Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HADIST TENTANG USIA BELAJAR DAN HUKUMAN,RAGAM


KESUKSESAN TUGAS BELAJAR

Dosen pengampu:

Ibu Mufatihatut Taubah S.AG.,M.PD.I.

Disusun oleh:

1. Ahmad Habib Ainul Huda (2010710050)


2. Moh. Abdul Ghoni (2010710056)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FALKUTAS TARBIYAH

PRODI TADRIS IPA

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang menaburkan
kehidupan dengan sarat hikmah. Dengan limpahan rahmat, inayah dan ampunan-Nya, penulis masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada manusia terbaik, Nabi Muhammad SAW,
sang penerang umat, juga kepada keluarganya yang mulia, sahabatnya yang tercinta, dan umatnya yang
setia hingga akhir zaman.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Mufatihatut Taubah S.Ag.,M.Pd.I. selaku dosen
pembimbing mata kuliah HADITS TARBAWI dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi teman-teman semua. Amin

Kudus 20 September 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI..............................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................   1

A.    Latar Belakang.................................................................................   1

B.     Rumusan Masalah............................................................................   1

C.     Tujuan Penulisan..............................................................................   1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................   2

A.    Hadits Tentang Usia Belajar dan hukumannya................................   2

B.     Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar..........................................   6         

BAB III PENUTUP...................................................................................   14

A.    Kesimpulan......................................................................................   14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................   15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Usia belajar adalah usia sekolah atau usia anak kritis. Dalam hadits ada anjuran untuk
memerintahkan anak melaksanakan shalat ketika berusia tujuh tahun, karena pada usia anak sudah
mampu menerima perintah atau sudah paham menerima perintah tersebut. Kalau pada usia sebelumnya
anak hanya ikut ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar shalat dengan baik. Konsekuensi anak
yang telah mampu belajar shalat dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika
meninggalkannya.

            Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua orang. Orang yang
belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang yang berilmu dan tugas orang yang
berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Dalam bab ini kelompok kami akan
menjelaskan tentang USIA dan TUGAS BELAJAR MENGAJAR. Semoga apa yang telah ditulis
pemakalah menjadi ilmu yang bermanfaat. amiin

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana  Hadits Tentang Usia Belajar ?

2.      Bagaiman Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Usia Belajar.

2.      Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar.

BAB II

iv
PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Usia Belajar dan Hukumannya

‫اض ِربُ ْو ُه ْم‬


ْ ‫سنِيْنَ َو‬ َ ‫صاَل ِة َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء‬
ِ ‫س ْب ِع‬ َّ ‫سلَّ َم ُم ُر ْوا أَ ْواَل َد ُك ْم بِال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ب عَنْ أَبِ ْي ِه عَنْ َج ِّد ِه قَا َل‬
َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ٍ ‫ش َع ْي‬
ُ ‫عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن‬
]1[)‫ضا ِج ِع (أخرجه أبو داود‬ ْ ُ َ
َ ‫ش ٍر َوف ِّرق ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِى ال َم‬ َ َ
ْ ‫َعل ْي َها َو ُه ْم أ ْبنَا ُء َع‬

 Terjemahan

            Dari ‘amr bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata : Rasulullah SAW bersabda:
perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka masih berusia tujuh tahun dan pukullah
mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan mereka di tempat tidurnya.
(HR. Abu Dawud)

 penjelasan

            Hadist menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama diberikan
kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara
mudah dan ringan. Diantara perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah melaksanakan
sholat, perintah memberikan hukuman bagi pelangarannya dan perintah mendidik pendidikan seks.[2]

a.       Perintah shalat

            Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya diperintah Rasul SAW, agar
perintah pada mereka melaksanakan shalat. Sabda beliau:

َ‫سنِيْن‬ َ ‫صاَل ِة َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء‬


ِ ‫س ْب ِع‬ َّ ‫ُم ُر ْوا أَ ْواَل َد ُك ْم بِال‬

Perintahlah anak-anakmu melaksanakn shalat sedangkan mereka berusia tujuh tahun.

           Kata Perintah disini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah shalat
sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. Anak sejak usia empat tahun atau lima
tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan shalat bersama-sama. Anak-anak melakukannya walaupun
dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan shalat.

            Dalam riwayat Imam Tirmidzi Rasulullah bersabda:

]3[ َ‫سنِين‬ َ َ‫صالَةَ ابْن‬


ِ ‫س ْب ِع‬ َّ ‫َعلِّ ُموا ال‬
َّ ‫صبِ َّي ال‬

“Ajarkan anak shalat sedangkan ia berumur tujuh tahun.”

Hadits ini merupakan perintah mengajarkan anak tentang syarat, rukun, dan sunnah-sunnah dalam shalat.

b.      Memberikan Hukuman bagi Pembangkangnya

ْ ‫اض ِربُ ْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم أَ ْبنَا ُء َع‬


‫ش ٍر‬ ْ ‫َو‬

dan pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun.

v
            Hadits ini perintah memberikan hukuman bagi anak yang membangkang perintahatau melanggar
larangan. Pukulan di sini maknanya adalah hukuman yang sesuai degan kondisi, bisa jadi yang dipukul
adalah batinnya dengan cara di isolasi dan lain-lain.[4]

c.       Pendidikan Seks

َ ‫َوفَ ِّرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِى ا ْل َم‬


‫ضا ِج ِع‬

dan pisahkan mereka di tempat tidurnya.

            Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, dimaksudkan menghindari fitnah seks di tempat
tidur, karena usia 10 tahun ini usia menjelang baligh atau menjelang usia remaja.

            Dalam hadits digabungkan antara perintah shalat dan perintah memisahkan mereka di tempat tidur
memberikan pelajaran mereka agar memelihara perintah-perintah Allah secara keseluruhan dan
memelihara hubungan baik antar sesama manusia.[5]

4.      pelajaran yang Dipetik dari Hadits

 kewajiban orang tua perintah shalat kepada anak-anaknya dan kewajiban mengajarkan


ilmu- ilmu berkaitan dengan kewajiban shalat.
 Pendidikan secara tegas dalam masalah kewajiban dan perlunya hukuman dan hadiah dalam
mandidik anak untuk memberikan motivasi belajar.
 Menjaga perkembangan anak dari hal-hal yang menimbulkan fitnah, terutama pada saat peralihan
remaja atau masa pubertas.
 Usia kritis (tamyiz) dan usia sekolah tujuh tahun dan usia pubertas awal menjelang baligh berusia
sepuluh tahun.

5.      Biografi Singkat Perawi Hadits

            Imam Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An Naisaburi, seorang Ahli Hadits yang termasyur,
penyusun kitab Hadits yang terkenal dengan nama “SHAHIH MUSLIM” beliau dilahirkan di Naisaburi
pada tahun 202 H. Bersamaan dengan tahun 817 M. Seorang turunan suku bani Qusayair yang ternama di
tanah arab.

            Imam Muslim telah mengumpulkan hadits sebanyak 300.000 Hadits. Kitab yang disusun oleh
Imam Muslim, selain dari kitab SHAHIH MUSLIM yang terkenal menjadi pusaka bagi umat Islam dari
zaman ke zaman, juga kitab-kitab AL MUSNADUL KABIR, AL JAMI’UL KABIR, AL ‘ILAL,
AUHAMUL MUHADDITSIN, AT TAMYIZ dan lain-lain.

            Beliau meninggal di Naisabur tahun 261 H. Bersamaan dengan tahun 875 M. Dan dimakamkan di
Nasrabad sebuah kampung dekat naisabur.[6]

B.     Hadits TentangTugas Belajar Mengajar

vi
َ‫ َو َكان‬،ً‫ش ِرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَة‬ ْ ‫ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع‬، َ‫شبَبَةٌ ُمتَقَا ِربُون‬ َ ُ‫سلَّ َم َونَ ْحن‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ أَتَ ْينَا إِلَى النَّبِ ِّي‬،ٌ‫ َح َّدثَنَا َمالِك‬:‫ قَا َل‬،َ‫عَنْ أَبِي قِالَبَة‬
‫ار ِج ُعوا‬ َ َ ْ َ َ َ َ
ْ  :‫ قا َل‬،ُ‫ فأخبَ ْرناه‬،‫سألنا َع َّمنْ تَ َر ْكنا بَ ْع َدنا‬ َ َ َ َ
َ - ‫شتَقنا‬ ْ َ َ َ َ
ْ ‫ أ ْو ق ِد ا‬- ‫شتَ َه ْينا أ ْهلنا‬ َ َ ْ ‫ظنَّ أَنا ق ِد ا‬
َ َّ َ ‫ فَلَ َّما‬،‫سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫َر‬
ُ‫صالَة‬ ‫ال‬ ‫ت‬
َّ ِ َ َ َ ِ‫ر‬ ‫ض‬ ‫ح‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫إ‬َ ‫ف‬ ،‫ي‬ ِّ ‫ل‬ ‫ص‬ َ ُ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫م‬ُ
ِ ُ َ َ ‫ت‬‫ي‬ْ َ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ‫وا‬ ُّ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫و‬
َ َ َ- ‫ا‬ ‫ه‬ ُ ‫ظ‬َ ‫ف‬ ‫ح‬
ْ َ ‫أ‬ َ ‫ال‬ ‫و‬َ
ْ َ ‫أ‬ ‫ا‬‫ه‬ ُ ‫ظ‬ َ ‫ف‬‫ح‬ْ َ ‫أ‬ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ش‬ْ َ ‫أ‬ ‫ر‬ َ
‫ك‬ َ
‫ذ‬ ‫و‬ - ‫م‬
َ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ ُ َ ِْ ِ ُ ِ ‫ه‬
ُ ‫و‬ ‫ر‬‫م‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ‫و‬‫م‬ ِّ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ق‬َ ‫أ‬َ ‫ف‬ ، ‫م‬‫ك‬ُ
ْ ِ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ه‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ِ ‫إ‬
]7[)‫ َو ْليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم (رواه البخاري‬،‫فَ ْليُ َؤ ِّذنْ لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم‬

2.      Terjemahan

            Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada kami Malik (bin al-Huwayrits) r.a. berkata:
“Kami datang kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang sebaya usia dan tinggal bersama
Beliau selama dua puluh hari. Beliau adalah seorang yang penyayang dan pengasih. Ketika .Beliau
mengira bahwa kami telah menginginkan bertemu dengan keluarga atau merindukannya, Beliau bertanya
tentang keluarga yang kami tinggalkan, dan setelah kami beritahu tentang hal itu Beliau bersabda:
“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat
serta perintahlah mereka untuk taat — dan Beliau menyebutkan beberapa hal yang aku hafal atau yang
aku tidak hafal—, shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat, apabila datang waktu shalat
hendakiah adzan salah satu di antara kamu dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.”
(HR.Bukhari).

3.      Penjelasan

            Hadits menjelaskan bagaimana kesungguhan para sahabat dalam mencari ilmu dan belajar ilmu
dari Rasulullah SAW, sekalipun mereka datang dari tempat yang jauh tidak menghalangi belajar.

            Nabi bertanya langsung tentang keadaan mereka. Setelah diberitahu keadaan yang sesungguhnya
Nabi memaklumi hal itu dan mereka dipersilakan pulang. Begitulah di antara akhlak Beliau Rasullah
dengan para sahabat yang akrab dan simpatik banyak bertanya tentang keadaannya dan keadaan keluarga.
Begitu dekatnya hubungan antara guru dan murid atau antara pimpinan dan yang dipimpin yang penuh
kasih sayang dan kekeluargaan.

            Ada beberapa hal yang dipesankan Rasulullah kepada para sahabat yang telah belajar dengan
Beliau, sebagai berikut:

a.       Pulang Kembali ke Daerah dan Mengajar

‫ َو ُم ُرو ُه ْم‬،‫ فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم َو َعلِّ ُمو ُه ْم‬،‫إِ ْر ِج ُعوا إِلَى أَ ْهلِي ُك ْم‬

“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat
serta perintahlah mereka untuk taat,

Pulang ke daerah asal adalah merupakan salah satu alternatif dan solusi bagi mereka yang sudah
merindukan keluarga. Beliau mempersilahkan para sahabat yang telah menyelesaikan belajar boleh
pulang kembali ke daerah asal.

vii
            Kemudian kalau sudah pulang ke daerah asal, karena mereka sebagai delegasi tidak boleh diam,
hendaknya mereka tinggal bersama keluarga dan masyarakat. Kemudian ajarkan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh dari Nabi Muhammad SAW.

           

Sedangkan pengajar memiliki tugas-tugas khusus yang diantaranya:

1)      Membimbing si terdidik

Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat minat dan sebagainya.

2)      Menciptakan situasi untuk pendidikan

Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan
baikdan hasil yang memuaskan.

            Tugas lain ialah memiliki pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetauan keagamaan, dan
lain-lainnya.[8]

b.      Shalat yang benar

َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ‬


‫صلِّي‬ َ ‫َو‬

            Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.

                        Shalat harus dilaksanakan dengan benar, yakni dilaksanakan secara sempurna dengan
memerhatikan syarat, rukun, dan adab-adabnya. Ini salah satu metode pembelajaran shalat yang dilakukan
oleh Nabi SAW yaitu metode demonstrasi, dimana Beliau mendemonstrasikan pelaksaan shalat
dihadapan para sahabat atau para sahabat melihat, memerhatikan dan menirukan cara Nabi shalat setiap
waktu di masjid.

c.       Adzan dan Shalat Berjamaah

‫ؤَذنْ لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم‬
ِّ ُ‫صالَةُ فَ ْلي‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫فَإِ َذا َح‬
ِ ‫ض َر‬

apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di antara kamu.

      Disini adzan berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat telah tiba, di samping ajakan melaksanakan
shalat berjamaah.

‫َو ْليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم‬

Dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.

Dalam memilih imam shalat berjamaah, yang didahulukan adalah yang banyak hafalan atau bacaan Al-
Qur’annya, kemudian yang paling alim agama dan terakhir paling tua usianya. Sebagaimana Hadits yang
diriwayatkan imam Muslim.

viii
‫ فَأ َ ْعلَ ُم ُه ْم‬،‫س َوا ًء‬
َ ‫ فَإِنْ كَانُوا فِي ا ْلقِ َرا َء ِة‬،ِ‫ب هللا‬ ِ ‫ يَ ُؤ ُّم ا ْلقَ ْو َم أَ ْق َر ُؤ ُه ْم لِ ِكتَا‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫ي‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ‫س ُعو ٍد اأْل َ ْن‬
ِّ ‫صا ِر‬ ْ ‫عَنْ أَبِي َم‬
َ
‫ َواَل‬،‫سلطانِ ِه‬ ْ ً
ُ ‫ َواَل يَ ُؤ َّمنَّ ال َّر ُج ُل ال َّر ُج َل فِي‬،‫سنا‬ ّ ْ َ َ
ِ ‫ فأق َد ُم ُه ْم‬،‫س َوا ًء‬ ْ ُ َ ً ْ َ َ
َ ‫ فإِنْ كَانوا فِي ال ِه ْج َر ِة‬،‫ فأق َد ُم ُه ْم ِه ْج َرة‬،‫س َوا ًء‬ َ ‫سن ِة‬َّ ُّ ‫ فَإِنْ كَانوا فِي ال‬،‫سنَّ ِة‬
ُ ُّ ‫بِال‬
)‫يَ ْق ُع ْد فِي َب ْيتِ ِه َعلَى تَ ْك ِر َمتِ ِه إِاَّل ِبإِ ْذنِ ِه (رواه مسلم‬

Dari Abi Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah bersabda: Orang yang terpilih menjadi imam bagi kaum
adalah orang yang paling bagus bacaan Al Qur’annya. Jika bacaan Al-Qur’an mereka sama maka yang
didahulukan adalah yang paling alim sunah di antara mereka. Jika pengetahuan sunahnya
sama maka yang didahulukan orang yang lebih dahulu hijrah ke Madinah di antara mereka. Jika hijrahnya
sama, maka yang didahulukan adalah yang Iebih tua usia mereka. Sungguh tidak boleh menjadi imam
seseorang terhadap orang lain dalam wilayah kekuasaannya dan tidak boleh duduk seseorang di rumah
orang lain sebagai penghormatan melainkan dengan izinnya. (HR. Muslim)[9]

4.      Pelajaran yang dipetik dari hadits

a.       Kewajiban ke luar dari rumah atau merantau dalam mencari ilmu jika di dalam negerinya tidak ada
yang sanggup mengajar atau tidak ada jenjang yang lebih tinggi atau tidak ada jurusan yang didalaminya,
baik yang berkaitan dengan ilmu fardu ain maupaun fardu kifayah.

b.      Sunnah bertanya bagi seorang pimpinan atau seorang guru kepada anak buah atau anak didiknya
tentang keadaannya dan keadaan keluarganya.

c.       Kasih sayang seorang guru terhadap muridnya sangat diperlukan sekalipun murid-murid itu sudah
berusia remaja.

d.      Keharusan pulang kedaerah asal setelah sukses belajar dalam tugas belajar ke luar daerah.

e.       Kewajiban mengajar, amar ma’ruf nahi mungkar dan memimpin masyarakat setelah pulang dan
terjun ke masyarakat terutama dalam keagamaan.

f.       Mendahulukan yang lebih tua usia dalam imamah jika sama dalam pengetahuan atau yang lebih
alim jika usianya sama

5.      Biografi singkat Perawi hadits

            Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu
AbdillahMuhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdzbah Al-Ju’fiy Al-Bukhari.
Beliau lebih dikenal dengan nama Bukari. Beliau lahir pada hari jum’at, tepatnya pada tanggal 13 syawal
194 H (21 Juli 810 M).

Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama
dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam
kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi.

            Beliau mempunyai banyak karya, diantaranya; Qudhaya as Shahabah wat Tabi’in, At Tarikh,Al-
Adab al Mufrad yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan
nama SHAHIH BUKHARI. Beliau wafat pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri
dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.[10]

ix
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Perintah shalat kepada anak berumur tujuh tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan shalat,
karena pada usia ini anak telah mencapai usia kritis (mumayiz) sudah mampu belajar dan berlatih shalat.
Pada usia 10 tahun pembelajaran shalat semakin ditingkatkan karena semakin dekat dengan usia baligh
yang sudah diwajibkan melaksanakan shalat. Adanya hukuman dan hadia pada usia ini supay anak
termotivasi dalam melaksanakan perintah Allah. Pendidikan seks juga diperlukan pada usia ini agar tidak
terjadi penyimpangan seksual.

            Sistem pendidikan sudah pernah dilaksanakan masa Rasulullah yaitu sejumlah orang sahabat dari
Bashrah yang dikirim tugas belajar bersama Rasulullah SAW selama 20 hari.  Disitu mereka belajar
secara langsung sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Setelah tercukupi pembekalan kaderisasi sunnah dan
terasa mereka sudah merindukan keluaraga diperkenankan pulang ke daerahnya. Tugas mereka setelah
pulang ke daerahnya adalah mengajarkan ilmu yang telah di peroleh dari Nabi, shalat yang benar
sebagaimana Nabi mengajarkan shalat, adzan, shalat berjamaah.

           

DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. 2015, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sulaiman, Abu Daud. Sunan Abi Daud. 889, Beirut: Maktabah Ashriyah

Muslim. Terjemah Shahih Muslim. 1978, Jakarta: Bulan Bintang

Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. 2007, Bandung: Pustaka Setia

al-Bukhari, Abu Abdillah, shahih Bukhari, 1422, Jakarta; Bulan Bintang

Turmudzi,Abu Musa, Al-jami’ Al-kabir Sunan Turmudzi, 1998, Beirut, maktabah syamilah

Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, 889, Beirut, Maktabah Ashriyah

[1] Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut, Maktabah Ashriyah;889), hal, 133

[2] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal,263

x
[3] Abu Musa Turmudzi, Al-jami’ Al-kabir Sunan Turmudzi, (Beirut, maktabah syamilah,1998), hal, 526

[4] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal,265

[5] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal, 267

[6] Imam Muslim, Terjemah Shahih Muslim, (Jakarta; Bulan Bintang, 1978), hal, 7

[7] Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta; Bulan Bintang, 1422), hal, 128

[8] Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2007) hal, 94

[9] Imam Muslim, Terjemah Shahih Muslim, (Jakarta; Bulan Bintang, 1978), hal,  214

[10] Abu Abdillah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta; Bulan Bintang, 1422), hal, 5

xi

Anda mungkin juga menyukai