Anda di halaman 1dari 22

DIYAT DAN TA’ZIR

“Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Jinayah Syiasyah”

Dosen Pengampu : H. Rudi Hartono, MH

Di susun Oleh

Kelompok 3

1. Holilah 2019010037
2. Mufirotun Wasilah 2019010069
3. Ratna Mulyani 2019010105

STITAL-KHAIRIYAHCITANGKIL
Jl.H.EnggusArjaNo.01CitangkilCilegonBantenTelp.(0254)389606

Email:stitalkhairiyahclg@gmail.com

TAHUNPELAJARAN2020

i
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami penjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan sehat wal'afiyat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Fiqih Jinayah Syiyasyah yang berjudul"Diyat dan ta’zir".

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
materi maupun pikirannya. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat pada diri
kami sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati, kami memyadari bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca guna meningkatkan dan memperbaiki dalam membuat
makalah yang lain diwaktu yang akan datang.

Cilegon, 08 Maret 2021

Penyusun

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

4
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang dasar-dasar hukumnya bersumber dari Al


Qur’an, hadist, dan Ar-ra’yu sehingga dalam pelaksanaan hukumannya. Islam
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Adapun aturan-aturan yang
telah di gariskan, islam sebagai agama Rahmatal’lilalamin, senatiasa berisikan
aturan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, yang
akhir-akhir ini menjadi dalih semua orang untuk mendapatkan keadilan,
bahkan hukuman yang telah lama ada dan bersumber langsung dari Allah
SWT ini, merupakan hukuman yang seadil-adilnya karena hokum di Islam
berlandaskan Qishas, yaitu hukuman balasan. Contohnya, apabila orang
membunuh maka orang tersebut harus di hokum mati juga. Kemudian, di
Islam juga di kenakan macam-macam hukuman untuk hukuman ta’zir.
Semisal hukuman mati, hukuman jilid, dan lain-lain sesuai tingkat ringan
maupun berat atas sesuatu kesalahan atau kejahatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar hukum dan pengertian diyat?
2. Apa saja hal-hal kejahatan yang memunculkaan diyat?
3. Apa pengertian, dasar hukum dan macam-macam ta’zir?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dasar hukum dan pengertian diyat

5
2. Untuk mengetahui hal-hal kejahatan yang memunculkaan diyat?

3. Untuk mengetahui pengertian, dasar hukum dan macam-macam ta’zir?

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum dan Pengertian Diyat dalam Islam

‫يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم القصاص في القتلى الحر بالحر والعبد بالعبد واألنثى باألنثى فمن‬

‫ ذلك فله عذاب‬o‫عفي له من أخيه شيء فاتباع بالمعروف وأداء إليه بإحسان ذلك تخفيف من ربكم ورحمة فمن بعد‬
‫أليم اعتدى‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.

Pengertian diyat adalah denda/suatu harta yang wajib di berikan pada ahli
waris dengan sebab melukai jiwa atau anggota badan yang lain pada diri manusia.
Diyat terbagi kedalam dua macam yaitu:

6
1) Diyat mugholadloh(denda yang berat):yaitu di sebabkan karna membunuh
seorang yang merdeka islam secara sengaja.

2) Diyat mukhafafah (diyat ringan) yaitu di sebabkan karna pembunuhan


seseorang islam tanpa disengaja.1

Tidak semua kejahatan dapat mendatangkan qishas ataupun diyat,hanya


beberapa hal yaitu yang hanya terdapat pada firman alloh dan hadist-hadist yang
socheh,Adapun beberapa kejahatan yang dapat berakibat diyat bagi si pelaku salah
satunya yang peling dominan pada hal criminal yaitu pembunuhan ataupun
melukai bagian fisik lain seorang muslim.sedangkan hal yang lain
seperti,pencurian,zina,dll itu masuk bagian bab yang lain.

B. Hal-hal kejahatan yang dapat berakibat pada munculnya diyat

a. Pembunuhan terhadap muslim laki-laki

Pembunuhan ada tiga yaitu:

Pembunuhan yang benar-benar di sengaja.2 Adapun diyat yang harus di


tanggung bagi pelaku jani jika ahli waris memaafkan yaitu:100 ekor unta
yang berbeda dalam masing-masing dan hal tersebut dapat di kelompokan
sebagai berikut:

َ َ‫ون‬ooُ‫ ( اَلدِّيَةُ ثَاَل ث‬:ُ‫ ع َْن َج ِّد ِه َرفَعَ ه‬,‫ ع َْن أَبِي ِه‬,‫ب‬ ِ ‫ ِم ْن طَ ِر‬: ُّ‫ َواَلتِّرْ ِم ِذي‬,َ‫َوأَ ْخ َر َجهُ أَبُو دَا ُود‬
ٍ ‫يق َع ْم ِر ِو ْب ِن ُش َع ْي‬
) ‫ َوأَرْ بَعُونَ خَ لِفَةً فِي بُطُونِهَا أَوْ اَل ُدهَا‬,ً‫ َوثَاَل ثُونَ َج َذ َعة‬,ً‫ِحقَّة‬

Artinya: Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Amar dan Ibnu
Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radliyallaahu 'anhu dalam hadits
marfu': "Diriwayatkan 30 ekor hiqqah, 30 ekor jadz'ah, dan 40 ekor unta
bunting yang diperutnya ada anaknya.

1
Ahmad wardi muslich, Hukum Pidan Islam, (Jakarta: Sinar grafika, 2005), hlm 249
2
Abu amar,imron.1983.terjemahan fat-hul qarib.kudus.menara kudus.hal.110

7
30 ekor unta hiqqah(yang telah berumur 3 tahun)

30 ekor unta jadza’ah(yang telah berumur 4 tahun)

40 ekor unta khalifah(unta yang telah positif bunting) yang dinyatakan oleh
ahli dan disaksikan oleh dua orang yang adil.3

Pembunuhan seperti di sengaja.adapun diyat bagi si jani yaitu sama


denganpembunuhan dengan sengaja,yaitu dangan 100 ekor unta dengan
pengelompokan yang sama.

َ‫ َواَل يَ ْقتَ ُل‬,‫ال َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( َع ْق ُل ِش ْب ِه اَ ْل َع ْم ِد ُمغَلَّظٌ ِم ْث ُل َع ْق ِل اَ ْل َع ْم ِد‬
َ َ‫ ق‬:‫َو َع ْنهُ قَا َل‬
ُ‫ح ) أَ ْخ َر َجه‬
ٍ ‫ َواَل َح ْم ِل ِساَل‬,‫ض ِغينَ ٍة‬
َ ‫اس فِي َغي ِْر‬ ِ َّ‫ فَتَ ُكونُ ِد َما ٌء بَ ْينَ اَلن‬, ُ‫ َو َذلِكَ أَ ْن يَ ْن ُز َو اَل َّش ْيطَان‬,ُ‫صا ِحبُه‬
َ
ُ‫ض َّعفَه‬ ْ ُ‫ارق‬
َ ‫طنِ ُّي َو‬ َ ‫اَل َّد‬

Artinya: Dari dia bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


"Diyat orang yang membunuh seperti disengaja itu berat, seperti diyat orang
yang membunuh dengan sengaja, namun pembunuhnya tidak dibunuh. Yang
demikian itu karena godaan syetan sehingga terjadi pertumpahan darah antara
orang-orang tanpa rasa dengki dan tanpa membawa senjata." riwayat
Daruquthni.

Dan pembunuhan yang tidak di sengaja atau kekliruan(khata’) adapun


diyatnya sebagai berikut.

َ َ‫ ِع ْشرُون‬:‫ ( ِديَةُ اَ ْل َخطَأ َ أَ ْخ َماسًا‬:‫َوع َْن اِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد رضي هللا عنه ع َْن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
ُ‫ َو ِع ْشرُونَ بَنِي لَبُو ٍن ) أَ ْخ َر َجه‬,‫ت لَبُو ٍن‬ ِ ‫ َو ِع ْشرُونَ بَنَا‬,‫َاض‬ ِ ‫ َو ِع ْشرُونَ بَنَا‬,ً‫ َو ِع ْشرُونَ َج َذ َعة‬,ً‫ِحقَّة‬
ٍ ‫ت َمخ‬
‫ ( بُنِ َي لَبُو ٍن ) َوإِ ْسنَا ُد اَأْل َ َّو ِل‬:‫ بَ َد َل‬, ) ‫اض‬ ْ ُ‫اَل َّدا َرق‬
ٍ ‫ ( َو ِع ْشرُونَ بِنِي َم َخ‬:‫ بِلَ ْف ٍظ‬,ُ‫طنِ ُّي َوأَ ْخ َر َجهُ اَأْل َرْ بَ َعة‬
ِ ُ‫صحُّ ِم ْن اَ ْل َمرْ ف‬
‫وع‬ َ َ‫ َوهُ َو أ‬,‫أَ ْق َوى َوأَ ْخ َر َجهُ اِبْنُ أَبِي َش ْيبَةَ ِم ْن َوجْ ٍه آ َخ َر َموْ قُوفًا‬

3
As,ad, aliy.1979.terjemah fathul mu,in.yogyakarta.menara kudus.hal.268

8
Artinya: Dari Ibnu Mas'ud bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Denda bagi yang membunuh karena kekeliruannya seperlima-
seperlima dari 20 ekor hiqqah (unta yang memasuki tahun keempat), 20 ekor
jadz'ah (unta yang memasuki tahun kelima), 20 ekor bintu labun (unta betina
yang memasuki tahun ketiga), dan 20 ekor ibnu labun (unta jantan yang
memasuki tahun ketiga). Riwayat Daruquthni. Imam Empat juga
meriwayatkan hadits tersebut dengan lafadz: 20 ibnu makhodl menggantikan
lafadz labun. Sanad hadits pertama lebih kuat. Ibnu Abu Syaibah
meriwayatkan dari jalan lain secara mauquf. Ia lebih shahih daripada marfu'.

Diyat yang harus di tanggung oleh pelaku jani terhadap ahliwaris dari
korban pembunuhan yang khata’ ialah,100 ekor unta yang di tentukan dalam
5 kelompok jenisnya yaitu:

20 ekor unta hiqqah

20 ekor unta jadza’ah

20 ekor unta makhadh

20 ekor unta bintu labun

20 ekor unta ibnu labun.

Adapun diyat pembunuhan orang wanita,maka adalah separoh dari


diyat pembunuhan orang laki-laki,jika pelaku jinayat belum baligh atau
dewasa maka wajib di tahan kecuali ada jaminan yang setara dengan diyat
yang di tanggung pelaku jina hal ini berlaku pada selain pembegal,jika pelaku
jani tidak dapat membayar diyat seketika maka diyat dapat di angsur selama
tiga tahun dengan ansuran setiap akhir tahun.4

4
As’ad,aliy.op.cit.hal.270-274

9
Adapun diyat bagi orang yahudi, nasrani kafir mustakam,maka
diyatnya yaitu sepertiga diyat orang islam, baik membunuh atau melukai.
Sedangkan untuk kafir dzimmi yaitu setengah dari diyat kaum muslimin dan
kafir mu’ahad setengah diyat orang merdeka,

َُ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( َع ْق ُل أَ ْه ِل اَل ِّذ َّم ِة نِصْ فُ َع ْق ِل اَ ْل ُم ْسلِ ِمينَ ) َر َواهُ أَحْ َمد‬:‫َو َع ْنهُ قَا َل‬
,‫ ( َع ْق ُل اَ ْل َمرْ أَ ِة ِم ْث ُل َع ْق ِل اَل َّر ُج ِل‬:‫ ( ِديَةُ اَ ْل ُم َعا ِه ِد نِصْ فُ ِديَ ِة اَ ْل ُح ِّر ) َولِلنِّ َسائِ ِّي‬:َ‫ َولَ ْفظُ أَبِي دَا ُود‬.ُ‫َواأْل َرْ بَ َعة‬
َ‫ص َّح َحهُ اِبْنُ ُخ َز ْي َمة‬ َ ُ‫َحتَّى يَ ْبلُ َغ اَلثُّل‬
َ ‫ث ِم ْن ِديَتِهَا ) َو‬

Artinya: Dari dia Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi


wa Sallam bersabda: "Diyat kafir dzimmi (kafir yang keamanannya atas
tanggung jawab pemerintah Islam) setengah diyat kaum muslimin." Riwayat
Ahmad dan Imam Empat. Sedang lafadz menurut riwayat Abu Dawud: Diyat
kafir mu'ahad (yang terikat perjanjian dengan pemerintahan Islam) setengah
diyat orang merdeka." Menurut Nasa'i: "Diyat perempuan setengah diyat
laki-laki hingga sepertiga diyatnya." Hadits dinilai shahih oleh Ibnu
Khuzaimah.

b. Penganiayaan terhadap muslim

Sedangkan diyat dalam hal penganiayaan atau mencederai jika yang di


cederai adalah anggota badan yang tunggal yang membawa banyak
kemanfaatan dan kebaikan seperti lidah,maka diyatnya sama dengan diyat
dari pembunuhan secara di sengaja atau diyat mugholadloh,namun jika yang
di cederai salah satu dari anggota yang ganda seperti kedua kaki dan tangan
maka maka separoh dari diyat,namun jika keduanya berlaku hukum diyat
penuh.5

5
As,ad,ali.op.cit.hal.272-273

10
َ:‫يَ ْعنِي‬- ‫ ( هَ ِذ ِه َوهَ ِذ ِه َس َوا ٌء‬:‫ ع َْن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬,‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما‬ ِ ‫س َر‬ٍ ‫َوع َْن اِ ْب ِن َعبَّا‬
ُ‫ اَلثَّنِيَّة‬:‫ َواأْل َ ْسنَانُ َس َوا ٌء‬,‫صابِ ِع َس َوا ٌء‬
َ َ ‫ ( ِديَةُ اَأْل‬:َّ‫اريُّ وَأِل َبِي دَا ُو َد َواَلتِّرْ ِم ِذي‬
ِ ‫ص َر َواإْل ِ ْبهَا َم ) َر َواهُ اَ ْلبُ َخ‬
َ ‫اَ ْل ُخ ْن‬
َ‫َوالضِّ رْ سُ َس َوا ٌء ) وَاِل ْب ِن ِحبَّان‬

: ( ‫ َع َش َرةٌ ِم ْن اَإْل ِ بِ ِل لِ ُكلِّ إصْ بَ ٍع‬,‫صابِ ِع اَ ْليَ َدي ِْن َوال ِّرجْ لَ ْي ِن َس َوا ٌء‬
َ َ‫) ِديَةُ أ‬

Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Ini dan ini sama saja -yaitu jari kelingking dan ibu jari-." Riwayat Bukhari.
Menurut riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi: "Denda jari sama-sama dan gigi-
gigi juga sama; gigi depan dan geraham sama." Menurut Riwayat Ibnu Hibban:
"Denda jari-jari kedua tangan dan kaki sama, sepuluh unta untuk setiap jari."

َ.ُ‫ َواأْل َرْ بَ َعة‬.ُ‫ خَ ْمسٌ ِم ْن اَإْل ِ بِ ِل ) َر َواهُ أَحْ َمد‬, ٌ‫ح خَ ْمس‬ ِ ‫ض‬ ِ ‫ ( فِي ْال َم َوا‬:‫ي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ َّ ِ‫َو َع ْنهُ; أَ َّن اَلنَّب‬
‫ َوابْنُ اَ ْل َجارُو ِد‬,َ‫ص َّح َحهُ اِبْنُ ُخ َز ْي َمة‬ َ َ ‫ ( َواأْل‬:ُ‫َو َزا َد أَحْ َمد‬
َ ‫ َع ْش ٌر ِمنَ اَإْل ِ بِ ِل ) َو‬,ٌ‫ ُكلُّه َُّن َع ْشر‬,‫صابِ ُع َس َوا ٌء‬

Artinya: Dari dia bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


"Luka yang tulangnya tampak dendanya lima, yaitu lima ekor unta." Riwayat
Ahmad dan Imam Empat. Ahmad menambahkan: "Dan jari-jari masing-masing
sepuluh unta." Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Jarud.

Jadi diyat untuk setiap pemotongan sebuah jari itu sama,baik jari
jempol,kelingking yaitu diyatnya sepuluh ekor unta,dan setiap masing-masing
sebuah gigi diyatnya adalah lima ekor unta,dan begitu juga dengan diyat dari
luka yang tulangnya nampak.6

C. Pengertian Jarimah Ta’zir

Jarimah Ta’zir secara bahasa adalah memberi pengajaran (al-ta’dib).


Sedangkan jarimah Ta’zir menurut hukum pidana islam adalah tindakan yang
berupa edukatif (pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada
6
As,ad,ali.op.cit.hal.273

11
sanksi hadd dan kifaratnya. Atau kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat
edukatif dan hukumannya di tentukan oleh hakim, atau pelaku tindak pidana atau
pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syari’at.7

Dapat dijelaskan bahwa dijelaskan ta’zir adalah suatu istilah untuk


hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’,
dikalangan para fuqoha jarimah yang hukumannya belum di tetapkan oleh syara’
disebut dengan jarimah ta’zir. Dapat dipahami juga bahwa jarimah ta’zir terdiri
atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak di kenakan hukuman had dan tidak
pula kifarat. Jadi, hukuman ta’zir tidak mempunyai batas-batas hukuman tertentu,
karena syara’ hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, mulai dari yang
seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya. Dengan kata lain, hakim yang
berhak menetukan macam tindak pidana beserta hukumannya, karena
hukumannya belum di tentukan oleh syara’.

Dengan demikian ciri khas dari jarimah ta’zir adalah :

1) Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut


belum di tentukan oleh syara’.

2) Penetuan hukuman tersebut adalah oleh hakim.

Aturan hukum pidana islam yang paling fleksibel terdapat pada jarimah
ta’zir, Pada kategori jarimah ini, baik kriminalisasi suatu perbuatan maupun
hukumannya diserahkan kepada Hakim. Jadi ta’zir merupakan hukuman bagi
perbuatan pidana (jarimah) yang tidak ada ketetapannya nas tentang hukumnya.8

7
Rokhmadi, Reformasi Hukum Pidana Islam, (semarang: RASAIL Media
Group,2009), Cet. 1, hlm 66

8
Muhammad syahrur, Limitasi Hukum Pidana Islam,(semarang Walisongo
Press,2008), hlm 34

12
1) Jika dilihat dari eksistensinya jarimah ta’zir sama dengan jarimah hudud,
karena keduanya sama-sama sebagai pengajaran (al-ta’lib) untuk mencapai
kemaslahatan dan sebagai tindakan preventif yang macam hukumnya
berbeda-beda sesuai jenis perbuatan dosaatau tindak pidana yang dilakukan.
Jika pada jarimah hudu sudah ditentukan secara pasti dan jelas hukuman-
hukumannya, dan tidak bisa dirubah atau diganti, sedangkan pada jarimah
ta’zir belum ditentukan hukumannya.

Mengenai macam-macam hukuman yang ada pada jarimah ta’zir adalah


mulai dari memberi nasehat atau peringatan, hukuman cambuk, penjara, dan
lain-lain, bahkan sampai hukuman mati, jika jarimah yang dilakukan benar-
benar sangat membahayakan, baik yang dirasakan oleh dirinya maupun
masyarakat. Oleh karena itu hakim boleh memilih hukuman tersebut tentunya
disesuaikan dengan jenis perbuatan atau tindak pidana yang dilakukan, baik
mengenai kkriteria pelakunya maupun factor-faktor penyebabnya.

Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa Umar bin khathab ra. Pernah
menjatuhkan hukuman ta’zir dan pembinaan dengan memotong rambut,
mengasingkan, dan cambuk. Sebagaiman dia juga pernah membakar warung
para tukang khamar serta kampong tempat perjualan khamar. Dia juga
membakar istana Sa’ad bin Abi Waqqash di kufah lantaran keberadaan istana
ini membuatnya tertutup dengan rakyat. Dia membuat cambuk untuk memukul
orang yang layak mendapatkan cambukan serta membuat bangunan penjara dan
mencambuk wanita yang meratapi jenazah hingga rambutnya terlihat. Tiga
imam Fiqih mengatakan itu wajib, syafi’I mengatakan tidak wajib.

Pelaksanaan hukuman pada jarimah ta’zir yang sudah diputuskan oleh


hakim, juga menjadi hak penguasa Negara atau petugas yang ditunjuk olehnya.
Hal ini oleh karena hukuman itu disyari’atkan untuk melindungi masyarakat,
dengan demikian hukuman tersebut menjadi haknya dan dilaksanakan oleh

13
wakil masyarakat, yaitu penguasa Negara seperti presiden atau aparat Negara.
Orang lain, selain penguasa atau orang yang ditunjuk oleh nya tidak boleh
melaksankan hukuman ta’zir, meskipun hukuman tersebut menghilangkan
nyawa. Apabila iamelaksanakan sendiri dan hukumannya berupa hukuman mati
sebagai ta’zir maka ia dianggap sebagai pembunuh, walaupun sebenarnya
hykuman mati tersebut adalah hukuman yang menhilanhkan nyawa.9

Dari uraian tersebut di atas terlihat adanya perbedaan pertanggung


jawaban dari pelaksanaan hukuman yang tidak mempunyai wewenang, dalam
melaksanakan hukuman mati sebagai had dan sebagai ta’zir. Orang yang
melaksanakan sendiri hukuman mati sebagai had, tidak dianggap sebagai
pembunuh, sedangkan yang melaksanaakan sendiri hukuman mati sebagai ta’zir
dianggap sebagai pembunuh. Perbedaan tersebut disebabkan , karena hukuman
had adalah hukuman yang sidah pasti yang tidak bias digugurkan atau
dimaafkan, sedangkan hukuman ta’zir masih bias dimaafkan oleh penguasa
Negara, apabila situasi dan kondisi menghendaki untuk dimaafkan dengan
berbagai pertimbangan.

Macam-macam jarimah Ta’zir

Dapat dijelaskan bahwa dari hak yang dilanggar, jarimah ta’zair dapat
dibago kepada dua bagian, yaitu

1) Jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah;

2) Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu.

Dari segi sifatnya, jarimah ta’zir dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu

a. Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat;


9
Ahmad Wardi muslich, Op. Cit, hlm 171

14
b. Ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum;

c. Ta’zir karena melakukan pelanggaran.

Di samping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta’zir juga
dapat di bagi menjadi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud atau qishas, tetapi
syarat-syaratnya tidak dipenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang
tidak mencapai nishab, atau oleh keluaraga sendiri.

2) Jarimah ta’zir yang jenisnya disebutkna dalam nas syara’ tetapi hukumannya
belum ditetapkan, sepeti riba, suap,dan mengurangi takaran dan timbangan.

3) Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh
syara’.

Jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti pelanggaran
disiplin pegawai pemerintah.

Abdul aziz amir membagi secara rinci kepada beberapa bagian, yaitu

1) Jarimah ta’zir yang berkaitan denag pembunuhan;

2) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan perlukaan;

3) Jarimah ta’zir yang berkaitna dengan kejahatan kehormatan dan kerusakan


akhlak;

d) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta.

e) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu;

f) Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan keamanan umum.

15
Macam-macam hukuman jarimah Ta’zir

Hukuman ta’zir adalah jumlahnya sangat banyak, karena mencakup semua


perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ dan diserahkan
kepada ulil amri utnuk mengaturnya dari hukuman yang paling ringan sampai yang
paling berat. Dalam penyelesaian perkara yang termasuk jarimah ta’zir, hakim diberi
wewenang untuk memilih diantara kedua hukuman tersebut,mana yang sesuai dengan
jarimah yang dilakukan oleh palaku.

Dalam ta’zir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari Allah dan
rasulnya), dan Qodhi diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman
yang akan dikenakan kadarnya.10

Melukai atau penganiayaan bisa sengaja, semi sengaja, dan kesalahan. Dalam
hal ini para ulama membaginya menjadi lima macam, yaitu:

1) Ibanat al-athraf, yaitu memotong anggota badan, termasuk di dalamnya


pemotongan tangan, kaki, hidung, gigi, dan sebagainya.

2) Idzhab ma’a al-athraf, yaitu menghilangkan fungsi anggota badan (anggota badan
tetap ada tapi tidak bisa berfungsi), misalnya membuat korban tuli, buta, bisu, dan
sebagainya.

3) As-syaj, yaitu pelukaan terhadap kepala dan muka (secara khusus)

4) Al-jarh, yaitu pelukaan terhadap selain wajah dan kepala termasuk di dalamnya
yang tidak masuk ke dalam perut atau rongga dada dan yang masuk ke dalam
perut atau anggota dada.

10
Abdur rahman, tindak pidana dalam syariat islam, (Jakarta): Rineka cipta, 1992),
hlm 14

16
5) Pelukaan yang tidak termasuk ke dalam salah satu dari empat jenis pelukaan di
atas.

Jenis-jenis hukam ta’zir ini adalah sebagai berikut :

1) Hukumann Ta’zir yang Berkaitan dengan Badan

a. Hukuman mati

Dalam makalah-makalh sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukuman


mati ditetapkan sebagai hukuman qishash utnuk pembunuhan sengaja dan
sebagai hukuman had untuk jarimah hirabah, zina muhson, riddah, dan
jarimah pemberontakan. Untuk jarimah ta’zir, hukuman mati ini di terapkan
oleh para fuqoha secara beragam. Hanafiyah membolehkan kepada ulil amri
untuk menerapakan hukuman mati sebagai ta’zir dalam jarimah-jarimah yang
jenisnya diancam dengan hukuman mati apabila jarimah tersebut dilakukan
berulang-ulang. Contohnya pencurian yang berulang-ulang dan menghina
nabi beberapa kali yang dilakukan oleh kafir dzimmi, meskipun setelah itu ia
masuk islam.

b. Hukuman jilid (Dera)

Alat yang digunakan untuk hukuman jilid ini adalah cambuk yang
pertengahan (sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalau kecil) atau tongkat.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh imam Ibn Taimiyah, dengan alas an
karena sebaik-baiknya perkara adlah pertengahan.

Apabila orang yang dihukum ta’zir itu laki-laki maka baju yang
menghalanginya sampainya cambuk ke kulit harus dibuka. Akan tetapi,
apabila orang terhukum itu seorang perempuan maka bajunya tidak boleh
dibuka, karena jika demikian akan ternukalah auratnya.

2) Hukuman yang Berkaitan dengan Kemerdekaan

17
a. Hukuman penjara

Maksud hukuman penjara disini bukanlah menahan pelaku di tempat


yang sempit, melainkan menahan sseorang yang mencegahnya agar ia tidak
melakukan perbuatan hukum, baik penahanan tersebut di dalam rumah, atau
masjid, maupun ditempat lainnya. Penahan itulah yang dilakukan pada masa
nabi dan Abu bakar. Artinya, pada masa Nabi dan Abu bakar tidak ada
tempat yang khusus disediakan untuk menahan seseorang pelaku.

b. Hukuman pengasingan

Hukuman pengasingan termasuk hukuman had yang diterapkan untuk


pelaku tindak pidana hirabah (perampokan) berdasarkan Qs. Al- Maidah ayat
33 :

‫إنما جزاء الذين يحاربون هللا ورسوله ويسعون في األرض فسادا أن يقتلوا أو يصلبوا أو تقطع أيديهم‬

‫وأرجلهم من خالف أو ينفوا من األرض ذلك لهم خزي في الدنيا ولهم في اآلخرة عذاب عظيم‬

Yang artinya :

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi


Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan di mka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau di potong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya) (QS. Al-Maidah:33)

3) Hukuman Ta’zir yang Berkaitan dengan Harta

Para ulama berpendapat tentang dibolehkannya hukuman ta’zir dengan


cara mengambil harta. Pendapat ini di bolehkan apabila dipandang membawa
maslahat. Pengambilan harta ini bukan semata untuk diri hakim atau untuk
kas umum (Negara), melainkan hanya menahannya untuk sementara waktu.
Adapun apabila pelaku tidak bias di harapkan untuk bertobat maka hakim

18
dapat men-tasarufkan harya tersebut untuk kepentingan yang mengandung
maslahat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir.

Pengertian ta’zir secara bahasa adalah memberi pengajaran.

Sedangkan pengertian jarimah ta’zir adalah tindakan yang berupa edukatif


(pengajaran) terhadap pelaku perbuatan dosa yang tindkannya tidak ada sanksi
had dan kifaratnya. Atau dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat

19
edukatif yang ditentukan oleh hakim, terhadap pelaku tindak pidana atau pelaku
perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syari’at.

Mengenai macam-macam hukuman yang ada pada jarimah ta’zir adalah


mulai dari memberi nasehat, peringatan, hukuman cambuk, penjara, dan lain-lain,
bahkan sampai hukuman mati, jika jarimah uang dilakukan benar-benar sangat
membahayakan, baik yang diraskan oleh dirinya maupun masyarakat oleh karena
itu hakim boleh memilih hukuman mulai yang paling ringan smapai yang paling
berat. Pemberian berat hukuman tersebut tentunya disesuaikan dengan jenis
perbuata atau tindak pidana yang dilakukan baik mengenai kriteria maupun
factor-faktor penyebabnya.

Orang yang tidak dapat dikenai hukuman :

1. Orang yang gila sampai dia sadar

2. Anak-anak sampai dia mencapai usia dewasa/baligh

3. Orang yang tidur sampai dia bangun”.

B. Penutup

Alhamdulillah, Demikian makalah ini yang telah kami buat dan kami
paparkan, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. maka dari
itu kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapakan. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pemakalah khusunya dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amiin

20
DAFTAR PUSTAKA

Abu amar, .imron.1983.terjemahan fat-hul qarib.kudus.menara kudus

As’ad,Drs.h.ali.1979.terjemahan fathul mu’in.yogyakarta.menara kudus

Husain,rahman bin.matnu ghoyatu wataqribu.surabaya.al-miftah

Muslich, Ahmad wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,2005.

21
Rokhmadi, Reformasi Hukum Pidana Islam, Semarang: Rasail Media Group

Syahrur, Muhammad, Limitasi Hukum Pidana Islam, Semarang: Walisongo Press.


2008

22

Anda mungkin juga menyukai