Membekali anak dengan dasar syariat sejak dini merupakan wujud tanggung jawab
orang tua kepada si anak dalam mengarungi kehidupannya yang jauh lebih berat dari
yang dihadapi orang tuanya pada saat sekarang khususnya dalam menegakkan hukum-
hukum Allah di muka bumi ini.
Aqiqah berasal dari kata aqqa yang artinya memotong atau membelah. Ada yang
mengungkapkan bahwa aqiqah artinya rambut yang tumbuh di atas kepala bayi sejak
lahir. Ada lagi mengartikan bahwa aqiqah ialah nama kambing yang disembelih untuk
kepentingan bayi.
Adapun dalil yang menyatakan, bahwa kambing yang disembelih itu dinamakan aqiqah
antara lain adalah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bazzar dari Atha’, dari Ibnu Abbas
secara marfu:
Bagi seorang anak laki-laki dua ekor aqiqah dan seorang anak perempuan seekor.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aqiqah diindonesiakan menjadi aqiqah
adalah serangkaian ajaran Nabi SAW untuk anak yang baru lahir yang terdiri atas
mencukur rambut bayi, memberi nama, dan menyembelih hewan.
Hadits-hadits yang menjadi dasar disyariatkannya aqiqah cukup banyak, antara lain:
1. Hadits riwayat Imam Ahmad: Anak-anak itu tergadai (tertahan) dengan
aqiqahnya, disembelih hewan untuknya pada hari ketujuh, dicukur kepalanya dan
diberi nama.
2. Hadits riwayat Aisyah r.a.: Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami supaya
menyembelih aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor dan untuk wanita seekor.
3. Hadits riwayat Aisyah r.a. yang lain: Rasulullah SAW pernah membuat aqiqah
untuk Hasan dan Husain pada hari ketujuhnya. (HR Ibnu Hibban, Hakim, dan
Baihaqi)
4. Hadits yang diriwayatkan dari Salman bin Amar Adh-Dhahabi: Sesungguhnya
bersama anak itu ada hak diaqiqahi, maka tumpahkanlah darah baginya (dengan
menyembelih hewan) dan buanglah penyakit darinya (dengan mencukur
rambutnya). (HR Bukhari)
5. Hadits riwayat Abu Buraidah r.a.: Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau
keempat belas, atau kedua puluh satunya. (HR Baihaqi dan Thabrani).
Inilah Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik, penduduk
Madinah, Imam Syafi’i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan
kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).
Dari hadits di atas bisa kita dapatkan petunjuk, bahwa jenis hewan untuk aqiqah sesuai
dengan yang pernah dilakukan Rasulullah SAW adalah kibasy. Hewan sejenis yang bisa
dipakai adalah kambing dan biri-biri.
Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama dengan syarat-
syarat hewan untuk kurban, yaitu:
Tidak cacat.
Tidak berpenyakit.
Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.
Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mencukur rambut bayi, yaitu:
Rambut hasil cukuran ditimbang dan jumlah timbangan dinilai dengan nilai emas atau
perak kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Ada beberapa dalil yang menjadi
dasar sedekah cukuran rambut yang dinilai dengan emas atau perak, di antaranya:
Imam Malik meriwayatkan hadits dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya, ia berkata,
Fatimah r.a. menimbang rambut Hasan, Husain dan Zainab, dan Ummu Kultsum, lalu berat
timbangan rambut tersebut diganti dengan perak dan disedekahkan.
Ibnu Ishaq meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abu Bakar, dari Muhammad bin Ali bin
Husain r.a., ia berkata, Rasulullah melaksanakan aqiqah berupa seekor kambing untuk
Hasan. Beliau bersabda, Fatimah, cukurlah rambutnya. Fatimah kemudian
menimbangnya dan timbangannya mencapai ukuran perak seharga satu dirham atau
setengah dirham.
Yahya bin Bakr meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., bahwa Rasulullah SAW
memerintahkan untuk mencukur rambut Hasan pada hari ketujuh setelah kelahirannya.
Lalu rambutnya dicukur dan beliau mensedekahkan perak seberat rambut tadi.
1. Dasar Hukumnya
Aqiqah hukumnya adalah sunnah muakkad, sekalipun orang tua dalam
keadaan sulit. Aqiqah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para
sahabat. Berikut adalah hadits-hadits tentang mengakikahkan anak
yang baru lahir.
َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َوي َُسمَّى ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َوي َُسمَّي ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه َت ْذ َب ُح َع ْن ُه
2. Ashhabus Sunan meriwayatkan:
ْن َك ْب ًشا َك ْب ًشا َ أَنَّ اَل َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم َع َّق َعنْ اَ ْل َح َس ِن َو ْالح
ِ ُسي
Bahwa Nabi saw. meng-aqiqahkan Hasan dan Husain (cucunya dari
Fathimah - pen) masing-masing seekor kambing qibasy.
ِ َو َعنْ اَ ْل َج,ان
ٌار َي ِة َشاة ِ أَنَّ َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم أَمْ َر ُه ْم أَنْ ي َُع َّق َعنْ اَ ْل ُغاَل ِم َشا َت
ِ ان ُم َكافِ َئ َت
Artinya: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan
mereka agar beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan
besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi
perempuan.
6. Hadits riwayat Malik dan Ahmad
ت ِب ِز َن ِت ِه فِض ًَّة
ْ ص َّد َق
َ َف َت،ْن َ ُول هَّللا ِ َش َع َر َح َس ٍن َوح
ٍ ُسي ُ ت َفاطِ َم ُة ِب ْن
ِ ت َرس ْ َو َز َن
ٌ َمنْ اَ َحبَّ ِم ْن ُك ْم اَنْ ُي ْن َس َك َع ِن َولَ ِد ِه َف ْل َي ْف َع ْل َع ِن ْال ُغالَ ِم شا َ َتا َ ِن مُكاَفأ َ َتا َ ِن َو َع ِن ْالجا َ ِر َي ِة شاَة
3. Waktu Penyembelihan
1. Jika memungkinkan, penyembelihan dilangsungkan pada hari ke-7. Jika tidak,
maka pada hari ke-14. Dan jika yang demikian masih tidak memungkinkan,
maka pada hari ke-21 dari hari kelahirannya. Jika masih tidak memungkinkan
maka pada kapan saja. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-
Baihaqi dikatakan: و الحد و عشرين، و الربع عشر، تذبح لسبع "Disembelih pada hari ketujuh, dan
pada hari ke-empatbelas, dan pada hari kedua puluh satu."
Rangkaian Berikutnya:
- Memberi anak nama
- Mencukur rambutnya.
- Bersedekah seberat timbangan rambutnya.
2. Adapun syarat hewan kambing yang dapat dijadikan aqiqoh itu
sama dengan syarat hewan qurban (kurban) sbb:
- Kambing: sempurna berusia 1 (satu) tahun dan masuk usia (dua)
tahun.
- Domba: sempurna berusia 6 (enam) bulan dan masuk bulan ke-7
(tujuh).
- Tidak boleh ada anggota badan hewan yang cacat.
Wallahu a'lam.
ُﺳﺒْﺤَﺎ َﻧﻚَ ﺍﻟﻠَّ ُﻬﻢَّ َﻭ ِﺑﺤَﻤْﺪ َِﻙ ﺃَ ْﺷ َﻬﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟ َﻪ ﺇِﻻَّ ﺃَ ْﻧﺖَ ﺃَﺳْ ﺘ َْﻐﻔِﺮ َُﻙ َﻭﺃَ ُﺗﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sumber:
Tata Cara / Urutan Yang Benar Pelaksanaan Aqiqah..?
Kamis, 19 April 2012 , 10:47:58
Penanya : Ikhwan
Follow:
Jawab :
sebaiknya hewan aqiqah disembelih oleh orang yang punya hajat,kalau tidak mampu
maka dia mewakilkan ke orang lain sedangkan dia menyaksikan penyembelihan supaya
dia menghayati pendekatan diri kepada Allah ta'ala melalui penyembelihan,berikutnya
dia memakan sebagian dari daging aqiqah tsb.inti dari ibadah ini adalah pendekatan diri
kepada Allah dengan menyembelih hewan aqiqah, kalau anda menyerahkan uang ke
orang yang mengurusnya tanpa tahu prosesnya dan tanpa memakan sedikitpun
dagingnya maka ini termasuk kesalahan. Ini diambil dari fatwa audio syaikh Utsaimin di
link berikut
http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=111360
Hal yang dilakukan dalam aqiqah adalah menyembelih 2 ekor kambing untuk anak
laki-laki dan 1 ekor kambing apabila anaknya perempuan, dan hal ini berlaku pula
untuk anak kembar dimana tiap-tiap anak harus diaqiqahi sesuai ketentuan yang
disyariatkan.
“Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya
disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” (HR Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad)
Dari Aisyah dia berkata : Rasululloh SAW bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi
dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” (HR
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Anak-anak itu tergadai (tertahan) dengan aqiqahnya, disembelih hewan
untuknya pada hari ketujuh, dicukur kepalanya dan diberi nama.” (HR Ahmad)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Rasululloh SAW pernah ber aqiqah untuk Hasan
dan Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya, beliau memberi nama dan
memerintahkan supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur)”. (HR.
Hakim, dalam AI-Mustadrak juz 4, hal. 264)
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata :
Rasululloh SAW bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan
perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya.” (HR Ahmad,
Thabrani, dan Al-Baihaqi)
Dari Abu Buraidah r.a.:”Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau
keempat belas, atau kedua puluh satunya.” (HR Baihaqi dan Thabrani).
Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa tata cara melakukan aqiqah
terhadap seorang bayi adalah :
Aqiqah dilaksanakan saat bayi berusia 7 hari, 14 hari, 21 hari dan seterusnya
setiap kelipatan 7.
Saat pelaksanaan aqiqah rambut si bayi dicukur, kemudian potongan
rambutnya ditimbang beratnya, lalu berat potongan rambut tersebut dijadikan
patokan untuk shodaqoh orang tuanya bila dibelikan emas.
Untuk bayi laki-laki 2 ekor kambing, sedangkan anak perempuan hanya 1
ekor kambing yang disembelih. Tidak seperti hari raya qurban dimana daging
kambing diberikan dalam keadaan mentah, untuk aqiqah biasanya daging
kambing tersebut sudah diolah menjadi masakan yang matang baru dibagikan
kepada tetangga dan karib kerabat.
Pemberian nama secara resmi kepada sang bayi dilakukan saat pelaksanaan
aqiqah.
Lalu bagaimana dengan seorang yang belum sempat diaqiqahkan oleh kedua orang
tuanya, apakah masih dapat dilakukan ?
Bagaimana bila seorang bayi yang belum sempat diaqiqahi tetapi kedua orang
tuanya keburu meninggal dunia ?
Meski yang paling afdol biaya pelaksanaan aqiqah adalah yang dikeluarkan oleh
orang tuanya. Namun menurut kalangan Syafi'i aqiqah boleh dilakukan oleh orang
yang bertanggung jawab untuk memberi nafkah si bayi tersebut misalnya kakek
atau pamannya. Karena berdasarkan hadits di atas bahwaRasululloh SAW pernah
ber‘aqiqah untuk Hasan dan Husain yang tidak lain adalah cucunya.
Namun kalangan Mazhab Maliki dan Hambali berpendapat bahwa bukan aqiqah bila
yang melakukan bukan ayah kandungnya. Jadi aqiqah harus dilakukan dengan biaya
yang dikeluarkan oleh ayahnya.
Karena perintah aqiqah adalah sunnah, maka sebaiknya tidak perlu dipaksakan apabila
memang belum mempunyai biaya yang cukup apalagi harus dipaksa berhutang. Meskipun
afdolnya penyembelihan hewan aqiqah adalah pada hari ke 7, 14 dan 21 namun bila
memang belum memiliki biaya maka aqiqah bisa dilakukan kapan saja sebagaimana Nabi
SAW mengaqiqahkan dirinya sendiri setelah diutus menjadi Nabi.
Demikianlah sedikit informasi mengenai Tata Cara Melaksanakan Aqiqah, apabila ada hal-
hal yang kurang tepat mohon dikoreksi dengan mengisi halaman komentar, semoga
bermanfaat untuk kita semua.
Advertisement
Memasak Daging Sembelihan Aqiqah
AHKAMUL AQIQAH
Oleh
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan [2/2]
Telah lewat beberapa hadist yg menerangkan kehrsan menyembelih dua ekor kambing
untuk laki-laki dan satu ekor kambing untuk perempuan. Ini menandakan kehrsan
untuk aqiqah dgn kambing.
Sebagian ulama berpendpt dibolehkan aqiqah dgn unta, sapi, dan lain-lain. Tetapi
pendpt ini lemah krn :
[1]. Hadist-hadist shahih yg menunjukkan kehrsan aqiqah dgn kambing semua shahih,
sebagaimana pembahasan sebelumnya.
[2]. Hadist-hadist yg mendukung pendpt dibolehkan aqiqah dgn selain kambing ialah
hadist yg talif saqith alias dha’if.
PERSYARATAN KAMBING AQIQAH TIDAK SAMA DENGAN KAMBING KURBAN [IDUL ADHA]
Firman Alloh Ta'ala : “Maka makanlah dari apa yg ditangkap untukmu dan
sebutlah nama Allah…†[Al-Maidah : 4]
Adapun petunjuk Nabi tentang tasmiyah (membaca bismillah) sedah masyhur dan telah
kita ketahui bersama (lihat Irwaul Ghalil 2529-2536-2545-2551, karya Syaikh Al-
Albani). Oleh krn itu, doa tersebut juga diucapkan ketika meyembelih hewan untuk
aqiqah krn mrpk salah satu jenis kurban yg disyariatkan oleh Islam. Maka orang yg
menyembelih itu biasa mengucapkan : “Bismillahi wa Allohu Akbar†.
Sedangkan pendpt yg membolehkan dgn hujjah dari Ibnu Abbas bahwasan dia berkata :
“Tujuh perkara yg termasuk amalan sunnah terhadap anak kecil….dan
diusap dgn darah sembelihan aqiqah.†[Hadits Riwayat Thabrani], maka ini
mrpk hujjah yg dhaif dan mungkar.
[2]. Dari Aisyah dia berkata : “….termasuk sunnah aqiqah yaitu tdk
menghancurkan tulang sembelihannya….†[Hadist Dhaif, mungkar dan
mudraj, Hadits Riwayat. Hakim (4/283]
Kedua hadist diatas tdk boleh dijadikan dalil krn kedua tdk shahih. [lihat kitab Ã
¢â‚¬Å“Al-Muhalla†oleh Ibnu Hazm (7/528-529)].
DISUNNAHKAN MEMASAK DAGING SEMBELIHAN AQIQAH DAN TIDAK MEMBERIKANNYA
DALAM KEADAAN MENTAH
JIKA AQIQAH BERTETAPAN DENGAN IDUL QURBAN, MAKA TIDAK SAH KALAU
MENGERJAKAN SALAH SATUNYA [SATU AMALAN DUA NIAT]
Penulis berkata : “Dalam masalah ini pendpt yg benar ialah tdk sah
menggabungkan niat aqiqah dgn kurban, kedua-dua hrs dikerjakan. Sebab aqiqah dan
adhiyah (kurban) ialah bentuk ibadah yg tdk sama jika ditinjau dari segi bentuk dan
tdk ada dalil yg menjelaskan sah mengerjakan salah satu dgn niat dua amalan
sekaligus. Sedangkan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Rasulullah dan Alloh Ta'ala
tdk pernah lupa.â€Â
Al-Khallah pernah berkata dalam kitab : “Bab Maa yustahabbu minal aqiqah wa
fadhliha ‘ala ash-shadaqah†: “ Kami diberitahu Sulaiman bin
Asy’ats, dia berkata Saya mendengar Ahmad bin Hambal pernah dita tentang
aqiqah : “Mana yg kamu senangi, daging aqiqah atau memberikan harga kpd
orang lain (yakni aqiqah kambing diganti dgn uang yg disedekahkan seharga dagingnya)
? Beliau menjawab : “Daging aqiqahnya.†[Dinukil dari Ibnul Qayyim
dalam “Tuhfathul Maudud†hal.35 dari Al-Khallal]
Penulis berkata : “Karena tdk ada dalil yg menunjukkan boleh bershadaqah dgn
harga (daging sembelihan aqiqah) sekalipun lebih banyak, maka aqiqah seseorang tdk
sah jika bershadaqah dgn harga dan ini termasuk peruntukan bid’ah yg
mungkar ! Dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad .â€Â
Diantara bid’ah yg sering dikerjakan khusus oleh ahlu ilmu ialah memberikan
ceramah yg berkaitan dgn hukum aqiqah dan adab-adab serta yg berkaitan dgn
masalah kelahiran ketika berkumpul orang banyak (undangan) di acara aqiqahan pada
hari ketujuh.
Jadi saat undangan pada berkumpul di acara aqiqahan, mereka memuntuk suatu acara
yg berisi ceramah, rangkaian do’a-do’a, dan bentuk-bentuk seperti
ibadah lainnya, yg mereka meyakini bahwa semua termasuk dari amalan yg baik,
padahal tdk lain hal itu ialah bid’ah, pent.
Peruntukan semacam itu tdk pernah dicontohkan dalam sunnah yg shahih bahkan
dalam dhaif sekalipun !! Dan tdk pernah pula dikerjakan oleh Salafush Sholih
rahimahumulloh. Seandai peruntukan ini baik niscaya mereka sudah terlebih dahulu
mengamalkan daripada kita. Dan ini termasuk dalam hal bid’ah-bid’ah
lain yg sering dikerjakan oleh sebagian masyarakat kita dan telah masuk sampai ke
depan pintu rumah-rumah kita, pent !!
Sedangkan yg disyariatkan disini ialah bahwa berkumpul kita di dalam acara aqiqahan
hanyalah untuk menampakkan kesenangan serta menyambut kelahiran bayi dan bukan
untuk rangkaian ibadah lain yg diuntuk-untuk.
Sedang sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad . Semua kabaikan itu ialah dgn
mengikuti Salaf dan semua kejelekan ada pada bid’ah Khalaf.
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=857&bagian=0
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Definisi akikah
o 1.1 Syariat 'akikah
2 Hikmah Akikah
3 Syarat Akikah
4 Hewan Sembelihan
5 Kadar Jumlah Hewan
6 Waktu Pelaksanaan
7 Pembagian daging akikah
8 Referensi
9 Pranala luar
Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Karaz Al Ka’biyah bahwa ia
bertanya kepada rasulullah tentang akikah. Dia bersabda, “Bagi anak laki-laki
disembelihkan dua ekor kambing dan bagi anak perempuan disembelihkan satu ekor,
dan tidak akan membahayakan kamu sekalian, apakah (sembelihan itu) jantan atau
betina.”
Kata akikah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti 'memutus'. 'Aqqa wi
¢lidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi) keduanya. Dalam istilah, akikah berarti
"menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai
ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang anak".
Akikah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama islam. Dalil-dalil yang
menyatakan hal ini, di antaranya, adalah hadits Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut
dengan akikahnya'? Ada hadits lain yang menyatakan, "Anak laki-laki (akikahnya
dengan 2 kambing) sedang anak perempuan (akikahnya) dengan 1 ekor kambing'?
Status hukum akikah adalah sunnah. Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas
ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Malik, dengan berdasarkan dalil di
atas. Para ulama itu tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan
menyatakan bahwa seandainya akikah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu
hal yang sangat diketahui oleh agama, dan seandainya akikah wajib, maka
rasulullah juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut.
Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits, berpendapat bahwa
hukum akikah adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan atas salah satu hadits di atas,
"Kullu ghuli¢min murtahanun bi 'aqiqatihi'? (setiap anak tertuntut dengan akikahnya),
mereka berpendapat bahwa hadits ini menunjukkan dalil wajibnya akikah dan
menafsirkan hadits ini bahwa seorang anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya
hingga ia diakikahi. Ada juga sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya
(masyri»'iyyat) akikah, tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali. Dengan demikian,
pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya, bahwa
akikah adalah sunnah.
Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia
mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam menyebarkan rasa
cinta di masyarakat dengan mengundang para tetangga dalam walimah akikah tersebut.
Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk menyembelih akikah pada hari
ketujuh, maka sebaiknya ia menyembelihnya pada hari tersebut. Namun, jika ia tidak
mampu pada hari tersebut, maka boleh baginya untuk menyembelihnya pada waktu
kapan saja. 'Akikah anak laki-laki berbeda dengan akikah anak perempuan. Ini
merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai hadits yang telah kami sampaikan di
atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa akikah anak laki-laki sama dengan
akikah anak perempuan, yaitu sama-sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan
riwayat bahwa rasulullah mengaqikahi Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Husein
(keduanya adalah cucu) dengan 1 ekor kambing.
Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa agama Islam membedakan antara akikah
anak laki-laki dan anak perempuan, maka jawabannya adalah bahwa seorang muslim,
ia berserah diri sepenuhnya pada perintah Allah swt, meskipun ia tidak tahu hikmah
akan perintah tersebut, karena akal manusia terbatas. Barangkali juga bisa diambil
hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan kelebihan seorang laki-laki dari segi kekuatan
jasmani, juga dari segi kepemimpinannya (qawwamah) dalam suatu rumah tangga.
Ada perbedaan lain antara akikah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagi-bagikan
dalam keadaan mentah, sedangkan akikah dibagi-bagikan dalam keadaan matang.
Hikmah syariat akikah yakni dengan akikah, timbullah rasa kasih sayang di masyarakat
karena mereka berkumpul dalam satu walimah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah
swt. Dengan akikah pula, berarti bebaslah tali belenggu yang menghalangi seorang
anak untuk memberikan syafaat pada orang tuanya, dan lebih dari itu semua,
bahwasanya akikah adalah menjalankan syiar Islam.
Menurut Drs. Zaki Ahmad dalam bukunya "Kiat Membina Anak Sholeh" disebutkan
manfaat-manfaat yang akan didapat dengan berakikah, di antaranya [6]:
Imam Malik berkata: Akikah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan haji)
dan udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam akikah ini hewan yang picak, kurus, patah
tulang, dan sakit. Imam Asy-Syafi'iy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan akikah
ini cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban.
Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam akikah ini tidak
diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al Azwaj
Ats Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat yang ganjil yang
tidak dianggap.
Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengakikahi anak
laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadis-hadis berikut ini [7]:
dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari
dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita
dalam banyak hal.
dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada
hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini
berdasarkan hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi ', dia berkata yang
artinya: “Hewan akikah itu disembelih pada hari ketujuh, keempatbelas, dan
keduapuluhsatu.” (Hadis hasan riwayat Al Baihaqiy)
Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di
kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke
dua puluh satu adalah sifatnya sunah dan paling utama bukan wajib, dan boleh juga
melaksanakannya sebelum hari ke tujuh[7].
Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan
akikahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat
bulan di dalam kandungan ibunya.
Akikah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang
belum di sembelihkan hewan akikah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa
menyembelih akikah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: "...dan bila
tidak diakikahi oleh ayahnya kemudian dia mengakikahi dirinya sendiri maka hal itu tidak
apa-apa."
Referensi[sunting sumber]
1. ^ a b Samurah bin Jundub, nabi bersabda, َّاب ِع ِ ُك ُّل ُغالَ ٍم مُرْ َت َهنٌ ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم الس
“ َويُحْ لَ ُق َر ْأ ُس ُه َو ُي َسمَّىSetiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih pada hari
ketujuh, dicukur gundul rambutnya, dan diberi nama.” (Hadits riwayat Ahmad 20722,
at-Turmudzi 1605, dan dishahihkan al-Albani).
2. ^ Berdasarkan anjuran rasulullah dan praktik langsung dia. “Bersama
anak laki-laki ada akikah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan)
dan bersihkan darinya kotoran (maksudnya cukur rambutnya).” (Hadits riwayat Imam
Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)
3. ^ Rasulallah , yang artinya: “Maka tumpahkan (penebus) darinya darah
(sembelihan),” adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya
yang memalingkan dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada yang
ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan.” (Hadits riwayat
Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan). Perkataan dia, yang
artinya: “Ingin menyembelihkan,..” merupakan dalil yang memalingkan perintah yang
pada dasarnya wajib menjadi sunah.
4. ^ Kemudian Ibnul Qoyim menyebutkan tafsir hadits Samurah bin Jundub di
atas, "Tergadai artinya tertahan, baik karena perbuatannya sendiri atau perbuatan
orang lain… dan Allah jadikan aqiqah untuk anak sebagai sebab untuk melepaskan
kekangan dari setan, yang selalu mengiringi bayi sejak lahir ke dunia, dan menusuk
bagian pinggang dengan jarinya. Sehingga aqiqah menjadi tebusan untuk
membebaskan bayi dari jerat setan, yang menghalanginya untuk melakukan
kebaikan bai akhiratnya yang merupakan tempat kembalinya." (Tuhfah al-Maudud,
hlm. 74)
5. ^ Hadis shahih riwayat Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, dan Ibnu
Majah
6. ^ Drs. Zaki Ahmad, "Kiat Membina Anak Sholeh"
7. ^ a b c d "Artikel Berjudul: Aqiqah Buah Hati Pada MediaMuslim.Info".
Kambing Aqiqah Serpong, Rizal/08129660636 …sedia kambing aqiqah, mulai
Rp.1.600.000 (termasuk jasa masak+jasa kirim), nasi box mulai Rp 13.000,-
Pengertian Aqiqah
Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan akikah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “Setiap
anak itu tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari ke
tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)
Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan
pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu,
ini berdasarkan hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan akikah itu
disembelih pada hari ketujuh, keempatbelas, dan keduapuluhsatu.” (Hadis hasan
riwayat Al Baihaqiy)
Disunnahkan saat menyembelih binatang untuk ‘aqiqoh dengan membaca:
َه ِذ ِه َع ِقي َقةُ فُالَن، ك َ اللَّ ُه َّم ِمْن، اللَّهُ أَ ْكَب ُر، اهلل
َ َك َول ِ بِس ِم
ْ
Bismillah Allahu Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu fulaan (Dengan Nama Allah,
Allah adalah Yang Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan)
Penyebutan ‘fulaan’ itu diganti dengan nama anak yang diaqiqohi tersebut.
Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan al-Baihaqy dalam as-Sunan al-Kubro dan Abu Ya’la dalam
Musnadnya:
ِ ِ َان م َكافِئَت
ْ َ قَ ال، ٌ َو َع ِن اجْلَا ِريَة َش اة، ان ِ ِ ِ
ت ُ َ يُ َع ُّق َع ِن الْغُالَم َشات: ت ْ ََع ْن َعائ َشةَ قَال
ِ وس لَّم َع ِن احْلَس ِن واحْلُس نْي ِ َش اَتنْي ه ي ل
َ ع اهلل ى َّ
ل ص ِ ول
اهلل ُ س ر ق
َّ ع ف
َ : ة
ُ ش
َ ِعائ
َ َ َ َ َ َ َُ َ َ
ا ْذحَبُ وا َعلَى امْسِ ِه: الَ َ َوأ ََم َر أَ ْن مُيَ ا َط َع ْن َرأْ ِس ِه األَ َذى َوق، الس ابِ ِع
َّ َش اَتنْي ِ َي ْو َم
َه ِذ ِه َع ِقي َقةُ فُالَ ٍن، ك َ اللَّ ُه َّم ِمْن، اللَّهُ أَ ْكَبُر، اهلل
َ َك َول ِ وقُولُوا بِس ِم
ْ َ
Dari Aisyah –radhiyallahu anha- beliau berkata: Anak laki-laki diaqiqohi dengan dua kambing yang
setara. Dan anak perempuan satu kambing. Aisyah berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
mengaqiqohi al-Hasan dan al-Husain masing-masing dua kambing pada hari ketujuh (kelahiran).
Beliau memerintahkan agar pada kepala anak itu dihilangkan kotoran. Dan beliau bersabda:
Sembelihlah dengan (juga) menyebut nama (anak yang akan diaqiqahi). Ucapkan: Bismillah Allahu
Akbar Allaahumma minka wa laka, haadzihi ‘aqiiqotu fulaan (Dengan Nama Allah, Allah adalah Yang
Terbesar, Ya Allah ini dariMu dan untukMu. Ini adalah aqiqoh fulaan).
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnus Sakan dan dinyatakan sanadnya hasan oleh anNawawiy dalam al-
Majmu’ Syarhul Muhadzdzab. Diriwayatkan juga oleh Ibnul Mundzir dan dinyatakan hasan.
Hal ini juga ditunjang oleh pendapat seorang Tabi’i Qotadah, yang menyatakan:
binatang kurban, dengan mengucapkan: Bismillah, aqiqoh fulaan (riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan
sanad yang shahih, para perawinya adalah rijal al-Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah juga menyebutkan pendapat ini adalah pendapat al-Imam Ahmad
وهلذا يستحب أن يقال عليها ما يقال على األضحية قال أبو طالب سألت أبا
عب د اهلل إذا أراد الرج ل أن يع ق كي ف يق ول ق ال يق ول باس م اهلل وي ذبح على
النية كما يضحي بنيته يقول هذه عقيقة فالن بن فالن وهلذا يقول فيها اللهم
منك ولك ويستحب فيها ما يستحب يف األضحية
Karena itu, disunnahkan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan pada saat penyembelihan
kurban. Abu Tholib berkata: Aku bertanya Abu Abdillah (Ahmad bin Hanbal): Jika seorang ingin
(menyembelih) aqiqoh, apa yang dibacanya? Beliau menjawab: Ia mengucapkan Bismillah dan
menyembelih dengan (menyebut niat). Ia berkata: Ini adalah aqiqoh fulaan bin fulaan. Karena itu saat
menyembelih itu ia mengucapkan: Allaahumma minka wa laka ( Ya Allah ini adalah dariMu dan
Namun kalaupun seseorang hanya mengucapkan Bismillah saat menyembelih aqiqoh dan tidak
melafadzkan niat bahwa aqiqoh ini dari anak tertentu, maka yang demikian tidak mengapa.
Catatan : hadits Aisyah di atas memiliki ‘illat karena mayoritas jalur periwayatan mengandung ‘an-
anah dari Ibnu Juraij, hanya periwayatan dari Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang tidak. Ibnu Juraij,
meski beliau adalah rijaal al-Bukhari dan Muslim namun beliau dikenal sebagai mudallis. Namun,
riwayat ini insyaAllah bisa dikuatkan dengan riwayat yang shahih maqthu’ dari Qotadah. Ibnu Abi
Syaibah meriwayatkan 2 jalur periwayatan dari Qotadah, yang salah satu sanadnya shahih. Syaikh al-
Albany dalam kitab Qishshotul Masiihid Dajjaal (1/99) mengisyaratkan bahwa riwayat shahih maqthu’
Print
Menurut ilmu batin pada diri manusia terdapat sembilan jenis Roh. Masing-
masing roh mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ke sembilan macam roh yang ada
pada manusia itu adalah
2. Roh Rabani
Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi. Alamnya roh ini ada dalam
cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka kita tak
mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tenteram. Tubuh tak merasakan
apa-apa.
3. Roh Rohani
Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka
manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain
waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan
buruk. Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, yaitu :
*Nafsu Luwamah (aluamah)
*Nafsu Amarah
*Nafsu Supiyah
*Nafsu Mulamah (Mutmainah).
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak
mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang
mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini
dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu
mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu
roh rohani berada. Sebelum kita dapt menjumpainya, terlebih dulu kita akan
melihat bermacam-macam cahaya bagai kunang-kunang. Setelah cahaya-cahaya
ini menghilang, barulah muncul roh rohani itu.
4. Roh Nurani
Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Idofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa
sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi
terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut
hatinya menjaid gelap dan gelap pikirannya.
Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia
ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan
nafsu-nafsu lainnya.
Hat orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya
bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala
sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan. Suka, sedih, bahagia dan menderita
dipandang sama.
6. Roh Rahman
Roh dibawah kekuasaan roh idofi pula. Roh ini juga disebut Roh Pemurah. Karena
diambil dari kata�Rahman� yang artinya pemurah. Roh ini mempengaruhi
manusia bersifat sosial, suka memberi.
7. Roh Jasmani
Roh yang juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Roh ini menguasai seluruh darah
dan urat syaraf manusia. Karena adanya roh jasmani ini maka manusia dapat
merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya. Bila Roh ini keluar
dari tubuh, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit. Kalau kita berhasil
menjumpainya, maka ujudnya akan sama dengan kita, hanya berwarna merah.
Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini
memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh,
serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.
8. Roh Nabati
Roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan. Roh ini juga di
bawah kekuasaan Roh Idofi.
9. Roh Rewani
Roh yang menjaga raga kita. Bila Roh Rewani keluar dari tubuh maka orang yang
bersangkutan akan tidur. Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga. Bila orang tidur
bermimpi dengan arwah seseorang, maka roh rewani dari orang bermimpi itulah
yang menjumpainya. Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani yang mengendalikan
otak manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian
Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Roh Idofi. Demikian juga roh-
roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh Idofi.
Memang benar, pendapat yang menyatakan Gus Dur adalah keturunan Rasulullah SAW. Runtutan
silsilah itu terbaca dalam kitab Talkish, karya Abdullah bin Umar Assathiri.
KH. Abdurrahmad Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, ternyata memiliki silsilah keluarga
yang berpangkal pada Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Talkhish, karya Abdullah bin Umar
Assathiri, dijelaskan bahwa Gus Dur merupakan keturunan ke-34, dari Rasulullah.
Garis keturunan GusDur bersambung keatas dari ayah kakeknya. Adapaun rincian selengkapnya
sbb:KH. Abdurrohman Wahid anak dari Kh. Abdul Wahid Hasyim, mantan menteri Agama RI.
Sedangkan KH. Abdul Wahid Hasyim anak dari KH. Hasyim Asy’ari. Pendiri NU. KH. Hasyim Asy’ari
sendiri anak dari Asy’ari yang berada di Jombang.
Sementara itu, berturut-turut dari Asy’ari keatas hingga ke Nabi Muhammad SAW, garis keturunan
GusDur diterangkan dalam kitab tersebut sbb: Asy’ari anak dari Anu Sar’wan, Anu Sar’wan anak dari
Abdul Wahid, anak dari Abdul Halim, Abdul Halim anak dari Abdurrohman yang dikenal dengan
sebutan Pangeran Sambud Bagda, Abdurrahman anak dari Abdul Halim, anak dari Abdurrahman
yang dikenal dengan Julukan Jaka Tingkir.
Abdurrahman anak dari Ainul Yaqin yang terkenal dengan nama Sunan Giri, Ainul Yaqin anak dari
Maulan Ishak, Maulana Ishak anak dari Ibrahim Asmura, sedangkan Ibrahim Asmura anak dari
Jamaluddin Khusen, anak dari Ahmad Syah Jalal.
Seperti diketahui, Rosulullah mempunyai seorang puteri yang bernama Sayyidah Fathimah Az-
Zahra’. dari pasangan Fathimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib lahirlah Husein bin Ali. Kemudian,
berturut-turut kebawah dari Husein bin Ali adalah sbb: Ali Zainal Abidin Muhammad Al-Baqir-Jafar
Shadiq-Ali Al-Uraidi-Muhammad An-Naqib-Isa Ar-Rumi-Ahmad Al-Muhajirilallah-Ubaidillah-Alawi-
Muhammad-Alawi Muhammad-Ali Choli Qosam-Muhammad Shahibu Mirbat-Alawi-Amir Abdul
Malik-Abdullah Khain.
Nah, dari Abdullah Khain ini lahirlah seorang anak yang bernama Ahmad Syah Jalal. Akhirnya jika
dihitung dari Rosulullah hingga ke KH. Abdurrahman Wahid, silsilah Gus Dur jatuh pada keturunan
yang ke-34.
Tentang kebenaran silsilah Gus Dur yang sampai ke garis keturunan Rasulullah dibenarkan juga oleh
Habib Husein Syafe’i Al-Muhdhar dan Habib Assad Shihab. menurut Habib Husein, salah seorang
cucu Habib Muhammad Al-Muhdhar (Habib Kramat) Bondowoso, bahwa dirinya juga telah
melakukan penelitian atas kitab-kitab tentang silsilah para Habaib.
Habib Husein mengungkapkan, tentang silsilah KH. Hasyim Asy’ari memang ditemukan kalau dia
berasal dari salah satu garis keturunan Nabi Muhammad SAW. “Kitab-kitab yang berisi tentang
silsilah memang banyak tidak diminati orang. Sebab, membaca rentetan kalimat yang terdiri dari
nama-nama orang sungguh-sungguh menjenuhkan,” tutur Habib Husein kepada Duta Selasa lalu.
“Oleh karena itu, jangan heran jika kebenaran adanya silsilah Gus Dur pun menjadi tidak populer
ditengah-tengah masyarakat kita, “tandasnya kemudian.
Demikian pula dengan Habib Assad Shihab, kakek mertuanya Alwi Shihab (Menlu). Mengutip
penuturan Habib Husein, diapun membenarkan tentang silsilah Gus Dur tersebut. Dan hasil Study
beberapa kitab silsiahnya, Habib Assad juga menemukan asal-muasal kakek-kakeknya KH. Hasyim
Asy’ari. Menurutnya, garis keturunan Kia Pendiri NU tersebut memang sampai Rosulullah.
Beliau adalah anak dari Asy’ari lahir di Jombang tahun 1871. Lima tahun dalam asuhan neneknya di
Pondok Gedang, kemudian dibawa ayahnya ke desa Kras sebelah selatan kota Jombang.
Selain mendapat didikan dari ayahnya ia juga pernah belajar agama di beberapa tempat. yaitu di
Probolinggo, kemudian ia pergi ke Makkah, salah satu dari kebiasaannya disana ialah setiap hari
sabtu ia uzlah ke Goa Hiro’ (tempat Nabi Muhammad SAW bersholawat dan menerima
wahyu),dibawanya kesana kitab suci Al-Qur’an dan kitab-kitab AlhusSunnah wal jama’ah untuk
ditahsihan.
Setelah delapan tahun di Mekkah ia pun ketempat kediamannya, Jombang. disingsingannya lengan
bajunya untuk mengembangkan ilmu pada penduduk negeri, namanya makin lama makin masyhur
dalam perkumpulan NU beliau Saihuna Akbarnya, NU menjadi besar dan semarak atas usaha dan
pengaruhnya.
Setelah kembali dari tanah suci Hasyim Asy’ari dan para ulama sangat sedih dan terkejut melihat
gencarnya model dan produk baru dalam perkembangan Islam, seperti apa yang dikatakan “SNOUCK
HORGRONJE” (Gubernur penjajah Belanda): “Untuk menghancurkan ulama dan umat Islam di
Indonesia harus dilakukan dari dalam”. Akibatnya banyak bermunculan dan merajalelanya Islam
pesanan stock baru.
Oleh karena itu para ulama di Nusantar berhimpun untuk membendung dan melindungi umat agar
tetap bersatu, akhirnya dengan izin Allah SWT terbentuklah Jami’ah “Nahdlatul Ulama”. Ahlus
Sunnah Wal jama’ah dengan Ro’is Akbarnya KH. Hasyim Asy’ari. Beliau wafat pada 25 Juli 1947,
setelah berjuang menegakkan agama dan mendorong umat islam kemedan kemajuan.
Dalil-dalil Pelaksanaan
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi
tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing),
diberi nama dan dicukur rambutnya.” [HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah,
Ahmad]
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua
kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah]
Anak-anak itu tergadai (tertahan) dengan aqiqahnya, disembelih hewan untuknya pada
hari ketujuh, dicukur kepalanya dan diberi nama.” [HR Ahmad]
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : “Aqiqah
dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua
gangguan darinya.” [Riwayat Bukhari]
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi
maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk
perempuan satu kambing.” [HR Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad]
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ber ‘aqiqah untuk Hasan dan
Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya, beliau memberi nama dan memerintahkan
supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur)”. [HR. Hakim, dalam AI-Mustadrak
juz 4, hal. 264]
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah
bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin
seberat timbangan rambutnya.” [HR Ahmad, Thabrani, dan al-Baihaqi]
Dari Abu Buraidah r.a.: Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, atau keempat belas,
atau kedua puluh satunya. (HR Baihaqi dan Thabrani).
Hukum Aqiqah Anak adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik, penduduk
Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan
kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).
Dasar yang dipakai oleh kalangan Syafii dan Hambali dengan mengatakannya sebagai
sesuatu yang sunnah muakkadah adalah hadist Nabi SAW. Yang berbunyi, “Anak
tergadai dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada hari ketujuh (dari
kelahirannya)”. (HR al-Tirmidzi, Hasan Shahih)
“Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah
sembelihan dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur rambutnya).” (HR:
Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)
Imam Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan haji)
dan udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang picak, kurus, patah
tulang, dan sakit. Imam Asy-Syafi’iy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan aqiqah
ini cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban.
Buraidah berkata: Dahulu kami di masa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami
mempunyai anak, ia menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah
kambing itu. Maka setelah Allah mendatangkan Islam, kami menyembelih kambing,
mencukur (menggundul) kepala si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi. [HR.
Abu Dawud juz 3, hal. 107]
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Dahulu orang-orang pada masa jahiliyah apabila mereka
ber’aqiqah untuk seorang bayi, mereka melumuri kapas dengan darah ‘aqiqah, lalu
ketika mencukur rambut si bayi mereka melumurkan pada kepalanya”. Maka Nabi SAW
bersabda, “Gantilah darah itu dengan minyak wangi”.[HR. Ibnu Hibban dengan tartib
Ibnu Balban juz 12, hal. 124]
Pelaksanaan aqiqah menurut kesepakatan para ulama adalah hari ketujuh dari
kelahiran. Hal ini berdasarkan hadits Samirah di mana Nabi SAW bersabda, “Seorang
anak terikat dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan aqiqah pada hari ketujuh dan diberi
nama”. (HR. al-Tirmidzi).
Namun demikian, apabila terlewat dan tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh, ia bisa
dilaksanakan pada hari ke-14. Dan jika tidak juga, maka pada hari ke-21 atau kapan
saja ia mampu. Imam Malik berkata : Pada dzohirnya bahwa keterikatannya pada hari
ke 7 (tujuh) atas dasar anjuran, maka sekiranya menyembelih pada hari ke 4 (empat) ke
8 (delapan), ke 10 (sepuluh) atau setelahnya Aqiqah itu telah cukup. Karena prinsip
ajaran Islam adalah memudahkan bukan menyulitkan sebagaimana firman Allah SWT:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”.
(QS.Al Baqarah:185)
Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini berdasarkan
sabda Nabi SAW, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya,
disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam
Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)
Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada
hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini
berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh,
ke empat belas, dan ke dua puluh satu.” (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy)
Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di
kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke
dua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga
melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.
Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk disembelihkan
aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah berusia empat
bulan di dalam kandungan ibunya.
Aqiqah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang
belum di sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa
menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan bila tidak
diaqiqahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-
apa menurut saya, wallahu ‘Alam.
Pada dasarnya aqiqah disyariatkan untuk dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahiran.
Jika tidak bisa, maka pada hari keempat belas. Dan jika tidak bisa pula, maka pada hari
kedua puluh satu. Selain itu, pelaksanaan aqiqah menjadi beban ayah.
Namun demikian, jika ternyata ketika kecil ia belum diaqiqahi, ia bisa melakukan aqiqah
sendiri di saat dewasa. Satu ketika al-Maimuni bertanya kepada Imam Ahmad, “ada
orang yang belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri?”
Imam Ahmad menjawab, “Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil, maka lebih
baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya makruh”.
Para pengikut Imam Syafi’i juga berpendapat demikian. Menurut mereka, anak-anak
yang sudah dewasa yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, dianjurkan baginya untuk
melakukan aqiqah sendiri.
Jumlah Hewan
Jumlah hewan aqiqah minimal adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk
perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas ra: “Sesungguh-nya Nabi SAW
mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu
Dawud dan Ibnu Al Jarud)
Kita harus ingat bahwa Hasan dan Husain adalah anak kembar. Jadi pada satu
kelahiran itu disembelih 2 ekor kambing.
Namun yang lebih utama adalah 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak
perempuan berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi SAW memerintahkan agar
dsembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba dan dari anak perempuan satu
ekor.” (Hadits sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan)
Dari Aisyah ra berkata, yang artinya: “Nabi SAW memerintahkan mereka agar
disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor domba yang sepadan dan dari anak
perempuan satu ekor.” (Shahih riwayat At Tirmidzi)
1. Disunnatkan untuk memberi nama dan mencukur rambut (menggundul) pada hari ke-
7 sejak hari iahirnya. Misalnya lahir pada hari Ahad, ‘aqiqahnya jatuh pada hari Sabtu.
2. Bagi anak laki-laki disunnatkan ber’aqiqah dengan 2 ekor kambing sedang bagi anak
perempuan 1 ekor.
3. ‘Aqiqah ini terutama dibebankan kepada orang tua si anak, tetapi boleh juga
dilakukan oleh keluarga yang lain (kakek dan sebagainya).
Dianjurkan agar dagingnya diberikan dalam kondisi sudah dimasak. Hadits Aisyah ra.,
“Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak
perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh keluarganya),
dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al-Bayhaqi)
Daging aqiqah diberikan kepada tetangga dan fakir miskin juga bisa diberikan kepada
orang non-muslim. Apalagi jika hal itu dimaksudkan untuk menarik simpatinya dan
dalam rangka dakwah. Dalilnya adalah firman Allah, “Mereka memberi makan orang
miskin, anak yatim, dan tawanan, dengan perasaan senang”. (QS. Al-Insan : 8). Menurut
Ibn Qudâmah, tawanan pada saat itu adalah orang-orang kafir. Namun demikian,
keluarga juga boleh memakan sebagiannya.
Dari Ummu Kurz AI-Ka’biyah, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang ‘aqiqah. Maka sabda beliau SAW, “Ya, untuk anak laki-laki dua ekor kambing
dan untuk anak perempuan satu ekor kambing. Tidak menyusahkanmu baik kambing itu
jantan maupun betina”. [HR. Ahmad dan Tirmidzi, dan Tirmidzi menshahihkannya,
dalam Nailul Authar 5 : 149]
Dan kami belum mendapatkan dalil yang lain yang menunjukkan adanya binatang selain
kambing yang dipergunakan sebagai ‘aqiqah.
2. Waktu yang dituntunkan oleh Nabi SAW berdasarkan dalil yang shahih ialah pada
hari ke-7 semenjak kelahiran anak tersebut. [Lihat dalil riwayat ‘Aisyah dan Samurah di
atas]
Tidak diragukan lagi bahwa ada kaitan antara arti sebuah nama dengan yang diberi
nama. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya sejumlah nash syari yang menyatakan
hal tersebut.
Dari Abu Hurairoh Ra, Nabi SAW bersabda: “Kemudian Aslam semoga Allah
menyelamatkannya dan Ghifar semoga Allah mengampuninya”. (HR. Bukhori 3323,
3324 dan Muslim 617)
Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya Ra, ia berkata: Aku datang kepada
Nabi SAW, beliau pun bertanya: “Siapa namamu?” Aku jawab: “Hazin” Nabi berkata:
“Namamu Sahl” Hazn berkata: “Aku tidak akan merobah nama pemberian bapakku”
Ibnu Al-Musayyib berkata: “Orang tersebut senantiasa bersikap keras terhadap kami
setelahnya”. (HR. Bukhori)
Oleh karena itu, pemberian nama yang baik untuk anak-anak menjadi salah satu
kewajiban orang tua. Di antara nama-nama yang baik yang layak diberikan adalah
Muhammad. Sebagaimana sabda beliau : Dari Jabir Ra dari Nabi SAW beliau bersabda:
“Namailah dengan namaku dan janganlah engkau menggunakan gelarku”. (HR. Bukhori
2014 dan Muslim 2133)
Untuk mengetahui cara pemberian nama yang baik menurut ajaran Islam, silahkan klik:
http://media-islam.or.id/2008/02/01/memberi-nama-bayi-anak-secara-islami
Mencukur Rambut
Mencukur rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika anak
yang baru lahir pada hari ketujuh.
Dalam hadits Samirah disebutkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap anak terikat
dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh disembelihkan hewan untuknya, diberi nama, dan
dicukur”. (HR. at-Tirmidzi).
Dalam kitab al-Muwaththâ` Imam Malik meriwayatkan bahwa Fatimah menimbang berat
rambut Hasan dan Husein lalu beliau menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.
Tidak ada ketentuan apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang jelas pencukuran
tersebut harus dilakukan dengan rata; tidak boleh hanya mencukur sebagian kepala dan
sebagian yang lain dibiarkan. Tentu saja semakin banyak rambut yang dicukur dan
ditimbang semakin -insya Allah- semakin besar pula sedekahnya.
Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad dan keluarga
Muhammad serta dari ummat Muhammad.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud)
Doa bayi baru dilahirkan
Artinya : Aku berlindung untuk anak ini dengan kalimat Allah Yang Sempurna dari
segala gangguan syaitan dan gangguan binatang serta gangguan sorotan mata yang
dapat membawa akibat buruk bagi apa yang dilihatnya. (HR. Bukhari)
Kelahiran anak adalah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi orang tua, yang
merupakan hasil dari sebuah pernikahan yang di ridhai Allah SWT, begitu juga anak adalah
titipan dari Allah, amanah yang harus di jaga dan dijalankan sesuai dengan kewajiban-
kewajibanya sebagai orang tua yang kelak harus di pertanggungjawabkan di akherat nanti,
kewajiban kedua orang tua terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan agama yang
cukup, di samping memberikan pendidikan pengetahuan umum lainya,kewajiban kedua
orang tua terhadap anaknya bisa juga di tuangkan lewat do’a-do’a memohon kepada Allah
agar anak-anaknya di jadikan anak yang sholeh-sholeha, do’a kedua orang tua terhadap
anaknya salah satu do’a yang paling maqbul diantara do’a-do’a yang lainya, inilah saya
akan sampaikan beberapa cara tentang anak bayi yang baru di lahirkan kedunia ini di
antaranya :
Adapun syarat yang Adzan dan Iqomat tersebut harus laki-laki Muslim, apabila laki-laki
muslim tidak ada, boleh perempuan islam dan bayi yang di adzani dan di Qomati juga harus
bayi orang islam.
Al-fateha di hadiahkan kepada para A’ulia, dan Syekh Abdul qadir jailani
Al-fateha di hadiahkan kepada para nabi, A’ulia, Ulama, para syuhada, Shalihin, dan
semua muslim/muslimat
Al-fateha Khususon...
Dan di teruskan membaca Do’a Shalawat Munjiyat 7 kali Insyaallah menjadi anak yang
sholeh, shaleha.
Menurut keterangan Imam Ahmad bin Hanbali yang dimaksud dengan”di gadaikan” adalah
apabila anak bayi tersebut tidak di Aqiqahkan, nanti pada hari qiamat Allah SWT. Tidak
mengidzinkan untuk memberi syafaat kepada kedua orang tuanya, atau Aqiqah tersebut
bisa melepaskan godaan syaithan supaya bisa selamat menuju akhirat.
اَ ِل َس ِّي ِد َنا ص ِّل َعلى َسي ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َعلى َ اَلل ُه ََّم,هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْمِ ِبسْ ِم
دَ ُّم َها ِبدَ ِّم ِه َو َلحْ ُم َها... ْ ِبن....اَلل ُه َّم َربِّى اِنَّ َه ِد ِه َع ِق ْي َق ُة,م َُحمَّد
َو َع ْظ ُم َها ِب َع ْظ ِم ِه َو ِج ْل ُد َه ِاب ِج ْل ِد ِ}ه َو َشعْ ُر َها ِب َشعْ ِر ِه اَلل ُه َّم ِب َلحْ ِم ِه
ارِ م َِن ال َّن.... ْ ِبن.... اجْ َعلُ َهافِدَا ًء
Do’a untuk walimah Aqiqah
Acara walimah/puputan biasanya tuan rumah mengundang tetangga-tetangga, kerabat,
saudara, dan lain sebagainya, membaca Diba’ barjanji, dan memberikan nama yang bagus
untuk bayi dan di do’akan supaya bayi tersebut kelak menjadi anak yang sholeh-shaleha.
Inilah Do’anya :
الز َيادَ َة َو ْال َب َر َك َة فِى ْالع ِْل ِم واَرْ ُز ِق ِّ ْن َو }ِ ك ال َّسالَ َم َة فِى ال ُّد ْن َيا َوال ِّدي َ ُاللهم ِا َّنا َنسْ َئل
َ َو َق ْداَم ََّر َنا َنبي.مت ادَ َم ْاالَسْ َما َء ُكلََّ َها
ُّك م َُح َّم ٌّد َ َّك َق ْد َعلَ ْال َمرْ ُز ْو ِقي َْن ِا َل ِهى ِا ََّن
صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم ِب ِاحْ َسا ِن َها َف َها َنحْ نُ ُن َسمِّى َه َذ ْا َلو َلدَ ِب ِاسْ ِم ُي َناسِ بُ اَهْ َل َ
ٍُص َلى هللا ِ السْ الَ ِم َو َعلى ِدي
َ ْن َن ِب ِّي َنا م َُح َّمد ِ اعلى ف ِْط َر ِة ْا َ ِا َل ِهى اَصْ َبحْ َن....ِْال َب َلد
ان م َِن ْال ُم ْش ِر ِكي َْن .اَلل ُه َّم ًاو َما َك َ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلى ِملَّ ِةاَ ِب ْي َنا ِاب َْرا ِه ْي َم َح ِن ْي َفا مُسْ لِم َ
اص ِابرً َاو َز ْو َج ًة ُت ِع ْي ُن َنافِىال ُّد ْن َي َاو ْاالَخ َِرةِ.ك ل َِسا ًن َاذا َكرً َو َق ْلبًا َشا ِكرً َاو َبدَ ًن َ ِا ََّنا َنس َئلُ َ
تا.و ِمنْ ِامْ َراَ ٍة ُت َش ِّي ُب َنا َق ْب َل َو ْق ِ ار َّب َنا ِمنْ َو َل ٍد َي ُك ْو َن َع َل ْي َن َ
اس ِّي ًد َ ك َي َ َو َنع ُْو ُذ ِب َ
اح َس َن ًةار ِانْ َراَى ِم َّن َ ال َي ُك ْونُ َع َذابًا َل َن َاو َو َباالً َع َل ْي َناَ .و ِمنْ َج ٍ ْالمَشِ ْيبَِ .و ِمنْ َم ٍ
ِك َيااَرْ َح َم اس ِّي َئ ًةاَ ْف َشا َهاَ .ت َق َب ْل ِم َّن َ
اع ِق ْي َق َت َناَ .ر ََّب َن ِاب َرحْ َمت َ َك َت َم َهاَ .و ِانْ َراَى ِم َّن َ
الرَّ احِمي َْن
Teman pembaca Media ngaji yang di muliakan Allah, semoga dengan artikel ini kita dapat
bertambah ilmunya dan bermanfaat Amin