Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TENTANG

AQIQAH DAN QURBAN

KELOMPOK 4 :
HANA
DIARA
FITRIANI
LISNAWATI
M. NURSYIFA
ABDUL ROJAK
ACEP MAULANA

SMP MUSLIMIN CILILIN

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu


wataala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Aqiqah dan Kurban. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar. i
Daftar Isi .. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan .. 2
Bab II Pembahasan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Pengertian Aqiqah
Hukum Aqiqah .
Syarat Syarat Aqiqah
Syarat Menyembelih Hewan ..
Hikmah Aqiqah ..
Pengertian Qurban ..
Hukum Berqurban ..
Jenis dan syarat Qurban .
Waktu Pelaksanaan Qurban

3
11
12
13
15
16
16
17
19

Bab III Penutup


a. Kesimpulan 22
b. Saran .. 22
Daftar Pustaka . 23

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Kata kurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil
dari kata : qaruba (fiil madhi) yaqrabu (fiil mudhari) qurban wa
qurbaanan

(mashdar).Artinya,

mendekati

atau

menghampiri

(Matdawam, 1984).
Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan
maupun

yang

lainnya

(Ibrahim

Anis

et.al,

1972).

Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udhhiyah atau adh-dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata
ini diambil dari kata dhuha, yaitu waktu matahari mulai tegak yang
disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-kira
pukul

07.00

10.00

(Ash

Shanani,

Subulus

Salam

IV/89).

Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang


disembelih pada hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai
taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah).
Sedangkan Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam

yang di

contohkan rasulullah SAW. Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat


positif yang bisa kita petik di dalamnya. Di laksanakan pada hari ke
tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah
muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan
wajib. Setiap orang tua mendambahkan anak yang shaleh, berbakti
dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Aqiqah adalah
salah

satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah

kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi
memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan
di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilai-nilai ilahiyah.
Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang
tergadai. Aqiqah juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas
anugerah, sekaligus amanah yang di berikan allah SWT terhadap kita.
Aqiqah juga sebagai upaya kita menghidupkan sunnah rasul SAW,

yang merupakan perbuatan yang terpuji, mengingat saat ini sunnah


tersebut mulai jarang di laksanakan oleh kaum muslimin.
B.

PEMBAHASAN MASALAH
Dalam makalah ini kami membahas tentang Aqiqah dan Kurban.

C.

TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang
aqiqah dan qurban secara umum, terutama berkaitan dengan hal-hal
yang umum dilakukan dalam melakukan aqiqah dan qurban.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN AQIQOH
Aqiqah berasal dari kata aqqu ( )yang mempunyai arti potong.
Ibnul-Qayyim

menukil

perkataan

Abu

Ubaid

bahwasannya

Al-

Ashmaaiy dan lain-lain berkata :



Pada asalnya makna aqiqah itu adalah rambut bawaan yang ada di
kepala bayi ketika lahir. Hanya saja, istilah ini disebutkan untuk
kambing yang disembelih ketika aqiqah karena rambut bayi dicukur
ketika kambing tersebut disembelih. Oleh karena itu, disebutkan
dalam hadits : Bersihkanlah dia dari kotoran. Kotoran yang
dimaksud adalah rambut bayi (yang dicukur ketika itu).
Al-Jauhari mengatakan : Aqiqah adalah menyembelih hewan pada
hari ketujuhnya, dan mencukur rambutnya.

Selanjutnya Ibnul-

Qayyim berkata : Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu


disebutkan demikian karena mengandung dua unsur di atas dan ini
lebih utama.
Oleh karena itu, definisi aqiqah secara syariy yang paling tepat
adalah binatang yang disembelih karena kelahiran seorang bayi
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah taala dengan niat dan
syarat-syarat tertentu.
Lebih Disukai Menggunakan Istilah Nasikah daripada Aqiqah

Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya ia berkata :


Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pernah ditanya tentang
aqiqah, maka beliau menjawab : Allah azza wa jalla tidak suka
dengan istilah Al-Uquuq (aqiiqah). Seakan-akan beliau membenci
istilah tersebut (yaitu aqiqah). Penanya kembali berkata kepada
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam : Kami hanya bermaksud
menanyakan jika salah seorang di antara kami mempunyai anak
(yang baru dilahirkan). Maka beliau shallallaahu alaihi wasallam
menjawab : Barangsiapa yang ingin menyembelih karena kelahiran
anaknya, maka hendaklah ia menyembelih. Untuk laki-laki dua
kambing yang sama/setara dan untuk perempuan satu kambing.
Asy-Syaukani berkata :
" " :
" " :
" :
"
" " " " " "

.
Perkataan : seolah-olah beliau membenci istilah tersebut (aqiqah);
karena aqiqah adalah sembelihan (dzabihah), sedangkan uquq
biasanya digunakan bagi kaum ibu. Istilah ini berasal dari kata al-iq
yaitu membelah dan memotong. Maka kata-kata beliau shallallaahu
alaihi wasallam : ( aku tidak menyukai istilah al-uquuq)
setelah ditanya tentang masalah aqiqah adalah isyarat bahwa beliau
shallallaahu

alaihi

wasallam

membenci

istilah

aqiqah

karena

al-aqiqah dan al-uquuq mempunyai asal kata yang satu/sama. Oleh


karena itu, sabda Nabi shallallaahu alaihi wa aalihi wasallam :
Barangsiapa yang ingin menyembelih
disyariatkannya

mengganti

istilah

adalah sebagai petunjuk

aqiqah

dengan

istilah

an-

nasikah. Adapun istilah aqiqah yang pernah disebutkan oleh Nabi

shallallaahu alaihi wa aalihi wasallam dalam sabdanya : Untuk satu


anak adalah satu aqiqah dan juga : Setiap anak itu tergadaikan
dengan aqiqahnya merupakan penjelasan (bayan) bagi orang-orang
yang beliau ajak bicara dengan bahasa yang mereka pahami, karena
kata aqiqah adalah kata yang diketahui maknanya oleh orang-orang
Arab pada saat itu. Memungkinkan pula untuk menjamak (haditshadits

tersebut)

shallallaahu

bahwa

alaihi

wa

hal

itu

aalihi

merupakan
wasallam

penjelasan

yang

beliau

membolehkan

menggunakan kata aqiqah. Dan itu tidaklah menafikkan kebencian


(terhadap kata aqiqah) sebagaimana diketahui dalam hadits Aku
tidak menyukai istilah al-uquuq.
Dalil Disyariatkannya Aqiqah
Banyak sekali dalil yang menjadi landasan disyariatkannya aqiqah,
diantaranya adalah:
1.

Hadits Salmaan bin Aamir Adl-Dlabbiy radliyallaahu anhu, ia

pernah berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu


alaihi wasallam bersabda :


Untuk satu orang anak adalah satu aqiqah. Tumpahkanlah darah
untuknya dan bersihkanlah dia dari kotoran.
2.

Hadits Samurah bin Jundub radliyallaahu anhu, bahwasannya

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pernah bersabda :


Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari
ketujuh dari kelahirannya, dicukur (rambutnya), dan diberi nama.
3.

Hadits Aisyah radliyallaahu anhaa : Bahwasannya Rasulullah

shallallaahu alaihi wasallam pernah bersabda :


Untuk seorang anak laki-laki adalah dua ekor kambing yang
setara/sama, dan untuk anak perempuan adalah seekor kambing.

4.

Dan yang lainnya.

Disyariatkannya
kecuali

aqiqah

ashhaabur-rayi

merupakan

madzhab

(Hanafiyyah).

jumhur

Mereka

ulamaa,

mengingkari

pensyariatan aqiqah dan bahkan memakruhkannya dimana mereka


berpegang pada dalil-dalil yang tidak layak digunakan sebagai hujjah.
Diantara dalil yang mereka pakai adalah sabda Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam:


Aku tidak menyukai al-uquuq.
Dalam riwayat lain :


Allah azza wa jalla tidak menyukai al-uquuq
Tentu saja pendalilan mereka tidak dapat kita terima, karena yang
dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah dibencinya istilah aqiqah
yang bersamaan dengan itu di-masyru-kan menggantinya dengan
istilah an-nasikah. Hal itu telah disinggung dalam pembahasan
sebelumnya sehingga tidak perlu untuk diulang.
Selain

itu

mereka

juga

berdalil

dengan

hadits

Abdullah

bin

Muhammad bin Aqiil, dari Ali bin Al-Husain dari Abi Raafi maula
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :




Bahwasannya

Al-Hasan

bin

Ali

alaihimas-salaam

ketika

ia

dilahirkan, ibunya (yaitu Fathimah) ingin meng-aqiqahinya dengan


seekor kambing yang besar. Maka Nabi shallallaahu alaihi wasallam
datang dan berkata kepadanya : Jangan kamu aqiqahkan dia
dengan sesuatu apapun. Akan tetapi, cukurlah rambut kepalanya
kemudian bershadaqahlah di jalan Allah azza wa jalla atau kepada
ibnu sabiil dengan uang (perak) seberat rambutnya. Dan ketika Al-

Husain lahir di tahun berikutnya, Fathimah pun melakukan hal yang


sama.
Tapi hadits ini dlaif karena rawi yang bernama Abdullah bin
Muhammad bin Aqiil sehingga tidak bisa dipakai untuk hujjah.
Kalaupun dianggap shahih, maka hadits itu juga tidak menunjukkan
dimakruhkannya aqiqah; karena dalam riwayat yang shahih[12][12]
dijelaskan bahwa Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam sendiri yang
menyembelih aqiqah untuk Al-Hasan dan Al-Husain.
Hukum Aqiqah : Sunnah atau Wajib ?
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini.
1.

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum aqiqah itu sunnah.

Dalil paling kuat yang mereka bawakan adalah hadits Amr bin
Syuaib, dari

ayahnya, dari kakeknya bahwasannya Rasulullah

shallallaahu alaihi wasallam bersabda :


Barangsiapa yang ingin menyembelih karena kelahiran anaknya,
maka hendaklah ia menyembelih untuk laki-laki dua kambing yang
sama/setara dan untuk perempuan satu kambing.
Asy-Syaukani berkata :

.........
" :"
Jumhur ulama berpendapat bahwasannya atirah dan yang lainnya
(termasuk aqiqah Abul-Jauzaa) hukumnya adalah sunnah.......
Jumhur berhujjah dengan sabda Nabi shallallaahu alaihi wa aalihi
wasallam : Barangsiapa yang ingin menyembelih karena kelahiran
anaknya, maka hendaklah ia lakukan.[15][15]
2.

Sebagian ulama mengatakan bahwa aqiqah hukumnya wajib

bagi mereka yang mempunyai kelapangan.


Mereka berdalil beberapa hadits, diantaranya :


Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya.


Untuk satu orang anak adalah satu aqiqah.
Ibnu Abdil-Barr berkata :



Telah berkata Asy-Syafii, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Ath-Thabariy
bahwa aqiqah itu merupakan sunnah yang wajib dilakukan dan tidak
sepantasnya

untuk

ditinggalkan

bagi

mereka

yang

memiliki

kesanggupan.
Dan ini juga merupakan pendapat Ibnu Hazm dan Dhahiriyyah pada
umumnya.
Yang rajih menurut kami dalam masalah ini adalah pendapat yang
mengatakan bahwa aqiqah itu hukumnya wajib bagi mereka yang
memiliki

kesanggupan.

Perkataan

beliau

shallallaahu

alaihi

wasallam : Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya adalah


penyerupaan aqiqah dengan jaminan dalam pinjaman di tangan
orang yang berpiutang.Penyerupaan sesuatu dengan sesuatu lain
yang dihukumi wajib menunjukkan bahwa sesuatu itu hukumnya juga
wajib. Imam Ahmad mengatakan bahwa hadits ini merupakan hadits
yang paling kuat yang diriwayatkan dalam permasalahan aqiqah.
Adapun maksud hadits yang dibawakan oleh jumhur, maka itu tidak
menunjukkan

sunnahnya

(bukan

wajib)

pelaksanaan

aqiqah.

Perkataan Barangsiapa yang ingin menyembelih karena kelahiran


anaknya adalah perkataan yang timbul untuk menjelaskan tentang
perkara yang disebutkan di awal hadits, yaitu dibencinya istilah
aqiqah (yaitu perkataan beliau : Allah azza wa jalla tidak suka
dengan istilah Al-Uquuq/aqiiqah ).
Kemudian, sabda beliau ( Barangsiapa yang ingin) ini seperti
firman Allah taala :

(Yaitu)

bagi

siapa

di

antara

kamu

yang

ingin

beristiqamah/menempuh jalan yang lurus [QS. At-Takwiir : 28].


Juga sabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam :


Apabila salah seorang diantara kalian ingin mengerjakan shalat
Jumat, hendaklah ia mandi.
Tentu saja kita tidak akan memahami bahwa perintah untuk
istiqamah/menempuh lurus dan shalat Jumat itu hukumnya sekedar
sunnah (bukan wajib).
Dari segi bahasa:

Rambut yang berada dikepala bayi yang baru dilahirkan

Berarti pertolongan

Dari segi syarak:

Menyembelih kambing atau biri-biri untuk bayi yang baru

dilahirkan

Kadang-kadang,kambing yang disembelih itu disebut juga

aqiqoh
Aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang
baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat
dan syarat-syarat tertentu. Oleh sebagian ulama ia disebut dengan
nasikah

atau

dzabihah

(sembelihan).Hukum aqiqah itu

sendiri

menurut kalangan Syafii dan Hambali adalah sunnah muakkadah.


Dasar yang dipakai oleh kalangan Syafii dan Hambali dengan
mengatakannya sebagai sesuatu yang sunnah muakkadah adalah
hadist Nabi SAW. "Anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelihkan
untuknya pada hari ketujuh (dari kelahirannya)"
Syariat 'akikah
Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Karaz Al
Kabiyah bahwa ia bertanya kepada rasulullah tentang akikah. Dia
bersabda, Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing dan
bagi anak perempuan disembelihkan satu ekor, dan tidak akan

membahayakan kamu sekalian, apakah (sembelihan itu) jantan atau


betina.
Bisa

disimpulkan

bahwa

jika

seseorang

berkemampuan

untuk

menyembelih 2 ekor kambing bagi 'Aq qah anak laki-lakinya, maka


sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk 'Aq qah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan
mendapat pahala.
Kata akikah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti
'memutus'. 'Aqqa wilidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi)
keduanya. Dalam istilah, akikah berarti "menyembelih kambing pada
hari ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai ungkapan rasa
syukur atas rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang anak".
Akikah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama
islam. Dalil-dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah hadits
Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut dengan akikahnya'? Ada hadits
lain yang menyatakan, "Anak laki-laki (akikahnya dengan 2 kambing)
sedang anak perempuan (akikahnya) dengan 1 ekor kambing'? Status
hukum akikah adalah sunnah. Hal tersebut sesuai dengan pandangan
mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Malik,
dengan berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu tidak sependapat
dengan

yang

mengatakan

wajib,

dengan

menyatakan

bahwa

seandainya akikah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal


yang sangat diketahui oleh agama, dan seandainya akikah wajib,
maka rasulullah S.A.W juga pasti telah menerangkan akan kewajiban
tersebut.
Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits,
berpendapat bahwa hukum akikah adalah wajib. Pendapat ini
berdasarkan atas salah satu hadits di atas, "Kullu ghulimin
murtahanun bi 'aqiqatihi'? (setiap anak tertuntut dengan akikahnya),
mereka berpendapat bahwa hadits ini menunjukkan dalil wajibnya
akikah dan menafsirkan hadits ini bahwa seorang anak tertahan

syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia diakikahi. Ada juga sebagian


ulama yang mengingkari disyariatkannya (masyri'iyyat) akikah,
tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali. Dengan demikian,
pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalildalilnya, bahwa akikah adalah sunnah.
Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah
ini hingga ia mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat
berpartisipasi dalam menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan
mengundang para tetangga dalam walimah akikah tersebut.
Mengenai kapan akikah dilaksanakan, rasulullah S.A.W bersabda,
"Seorang anak tertahan hingga ia diakikahi, (yaitu) yang disembelih
pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu'?.
Hadits ini menerangkan bahwa akikah mendapatkan kesunnahan jika
disembelih pada hari ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad
berpendapat bahwa akikah bisa disembelih pada hari ketujuh, atau
hari keempat belas ataupun hari keduapuluh satu. Sedangkan Imam
Malik berpendapat bahwa sembelihan akikah pada hari ketujuh hanya
sekadar sunnah, jika akikah disembelih pada hari keempat, atau
kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal itu
dibolehkan.
Menurut

hemat

menyembelih

penulis,

akikah

jika

pada

seorang

hari

ayah

ketujuh,

mampu

maka

untuk

sebaiknya

ia

menyembelihnya pada hari tersebut. Namun, jika ia tidak mampu


pada hari tersebut, maka boleh baginya untuk menyembelihnya pada
waktu kapan saja. 'Akikah anak laki-laki berbeda dengan akikah anak
perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai hadits
yang

telah

kami

sampaikan

di

atas.

Sedangkan

Imam

Malik

berpendapat bahwa akikah anak laki-laki sama dengan akikah anak


perempuan,

yaitu

sama-sama

ekor

kambing.

Pendapat

ini

berdasarkan riwayat bahwa rasulullah S.A.W mengaqikahi Hasan

dengan 1 ekor kambing, dan Husein (keduanya adalah cucu) dengan


1 ekor kambing.
Bisa

disimpulkan

bahwa

jika

seseorang

berkemampuan

untuk

menyembelih 2 ekor kambing bagi akikah anak laki-lakinya, maka


sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor
kambing untuk akikah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan
mendapat pahala.
Mungkin

akan

timbul

pertanyaan,

mengapa

agama

Islam

membedakan antara akikah anak laki-laki dan anak perempuan, maka


jawabannya

adalah

bahwa

seorang

muslim,

ia

berserah

diri

sepenuhnya pada perintah Allah swt, meskipun ia tidak tahu hikmah


akan perintah tersebut, karena akal manusia terbatas. Barangkali
juga bisa diambil hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan kelebihan
seorang

laki-laki

dari

segi

kekuatan

jasmani,

juga

dari

segi

kepemimpinannya (qawwamah) dalam suatu rumah tangga.


Dalam penyembelihan akikah, banyak hal yang perlu diperhatikan, di
antaranya, sebaiknya tidak mematahkan tulang dari sembelihan
akikah

tersebut,

dengan

hikmah

tafa'ul

(berharap)

akan

keselamatan tubuh dan anggota badan anak tersebut. 'Akikah sah


jika memenuhi syarat seperti syarat hewan Qurban, yaitu tidak cacat
dan memasuki usia yang telah disyaratkan oleh agama Islam. Seperti
dalam definisi tersebut di atas, bahwa akikah adalah menyembelih
kambing pada hari ketujuh semenjak kelahiran seorang anak, sebagai
rasa syukur kepada Allah. Tetapi boleh juga mengganti kambing
dengan unta ataupun sapi dengan syarat unta atau sapi tersebut
hanya untuk satu anak saja, tidak seperti kurban yang mana
dibolehkan untuk 7 orang. Tetapi, sebagian ulama berpendapat
bahwa akikah hanya boleh dengan menggunakan kambing saja,
sesuai dalil-dalil yang datang dari Rasulullah saw.

Ada perbedaan lain antara akikah dengan Qurban, kalau daging


Qurban dibagi-bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan akikah
dibagi-bagikan dalam keadaan matang. Hikmah syariat akikah yakni
dengan akikah, timbullah rasa kasih sayang di masyarakat karena
mereka berkumpul dalam satu walimah sebagai tanda rasa syukur
kepada Allah swt. Dengan akikah pula, berarti bebaslah tali belenggu
yang menghalangi seorang anak untuk memberikan syafaat pada
orang tuanya, dan lebih dari itu semua, bahwasanya akikah adalah
menjalankan syiar Islam.
B.

HUKUM AQIQOH
Hukum aqiqah adalah sunnah muakkad. Aqiqah bagi anak laki-laki
dengan dua ekor kambing, sedangkan bagi wanita dengan seekor
kambing. Apabila mencukupkan diri dengan seekor kambing bagi
anak laki-laki, itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi
kewajiban ayah (yang menanggung nafkah anak, pen). Apabila ketika
waktu dianjurkannya aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran, pen),
orang tua dalam keadaan faqir (tidak mampu), maka ia tidak
diperintahkan untuk aqiqah. Karena Allah Taala berfirman (yang
artinya), Bertakwalah kepada Allah semampu kalian (QS. At
Taghobun: 16)
Namun apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah, orang tua dalam
keadaan berkecukupan, maka aqiqah masih tetap jadi kewajiban
ayah, bukan ibu dan bukan pula anaknya.

C.

SYARAT-SYARAT AQIQAH

1. Jenis Hewan Aqiqah Dan Jumlahnya


Banyak ulama berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan kurban,
yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan aqiqah. Sedangkan
syarat-syarat hewan yang dapat disunahkan untuk aqiqah itu sama dengan syarat yang
ada pada hewan kurban, baik dari segi jenisnya, ketidak cacatannya, kejelasannya.
Syarat-syarat hewan yang bisa (sah) untuk dijadikan aqiqah itu sama dengan
syarat-syarat hewan untuk kurban, yaitu:
1) Tidak cacat.
2) Tidak berpenyakit.
3) Cukup umur, yaitu kira-kira berumur satu tahun.

4) Warna bulu sebaiknya memilih yang berwarna putih.

Jenis hewan yang disembelih Rasulullah saw dalam aqiah saat itu bukanlah inti
drii aqiqah itu sendiri, sehingga andaikan diubah dengan seekor burung kecil bahkan
tidak menyembelih hewan melainkan sekedar nasi dan lauk pauk pun selama berniat
mensyukuri nikmat lahirnya putra sah disebut aqiqah.
Ada dua hadis yang menerangkan tentang jumlah binatang aqiqah yang
disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, menerangkan bahwa Rasulullah
saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing dengan seekor kambing.


(

)

Artinya: Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah SAW mengaqiqahi untuk hasan
dan Husain dengan masing-masing satu kambing (HR Abu Daud dengan riwayat yang
shahih).
Sedangkan hadis yang kedua menerangkan bahwa seorang anak laki-laki
diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang anak perempuan diaqiqahkan dengan
seekor kambing. Sabda Rasulullah SAW:


:
:

( ) .
Artinya: Telah berkata Rasulullah SAW : Barang siapa diantara kamu yang ingin
beribadat tentang anaknya hendaklah dilakukannya, untuk anak laki-laki dua ekor
kambing yang sama umumnya dan untuk anak perempuan seekor kambing.
(HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).
Sunnah untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing ini hanya
berlaku untuk orang yang mampu melaksanakannya, karena tidak semua orang untuk
mengaqiqahi bayi laki-laki dengan dua kambing. Ini termasuk pendapat yang wasath
(tengah-tengah) yang menghimpun berbagai dalil.
2. Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Aqiqah disunnahkan dilaksanakan pada hari ketujuh. Hal ini berdasarkan
hadits:

- -


Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap
anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh,
digundul rambutnya dan diberi nama. (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220,

Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih)
Dari waktu kapan dihitung hari ketujuh?
Disebutkan dalam Al Mawsuah Al Fiqhiyah,




Mayoritas ulama pakar fiqih berpandangan bahwa waktu siang pada hari
kelahiran adalah awal hitungan tujuh hari. Sedangkan waktu malam tidaklah jadi
hitungan jika bayi tersebut dilahirkan malam, namun yang jadi hitungan hari
berikutnya. Barangkali yang dijadikan dalil adalah hadits berikut ini,


Disembelih baginya pada hari ketujuh. Hari yang dimaksudkan adalah siang
hari.
Misalnya ada bayi yang lahir pada hari Senin (21/06), pukul enam pagi, maka
hitungan hari ketujuh sudah mulai dihitung pada hari Senin. Sehingga aqiqah bayi
tersebut dilaksanakan pada hari Ahad (27/06).
Jika bayi tersebut lahir pada hari Senin (21/06), pukul enam sore, maka hitungan
awalnya tidak dimulai dari hari Senin, namun dari hari Selasa keesokan harinya.
Sehingga aqiqah bayi tersebut pada hari Senin (28/06). Semoga bisa memahami contoh
yang diberikan ini.

Bagaimana jika aqiqah tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh?


Dalam masalah ini terdapat silang pendapat di antara para ulama.
Menurut ulama Syafiiyah dan Hambali, waktu aqiqah dimulai dari kelahiran. Tidak sah
aqiqah sebelumnya dan cuma dianggap sembelihan biasa.
Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, waktu aqiqah adalah pada hari
ketujuh dan tidak boleh sebelumnya.
Ulama Malikiyah pun membatasi bahwa aqiqah sudah gugur setelah hari
ketujuh. Sedangkan ulama Syafiiyah membolehkan aqiqah sebelum usia baligh, dan ini
menjadi kewajiban sang ayah.
Sedangkan ulama Hambali berpendapat bahwa jika aqiqah tidak dilaksanakan
pada hari ketujuh, maka disunnahkan dilaksanakan pada hari keempatbelas. Jika tidak

sempat lagi pada hari tersebut, boleh dilaksanakan pada hari keduapuluh satu.
Sebagaimana hal ini diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha.
Adapun ulama Syafiiyah berpendapat bahwa aqiqah tidaklah dianggap luput
jika diakhirkan waktunya. Akan tetapi, dianjurkan aqiqah tidaklah diakhirkan hingga
usia baligh. Jika telah baligh belum juga diaqiqahi, maka aqiqahnya itu gugur dan si
anak boleh memilih untuk mengaqiqahi dirinya sendiri.
Dari perselisihan di atas, penulis sarankan agar aqiqah dilaksanakan pada
hari ketujuh, tidak sebelum atau sesudahnya. Lebih baik berpegang dengan waktu
yang disepakati oleh para ulama.
Adapun menyatakan dialihkan pada hari ke-14, 21 dan seterusnya, maka
penentuan tanggal semacam ini harus butuh dalil.
Sedangkan menyatakan bahwa aqiqah boleh dilakukan oleh anak itu sendiri
ketika ia sudah dewasa sedang ia belum diaqiqahi, maka jika ini berdalil dengan
perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang dikatakan mengaqiqahi dirinya
ketika dewasa, tidaklah tepat. Alasannya, karena riwayat yang menyebutkan semacam
ini lemah dari setiap jalan. Imam Asy Syafii sendiri menyatakan
bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallamtidaklah mengaqiqahi dirinya sendiri (ketika
dewasa) sebagaimana disebutkan dalam salah satu kitab fiqih Syafiiyah Kifayatul
Akhyar[6]. Wallahu alam.
3. Cara Pembagian Daging Aqiqah

Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa


menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi.

memakannya,

Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan
mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah yang
sudah matang.
Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan sepertiganya, menghadiahkan
sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan mensedekahkan sepertiga lagi kepada
kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya,
atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya.
Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan
seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang
engkau lihat pantas diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan
sebagian orang faqir untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama
yang terhimpun di dalam Al lajnah Ad Daimah.
Ada perbedaan lain antara 'Aqiqah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagibagikan dalam keadaan mentah, sedangkan 'Aqiqah dibagi-bagikan dalam keadaan
matang.
Kita dapat mengambil hikmah syariat 'Aqiqah. Yakni, dengan 'Aqiqah, timbullah
rasa kasih sayang di masyarakat karena mereka berkumpul dalam satu walimah sebagai
tanda rasa syukur kepada Allah swt. Dengan 'Aqiqah pula, berarti bebaslah tali belenggu

yang menghalangi seorang anak untuk memberikan syafaat pada orang tuanya. Dan
lebih dari itu semua, bahwasanya 'Aqiqah adalah menjalankan syiar Islam
D.

SUNAT-SUNAT KETIKA MENYEMBELIH BINATANG


korban:
1. Membaca Basmalah
2. Selawat ke atas nabi
3. Menghadap kiblat
4. Bertakbir
5. Berdoa supaya diterima ibadah korban itu.

E.

HIKMAH AQIQOH
Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu
sperma itu berlomba-lomba mendatangi panggilan indung telur
melalui signyal kimiawi yang dipancarkan darinya, sejak itu tanpa
banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya setan jin sudah
mengadakan penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut
dilakukan oleh jin dalam rangka membangun pondasi di dalam janin
yang masih sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak manusia
tersebut menjadi dewasa dan kuat, setan jin tetap dapat menguasai
target sasarannya itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw. telah
mengajarkan kepada umatnya cara menangkal serangan yang sangat
membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw.
melalui sabdanya berikut ini :
:



*


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah
bersabda: apabila seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan
isterinya hendaklah dia membaca:
















Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.

Wahai

Tuhanku!

Jauhkanlah

kami

dari

setan

dan

jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.


Sekiranya hubungan aantara suami istri itu ditakdirkan mendapat
seorang anak.
F.

PENGERTIAN KURBAN
Kurban dalam bahasa Arab disebut udhiyah, yang berarti
menyembelih hewan pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah,
kurban adalah beribadah kepada Allah dengan cara menyembelih
hewan tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari tasyrik (tanggal
11,12 dan 13 Zulhijah)
Perintah menyembelih Kurban Firman Allah SWT:

Artinya: Sesungguhnya kami memberikan kepadamu nikmat yang


banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu da berkubanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus.(QS. Al-Kautsar ayat 1-3)

G.

HUKUM BERKURBAN Ada 3, Yaitu:


Wajib bagi yang mampu
Kurban wajib bagi yang mampu, dijelaskan oleh firman Allah QS. AlKautsar ayat 1-3:

Artinya: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat


yang banyak. Maka dirikan lah shalat karena Tuhanmu dan
berkubanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
dialah yang terputus. (QS. Al-Kautsar 1-3)

Sunnah

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan:

Artinya: Nabi SAW bersabda: Saya diperintah untuk menyembelih


kurban dan kurban itu sunnah bagi kamu.

Sunnah Muakkad
Berdasarkan hadist riwayat Daruqutni menjelaskan:

Artinya: Diwajibkan melaksanakan kurban bagiku dan tidak wajib


atas kamu.(HR. Daruqutni)
H.

JENIS DAN SYARAT HEWAN UNTUK KURBAN


Jenis-jenis binatang yang dapat untuk kurban, syaratnya adalah:

1.

Domba

: syaratnya telah berumur 1 tahun lebih atau sudah

berganti gigi.
2.

Kambing : syaratnya telah berumur 2 tahun atau lebih.

3.

Sapi atau Kerbau : syaratnya yelah berumur 2 tahun atau lebih.

4.

Unta

: syaratnya telah berumur 5 tahun atau lebih.

Sebaiknya berkurban dengan binatang yang mulus dan gemuk serta


tidak cacat, seperti: Jelas-jelas sakit, Sangat kurus, Sebelah matanya
tidak berfungsi atau keduanya, Pincang, Putus telinga, Putus ekor, Dst
1. Disyari'atkannya Qurban
Ibadah qurban disyari'atkan oleh Allah untuk mengenang Nabi
Ibrahim a.s., dan sebagai suatu upaya memberikan kemudahan pada
hari I'ed, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. :


"Hari ini adalah hari makan dan minum dan dzikir kepada Allah Azza
wa Jalla.
Allah Ta'ala berfirman:

( )
) (

Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah


sungai di surga. (1) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu
dialah yang terputus. (3) (Q.S. Al-Kautsar: 1-3).


Artinya : Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu
sebahagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang
banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya ... (Q.S. Al-Hajj: 36).
Yang dimaksud dengan kata nahar di sini adalah penyembelihan
binatang qurban. Dan di dalam Al-Hadits, bahwa Nabi saw. melakukan
ibadah qurban dan kaum muslimin ikut berqurban. Mereka berijma'
untuk hal itu.
At-Tirmidzi meriwayatkan dari 'Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:





.

"Tidak ada suatu amalan pun yang dilakukan oleh manusia pada hari
Raya Qurban, lebih dicintai Allah selain dari menyembelih hewan
qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak di hari Kiamat akan
datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya,
dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia
(pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian
semua dengan (pahala) qurban itu."
I.
1.

SYARAT-SYARAT HEWAN KURBAN


Hewan yang dijadikan untuk kurban hendaklah hewan jantan
yang sehat, bagus, bersih, tidak ada cacat seperti buta, pincang,

sangat kurus, tidak terpotong telinganya sebelah atau ekornya


terpotong dan sebagainya.
2.

Hewan yang dikurban

J.

SYARAT DAN WAKTU MELAKSANAKAN KURBAN

Orang yang berkurban beragama Islam

Dilaksanakan pada bulan Zulhijah

Waktu penyembelihan kurban pada tanggal 10 Zulhijah setelah


shalat hari raya Idul Adha, dilanjutkan pada hari tasyriq, yaitu tanggal
11, 12 dan tanggal 13 Zulhijah sampai terbenam matahari.
Cara penyembelihan dan do`a berkurban
1.

Cara

menyembelih

sama

dengan

penyembelihan

yang

disyaratkan Islam, yakni penyembelih harus orang Islam (khusus


kurban, sunnah penyembelih adalah yang berkurban sendiri, jika
diwakilkan disunatkan hadiri pada waktu penyembelihannya)
2.

Alat untuk menyembelih harus benda tajam. Tidak boleh

menggunakan gigi, kuku dan tulang.


3.

Memotong 2 urat yang ada di kiri-kanan leher agar lekas

matinya, tetapi jangan sampai putus lehernya (makruh).


4.

Binatang yang disembelih hendaklah digulingkan ke sebelah kiri

tulang rusuknya agar mudah saat penyembelihan.

5.

Hewan yang disembelih disunnahkan dihadapkan ke arah Kiblat.

6.

Orang yang menyembelih disunatkan membaca:


Basmalah:

Artinya: Dengan

nama

Allah

Yang

Maha

Pengasih

lagi

Maha

Penyayang.
-

Shalawat:
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami
Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Muhammad.

Takbir

Artinya: Allah Maha Besar.


-

Do`a:

Artinya: Ya Allah, kurban ini adalah nikmat dari Engkau dan aku
berdekat diri kepada Engkau. Oleh karena itu, terimalah kurbanku!
Wahai Zat Yang Maha Pemurah. Engkau Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
K.

HIKMAH DARI KURBAN

a.

Menambah cintanya kepada Allah SWT

b.

Akan menambah keimanannya kepada Allah SWT

c.

Dengan berkurban, berarti seseorang telah bersyukur kepada Allah


SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan pada
dirinya.

d. Dengan berkurban, berarti seseorang telah berbakti kepada orang


lain, dimana tolong menolong, kasih mengasihi dan rasa solidaritas
dan toleransi memang dianjurkan oleh agama Islam.
L. HUKUM DAGING QURBAN
Qurban yang wajib iaitu yang dinazarkan ataupun yang ditentukan sama ada
dengan menyebut, Ini adalah qurban, maka orang yang berqurban tidak boleh
memakannya.
Dia
wajib
menyedekahkan
semuanya
sekali.
Anak kepada binatang qurban yang ditentukan juga, perlu disembelih seperti
ibunya, tetapi bezanya ia boleh dimakan kesemuanya oleh tuan yang mengurbankannya
kerana disamakan dengan hukum susu, kerana tuannya harus meminum susu binatang
qurban yang selebih daripada anaknya walaupun perbuatan itu makruh.
Bagi qurban sunat, maka tuannya sunat memakannya, iaitu yang afdhalnya dia
hendaklah memakannya beberapa suap sebagai mengambil berkat. Ini bersesuaian
dengan firman Allah subhanahu wataala:

{
}

Maksudnya:
Dengan yang demikian makanlah kamu dari (daging) binatang-binatang qurban itu
dan berilah makan kepada orang yang susah, yang fakir miskin.
(SurahAl-Hajj,22:28)
Hadith yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi pula ada menyebut bahawa
Rasulullah sallallahu alayhi wasallam telah memakan sebahagian daripada hati
binatang qurbannya. Hukum memakan daging qurban pula tidak wajib, ini berdasarkan
firman Allah subhanahu wataala:

{
}
Maksudnya:
Dan Kami jadikan unta (yang dihadiahkan kepada fakir miskin Makkah itu)
sebahagian dari syiar agama Allah untuk kamu; pada menyembelih unta yang tersebut
adakebaikanbagikamu. (Surah Al-Hajj, 22:36)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa ia dijadikan untuk kita. Setiap perkara
yang dijadikan untuk manusia, maka dia diberi pilihan sama ada mahu memakannya
atautidak.
Orang yang berqurban juga boleh menjamu kepada kalangan yang kaya, tetapi
tidak boleh diberi milik kepada mereka. Yang boleh cuma dihantar kepada mereka
sebagai hadiah yang mana mereka tidak akan menjualnya atau sebagainya
Mengikut pendapat dalam qawl jadid, orang yang berqurban boleh memakan
sebahagian daripada qurbannya. Mengikut qawl qadim pula harus memakan sebanyak
separuh,

manakala

bakinya

hendaklah

disedekahkan.

Sebahagian ulama berpendapat daging qurban dibahagikan kepada tiga


bahagian iaitu 1/3 daging disedekahkan dalam keadaan mentah, 1/3 daging dimasak dan
dibuat

jamuan

dan

1/3

daging

dimakan

oleh

orang

yang

berqurban.

Pendapat yang asah pula, adalah wajib bersedekah dengan sebahagian daripada
daging qurban walaupun sedikit kepada orang Islam yang fakir walaupun seorang.
Walau bagaimanapun, yang lebih afdhal hendaklah disedekahkan kesemuanya kecuali
memakannya beberapa suap untuk mengambil keberkatan seperti yang telah dijelaskan.
Bagi qurban sunat pula, orang yang berqurban boleh sama ada bersedekah
dengan kulit binatang tersebut atau menggunakan sendiri, seperti mana dia harus

mengambil faedah daripada binatang itu semasa hidupnya. Tetapi bersedekah adalah
lebih afdhal. Bagi qurban yang wajib pula, kulit binatang itu wajib disedekahkan.
Qurban juga tidak harus dibawa keluar dari negeri asalnya sebagaimana yang
ditetapkan dalam masalah membawa keluar zakat.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum qurban dan
aqiqah ini sunah, tetapi sunah muakadah (sunah yang amat dianjurkan untuk
dilaksanakan) bagi orang-orang yang mampu. Ibadah qurban dan aqiqah ini selain besar
pahalanya di sisi Allah Swt. Juga sangat erat kaitannya dengan aspek kemanusiaan
Khusus untuk akikah hanya dianjurkan satu kali seumur hidup.
Qurban berarti menyembelih hewan pada hari raya idul Adha dan hari tasyrik,
yaitu tanggal 11,12 dan 13 Zulhijjah dengan maksud beribadah kepada Allah Swt.
akikah adalah menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah atas kelahiran
anak. Penyembelihan hewan aqiqah ini disertai dengan pencukuran rambut anak dan
pemberian nama jika dilaksanakan sebelum diberikan nama.

B. SARAN
Terimakasih atas keritik dan saranya, karena dengan bersama-sama dalam
mendiskusikan makalah ini kami dapat mengetahui kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini baik dalam bahasa maupun bentuk tulisannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://aguslezz.wordpress.com/2010/12/06/makalah-qurban/
http://anahrahmat44artikle.blogspot.com/2011/12/makalahaqiqah.html
http://aqiqahdidepok.com /

Anda mungkin juga menyukai