Anda di halaman 1dari 24

PPMDI :

PEMBAHARUAN PEMIKIRAN
DALAM ISLAM

DOSEN : Dr.Hj.SANAWIAH, S.Ag.,MH


PENGERTIAN pembaharuan adalah
modernisasi.

Kata modernisasi lahir dari dunia


barat
Dalam masyarakat barat kata modernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan,
dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya.
Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk
menyesuiakan paham keagamaan Islam
dengan perkembangan dan yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan
dan terknologi modern

Dengan demikian pembaharuan dalam


Islam bukan berarti mengubah,
mengurangi atau menambahi teks Al-
Quran maupun Hadits, melainkan
hanya menyesuaikan paham atas
keduanya.
Sesuai dengan perkembangannya zaman,
hal ini dilakukan karena betapapun
hebatnya paham-paham yang dihasilkan
para ulama atau pakar di zaman lampau
itu tetap ada kekurangannya dan selalu
dipengaruhi oleh kecendrunagan,
pengetahuan, situasional, dan
sebagainya.
Paham-paham tersebut untuk
di masa sekarang mungkin
masih banyak yang relevan
dan masih dapat digunakan,
tetapi mungkin sudah banyak
yang tidak sesuai lagi.
Kata tajdid sendiri secara bahasa
berarti “mengembalikan sesuatu
kepada kondisinya yang
seharusnya”.Dalam bahasa Arab,
sesuatu dikatakan “jadid” (baru),
jika bagian-bagiannya masih erat
menyatu dan masih jelas.
Maka upaya tajdid seharusnya
adalah upaya untuk mengembalikan
keutuhan dan kemurnian Islam
kembali.Atau dengan ungkapan
yang lebih jelas.
Thahir ibn ‘Asyur
mengatakan,Pembaharuan agama itu
mulai direalisasikan dengan mereformasi
kehidupan manusia di dunia.

Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan


upaya mengembalikan pemahaman yang
benar terhadap agama sebagaimana
mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya
dengan mereformasi amalan-amalannya,
dan juga dari sisi upaya menguatkan
kekuasaan agama.
Syariat Islam satu-satunya syariat
samawiyah yang mungkin mengalami
tajdid.

Sebabnya dasar pijakannya masih


terjaga dengan sangat jelas hingga
saat ini, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Sedangkan,Syariat agama Yahudi atau
Kristen –misalnya-, keduanya tidak
mungkin mengalami tajdid, sebab pijakan
yang sesungguhnya sudah tidak ada.Yang
ada hanyalah “apa yang disangka”
sebagai pijakan, padahal bukan.
Tidak mengherankan jika kemudian aliran
Prostestan menerima “kemenangan”
akal dan sains atas agama, sebab
gereja pada mulanya tidak
menerimanya, sebab teks-teks Injil
tidak memungkinkan untuk itu.

Dan yang seperti sama sekali tidak


dapat disebut sebagai tajdid.
Dalam Islam , seputar ide tajdid ini,
Rasulullah saw. telah menegaskan
dalam haditsnya tentang kemungkinan
itu.
Beliau mengatakan, yang
artinya:“Sesungguhnya Allah akan
mengutus untuk ummat ini pada setiap
pengujung seratus tahun orang yang
akan melakukan tajdid (pembaharuan)
terhadap agamanya.” (HR. Abu Dawud ,
no. 3740).
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw
di sini tentu bukanlah mengganti atau
mengubah agama.

 Akan tetapi –seperti dijelaskan oleh


Abbas Husni Muhammad maksudnya
adalah mengembalikannya seperti
sediakala dan memurnikannya dari
berbagai kebatilan yang menempel
padanya disebabkan hawa nafsu manusia
sepanjang zaman.
upaya tajdid sama sekali tidak
membenarkan segala upaya mengoreksi
nash-nash syar’i yang shahih, atau
menafsirkan teks-teks syar’i dengan
metode yang menyelisihi ijma’ ulama
Islam.Sama sekali bukan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tajdid dalam Islam mempunyai 2 bentuk:

Pertama, memurnikan agama -setelah


perjalanannya berabad-abad lamanya- dari
hal-hal yang menyimpang dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Konsekuensinya tentu saja
adalah kembali kepada bagaimana
Rasulullah saw dan para sahabatnya
mengejawantahkan Islam dalam keseharian
mereka.
Kedua, memberikan jawaban
terhadap setiap persoalan baru
yang muncul dan berbeda dari
satu zaman dengan zaman yang
lain.
Meski harus diingat, bahwa
“memberikan jawaban” sama
sekali tidak identik dengan
membolehkan atau
menghalalkannya.
Islam mempunyai jawaban terhadap hal
itu.Berdasarkan ini pula, maka kita dapat
memahami bahwa bidang-bidang tajdid
itu mencakup seluruh bagian ajaran
Islam.Tidak hanya fikih, namun juga
aqidah, akhlaq dan yang lainnya.Tajdid
dapat saja dilakukan terhadap aqidah, jika
aqidah ummat telah mengalami
pergeseran dari yang seharusnya.
Tajdid, Ishlah, dan Reformasi Tajdid
sering diartikan sebagai ishlah dan
reformasi; karena itu, gerakannya
disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah,
dan gerakan reformasi.
Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa
al-ihya’ , mengembalikan dan
menghidupkan.
Tajdid al-din, berarti
mengembalikannya kepada apa yang
pernah ada pada masa salaf,
generasi muslim awal.
Tajdidal-Din menurut istilah ialah
menghidupkan dan membangkitkan ilmu
dan amal yang telah diterangkan oleh al-
Quran dan al-Sunnah.

Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid


sebagai berikut :
Menerangkan/membersih-kan Sunnah
dari bid’ah memperbanyak ilmu dan
memu-liakannya, membenci bid’ah dan
menghilangkannya”.

Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai


penyebaran ilmu, meletakkan pemecahan
secara Islami terhadap setiap problem
yang muncul dalam kehidupan manusia,
dan menentang segala yang bid’ah.
Tajdid tersebut di atas dapat pula
diartikan sebagaimana dikatakan oleh
ulama salaf menghidupkan kembali ajaran
salaf al-shaleh, meme-lihara nash-nash,
dan meletakkan kaidah-kaidah yang
disusun untuknya serta meletakkan
metode yang benar untuk memahami
nash tersebut dalam mengambil mak-na
yang benar yang sudah diberikan oleh
ulama.
Reformasi sebagai akibat adanya
penyimpangan agama dan teologi yang
disebabkan oleh adanya sekularisme
modern.

(Reformation as a religious and


theological and the cauce of modern
secularism).2. ‘Ashriyah dan Modernisasi
WASSLAMU’ALAIKUM WR. WB

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai