Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Memahami Hadist Tarbawi Tentang Usia Belajar dan Tugas Belajar


Mengajar
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengaruh Pendidikan

Dosen Pengampu:
Muhammad Arif Nasruddin, M.Pd

Disusun Oleh:

Bayu Eko Setiawan (201964010094)


Mochamad Zainul Mustakim (201964010019)

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan Syukur Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta
hidayatNya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Memahami Hadist Tarbawi Tentang Usia Belajar dan Tugas Belajar
Mengajar

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita kepada jalan yang benar
yaitu Agama Islam.

Kami menulis makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hadits Tarbawi yang diampu oleh Bapak Arif Nasruddin, M.Pd dan sekaligus
sebagai wujud serta partisipasi penyusun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kelemahan, dan
kekurangan yang saya lakukan baik dalam segi penyampaian materi kajian,
pendekatan maupun tata penulisannya, untuk itu kritik dan saran sangat saya
harapkan dari pembaca, agar kedepannya penyusun dapat membuat makalah yang
lebih baik . Cukup sekian dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Malang, 07 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB 1 ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................4
BAB II ................................................................................................................................. ..5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. ..5
A. Hadist Tentang Usia Belajar ................................................................................... ..5
B. Hadist Tentang Tugas Belajar Mengajar ................................................................. ..6
BAB III................................................................................................................................ .10
PENUTUP .......................................................................................................................... .10
Kesimpulan .................................................................................................................. .10
Saran............................................................................................................................. .10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... .11

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia belajar adalah usia sekolah atau usia anak kritis. Dalam hadits ada anjuran
untuk memerintahkan anak melaksanakan shalat etika berusia tujuh tahun, karena
pada usia anak sudah mampu menerima perintah atau sudah paham menerima perintah
tersebut. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut ikutan, pada usia ini sudah mulai
mampu belajar shalat dengan baik. Konsekuensi anak yang telah mampu belajar shalat
dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika meninggalkannya.

Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua
orang. Orang yang belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang
yang berilmu dan tugas orang yang berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang
yang belum tahu. Dalam bab ini kelompok kami akan menjelaskan tentang USIA dan
TUGAS BELAJAR MENGAJAR. Semoga apa yang telah ditulis pemakalah menjadi
ilmu yang bermanfaat. Amiin.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Hadits Tentang Usia Belajar ?


2. Bagaiman Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Usia Belajar.


2. Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Usia Belajar

َّ ‫س َّل َْم ُم ُروا أَو ََل َد ُك ْم ِبال‬


ِْ‫ص ََلة‬ َ ‫ع َلي ِهْ َو‬ ُْ ْ‫ص َّلى‬
َ ‫للا‬ َ ِْ‫ل للا‬ ُْ ‫سو‬ َْ ‫قَا‬: ْ‫عنْ َج ِدِْه قَا َل‬
ُ ‫ل َر‬ َ ‫عنْ أَ ِبي ِْه‬ ُ ‫ن‬
َ ْ‫ش َعيب‬ ِْ ‫عم ِرو ب‬ َ ْ‫عن‬ َ
]1)[‫اج ِْع (أخرجه أبوْ داود‬ َْ ‫عشرْ َوفَ ِرقُوْْا َبينَ ُهمْ فِى ال َم‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ع َلي َها َوهُمْ أَبنَا ُْء‬
َ ْ‫سب ِْع ِسنِينَْ َواض ِربُوهُم‬َ ‫َوهُمْ أَبنَا ُْء‬

“Dari ‘amr bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata : Rasulullah SAW bersabda:
perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka masih berusia tujuh tahun dan
pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan mereka di
tempat tidurnya”. (HR. Abu Dawud)
Hadist menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama
diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat
dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada
tiga perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman bagi pelangarannya dan
perintah mendidik pendidikan seks.
a. Perintah shalat
Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya diperintah Rasul SAW,
agar perintah pada mereka melaksanakan shalat. Sabda beliau:
َ‫سنِ ْين‬ َ ‫ص ََل ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء‬
ِ ‫سب ِْع‬ َّ ‫ُم ُر ْوا أَ ْو ََل َد ُك ْم بِال‬
Perintahlah anak-anakmu melaksanakan shalat sedangkan mereka berusia tujuh tahun.
Perintah disini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah shalat
sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. Anak sejak usia empat
tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan shalat bersama-sama. Anak-
anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan shalat.
Dalam riwayat Imam Tirmidzi Rasulullah bersabda:
‫سنِين‬ َ ‫صَلَةَ ا ْب َن‬
ِ ‫سب ِْع‬ َّ ‫ي ال‬
َّ ِ‫صب‬
َّ ‫ع َِل ُموا ال‬
“Ajarkan anak shalat sedangkan ia berumur tujuh tahun.”
Hadits ini merupakan perintah mengajarkan anak tentang syarat, rukun, dan sunnah-
sunnah dalam shalat.
b. Memberikan Hukuman bagi Pembangkangnya
َ ‫علَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء‬
‫عشْر‬ ْ ‫َوا‬
َ ‫ض ِربُ ْوهُ ْم‬
”dan pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun”.

5
Hadits ini perintah memberikan hukuman bagi anak yang membangkang perintahatau
melanggar larangan. Pukulan di sini maknanya adalah hukuman yang sesuai degan kondisi,
bisa jadi yang dipukul adalah batinnya dengan cara di isolasi dan lain-lain.

c. Pendidikan Seks

ِ ‫َوفَ ِرقُ ْوا بَ ْينَ ُه ْم فِى ا ْل َمض‬


‫َاج ِع‬
“dan pisahkan mereka di tempat tidurnya”.
Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, dimaksudkan menghindari fitnah
seks di tempat tidur, karena usia 10 tahun ini usia menjelang baligh atau menjelang usia
remaja.
Dalam hadits digabungkan antara perintah shalat dan perintah memisahkan mereka di
tempat tidur memberikan pelajaran mereka agar memelihara perintah-perintah Allah secara
keseluruhan dan memelihara hubungan baik antar sesama manusia.
Pelajaran yang Dipetik dari Hadits ini adalah :
a. kewajiban orang tua perintah shalat kepada anak-anaknya dan kewajiban mengajarkan
ilmu-ilmu berkaitan dengan kewajiban shalat.
b. Pendidikan secara tegas dalam masalah kewajiban dan perlunya hukuman dan hadiah
dalam mandidik anak untuk memberikan motivasi belajar.
c. Menjaga perkembangan anak dari hal-hal yang menimbulkan fitnah, terutama pada saat
peralihan remaja atau masa pubertas.
d. Usia kritis (tamyiz) dan usia sekolah tujuh tahun dan usia pubertas awal menjelang baligh
berusia sepuluh tahun.

B. Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar

ُ‫ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َده‬،َ‫شبَبَةٌ ُمتَقَ ِاربُون‬َ ‫سلَّ َم َونَحْ ُن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ َ ِ ‫ أَتَ ْينَا ِإلَى النَّ ِبي‬، ٌ‫ َح َّدثَنَا َما ِلك‬:َ‫ قَال‬،َ‫ع َْن أَ ِبي قَِلَبَة‬
- ‫شتَ َه ْينَا أَ ْهلَنَا‬
ْ ‫ظنَّ أَنَّا قَ ِد ا‬
َ ‫ فَلَ َّما‬،‫سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ َ ‫ّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ َوكَانَ َر‬،ً‫ِعش ِْرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَة‬
:َ‫ قَال‬،ُ‫ فَأ َ ْخبَ ْرنَاه‬،‫ع َّم ْن تَ َر ْكنَا بَ ْع َدنَا‬
َ ‫سأَلَنَا‬ ْ ‫ فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم َوع َِل ُمو ُه ْم أَ ْو قَ ِد ا‬،‫ار ِجعُوا ِإلَى أَ ْه ِلي ُك ْم‬
َ - ‫شتَ ْقنَا‬ ْ
‫صَلَةُ فَ ْليُؤَذ ِْن‬
َّ ‫ت ال‬ِ ‫ فَ ِإذَا َحض ََر‬،‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيت ُ ُمونِي أُص َِلي‬ َ ‫ َو‬- ‫ظهَا‬ ُ َ‫ظهَا أَ ْو َلَ أَحْ ف‬
ُ َ‫شيَا َء أَ ْحف‬ ْ َ‫ َوذَك ََر أ‬- ‫َو ُم ُروهُ ْم‬
)‫ َو ْليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم (رواه البخاري‬،‫لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم‬
"Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada kami Malik (bin al-Huwayrits) r.a.
berkata: “Kami datang kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang sebaya usia dan
tinggal bersama Beliau selama dua puluh hari. Beliau adalah seorang yang penyayang dan
pengasih. Ketika .Beliau mengira bahwa kami telah menginginkan bertemu dengan keluarga

6
atau merindukannya, Beliau bertanya tentang keluarga yang kami tinggalkan, dan setelah kami
beritahu tentang hal itu Beliau bersabda: “Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah
bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat dan
Beliau menyebutkan beberapa hal yang aku hafal atau yang aku tidak hafal, shalatlah
sebagaimana engkau melihat aku shalat, apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah
satu di antara kamu dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.” (HR.Bukhari)”.
Hadits menjelaskan bagaimana kesungguhan para sahabat dalam mencari ilmu dan
belajar ilmu dari Rasulullah SAW, sekalipun mereka datang dari tempat yang jauh tidak
menghalangi belajar.
Nabi bertanya langsung tentang keadaan mereka. Setelah diberitahu keadaan yang
sesungguhnya Nabi memaklumi hal itu dan mereka dipersilakan pulang. Begitulah di antara
akhlak Beliau Rasullah dengan para sahabat yang akrab dan simpatik banyak bertanya tentang
keadaannya dan keadaan keluarga. Begitu dekatnya hubungan antara guru dan murid atau
antara pimpinan dan yang dipimpin yang penuh kasih sayang dan kekeluargaan.
Ada beberapa hal yang dipesankan Rasulullah kepada para sahabat yang telah belajar
dengan Beliau, sebagai berikut:
a. Pulang Kembali ke Daerah dan Mengajar

ِ ِ‫ فَأَقِي ُموا ف‬،‫إ ِِ ْر ِجعُوا إِلَى أَ ْه ِلي ُك ْم‬


‫ َو ُم ُرو ُه ْم‬،‫يه ْم َوع َِل ُموهُ ْم‬
“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada
mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat”
Pulang ke daerah asal adalah merupakan salah satu alternatif dan solusi bagi mereka
yang sudah merindukan keluarga. Beliau mempersilahkan para sahabat yang telah
menyelesaikan belajar boleh pulang kembali ke daerah asal.
Kemudian kalau sudah pulang ke daerah asal, karena mereka sebagai delegasi tidak
boleh diam, hendaknya mereka tinggal bersama keluarga dan masyarakat. Kemudian ajarkan
ilmu-ilmu yang telah diperoleh dari Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan pengajar memiliki tugas-tugas khusus yang diantaranya:
1) Membimbing si terdidik
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat minat dan
sebagainya.
2) Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat
berlangsung dengan baikdan hasil yang memuaskan.

7
Tugas lain ialah memiliki pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetauan
keagamaan, dan lain-lainnya.
b. Shalat yang benar
‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيت ُ ُمونِي أُص َِلي‬
َ ‫َو‬
“Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat”.
Shalat harus dilaksanakan dengan benar, yakni dilaksanakan secara sempurna dengan
memerhatikan syarat, rukun, dan adab-adabnya. Ini salah satu metode pembelajaran shalat
yang dilakukan oleh Nabi SAW yaitu metode demonstrasi, dimana Beliau mendemonstrasikan
pelaksaan shalat dihadapan para sahabat atau para sahabat melihat, memerhatikan dan
menirukan cara Nabi shalat setiap waktu di masjid.
c. Adzan dan Shalat Berjamaah
‫صَلَةُ فَ ْليُؤَذ ِْن لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم‬ ِ ‫فَ ِإذَا َحض ََر‬
َّ ‫ت ال‬
“Apabila datang waktu shalat hendaklah adzan salah satu di antara kamu”.
Disini adzan berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat telah tiba, di samping ajakan
melaksanakan shalat berjamaah.
‫َو ْليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم‬
“Dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu”.
Dalam memilih imam shalat berjamaah, yang didahulukan adalah yang banyak hafalan
atau bacaan Al-Qur’annya, kemudian yang paling alim agama dan terakhir paling tua usianya.
Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan imam Muslim.

ِ ‫ يَ ُؤ ُّم ا ْلقَ ْو َم أَ ْق َر ُؤهُ ْم ِل ِكتَا‬:‫سلَّ َم‬


‫ فَ ِإ ْن‬،ِ‫ب هللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫سو ُل‬ ْ ‫ع َْن أَبِي َم‬
ِ ‫سعُود ْاْل َ ْنص‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،ِ‫َاري‬
‫ فَ ِإ ْن كَانُوا فِي‬،ً‫جْرة‬ َ ‫ فَأ َ ْق َد ُم ُه ْم ِه‬،‫س َوا ًء‬ ُّ ‫ فَأ َ ْعلَ ُم ُه ْم بِال‬،‫س َوا ًء‬
ُّ ‫ فَ ِإ ْن كَانُوا فِي ال‬،‫سنَّ ِة‬
َ ‫سنَّ ِة‬ َ ‫كَانُوا فِي ا ْل ِق َرا َء ِة‬
‫علَى تَك ِْر َمتِ ِه إِ ََّل بِ ِإ ْذنِ ِه‬َ ‫ َو ََل يَ ْقعُ ْد فِي بَ ْيتِ ِه‬،‫طانِ ِه‬ َ ‫س ْل‬
ُ ‫الر ُج َل فِي‬ َّ َّ‫ َو ََل يَ ُؤ َّمن‬،‫سنًّا‬
َّ ‫الر ُج ُل‬ ِ ‫ فَأ َ ْق َد ُم ُه ْم‬،‫س َوا ًء‬
َ ‫ا ْل ِهج َْر ِة‬
)‫(رواه مسلم‬
“Dari Abi Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah bersabda: Orang yang terpilih
menjadi imam bagi kaum adalah orang yang paling bagus bacaan Al Qur’annya. Jika bacaan
Al-Qur’an mereka sama maka yang didahulukan adalah yang paling alim sunah di antara
mereka. Jika pengetahuan sunahnya sama maka yang didahulukan orang yang lebih dahulu
hijrah ke Madinah di antara mereka. Jika hijrahnya sama, maka yang didahulukan adalah yang
Iebih tua usia mereka. Sungguh tidak boleh menjadi imam seseorang terhadap orang lain dalam
wilayah kekuasaannya dan tidak boleh duduk seseorang di rumah orang lain sebagai
penghormatan melainkan dengan izinnya”. (HR. Muslim)

8
Pelajaran yang dipetik dari hadits ini adalah:
a. Kewajiban ke luar dari rumah atau merantau dalam mencari ilmu jika di dalam negerinya
tidak ada yang sanggup mengajar atau tidak ada jenjang yang lebih tinggi atau tidak ada
jurusan yang didalaminya, baik yang berkaitan dengan ilmu fardu ain maupaun fardu kifayah.
b. Sunnah bertanya bagi seorang pimpinan atau seorang guru kepada anak buah atau anak
didiknya tentang keadaannya dan keadaan keluarganya.
c. Kasih sayang seorang guru terhadap muridnya sangat diperlukan sekalipun murid-murid
itu sudah berusia remaja.
d. Keharusan pulang kedaerah asal setelah sukses belajar dalam tugas belajar ke luar daerah.
e. Kewajiban mengajar, amar ma’ruf nahi mungkar dan memimpin masyarakat setelah
pulang dan terjun ke masyarakat terutama dalam keagamaan.
f. Mendahulukan yang lebih tua usia dalam imamah jika sama dalam pengetahuan atau
yang lebih alim jika usianya sama

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perintah shalat kepada anak berumur tujuh tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan
shalat, karena pada usia ini anak telah mencapai usia kritis (mumayiz) sudah mampu belajar
dan berlatih shalat. Pada usia 10 tahun pembelajaran shalat semakin ditingkatkan karena
semakin dekat dengan usia baligh yang sudah diwajibkan melaksanakan shalat. Adanya
hukuman dan hadia pada usia ini supay anak termotivasi dalam melaksanakan perintah Allah.
Pendidikan seks juga diperlukan pada usia ini agar tidak terjadi penyimpangan seksual.
Sistem pendidikan sudah pernah dilaksanakan masa Rasulullah yaitu sejumlah orang
sahabat dari Bashrah yang dikirim tugas belajar bersama Rasulullah SAW selama 20 hari.
Disitu mereka belajar secara langsung sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Setelah tercukupi
pembekalan kaderisasi sunnah dan terasa mereka sudah merindukan keluaraga diperkenankan
pulang ke daerahnya. Tugas mereka setelah pulang ke daerahnya adalah mengajarkan ilmu
yang telah di peroleh dari Nabi, shalat yang benar sebagaimana Nabi mengajarkan shalat,
adzan, shalat berjamaah.
B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karenanya segala masukan, saran serta kritikan
yang bersifat membangun amat sangat penulis harapkan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. 2015, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Sulaiman, Abu Daud. Sunan Abi Daud. 889, Beirut: Maktabah Ashriyah
Muslim. Terjemah Shahih Muslim. 1978, Jakarta: Bulan Bintang
Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. 2007, Bandung: Pustaka Setia
al-Bukhari, Abu Abdillah, shahih Bukhari, 1422, Jakarta; Bulan Bintang

11

Anda mungkin juga menyukai