Anda di halaman 1dari 12

TAFSIR SUFI

I. PENDAHULUAN
Perkembangan sufisme yang kian marak di dunia Islam ditandai oleh
praktik-praktik asketisme dan askapisme yang dilakukan oleh generasi awal
Islam. al ini dimulai se!ak mun"ulnya konflik politis sepeninggal nabi
#uhammad SA$. Praktik seperti terus berkembang pada masa berikutnya.
Seiring berkembangnya aliran sufi. #erekapun menafsirkan al%ur&an
sesuai dengan faham sufi yang mereka anut. Pada umumnya kaum sufi
memahami ayat-ayat al%ur&an bukan sekedar dari lahir yang tersurat sa!a.
'amun mereka memahaminya se"ara bathin atau yang tersirat.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir Shufi
Tafsir sufi adalah tafsir yang ditulis oleh para sufi.
(
Sesuai dengan
pembagian dalam dunia tasawwuf tafsir ini !uga dibagi men!adi dua yaitu
tafsir yang se!alan dengan tashawwuf an 'a)hari disebut Tafsir al Shufi
al 'a)hri* dan yang se!alan dengan tashawwuf amali disebut tafsir al
faidhi atau tafsur al isyari.
B. Sejarah lahirnya Tafsir Shufi
Para sufi umumnya berpedoman kepada hadits Rasulullah SA$
yang berbunyi+

,Setiap ayat memiliki makna lahir dan batin. Setiap huruf memiliki
batasan-batasan tertentu. -an setiap batasan memiliki tempat untuk
melihatnya..
adits di atas* adalah merupakan dalil yang digunakan para sufi
untukmen!ustifikasi tafsir mereka yang eksentrik. #enurut mereka di balik
makna )ahir* dalam redaksi teks Al-/ur&an tersimpan makna batin.
1
ProI. Dr. Moh Quraish Shihab. At all. 2001, Sejarah & Ulum al qur`an, Pustaka Firdaus: Jakarta
,halaman 180
1
#ereka menganggap penting makna batin ini. 'ashiruddin 0hasru
misalnya* mengibaratkan makna )ahir seperti badan* sedang makna
batin seperti ruh1 badan tanpa ruh adalah substansi yang mati.
2
Tidak
heran bila para sufi berupaya mengungkap makna-makna batin dalam
teks Al-/ur&an. #ereka mengklaim bahwa penafsiran seperti itu bukanlah
unsur asing 34harib5* melainkan sesuatu yang inheren dengan Al-/ur&an.
Tafsir sufi men!adi eksentrik karena hanya bisa ditolak atau
diterima* tanpa bisa dipertanyakan. Tafsir tersebut tidak bisa men!awab
dua pertanyaan1 mengapa dan bagaimana6 #isalnya* ketika al-4ha)ali
menafsirkan potongan ayat 3/S+271(25 3 89 :;<9 =>; ?; :;@9 :;A9 B; 5 yang se"ara )ahir
,tinggalkanlah 3$ahai #usa5 kedua sandalmu.. #enurut al-4ha)ali makna
batin dari ayat ini adalah ,Tanggalkan 3ai #usa5 kedua alammu* baik
alam dunia mupun akhirat. Cakni* !anganlah engkau memikirkan
keuntungan duniawi dan !angan pula men"ari pahala ukhrawi* tai "arilah
wa!ah Allah semata..
D
0ita boleh setu!u atau tidak dengan penafsiran
seperti ini. Tapi kita tidak akan memperoleh pen!elasan yang memadai
tentang mengapa penafsirannya seperti ini6 -an bagaimana al-4ha)ali
bisa sampai pada penafsiran yang seperti ini6 0ita hanya bisa menerima
atau menolaknya* tanpa bisa mempertanyakan penalaran di balik
penafsiran tersebut.
Tidak ada penalaran yang !elas yang menghubungkan antara
nash Al-/ur&an dengan tafsir batin yang dikemukakan oleh para sufi
ke"uali para sufi iut melihat nash Al-/ur&an sebagai isyarat bagi makna
batin tertentu. 0arena itu* tafsir sufi !uga sering disebut dengan tafsir
isyari
E
* yang pengertiannya menurut Fersi Al-Gar%ani adalah ,menafsirkan
2
Ahmad al-Syurbasi, Qishashah al-TaIsir (Beirut: Dar-al0Jayl, 1988), h. 89
3
Ibid h.96
4
Ada yang menyamakan kedua istilah tersebut dan ada pula yang membedakannya. Al-Zarqani
berpendapat bahwa kedua istilah itu sama, yaitu menunjuk pada taIsir yang dikemukakan oleh kaum
suIi. Sementara Ali Iyazi membedakan keduanya berdeasarkan tingkat apresiasinya terhadap makna
zahir Al-Qur`an. TaIsir yang hanya mementingkan makna-makna batin Al-Qur`an dan mengabaikan
makna zahirnya adalah taIsir suIi. Sedangkan taIsir yang menggali makna-makna batin Al-Qur`an
tanpa mengabaikan makna zahirnya adalah taIsir isyari. Namun pendapat ini tidak popular. Lihat:
Muhammad Abd l-Azim al-Zarqani, Manabil al-IrIan Ii al-Ulul al-Qur`an, (Beirut: Dar al-Fikr,
1986), V.2 h.79 Muhammad ali Iyazi, al-MuIassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, (Teheran:
2
Al-/ur&an tidak dengan makna )ahir* melainkan dengan makna batin*
karena ada isyarat yang tersembunyi yang terlihat oeh para sufi. 'amun
demikian tafsir batin tersebut masih dapat dikompromikan dengan makna
)ahirnya.
Hadi* isyarat-isyarat Al-/ur&anlah yang direnungkan oleh para
sufi* sehingga mereka sampai pada makna batin Al-/ur&an. -an
disinilah letak masalahnya* karena isyarat sangat rentan untuk disalah-
tafsirkan atau disalahgunakan. #isalnya* penyalahgunaan yang
dilakukan oleh kaum Iathiniyah.
J
-engan dalih bahwa di balik makna
)ahir Al-/ur&an tersimpan makna batin* mereka mengembangkan tafsir
batin yang disesuaikan dengan a!aran-a!aran mereka sendiri. #isalnya sa!a
ketika mereka menafsirkan surat al-i!r ayat KK 3/S.(J+KK5 3 L9 MNO9 PQ; ?; RST; UV;W;
?; @;XY=9 Z; [N @9 \Y @;]9P 5 . #enurut pendapat !umhur* ayat itu berarti ,sembahlah Tuhanmu
sampai a!al tiba.. 'amun kaum Iathiniyah mengembangkan penafsiran
sendiri. #enurut mereka makna ayat itu adalah ,barangsiapa telah mengerti
makna ibadah* maka gugurlah kewa!iban bagnya..
^
Helas bias kesektariannya sangatlah kental dalam tafsir kaum
bathiniyah. -an para sufi men"ela penafsiran seperti itu. $alaupun
mereka !uga menggali tafsir batin Al-/ur&an* namun para sufi merasa
bahwa tafsir mereka tidaklah sama dengan tafsir kaum Iathiniyah1
Pertama karena penafsiran mereka diperoleh mengalau kasyaf.
_
0edua*
Mu`assash al-Tiba`iyah wa Nasyr Wizarah al-TsaqaIah al-Islamiyah, 1415 H). h.57-61.
5
Bathiniyah adalah salah satu sekte (aliran) Syi`ah Ismailiyyah; yaitu mereka yang mengklaim
bahwa setelah Ja`Iar al-Shadiq Imamah jatuh ke tangan anak sulungnya yang bernama Ismail. Ciri
utama ajaran Bathiniyah ini adalah menaIsirkan aspek lahir ajaran Islam secara batin dan
menganggap bahwa segi-segi lahir syar`iy hanya untuk orang-orang awam yang tidak sempurna
rohaniya. Sedangkan bagi mereka yang cerdas dan sempurna rohaninya, ritual ibadahnya tidak lagi
penting. Lihat: Allamah M.H. Thabaththaba`I, Islam Syi`ah asal Usul dan Perkembangannya,
(Jakarta, Pustaka Utama GraIIiti, 1993), h.82-86.
6
Mahmud Basuni Faudah, TaIsir-taIsir Al-Qur`an Perkenalan dengan Metode TaIsir, (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1987). H.222
7
KassyaI secara etimologi berarti terbukanya tirai. KasysyaI adalah tersingkapnya tabir pemahaman
seseorang, seakan-akan dia melihat dengan mata kepala sendiri, walaupun pada hakikatnya ia melihat
dengan mata batin. KasysyaI adalah terbukanya rahasia-rahasia pengetahuan yang hakiki. KasysyaI
adalah suatu keadaan yang bersiIat individual, untuk pribadi-pribadi yang dikehendaki Allah.
KasysyaI baru diperoleh setelah seseorang betul-betul bertaqwa dan selalu mawas diri. Al-ghazali
sering menyebutkan bahwa kasysyaI adalah epistemology pengetahuan yang tertinggi karena
kasysyaI berarti terbukanya cahaya-cahaya atau inIormasi-inIormasi gaib ke dalam jiwa manusia.
Lihat: M. Solihin, TasawuI Tematik Membedalh Tema-tema Penting TasawuI, (Bandung: Pustaka
3
karena mereka tidak mengabaikan makna )ahir Al-/ur&an sebagaimana
yang dilakukan kaum Iathiniyah. 'amun demikian* apakah betul karena
itu* yakni karena berbeda dengan kaum Iathiniyah* sehingga tafsir sufi
steril dari bias se"tarian6 #asalah ini perlu dielaborasi lebih lan!ut.
C. Sekilas tentang Sufise
Untuk dapat mengetahui serta mengelaborasi "orak serta bias
se"tarian dalam tafsir sufi. Perlu kiranya dipaparkan terlebih dahulu
pen!elasan singkat tentang sufisme. 0arena* tafsir sufi pada dasarnya
adalah tafsir yang dikemukakan oleh para sufi* dan para sufi men!adi sufi
karena sufisme.
Sufisme atau tasawuf
`
adalah ilmu pengetahuan yang
mempela!ari "ara dan !alan tentang bagaimana seorang muslim dapat
berada sedekat mungkin dengan Tuhannya. Intisari dari Sufisme adalah
kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia
dengan Allah S$T dengan mengasingkan diri dan berkontempelasi.
Sufisme mempunyai tu!uan memperoleh hubungan dengan Tuhan*
sehingga seseorang sadar betul baha ia berada di hadirat Tuhan.
Ada banyak Fariasi "ara dan !alan yang diperkenalkan para
ahli sufisme untuk memperoleh tu!uan tersebut. #ereka menyebutnya
dengan istilah ma%amat* yaitu stasiun-stasiun yang harus di!alani para
sufi untuk sampai ke tu!uan mereka. -ari sekian banyak Fersi ma%amat*
yang biasa disebut ialah+ tobat-)uhud-sabar-tawakkal-ridha. 0elima
stasiun itu harus ditempuh se"ara bertahap. Untuk berpindah dari satu
stasiun ke stasiun berikutnya diperlukan waktu dan usaha yang tidak
sedikit. Terkadang seorang sufi harus menyelami satu stasiun selama
Setia, 2003) h.59-61
8
Ada beberapa teori yang berkembang seputar asal-usul kata suIi, suIisme dan tasawwuI. Menurut
teori-teori tersebut kata suIi, suIisme dan tasawwuI berasal dari: (1) ahl al-SuIIal, yaitu para sahabat
yang menjadi miskin karena hijrah dan tidur di Masjid Nabawi dengan berbantalkan al-SuIIah
(pelana), (2) shaI, yaitu barisan pertama dalam shalat berjamaah, (3) ShaIa, yang berarti suci, (4)
Sophos, kata Yunani yang berarti hikmat, dan (5) ShuI, kain wil kasar yang biasa dipakai para suIi.
Diantara kelima teori di atas, teori terakhirlah yang banyak diterima sebagai asal kata suIi. Lihat:
Harun Nasution, FilsaIat dan Mitissme dalam Islam, (Jakarta: Bulan-Bintang, 1999), h.54-55.
4
bertahan-tahun sebelum akhirnya ia merasa mantap dan dapat
berpindah ke stasiun berikutnya.
#engenai bentuk hubungan dengan Allah S$T* yang
men!adi tu!uan para sufi* ada dua buah pendapat utama1 monoisme dan
dualisme. Para penganut aliran monoisme berpendapat baha tahap
pun"ak hubungan seorang sufi dengan Tuhan bersifat manunggala
monolitik* hubungan ini dapat mengambil bentuk hulul* ittihad atau wihdat
al-wu!ud.
K
Para penganut aliran dualisme berpendapat bahwa hubungan
seorang sufi dengan Tuhan bersifat dulistik. Seorang sufi bisa !adi akan
sangat dekat dengan Tuhan* sehingga tidak ada lagi dinding pemisah
antara dia dengan Tuhan* namun dia tetaplah dia dan Tuhan tetaplah
Tuhan. Iagi aliran dualisme* pun"ak hubungan seorang sufi dengan
Tuhannya adalah al-/urb 3kedekatan5.
Untuk menguraikan !alan dan tu!uan sufisme ini* para ahli
tasawwuf menempuh dua !alan yang berbeda. Ada yang menggunakan
Al-/ur&an dan al-adits* dan ada pula yang menggunakan filsafat.
Penganut aliran dualisme umumnya menggunakan yang pertama*
karena itu aliran ini biasanya disebut tasawwuf sunni. Sedangkan
penganut aliran monoisme umumnya menggunakan yang kedua* karena
itu aliran ini biasanya disebut tasawwuf filosofi.
(7
9
Ittihad adalah suatu model hubungan di mana sorang suIi telah merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan; suatu tingkatan dimana yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu
dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata: 'Hai aku. Sedangkan hulul secara
etimologi berarti menempati. Artinya Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yang
telah lenyap siIat kemanusiaannya. Adapaun wihdah al-wujud berarti kesatuan wujud. Ini berarti
seluruh yang ada walaupun kelihatannya banyak namun hakikatnya adalah satu yaitu bayangan
Tuhan. Seandainya Tuhan yang menjadi sumber bayang-bayang tidak ada, maka yang lain pun tidak
ada. Jadi yang sebenarnya memiliki wujud adalah Tuhan. Dengan kata lain, yang ada hanyalah satu
wujud, yaitu wujud Tuhan, sedangkan yang lain hanya merupakan bayang-bayang.
10
KlasiIikasi ini digagas antara lain oleh Abu al-WaIa al-Ghanimi. Menurutnya, tasawwuI sunni
adalah tasawwuI yang para pengikutnya memagari tasawwuI mereka dengan Al-Qur`an dan al-
sunnah, serta mengaitkan keadaan dan tingkatan rohaniah mereka dengan keduanya. Sedangkan
tasawwuI IilosoIi adalah tasawwuI yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional penggagasnya. Berbeda dengan tasawwuI sunni, ajaran tasawwuI IilosoIis menggunakan
terminology IilosoIis dalam pengungkapannya. Terminologi IilosoIis tersebut berasal dari bermacam-
macam ajaran IilsaIat, yang telah mempengaruhi tokoh-tokohnya. Abu al-WaIa al-Ghanimi al-
TaItazani, suIi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1997), h.140 dan 187.
5
#ahmud Iasuni Faudah* menyebut kedua ma"am aliran
tasawwuf tersebut dengan isitilah tasawwuf teoritis dan tasawwuf praktis.
Tasawwuf teoritis adalah tasawwuf yang didasarkan pada pengamatan*
pembahasan dan pengka!ian* dan karena itu mereka menggunakan
filsafat sebagai saranya. Sedangkan tasawwuf praktis adalah tasawwuf
yang didasarkan pada ke)uhudan dan asktisme* yakni banyak ber)ikir
dan latihan-latihan keruhanian. #enurut Faudah* para penganut kedua
aliran ini mendekati Al-/ur&an dengan "ara yang berbeda. 0arena itu*
produk penafsirannya pun relatiFe berbeda. Ia membedakan keduanya
dengan istilah tafsir sufi na)hari dan tafsir dan tafsir sufi isyari. Tafsir sufi
'a)hari adalah produk sufi teoritis seperti Ibn bArabi. Sedangkan tafsir
sufi Isyari adalah produk sufi praktis seperti Imam al-'aysaburi* al-
Tustari* dan Abu Abdurrahman al-Sulami.
((
Sangatlah menarik untuk membandingkan lebih !auh tentang sufi
'a)hari dengan tafsir sufi Isyari ini. al ini* mengingat masing-masing
memiliki karakter tersendiri. Tafsir sufi 'a)hari adalah produk sufi nota
bene membangun a!aran sufisme di atas landasan filsafat. 0arena itu*
sangatlah mungkin ada bias filsafat di dalam tafsir aliran tersebut.
Sedangkan tafsir sufi isyari adalah produk para sufi menganut teologi
Asy&ariyah*
(2
sehingga besar kemungkinan ada bias Asy&ariyah di dalam
tafsir tersebut. -an sebagaimana yang akan ditun!ukkan oleh makalah
ini* asumsi-asumsi tersebut terbukti benar.
D Bias !ilsafat "ala Tafsir sufi Na#hari
Upaya untuk menemukan bias filsafat dalam tafsir sufi
'a)hari* telah dilakukan oleh #ahmud Iasuni Faudah. Ia berhasil
11
Mahmud Basuni Faudah, TaIsir-taIsir Al-Qur`an Perkenalan dengan Metode TaIsir.
12
Berdasarkan survey yang dilakukan penulis atas biograIi para muIassir SuIi dalam buku al-
MuIassrun Hayatuhum wa Manhajum karya ali Iyazi, menunjukkan bahwa seluruh muIassir suIi
menganut teologi Asy`ariyah. Belum ditemukan alasan yang memadai untuk menjelaskan Ienomena
ini. Tesis sementara yang mungkin dapat diajukan adalah adanya kecocokan antara ajaran-ajaran
tasawwuI dengan teologi Asy`ariyah yang cenderung Iatalistic, sementara teologi lain seperti
Mu`tazilah tidak memberikan landasan teologi yang kompatibel dengan ajaran-ajaran tasawwuI
karena cenderung menghargai Iree will.
6
menun!ukkan beberapa penafsiran Ibn barabi yang men!adi bukti bahwa
tafsir batin yang dikemukakannya mengandung bias filsafat. Ibn barabi
sendiri adalah seorang sufi yang sangat terpengaruh oleh pandangan
wihdah al-wu!ud dan filsafat emanasi.
Iias filsafat terlihat ketika Ibn bArabi menafsirkan surat
#aryam ayat J_ 3/S.(K+J_5 3 cN =d;A9 >; T; Q; =Be=f; g; =@e:YO; 5 yang se"ara )ahir berarti+
,-an 0ami angkat martabatnya 3Idris a.s.5 ke tempat yang tinggi..
#enurut Ibnu bArabi* tempat yang tinggi adalah tempat beredarnya ruh*
alam* dan falak-falak 3benda-benda langit5 yaitu falak matahari. -isitulah
kedudukan ruhani nabi Idris a.s. -i baahnya terdapat tu!uh falak dan di
atasnya !uga tu!uh falak. Tu!uh falak yang ada di atas falak Idris as.
Adalah tempatnya umat #uhammad saw. Penafsiran seperti ini !elas
dipengaruhi oleh filsafat emanasi yang menga!arkan bahwa alam ini
ter!adi dari pan"aran akal pertama yang kemudian membentuk falak-
falak yang bertingkat-tingkat.
(D
Iias faham wihdah al-wu!ud terlihat ketika Ibn barabi menafsirkan
surat al-'isa ayat ( 3/S.E+(5 3 =h; Zij;=Z; kN =dS]P Pl\XSP mN fN RST; noY p]SP m9 ppfN \;:;<; [9 ppgY qr ps9 B; tr L; pWY PQ; 5 .
Se"ara sahir* ayat tersebut berarti ,$ahai sekalian manusia berta%walah
kalian kepada Tuhanmu yang telah men"iptakan kamu dari satu diri
3!enis5.. Ibn bArabi menafsirkan ayat ini dengan penafsiran sebagai
berikut+ ,Ierta%walah kepada Tuhanmu. Hadikanlah bagian yang )hahir
dari dirimu sebagai pen!aga bagi Tuhanmu. -an !adikanlah bagian
batinmu yang adalah Tuhanmu itu* sebagai pen!aga bagi dirimu. 0arena
perkaranya adalah perkara "elaan dan pu!ian. #aka !adilah kalian
pemelihara-'ya dalam "elaan* dan !adikanlah -ia pemelihara kalian
dalam pu!ian* nis"aya kalian akan men!adi orang-orang yang paling
beradan di seluruh alam.. Penafsiran seperti ini !elas dipengaruhi oleh
faham wihdah al-wu!ud yang memandang alam ini sebagai
penge!awantahan 3ego apresiasi5 dari ego potensial yang merupakan
-)at Tuhan yang hakiki.
13
TaIsir-TaIsir Al-Qur`an Perjalanan dengan Metode TaIsir
7
E. Bias Asy$ariyah "ala Tafsir sufi Isyari
-i samping pengaruh-pengaruh di atas* dalam kitab-kitab
tafsir sufi Isyari* bias se"tarian !uga nampak terlihat. Tafsir-tafsir tersebut
umumnya membela teologi Asy&ariyah. #uhammad usayn al-Gahabi
misalnya* menyebutkan se"ara gamblang dalam bukunya* al-Tafsir wa
al-#ufasirun* bahwa al-'aysaburi ketika menafsirkan Al-/ur&an* banyak
men"eburkan diri dalam perdebatan teologi sebagai pembela Asy&ariyah.
Al-Gahabi men"ontohkan penafsiran al-'aysaburi atas surat al-An&am
ayat 2J 3/S. ^+2J5 yaitu +
3 =d;:9A; u; Q; U; :O; m9 hY RYl:NvN we ppdSxY P; y9 j; cN l9 pphN \;s9 Z; 5. Ayat tersebut artinya+ ,-an 0ami !adikan
atas hati mereka penutup untuk memahaminya.. #enurut al-'asaburi*
ayat ini menun!ukkan bahwa Allah S$T memalingkan iman dan
menengahi antara seorang hamba dengan hatinya. 0aum #u&ta)lah
berupaya memalingkan ayat ini dari makaha )aharnya* karena tidak
sesuai dengan akidah mereka. zalu al-'aysaburi memaparkan argumen-
argumen yang dikemukakan oleh kaum #u&ta)ilah. Setelah itu* ia
mematahkan satu persatu* sambil membela kaum Asy&ariyah.
(E
{ontoh lain* dapat dikemukakan dalam tafsir Ruh al-#a&ani*
karya al-alusi. Al-alusi menolak pendapat #u&ta)ilah dan
mempertahankan Asy&ariyah* ketika ia menafsirkan surat al 0ahfi ayat 2K
/S. (`+2K5 + 3 [9 |; >; }; =~; [9 gY 9 @N:9>; [9 g; Q; }; =~; 9 sNf9 @;:9>; 5 yang berarti ,Iarangsiapa yang
ingin beriman* beirmanlah dan barangsiapa yang ingin kafir* kafirlah..
#enurut al-Alusi* ayat ini tidak menun!ukkan adanya free will dan free a"t
sebagaimana yang diklaim oleh kaum #u&ta)ilah. al ini* karena free will
dan free a"t bertentangan dengan dua hal1 Pertama* bila untuk berbuat
manusia perlu berkehendak* maka untuk membuat kehendak manusia
!uga perlu berkehendak* begitu seterusnya* sehingga akan ter!adi proses
14
Muhammad Huseyn al-Dzahabi, al-TaIsir wa al-muIassirun, (Kairo: Mu`assasah al-Tarikh
al-arabiyah, 1396 H/1976 M.) Juz II, cet. II, h. 104
8
teologis yang tidak ada u!ung pangkalnya. 0edua* Allah S$T telah
berfirman dalam surat al-Insan ayat D7 3/S. _^+D75
3 y; QN =; X;=g; Q; S Y y9 j }; =; Z; N P 5. Ayat ini !elas menun!ukkan bahwa segala sesuatu
ter!adi atas kehendak Allah. -emikianlah menurut al-Alusi.
(J
!. %ita&'kita& Tafsir Shufi
(.Tafsir Al-/ur&an Al-A)him* karya Imam At-Tutsuri 3w.2`D 5
2.a%a&i% At-Tafsir* karya Al-Allamah As-Sulami 3w.E(2 5
D.Arais Al-Iayan fi a%a&i% Al-/ur&an* karya Imam As-Syira)i 3w.^7^ 5.
III. %ESIMPULAN
(. Tafsir shufi adalah tafsir yang ditulis oleh para sufi yang mereka lebih
mementingkan bathinnya lafal daripada lahirnya.
2. -alam tafsir shufi terdapat dua "orak tafsir* yaitu1 tafsir sufi na)hari
dan tafsir sufi isy&ari.
D. Tafsir sufi na)hari adalah tafsir produk sufi teoritis* sedangkan tafsir
sufi isyari adalah tafsir produk sufi praktis.
E. Tafsir sufi seharusnya steril dari dimensi sektarianisme* karena ia
diklaim bersumber dari Tuhan yang adalah sumber dari segala
kebenaran.
DA!TA( PUSTA%A
15
Abu al Fadl Mahmud al-alusi, Ruh al-Ma`am Ii TaIsir al-Qur`an Azim wa Sab`I al-Matsani,
(Beirut, Dar Ihya al-Turats al`arabi, t.th) v.15 h.266
9
Al-alusi* Abu al-Fadl #ahmud* Ruh al-#a&ani fi Tafsir al-/ur&an al&A)im wa
Sab&I al-#asani* 3Ieirut+ -ar Ihya Turas al-bArabi* t.th5
Faudah* #ahmud Iasuni* Tafsir-tafsir Al-%uran Perkenalan dengan #etode
Tafsir* 3Iandung Penerbit Pustaka* (K`_5
Al-4ha)ali* Abi amid #uhamamd bin #uhammad* Ihya bUlul Al--in* 3Ieirut1
-ar Ihya Turas Al-bArabi5
Iya)i* #uhammad Ali* al-#ufasirun ayatuhum wa #anha!uhum* 3Teheran+
#u&assasah Tiba&iyah 'asyr $i)arah Al-Tsa%afah Al-Islamiyah* (E(J 5.
'asution arun* Filsafat dan #istisisme dalam Islam* Hakarta+ Iulan
Iintang*
(KKK5
Solihn* #. Tasawuf Tematik #embedah Tema-tema Penting Tasawuf*
3Iandung+ pustaka Setia* 277D5
Al-Suyuti* Halaludin* Al-It%an fil bUlum Al-/ur&an* 3Ieirut+ -ar al-Fikr* (KJ(5
Al-Surbasi* ahmad* /issah Al-Tafsir* 3Ieirut+ -ar Al-Hayl* (K``5
Al-Tafta)ani* Abu Al-$afa Al-4hanami* sufi dari Gaman ke Gaman
* 3Iandung1 Penerbit Pustaka* (KK_5
Thabathaba&I* Alammah #..* Islam Syiah Asal Usul dan Perkembangan*
3Hakarta+ Pustaka Utama 4rafiti* (KKD5
Al-Gar%ani* #uhammad Abd Al-A)im* #anabil Al-Irfan fi Al-bUlum Al-/ur&an*
3Ieirut+ -ar Al-Fikr* (K`^5
Al--)ahabi* #uhammad useyn* al-Tafsir wa #ufassirun* 30airo+
#u&assasah at-Tari%h al-barabiyah* (DK^a (K_^ #5 !u) II "et. II h.(7E
10
TAFSIR SUFI
#ATA 0UzIA
#A-GAIIUT TAFSIR $A #A'AIHUU
leh+
#ihdah $ati
#uhammad asbi
11
-osen Pembimbing+
-R. 0.. ASI' SA0 #UA##A-* #A
PR4RA# PAS{A SARHA'A
I'SITTUT Iz#U Az-/UR&A' 3II/5
HA0ARTA
277`
12

Anda mungkin juga menyukai