaum
muslimin .

Bagi yang sudah diberi hidayah dan diberi pemahaman , tentunya kami
mohon dukungan dan do’a restunya. Sehingga kajian ini bukan sekedar
cerita tentang ilmu tauhid tetapi menjadikan sebab bagi kita diberi bisa
bertauhid yang menjadi sebuah penerapan dari keimanan itu sendiri dalam
mengarungi kehidupan yang fana’ ini, sehingga kita semua kembali kepada
asalnya dalam keadaan selamat .

Kalimat BISMILLAH – Kata orang yang sudah mengkaji bahasa, ( bukan


ahli kitab ) , kalimat bismilaah diartikan dengan menyebut asma Allah.
BI = DENGAN = SEBAB AKIBAT = DIAKIBATKAN
ISMU = SEBUTAN = NAMA = UCAPAN = PANGGILAN = DA’A = DO’A =
PERMOHONAN KEPADA.
ALLAH = DZAT ALLAH = AHAD DAN SIFAT ALLAH = WAHID .

Jadi dalam kata Alloh terdapat dua obyek yang sebenarnya adalah
subyek . yaitu DZAT ALLAH dan SIFAT ALLAH.
Jadi Dzat Allah itu Maha ada dan sifat Allah juga ADA/ WUJUD sebab
Dzat Allah yang membuat ada menjadi sifat Allah.
Jadi Allah menciptakan sifat Allah sendiri menggunakan Dzatnya sendiri
yang maha menciptakan .
Jadi Ciptaan Alloh yang paling permulaan adalah sifat Allah yang masih
berwujud NUR .
Jadi NURULLAH itu awal dari semua yang paling awal dari segala ciptaan
yang manifestasinya menjadi sifat sifat Allah yang sangat tak terhitung
jumlahnya .
Jadi ada sifat Allah yang terkenal 20 sifat wajib. Juga terkenal dalam
asmaul husna. Dan lain sebagainya yang tidak mampu kita sebutkan satu
persatu itu Merupakan sifat alloh yang diutus Alloh atau Rosululloh.

Dari kajian bahasa , bahwa merah kuning hijau dan semua juga sifat dari
pada dzat warna yang sebenarnya adalah Dzat Allah yang memenuhi sifat
Allah dalam warna
Jadi alam jagat raya dan seisinya , ini disebut ada sebab akibat
manifestasi sifat Allah yang diutus ( ROSUL ) ke seluruh permukaan jagat
raya ini.

Termasuk Rasa susah , senang , sedih , kaya miskin , dan sebagainya , itu
sifat allah yang diutus hingga hadir kedalam mahluqnya . jadi asma sifat
Alloh sebanyak jumlah mahluq yang diciptakan Allah. Manusia tidak
mamapu menghitung.

Jadi Rosulullah hadir dalam setiap mahluk. Langit dan bumi , alam dan
seisinya , maka sudah tentu terdapat Rosulullah diseluru alam ini yang
menjadi sifat Allah.

MAKA DALAM KALIMAT BISMILLAH TERDAPAT / WUJUD / TAMPAK /


ALLOH DAN ROSULNYA

JADI KITA AKAN DIBERI BISA MENERAPKAN BISMILLAH SETELAH


KITA MENYADARI TENTANG DUA KALIMAT

ASYHADU ANLLAA ILAHA ILLALLAH


WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOH.
Mari kita memohon taufiq hidayah Allah , semoga setiap kali kita
mengucapkan BISMILLAH , spontan kita menyaksikan Alloh dan
Rosulnya . sebab tanpa hidayah , walaupun sudah hafal bismillah ,
walaupun sudah faham arti dan makna Bismillah , belum tentu
menyaksikan Allah dan Rosulnya.

Al Faatihah …….

YAA SYAFI'AL-KHOLQISH-SHOLAATU WASSALAAM " ‘ALAIKA NUUROL


KHOLQI HAADIYAL ANAAM,
WA ASHLAHUU WA RUUHAHU ADRIKNII " FAQODH DHOLAMTU
ABADAW-WAROBBINII,
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA " FA-IN TARUDDA KUNTU
SYAKHSON HAALIKAA

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH…………………

Al faatihah

Wabillahi taufiq wal hidayah.


Wasaalamu’alaikum wr wb

01. KAJIAN AL-BASMALAH


A. Teks Basmalah dan Terjemahnya
Dengan nama Allâh Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Al-Qur`ân
Surat[1] 1:1

B. Kaitan dengan Ayat Lain


Kalimat ‫حيام‬ ‫ا الارسحلمان الار ا‬ ‫ ابسسام ا ا‬ini diberi nama ‫( اللبسسلملﺔ‬basmalah). Dikaitkan
dengan ayat lain, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ‘ulama,
apakah basmalah ini termasuk ayat pertama dari al-Fatihah, ataukah
mempunyai kedudukan lain? Perbedaan tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Pendapat pertama:
Menurut pendapat pertama, Basmalah itu termasuk ayat pertama dari surat
al-Fatihah dan ayat:30 dari surat al-Naml. Alasan pendapat ini antara lain
hadits sebagai berikut:
‫ب اللعاِللامين لسسباﻊ آلياِت‬ َ‫ضىَ ا لعسنه لعان الانببَي صلىَ ا عليه وسلم ااناه لكاِلن ليقاسوال اللحسماد ل لر ب‬ ‫لعسن ابىَ اهلرسيلرة لر ا‬
‫حسيم لواهلي الاسسباﻊ اسللملثاِانىَ لوالقاسرآن اللعاظسيم لواهلىَ ا اﺢم القاسرآن لواهلي لفاِاتلحاﺔ الاكلتاِب‬
‫اسحلدااهان ابسسام ا الارسحمان الار ا‬

Dari Abi Hurairah radlya Allâh ‘anhu[2] dari Nabi Shalla Allâh ‘alayhi Wa
sallam,[3] beliau bersabda ‫ب اللعاِللامسين‬ ‫ اللحسماد ا ا‬itu terdiri tujuh ayat, salah
َ‫ل لر ب‬
satunya adalah ‫حسيم‬
‫ا الارسحمان الار ا‬
‫ ابسسام ا‬dan ia tujuh ayat yang berulang, sebagai
al-Qur`ân yang agung, sebagai induk al-Qur`ân dan sebagai pembuka al-
Qur`ân. Hadîts Riwayat[4] al-Daruquthni (lahir 306 tahun Hijriah wafat 385
tahun Hijriyah)[5], al-Bayhaqi (384-458 H).[6]
Menurut Ali al-Haytsami (wafat 807 Hijri[7]), Hadîts ini diriwayatkan pula
oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dengan para rawinya orang-
orang tsiqat atau yang dapat di-percaya.[8] Menurut Al-Syafi’iyah[9]
dan al-Hanabilah,[10] karena basmalah itu termasuk surat al-fatihah, maka
dalam shalat mesti dibaca. Jika membaca al-fatihah, maka mesti
diawali basmalah. Namun al-Hanabilah berpendapat bahwa
membaca basmalah ketika shalat, tidak perlu jahar, melainkan sirr, walau
sedang jahar.[11] Sedangkan menurut al-Syafi’iyahmesti jahar dikala
bacaannya jahar, dan sirr di kala bacaan sirr. Adapun alasan keharusan
membaca basmalah ketika membaca surat al-Fatihah antara lain Hadîts
berikut:
‫إلذا لقلرسأاتم اللحسمد ل لفاِسقلراﺅا ابسم ا الرحمن الرحيم اانلهاِ ا اﺢم القاسرآن لوا اﺢم الاكتاِب لوالاسسبﻊ اسللملثاِانىَ لوبسسم ا‬
‫ا الﻠرلحلمان‬
ِ‫الارحيم ااسحلدالها‬

Jika kalian membaca surat al-Hamdu li Allâh, maka hendaklah


membaca ‫حسيم‬ ‫ابسسام ا الارسحمان الار ا‬sesungguhnya ia adalah induk al-Qur`ân, induk
al-Kitab dan tujuh ayat yang berulang, dan ‫حسيم‬ ‫ ابسسام ا الارسحمان الار ا‬merupakan
salah satunya. Hr. al-Bayhaqi, al-Daruqthni, al-Daylami (445-509H).[12]
Ibn Hajar al-Asqalani (w.852H),[13] berpandangan bahwa Hadîts ini
termasuk mawqûf,[14]karena hanya sampai pada shahâbat[15] yang
bernama Abu Hurairah r.a (21 sH- 57 H).

2. Pendapat kedua:
Abd Allâh bin al-Mubarak berpendapat bahwa Basmalah termasuk ayat
pertama dari seluruh surat dalam al-Qur`ân selain al-Tawbah, dan
merupakan salah satu ayat dari al-Naml.[16]Alasan pendapatan ini antara
lain sebagai berikut:
ِ‫ت ليسورم لبسيلن ألسظاهارلناِ إاسذ ألسغلفىَ إاسغلفاِلءﻤة اثام لرلفلﻊ لرسألساه املتلببَسﻤما‬
‫اا لعللسياه لولسلالم لذا ل‬ ‫صالىَ ا‬ ‫ا ل‬ ‫ﺱ لقاِلل لبسيلناِ لراسوال ا ا‬‫لعسن أللن ر‬
‫ك اسللكسولثلر‬ ‫حيام } إااناِ ألسعلطسيلناِ ل‬
‫ا الارسحلمان الار ا‬ ‫ت لعللاي آانﻤفاِ اسولرة لفلقلرأل ابسسام ا ا‬ ‫ا لقاِلل أ اسناﺯلل س‬
‫ك لياِ لراسولل ا ا‬
‫ضلحلك ل‬ ‫لفقاسللناِ لماِ أل س‬
َ{ ‫ك لواسنلحسر إاان لﺷاِانلﺋلك اهلو اسﻷلسبلتار‬ ‫لف ل‬
‫صبَل لالربَب ل‬

Dari Anas bin Malik[17] berkata: Pada suatu hari, Rasûl berada di tengah-
tengah kami, tiba-tiba tertidur sejenak dan langsung bangun sambil
tersenyum. Kami bertanya: Ya Rasûl! Apa yang menyebabkanmu
tersenyum? Rasûl saw bersabda: “Baru saja turun ayat kepadaku satu
surat” dan beliau membaca: ‫ك لواسنلحسر إاان‬ ‫صبَل لالربَب ل‬ ‫حيام إااناِ ألسعلطسيلناِ ل‬
‫ك اسللكسولثلر لف ل‬ ‫ابسسام ا ا‬
‫ا الارسحلمان الار ا‬
‫(لﺷاِانلﺋلك اهلو اسﻷلسبلتار‬Bismillahirrahmanirrahim, Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus.) Hr. Muslim (202-261H).[18]
Hadîts ini di samping dijadikan alasan oleh ulama yang berpendapat
bahwa basmalah sebagai ayat pertama dari berbagai surat, juga dijadikan
dasar membaca basmalah tatkala membaca al-Qur`ân. Namun di antara
ulama ada yang berpendapat bahwa membaca basmalah itu, dilakukan
tatkala membaca Al-Qur`ân sejak ayat pertama.
3. Pendapat ketiga
Al-Malikiyah dan al-Hanafiyah berpendapat bahwa basmalah tidak
termasuk ayat pertama pada surat apa pun, melainkan hanya merupakan
salah satu ayat dari surat al-Naml. [19]Menurut mereka, jika basmalah itu
termasuk ayat pertama dari al-Fatihah, tentu Rasûl SAW dan shahabat
membacanya secara jahar ketika shalat jahar. Kenyataannya terdapt
beberapa riwayat menyatakan banyak shahabat yang tidak menjaharkan
bahkan tidak membacabasmalah ketika shalat.
‫ب ) اسللحسماد ا ا ا‬
‫ل‬ ‫صلللة اباِلاتسكابيار لوليسفلتاتاح اسلاقلرالءلة ا‬ ‫ لكاِلن لراسوال ا ا‬: ‫ت‬
‫ا صلىَ ا عليه وسلم ليسفلتاتاح ال ا‬ ‫لعسن لعاِاﺋلﺷلﺔ لقاِلل س‬
‫ب اسللعاِللاميلن( لوليسخاتاملهاِ اباِلاتسساليام‬ َ‫لر ب‬

Hadîts dari ‘Aisyah menerangkan adalah Rasûl SAW membuka shalat


dengan takbir, membuka bacaan dengan ‫ب اللعاِللامسين‬ َ‫اللحسمد ل لر ب‬dan menutup
(mengakhiri) shalat dengan salam. Hr. Ibn Abi Syaibah (159-235H) dan al-
Darimi (181-255H).[20]
‫ف ألابي لبسكرر لواعلملر لواعسثلماِلن لولكاِانوا لل ليسجلهارولن‬ ‫صالىَ ا‬
‫اا لعللسياه لولسلالم لولخسل ل‬ ‫ا ل‬ ‫ف لراسوال ا ا‬ ‫ت لخسل ل‬‫صلاسي ا‬
‫ﺱ لقاِلل ل‬‫لعسن أللن ر‬
‫حيام‬ ‫ب ابسسام ا ا‬
‫ا الارسحلمان الار ا‬ ‫س‬

Anas bin Malik menerangkan: “Saya shalat di belakang Rasûl SAW, juga di
belakang Abu Bakar, Umar, dan utsman, mereka tidak menjaharkan ‫ا‬ ‫ابسسام ا ا‬
‫ الارسحلمان الار ا‬Hr. Ahmad (164-241 H) dan Ibn Hibban (w.354 H).[21]
‫حيام‬
Hadîts ini menyatakan bahwa Anas bin Malik yang berusia hingga 103
tahun (10 sH – 93 H), sempat berma`mum kepada Rasûl SAW, kepada
Abu Bakr, dan Utsman. Beliau menyatakan tidak pernah mendengar Rasûl
SAW dan ketiga shahabat membaca basmalah ketika shalat. Hadits
lainnya menyatakan sebagai berikut:
‫اا لعللسياه لولسلالم لوألابي لبسكرر لواعلملر لواعسثلماِلن لفلكاِانوا‬
‫صالىَ ا‬‫ف الاناببَي ل‬‫ت لخسل ل‬ ‫ﺱ سبان لماِلارك ألاناه لحادلثاه لقاِلل ل‬
‫صلاسي ا‬ ‫لعسن أللن ا‬
ِ‫خارلها‬‫حيام افي ألاوال اقلرالءرة لولل افي آ ا‬ ‫ا الارسحلمان الار ا‬ ‫ب اسللعاِللاميلن لل ليسذاكارولن ابسسام ا ا‬
َ‫ل لر ب‬ ‫ب اسللحسمد ا ا ا‬ ‫ليسسلتسفاتاحولن ا‬

Dari Anas bin malik diriwayatkan bahwa ia berkata: “Saya shalat di


belakang Rasûl SAW, Abu Bakr, Umar dan utsman. Mereka memulai
bacaannya dengan ‫ب اسللعاِللاميلن‬ ‫ اسللحسمد ا ا ا‬tidak membaca ‫حيام‬
َ‫ل لر ب‬ ‫ ابسسام ا ا‬baik di
‫ا الارسحلمان الار ا‬
awalnya, mapun di akhirnya (setelah baca fatihah). Hr. Muslim dan Abu
‘Awanah (w.316H).[22]
Berdasar Hadîts ini, Rasûl saw dan ketiga Shahabat tidak
membaca basmalah, baik di awal surat al-fatihah maupun di awal surat
yang lain setelah al-fatihah dalam shalat. Kedua dasar hukum ini dijadikan
dalil oleh sebagian ulama bahwa basmalah tidak termasuk pada al-fatihah
maupun awal surat lain. Jika basmalah termasuk awal surat fatihah, tentu
saja Rasûl SAW dan Shahabat akan membacanya secara jahar ketika
shalat jahar. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa basmalah yang
terdapat di awal surat itu hanya merupakan pemisah antara surat yang
satu dengan yang lainnya dalam al-Qur`ân. Menurut mereka basmalah itu
hanya merupakan salah satu ayat dari al-Naml, dan tidak masuk pada
surat yang lainnya.

C. Tinjauan Historis
Terlepas dari perbedaan pendapat apakah basmalah itu termasuk ayat
pertama dari al-Fatihah, atau ayat pertama dari seluruh surat dalam al-
Qur`ân selain al-Tawbah, ataukah bukan ayat pertama dari surat apa pun,
yang jelas secara historis sudah dikenal sejak Rasûl SAW di Makkah. Oleh
karena itu mayoritas ahli sejarah berpendirian bahwa basmalah itu turun di
Makkah. Dari ‘Amr bin Surahbil diriwayatkan bahwa setelah Siti Khadijah
bersama Rasûl SAW bertemu dengan Waraqah bin Nawfal[23], menerima
wahyu surat al-fatihah. Rasûl membaca wahyu tersebut dengan
diawali basmalah.[24] Dengan demikian kalimatbasmalah sudah ada sejak
awal kenabian Rasûl SAW.[25] Hadîts di atas, juga menunjukkan bahwa
Rasûl SAW. membaca basmalah ketika membacakan surat al-
Kautsar. [26]Sedangkan surat al-Kautsar, termasuk ayat Makiyah,
[27] karena turun sebelum Rasûl SAW hijrah dari Mekah ke Madinah.
Bahkan dalam surat al-Naml, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman mengirim
surat ke ratu Bilqis dengan diawali Basmalah, sebagaimana ditandaskan:
‫إااناه امسن اسللسيلماِلن لوإااناه ابسسام ا ا‬
‫ا الارسحلمان الار ا‬
‫حيام‬
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya:
“Dengan menyebut nama Allâh Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Qs.27:30
Jika Nabi Sulaiman telah menggunakan kalimat ini, maka dapat difahami
bahwa basmalah itu sudah ada sejak lama, bahkan Rasûl SAW, belum
diutus.

D. Tafsir Kalimat
1. Kalimat ‫ا‬ ‫ابسسام ا ا‬
Kalimat ini, aslinya terdiri dari tiga kata yaitu ‫ب‬ ‫ ا‬, dengan, ‫ إسم‬nama, dan
‫أل‬. Perkataan ‫ب‬ ‫ ا‬mempunyai cukup banyak ma’nanya. Al-Ghalayini, dalam
kitabnya Jami al-Durus al-Arabiyahyang selesai disusun tahun 1330 H
(1912 M), menjelaskan arti perkataan ‫ب‬ ‫ ا‬, hingga tiga belas ma’na,
[28] seperti (1) ilshaq yang berma’na dengan, (2) al-isti’anah (pertolongan
atau bantuan), (3) al-sababiyah (sebab atau karena), (4) al-
ta’diyah (berfungsi mentransitifkan kata kerja yang intransitif), (5) al-
Qasam (sumpah), (6) al-‘Iwadl (tebusan), (7) al-Badl (pengganti), (8) al-
Zharfiyah (berarti pada, di), (9) al-Mushahabah (berma’na beserta), (10) al-
Tab’idliyah(sebagian), (11) ma’na ‫( عن‬tentang), (12) al-Isti’la ( atas), dan
(13) al-ta`kid atau al-zâ`idah, sebagai kata tambahan untuk penguat kata
setelahnya. Dengan demikian arti ‫ا‬ ‫ ابسسم ا‬antara lain: (1) dengan nama
Allâh, (2) mohon bantuan dan pertolongan Allâh, (3) karena dan
dilatarbelakangi Allâh, (4) demi nama Allâh, (5) berada pada nama Allâh,
(6) disertai atau bersama nama Allâh, dan (7) atas nama Allâh. Lafazh ‫أل‬
menurut sebagian ulama merupakan ism jâmid,[29] yaitu nama milik
Allâh Subhânah Wa Ta’âlâ[30] yang tidak boleh digunakan sebagai nama
selain-Nya. Oleh karena itu dinamakan ‫ للفظ اللجللللﺔ‬istilah bagi yang memiliki
keagungan melebihi yang lain-Nya. Sedangkan sebagian lagi
beranggapan bahwa nama Allâh itu merupakan ism musytaq.[31] Menurut
sebagian ulama, bahwa lafazh ‫ أل‬Allâhitu berasal dari kata ‫ أﻹله‬al-`ilâh. – ‫أللاله‬
‫ ليأسللاه – اإللهﻤﺔ أ الالهﺔ‬berma’na menyembah. ‫ إله‬berarti yang disembah yang di-
pertuhankan.[32] Dengan demikian, menurut mereka lafazh ‫ أل‬ber-ma’na
dzat yang patut dan berhak disembah. Tiada tuhan yang berhak disembah
dan dipertuhankan selain Allâh SWT.
2. Lafazh ‫الارسحلمان‬

Lafadz ‫ الارسحلمن‬yang tulisan aslinya adalah ‫ الارسحلماِن‬merupakan salah satu dari


َ‫ اﻷسماِء الاحسسنى‬al-`asmâ` al-Husnâ nama-nama Allâh SWT yang Maha baik,
berasal dari ‫ الارسحمﺔ‬yang berma’na curahan kasih sayang tidak terhingga dan
tidak terbatas. ‫ الارسحلمن‬berarti Yang Maha pemberi kasih pencurah sayang,
tiada terhingga. Allâh SWT mencurahkan kasih sayang tidak ada batasnya
dan tanpa pilih bulu. Siapa pun makhluq tetap mendapatkan kasih sayang
Allâh SWT, selama hidup di dunia.
Oleh karena itu perkataan Al-Rahmân sering dima’nai Maha pengasih
dunia dan akhirat.[33]Ada pula ulama yang menerjemah-kannya dengan
Maha Pemberi ni’mat terbesar.
3. Lafazh ‫حيم ا‬ ‫الار ا‬
Lafazh ‫حيم‬ ‫ الار ا‬juga merupakan salah satu dari al-`asmâ` al-Husnâ, secara
bahasa berasal dari ‫ الرحمﺔ‬. Namun lafazh ini lebih khusus dari ‫ الارسحلمن‬yang
mencurahkan rahmat tanpa pilih kasih. Lafazh ‫حيم‬ ‫ الار ا‬berma’na yang Maha
mencurahkan kasih, khusus kepada hamba-Nya yang taat dan patuh pada-
Nya. Nama Allâh ini diterapkan di hari akhir, karena Ia tidak memberi
rahmat pada saat itu, kecuali kepada hamba-Nya yang shalih. Mahmud
Hijazi menandaskan ِ‫حسيﻤما‬ ‫ لولكاِن اباِلامسﺅامانيلن لر ا‬Allâh SWT adalah Rahîm pada orang-
orang mu`min.[34]

E. Beberapa Ibrah
1. Kalimat basmalah, yang berbunyi ‫حسيم‬
‫ بسم ا الارسحمان الر ا‬merupakan kalimah
thayibah (kalimat yang baik dan ibadah) yang tidak pernah terlepas dari
lidah mu`min. Kalimat inilah yang selalu dibaca setiap mengawali
pekerjaan. Tentu saja kalimat ini bukan hanya sekedar penghias lisan, tapi
merupakan ikrar dan tekad setiap muslim dalam sikap, ucap dan
perbuatannya. Persoalannya sekarang; sampai di mana kalimat ini dapat
dihayati dan di-wujudkan dalam perbuatan. Inilah pentingnya menghayati
dan menelaah makna dan hikmah basmalah.
2. Ada tiga nama Allâh SWT yang tertera pada kalimat basmalah itu;
nama Allâh, yang dikenal dengan ‫للﺔ‬ ‫ظ اسللج ل‬‫ للسف ا‬nama Al-Rahmân dan nama Al-
Rahîm. Ketiga nama tersebut termasuk al-Asma al-Husna, nama-nama
Allâh yang terbaik, yang masing-masing memiliki karakteristik. ‫للﺔ‬ ‫ظ اسللج ل‬ ‫للسف ا‬
merupakan lambang keagungan, keperkasaan, dan kekuasaan Allâh SWT.
Nama ini disebut dalam setiap mengawali pekerjaan, akan menumbuhkan
semangat tauhid yang meyakini satu-satunya yang berkuasa dan berhak
dipertuhankan. Seorang muslim pantang untuk patuh dan tunduk kepada
siapa pun, kalau perintahnya tidak sesuai dengan aturan Allâh SWT.
3. Bismi Allâh yang berarti dengan nama Allâh. Maka dengan namanya
kita mulai pekerjaan.Bismillah juga berarti atas nama Allâh, maka atas
nama-Nya kita berbuat, berucap dan bersikap. Bismillah juga berarti
karena Allâh, maka hanya mencari rido Allâh tujuan segala perbuatan dan
tindakan. Dengan pandangan ini, juga tertanam dalam jiwa, merasa
dilindungi dan diawasi oleh Allâh SWT. Karena merasa dilindungi, maka
tidak akan takut bertindak yang benar walau di hadapan siapa pun. Karena
merasa diawasi, maka selalu berhati-hati dalam berbuat, jangan sampai
terpeleset pada kema’siatan. Orang yang selalu
mengucapkanbasmalah dengan sepenuh hati, tidak akan melakukan
penyelewengan atau penyimpangan dari koridor syari’ah Islâm, karena hati
dan perasaannya terikat dan terkait dengan Allâh SWT.. Sebaliknya orang
yang tidak mengucapkan basmalah dalam mengawali pekerjaan, terputus
hubungan dengan Allâh SWT.
‫اا لعللسياه لولسلالم اكﺢل لكللرم ألسو ألسمرر اذيِ لباِرل لل ايسفلتاح اباذسكار ا ا‬
‫ا لعاﺯ لولجال‬ ‫صالىَ ا‬ ‫لعسن ألابي اهلرسيلرلة لقاِلل لقاِلل لراسوال ا ا‬
‫ا ل‬
‫لفاهلو ألسبلتار ألسو لقاِلل ألسقلطاﻊ‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasûl SAW bersabda: setiap perkataan


atau urusan, pekerjaan yang tidak dibuka dengan menyebut nama Allâh
‘Azza wa Jalla, adalah sia-sia atau terputus. Hr. Ahmad.[35]
Dalam riwayat lain redaksi haditsnya berbunyi:

‫اكﺢل ألسمرر اذيِ لباِرل لل ايسبلدأ ا افياه بسم ا الرحمن الرحيم ألسقلطاﻊ‬
Setiap pekerjaan yang bernilai, tapi tidak diawali bismillahirrahmanirrahim,
akan terputus.[36]
Terputus hubungan dengan Allâh, mengakibatkan perbuatan tersebut tidak
mempunyai arti di sisi-Nya. Kemudian asmâ Allâh
dalam basmalah tersebut dirangkaikan nama al-Rahmândan Al-Rahîm. al-
Rahmân melambangkan sifat Allâh yang selalu menucurahkan kasih tanpa
pilih kasih. Siapa pun manusia, baik yang taat atau pun ma’siat, tetap
mendapat kasih sayang Allâh SWT. Ucapan al-Rahmân, yang
melambangkan kasih sayang Allâh, senantiasa membasahi bibir kaum
muslimin. Dengan ini diharapkan, agar umat, menjalin kasih sayang
sesamanya. Kasih sayang, tidak hanya terletak pada lisan, tapi juga
terwujud dalam pergaulan. Namun sifat al-Rahmân ini diberlakukan oleh
Allâh SWT, selama hidup manusia di dunia. Jika dunia ini telah berarkhir,
dan manusia pindah ke alam akhirat, Allâh SWT menerapkan sifat Al-
Rahîm. Dia hanya akan mengasihi manusia yang taat beribadah. Orang
yang kufur kepada Allâh SWT, di akhirat tidak akan mendapat rahmat. Allâh
SWT menyiksa orang kafir. Orang kafir bisa saja selama hidup di dunia
menggunakan fasilitas yang Allâh sediakan. Di akhirat, orang kafir, tidak
mungkin bisa meni’mati rahmat Allâh. Dengan demikian, Allâh SWT, baik
memberikan pahala kepada yang beriman, maupun menyiksa orang kafir,
tetap merupakan bukti kasih sayang-Nya. Orang mu’min mendapatkan
pahala, sebagai hasil usahanya, merupakan bukti kasih sayang Allâh.
Orang kafir pun yang dila’nat Allâh, adalah bukti kasih sayang Allâh SWT
juga kepada makhluq. Tegaslah tidak ada yang dizhalimi Allâh SWT. Orang
kafir disiksa di neraka, karena Allâh SWT adil menerapkan sifatAl-Rahîm.
Orang mu’min masuk surga, juga karena rahmat dan keadilan Allâh SWT.
Karena nama Al-Rahîm, diucapkan umat Islâm, mereka pun akan berlaku
adil dalam segala hal, dan berhati-hati dalam bertindak. Agar kasih sayang
yang dilambangkan al-Rahman dan Al-Rahîm itu tetap diraih, kita harus
tetap mengikuti petunjuk Allâh SWT.
[1] Selanjutnya ditulis Qs. dan angka setelahnya menunjukkan nomor
surat, sedangkan setelah titik dua (:) menunjukkan nomor ayat.
[2] radlya Allah ‘anhu berarti semoga Allah mencurahkan keridoan
kepadanya, selanjutnya ditulis r.a
[3] Shalla Allah ‘alayhi Wa sallam, berarti semoga Allah mencurahkan
rahmat dan keselamatan serta kesejahteraan padanya, selanjutnya ditulis
SAW.
[4] Hadits Riwayat, selanjutnya ditulis Hr.
[5] selanjutnya ditulis hanya angkanya, baik tahun lahir maupun tahun
wafat
[6] Sunan al-Daruquthni, I (angga rumawi ini menunjukkan nomor jilid)
halaman (selanjtnya ditulis h.) 312, Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, II h.45
[7] wafat selanjutnya ditulis w., dan tahun Hijri selanjutnya ditulis H. tahun
sebelum Hijrah Rasul, ditulis sH.
[8] Ali bin Abi Bakr al-Haytsami, Majma’ al-Zawa`id, II h.109
[9]pengikut madzhab Imam al-Syafi’iy, yaitu Muhammad ibn Idris ibn al-
Abbas ibn Syafi’i (154-204H). Kitab, karya beliau yang sangat populer
adalah al-Umm, al-Risalah dan hadits-hadits yang diriwayatkannya telah
dibukukan dalam Musnad al-Syafi’i
[10] pengikut madzhab Imam Hanbali, yaitu Abu Abd Allah Ahmad ibn
Hanbal al-Syaibani (164-241H). Kitab beliau yang paling populer
adalah Musnad Ahmad.
[11] bacaan jahar adalah bersuara nyaring hingga terdengar orang lain,
dan sirr suaranya tidak terdengar orang lain.
[12] Sunan al-Bayhaqi al-Kubra, II h.45, Sunan al-Daruqthni, I h.312, al-
Firdaws, I h.268
[13] Ibn Hajar al-Asqalani, al-Dirayat fi takhrij ahadits al-Hidayat, I h.133
[14] hadits mawqûf ialah hadits yang tidak sampai kepada Nabi SAW,
melainkan hanya pada shahabat. Dengan kata lain hadits tersebut tidak
disambdakan Rasul SAW, mungkin hanya pendapat atau perkataan
shahabat.
[15] Shahâbat ialah orang yang bertemu dengan Rasul SAW dalam
keadaan muslim dan wafat sebagai muslim.
[16] Wahbat al-Zuhayli, al-tafsir al-Munir, I h.47
[17] Anas Bin Malik, (10 sH – 93 H), berputra 80 dan 2 putri, Shahabat,
karena sebagai Khadim Rasul, dapat meriwayatakan lebih dari 2250 hadits
langsung dari Rasul SAW.
[18] Abu al-Husayn Muslim ibn al-Hajaj, Shahih Muslim, I h.300
[19] Malikiyah pengikut madzhab Imam Malik bin Anas (94-179H), yang
terkenal dengan nama Imam Dar al-Hijrah, sebab sejak lahir sampai wafat
bertempat tinggal di Madinah. Kitab yang paling populer karya beliau
adalah al-Muwaththa. Hanafiyah adalah pengikut Imam Abi Hanifah (80H-
150H), yaitu Nu’man bin Tsabit, tergolong tabi’in karena sempat bertemu
dengan shahabat seperti Anas bin Malik dan Abd Allah bin Abi Awfa.
Pandangan beliau banyak ditulis oleh Imam Abu Yusuf, Zufar, Abu Mu’thi,
Waki’
[20] Mushannaf Ibn Abi Syaibah, I h.360, Sunan al-Darimi, I h.308
[21] Musnad Ahmad, III h.179, Shahih Ibn Hibban, V h.105
[22] Shahih Muslim, I h.299, Musnad Abi ‘Awanah, II h.122
[23] Khadijah adalah isteri pertama Rasul SAW dan Waraqah adalah
paman Khadijah yang wafat di awal kenabian Rasul SAW.
[24] Muhammad bin Ali al-Syawkani, (w.1250H), Fath al-Qadir, I h.14
[25] Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ketika berusia empat
puluh tahun, setelah lima belas tahun menikahi Khadijah, dengan turunnya
wahyu pertama yaitu surat al-‘Alaq:1-5 di Goa Hira.
[26] perhatikan hadits yang dikutip pada bagian keterkaitan dengan ayat
lain (Shahih Muslim, I h.300).
[27] ayat Makiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasul SAW. hijrah
dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan ayat yang turun sesudah Rasul
berhijrah dinamakan ayat Madaniyah, walau di mana pun tempat turunya.
[28] Mushtafa al-Ghalayini, Jami al-Durus al-‘Arabiyah, III h.166-169
[29] bukan kata jadian, melainkan kata asal
[30] Subhânah wa Ta’âlâ berarti Maha Suci dan Maha tinggi, selanjutnya
ditulis SWT.
[31] Kalau ism jamid ialah kata yang asli tidak ada kata asal,
sedangkan musytaq adalah kata jadian yang ada kata asal, karena
terbentuk dari kata kerja.
[32] Abu Bakr al-Jaza`iri, Aysar al-Tafâsîr, I h.11
[33] Abu Nu’aym al-Ashbahani (w.430H), Huliyyat al-Awliya, VII h.251
[34] Muhammad Mahmud Hijazi, al-Tafsîr al-Wâdlih, (tuntas disusun
olehnya 2-Dzul-Qa’dah 1374 H /22-6-1955M) I h.9
[35] Musnad Ahmad, II h.359
[36] Abu al-Thayyib, Syams al-Haq, ‘Awn al-Ma’bud, XIII h.127

CARA MEMBACA TA’AWWUDZ, BASMALAH DAN SURAT

8 Votes

A. CARA MEMBACA TA’AWWUDZ


Ada empat cara membaca Ta’awwudz, Basmalah dan surat ketika
membaca Al-Qur’an :
1. Memutus semua, yaitu Ta’awwudz, Basmalah dan surat dibaca secara
terpisah;
“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, (berhenti) Bismillahir
rahmaanir rahiim, (berhenti) Qul huwallahu ahad…”
2. Menyambung seluruhnya, yaitu Ta’awwudz, Basmalah dan surat
dibaca langsung tanpa waqaf (dibaca sesuai harkat yang ada);
“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, Bismillahir rahmaanir
rahiim, Qul huwallahu ahad…”
3. Menyambung Basmalah dan surat, yaitu membaca Ta’awwudz (waqaf)
dilanjutkan membaca Basmalah dan (langsung) membaca surat;
“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, (berhenti) Bismillahir
rahmaanir rahiim, Qul huwallahu ahad…”
4. Menyambung bacaan Ta’awwudz dan Basmalah saja (tidak disambung
bacaan surat);
“A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajim, Bismillahir rahmaanir
rahiim, (berhenti) Qul huwallahu ahad…”
B. SEDANGKAN CARA MEMBACA BASMALAH DI ANTARA DUA
SURAT ADA 3 (TIGA) CARA YANG DIPERBOLEHKAN, DAN SATU
CARA YANG DILARANG
1. Memutus semua, maksudnya; pembaca Al-Qur’an setelah mengakhiri
satu surat, berhenti (bernafas), lalu membaca Basmalah dan berhenti lagi,
kemudian membaca awal surat berikutnya;
“Minal jinnati wan-naas.(berhenti) Bismillaahir rahmaanir
rahiim, (berhenti) Qul a’uudzu birabbil falaq..”
2. Menyambung Basmalah dengan permulaan surat berikutnya,
maksudnya; pembaca berhenti setelah selesai membaca surat pertama,
lalu membaca Basmalah dilanjutkan dengan membaca awal surat
berikutnya;
“Minal jinnati wan-naas.(berhenti) Bismillaahir rahmaanir rahiim, Qul
a’uudzu birabbil falaq..”
3. Menyambung keseluruhan, maksudnya setelah pembaca selesai
mengakhiri surat pertama disambung dengan pembacaan Basmalah, dan
akhir Basmalah disambung lagi dengan permulaan suratsurat kedua
(harakat huruf akhir dibaca apa adanya);
“Minal jinnati wan-naas. Bismillaahir rahmaanir rahiim, Qul a’uudzu
birabbil falaq..”
Adapun cara yang dilarang, adalah jika akhir surat pertama disambung
dengan basmalah, lalu di waqaf (berhenti) memulai membaca surat
berikutnya;
“Minal jinnati wan-naas. Bismillaahir rahmaanir rahiim, (berhenti, baru
membaca) Qul a’uudzu birabbil falaq..”
Cara seperti ini tidak diperbolehkan, karena seakan memberikan kesan
bahwa Basmalah itu merupakan akhir surat.
C. HUKUM MEMBACA BASMALAH
Hkum membaca Basmalah pada setiap kali membaca Al-Qur’an, ada 4
(empat) macam;
1. Wajib
Membaca Basmalah, pada permulaan surat Al-Fatihah, hukumnya wajib,
sebab basmalah adalah sebagian (ayat pertama) dari surat Al-fatihah.
Demikian menurut Qaul yang paling shahin di kalangan madzhab Imam
Asy-Syafi’i
2. Sunnah
Membaca Basmalah di awal setiap surat, selain surat Al-fatihah, dan surat
At-Taubah (Bara-ah), dihukumi sunnah, begitu juga ketika (memulai
membaca Al-Qur’an) di tengah-tengah surat, selain ke-dua surat tersebut
(Al-Fatihah dan At-Taubah).
3. Haram
Membaca basmalah di awal surat, At-Taubah (Bara-ah), menurut pendapat
Imam Ibnu Hajar, hukumnya haram.
4. Jaiz
Membaca Basmalah di tengah-tengah surat At-Taubah (ketika memulai
membaca lagi, setelah berhenti), hukumnya jaiz, artinya boleh membaca
Basmalah, dan boleh juga tidak membaca Basmalah. Tetapi menurut
pendapat sebagian besar Ulama’ Qurra’, lebih baik, tidak membaca
basmalah. (Wallahu A’lam Bish-shawab)
Dan surat At-Taubah adalah satu-satunya surat di dalam Al-Qur’an yang
pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah
pernyataan perang total dengan arti bahwa segenap kaum muslimin
dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan
basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.

Dari jumlah surat di dalam Al-Qur’an yang berjumlah 114 surat, basmalah
terdapat 114 kali meskipun di dalam At-taubah tidak terdapat basmalah,
namun di dalam surat ke-27 surat An-Naml (semut) di dalam surat tersebut
terdapat dua basmillah yaitu di awal surat dan di pertengahan surat yakni
pada ayat ke 30 : sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan
sesungguhnya (isi)nya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS : An-Naml : 30)

Anda mungkin juga menyukai