Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SIMULASI HAJI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah Manasik
Haji dan Umrah

Oleh : Kelompok 8

Riski Rinaldi : 3618019

Husna Febriani : 3618014

Dosen Pembimbing:

Desriadi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur senatiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa kita ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia
dan akhirat kepada umat manusia. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Keminangkabauan sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin.Namun, kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini pastinya terdapat banyak kekurangan.Maka
dari itu kami sebagai penyusun makalah memohon kritik dan saran dari seluruh
pembaca makalah ini, terutama kepada Dosen mata kuliah Manasik Haji dan Umrah
sebagai bahan koreksi untuk makalah kami.

Bukittinggi, 10 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji adalah salah satu rukun islam yang kelima wajib dilaksanakan
umat Islam baik laki-laki maupun perempuan, jika ia mampu (istitha’ah)
melaksanakannya. Kewajiban ini tertuang dalam firman Allah SWT dalam QS.
Ali-Imran:97. Ibadah haji di tanah suci adalah upaya menapaktilasi proes
penciptaan dan terjadinya manusia sebagai refleksi “kembali kepada jati diri” dan
aktualisasi pengenalan diri manusia yang mengantarkan pada upaya pengenalan
terhadap Allah SWT secara nyata.

ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap dan
mental dan aklak yang mulia. ibadah haji adalah merupakan peryataan umat islam
seluruh dunia menjadi umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah. memperkuat fisik dan mental, karena
ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan
fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam
menghadapi segala godaan dan rintangan. ibadah haji menumbuhkan semangat
berkorban, baik harta, benda dan tenaga serta waktu untuk melakukanya .
Haji mengajarkan persatuan, keuniversalan, humanisme berbasis spiritual,
dan pemaknaan terhadap keagamaan secara lebih mendalam. Haji adalah ibadah
yang mengedepankan kebersamaan antar umat Islam. Dalam mengerjakan haji,
diperlukan penempuhan jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah,
dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan sanak
keluarga hanya dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan
kenikmatan rohani.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ihram
asal kata ihram dari kata haram yang berarti apa-apa yang dilarang.
kata ihram adalah bentuk masdar dari fi’il Madhi dan mudhari’nya : ahrama –
yuhrima. makna kata ihram adalah memasuki wilayah yang didalamnya
berlaku keharaman, orang yang mengerjakan ihram di sebut dengan istilah
muhrim, sedangkan istilah untuk wanita yang haram untuk dinikahi bukan
muhrim, melainkan mahram sayangnya banyak orang salah sebut dan
terbawa-bawa terus dengan kesalahan ucapan
berihram dalam istilah para ulama adalah berniat untuk masuk ke
dalam wilayah yang berlaku di dalamnya berbagai keharaman di dalam haji
dan umrah. masuk kedalam wilayah keharaman disini maksudnya bukan
mengerjakan keharaman itu, tetapi maksudnya adalah masuk ke dalam suatu
wilayah dimana keharaman-keharaman itu diberlakukan, seperti berhubungan
suami-istri, membunu, memotong rambut, memakai wangi-wangian,
mengenakan pakai berjahit buat laki-laki dan sebagainya.1
Disunnahkan untuk mandi sebelum ihram bagi laki-laki dan
perempuan, baik dalam keadaaan suci atau haidh, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Jabir Radhiyallahu ‘anhu Beliau berkata: “Lalu kami
keluar bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala sampai di Dzul
Hulaifah, Asma binti ‘Umais melahirkan Muhammad bin Abi Bakr. Maka ia
(Asma) mengutus (seseorang untuk bertemu) kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam (dan bertanya): ‘Apa yang aku kerjakan?’ Beliau
1
Sarwat, Ahmad. 2011. Seri fiqh kehidupan (6) : haji. Jakarta selatan : Du Publishing. hal 126
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Mandilah dan beristitsfarlah, dan
berihramlah’.” [Riwayat Muslim (2941) 8/404, Abu Dawud no. 1905 dan
1909, dan Ibnu Majah no. 3074.] Apabila tidak mendapatkan air maka tidak
bertayammum, karena bersuci yang disunnahkan apabila tidak dapat
menggunakan air maka tidak bertayamum.

Mengenakan dua helai kain putih yang dijadikan sebagai sarung dan
selendang, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Hendaklah salah seorang dari kalian berihram dengan menggunakan
sarung dan selendang serta sepasang sandal”. [HR Ahmad 2/34, dan
dishahîhkan sanadnya oleh Ahmad Syakir].

Dua helai kain itu diutamakan berwarna putih, berdasarkan sabda


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik pakaian kalian adalah
yang putih, maka kenakanlah dia dan kafanilah mayat kalian dengannya”.
[HR Ahmad].

Di dalam melaksanakan ihram ada berberapa adab-adab yang mesti di


perhatikan. mengenai berberapa adab dalam melaksanakanihram sebagaimana
berikut :

a. menjaga kebersihan, seperti memotong kuk, mencukur kumis,


mencabut jenggot, mencabut rambut ketiak, mencukur rambut
kemaluan, wudhu, mandi dan menyisir jenggot dan rambut
kepala
b. tajarrud. artinya, tidak memakai pakaian yang berjahit dan
cukup dengan memakai pakaian berihram, yaitu selendang
yang dipergunakan untuk menutupi tubuh bagian atas selain
kepala dan sarung untuk menutupi tubuh bagian bawah. kain
yang dipakai untuk ihram hendaknya berwarna putih, karena
pakaian putih merupakan pakaian yang paling disukai allah
c. memakai wangi untuk badan dan pakaian, meskipun bekasnya
masih ada setelah ihram. aisya ra meriwayatkan, “ aku seakan
melihat kilauan minyak wangi di belahan rambut rasullulah
saw. ketika berihram.
d. shalat sunnah 2 rakaat, pada rakaat pertama membaca surah al-
fatihah dan surah alkafirun sedangkan pada rakaat kedua,
membaca al-fatihah dan surah al-ikhlash.2

1. berberapa hal yang dilarangkan saat ihram


setelah mengetahui sunnah dan adab dalam melaksanakan
ihram, terdapat berberapa larangan yang tidak boleh dilakukan
ketika melaksanakan ihram berberapa laranganya sebagai berikut :
a. larangan umum
larangan ini berlaku untuk umum siapa saja baik pria
ataupun wanita
 memotong rambut
 memotong kuku
 nikah dan melamar
 bersengama
 membunuh binatang

b. larangan buat laki-laki


larangan yang khusus bagi Jemaah pria saja :
 menutup kepala
menutup kepala dengan sesuatu yang melekat,
karena Nabi saw bersabda berkenaan dengan
2
Sayyid Sabiq. 2006. Fikih Sunnah 3. Jakarta : Pena Pundi Aksara. hal 39
orang yang sedang ihram yang terjatuh dari
untanya,
“ janganlah kalian menutupi kepalanya…. (HR
Bukhari dan muslim)
maka tidaklah boleh memakai peci, topi dan
sejenisnya. sedangkan yang tidak menempel
boleh dipakai seperti payung, atap mobil dan
lain-lain, karena saat nabi melakukan ibadah
haji bersama bilal dan usamah, yang seorang
dari mereka mengendalikan kendaraan
sedangkan yang seorang lagi mengakat kain di
atas kepala nabi untuk menanungi beliau dari
terik matahari (HR Muslim)
 mengenakan pakaian berjahit
maksudnya adalah yang dibuat seusia dengan
bentuk tubuh atau anggota badan seperti
celana, baju, kaos kaki dan sejenisnya, kecuali
bagi yang tidak mendapatkan kain ihram, boleh
memakai celana.

c. larangan buat wanita


yang dilarang khusus bagi Jemaah wanita yaitu
mengunakan cadar cadar dan sarung tangan, Karena
ada hadist yang melarangnya :
“ hendaklah wanita muslimah yang sedang berihram
itu tidak menutupi mukanya dan tidak pula memakai
sarung tangan. (HR Bukhari)
B. Miqat
kata miqat adalah bentuk tunggal, jama’nya adalah muwaqit. lafadzh
miqat adalah bentuk masdar miimi yang memberi keterangan tentang tempat
dan waktu.
sehingga secara istillah, miqat berarti sesuatu yang terbatas atau
dibatasi, baik terkait dengan waktu atau tempat.
‫َت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َّموْ قُوتًا‬
ْ ‫صالَةَ َكان‬
َّ ‫إِ َّن ال‬ 
“sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman” (QS, An-nisa : 103)
dalam ibadah haji, miqat adalah batas waktu dan tempat. maksudnya,
ibadah haji memiliki waktu yang tertentu dan juga dilakukan di tempat
tertentu. dimana ibadah itu tidak sah apabila dikerjakan di luar waktu dan
tempatnya.
1. macam-macam miqat
a. miqat zamani
miqat zamani adalah batas waktu untuk
melaksanakan amaliah (amalan-amalan) haji. jika
amaliah haji dilakukan di luar waktu yang telah
ditentukan, maka haji yang dilakukan tidak sah. dalam
firman allah. menjelaskan tentang miqat zamani, allah
berfirman :

“ mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit,


katakanlah : “bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu
bagi manusia dan bagi ibadah haji “ (Al-Baqarah :
189)
al-quran memang menyebutkan bahwa haji itu
dilakukan pada bulan-bulan tertentu namun bulan apa
sajakah itu, teryata tidak disebutkan
meski tidak disebutkan secara ekplisit, namun
tidak ada masalah, karena sebagaimana disebutkan
oleh imam al-qurthubi dalam tafsirnya, beliau menulis
bahwa tidak disebutkanya nama-nama bulan haji
karena dianggap orang-orang arab di masa itu sudah
tahu apa saja dimaksud di ayat itu.
sebab ritual haji masih berlangsung sejak masa
nabi Ibrahim hingga masa rasulullah saw di utus pada
abad ketujuh masehi. orang-orang arab jahiliyah tidak
pernah melakukan ritual haji kecuali pada tiga bulan
syawal, dzulqa’dah, dan bulan dzulhijjah
inbu umar, ibnu abbas , ibnu mas’ud, mahzab
hanafi, syafi’I dan ahmad berpendapat bahwa yang
termasuk bulan-bulan haji adalah sepuluh hari pertma
dari bulan dzulhijjah. imam malik sependapat dengan
pendapat pertama yaitu seluruh bulan-bulan
dzulhijjah.

b. miqat makani
miqat makani adalah tempat dimulainya ihram
bagi orang yang ingin melaksanakan haji atau umrah.
orang yang melaksanakan haji atau umrah tidak boleh
melewati tempat-tempat ihram tanpa (mengenakan
pakaian) ihram ditempat tersebut
mengenai tempat ihram, rasulullah saw
menjelasakan beliau menetapkan dzulhulaifah (450
km dari mekkah, terletak sebelah utara mekkah)
sebagai miqat bagi penduduk madinah. miqat bagi
penduduk syam adalah juhfah (187 km dari mekkah,
terletak di sebelah barat laut mekkah) letak juhfah
dekat dengan rabig. jarak antara rabih dan mekkah
adalah 204 km. pada masa sekarang, rabig telah
menjadi miqat bagi penduduk mesir dan syam serta
orang-orang yang melewatinya setelah hilangnya
batas-batas juhfah. miwat bagi penduduk najd adalah
qarnal manazil (pengunungan di sebelah timur mekkah
yang memanjangkan ke arafah. jaraknya dengan
mekkah 94 km). miqat bagi penduduk yaman adalah
yalamlam yang terletak di selatan mekkah, jaraknya
dengan mekkah adalah 54 km. miqat bagi penduduk
irak adalah dzatul’I’rd yang terletak di sebelah timur
laut mekkah, jaraknya dengan mekkah adalah 94 km .
Itulah miqat makani yang telah ditentukan oleh
rasullah saw. miqat di atas ditetapkan bagi orang-
orang yang melaluinya. baik berasal dari daerah yang
se arah dengan miqat tersebut maupun dari daerah
lain. hal ini berdasarkan sabda rasulullah saw : “miqat-
miqat itu adalah untuk penduduk tempat tersebut dan
orang yang yang melewatinya ketika hendak
melaksanakan haji dan umrah.

C. Mabit Di mina (nafar awal dan nafar tsani)


mabit dimina adalah bermalam pada malam hari tanggal 11 sampai 12
dzulhijjah bagi nafar awal dan bermalam pada malam hari tanggal 11 sampai
13 dzulhijjah bagi nafar tsani. hukum mabit dimina adalah wajib. berberapa
hal terkait dengan ketentuan mabit dimina :
 menurut imam malik, syafi’I, ahmad dan ibnu hanbal,
hukum mabit di mina adalah wajib. Jemaah haji yang tidak
mabit selama satu malam wajib membayar satu mud.
Jemaah yang tidak mabit di dua malam wajib membayar dua
mud. sedangkan Jemaah yang tidak mabit di mina pada
malam ketiga wajib membayar dama dengan menyembelih
seekor kambing.
 mabit dimina dinyatakan sah apabila Jemaah haji berada
dimina lebih dari sepuluh malam. namun, sebagian ulama
berpendapat bahwa mabit dimina sah bila Jemaah sempat
hadir dimina sebelum terbit fajar yang kedua
 tempat mabit bagi sebagian besar Jemaah haji Indonesia
adalah harratul lisan. sejak 1984 pemerintah arab Saudi terus
memperluas kawasan dimina hingga sejak 2001 sebagian
Jemaah haji mendapatkan perkemahan perluasan mina atau
disebut tausiatu mina. hal ini dilakukan mengigat wilayah
mina. hal ini dilakukan mengigat wilayah mina terbatas,
sedangkan jumlah Jemaah haji bertambah3

D. Wukuf di Arafah
kata wuquf secara bahasa berasal dari kata waqafa-yaqifu-wuqufan
yang artinya berdiri atau berhenti. wukuf juga bermakna as-sukun yang
artinya berhenti atau diam. seperti seekor unta diam dan berhenti dari berjalan.
secara istilah wuquf di arafah adalah hadirnya Jemaah haji di padang
arafah pada tanggal 9 dzulhijjah dan merupakan bagian dari rukun haji.

3
Sayyid Sabiq. 2006. Fikih Sunnah 3. Jakarta : Pena Pundi Aksara.
maka yang dimaksdunya berwukuf dalam manasik haji itu harus
memenuhi berberapa krateria antara lain :
 kehadiran pada suatu tempat, bukan sekedar melakukan ritual
saja dan tempat itu adalah padang arafah. bila tempatnya
diganti dengan tempat lain atau di luar batas arafah, maka
bukan dikatakan sebagai wuquf. adapun amalan-amalan yang
harus dilakukan tidak merupakan ketentuan dari wuquf yang
dipentingkan kehadiranya bukan apa yang dikerjakan
 yang hadir adalah para Jemaah haji berniat untuk mengerjakan
ritual ibadah haji. tentunya dalam keadaan berihram dengan
mematuhi semua ketentuan ihram. maka keberadaan orang
yang berada di arafah bukan dengan niat haji, tidak disebut
sebagai wuquf
 hanya dilakukan pada satu hari saja dalam setahun sekali, yaitu
hanya pada tanggal 9 dzulhijjah. bila seseorang hadir di arafah
di luar tanggal itu, maka apa yang dia kerjakan bukan termasuk
wuquf dalam manasik haji

1. Amalan wuquf di arafah


 Menyiapkan hati kita sebaik mungkin dan membaca
talbiyah selama menunggu prosesi wukuf.
 Melaksanakan shalat dhuhur dan ashar (jama’ qashar
taqdim). Dilaksanakan berjamaah.
 Mendengarkan khutbah ‘arafah. Khutbah biasanya
berkaitan dengan makna wukuf, mengenal allah, amanat
rosul saat khutbah wada, atau sisi-sisi keagamaan lainnya
yang mengarahkan pada kemantapan do’a dan dzikrullah.
 Berdzikir, berdoa, dan membaca quran. Rasulullah saw
bersabda “sebaik-baik doa adalah doa di hari arafah dan
sebaik-baik doa yang dibaca olehku dan para nabi
sebelumku adalah ‘laa ilaha illallahu wahdahu laa
syariikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa
kulli syai-in qadiir” (hr turmudzi).4

2. Kesalahan-kelasalahan saat wuquf di arafah


Di antara kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh
jamaah haji ketika melakukan wukuf di Arafah adalah:

 Wukuf di luar wilayah Arafah


 Keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam
 Menyibukkan diri dengan berbelanja dan berjalan-jalan
 Menghabiskan waktu untuk mendaki Jabal Rahmah dan
menuliskan prasasti
 Berdo’a menghadap Jabal Rahmah dan membelakangi
kiblat
 Tidur dan tidak mengoptimalkan berdo’a dan berdzikir
 Menyibukkan diri berfoto-foto
 Wukuf di Arafah
Haji adalah Arafah. “Al-Hajju Arafah”, kalimat ini adalah sabda
Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.Tanggal 9 Dzulhijjah dikenal sebagai hari
Arafah, hari yang agung. Hari Arafah adalah puncaknya ibadah haji. Jutaan
jemaah haji berkumpul di Padang Arafah, yang luasnya sekitar 36 kilometer
persegi terletak di antara Mina dan Muzdalifah dari arah Makkah Arafah
adalah tempat seluruh jemaah haji berkumpul untuk melakukan wukuf, atau

4
https://ihram.co.id/berita/mubm9s/amalan-yang-harus-dilakukan-selama-wukuf-di-
arafah.
kegiatan berdiam diri pada tanggal tersebut. Ustaz Abdullah Chadir
menyebutkan, dinamakan Arafah, karena diriwayatkan bahwa di tempat inilah
Nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah mereka dikeluarkan dari
surga. Ada juga yang mengatakan bahwa kata Arafah diambil dari ucapan
Nabi Ibrahim AS, “Araftu (aku tahu)” setelah diajarkan manasik haji oleh
malaikat Jibril dan diperkenalkan tempat-tempat ibadah haji, termasuk di
antaranya padang Arafah tersebut.5
 Keutamaan hari Arafah adalah
1. Sebaik-baiknya doa adalah doa di Hari Arafah
Pada hari Arafah, jemaah haji berkumpul bersama, dari seluruh dunia,
tidak peduli kelas ekonomi, sosial, ras, jenis kelamin, untuk menghadirkan
penghambaan, melantunkan zikir, dan memanjatkan doa kepada Dzat Yang
Maha Mulia; Allah Subhanahu wa ta'ala.
 ُ‫ لَه‬، ‫ ال إِله إِال هللا وحده لا شريك له‬: ‫قلت أنَا والنَّبِيُّونَ من قَبْلي‬
ُ ‫ وأفضل ما‬، َ‫وم عرفة‬
ِ َ‫خَي ُر ال ُّدعَا ِء دُعا ُء ي‬
‫ك وله الحم ُد‬
ُ ‫المل‬
 ‫وهو على كل شيء قدي ٌر‬
،“Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah dan seutama-utama ucapanku dan
ucapan para nabi sebelumku adalah; Laa ilaaha illallahu wahdahu laa
syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in
qodiir."[HR. Tirmidzi]

Wukuf di Arafah adalah momen yang paling berkesan dalam ibadah


haji. Air mata mengucur deras saat jemaah membaca doa dan zikir. Menurut
ustaz Chaidir, saat itulah Allah banggakan hamba-hamba-Nya di hadapan para
malaikat, mereka datang dalam keadaan kumal dan dekil seraya memohon
ampunan dan rida-Nya. Di hari ini pula, Allah paling banyak membebaskan
hamba-hamba-Nya dari neraka. [HR.

5
Imam Al-Ghazali,2017, Rahasia Haji dan Umrah (Jakarta:PT Turos Khazanah Pustaka Islam), hal 59
 2. Puasa di hari Arafah disebutkan dapat menghapus dosa
 Bagi kaum muslimin yang tidak berhaji, tetap dapat meraih kemuliaan hari ini
dengan beribadah puasa yang disunnahkan secara khusus, yaitu puasa Arafah
yang dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.
 ُ‫ َوال َّسنَةَ الَّتِي بَ ْع َده‬،ُ‫ أَحْ تَ ِسبُ َعلَى هللاِ أَ ْن يُ َكفِّ َر ال َّسنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬،َ‫صيَا ُم يَوْ ِم َع َرفَة‬
ِ
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun
sebelumnya dan setahun sesudahnya.” [HR. Muslim]
Tidak selayaknya seorang muslim, jika tidak ada uzur, ketinggalan momen
berharga ini,” demikian ustaz Muhammad Chaidir. Selain itu, kata dia, hadits di atas
yang menyatakan doa terbaik adalah doa di hari Arafah, menurut sejumlah ulama
juga berlaku bagi mereka yang tidak berhaji. Artinya, walau kita tidak berhaji, doa-
doa yang dipanjatkan di hari ini merupakan seutama-utamanya doa yang kita
panjatkan. Maka perbanyaklah doa di hari ini. Di hari ini pun masih berlaku anjuran
untuk memperbanyak takbir, tahlil, dan tahmid. Bahkan di hari ini pun mulai berlaku
apa yang disebut takbir muqayyad, yaitu takbir yang secara khusus dibaca setiap
selesai fardhu sebelum membaca zikir shalat. Berlaku dari sejak shalat Fajar hari
Arafah hingga shalat Ashar terakhir hari tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzulhijjah.

3. Tanpa wukuf di Arafah, haji tidak sah


Karena Arafah adalah puncak haji, maka tanpa wukf di Arafah, haji
tidak sah atau dianggap tidak mengerjakan haji. Jemaah yang sakit dibawa ke
Arafah menggunakan ambulans. Mereka yang tidak kuat berjalan, ditandu.
Perempuan yang sedang berhalangan, haid dan nifas, tetap melakukan wukuf,
tetapi tidak menunaikan salatnya
E. Mabit Di Muzdalifah

Mabit di Muzdalifah merupakan rangkaian ibadah haji yang


dilaksanakan setelah jama’ah haji melaksanakan wukuf di padang Arafah. 6

6
Afrida Mukhtar,2011 Fikih (Bukittinggi:Pustekom Man 2 Bukittinggi), hal 56
Mabit berarti bermalam atau berhenti sejenak guna mempersiapkan segala
sesuatu terkait prosesi melontar jumrah.Mabit dilaksanakan dua tahap di dua
tempat, yaitu Muzdalifah dan Mina.Mabit di Muzdalifah dilakukan pada 10
Dzulhijah, yaitu lewat tengah malam setelah wukuf di padang Arafah. Mabit
di Muzdalifah biasanya dilakukan hanya sebentar saja. Secukupnya waktu
untuk memungut tujuh batu kerikil.7
Namun karena jalur yang harus dilalui itu biasanya macet akibat padatnya
arus kendaraan. Banyak jama’ah mabit berlama-lama sambil menunggu arus
melonggar.Mabit di Muzdalifah dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah selepas
wukuf di Arafah. Di bagian sebelah barat dari Muzdalifah ini terletak
Masy’aril Haram, yaitu Jabal Quzzah. Sebagian Mufassir mengatakan
Masy’aril Haram adalah Muzdalifah seluruhnya.
Di tempat ini jamaah melakukan mabit atau wukuf minimal telah melewati tengah
malam. Memang yang lebih utama mabit dilakukan sampai selesai shalat Subuh
sebelum berangkat ke Mina untuk melakukan Jumrah Aqobah

 Para imam madzhab sependapat bahwa mabit di Muzdalifah hukumnya wajib.


Kecuali bagi seseorang yang mendapat udzur, misalnya: bertugas melayani
jama’ah, sakit, merawat orang sakit, menjaga harta, dan lain-lain. Hal ini
didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 198, yang artinya:
“Setelah kamu meninggalkan Arafah maka berdzikirlah mengingat Allah di
Masy’aril Haram.”
 Pun berdasarkan keterangan hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
(SAW) riwayat Jabir, sebagai berikut : “…Rasulullah mendatangi Muzdalifah
lalu shalat Maghrib dan Isya dengan adzan sekali dan dua kali iqomat dan
tidak shalat (sunat) di antara keduanya. Kemudian berbaring (tidur) sampai
terbit fajar: Lalu shalat Subuh setelah jelas waktu Subuh dengan sekali adzan
dan sekali iqomat. Kemudian mengendarai Qaswaa sehingga sampai di

7
ibid, hal 56
Masy’aril Haram . Lalu menghadap kiblat, berdo’a, bertakbir, bertahlil dan
membaca kalimat tauhid lalu terus bewukuf sampai terang benar. Lalu
berangkat sebelum terbit matahari……”
 Do'a Mabit di Muzdalifah
 Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan saat mabit disunnahkan
membaca doa berikut ini
 َ َُ‫ت فِيهَا أَ ْل ِسنَةُ ُم ْختَلِفًّة تَسْأل‬
ُ‫ك َح َوائِ َج ُمتَنَ ِّو َعةً فَاجْ َع ْلنِي ِم َّم ْن َدعَاكَ فَا ْست ََجبْتَ لَه‬ ْ ‫اللَّهُ َّم ِإ َّن هَ ِذ ِه ُم ْز َدلِةُ ُج ِم َع‬
َ َّ َ َ َّ
ِ ‫َوت ََوكلْ َعل ْيكَ ف َكف ْيتَهُ يَا أرْ َح َم الر‬
َ‫َّاح ِمين‬
 Allahumma inna haazdihi muzdalifatu jumi’ay fiihaa alsinatuan mukhtalifatun
tas’aluka hawaaija mutanawwi’atan faj’alnii mimman da’aaka fastajabta lahu
wa tawakkal’alaika fakafaitahu yaa arhamarraahimiin
 Artinya; Ya Allah, sesungguhnya di Muzdalifah ini telah berkumpul orang
dengan bermacam-macam bahasa yang memohon kepada-Mu keperluan yang
juga beraneka ragam. Maka masukanlah aku ke dalam golongan yang
memohon kepada-Mu. Lalu Engkau penuhi permintaan itu, yang berserah diri
kepada-Mu, lalu Engkau lindungi, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari
segala PengasiH
Mabit di Muzdalifah merupakan rangkaian ibadah haji yang dilaksanakan setelah
jama’ah haji melaksanakan wukuf di padang Arafah. Mabit berarti bermalam atau
berhenti sejenak guna mempersiapkan segala sesuatu terkait prosesi melontar
jumrah.

Mabit dilaksanakan dua tahap di dua tempat, yaitu Muzdalifah dan Mina.

Mabit di Muzdalifah dilakukan pada 10 Dzulhijah, yaitu lewat tengah malam


setelah wukuf di padang Arafah. Mabit di Muzdalifah biasanya dilakukan hanya
sebentar saja. Secukupnya waktu untuk memungut tujuh batu kerikil.

Namun karena jalur yang harus dilalui itu biasanya macet akibat padatnya arus
kendaraan. Banyak jama’ah mabit berlama-lama sambil menunggu arus
melonggar.Mabit di Muzdalifah dilakukan pada malam 10 Dzulhijjah selepas
wukuf di Arafah. Di bagian sebelah barat dari Muzdalifah ini terletak Masy’aril
Haram, yaitu Jabal Quzzah. Sebagian Mufassir mengatakan Masy’aril Haram
adalah Muzdalifah seluruhnya.

Di tempat ini jamaah melakukan mabit atau wukuf minimal telah melewati tengah
malam. Memang yang lebih utama mabit dilakukan sampai selesai shalat Subuh
sebelum berangkat ke Mina untuk melakukan Jumrah Aqobah.

Para imam madzhab sependapat bahwa mabit di Muzdalifah hukumnya wajib.


Kecuali bagi seseorang yang mendapat udzur, misalnya: bertugas melayani
jama’ah, sakit, merawat orang sakit, menjaga harta, dan lain-lain. Hal ini
didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 198, yang artinya:
“Setelah kamu meninggalkan Arafah maka berdzikirlah mengingat Allah di
Masy’aril Haram.”

Pun berdasarkan keterangan hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam


(SAW) riwayat Jabir, sebagai berikut : “…Rasulullah mendatangi Muzdalifah lalu
shalat Maghrib dan Isya dengan adzan sekali dan dua kali iqomat dan tidak shalat
(sunat) di antara keduanya. Kemudian berbaring (tidur) sampai terbit fajar: Lalu
shalat Subuh setelah jelas waktu Subuh dengan sekali adzan dan sekali iqomat.
Kemudian mengendarai Qaswaa sehingga sampai di Masy’aril Haram . Lalu
menghadap kiblat, berdo’a, bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat tauhid lalu
terus bewukuf sampai terang benar. Lalu berangkat sebelum terbit matahari……”

Do'a Mabit di Muzdalifah

Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan saat mabit disunnahkan


membaca doa berikut inI

Allahumma inna haazdihi muzdalifatu jumi’ay fiihaa alsinatuan mukhtalifatun


tas’aluka hawaaija mutanawwi’atan faj’alnii mimman da’aaka fastajabta lahu wa
tawakkal’alaika fakafaitahu yaa arhamarraahimiin
Artinya; Ya Allah, sesungguhnya di Muzdalifah ini telah berkumpul orang
dengan bermacam-macam bahasa yang memohon kepada-Mu keperluan yang
juga beraneka ragam. Maka masukanlah aku ke dalam golongan yang memohon
kepada-Mu. Lalu Engkau penuhi permintaan itu, yang berserah diri kepada-Mu,
lalu Engkau lindungi, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala Pengasih.

Imam Nawawi mengatakan dalam al-Azkar disunnahkan


memperbanyak doa di Muzdalifah. Dalam malam tersebut di samping berzikir,
bertalbiyah, dan membaca Al-Quran karna malam tersebut malam yang agung.
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam QS al-Baqarah; 198. Ketika shalat
subuh di hari itu. Supaya dilakukan pada awal waktunya dan memperbanyak
takbir kemudian berjalan menuju Ma’syaril Haram, yaitu bukit kecil di gunung
kecil di ujung Muzdalifah yang dinamakan Quzah sebelum berjalan menuju ke
Mina.

F.Jumrah ula, whusta, dan Aqabah

Melontar jumrah merupakan bagian dari rangkaian ibadah haji. Jemaah


melaksanakan kegiatan tersebut pada tanggal 10 hingga 13 Dzulhujjah. 8 Lempar
jumrah atau ramy al jumrah adalah melemparkan batu kerikil pada waktu, tempat,
dan jumlah yang sudah ditentukan. Sebagaimana diketahui ada tiga tempat jumrah
di Mina. Halimi Zuhdy dalam bukunya Sejarah Haji & Manasik membahas
secara lengkap tentang jumrah. Menurut dia, jumrah dilakukan di tiga tempat.
Yaitu

1. Jumrah Ula, terletak dekat dengan Masjid Khoif. Jarak antara jumrah wustho
dan jumrah ula adalah kurang lebih 156,5 meter.

8
Ibid, hal 62
2. Jumrah Wustho, terletak di tengah antara jumrah ula dan jumrah aqabah.
Jaraknya antara jumrah ula dan jumrah aqabah kurang lebih 117 meter.9

3. Jumrah Aqabah, terletak paling dekat ke Makkah.

Pada 10 Dzulhijjah, jumrah yang dilontar hanyalah jumrah aqabah. Rasullah


SAW melontar pada 10 dzulhijjah selepas dari Muzdalifah setelah matahari terbit.

Ada riwayat yang mengatakan bahwa sebagian orang diizinkan Rasullah


meninggalkan Muzdalifah sebelum fajar, melontar jumrah 'Aqabah sebelum
matahari terbit bahkan sebelum terbit fajar.Tetapi ada yang secara tegas melarang
melontar jumrah sebelum matahari terbit bahkan sebelum terbit fajar, tetapi ada
yang secara tegas melarang melontar jumrah sebelum matahari terbit bahkan
untuk keluarga beliau yang diizinkan meninggalkan Muzdalifah pada malam
hari.Berdasar pada hal itu, diusahakan jemaah haji melontar sebelum matahari
terbit. Tidak mengapa seandainya jemaah haji melontarnya pada sore hari
sekembali dari Mekkah melakukan thawaf ifadah.

G.Thawaf, sa'i, dan Tahallu

a. Thawaf

Thawaf ialah mengelilingi Ka’bah dalam Masjidil Haram sebanyak 7 (tujuh)


putaran dengan niat thawaf.

Macam-macam Thawaf

9
Depag R ,2006, Pedoman peragaan manasik Haji.(Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah,), hal 148
1. Thawaf Qudum (thawaf selamat datang). Thawaf ini dilakukan oleh orang yang
melakukan haji ifrad atau qiran setelah tiba di Masjidil Haram. Orang yang
berhaji tamattu’, mengerjakan thawaf umrah.

2. Thawaf Ifadlah (thawaf ziarah). Thawaf ini dikerjakan pada tanggal 10


Dzulhijjah atau sesudahnya. Thawaf ini harus dikerjakan dan merupakan tahallul
tsani bagi orang yang ber-ihram haji.

3. Thawaf Wada’ (thawaf selamat tinggal). Thawaf ini dikerjakan pada saat orang
akan meninggalkan Makkah

Thawaf ini harus dikerjakan, kecuali bagi wanita yang sedang haid.

4. Thawaf Tattawwu’ (thawaf sunnah). Thawaf ini bisa dikerjakan setiap waktu
(siang dan malam).

Syarat-syarat Thawaf

1. Bersuci dan menutup aurat seperti dalam shalat, hanya dalam thawaf
diperbolehkan berbicara, asal pembicaraannya yang baik.

2. Thawaf dimulai dan sudut Hajar Aswad dan juga berakhir di situ.

3. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang melakukan thawaf, tidak melewati
fondasi Ka’bah atau dalam Hijir Ismail, (Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah).

Cara Mengerjakan Thawaf

Cara mengerjakan thawaf sesuai tuntunan Rasulullah adalah sebagai berikut:

1.Bagi orang laki-laki meletakkan bagian tengah kain ihramnya di bawah ketiak
kanan dan menaruh ujung kain di atas pundak sebelah kiri tertutup, sedang
pundak kanan terbuka. Ini berlaku hanya pada waktu melakukan thawaf
qudum/thawaf umrah bagi haji tamattu’. Rida (kain/selendang) boleh dikalungkan
seperti pada waktu melakukan shalat.

2.Sesampainya di sudut Hajar Aswad (di lantai ditandai dengan garis besar
berwarna coklat), menghadap Hajar Aswad lalu menciumnya atau menjamahnya
dengan tangan lalu mencium tangan atau menyentuhnya dengan tongkat itu atau
berisyarah kepadanya dengan tangan. Hal ini dilakukan setiap kali putaran
thawaf. Hal ini dilakukan setiap kali putaran thawaf.

3.Membaca takbir, yaitu Bismillahi wallahu akbar, artinya dengan nama Allah,
dan Allah Maha Besar.

4.Kemudian berpaling ke kanan sehingga Ka’bah berada di sebelah kiri orang


thawaf. Untuk thawaf qudum (thawaf umrah) supaya berlari-lari kecil 3 kali
putaran dan berjalan biasa 4 kali putaran berikutnya.10

5.Sesampai di sudut yang disebut Rukun Yamani (sebelum sudut Hajar Aswad),
mengusap sudut itu dengan tangan dan tidak menciumnya. Dua sudut sebelum
Rukun Yamani itu tidak diusap.

6.Di antara Rukun Yamani dan sudut Hajar Aswad membaca:

Rabbana atina fid-dunya khasanah wafil-akhirati khasanah waqina ‘adzaban-nar


(Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka).

7. Thawaf berakhir sesudah putaran ketujuh. Dalam thawaf tidak ada ketentuan
membaca do’a-do’a tertentu untuk setiap kali putaran. Boleh berdo’a sesuai
keinginannya.

Setelah selesai thawaf lalu menuju ke Maqam Ibrahim, dan membaca:

10
Ibid, hal 149
Wattakhidhu mim-maqomi ibrahima musholla (Dan jadikanlah Maqam Ibrahirn
itu sebagai tempat shalat).

Kemudian shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama, sesudah al-Fatihah, membaca
surat al-Kafirun. Pada rakaat kedua, sesudah al-Fatihah, membaca surat al-Ikhlas.
Selesai shalat, kembali ke Hajar Aswad lalu menciumnya, menjamahnya atau
cukup berisyarah seperti pada permulaan thawaf.

Sesudah melaksanakan thawaf dengan semua rangkaiannya, disunahkan


meminum air zam-zam.

Berdasarkan haditst riwayat Muslim:

Diriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah s.a.w. apabila telah sampai di


Makkah beliau mendatangi Hajar Aswad dan mengusapnya, kemudian berjalan ke
kanan Hajar Aswad berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa empat kali. [HR.
Muslim]

b. Sa’i

Sa’i adalah berjalan antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali dimulai dari
Shafa dan diakhiri di Marwah. Sa’i dilakukan setelah thawaf, baik thawaf umrah
maupun thawaf ifadlah (pada saat ini, tempat Sa’i telah menyatu dengan
bangunan Masjidil Haram).

Cara Mengerjakan Sa’i

Cara-cara mengerjakan sa’i, sesuai dengan petunjuk/sunnah Rasulullah s.a.w.


adalah sebagai berikut.

1.Sesudah mendekati Safa, membaca:


Innash-shafa wal-marwata min sya‘aa-irilliahi, abda‘u bima bada ‘allahu bihi
(Sesungguhnya Safa dan Marwah termasuk tanda-tanda (peribadatan kepada)
Allah. Aku mulai dan apa yang Allah memulai dengannya).

2.Naik ke atas bukit Shafa, kemudian menghadap ke Ka’bah, lalu meng-angkat


kedua tangan dan membaca:

Allahu akbar, la ilaha ilallahu wahdahu la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-


hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai in qadir. La ilaha illallahu wahdah, anjaza wa‘dah,
wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzaba wahdah.

(Allah Maha Besar, tiada Tuhan kecuali Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya,
kepunyaan-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa
atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah sendiri, Dia lestarikan janji-Nya,
Dia tolong hamba-Nya dan Dia sendiri menghancurkan musuh-musuh-Nya).

Bacaan di atas diulang tiga kali dan diselingi dengan do’a yang dimaui.

3.Turun dari Shafa menuju Marwah. Sesampainya di batas tiang hijau hendaknya
laki-laki berlari-lari kecil, sedang perempuan berjalan biasa sampai ke batas tiang
hijau berikutnya, lalu berjalan biasa menuju Marwah.

4.Di atas Marwah seperti dilakukan pada angka 2, menghadap ke Ka’bah dan
membaca bacaan seperti dalam butir dua di atas.

5.Kemudian berangkat lagi ke Shafa sampai cukup tujuh kali yang berakhir di
Marwah.

Di dalam sa’i ini selain bacaan dalam butir satu dan dua di atas, tidak ada do’a
khusus. Boleh berdo’a dengan do’a apa saja yang diinginkan.

c.Tahallul
Tahallul adalah perbuatan yang menandai seseorang keluar dari keadaan
ihram ke keadaan halal. Perbuatan tersebut adalah, bagi laki-laki dengan
memotong rambut kepala atau bercukur. Sedangkan bagi perempuan hanya
dengan memotong rambut kepala.Bagi jamaah yang berihram untuk umrah,
memotong rambut kepala atau bercukur dilakukan setelah sa’i. Sedangkan bagi
jamaah yang berihram untuk haji, dilakukan setelah melempar jumrah aqabah dan
tahallul ini dinamakan Tahallul awal, sedangkan thawaf ifadlah dinamakan
Tahalul tsani.

BAB III

A.Kesimpulan

Ibadah haji adalah salah satu rukun islam yang kelima wajib
dilaksanakan umat Islam baik laki-laki maupun perempuan, jika ia mampu
(istitha’ah) melaksanakannya. Kewajiban ini tertuang dalam firman Allah SWT
dalam QS. Ali-Imran:97. Ibadah haji di tanah suci adalah upaya menapaktilasi
proes penciptaan dan terjadinya manusia sebagai refleksi “kembali kepada jati
diri” dan aktualisasi pengenalan diri manusia yang mengantarkan pada upaya
pengenalan terhadap Allah SWT secara nyata.

ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap dan
mental dan aklak yang mulia. ibadah haji adalah merupakan peryataan umat islam
seluruh dunia menjadi umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah. memperkuat fisik dan mental, karena
ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan
fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam
menghadapi segala godaan dan rintangan. ibadah haji menumbuhkan semangat
berkorban, baik harta, benda dan tenaga serta waktu untuk melakukanya .

Dalam ibadah haji kita harus melakukan ,Ihram, Miqat, Mabit Di mina
(nafar awal dan nafar tsani),Wukuf di Arafah, Mabid di muzdalifah, Jumrah 'ula,
wustha,Aqabah, dan Thawaf,sa'i dan tahallul setelah kita melakukan semua
tersebut barulah haji kita dinamakan sah.

B. Saran

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana


dan masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu kami berharap kepada pembaca agar
memberikan kritikatau saran terhadap pembahasan materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwat, Ahmad. 2011. Seri fiqh kehidupan (6) : haji. Jakarta selatan : Du Publishing.
Sayyid Sabiq. 2006. Fikih Sunnah 3. Jakarta : Pena Pundi Aksara.
Imam Al-Ghazali,2017, Rahasia Haji dan Umrah (Jakarta:PT Turos Khazanah Pustaka
Depag R ,2006, Pedoman peragaan manasik Haji.(Jakarta: Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah,),
Afrida Mukhtar,2011 Fikih (Bukittinggi:Pustekom Man 2 Bukittinggi),
https://ihram.co.id/berita/mubm9s/amalan-yang-harus-dilakukan-selama-wukuf-di-
arafah

https://almanhaj.or.id/9639-kesalahan-kesalahan-jamaah-haji-selama-di-arafah.html

Anda mungkin juga menyukai