Anda di halaman 1dari 391

JALAN YANG LURUS

UNTUK MENGENAL
THARIQAH `ALAWIYAH
Terjemah
Al-Manhaj As-Sawi
Syarh Ushul Thariqah As-Sadah Al Ba'alawi

JILID 1

Karya
Al-Allamah Al-Habib
Zain bin Ibrahim Bin Smith

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Kata Sambutan
Oleh:
Al-Ustadz Taufiq bin
Abdulqodir Assegaf
Ketua DPP Rabithah Alawiyah

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH III


JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
KATA SAMBUTAN
Oleh: Al-Ustadz Taufiq bin Abdulqodir Assegaf
Ketua DPP Rabithah Alawiyah

‫اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ورﻤﺣﺔ اﷲ وﺑﺮﺎﻛﺗﻪ‬

‫ ﺳﻴﺪﻧﺎ‬،‫ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﺒﻟ رﺳﻮل اﷲ‬،‫ﺑﺴﻢ اﷲ واﺤﻟﻤﺪ ﷲ‬


‫ وﻻ‬،‫ وﺒﻟ آ وﺻﺤﺒﻪ وﻣﻦ واﻻه‬،‫وﻣﻮﻻﻧﺎ ﺤﻣﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ‬
‫ﺣﻮل وﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎﷲ‬

:‫أﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬
Sangat penting artinya bagi generasi baru,
khususnya bagi kalangan Alawiyin, untuk mengenal
thariqah para pendahulunya yang saleh. Dengan
demikian ia bisa melanjutkan estafet keilmuan, dakwah
dan kesalehan para pendahulunya. Pendidikan seperti
inilah yang sangat ditekankan oleh para salaf kita.
Keturunan orang-orang saleh akan dikumpulkan
bersama para pendahulunya kelak di Hari Kiamat dengan
dua syarat: Iman dan mutaba’ah (meneladani). Allah ‫ﷻ‬
berfirman:
ْ َ َ ْ ُ ُ َّ ِّ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ َّ َ
ْ‫ﺤﻟ َ ْﻘﻨَﺎ ﺑﻬ ْﻢ ُذ ِّر َّﻳﺘَ ُﻬﻢ‬
ِِ ٍ ‫وا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا واﻳﺒﻌﺘﻬﻢ ذرﻳﺘﻬﻢ ﺑِ ِﺈﻳﻤ‬
‫ﺎن أ‬
Dan orang-orang yang beriman, yang anak cucu

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH I


mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. (QS. At-
Thur: 21)
Dua hal ini merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan agar kita dapat dikumpulkan bersama
dengan pendahulu kita yang saleh.
Untuk dapat meneladani para pendahulu yang
saleh, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu
bagaimana thariqah yang mereka tempuh sehingga mereka
bisa menjadi orang-orang mulia. Untuk menjelaskan hal
itu, Al-Habib Zain bin Ibrahim Bin Smith menyusun
kitab beliau ‘Manhajus Sawi’. Kitab ini menghimpun
pondasi-pondasi thariqah para sadah Alawiyah dan
menjelaskannya dengan sangat baik. Karena itu, sudah
sepatutnya bagi para Alawiyin untuk membaca kitab ini,
kemudian mengamalkan isinya, sehingga ia bisa menjadi
khairu khalaf likhairi salaf (generasi penerus terbaik
yang meneladani pendahulu terbaik).
Harapan para salaf dari kalangan Alawiyin adalah
melihat anak-cucunya mengikuti jejak mereka dan
menjadi seperti mereka. Dalam salah satu bait syairnya,
Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi
berkata: ُ ْ ْ
ُ ُ ُ ِّ َ َ ُّ ُ َ َّ َ
‫وﻣﻜ ْﻢ‬ ‫و ِﻣﻤﺎ ﻳﺮﺴ اﻟﻘﻠﺐ ِﻣﻰﻨ ﻟﺰ‬
َ ْ َ ْ َ َ َ
‫َﻃ ِﺮﻳﻘﺔ آﺑَﺎ ِ َوأﻫ ِﻲﻠ َوأﺟﺪا ِدي‬
II JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Di antara hal yang menggembirakan hatiku,
adalah melihat kalian melazimi thariqah datuk-datuk,
keluarga serta kakek-kakekku
Tidaklah seorang diberi anugerah menjadi
keturunan orang saleh melainkan agar menjadi cambuk
bagi dirinya agar dapat menjadi seperti para pendahulunya
yang saleh. Bukan untuk membanggakan garis keturunan
atau untuk merendahkan orang lain.
Mudah-mudahan, insya Allah, terjemahan
Manhajus Sawi ini dapat membantu kita untuk mengenal
bagaimana Thariqah para sadah Alawiyah, sehingga kita
dapat menetapi thariqah ini dan mengikuti jejak para
salafus saleh. Dengan demikian, insya Allah, kita dapat
merasakan apa yang mereka rasakan dan dikumpulkan
di surga bersama mereka, di bawah panji datuk mereka
yaitu Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Aamiin ya rabbal alamiin.

Pasuruan, 5 Ramadhan 1443 H / 7 April 2022 M


Ketua DPP Rabithah Alawiyah
y

Taufi
Al-Ustadz T fiq bbin
aufi in Abdulqodir Assegaf

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH III


JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
DAFTAR ISI
HAL
Kata Sambutan ............................................... I
Biografi Penulis ............................................... A
Selayang Pandang Tentang Thariqah Sadah
Ba’alawi ............................................................ 1
• Manhaj Ilmu ............................................................... 15
• Akidah .......................................................................... 17
• Ajaran Rohani ............................................................ 20
• Thariqah Dakwah ..................................................... 25

Mukadimah Kitab ............................................ 35


• Sebab Penulisan ........................................................ 37
• Keistimewaan Thariqah Alawiyah ........................ 41
• Anjuran Untuk Mengikuti Thariqah Alawiyah.. 48
• Pentingnya Himmah/Cita-Cita .............................. 52
• Anjuran Mengikuti Sunah ....................................... 60
• Keistimewaan Anak-Keturunan Ba’alawi ........... 66

Pondasi Pertama: Ilmu .................................... 79


Pendahuluan .................................................... 81
Bab Pertama: Keutamaan Ilmu dan Orang
Berilmu Serta Keutamaan Menuntut Ilmu .... 83
• Pasal Pertama: Kemuliaan Ilmu Dan Tercelanya
Kebodohan .................................................................. 85
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH i
• Pasal Kedua: Hadits-Hadits Nabi Tentang
Keutamaan Ilmu, Orang Berilmu, Dan
Anjuran Menuntut Ilmu .................................... 95
• Pasal Ketiga: Kalam Para Ulama Salaf Dan
Khalaf Tentang Keutamaan Ilmu Dan Orang
Yang Berilmu .......................................................... 105
• Pasal Keempat: Sedikit Ilmu Lebih Baik
Daripada Banyak Ibadah .................................. 128
• Pasal Kelima: Keutamaan Para Penuntut
Ilmu Dan Orang- Orang Yang Mendalami
Pemahaman Agama ........................................... 135
• Pasal Keenam: Anjuran Bertanya Kepada
Ulama Yang Mengamalkan Ilmu Serta
Selalu Mencari Tambahan Ilmu ..................... 140

Bab Dua: Keutamaan Mengajar Dan


Menulis Serta Menyebarkan Ilmu ............... 151
• Pasal Pertama: Keutamaan Mengajar Dan
Menyampaikan Ilmu .......................................... 153
• Pasal Kedua : Keutamaan Menulis Dan
Menyusun Tulisan Ilmiyah ............................... 170
• Pasal Ketiga : Keharaman Menolak
Menyampaikan Ilmu Dan
Menyembunyikannya ....................................... 175

ii JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Bab Tiga: Kesungguhan Menuntut Ilmu
Dan Mengerahkan Tekad Kokoh Untuk
Mendapatkannya ........................................ 185
• Pasal Pertama : Ilmu Tidak Dapat Diraih
Tanpa Kesungguhan Dan Ketekunan .......... 187
• Pasal Kedua : Bepergian Dan
Pengembaraan Untuk Menuntut Ilmu ........ 197
• Pasal ketiga : Kisah-kisah ketekunan para
pemimpin salaf dalam menuntut ilmu ....... 207

Bab Empat: Anjuran Menghadiri Majelis


Para Ulama Dan Orang Saleh Serta
Memuliakan Mereka ................................... 223
• Pasal Pertama: Anjuran Menghadiri Majelis
Para Ulama ............................................................ 225
• Pasal Kedua: : Anjuran Berkumpul Dengan
Para Wali Dan Bergaul Dengan Orang-
Orang Saleh ........................................................... 236
• Pasal Ketiga: Anjuran Menjaga Adab
Terhadap Para Ulama Dan Para Wali Serta
Menghormati Mereka ....................................... 252
• Pasal Keempat: Peringatan Untuk
Menjauhi Sikap Ingkar Terhadap Para Wali
Dan Orang Saleh ................................................. 259

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH iii


Bab Lima: Adab–Adab Guru Dan Murid .... 283
• Mukadimah ........................................................... 285
• Pasal Pertama: Adab Seorang Berilmu ......... 289
• Pasal Kedua: Adab Seorang Murid Dalam
Menuntut Ilmu .................................................... 311
• Pasal Ketiga: Adab Seorang Murid Terhadap
Gurunya .................................................................. 324
• Pasal Keempat: Faedah-Faedah Yang
Diperlukan Oleh Penuntut Ilmu Dan Ulama . 333
• Pasal Kelima: Doa Dan Dzikir Yang
Bermanfaat Bagi Penuntut Ilmu Disertai
Faedah-Faedah Lainnya ...................................... 349

iv JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Biografi Penulis

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Nama dan Nasab Beliau
Beliau adalah lautan ilmu yang sangat teliti, seorang
pakar fiqih yang ahli ibadah serta bersifat zuhud (tidak
mencintai dunia), pendidik sejati yang selalu berdakwah ke
jalan Allah, As-Sayid Al-Habib Abu Muhammad Zain bin
Ibrahim bin Zain bin Muhammad bin Zain bin Abdurahman
bin Ahmad bin Abdurahman bin Ali bin Salim bin Abdullah
bin Muhammad Smith bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad
bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi (Ammul Faqih
Al-Muqaddam) bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali
Qasm bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin
Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib
bin Ali Al-Uraidhi bin Jakfar As-Shadiq bin Muhammad Al-
Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayidina Husain putra Imam
Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah Az-Zahra yang adalah
putri Pemimpin para rasul Sayidina wa Maulana Muhammad
‫ﷺ‬.
Beliau adalah seorang sayid dari keluarga nabi yang
nasabnya bersambung kepada Sayidina Husain alaihissalam
yang tidak lain adalah cucu Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau berasal
cabang keluarga Alawi, yakni keturunan As-Syarif Alwi cucu
dari Imam Al-Muhajir. Beliau bermadzhab Syafii, berakidah
Ahlusunnah wal Jamaah, berthariqah salaf melalui jalur
datuk-datuknya yang berasal dari Hadramaut dari kalangan
Sadah keluarga Abi Alawi radhiyallahu anhum ajmain.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH A


Kelahiran dan Pertumbuhan
Penulis dilahirkan pada tahun 1357 H (1936 M) di Kota
Jakarta, Indonesia, dalam keluarga agamis yang dikenal dengan
kebaikan dan kesalehannya. Di masa kecil, Ayahanda penulis
rahimahullah seringkali membawa beliau untuk menghadiri
majelis Al-Arif Billah Habib Alwi bin Muhammad Al-
Haddad (yang berdomisili di Bogor, rujukan sadah Alawiyin
di wilayah tersebut). Penulis selalu menghadiri maulid yang
diadakah oleh Habib Alwi di kediamannya setiap Ashar Hari
Jumat. Terkadang, penulis menghadiri madras (kajian ilmu)
Ad-Dai Ilallah Al-Imam Habib Ali bin Abdurahman Al-
Habsyi yang diadakan setiap pagi Hari Ahad di kediaman
beliau di Kwitang. Keberkahan hadir di majelis-majelis
mulia itu meliputi penulis. Bisa dikatakan bahwa Habib Alwi
merupakan guru pertama dalam kehidupan penulis.
Penulis belajar membaca dan menulis di berbagai
madrasah yang ada di Pulau Jawa. Beliau juga bertalaqi Al-
Qur’an dan Ilmu Tajwid di sana. Pada tahun 1371 H (1950
M), ayahanda beliau membawa beliau ke Hadramaut. Saat
itu, umur beliau sekitar empat belas tahun. Beliau menetap
di kediaman ayahanda beliau di Kota Tarim Al-Ghana yang
penuh berkah.

Menuntut Ilmu dan Guru-Guru Beliau


Di Kota Tarim, beliau dengan gigih dan sungguh-
sungguh mengerahkan totalitasnya untuk menuntut ilmu dan
B JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
bertalaqi, berpindah dari satu madrasah ke madrasah lain
seraya mengunjungi satu per satu peninggalan-peninggalan
salaf yang diberkahi, khususnya di Rubath Tarim (Rubath
adalah lembaga pendidikan semacam pondok pesantren).
Di sana, beliau mempelajari berbagai kitab fiqih kepada Al-
Allamah Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz. Dalam
bimbingan beliau pula, penulis menghafal kitab ‘Shafwatuz
Zubad’ karya Imam Ibnu Ruslan dan ‘Al-Irsyad’ karya As-
Syaraf Ibnu Muqri sampai Bab Jinayat, mendalami Ilmu
Waris dan Bab Nikah, sebagian kitab ‘Al-Minhaj’, beberapa
kitab-kitab Ilmu Tasawuf, sekilas Ilmu Falak, dan menghafal
syair ‘Hadiyatus Shadiq’ karya Habib Abdullah bin Husain
Bin Thahir.
Dari Habib Umar bin Alwi Al-Kaf, penulis mempelajari
ilmu Nahwu, Maani dan Bayan, membaca kitab ‘Mutamimah
Al-Jurumiyah’, menghafal kitab ‘Alfiyah’ karya Ibnu Malik,
dan mempelajari permulaan syarahnya.
Dalam Ilmu Fiqih, beliau belajar kepada Al-Allamah
Al-Muhaqiq Syaikh Mahfudz bin Salim Az-Zubaidi dan
Mufti Tarim Syaikh Al-Faqih Salim bin Said Bukayir
Baghitsan. Penulis mengkaji kitab ‘Mulhatul I’rab’ karya
Al-Hariri kepada Habib Salim bin Alwi Khirid. Penulis juga
mempelajari Ushul Fiqih dari Syaikh Fadhl bin Muhammad
Bafadhl dan Habib Abdurahman bin Hamid As-Siri. Kepada
keduanya, beliau membaca kitab ‘Matan Al-Waraqat’.
Selain itu, penulis selalu menghadiri majelis-majelis
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH C
Arif Billah Habib Alwi bin Abdullah Bin Syihabuddin dan
rauhah-rauhahnya, madras (kajian ilmiyah) di Rubath, serta
majelis Syaikh Ali bin Abubakar As-Sakran radhiyallahu
anhu.
Penulis menimba ilmu juga kepada Al-Barakah Habib
Jakfar bin Ahmad Alaydrus. Penulis sering kali mengunjungi
beliau dan mendapatkan banyak ijazah dari beliau. Penulis
juga belajar kepada Al-Qudwah Al-Musnid Habib Ibrahim
bin Umar bin Aqil dan Al-Barakah Habib Abubakar Athas bin
Abdullah Al-Habsyi. Kepada beliau, penulis mengkaji kitab
‘Al-Arbain Al-Ashl’ karya Imam Ghazali. Penulis juga belajar
kepada guru-guru lainnya. Kesemua guru itu memuji beliau
karena keistimewaannya di antara kawan-kawan sejawatnya
dan kebaikan adab, suluk dan akhlak beliau.
Penulis seringkali meminta ijazah kepada banyak guru-
guru beliau dari kalangan para tokoh sadah Baalawi atau
ulama dunia Islam lainnya. Di antaranya kepada: Al-Allamah
Arif billah Habib Muhammad bin Hadi Assegaf, Al-Alamah
Habib Ahmad bin Musa Al-Habsyi, Al-Allamah Al-Muhadits
Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki Al-Makki, Al-Allamah Ad-
Daiyah Habib Umar bin Ahmad Bin Smith, Al-Qudwah Habib
Ahmad Masyhur Al-Haddad, Al-Qudwah Habib Abdulqadir
bin Ahmad Assegaf, Ad-Daiyah Habib Muhammad bin
Abdullah Al-Haddar, Al-Murabbi Habib Hasan bin Abdullah
As-Syathiri, Syaikh Umar Haddad, Al-Allamah Sayid
Muhammad bin Ahmad As-Syathiri dan ulama-ulama lain.
D JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Biografi guru-guru beliau, ditulis secara terperinci dalam
kitab ‘kumpulan sanad dan guru’ beliau.
Penulis menghabiskan waktu delapan tahun untuk
menuntut ilmu di Kota Tarim. Delapan tahun itu, beliau lalui
dengan penuh keseriusan, kesungguhan dan totalitas dalam
mencari ilmu dan mereguknya dari sumber ilmu yang tawar
dan bersih, dari kota yang terkenal dengan keberkahannya
yang melimpah ruah serta banyaknya ulama serta orang saleh
di dalamnya, di samping kemuliaan lain dengan keberadaan
makam-makam para wali, peninggalan-peninggalan salaf,
serta tanah-tanah yang penuh keberkahan.

Kota Baidho dan Habib Muhammad Al-Haddar


Setelah menghabiskan masa delapan tahun menuntut
ilmu di Kota Tarim, guru beliau yaitu Al-Habib Muhammad
bin Salim bin Hafidz memerintahkan beliau beralih ke Kota
Baidho yang terletak di ujung selatan Negeri Yaman untuk
mengajar di rubath-nya, dan turut mengemban kewajiban
berdakwah ke Jalan Allah di wilayah itu. Perintah ini datang
setelah datang permintaan dari Allamah Negeri Yaman dan
Mufti Baidho Ad-Dai Ilallah Habib Muhammad bin Abdullah
Al-Haddar rahimahullah taala.
Penulis pun bergegas menuju Kota Baidho, melalui
jalur yang melewati Kota Aden. Di kota tersebut, terdapat
seorang kawan tercinta beliau, Habib Salim bin Abdullah
As-Syathiri. Saat itu, Habib Salim bertugas menjadi khatib
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH E
dan imam di daerah Khaur Maksar, sekitar Kota Aden. Di
sana, terdapat perpustakaan lengkap dengan berbagai kitab.
Beliau pun menyibukkan waktunya dengan menelaah kitab-
kitab yang ada di sana dengan penuh kesungguhan. Penulis
dan Habib Salim banyak melakukan berbagai diskusi ilmiyah,
keduanya sama-sama menelaah banyak kitab-kitab berharga
yang terdapat dalam perpustakaan tersebut.
Kemudian penulis meneruskan perjalanannya dari
Khaur Maksar ke Kota Baidho. Sesampainya di sana, penulis
disambut oleh Habib Muhamamd Al-Haddar dengan penuh
suka-cita. Semenjak kedatangannya di sana, penulis selalu
telaten mengajar para murid secara bergantian, menyambung
malam dan siang untuk mengajarkan mereka. Habib
Muhammad Al-Haddar menikahkan beliau dengan putrinya,
dan memberikan ijazah dari semua ilmu yang beliau dapatkan.
Penulis tidak pernah absen menghadiri kajian-kajian serta
majelis-majelis ilmiyah yang diisi oleh Habib Muhammad Al-
Haddar. Penulis menganggap beliau sebagai salah satu guru
terbesar yang paling banyak memberikan manfaat padanya,
walaupun penulis tidak banyak mengkaji kitab kepada beliau
sebagaimana guru-guru lainnya. Di sana, Penulis menjadi
tangan kanan Habib Muhammad Al-Haddar
Habib Muhammad Al-Haddar mengandalkan penulis
untuk mengisi kajian-kajian ilmiyah, sebab beliau mengerahkan
seluruh waktunya untuk berdakwah dan mengadakan kajian
dan nasihat kepada orang-orang awam. Penulis juga menjadi
F JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
pengganti beliau, ketika beliau mengadakan lawatan dakwah
ke berbagai negeri. Selain itu, penulis juga menggantikan
beliau dalam memberi jawaban dan permohonan fatwa fiqih.
Penulis bermukim di Kota Baidho selama lebih dari dua
puluh tahun. Selama itu, beliau mengisi waktunya dengan
melayani ilmu dan para penuntut ilmu, memberi fatwa
dalam Madzhab Syafii, dan memberikan manfaat kepada
banyak orang. Dari hasil didikan beliau, banyak terhasilkan
para pelajar yang berhasil, ulama, serta pendakwah ulung.
Terkadang, beliau melakukan dakwah dengan murid-muridnya
ke berbagai pedusunan yang ada di sekitar Kota Baidho.
Selama tahun-tahun keberadaan beliau di Baidho, beliau
mengerahkan totalitasnya untuk bermujahadah, beribadah,
serta mensucikan jiwanya. Disertai kesungguhan, ketekunan,
dan ketelatenan dalam menelaaah kitab-kitab Tafsir, Hadits,
Fiqih, dan kitab-kitab lain, serta kitab-kitab salaf. Beliau
memiliki tekad baja yang tidak pernah kendur dalam belajar,
mendidik murid, dan memberi petunjuk kepada mereka yang
lalai dan tidak tahu.
Penulis memiliki kedudukan yang istimewa di sisi
Habib Muhammad Al-Haddar rahimahullah. Jika datang
suatu masalah ilmiyah yang dijawab oleh penulis, maka
Habib Muhammad akan berkata: “Jika Habib Zain telah
menjawab, maka tidak ada perlunya meneliti kembali.” Ini
karena kepercayaan beliau yang tinggi terhadap kemampuan
ilmu penulis.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH G
Pada masa-masa itu, penulis melakukan beberapa
kunjungan di musim haji dan musim-musim ziarah, bertemu
dengan banyak ulama dan orang saleh, berguru dan meminta
ijazah kepada mereka.

Hidup Berdampingan Dengan Al-Musthafa ‫ﷺ‬


Setelah masa dua-puluh satu tahun yang diisi dengan
kesungguhan yang tidak kenal lelah dalam bidang ilmu dan
dakwah, usaha tanpa henti dalam menapaki dan menjalani
thariqah salaf, akhirnya beliau berhijrah ke Tanah Hijaz. Beliau
diminta untuk membuka Rubath Sayid Abdurahman bin Hasan
Al-Jufri rahimahullah di Kota Madinah Munawwarah. Beliau
tinggal di sana, di tempat hijrah Datuknya Al-Musthafa ‫ﷺ‬.
Penulis memulai perjalanannya pada bulan Ramadhaan
1406 H. Mulanya Beliau bekerja-sama dengan Habib Salim
bin Abdullah As-Syathiri untuk mengelola Rubath Al-Jufri
dengan sebaik-baiknya selama dua belas tahun. Kemudian,
Habib Salim As-Syathiri kembali ke Kota Tarim untuk
mengelola Rubath Tarim setelah dibuka kembali. Sehingga
tersisa penulis seorang diri yang mengajar dan mengelola
Rubath Madinah.
Banyak penuntut ilmu yang datang ke rubath dari
berbagai negeri Islam. Melalui didikan beliau, banyak pelajar
yang berhasil menyelesaikan studinya. Walaupun murid-
murid beliau yang banyak dan semakin bertambah, kesibukan
beliau mengajar dan mendidik mereka, serta usia beliau yang
H JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
bertambah, namun semua itu tidak melemahkan semangat
beliau untuk mengambil kesempatan berguru kepada sejumlah
tokoh ulama yang bermukim di Kota Madinah Munawarah.
Beliau mempelajari Ilmu Ushul Fiqih kepada Al-Allamah
Al-Ushuli Al-Faqih Syaikh Zaidan As-Syinqithi Al-Maliki.
Kepadanya, penulis menkaji kitab “At-Tiryaq An-Nafi ‘ala
Masail Jam’il Jawami’ karya Imam Abubakar Bin Syihab,
serta ‘Mandzumah Maraqis Suud’ karya Syarif Abdullah Al-
Alawi As-Syinqithi yang merupakan matan bagi para senior
dalam Ilmu Ushul.
Penulis juga menyibukkan diri berguru kepada Al-
Allamah An-Nahrir Ahmaddu bin Muhammad Hamid Al-
Hasani As-Syinqithi, salah seorang imam dalam Ilmu Lughoh
dan Ushul di masanya. Kepadanya, beliau membaca kitab
‘Syarah Qothr’, sebagian syarah ‘Alfiyah Ibnu Agil.’ ‘Idhoatul
Dujunnah’ karya Imam Al-Muqqari dalam Ilmu Akidah, ‘As-
Sulam Al-Muraunaq’ karya Imam Al-Akhdari serta kitab
asalnya yang tersebar luas ‘Isanguji’ karya Imam Al-Abhari
keduanya adalah kitab Ilmu Manthiq, ‘Itmamud Dirayah
Liqurrain Nuqayah’ karya Imam Suyuthi, ‘Al-Maqshur wal
Mamdud’ dan ‘Lamiyatul Af’al’ karya Ibnu Malik, Jilid
pertama kitab ‘Mughnil Labib’ karya Ibnu Hisyam, dua kitab
dalam Ilmu Sharaf, dan ‘Al-Jauhar Al-Maknun’ dalam Ilmu
Balaghah. Syaikh Ahmaddu memuji penulis yang memiliki
semangat tinggi dan tekun dalam mencari ilmu.
Dalam masa mukimnya beliau di Madinah, penulis
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH I
melakukan banyak kunjungan dakwah yang penuh berkah ke
negeri-negeri Islam dan menemui para ulama dan wali. Beliau
mengunjungi Syam, Indonesia, berbagai negeri di Afrika,
serta wilayah lainnya.

Sifat dan Keadaan Beliau


Allah ‫ ﷻ‬menjadikan sosok beliau mudah diterima oleh
manusia dan menganugerahkan kewibawaan dalam wajah
dan penampilan beliau. Jika Anda memandang beliau, Anda
akan melihat sosok seorang lelaki yang berperawakan sedang
tingginya, kurus tubuhnya, berkulit coklat dan memiliki
janggut yang sudah dipenuhi uban dan diliputi cahaya. Lidah
beliau tidak pernah berhenti untuk berdzikir kepada Allah
‫ﷻ‬. Tasbihnya hampir tidak pernah lepas dari tangan beliau.
Beliau memakai imamah putih, sarung dan rida yang sesuai
dengan adat kaum salaf Hadramaut.
Penulis memiliki kegiatan harian yang teratur dalam
membaca berbagai wirid dzikir dan amalan setiap harinya
di samping kesibukan mengajar. Anda akan melihat beliau
tidak pernah berhenti berdzikir kepada Allah pada shalat
malamnya, kemudian keluar untuk menunaikan Shalat Shubuh
di Masjid Nabawi, beliau tidak beranjak dari sana sampai
setelah Isyraq (terbit matahari). Kemudian beliau beranjak
menuju rubath untuk mengajar murid-muridnya. Setelah
Ashar, beliau mengadakan majelis rauhah sampai Maghrib.
Beliau terus mengajar sampai sebelum Isya, kemudian pergi
J JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
menuju Masjid Nabawi untuk menunaikan Shalat Isya dan
menziarahi kakek beliau yang paling agung, Nabi Muhammad
‫ﷺ‬. Demikianlah kegiatan yang beliau lazimi setiap harinya
selama beliau berada di Kota Thaibah (Madinah) Thayibah.
Tidak pernah sekalipun kegiatan mengajar, dzikir, dan amalan
lainnya terputus kecuali ketika beliau bepergian atau sakit
berat. Setelah Isya, beliau mengadakan beberapa kajian dan
majelis di berbagai tempat sesuai dengan waktu dan musim.
Semua itu beliau lazimi di samping kegiatan beliau
menelaah dan berdiskusi, memperhatikan dan mengarahkan
para murid, mengajar dan mendidik mereka, menemui para
peziarah dan tamu, dan bepergian untuk berdakwah dan
memberi petunjuk.
Orang yang memiliki mata hati akan melihat ketika
duduk bersama beliau, pandangan yang menembus ufuk.
Beliau tidak akan berbicara padamu, sehingga seakan
pandangan keduanya ditarik ke tempatnya semula. Beliau
memiliki sifat-sifat luhur, dan ciri-ciri kaum arifin yang
diketahui oleh orang-orang dekat beliau. Nafaanallahu wal
muslimin bih. amiin.

Karya Tulis Beliau


Beliau menyusun berbagai karya tulis yang bermanfaat
dan berfaidah dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya
adalah:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH K


1. Al-Manhaj As-Sawi Syarah Ushul Thariqah Sadah
Al Baalawi
Itu adalah kitab yang ada di hadapan kita. Kitab ini
termasuk karya beliau yang paling utama dan berharga.
2. Al-Fuyudhat Ar-Rabaniyah Min Anfasis Sadah Al-
Alawiyah
Tafsir Isyari yang ringkas, terhimpun di dalamnya
ucapan para sadah Alawiyin mengenai sejumlah ayat Al-
Qur’an dan hadits Nabawi dalam satu jilid.(Telah dicetak)
3. Al-Futuhat Al-Aliyah Fil Khutab Al-Minbariyah
Dua jilid berisi khutbah beliau selama menggantikan
Habib Muhammad Al-Hadar di Kota Baidho. (Telah dicetak)
4. Syarah Hadits Jibril yang berjudul : Hidayatut
Thalib Fi Bayani Muhimmatiddin
Dalam kitab ini, beliau menjelaskan Hadits Jibril
alaihissalam mengenai makna Islam, Iman dan Ihsan, dengan
menjadikan kitab ini matan yang ringkas dalam Ilmu Akidah,
Fiqih, dan Tasawuf. (Telah dicetak)
5. Al-Ajwibah Al-Ghaliyah Fi Aqidatil Firqatin
Najiyah
Kitab ini adalah sanggahan syubhat-syubhat dari aliran
yang menyimpang dalam bentuk tanya jawab. Kitab ini telah
dicetak berkali-kali dan tersebar luas sehingga mendatangkan
manfaat umum bagi kalangan khsusus dan awam.
6. Hidayatut Zairin Ila Ad’iyatiz Ziyaratin Nabawiyah
Wa Masyahidis Shalihin
L JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Dalam kitab ini, beliau mengumpulkan doa-doa
salaf yang dibaca ketika berziarah ke makam Nabi ‫ﷺ‬, dan
menziarahi peninggalan-peninggalan serta pemakaman di
Haramain dan Hadramaut. (Telah dicetak)
7. Majmu
Mengumpulkan fedah-faedah yang tersebar mengenai
hukum fiqih, doa dan adab. (Belum dicetak)
8. Majmu Kabir Min Fatawa Fiqhiyah
Dihimpun dan ditertibkan oleh sebagian murid-murid
pilihan beliau baru-baru ini.
9. Tsabat Asanid Was Suyukh/kumpulan sanad dan
guru-guru beliau. (Belum dicetak)

Pujian Para Ulama Terhadap Beliau


Pendakwah dan Pemikir Islam Sayid Abu Bakar bin
Ali Al-Masyhur mensifati beliau di sela-sela biografi penulis
dalam kitab ‘Qobasatun Nur’ halaman 189:
“Seorang berilmu yang pakar fiqih, penjaga madzhab
yang menguasai Ilmu Nahwu dan berbagai fan serta berserikat
dalam berbagai bidang ilmu, Al-Arif Billah, seorang yang
menuntun ke jalan Allah dengan nasihat-nasihat, serta
paparan paparan sufi, yang memiliki penampilan Alawiyah
Salafiyah.”
Al-Musnid Muhammad Namir Al-Khathib, seorang
allamah yang pakar dalam Ilmu Akidah yang tinggal di Kota
Madinah Munawwarah mengatakan dalam ijazahnya kepada
beliau:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH M
“Seorang yang memiliki keutamaan, Al-Allamah yang
memiliki cita rasa tinggi, seorang pendidik yang unggul.”
Syaikh Abdullah Al-Lahji Al-Hadrami, seorang tokoh
ulama dan ahli hadits Kota Mekah (wafat 1410 H), menulis
dalam pembukaan ijazahnya kepada beliau:
“Ijazah dari seorang yang berkedudukan rendah
kepada yang berkedudukan lebih tinggi,” dan mensifati beliau
dengan: ‘Seorang Sayid yang berilmu lagi utama.”
Al-Allamah Al-Faqih Doktor Muhammad Hasan Hitu
mensifati beliau dengan:
“Seorang sayid yang cemerlang dan sempurna, berilmu,
tawadhu, dan mengamalkan ilmunya.”
Dalam ijazah dari Sayid Yusuf Ar-Rifai Al-Kuwaiti,
beliau disifati dengan:
“Seorang ahli ilmu yang sempurna, pakar fiqih, serta
pendidik.”
Guru beliau, Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-
Haddar mensifatinya dengan:
“Seorang sayid yang ahli ilmu, pendakwah di jalan
Allah, pemuda yang tumbuh dalam ketakwaan kepada Allah,
penempuh jalan ibadah yang gemar beribadah, seorang yang
dicintai dan dipinang (karena ilmunya), Junjunganku dan
Simpananku, Pondasiku dan Rujukanku.”
Al-Qudwah Habib Ibrahim bin Aqil mensifati beliau
dengan:

N JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


“Keturunan para tokoh besar, yang menghimpun
berbagai kebanggaan, menjadi penghias sifat-sifat mulia,
yang dibesarkan oleh keutamaan-keutamaan, seorang kekasih
yang dicintai, pemimpin yang dijadikan rujukan, Zain bin
Ibrahim..”
Dalam Ijazahnya, Al-Qudwah Al-Quthb Habib
Abdulqadir bin Ahmad Assegaf mensifati beliau dengan:
“Seorang sayid yang paling baik, yang mencintai jalan-
jalan kemuliaan keluarganya terdahulu, Al-Allamah Zain
bin Ibrahim...., ia adalah seorang yang mengenalku dan aku
kenal, mencintaiku dan aku cintai.”

Penutup
Sampai saat ini, penulis masih terus mengajarkan
ilmunya, memberikan perhatian kepada para murid dan
mengarahkan mereka, memberi petunjuk kepada para
penempuh jalan akhirat, mendidik para murid, meneliti fatwa-
fatwa atas masalah-masalah fiqih yang ditanyakan kepadanya
dari berbagai negeri, serta melakukan lawatan dakwah dari
satu waktu ke waktu lainnya, mencari-cari kabar mengenai
keadaan kaum muslimin, dan menyampaikan nasihat-nasihat
agama. Semua itu, disertai dengan amalan-amalan luhur
beliau, dan penghambaan sempurna kepada Allah ‫ﷻ‬, serta
mempersiapkan kehidupan akhirat dengan semangat yang
tinggi.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH O


Ringkasnya, beliau nafa’anallahu bih, telah dianggap
sebagai bagian dari guru-guru teragung di masa kini yang
manfaatnya dirasakan secara umum. Semoga Allah senantiasa
menjaga beliau sebagai simpanan bagi Islam dan memberi
kenikmatan kaum muslimin dengan tetapnya beliau berada
bersama mereka. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

***

P JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


SELAYANG PANDANG
TENTANG THARIQAH
SADAH BA’ALAWI

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 1


2 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
SELAYANG PANDANG TENTANG
THARIQAH SADAH BA’ALAWI1

Nasab para sayid2 keluarga Ba’alawi bermuara


kepada datuk mereka yaitu Syarif Alawi bin Ubaidillah,
cucu dari Imam Muhajir Ilallah: Ahmad bin Isa An-
Naqib3 bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin
Jakfar As-Shadiq bin Muhammad Al-Bagir bin Ali Zainal
Abidin bin Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib semoga
Allah meridhoi mereka semua.
***

Datuk mereka yaitu Imam Ahmad bin Isa Al-


Muhajir mulanya tinggal di Bashrah, tumbuh dalam
naungan pemukimannya. Ketika itu, Ahlul Bait4 Nabi
‫ ﷺ‬memiliki kedudukan terhormat dan terlindungi. Akan
1 Diterjemahkan dari tulisan Iyadh Ahmad Al-Ghauj, peneliti studi
Islam, Yordania.
2 Sayid dan syarif adalah gelar bagi orang berketurunan mulia. Saat
ini umumnya ditujukan bagi keturunan Rasulullah ‫ ﷺ‬dari jalur Imam
Hasan dan Husain. Bentuk plural Sayid adalah Sadah. Sedangkan
Syarif adalah Asyraf.
3 Naqib adalah pimpinan pengurus nasab keturunan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir adalah Naqib para asyraf di Iraq
saat itu.
4 Ahlul bait adalah keluarga Nabi ‫ ﷺ‬mencakup istri, keturunan, sepupu,
dan seluruh kerabat Beliau ‫ ﷺ‬yang muslim.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 3
tetapi, para khalifah Bani Abbasiyah yang menjadikan
Irak sebagai ibukota kerajaan mulai melemah
pengaruhnya, maka bermunculanlah berbagai kekacauan
dan pemberontakan. Terpaan berbagai-macam fitnah
menggerogoti Irak sedikit demi sedikit. Di antara yang
paling serius adalah: Fitnah kaum Qaramithah1, invasi
mereka ke Kota Bashrah di permulaan abad ke-empat
Hijriyah, serta munculnya sekte Zanji2.
Dalam masa penuh kemelut ini di mana kaum
saleh yang menjaga diri dari keduniaan telah angkat
tangan untuk menghadapi situasi demikian, tepat pada
tahun 317 H, Imam Ahmad bin Isa yang digelari dengan
julukan Al-Muhajir pergi berhijrah untuk melindungi
1 Kaum Qaramithah adalah aliran sesat pecahan Syiah Ismailiyah yang
menghalalkan darah siapa saja yang tidak sealiran dan menebar teror
di sekitar Bahsrah dan Ahwaz. Pada tahun 317 H, mereka menginvasi
Makkah dan Masjidil Haram, membunuhi orang-orang yang mereka
temui. Mereka juga mencabut kain penutup Ka’bah, mencungkil
pintunya, dan mencuri Hajar Aswad. Hajar Aswad berhasil
dikembalikan ke tempatnya dua-puluh tahun kemudian, pada tahun
337 H.
2 Pemberontakan Zanji (para budak) di Bashrah dikomandoi oleh
seorang lelaki beraliran Khawarij dari Azariqah bernama Bahlul
yang menamai dirinya sebagai Ali bin Abdurahman. Al-Muktamid
memerangi mereka pada tahun 256 H, akan tetapi dapat dikalahkan
sehingga penduduk Bashrah dan sekitarnya terpaksa meninggalkan
kota. Zanji menguasai Bashrah pada tahun 257 H, membunuhi
banyak penghuninya, merobohkan masjid-masjid, dan mengobarkan
api di Kota. Kekuasaan Zanji berakhir pada tahun 270 H, akan tetapi
pengaruh pemberontakan mereka dan fitnahnya masih terasa dalam
masa yang lama.

4 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


agamanya menjauhi berbagai fitnah yang berkobar. Beliau
meninggalkan Kota Bashrah bersama tujuh puluh orang
keluarga beserta pengikutnya, menempuh perjalanan
menuju Hijaz, singgah selama setahun di Madinah, kota
datuknya Mustafa ‫ﷺ‬. Lalu meneruskan perjalanan menuju
tanah haram Allah ‫ ﷻ‬yaitu Makkah Mukaramah pada
tahun yang sama ketika kaum Qaramithah memasuki
kota itu dan mencabut Hajar Aswad dari Ka’bah.
Kemudian beliau meninggalkan Kota Makkah,
mengarungi padang sahara Jazirah Arab, melintasi daerah
‘Asir kemudian Yaman. Lantas pena takdir menggiring
beliau menuju lembah Hadramaut. Sebuah lembah tandus
dengan sedikit kekayaan. Yang setiap jengkal tanahnya
berada di bawah pengaruh kaum Khawarij Ibadhiyah.
***

Mulanya Imam Muhajir tinggal di daerah Hajrain.


Setelah itu berpindah ke pedesaan Kindah. Dan pada
akhirnya menetap di kawasan Husaisah yang selanjutnya
menjadi tempat tinggal beliau.
Karena hikmah yang agung serta faktor-faktor yang
telah dipersiapkan oleh Allah ‫ﷻ‬, maka pengaruh Madzhab
Ibadhiyah tidak berlangsung lama. Setelah terjadi saling
serang hujjah dan pedang di antara kubu mereka dan
pihak Imam Muhajir beserta murid, pendukung, dan

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 5


para pengikut Ahlusunnah Hadramaut, maka sejumlah
besar lembah itu akhirnya terbebas dari cengkeraman
kaum Khawarij dan pengekornya. Ahlusunnah pun
mengokohkan posisinya, dan masyarakat mengikuti
akidah mereka.
Imam Muhajir memiliki putra yang bernama
Ubaidillah. Ubaidillah menurunkan tiga putra: Bashri,
Jadid, dan Alawi. Putra ketiga inilah yang menjadi
asal-usul keturunan para Sadah keluarga Ba’alawi
sebagaimana telah disebutkan. Sedangkan nasab kedua
saudaranya, yakni Bashri dan Jadid, terputus bersamaan
dengan tenggelamnya surya abad ke-enam Hijriah.
Beberapa masa berselang setelah wafatnya Al-
Muhajir, keturunan beliau pindah ke Kota Tarim. Kota
ini dinamakan sesuai dengan nama raja yang pertama
kali mendirikannya, yaitu Tarim bin Hadramaut. Mereka
mulai tinggal di Tarim pada tahun 521 H. Orang pertama
yang bermukim di sana adalah Imam Ali bin Alawi yang
dikenal dengan julukan Khali Qasam bersama saudara
beliau Salim, serta generasi keduanya dari keturunan
Bashri dan Jadid yang masih ada saat itu.
Dengan kedatangan mereka, Tarim digelari
Al-Ghanna (yang riang bernyanyi) sebab menjadi
tempat tinggal para keturunan Nabi ‫ ﷺ‬yang mulia.
Lantas bermunculan di sana banyak lembaga kebaikan,
kesalehan, dan masjid-masjid. Sebelum itu, Tarim sudah
6 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
menjadi mulia dengan adanya makam para sahabat mulia
yang wafat di kota ini pada masa lampau, masa-masa
perang riddah di zaman Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq.
***

Referensi-referensi sejarah tidak banyak


membantu kita mengungkapkan sejarah terperinci
generasi pertama para Alawiyin. Akan tetapi generasi
yang dimulai dari dua putera Imam Muhammad bin Ali
yang dikenal dengan julukan Shahib Mirbath yaitu: Ali
(ayahanda Al-Faqih Al-Muqoddam) dan Alwi (terkenal
dengan julukan Ammul Faqih) adalah generasi yang
memiliki informasi-informasi sejarah yang lebih lengkap
dan melimpah. Kepada kedua imam inilah, nasab keluarga
Ba’alawi yang ada saat ini bermuara.
Pondasi ajaran Thariqah Alawiyah dirintis pertama
kali oleh Imam Muhammad bin Ali Ba’alawi atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Al-Faqih Al-Muqoddam.
Beliau lahir di Tarim pada tahun 574 H dan wafat di kota
yang sama pada tahun 653 H. Beliau berguru—secara
jarak jauh—kepada Al-Arif Al-Kabir Syekh Abu Madyan
Al-Maghrabi yang terkenal dengan gelar Al-Ghouts,
melalui perantara sebagian murid Syekh Abu Madyan
yang pergi ke Kota Makkah Mukarramah.
Imam Abdurahman bin Abdullah Bilfagih (wafat
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 7
1162 H) yang dijuluki dengan ‘Allamah Dunia’ yang
artinya seorang yang sangat alim di dunia, berkata:
“Pondasi dasar Thariqah Sadah Ba’alawi adalah
Thariqah Madyaniah yakni ajaran Syekh Abu Madyan
Syuaib Al-Maghrabi. Poros kutub dan inti hakikat
thariqah ini adalah Al-Fard Al-Ghauts Syekh Al-Faqih
Al-Muqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Al-Husaini
Al-Hadrami. Beliau mengambil thariqah ini secara turun
temurun dari para tokoh besar yang mengambil dari para
tokoh besar lainnya. Kemudian thariqah ini diwarisi dari
beliau oleh para pembesar yang memiliki berbagai macam
maqam dan hal..” (Dikutip dari kitab Iqdul Yawaqit Al-
Jauhariyah).
Setelah Al-Faqih Al-Muqoddam, thariqah ini
dijalankan oleh anak keturunan beliau sesuai dengan
metode dan ajaran yang beliau rintis. “Akan tetapi
karena thariqah ini adalah thariqah yang mengajarkan
tahqiq (penerapan), dzauq (rasa), dan sir (rahasia), maka
mereka cenderung bersikap khumul (tidak ingin dikenal)
dan menutup diri. Mereka tidak membuat karya tulis.
Setelah generasi pertama berlalu dalam keadaan seperti
ini, tibalah generasi Alaydrus (wafat 865 H) dan saudara
beliau Syekh Ali (wafat 892 H), di masa ini ruang lingkup
thariqah ini semakin luas sehingga dirasa perlu adanya
tulisan tentang thariqah ini. Oleh sebab itu, bermunculan

8 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


kitab-kitab yang memuaskan hati dan menyejukkan jiwa
berkenaan adab-adab thariqah serta ajaran-ajaran suluk
dalam thariqah ini, seperti: ‘Kibritul Ahmar,’ ‘Juzul
Lathif,’ ‘Al-Ma`arij,’ ‘Al-Burqah,’ dan lainnya.” (Dikutip
dari kitab Iqdul Yawaqit Al-Jauhariyah).
Bermunculanlah sosok-sosok cemerlang di antara
tokoh-tokoh thariqah ini yang memiliki keistimewaan
di antara tokoh sezamannya dan pendahulunya dengan
kecerdasan dan keunggulan dalam ilmu dan amal.
Sebagian mereka bahkan mencapai derajat ijtihad mutlak
dalam ilmu fiqih, sedangkan lainnya memunculkan
karomah-karomah kewalian ajaib, serupa dengan karomah
para salaf terdahulu. Seperti yang terjadi pada Al-Quthb
Abdurahman Assegaf (wafat 819 H) yang bergelar Al-
Muqodam ats Tsani, putra beliau Imam Al-Ghauts Umar
Al-Muhdhor (wafat 833 H), Al-Quthb Alaydrus Abdullah
bin Abu Bakar (wafat 865 H) serta putra beliau Abu
Bakar Al-Adani (wafat 914 H) yang dimakamkan di Kota
Aden, Syekh Abu Bakar bin Salim yang bergelar Fakhrul
Wujud/kebanggaan semesta (wafat 992 H), Syekh Imam
Umar bin Abdurahman Alathas (wafat 1072 H), serta
tokoh-tokoh pembesar lainnya sampai akhirnya thariqah
ini sampai kepada sosok pembaharu ajarannya dan
penyebar cahayanya, yaitu Imam Syekhul Islam Quthb
ad-Dakwah wal Irsyad Abdullah bin Alawi Al-Haddad
(wafat 1132 H).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 9
Di tangan Imam Haddad, thariqah ini memiliki
metode baru yang beliau radhiallahu anhu sebut dengan
‘Thariqah Ahlul Yamin’/Thariqah golongan kanan.
Beliau memandang bahwa yang lebih sesuai untuk
penghuni zaman itu, lebih dekat dengan keadaan mereka,
dan lebih mudah untuk menarik mereka kepada telaga
ketaatan adalah menghidupkan ruh iman di dada mereka.
Setelahnya, mereka akan siap menaiki derajat-derajat
ihsan. Thariqah ini membuahkan hasil terbaik dalam
ranah dakwah dan sukses memperbaiki keadaan religius
masyarakat. Thariqah ini pun tersebar luas di berbagai
pelosok negeri. Metode yang beliau utarakan masih
menjadi metode paling ideal untuk berdakwah kepada
masyarakat sampai saat ini.
Imam Haddad memiliki pengaruh yang luar biasa
terhadap umat. Wirid-wirid susunan beliau, kata-kata,
nasihat-nasihat, serta syair-syair gubahan beliau kerap
dituturkan lisan umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Di Benua Afrika seperti di Negara Guinea dan Tanzania;
di Benua Asia seperti di negara Indonesia, Malaysia,
dan Singapura; bahkan di negara-negara Eropa, selain
tentunya di negara-negara Arab sendiri.
Semua ini adalah buah dari totalitas beliau dalam
menyebarkan ilmu dan dakwah melalui berbagai sarana.
Yaitu melalui ucapan, karya-karya tulis indah yang
disebut-sebut mengandung intisari kitab-kitab terdahulu
10 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
seperti Ihya, penampilan sebagai panutan sempurna yang
ada pada diri beliau, wirid-wirid susunan beliau yang
penuh berkah, dan melalui murid-murid yang beliau
cetak menjadi ulama dan orang saleh yang berjalan di
jalan gurunya radhiyallahu anhu.
***

Setelah Imam Haddad, yang meneruskan dakwah


sesuai dengan metode beliau adalah para imam besar
dan para pendakwah terbaik dari kalangan murid-murid
pilihan Imam Haddad, seperti:
1. Al-Allamah Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi
(wafat 1144 H).
2. Imam Abdurahman bin Abdullah Bilfagih
(wafat 1162 H) yang bergelar Allamatud
Dunya.
3. Imam Muhammad bin Zain Bin Smith (wafat
1172 H)
Demikian pula putra-putra Imam Haddad sendiri
yang menjadi contoh agung kesuksesan pendidikan ayah
mereka.
***

Setelah generasi Imam Haddad dan murid beliau,


muncul generasi yang tampil cemerlang menyebarkan
dakwah. Generasi ini menjadi istimewa karena pengaruh
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 11
besarnya di tengah umat Islam. Ini adalah generasi Imam
Al-Wali Al-Kabir Habib Umar bin Segaf Assegaf yang
bergelar Syekhul Aqthab/guru para quthb, dan murid-
murid beliau yaitu:
1. Imam Al-Habib Ahmad bin Umar Bin Smith
(wafat 1257 H)
2. Imam Al-Habib Abdullah bin Husain Bin
Thahir (wafat 1272 H) yang menulis ‘al Majmu
at Thahiri, serta saudara beliau:
3. Imam Al-Habib Thahir bin Husain Bin Thahir
(wafat 1241 H)
4. Imam Al-Habib Hasan bin Saleh al Bahr Al-
Jufri (wafat 1273 H)
5. Imam Al-Habib Abdullah bin Umar Bin Yahya
(wafat 1265 H)
6. Serta murid yang paling cemerlang dari
generasi ini, yaitu Al-Muhadits Al-Allamah
Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi (wafat
1314 H) yang menyusun kitab istimewa:
Iqdul Yawaqit Al-Jauhariyah. Kitab
yang mengumpulkan sanad-sanad para
Sadah Alawiyah. Dengan kitab ini, beliau
memberikan khidmat yang agung bagi kaum
Alawiyin sebab sedikitnya perhatian terhadap
hadits dan ilmu-ilmunya di wilayah itu.
***

12 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Setelah generasi ini, barangkali tokoh besar
keluarga Ba’alawi yang paling unggul adalah tiga imam
besar yaitu:
1. Mufti Hadramaut terbesar Imam Abdurahman
bin Muhammad Al-Masyhur (wafat 1320 H),
penulis kitab Bughyatul Mustarsyidin dan
kitab lainnya
2. Tokoh langka di kalangan mutaakhirin Al-
Allamah Al-Mutafannin Al-Habib Ahmad
bin Hasan Alathas (wafat 1334 H). Beliau
memiliki kedudukan tinggi dalam ranah
ilmiyah di luar Hadramaut seperti Mesir,
Syam, dan Hijaz.
3. Serta tokoh yang tersisa dari kaum salaf, yang
mengobarkan bendera cinta kepada Nabi ‫ﷺ‬,
yaitu Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
(wafat 1333 H). Peninggalan beliau, berupa
warisan sastra dan sufi yang besar. Semoga
Allah meridhoi mereka semua.
***

Generasi penerus mereka adalah para tokoh besar


seperti:
1. Syekhul Islam Al-Habib Abdullah bin Umar
As-Syathiri (wafat 1361 H) pendiri Ribath
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 13
Tarim, seorang perintis kebangkitan ilmiyah
di masanya.
2. Al Arif Billah Al-Habib Alwi bin Abdullah
Bin Syihabudin (wafat 1386 H).
3. Al-Habib Salim bin Hafidz (wafat 1378 H)
4. Pendakwah agung yang mengembara untuk
berdakwah serta memiliki pengaruh yang
besar, Al-Habib Umar bin Ahmad Bin Smith
(wafat 1397 H) yang belajar dari para tokoh
generasi ini dan generasi yang sebelumnya.
Murid-murid beliau menjadi para imam di
masa kita ini, dan menjadi para pendakwah
besar seperti:
 Al-Habib Abdulqodir bin Ahmad
Assegaf
 Al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha
Al-Haddad
 Al-Habib Barokah Abu Bakar Athas Al-
Habsyi
 Ad-Daiyah Al-Habib Muhammad bin
Abdullah Al-Haddar
 Al-Habib Al-Allamah Muhammad bin
Salim bin Hafidz
 Al-Habib Al-Musnid Ad-Daiyah Ibrahim
bin Umar bin Aqil Bin Yahya, dan ulama-
ulama lainnya.

14 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Setiap tokoh dari tokoh-tokoh ini memiliki warisan
ilmiyah, sastra, serta dakwah yang melimpah sehingga
tempat ini terlalu sempit untuk menyelaminya.
Pembicaraan mengenai tokoh-tokoh Thariqah
Alawiyah sangatlah luas. Setiap sosok dari mereka
memiliki peninggalan-peninggalan serta manaqib-
manaqib yang disusun dalam tulisan tersendiri. Setiap
kali Anda menyelam dalam lautan satu sosok di antara
mereka, Anda akan lupa kepada sosok lainnya. Sehingga
Anda akan merasa kagum atas satu umat dari kaum
muslimin yang Allah berikan anugerah dengan semua
peninggalan-peninggalan religius yang agung ini.
***

Manhaj Ilmu
Madzhab fiqih yang dianut oleh para sadah
keluarga Ba’alawi adalah Madzhab Imam Syafii
radhiyallahu anhu yang ditakdirkan tersebar di kawasan
Yaman semenjak awal kemunculannya. Al-Hafidz Al-
Muarikh Syamsuddin As-Sakhawi mengatakan:
“Yaman adalah daerah luas yang mencakup
Tihamah (dataran tinggi) dan Najd (dataran rendah).
Di kawasan itu terdapat berbagai kota, desa, syiib, dan
gunung. Ulama di sana sangat melimpah semenjak zaman
sahabat. Banyak imam yang melakukan perjalanan ke
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 15
sana (untuk mencari ilmu), bahkan tingkat keilmuan
di Yaman senantiasa berkembang dari masa ke masa.
Ketika Madzhab Syafii muncul dan terkenal di sana,
mereka beralih haluan dan bertaklid kepada Madzhab
ini. Ini terjadi pada abad ketiga sebagaimana dikatakan
Al-Janadi. Kemudian penganut madzhab ini semakin
banyak, terutama di masa Dinasti Ayubiyah dan masa
setelahnya sampai saat ini.” (Dikutip dari kitab Al-I’lan
bit Taubikh liman Dzammat Tarikh).
Imam Muhajir memiliki peran penting dalam
penyebaran Madzhab Syafii di Hadramaut mendahului
daerah Yaman yang lain pada masa itu. Berdasarkan yang
dapat difahami dari kitab ‘Tarikh Bamakhramah’ bahwa
tersebarnya Madzhab Syafii di Yaman terjadi sekitar
tahun 340 H dan setelahnya. Sedangkan tersebarnya
madzhab tersebut di Hadramaut melalui perantara Imam
Al-Muhajir terjadi sebelum itu.
Peran para Sadah Ba’alawi serta para ulama
Hadramaut tidak sebatas mengikuti Madzhab Syafii, akan
tetapi mereka juga berperan penting dalam melestarikan,
menyebarkan, memurnikan serta menulis karya-karya
ilmiah dalam Madzhab Syafii. Bermula dari Imam
Abdullah bin Abdurahman Ba`ubaid (wafat 603 H) dan
Al-Faqih Al-Muqodam sendiri, serta Imam Muhammad
bin Said Basyukail (wafat 700 H) sampai kepada para

16 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


ahli fiqih keluarga Bafadhal dan keluarga Bamakhramah,
lalu Al-Allamah Al-Mufti Abdurahan bin Mazru’, para
ahli fiqih keluarga Baqusyair dan keluarga Assegaf, juga
Imam Said Ba’syin, Imam Abdullah Basaudan, Imam
Abdurahman Al-Masyhur dan banyak ahli fatwa terkenal
selain mereka serta tulisan-tulisan yang telah diteliti. Ini di
luar usaha mereka mendirikan banyak lembaga-lembaga
pendidikan, ribath-ribath, dan madrasah-madrasah serta
usaha menyebarkan madzhab ini, mempelajari dan
mengajarkannya di berbagai penjuru dunia seperti di
Asia Timur, Afrika, India, dan daerah-daerah lainnya.
Hadramaut tidak pernah berhenti menelurkan para ahli
fiqih brilian dalam madzhab ini, bahkan mungkin di masa
kini Hadramaut adalah satu-satunya daerah yang masih
memelihara pembelajaran madzhab ini sesuai dengan
ushul, kekuatan, dan semangatnya.

Akidah
Akidah para sadah keluarga Ba’alawi adalah
Madzhab Sunni Asy`ariy. Ini terjadi setelah stabilnya
keadaan Hadramaut dalam Madzhab Ahlusunnah
bersamaan dengan berakhirnya pengaruh sekte Ibadhiyah
dari sana sebagaimana telah disinggung.
Semenjak permulaan munculnya, keluarga
Ba’alawi menganut Madzhab Asy’ari dalam akidah dan

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 17


Madzhab Syafii dalam masalah furu. Ini sesuai dengan
yang dijalankan panutan mereka, Imam Hujjatul Islam
Abu Hamid Al-Ghazali. Imam Haddad dalam kasidah
ro’iyah (yang berakhir huruf ro) yang terkenal berkata:
ُ َّ َ َ ْ ًّ َ ْ َ ْ ُ َ
‫وﻛﻦ أﺷﻌ ِﺮﻳﺎ ِﻲﻓ اﻋ ِﺘﻘﺎ ِدك ِإﻧﻪ‬
ْ ُ ْ َّ ‫ُﻫ َﻮ اﻟ ْ َﻤﻨْ َﻬ ُﻞ‬
‫اﻟﺰﻳْ ِﻎ َواﻟﻜﻔ ِﺮ‬
َّ ‫اﻟﺼﺎﻲﻓ َﻋﻦ‬
ِ ِ
Jadilah Asy’ari dalam akidahmu. Itulah telaga suci jauh
dari kesesatan dan kekufuran.
َ ُ َ ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ َ ْ َ َ
‫ﺎم َﻣﻼذﻧﺎ‬ ‫اﻹﻣ‬
ِ ‫وﻗﺪ ﺣﺮر اﻟﻘﻄﺐ‬
ِّ َ ْ َ ُ َ َ َ
ُ ‫اﻟﺸ َﻔ‬
ِّ ُّ ‫ﺎء ِﻣ َﻦ‬
‫اﻟﺮﻀ‬ ‫ﻋ ِﻘﻴﺪﺗﻪ ﻓﻬﻮ‬
Yang Akidahnya telah dimurnikan oleh Al-Quthb Imam
yang menjadi sandaran kita. Itulah penawar dari segala
mara bahaya.
ُ ‫َوأَ ْﻋﻲﻨ ﺑﻪ َﻣ ْﻦ ﻟَﻴْ َﺲ ُﻓﻨْ َﻌ‬
ُ ْ ‫ﺖ َﻟ‬
ُ‫ﺮﻴه‬
ِِ ِ
ْ َ َ َ َ َ ْ
‫ِﺤﺑُ َّﺠ ِﺔ ِإﺳﻼمٍ ﻓﻴَﺎ ﻟﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓﺨ ِﺮ‬
Yang kumaksud adalah dia yang tiada orang lain
bergelar Hujatul Islam selainnya, betapa agung
kemuliaanmu ini.
***

18 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Aktivitas keilmuan lain dalam manhaj Sadah
Ba’alawi adalah mengajarkan ilmu-ilmu keislaman secara
berkesinambungan dalam setiap fase sejarah mereka.
Semenjak dahulu hingga saat ini, lembaga pendidikan
serta ribath-ribath yang mereka dirikan tidak pernah
berhenti beraktivitas dengan mempertahankan tahapan
kurikulum pembelajaran berbagai ilmu disertai tarbiyah
untuk mensucikan akhlak. Dengan demikian, para murid
akan lulus setelah beberapa tahun menimba ilmu dengan
kemampuan ilmu mumpuni, dan pribadi yang cemerlang
dalam keimanan. Sehingga mereka dapat tampil untuk
mengajarkan orang lain, dan meneruskan regenerasi ilmu
terhadap generasi murid yang baru.
***

Di antara karakter metode keilmuan mereka


adalah perhatian mereka untuk membuat karya tulis
dalam berbagai disiplin ilmu, seperti: Fiqih, Hadits,
Tasawuf, Sirah Nabi, Sejarah, Biografi, dan lainnya.
Aktif dalam menghimpun pengetahuan dan ilmu-ilmu
yang berasal dari para imam dan orang saleh mereka.
Di hadapan kita terdapat warisan ilmiah melimpah yang
terdiri dari tulisan-tulisan berharga serta manuskrip-
manuskrip langka, banyak di antaranya masih tersimpan
dalam tumpukan lemari.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 19


Ajaran Rohani
Secara umum, ajaran serta kerohanian Thariqah
Alawiyah tidak berbeda dengan thariqah tasawuf lain yang
sesuai dengan syariat. Akan tetapi, thariqah ini menjadi
berbeda dengan karakter salafnya yang dominan yakni
meneladani apa yang dilakukan para tokoh pendahulu
mereka. Selain itu, mengamalkan ilmu adalah pondasi
pokok serta fokus utama dalam thariqah ini. Oleh sebab
itu, mereka memiliki perhatian besar terhadap ilmu fiqih
di atas ilmu lain. Mereka sibuk dengan adab dan akhlak
Ghazaliyah, serta melatih diri dengannya. Bersamaan
dengan semua itu, mereka lebih memilih untuk khumul
(tidak ingin terkenal) dan menutupi keistimewaan diri.
Secara garis besar, Thariqah ini sesuai dengan
ciri-ciri yang dikatakan oleh Imam Al-Habib Thahir bin
Husain Bin Thahir Ba’alawi (wafat 1241 H) dalam salah
satu tulisan beliau mengenai definisi thariqah ini:
“Memantapkan akidah Ahlu Sunah wal Jamaah—
Mereka adalah para salaf umat yang saleh dari kalangan
sahabat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam kebaikan—, mengetahui hukum-hukum yang
wajib diketahui semua orang, meneladani hadits-hadits
yang mengabarkan keadaan-keadaan Nabi ‫ﷺ‬, dan
berpegang teguh dengan adab syariat. Ini adalah jalan
yang ditempuh keluarga Ba’alawi generasi demi generasi

20 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


sampai kepada Nabi ‫ﷺ‬.” (Dikutip dari Al-Maslak Al-
Qorib Likulli Salik Al-Munib).
Secara lebih spesifik, Al-Imam Abdurahman
bin Abdullah Bilfagih radhiyallahu anhu menuturkan:
“(Thariqah Ba’alawi) adalah salah satu dari thariqah sufi
yang berasaskan Al-Qur’an dan sunah. Puncaknya adalah
menyaksikan anugerah (dalam segala sesuatu). Thariqah
ini adalah: Mengikuti nash (yang ditetapkan Al-Qur’an
dan sunah) dengan cara khusus, memurnikan ushul
(dasar-dasar penghambaan) untuk mendekati wushul
(puncak pencapaian). Lahiriyahnya berupa ilmu-ilmu
agama dan berbagai amalan. Sedangkan batiniyahnya
adalah mengokohkan maqamat (kedudukan spriritual)
dan ahwal (keadaan spriritual yang menguasai). Adab-
adabnya adalah menjaga rahasia, dan cemburu apabila
rahasia tersebar.”
Di antara kalam Al-Allamah Al-Habib Abdullah
bin Umar Bin Yahya rahimahullah ta’ala mengenai
thariqah ini:
“Intisari uraian mengenai Thariqah Alawiyah
adalah: membagi waktu untuk amal-amal saleh disertai
peneladanan sempurna kepada Sayidisadat yakni
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, menshahihkan amal dengan
memurnikannya dari campuran yang dapat menodai
keikhlasan serta hal-hal yang dapat merusak, mensucikan
hati dari semua kerendahan akhlak lalu menghiasinya
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 21
dengan setiap akhlak mulia, menyayangi dan belas kasih
terhadap hamba-hamba Allah, mengerahkan segenap
kemampuan untuk mengajarkan mereka dan memberi
petunjuk kepada apa yang dapat menyelamatkannya,
berhati-hati atas harta yang haram dan syubhat,
meminimalkan yang mubah dan menuruti syahwat,
memanfaatkan sebagian waktu dari umurnya untuk
menyendiri, tidak bergaul dengan orang lain kecuali
untuk belajar atau mengajar atau melakukan shalat
Jumat dan shalat Jamaah serta mengunjungi para sahabat
dekat dengan mengisi waktu kunjungannya dengan
kajian keilmuan, dan bersilaturahim kepada kerabat
dan saudara, menyampaikan kebaikan kepada semua
orang, sikap baik dalam bermuamalah, beramar makruf
nahi munkar, membantu orang yang membutuhkan
dengan tetap menjaga kehormatan dan tidak meminta-
minta, bersikap tawadhu dan merasa diawasi oleh Sang
Pencipta, menepati janji, bersikap zuhud (tidak cinta
dunia) dan tawakal kepada Allah.” (Dikutip dari Iqdul
Yawaqit Jauhariyah).
Demikianlah sebagian ajaran dan sendi kerohanian
thariqah ini. Penjelasan terperinci thariqah ini terkandung
dalam kitab “Ihya” karya Imam Ghazali serta dalam
ucapan para tokoh sadah Alawiyin dan tulisan-tulisan
mereka, khususnya Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
rahimahullah.
22 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Walaupun terdapat thariqah sufi lain di Yaman
seperti Syaziliyah dan Qodiriyah yang sempat populer
pada masanya dan dianut oleh sejumlah tokoh ulama, akan
tetapi Thariqah Ba’alawi-lah yang paling dominan dan
tersebar luas di berbagai wilayahnya. Ini tidak lain karena
thariqah ini jelas ajaran-ajarannya, tidak menggunakan
metode tarbiyah yang penuh dengan istilah, rumus serta
simbol-simbol khusus sehingga mudah difahami oleh
kalangan awam, dan memiliki pengaruh kuat terhadap
mereka. Dalam tahap awalnya, thariqah ini menekankan
gerakan keimanan yang kuat yang selaras bagi kalangan
awam maupun khusus. Adapun puncak tahapan thariqah
ini adalah suluk dan ilmu-ilmu batin yang hanya dikuasai
kalangan khusus saja.
Thariqah Ba’alawi merangkul thariqah-thariqah
lain, menjaga adab bersama mereka, tidak mengingkari
mereka, bahkan mengambil sebagian makna-makna
yang terdapat pada thariqah lain. Bahkan para Imam
Muhaqiq Thariqah Alawiyah menyatakan dengan jelas
bahwa thariqah mereka zahirnya adalah Ghazaliyah dan
batinnya adalah Syaziliyah. Imam Abdurahman Bilfagih
berkata:
“Lahiriah mereka sebagaimana yang dijelaskan
oleh Imam Ghazali yaitu ilmu dan amal di atas jalan
kebenaran. Sedangkan batiniah mereka sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Syaziliyah berupa mengokohkan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 23
hakikat dan memurnikan tauhid... Olah batin yang
dominan di kalangan mereka adalah sungguh-sungguh
dalam mensucikan hati; mempersiapkan diri untuk
menghadang nafahat-nafahat anugerah yang dapat
mendekatkan kepada Allah di jalan kebenaran, dan
mendekat kepada Allah ‫ ﷻ‬dengan segala jenis ketaatan
bersama orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Thariqah para Sadah keluarga Ba’alawi memiliki
nilai lebih atas thariqah lain karena menjauhi aspek-aspek
berlebihan sebagaimana yang menimpa sebagian thariqah
tasawuf. Thariqah ini menjadikan poros ajarannya berupa
mentahqiq (merealisasikan) makna-makna suluk, yaitu:
ikhlas, tawakal, zuhud, mempersiapkan akhirat dan
semisalnya, menetapi adab-adab Ghazaliyah, berjuang
keras menuntut ilmu, beramal sesuai ilmu dalam aspek-
aspek lahiriahnya tanpa menjadikannya sekedar simbol-
simbol atau bentuk-bentuk zahir yang kosong dari makna.
Para sadah Alawiyin telah menempuh thariqah dengan
maknanya yang hakiki sebagai jalan menuju akhirat dan
jalan untuk menghidupkan makna-makna ketuhanan di
tengah umat.
***

Dalam kajian ini, perlu kami isyaratkan bahwa


perkataan kami berkenaan dengan Thariqah Sadah
Ba’alawi serta penisbatan nama Thariqah ini kepada
24 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Keluarga Ba’alawi tidak berarti thariqah ini terbatas bagi
kalangan mereka saja. Banyak masyarakat Hadramaut non
Alawiyin yang turut berserikat bersama mereka dalam
kafilah thariqah ini, demikian pula masyarakat Yaman
non Hadramaut. Ini karena mereka telah melihat jelas
keistimewaan thariqah ini dan juga karena thariqah ini
menjadikan ilmu dan dakwah sebagai rambu-rambunya.
Banyak nama-nama non Alawiyin dari berbagai
macam kabilah di Hadramaut yang bersinar menghiasi
langit Thariqah ini. Di antaranya adalah kabilah Al-
Amudi, Ba’abbad, Bajammal, Bafadhal, Badzib, Bin
Afif, dan kabilah lain yang banyak jumlahnya. Mereka
adalah tokoh-tokoh yang mengambil ilmu dari para
Sadah Alawiyin sekaligus juga menjadi guru para Sadah
Alawiyin. Lembah Hadramaut yang luas telah penuh
dengan Thariqah Alawiyah. Masyarakatnya mengemban
adab-adab thariqah ini serta membentengi akhlak-akhlak
mereka dengannya, merintis aspek keduniaan mereka
sesuai dengan ajaran-ajaran ketuhanan itu.

Thariqah Dakwah
Selain menjadi sebuah metode tarbiyah/pendidikan
dan suluk/jalan memperbaiki akhlak, Thariqah Alawiyah
juga menjadi sebab tersebarnya Islam dan masuknya
berbagai komunitas besar ke dalam agama Islam dalam
cakupan geografis yang luas, “Melintasi India menuju
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 25
Melayu, Burma, Indonesia, Philiphina, Ceylon/Sri Lanka,
demikian pula seluruh Asia Tenggara, pantai timur Afrika
dan lainnya.”
Para Sadah Alawiyin dalam berdagang melintasi
samudra ke negeri-negeri ini menjadi sosok ideal seorang
muslim yang saleh, berilmu, dan mengamalkan ilmunya.
Sehingga mereka menarik masyarakat dengan akhlak,
adab, serta ilmu-ilmunya. Mereka merupakan sosok
cemerlang pribadi muslim yang sempurna agama dan
dunianya.
Pakar sejarah, Sayid Muhammad bin Abdurahman
Bin Syihab Al-Alawi berkata: “Orang Arab Hadramaut—
terutama Sadah Alawiyin—berulang kali berlayar ke
Malabar, Gujarat, Calicut dan kawasan India lainnya.
Di sana mereka memiliki pusat-pusat perdagangan dan
juga pusat agama. Banyak Alawiyin memiliki Ribath
(semacam pondok pesantren) yang terbuka bagi para
penuntut ilmu agama. Kapal-kapal laut mereka berlayar
dari pantai Hadramaut menuju Malabar, kemudian
mengarah ke timur ke pantai-pantai India. Dari sana
mereka menuju Pulau Sumatra di mana kawasan Aceh
dan Palembang termasuk di dalamnya, kemudian ke pulau
Jawa. Dalam kitab Al-Masyra’ terdapat biografi sebagian
ulama Sadah Alawiyin yang masuk ke Pulau Jawa jauh
sebelum orang-orang Belanda datang ke sana, sedangkan
di Aceh semenjak tiga setengah abad sebelumnya...”
***
26 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Mengenai masuknya komunitas Hadramaut dari
kalangan Alawiyin dan non Alawiyin ke Pulau Jawa yang
merupakan kawasan terbesar yang menerima pengaruh
mereka, Gubernur Syakib Arselan dalam makalahnya
‘Islam di Jawa dan Sekitarnya’ berkata:
“Telah diketahui bahwa komunitas Hadramaut
termasuk penghuni bumi terhandal dalam melakukan
pengembaraan. Kemiskinan kawasan mereka ditambah
kesungguhan tekad menjadi dua faktor yang mendorong
mereka untuk mengarungi cakrawala dunia. Kebanyakan
mereka tersebar di kepulauan Jawa dan samudra yang
mengelilinginya.
Pemerintah Kolonial Belanda memandang
keberadaan mereka dengan penuh perhitungan. Mereka
amat tertekan atas kedatangan kaum Alawiyin ke daerah
jajahan karena menghawatirkan penyebaran dakwah Islam
atau bangkitnya kesadaran penduduk pribumi yang polos
atas perkara yang tidak akan mereka sadari tanpa gugahan
dari para pendatang dari Hadramaut ini. Pemerintah
Kolonial Belanda membuat aturan-aturan ketat untuk
mencegah masuknya mereka ke tanah jajahannya dan
mengawasi setiap gerak-gerik bahkan diamnya para
pendatang itu. Mereka beralasan bahwa para Hadharim
(pendatang dari Hadramaut) ini pengembara yang tidak
membawa sedikit pun modal ke tanah Jawa, selain itu

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 27


orang-orang Hadramaut melarang non muslim masuk
ke negerinya, maka wajar jika mereka tidak diberi hak
untuk masuk ke daerah kekuasaan Belanda. Kepulauan
Jawa, Sumatra, Borneo (Kalimantan), serta kepulauan
lain yang mengikutinya adalah daerah jajahan Kerajaan
Belanda. Belanda lebih berhak atas daerah-daerah itu
daripada para penduduk aslinya.”
Syakib Arselan melanjutkan: “Karena alasan ini,
para pendatang Hadramaut serta negara-negara Arab lain
dipersulit untuk dapat masuk ke negeri jajahan Belanda
atau Nirlandia sebagaimana yang dikatakan sebagian
orang. Walaupun demikian, tetap saja banyak pendatang
Hadramaut yang berhasil masuk, tinggal di sana dan
menjadi bagian dari penduduknya. Ini menjadikan
pemerintah Belanda –yang sejak awal tidak senang dengan
keberadaan mereka di tengah-tengah umat Islam Jawa
karena khawatir akal sehat mereka akan menyadarkan
kepolosan penduduk asli dan membangunkan mereka dari
kelalaian yang bagaikan susu perahan yang melimpah
bagi penjajahan—mulai memperketat aturan bagi mereka
di setiap saatnya, mempersulit kehidupan mereka, dan
melakukan apa yang mereka mau agar para pendatang
itu meninggalkan daerah jajahannya...”
***
Demikian sekilas gambaran mengenai banyaknya
rintangan dan kesulitan yang dihadapi para Sadah dalam

28 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


ekspedisi mereka. Jauh dari perincian serta jalannya
peristiwa-peristiwa yang panjang, secara garis besar
kami simpulkan berkenaan dengan ekspedisi mereka:
Para sadah Alawiyin terus melanjutkan ekspedisi
dengan pantang menyerah, mereka menetap di kawasan
itu, peninggalan-peninggalan mereka tersebar, adab-
adab yang mereka ajarkan mendominasi, ajaran-
ajaran peradaban yang mereka bawa menjadi kokoh di
sana sehingga mereka memiliki pengaruh kuat dalam
kehidupan masyarakatnya.
Bahkan di beberapa wilayah, peran mereka tidak
terbatas pada mempengaruhi gaya hidup penduduk
asli saja, akan tetapi melampaui itu sampai mendirikan
berbagai negara dan kerajaan yang lengkap. Di mana
kesemua kerajaan itu menganut madzhab dan thariqah
yang mereka bawa. Mereka adalah tokoh agama
sekaligus tokoh negara. Pakar sejarah Sayid Muhammad
Bin Syihab berkata:
“Di Aceh terdapat situs pemakaman yang
mencakup banyak dari sadah Alawiyin. Beberapa di
antara mereka pernah menjabat sebagai sultan di pulau
itu. Hal ini telah diketahui umum oleh penduduk sekitar.
Di India beberapa negeri dirintis karena arahan sebagian
Sadah Alawiyin. Seperti kerajaan Raja Anbar, faktor
terbesar didirikannya kerajaan ini adalah arahan-arahan

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 29


dari Al-Habib Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad
Ba’alawi. Raja Johar Saharti tidak lain adalah murid
Al-Imam Syekh bin Abdullah Alaydrus Al-Alawi. Oleh
sebab itu, ketika raja ini wafat, para sadah bersimpati dan
turut berpartisipasi memakamkannya. Pemakaman beliau
dihadiri oleh banyak orang dan mereka memakamkannya
di pemakaman para sadah dan orang Arab, di bawah Kota
Bijapur.”
“Lebih dari itu, banyak kerajaan terkenal yang
didirikan oleh mereka sendiri di Timur Jauh, Timur
Afrika, Hijaz dan daerah lainnya.Sebagian kerajaan itu
masih ada sampai saat ini. Seperti misalnya kerajaan
Alaydrus di Surat, Kerajaan Al-Qadri dan Al-Syekh
Abu Bakar bin Salim di kepulauan Comorro, kerajaan
Al-Syihab di Siak, kerajaan Al-Qadri di Pontianak, dan
kerajaan Bafagih di Philiphina. Masing-masing dari
kerajaan ini memiliki sejarah rinci tersendiri..”
Peneliti lain berkata: “Sultan kepulauan
Madagaskar ketika itu memiliki hubungan erat dengan
kalangan Arab Zanjibar dan Afrika Timur, juga dengan
para sultan kepulauan Comorro. Mereka adalah para
sadah Alawiyin Al-Husaini dari keluarga Jamalullail,
Al-Syekh, Al-Qodri, serta kabilah lain yang merupakan
pendatang Hadramaut di kepulauan ini.”

30 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Pakar sejarah As-Sayid Bin Syihab berkata:
“Dalam kesempatan ini tidak mungkin menguraikan
perihal mereka dan memerinci siapa saja kabilah
Alawiyin yang masuk ke India. Sedangkan pembicaraan
mengenai kabilah-kabilah Sadah Alawiyin yang tersebar
di Sumatra, Borneo/Kalimantan, Jawa, Malaka, dan
kepulauan Timor maka akan panjang jika diuraikan, akan
tetapi nasab-nasab mereka umumnya masih terjaga.”
Adapun di Benua Afrika, Sadah Alawiyin masih
memiliki peninggalan-peninggalan besar yang tidak
dapat dibicarakan sekilas dalam lembaran-lembaran
ringkas ini.
Selain yang telah disebutkan, di daerah-daerah
mereka sendiri serta kawasan sekitarnya Sadah Alawiyin
tersebar dan memiliki pengaruh kuat melalui dakwah
dan perdagangan. Mereka juga turut berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan politik di negaranya. Akan tetapi
khidmat kepada peradaban melalui ilmu dan dakwah
telah menjadi karakter yang dominan pada diri mereka
dalam kebanyakan fase sejarah di berbagai daerah yang
mereka tempati.
***
Dalam perjalanan dan ekspedisinya, para Alawiyin

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 31


telah menghadapi banyak resiko. Akan tetapi kekuatan
tekad yang mereka miliki membuahkan kebangkitan
religius dan keilmuan di negeri-negeri yang mereka
singgahi serta negeri lainnya. Dalam ranah dakwah dan
jihad, mereka memiliki catatan emas abadi sepanjang
sejarah. Peninggalan-peninggalan mereka yang
mengagumkan masih tegak berdiri sampai saat ini. Rahasia
semua keberhasilan mereka ini kembali kepada beberapa
faktor: “Bahwa setiap kali mereka menginjakkan kaki
di satu tempat, mereka selalu disegani dan dimuliakan
karena kedudukan keluarga mereka dan leluhur mereka
yang suci. Di antaranya: Banyaknya ulama ahli dalam
ilmu-ilmu islami di kalangan mereka, maka di mana saja
mereka berada mereka akan memberikan manfaat dengan
ilmunya. Di antaranya juga: keunggulan mereka dalam
berdakwah kepada Allah dan kepada agama-Nya. Dan
diantaranya pula: kelembutan akhlak mereka dan adab
tasawuf yang telah merasuk dalam jiwa mereka. Mereka
adalah manusia yang paling lembut akhlaknya dan paling
tinggi tarbiahnya.”
***

Masa Kini...
Sampai saat ini, peningalan-peninggalan abadi
mereka masih hidup dan cemerlang. Lihatlah Tarim
Al-Ghanna, kota yang selalu bersinar dengan orang-

32 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


orang saleh, para penuntut ilmu yang selalu menuntut
ilmu di rumah-rumah kota Tarim, para pendakwah yang
mengarungi berbagai wilayah di Asia, Afrika, dan dunia
barat untuk berdakwah kepada Allah sesuai dengan
jalan para pendahulunya yang suci. Lihatlah para murid-
murid Al-Haddad, Al-Haddar, Ibnu Ahmad Assegaf,
dan lainnya. Itulah ribath-ribath dan lembaga-lembaga
pendidikan Alawiyah yang menghiasi wajah dunia dan
memancarkan cahaya, tokoh-tokoh di masa ini seperti
Al-Habib Zain Bin Smith di Hijaz, Sadah Al-Syathiri di
bumi Al-Faqih Al-Muqoddam, keturunan Ibnul Hafidz
yang baik, keturunan Al-Masyhur dan Al-Haddar, serta
para sadah terpilih lainnya, mereka senantiasa menjadi
teladan, panutan, dan wajah yang bercahaya untuk
mendakwahkan ajaran pendahulunya.
***

Akan tetapi beban teramat berat, kesulitan semakin


besar, maka harus lebih banyak usaha yang dikerahkan
dan diberikan. Maka, apakah kalian akan kembali kepada
sumber ajaran para salaf, wahai para keturunan Alawiyin?
ُ َ ُّ ُ َ ْ ُ ُّ ُ ْ َ ُ َْ َْ َ
‫ﺤﻳﺒﻮﻧﻪ‬ َ
ِ ‫ﺤﻳﺒﻬﻢ و‬ ِ ٍ‫ﻓﺴﻮف ﻳﺄ ِ اﷲ ﺑِﻘﻮم‬
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya. (QS Al-Maidah: 54)
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 33
Semoga Allah mengembalikan kita kepada agama-
Nya dengan cara yang indah dan diberkahi. Dan itu
tidaklah sulit bagi Allah. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam.
***

34 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


MUKADIMAH
KITAB

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 35


36 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
﴾ ‫ﻴﻢ‬ َّ ٰ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬
ِ ‫﴿ ِۢ ا‬
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah ‫ﷻ‬, hanya karena nikmat-


Nya segala amal saleh menjadi sempurna, segala
keberkahan terlimpahkan, dan segala anugerah dapat
diraih. Semoga Allah ‫ ﷻ‬senantiasa mencurahkan shalawat
serta salam kepada junjungan para pemimpin dan teladan
para penuntun yaitu Nabi Muhammad putra Abdullah
‫ﷺ‬, makhluk terbaik di langit dan bumi. Dan juga kepada
keluarga Beliau yang merupakan sumber hikmah,
keamanan bagi umat, dan kunci-kunci rahmat. Demikian
juga kepada para sahabat Beliau ‫ ﷺ‬yang merupakan
bintang-bintang petunjuk dan lentera-lentera penuntun.
Serta kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik sampai hari kiamat yang telah dijanjikan, di setiap
saat, sepanjang masa, sebanyak yang diliputi oleh ilmu
Allah, seluas tinta kalimat Allah ‫ ﷻ‬yang sempurna.
Wa Ba’du

Sebab Penulisan
Al-Faqir Ilallah, penulis lembaran ini yang
senantiasa berharap semoga Allah ‫ ﷻ‬memperbaiki semua
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 37
maksud dan niatnya serta memberkahinya dengan ilmu
dan amal saleh, berkata:
Ketahuilah wahai saudaraku, kekasih terdekat dan
sahabat setia tersayang—Semoga Allah menganugerahi
kita agar dapat mengamalkan akhlak Asmaul Husna,
meraih tujuan termulia dan meneguk ‘minuman’ yang
paling memuaskan—. Ketika aku mendapati ucapan
panutan kita, Imam para ‘arifin, teladan para penempuh
jalan akhirat, Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi—
Semoga Allah memberikan manfaat berkat beliau dan
semua salaf yang saleh—yaitu ucapan beliau radhiyallahu
anhu ketika menjelaskan pengertian Thariqah Saadah
‘Alawiyiin:
ُ ْ ُ ْ ْ ْ َ َ َّ ّ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ
‫ اﻟ ِﻌﻠ ُﻢ َواﻟ َﻌ َﻤﻞ َواﻟ َﻮ َرع‬:‫ﻲﻫ‬
ِ ‫آل أ ِ ﻋﻠ ِﻮي ِإﻏﻤﺎ‬
ِ ‫ﻃ ِﺮﻳﻘﺔ اﻟﺴﺎد ِة‬
َّ َ َ ْ ْ َ ْ َ
َ ‫اﺨﻟ َ ْﻮ ُف ِﻣ‬
‫اﻹﺧﻼ ُص ُ َﻋ َّﺰ َو َﺟﻞ‬ ِ ‫و‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ا‬ ‫ﻦ‬ ‫و‬
Thariqah Saadah Keluarga Ba’alawi tidak lain
adalah : ilmu, amal, wara’, takut kepada Allah, dan
ikhlas karena-Nya ‫ﷻ‬.
Sayyidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi telah
mengutip definisi ini dalam kitab beliau ‘Iqdul Yawaaqit
Al-Jauhariyah, lantas beliau berkata: “Renungkan betapa
sempurna ketelitian serta keluasan pengetahuan dan
wawasan beliau. Beliau menghimpun seluruh karakter

38 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


para saadah yang mulia dan sifat mereka yang luhur
hanya dalam lima kalimat dan lima keadaan.”
Ketika aku mendapati ungkapan ini, aku cela
diriku yang selalu condong kepada keburukan karena
telah ceroboh dan tertinggal dalam menjalani thariqah
para saadah ini. Lantas tekad dan niatku yang terbatas
lagi lemah ini tergerak untuk menghimpun dalil-dalil
serta nash-nash jelas yang mudah didapat, faedah-
faedah, dan hal-hal yang dinilai baik serta bernilai tinggi
yang kiranya dapat menjelaskan lima hal yang menjadi
pondasi thariqah para pemilik ahwal (keadaan spiritual
yang menguasai hati) dan maqamat (derajat spritual)
ini. Semoga dengan membacanya, tergeraklah semangat
para penuntut ilmu dan semakin kuat tekad para salikin
(penempuh jalan akhirat) dari kalangan saudara-
saudaraku yang ingin menempuh thariqah ini. Sehingga
dapat mengantarkan mereka mengikuti jalan para ahli
thariqah dan mendapatkan hidayah di bawah naungan
petunjuk mereka.
Dalam tulisan ini, tidak ada yang aku lakukan
melainkan hanya menghimpun seraya berharap agar
tulisan ini dapat bermanfaat bagiku dan bagi seluruh
mukminin. Semoga, insya Allah, tulisan ini termasuk
amal-amal saleh yang kekal nilainya, serta kebaikan
yang terus mengalir manfaatnya dalam kehidupan dunia
ini maupun setelah kematian kelak.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 39


Walaupun aku akui kelemahan dan kekuranganku,
kebodohan serta ketidak-tekunanku, tapi sungguh aku
mengajak saudara-saudaraku, khususnya dari kalangan
ahlul bait yang suci dan umumnya kepada semua
mukminin, untuk berpegang teguh dengan thariqah ini
yang telah dijalani para saadah yang telah memperoleh
petunjuk dan para imam panutan. Semoga Allah ‫ﷻ‬
memberikan kita manfaat dengan keberadaan mereka
dalam urusan dunia maupun agama.
Sayyidina Imam Quthbul Irsyad wa Ghoustul
‘Ibad wal Bilaad, Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyalllah anhu berkata dalam rangka memotivasi kita
agar menempuh thariqah ini :
َ ُ ْ َْ َ َ
‫ﻴﻲﻠ ﻫﻞ ِﻣ ْﻦ ُﻣ ْﺴ ِﻌ ٍﺪ ِﻣﻨﻜ َﻤﺎ َﺒﻟ‬
َّ ‫ﺧ ِﻠ‬
َ
‫ار ٍس َوﺧ ِﻔ َّﻴ ِﺔ‬
َ
‫د‬ ‫ﻴﻞ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬َ ‫ُﺳﻠُﻮك‬
ِ ٍ ِ ِ
Wahai dua sahabatku, siapakah di antara kalian yang
ingin menggembirakanku dengan menapaki jalan yang
telah tergerus dan menjadi samar
ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ
‫ﺗﺄﺧﺮ ﻗﻨﻬﺎ اﻷﻛﺮﺜون وأﻋﺮﺿﻮا‬
َّ َ َ
‫ﻟ ِ َﻤﺎ َﻋ ِﻠ ُﻤﻮا ِﻲﻓ ﻗ ْﻄ ِﻌ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣﺸﻘ ِﺔ‬
Kebanyakan orang enggan dan berpaling dari jalan
ini, sebab mereka tahu ada kesukaran besar untuk
menempuhnya

40 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Keistimewaan Thariqah Alawiyah
Wahai saudara! Sudah seharusnya kita meneladani
para salaf. Meletakkan langkah kaki kita di atas tempat
yang pernah mereka pijak. Berjalan di atas jalan yang
pernah mereka lalui. Mengikuti semua perbuatan mereka,
baik dalam sikap menahan diri maupun ketika akan
melakukan sesuatu. Sebab thariqah mereka dibangun di
atas tiga hal:
1. Menetapi Al-Qur’an
2. Mengikuti Sunnah
3. Meneladani salaf/pendahulu umat ini.
Itulah jalan lurus yang diisyaratkan dalam firman
Allah ‫ﷻ‬:
َ َّ َ َ َ َ ُ ُّ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ ً َ ْ ُ ِ َ َ ٰ َّ َ َ
‫وأن ﻫﺬا ِﺮﺻا ﻣﺴﺘ ِﻘﻴﻤﺎ ﻓﺎﺗ ِﺒﻌﻮه وﻻ ﺗﺘ ِﺒﻌﻮا اﻟﺴﺒﻞ ﻓﺘﻔﺮق‬
َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ ُ ٰ َ ُ
‫ﺑِﻜ ْﻢ ﻗ ْﻦ َﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻪ ذ ِﻟﻜ ْﻢ َو َّﺻﺎﻛ ْﻢ ﺑِ ِﻪ ﻟ َﻌﻠﻜ ْﻢ ﻳﺘﻘﻮن‬
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian
itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS Al-
An’am: 153)
Abu ‘Aaliyah berkata mengenai firman Allah ‫ﷻ‬:
َ َ ‫ﻳﻦ أَ ْﻏ َﻌ ْﻤ‬
ْ‫ﺖ َﻋﻠﻴْﻬﻢ‬ َ ِ َّ ‫اط ا‬
َ ‫ﺮﺻ‬ َ ‫اط اﻟ ْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘ‬
َ (٦) ‫ﻴﻢ‬ ْ
َ ِّ ‫اﻫ ِﺪﻧَﺎ‬
َ ‫اﻟﺮﺼ‬
ِ ِ ِ

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 41


Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-
orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.
(QS Al-Fatihah: 6-7)
Beliau berkata: “Mereka adalah keluarga
Rasulullah‫ﷺ‬.”
Sayidina Imam Al-Habib Abdullah Al-Haddad
juga berkata:
“Sesungguhnya Thariqah Sadah Bani Alawy
adalah thariqah yang paling sempurna dan lurus. Jalan
hidup mereka adalah jalan hidup yang paling baik
dan ideal. Mereka berada di atas thariqah yang paling
istimewa, jalan yang paling luas, jelas, selamat dan
menjamin kesuksesan. Maka tidak patut apabila kholaf/
penerus mereka menempuh jalan yang berbeda dengan
jalan para salaf pendahulunya, atau berpaling dari thariqah
dan jalan hidup mereka. Sebab thariqah mereka adalah
thariqah yang kebenarannya telah terbukti melalui Al-
Qur’an yang agung, sunah mulia, atsar-atsar terpercaya,
serta jalan hidup para salaf yang sempurna. Mereka
mengambil semua itu secara turun-temurun, dari anak ke
ayah, ayah ke kakek, sampai kepada Nabi Muhammad
‫ﷺ‬.” (Demikian dikutip oleh Al-Imam Al-Habib Ali bin
Hasan Alathas di dalam kitabnya Al-Qirthos).
Imam yang pemberani Sayidina Al-Habib Thahir

42 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


bin Husain Bin Thahir radhiyallahu anhu berkata dalam
wasiatnya:
“Sesungguhnya kesempurnaan takwa, perincian,
serta garis besarnya telah diterapkan datuk-datuk dan
para salaf kita yang saleh dalam jalan hidup mereka yang
lurus dan thariqah mereka yang benar. Thariqah dan
jalan hidup mereka adalah tali yang sangat kokoh. Tidak
ada yang berpegang teguh dengannya kecuali orang yang
paling bertakwa, dan tidak ada yang berpaling darinya
kecuali orang yang paling celaka. Thariqah ini tidak
lain adalah thariqah Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para khulafaur
rasyidin yang istimewa, yang diperintahkan untuk
dipegang erat-erat oleh setiap orang yang ingin mencari
dan menempuhnya.
Penjelasan rinci serta penjabaran mengenai
thariqah ini sangat luas dan panjang. Secara garis besar,
sebagian karakter thariqah ini dapat diisyaratkan dengan
penjelasan berikut: Thariqah ini terdiri dari berbagai
ilmu dan amal, mensucikan hati dari sifat-sifat rendah
dan menghiasinya dengan akhlak terpuji dan benar, serta
menghabiskan seluruh waktu untuk beragam ketaatan dan
amal saleh, memperbaiki niat, berteman dengan orang-
orang yang baik, memutus hubungan dengan orang-orang
yang tidak baik, khumul/tidak ingin dikenal, merendah,
lari dan menjauhi keributan dan kontroversi; disertai

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 43


mengakui kekurangan diri, bersikap adil, budi pekerti
luhur, jiwa-jiwa yang menjaga harga diri, berhimmah/
cita-cita tinggi, sikap wara’ yang mengekang (dari
yang haram dan syubhat), zuhud yang sempurna, lemah
lembut, tidak berlebihan, tidak terikat adat kebiasaan,
dan perhatian penuh terhadap akhirat.
Ini sekelumit gambaran dan sedikit dari yang banyak
mengenai thariqah mereka. Aku menyampaikannya untuk
mengambil keberkahan dan membangkitkan kerinduan
pecinta thariqah ini. Dan agar orang bodoh tidak dapat
mengaku-ngaku telah menempuhnya tanpa menerapkan
semua ini. Minimal yang harus dilakukan adalah bersikap
adil, dan tidak ada yang lebih indah daripada mengakui
kekurangan diri.”
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
radhiyallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya Thariqah ‘Alawiyah lahiriyahnya
adalah berbagai ilmu agama dan amalan, batinnya
adalah memantapkan maqamat dan ahwal, adabnya
adalah menjaga asror (rahasia) dan cemburu atas
tersebarnya rahasia ini. Lahiriyahnya adalah ilmu dan
amal berdasarkan metode yang benar sebagaimana yang
dijelaskan oleh Imam Ghazali. Sedangkan batinnya
adalah memantapkan hakikat dan memurnikan tauhid

44 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


sebagaimana yang telah diterangkan oleh Imam Syadzili.
Ilmu-ilmu mereka adalah ilmu kaum yang khusus.
Ciri khas mereka adalah menghapus penampilan
lahiriyah yang semu. Mereka berharap kepada Allah
dengan cara mendekatkan diri kepada-Nya melalui segala
amal ibadah. Mereka mengakui adanya pengikatan janji,
talqin (menuntun bacaan zikir), pemakaian khirqoh
(kopiah atau jubah sebagai bentuk izin untuk mendidik),
melakukan kholwat (menyendiri di tempat yang sunyi
untuk beribadah), riyadhah (olah rohani), mujahadah
(berjuang menundukkan nafsu), dan ikatan persahabatan
khusus. Sebagian besar mujahadah mereka adalah dengan
berusaha keras membersihkan hati, mempersiapkan
diri untuk menghadang nafahat (anugerah) kedekatan
dari Allah di jalan kebenaran, mendekatkan diri kepada
Allah dengan segala bentuk ibadah bersama menjaga
persahabatan dengan orang-orang yang memperoleh
petunjuk.
Dengan adanya kesungguhan dalam meng-
hadapkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬, pasti ia akan memperoleh
anugerah-Nya. Dan dengan adanya kesungguhan hati,
ketekunan, serta mengerahkan segala kemampuan, pasti
ia akan mendapatkan fath (pembukaan spiritual) dari
Allah. Allah ‫ ﷻ‬berfirman :
َ ‫ﺤﺴﻨ‬ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َّ َ
‫ﻦﻴ‬ ِ ِ ‫وا ِ ﻳﻦ ﺟﺎﻫﺪوا ِﻓﻴﻨﺎ ﺠَﻬ ِﺪﻓﻨﻬﻢ ﺳﺒﻠﻨﺎ وإِن اﷲ ﻟﻤﻊ اﻟﻤ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 45
“Dan orang-orang yang berjihad untuk [mencari
keridaan] Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS.
Al-Ankabut: 69).” (Dikutip dari kumpulan kalam beliau
dalam An-Nahr Al-Maurud).
Imam Ahmad bin Hasan Alattas nafa’anallahu
bihi pernah ditanya tentang definisi Thariqah Alawiyah.
Maka beliau berkata :
“Lahiriyahnya bersifat Ghozaliyah. Batiniahnya
bersifat Syadziliyah. Maksudnya lahiriyahnya adalah
mengosongkan diri dari akhlak tercela dan menghiasi
diri dengan akhlak terpuji sesuai dengan ajaran Imam
Ghazali. Sedangkan batiniyahnya adalah menyaksikan
anugerah dari Allah ‫ ﷻ‬sejak langkah awal perjalanannya
sesuai dengan ajaran Imam Syadzili.”
Beliau berkata: “Jika ingin, Thariqah Alawiyah
bisa di sebut juga dengan thariqah keselamatan dan
istikamah. Atau bisa disebut: thariqah menghadang
(anugerah) dan menghadap (kepada Allah ‫)ﷻ‬. Atau
bisa disebut: thariqah mengosongkan (dari sifat tercela)
dan menghiasi (dengan sifat terpuji). Atau bisa disebut:
Thariqah petunjuk dan ketenangan. Atau bisa disebut:
Thariqah menghapus (sifat buruk) dan menetapkan (sifat
terpuji). Bisa disebut juga: thariqah menahan beratnya

46 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


amal dan menahan gangguan. Bisa disebut juga: thariqah
keselamatan dan kepasrahan. Thariqah Alawiyah, sesuai
dengan perkataan Imam Abdurrahman bin Abdullah
Bilfaqih adalah:
ُ َْ ْ ََ ُ ْ َ ْ ُ َ ِّ
ٍ ‫ﻮص ﺒﻟ َوﺟ ٍﻪ ﺨﻣﺼ‬
‫ﻮص‬ ِ ‫اﻳﺒﺎع اﻟﻤﻨﺼ‬
Mengikuti mansush (yang digariskan Al-Qur’an
dan sunah) dengan cara khusus.
Kemudian beliau berkata: “Jalan para salaf
adalah beramal pada kondisi yang menuntut beramal,
meninggalkan amal pada kondisi yang menuntut
untuk meninggalkannya, berniat dalam kondisi yang
mengharuskan berniat, dan menjelaskan dalam posisi
yang menuntut penjelasan. Thariqah ini, teringkas dalam
ucapan Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad :
ً َّ ْ ْ
‫ﷲ َواﻳﺒَﻊ ُﺳﻨﺔ‬ َ َ ْ َْ
ِ ‫َواﻟﺰم ِﻛﺘﺎب ا‬
َ َْْ ُ َ َ َ َْْ َ
‫واﻗﺘﺪ ﻫﺪاك اﷲ ﺑِﺎﻷﺳﻼ ِف‬
Lazimilah Al-Qur’an dan ikutilah sunah,
teladanilah para ulama salaf, semoga Allah memberimu
petunjuk.
Beliau Al-Habib Ahmad bin Hasan Alathas—
nafa’anallahu bih—juga berkata:
“Ahlul Bait, thariqahnya adalah amal. Mereka
tidak menuntut ilmu kecuali ilmu yang memberikan
petunjuk untuk beramal dan membuat mereka menjaga
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 47
amal. Sisanya mereka peroleh langsung dari limpahan
anugerah Allah ‫ﷻ‬. Mereka menerima ilmu-ilmu yang
mutlaq (yang berasal dari ilham) ataupun muqoyad
(yang berasal dari guru) dari arah ketakwaan yang telah
diisyaratkan di dalam firman Allah ‫ ﷻ‬:
ُ ُ ِّ َ ُ َ َ
ُ ‫ﻜ ُﻢ‬ ُ َّ
‫اﷲ‬ ‫َواﻳﻘﻮا اﷲ وﻳﻌﻠﻤ‬
“Bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan menga-
jari kalian”. (QS. Al-Baqarah : 282)
***

Anjuran Untuk Mengikuti Thariqah Alawiyah


Sayid Allamah Ahmad bin Abubakar bin Smith
nafa’anallahu bih berkata:
“Sesungguhnya Thariqah Alawiyah telah
menghimpun berbagai rahasia yang terdapat dalam
thariqah-thariqah Islamiyah lainnya. Thariqah ini
menjadi berbeda karena karakter-karakternya yang luhur
sebab ia dibangun di atas jalan Thariqah Syaziliyah dan
thariqah lain sejenisnya yang menerapkan hakikat tajrid
(mengosongkan segala sesuatu kecuali Allah) dan tauhid.
Dan juga di atas jalan Ghazaliyah yang menerapkan
berbagai mujahadah (berjuang menundukkan nafsu).
Thariqah ini tidak tersisipi oleh penyimpangan sedikitpun,
para penganutnya tetap berada di jalannya sepanjang
48 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
zaman, diwarisi generasi demi generasi sampai saat ini.”
Sayid Imam Abubakar bin Abdurrahman Bin
Syihabuddin rahimahullah berkata:
ِّ َ َ َ
َْ ‫ﻳَ ْﺮ ُوون ﻗ ْﻦ آﺑَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻗ ْﻦ َﺟﺪ ِﻫ ْﻢ‬
‫ﺎﻃ ِﺮ‬ َ ْ‫ﻴﻞ َﻋﻦ اﻟ‬
َ َْ ْ َ
ِ ‫ﻳﺰ اﻟﻔ‬‫ﺰ‬
ِ ِ ‫ﻌ‬ ِ ‫ﻗﻦ ِﺟﺮﺒ ِﺜ‬
Mereka meriwayatkan dari leluhur mereka lalu dari
kakek mereka (Rasulullah ‫)ﷺ‬. Dari Malaikat Jibril yang
mendapatkannya dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi
Maha Pencipta
ً ْ َ َ ْ َّ َ
ْ ‫ﻮل ُﻣ َﺴﻠ َﺴﻼ‬ ُ َّ ُّ
ِ ‫ﺣ اﻏﺘﻰﻬ ِﺮﺳ اﻟﺮﺳ‬
‫ﺎﺮﺿ‬ َ ‫اﺤﻟ‬ ‫ﺎن‬‫ﻣ‬ َّ ‫ِﻓﻴﻬ ْﻢ إ َﻰﻟ ٰﻫ َﺬا‬
َ ‫اﻟﺰ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
Sehingga rahasia Rasul ‫ ﷺ‬tersampaikan sambung-
menyambung di antara mereka hingga waktu yang ada
saat ini.
Kemudian, aku mengingatkan diriku dan mereka
yang seperti diriku, khususnya para keluarga Nabi ‫ﷺ‬, agar
tidak menyelisihi jalan hidup para salaf yang saleh dan
tidak memilih thariqah selain thariqah Sadah Ba’alawi.
Tidaklah patut bagi kita untuk berpaling dari thariqah
mereka, padahal Al-Qur’an dan sunah telah menjadi
saksi keistiqomahan mereka, dan semua kalangan telah
menyepakati keunggulan mereka. Semua kebaikan
terletak di dalam mengikuti mereka baik dalam ucapan,
perbuatan dan akidahnya.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 49
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad radhiyallahu
anhu berkata:
“Para Sadah keluarga Ba’alawi, semua urusannya
telah diatur sesuai dengan sunah dan adat-istiadat yang
baik. Barang siapa yang keluar dari jalan mereka, maka ia
adalah orang yang memiliki sedikit kebaikan. Ia menjadi
seperti seekor burung gagak yang terkesima dengan cara
berjalan burung Qatha dan hendak menirunya. Akan
tetapi ia tidak pandai meniru, lantas ia ingin kembali
kepada cara jalannya semula, namun ia sudah tidak lagi
mengetahui dan mengingatnya.”
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu berkata:
“Siapapun—dari kalangan Alawiyin—yang
condong kepada selain thariqah salaf Alawiyin dan
berjalan di jalan yang berlainan dengan jalan hidup
mereka, maka para salaf akan membiarkannya beserta
apa yang ia lakukan. Akan tetapi ia tidak akan diberi
kemanfaatan, tidak pula akan ditinggikan derajatnya
walau memiliki ilmu dan amal yang tinggi dan banyak.”
Sayidina Arif Billah Abdullah bin Muhsin Alathas
radhiyallahu anhu berkata:
“Siapa saja (dari kalangan Alawiyin) yang
menyelisihi jalan hidup dan thariqah salaf Ba’alawi
maka dia akan terhijab walaupun berada pada thariqah

50 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


yang benar. Karena ia telah menjadi keturunan yang
durhaka ketika menyelisihi thariqah salafnya. Seorang
yang durhaka tidak akan mendapatkan apa-apa walaupun
berada pada thariqah yang benar.
Ia tidak akan menyelisihi thariqah salafnya
kecuali karena menganggap thariqah lain lebih baik
dan thariqah salafnya memiliki sesuatu yang kurang
baik dalam pandangannya. Dengan prasangkanya itu ia
menjadi seorang yang durhaka. Di antara kebiasaan para
salaf bahwa mereka tidak suka apabila anak cucunya
mengambil thariqah dari orang lain kecuali hanya sebatas
untuk tabaruk (mengambil keberkahan).”
Beliau radhiyallahu anhu melanjutkan:
“Semua kebaikan ada dalam mengikuti salaf
radhiyallahu anhum. Seseorang hanya akan melelahkan
dirinya jika tidak berada di jalan salafnya yang saleh
dalam setiap amal, perkataan, dan tingkah-lakunya.
Walaupun ilmunya telah mencapai ketinggian seperti
apapun juga, dan walaupun ia telah menjadi seorang
wali, jika jalan hidupnya dalam ilmu dan amal tidak
mengikuti para salaf maka tidak akan ada manfaat yang
dapat diambil darinya.”
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
nafa’anallah bih berkata:
“Para Sadah Bani Alawi memiliki sifat cemburu
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 51
yang kuat terhadap thariqah salaf mereka, tidak ingin
thariqahnya dicampuri dengan thariqah yang lain. Pernah
suatu ketika, salah seorang dari kalangan sayid mengikuti
thariqah lain, maka para tokoh besar Ba’alawi saat itu
melontarkan teguran dan kecaman terhadapnya. Ini jika
ia mengikuti thariqah lain untuk dijadikan pedoman
(tahkim). Adapun jika ia mengambil dari thariqah lain
semata-mata untuk mencari keberkahan, maka para
salaf pun melakukannya dan menyatakan kebolehannya.
Mereka mengambil dari semua thariqah tanpa ada
larangan dan pembatasan. Bahkan para salaf menimba
ilmu dari siapapun yang memiliki ilmu, baik yang muda
maupun yang tua. Sehingga ada di antara mereka yang
mempunyai sekitar seribu orang guru.” (Dikutip dari
kitab An-Nahr Al-Maurud).
***

Pentingnya Himmah/Cita-Cita
Ketahuilah! Adalah sangat ditekankan bagi Ahlul
Bait secara khusus dan setiap orang secara umum, untuk
berusaha menguasai ilmu-ilmu syariat; menghias diri
dengan akhlak Nabi ‫ ﷺ‬setelah sebelumnya membersihkan
hati dari sifat-sifat rendah; mengerahkan diri dan
mengarahkannya untuk mengikuti jejak para datuk dan
salaf mereka yang berhimmah/cita-cita tinggi dan berjiwa

52 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


mulia. Dengan demikian, mereka dapat meraih maqam-
maqam agung yang pernah diraih oleh para salaf, dan
mencapai derajat-derajat tinggi sebagaimana yang pernah
dicapai oleh mereka.
Al-Arif Billah Sayidina Ahmad bin Hasan Alathas
nafa’Allah bih berkata:
“Harga untuk mendapatkan berbagai anugerah
ilahi ada tiga: berusaha sungguh-sungguh untuk
mendapatkannya, menghadap Allah ‫ ﷻ‬dengan baik, serta
niat yang baik. Jika seseorang melakukan tiga hal ini, ia
akan meraih keinginannya.”
Dalam ucapan di atas, beliau radhiyallahu anhu
mengajarkan jalan untuk mendapatkan cita-cita dan
menganjurkan agar kita bersungguh-sungguh dalam
mencarinya. Niat adalah inti dari semua ketaatan,
sedangkan himmah/cita-cita adalah dasar dari segala
kebaikan. Di atas kedua hal inilah dibangun semua amal
saleh dan akhlak-akhlak yang indah. Oleh karena itu
aku berpesan kepada diriku sendiri serta kepada teman-
teman dekatku untuk selalu melazimi kesungguhan
dan ketekunan, menjauhi kelemahan dan kecerobohan.
Kehidupan kita ini bukanlah main-main, sedangkan umur
kita sangat pendek. Bukan hal luar biasa apabila seorang
mengakui kekurangan diri ketika ia kurang berusaha.
Akan tetapi yang luar biasa adalah ketika ia melihat

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 53


dirinya selalu kurang, ketika telah berusaha dengan tekun
dan maksimal.
Ketahuilah wahai saudara sekalian! Semakin
mulia sebuah cita-cita, semakin berat pula kepayahan dan
kesusahan untuk meraihnya. Derajat-derajat tinggi tidak
dapat diraih dengan bersantai-santai tanpa keseriusan,
tidak pula dapat digapai dengan sekedar mengaku-ngaku
atau angan-angan. Akan tetapi cara menggapainya adalah
seperti yang dituturkan oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi
Al-Haddad seorang imam yang senantiasa memberi
nasihat kepada manusia:
“Seseorang tidak akan mampu menyelesaikan
perjalanan zahir maupun batin kecuali dengan cita-cita
tinggi yang sungguh-sungguh. Siapa yang memelihara
sifat malas dan lemah, menjadikan menunda-nunda
sebagai ‘pakaiannya’, maka tidak mungkin ia akan
sukses dalam urusan apa pun. Tidak pula ia dapat meraih
keinginannya, kecuali apa yang Allah kehendaki. Kaidah
ini telah disepakati oleh kaum bijak bestari dalam agama
maupun keduniaan.” (Dikutip dari surat-menyurat
beliau).
Al-Habib Abdullah Al-Haddad radhiyallahu anhu
berkata dalam syairnya:
ُ ْ َّ َ َ َ
‫ﻴﻖ ﻗ ْﻢ َو َﺑﺎ ِد ْر‬
ِ ‫ﻳﺎ ﻃﺎ ِﻟﺐ اﺤﻛﺤ ِﻘ‬
َ ْ َ ْ َ ََ ْ َْ َ
‫ﺎﻃ ْﺮ‬
ِ ‫ﺎق اﻟ ِﻬﻤﻢ َوﺧ‬
ِ ‫واﻏﻬﺾ ﺒﻟ ﺳ‬
54 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Wahai engkau yang ingin mewujudkan
impian,bangunlah segera tanpa menunda. Bangkitlah
dengan penuh semangat dan hadapilah segala bahaya.
ْ َْ َ ْ ْ َ
‫ﺮﺒ َﺒﻟ ﻗﻤ ِﻊ اﻟ َﻬ َﻮى َو َﺻﺎﺑِ ْﺮ‬
ِ ‫واﺻ‬
ْ َْ َ َ ُ ْ َْ َ ََ ْ ُ ْ َ
‫واﺻﺪق وﻻ ﻳﺮﺒح ﻣﻼ ِزم اﻛﺎب‬
Bersabarlah dalam menundukkan hawa nafsu dan
kuatkan dirimu. Bersungguh-sungguhlah dan jangan
pernah menjauh dari pintu tujuanmu
Imam Al-Quthb Abdullah bin Abubakar Alaydrus
radhiyallahu anhu wa nafaana bih berkata:
“Jika tekadmu kurang kuat, mata hatimu tak dapat
melihat, nafsumu tidak terkendali, pikiranmu tumpul tak
dapat digunakan, maka engkau tidak akan dapat meraih
keinginanmu tidak pula dapat sampai kepada yang
engkau cintai.”
Beliau juga berkata: “Siapa yang ingin
mendapatkan kejernihan hati rabani, hendaknya ia
merendahkan diri dan menunjukkan kefakiran di hadapan
Tuhan dalam kegelapan malam.”
Imam yang agung Sayidina Ahmad bin Zain Al-
Habsyi radhiyallahu anhu berkata:
“Tidak mungkin seorang menggapai suatu
maqam (derajat spiritual) kecuali jika jiwanya terlebih
dahulu menginginkan maqam itu. Tanpa keinginan,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 55
tidaklah mungkin ia sampai kepadanya. Tradisi Allah
‫ ﷻ‬telah berlaku bahwa seorang tidak akan dapat sampai
pada satu kedudukan kecuali jika jiwanya sangat
menginginkan kedudukan itu, dan tekadnya terfokus
untuk dapat menggapainya. Maka tidak akan didapat
madad (pertolongan Allah) kecuali dengan adanya tekad,
walaupun yang ingin digapai adalah maqam Quthb
(puncak para wali). Allah ‫ ﷻ‬tidak memberikan sesuatu
pun kepada seorang hamba, kecuali memberikan pula
kemampuan untuk siap menerimanya. Betapa banyak
orang saleh yang tidak memiliki cita-cita untuk naik ke
derajat yang lebih tinggi, sehingga ia tidak meraih selain
apa yang telah ia dapatkan saja.”
Imam yang pemberani, Sayidina Muhammad bin
Zain Bin Smith radhiyallahu anhu berkata dalam salah
satu isi surat-menyuratnya:
“Dengan bergerak akan datang keberkahan.
Dengan menggoyangkan pohon, akan berjatuhan
buahnya. Dengan menghadapkan diri, akan terjadi saling
memandang. Dengan kesiapan, akan turun pertolongan.
Dengan usaha yang keras, akan terhasilkan musyahadah.
ََ َّ َ ْ َ َ َ َ ِ َّ ‫َوا‬
‫ﻳﻦ َﺟﺎﻫ ُﺪوا ِﻓﻴﻨﺎ ﺠَﻬ ِﺪﻓﻨ ُﻬ ْﻢ ُﺳﺒُﻠﻨﺎ‬
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS Al-Ankabut: 69)
56 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan
berhasil. Setiap orang yang berjalan di suatu jalan maka
suatu saat ia akan sampai juga. Himmah/cita-cita adalah
cetakan dari taufiq.”
Al-Mutanabbi berkata dalam syairnya:
ْ
ُ‫ﺒﻟ ﻗَ ْﺪر أَ ْﻫﻞ اﻟْ َﻌ ْﺰمِ ﺗَﺄ اﻟْ َﻌ َﺰاﺋِﻢ‬
ََ
ِ ِ ِ
ََ ََْ
ُ‫ﺒﻟ ﻗَ ْﺪر اﻟْﻜ َﺮامِ اﻟ ْ َﻤ َﺎﻜرم‬
ِ ِ ِ ِ ‫وﺗﺄ‬
Besarnya cita-cita sesuai dengan kadar orang yang
mengiginkannya. Demikian pula kedermawanan, datang
sesuai kadar si penderma
َُ َ َّ ‫َو َﻳ ْﻌ ُﻈ ُﻢ ﻲﻓ َﻗ ْﻦﻴ‬
‫ﺎ‬‫ﻫ‬ ‫ﺎر‬‫ﻐ‬ ‫ﺻ‬
ِ ‫ﺮﻴ‬
ِ ‫ﻐ‬
ِ ‫اﻟﺼ‬ ِ ِ
ُ‫َوﺗَ ْﺼ ُﻐ ُﺮ ﻲﻓ َﻗ ْﻦﻴ اﻟْ َﻌﻈﻴﻢ اﻟْ َﻌ َﻈﺎﺋِﻢ‬
ِ ِ ِ ِ
Cita-cita kecil akan nampak besar di mata dia yang
berjiwa kecil. Dan cita-cita besar akan nampak kecil di
mata pemilik jiwa yang besar.
Jika kita perhatikan, ada suatu hal yang
menakjubkan dan cara kerja ajaib dalam diri manusia.
Dengan takdir Allah, ketika seorang menginginkan
sesuatu kemudian ia memfokuskan seluruh tekadnya
pada sesuatu itu dengan totalitas, maka hampir dapat
dipastikan ia pasti akan dapat meraihnya, apa pun yang ia
inginkan itu. Ini seperti yang dikatakan oleh lisan banyak
orang:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 57


َ ْ
ُ‫ﻷ ْﻗ َﻈﻢ‬ ُ ْ ُ َّ ْ َ
‫ﷲا‬
ِ ‫اﻟ ِﻬﻤﺔ ِاﺳﻢ ا‬
“Himmah (tekad kuat) adalah nama Allah teragung1”
Kapan seseorang menyempurnakan bentuk
himmahnya, maka Allah akan tiupkan ruh taufiq
(petunjuk) di dalamnya. Demikianlah hukum Allah
yang berlaku pada makhluk-Nya, dan engkau tidak akan
menemukan perubahan dan pergantian di dalamnya.”
(Dikutip dari Manaqib beliau dalam kitab Majma Al-
Bahrain).
Sebagian Arifin nafa’anallah bihim berkata:
“Tidak ada satu pun kebaikan kecuali di situ
terdapat rintangan yang harus dilewati dengan kesabaran.
Siapa yang bersabar melewati kesulitan rintangan itu,
ia akan menggapai ketenangan jiwa dan kemudahan.
Melewati rintangan itu tidak lain adalah dengan berjuang
melawan nafsu kemudian menentang hawa.”
Sayidina Abdullāh bin Alwi Al-Haddad dalam
kitabnya Al-Hikam menyebutkan:
َ َْ َ ََْ ََُْ َ ْ َ َْ َ َ
‫ﻦﻴ اﻟﻐﻨﺎﺋِ ِﻢ‬ ‫َﻣ ْﻦ ﻳ َﻌ َّﻮد ﻏﻘﺾ اﻟ َﻌ َﺰاﺋِ ِﻢ ِﺣﻴﻞ ﺑﻴﻨﻪ وﺑ‬
Barang siapa yang terbiasa mengurungkan niat-
niatnya, maka ia akan terhalang dari berbagai
kesuksesan.

1 Nama Allah yang teragung atau Ismul A’dzom, adalah nama Allah ‫ﷻ‬
yang apabila disebutkan dalam doa, pasti doa itu dikabulkan.

58 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Dalam kitab yang sama disebutkan:
َْ
َ ُ َْ َ
‫ﺎر َﻣ ْﻦ ﻟ ْﻢ ﻳُ َﻮ ِّﻃ ْﻦ ﻏﻔ َﺴﻪ َﺒﻟ‬ َ ‫اﻷ ْو‬
‫ﻃ‬ ‫و‬ َ ‫ﻮغ ْاﻵ َﻣﺎل‬
ِ
ُُ َُ َْ َ
‫ﻻ ﻓﻄﻤﻊ ِﻲﻓ ﺑﻠ‬
َ ِ َ ِ
ْ
َ ْ َ ‫ُرﻛﻮب اﻷ ْﻫ َﻮ‬ ْ ُ
‫ﺎر‬
ِ ‫ال واﻷﺧﻄ‬ ِ ِ
Janganlah seorang berharap dapat menggapai cita-cita
dan harapan, jika ia tidak mau meneguhkan dirinya
untuk menerjang berbagai bahaya menakutkan dan
resiko-resiko besar.
Sayidina Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu anhu
pernah berkata:
“Milikilah tekad untuk menggapai cita-cita yang
tinggi. Jangan merasa cukup dengan cita-cita yang rendah.
Karena sungguh aku tidak pernah bertekad mendapatkan
sesuatu kecuali akhirnya aku dapat meraihnya.” Yakni,
beliau pernah bercita-cita untuk menjadi khalifah,
kemudian Allah ‫ ﷻ‬menyampaikan cita-cita beliau.
Imam Al-Qusyairi rahimahullah berkata :
“Siapa yang di awalnya tidak bermujahadah
(berjuang melawan nafsu), maka ia tak akan mendapatkan
apa-apa dari thariqah ini (tasawuf)”
Ulama lainnya berkata:
“Siapa yang tidak memiliki awal yang membara,
tidak akan memiliki akhir yang cemerlang.”
Ketahuilah! Termasuk karakter seorang yang
berkemauan tinggi dan berjiwa mulia adalah menyukai

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 59


derajat-derajat yang tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh
Sayidina Qutbul Irsyad Abdullah bin Alwi Al-Haddad,
setelah menceritakan keadaan para salaf, mujahadah, dan
keagungan akhlak mereka, beliau berkata:
َ ْ ََ ُ ْ ََ ْ َ ْ َ ُ ْ ََ
‫ﻤﺣﻞ ﻏﻔ ِ ﻣﺎ اﺳﺘﻄﻌﺖ ﺒﻟ اﻗ ِﺘﻔﺎ‬ِ ‫وأ‬
ْ َّ َ َّ َ ُ َّ َ ُ َ
‫ﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻬﻢ ﺣ أوﺳﺪ ِﻲﻓ اﻟﺮﻣ ِﻞ‬
Aku akan paksa diriku sekuat tenaga yang kumiliki
untuk menapaki jalan mereka, sampai jasadku terkubur
dalam tanah.
Sayidina Imam Al-Quthb Muhyin Nufus Al-Habib
Abdullah bin Abubakar Alaydrus nafa’annallahu bih
berkata :
َ َّ ْ َ
َّ َ ْ َ َ َ َ ْ
‫ﺎت‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻟ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﺎﻟﺴ‬ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻲﻋ‬
ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻟﻴﺲ اﻟﻔ ﻣﻦ ﻳ‬
ََ َ َ ْ َ َ َ ْ َّ
(‫ )أﻧﺎ‬: ‫ِإن اﻟـــﻔــــ ﻣـــﻦ ﻗﺎل‬
Pemuda sejati, bukan ia yang berbangga dengan para
pendahulu yang telah berlalu. Pemuda sejati adalah dia
yang dengan lantang berkata: Inilah Aku!
***

Anjuran Mengikuti Sunah


Ketahuilah! Kunci keberuntungan adalah
mengikuti sunah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Tidak ada jalan
untuk meraih segala cita-cita kecuali dengan mengikuti
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam ucapan, perbuatan, dan seluruh
keadaannya, baik berupa ibadah maupun adat kebiasaan.
60 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Imam Junaid bin Muhammad yang bergelar
Sayidut Thaifah (junjungan kaum sufi) rahimahullah
berkata :
“Semua jalan menuju (keridhaan) Allah tertutup,
kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rasulullah ‫ﷺ‬.”
Para salaf yang saleh sangat gigih dan tulus dalam
meneladani dan mengikuti Sayidina Rasulullah ‫ﷺ‬.
Mereka meletakkan telapak kakinya di tempat yang telah
dipijak oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam segala sesuatu, baik
ketika akan melakukan sesuatu atau meninggalkannya,
ketika akan maju maupun mundur:
ْ
‫ﻮل َو َﺻﺤ ِﺒ ِﻪ‬ ُ َّ َ َ َ َ ُ َ َ
ِ ‫ﺛﺒﺘﻮا ﺒﻟ ﻗﺪمِ اﻟﺮﺳ‬
َّ َ‫ ﻓَ َﺴ ْﻞ َوﺗَــﺘ‬،‫ـﻢ‬
‫ـﺒ ِﻊ‬ ُ َ‫ـــﻦﻴ ﻟ‬
ْ ‫ـــﻬ‬ َ َّ ‫َو‬
‫اﺤﻛﺎﺑِ ِﻌ‬
Mereka telah teguh berpijak di jalan Rasul, para
sahabat, dan para pengikutnya. Jika kau tidak percaya,
tanyakan dan telitilah..
َ ْ َ ََ َ َ َ
َّ ‫ﺒﻟ ﻗَ ْﺼﺪ‬
‫ﻴﻞ إِﻰﻟ اﻟ ُﻌﻼ‬‫ﺒ‬
ِ ِ ‫اﻟﺴ‬ ِ ‫وﻣﻀﻮا‬
َ ٍّ َ َ َ ً
َ َ َ
‫ـــﺠﺪ أ ْو َز ِع‬
ِ ِ‫ﻗــﺪﻣﺎ ﺒﻟ ﻗـــﺪمٍ ﺑ‬
Mereka telah melintas di atas jalan lurus menuju
keluhuran. Menapaki langkah demi langkah dengan
kesungguhan tak tertandingi..
Mereka paksakan dirinya untuk berusaha
menghias diri dengan perangai mulia, setelah sebelumnya
membersihkannya dari perangai tercela. Mereka berusaha
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 61
dengan keras untuk beribadah kepada Allah ‫ ﷻ‬sehingga
mereka sukses meraih harapannya dan mendapat Imdad
(pemberian-pemberian) yang sempurna dari Allah.
Demikian disebutkan dalam gubahan syair Sayidina
Qutbul Irsyad Abdullah ibn Alwi Al-Haddad tentang
karakter mereka: َ ٌ ُ ‫اﻟﺮ ْﻤﺣٰﻦ َﺳ‬
َّ ‫ر َﺟﺎل إﻰﻟ‬
‫ﺎروا ﺑِ ِﻬ َّﻤ ٍﺔ‬ ِ ِ ِ
َْ ْ َ ْ
ْ َ ْ ِّ َ َ
‫ﺮﻴ َﺨﺋِ ِﻖ‬
ِ ‫اﻹﺧﻼ ِص ِﻣﻦ ﻟ‬ِ ‫ﻣﻊ اﻟﺼﺪ ِق و‬
Merekalah orang-orang yang berjalan kepada
Ar-Rahman dengan penuh semangat, kesungguhan dan
hati yang tulus tanpa ada yang dapat menghalanginya.
َُ ُ َ ‫ﻞﻛ اﻟ ْ َﻤ‬
ُّ ُ َّ ُ َ َ
‫ﺐ دوﻧﻪ‬ ‫ﻟ‬
ِ ِ ‫ﺎ‬‫ﻄ‬ ‫ي‬ ِ ‫ﻓﻨﺎﻟﻮا ا‬
َ َْ ْ َ
‫ﻳﻢ َو َراﺋِ ِﻖ‬
ٍ ‫ـــﺮ‬
ِ ‫ـــﺶ ﻛ‬
ٍ ‫ﻓـ ِﻠﻠ ِﻪ ِﻣﻦ ﻗﻴ‬
Sampai meraih maksud tertinggi yang semua
maksud lain tak ada nilainya lagi. Semua milik Allah,
betapa mengagumkan kehidupan mulia dan luhur yang
mereka jalani.
Dalam gubahan syair yang lain beliau berkata :
َُٰ َْ ْ ُ َ َْْ َ ََ ََْ
‫وﻗﺪ درج اﻷﺳﻼف ِﻣﻦ ﻗﺒ ِﻞ ﻫﺆﻻ‬
ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ُ َّ َ
‫ـــﺎرمِ َواﻟﻔﻀ ِﻞ‬
ِ ‫ـــﻢ ﻏﻴﻞ اﻟ َﻤﻜ‬ ‫و ِﻫﻤﺘﻬ‬
Sebelum mereka, para salaf telah berlalu
mendahului, dengan cita-cita tinggi untuk menggapai
berbagai kemuliaan dan keutamaan.
62 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
َ ‫ﻟَ َﻘ ْﺪ َرﻓَ ُﻀﻮا ا ُّ ْﻏﻴَﺎ اﻟْ َﻐ ُﺮ‬
‫ور َو َﻣﺎ َﺳ َﻌ ْﻮا‬
ْ َ ْ ُ َ َُ َْ َّ َ َ
ِ ‫ﻟﻬﺎ َواﻟ‬
‫ـــﺬي ﻳﺄ ِ ﻓﺒﺎدر ﺑِﺎﻟـــﺒﺬ ِل‬
Mereka menolak dunia yang penuh tipu daya, tak
pernah sekalipun berusaha mendapatkannya. Dan jika
dunia datang, dengan segera mereka sedekahkan.
ْ
‫ﺎل ُﻣﻨ ِﻔ ٌﻖ‬‫ﻤ‬َ ْ ‫ﺮﻴ ُﻫ ُﻢ ُﺣ ٌّﺮ َو ُذو اﻟ‬
ُ ‫ﻓَﻘ‬
ِ ِ
ْ ُّ َ َ َ َ َ َ
‫ﷲ ِﻲﻓ ﺻﺎ ِﻟ ِﺢ اﻟﺴﺒ ِﻞ‬
ِ ‫اب ا‬
ِ ‫رﺟـــﺎء ﺛـــﻮ‬
Yang fakir merdeka tanpa pernah meminta-minta,
sedangkan yang berharta dermawan. Hanya berharap
balasan dari Allah melalui jalan kebaikan.
ْ ُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ ُ َ
‫ﻴﻤﺎﻫ ُﻢ اﺤﻟَﻴَﺎ‬ ‫ِﻛﺎﺳﻬﻢ اﺤﻛﻘﻮى و ِﺳ‬
ْ ْ َ ْ َ ْ ‫اﻟﺮ‬ ُ ‫َوﻗَ ْﺼ‬
ُ ‫ــﺪ ُﻫ‬
‫ﻤﺣ ُﻦ ِﻲﻓ اﻟـــﻘ ْﻮ ِل َواﻟ ِﻔﻌ ِﻞ‬ َّ ‫ـﻢ‬

Takwa adalah pakaian mereka, sedangkan malu adalah


sifatnya. Keridhaan ar Rahman menjadi tujuan utama,
dalam setiap ucapan dan perbuatan.
َ ُ ُ َْ ٌ ْ ُ َ
‫َﻣﻘﺎﻟ ُﻬ ُﻢ ِﺻﺪق َوأﻓ َﻌﺎﻟ ُﻬ ْﻢ ﻫﺪَى‬
ِّ ْ ِّ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ُ َ ْ َ
‫وﻋﺔ اﻟ ِﻐﺶ َواﻟ ِﻐﻞ‬‫وأﺳـــﺮارﻫﻢ ﻣـــﺰﻨ‬
Semua ucapan mereka diselimuti kejujuran, dan
segala perbuatan mereka adalah petunjuk bagi yang
heran. Telah tercerabut dari hati mereka segala tipu
daya dan kedengkian.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 63


ْ َ ٌ ُُ ْ ُ َْ َ ٌ ُ ُ
‫ـــﻬ ِﻪ‬
ِ ‫ﺟ‬ ‫ﺧﻀﻮع ﻟِﻤﻮﻻﻫﻢ ﻣﺜﻮل ﻟِﻮ‬
ْ ْ َ َّ َ ُ َ َ ْ ُ ُ َ ٌ ُ ُ
‫ﻗﻨﻮت ﻟـــﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺟﻞ ﻗﻦ ِﻣﺜ ِﻞ‬
Selalu merendah di hadapan Tuhan, berdiri tegak untuk
mendapatkan ridha-Nya, tunduk patuh kepada-Nya
yang Mahasuci dari segala penyerupaan.
Para salaf telah memadukan antara ilmu dan amal.
Mereka bersungguh-sungguh dalam penghambaannya
bersama Allah ‫ﷻ‬. Al-Arif Billah Habib Muhsin bin Alwi
Assegaf rahimahullah berkata:
“Para salaf dahulu jika tidak menguasai kitab
(ilmu), ia tidak akan kehilangan mihrab (ibadah). Dan
jika tidak sempat dekat dengan mihrab (ibadah), ia tidak
akan kehilangan adab.”
Sedangkan kebanyakan salaf, mereka memadukan
kitab (ilmu), mihrab (ibadah), dan adab-adab terpuji.
Sayidina Imam Allamah Abdullah bin Husain
Bilfagih nafa’anallahu bih berkata:
ْ ‫اﺠـﺎس َﻛ‬
‫ـــﻢ َر ُﺟ ٍﻞ‬ َ ْ َ ََ
ِ َّ ‫ﺎر‬
ِ ‫وﻓﺎﺗ ِﻲﻨ ِﻣﻦ ِﺧﻴ‬
ُ ْ ْ ْ َ َ ْ ِّ ََ َ َ
‫ـــﺮ ُﻃﻮل اﻟ ُﻌﻤ ِﺮ َواﻟﻜﺘُﺒَﺎ‬ ‫ﺎرق اﻟـــﺬﻛ‬ ‫ﻣﺎ ﻓ‬
Betapa banyak orang-orang terbaik telah pergi
meninggalkanku. Mereka yang tak pernah lepas dari
dzikir dan kitab sepanjang hidup.

64 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


ْ َ ُ َ َ ُ َّ َ
‫ﺎء ْﻠ ِﺘ ِﻪ َﺳ َّﺠﺎد ﺧﻠ َﻮﺗِ ِﻪ‬ ‫ﺑﻜ‬
َّ ‫ﻜ ِﻪ ﻳ َ ْﺴﺘَ ْﻌ ِﺬ ُب‬
‫اﺤﻛ َﻌﺒَﺎ‬ َ ْ َ ْ
ِ ‫ِﻣﻦ ﺧﻮ ِف ﻣﺎ ِﻟ‬
Malam harinya penuh tangisan, senantiasa bersujud
dalam kesendirian, ketakutan kepada Allah Sang
Pemilik, membuat mereka menganggap nyaman
kepayahan ibadah.
َ َ َ ِّ ِّ ْ ٌ َ ْ َُ
‫اﻟﺮﺴ ﻗ ْﻦ دﺧ ٍﻞ‬ ‫ﺤﺑﻔ ِﻆ‬
ِ ِ ‫اﺷ ِﺘﻐﺎل‬
َ ُّ َ َ َ َ َ َ ِّ ُ ْ َ
‫اﻟﺮﻗﺒَﺎ‬ ‫ال ِإذا ﻣﺎ ﺨرك‬
ِ ‫ـــﺚ اﺠـــﺰ‬
Mereka sibuk menjaga rahasia dari campuran. Berani
bagai Singa dalam peperangan ketika bertempur
dengan pasukan.
ْ َ َ ْ َّ َ ُ ْ
ْ‫ﺣﻨَﻔﻬﻢ‬ ََْ
ِِ ‫ وأ‬، ِ ‫ﺗﻠﻘ ُﺎه ِﻲﻓ اﺠﻟﻮ ِد ﺎﻛﻟﻄﺎ‬
َ ُْ ُ َ َ َْ ْ ْ
‫ ﻗﺪ ﻓﺎق ﻗ ًّﺴﺎ َﺣﻴﺜ َﻤﺎ ﺧ َﻄﺒَﺎ‬،‫اﺤﻟـــﻠ ِﻢ‬
ِ ‫ِﻲﻓ‬
Kau dapati ia bagaikan Hatim At-Thoi dalam
kedermawanan, dan bagaikan Ahnaf dalam kesantunan
Dan sungguh ia telah melampaui Quss dalam
kefasihan berkhutbah (Mereka adalah barometer dalam
kedermawanan, kesantunan dan kefasihan).
ُ َُْ َ َْ
‫ﺮﺜﻫ ْﻢ‬ ‫ﷲ أﻛ‬ِ ‫ـﻮل ا‬
ِ ‫ﺖ َر ُﺳ‬
ِ ‫آل ﻧﻴ‬
ِ ‫ِﻣ ْﻦ‬
ْ ْ َ ْ َ َ
‫ﺎر َواﺨﻟ ُ َﻄﺒَﺎ‬
ِ
َ‫ﺧـــﻴ‬ ‫اﻷ‬ ‫ﻞ‬‫ﻀ‬ ‫ﻓ‬ ‫ـﻲ‬ِ ‫آل أ‬
‫ﺑ‬ ِ ‫و‬
َ

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 65


Kebanyakan mereka berasal dari keluarga Rasulullah
‫ ﷺ‬dan keluarga Bafadhal merekalah orang-orang
terbaik, dan keluarga Al-Khatib.

Keistimewaan Anak-Keturunan Ba’alawi


Sayyiduna Syeikh Al-Quthb Abdurrahman bin
Muhammad Assegaf radhiyallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya anak-keturunan kami seperti
orang yang menggali di tanah yang gembur dan dekat
dengan air, air itu akan keluar dalam jangka waktu
singkat. Sedangkan orang lain selain mereka seperti yang
menggali di atas gunung atau tanah yang keras, hampir
saja airnya tidak keluar. Kalau pun keluar, maka itu
setelah berlalu waktu yang lama dan berbagai kesulitan.
Setelah itu, dia tidak tahu apakah air yang keluar itu tawar
rasanya ataukah asin.”
Diceritakan bahwa Syeikh Abdurrahman bin
Syeikh Ali bin Abu Bakar–radhiyallahu anhuma- berkata:
“Aku mendengar ayahku Ali berkata: ‘Aku
mendapati orang-orang dahulu dari kalangan Ba’alawi,
tidak ada seorang pun dari mereka yang tumbuh kumisnya
kecuali telah tersingkap hijabnya (mukasyif).”
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
radhiyallahu anhu berkata:
“Dahulu, paling rendahnya keilmuan Sadah
66 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Bani Alawi adalah dia yang memiliki kadar ilmu yang
memadai sehingga tidak perlu bertanya kepada ulama.
Setiap orang dari mereka menjaga manaqib (perbuatan
terpuji), sejarah, serta karomah-karomah keluarganya.
Kebanyakan metode yang mereka gunakan dalam
mencari ilmu dan adab adalah dengan berguru secara
langsung dan belajar adab dari hal (meneladani adab
gurunya), bukan dengan banyak membaca kitab ataupun
mendengar perkataan orang. Oleh sebab itu, penulis kitab
“Masyro’u Rowi” ketika menyebutkan salah seorang
di antara mereka berkata: ‘Dia beradab dengan adab
ayahnya.’”( Dikutip dari kitab An-Nahrul Maurud).
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
Nafa’anallahu bih berkata:
“Siapa saja pencari petunjuk dan teladan yang
menapaki jalan para Sadah Ba’alawiy, maka ia akan
senantiasa dikelilingi oleh inayah (perhatian Allah
‫ )ﷻ‬dan dinaungi dengan ri’ayah (penjagaan Allah ‫)ﷻ‬.
Dalam waktu singkat ia akan mendapatkan apa yang
dicari dengan syarat: berhati bersih, berprasangka baik
kepada Allah ‫ ﷻ‬dan kepada makhluk-Nya, zuhud dalam
urusan dunia serta bersemangat untuk urusan akhirat,
perhatian terhadap hak setiap orang; memuliakan ilmu,
ulama, para wali dan orang-orang beriman. Mereka harus
menjaga hati dan pendengaran dari segala sesuatu yang
dapat mengacaukan hati, merintangi semangat beramal,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 67
dan memalingkan hati dari perangai-perangai terpuji.
Dengan demikian, hati mereka akan selalu bersih, suci
dan jernih; jiwa mereka akan selalu damai, dan cita-
cita mereka senantiasa terpaut pada kebaikan dan cara
melakukannya. Seperti inilah keadaan para Sadah
Ba’alawiy beserta pengikutnya radiyallahu ‘anhum.”
(Dikutip dari kumpulan kalam Habib Ahmad bin Hasan
Alathas).
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata :
“Dahulu, seorang dari kalangan Alawi meng-
habiskan masa tujuh tahun pertama untuk menuntut ilmu,
lalu tujuh tahun kedua untuk mengajar. Selepas itu ia
melipat alas duduknya dan fokus beribadah menghadap
Tuhannya. Orang lain akan menggantikan posisinya
mengajar. Adapun kini, di antara kalian ada yang sudah
berumur enam puluh atau tujuh puluh tahun, akan tetapi
kita tidak mendengar ia pernah belajar ataupun mengajar.”

Penulis berkata:
Keadaan saat ini persis seperti yang digambarkan
oleh Beliau radhiyallahu anhu. Para penerus keturunan
Ba’alawi telah tertinggal jauh dari salafnya. Ketertinggalan
ini adalah suatu kerusakan yang serius. Sayidina Imam
Ali bin Muhammad Al-Habsyi nafa’anallahu bih berkata:
ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ
‫ﻳﻖ اﻫ ِﻠﻪ ﻳ َﻬ َّﻴ ْﻢ َوﺿﺎع‬‫َﻣ ْﻦ ﻻ َﺳﻠﻚ ِﻲﻓ ﻃ ِﺮ‬
68 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Siapa yang tidak berjalan di jalan keluarganya akan
bingung dan tersesat.
ْ ِّ َ َ ُُ ََ
‫ﺮﻴوا َﺒﻟ اﻻﻳﺒَﺎع‬
ُ ‫ﻲﺒ ﺳ‬ َّ ‫وع‬
ِ ْ ِ ‫اﺠ‬ ‫ﻓﻴﺎ ﻓﺮ‬
Maka wahai para keturunan Nabi ‫ﷺ‬, berjalanlah
dengan meneladani mereka
ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُّ َ
‫ﺧﻠﻮا اﻟﻘﺪم ﺑِﺎﻟﻘﺪم َواﺣﺬ ُروا اﻻﺑ ْ ِﺘﺪاع‬
Pijakkan kaki kalian di tempat kaki mereka berpijak
dan hati-hatilah jangan engkau membuat jejak langkah
baru.

ُ ْ ُ َ ْ ْ
Beliau juga berkata:
ْ َ ْ َّ َ
‫ﺮﻴ اﻟ ُﻌﻘﻮل‬ ِ ‫ﺣﺮﻴ ﺑِﻌﻘ ِﻲﻠ َو ِ ِﻣﺜ ِﻠﻪ‬
‫ﺤﺗ‬
ْ ُ ُْ َ ‫اﻟﺰﻛ َّﻴ ْﺔ َﻗ ْﻦ‬
َّ ‫وع‬ ُ ‫َﻣﻴْ ُﻞ اﻟْ ُﻔ‬
‫ﻳﻖ اﻷﺻﻮل‬ ‫ﺮ‬
ِ ِ ‫ﻃ‬ ِ ِ ‫ﺮ‬
Sungguh mengherankan akal pikiranku, dan akal
pikiran siapa pun akan terheran dengan yang seperti
ini. Melihat berpalingnya zuriyah suci dari jalan para
leluhurnya.
ْ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ
‫ﻜ ْﻦ َﻣﺎ د ِرﻳْﺖ اﻳﺶ اﻗﻮل‬
ِ ‫ﺑِﻪ زاد ﻫﻲﻤ وﻟ‬
ْ ْ ُّ َ َ ْ ْ َ َ َ
‫ِﻋﻨﺎﻳَﺔ ِﻣ َﻦ اﻟ َﻤ ْﻮ ﺗ ُﺮد اﻟ ُﻤﻴُﻮل‬ ‫ﻋ‬
Kegundahanku semakin bertambah karenanya, namun
aku tidak tahu lagi apakah yang dapat aku katakan?
Selain berdoa: Semoga inayah Tuhan membimbing
mereka kembali dari kecenderungan ini.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 69
Dalam kitab Tatsbitul Fuad disebutkan bahwa Al-
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata:
“Salah seorang tokoh dari kalangan sadah
mendengar seorang syarif berkata:
‘Ayahku dan kakekku..’ (Membanggakan
leluhurnya).
Maka beliau berkata kepadanya: “Jadilah engkau
seperti ayah dan kakekmu! Jika tidak, engkau tidak lain
hanya sebatas imamah dan rupa semu belaka, yang tidak
memiliki apa-apa di dalamnya.”
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
menggubah syair untuk menegur mereka yang hanya
bergantung pada nasab : َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ َ
ُ َ ‫اﺠﻟ‬
‫ أﻧﺎ‬:‫ﻮل‬
ِ ‫ﻬ‬ ‫واﺣﺬر وإِﻳﺎك ِﻣﻦ ﻗﻮ ِل‬
ْ َ َ ُْ َ ْ َ َ
‫ﻰﻳ ِﻲﻓ ﻓﻀ ٍﻞ َو ِ َﺣ َﺴ ِﻲﺒ‬
ِ ‫وأﻧﺖ دو‬
Berhati-hatilah dari ocehan seorang dungu:
“Aku! Engkau berada di bawahku dalam kemuliaan dan
nasab.”
َ
‫ام َو َﻣﺎ ﻗ َﺼ ُﺪوا‬ َ ْ‫َﻓ َﻘ ْﺪ ﺗَﺄَ َّﺧ َﺮ أَﻗ‬
ٌ ‫ـــﻮ‬
َ َ َ ْ َ َ َْ ََْ
ْ َ‫اﺳﺘَ ْﻐـــﻨ‬
ْ ‫ﺎن أ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﺑ‬ ‫ا‬‫ﻮ‬ ‫ﻏﻴﻞ اﻟﻤـــﺎﻜ ِرمِ و‬
ِ ِ
Sungguh banyak kaum yang jauh tertinggal,
tanpa sedikitpun berkeinginan meraih berbagai
kemuliaan. Karena merasa cukup dengan ucapan:
“Ayahku adalah...”
70 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Betapa indahnya ungkapan seorang penyair:
ْ َ َُ َُ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ
‫ﻟﺴﻨﺎ وإِن أﺣﺴﺎﻧﻨﺎ ﻛﺮﻣﺖ‬
ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ً ْ َ
‫ﻜـــﻞ‬
ِ ‫ﺎب ﻧـــﺘـــ‬
ِ ‫ﻳﻮﻣﺎ ﺒﻟ اﻷﺣـــﺴ‬
Walaupun kami memiliki jalur keturunan mulia,
tapi kami tak pernah sekejap pun bergantung kepada
kebesaran nasab.
َ ُ َ ْ َ َ َ َْ
‫ﻧﺒ ِﻲﻨ ﻛ َﻤﺎ ﺎﻛﻧﺖ أ َواﺋِﻠـــﻨﺎ‬
ُ َ َْ ُ َ ْ ََ ْ َ
‫ـــﻌـــﻞ ِﻣﺜﻞ َﻣﺎ ﻓ َﻌﻠﻮا‬ ‫ﺗـــﺒ ِﻨـــﻲ وﻧـــﻔ‬
Kami membangun kemuliaan sebagaimana para
pendahulu kami membangunnya. Kami berbuat seperti
yang dahulu mereka lakukan.
Al-Mutanabbi berkata:
ْ ََ َّ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ
‫ﻳﻒ ﻛﺄﺻ ِﻠ ِﻪ‬
ِ ‫اﻟﺮﺸ‬
ِ ‫إِذا ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻏﻔﺲ‬
ْ
ََ ُ َ ُْ َّ َ ََ
‫ﺐ‬ ِ ‫ﻓﻤﺎذا ا ِ ي ﻳﻐ ِﻲﻨ ِرﻓﺎع اﻟﻤﻨ‬
ِ ‫ﺎﺻ‬
Jika seorang keturunan mulia tidak seperti
leluhurnya, maka apalah artinya ketinggian nasab
mulianya itu?
َْ َْ ُ َ ًّ َ ْ
‫َوإِن َﻋﻠ ِﻮﻳﺎ ﻟ ْﻢ ﻳَﻜ ْﻦ ِﻣﺜﻞ َﺟﻌﻔ ٍﺮ‬
َّ
َ ‫ـــﻠﻨ‬ ٌ َّ ُ َّ َ ُ َ ‫َﻓ‬
‫ﺐ‬
ِ ‫اﺻ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫ﻟ‬
ِ ‫ﺔ‬ ‫ﺠ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻻ‬ ‫إ‬
ِ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ـــﺎ‬ ‫ﻤ‬
Jika seorang Alawi tidak menjadi seperti Imam
Jakfar (As-Shadiq), maka ia tidak lain hanya menjadi
bahan olokan kaum nawashib(pembenci ahlul bait).

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 71


Imam Ahmad bin Umar Bin Smith radhiyallahu
anhu berkata:
َ ْ َ َ َ َ ْ َ
‫ـــﻊ أﺑِـــﻲ‬
ٍ ‫ﻣﻦ ﻛـــﺎن ذا ﻃـــﺒ‬
َ َ َ ْ ْ َ‫ﻟ‬
( ِ ‫ـــﻢ ﻳَـــﻜـــ ِﻔـــ ِﻪ )ﺎﻛن أ‬
Siapa yang memiliki pribadi yang agung tidak
akan merasa puas dengan ucapan: “Ayahku adalah..”
ْ َ ْ َ َ َْ َ َْ
َ‫ﻜـــﺘ‬
‫ـــﻲﻔ‬
ِ ‫ﻟﻴﺲ اﻟﻔ ﻣﻦ ﻳ‬
َ َّ ْ ْ ََ
َ‫ـــﻐـــﺘ‬
‫ﺐ‬
ِ ‫ـــﺮر ﺑِـــﺎﻟـــﻨﺴ‬
ِ ‫وﻳ‬
Pemuda sejati bukanlah dia yang merasa puas dan
tertipu dengan nasabnya
َ ‫اﺠ‬ َّ ‫ﺎب‬ ْ َ ُ ْ ََ
َ َ‫اﺳﺒ‬
‫ـــﺠـــﺎ‬ ‫وﻳـﺘـــﺮك‬
‫ﺐ‬ َ ْ‫ـــﺴﺘَـــﺒْـــﺪ ًﻻ ﺑﺎﻟ‬
َ ‫ـــﻌ‬
‫ﻄ‬ ْ ‫ُﻣ‬
ِ ِ ِ
Lantas meninggalkan sebab-sebab yang dapat
menyelamatkannya seraya menggantinya dengan
kerusakan.
َ َ ً ْ
ْ‫ـــﻰﻠ َﻣـــﺎل َو َﺟـــﺎه‬
ٍ ‫ِﺣـــﺮﺻﺎ ﻋ‬
ْ َ ْ ُّ ِّ َ ُ َ ْ َ
ِ ‫ﺑـــﻞ ذا ﻫـــﻮ اﻟﻐـــﺮ اﻟـــﻐ‬
‫ـــﻲﺒ‬
Karena tamak akan harta serta kedudukan, ini bukanlah
pemuda sejati melainkan seorang bodoh dan dungu.
‫ي‬ْ ‫إ َّن اﻟْ َﻔـــ َ َﻣ ْﻦ َﻓ ْﻘـــﺘَـــﺪ‬
ِ ِ
ْ َ َ َ ْ ُْ
ْ‫ـــﺮﻴ ﻧَﺒـــﻲ‬
ِ ِ ‫ﺑِﺎﻟﻤـــﺼﻄـــﻰﻔ ﺧ‬
72 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Sesungguhnya pemuda sejati adalah dia yang mengikuti
Al-Musthofa ‫ ﷺ‬yang merupakan sebaik-baik Nabi.
Dikisahkan ada sekelompok sayyid tengah
berkumpul membaca kitab Al-Masyra Ar-Rowy yang
mengisahkan biografi dan karomah para salaf Ba’alawi.
Kebetulan di dekat mereka ada orang biasa ikut
mendengarkan. Setelah pembacaan kitab selesai, orang
itu bertanya:
“Mereka yang dibacakan biografi itu keluarga
siapa?”
“Mereka adalah keluarga kami.” Demikian jawab
para sayid.
“Alhamdulillah, mereka bukan keluargaku.” Kata
orang tadi.
“Jika mereka keluargamu, pasti itu lebih baik
untukmu.” Kata mereka.
“Andai mereka adalah keluargaku, pastinya aku
akan malu. Dunia akan terasa sempit karena malu sebab
perbuatanku tidak seperti perbuatan mereka.”
Dialog ini menyebabkan para pendengar tersadar
dan mengambil pelajaran dari ucapan orang tersebut.
Lantas mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dan
serius untuk mencari ilmu dan beramal sesuai dengan
thariqah salafnya radhiyallahu anhum. (Kisah ini
disampaikan oleh Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi
nafa’anallahu bih).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 73
Semoga Allah ‫ ﷻ‬memberikan anugerah-Nya
bagi diriku dan seluruh sahabat serta saudaraku berupa
kesungguhan serta ketekunan yang sempurna agar dapat
menyusul ketertinggalan kita dari para salaf dan datuk
kita dalam menjalani jalan hidup serta thariqah mereka.
Dan semoga Allah ‫ ﷻ‬memberikan taufiq kepada kita
semua sehingga dapat meneladani semua amal, perkataan,
perbuatan dan akidah mereka. Dan semoga Allah ‫ﷻ‬
memberikan kepada kita manfaat dengan mereka dalam
agama, keduniaan, maupun di akhirat kelak.
ْ ُ ُ َ ُ َ ُ
ْ‫اﻗﺘَﺪه‬ َ َ َ َّ َ َ ُ
ِ ‫وﺤﻚ ا ِ ﻳﻦ ﻫﺪى اﷲ ﻓ ِﺒﻬﺪاﻫﻢ‬
ِ ‫أ‬
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (QS Al-
An’am: 90)
َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َْ َ ُْ
‫ﺤﺎن‬ ‫ﷲ ﺒﻟ ﺑ ِﺼﺮﻴ ٍة أﻧﺎ وﻣ ِﻦ اﻳﺒﻌ ِﻲﻨ وﺳﺒ‬ ِ ‫ا‬ ‫ﻰﻟ‬ ‫ﻗﻞ ﻫ ِﺬ ِه َﺳ ِﺒ ِﻴﻲﻠ أدﻋﻮ ِإ‬
َ ‫اﷲ َو َﻣﺎ أَﻧَﺎ ﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤ ْﺮﺸﻛ‬
‫ﻦﻴ‬ ِِ ِ ِ
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-
orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yusuf:
108)
َ َّ َ َ َ َ ُ ُّ ُ َّ َ َ َ ُ ُ َّ َ ً َ ْ ُ ِ َ َ ٰ َّ َ َ
‫وأن ﻫﺬا ِﺮﺻا ﻣﺴﺘ ِﻘﻴﻤﺎ ﻓﺎﺗ ِﺒﻌﻮه وﻻ ﺗﺘ ِﺒﻌﻮا اﻟﺴﺒﻞ ﻓﺘﻔﺮق‬
َ ُ َّ َ ُ َّ َ ُ ُ ٰ َ ُ
‫ﺑِﻜ ْﻢ ﻗ ْﻦ َﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻪ ذ ِﻟﻜ ْﻢ َو َّﺻﺎﻛ ْﻢ ﺑِ ِﻪ ﻟ َﻌﻠﻜ ْﻢ ﻳﺘﻘﻮن‬

74 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian
itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS Al-
An’am: 153)
Shalawat serta salam semoga selalu Allah ‫ﷻ‬
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
yang jujur lagi terpercaya. Selama orang yang mengingat
masih mengingatnya dan selama orang yang lalai
melalaikannya.
َ َ َ ُ َ ْ ِّ َ َ َ ْ ُ
‫( َو َﺳﻼ ٌم َﺒﻟ‬١٨٠) ‫ﺤﺎن َر ِّﺑﻚ َرب اﻟ ِﻌ َّﺰ ِة ﻗ َّﻤﺎ ﻳَ ِﺼﻔﻮن‬ ‫ﺳﺒ‬
َ ْ ْ
َ ‫( َواﺤﻟ َ ْﻤ ُﺪ ﷲ َر ِّب اﻟ َﻌﺎﻟﻤ‬١٨١) ‫ﻦﻴ‬ ْ
َ ‫اﻟ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠ‬
٢ (١٨٢) ‫ﻦﻴ‬ ِ ِ ِ ِ
Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan
dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan
dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah
Tuhan seru sekalian alam. (QS As-Shaffat: 180-182)
***

Dengan memanjatkan puji kepada Allah ‫ﷻ‬, aku


meriwayatkan Thariqah Alawiyah dari para guru generasi
terakhir yang tersisa saat ini. Mereka adalah orang-orang
yang memiliki ilmu yang mendalam lagi kokoh. Di antara
mereka adalah:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 75


• Arif Billah yang berdakwah ke jalan Allah lagi
disegani Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Idrus
Syihab,
• Arif Billah yang penuh berkah Al-Habib Jakfar
bin Ahmad bin Abdulqadir Alaydrus,
• Allamah seorang tokoh yang utama Al-Habib
Muhammad bin Salim bin Hafidz Bin Syekh
Abubakar bin Salim,
• Imam yang adalah penerus para salaf Al-Habib
Abdulqadir bin Ahmad bin Abdurahman Assegaf,
• Al-Arif yang telah sampai kepada cita-citanya Al-
Habib Abubakar bin Abdullah Al-Habsyi,
• Imam yang menjadi penerus leluhurnya Al-Habib
Ahmad Masyhur bin Thaha Al-Haddad,
• Imam yang agung Al-Habib Ibrahim bin Umar bin
Aqil,
• Seorang pendakwah ke jalan Allah Al-Habib
Muhammad bin Abdullah Al-Haddar,
Semoga Allah meridai mereka dan memberikan
manfaat bagiku dengan keberkahan mereka. Mereka
meriwayatkan thariqah ini dengan sanad yang bersambung
generasi demi generasi, sampai kepada Maha Guru dari
para guru Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin
Ali Ba’alawi. Beliau meriwayatkan dari ayahandanya
Syekh Ali dan dari pamannya Syekh Alwi. Keduanya

76 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


meriwayatkan dari ayah mereka Syekh Muhammad
Shahib Mirbath yang meriwayatkan dari ayahandanya
Syekh Ali Khali Qasm, dari ayahandanya Syekh Alwi
bin Muhammad, dari ayahandanya Syekh Muhammad
bin Alwi, dari ayahandanya Imam Alwi bin Ubaidillah,
dari ayahandanya Imam Ubaidillah bin Ahmad, dari
ayahandanya Imam Al-Muhajir Ilallah Ahmad bin
Isa, dari ayahandanya Imam Isa bin Muhammad, dari
ayahandanya Imam Muhammad bin Ali, dari ayahandanya
Imam Ali Al-Uraidhi, dari ayahandanya Imam Jakfar
As-Shadiq dan saudaranya Imam Musa Al-Kadzim, dari
Imam Muhammad Al-Baqir, dari Ayahnya Imam Zainul
Abidin Ali bin Husain, dari ayahandanya Imam Husain
dan pamannya Imam Hasan kedua cucu Rasulullah ‫ﷺ‬,
dari ayahanda mereka Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib karramallahu wajhah dan dari ibunda keduanya
Fatimah Az-Zahra, semoga Allah meridai mereka semua,
dari Rasulullah ‫ﷺ‬, dari Malaikat Jibril Al-Amin, dari
Allah ‫ﷻ‬.
Sayid Allamah Abubakar bin Abdurrahman Bin
Syihabuddin rahimahullah berkata:
ِّ َ َ َ
‫ﻳَ ْﺮ ُوون ﻗ ْﻦ آﺑَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻗ ْﻦ َﺟﺪ ِﻫ ْﻢ‬
َْ َ ْ‫ـــﻴﻞ َﻋﻦ اﻟ‬
َ َْ ْ َ
‫ﺎﻃ ِﺮ‬
ِ ‫ﻳﺰ اﻟﻔ‬‫ﺰ‬
ِ ِ ‫ﻌ‬ ِ ِ‫ﻗﻦ ِﺟﺮﺒﺋ‬
Mereka meriwayatkan dari leluhur mereka lalu dari
kakek mereka (Rasulullah ‫)ﷺ‬. Dari Malaikat Jibril yang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 77
mendapatkannya dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi
Maha Pencipta
ً ْ ُّ ‫َﺣ َّ ْاﻏﺘَ َﻰﻬ‬
‫ﻮل ُﻣ َﺴﻠ َﺴﻼ‬
ِ ‫ﺳ‬ُ ‫اﻟﺮ‬
َّ ‫ﺮﺳ‬
ِ
َ ْ َّ ‫ِﻓﻴـــﻬ ْﻢ إ َﻰﻟ َﻫ َﺬا‬
َ ‫اﻟﺰ‬
‫ﺎﺮﺿ‬
ِ ِ ‫اﺤﻟ‬ ‫ﺎن‬
ِ ‫ﻣ‬ ِ ِ
Sehingga rahasia Rasul ‫ ﷺ‬tersampaikan sambung-
menyambung di antara mereka hingga waktu yang ada
saat ini.
Inilah saatnya kami memulai maksud kitab ini
seraya memohon kepada Allah ‫ ﷻ‬agar melimpahkan
hidayah dan taufiq kepada kebenaran. Tiada tuhan selain
Dia, kepada-Nya kami bertawakal dan kepada-Nya kami
kembali.
Pertama-tama, kami akan memulai dengan
membawakan kalam Al-Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi
radhiyallahu anhu setiap kali menyebutkan satu dari lima
pondasi Thariqah Sadah Ba’alawi yang telah disebutkan.
Kemudian kami akan menyebutkan dalil-dalil dari
ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬, perkataan-
perkataan ulama salaf, serta faedah-faedah yang bernilai
tinggi. Wabillahi Taufiq.
***

78 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PONDASI PERTAMA:

ILMU

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 79


80 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
﴾ ‫ﻴﻢ‬ َّ ٰ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬
ِ ‫﴿ ِۢ ا‬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang

PENDAHULUAN
Segala puji hanyalah milik Allah Yang senantiasa
membuka lebar anugerah-Nya serta Maha Mengetahui.
Dialah yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba
pilihan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya.
Dia yang menjadikan ilmu sebagai perantara meraih
keselamatan dan kedekatan di sisi-Nya Yang Maharaja
lagi Mahaagung. Kemudian Dia sandangkan pakaian
kebesaran dan kemuliaan bagi mereka yang mengamalkan
ilmunya. Menjadikan mereka laksana pelita petunjuk bagi
manusia menuju hidayah, Pelita yang keberadaannya
melenyapkan gelapnya kebodohan. Merekalah para
pendakwah ke jalan Allah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi yang diutus Allah sebagai pemberi petunjuk
ke jalan yang lurus. Juga kepada keluarga serta para
sahabatnya yang memperoleh kedudukan agung karena
hubungan persahabatan dan karena meneladani
Rasulullah ‫ﷺ‬.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 81
Ammaa ba’du :
Sayidina Imam Idrus bin Umar bin Idrus Al-
Habsyi rahimahullah wa nafa’ana bih berkata:
“Keadaan pertama—dari lima pondasi Thariqah
Ba’alawi yang telah disebutkan—adalah Ilmu. Yakni
ilmu yang dikenal dalam syariat, seperti: Ilmu Tafsir,
Hadits, Fiqih beserta ilmu-ilmu penunjangnya.
Ilmu adalah sumber kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Derajat teragung bagi seorang manusia adalah
ketika ia mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat,
dapat memandang kepada Allah Yang Mahamulia, serta
berdampingan di sisi-Nya kelak di dalam surga yang
penuh dengan kenikmatan. Dan hal yang paling utama
adalah perantara untuk mendapatkannya. Kebahagiaan
itu tidak dapat diraih kecuali melalui ilmu dan amal.
Sedangkan amal tidak dapat dilakukan kecuali dengan
ilmu tentang tata-cara beramal. Mereka—para sadah
Ba’alawi—memiliki porsi terbanyak dalam keilmuan
dan memiliki kedudukan ilmiyah yang tinggi tak
tertandingi, sebagaimana diketahui oleh orang yang telah
mempelajari dan meneliti karya-karya tulis serta biografi-
biografi kehidupan mereka.”
***

82 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


BAB PERTAMA
B A

KEUTAMAAN ILMU DAN


ORANG BERILMU SERTA
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 83


Bab ini memiliki enam pasal:
Pasal Pertama : Kemuliaan ilmu dan tercelanya
kebodohan.
Pasal Kedua : Hadits-hadits nabawi tentang
keutamaan ilmu, orang berilmu, dan
anjuran menuntut ilmu.
Pasal Ketiga : Kalam para ulama salaf dan khalaf
tentang keutamaan ilmu dan orang yang
berilmu.
Pasal Keempat: Sedikit ilmu lebih baik daripada banyak
ibadah.
Pasal Kelima : Keutamaan para penuntut ilmu
dan orang-orang yang mendalami
pemahaman agama
Pasal Keenam : Anjuran bertanya kepada ulama yang
mengamalkan ilmu serta selalu mencari
tambahan ilmu.

84 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL PERTAMA

Kemuliaan Ilmu Dan Tercelanya


Kebodohan
Ketahuilah! Mempelajari dan mengajarkan ilmu
merupakan amal yang paling luhur dan utama melebihi
semua amal lain yang dapat mendekatkan kepada Allah
‫ ﷻ‬berdasarkan dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya,
dan sangat terkenal tanpa harus disebutkan lagi.
Allah ‫ ﷻ‬Yang Mahamulia berfirman:
ً‫ﻜ ُﺔ َوأُوﻟُﻮ اﻟْﻌﻠْﻢ ﻗَﺎﺋﻤﺎ‬َ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َّ َ ُ َ َ
ِ ِ ِ ِ‫ﺷ ِﻬﺪ اﷲ ﻛﻧﻪ ﻻ ِإ ِإﻻ ﻫﻮ واﻟﻤﻼﺋ‬
ُ ‫ﻜ‬ ْ ُ ‫ﺑﺎﻟْ ِﻘ ْﺴﻂ َﻻ إ َ َ إ َّﻻ ُﻫ َﻮ اﻟْ َﻌﺰ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ َ ‫ﻳﺰ اﺤﻟ‬ ِ ِ ِ ِ ِ
Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Dia begitu juga para Malaikat dan
orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS Ali Imran: 118)
Dalam ayat ini, Allah ‫ ﷻ‬mengawali persaksian atas
keesaan-Nya dengan diri-Nya sendiri, kemudian dengan
para malaikat-Nya, lalu dengan orang berilmu. Cukuplah
ini sebagai bukti kemuliaan dan kebesaran orang yang
berilmu.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 85
Dalam ayat lain, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
َ َ َ َ ْ ْ ُ ُ َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َّ ُ ََْ
ٍ ‫ﻳﺮﻓ ِﻊ اﷲ ا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا ِﻣﻨﻜﻢ وا ِ ﻳﻦ أوﺗﻮا اﻟ ِﻌﻠﻢ درﺟ‬
‫ﺎت‬
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat. (QS Al-Mujadilah: 11)
Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman:
َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َْ َْ ُْ
‫ﻳﻦ ﻻ ﻓﻌﻠ ُﻤﻮن‬ ِ ‫ﻗﻞ ﻫﻞ ﻳﺴﺘ ِﻮي ا ِ ﻳﻦ ﻓﻌﻠﻤﻮن وا‬
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?”(QS Az-Zumar: 9)
Maksudnya mereka tidak akan pernah sama
selama-lamanya, baik di dunia maupun di akhirat. Allah
‫ ﷻ‬meninggikan derajat orang yang berilmu di atas orang
yang tidak berilmu dengan derajat yang banyak. Maka,
mustahil terjadi kesetaraan di antara para ulama yang
mengamalkan ilmu dengan mereka yang tidak berilmu.
Allah ‫ ﷻ‬akan mengangkat derajat orang yang berilmu
di atas selain mereka dengan derajat yang banyak.
Diriwayatkan bahwa Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata:
“Allah ‫ ﷻ‬meninggikan para ulama di Hari Kiamat
di atas setiap orang beriman dengan tujuh ratus derajat.
Jarak antara dua derajatnya adalah sejauh perjalanan
yang ditempuh dalam tempo lima ratus tahun.”
86 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Penulis berkata:
Semua ini dikarenakan ilmu adalah pondasi
setiap ibadah dan sumber segala kebaikan, sebagaimana
kebodohan adalah pangkal setiap keburukan dan sumber
segala bencana.
Sayidina Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad radhiyallahu ‘anhu wa nafa’ana bih berkata:
“Kebodohan adalah sumber segala keburukan dan
akar dari segala yang merugikan. Kebodohan dan orang
yang bodoh termasuk dalam keumuman hadits Nabi ‫ﷺ‬:
َ ْ َّ َ َ ٌ ُ ْ َ ٌ َ ُ ْ َ َ ْ ُّ
‫ َو َﺨﻟ ِ ًﻤﺎ‬،‫ﷲ َو َﻣﺎ َواﻻ ُه‬
ِ ‫ إﻻ ِذﻛ َﺮ ا‬،‫ ﻣﻠﻌﻮن ﻣﺎ ِﻓﻴﻬﺎ‬،‫ا ﻏﻴﺎ ﻣﻠﻌﻮﻧﺔ‬
ِّ
‫َو ُﻣﺘَ َﻌﻠ ًﻤﺎ‬
Dunia ini terlaknat, dan terlaknat pula segala yang ada
di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah serta sarana
untuk berdzikir, orang yang berilmu, dan orang yang
menuntut ilmu”.
Sayidina Ali karromallahu wajhah berkata:
“Tiada musuh yang lebih berbahaya dibandingkan
kebodohan. Seorang akan memusuhi apa yang tidak ia
ketahui.”
Orang yang tidak berilmu pasti akan jatuh dalam
ketidak-taatan dan terjerumus dalam kemaksiatan, mau
atau tidak. Dia tidak mengetahui apa saja yang tergolong
ketaatan yang Allah ‫ ﷻ‬perintahkan untuk melakukannya,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 87
tidak pula mengetahui apa saja yang tergolong
kemaksiatan yang Allah ‫ ﷻ‬larang untuk mengerjakannya.
Ia tidak dapat keluar dari gelapnya kebodohan yang
berlapis-lapis kecuali dengan cahaya ilmu.
Alangkah benarnya Syaikh Ali bin Abubakar
radhiyallahu anhu ketika berkata:
ُُ ُْ ْ َْ ْ َ
ٌ َ‫ﺠﻟ َ ْﻬ ُﻞ ﻧ‬
‫ـــﺮ ِء ﺤﻳ ِﺮﻗﻪ‬ ‫ﻳﻦ اﻟﻤ‬
ِ ِ ِ ‫ﺎر‬ ‫ا‬
َ‫اﺠﺎر ُﻓ ْﻄـــﻔﻴﻬﺎ‬
َّ َ ْ َ
ٌ ُ ْ ْ َ
ِ ِ ‫واﻟ ِﻌﻠﻢ ﻣﺎء ِ ِﺤﻛﻠﻚ‬
Kebodohan bagai api yang membakar habis agama
seseorang. Dan ilmu bagaikan air yang dapat
memadamkan api itu.”
(Demikian kalam Imam Haddad dalam kitab
Risalah al Mudzakarah).
Sayidina Al-Arif Billah Umar bin Segaf Assegaf
radhiyallahu anhu berkata:
“Ketahuilah! Ilmu dapat meninggikan derajat
seorang yang asalnya hina. Sedangkan kebodohan dapat
menjatuhkan kedudukan seorang yang asalnya mulia.
Siapa yang berasal dari keturunan terhormat, akan tetapi
ia menjadikan kemuliaan leluhurnya menjadi gelap
dengan kebodohan maka derajatnya akan jatuh dan
kedudukannya akan diletakkan setara dengan orang-
orang bodoh. Padahal, tidak ada kehidupan yang hakiki
kecuali bagi orang yang berilmu, dan tidak ada kematian
88 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
hakiki kecuali bagi orang yang bodoh. Sebagaimana
dikatakan dalam sebuah syair:
ْ َ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َْ
‫َو ِ اﺠﻟﻬ ِﻞ ﻗﺒﻞ اﻟـــﻤﻮ ِت ﻣﻮت ِﻷﻫ ِﻠ ِﻪ‬
ُ‫ـــﺎد ُﻫ ْﻢ َﻗﺒْ َﻞ اﻟْ ُﻘﺒُﻮر ُﻗﺒُﻮر‬
ُ َ‫ﺟﺴ‬ ْ ََ
ِ ‫ﻓـﺄ‬
Dalam kebodohan terdapat kematian sebelum kematian
sesungguhnya menimpa. Jasad mereka seakan kubur
sebelum masuk ke dalam kubur
‫ﺖ‬ ٌ ِّ‫اﻣ َﺮءا ً ﻟ َ ْﻢ ﻳَ ْ َ ﺑﺎﻟْﻌـــﻠْﻢ َﻣﻴ‬
ْ َّ َ
‫وإِن‬
ِ ِ ِ
ُ‫َوﻟَـــﻴْ َﺲ َ ُ َﺣ َّ اﻟﻨُّ ُﺸﻮر ﻧ ُ ُﺸﻮر‬
ِ
Sesungguhnya yang tak hidup dengan ilmu bagaikan
mayat. Tak ada kebangkitan baginya hingga mereka
dibangkitkan di Hari Kiamat.
Dalam ilmu terdapat kehidupan abadi. Dan dalam
kebodohan terdapat kematian abadi. Mereka melantunkan
syair: ْ َ َ ْ َ َ َ َ َْ
َ ‫ـــﺮﺘاح ﺑ‬
َ ‫ﻟﻴ َﺲ ﻣ ْﻦ ﻣﺎت ﻓﺎﺳ‬
َ ‫ﺖ‬
ٍ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ِ
ْ ْ ُ ِّ َ ُ ْ َ ْ َّ
‫ﺖ اﻷﺣﻴَﺎ ِء‬ ‫إِﻏ َﻤـــﺎ اﻟﻤـــﻴﺖ ﻣﻴ‬
Bukanlah yang mati dan beristirahat itu mayit.
Sesungguhnya mayit adalah orang yang hidup tapi
seakan dia telah mati.
Maksudnya siapa yang mati dengan kebodohan
dan jauh dari Allah ‫ ﷻ‬itulah mayit yang hakiki walaupun
ia masih hidup fisik dan tubuhnya.”

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 89


Sebagian salaf berkata: “Anugerah terbaik adalah
akal, dan musibah terburuk adalah kebodohan.”
Sebagian mereka bersyair:
ً َ ْ ْ َ َ َّ َ
‫ﻳ َﻌﻠ ْﻢ ﻓﻠﻴ َﺲ اﻟ َﻤ ْﺮ ُء ﻳُﻮ ُ َﺨ ِﻤﻟـــﺎ‬
ُ ُ َ ْ ُ َ َْ
‫َوﻟﻴ َﺲ أﺧﻮ ِﻋﻠ ٍﻢ ﻛ َﻤ ْﻦ ﻫ َﻮ َﺟﺎ ِﻫﻞ‬
Belajarlah! tiada seorang pun yang terlahir berilmu.
Tidak pula setara dia yang berilmu dan yang bodoh.
َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ
‫ـــﻢ ِﻋﻨﺪ ُه‬ ‫وإِن ﻛ ِﺒﺮﻴ اﻟﻘﻮمِ ﻻ ِﻋﻠ‬
ْ
ُ َ َ ْ ْ َ َ ْ َّ َ َ ٌ َ
‫ﺤﺎ ِﻓﻞ‬ ‫ﺻ ِﻐﺮﻴ ِإذا اﺤﻛﻔﺖ ﻋﻠﻴ ِﻪ اﻟﻤ‬
Sungguh tokoh besar suatu kaum yang tidak berilmu.
Akan terlihat kecil ketika dikerumuni oleh khalayak
ramai.
Sahal bin Abdullah At-Tusturi rahimahullah
berkata:
“Tidaklah Allah dimaksiati dengan maksiat yang
lebih besar daripada kebodohan.”
Beliau pernah ditanya:
“Wahai Abu Muhammad, apakah engkau
mengetahui malapetaka yang lebih besar dari
kebodohan?”
Beliau menjawab:
“Ya ada, yaitu tidak sadar atas kebodohan.”
90 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Penulis berkata:
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali, tidak
sadar atas kebodohan lebih parah daripada kebodohan
karena dapat menutup secara keseluruhan pintu untuk
belajar. Orang yang mengira dirinya berilmu, bagaimana
mungkin ia akan belajar! Demikian pula tidaklah Allah
ditaati dengan sesuatu yang lebih utama dari ilmu. Puncak
dari ilmu adalah menyadari keilmuan. Sebagaimana
puncak kebodohan adalah tidak menyadari kebodohan.

Detail Masalah
Imam Khalil bin Ahmad rahimahullah berkata:
Manusia terbagi menjadi empat golongan:
1. Orang yang tahu dan menyadari bahwa dirinya tahu. Ia
adalah orang berilmu maka ikutilah.
2. Orang yang tahu tapi tidak menyadari bahwa dirinya
tahu. Ia adalah orang yang lengah, maka bangunkanlah.
3. Orang yang tidak tahu dan menyadari dirinya tidak
tahu. Ia adalah pencari petunjuk maka berilah petunjuk
padanya.
4. Orang yang tidak tahu tapi tidak menyadari bahwa
dirinya tidak tahu. Ia adalah orang bodoh maka
tinggalkanlah.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 91


Sebuah Pertanyaan
Disebutkan dalam kitab “Iqdul Yawaqit Al-
Jauhariyah” dari Syaikh Fadhl bin Abdullah At-Tarimi,
beliau berkata:
“Aku pernah bertanya kepada Syaikh Muhammad
bin Abubakar Ba’abbad, Apakah ilmu lebih luas dari
kebodohan ataukah kebodohan yang lebih luas dari
ilmu?”
Beliau menjawab:
“Bagi seorang yang seksama, Ilmu lebih luas
daripada kebodohan. Sedangkan bagi seorang yang
gegabah, kebodohan lebih luas daripada ilmu.”

Peringatan!
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab
‘Risalah Mu’awanah’ berkata:
Ketahuilah! Orang yang beribadah kepada Allah
tanpa ilmu, maka bahaya yang menimpa dari ibadahnya
akan lebih banyak daripada manfaat yang didapatkan.
Banyak ahli ibadah yang meletihkan diri dengan
berbagai ibadah sedangkan ia terus-menerus melakukan
kemaksiatan yang dia kira ibadah atau bukan maksiat.
Syaikh Arif Billah Muhammad bin ‘Arabi dalam Bab Al-
Washoya dalam kitab ‘Al-Futuhat’ menceritakan tentang

92 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


seorang dari negeri Maghrib (Maroko) yang sangat giat
beribadah. Ia membeli seekor keledai betina, namun tidak
pernah menggunakannya untuk keperluan apapun. Lalu
seorang bertanya kepadanya alasan mengapa ia menahan
keledai itu. Ia menjawab, “Aku membiarkannya semata-
mata untuk menjaga kemaluanku agar tidak berzina
dengan wanita. (Maka, aku gauli keledai itu setiap
kali timbul keinginan berzina.)” Ia tidak mengetahui
keharaman menggauli binatang. Ketika ia diberitahu
mengenai keharamannya, ia pun menangis sejadi-jadinya.
(Demikianlah makna yang diceritakan oleh beliau).
Siapa yang tidak menuntut ilmu tidak mungkin
mampu menyempurnakan dan melaksanakan hak-hak
ibadah. Andai saja seseorang beribadah kepada Allah
‫ ﷻ‬seperti ibadah para malaikat langit tapi tidak disertai
ilmu, maka tetap saja ia akan masuk ke dalam golongan
yang merugi. Maka, hendaknya setiap orang giat dalam
menuntut ilmu, menghindari sifat malas dan bosan. Jika
tidak, maka ia akan berada dalam resiko menjadi sesat,
karena kebodohan termasuk hal yang paling buruk.
Sayyidina Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi
nafa’anallah bih mengatakan:
ْ َ ْ َ َ ْ ُّ َ َ
‫ﻳﻨﻜ ُﺮ َوﻗ ِﻲﺘ أ ْو َرث اﺤﻟ ُ ْﺰن َواﻟ َﻬ َّﻤﺎ‬
َ‫َو َﻛﻴْ َﻒ َوأَ ْﻫ ُﻞ اﻟ ْ َﻮﻗْﺖ ﻗَ ْﺪ أَ ْﻫ َﻤﻠُﻮا اﻟْﻌﻠْﻤﺎ‬
ِ ِ
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 93
Keasingan zamanku ini menimbulkan kesedihan dan
kegundahan. Bagaimana tidak? Sedangkan yang hidup
di zaman ini telah mengabaikan ilmu
ُ ُّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ َ
‫ﻋ ِﺠﺒﺖ ﻟِﻤﻦ ﺑِﺎﺠﻟﻬ ِﻞ ﻳﺮ ورﺑـــﻪ‬
َ َْ َ ْ ْ َ ْ َُ َ ََ
‫أﺗـــﺎح ِﻣﻦ ﻓﻴ ِﺾ ِإﻓﻀﺎ ِ ِ ﻓﻬﻤﺎ‬
Sungguh aku heran pada dia yang rela dengan
kebodohan. Sedang Tuhannya telah menganugerahkan
dari limpahan karunia-Nya kemampuan untuk
memahami
***

94 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KEDUA

Hadits-Hadits Nabi Tentang


Keutamaan Ilmu, Orang Berilmu,
Dan Anjuran Menuntut Ilmu

Ketahuilah! Agama Islam tegak di atas pondasi


ilmu dan pengetahuan. Maka, tidak semestinya seorang
muslim jauh dari cahaya ilmu. Seharusnya, ia mengambil
berkas cahaya dari warisan kenabian ini. Karena
sesungguhnya ulama adalah para pewaris nabi.
Diriwayatkan dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu,
beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ﻳﻦ‬ ِّ ‫ﺮﻴا ُﻓ َﻔ ِّﻘ ْﻬ ُﻪ ﻲﻓ ا‬
ً ْ ‫اﷲ ﺑﻪ َﺧ‬
ُ ‫َﻣ ْﻦ ﻳُﺮد‬
ِ ِ ِِ ِِ
Siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah ‫ﷻ‬, maka
Allah akan menjadikannya memahami agama. (HR
Bukhari, Muslim, dan lainnya)
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda:
ّ ْ ْ َ َ َ َْ ْ َ ُ َ ُ َ
‫ﻳﻦ‬
ِ ِ ‫ﻣﺎ ﻋ ِﺒﺪ اﷲ ﺑ ِ ٍء أﻓﻀﻞ ِﻣﻦ اﻟ ِﻔﻘ ِﻪ ِﻲﻓ ا‬
Tidaklah Allah diibadahi dengan sesuatu yang lebih
utama daripada pemahaman terhadap agama. (HR
Baihaqi)
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 95
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda
َ َْ ْ َ ْ َّ َ َ ُّ َ َ ٌ َ ٌ َ
‫ﺎن ِﻣﻦ أﻟ ِﻒ ﺨﺑِ ٍﺪ‬
ِ ‫اﺣﺪ أﺷﺪ ﺒﻟ اﻟﺸﻴﻄ‬ ِ ‫ﻓ ِﻘﻴﻪ و‬
Satu orang faqih (ahli agama) lebih berat bagi setan
dibandingkan seribu ahli ibadah. (HR Turmudzi, Ibnu
Majah, dan selainnya)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Duduk sesaat untuk memahami ilmu agama
lebih aku sukai daripada menghidupkan malam (dengan
beribadah) sampai pagi.” (Dinukilkan Imam Baihaqi
dalam Syu’abul Iman).
***
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Darda radhiyallahu
‘anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:
“Siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju
surga. Sungguh para malaikat membentangkan sayap-
sayap mereka untuk penuntut ilmu karena rela dengan
perbuatannya. Sungguh seorang yang berilmu akan
dimintakan ampun oleh para penghuni langit dan bumi,
bahkan oleh ikan-ikan di lautan. Keutamaan seorang
yang berilmu atas ahli ibadah bagaikan keutamaan
rembulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya
para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak
96 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
mewariskan dinar maupun dirham (harta), mereka hanya
mewariskan ilmu. Maka, siapa yang mengambil ilmu, ia
telah mengambil bagian yang sempurna (dari warisan
para nabi). (HR Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah.
Bagian awalnya diriwayatkan pula oleh Imam Muslim)
Ulama berselisih berkenaan dengan makna frasa:
‘para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka
bagi penuntut ilmu.’ Dikatakan bahwa itu bermakna
kiasan, maksudnya mereka bertawadhu (merendahkan
diri) dan tunduk kepada penuntut ilmu. Ada pula yang
berpendapat maknanya para malaikat menahan diri untuk
terbang dengan sayapnya untuk turun di sisi penuntut ilmu
dan hadir bersamanya. Dikatakan pula bahwa maknanya
adalah mereka memuliakan dan mengagungkan penuntut
ilmu. Sementara ulama lain berpendapat maknanya
bahwa para malaikat membawa penuntut ilmu di atas
sayap-sayap mereka dan menolongnya untuk menggapai
tujuannya.

Penulis berkata:
Pendapat terakhir ini dikuatkan dengan hikayat
yang diceritakan mengenai Syaikh Ahmad bin Abi Ja’d
rahimahullah. Diceritakan ketika beliau didatangi oleh
Syaikh Abdullah Ba’abbad beserta saudaranya, Syaikh
Ahmad bertabaruk (mengambil keberkahan) dengan cara

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 97


mengusap-usap kedua telapak kaki mereka berdua dan
memerintahkan mereka untuk meletakan kedua telapak
kaki mereka di atas salah satu anggota tubuh beliau yang
mulia. Ketika keduanya menolak dan berkata: “Kami
tidak dapat melakukan itu, justru kami datang kepada
Anda tidak lain untuk mengambil keberkahan Anda dan
mengambil faedah dari ilmu-ilmu serta akhlak-akhlak
Anda!”
Syaikh Ahmad berkata: “Aku tidak melakukan
semua itu kecuali karena aku melihat para malaikat
membentangkan sayap-sayap mereka untuk kalian
berdua. Aku melihat kalian berdua meletakkan telapak
kaki kalian di atasnya. Maka aku ingin bertabarruk dan
mengambil keberkahan dari tempat-tempat yang telah
disentuh oleh sayap para malaikat.” (Kisah ini dikutip
dalam kitab An-Nahr Al-Maurud).
Adapun pemberian ilham kepada hewan-hewan
untuk meminta ampunan bagi ulama, dikatakan bahwa di
antara alasannya adalah karena hewan-hewan diciptakan
untuk memberikan maslahat serta manfaat bagi hamba-
hamba Allah. Ulama adalah mereka yang menjelaskan
mengenai hewan yang halal dan yang haram serta
berwasiat untuk berbuat baik kepada hewan, serta tidak
menyiksanya. Faedah ini disebutkan oleh Ibnu Jama’ah
dalam kitabnya ‘Tadzkirah.’

98 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi nafa’anallahu
bih pernah ditanya:
“Apa manfaat yang didapati oleh ikan-ikan dari
seorang ulama sehingga mereka memintakan ampun
baginya?”
Beliau mejawab:
“Seorang ulama ketika ia mengamalkan ilmunya,
mengajarkannya kepada manusia dan memerintahkan
mereka berbuat baik, lantas mereka pun mematuhinya.
Kemudian mereka melarang manusia untuk berbuat
buruk, lantas mereka menghentikan perbuatan buruknya;
maka, Allah ‫ ﷻ‬akan rela kepada hamba-hamba-Nya dan
menurunkan rahmat karena sebab ketaatan mereka. Di
antaranya adalah hujan yang manfaatnya dirasakan oleh
semua hewan bahkan ikan yang ada di lautan. Ini semua
adalah karena keberkahan ilmu dan dakwah ulama.
Selain itu, seorang ulama juga memerintahkan
bersikap baik terhadap hewan dalam segala keadaan,
bahkan saat menyembelih hewan yang boleh disembelih,
dan membunuh hewan yang boleh dibunuh. Mereka
melarang menyiksa hewan dengan membuatnya cacat.
Dengan demikian maka menjadi jelas mengapa semuanya
memintakan ampun bagi seorang ulama bahkan ikan-
ikan yang ada di lautan.” (Dikutip dari kitab An-Nahr Al-
Maurud).

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 99


Penulis berkata:
Permohonan ampun dari ikan-ikan di lautan untuk
para ulama terus terjadi di masa hidupnya dan setelah
wafatnya sampai Hari Kiamat. Ilmu seorang ulama tetap
bermanfaat setelah wafatnya sampai Hari Kiamat. Ini
adalah dalil kemuliaan ilmu dan keutamaan orang yang
berilmu. Siapa yang diberi anugerah berupa ilmu maka ia
telah diberikan keutamaan yang agung. Hal ini dikuatkan
oleh sabda Nabi ‫ﷺ‬:
ُ ْ ُ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ ُ ُّ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ َ ُ ْ َ
‫اﺤﻟﻴﺘَﺎن‬
ِ ‫ وﺗﺴﺘﻐ ِﻔﺮ ﻟﻬﻢ‬،ِ‫ﺤﻳﺒﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻤﺎء‬ ِ ،ِ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء ورﺛﺔ اﻷﻧ ِﺒﻴﺎء‬
َ َ ْ َْ َ ْ َْ
‫اﻛﺤ ِﺮ إِﻰﻟ ﻳﻮ ِم اﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ‬ ‫ِﻲﻓ‬
Ulama adalah pewaris para nabi, mereka dicintai oleh
penghuni langit. Ikan-ikan di lautan memohonkan
ampun bagi mereka sampai Hari Kiamat. (HR Abu
Nuaim dan Dailami)
***

Diriwayatkan dari Sahabat Muadz bin Jabal


radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Tuntutlah ilmu, karena mempelajarinya dapat
menimbulkan perasaan takut kepada Allah, mencarinya
adalah ibadah, diskusinya setara dengan tasbih,
membahasnya setara dengan jihad, mengajarkannya
kepada yang layak mendapatkannya adalah ibadah, dan

100 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya
adalah sedekah.
Ilmu adalah rambu-rambu halal dan haram,
bagaikan menara yang menerangi jalan-jalan penghuni
surga.
Ilmu adalah penghibur dalam kesedihan, sahabat
di kala terasing, teman bicara saat sendiri, petunjuk ketika
senang dan sedih, senjata menghadapi para musuh, dan
penghias saat bersama sahabat.
Allah meninggikan beberapa kaum karena sebab
ilmu dan menjadikan mereka penuntun kebaikan dan imam
yang diikuti jejak ajarannya. Segala perbuatan mereka
menjadi teladan dan pemikiran mereka menjadi rujukan.
Para malaikat ingin bersahabat dengan mereka. Mereka
mengusap-usap para ulama dengan sayap-sayapnya.
Setiap yang basah dan kering memohonkan ampun untuk
mereka, ikan-ikan di lautan dan hewan melatanya, serta
hewan buas di daratan beserta hewan ternaknya. Karena
ilmu adalah kehidupan bagi hati dari kebodohan, pelita
yang menerangi pandangan dalam kegelapan. Dengan
ilmu, seorang hamba dapat mencapai derajat-derajat
manusia terbaik, dan kedudukan-kedudukan yang tinggi
di dunia dan akhirat.
Merenungi ilmu setara dengan puasa, saling
mendiskusikannya setara dengan shalat. Dengan ilmu
tersambunglah tali silaturahim, dengannya diketahui
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 101
yang halal dan yang haram. Ilmu adalah panduan
untuk beramal sedangkan amal adalah pengikutnya.
Ilmu diilhami kepada orang-orang yang beruntung, dan
dihalangi dari orang-orang yang celaka.” (HR Ibnu Abdil
Bar)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬:
َّ ُ َ ْ َ ْ َ َ َُ َ
‫ﺎس؟‬
ِ ‫ﷲ ﻣﻦ أﻛﺮم اﺠ‬ ِ ‫ﻳﺎ رﺳﻮل ا‬
Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling
mulia?
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab:
ُ ََْ
ْ‫ﺎﻫﻢ‬ ‫أﻳﻘ‬
Yang paling bertakwa di antara mereka.
Mereka berkata:
َ َُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ
‫ﻟﻴﺲ ﻗﻦ ﻫﺬا ﻧﺴﺄﻟﻚ‬
Bukan tentang ini kami bertanya kepadamu.
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab:
‫ﷲ‬
َ ْ ِّ َ‫ﷲ اﺑْﻦ ﻧ‬ ِّ َ‫ﷲ ْاﻧ ُﻦ ﻧ‬ ُ ُ‫َﻓﻴ‬
ُّ َ‫ﻮﺳ ُﻒ ﻧ‬
ِ ‫ﻴﻞ ا‬
ِ ‫ﻠ‬ِ ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬
ِ ‫اﺑ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ا‬ ‫ﻲﺒ‬ ِ ِ ِ ‫ا‬ ‫ﻲﺒ‬ ِ ِ ‫ا‬ ‫ﻲﺒ‬ ِ
Jika demikian, (manusia yang paling mulia adalah)
Yusuf, dia seorang Nabiyullah, putra Nabiyullah
(Ya’kub) putra Nabiyullah (Ishaq) putra Khalilullah
(Ibrahim).

102 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Mereka berkata:
َ َُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ
‫ﻟﻴﺲ ﻗﻦ ﻫﺬا ﻧﺴﺄﻟﻚ‬
Bukan tentang ini kami bertanya kepadamu.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ ُ َ َّ َ ْ ُ ُ َ َ َُ ْ َ َ َ ْ َ
‫ﺎرﻫ ْﻢ ِﻲﻓ‬ ‫ﺎرﻫ ْﻢ ِﻲﻓ اﺠﻟﺎ ِﻫ ِﻠﻴ ِﺔ ِﺧﻴ‬ ‫ﻓ َﻌ ْﻦ َﻣ َﻌﺎ ِد ِن اﻟﻌﺮ ِب ﺗﺴﺄﻟﻮن؟ ِﺧﻴ‬
َُ َ َ ْ ْ
‫اﻹﺳﻼمِ ِإذا ﻓﻘ ُﻬﻮا‬ ِ
Apakah kalian bertanya mengenai ma’adin Arab? Yang
terbaik di masa jahiliah adalah juga yang terbaik dalam
Islam jika mereka memahami agama. (HR Bukhari-
Muslim)
Imam Nawawi berkata: Makna dari ma’adin
Arab adalah asal keturunannya. Makna dari dengan
mendhomahkan huruf qof adalah menjadi orang-orang
َُ
‫ﻓﻘ ُﻬ‬
yang mengetahui hukum-hukum fiqih dalam ‫ﻮا‬syariat.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ُّ َّ ُ ُ َ َ ُ ْ َّ ُ ُ َ ْ َ ْ ٌ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ
ُ‫اﻟﺸ َﻬ َﺪاء‬ ‫ ﻋﻢ‬،‫ ﻋﻢ اﻟﻌﻠﻤﺎء‬،‫ اﻷﻧ ِﺒﻴﺎء‬:‫ﻳﺸﻔﻊ ﻳﻮم اﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ ﺛﻼﺛﺔ‬
Yang akan memberi syafaat pada Hari Kiamat adalah
tiga golongan: para nabi, para ulama, dan para
syuhada. (HR Ibnu Majah)
Imam Ghazali rahimahullah berkata setelah
membawakan hadits ini: “Betapa agungnya martabat
ilmu, ia berada setelah kenabian dan di atas mati syahid,

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 103


padahal banyak hadits yang datang berkenaan dengan
keutamaan mati syahid.”

Penulis berkata:
Hadits tersebut menjadi dalil bahwa para ulama
yang mengamalkan ilmunya lebih utama di sisi Allah
‫ ﷻ‬daripada para syuhada yang gugur untuk menolong
agama. Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Tinta para ulama ditimbang dengan darah para
syuhada, ternyata tinta para ulama lebih berat daripada
darah para syuhada.”
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu
berkata: “Hendaknya kalian melazimi ilmu sebelum
diangkat. Diangkatnya ilmu adalah dengan kematian
para periwayatnya (ulama). Demi Allah yang jiwaku
berada dalam kuasa-Nya, sungguh orang-orang yang
gugur di jalan Allah sebagai syuhada ingin agar Allah
membangkitkan mereka sebagai ulama, karena kemuliaan
ulama yang mereka saksikan.” (Atsar ini disebutkan oleh
Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.)
***

104 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KETIGA

Kalam Para Ulama Salaf Dan Khalaf


Tentang Keutamaan Ilmu Dan Orang
Yang Berilmu
Ketahuilah! Tidak ada seorang pun yang tidak
mengetahui keutamaan ilmu. Ilmu adalah sifat khas
manusia. Segala sifat–selain ilmu—sama-sama terdapat
pada manusia dan hewan, seperti sifat berani, kuat,
kasih-sayang, dan lainnya. Dengan ilmulah, Allah ‫ﷻ‬
menampakkan keunggulan Nabi Adam alaihissalam
atas para malaikat dan memerintahkan mereka bersujud
kepadanya. Ilmu juga merupakan perantara meraih
kebahagiaan abadi jika amal yang dilakukan sesuai
dengan tuntutan ilmunya.
Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib
karomallahu wajhah berkata:
“Ilmu lebih baik dari harta: Ilmu menjagamu
sedangkan harta harus kau jaga. Ilmu akan bertambah
dengan diinfakkan (diajarkan) sedangkan harta akan
berkurang jika diinfakkan. Ilmu menjadi hakim yang
menghukumi, sedangkan harta menjadi objek hukuman.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 105
Ilmu dapat menyebabkan ketaatan di masa hidup dan
memberikan nama harum setelah wafat. Mencintai
ilmu adalah bagian dari agama yang harus dipegang
teguh. Sedangkan manfaat harta akan hilang bersamaan
dengan kehilangannya. Para penimbun harta telah ‘mati’
padahal mereka masih hidup. Sedangkan para ulama
kekal namanya sepanjang masa. Jasad mereka telah
hilang, namun ingatan tentang mereka tetap melekat
dalam hati.”
Beliau karommalllahu wajhah juga memuji ilmu
dalam syairnya:
ُ َ َ ‫اﺠﺎس ِﻣﻦ ﺟ َﻬ ِﺔ‬
ُ
ُ َ َُ ُ ُ َ ‫ﻛـــﻔﺎء‬ ‫ا‬ ‫ـــﻤﺜﻴﻞ‬
ِ ‫اﺤﻛ‬ ِ
‫اء‬ ّ ‫اﻷ ُّم َﺣ‬
ُ ‫ـــﻮ‬ ‫أﺑﻮﻫـــﻢ آدم و‬
Dalam rupa, setiap manusia setara. Ayah mereka Adam,
sedang ibunya Hawa
ٌَ َ َ َ ُ َ
‫ﺮﺷف‬ ‫ﻓ ِﺈن ﻳَﻜﻦ ﻟ ُﻬ ُﻢ ِﻣﻦ أﺻ ِﻠ ِﻬﻢ‬
ُ
ُ ‫ﺎﻟـــﻄﻦﻴ َو‬ َ َ ُ‫ﻳ‬
‫اﻤﻟﺎء‬ ‫ﻔـــﺎﺧﺮون ﺑِ ِﻪ ﻓ‬
ِ
Jika dalam asal mereka ada kemuliaan untuk beradu
kesombongan. Ketahuilah, asal mereka hanyalah tanah
liat dan air belaka. َ َّ
ُ َ
ُ ‫ﺨﺮ إﻻ ِﻷﻫﻞ اﻟﻌﻠﻢ إ َّﻏ ُﻬ‬
‫ـــﻢ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻣﺎ اﻟﻔ‬
َ
ُ‫اﻟـــﻬﺪى ﻟ ِ َﻤﻦ ِاﺳﺘَﻬﺪى أ ِد ّﻻء‬
ُ ‫َﺒﻟ‬
ِ
106 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Tiada kebanggaan kecuali bagi orang berilmu.
Merekalah penuntun para pencari petunjuk menuju
kebenaran.
ُ ُ َ ِّ ُ ُ َ َ
َ َ َ ‫ئ ﻣﺎ ﺎﻛن ﺤﻳ ِﺴﻨُﻪ‬
ٍ ‫اﻣﺮ‬
ِ ‫ﻞﻛ‬ ‫وﻗﺪر‬
ُ‫ﻠﻮن ِﻷﻫﻞ اﻟ ِﻌﻠﻢ أﻋﺪاء‬
ِ ِ ‫َواﺠﻟـــﺎ ِﻫ‬
Nilai setiap orang diukur dengan pengetahuannya. Dan
setiap orang bodoh senantiasa menjadi musuh orang
berilmu.
ً
‫ـــﺪا‬َ‫َﻓ ُﻔﺰ ﺑﻌﻠﻢ ﺗَﻌ ْﺶ َﺣﻴﺎًّّ ﺑﻪ أﺑ‬
َ ِِ ِ ٍ ِِ
ُ‫أﻫ ُﻞ اﻟ ِﻌﻠﻢ أﺣﻴﺎء‬
ْ َ َ ُ َ
‫ﻓﺎﺠـــﺎس ﻣﻮﻰﺗ و‬
ِ
Raihlah ilmu, dengannya namamu akan hidup abadi.
Semua manusia mati terlupakan, sedangkan orang
berilmu senantiasa hidup tak terlupakan.
Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu juga
berkata:
“Cukup sebagai bukti kemuliaan ilmu, bahwa
orang yang tidak berilmu pun mengaku-ngaku memiliki
ilmu dan akan senang jika dikatakan berilmu. Dan cukup
sebagai bukti bahwa kebodohan adalah aib, bahwa
orang yang bodoh pun tidak mau mengaku bodoh, dan
akan marah jika dikatakan sebagai orang bodoh.”
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah menjelaskan
mengenai firman Allah ‫ﷻ‬:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 107
ًَ ْ ًَ ْ َ َ
‫َر َّﺑﻨﺎ آﺗِﻨﺎ ِﻲﻓ ا ُّ ﻏﻴَﺎ َﺣ َﺴﻨﺔ َو ِ اﻵ ِﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨﺔ‬
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat. (QS Al-Baqarah: 201)
Beliau berkata: “Kebaikan di dunia adalah ilmu
dan ibadah, sedangkan di akhirat adalah surga.”
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata:
“Andai ilmu memiliki rupa, tentu rupanya lebih indah
daripada rupa mentari, rembulan, bintang-bintang dan
angkasa.”
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata: “Nabi Sulaiman alaihissalam diberi hak untuk
memilih antara ilmu, harta dan tahta kerajaan. Beliau
pun memilih ilmu, maka Allah ‫ ﷻ‬memberikan pula
kepadanya harta dan kerajaan.”
Sayidina Nabi Isa alaihissalam berkata:
“Siapa yang menuntut ilmu, mengamalkannya, dan
mengajarkannya, maka dialah yang dijuluki ‘manusia
agung’ dalam kerajaan langit.”
Sahabat Abu Darda radhiallahu ‘anhu berkata:
“Ulama dan penuntut ilmu berserikat dalam kebaikan.
Sedangkan manusia lain adalah kaum tidak beradab
yang tidak memiliki kebaikan di dalamnya.”
Abu Muslim Al-Khaulani rahimahullah berkata:
“Ulama di bumi ibarat bintang-bintang di langit. Jika
108 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
terlihat oleh manusia, mereka menjadikannya petunjuk.
Dan jika tidak nampak, mereka akan kebingungan.”
Abul Aswad Ad-Duali berkata: “Tiada sesuatu
yang lebih mulia daripada ilmu. Para raja merupakan
hakim bagi rakyatnya sedangkan ulama menjadi hakim
bagi para raja.”
Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: “Tidak
ada seorangpun di dunia ini yang diberikan karunia
yang lebih utama daripada kenabian. Dan tidak ada
yang lebih utama setelah kenabian daripada ilmu dan
pemahaman.” Lantas beliau ditanya: “Dari siapakah
keterangan ini?” Beliau menjawab, “Dari seluruh pakar
ilmu agama.”
Imam Syafii radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa
yang menginginkan dunia, maka ia harus memiliki ilmu.
Siapa yang menghendaki akhirat, maka ia harus memiliki
ilmu. Karena ilmu diperlukan untuk semua dari keduanya
(dunia dan akhirat).”
Imam Syafii nafa’anallah bih juga berkata: “Siapa
yang tidak mencintai ilmu maka tidak ada kebaikan
dalam dirinya. Maka janganlah engkau mengenal atau
bersahabat dengannya. Sesungguhnya ilmu adalah
kehidupan bagi hati dan pelita bagi nurani.”
Fath Al-Mushili rahimahullah berkata:
“Bukankah apabila orang sakit dihalangi dari
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 109
makanan, minuman serta obat-obatan maka ia akan
mati?”
Para sahabatnya menjawab: “Tentu saja.”
Maka beliau berkata: “Demikian pula hati. Jika ia
dihalangi dari hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka
ia akan mati.”
Imam Ghazali memberikan komentar atas
perkataan Syaikh Fath Al-Mushili di atas:
“Betapa benar perkataan beliau, semoga Allah
merahmatinya. Sungguh makanan hati adalah ilmu
dan hikmah, dengan keduanya hati menjadi hidup.
Sebagaimana keperluan jasad adalah makanan. Siapa
yang tidak menerima ilmu maka hatinya menjadi sakit
dan sudah pasti akan mati. Akan tetapi ia tidak dapat
merasakannya, cinta dunia dan kesibukannya dengan
urusan dunia melumpuhkan perasaannya. Maka, kami
berlindung kepada Allah dari hari ketika tersingkapnya
segala penutup. Karena manusia ini bagaikan tertidur,
ketika datang kematian barulah mereka tersadar.”
(Demikian kutipan ringkas dari kitab Ihya Ulumiddin)
***
Sayidina Imam Al-Allamah Habib Abdurahman
bin Abdullah Bilfagih –radhiyallahu ‘anhu wa nafa’ana
bih—berkata dalam kitab beliau ‘Fathu Bashairil
Ikhwan’:
110 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Ketahuilah! Sesungguhnya agama ini—awal
maupun akhirnya, lahir maupun batinnya—harus disertai
dengan ilmu dan amal. Ilmu—walaupun ada di antaranya
yang sebatas perantara saja—adalah pondasi dan
petunjuk dalam beragama. Bagi seorang mukmin, ilmu
merupakan penasihat serta sahabat dekatnya. Jalan dan
acuan menuju semua kebaikan dunia dan akhirat. Bahkan,
ilmu merupakan ibadah yang paling utama jika ia berniat
mendapatkan keridaan Allah saat belajar atau mengajar,
dan jujur bersikap bersama Allah dalam menjalankan
ilmunya. Maka, tidaklah Allah disembah dengan sesuatu
yang lebih utama daripada kefahaman agama. Seorang
ahli fiqih lebih menyulitkan setan daripada seribu ahli
ibadah. Keutamaan seorang ulama di atas seorang ahli
ibadah seperti keutamaan Rasululullah ‫ ﷺ‬di atas semua
manusia. Siapa yang meraih ilmu dan bertakwa kepada
Allah dengan ilmunya, maka ia telah meraih derajat
keutamaan dan kebahagiaan yang paling mulia. Siapa
yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan
membuatnya memahami agama. Manusia terbaik di
masa jahiliyah adalah juga menjadi manusia terbaik masa
Islam jika ia memahami agama.”
Imam Arif Billah, Habib Ahmad bin Hasan Alathas
nafa’anallah bih berkata:
“Apabila seseorang memiliki ilmu yang
luas, maka akan menjadi luas pula pemahamannya.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 111
Jika pemahamannya luas, akan menjadi luas pula
wawasannya. Jika wawasannya luas, akan menjadi luas
pula pandangannya (atas kebesaran Allah). Dan jika
pandangannya luas, akan menjadi luas pula anugerah-
anugerah yang ia peroleh.”
Imam Suyuthi rahimahullah dalam kitabnya ‘Al-
Iklil’ menjelaskan mengenai ayat Allah ‫ﷻ‬:
َّ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ
‫ﺎء ﻠﻛ َﻬﺎ‬ ‫وﻋﻠﻢ آدم اﻷﺳﻤ‬
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya. (QS Al-Baqarah: 31)
Beliau menjelaskan : Ketika Allah berkehendak
untuk menampakkan keutamaan Nabi Adam
alaihissalam, Dia tidak menampakkan keutamaan itu
kecuali dengan ilmu. Seandainya di semesta ini ada
yang lebih utama daripada ilmu, tentunya Allah akan
menampakkan hal tersebut dan bukan ilmu. Demikian
pula Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud
kepada Nabi Adam dikarenakan keutamaan ilmu.
At-Thibi berkata: “Ayat ini menunjukkan bahwa
Ilmu Bahasa lebih tinggi derajatnya dari menghias diri
dengan beragam ibadah (karena Nabi Adam dilebihkan
dari para malaikat yang selalu beribadah kepada Allah
‫ ﷻ‬karena Ilmu Bahasanya yang mengetahui nama-nama
benda). Maka renungkan bagaimana ketinggian ilmu
syariat?”
112 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Faedah
Allamah Ibnu Qoyim dalam kitab Zadul Ma’ad
menyebutkan:
“Ilmu termasuk salah satu sebab kelapangan hati.
Karena ilmu dapat melapangkan dada dan menjadikannya
luas, lebih daripada luasnya dunia. Sedangkan kebodohan
dapat menyebabkan kesempitan, keterbatasan serta
kejumudan. Semakin luas ilmu seorang hamba, semakin
lapang dan luas pula hatinya. Akan tetapi, ini bukan
untuk semua ilmu. Ini hanya bagi ilmu yang diwarisi
dari Rasulullah ‫ ﷺ‬semata, yaitu ilmu yang bermanfaat.
Pemilik ilmu yang seperti ini merupakan manusia yang
paling lapang dadanya, luas hatinya, mulia akhlaknya
dan baik kehidupannya.”
Beliau juga berkata :
Di antara sebab kelapangan hati adalah selalu
berdzikir kepada Allah dalam setiap tempat dan
keadaan. Dzikir memiliki pengaruh yang luar biasa
dalam melapangkan dada dan menghasilkan kenikmatan
rohani. Sebaliknya, lalai dari berdzikir memiliki dampak
besar dalam menyempitkan hati, perasaan terpenjara dan
tersiksa.
Di antara sebab kelapangan hati yang lain
adalah berbuat baik kepada sesama makhluk Allah,
memberi manfaat kepada mereka sesuai dengan batas
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 113
kemampuannya. Bisa dengan harta, kedudukan, tenaga,
maupun berbagai jenis kebaikan lainnya. Seorang
dermawan yang selalu berbuat baik adalah manusia
yang paling lapang dadanya, baik jiwanya, serta gembira
hatinya. Sedangkan seorang kikir yang tidak memiliki
kebaikan adalah manusia yang memiliki hati yang paling
sempit, kehidupan paling sengsara, dan kegundahan serta
kegelisahan yang paling besar.
Di antara penyebab lapangnya hati adalah sifat
berani. Pemberani memiliki dada yang lapang dan
hati yang luas. Seorang penakut adalah manusia yang
memiliki dada yang paling sempit dan hati yang paling
sesak. Tiada kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan
padanya. Tidak pula ia merasa kenikmatan kecuali
kenikmatan yang sama dengan yang dirasakan oleh
hewan. Adapun kebahagiaan rohani dan kelezatannya,
maka semua itu terhalang bagi setiap penakut dan juga
terhalang dari orang yang kikir. Wallahu a’lam.
***

Betapa benar perkataan sebagian penyair dalam


syair pujian kepada ilmu dan celaan kepada kebodohan:
ْ َ ُ ْ ُ ْ ْ
‫َﻣ َﻊ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻓﺎﺳﻠﻚ ﺣﻴﺚ َﻣﺎ َﺳﻠﻚ اﻟ ِﻌﻠ ُﻢ‬
َْ َْ َّ ُ ْ َ َ ُ ْ َ
‫َوﻗﻨﻪ ﻓﺎﻜ ِﺷﻒ ﻞﻛ َﻣ ْﻦ ِﻋﻨﺪ ُه ﻓﻬ ُﻢ‬
Tempuhlah jalan bersama ilmu kemana pun ia
114 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
mengarah. Dan singkapkan (carilah) ilmu dari setiap
orang yang memiliki pemahaman.ْ
َ ‫ﻼء ﻟﻠ ُﻘﻠﻮب ﻣ َﻦ‬ َ َ
‫اﻟﻌ َﻰﻤ‬ ِ ِ ِ ٌ ‫ﻓ ِﻔﻴ ِﻪ ﺟ‬
ْ َْ ِّ ٌ َْ َ
‫ﻳﻦ ا ي أﻣ ُﺮ ُه َﺣﺘ ُﻢ‬
ِ ‫اﻟـــﺪ‬ ‫ﺒﻟ‬ ‫ن‬ ‫وﻋﻮ‬
Karena di dalamnya terdapat penerang hati dari
kebutaan. Serta penolong bagi agama yang perintahnya
َ
adalah kewajiban. ْ ْ َْ ُ
‫رأﻳﺖ اﺠﻟَﻬﻞ ﻳُ ْﺰ ِري ﺑﺄﻫ ِﻠ ِﻪ‬ ‫ﻓﺈ‬
َ
ُ‫اﻷﻗْﻮامِ ﻳَ ْﺮ َﻓ ُﻌﻪ اﻟﻌﻠْﻢ‬ ْ
ِ ‫ـــﻢ ﻲﻓ‬
ِ ‫وذو اﻟ ِﻌﻠ‬
Sungguh aku telah melihat kebodohan menjadikan
pemiliknya terhina. Sedang pemilik ilmu menjadi tinggi
di antara kaumnya oleh karena ilmu.
ْ ‫ﺻﻐﺮﻴ ُﻫ‬ َ َ َ ُّ َ ُ
‫ـــﻢ‬ ُ ‫ﺒﺮﻴ اﻟﻘ ْﻮمِ وﻫﻮ‬ ‫ﻓﻌﺪ ﻛ‬
ْ ُ ُ ُ َْ
‫ﻓﻴﻬ ُﻢ اﻟﻘﻮل واﺤﻟُﻜ ُﻢ‬
ِ ‫وﻳﻨﻔﺬ ﻣﻨـــﻪ‬
Dia dipandang luhur, walau berusia paling muda
di antara mereka. Seluruh tutur kata dan hukumnya
ْ
didengar oleh mereka..
ُ َ ‫وأي َرﺟﺎء ﻲﻓ اﻣﺮئ‬
‫ﺷﺎب َرأ ُﺳﻪ‬ ٍ ٍ ُّ
َْ ْ ْ ً َ َْ
‫َوأﻓ َﻰﻨ ﺷﺒَـــﺎﺑﺎ َوﻫ َﻮ ُﻣ ْﺴﺘَﻌ ِﺠ ٌﻢ ﻓﺪ ُم‬
Apakah yang diharapkan dari seorang yang telah
beruban kepalanya. Sedang masa mudanya ia habiskan,
tapi tetap saja ia bodoh dan tergagap

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 115


َ ‫ﻳَ ُﺮ ْو ُح َو َﻳ ْﻐ ُﺪو ا َّ ْﻫ َﺮ ﺻﺎﺣ‬
‫ﺐ َﻧ ْﻄ ِﻨ ِﻪ‬ ِ
ْ ّ ْ َّ َ ْ َ َ َ
‫ﺗ َﺮاﻛ َﻢ ﻲﻓ أﺣﺸﺎﺋِ ِﻪ اﻟﺸﺤ ُﻢ َواﻟﻠﺤ ُﻢ‬
Sepanjang waktu, pagi dan sore ia menjadi budak
perutnya. Hingga lemak dan daging bertumpuk-tumpuk
pada perutnya. ْ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ
‫وم ﻗ ْﻦ أﻣ ِﺮ ِدﻳ ْ ِﻨ ِﻪ‬‫إذا ﺳ ِﺌﻞ اﻟﻤﺤﺮ‬
َ ْ ْ َ َ
ُ ‫ت ُر َﺣ َﻀ‬
‫اﻟﻲﻌ ﻲﻓ َوﺟ ِﻬ ِﻪ ﺗ ْﺴ ُﻤﻮ‬
ِّ ‫ﺎء‬
ِ ‫ﺑـــﺪ‬
Jika seorang miskin ilmu ditanya mengenai agamanya.
Nampak bulir-bulir keringat kebodohan bermunculan di
wajahnya
َْ َ ْ َْ َ ْ َ َ ْ َ َ
‫ﺑﺮﺼت ﻗﻴﻨﺎك أﻗﺒَ َﺢ َﻣﻨﻈ ًﺮا‬ ‫وﻫﻞ أ‬
ْ َ َ ْ َ ْ َّ
‫ِﻣ َﻦ اﻟﺸﺨ ِﺺ ﻻ ِﻋﻠ ٌﻢ َ ﻳ ْ ِﻪ َوﻻ ِﺣﻠ ُﻢ‬
Tidakkah kedua matamu pernah melihat pemandangan
yang lebih buruk dari seorang yang tidak memiliki ilmu,
tidak pula kesopanan ْ
َُ ْ َ ْ َ َ َ
‫ﻴﺎرﻫ ْﻢ‬‫ﺤﺐ ِﺧ‬ ‫ﻓﺨﺎ ِﻟ ْﻂ ُر َواة اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ واﺻ‬
ُْ ْ ْ ْ َ
‫ﻓ ُﺼﺤﺒَﺘُ ُﻬ ْﻢ ِدﻓ ٌﻦ َو ِﺧﻠ َﻄﺘُ ُﻬ ْﻢ ﻟﻨ ُﻢ‬
Maka bergaullah dengan para periwayat ilmu dan
bersahabatlah dengan yang terbaik di antara mereka.
Persahabatan dengan mereka bagian dari agama dan
bergaul dengan mereka adalah keberuntungan.
116 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
َّ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ
‫ﺎك ﻗﻨ ُﻬ ْﻢ ﻓ ِﺈﻏ ُﻬ ْﻢ‬ ‫وﻻ ﻳﻌﺪون ﻗﻴﻨ‬
َْ َ َْ َ ٌ ُ‫ُﺠﻧ‬
‫ﺬﻟب ﺠﻧ ٌﻢ ﺑَﺪا ﺠﻧ ُﻢ‬ ‫ﻮم إذا َﻣﺎ‬
Jangan pernah kau palingkan kedua matamu dari
mereka. Merekalah bintang gemintang, jika yang satu
hilang akan terbit bintang yang lain
َ ْ َ َّ َ َْ َ
‫اﷲ َﻣﺎ اﺗﻀ َﺢ اﻟ ُﻬﺪى‬
ُ ‫ﻻ‬ ‫ﷲ ﻟﻮ‬
ِ ‫ﻓﻮا‬
ْ َ َ َ َ َ
َّ ‫ﻻ َح ﻣ ْﻦ َﻟﻴْﺐ‬
‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء ﺠَﺎ ﻧﺠ ُﻢ‬ ِ ِ ‫وﻻ‬
Demi Allah, jika bukan karena karunia Allah, tidaklah
akan jelas petunjuk. Tidak pula akan muncul satu pun
bintang petunjuk di angkasa malam
Imam Syafii radhiyallahu anhu berkata dalam
bait-bait syair berikut:
ً َ َ ُّ َ َّ َّ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ
‫ﺎﻋﺔ‬ ‫وﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺬق ذل اﺤﻛﻌﻠ ِﻢ ﺳ‬
َ ْ َّ ُ َ َ َ
‫ـــﺠ َّﺮع ذل اﺠﻟَﻬ ِﻞ ُﻃ ْﻮل َﺣﻴَﺎﺗِ ِﻪ‬ ‫ﺗ‬
Siapa yang tak sabar mencicipi terhina saat belajar
sesaat, ia akan meneguk hinanya kebodohan sepanjang
hayatnya
َ َ َْ ُ َُ َ
‫ﺖ ﺷﺒَﺎﺑِ ِﻪ‬ ‫َو َﻣ ْﻦ ﻓﺎﺗﻪ اﺤﻛﻌ ِﻠﻴﻢ وﻗ‬
ََ
‫ـــﻮﻓﺎﺗِ ِﻪ‬ َ َ‫ﺮﺒ َﻋﻠَﻴﻪ أ‬
‫رﺑ ًﻌـــﺎ ِﻟ‬
َ َ
ْ ّ ‫ـــﻜ‬ ‫ﻓ‬
ِ ِ
Siapa yang luput belajar di masa muda. Bertakbirlah
empat kali untuk menshalatinya, sebab ia tak ubah
seperti orang mati

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 117


َ ُّ َ ْ َ َْ ُ َ َ
‫اﺤﻛﻰﻘ‬ ِ ‫ﺣﻴﺎة اﻟﻔ َوا‬
‫ﷲ ﺑِﺎﻟ ِﻌﻠ ِﻢ و‬
َ َ
‫ـــﺎر ِﻟـــﺬاﺗِ ِﻪ‬ َ‫ﻜﻮﻧَﺎ َﻻ اﻋﺘﺒ‬
ُ َ َْ َ
‫ِإذا ﻟﻢ ﻳ‬
ِ
Demi Allah, pemuda hidup dengan ilmu dan takwa. Jika
keduanya tidak ada, apalah arti keberadaannya?
Alangkah indah perkataan penyair:
‫ـــﺎء‬
َ َ
‫ﻨ‬‫ﺳ‬ ‫ـــﺎ‬ َ ‫َو ُ ّﻞﻛ ﻓَﻀﻴﻠَﺔ ﻓ‬
‫ﻴﻬ‬ ِ ٍ ِ
َ‫ﻴﻚ أَ ْﺳـــﻰﻨ‬
َ َ ْ َْ ْ َ ْ َ
‫وﺟــﺪت اﻟ ِﻌﻠﻢ ِﻣﻦ ﻫﺎ ِﻳ‬
Segala keutamaan yang di dalamnya terdapat
keluhuran, engkau akan dapati bahwa ilmu lebih agung
darinya
ً ْ ُ ْ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ َ
‫ﺮﻴ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ذﺧـــﺮا‬ ‫ﻓﻼ ﻳﻌﺘﺪﻟ‬
ْ ْ َ ٌْ َ َ َّ َ
‫ﺰﻨ ﻟـــﻴ َﺲ ﻳَـــﻔ َﻰﻨ‬ ‫ـــﺈن اﻟ ِﻌﻠﻢ ﻛ‬
ِ ‫ﻓ‬
Janganlah engkau anggap sebagai harta simpanan
selain ilmu. Karena ilmulah harta simpanan yang tak
akan pernah sirna.
Penyair lain mengatakan:
‫ـــﺎ‬
َ
‫ﻴﻨ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎر‬‫ﺒ‬ َ ْ‫َرﺿﻴﻨَﺎ ﻗ ْﺴ َﻤ َﺔ اﻟ‬
َّ ‫ـــﺠ‬
ِ ِ ِ ِ
ُ َ َّ ُ ْ َ ٌ ْ َ َ
‫ـــﺎل ﻣﺎل‬
ِ ‫ﻟـــﻨﺎ ِﻋـــﻠﻢ و ِﻟـــﻠﺠﻬ‬
Kami telah rela dengan pembagian dari Sang
Mahaperkasa untuk kami. Bagi kami ilmu, sedang bagi
orang-orang bodoh harta
118 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُّ َ
‫ﻳﺐ‬‫ـــﺮ‬ ‫ﺎل ﻓﻔﻰﻨ ﻗﻦ ﻗ‬
ِ ‫ﻓ ِﻌﺰ اﻟﻤ‬
ُ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ ٍََ ِ
‫ـــﺎق ﻻ ﻳــﺰال‬
ٍ ‫وﻛـﻨـﺰ اﻟـــ ِﻌﻠ ِﻢ ﺑ‬
Tak lama lagi harta akan sirna. Sedang simpanan ilmu
kekal selamanya
Sebagian ulama berkata:
ْ ٌ َْ َّ َّ َ
‫زﻳﻦ ﻷﻫـــ ِﻠ ِﻪ‬ ‫ﻳ َﻌﻠ ْﻢ ﻓﺈن اﻟ ِﻌﻠﻢ‬
َ ‫اﻟﻤ‬
َ ‫ﻞﻜ‬ِّ ُ ٌ ٌ ْ َ
‫ﺤﺎ ِﻣ ِﺪ‬ ‫َوﻓﻀـــﻞ َوﻋﻨﻮان ِﻟ‬
Tuntutlah ilmu! Ilmu adalah hiasan bagi pemiliknya.
Juga keutamaan, serta simbol segala kebaikan.
َ َ َّ ُ ً ْ ُ
‫وﻛ ْﻦ ُﻣﺴﺘَ ِﻔﻴﺪا ﻞﻛ ﻳﻮمٍ َو ْﻠ ٍﺔ‬
َ ‫اﻟﻔ‬َ ُ‫واﺳﺒَ ْﺢ ﻲﻓ ُﺤﺑ‬
ْ ْ
‫ـــﻮاﺋِ ِﺪ‬ ‫ﻮر‬
ِ ‫ﻢ‬
ِ ‫ﻣﻦ اﻟ ِﻌﻠ‬
Tuntutlah setiap faedah ilmu tanpa kenal lelah, setiap
siang dan malam. Lalu berenanglah dalam samudera-
samudera faedahnya
ُ َ ْ َ َ ْ َّ ْ َّ َ َ
‫ـــﺪ‬
ٍ ِ ‫ﺋ‬ ‫ﻗﺎ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻓﺈن اﻟ ِﻔﻘﻪ أﻓﻀ‬
ِ ‫ﻳﻔﻘ ﻪ‬
ُ
َ َ ْ َ َ ِّ
‫واﺤﻛﻘﻮى وأﻋﺪل ﺷﺎ ِﻫ ِﺪ‬ ‫اﻟـــﺮﺒ‬
ِ ‫إﻰﻟ‬
Pelajarilah fiqih! Karena Fiqih adalah penuntun terbaik
menuju kebaikan dan takwa, serta saksi teradil.
َ ُ َ ُ
‫اﻟﻬﺪى‬ ‫ﻦﻨ‬ ‫ﺳ‬ ‫إﻰﻟ‬ ‫ي‬‫د‬ ‫ﺎ‬ َ ‫اﻟﻌﻠَ ُﻢ‬
‫اﻟﻬ‬ َ ‫ُﻫ َﻮ‬
ِ ِ
ِّ ْ َ ُْ ْ ُ
‫ﺤﻟﺼ ُﻦ ﻓﻨ ِ ِﻣ ْﻦ ﻤﺟﻴ ِﻊ اﻟﺸﺪاﺋِ ِﺪ‬
ِ ‫ﻫ َﻮ ا‬

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 119


Fiqih adalah tanda yang menunjukkan jalan-jalan
hidayah. Ialah benteng yang menyelamatkanmu dari
keburukan berbagai malapetaka
‫ـــﺎ‬ ‫ﻋ‬
ً
ً ‫ـــﺪا ُﻣﺘَ َﻮ ِّر‬ ‫اﺣ‬
ِ ‫و‬َ ‫ﻓﺈن ﻓَ ِﻘﻴْ ًﻬﺎ‬
َّ
َ َْ ْ َّ ُّ َ َ
‫ﻄﺎن ِﻣﻦ أﻟ ِﻒ ﺨﺑِ ِﺪ‬
ِ ‫أﺷﺪ ﺒﻟ اﻟﺸﻴ‬
Sungguh seorang ahli fiqih yang wara, lebih
menyulitkan setan dibandingkan seribu ahli ibadah
Penyair lainnya berkata:
ْ ْ َ َ ِّ ُ ُ َ َ ُ
‫ﺨﺮ ﻓﺎﺟﺘَ ِﻬﺪ‬
ٍ ‫اﻟ ِﻌـﻠﻢ ﻣـﻐـﺮس ﻛـﻞ ﻓ‬
َ ‫ﺨﺮ‬
َ ‫ذاك‬
َ ‫اﻟﻤ‬ َ َ َ َ َْ
ُ َ‫ﻚ ﻓ‬
‫ﻐﺮ ِس‬ ‫أن ﻻ ﻳﻔﻮﺗ‬
Ilmulah benih dari segala kemuliaan, maka giatlah
mencarinya! Jangan sampai kemuliaan benih ini luput
darimu
ُ ُ ‫ﻴﺲ ﻳَﻨﺎ‬ َ ‫اﻋـﻠَﻢ ﺑـﺄَ َّن اﻟﻌ‬
َ َ‫ﻠﻢ ﻟ‬ ْ َ
‫و‬
ِ ِ
َ ُ ُّ َ
‫ـﻢ أو َﻣـﻠﺒَ ِﺲ‬ َ َ
ٍ ‫ﻣـﻦ ﻫـﻤﻪ ﻓـﻲ ﻣـﻄـﻌ‬
َ

Ketahuilah! Ilmu tidak akan pernah dapat diraih oleh


dia yang perhatiannya hanya pada makanan dan
pakaian
Sayidina Habib Ahmad bin Umar Bin Smith –
radhiyallahu anhu—berkata:
ُّ َ‫ـــﻲ َء َﻛـــﺎﻟْـــﻌﻠْـــﻢ ﻗ‬
‫ـــﻂ‬ ْ َ َ
‫ﺷ‬ ‫ﻻ‬
ِ ِ
ُّ ُ َ ْ َ ُ
‫ِﺳـــﺮﻴوا ِإﻟـــﻴ ِﻪ وﺣـــﻄﻮا‬

120 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Tiada yang seperti ilmu sama sekali, maka berjalanlah
menujunya dan tambatlah kendaraan
ٌّ ‫ـــﺠﻠﺲ اﻟْﻌﻠْﻢ‬
‫ﺮﺳ‬
ْ َ ‫ﻓـــﻲ‬
‫ﻣ‬ ِ
ْ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َ ُ ْ
َ ُ‫ـــﻨـــﺎ ﻳ‬
ُّ‫ـــﺤﻂ‬
ِ ‫ﺑِـــ ِﻪ اﻟ‬
‫ـــﻮزر ﻋ‬
Dalam majelis ilmu terdapat rahasia, yang dengannya
dosa kita berguguran.
َ ْ ْ ْ ُ َْ ْ َ
‫ﺐ اﻟ ِﻌﻠ َﻢ ﻳَـــﺤـــﻈﻰ‬
ِ ‫ﻣﻦ ﻓﻄﻠ‬
َ ُ َ ُْ
ُّ ‫ـــﺨ‬
‫ـــﻂ‬ ‫ـــﺮﺗـــﺒَـــ ٍﺔ ﻻ ﺗ‬ِ‫ﺑ‬
Siapa yang menuntut ilmu akan mendapatkan derajat
yang keagungannya tak dapat terlukiskan
ً ْ َ َْ ُ ْ
ِّ
‫اﻟـــﺮزق ﻳﺄ ِﻳﻴ ِﻪ ﺳـــﻬـــﻼ‬‫َو‬
ْ َ
‫ﺎس ﻗﺤ ُﻂ‬ ْ َ‫َوﻟ‬
َّ ‫ـــﻮ َﻋ‬
َّ ‫ـــﻢ ِﻓـــﻲ‬
ِ ‫اﺠ‬
Rizki datang padanya dengan mudah, walau manusia
dilanda kekeringan
ٌ ‫ـــﻢ ﺣ ْﺼ‬ْ ْ َ
ٌ
‫ـــﻦﻴ‬ ‫ـــﻦ َﺣ ِﺼ‬ ِ ُ ‫واﻟ ِﻌﻠ‬
ُ ْ َ َ َ ْ َ ِّ َ ْ
‫ـــﺎء ﻳﺴـــﻄﻮ‬ ‫ِﻣـــﻦ ﺮﺷ ﻣﻦ ﺟ‬
Ilmu adalah benteng kokoh dari keburukan yang datang
menyerang
ْ َ
‫ِﻟ َﻄـــﺎﻟــ ِـ ِﺒﻴ ِﻪ ﺑِـــﻘـــﺼ ٍﺪ‬
ْ َ ْ ْ َ ْ َ
َ‫ـــﻤﺘ‬
‫ـــﺰج ِﻓﻴ ِﻪ ﺧـــﻠ ُﻂ‬
ِ ‫ﻟـــﻢ ﻳ‬
Bagi para pencarinya dengan niat yang baik, tanpa
mencampur dengan noda campuran
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 121
ْ ْ ْ َ ً
‫ﻳَـــﺎ َﺟـــﺎ ِﻫﻼ ﻗـــﺪ َر ُه اﺳ َﻤﻊ‬
ُ ُ ْ
ُّ َ‫ـــﻪ َﻗ ُّﻂ ﻗ‬
‫ـــﻂ‬ ‫َﻣـــﺎ ِﻣﺜـــﻠ‬
Wahai engkau yang tak tahu nilai ilmu, dengarlah!
Tiada yang seperti ilmu sama sekali! Apapun!
َ َْ َ ْ ْ
ْ ‫ـــﻈﻰ ﺑ َﺸ‬
ْ َ ُ ْ ‫ـــﻲ ٍء‬ ِ ‫ِإن ِﺷﺌـــﺖ ﺤﺗ‬
َ
ْ ‫ـــﻴﻚ ﻗ‬
ُ‫ـــﺴﻂ‬
ِ ِ‫ِﻣﻨـــﻪ ﻳـــﺄﺗ‬
Jika engkau ingin meraih seberkas darinya dan datang
padamu sebagian
ً َ ُ ُ ُْ ْ ‫ُﻛ‬
‫ـــﻮر ﻏـــﺮاﺑﺎ‬
ِ ‫ـــﻜ‬ ‫اﻛ‬ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ـــﻦ‬
ُّ ‫اﺤﻛ َﻤـــﻠُّـــﻖ ﻗ‬
‫ـــﻂ‬ َّ ‫َو ِﻓـــﻲ‬
ِ ِ
Jadilah seperti gagak yang selalu bangun pagi-pagi,
dan seperti kucing yang pandai mengambil hati
ْ َ َْ ْ َ ْ َّ ُ
‫ﺐ‬
ٍ ‫ﺛـــﻢ اﺣﺘـــ ِﻤﻞ ِﻣﺜﻞ ﻛـــﻠ‬
َ
ْ َ ‫ـﻚ‬ ْ ُ ََ
‫ﺮﺷ ُط‬ ِ ‫وذا ﻟــ ِـﻨـــﺠ‬
‫ـــﺤ‬
Lalu tegarlah menahan segala kehinaan bagai anjing,
inilah syarat untuk suksesmu.
Sayidina Imam Al-Habib Abdullah bin Husain
Bin Thahir –radhiyallahu anhu—berkata:
َ ْ ََ َ َ ْ ْ ُ ْ َ
ٍ ‫ﺐ اﻟ ِﻌﻠ َﻢ ِﻲﻓ ﺻﺒ‬
‫ﺎح وﻣﻤ‬ ِ ‫واﻃﻠ‬
ُ ُْ َ َْ َ ْ َ
‫ﻮر‬ ِ ‫َوﺑِـــﻠﻴ ٍﻞ وﺑِﺎﻟﻌ‬
ِ ‫ـــﺸﻲ واﻛـــﻜ‬
Tuntutlah ilmu di pagi dan petangmu, juga malam, sore
dan dini harimu.
122 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
ُ َ َّ ُ ْ ْ َّ
‫ِإن ِﻲﻓ اﻟـــ ِﻌﻠ ِﻢ ﻛـــﻞ ﻓ ْﻮ ٍز َوﺠﻧﺢ‬
ُ ْ َ َّ ُ ْ ْ َّ
‫ﺮﻴ َوﻧﻮر‬
ٍ ‫ﺧ‬ ‫ﻞﻛ‬ ‫ﻢ‬
ِ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬ِ ‫اﻟ‬ ‫ـــﻲ‬ ‫ﻓ‬
ِ ‫ن‬ ‫ِإ‬
Dalam ilmu terdapat segala keberuntungan dan
kesuksesan. Dalam ilmu terdapat segala kebaikan dan
cahaya.
ْ ََْ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ
ُ ُّ ْ ْ َ َّ ُ ‫اﻹﻟـــﻪ وﻳﻌ ِﺮ‬
‫ف‬ ِ ‫ﻓ ِﺒ ِﻪ ﺗـــﻌ ِﺮف‬
‫ور‬ َ
ِ ‫ﻛـــﻞ أﻣ ٍﺮ ِﻲﻓ ِور ِدهِ واﻟـــﺼﺪ‬
Dengannya engkau mengenal Tuhanmu dan mengenal
segala sesuatu, dalam datang maupun perginya.
Sayidina Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi—
nafa’anallahu bih berkata:
َّ َ َّ ْ ْ َ َ ْ َ
‫اﻟﺮﺸﻳْ ِﻒ ﺗ َﻮﺟ ُﻬ ْﻮا‬
ِ ‫ﻢ‬
ِ ‫ﻠ‬‫ﻌ‬ِ ‫اﻟ‬ ‫ـﺐ‬
ِ ‫و ِ ﻃﻠ‬
ْ َ ْ ْ َ َ ٍّ
‫ـﺮﻴ َوﺗ ْﺮ ٍك ﻟ ِ ُﻤﻌﺘَﺎ ِد‬
ٍ ‫ﺠﺑـﺪ وﺗﺸ ِﻤ‬
ِِ
Pergilah menuntut ilmu yang mulia dengan giat, serius,
dan meninggalkan kebiasaan
ٌ َ ْ ََ َ ُْ ٌ ُْ ْ ْ َ
‫ﺠﺔ‬ ‫ﻓ ِﻲﻔ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻧﻮر ﻟِﻠﻔﺆا ِد وﺑـﻬ‬
َ ْ ‫ــﺴ ُﻦ ِﻣ‬
َ ‫ﺣ‬ ْ َ َْ ُُ َْ َ
‫ﺮﻴا ِد‬ ‫و ِﻣـﺮﻴاده ﻟِﻠـﻌﺒ ِﺪ أ‬
Dalam ilmu ada cahaya hati, serta kebahagiaan.
Datangnya bagi seorang hamba adalah sebaik-baik
kedatangan.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 123


ٰ ُ ْ ْ ُ َْ
‫اﻹﻧ َﺴﺎن َﺣ َّﻖ ِإﻟ ِﻬ ِﻪ‬
ِ ‫ﺑِ ِﻪ ﻓﻌ ِﺮف‬
َّ ‫َﻓﻴُ ْﻬ َﺪی ﺑﻪ َﺿ ٌّّﺎل َو َﻳ ْﺮ َوى ﺑﻪ‬
‫اﻟﺼﺎ ِد ْي‬ ِِ ِِ
Dengannya manusia mengenal hak Tuhannya,
dengannya yang tersesat diberi petunjuk, dan
dengannya pula yang kehausan hilang dahaganya
ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ََْ ْ َ ُ ُْ ْ َ
‫وإِن ِﺷﺌﺘﻤﻮا أن ﺤﺗﻔﻈﻮا ﻣﺎ ﻋ ِﻠﻤﺘﻤﻮا‬
َ َ َ ْ َ ْ َ ََ
‫ﻲﻓ ﺗﻜ ِﺮﻳْ ِﺮ د ْر ٍس َوﺗ ْﺮدا ِد‬ِ ‫ﻓﺬﻟِﻚ‬
Jika kalian ingin menghafal apa yang telah engkau
pelajari, tiada jalan lain kecuali dengan mengulangi
pelajaranmu lalu mengulang-ulangi lagi.
Sebagian penyair menggubah bait-bait syair
berikut:
َ ْ ‫اَﻟْﻌﻠْ ُﻢ أَﻓْ َﻀ ُﻞ َ ْ ٍء أَﻧ‬
ُ‫ﺖ َذاﺧ ُﺮه‬
ِ ِ
َ
َ ْ ْ ْ َ ُ َ ُ ْ ُ ْ َ
‫ﻳﺖ ﻓﻨُﻮن اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ َواﻷدﺑَﺎ‬ ‫ﻓﺎﻃﻠﺐ ﻫ ِﺪ‬
Yang paling utama untuk kau simpan adalah ilmu. Maka
tuntutlah ilmu, akan engkau raih petunjuk berbagai
cabang ilmu dan adabnya.
ٌ ُ‫ﺎؤ ُه ُﺠﻧ‬
‫ﺐ‬
ُ َ ََ
‫ﺎﺟ ٍﺪ ﻧﻄ ٍﻞ آﺑ‬ َ ْ َ
ِ ‫ﻛﻢ ﻣ‬
َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ ُّ ُ َ
‫ﺎﻛﻧﻮا اﻟﺮؤوس ﻓﺄﻣ ﻧﻌﺪﻫﻢ ذﻧﺒﺎ‬
Betapa banyak sosok terhormat nan pemberani dengan

124 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


datuk-datuk mulia, dahulu merekalah memimpin, lalu
penerusnya menjadi ekor belaka (orang suruhan).
ُ َ ُ ْ َ َ ْ َْ َْ
‫ﻗﺪ ﺠﻳ َﻤ ُﻊ اﻟ َﻤﺎل ﺷﺨ ٌﺺ ﻋ َّﻢ ﻳ ُ ْﺴﻠﺒُﻪ‬
ْ َّ ُّ َ ْ َ َ َّ َ
‫ ﻓﻴَﻠﻰﻘ ا ل َواﺤﻟ َ َﺮ َﺑﺎ‬،‫ﻴﻞ‬
ٍ ‫ﻗﻤﺎ ﻗ ِﻠ‬
Tidak jarang seorang mengumpulkan harta, kemudian
tak lama harta itu terenggut. Maka ia menemui
berbagai kehinaan dan pengusiran.
ً ََ ٌ ُ‫ﺐ اﻟْﻌﻠْﻢ َﻣ ْﻐﺒ‬
ُ ‫َو َﺻﺎﺣ‬
‫ﻮط ﺑِ ِﻪ أﺑﺪا‬ ِ ِ ِ
َ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ ُ َ َ
‫اﻟﺴﻠﺒَﺎ‬ ‫وﻻ ﺤﻳﺎ ِذر ِﻣﻨﻪ اﻟﻔﻮت و‬
Sedangkan pemilik ilmu selalu berbahagia, tidak cemas
kehilangan atau terenggut.
ُ ْ َ ْ ُّ ْ ْ ْ
‫ ﻧِﻌ َﻢ ا ﺧ ُﺮ ﺠﺗ َﻤ ُﻌﻪ‬،‫ﻳَﺎ َﺟﺎ ِﻣ َﻊ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ‬
َ َ َ ُ َ َْ َ
‫ﻻ ﻳﻌ ِﺪﻟ َّﻦ ﺑِــ ِﻪ د ًّرا َوﻻ ذﻫﺒَﺎ‬
Wahai para penuntut ilmu, sebaik-baik simpanan adalah
apa yang engkau kumpulkan. Tak dapat dibandingkan
dengan mutiara dan emas.
Al-Imam Al-Habib Umar bin Segaf bin
Muhammad Assegaf nafa’anallahu bih berkata:
ُ َ ُ َّ َ ُ َ
َ ُ‫ﻜ ُﻢ اﻟْ ُﻌﻠ‬
َ‫ﻮم َو َد ْر َﺳﻬﺎ‬ ‫أﻧﻲﻨ دوﻧ‬
ْ َْ ُ َْ َ
‫ــﺪﻟﻮا ﻗﻨ َﻬﺎ ﺑِ َﻌﺬ ِل َﻋ َﻮا ِذ ِل‬
ِ ‫ﻻ ﻳﻌ‬
Anakku, carilah berbagai ilmu dan pelajarilah. Jangan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 125
engkau berpaling darinya hanya karena celaan para
pengkritik
َْ ْ ُ ُّ َ
‫اﻟﺴﻠ ُّﻮ َﻋ ِﻦ اﺤﻟ ُ َﻄﺎمِ َوﻤﺟ ِﻌ َﻬﺎ‬ ‫ِﻓﻴﻬﺎ‬
ْ َ ْ َ ُ
‫َوﺑِ َﻬــﺎ ا ُّ ﻧ ُّﻮ ِإﻰﻟ اﻟ َﻤﻘﺎمِ اﺤﻟَﺎ ِﻓ ِﻞ‬
Di dalam ilmu terdapat penghiburan untuk menjauhi
harta dunia serta menimbunnya. Dengannya engkau
akan semakin dekat kepada kedudukan yang mulia
َ‫اﻟﺮ َﻳﺎض َﻛ َﻜ َّﻏﻬﺎ‬ ُّ َ ‫اﺤﻛ‬
َّ ‫َوﺑ َﻬﺎ‬
ِ ِّ ‫ﺰﻨ ُه ِﻲﻓ‬ ِ
َْ َّ ْ َ ُ َّ َ
‫ﻴﻢ اﻟﺎﻜ ِﻣ ِﻞ‬
ِ ‫ﺟﻨــــﺎت ﻋﺪ ٍن ِﻲﻓ اﺠ ِﻌ‬
Dengannya engkau dapat bertamasya dalam taman-
taman ilmu yang keindahannya bagaikan keindahan
surga-surga Aden dalam kenikmatannya yang sempurna
َْ َ ُّ ‫ﺠﺒﺎ ً َ ْﻫﺮ‬
‫اﻟﺴﻮ ِء َﻣﺎل ﺑِﺄﻫ ِﻠ ِﻪ‬ ِ ِ
َ ‫َﻋ‬
ِّ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ
‫ﺎل َﺣﺎﺋِ ِﻞ‬
ٍ ‫ﺣ‬َ ‫ﻞﻛ‬ ‫ﺎل و‬
ِ ‫ﺤﻧﻮ اﺨﻟــﻴ‬
Sungguh mengherankan, zaman keburukan ini yang
telah menggiring penghuninya menuju khayalan semu
serta segala hal yang menjadi penghalang (untuk
mendapatkan kebahagiaan akhirat)
ُ َ
‫ور َوﻏ َّﺮﻫ ْﻢ‬ ُ ‫َر َﻛﻨُﻮا إ َﻰﻟ َدار اﻟْ ُﻐ‬
‫ــﺮ‬
ِ ِ ِ
َ ََ ُ َُْ
ْ ‫ﺎد ُﻫ‬
‫ــﻢ ِﺤﺑَﺒَﺎﺋِ ِﻞ‬ َ ‫ﻓ‬
‫ﻴﻬــﺎ اﻟﻐﺮور وﻗ‬ ِ

126 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Mereka tertarik kepada dunia yang merupakan tempat
tipu daya. Setan telah menipu mereka di dunia ini dan
menuntun mereka dengan tali-tali kesesatannya
ً ُّ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ
‫ﻮن ﻳﻌﺸﻘﺎ‬
ِ ‫ار ِﻣﻦ ﻏﻈ ِﺮ اﻟﻌﻴ‬
ِ ‫ﻓﺤ‬
‫ﺬ‬
َ َ ََ َ َ
ِِ ‫ﺎر ِب َوﻣ‬
‫ﺂﻞﻛ‬ ِ ‫ﺸ‬ ‫ﻣ‬ ‫و‬ ‫ﺲ‬ِ ‫ﺑ‬ ‫ــﻼ‬ ‫ﻟِﻤ‬
Maka berhati-hatilah engkau, janganlah matamu
memandang dengan pandangan suka kepada keindahan
pakaian, serta minuman dan makanan yang lezat
ُ َ َ َ ِّ ُ ُ َ ْ َ ُ ْ ُّ َ
‫ﺮﺷف ﻞﻛ ْ ٍء ﻧﺎﻟــﻪ‬ ‫ﻓﺎﻟﺰﻫﺪ أ‬
َ ْ ْ َ ْ َ
‫ﺷــﺨ ٌﺺ ِإذا ﺑِﺎﻟ ِﻌــﻠ ِﻢ َﻃﺎل ﺑِ َﻄﺎﺋِ ِﻞ‬
Sungguh sifat zuhud merupakan paling luhurnya segala
sesuatu yang diraih oleh seseorang, jika ia telah
dianugerahi ilmu pengetahuan.
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 127


PASAL KEEMPAT

Sedikit Ilmu Lebih Baik Daripada


Banyak Ibadah.
Sahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu
anhu berkata:
Para sahabat menceritakan tentang dua orang lelaki
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Yang satu ahli ibadah, sedangkan
lainnya seorang berilmu. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ ََْ َ ْ ْ َ َ
‫ﻲﻠ َﺒﻟ ادﻧﺎﻛ ْﻢ‬ ‫ﻀ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎﺑ‬ َ ْ ‫ﺒﻟ ا‬
‫ﻟﻌ‬
ََ
‫ﻢ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬ َ ْ ‫ﻓَ ْﻀ ُﻞ ا‬
‫ﻟﻌ‬
ِ ِِ ِ ِ
Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah seperti
keutamaanku atas orang terendah di antara kalian. (HR
Turmudzi)
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda :
َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ ِّ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َْ َ َْ ََْ
‫ﻦﻴ ﺣﺮﻀ اﺠﻟﻮا ِد‬ ِ ‫ﻧﻦﻴ اﻟﻌﺎﻟ ِ ِﻢ واﻟﻌﺎﺑِ ِﺪ ِﻣﺌﺔ درﺟ ٍﺔ ﻧﻦﻴ ﻞﻛ درﺟﺘ‬
ً َ َ ْ َ َّ َ ُ ْ
‫ﻦﻴ َﺳﻨﺔ‬ ‫اﻟﻤﻀﻤ ِﺮ ﺳﺒ ِﻌ‬
Antara seorang berilmu dan ahli ibadah terdapat
seratus derajat. Di antara tiap derajat sejauh jarak
yang ditempuh kuda pacuan terlatih selama tujuh puluh
tahun. (Disebutkan dalam kitab Ihya Ulumiddin)

128 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Telah datang pula hadits yang disandarkan ke pada
Rasulullah ‫ﷺ‬:
ًَ َ ّ َ َ ْ ٌْ َ ْ ُ َْ
‫ﻦﻴ َﺳﻨﺔ‬ ِ‫ﺠﻣ ِﻠﺲ ﻓِﻘ ٍﻪ ﺧﺮﻴ ِﻣﻦ ِﻋﺒﺎد ِة ِﺳﺘ‬
Majelis ilmu lebih baik daripada beribadah selama
enam puluh tahun. (HR Dailami)
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ َ ْ ‫ﻜ ْﻢ أَﻳ‬
‫ﺮﺴ ُه‬
ُ ُ ْ ‫َﺧ‬
‫ﺮﻴ ِدﻳ ِﻨ‬
“Sebaik-baiknya amalan agama kalian adalah yang
paling mudah” (HR Ahmad)
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ ْ ْ َ ْ ُْ َ
‫ﺮﻴ اﻟ ِﻌﺒَﺎد ِة اﻟ ِﻔﻘﻪ‬ ‫ﺧ‬
“Sebaik-baik ibadah adalah fiqih (ilmu agama)” (HR
Thabrani)
Sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata:
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepadaku:
ْ َ ْ َ َ ٌْ َ َ ْ ً َ َ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ٍّ َ َ َ َ
‫ﷲ ﺧﺮﻴ ﻟﻚ ِﻣﻦ أن‬ ِ ‫ﺎب ا‬ِ ‫ ﻷن ﻳﻐﺪو ﻓﺘﻌﻠﻢ آﻳﺔ ِﻣﻦ ِﻛﺘ‬،‫ﻳﺎ أﺑﺎ ذر‬
َْ َ ُ ْ ْ َ ً َ َ ّ َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ِّ َ ُ
‫ وﻷن ﻳﻐﺪو ﻓﺘﻌ ِﻠﻢ ﺑﺎﺑﺎ ِﻣﻦ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻋ ِﻤﻞ ﺑِ ِﻪ أو‬، ‫ﺗﺼﻲﻠ ِﻣﺎﺋﺔ رﻛﻌ ٍﺔ‬
َ‫ﻲﻠ أَﻟْ َﻒ َر ْﻛﻌﺔ‬
َ
ِّ َ ُ ْ َ ْ ٌ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ
‫ﻟﻢ ﻓﻌﻤﻞ ﺧﺮﻴ ِﻣﻦ أن ﺗﺼ‬
ٍ
Wahai Abu Dzar, Engkau pergi di pagi hari kemudian
mempelajari satu ayat dari kitab Allah, itu lebih baik
daripada shalat seratus rakaat. Engkau pergi di pagi
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 129
hari, lantas engkau mengajarkan satu bab ilmu—baik
diamalkan atau tidak—itu lebih baik daripada shalat
seribu rakaat. (HR Ibnu Majah)
Diriwayatkan pula dari sahabat Abu Dzar dan Abu
Hurairah radhiyallahu anhuma, keduanya berkata:
“Satu bab ilmu yang kami pelajari lebih kami
sukai daripada melakukan shalat sunah seratus rakaat.
Dan satu bab ilmu yang kami ajarkan—baik diamalkan
atau tidak—lebih kami cintai dari shalat sunah seratus
rakaat.”(Al-Bukhari dalam At-Tarikh Al-Kabir)
***

Dari yang telah kami paparkan, menjadi jelas


bahwa kesibukan dengan ilmu karena Allah ‫ ﷻ‬adalah
lebih utama daripada ibadah-ibadah fisik yang sunah,
seperti shalat, puasa, tasbih, doa, dan semisalnya. Ini
karena beberapa alasan, yaitu:
 Manfaat ilmu dapat dirasakan pemiliknya dan
orang lain, sedangkan manfaat ibadah fisik yang
sunah hanya terbatas pada pelakunya saja.
 Ilmu dapat memperbaiki ibadah-ibadah lain.
Seluruh ibadah perlu ilmu dan bergantung
kepadanya. Akan tetapi ilmu tidak tergantung
kepada ibadah.
 Para ulama adalah pewaris para nabi alaihimus
130 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
shalatu wassalam. Predikat ini tidak diberikan
kepada para ahli ibadah.
 Taat kepada ulama terkait ilmunya hukumnya
wajib bagi setiap orang.
 Manfaat ilmu dapat tetap dirasakan setelah
pemiliknya wafat. Sedangkan ibadah-ibadah
sunah manfaatnya terputus dengan kematian
pelakunya.
 Dengan adanya ilmu, maka ajaran syariat akan
menjadi hidup, dan rambu-rambu agama akan
terjaga. (Ini disebutkan oleh Ibnu Jama’ah dalam
kitab Tadzkirahnya).
Ibnul Haj Al-Maliki dalam kitab ‘Al-Madkhal’
menyebutkan dalil lain yang menunjukkan keunggulan
ilmu dan keutamaannya melebihi ibadah-ibadah lain
yang manfaatnya hanya terbatas kepada pelakunya saja.
Beliau rahimahullah berkata:
“Telah datang dalam sebuah hadits, bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: ‘Amal-amal kebaikan jika
dibandingkan dengan jihad, maka ia tidak lain seperti
sebercak ludah dalam lautan. Dan amal-amal kebaikan
beserta jihad jika dibandingkan dengan perjuangan
menuntut ilmu, maka ia tidak lain seperti sebercak ludah
dalam lautan.”

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 131


Imam Sufyan Ats-Tsauri dan Imam Syafii,
keduanya berkata:
“Tiada sesuatu pun setelah menunaikan amalan-
amalan wajib, yang lebih utama daripada menuntut
ilmu.”
Sayidina Imam Abu Jakfar Muhammad Al-Bagir
radhiyallahu anhu berkata:
“Seorang berilmu yang memberikan manfaat
dengan ilmunya lebih utama dari seribu orang yang
tekun ibadah.”
Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi radhiyallahu
anhu berkata:
“Mempelajari satu masalah keilmuan lebih baik
daripada mengerjakan seratus ibadah. Seorang penuntut
ilmu lebih baik daripada seorang yang tekun beribadah
siang dan malam.”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Waktu sesaat yang dilewatkan seorang ulama
lebih berharga dari sekian tahun yang dilewatkan orang
lain, walaupun ia mengisinya dengan ibadah.”
Renungkanlah nash-nash, dalil-dalil serta atsar-
atsar yang telah kami paparkan. Dengan demikian,
engkau akan mengerti bahwa ilmu—yakni mempelajari
ilmu dan mengajarkannya—lebih mulia dan lebih
utama dari seluruh amal lain yang dilakukan untuk

132 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


mendekatkan diri kepada Allah ‫ ﷻ‬Tuhan semesta alam.
Ilmu termasuk ibadah paling agung dan kemuliaan yang
baik. Menyibukkan diri dengan ilmu lebih utama daripada
melakukan perbuatan taat lainnya. Ilmu adalah kegiatan
kesibukkan yang paling layak untuk digunakan mengisi
waktu-waktu kita yang berharga. Para ulama adalah
manusia yang paling utama, paling tinggi derajatnya,
paling harum namanya serta paling luhur kebesarannya.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Goresan pena seorang ulama setara dengan
tasbih. Menulis ilmu dan berpikir mengenainya adalah
ibadah. Tintanya setara dengan darah seorang syahid.
Jika seorang ulama bangkit dari kuburnya, semua
makhluk akan memandangnya. Dan ia akan dikumpulkan
dengan para nabi.”
Dalam kitab ‘Bahjatuz Zaman’ disebutkan:
“Imam yang agung, Al-Habib Ahmad bin Zain Al-
Habsyi radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih sangat
mengagungkan ilmu dengan penuh pengagungan. Beliau
memuji para ulama dengan pujian tanpa batas. Beliau
memuliakan mereka dan menghormatinya dengan
sepenuh penghormatan dan pengagungan. Beliau
menjelaskan bahwa seluruh kebaikan terdapat pada
menuntut ilmu, dan bahwa menuntut ilmu sesaat setara
dengan ibadah seumur hidup.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 133
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata:
“Mengajarkan satu bab ilmu, berupa perintah
atau larangan agama, lebih aku sukai daripada tujuh
puluh kali perang di jalan Allah.”
Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah
ditanya mengenai seorang yang berjihad di jalan Allah:
“Apa yang lebih engkau sukai di antara berjihad
dan mempelajari Al-Qur'an?”
Beliau menjawab:
“Mempelajari Al-Qur'an, karena Nabi ‫ﷺ‬
bersabda:
ُ َّ َ َّ ُ ُ َ
‫ﺮﻴﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠ َﻢ اﻟﻘﺮآن وﻋﻠ َﻤﻪ‬ ‫ﺧ‬
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an
dan mengajarkannya. (HR Bukhari)”
***

134 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KELIMA

Keutamaan Para Penuntut Ilmu


Dan Orang-Orang Yang Mendalami
Pemahaman Agama

Sahabat Anas radhiyallahu anhu berkata:


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ﷲ َﺣ َّ ﻳَ ْﺮ ِﺟ َﻊ‬ َ ‫َﻣ ْﻦ َﺧ َﺮ َج ﻲﻓ َﻃﻠَﺐ اﻟﻌﻠْﻢ َﻓ ُﻬ َﻮ ﻲﻓ‬
ِ ‫ﻴﻞ ا‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia tercatat
berada di jalan Allah sampai kembali. (HR Turmudzi)
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ ُ ِّ ُ َ ً ْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َّ ُ ُ َ ْ َ َ َ
‫ﺮﻴا أ ْو ﻓ َﻌﻠ َﻤﻪ ﺎﻛن‬ ‫َﻣ ْﻦ ﻏﺪا ِإﻰﻟ اﻟ َﻤ ْﺴ ِﺠ ِﺪ ﻻ ﻳ ِﺮﻳﺪ ِإﻻ أن ﻓﺘﻌﻠﻢ ﺧ‬
ُ َّّ َ ّ َ ْ َ َ ُ َ
‫ﺎج ﺗﺎﻣ ٍﺔ َﺣ َّﺠﺘُﺔ‬ ٍ ‫ﻛﺄﺟ ِﺮ ﺣ‬
Siapa yang di pagi hari pergi menuju masjid tanpa
ada maksud selain untuk mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, maka ia akan diberikan pahala seperti
pahala seorang yang berhaji dengan sempurna. (HR
Thabrani)
Dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma
beliau berkata, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 135
ْ َ َ ََ َ ْ ٌ ْ َ ْ ِّ ُّ َ َ ُ َ َّ َ ُّ ُ ُ ْ َ
‫اﺠﻟ َﻬﺎ ِد ِﻲﻓ‬
ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﺎﻰﻟ‬ ‫ﻌ‬‫ﻳ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ا‬ ‫ﺪ‬ ‫اﻟﻐﺪو واﻟﺮواح ِﻲﻓ ﻳﻌﻠ ِﻢ ا ﻳ ِﻦ ﺧﺮﻴ ِﻋﻨ‬
‫َﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻪ‬
Perjalanan di pagi dan sore hari untuk menuntut ilmu
agama lebih baik di sisi Allah daripada berjihad di
jalan-Nya. (HR Dailami)
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ُ ْ َُ ُ ََ ُ ُ ََ َ َّ َ َ ْ َ
‫اﷲ َﻣﺎ أﻫ َّﻤﻪ َو َر َزﻗﻪ ِﻣ ْﻦ َﺣﻴﺚ ﻻ‬ ‫ﷲ ﻛﻔﺎه‬
ِ ‫ﻳﻦ ا‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ ﻦ ﻳﻔﻘ‬
‫ﺐ‬ ُ ‫َﺤﻳْﺘَﺴ‬
ِ
Siapa yang mendalami ilmu agama Allah, maka
Allah akan mencukupkan semua yang membuatnya
gelisah dan memberikannya rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka. (HR Abu Hanifah)
Dalam sebuah atsar disebutkan:
ْ ْ َ َ َّ َ َ َ َّ
‫ﺐ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﺑِ ِﺮ ْز ِﻗ ِﻪ‬
ِ ‫ِإن اﷲ ﺗﻜﻔﻞ ِﻟﻄﺎ ِﻟ‬
Sesungguhnya Allah menjamin rizki penuntut ilmu
Sayidina Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
nafa’anallahu bih berkata:
“Ini adalah jaminan khusus setelah jaminan
umum yang Allah ‫ ﷻ‬janjikan bagi setiap makhluk yang
melata di atas bumi. Arti jaminan khusus ini adalah ia
akan lebih dimudahkan mendapatkannya, terbebas
dari kesulitan dan beban dalam mencari rizki dan usaha
mendapatkannya.”
136 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Di antara nasihat Sayidina Arif Billah Al-Habib
Ahmad bin Zain Al-Habsyi nafa’anallah bih:
“Jika seorang memiliki kefahaman dalam ilmu,
lalu Allah menganugerahkan semangat menuntut
ilmu, maka itu akan menjadi sebab paling kuat untuk
mendapatkan rizki. Tiada yang lebih bermanfaat baginya
selain menuntut ilmu. Maka hendaknya ia fokuskan
kesungguhannya untuk menuntut ilmu dan tidak
memaksakan diri untuk mencari rizki. Pasti rizkinya akan
dicukupi dan digiring kepadanya. Karena sesungguhnya
Allah telah menjamin rizki bagi penuntut ilmu.”

Penulis berkata:
Di antara sebab-sebab lain yang sangat kuat untuk
menarik rizki, sebagaimana dikatakan oleh kaum arifin
adalah:
 Melaksanakan shalat dengan penuh pengagungan
dan kekhusyukan
 Membaca Surat Al-Waqi’ah, khususnya di waktu
malam. Demikian pula Surat Yasin dan Surat Al-
Mulk di waktu Shubuh
 Hadir di masjid sebelum waktu adzan
 Selalu dalam keadaan suci (yakni setiap berhadats
segera berwudhu)
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 137
 Menunaikan shalat Sunah Fajar (Qabliyah
Shubuh) dan shalat witir di rumah
 Memakmurkan waktu antara Shalat Shubuh
sampai terbitnya matahari dengan beri’tikaf di
masjid
 Membaca berulang-ulang :
َّ َ ْ َ َ
‫ ﻳَﺎ ﻓﺘﺎح ﻳَﺎ َر َّزاق‬،‫ﻳﺎ ﺎﻛ ِﻲﻓ ﻳَﺎ ُﻣﻐ ِﻲﻨ‬
Wahai Yang Maha Mencukupi, Yang Maha Membuat
Kaya, Yang Maha Membuka karunia-Nya dan Yang
Maha Pemberi Rizki

Imam Syafii rahimahullah berkata:


“Empat hal yang dapat menarik rizki, yaitu:
1. Shalat malam
2. Banyak beristigfar menjelang waktu Shubuh
3. Memperhatikan sedekah
4. Berdzikir pagi dan sore hari
Empat hal yang menghalangi rizki, yaitu:
1. Tidur Shubuh (sebelum matahari terbit).
2. Sedikit shalat
3. Sifat malas
4. Sifat khianat.”
Penulis berkata:
Yang dimaksud tidur Shubuh adalah tidur pagi.

138 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Di antara hal lain yang dapat menghambat rizki
adalah:
 Banyak tidur
 Makan dan minum dalam keadaan junub
 Menyapu di malam hari
 Membiarkan sampah di rumah
 Berjalan di depan guru
 Menyela-nyelai gigi dengan sembarang kayu
 Membasuh tangan dengan tanah liat
 Duduk di undakan pintu
 Berwudhu di tempat buang air
 Menjahit pakaian yang sedang ia pakai
 Mengeringkan wajah dengan pakaian
 Membiarkan sarang laba-laba di rumah
 Menyepelekan shalat
 Memadamkan lentera (lilin dan semisalnya)
dengan ditiup
 Meninggalkan berdoa untuk kedua orang tua
Semua itu dapat menyebabkan kefakiran
sebagaimana disebutkan dalam berbagai atsar. Syaikh
Nashiruddin At-Thusi menyebutkan semua ini dalam
kitab “Adab Muta'allimin.”
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 139


PASAL KEENAM

Anjuran Bertanya Kepada Ulama


Yang Mengamalkan Ilmu Serta Selalu
Mencari Tambahan Ilmu

Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
ْ ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ
ِّ ‫ﻞﻛ ﻓ ْﺮﻗَﺔ ﻣﻨْ ُﻬ ْﻢ َﻃﺎﺋ َﻔ ٌﺔ َﺘَ َﻔ َّﻘ ُﻬﻮا ﻲﻓ ا‬
‫ﻳﻦ َو ِ ُﻨ ِﺬ ُروا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ‫ﻓﻠﻮﻻ ﻏﻔﺮ ِﻣﻦ‬
َ ََْ َّ َ َ َ َ
‫ﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِإذا َر َﺟ ُﻌﻮا ِإ ْ ِﻬ ْﻢ ﻟ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﺤﻳﺬ ُرون‬
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali dari medan perang supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya dan berhati-hati. (QS At-Taubah: 122)
Ayat mulia ini menghimpun ajakan untuk
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta perintah untuk
memperdalam pengetahuan tentang agama Islam yang
lurus ini. Dan berdakwah ke Jalan Allah dan jalan yang
lurus.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman berkenaan dengan anjuran

140 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


bertanya kepada para ulama yang mengamalkan ilmunya
terkait problematika urusan agama:
َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ِّ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫ﻓﺎﺳﺄﻟﻮا أﻫﻞ ا ﻛ ِﺮ ِإن ﻛﻨﺘﻢ ﻻ ﻳﻌﻠﻤﻮن‬
Bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan ilmu agama apabila kamu tidak
mengetahuinya. (QS An- Nahl: 43)
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad nafa’anallah
bih berkata:
Bertanya adalah kunci yang menjadi perantara
untuk membuka makna-makna ilmu serta rahasia-rahasia
ghaib yang tersembunyi dalam hati dan dada para ulama.
Sebagaimana kita tidak bisa mendapatkan barang-barang
berharga serta permata-permata mahal yang tersimpan di
dalam rumah kecuali dengan menggunakan kunci-kunci
yang terbuat dari besi atau kayu. Demikian pula kita tidak
bisa sampai kepada ilmu-ilmu dan makrifat-makrifat
yang ada dalam hati para ulama arifin kecuali dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tersusun dari meminta
faedah disertai kesungguhan, keinginan, dan adab yang
baik.
Kemudian beliau menceritakan bahwa Imam
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah akan bergegas pergi
dari setiap kota yang dilalui, jika tidak ada seorang pun
penduduknya yang bertanya tentang ilmu kepada beliau.
Beliau berkata tentang kota yang demikian: “Ini adalah
kota, di mana ilmu telah mati.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 141
Imam Syibli rahimahullah apabila duduk
dalam majelisnya, namun tidak ada seorang pun yang
mengajukan pertanyaan, maka beliau akan membacakan
firman Allah ‫ﷻ‬:
َ ُ َْ َ َ َ َ َْ ُ َْ َ
‫َو َوﻗ َﻊ اﻟﻘ ْﻮل َﻋﻠﻴ ِﻬ ْﻢ ﺑِ َﻤﺎ ﻇﻠ ُﻤﻮا ﻓ ُﻬ ْﻢ ﻻ ﻓﻨ ِﻄﻘﻮن‬
Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan
kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata
(apa-apa). (QS An-Naml: 85)
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ َ ْ ُ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ُّ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ ْ ْ َ
‫ أﻻ ﻓﺎﺳﺄﻟﻮا ﻓ ِﺈﻧﻪ ﻳﺆﺟﺮ ِﻓﻴ ِﻪ‬،‫ ﻣﻔﺎ ِﻳﻴﺤﻬﺎ اﻟﺴﺆال‬،‫اﻟ ِﻌﻠﻢ ﺧﺰاﺋِﻦ‬
ُّ ‫اﻟﺴﺎﻣ ُﻊ َواﻟ ْ ُﻤﺤ‬
ْ‫ﺐ ﻟ َ ُﻬﻢ‬ َ :‫أَ ْر َﺑ َﻌ ٌﺔ‬
َّ ‫اﻟﺴﺎﺋ ُﻞ َواﻟْ َﻌﺎﻟ ُﻢ َو‬
ِ ِ ِ ِ
“Ilmu bagaikan perbendaharaan dan kunci-kuncinya
adalah bertanya. Maka hendaklah kalian bertanya,
sebab ada empat orang yang akan diberi pahala dengan
bertanya, yaitu: orang yang bertanya, ulama yang
ditanyai, yang menyimaknya, serta yang mencintai
mereka.” (HR Abu Nuaim)
Diriwayatkan pula dalam hadits marfu’ (yang
disandarkan kepada Rasulullah ‫)ﷺ‬:
ْ ْ ُ ْ َ ُّ ُ ْ ُ
ِ ‫ﺣﺴﻦ اﻟﺴﺆ‬
‫ال ﻧِﺼﻒ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ‬
Bertanya dengan baik merupakan separuh ilmu. (HR
Baihaqi)

142 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Dari penjelasan yang telah berlalu, diketahui bahwa
setiap orang yang tidak mengetahui hukum agama wajib
untuk bertanya kepada ahli dzikr. Yang dimaksud dengan
ahli dzikir di sini adalah para ulama yang mengamalkan
ilmunya, yang sangat peduli kepada hak-hak Allah ‫ﷻ‬,
Rasululullah ‫ ﷺ‬, serta semua orang beriman. Berhati-
hatilah, jangan bertanya terkait urusan agama kepada
orang yang tidak bersifat demikian, yaitu para ulama
yang mencari dunia dengan ilmunya. Dia menjadikan
ilmu sebagai umpan dan jaring untuk mengumpulkan
harta duniawi. Hati-hatilah dan menjauhlah darinya
sebagaimana engkau menjauh dari singa. Bahaya yang
akan menimpamu karena dekat dengannya lebih banyak
daripada manfaat yang engkau dapatkan. Orang yang tidak
dapat menjaga agamanya sendiri, bagaimana mungkin
dapat menjaga agama orang lain. Fahamilah ini! Para
salaf yang saleh sangat menekankan keharusan menuntut
ilmu kepada orang yang telah sempurna keahliannya dan
jelas ketaatannya dalam beragama.
Imam Muhammad bin Sirin dan Imam Malik bin
Anas rahimahumallah, keduanya berkata:
ُ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َّ َ ُ ُ ْ َ ٌ ُ ْ ْ َ َ
ْ‫ﻜﻢ‬ ‫ ﻓﺎﻏﻈﺮوا ﻗﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬون ِدﻳﻨ‬،‫ﻫﺬا اﻟ ِﻌﻠﻢ ِدﻳﻦ‬
Ilmu ini adalah ajaran agama. Maka perhatikan, dari
siapa kalian mengambil agama kalian.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 143


Imam Al-Quthub Habib Ahmad bin Zain Al-
Habsyi radhiyallahu anhu berkata:
“Kriteria ulama yang dapat dipercaya—yakni
ulama yang kita dapat menimba ilmu agama darinya—
adalah takut kepada Tuhannya. Tanda takutnya nampak
dalam segala perbuatannya. Jika engkau melihat
tanda ini, ambillah ilmu agamamu darinya. Tunduklah
padanya dalam semua yang ia perintahkan. Jika engkau
tidak melihat ia memiliki tanda itu, maka tinggalkan ia
dan janganlah engkau mengikutinya. Akan tetapi, tidak
boleh pula engkau berprasangka buruk hanya karena
tidak melihat tanda rasa takut yang merupakan syarat
ilmu. Ini berdasarkan firman Allah ‫ﷻ‬:
ُ ‫اﷲ ِﻣ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه اﻟْ ُﻌﻠَ َﻤ‬
‫ﺎء‬ َ َ ْ َ َ َّ
‫ِإﻏﻤﺎ ﺨﻳ‬
Yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah para ulama. (QS Fathir: 28)
Jangan engkau memastikan bahwa ia adalah
orang celaka hanya karena engkau menyaksikannya
memiliki sedikit rasa takut kepada Allah. Tidaklah
mungkin Allah ‫ ﷻ‬menganugerahkan ilmu kepadanya,
lantas berkehendak membuatnya hina dan rugi dengan
ilmunya. Lagipula, tidak ada yang mengetahui apakah
seorang ulama tidak mengamalkan ilmunya atau tidak,
kecuali ulama lainnya. Orang yang bukan ulama tidak
mengenal hakikat ilmu sehingga bagaimana bisa ia
144 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
menghukumi ada atau tiadanya ilmu pada seseorang.
Maka pengingkarannya tidak dibenarkan dan tidak
pula diterima sama sekali. Selain itu, kalaupun seorang
ulama mengabarkan tentang kekurangan ulama lainnya,
maka ucapannya pun tidak dapat diterima kecuali jika
keluar dari seorang ulama wirai (bersifat hati-hati) yang
bertakwa, ia tidak bermaksud dengan ucapannya itu
selain berharap kebaikan bagi agama Allah dan umat
Islam. Ketika itu, barulah perkataannya mengenai
kekurangan ulama lainnya dapat dibenarkan.” (Dikutip
dari Quratul Ain, karya Allamah Habib Muhammad bin
Zain Bin Smith, nafa’anallahu bih)
Allah ‫ ﷻ‬berfirman kepada Nabi-Nya ‫ﷺ‬:
ْ ْ ِّ ْ ُ
‫َوﻗﻞ َرب ِزد ِ ِﻋﻠ ًﻤﺎ‬
Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku..” (QS Thaha: 114)
Dalam ayat ini, Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan Nabi ‫ﷺ‬
untuk senantiasa meminta tambahan ilmu. Ini karena
ilmu adalah sebuah karakter yang paling mulia dan
istimewa. Tidak ada yang mencintai ilmu kecuali seorang
yang gagah berani dan tidak ada yang membencinya
kecuali orang-orang bodoh yang penakut. Ilmu adalah
kesempurnaan, sehingga sudah semestinya untuk selalu
dicari tambahannya. Ia adalah simpanan berharga yang
selalu diperlukan. Di antara doa Nabi ‫ ﷺ‬adalah:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 145


ً ْ ْ ََْ ْ ِّ ْ َّ ْ َ ْ َّ
‫ َو ِزد ِ ِﻋﻠﻤﺎ‬،‫ َو َﻋﻠﻤ ِﻲﻨ َﻣﺎ ﻓﻨﻔ ُﻌ ِﻲﻨ‬،‫اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﻏﻔﻌ ِﻲﻨ ﺑِ َﻤﺎ َﻋﻠﻤﺘَ ِﻲﻨ‬
Ya Allah, berilah kemanfaatan atas apa yang telah
Engkau ajarkan padaku. Ajarilah aku apa yang
bermanfaat. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.(HR
Turmudzi dan Ibnu Majah)
Baginda Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ َّ َ ُ ِّ َ ُ ً ْ ُ َ ْ َ َ ٌ ْ َ َّ َ َ َ َ َ
‫ﷲ َﻋ َّﺰ َو َﺟﻞ ﻓﻼ‬
ِ ‫ا‬ ‫ﻰﻟ‬ ‫إ‬ ‫ﻲﻨ‬
ِ ِ ‫ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻘ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬ِ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻴ‬ ‫ﻓ‬
ِ ‫اد‬ ‫ِإذا أ ﻲﻠﻋ ﻳﻮم ﻻ أزد‬
ْ َ َ ْ َ ِ ُ ُ
ِ‫ﻮع ﺷﻤ ِﺲ ذﻟِﻚ ا َ ْﻮم‬ ‫ﻮر َك ِﻲﻟ ِﻲﻓ ﻃﻠ‬
ِ ‫ﺑ‬
ُ

Jika satu hari terbit untukku, namun di hari itu


aku tidak mendapatkan tambahan ilmu yang dapat
mendekatkanku kepada Allah ‫ﷻ‬, berarti aku tidak
diberkahi dengan terbitnya matahari hari itu. (HR
Thabrani dan Abu Nuaim)
Seorang mukmin yang berakal, cerdas dan
mulia, ketika ilmunya bertambah, maka pencarian serta
kehausannya terhadap ilmu justru semakin bertambah.
Dalam hadits disebutkan, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ُ َ َّ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ
‫ﺮﻴ ﻳﺴﻤﻌﻪ ﺣ ﻳﻜﻮن ﻣﻨﺘﻬﺎه اﺠﻟﻨﺔ‬ ٍ ‫ﻟﻦ ﻳﺸﺒﻊ اﻟﻤﺆ ِﻣﻦ ِﻣﻦ ﺧ‬
Seorang mukmin tidak akan pernah kenyang dari
kebaikan yang ia dengarkan, sampai puncaknya adalah
meraih surga. (HR Turmudzi)

146 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Dalam hadits lain disebutkan:
َ ُْ ٌ ََُْ َُ َْ َ ْ ٌ ‫ َﻣﻨْ ُﻬ‬:‫ﻮﻣﺎن َﻻ ﻳ َ ْﺸﺒَ َﻌﺎن‬
َ َُْ
‫ﻮم ِﻲﻓ دﻏﻴَﺎ ﻻ‬‫ وﻣﻨﻬ‬،‫ﻮم ِﻲﻓ ِﻋﻠ ٍﻢ ﻻ ﻳﺸﺒﻊ‬ ِ ِ ‫ﻣﻨﻬ‬
ْ
‫ﻳَﺸﺒَ ُﻊ‬
Ada dua jenis pelahap yang tak akan pernah kenyang:
pelahap dalam menuntut ilmu tidak akan pernah
kenyang, demikian pula pelahap dalam mencari dunia
tidak akan pernah kenyang, (HR Hakim dan Thabrani)
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
radhiyallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengenal Allah
‫ ﷻ‬senantiasa merindukan dan mencari-cari derajat yang
lebih tinggi, walaupun mereka telah meraih ketinggian
derajat yang istimewa atau telah diberikan anugerah
yang tinggi. Mata hati mereka senantisa mengharapkan
meraih ketinggian yang tidak ada batasnya dan tidak
pula diketahui selama mereka masih hidup di dunia ini.
Bahkan usaha dan ketekunan mereka tidak lain adalah
untuk mencapai maksudnya itu. Ini tidak berujung sampai
di akhirat di negeri pembalasan.
َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ِّ َ َ ‫ادا ﻟ َﻠﻜ‬ً َ ُ ْ َْ َ َ َْ ْ ُ
‫اﻛﺤ ُﺮ ﻗﺒﻞ أن ﻳﻨﻔﺪ‬ ‫ﺎت ر ﺠ ِﻔﺪ‬ ِ ِ ‫ﻤ‬ ِ ‫ﻗﻞ ﻟﻮ ﺎﻛن اﻛﺤﺮ ِﻣﺪ‬
ً َ ْ َْ َ ِّ ُ َ
‫ﻠﻛ َﻤﺎت َر َوﻟ ْﻮ ِﺟﺌﻨﺎ ﺑِ ِﻤﺜ ِﻠ ِﻪ َﻣﺪدا‬ ِ
Katakanlah: "Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 147


lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)." (QS Al-Kahfi: 109)
Oleh karena itu, ketika dikatakan kepada salah
seorang pembesar para wali:
“Si Fulan berkata: “Aku meminum (dari samudra
makrifat) sampai hilang dahagaku.”
Beliau berkata:
“Katakan kepadanya: Orang lain telah meminum
dari berbagai samudra (makrifat) akan tetapi ia masih
kehausan. Sampai saat ini ia masih membuka mulutnya
lebar-lebar sambil berharap-harap dan mencari-cari
tambahan.” (Dikutip dari An-Nahr Al-Maurud).

Faedah
Tercatat dalam Kitab Shahih Bukhari, bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬mempersaudarakan antara Sahabat Abu
Darda dan Sahabat Salman Al-Farisi radhiyallahu
anhuma. Imam Nawawi dalam kitab Tahdzibul Asma
berkata:
Sahabat Abu Darda tinggal di Kota Syam. Suatu
hari beliau menuliskan surat kepada Sahabat Salman
yang isinya sebagai berikut:
“Amma Bakdu: Sesungguhnya Allah telah
menganugerahkan harta dan anak setelah aku berpisah

148 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


denganmu. Dan saat ini Aku tinggal di tanah suci (Baitul
Maqdis).”
Sahabat Salman membalas surat beliau sebagai
berikut:
“Keselamatan semoga tercurah padamu. Amma
Bakdu: Engkau menulis padaku bahwa Allah telah
memberikan anugerah padamu berupa harta dan
anak. Ketahuilah bahwa kebaikan bukanlah dengan
banyaknya harta dan keturunan. Akan tetapi, kebaikan
hakiki adalah jika kesabaranmu semakin bertambah dan
ilmumu bermanfaat.
Engkau menulis kepadaku bahwa engkau sekarang
tinggal di tanah suci. Ketahuilah bahwa bumi tidak dapat
mensucikan seorang pun. Yang dapat mensucikan setiap
orang tiada lain adalah amalnya saja.”
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Sahabat
Salman radhiyallahu anhu. Ilmu adalah warisan
nabawi, yang diwarisi oleh para wali dan ulama terpilih.
Sedangkan harta sifatnya datang dan pergi, bagaikan
bayangan yang sebentar lagi akan hilang, atau hal yang
merintangi. Tidak ada orang terhormat dan mulia yang
membanggakannya.
Telah datang hadits yang menyatakan bahwa Allah
‫ ﷻ‬memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan
yang tidak dicintai, tapi tidak memberikan ilmu kecuali
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 149
kepada orang yang dicintai-Nya saja dari kalangan
manusia istimewa.
َْ
َ ْ ‫اﻷﺑ‬ ُ ً َ ْ َ َ َ َّ
‫ﺎر‬
ِ ‫ﺼ‬ ‫و‬
ِ ِ ‫ِإن ِﻲﻓ ذﻟِﻚ ﻟ ِﻌﺮﺒة‬
‫ﻷ‬
Sesungguhnya pada yang demikian itu, pasti terdapat
pelajaran bagi orang orang yang mempunyai
penglihatan (yang tajam). (QS An-Nuur: 44)
***

150 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


BAB KEDUA

KEUTAMAAN MENGAJAR
DAN MENULIS SERTA
MENYEBARKAN ILMU

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 151


Bab ini memiliki tiga pasal:
Pasal pertama : Keutamaan mengajar dan
menyampaikan ilmu
Pasal kedua : Keutamaan menulis dan menyusun
tulisan ilmiyah
Pasal ketiga : Keharaman menolak menyampaikan
ilmu dan menyembunyikannya

152 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL PERTAMA

Keutamaan Mengajar Dan


Menyampaikan Ilmu
Ketahuilah! Termasuk paling agungnya buah dan
manfaat ilmu adalah mengajarkan serta menyampaikannya
kepada orang lain. Mengajar adalah ibadah paling utama
yang dapat menyampaikan seseorang kepada derajat
tertinggi. Cukup sebagai dalil atas keutamaannya sabda
Nabi ‫ ﷺ‬berikut:
ً ِّ َ ُ ُ ْ ُ َ َّ
‫ِإﻏﻤﺎ ﺑ ِﻌﺜﺖ ﻣﻌﻠﻤﺎ‬
Aku diutus tidak lain hanya sebagai guru. (HR Ibnu
Majah dan Darimi)
Nabi Isa alaihissalam bersabda:
َ َ َّ ُ َ َ ً َ َ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ
‫ات‬
ِ ‫ﻮت اﻟﺴﻤﺎو‬
ِ ‫ﻣﻦ ﻳﻌﻠﻢ وﻋ ِﻤﻞ وﻋﻠﻢ ﻳﺪﻰﻋ ﻋ ِﻈﻴﻤﺎ ِﻲﻓ ﻣﻠﻜ‬
Siapa yang menuntut ilmu, mengamalkannya, dan
mengajarkannya, maka dialah yang dijuluki ‘manusia
agung’ dalam kerajaan langit.” (HR Ahmad dalam Az-
Zuhd dan Abu Nuaim)
Maka, sudah sepatutnya bagi orang yang memiliki
ilmu untuk mengamalkan ilmunya terlebih dahulu.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 153
Kemudian mengajarkan orang lain agar ia mendapatkan
manfaat dari ilmunya. Dengan demikian, ganjaran
pahalanya akan terus ada dan mengalir selama ilmunya
bermanfaat sampai Hari Kiamat.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َّ َّ
‫ﺤ ُﻖ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ َﻦ ِﻣ ْﻦ ِﻋﻠ ِﻤ ِﻪ َوﻗ َﻤ ِﻠ ِﻪ َو َﺣ َﺴﻨﺎﺗِ ِﻪ َﻧﻌﺪ َﻣ ْﻮﺗِ ِﻪ‬ ‫ِإن ِﻣﻤﺎ ﻳﻠ‬
َ َ َ ‫ِﻋﻠْ ًﻤﺎ َﻋﻠَّ َﻤ ُﻪ َوﻧ‬
‫ﺮﺸ ُه‬
Sesungguhnya di antara ilmu, amal dan kebaikan-
kebaikan yang pahalanya akan terus diikutkan kepada
seorang mukmin setelah wafatnya adalah ilmu yang ia
ajarkan dan sebarkan. (HR Ibnu Majah)
Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda :
ََ َّ ُ ُ َ َْ َ َ َ
،‫ ﺻﺪﻗ ٍﺔ ﺟﺎرﻳ ٍﺔ‬:‫ِإذا َﻣﺎت ْاﻧ ُﻦ آد َم اﻏﻘ َﻄ َﻊ ﻗ َﻤﻠﻪ ِإﻻ ِﻣ ْﻦ ﺛﻼ ٍث‬
ُ َ ‫ وو ٍ ﺻﺎﻟﺢ ﻳَ ْﺪ ُﻋﻮ‬،‫وﻋﻠﻢ ﻳُﻨْﺘَ َﻔ ُﻊ ﺑﻪ‬
ٍ ِِ ٍ
Jika seorang keturunan Adam (manusia) wafat, maka
terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga hal:
Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, serta anak
saleh yang mendoakannya. (HR Muslim dan Turmudzi)
Sebagian ulama muhaqiqin berkata:
Jika engkau renungkan hadits tersebut, engkau
akan dapati bahwa semua dari tiga makna yang disebutkan
dalam hadits tersebut terhimpun dalam diri seorang guru
yang mengajarkan ilmunya. Renungkan hal berikut ini:

154 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


 Sedekah Jariyah
Sedekah seorang guru adalah dengan membacakan
dan memberikan faedah ilmiyah. Perhatikanlah sabda
Nabi ‫ ﷺ‬mengenai seorang yang shalat sendirian:
َ َ َ ُ َّ َ
‫َﻣ ْﻦ ﻓﺘَ َﺼﺪق َﺒﻟ ﻫﺬا؟‬
Siapa yang ingin bersedekah kepada orang ini? (HR
Ahmad dan Abu Dawud)
Maksudnya adalah bersedekah dengan cara
menemaninya shalat, agar ia dapat meraih keutamaan
shalat berjamaah. Demikian pula seorang guru yang
mengajarkan ilmunya, ia membuat pelajar mendapatkan
keutamaan ilmu yang lebih utama daripada shalat
berjamaah. Dengannya ia mendapatkan kemuliaan dunia
dan akhirat.
 Ilmu yang bermanfaat.
Ini jelas didapatkan oleh seorang guru. Ia yang
menjadi sebab sampainya ilmu itu kepada semua orang
yang mengambil manfaat dengannya.
 Doa anak saleh
Sudah merupakan hal lumrah dan dapat disaksikan
bahwa lisan semua ulama dan ahli hadits selalu
mendoakan guru-guru serta para imam panutan mereka.
Bahkan, sebagian ulama mendoakan semua orang yang
pernah menyampaikan ilmunya. Sebagian lain, terkadang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 155
membaca sebuah hadits dengan sanadnya, lalu mendoakan
semua periwayat yang ada dalam sanad hadits tersebut.
Maha suci Allah yang telah mengistimewakan sebagian
hamba-Nya dengan apa yang dikehendaki-Nya daripada
pemberian-Nya yang agung.
***

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu


meriwayatkan hadits marfu (yang dinisbatkan kepada
Rasulullah ‫)ﷺ‬:
َّ َْ ُ ْ َ َْْ
ْ ‫ﺟ ُﺮ ُﻫ َّﻦ َﻧ ْﻌ َﺪ َﻣ‬ َْ ٌْ َ
‫ َﻣ ْﻦ َﻋﻠ َﻢ‬:‫ﺮﺒ ِه‬ َِ ‫ﻗ‬ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ﻮ‬ ‫وﻫ‬ ، ‫ﻪ‬
ِ ِ ‫ﺗ‬ ‫ﻮ‬ ‫أ‬ ‫ﺪ‬
ِ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬‫ﻠ‬ ِ ‫ﻟ‬ ‫ي‬ ‫ﺮ‬ِ َ ‫ﺳﺒ ْﻊ ﺠﻳ‬
َ َ َ َ َ
ْ
‫ أ ْو َﻧ َﻰﻨ‬،‫ أ ْو ﻏ َﺮ َس ﺨﻧﻼ‬،‫ﺮﺌا‬ ً ْ ‫ أ ْو َﺣ َﻔ َﺮ ﺑ‬،‫ﺟ َﺮى َﻏ ْﻬ ًﺮا‬ْ ْ ً
‫ أو أ‬،‫ِﻋﻠﻤﺎ‬
ِ
َُ ُ ْ َ ْ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ ً َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ ً ْ َ
‫ أو ﺗﺮك و ا ﻳﺴﺘﻐ ِﻔﺮ‬،‫ أو ورث ﻣﺼﺤﻔﺎ‬،‫ﻣﺴ ِﺠﺪا‬
“Ada tujuh hal yang pahalanya selalu mengalir
kepada seorang hamba sekalipun setelah wafatnya saat ia
berada dalam kuburnya:
1. Orang yang mengajarkan ilmu
2. Atau membuat sungai yang mengalir
3. Atau menggali sumur
4. Atau menanam pohon kurma
5. Atau membangun masjid
6. Atau mewariskan mushaf (Al-Qur'an)
7. Atau meninggalkan anak yang selalu memohonkan
ampun untuknya.” (HR Baihaqi dan Abu Nuaim)

156 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Penulis berkata:
Imam Jalaluddin As-Suyuthi rahimahullah telah
membuat syair yang merangkum amalan yang pahalanya
terus mengalir setelah wafat. Beliau berkata:
ْ َ َ َْ ََ ُ ْ َ َ َ
‫ـﺮي‬
ِ ‫ـﺠ‬ ‫إذا ﻣﺎت اﻧﻦ آدم ﻟﻴﺲ ﻳ‬
ْ َ ُْ َ َ ْ َْ َ
‫ﺮﺸ‬
ِ ‫ﻋ‬ ‫ﺮﻴ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺎل‬
ٍ ‫ـﻌ‬ ‫ﻓ‬
ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ‫ﻪ‬
ِ ‫ﻋـﻠﻴ‬
‫ـ‬
Jika seorang keturunan Adam wafat, tidaklah mengalir
padanya pahala perbuatan-perbuatannya kecuali
sepuluh amal, yaitu:
ْ َ ُ َ ُ َ َ َّ َ ٌ ُ ُ
‫ـﻞ‬
ِ ‫ﻋﻠـﻮم ﻧﺜﻬﺎ ودﻋـﺎء ﺠﻧ‬
ْ َ ُ َ َ َّ َ ْ َّ ُ ْ َ َ
‫اﻟﺼﺪﻗﺎت ﺠﺗ ِﺮي‬ ‫ـﻞ و‬
ِ ‫وﻏـﺮس اﺠﺨ‬
Ilmu yang ia sebarkan dan doa keturunannya, serta
menanam pohon kurma, dan sedekah jariyah
َْ ُ َ َ
‫ﺎط ﻋﻐ ِﺮ‬ َ ‫و َراﺛَ ُﺔ ُﻣ ْﺼ‬
‫ﺤ ٍﻒ و ِرﺑ‬
ْ َ ُ َ ْ َْ ْ ْ ُْ َ َ ِ
‫اء ﻧــﻬ ِﺮ‬‫ﺮﺌ أو إﺟــﺮ‬
ِ ‫ـﺒ‬
ِ ‫وﺣـﻔﺮ اﻟ‬
Warisan mushaf Al-Qur'an, dan mempertahankan
perbatasan negeri, menggali sumur, atau mengalirkan
sungai
ْ َ ََ َ ْ ٌ ََْ
‫ي‬‫و‬ ‫ــﺄ‬ ‫ﻳ‬ ُ ‫ــﻐﺮﻳــﺐ ﻧﻨ‬
‫ﺎه‬
ْ ِّ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ِ ِ ِ ‫وﺑﻴــﺖ ﻟِﻠ‬
‫ــﺮ‬
ِ ‫إ ِﻪ أو ﺑِــﻨﺎء ﻣــﺤﻞ ِذﻛ‬
Rumah singgah yang ia bangun untuk orang asing
yang dapat menaunginya, atau bangunan untuk tempat
berdzikir.
***
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 157
Hadits-hadits yang datang berkenaan dengan
keutamaan mengajarkan ilmu sangatlah banyak, di antaranya
adalah sabda Nabi ‫ﷺ‬:
َ َ ْ َّ َّ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َّ
‫ات واﻷر ِض ﺣ اﺠﻤﻠﺔ ِﻲﻓ‬ َ
ِ ‫إِن اﷲ وﻣﻼﺋِﻜﺘﻪ وأﻫﻞ اﻟﺴﻤﻮ‬
َ ْ َ ‫ﺎس اﺨﻟ‬ ِّ َ
َّ ‫ﻮن َﺒﻟ ُﻣ َﻌﻠﻢ‬ َ ُّ َ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ ْ ُ
‫ﺮﻴ‬ ِ ‫اﺠ‬ ِ ‫ﺟﺤ ِﺮﻫﺎ وﺣ اﺤﻟﻮت ﺼﻠ‬
Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya, para
penghuni seluruh lapisan langit dan bumi, bahkan
semut di dalam sarangnya serta ikan, semuanya
bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan
kepada manusia. (HR Turmudzi)
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ ُ ِّ ُ ُ ْ ْ ْ َّ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ
‫اﻟﺼﺪﻗ ِﺔ أن ﻓﺘَ َﻌﻠ َﻢ اﻟ َﻤ ْﺮ ُء اﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ُﻢ ِﻋﻠ ًﻤﺎ ﻋ َّﻢ ﻓ َﻌﻠ َﻤﻪ أﺧ ُﺎه‬ ‫أﻓﻀﻞ‬
ْ
‫اﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ َﻢ‬
Sedekah yang paling utama adalah ketika seorang
muslim mempelajari suatu ilmu kemudian
mengajarkannya kepada saudaranya yang muslim. (HR
Ibnu Majah)
Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda:
َ َ‫ﺚ ﻳَ ْﻮ َم اﻟْﻘﻴ‬
ُ َُْ َُ َ ََ ً ْ َ َ ٌ ُ َ َْ ْ ُ َُْ َ
‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ِ ‫ﻌ‬‫ﺒ‬‫ﻓ‬ ، ‫ه‬‫ﺮﺸ‬‫ﻨ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬
ِ ِ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻞ‬‫ﺟ‬‫ر‬ ‫ي‬‫ﺪ‬ِ ‫أﺟﻮدﻛﻢ ﻧ‬
‫ﻌ‬
َ ْ ً َّ ُ
‫أﻣﺔ َوﺣﺪ ُه‬
Yang paling dermawan di antara kalian
sepeninggalanku adalah seorang yang mengetahui

158 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


suatu ilmu lalu menyebarkannya. Ia akan dibangkitkan
pada Hari Kiamat sebagai umat tersendiri. (HR Abu
Ya’la dan Baihaqi)
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Mempelajari satu bab ilmu lantas aku ajarkan
kepada seorang muslim lebih aku sukai daripada aku
mendapatkan seluruh dunia ini kemudian aku habiskan
di jalan Allah ‫ﷻ‬.” (Demikian dinukilkan dari kitab Ihya
Ulumiddin).
Diriwayatkan pula bahwa Allah ‫ ﷻ‬mewahyukan
kepada Nabi Musa alaihissalam:
ْ َْ ِّ َ ُ ٌ ِّ َ ُ ِّ َ َ َّ ُ ْ ِّ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ُ َ
‫ﺮﻴ‬
ِ ‫اﺨﻟ‬ ‫ﻲﻤ‬ ِ ‫ﺎس ﻓ ِﺈ ﻣﻨﻮر ﻟِﻤﻌﻠ‬ ‫ﻳﺎ ﻣﻮ ﻳﻌﻠ ِﻢ اﺨﻟﺮﻴ وﻋﻠﻤﻪ اﺠ‬
َ ُ َ ُ‫َو ُﻣﺘَ َﻌﻠِّﻤﻴﻪ ﻲﻓ ُﻗﺒ‬
‫ﻮر ِﻫ ْﻢ َﺣ َّ ﻻ ﻳ َ ْﺴﺘَ ْﻮ ِﺣﺸﻮا ﺑِ َﻤﺎﻜﻧِ ِﻬ ْﻢ‬
ِ ِ ِ ِ
Wahai Musa, pelajarilah kebaikan lalu ajarkanlah
kepada manusia. Sungguh aku akan memberikan
cahaya bagi seorang guru yang mengajarkan kebaikan
serta para pelajarnya di kubur-kubur mereka, sehingga
mereka tidak akan merasakan kesepian di tempat-
tempat mereka. (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul
Auliya)
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 159


TUNTUTAN
Untuk Memprioritaskan Pendidikan Keluarga,
Anak, Serta Orang-Orang Terdekat

Sayidina Ali radhiyallahu anhu mentafsiri firman


Allah ‫ﷻ‬:
َ ُ َْ ُ ُ َ ُ
‫ﻗﻮا أﻧﻔ َﺴﻜ ْﻢ َوأﻫ ِﻠﻴﻜ ْﻢ ﻧﺎرا‬
Jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka. (QS At-
Tahrim: 6)
Beliau berkata tentang makna ayat tersebut:
ْ ُ ُ
َ‫اﺨﻟ َ ْﺮﻴ‬ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ ِّ َ
‫ﻋﻠﻤﻮا أﻏﻔﺴﻜﻢ وأﻫ ِﻠﻴﻜﻢ‬
“Didik diri kalian beserta keluarga kalian dengan
kebaikan.” (HR Al-Hakim).
Yang dimaksud dengan kebaikan adalah yang
dapat menjadikan semuanya selamat dari neraka.
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata
bahwa makna ayat di atas adalah:
“Ajarkan mereka pemahaman agama, sampaikan
ilmu kepada mereka, serta didiklah mereka dengan adab
yang baik.”
Imam Muqotil, seorang pembesar ahli tafsir,
berkata: “Kewajiban seorang muslim adalah mendidik

160 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


diri, keluarga serta pelayan-pelayannya. Hendaknya ia
mengajarkan kebaikan kepada mereka, dan melarang
mereka dari keburukan.”

Penulis berkata:
Dari keterangan yang telah dipaparkan terdapat
dalil bahwa kewajiban mendidik keluarga, anak dan
orang-orang terdekat lebih ditekankan. Pendidikan
mereka harus lebih diperhatikan dan diprioritaskan
daripada mendidik orang lain. Karena setiap pemimpin
akan ditanyakan tentang orang-orang yang dipimpinnya.
Habib Ahmad bin Umar Bin Smith radhiyallahu
anhu berkata:
“Orang tua memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada anaknya dengan cara mengajar dan mendidiknya.
Nabi ‫ ﷺ‬sebagai pembawa syariat tidak banyak
menganjurkan orang tua untuk berbakti kepada anaknya.
Ini karena beliau merasa cukup dengan dorongan watak
alami sebagai orang tua (orang tua secara alami selalu ingin
berbuat baik kepada anak-anaknya), di mana dorongan
watak alami lebih kuat pengaruhnya daripada dorongan
syariat. Berbeda halnya dengan bakti anak kepada orang
tua. Syariat banyak menganjurkannya. Padahal bakti
orang tua kepada anak, dan bakti anak kepada orang tua,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 161
keduanya sama-sama wajib hukumnya.” (Dikutip dari
Majmu Kalam beliau).
Imam Ali karramallahu wajhah berkata:
“Ayah memiliki hak yang harus ditunaikan oleh
anaknya. Anak juga memiliki hak yang harus ditunaikan
oleh ayahnya. Hak seorang ayah yang harus ditunaikan
anaknya adalah ia harus mentaatinya dalam segala hal
kecuali dalam maksiat kepada Allah ‫ﷻ‬. Adapun hak
anak yang harus ditunaikan ayahnya adalah hendaknya
ia membaguskan namanya, membaguskan pendidikan
akhlaknya, dan mengajarkannya Al-Qur’an.”
Sayidina Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir
radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih, dalam kitab beliau
yang berjudul “Silatul Ahli Wal Aqrobin bita’limid Din”
berkata:
“Merupakan kewajiban bagi ayah, ibu, para
pengurus serta penguasa untuk mendidik anak-anak,
keluarga, pelayan-pelayan, serta semua orang yang ada
di bawah kuasa mereka untuk diajarkan tentang segala
yang wajib. Seperti Iman, Shalat, Zakat, dan Haji, serta
memerintahkan mereka untuk menunaikan kewajibannya
tersebut. Selain itu, mereka wajib mengajarkan tentang
keharaman segala yang diharamkan, seperti: Zina, Liwath,
membuka aurat, mencuri, berkhianat, berdusta, ghibah,
mengadu-domba, sombong, iri-hati, riya, dan semisalnya

162 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


serta wajib pula melarang mereka untuk terjerumus di
dalamnya. Jika mereka mengabaikan kewajiban untuk
mendidik, berarti mereka telah menipu, berkhianat serta
berbuat zalim kepada mereka semua.”
Disebutkan dalam kitab Ihya Ulumiddin: Yang
pertama menuntut seseorang pada Hari Kiamat adalah
istri dan anaknya. Mereka akan membawanya berdiri di
hadapan Allah ‫ ﷻ‬dan berkata:
“Wahai Tuhan kami, kami menuntut agar engkau
mengambil hak kami darinya! Dahulu, dia tidak pernah
mengajarkan apa yang tidak kami tahu. Dia juga selalu
memberikan kepada kami makanan yang haram tanpa
kami ketahui.”
Maka Allah menghukumnya dengan tuntutan
mereka.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
“Mengapakah orang-orang tidak mau mengajari
tetangga mereka, tidak pula menyampaikan ilmu,
menasihati serta memerintahkan kebaikan dan melarang
kemungkaran kepada mereka? Mengapakah pula orang-
orang tidak mau belajar dari tetangga mereka, tidak
pula mendalami agama serta meminta nasihat kepada
mereka? Demi Allah, setiap orang haruslah mengajari
tetangganya, membuat mereka mengerti, menasihati
mereka, memerintahkan kebaikan kepada mereka, dan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 163
melarang mereka dari kemungkaran. Dan setiap orang
haruslah belajar dari tetangganya, mendalami agama,
dan meminta nasihat dari mereka. Jika tidak, pasti akan
disegerakan bagi mereka hukuman di dunia ini.” (HR
Thabrani)
Jika demikian keras ancaman bagi tetangga yang
tidak peduli kepada pendidikan tetangganya, maka
renungkanlah bagaimana kerasnya ancaman bagi seorang
anggota keluarga yang tidak peduli kepada pendidikan
anggota keluarganya sendiri?
Dalam salah satu hadits, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ َ
َ‫ َو ُﺤﻳْﺴﻦ‬،‫ َو ُﺤﻳْﺴ َﻦ ُﻣ ْﺮﺿ َﻌ ُﻪ‬،‫اﺳ َﻤ ُﻪ‬
ِ ِ ِ ‫ﺣﻖ اﻟﻮ ِ ﺒﻟ اﻟﻮا ِ ِ أن ﺤﻳ ِﺴﻦ‬
ُ َ َ
‫أدﺑَﻪ‬
Hak anak yang harus ditunaikan ayahnya adalah
hendaknya ia memberikan nama yang bagus,
mencarikan ibu susuan yang baik, dan mendidik
adabnya dengan baik. (HR Baihaqi)
Sayidina Imam Thahir bin Husain Bin Thahir
radhiyallahu anhu mengajak untuk mendidik anak
dan mengajarkan adab kepada mereka dalam kasidah
nuniyahnya:
َ ْ َ ٌ ُ ْ ْ
‫َو ِ اﻟــ ِﻌﻠ ِﻢ ﻧﻮر ِﻷرﺑــﺎﺑِــ ِﻪ‬
ْ ْ َْْ َ
‫ﺮﻴ ِإﻧ ٌﺲ َو َﺟــﺎن‬
ِ ‫ــﺮي ِإﻰﻟ اﻟﻐ‬
ََْ
ِ ‫و ﻳﺴ‬
164 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Dalam ilmu terdapat cahaya yang menerangi
pemiliknya, cahaya yang berkasnya menyebar pada
yang lain, manusia maupun jin.
ْ
َ َ ‫اﺤﻟ‬
ْ‫ﺠﺮ‬ ْ َ ُ ْ َ ِّ ُ ْ َ
‫اﻟﺼﻐ ْﺮ ِﻣﺜﻞ ﻏﻘ ِﺶ‬ ‫و ِﻋﻠﻢ‬
ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُّ َ َ
‫ــﺠﻨﺎن‬ ‫ﻓﻘﺮ وﻳــﺜﺒﺖ وﺳﻂ اﻟ‬
Ilmu dalam diri anak kecil bagai ukiran di atas batu,
kokoh tak tergoyahkan di dalam relung hatinya.
‫ﻲﻘ‬ ْ َ‫ﻲﺒ ﻣﺜْ ُﻞ ﻟ‬
ْ َ‫ــﻮ ٍح ﻧ‬ ُ ْ‫َﻓ َﻘﻠ‬
َّ ‫ــﺐ‬
ْ ‫اﻟﺼ‬
ِ ِ ِ
ْ َ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ
‫ٍء ﻳــﻼ ِﻗﻴ ِﻪ ﺑــﺎن‬ ‫ﻓــﺄول‬
Hati anak bagai lembaran papan yang bersih, goresan
pertama yang dituliskan akan nampak jelas.
ً ُ َ َ َ َ َ
‫ﺎﻃﻨُﻪ َﺻــﺎ ِﻓــﻴﺎ‬
ِ ‫ﻓــﻤﺎ دام ﺑ‬
ْ َْ ْ ََ
َ‫اﻏﺮ ْس ﺑــﻪ ُﻣﻮﺟــﺒ‬
‫اﺠﻟﻨﺎن‬
ِ ِ ‫ﺎت‬ ِ ِ ِ ِ ‫أﻻ‬
Selama jiwanya masih bersih, segeralah tanamkan
kebaikan-kebaikan yang menjadi sebab masuk surga.
َ ْ‫َوإ َّﻻ ﺗَ َﻮ َّﻻ ُه ُﺟﻨْ ُﺪ اﻟ‬
َ ‫ــﻬ‬
‫ــﻮى‬ ِ
ْ َ ْ َ َ ً
‫اك اﻟ َﻤــﺎﻜن‬ ‫ــﺎر ُﻣ ِﻘــﻴﻤﺎ ﺑِﺬ‬
َ ‫َو َﺻ‬

Jika tidak segera kau tanamkan, tentara hawa nafsu


akan menguasai dan bermukim dalam jiwanya
ُ ُ َ ْ ُ َْ ْ ُ ُ ََْ
‫ــﺎﺟــﻪ‬ ‫وﻳﻌﺮﺴ ِﻣﻦ ﻧﻌــﺪ ِإزﻋ‬
ْ ُ
ُ َ‫َوﻓِــﻴــ ِﻪ َﻓ ُﻄــﻮل َﻋــﻨ‬
‫ﺎء اﻟ َﻤ َﻌﺎن‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 165
Setelah itu, akan sulit mengusirnya. Maka menjadi berat
kepayahan untuk membantunya.
ْ َ ْ َ ْ ِّ ُ ْ ‫َوإ ْن َﻓ‬
‫اﻟﻄﻔﻞ َﻣﻊ ﻏﻔ ِﺴــ ِﻪ‬ ‫ﺮﺘ ِك‬ ِ
ْ َ َ َ ْ َ ِّ َ َ ْ ْ َ
‫ﺐ اﻟﻬﻮى ِﻲﻓ اﻟﺼــﺒﺎ اﻷﺑﻮان‬ِ ‫ِﺤﺑــﺴ‬
Ketika orang tua biarkan anaknya bersama keinginan
nafsu, berbuat sesuka hati di masa kecilnya
َ
ُ ‫ﻓَﻲﻔ اﻟْ ُﻘ ْﺮب َﻻ ﺑُ َّﺪ أ ْن َﻓﻨْ ُﻈ‬
‫ــﺮوا‬ ِ ِ
ْ َ َ ْ َ ُ َ ًْ َ َ ً ُ ُ
‫ وﺷﻴﺌﺎ ﻟــﻪ ﻳﻜﺮﻫــﺎن‬،‫ﻗﻘــﻮﻗﺎ‬
Tak menunggu lama, pasti mereka akan lihat
kedurhakaan, dan perbuatan-perbuatan yang tidak
mereka sukai.
َ ‫ﻮﻫ‬ُ ُ َْ َ َ ْ َََْ
‫ــﻤﺎ‬ ‫وﻳﻮم اﻟ ِﻘﻴــﺎﻣ ِﺔ ﻳﺪﻋ‬
ْ ََْ ْ َْ َ ْ َ
‫ــﺼ َﻤﺎن‬
ِ ‫ِإﻰﻟ اﺤﻟَــﻜــﻢِ اﻟﻌــﺪ ِل ﺨﻳﺘ‬
Kelak, di Hari Kiamat anak akan menuntut keduanya
kepada Hakim Yang Mahaadil, maka mereka pun
berselisih saling menyalahkan.
ُ َ ُُ ْ ُ َّ َ َ
‫ــﻮق ﻟــﻪ‬
ٍ ‫ﻟِﻤﺎ ﻗﺮﺼوا ِﻣــﻦ ﺣﻘ‬
ْ َ َ ْ َ َ َْ َ ُ َ
‫ــﻊ ﺛــﻤﺎن‬
ٍ ‫ﺑِﻬﺎ أ ِﻣــﺮا ﻧﻌﺪ ﺳﺒ‬
Karena lalai memenuhi hak-hak anaknya, yang
diperintahkan saat usia tujuh dan delapan tahun..

166 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


َ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ
‫وإِن أدﺑــﺎه وﻗــﺎم ﺑِ ِﻪ‬
ْ َ
‫ــﺮان‬ ‫ــﺸ‬
َْ ْ َ
ِ ‫ــﺎل ﻳﺴﺘﺒ‬ َْ ِّ ْ ‫ﻓَﺒ‬
ِ ‫ــﺎﻛــﺮ ِﻲﻓ اﺤﻟ‬
ِ ِ
Dan jika keduanya menanamkan adab padanya serta
memenuhi kewajibannya, keduanya segera akan
berbahagia dengan mendapatkan bakti anaknya.
ٌ َ ُّ
ٌ ِ‫ــﻞ َواﻓ‬
‫ــﺮ‬ ‫َو َﺣﻈ ُﻬ َﻤــﺎ ﺎﻛ ِﻣ‬
ْ َ ْ َّ َْ
‫اﺤﻟﺴﺎن‬
ِ ‫ــﺎت‬ ِ ‫ِﻣ َﻦ اﻓﻌــﺎ ِ ِ اﻟﺼ‬
ِ َ ‫ــﺎﺤﻟ‬
Keduanya akan mendapatkan bagian pahala yang
sempurna dan melimpah, dari setiap perbuatan saleh
dan baik yang dilakukan anaknya
ََْ ُْ َ ْ َ َ
ِ‫ﻓــﻴﺎ َوﻳــﺢ ﻣﻬــﻤـ ِـ ِﻞ أوﻻ ِده‬
ْ ِّ ِّ َ َّ َ ْ ََ
‫اﻟﺴ َﻮان‬ ‫ــﻬﻢ ﺎﻛﻟــﺪواب‬
ِ ‫ﺎر ِﻛ‬
ِ ‫وﺗ‬
Betapa menyedihkan, orang tua yang menyia-nyiakan
anak-anaknya, mengabaikan mereka bagai hewan-
hewan pembawa air.
ْ ُ ْ ْ َ ُّ َ َ
‫ﻓﻈﻠﻮن ِﻲﻓ َﺟﻬ ِﻠ ِﻬ ْﻢ ﻳَــﺠ َﻬــﻠﻮن‬
ْ ْ َ َ ْ َ
‫َوﻻ ﻳَــﻔــﻘ ُﻬﻮن ِﺳ َﻮى ﻟِﻠ ِﺨ َﻮان‬
Dibiarkan bingung dalam kebodohannya, tidak pernah
belajar kecuali untuk memenuhi meja makan
ْ ِّ ِّ ‫ﻗُ َﺴ ُﺎة‬
‫ﺎع َر ُﺿﻮا ﺑِﺎﻟﻀــﻴَﺎع‬
ِ َ‫اﻟﻄﺒ‬
ْ َ ْ ُ َ َ ّ ُّ َ َ
‫اﺠﻟــﻨﺎن‬ ِ ‫وﺣــﻆ اﻟﻀـ ِـﻴ‬
ِ ‫ﺎع ﺑ ِﺪﻳﻞ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 167
Pemilik jiwa yang keras, rela dengan kesia-siaan.
Bagian dari kesia-siaan tak lain adalah kebalikan surga
َ ْ ‫ ُﻋ َّﻢ ﻳَــﺎ ُﺧ‬،‫ﺮﺴ ُﻫ ْﻢ‬
ْ ‫ﺮﺴ ُﻫ‬
‫ــﻢ‬ َ ْ ‫َﻓﻴَــﺎ ُﺧ‬
ْ ْ َ َّ ْ َ
‫اﺤﻛﻐﺎﺑُ ِﻦ ﻳَ ْﻮمِ اﻟــﺒَﻴَﺎن‬ ِ‫ِﻧﻴــﻮم‬
Betapa meruginya mereka, sungguh betapa ruginya
mereka. Di hari taghabun (saling merugikan) hari di
mana segala menjadi nyata
ُ َ‫ــﺎن أَ َّدﺑ‬
‫ــﻬ ْﻢ‬
َ َ ْ َ ََْ ََ
‫وﻳــﺎ ﻓﻮز ﻣﻦ ﻛ‬
ْ َ ُ ْ َّ ُ ْ ُ َ َّ َ َ
‫ــﺰان‬ ‫وﻋــﻠــﻤﻬﻢ ﻛــﻞ ِﻓﻌ ٍﻞ ﻳ‬
Dan alangkah beruntung mereka yang mendidik dan
mengajarkan anak-anaknya segala perbuatan yang
indah menghiasinya
ْ َ ْ َ َ ‫ــﻮ‬ ُ ُ‫َﺤﻳ‬
َ َّ‫ﻮز اﺨﻛ‬
‫اب َو ُﻳــﻮ اﻟ ِﻌﻘــﺎب‬
ْ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ َّ ُ َ
‫ــﻦ ﻟــﻪ ﻛــﻞ آن‬
ٍ ‫وﻗــﺮة ﻗﻴ‬
Ia akan meraih ganjaran kebaikan, dijauhkan dari
hukuman. Setiap saat anaknya akan menjadi penyejuk
matanya.

Faedah
Imam ِAl-Quthb Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad dalam kitabnya ‘Risalah Al-Mudzakarah’
memberikan sebuah faedah berikut:

168 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


"Semua perbuatan taat yang dilakukan oleh anak
kecil sebelum baligh tercatat dalam catatan-catatan
amal kedua orang tuanya yang muslim. Jika keduanya
memberikan pendidikan yang baik dan melaksanakan
kewajiban sebagaimana seharusnya, maka yang kami
harapkan dari anugerah Allah, mereka berdua tidak akan
dikecewakan dari amal-amal saleh dan ketaatan anaknya
setelah baligh. Bahkan, yang diharapkan dari karunia
Allah, mereka berdua mendapatkan pahala yang sama
dengan pahala anaknya. Dalilnya adalah hadits-hadits
anjuran mendakwahkan petunjuk dan menunjukkan
kebaikan. Sebab kedua orang tua telah berdakwah kepada
anaknya dengan memberi petunjuk, dan menunjukkan
anaknya kebaikan, membuatnya menyenangi kebaikan,
serta melarangnya dan menghalanginya dari keburukan.”
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 169


PASAL KEDUA

Keutamaan Menulis Dan Menyusun


Tulisan Ilmiyah

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
ََ َّ ُ ُ َ َْ َ َ َ
،‫ ﺻﺪﻗ ٍﺔ ﺟﺎرﻳ ٍﺔ‬:‫ِإذا َﻣﺎت ْاﻧ ُﻦ آد َم اﻏﻘ َﻄ َﻊ ﻗ َﻤﻠﻪ ِإﻻ ِﻣ ْﻦ ﺛﻼ ٍث‬
ُ َ ‫ وو ٍ ﺻﺎﻟﺢ ﻳَ ْﺪ ُﻋﻮ‬،‫وﻋﻠﻢ ﻳُﻨْﺘَ َﻔ ُﻊ ﺑﻪ‬
ٍ ِِ ٍ
Jika seorang keturunan Adam (manusia) wafat, maka
terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga hal:
Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, serta anak
saleh yang mendoakannya. (HR Muslim dan Turmudzi)
Para ulama radhiyallahu anhu menafsiri ‘sedekah
jariyah’ yang pahalanya terus mengalir setelah wafat
dengan waqaf. Sedangkan ilmu yang bermanfaat
setelah wafat, dengan karya tulis, ajaran, serta fatwa.
Mengarahkan maknanya kepada karya tulis lebih jelas,
sebab karya tulis dapat bertahan lebih lama.
Imam As-Subki rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya seorang ulama, walaupun memiliki
keluasan ilmu dan memberikan manfaat nyata kepada
170 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
masyarakat, manfaatnya hanya terbatas di masa
hidupnya saja, selama ia tidak menulis kitab yang
ditinggalkan untuk generasi setelahnya atau mewariskan
ilmu yang dinukilkan oleh muridnya saat melihat orang-
orang tidak mengetahuinya.”
Diriwayatkan dari Imam Al-Habib Umar bin
Abdurahman Alathas radhiyallahu anhu, ketika terjadi
pembicaraan bersama beliau tentang banyaknya karya
tulis. Salah seorang yang menghadiri pembicaraan itu
berkata:
“Di masa kini, tidak ada lagi perlunya menulis
(karena kitab sudah sangat banyak).”
Al-Habib Umar radhiyallah anhu menjawab:
“Bukankah tidak ada ruginya jika datang pemberi
peringatan setelah pemberi peringatan sebelumnya?”
Sayidina Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
Sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬menggerakkan lisan dan
tangan para ulama setiap zaman untuk menulis sesuai
dengan keadaan penghuni zamannya. Tulisan-tulisan
akan mencapai tempat-tempat yang jauh dan akan terus
ada setelah wafat penulisnya. Dengan demikian, ia akan
mendapatkan keutamaan menyebarkan ilmu dan tercatat
sebagai orang yang mengajarkan ilmu dan berdakwah

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 171


kepada Allah, padahal ia berada dalam kuburnya.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi ‫ﷺ‬:
َ ُُ ْ َ َْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ ًّ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ
‫ﻣﻦ أﻏﻌﺶ ﻟِﺴﺎﻧﻪ ﺣﻘﺎ ﻓﻌﻤﻞ ﺑِ ِﻪ ِﻣﻦ ﻧﻌ ِﺪهِ أﺟ ِﺮي ﻋﻠﻴ ِﻪ أﺟﺮه ِإﻰﻟ‬
َ َ‫ﻳَ ْﻮ اﻟْﻘﻴ‬
‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ِ ِ‫م‬
Siapa yang menggerakan lisannya untuk mengatakan
kebenaran yang diamalkan oleh orang yang datang
sepeninggalannya, maka pahalanya akan dialirkan
kepadanya sampai Hari Kiamat. (HR Ahmad)”
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Seorang
guru hendaknya memberikan perhatian untuk menulis
apabila ia memiliki keahlian di dalamnya. Dengan
menulis, ia akan memahami hakikat-hakikat dan
detail-detail ilmu sehingga ilmu menjadi kokoh dalam
pikirannya. Karena menulis memaksanya untuk banyak
meneliti, muthalaah (mengkaji kembali), memastikan,
merujuk kepada berbagai referensi, dan memiliki
wawasan yang luas.”

Faedah
Di antara manfaat membuat karya tulis
sebagaimana dikatakan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi
adalah:
 Memperkuat hafalan
 Mencerdaskan hati
172 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
 Mengasah akal (watak)
 Menumbuhkan kemampuan menjelaskan dengan
baik
 Mendapatkan nama yang harum
 Menghasilkan pahala (dengan niat yang baik)
 Membuat tetap dikenang sampai akhir zaman
Sebaiknya ia memberikan perhatian untuk menulis
sesuatu yang manfaatnya dapat merata dan banyak
diperlukan. Serta yang belum pernah ditulis sebelumnya.

Faedah Lain
Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi nafa’anallahu
bih berkata:
Di antara hak guru yang wajib ditunaikan para
muridnya adalah menjaga ilmu-ilmu serta faedah-faedah
yang pernah diberikan. Kemudian menyampaikan kepada
generasi berikutnya agar ilmu mereka dapat bermanfaat.
Dengan demikian, pahala guru mereka menjadi banyak
dengan banyaknya pahala orang-orang yang mendapatkan
manfaat darinya. Nama mereka pun akan terus hidup.
Karena setiap kali seorang mendapatkan petunjuk atau
mengamalkan ilmunya, maka gurunya akan mendapatkan
pahala semisalnya sampai Hari Kiamat. Sedangkan guru
dari gurunya akan mendapatkan kelipatan dari pahala
itu (yakni pahala orang yang beramal ditambah pahala
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 173
guru pertama). Guru ketiga mendapatkan empat kali lipat
pahala amal itu. Guru keempat mendapatkan delapan
kali lipat, dan terus demikian. Setiap naik satu tingkatan
generasi guru, maka pahala akan dilipat-gandakan
sesuai dengan jumlah pahala-pahala amal saleh generasi
setelahnya. Sampai berpuncak kepada Nabi ‫ﷺ‬. Dari sini
kita dapat memahami keutamaan ulama salaf atas ulama
kholaf.” (Dikutip dari pembukaan kitab Iqdul Yawaqit)

Peringatan!
Imam Nawawi berkata:
“Ulama yang menulis kitab harus memiliki
perhatian lebih untuk menulis kitab yang tidak pernah
ditulis sebelumnya. Maksudnya, jangan ada kitab lain
yang sudah mumpuni dan sama dengan tulisannya dari
segala aspeknya, sehingga tulisannya tidak diperlukan
lagi. Jika tulisan sebelumnya memenuhi sebagian aspek
saja, maka hendaknya ia menulis tulisan sejenis dengan
menambahkan tambahan-tambahan yang berarti, dengan
menyempurnakan aspek-aspek yang kurang dalam kitab
yang ada sebelumnya. Hendaknya tulisan yang dibuat
adalah tulisan yang memiliki manfaat menyeluruh dan
banyak diperlukan orang.”
***

174 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KETIGA

Keharaman Menolak Menyampaikan


Ilmu Dan Menyembunyikannya

Allah ‫ ﷻ‬berfirman :
ََ َّ ُ َّ ُ ِّ َ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ
‫ﺎس وﻻ‬ ِ ‫ﻜﺘﺎب ﺤﻛﺒﻴﻨﻨﻪ ﻟِﻠﻨ‬ ِ ‫وإِذ أﺧﺬ اﷲ ِﻣﻴﺜﺎق ا ِ ﻳﻦ أوﺗﻮا اﻟ‬
َْ َ ً َ ً َ َ ْ َ ْ
َ َ ‫اﺷ‬ ُ ‫اء ُﻇ‬ ُ ‫ﻜﺘُ ُﻤﻮﻧَ ُﻪ َﻓﻨَﺒَ ُﺬ‬
َ ‫وه َو َر‬ ْ َ
‫ﺮﺘ ْوا ﺑِ ِﻪ ﻋﻤﻨﺎ ﻗ ِﻠﻴﻼ ﻓ ِﺒﺌﺲ‬ ‫ﻮر ِﻫﻢ و‬
ِ ‫ﻬ‬ ‫ﺗ‬
َ َُ َْ َ
‫ﺮﺘون‬ ‫ﻣﺎ ﻳﺸ‬
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji
dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu),
“Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya
(isi Kitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu
menyembunyikannya,”lalu mereka melemparkan (janji
itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya
dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli
yang mereka lakukan. (QS Ali Imran: 187)
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً ْ ً َ ُ َ َ
‫ﺎق َﻣﺎ أﺧﺬ َﺒﻟ‬ ِ ‫ﻤﺎ ِإﻻ وأﺧﺬ ﻋﻠﻴ ِﻪ ِ ِﻣﻦ اﻟ ِﻤﻴﺜ‬ ‫ﻣﺎ آ اﷲ ﺨ ِﻤﻟﺎ ِﻋﻠ‬
ْ َ َ
َّ ُ ُ ِّ َ ُ ْ َ ِّ َّ
‫ﺎس َوﻻ ﻳَﻜﺘُ ُﻤ ْﻮ ُه‬ ِ ‫ﻮه ﻟِﻠﻨ‬‫ أن ﻳﺒﻴﻨ‬:‫اﺠ ِﺒﻴﻦﻴ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 175
Tidaklah Allah menganugerahkan ilmu kepada
seorang ulama kecuali Allah mengambil janji darinya
sebagaimana janji yang diambil dari para nabi, yaitu:
Hendaknya mereka menerangkan ilmu itu kepada
manusia dan janganlah mereka menyembunyikannya.
Apabila seorang yang berilmu ditanya mengenai
suatu ilmu, ia wajib untuk mengajarkannya. Seperti
pertanyaan mengenai hukum-hukum Islam, iman, tata
cara shalat, bersuci, dan yang semisal itu daripada
masalah peribadatan. Dia tidak boleh mendiamkannya.
Siapa yang menolak untuk mengajarkan ilmu yang
telah Allah anugerahkan padanya, menyembunyikan
penjelasan tentang ilmu sebagaimana yang telah Allah
wajibkan atasnya, maka ia termasuk ke dalam golongan
yang mendapatkan ancaman yang disebutkan dalam Al-
Qur'an dan Sunah. Di antaranya adalah firman Allah ‫ﷻ‬:
ًََ َ َُ ََْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
‫ﺎب وﻳﺸﺮﺘون ﺑِ ِﻪ ﻋﻤﻨﺎ‬ ِ ‫ﻜﺘ‬ ِ ‫ﻮن ﻣﺎ أﻧﺰل اﷲ ِﻣﻦ اﻟ‬ ‫ِإن ا ِ ﻳﻦ ﻳﻜﺘﻤ‬
ِّ َ
َ ُ َ َ َّ َّ َ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ً َ
ُ‫ﻜﻠ ُﻤ ُﻬ ُﻢ اﷲ‬ ْ ُ ُ
‫وﺤﻚ ﻣﺎ ﻳﺄﻛﻠﻮن ِﻲﻓ ﻧﻄﻮﻧِ ِﻬﻢ ِإﻻ اﺠﺎر وﻻ ﻳ‬ َ
ِ ‫ﻗ ِﻠﻴﻼ أ‬
َ ٌ َ َ ِّ َ ْ
‫ﻴﻬ ْﻢ َوﻟ ُﻬ ْﻢ َﻋﺬاب أ ِ ٌﻢ‬ َُ َ َ َ َ َْ
ِ ‫ﻳﻮم اﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ وﻻ ﻳﺰﻛ‬
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah diturunkan Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya
dengan harga yang murah, mereka hanya menelan
api neraka ke dalam perutnya,dan Allah tidak akan
menyapa mereka pada Hari Kiamat, dan tidak akan

176 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


menyucikan mereka. Mereka akan mendapat azab yang
sangat pedih. (QS Al-Baqarah: 174)
Dan firman Allah ‫ﷻ‬:
ْ َ ْ َ ِّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
‫ﺎت َواﻟ ُﻬﺪى ِﻣ ْﻦ َﻧﻌ ِﺪ َﻣﺎ‬ ِ ‫ِإن ا ِ ﻳﻦ ﻳﻜﺘﻤﻮن ﻣﺎ أﻧﺰﺠﺎ ِﻣﻦ اﻛﻴﻨ‬
َ َّ ْ َ َ ُ َ ْ
ُ ‫ﻚ ﻳَﻠْ َﻌﻨُ ُﻬ ُﻢ‬ َّ َّ َّ َ
‫اﷲ َو َﻳﻠ َﻌﻨُ ُﻬ ُﻢ اﻟﻼ ِﻋﻨُﻮن‬ ‫وﺤ‬
ِ ‫ﺎب أ‬
ِ ‫ﻜﺘ‬ ِ ‫ﺑﻴﻨ ُﺎه ﻟِﻠﻨ‬
ِ ‫ﺎس ِﻲﻓ اﻟ‬
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan
petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab (Al Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah
dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat. (QS Al-
Baqarah: 159)
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ْ ْ َ ُ َ َ َ َّ ُ ْ ْ َ َ ُ ْ َ
ُ ‫ﺠﻟ َ َﻤ ُﻪ‬
َ ‫اﷲ ﺑﻠ‬
‫ﺎر ﻳَ ْﻮ َم‬
ٍ ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬
ِ ٍ‫ﺎم‬‫ﺠ‬ ِِ ‫ أ‬،‫ﻣﻦ ﺳ ِﺌﻞ ﻗﻦ ِﻋﻠ ٍﻢ ﻋﻢ ﻛﺘﻤﻪ‬
َ َ‫اﻟْﻘﻴ‬
‫ﺎﻣ ِﺔ‬ ِ
Siapa yang ditanya mengenai ilmu, kemudian ia
menyembunyikannya. Maka, Allah akan mengekangnya
di Hari Kiamat dengan kekang dari api neraka. (HR
Abu Dawud dan Turmudzi)
Dalam riwayat lain disebutkan:
َ َ ْ ََْ
َ ْ‫ﺎﻣﺔ ُﻣﻠ‬ ُ َّ ُ ُ ُ ْ َ َ ً ْ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ
‫ﺠ ًﻤﺎ‬ ِ ‫ ِإﻻ أ ِ َ ﺑِ ِﻪ ﻳﻮم اﻟ ِﻘﻴ‬،‫ﻣﺎ ِﻣﻦ رﺟ ٍﻞ ﺤﻳﻔﻆ ِﻋﻠﻤﺎ ﻓﻴﻜﺘﻤﻪ‬
‫ﺎر‬ َّ َ َ
ِ ‫ﺑِ ِﻠﺠﺎمٍ ِﻣﻦ اﺠ‬
Tidaklah ada seorang yang mengetahui suatu ilmu
akan tetapi ia menyembunyikannya, kecuali ia akan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 177
didatangkan pada Hari Kiamat dalam keadaan
mulutnya dikekang dengan kekang dari api neraka. (HR
Ibnu Majah)
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda:
ْ‫ َو َﻣﻦ‬،‫ ﻓَﻠْﻴُ ْﻈﻬﺮ اﻟْ َﻌﺎﻟ ُﻢ ﻋﻠْ َﻤ ُﻪ‬، ‫ﺤﺎ‬ َ ‫ﺐ أَ ْﺻ‬ ُ َ ‫إ َذا َﻇ َﻬ َﺮت اﻟْﻔ‬
َّ ‫ َو ُﺳ‬،‫ﻦﺘ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َ ْ َ َّ َ ِ َ َ َ ْ َ ِ ََُْ َْ َ َ َْ َْ َْ
‫ ﻻ‬،‫ﺎس أﻤﺟ ِﻌﻦﻴ‬ ِ ‫ واﺠ‬،‫ واﻟﻤﻼﺋِﻜ ِﺔ‬،‫ﷲ‬ ِ ‫ﻟﻢ ﻓﻔﻌﻞ ذﻟﻚ فﻋﻠﻴ ِﻪ ﻟﻌﻨﺔ ا‬
ْ َ ً ْ َ ‫اﷲ ﻣﻨْ ُﻪ‬ ََُْ
‫ﺮﺻﻓﺎ َوﻻ َﻋﺪﻻ‬ ِ ُ ‫ﻓﻘﺒﻞ‬
Apabila telah nampak berbagai fitnah, sahabat-
sahabatku telah dicaci, maka hendaknya setiap orang
berilmu menampakkan ilmunya. Siapa yang tidak
melakukannya, maka atasnya tertuju laknat Allah,
para malaikat, serta seluruh manusia. Allah tidak akan
menerima semua ibadahnya, baik yang wajib maupun
yang sunah.
Hadits ini disebutkan oleh Sayidina Abdullah
Al-Haddad radhiyallahu ‘anhu dalam kitab ‘Dakwatut
Tammah.’ Beliau radhiyallahu anhu di sela-sela surat
yang beliau tujukan kepada salah satu penguasa juga
berkata:
“Sungguh Allah ‫ ﷻ‬telah mengambil janji dari orang-
orang yang diberikan ilmu Kitab agar menjelaskannya
kepada manusia dan tidak menyembunyikannya. Dalam
atsar disebutkan: Betapa banyak seorang raja yang
keburukan-keburukannya tercatat di lembaran-lembaran

178 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


amal para ulama di masanya. Ini tidak lain karena para
ulama itu tidak mau menasihatinya dan tidak memberikan
petunjuk kepada kebenaran. Raja terbaik adalah yang
memutuskan sesuatu sesuai dengan pendapat para
ulama. Ulama terburuk adalah yang menjadikan ilmunya
menyesuaikan dengan pendapat para raja.” (Demikian
makna yang dimaksud dari surat beliau).
Di antara petuah Al-Habib Abdullah bin Husain
Bin Thahir nafa’anallahu bih:
“Menimbun ilmu lebih berat bahayanya daripada
menimbun makanan. Demikian yang dikatakan oleh
Habib Ahmad bin Umar Bin Smith nafa’anallahu bih :
‘Perhatikanlah ancaman-ancaman keras yang datang
mengenai menimbun makanan. Padahal manfaat
makanan tidak sebesar manfaat ilmu. Aku ingin agar
setiap orang mengajarkan apa yang ia tahu, walaupun
ilmunya hanya sedikit.”
Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshari rahimahullah
berkata:
“Berhati-hatilah dari menyembunyikan ilmu dari
musuhmu. Syariat pada hakikatnya adalah milik Allah
dan rasul-Nya. Di antara syarat setiap pecinta Allah
dan rasul-Nya hendaknya ia senang apabila syariat
Allah dan rasul-Nya tersebar kepada semua orang. Baik
kepada para sahabatnya, maupun musuh-musuhnya.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 179
Diriwayatkan dari Imam Sufyan Ats-Tsauri
rahimahullah bahwa beliau berkata:
“Siapa yang kikir dengan ilmunya, maka ia akan
mendapatkan salah satu dari tiga bala: Ia akan lupa,
atau mati tanpa mendapatkan manfaat ilmunya, atau
kehilangan kitab-kitabnya.“ (Demikian disebutkan dari
Muqoddimah Syarah Al-Muhadzab).

Peringatan!
Syaikh Al-Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu berkata:
Sesungguhnya orang yang menerangkan kepada
orang awam pendapat yang ia unggulkan saja dan
menyembunyikan pendapat lainnya, ia masuk ke dalam
ancaman yang terdapat pada firman Allah ‫ﷻ‬:
َ‫اﻛﻴِّﻨَﺎت َواﻟ ْ ُﻬ َﺪى ﻣ ْﻦ َﻧ ْﻌﺪ ﻣﺎ‬
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
ِ ِ ِ ‫إِن ا ِ ﻳﻦ ﻳﻜﺘﻤﻮن ﻣﺎ أﻧﺰﺠﺎ ِﻣﻦ‬
َ ُ َّ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َّ َّ َّ َ
‫وﺤﻚ ﻳﻠﻌﻨﻬﻢ اﷲ وﻳﻠﻌﻨﻬﻢ اﻟﻼ ِﻋﻨﻮن‬ ِ ‫ﺎب أ‬ ِ ‫ﻜﺘ‬ ِ ‫ﺑﻴﻨ ُﺎه ﻟِﻠﻨ‬
ِ ‫ﺎس ِﻲﻓ اﻟ‬
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan
petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab (Al Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah
dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat. (QS Al-
Baqarah: 159)
Maka jangan hanya menyebutkan pendapat yang

180 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


engkau inginkan dan yang unggul dalam pandanganmu
saja. Akan tetapi, sebutkan kepada orang awam apa
yang dikatakan oleh para ulama, lalu biarkan ia memilih
pendapat yang diinginkannya.”
Habib Ahmad bin Hasan Alathas nafa’anallahu
bih juga berkata:
“Dua orang di dunia ini, yang jika mati maka
keduanya mati seperti layaknya bangkai yang tidak
disembelih. Yaitu orang kaya yang Allah lapangkan
hidupnya dan luaskan rizkinya akan tetapi ia tidak
mensedekahkan kekayaannya untuk berbagai jenis
kebaikan, dan seorang berilmu yang orang lain tidak
mendapatkan manfaat dari ilmunya.”
***

Faedah
Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab
‘At-Tibyan’:
Hukum mengajarkan orang-orang yang ingin
belajar adalah fardhu kifayah. Jika tidak ada orang yang
layak mengajar kecuali satu orang, maka hukumnya
menjadi fardhu ain baginya. Jika di daerah tersebut
terdapat sekelompok orang yang layak mengajar, akan
tetapi yang dibutuhkan hanya sebagian saja. Maka, jika
semuanya menolak mengajar, mereka semua berdosa.
Jika sebagian menerima untuk mengajar, maka gugur
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 181
dosa dari yang lain. Apabila salah satu dari mereka
diminta mengajar, lalu ia menolak, menurut pendapat
yang adzhar (lebih kuat) dari dua pendapat, ia tidak
berdosa. Akan tetapi, ia wajib menerima, apabila tidak
memiliki udzur (alasan yang dapat diterima).”
Imam Nawawi rahimahullah juga berkata:
Para ulama radhiyallahu anhu memberikan
nasihat: Janganlah seseorang menolak mengajarkan
ilmunya hanya karena merasa belum memiliki niat yang
benar. Imam Sufyan Ats-Tsauri dan ulama salaf lainnya
berkata: ‘Kegiatan menuntut ilmu sendiri sudah tergolong
sebagai niat.’ Para ulama juga berkata: ‘Dahulu kami
menuntut ilmu dengan niat bukan karena Allah, akan
tetapi ilmu menolak kecuali hanya ditujukan untuk Allah
semata.’ Maksudnya: Pada akhirnya ilmu akan menjadi
ikhlas untuk Allah ‫ﷻ‬.
***

Peringatan!
Imam Suyuthi rahimahullah berkata dalam kitab
‘Al-Itqon’:
Berkenaan dengan hukum mengambil gaji untuk
mengajar, maka hukumnya adalah dibolehkan. Dalam
Shahih Bukhari terdapat hadits:
ُ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ
‫ﷲ‬
ِ ‫ِإن أﺣﻖ ﻣﺎ أﺧﺬﻳﻢ ﻋﻠﻴ ِﻪ أﺟﺮا ِﻛﺘﺎب ا‬
182 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Sesungguhnya yang paling layak untuk kalian ambil
upahnya adalah (mengajarkan) Kitab Allah.
Dikatakan oleh sebagian ulama: Apabila sudah
menjadi keharusan baginya (karena tidak ada orang lain
yang layak mengajar misalnya), maka ia tidak boleh
mengambil gaji. Pendapat ini dipilih oleh Imam Al-
Halimi. Dikatakan juga, bahwa mengambil gaji mengajar
hukumnya tidak boleh secara mutlak. Imam Abu Hanifah
berpendapat demikian. Dalam kitab ‘Al-Bustan’ karya
Abu Laits dikatakan:
Mengajar ada tiga macamnya:
Pertama: Sukarela, ia tidak mengambil upah
atasnya.
Kedua: Mengajar dengan gaji.
Ketiga: Mengajar dengan tanpa syarat bayaran,
akan tetapi jika diberi hadiah ia akan menerimanya.
Yang pertama mendapatkan pahala, inilah yang
dilakukan oleh para nabi. Yang kedua: terdapat perselisihan
ulama mengenai kebolehannya, pendapat yang paling
unggul menyatakan bahwa hal tersebut diperbolehkan.
Yang ketiga boleh sesuai dengan kesepakatan ulama.
Nabi ‫ ﷺ‬adalah seorang guru bagi semua makhluk, akan
tetapi Beliau tidak menolak menerima hadiah.”
***
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 183
Peringatan!
Seorang ulama tidak boleh menyampaikan
sebuah masalah kepada orang yang apabila mengetahui
masalah tersebut, diyakini ia akan terjerumus pada
menyepelekan agama dan terjatuh pada mafsadah
(kerusakan). Ini karena ilmu terkadang bermanfaat,
seperti mengenai hal-hal yang wajib bagi setiap orang.
Yang demikian ini wajib disampaikan kepada semua
orang. Ada pula ilmu yang berbahaya, seperti ilmu tata-
cara menggugurkan kewajiban zakat. Segala jenis ilmu
yang sesuai dengan hawa nafsu dan dapat menarik harta
dunia, tidak boleh disampaikan kepada orang yang ia
yakini akan mengamalkannya atau akan mengajarkan
kepada orang yang akan mengamalkannya. Demikian
pula ilmu yang mengandung bahaya sekaligus manfaat.
Jika manfaat-manfaatnya lebih banyak maka ia boleh
menyampaikannya. Jika tidak, maka tidak boleh. (Dikutip
dari Bughyatul Musytarsyidin).
***

184 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


BAB TIGA

KESUNGGUHAN MENUNTUT
ILMU DAN MENGERAHKAN
TEKAD KOKOH UNTUK
MENDAPATKANNYA

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 185


Di dalam bab ini terdapat tiga pasal:
Pasal pertama : Ilmu tidak dapat diraih tanpa
kesungguhan dan ketekunan
Pasal kedua : Bepergian dan pengembaraan untuk
menuntut ilmu
Pasal ketiga : Kisah-kisah ketekunan para pemimpin
salaf dalam menuntut ilmu

186 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL PERTAMA

Ilmu Tidak Dapat Diraih Tanpa


Kesungguhan Dan Ketekunan

Ketahuilah! Semoga Allah merahmatimu—


Semakin mulia sebuah tujuan akan semakin susah dan
payah pula usaha untuk mencapainya. Keluhuran tidak
dapat diraih dengan bersantai-santai, dan derajat-derajat
tinggi tidak dapat digapai kecuali dengan susah payah.
Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Yahya bin Abi
Katsir rahimahullah berkata:
ْ ْ َ َ ُْ ْ ُ ََ ُْ َ
‫اﺠﻟﺴ ِﻢ‬
ِ ‫ﻻ ﻳﺴﺘﻄﺎع اﻟ ِﻌﻠﻢ ﺑِﺮاﺣ ِﺔ‬
Ilmu tidak akan dicapai dengan kenyamanan tubuh
Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair :
ُُ َ َْ ً ْ َ َ ْ َْ َ ْ‫َﻻ َﺤﺗ‬
‫ﺐ اﻟﻤﺠﺪ ﻳﻤﺮا أﻧﺖ آ ِﻛﻠﻪ‬ ِ ‫ﺴ‬
َّ ‫ﺠ َﺪ َﺣ َّ ﺗَﻠْ َﻌ َﻖ‬
َ‫اﻟﺼﺮﺒا‬ ْ َْ ََُْ ْ َ
‫ﻟﻦ ﻳﺒﻠﻎ اﻟﻤ‬
ِ
Jangan engkau kira kemuliaan bagai buah kurma yang
kau makan.. Engkau tak akan pernah meraih kemuliaan,
hingga engkau telah rasakan getirnya kepahitan
(mujahadah)..
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 187
Dalam syair lain dikatakan :
ُ ُّ‫ﺎس ُﻠﻛ‬
ُ ‫اﺠ‬ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ
‫ــﻬ ُﻢ‬ َّ ‫ﺎد‬‫ﻟﻮﻻ اﻟﻤﺸﻘﺔ ﺳ‬
ُ َّ َ ُ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ ُ ْ ُ ْ
‫اﻹﻗــﺪام ﻗﺘﺎل‬ِ ‫اﺠﻟــﻮد ﻓﻔ ِﻘﺮ و‬
Jika bukan karena adanya susah payah (untuk menjadi
pemimpin), niscaya semua orang akan menjadi
pemimpin. Sebagaimana kedermawanan berakibat
kefakiran. Dan keberanian maju dalam peperangan
sering menyebabkan kematian.
Badi’uz Zaman Abu Al-Fadhl Ahmad bin Husein
bin Yahya Al-Hamdani Rahimahullah berkata :
“Ketahuilah ilmu itu lambat didapat, jauh
tujuannya, tidak bisa didapat dengan undian, tidak bisa
dimimpikan, tidak diwarisi dari ayah dan paman. Ilmu
ibarat pohon yang tidak mungkin ada kecuali dengan
ditanam, tidak ditanam kecuali di dalam jiwa, tidak dapat
disiram kecuali dengan belajar, dan tidak dihasilkan
melainkan dengan berbantal batu dan berkasur
tanah (merendahkan hati dan tunduk pada pengajar),
banyak bergadang (untuk belajar ilmu), sedikit tidur,
menyambung malam dengan siang. Tidak ada yang dapat
meraihnya kecuali orang yang mengorbankan matanya
(sedikit tidur untuk belajar) dan duduk bersimpuh
(menahan rasa kantuk) pada matanya. Apakah dikira
orang yang siang harinya disibukkan dengan bekerja
dan malam harinya bersenang-senang dengan istri, bisa
menjadi seorang ulama? Tidaklah mungkin demi Allah!
188 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Sampai dia menuju buku-bukunya, membawa serta
tempat tintanya, menempuh perjalanan jauh melewati
tanah tandus, tak henti mencari ilmu siang dan malam,
dan merasakan rasa pahit yang baik dari kesabaran, dan
hujan taufiq yang menyuburkan dari Allah.”
Syekh Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad nafa’anallah bih mengatakan dalam syairnya :
َّ ًّ ُ ْ ُ
‫َوﺧﺬ ِﻣ ْﻦ ُﻋﻠ ْﻮمِ ا ِّ ﻳ ْ ِﻦ َﺣﻈﺎ ُﻣ َﻮﻓ ًﺮا‬
ْ َْ ْ
َ ‫اﺤﻟَﻴَﺎ ِة‬ ْ ‫ﻓَﺒﺎﻟْﻌﻠْﻢ ﺗ َ ْﺴ ُﻤ‬
‫ﺮﺸ‬
ِ ‫اﺤﻟ‬ ِ ‫و‬ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ﻮ‬ ِ ِ ِ
Ambillah bagian yang banyak dari berbagai ilmu
agama. Hanya dengan ilmu, kau akan luhur mulia di
masa hidupmu maupun kelak di padang mahsyar
ْ ْ َّ َ ِّ ْ َ
ْ ‫اﺠﻟ َ ِﻤﻴْﻞ َﺤﺗُ ُّﻞ‬
‫ﻲﻓ‬ ِ ِ ‫ﺮﺒ‬
ِ ‫ﺎﺠﻟﺪ واﻟﺼ‬
ِ ِ‫وﺑ‬
ْ َّ َ ِّ ْ ْ َ َُْ ْ َ
ْ َ‫ﺎﺳﺘ‬
‫ﺮﺒ‬
ِ ‫اﻟﺼ‬‫و‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎﺠﻟ‬
ِ ِ ‫ﺑ‬ ‫ص‬ِ ‫ﻮ‬ ‫ ﻓ‬،‫ﻓ ِﺴﻴ ِﺢ اﻟﻌﻰﻠ‬
Dengan ketekunan dan kesabaran yang indah kau akan
tempati megahnya keluhuran. Maka jangan pernah
berhenti memberi wasiat untuk tekun dan sabar..
Alangkah indah perkataan Imam Suyuthi
rahimahullah di dalam pembukaan kitab ‘ Asybah wan
Nadzoir’:
“Demi hidupku! Sesungguhnya ilmu tidak bisa
dicapai dengan angan-angan, tak dapat diraih dengan
ucapan ‘nanti,’ ‘mudah-mudahan,’ dan ‘seandainya
saja aku...’ Ilmu tidak bisa diraih kecuali oleh orang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 189
yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan semangat,
berpisah dengan keluarga dan mengikat kencang ikat
pinggangnya (menggunakan banyak waktunya untuk
mencari ilmu), mengarungi lautan, bercampur dengan
debu, selalu kian-kemari mendatangi pintu-pintu yang
dituju di malam hari, mengelilingi semua keutamaan,
dan memburu ilmu-ilmu yang tersebar.”
Di antara nasihat Amirul Mukminin Sayyidina
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu :
ْ‫َﻳ َﻔ َّﻘ ُﻬ ْﻮا َﻗﺒْ َﻞ أَ ْن ﺗ ُ َﺴ َّﻮ ُدوا‬
“Dalamilah ilmu fiqih sebelum kalian dijadikan tokoh
pemimpin.”
Imam Nawawi Rahimahullah memberikan
komentar atas nasihat tersebut:
“Maksudnya, berusahalah kalian untuk
menyempurnakan kemampuan selagi kalian menjadi
pengikut sebelum nantinya kalian menjadi tokoh
pemimpin. Jika kalian sudah menjadi tokoh pemimpin
yang diikuti, niscaya kalian sulit untuk belajar disebabkan
status kalian yang tinggi dan banyaknya kesibukan.
Ini semakna dengan ucapan Imam Syafii radhiyallahu
‘anhu :”Perdalamlah ilmu fiqih sebelum engkau menjadi
pemimpin. Jika engkau telah menjadi pemimpin, niscaya
tidak ada jalan lagi untuk belajar ilmu fiqih.” (Dikutip
dari kitab at Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an)

190 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Malik bin Dinar rahimahullah berkata:
َ‫ﺐ اﻟْﻌﻠْﻢ‬
َ َ‫ َو َﻣ ْﻦ َﻃﻠ‬،‫ﻜﻔﻴْﻪ‬ ْ َ ُْ ُْ َْ َ
‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺎﻟ‬‫ﻓ‬ ‫ﻪ‬
َْ َْ ْ َ َ َ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﺴ‬ ‫ﻔ‬
ِ ِ ‫ﻣﻦ ﻃﻠﺐ اﻟ ِﻌﻠﻢ ِﺠ‬
ٌَْ َ َ َ‫ﻠﻨﺎس ﻓ‬
َّ ‫ﺤ َﻮاﺋِ ُﺞ‬ َّ
‫ﺮﻴة‬ ‫ﺎس ﻛ ِﺜ‬ِ ‫اﺠ‬ ِ ِ‫ﻟ‬
Siapa yang mencari ilmu untuk kebutuhan sendiri, maka
sedikit ilmu sudah cukup baginya. Akan tetapi, siapa
mencari ilmu untuk (membimbing) manusia, tidaklah
cukup sedikit ilmu karena kebutuhan manusia itu
banyak.
Abu Hafsh Umar bin Mudzoffar bin Wardi berkata
dalam syair-syairnya yang diakhiri huruf lam :
َ ْ ْ َ َ ْ ْ ُ ُْ
‫ﺐ اﻟ ِﻌﻠ َﻢ َوﻻ ﺗﻜ َﺴﻞ ﻓ َﻤﺎ‬
ِ ‫اﻃﻠ‬
ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ
‫ﺮﻴ َﺒﻟ أﻫ ِﻞ اﻟﻜ َﺴﻞ‬ ‫أﻧﻌﺪ اﺨﻟ‬
Carilah ilmu dan janganlah malas, alangkah jauhnya
pemalas dari kebaikan.
َ ِّ ْ ْ ْ ْ
ْ َ ‫َواﺣﺘَ ِﻔﻞ ﺑِﺎﻟ ِﻔﻘ ِﻪ ِﻲﻓ اﻟــﺪﻳ ْ ِﻦ َوﻻ‬
‫ــﺎل َوﺧ َﻮل‬ َ َُْ ْ َ َْ
ٍ ‫ﺗﺸﺘـ ِﻐﻞ ﻗﻨﻪ ﺑِﻤ‬
Perhatikanlah pemahaman agama dan jangan sampai
harta dan budak melalaikanmu darinya.
َ ُْ ُ ْ َ
َْ ‫اﺠ ْﻮ َم َو َﺣ ِّﺼﻠﻪ ﻓ َﻤ ْﻦ‬
َّ ‫ﺠﺮ‬
ِ ‫واﻫ‬
َْ ُ ْ َْ
‫ﻓﻌ ِﺮ ِف اﻟ َﻤ ْﻄﻠ ْﻮ َب ﺤﻳ ِﻘ ْﺮ َﻣﺎ ﺑَﺬل‬
Tinggalkan nikmatnya tidur dan perolehlah ilmu. Siapa
mengetahui nilai yang ia cari, akan remeh baginya
segala yang ia kerahkan (untuk memperoleh yang
dicari).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 191
ُُ ََْ ْ ََ َ ْ َ ْ ُ َ َ
‫ﻻ ﺗــﻘﻞ ﻗﺪ ذﻫﺒﺖ أرﺑــﺎﺑﻪ‬
ْ َ َ َ ْ َ ُّ ُ
‫ﺎر َﺒﻟ ا َّ ْر ِب َو َﺻﻞ‬‫ﻛــﻞ ﻣﻦ ﺳ‬
Jangan kau katakan : Telah berlalu masa orang-orang
yang memiliki sifat demikian (dan mustahil saya bisa
seperti mereka), karena setiap orang yang berjalan di
atas jalan yang benar, niscaya akan sampai juga.
َ ْ َ ْ ْ ْ ‫ﻲﻓ‬
‫از ِدﻳَﺎ ِد اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ِإ ْرﺬﻟ ُم اﻟ ِﻌــــﺪا‬ ِ
ْ ْ َ ْ ْ ْ ُ َََ
‫ﻤﺟــﺎل اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ِإﺻﻼ ُح اﻟ َﻌ َﻤﻞ‬‫و‬
Bertambahnya ilmu bisa menundukkan permusuhan.
Dan hiasan ilmu adalah perbaikan amal.
ُ ُْ
‫ــﺎن َﻣﺎ ﺤﻳ ِﺴــﻨُﻪ‬ َ ْ ْ ‫ﻗﻴْ َﻤ ُﺔ‬
ِ ‫اﻹﻧﺴ‬ ِ ِ
ََْ َْ ُ ْ ُ َْ ْ ََ ْ َ
‫اﻹﻧﺴﺎن ِﻣــﻨــﻪ أو أﻗﻞ‬
ِ ‫أﻛــﺮﺜ‬
Nilai seorang manusia bergantung dengan apa yang ia
kuasai, baik banyak manusia yang menguasainya atau
sedikit.
Ibnu As-Subki rahimahullah berkata :
َ
ْ ُّ َ ‫َﺳ َﻬﺮ ْي ِ َﺤﻛﻨْ ِﻘﻴْ ِﺢ اﻟْ ُﻌﻠُ ْﻮمِ أ‬
‫ﻲﻟ‬
َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ِ ِ
‫ﺎق‬
ِ ‫ﺐ ِﻋﻨ‬
ِ ‫ﻣـ ِـﻦ وﺻ ِﻞ ﺬﻟ ِﻏﻴ ٍﺔ و ِﻃﻴ‬
Bergadang semalam suntuk untuk meninjau kembali
ilmu-ilmu lebih lezat bagiku daripada bercumbu dengan
wanita cantik dan kenikmatan pelukannya.

192 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


َ ْ َ ََ ََْ ُْ َ َ
ْ
‫ﺮﺻﻳﺮ أﻗﻼ ِﻲﻣ ﺒﻟ أوراﻗِــ ِﻪ‬
ِ ‫و‬
َّ ُ ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ
‫ــﺎق‬
ِ ‫أﺣــﻰﻠ ِﻣﻦ ا وﺎﻛ ِء ِﻟــﻠﻌﺸ‬
Goresan penaku di atas kertas lebih manis daripada
bernikmat-nikmat bagi kekasih.ْ ََ ِّ َ َْ ُّ
َ ُْ ْ َْ ‫َوأ ِﻣ ْﻦ ﻏﻘ ِﺮ اﻟﻔﺘﺎ ِة ِ ُ ﻓ َﻬﺎ‬
ْ ‫اﻟــﺮ ْﻣ َﻞ َﻗ ْﻦ أ ْو َر‬
‫اﻲﻗ‬ َّ َ
‫ــﻲﻘ‬
ِ ِ ‫ﻏﻘ ِﺮي ِﻷﻟ‬
Tepukanku untuk membersihkan pasir dari kertas-kertas
(kitab) ku lebih merdu daripada tepukan rebana gadis-
gadis.
ِّ ْ ُ‫َو َﻳ َﻤﺎﻳ‬
‫ﻲﻠ َﻃ َﺮ ًﺑﺎ ِﺤﻟَﻞ َﻋ ِﻮﻳْ َﺼ ٍﺔ‬ِ
َ ْ َ ْ َّ
َ ‫ــﻰﻬ ﻣ ْﻦ ُﻣ َﺪ‬
ْ‫اﻣ ِﺔ َﺳﺎﻲﻗ‬
ِ ِ ‫ِﻲﻓ ا ر ِس أﺷ‬
Gerakan kepalaku ke kanan dan ke kiri karena senang
saat memecahkan kepelikan dalam pelajaran lebih
membangkitkan selera daripada arak yang dihidangkan.
ُ َ َ َ َ ُّ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ
‫وأ ِﻧﻴﺖ ﺳﻬﺮان ا ﻰﺟ وﺗ ِﺒﻴﺘﻪ‬
َ ‫ﻲﻐ َﻧ ْﻌ َﺪ َذ‬
ْ ‫اك ِﺤﻟَــﺎ ِﻗ‬
‫ــﻲ‬ ْ ْ‫ َو َﻳﺒ‬،‫ﻧَ ْﻮ ًﻣــﺎ‬
ِ
Aku begadang di malam hari dalam kegelapan malam,
sedangkan engkau nyenyak dalam tidurmu. Lalu setelah
itu engkau bermimpi dapat menyaingiku?!
Penyair lain berkata :
ً ْ ً َ َ ِّ َ َ ِّ
‫اﻟﺴﺒَﺎق ﻗ ْﻮﻻ َوﻓِﻌﻼ‬ ‫اﻟﺴﺒﺎق‬
ْ َ َ ْ َ َ ْ َّ ِّ َ
‫ــﺮة اﻟ َﻤ ْﺴﺒُ ْﻮ ِق‬ ‫ﺣــﺬ ِر اﺠﻔﺲ ﺣﺴ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 193
Berlombalah dengan ucapan dan perbuatan! Ingatkan
dirimu akan rugi dan penyesalan orang yang kalah.
Sayyidina Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi
nafa’anallahu bihi berkata dalam syairnya:
َّ ْ ْ َ َ ْ َ
ْ ‫اﻟﺮﺸﻳْﻒ ﺗَ َﻮ َّﺟ ُﻬ‬
‫ــﻮا‬ ِ ِ ‫ﺐ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ‬
ِ ‫و ِ ﻃﻠ‬
ْ َ ْ ْ َ َ ٍّ
‫ﺮﻴ َوﺗ ْﺮ ٍك ﻟ ِ ُﻤﻌﺘَﺎ ِد‬
ٍ ‫ﺠﺑﺪ وﺗﺸــ ِﻤ‬
ِِ
Pergilah menuntut ilmu yang mulia dengan giat, serius,
dan meninggalkan kebiasaanْ ْ ْ
ٌ َ ََْ َُ ٌُْ َ
َ ‫ﺠــﺔ‬ ‫ﻓ ِﻲﻔ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻧﻮر ﻟِﻠﻔﺆا ِد وﺑﻬ‬
َ ْ ‫ــﺴ ُﻦ ِﻣ‬
َ ‫ﺣ‬ ْ َْ ُُ َْ َ
‫ﺮﻴا ِد‬ ‫و ِﻣـﺮﻴاده ﻟِﻠﻌﺒ ِﺪ أ‬
Dalam ilmu ada cahaya hati, serta kebahagiaan.
Datangnya bagi seorang hamba adalah sebaik-baik
kedatangan.
ُ ْ ْ ُ َْ
‫اﻹﻧ َﺴﺎن َﺣ َّﻖ ِإ ِﻟﻬ ِﻪ‬
ِ ‫ﺑِ ِﻪ ﻓﻌ ِﺮف‬
َّ ‫َﻓﻴُ ْﻬ َﺪی ﺑﻪ اﻟْ َﻐﺎو ْي َو َﻳ ْﺮ َوى ﺑﻪ‬
‫اﻟﺼﺎ ِد ْي‬ ِِ ِ ِِ
Dengannya manusia mengenal hak Tuhannya,
dengannya yang tersesat diberi petunjuk, dan
dengannya pula yang kehausan hilang dahaganya.
ْ ُ ََْ ْ َ ْ ْ
‫َوإِن ِﺷﺌﺘُ ُﻢ أن ﺤﺗﻔﻈ ْﻮا َﻣﺎ َﻋ ِﻠﻤﺘُ ُﻢ‬
َ َ َ ْ َ ْ َ ََ
‫ﻲﻓ ﺗﻜ ِﺮﻳْ ِﺮ د ْر ٍس َوﺗ ْﺮدا ِد‬ِ ‫ﻓﺬﻟِﻚ‬
Jika kalian ingin menghafal apa yang telah engkau
pelajari, tiada jalan lain kecuali dengan mengulangi
pelajaramu lalu mengulang-ulangi lagi

194 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Sebagian ulama mengatakan:
ْ ْ َ ْ َ ِّ ُ ْ ْ ْ
‫اﻟ ِﻌﻠ ُﻢ َﻣﻐ ِﺮ ُس ﻞﻛ ﻓﺨ ٍﺮ ﻓﺎﺟﺘَ ِﻬﺪ‬
ْ َْ َ َ ُ ْ َ َ َْ ُ َ َ ْ َ
‫أن ﻻ ﻓﻔﻮﺗﻚ ﻓﺨﺮ ذاك اﻟﻤﻐ ِﺮ ِس‬
Ilmulah benih dari segala kemuliaan, maka giatlah
mencarinya! Jangan sampai kemuliaan benih ini
terlepas darimu
ُ ُ ‫اﻋﻠَ ْﻢ ﺑﺄَ َّن اﻟْﻌﻠْ َﻢ ﻟَﻴْ َﺲ َﻓﻨَــﺎ‬
ْ َ
‫و‬
ِ ِ
َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ُّ َ ْ َ
‫ﻣــﻦ ﻫﻤﻪ ِﻲﻓ ﻣﻄﻌ ٍﻢ أو ﻣﻠﺒ ِﺲ‬
Ketahuilah! Ilmu tidak akan pernah dapat diraih oleh
seorang yang perhatiannya hanya pada makanan dan
pakaian
Sebagian ulama berkata:
ُ َ ََ ََْْ َ َ َ ِّ َّ
‫ﻦﻴ ﻓﻼ ﺗﻜ ْﻦ‬
ِ ‫ِإن اﻟﺴﻴﺎدة ِﻲﻓ اﺛﻨﺘ‬
َّ ‫ﻳَــﺎ ْاﻧ َﻦ اﻟ ْ َﻤ َﺸﺎﺋﺦ ِﻓﻴﻬ َﻤﺎ ﺑ‬
‫ﺎﻟﺰا ِﻫ ِﺪ‬ِ ِ ِِ
Sesungguhnya kemuliaan tak dapat diraih kecuali
dengan dua hal. Maka, wahai putra para guru,
janganlah engkau tinggalkan keduanya.
َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ
‫ﻤﺣﻞ اﻟﻤﺸﻘ ِﺔ واﺣ ِﺘﻤﺎل أذى اﻟﻮرى‬
َْ َ َ ْ َ ْ َْ
‫ﻟﻴ َﺲ اﻟ ُﻤﺸ ِّﻤ ُﺮ ِﻲﻓ اﻟ ُﻌﻼ ﺎﻛﻟﻘﺎ ِﻋ ِﺪ‬
Dua hal itu adalah : menanggung semua yang berat
dan bersabar menerima gangguan manusia. Tidaklah

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 195


seorang yang giat berusaha menggapai keluhuran akan
sama dengan dia yang hanya duduk santai saja.
ُ َ ْ َ َ َ َّ ْ ُ
‫ﺐ اﻟ ُﻌﻼ ﺑ ِ ِﺴ َﻮاﻫ َﻤﺎ‬‫ﺜي ﻃﻠ‬
ِ ِ ‫ﻗﻞ ﻟ‬
ْ َ َ ََْ
َ‫ﺮﻀ ُب ﻲﻓ َﺣﺪﻳﺪ ﺑ‬
‫ﺎر ِد‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ‫ﻫﻴﻬــﺎت ﺗ‬
Katakan bagi dia yang mencari keluhuran dengan
mengabaikan keduanya: “Sungguh mustahil kau akan
meraihnya, engkau bagaikan seorang yang menempa
besi yang sudah dingin.”
***

196 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KEDUA

Bepergian Dan Pengembaraan Untuk


Menuntut Ilmu

Syaikhul Islam Sayidina Ahmad bin Hasan Alathas


nafa’anallahu bih berkata:
“Andai berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain tidak memiliki faedah, tidaklah mungkin
Allah ‫ ﷻ‬akan memerintahkannya.”
Salah satu hadirin bertanya:
“Berpindah-pindah seperti apakah yang
diperintahkan?”
Beliau menjawab:
“Sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah ‫ﷻ‬: َ َ ُ َ َْ
َ ‫ﻜ ْﻦ أ ْر ُض اﷲ َواﺳ َﻌ ًﺔ َﻓﺘُ َﻬﺎﺟ ُﺮوا ﻓ‬
‫ﻴﻬﺎ‬ ِ ِ ِ ِ ‫أﻟﻢ ﺗ‬
“Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?” (QS An-
Nisaa: 97)

ِّ ‫ا ُ ْﻃﻠُﺒُﻮا اﻟْﻌﻠْ َﻢ َوﻟ َ ْﻮ ﺑ‬


Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :
‫ﻦﻴ‬
ِ ‫ﺎﻟﺼ‬ِ ِ
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 197
Tuntutlah ilmu walau pun harus ke negeri China. (HR
Baihaqi)
Al-Quthb Sayidina Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiallahu ‘anhu berkata berkenaan dengan hadits ini:
China adalah negeri yang jauh, termasuk daerah
yang paling jauh. Sedikit saja orang yang sampai ke negeri
itu karena jauhnya. Jika seorang muslim diharuskan
untuk mencari ilmu walaupun harus pergi ke daerah
yang sangat jauh, maka bagaimana tidak wajib menuntut
ilmu sedangkan ia hidup dekat dengan para ulama, tidak
pula ia harus mengeluarkan banyak biaya serta kesulitan
dalam menuntutnya?”
Para ulama rahimahumullah berkata:
Hukum bepergian untuk mencari ilmu bisa menjadi
wajib bagi setiap orang, jika ia tidak menemukan guru
yang dapat mengajarkannya di daerahnya. Hukumnya
menjadi sunah dan dianjurkan, jika tujuannya adalah
mencari ilmu yang lebih dari kewajibannya. Apabila
setiap orang wajib bepergian untuk mendalami ilmu
agama, maka bagaimana tidak wajib bagi orang yang
hidup dekat dengan para ulama yang saleh? Alasan apa
yang akan ia sampaikan kelak di hadapan Allah ‫ﷻ‬, Tuhan
semesta alam?
Siapa yang mengabaikan ilmu, rela dengan
kebodohan, dan buta dalam ilmu agama, maka ia adalah

198 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


orang bodoh yang tertipu. Kehidupan dunia telah
memperdayanya, dan setan yang pandai menipu telah
memperdayakannya tentang Allah.
Sayidina Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi
radhiyallahu ‘anhu berkata dalam syairnya:
ْ َ ْ َ َ ْ ُّ َ َ
‫ﻳﻨﻜ ُﺮ َوﻗ ِﻲﺘ أ ْو َرث اﺤﻟ ُ ْﺰن َواﻟ َﻬ َّﻤﺎ‬
ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َْ ُ ْ ََ َ ْ َ َ
‫ﺖ ﻗﺪ أﻫ َﻤﻠﻮا اﻟ ِﻌﻠ َﻤﺎ‬
ِ ‫وﻛﻴﻒ وأﻫﻞ اﻟﻮﻗ‬
Keasingan zamanku ini menimbulkan kesedihan dan
kegundahan. Bagaimana tidak? Sedangkan yang hidup
di zaman ini telah mengabaikan ilmu.
ُ َ ْ َ ْ َْ ْ َ ُ ْ َ
‫َو َر ُّﺑﻪ‬ ‫ﻋ ِﺠﺒﺖ ﻟِﻤﻦ ﺑِﺎﺠﻟﻬ ِﻞ ﻳﺮ‬
َ َْ َ ْ َْ َ َ َ َ
‫ﺎح ُ ِﻣ ْﻦ ﻓﻴ ِﺾ إِﻓﻀﺎ ِ ِ ﻓﻬﻤﺎ‬ ‫أﺗ‬
Sungguh aku heran pada dia yang rela dengan
kebodohan, sedang Tuhannya telah menganugerahkan
dari limpahan karunia-Nya kemampuan untuk
memahami
Al-Quthb Sayidina Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu ‘anhu berkata:
Sudah sepatutnya bagi setiap orang untuk tidak
terus berdiam di tempatnya saja. Hendaknya ia bepergian
di muka bumi ini, mungkin ia akan menemui seorang yang
lebih sempurna darinya sehingga bisa dijadikan tauladan

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 199


untuknya. Demikian jika ia mampu untuk bepergian,
disertai kondisi serta waktu yang mendukungnya
untuk bepergian. Atau bisa jadi ia melihat apa yang
bisa dijadikan pelajaran, sehingga ia dapat mengambil
pelajaran, memberikan faedah kepada yang lain, atau
mengambil faedah dari orang lain.
Kemudian beliau mengisyaratkan kepada bait-bait
syair yang digubah oleh Imam Syafii rahimahullah:
َ َ َ ََ
ُ
‫ﺐ اﻟﻌﻼ‬
ِ ‫وﻃﺎن ﻲﻓ ﻃﻠ‬
ِ ‫ﻳﻐ َّﺮب َﻋ ِﻦ اﻷ‬
َ ُ َ َ َ
‫ﺳﻔﺎر ﻤﺧﺲ ﻓﻮاﺋِ ِﺪ‬ َ
ِ ‫وﺳﺎﻓِﺮ ﻓﻲﻔ اﻷ‬
Merantaulah jauh dari negerimu demi mencari
kemuliaan. Berkelanalah, karena dalam berkelana akan
kau dapat lima manfaat.
َ ُ ‫َﻳ َﻔ ُّﺮ ُج َﻫ ٍّﻢ َواﻛـﺘ‬
‫ﺴﺎب َﻣﻌﻴﺸـ ٍﺔ‬ِ ِ
َُ ُ َ ٌ َ ٌ
‫ﻣﺎﺟ ِﺪ‬
ِ ‫ﺔ‬ ‫َو ِﻋــﻠﻢ وآداب وﺻﺤﺒ‬
Kegelisahanmu sirna, dapat pula kau gapai
penghidupan, ilmu, adab, serta mendampingi seorang
mulia
ٌ َ َ ٌّ ُ َ َ
‫ﺳﻔﺎر ذل و ِﺤﻣﻨﺔ‬
ِ ‫اﻷ‬ ‫ﻲﻓ‬ ‫ﻗﻴﻞ‬ ‫َوإِن‬
َ ُ َ ُ ََ
‫ﺴﺎب اﻟﺸﺪاﺋِ ِﺪ‬‫ﻄﻊ اﻟﻔﻴﺎﻲﻓ َواﻛ ِﺘ‬‫وﻗ‬
Jika seorang berkata: Berkelana adalah kehinaan dan
ujian, menempuh sahara-sahara, serta mengarungi
berbagai bahaya
200 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
َ ٌ َ َ ُ َ
‫ﺮﻴ ُ ِﻣﻦ َﺣﻴــﺎﺗِ ِﻪ‬ ‫ﻓ َﻤﻮت اﻟـﻔ ﺧ‬
َ َ َ
ِ ‫واش َو‬
‫ﺣﺎﺳ ِﺪ‬ ٍ ‫ـﻮان ﺑﻦﻴ‬
ٍ ‫ـﺪار ﻫ‬
ِ ِ‫ﺑ‬
Ketahuilah, bahwa mati bagi seorang pemuda lebih
baik daripada hidup dalam kehinaan di antara para
pencaci dan penghasud.
Hujjatul Islam Al-Ghazali qoddasallahu sirrahu
berkata dalam kitab Ihya’:
Semua orang yang dikenal keilmuannya yang ada
semenjak zaman para sahabat sampai zaman kita ini,
semuanya tidaklah mendapatkan ilmu kecuali dengan
bepergian dan mereka melakukan pengembaraan untuk
mendapatkan ilmu.
As-Sya’bi rahimahullah berkata:
Seandainya seorang lelaki melakukan perjalanan
dari Negeri Syam menuju pelosok Negeri Yaman hanya
untuk mendapatkan satu kata yang dapat menuntunnya
menuju petunjuk, atau menghalaunya dari kebinasaan
akhirat. Maka perjalanan yang ia lakukan tidaklah sia-
sia.

Penulis berkata:
Diceritakan bahwa Sahabat Jabir bin Abdullah
radhiyallahu ‘anhuma pernah menempuh jarak satu
bulan perjalanan untuk menemui Sahabat Abdullah bin
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 201
Unais radhiyallahu ‘anhu demi mendengarkan satu
hadits. Sahabat Jabir mendapat kabar bahwa Sahabat
Abdullah mendengar satu hadits itu dari Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beliau berkisah:
“Maka, aku membeli seekor unta lantas aku ikat
perbekalanku. Kemudian aku melakukan perjalanan
selama sebulan sampai aku tiba di Negeri Syam. Aku
bertanya kepada penjaga pintu rumahnya:
‘Katakan pada tuanmu, Jabir menunggu di depan
pintu.’
‘Jabir putra Abdullah?’ Tanya Si Penjaga.
Aku menjawab, ‘Benar.’
Sahabat Abdullah bin Unais pun turun tergesa
sampai menginjak pakaiannya sendiri. Lantas ia
memelukku, dan aku pun memeluknya. Lalu aku berkata:
“Ada satu hadits, yang telah sampai kabar kepadaku
bahwa engkau mendengarnya dari Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenai
Qishash (hukum setimpal). Aku khawatir engkau atau
aku wafat sebelum aku sempat mendengarkannya.”
Beliau berkata:
“Aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Kelak pada Hari Kiamat, manusia akan
dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan tidak
berbusana, belum terkhitan, dan buhman.”
Kami (para sahabat) bertanya:

202 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


“Apa makna buhman?”
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab:
“Mereka tidak membawa apa-apa. Kemudian
Allah ‫ ﷻ‬menyeru kepada mereka dengan seruan yang
dapat didengar orang dari kejauhan sebagaimana
didengar orang yang dekat: “Akulah Raja, Akulah Yang
Maha Pembalas. Tidak boleh satu pun penghuni neraka
masuk ke dalam neraka, sedangkan ia masih memiliki
hak yang belum ditunaikan oleh seorang penghuni surga
sampai aku membalaskan untuknya. Tidak boleh pula satu
pun penghuni surga masuk ke dalam surga, sedangkan
masih ada hak seorang penghuni neraka yang belum ia
tunaikan, sampai aku balaskan untuknya, walaupun itu
hanya sebuah tamparan saja.”
Kami (para sahabat) bertanya:
“Bagaimana (kita dapat menunaikan hak itu),
sedangkan kita datang kepada Allah ‫ ﷻ‬dalam keadaan
tanpa busana, tidak berkhitan, dan tidak pula memiliki
apa-apa?”
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
“(Mereka membayarnya) dengan amal-amal
kebaikan dan keburukan.” (HR Ahmad)
***
As-Sya’bi menceritakan:
Masruq melakukan perjalanan menuju Negeri

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 203


Bashrah demi untuk mencari tafsir satu ayat saja. Setelah
sampai ke Bashrah, beliau diberi kabar:
“Orang yang engkau cari untuk menafsiri ayat itu
sedang bepergian ke Negeri Syam.”
Maka beliau pun menyiapkan kendaraan, lantas
pergi ke Negeri Syam, sampai akhirnya beliau mengetahui
tafsir ayat tersebut.
Ikrimah, salah seorang tokoh ilmu tafsir, berkata
mengenai firman Allah ‫ﷻ‬:
ْ َُ َ َ ‫َو َﻣ ْﻦ َّﺨﻳْ ُﺮ ْج ﻣ ْﻦ ﺑَﻴْﺘﻪ ُﻣ‬
ِ ‫ﷲ َورﺳﻮ‬
ِ ‫ﺎﺟ ًﺮا ِاﻰﻟ ا‬
ِ ‫ﻬ‬ ِ ِ
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud
berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya.. (QS An-Nisaa:
100)
Beliau berkata: “Selama empat belas tahun, aku
mencari-cari nama orang yang keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat ini. Sampai
akhirnya aku menemukannya. Beliau adalah Dhamrah
bin Habib. (Dikutip dari Tafsir Al-Qurthubi)
Syaikh Salim Bafadhal radhiyallahu anhu
termasuk pembesar para imam yang dijadikan rujukan serta
ulama yang mendalami ilmunya. Dahulu, ilmu hampir
sirna dari Negeri Hadramaut, sampai akhirnya beliau
menghidupkannya kembali. Mulanya beliau melakukan
204 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
perjalanan untuk mencari ilmu dan menetap selama
empat puluh tahun di Irak serta negeri-negeri lainnya.
Keluarganya mengira beliau telah wafat. Kemudian,
beliau kembali ke tanah airnya dan mengajarkan ilmu
yang beliau dapatkan di negerinya. Para penuntut ilmu
pun berdatangan dari segala penjuru. Banyak ulama yang
bermunculan dari hasil didikan beliau. Sehingga jumlah
mufti di Tarim pada periode tersebut mencapai tiga
ratus orang dalam satu masa. Bermunculan pula banyak
penyusun kitab.

Faedah
Disebutkan dalam kitab ‘Raudhul Afkar’:
Ada seorang lelaki menempuh perjalanan sejauh
tujuh ratus farsakh (± 3.860 km) hanya untuk menanyakan
enam pertanyaan:
Pertama: Apa yang lebih berat dari langit dan
bumi? Sang guru menjawab: Memfitnah seorang
yang tidak bersalah.
Kedua: Apa yang lebih luas dari bumi? Sang guru
menjawab: Kebenaran.
Ketiga: Apa yang lebih kaya dari samudra? Sang
Guru menjawab: Hati yang kaya dengan sifat qana’ah
(menerima apa adanya).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 205
Keempat: Apa yang lebih dingin dari salju? Sang
Guru menjawab: Meminta keperluan hajat dari seorang
sahabat, jika ia tidak bersedia memenuhinya.
Kelima: Apa yang lebih keras dari batu? Sang
Guru menjawab: Hati orang kafir.
Keenam: Apa yang lebih rendah dari anak yatim?
Sang Guru menjawab: Seorang pengadu domba, ketika
dibandingkan. (Dikutip dari ‘Nuzhatul Majalis’).
***

206 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KETIGA

Kisah-Kisah Ketekunan Para


Pemimpin Salaf Dalam Menuntut
Ilmu
Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
َ ُ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ ً َّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ
‫ﺮﺒوا َوﺎﻛﻧﻮا ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨﺎ‬ ‫وﺟﻌﻠﻨﺎ ِﻣﻨﻬﻢ أﺋِﻤﺔ ﻓﻬﺪون ﺑِﺄﻣ ِﺮﻧﺎ ﻟﻤﺎ ﺻ‬
َ
‫ﻳُﻮ ِﻗﻨُﻮن‬
Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami selama mereka bersabar. Dan mereka meyakini
ayat-ayat Kami (QS As-Sajdah: 24)
Sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkisah:
Dahulu aku menuntut ilmu, dan tidak aku
temukan yang lebih banyak ilmunya dari kaum Anshar.
Aku menemui seorang dari mereka, lalu aku bertanya
mengenainya, lantas dikatakan padaku:
“Ia sedang tidur.”
Maka aku jadikan kain rida’ku sebagai bantal, dan
berbaring sampai ia keluar menemuiku di waktu Dzuhur.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 207
Ia bertanya: “Sejak kapan engkau berada di sini, Wahai
Sepupu Rasulullah ‫”?ﷺ‬
“Sejak lama sekali.” Kataku.
Ia berkata, “Betapa keliru perbuatanmu.
Mengapakah engkau tidak membangunkanku?”
Aku berkata, “Aku ingin engkau menemuiku
setelah engkau menyelesaikan semua keperluanmu.”
Dalam riwayat lain, Sahabat Abdullah bin Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Aku dapati kebanyakan hadits Rasulullah ‫ﷺ‬
terdapat pada satu keluarga dari kaum Anshar ini. Demi
Allah, sungguh aku pernah mendatangi seorang dari
mereka, lantas dikatakan padaku: “Ia sedang tidur.”
Jika aku mau, aku bisa meminta agar ia dibangunkan
untukku. Akan tetapi aku memilih untuk menunggu
sampai ia keluar, agar aku mendapatkan perkataan yang
baik darinya.
Perhatikan bagaimana sikap beliau sebagai habril
ummah (cendekiawan umat ini) serta kecintaannya yang
sangat kepada ilmu, penghormatannya kepada ulama,
serta semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau
radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata:
ً ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ ً َ ُ ََْ
‫ذﻟﻠﺖ ﻃ ِﺎﻛﺎ ﻓﻌﺰزت ﻣﻄﻠﻮﺑﺎ‬
Aku hina ketika mencari (ilmu), kemudian menjadi
mulia ketika menjadi rujukan (ilmu).

208 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Pernah ditanyakan kepada beliau radhiyallahu
‘anhuma: ْ ْ ْ َ َ ‫ﺑ َﻢ أ ْد َرﻛ‬
‫ﺖ اﻟ ِﻌﻠ َﻢ؟‬ ِ
“Dengan apa engkau memperoleh ilmu?”
Beliau menjawab:
ُ ٍّ َ َُ ََْ ُ َ ‫ﺑﻠ َﺴ‬
‫ َوﻛﻒ ﺑَﺬول‬،‫ﺐ ﻗﻘﻮل‬
ٍ ‫ وﻗﻠ‬،‫ﺎن ﺳﺆول‬
ٍ ِِ
Dengan lisan yang banyak bertanya, hati yang banyak
memahami, serta tangan yang banyak memberi
Salah seorang ulama berkata dalam syairnya:
َ ْ ٍّ ُ ٍ ُ ْ َْ َ
‫ـﻮع َوذل َو ِﺤﻣﻨ ٍﺔ‬‫أ َرى اﻟ ِﻌﻠ َﻢ ِﻲﻓ ﺟ‬
ْ َْْ ْ ْ
‫َو ُﺑــﻌ ٍﺪ َﻋ ِﻦ اﻵﺑَﺎ ِء َواﻷﻫ ِﻞ َواﻟ َﻮ َﻃ ْﻦ‬
Aku dapati ilmu digapai dengan kelaparan, kehinaan,
dan berbagai ujian. Jauh dari orang tua, keluarga, dan
tanah kelahiran.
َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ََْ
‫وﻟﻮ ﺎﻛن ﻛﺴﺐ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ أﺳﻬﻞ ِﺣﺮﻓ ٍﺔ‬
َ ْ َ ْ ُ َ َ َ
‫ﻟ َﻤﺎ ﺎﻛن ذو َﺟﻬ ٍﻞ َﺒﻟ اﻷ ْر ِض ِﻲﻓ َز َﻣ ْﻦ‬
Andai menuntut ilmu adalah pekerjaan termudah,
pastinya tidak akan ada satu pun orang bodoh di bumi,
di setiap zaman
Imam Syafii rahimahullah berkata dalam syairnya:
َّ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ
ِ ِ ‫أ ِ ﻟﻦ ﻳﻨﺎل اﻟ ِﻌﻠﻢ ِإ‬
‫ــﺴﺘ ٍﺔ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻻ‬
َ ُْ َ
َ‫ﻴﻚ َﻗ ْﻦ َﻳ ْﻔﺼــﻴﻠ َﻬﺎ ﺑﺒَﻴ‬
‫ﺎن‬
ِ ِ ِ ِ ‫ﺳـﺄﻧ ِﺒ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 209
Saudaraku, ilmu tak dapat kau raih kecuali dengan
enam hal. Akan kukabarkan padamu perinciannya
dengan jelas
َْ ْ َ َ
‫ذﺎﻛ ٍء َو ِﺣ ْﺮ ٍص َواﺟ ِﺘ َﻬﺎ ٍد َو ُﺑــﻠﻐ ٍﺔ‬
‫ﺎن‬‫ﻣ‬َ ‫ــﺤﺒَﺔ أُ ْﺳﺘَـﺎذ َو ُﻃﻮل َز‬
ْ ُ َ
‫وﺻ‬
ِ ِ ٍ ِ
Kecerdasan, semangat, ketekunan, biaya, kedekatan
dengan guru, dan waktu yang lama.
***
Imam Nawawi rahimahullah mengisahkan:
“Imam Syafii radhiyallahu ‘anhu tumbuh sebagai
anak yatim dalam asuhan ibundanya. Kondisi kehidupan
mereka serba sedikit dan sempit. Di masa kecilnya, beliau
mengikuti majelis-majelis para ulama, dan menulis
faedah yang beliau dapatkan di atas tulang-belulang dan
semisalnya karena beliau tidak mampu membeli kertas.
Hingga tulang-belulang itu memenuhi sudut-sudut
kediamannya.”
Diriwayatkan bahwa Imam Syafii radhiyallahu
‘anhu telah menghafal Al-Qur’an pada usia tujuh tahun,
menghafal kitab ‘Muwatha’ karya Imam Malik di usia
sepuluh tahun. Muslim bin Khalid Al-Zanji, guru dari
Imam Syafii mengizinkannya berfatwa ketika Imam
Syafii baru berusia lima belas tahun. Beliau berkata
kepada Imam Syafii: “Berfatwalah, wahai Abu Abdillah!
Demi Allah, telah tiba waktu berfatwa untukmu.”
210 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Ar-Rabi’, salah seorang murid Imam Syafii,
berkata:
“Aku tidak pernah melihat Imam Syafii
radhiyallahu anhu makan di siang hari, tidak pula aku
lihat beliau tidur di malam hari karena kesibukan beliau
menulis.”
Diceritakan bahwa ketika Imam Syafii
radhiyallahu anhu datang ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik radhiyallahu anhu, beliau duduk di
halakah (lingkaran belajar) Imam Malik. Imam Malik
mendiktekan kitab ‘Al-Muwatha’ di halakah itu. Beliau
mendiktekan delapan belas hadits kepada mereka, saat
itu Imam Syafii duduk di barisan belakang. Imam Malik
memperhatikan dengan lirikan matanya saat Imam Syafii
menulis dengan jari di atas punggung telapak tangannya.
Setelah para pelajar pulang, Imam Malik memanggil
beliau dan menanyakan asal serta nasab beliau, Imam
Syafii pun menjawabnya. Lalu, Imam Malik berkata:
“Aku memperhatikan engkau bermain-main
dengan jarimu di atas punggung telapak tanganmu.”
Imam Syafii berkata:
“Aku bukan sedang bermain-main, akan tetapi
ketika Anda mendiktekan satu hadits, aku mencatatnya
di atas punggung tanganku. Jika Anda mau, aku bisa
mengulangi semua yang Anda diktekan kepada kami.”
“Silahkan!”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 211
Lantas Imam Syafii membacakan dari hafalannya,
delapan belas hadits yang didiktekan oleh Imam
Malik tersebut. Maka Imam Malik menghadapkan dan
mendekatkan beliau, dan berkata:
“Wahai Muhammad, bertakwalah kepada Allah
‫ﷻ‬. Engkau akan memiliki masa depan yang istimewa.”
(Dikutip oleh Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu dalam ‘Majmu Kalam’ beliau).
***
Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam
mukadimah Kitab ‘Majmu’ mengenai Syaikh Abu Ishaq
As-Syirazi radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:
“Dahulu, Aku mengulangi setiap pelajaran
sebanyak seratus kali. Jika di dalamnya terdapat satu
bait syair yang dijadikan dalil, maka aku akan hafalkan
keseluruhan kasidah syairnya karena adanya bait
tersebut di dalamnya. ”
Pernah Imam Abu Ishaq As-Syirazi dilihat dalam
mimpi setelah wafatnya. Beliau mengenakan pakaian
putih. Lantas beliau ditanya: “Apakah ini?” Beliau
menjawab: “Ini adalah kemuliaan ilmu.”
Dikisahkan bahwa Syaikh Abu Ishaq meringkas
kitab ‘At-Tanbih’ dari ‘Ta’liqah’ tulisan guru beliau
yaitu Abu Hamid yang tebalnya delapan belas jilid.
Beliau melakukan shalat dua rakaat ketika menulis
212 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
setiap pasalnya dan berdoa kepada Allah agar tulisannya
memberikan manfaat kepada pembacanya. Beliau
terkenal sebagai sosok mujabud da’wah(Doanya selalu
dikabulkan).
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Dahulu, Syaikh Abu Ishaq As-Syirazi mengulang-ulang
pelajarannya sebanyak seribu kali. Sedangkan Sayidi
Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengulang-ulang sebanyak
dua puluh lima kali.”
***
Imam Al-Firabri menukilkan bahwa Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
“Aku tidak menuliskan dalam kitabku ‘As-Shahih’
satu hadits pun, kecuali setelah aku mandi dan shalat
dua rakaat sebelumnya.”
Beliau juga berkata:
“Aku menyusun kitabku ‘As-Shahih’ selama enam
belas tahun. Aku memilihnya dari enam ratus ribu hadits.
Aku akan jadikan kitabku ini sebagai hujjah antara aku
dan antara Allah ‫ﷻ‬.”
Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah
berkata:
“Ketika belajar di Al-Jami Al-Azhar, aku menahan
rasa lapar yang tidak bisa ditahan oleh daya tahan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 213
manusia biasa jika bukan karena pertolongan dan taufiq
dari Allah ‫ﷻ‬. Saat itu, selama empat tahun belajar, aku
tidak pernah makan daging. Suatu malam kami diundang
makan, ternyata yang akan disajikan daging yang
belum dimasak. Maka kami menunggu sampai tengah
malam, kemudian daging itu disajikan.
Ternyata daging itu kering sebagaimana sebelumnya,
sehingga aku tidak mampu memakannya walau hanya
sesuap saja.”
Diceritakan bahwa Syaikh Mahali mensyarahi
kitab Minhaj dalam masa sepuluh tahun. Sedangkan
Syaikh Ibnu Hajar mensyarahinya hanya dalam masa
sembilan bulan. Ketika beliau ditanya mengenai hal ini,
beliau menjawab:
“Syaikh Mahali mewajibkan dirinya untuk
menyebutkan semua dalil dan illat, sedangkan kami tidak
seperti itu.”
***
Habib Ahmad bin Hasan Alathas radhiyallahu
anhu berkisah:
“Dahulu, Guru kita Sayyid Ahmad Dahlan
mengulangi setiap pelajaran enam belas kali, dan
membaca perlahan untuk melekatkan pelajaran itu dalam
pikirannya sebanyak empat kali.
Sedangkan, Syaikh Abdullah bin Abdurahman
Balhaj Bafadhal, penyusun kitab ‘Al-Mukhtashar’
214 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
mengulangi setiap pelajaran dua puluh kali, dan
membaca perlahan untuk melekatkan pelajaran itu dalam
pikirannya sebanyak lima kali.
Telah sampai kabar kepada kami, bahwa Syaikh
Ahmad bin Musa bin ‘Ujail Al-Yamani telah membaca
kitab ‘Risalah’ karya Imam Syafii sebanyak lima ratus
kali. Telah sampai pula kabar kepada kami, bahwa Syaikh
Fadhl bin Abdullah Bafadhal pemuka Kota ‘Syihr’ telah
membaca Shahih Bukhari seribu kali. Demikian pula,
salah satu ulama India ketika ia menghafalkan Al-Qur'an,
ia mengulangi setiap Maqra’ sebanyak seribu kali.”
Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi nafa’anallahu
bih menceritakan bahwa Syaikh Zakariya Al-Anshari
berumur sekitar seratus tahun. Di masa tuanya, beliau
mengajarkan semua hafalan yang beliau miliki dari
berbagai disiplin ilmu, bahkan beliau mengajarkan
‘Matan Jurumiyah’ (kitab dasar Ilmu Nahwu) karena
besarnya kecintaan dan perhatian beliau terhadap ilmu.
Diceritakan bahwa kitab beliau ‘Syarah at Tahrir’
dibacakan kepada beliau sebanyak tujuh puluh kali.
Beliau mengistimewakan kitab ini di antara karya-karya
tulis beliau yang banyak. Bahkan, ketika beliau wafat,
kitab tersebut didapati berada di atas dadanya.” (Dikutip
dari kitab An-Nahr Al-Maurud).
Sayidina Al-Habib Muhammad bin Alwi bin

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 215


Ahmad bin Al-Ustadz Al-A’dzam nafa’anllahu bihim
yang dijuluki dengan Syaikhul A’immatil Mujtahid
(teladan dari setiap imam yang mujtahid), di hari-hari
belajarnya selalu mengulangi membaca pelajaran di
malam hari sampai tengah malam, terkadang sampai
menjelang pagi, bahkan terkadang beliau belajar semalam
suntuk tanpa berhenti.
Diceritakan bahwa beliau menggunakan lampu
yang dinyalakan dengan api untuk belajar. Karena saking
tenggelamnya beliau dalam mengulangi pelajaran, pernah
pada satu malam imamahnya (ikat kepala) terbakar
sebanyak tiga belas kali. Jika beliau merasa kantuk, beliau
akan keluar ke pantai untuk mengulang-ulang hafalannya
di sana. Beliau radhiyallahu ‘anhu telah menghafal Al-
Qur'an, kitab ‘At-Tanbih,’ dan sebagian besar kitab ‘Al-
Muhadzab.’ (Keterangan ini diceritakan oleh Habib Idrus
bin Umar Al-Habsyi dalam kitab Al-Iqdu Al-Yawaqit).
Dikisahkan bahwa Syaikh Al-Quthb Abdullah
bin Abubakar Alaydrus radhiyallahu ‘anhu mengambil
sebuah kitab yang tebalnya hampir sama dengan kitab
‘Al-Minhaj,’ lalu beliau mengkaji kitab tersebut sejak
permulaan malam, hingga beliau menyelesaikan akhir
kitab itu di malam itu juga.
Beliau radhiyallahu anhu pernah berkata:
“Terkadang aku mengambil beberapa kitab, seperti
kitab ‘Nasyrul Mahasin’ dan kitab ‘Athraful ‘Ajaib’ di
216 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
waktu Dhuhur. Lantas aku membaca dan menelaahnya
dengan seksama. Tidaklah datang waktu Ashar kecuali
aku telah menyelesaikannya sampai akhir. Aku senang
menghabiskan umurku dalam ketekunan, aku sangat
menyukainya, serta mencintainya dengan rasa cinta yang
alami”
Syaikh Kabir Sayidina Abdurahman bin Ali bin
Abubakar radhiyallahu anhum berkata:
“Aku tidak senang hidup di dunia ini kecuali
untuk menelaah kitab-kitab, menambah kebaikan, dan
mendalami ilmu-ilmu yang bermanfaat.”
Di antara kitab-kitab yang beliau baca di hadapan
ayahanda beliau yaitu Syaikh Ali, adalah kitab ‘Ihya
Ulumiddin.’ Beliau membaca kitab ‘Ihya’ kepada ayahnya
sebanyak empat puluh kali, dan kitab itu dibacakan pula
kepada beliau sebanyak empat puluh kali.
Imam yang agung Al-Habib Ahmad bin Zain Al-
Habsyi radhiyallahu ‘anhu berkata:
Semenjak kanak-kanak, di masa kecilku, aku
merasa sangat haus untuk mencari ilmu dan kebaikan.
Akan tetapi, di daerah kami tidak ada orang yang dapat
membantu kami, tidak pula ada yang dapat memuaskan
dahaga yang kami rasakan. Kami memiliki harapan
yang sangat besar, kegemaran, serta kerinduan yang
sangat berat untuk memperoleh tambahan kebaikan dan
perbuatan-perbuatan baik, terutama menuntut ilmu.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 217
Beliau melakukan perjalanan untuk menuntut
ilmu ke daerah-daerah yang dekat dari tempat tinggalnya.
Seperti daerah Syibam, Taris, dan Seiwun dengan berjalan
kaki menuju daerah-daerah tersebut, tidak menggunakan
kendaraan. Demikian yang disebutkan oleh Sayidina
Idrus bin Umar Al-Habsyi dalam kitab ‘Iqdul Yawaqit.’
Dalam kitab yang sama, disebutkan pula bahwa Al-
Arif Billah Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr melakukan
perjalanan ke Tarim untuk menuntut ilmu bersama Al-
Mu’allim Abdullah bin Sumair. Keduanya bermukim di
Tarim dalam tempo yang lama, padahal keduanya tidak
memiliki bekal makanan kecuali sedikit kurma untuk
makan pagi dan makan malam. Mereka melakukan ini
sebagai bentuk mujahadah (melawan nafsu) serta untuk
meneladani Nabi ‫ﷺ‬. Dahulu Beliau ‫ ﷺ‬melalui satu bulan
sampai dua bulan, sedangkan Beliau ‫ ﷺ‬tidak memiliki
makanan kecuali hanya kurma dan air saja.
Habib Hasan Al-Bahr juga terbiasa membaca Surat
Yasin sebanyak empat puluh kali di Makam Al-Faqih al
Muqoddam dengan niat agar Allah ‫ ﷻ‬memudahkannya
memahami makna kata-kata dalam kitab.
Dalam kitab ‘An-Nahr Al-Maurud,’ Habib Idrus
bin Umar Al-Habsyi menceritakan kisah Imam Al-Habib
Abdullah bin Umar Bin Yahya radhiyallahu ‘anhu ketika
hendak bermalam pengantin bersama istrinya.Paman
beliau Al-Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir berkata:

218 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


“Akan kubuat Abdullah lupa kepada istrinya
sampai pagi!”
Beliau mengetahui bahwa Habib Abdullah bin
Yahya sangat mencintai ilmu. Jika melihat kitab baru
yang unik, beliau tidak sabar untuk segera membacanya
sampai habis. Maka, beliau meletakan sebuah kitab unik
di tempat yang akan dilaluinya. Saat Habib Abdullah
melihatnya, beliau membawanya, lantas membacanya.
Beliau tidak henti-henti menelaahnya sampai pagi hari,
dan melupakan pengantin barunya.
Diceritakan pula bahwa Sayid Ahmad bin
Husain Alaydrus melamar sepupu wanitanya. Akan
tetapi ayah si gadis enggan menikahkan putrinya. Maka
beliau bernadzar, apabila Allah memudahkan untuk
mendapatkan sepupunya itu, ia berjanji akan menelaah
kitab ‘As-Syifa’ sampai akhir dalam satu malam yaitu di
malam pengantinnya, dan istrinya yang akan memegang
lampu penerang untuk membaca. Seiring berlalunya
waktu, beliau akhirnya diberi kemudahan sehingga dapat
menikahi gadis sepupunya itu. Maka, ketika malam
pengantin, beliau menyerahkan lampu pelita ke tangan
istrinya, dan mulai menelaah kitab As-Syifa dari awal
sampai akhir dengan pelita yang terus dipegang oleh
istrinya.
Dikisahkan bahwa seorang imam yang pemberani,

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 219


yaitu Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan radhiyallahu
‘anhu berkata:
“Di masa kecil, jika aku menemukan masalah
pelik, aku tidak dapat tidur sampai berhasil memecahkan
masalah itu. Jika telah terpecahkan, rasanya itu lebih baik
daripada mendapatkan seluruh dunia. Sering kali lilin
membakar kepalaku ketika aku menelaah kitab di malam
hari. Ketika menelaah kitab, aku lupa waktu sehingga lupa
untuk makan malam atau sarapan. Terkadang aku ingat,
dan berkata kepada keluargaku: “Tolong bawakan makan
malamku.” Tapi terkadang aku lupa, dan mengira aku
telah memakannya karena sangat larutnya diriku dalam
menelaah kitab. Dahulu aku menelaah kitab ‘Tuhfah’
karya Syaikh Ibnu Hajar saat umurku masih sepuluh
tahun atau kurang. Di umur itu pula, aku menelaah kitab-
kitab tebal lainnya. Aku telah menghafal kitab ‘Tuhfah’
sampai Bab Shalat.”
Sayidina Al-Habib Ahmad bin Umar Bin Smith
nafa’allah bih berkisah:
“Dahulu, Habib Muhammad bin Zain Bin Smith
radhiyallah anhu pada permulaan menuntut ilmu, beliau
membaca satu juz dari kitab ‘Al-Ihya’ setiap harinya.”
Sayidina Hasan bin Abdullah Al-Haddad telah
membaca kitab ‘Al-Ihya’ sekitar tujuh puluh dua kali.
Sedangkan Sayidina Umar bin Hamid Alawi menelaah
220 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
pembacaan Ihya-nya kepada Habib Abdullah bin Alwi
Al-Haddad radhiyallahu anhu sebanyak sepuluh kali.
Adapun Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi, beliau
menelaahnya sebanyak dua puluh tiga kali.
Dalam kitab ‘As-Syajarah Al-Alawiyah’
diceritakan bahwa termasuk kitab-kitab yang dibaca oleh
Sayid Alawi bin Ahmad Al-Haddad radhiyallahu anhu
kepada ayahnya adalah kitab Tuhfatul Muhtaj sebanyak
tiga kali. Jika kitab Tuhfatul Muhtaj yang tebal saja dibaca
sebanyak tiga kali, maka bagaimana dengan kitab-kitab
lainnya?
Syaikh Al-Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkisah tentang Habib Umar bin
Zain bin Smith radhiyallahu‘anhu bahwa selama tujuh
belas tahun, beliau tidak pernah meletakkan punggung
di atas pembaringan. Beliau senantiasa menekuni ilmu
dan menelaah kitab-kitab. Yang paling banyak membaca
kitab kepada beliau adalah putranya, Sayidina Ahmad
bin Umar. Apabila beliau melihat pada wajah putranya
tanda-tanda bekas tidur di malam hari, maka beliau
memberikan kepadanya buah badam dan kismis untuk
menghilangkan kantuk. (Dikutip dari kitab An-Nahr Al-
Maurud).
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu ‘anhu berkata:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 221


“Disampaikan kepada kami bahwa Habib Ahmad
bin Zain Al-Habsyi tidak pernah tidur setiap malam
kecuali setelah membaca tujuh puluh lembar kitab ‘Syarah
Al-Muhadzab’ dengan kitab berukuran besar. Adapun
Habib Segaf bin Muhammad, Qadhi Kota Seiwun, beliau
mengambil kitab Al-Ubab yang terdiri dari satu jilid
tebal, kemudian duduk di bawah teduh bayangan dinding
rumahnya, dan menyelesaikan membacanya sebelum
bayangan itu hilang dari dinding. Sedangkan Syaikh
Umar Al-Muhdhor, beliau menghafal kitab ‘Al-Minhaj.’
Dahulu, para salaf membaca kitab ‘Al-Muhadzab’
dengan cara membaca bergantian. Mereka membaginya
menjadi empat puluh bagian, dan membaca satu bagian
setiap hari.
Sayidina Imam Ahmad bin Umar Bin Smith
radhiyallahu anhu berkata:
“Sesungguhnya Sayidina Ahmad bin Zain Al-
Habsyi termasuk seorang yang sangat larut dalam
berdzikir kepada Allah. Tapi terkadang, dalam satu
kali duduk beliau menelaah kitab-kitab dari semenjak
terbitnya matahari sampai matahari senja menguning
tanpa henti.”
***

222 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


BAB KEEMPAT

ANJURAN MENGHADIRI
MAJELIS PARA ULAMA DAN
ORANG SALEH
SERTA MEMULIAKAN MEREKA

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 223


Di dalam bab ini terdapat empat pasal:
Pasal Pertama : Anjuran menghadiri majelis para
ulama.
Pasal Kedua : Anjuran berkumpul dengan para wali
dan bergaul dengan orang-orang saleh.
Pasal Ketiga : Anjuran menjaga adab terhadap para
ulama dan para wali serta menghormati
mereka.
Pasal Keempat : Peringatan untuk menjauhi sikap ingkar
terhadap para wali dan orang saleh.

224 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL PERTAMA

Anjuran Menghadiri Majelis


Para Ulama

Diriwayatkan dari Imam Yahya bin Abu Katsir


rahimahullah mengenai firman Allah ‫ﷻ‬:
َ ُ ُ ِّ َ ْ َ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ
‫ﻳﺪون‬‫واﺻ ِﺮﺒ ﻏﻔﺴﻚ ﻣﻊ ا ِ ﻳﻦ ﻳﺪﻋﻮن رﺑﻬﻢ ﺑِﺎﻟﻐﺪا ِة واﻟﻌ ِ ﻳ ِﺮ‬
ُ ْ
‫َوﺟ َﻬﻪ‬
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-
orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya. (QS Al-Kahfi: 28)
Beliau berkata: “Yang dimaksud adalah majelis-
majelis ilmu agama.”
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amr
radhiyallahu anhuma: Suatu saat Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke
dalam masjid, lalu Beliau ‫ ﷺ‬melihat terdapat dua majelis
di sana. Di majelis pertama, mereka berdoa dan memohon
dengan sungguh-sungguh kepada Allah ‫ﷻ‬. Sedangkan
di majelis kedua, mereka mempelajari ilmu agama dan
mengajarkannya. Melihat ini, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 225


“Kedua majelis ini berada dalam kebaikan,
akan tetapi salah satunya lebih utama dari yang lain.
Di majelis pertama, mereka berdoa dan memohon
dengan sungguh-sungguh kepada Allah, maka terserah
pada kehendak Allah untuk mengabulkan permohonan
mereka atau tidak. Sedangkan di majelis kedua, mereka
mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada yang
tidak tahu. Tidaklah aku diutus melainkan sebagai guru,
maka mereka itu yang lebih utama.”
Lantas Nabi ‫ ﷺ‬mendatangi majelis ilmu dan
berkumpul bersama mereka. (HR Ibnu Majah dan Darimi)
Diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik
radhiyallahu anhu : Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ْ َ َّ َ
‫ﺎرﻳ ُﻌﻮا‬ َ ُْْ َ َ
ِ ‫إِذا ﻣ َﺮرﻳﻢ ﺑِ ِﺮﻳ‬
‫ﺎض اﺠﻟﻨ ِﺔ ﻓ‬
“Jika kalian melewati taman-taman surga maka
datangilah untuk menikmatinya.”
Para sahabat bertanya:
َّ ُ َ َُ َ
‫ﷲ َو َﻣﺎ ِر َﻳﺎض اﺠﻟَﻨ ِﺔ؟‬
ِ ‫ﻳﺎ رﺳﻮل ا‬
“Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan
taman-taman surga?”
Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab:
ْ ِّ َ
‫ِﺣﻠ ُﻖ ا ﻛ ِﺮ‬
“Halakah-halakah dzikir.” (HR Turmudzi)

226 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Sahabat Anas radhiyallahu anhu juga
meriwayatkan sabda Nabi ‫ﷺ‬:
ْ‫ﻮن ﺣﻠَ َﻖ ا ِّ ْﻛﺮ ﻓَﺈ َذا أَﺗَﻮا‬ َ ُُ ْ َ َ
‫ﺒ‬ ‫ﻠ‬‫ﻄ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﺋ‬ ‫ﻼ‬ َ ْ ‫ﺎر ًة ﻣ َﻦ اﻟ‬
‫ﻤ‬ َ َّ َ َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﷲ ﺳﻴ‬ ِ ِ ‫ِإن‬
ُّ َْ
‫َﻋﻠﻴ ِﻬ ْﻢ َﺣﻔﻮا ﺑِ ِﻬ ْﻢ‬
“Allah memiliki sekelompok malaikat yang senantiasa
mencari-cari halakah-halakah dzikir. Apabila mereka
menemukannya, maka para malaikat itu akan meliputi
mereka.” (HR Bazzar)
Imam Atha radhiyallahu anhu berkata: “ Yang
dimaksud dengan halakah-halakah dzikir adalah majelis-
majelis yang membahas tentang yang halal dan yang
haram, mengajarkan tata-cara jual-beli, bagaimana
engkau menunaikan shalat, puasa, haji, menikah,
bercerai, dan hal-hal semisal itu.”
Diriwayatkan dari Imam Abi Waqid Al-Laitsi:
Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk bersama para sahabat di
masjid, datang tiga orang lelaki menuju majelis Rasulullah
‫ﷺ‬. Dua di antara mereka turut bergabung dalam majelis
itu, sedangkan yang satu berpaling pergi. Dua orang itu
mulanya menghadap Rasulullah ‫ﷺ‬, lantas salah satunya
melihat ada celah di tengah halakah, maka ia pun duduk
di situ. Sedangkan yang lain duduk di barisan paling
belakang. Adapun orang ketiga, ia berpaling pergi.
Setelah majelis usai, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 227


َ َ‫ﷲ ﻓ‬
ُ‫ﺂواه‬ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َّ َ ْ ُ ُ ْ ُ ََ
ِ ‫أﻻ أﺧ ِﺮﺒﻛﻢ ﻋ ِﻦ اﺠﻔ ِﺮ اﺨﻛﻼﺛ ِﺔ؟ أﻣﺎ أﺣﺪﻫﻢ ﻓﺄوى ِإﻰﻟ ا‬
ْ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َّ َ َ ُ
ُ‫ َوأ َّﻣﺎ اﻵ َﺧﺮ‬،‫اﷲ ِﻣﻨْ ُﻪ‬
ُ ‫ﺤﻴَﺎ‬ ‫ﷲ ﻓﺎﺳﺘ‬ ْ َ
ِ ‫ وأﻣﺎ اﻵﺧﺮ ﻓﺎﺳ َﺘﺤﻴﺎ ِﻣﻦ َ ا‬،‫اﷲ‬
َُْ ُ َ ْ َ َ ْ َ
‫اﷲ ﻗﻨﻪ‬ ‫ﻓﺄﻋ َﺮض ﻓﺄﻋ َﺮض‬
“Tidakkah kalian ingin aku kabarkan mengenai
kisah tiga orang lelaki? Yang satu bernaung dalam
naungan Allah ‫ﷻ‬, maka Allah pun menaunginya. Yang
kedua merasa malu kepada Allah ‫ﷻ‬, maka Allah pun
menghargainya. Sedangkan yang satu berpaling dari
Allah ‫ﷻ‬, maka Allah pun berpaling darinya.” (HR
Bukhari)
Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu
anhu, beliau berkata bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
ْ ْ َ ْ َ ‫ﻚ ﺑ َﻤ‬ َ ْ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ َّ
‫ َواﺳ َﻤﻊ‬،ِ‫ﺠﺎﻟ ِ ِﺲ اﻟ ُﻌﻠ َﻤﺎء‬ ِ ‫ ﻳﺎ ﻧﻲﻨ ﻋﻠﻴ‬:‫ﺎن ﻗﺎل ِﻻﺑ ِﻨ ِﻪ‬ ‫ِإن ﻟﻘﻤ‬
ََ َ ْ ْ ُ‫ﺖ ﺑﻨ‬ ْ
َ ِّ‫ﺐ اﻟ َﻤﻴ‬ ْ ْ ْ
َ ‫ ﻓﺈ َّن‬،ِ‫َﻛ َﻼ َم اﺤﻟُﻜ َﻤﺎء‬
َ ‫اﷲ ُﺤﻳْﻲﻴ اﻟ َﻘﻠ‬ َ َ
‫اﺤﻟﻜﻤ ِﺔ ﻛﻤﺎ‬
ِ ‫ﻮر‬ ِ ِ ْ ِ
ْ َ َ ََْ َْ ِ َ َْْ ُْ
‫ﺤﻳ ِﻲﻴ اﻷرض اﻟﻤﻴﺘﺔ ﺑِﻮاﺑِ ِﻞ اﻟﻘﻄ ِﺮ‬
“Luqman Al-Hakim alaihis salam pernah berkata
kepada putranya: Wahai putraku tersayang, hadirilah
majelis para ulama dan dengarkanlah untaian hikmah
orang-orang bijak. Sungguh Allah akan menghidupkan
hati yang telah mati dengan cahaya hikmah
sebagaimana Allah menghidupkan tanah tandus dengan
derasnya air hujan.” (HR Thabrani)

228 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Imam Sahal At-Tusturi rahimahullah berkata:
“Siapa yang ingin melihat bagaimana suasana
majelis para nabi, maka lihatlah majelis para ulama.
Mereka adalah penerus para rasul di antara umatnya.
Merekalah pewaris ilmu para rasul, maka majelis-
majelis mereka adalah majelis-majelis yang meneruskan
risalah kenabian.”
Sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata:
“Orang-orang yang bertakwa adalah para
pemimpin, sedangkan para ulama adalah panutan.
Menghadiri majelis mereka adalah suatu kelebihan.”
Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma
berkata:
“Menghadiri majelis ilmu agama lebih baik
daripada beribadah selama enam puluh tahun.”
Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu
berkata:
“Ada seorang yang keluar dari rumahnya
dengan membawa dosa sebesar Gunung Tihamah. Saat
mendengarkan ilmu dari seorang ulama, ia merasakan
takut, kemudian bertaubat dari dosa-dosanya. Lantas
dia pulang ke rumahnya tanpa memiliki dosa sedikit pun.
Maka, janganlah kalian jauh dari majelis para ulama,
karena Allah ‫ ﷻ‬tidak menciptakan tanah yang lebih
mulia dari majelis-majelis dzikir di atas muka bumi ini.”
(Demikian disebutkan dalam kitab ‘Ihya Ulumiddin’).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 229
Ka’ab Al-Ahbar rahimahullah ta’ala berkata:
“Andai saja pahala menghadiri majelis-majelis
ilmu ditampakkan kepada manusia, niscaya mereka
akan saling berebut untuk mendapatkannya sehingga
para pejabat rela meninggalkan jabatannya dan para
pedagang di pasar rela meninggalkan dagangannya(untuk
menghadiri majelis ilmu).”
Imam Atha rahimahullah pernah berkata:
“Satu kali menghadiri majelis ilmu dapat menjadi
penebus dari tujuh puluh kali menghadiri majelis-majelis
yang melalaikan.”
Habib Ahmad bin Hasan Alathas radhiyallahu
anhu berkata:
“Majelis yang mengajak orang menuju jalan Allah
dan mengingatkan sejarah orang-orang saleh bagaikan
sabun atau air bagi hati. Bagi hati yang keras yang di
dalamnya terdapat kotoran, maka majelis itu bagaikan
sabun yang dapat membersihkannya. Sedangkan bagi
hati yang hidup subur, majelis itu bagaikan air yang
menyiraminya sehingga bertambah subur.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Tidaklah diadakan suatu majelis ilmu atau
majelis dzikir, melainkan Allah ‫ ﷻ‬akan menciptakan
awan putih dari majelis tersebut. Lantas Allah ‫ ﷻ‬akan
menuntun awan itu menuju kaum yang tidak pernah
berbuat kebaikan sama sekali. Awan itu akan menghujani
230 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
mereka sehingga mereka semua menjadi orang-orang
yang berbahagia (di akhirat).”
Beliau radhiyallahu anhu berkata:
“Jika Tuhanmu mengadakan suatu ‘pawai
ketuhanan’ (majelis-majelis kebaikan), janganlah engkau
berkata: “Aku tidak akan hadir.” Allah tidak mengadakan
‘pawai’ itu khusus untukmu. Akan tetapi, bergabunglah
bersama mereka dalam naungan keberkahan orang-
orang saleh. Walaupun engkau duduk bersama mereka
dalam keadaan lalai, mereka akan membagikan anugerah
yang ada bersama mereka kepadamu, asalkan engkau
memiliki niat yang baik dalam menghadirinya. Mereka
adalah kaum yang tidak akan pernah celaka orang yang
duduk bersamanya.”

PERINGATAN
Sayidina Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad radhiyallahu anhu wanafa’ana bih berkata:
“Terkadang, orang-orang bodoh menjauhi ulama
dan majelis-majelis ilmu karena takut mengetahui
perbuatan yang wajib mereka lakukan. Mereka mengira
ketidak-tahuan dapat menjadi alasan untuk meninggalkan
kewajiban. Betapa kelirunya pemikiran ini! Ketidak-
tahuan mereka justru akan menambah siksa dan tanggung-
jawab mereka kelak di akhirat.
Dengan meninggalkan majelis ilmu, mereka telah
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 231
berpaling dari hukum-hukum Allah dari dua arah: Tidak
mengetahui dan tidak mengamalkan. Tentunya ini lebih
berat dosanya (daripada mereka yang berpaling karena
tidak mengamalkan saja). Ketidak-tahuan hanya dapat
menjadi uzur bagi orang yang hidup di pedusunan yang
jauh dari umat Islam. Adapun seorang muslim yang
leluhurnya juga muslim, darimana ia bisa mendapatkan
uzur ini?” (Dikutip dari kitab ‘Tatsbitul Fuad’).
Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir
nafa’anallahu bih berkata dalam syairnya:
َ َ َْ ْ َ َْ ً َ َ
‫ ﻟﻴ َﺲ ﻫﺬا َﺣ َﺴ ْﻦ‬،‫ارس‬
ِ ‫ﺎرﺎﻛ ﻟِﻠﻤﺪ‬
ِ ‫ﻳﺎ ﺗ‬
َْ ْ َ َ ْ َُْ َ ْ ْ ُ ََ
‫ﻴﻬﺎ اﻟ ِﻤﻦﻨ‬ ‫ﺠﻣﺎﻟِﺲ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻣﺎ ﻳﺮﺘك و ِﻓ‬
Wahai engkau yang meninggalkan tempat belajar,
sungguh perbuatanmu itu tidak baik. Majelis-majelis
ilmu tidak boleh ditinggalkan sebab berbagai karunia
terdapat di sana.
ْ ْ َ ُّ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ
‫ﻴﻬﺎ ﻞﻛ ﻓﻀ ٍﻞ َو َﻣ ّﻦ‬ ‫ﺮﻴ ِﻓ‬
ِ ‫ﺠﻣﺎﻟِﺲ اﺨﻟ‬
ْ َ ْ ْ َ ْ َ َْ ْ ُ ََ
َ ‫ﻦﺘ َواﻟْﻤ‬
‫ﺤ ْﻦ‬ ِ ‫ﺮﻴ ﺗﺪﻓﻊ ﻟِﻠ ِﻔ‬
ِ ‫ﺠﻣﺎِﻟﺲ اﺨﻟ‬
Majelis-majelis kebaikan mengandung segala
keutamaan dan karunia. Majelis-Majelis kebaikan
menyingkirkan berbagai fitnah dan bencana.

232 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


َ ِّ ُ َ ْ َ ْ َْ ْ ْ ََ
‫ﺮﻴ ِﻲﻓ ﻞﻛ ﻓ ْﻦ‬ ‫ﺠﻣﺎﻟ ِ ُﺲ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﺤﺗ ِﻮي اﺨﻟ‬
َ َّ َ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ُ
‫اﻟﺴﻜ ْﻦ‬ ‫ﻃﻮ ِﻟﻌﺒ ٍﺪ ﺟﻌﻠﻬﺎ ﻣﺎ و‬
Majelis-majelis ilmu mengandung kebaikan dalam
segala bidang. Betapa beruntung hamba yang
menjadikan majelis ini sebagai harta dan tempat
tinggalnya.
ْ َ َ ْ ْ َ َْ ْ ْ ََ
‫ﺠﻣﺎﻟ ِ ُﺲ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﺗﺬﻫﺐ ﺑِﺎﻟﻜﺪ ْر َوا َّ َرن‬
َْ َّ ُ ْ
‫ﺑِ َﻬﺎ ﺑِ َﻬﺎ ﻳَﺼﻠ ُﺢ اﻟﻈﺎ ِﻫ ْﺮ َو َﻣﺎ ﻗﺪ َﻧ َﻄ ْﻦ‬
Majelis-majelis ilmu dapat menyingkirkan segala
kekeruhan dan kotoran. Dengannya, lahir dan batin kita
menjadi baik.
َ ً ْ َْ ً ً ْ ْ َ
‫ذا اﺤﻟ َ ُّﻖ ِﺻﺪﻗﺎ ﻳَ ِﻘﻴﻨﺎ ﻟﻴ َﺲ َﺣﺪﺳﺎ َوﻇ ْﻦ‬
ْ َْ َْ ْ ْ َ َ ْ َ
‫ﺎءت آﻳَﺎت َﻣﻌ ُﺮوﻓﻪ ِﻷﻫ ِﻞ اﻟ ِﻔ َﻄ ْﻦ‬ ‫ﻛﻢ ﺟ‬
Inilah kebenaran pasti dan meyakinkan, bukan kira-kira
dan prasangka belaka. Betapa banyak ayat-ayat yang
sudah diketahui orang-orang cerdas.
ْ ِّ َ َ
‫َوﻛ ْﻢ أ َﺣﺎ ِدﻳﺚ َﻣ ْﺮ ِو ّﻳﻪ ِﺠﻟَﺪ اﺤﻟ َ َﺴ ْﻦ‬
ْ َ ُّ َ ُْ
‫اﻟﺴﻦﻨ‬ ‫ﺎري َو ِ ُﻣ ْﺴ ِﻠ ْﻢ َو ِ ِﻲﻓ‬
ِ ‫ِ ِﻲﻓ اﻛ‬
‫ﺨ‬ ْ

Berapa banyak hadits-hadits diriwayatkan dari Kakek

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 233


Sayidina Hasan (yakni Nabi Muhammad ‫)ﷺ‬. Sebagian
di kitab Bukhari, sebagian di Muslim, dan sebagian di
kitab-kitab Sunan.
ْ َ َْ ْ ٌْ َ ْ َْ ُ ُ ُ
‫ﻮر ﺠﻣ ِﻠ ِﺲ ِﻋﻠ ٍﻢ ﺧﺮﻴ ِﻣﻦ أﻟﻒِ أن‬‫ﺣﻀ‬
َ َ ْ َ ْ َُ َ ُ َ َ
‫ﻳ ُﻌﻮدﻫ ْﻢ أ ْو ﺗﺸﻴِّﻌ ُﻬ ْﻢ َوأن ﺗ ْﺮﻛ َﻌ ْﻦ‬
Hadirmu dalam majelis ilmu lebih baik dari seribu kali
kau jenguk orang sakit atau mengantar seribu jenazah,
dan shalat seribu rakaat.

Faedah
Imam Abu Laits berkata:
“Seorang yang duduk bersama ulama tanpa mampu
memahami sedikit pun ilmu yang disampaikannya, maka
ia tetap akan mendapatkan tujuh kemuliaan:
1. Mendapatkan keutamaan sebagai penuntut ilmu,
2. Terjaga dari berbagai dosa,
3. Rahmat Allah akan turun baginya ketika ia keluar
dari rumah,
4. Jika rahmat Allah turun kepada salah seorang yang
berada di halakah itu, maka ia akan mendapatkan
bagiannya,
5. Ia akan tercatat sebagai orang yang taat selama
menyimak pelajaran,
6. Jika hatinya terasa sempit karena tidak dapat

234 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


memahami pelajaran, maka kegundahannya itu
menjadi perantara untuk sampai ke hadirat Allah
‫ﷻ‬, karena Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam hadits qudsi:
ْ َ ْ ْ ُُ ُ ُ َ َ ْ ُْ َ ْ ََ
‫أﻧﺎ ِﻋﻨﺪ اﻟﻤﻨﻜ ِﺮﺴ ِة ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ِﻣﻦ أﺟ ِﻲﻠ‬
Aku berada di sisi orang-orang yang sedih
hatinya karena-Ku.
Yakni, Allah akan menutupi kegelisahan mereka
dan menolong mereka.
7. Di majelis itu, ia akan melihat kemuliaan seorang
ulama dan kehinaan orang fasik, sehingga hatinya
akan tertarik kepada ilmu dan menolak kefasikan.”
(Dikutip dari kitab ‘Bughyatul Mustarsyidin’)
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 235


PASAL KEDUA

Anjuran Berkumpul Dengan Para Wali


Dan Bergaul Dengan Orang-Orang Saleh

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata:


ٌ ْ ‫ أَ ُّي ُﺟﻠَ َﺴﺎﺋﻨَﺎ َﺧ‬،‫ﻮل اﷲ‬
‫ﺮﻴ؟‬
َ َُ َ ُ ُْ
‫ ﻳﺎ رﺳ‬:‫ﻗﻠﺖ‬
ِ ِ
“Aku bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah teman
duduk terbaik kami?”
Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab:
ُ َّ َ ُ ُ ْ ُ ْ َ ُ ْ ْ ُ َّ َ ْ َ
‫ َوذﻛ َﺮﻛ ْﻢ‬،‫ َو َزاد ِﻲﻓ ِﻋﻠ ِﻤﻜ ْﻢ َﻣﻨ ِﻄﻘﻪ‬،‫ﷲ ُرؤﻳﺘُﻪ‬
ِ ‫ﻣﻦ ذﻛ َﺮﻛﻢ ﺑِﺎ‬
ُُ َ ْ
‫ﺑِﺎﻵ ِﺧ َﺮ ِة ﻗ َﻤﻠﻪ‬
“Teman duduk yang paling baik adalah orang yang
memandangnya dapat membuat kalian ingat kepada
Allah, ucapannya dapat menambah keilmuan kalian,
dan amalnya dapat mengingatkan kalian kepada
akhirat.” (HR Abu Ya’la)
Habib Ahmad bin Umar Bin Smith nafa’anallahu
bih berkata:
“Kebaikan dan keburukan sama-sama tertanam
dalam diri manusia, namun pengaruhnya tidak akan
236 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
nampak kecuali ketika ia bergaul dengan orang lain.
Jika ia bergaul dengan orang-orang yang baik, maka
akan nampak pada dirinya perbuatan baik. Dan jika ia
berkumpul dengan orang-orang yang buruk perangainya,
maka akan nampak pada dirinya perbuatan buruk.”
Syaikh Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
berkata:
“Ketahuilah! Bergaul dengan orang-orang yang
baik serta duduk bersama mereka akan menanamkan
benih cinta kebaikan dalam hati dan membantunya untuk
berbuat baik. Demikian pula sebaliknya, bergaul dengan
orang-orang yang buruk perangainya serta duduk bersama
mereka akan menanamkan benih cinta keburukan di
dalam hati serta memudahkan berbuat buruk. Selain itu,
siapa yang yang berkumpul dan bergaul dengan suatu
kaum, secara otomatis ia akan mencintai mereka, baik
mereka adalah orang-orang baik maupun orang-orang
yang buruk. Seseorang akan dikumpulkan bersama yang
ia cintai di dunia dan akhirat.”
Habib Muhammad bin Zain Bin Smith
radhiyallahu anhu berkata:
“Janganlah engkau duduk kecuali bersama orang
yang memandangnya dapat membuatmu mengingat Allah
‫ﷻ‬, keadaan dan semangatnya dapat membangkitkan
semangatmu untuk mendekatkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬.
Jika engkau menemukannya, maka lazimilah ia, dan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 237
jangan pernah berpisah dengannya. Tidak ada yang lebih
baik dan bermanfaat bagi hati kecuali berkumpul dengan
orang-orang saleh dan orang-orang yang baik, dan tidak
ada yang lebih berbahaya bagi hati selain berkumpul
bersama orang yang berlainan gaya hidupnya yaitu orang-
orang lalai dan orang-orang yang buruk perangainya.
Di dalam hadits, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ََ ُ ْ ََْ
‫ﻳﻦ ﺧ ِﻠﻴ ِﻠ ِﻪ‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ﺒﻟ‬ ‫اﻟﻤﺮء‬
“Seseorang akan mengikuti cara beragama
temannya.”(HR Turmudzi, Ahmad, dan Abu Dawud)
Dikatakan oleh para ulama: “Siapa yang bergaul
dengan orang-orang yang baik, maka Allah ‫ ﷻ‬akan
menjadikannya orang baik walaupun mulanya ia termasuk
orang yang buruk. Demikian pula, siapa yang bergaul
dengan orang-orang yang buruk perangainya, maka Allah
‫ ﷻ‬akan menjadikannya orang yang buruk, walaupun
tadinya ia termasuk orang baik. Jika engkau tidak dapat
menemukan orang-orang baik—sebagaimana yang
umum terjadi di zaman ini—maka tidak ada yang lebih
baik daripada mempelajari sejarah kehidupan, kabar-
kabar, biografi-biografi, serta peninggalan-peninggalan
mereka.” (Dikutip dari Kitab ‘Majma’ Al-Bahrain’)
Sayidina Imam Arif Billah Ahmad bin Zein Al-
Habsyi nafa’anallahu bih berkata:
“Kefahaman ialah cahaya yang menerangi hati.
Ia tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang
238 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
berkumpul dengan orang-orang saleh atau mempelajari
kitab-kitab mereka.”
Beliau radhiyallahu ‘anhu juga berkata :
“Berkumpul dengan orang-orang saleh lebih bermanfaat
bagi seorang hamba dari seratus atau seribu kali uzlah
(menyendiri untuk beribadah).”
Dalam kesempatan lain, Beliau berkata :
“Terkadang duduk dengan satu orang lebih bermanfaat
daripada duduk dengan tujuh puluh ribu orang.”
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu berkata :
“Seandainya tidak ada manfaat apapun dalam
berkumpul bersama orang-orang saleh kecuali hanya
satu saja, maka itu sudah cukup. Yaitu: Kekuatan
tekad, hati serta niat-niat mereka akan menarikmu dan
mengangkatmu agar bangkit meraih derajat-derajat
mereka. Kalaupun engkau tidak mendapatkan manfaat
ini, asalkan hatimu selamat dari pikiran-pikiran buruk,
maka selamatnya dirimu dari berbagai perbuatan maksiat
selama engkau berada di sisi mereka sudah cukup
bagimu.”
Imam Syafii radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Empat hal yang dapat menambah kecerdasan
akal:
1. Meninggalkan pembicaraan yang tidak perlu,
2. Bersiwak,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 239
3. Berkumpul dengan orang-orang saleh, dan
4. Berkumpul dengan para ulama.”
Sebagian orang saleh memberikan empat buah
faedah:
 “Siapa yang shalat di belakang orang yang
mendapatkan ampunan, maka ia akan diampuni
pula.
 Siapa yang makan bersama orang yang
mendapatkan ampunan, maka ia akan diampuni
pula.
 Siapa yang berkumpul dengan orang-orang saleh,
niscaya semangat beribadahnya akan bertambah.
 Siapa yang berkumpul dengan ulama, niscaya
ilmu dan amalnya akan bertambah.”
Sayidina Ibrahim Al-Khawwas rahimahullah
berkata:
“Ada lima hal yang menjadi obat hati:
1. Membaca Al-Qur'an dengan merenungkan
maknanya (tadabbur),
2. Mengosongkan perut,
3. Shalat malam,
4. Berdoa dengan khusyu di waktu sahur (menjelang
Shubuh), dan
5. Berkumpul dengan orang-orang saleh.”
(Disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-
Adzkar).

240 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Di antara hikayat terkenal mengenai keutamaan
berkumpul dengan orang-orang saleh adalah kisah
Syaikh Kabir Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahullah,
beliau mengisahkan:
“Aku sering menghadiri majelis salah seorang
ahli bercerita. Ucapan beliau membekas di hatiku.
Tetapi, ketika aku bangkit untuk pergi, dalam hatiku
tidak tersisa pengaruhnya sama sekali. Lantas aku
kembali untuk kedua kali, aku mendengar ucapan beliau
dan pengaruhucapannya masih terasa dalam hatiku
sampai di jalan, kemudian pengaruh itu hilang dariku.
Setelah itu, aku kembali untuk ketiga kalinya, pengaruh
ucapannya membekas dalam hatiku sampai aku kembali
ke rumah. Maka aku hancurkan semua benda yang dapat
melalaikan, dan aku melazimi jalan menuju Allah.”
(Kisah ini disebutkan oleh Sayidina Imam Ali bin Hasan
Alathas nafa’anallahu bih dalam kitab ‘Al-Qirthas’)
Diriwayatkan bahwa seorang budak milik
pedagang melewati majelis Manshur bin ‘Ammar
rahimahullah. Saat itu, di dalam majelis terdapat seorang
fakir miskin. Budak itu mendengar Manshur berkata
kepada hadirin:
“Siapa yang sudi berderma empat dirham kepada
orang fakir ini, maka aku akan berdoa untuknya dengan
empat doa.”
Kebetulan, budak itu diutus tuannya untuk
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 241
membeli keperluan dengan empat dirham. Tanpa pikir
panjang, budak itu segera memberikan empat dirham
yang ada padanya kepada Si Fakir. Manshur pun berdoa
untuknya.
Lantas budak itu kembali kepada tuannya tanpa
membawa apapun. Setelah menceritakan apa yang terjadi,
tuannya bertanya mengenai doa-doa yang dipanjatkan
Manshur. Budak itu menjawab:
“Pertama ia mendoakan agar Allah
membebaskanku dari perbudakan.” Maka tuannya pun
segera membebaskannya, lalu ia bertanya: “Apa doa
yang kedua?”
Budak itu berkata: “Yang kedua, ia berdoa agar
Allah menggantikan empat dirham yang telah aku
berikan.” Maka tuannya pun berkata: “Aku berikan
untukmu empat ribu dirham sebagai gantinya. Apa doa
yang ketiga?”
Budaknya berkata: “Yang ketiga, ia berdoa agar
Allah menerima taubatku dan taubatmu.” Tuannya
berkata, “Sungguh aku telah bertaubat kepada Allah.
Apa doa yang keempat?”
Budaknya berkata: “Yang keempat, ia berdoa
agar Allah memberikan ampunan bagiku, bagimu, bagi
dia yang mengingatkan, serta bagi semua jamaah.”
Tuannya berkata: “Untuk mengabulkan ini, aku
tidak sanggup. Ini di luar kuasaku.”

242 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Malam harinya, tuan itu bermimpi bahwa Allah ‫ﷻ‬
berfirman padanya :
“Apakah engkau mengira, setelah engkau
mengabulkan bagian yang sanggup kau lakukan, Aku
tidak akan mengabulkan bagian-Ku? Sungguh Aku telah
memberikan ampunan untukmu, budakmu, dia yang
mengingatkan, serta semua jamaah itu.” (Demikian
dinukilkan dari Kitab Al-Fushul Al-Ilmiyah, karya Imam
Haddad radhiyallahu anhu).
***

Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad radhiyallahu


‘anhu berkata:
“Hendaknya engkau bergaul dengan orang-
orang yang baik, beradab sesuai dengan adab-adab
mereka, mengambil faedah dari perkataan dan perbuatan
mereka, mengunjungi yang hidup di antara mereka serta
menziarahi yang telah wafat dengan penuh penghormatan
dan prasangka baik yang sungguh-sungguh. Dengan
demikian, maka yang mengunjungi mereka akan
mendapatkan manfaat dan limpahan madad (anugerah)
dari mereka.
Sedikitnya orang yang mendapatkan manfaat
dari orang-orang saleh di masa kini, tidak lain karena
sedikitnya rasa hormat kepada mereka dan lemahnya
prasangka baik terhadap mereka. Oleh karena itu, mereka
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 243
terhalang dari keberkahan-keberkahan orang saleh dan
tidak dapat menyaksikan karomah-karomah mereka.
Mereka mengira keberadaan wali sudah tidak ada lagi
pada zaman ini, padahal alhamdulillah para wali itu tetap
banyak, ada yang nampak dan ada pula yang tersembunyi.
Tetapi, tidak ada yang mengenal mereka kecuali orang
yang hatinya telah diberikan cahaya oleh Allah dengan
cahaya-cahaya penghormatan dan prasangka baik
terhadap mereka. Dikatakan oleh para ulama:
ْ ْ ُ َ َْ
‫اﻟ َﻤﺪد ِﻲﻓ اﻟ َﻤﺸ َﻬ ِﺪ‬
Limpahan anugerah didapat dengan menyaksikan
(kelebihan)
Salah seorang dari Arifin berkata:
“Siapa yang ingin memperoleh kebaikan yang
sempurna ketika berkumpul dengan para wali, maka ia
harus melakukan tiga hal:
1. Tidak memalingkan perhatian dari mereka, sebab
mereka melihat hati sebagaimana engkau melihat
air dari balik kaca.
2. Tidak menuntut mereka memiliki sifat ishmah
(suci dari dosa). Mereka tidak memiliki sifat
ishmah, melainkan Mahfudz (terjaga dari dosa,
artinya bisa berdosa namun jarang dan kalaupun
berdosa mereka segera bertaubat sehingga bersih
kembali dari dosanya).
244 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
3. Tidak mendengarkan kritik mereka kepada orang
lain (maksudnya jika mereka mengkritik orang
lain, kita tidak usah ikut-ikutan mengkritik),
sebab maksud kritik mereka adalah untuk
menyempurnakan orang yang dikritik. Seorang
wali diizinkan mengkritik orang yang berada
di bawah derajatnya walau hanya berbeda satu
derajat saja.”
Syaikh Abu Hasan As-Syadzili radhiyallahu anhu
berkata:
“Jika kalian menghadiri suatu pelajaran yang
disampaikan oleh seorang ulama atau orang saleh,
lalu kalian tidak memahami sedikit pun ucapan yang
disampaikannya, maka tetaplah ikuti pelajarannya.
Jangan sampai kalian mengeluh: “Tidak ada
faedah dalam pelajaran yang disampaikan orang ini.”
Sesungguhnya para malaikat dan jin hadir dalam
pelajaran yang disampaikan para ulama dan orang saleh.
Mungkin saja ulama atau orang saleh itu menyampaikan
pelajarannya sesuai dengan kadar pemahaman para
malaikat dan jin yang hadir saja, tidak dengan kadar
pemahaman para hadirin dari kalangan manusia yang
terbatas jangkauannya.”
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 245


Sayidina Imam Arif Billah Idrus bin Umar Al-
Habsyi radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Keberkahan menghadiri majelis tokoh-tokoh
wali besar pasti akan dirasakan walaupun tidak secara
langsung. Maka, jangan sampai ada yang berkata:
“Sungguh aku melihat diriku tidak mendapatkan
apa-apa, tidak pula mencapai apapun.”
Percayalah, bahwa siapa yang bersungguh-
sungguh maka ia akan mendapatkan hasil. Siapa yang
berjalan di jalan yang benar, tentu ia akan sampai ke
tujuan.
Memang, pada umumnya kenaikan derajat yang
terjadi pada seorang yang berjalan di jalan Allah tidak
terasa. Perumpamaannya seperti pertumbuhan yang
terjadi pada manusia, hewan dan pepohonan. Lihatlah,
misalnya anak kecil, setiap hari seperti tidak berbeda
dengan hari sebelumnya, pertumbuhannya tidak nampak
bagimu. Pohon kurma misalnya, bukankah seperti itu
juga pertumbuhannya. Akan tetapi, tidak ada keraguan
bahwa telah terjadi pertumbuhan padanya, namun tidak
terlihat. Adapun pertumbuhan yang jelas dan nampak,
ini jarang terjadi, dan kalaupun terjadi maka itu adalah
bentuk Kharqul Adah (suatu yang tidak biasa). Maka,
tugas seorang hamba adalah melakukan apa yang wajib
ia lakukan, dan menunggu anugerah Allah. Telah datang
dalam hadits:

246 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


َ‫ أَ َﻻ َﻓﺘَ َﻌ َّﺮ ُﺿﻮا ﻟَﻬﺎ‬،‫ﺤﺎت‬
َ ‫ﻜ ْﻢ ﻲﻓ َﻛﻳَّﺎمِ َد ْﻫﺮ ُﻛ ْﻢ َﻏ َﻔ‬
ُ ِّ َ َّ
‫ِإن ﻟِﺮﺑ‬
ٍ ِ ِ
“Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki anugerah-
anugerah pada saat saat tertentu dari waktu kalian,
maka hendaknya kalian menghadangnya.” (HR
Thabrani)
Menghadang anugerah itu adalah dengan giat
beramal untuk meraih rida Allah yang Mahatinggi lagi
Mahabesar.” (Dikutip dari kitab ‘An-Nahr Al-Maurud’)
Sayidina Imam Syaikh Ali bin Abubakar As-
Sakran Baalawi nafa’anallahu bihima berkata dalam
kitab beliau ‘Ma’arijil Hidayah’:
Diriwayatkan, bahwa Syaikh yang agung
Muhammad bin Husain Al-Bajali rahimahullah ta’ala
berkata:
“Aku bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ‫ﷺ‬,
lalu aku bertanya:
“Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling
utama?”
Maka beliau ‫ ﷺ‬menjawab:
“Diam bersimpuh di hadapan seorang wali Allah
walau hanya sesaat seperti tempo yang diperlukan
untuk memerah susu kambing, atau merebus telur, itu
lebih utama daripada beribadah kepada Allah sampai
tubuhmu berguguran sepotong demi sepotong.”

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 247


Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud adalah wali yang masih hidup atau yang telah
wafat?”
Beliau ‫ ﷺ‬bersabda: “Baik wali yang masih hidup
atau pun yang sudah wafat.”
Sebagian ulama memberikan komentar atas kisah
di atas:
“Seorang yang berdiri di hadapan wali akan
masuk dalam naungannya dan terliputi dalam kuasanya.
Wali itu akan menjadi perantaranya menuju Allah ‫ﷻ‬.
Maka, dengan perantara wali itu, perbuatan diamnya
menghasilkan apa yang tidak bisa ia dapatkan dengan
beribadah sampai seluruh anggota tubuhnya berguguran
sepotong demi sepotong. Hasil yang ia dapatkan tentunya
sesuai dengan kapasitas kesiapan wali itu, karena besaran
imdad-imdad (anugerah pertolongan) sesuai dengan
besar kapasitas kesiapannya.” (Disebutkan oleh Allamah
Ahmad bin Hasan Al-Haddad dalam kitab beliau Al-
Fawaid As-Saniyah).
Sayidina Arif Billah Abdullah bin Muhsin Alathas
nafa’anallahu bih pernah ditanya mengenai makna
ucapan :
“Berdirinya engkau di hadapan wali Allah ‫ ﷻ‬yang
hidup maupun yang mati, lebih baik daripada tubuhmu
berguguran dalam beribadah sepotong demi sepotong.”
Maka Beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab:
248 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
“Keutamaan ini tidak bisa didapat kecuali jika
ia berdiri di hadapan wali dan meyakini bahwa yang
berada di hadapannya itu adalah wali Allah. Seperti jika
Allah mengilhamkan padanya bahwa orang itu adalah
wali.”
Lalu ada yang bertanya pada beliau:
“Bukankah ini sangat pelik.”
Beliau radhiyallahu anhu menjawab:
“Tidak, ini bukan masalah pelik. Perhatikanlah
misalnya Sayidina Abu Bakar radhiyallahu anhu dan Abu
Lahab, keduanya sama-sama berkumpul dengan Nabi ‫ﷺ‬
dan makan bersama Beliau ‫ﷺ‬. Akan tetapi, Sayidina Abu
Bakar duduk bersama Beliau ‫ ﷺ‬dengan meyakini bahwa
Beliau adalah Nabi dan Rasulullah dengan keyakinan
yang hakiki. Oleh sebab itu, beliau mendapatkan apa
yang beliau raih sehingga menjadi manusia yang paling
utama.
Sedangkan Abu Lahab, ia berkumpul bersama
Beliau ‫ ﷺ‬tetapi ia tidak meyakini Beliau adalah Nabi dan
Rasulullah. Yang ia ketahui hanyalah, Beliau adalah anak
yatim yang diasuh Abu Thalib, salah seorang anggota
suku Quraish, dan seorang anak dari ayah dan ibunya
belaka. Oleh sebab itu, ia tidak mendapatkan apa yang
diraih oleh Sayidina Abu Bakar.
Jika duduk bersama Nabi ‫ ﷺ‬tidak bisa menjadi
sebab untuk meraih keistimewaan ini kecuali dengan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 249
mengetahui kedudukan Beliau ‫ﷺ‬, maka bagaimana
dengan duduk bersama orang lain? Adapun sekedar
berdiri di hadapan wali, pastinya tidak akan lepas dari
faedah, khususnya jika ia berdiri di hadapannya dengan
meyakini kelebihannya. Madad (pemberian anugerah
pertolongan) tergantung kepada masyhad (menyaksikan
kelebihan). Sesuai dengan besarnya persaksian, seperti
itulah pula kesiapan untuk mendapatkannya.” (Dikutip
dari kumpulan kalam Habib Abdullah bin Muhsin Alathas
yang dihimpun oleh murid beliau, Syaikh Abdurahman
Baraja).
Syaikh Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahi anhu wa nafa’ana bih berkata:
“Keberkahan orang saleh tidak akan nampak
pada murid-muridnya kecuali setelah kewafatannya.
Perhatian seorang wali kepada para kerabat dan orang-
orang dekatnya setelah ia wafat lebih besar daripada
perhatiannya kepada mereka di masa hidup. Ini karena di
masa hidup, ia sibuk dengan beban taklif (tuntutan ibadah),
sedangkan setelah wafat, Allah ‫ ﷺ‬telah menyingkirkan
segala beban itu darinya.”
Syaikh Ahmad bin Uqbah Al-Hadrami pernah
ditanya:
“Apakah limpahan anugerah dari wali yang masih
hidup lebih kuat ataukah setelah wafatnya?”
Beliau menjawab:
250 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
“Yang lebih kuat adalah limpahan anugerah
wali yang telah wafat. Sebab ia tengah berada dalam
penjamuan Tuhannya Yang Mahabenar.”
Menjelang wafatnya Syaikh Ali Al-Muttaqi, murid
beliau yaitu Syaikh Abdul Wahab merasa bersedih hati.
Syaikh Ali pun berkata pada muridnya:
“Janganlah engkau bersedih hati, kami adalah
kaum yang dapat memberi anugerah kepada para murid
setelah wafat, sebagaimana kami dapat memberikan
anugerah kepada mereka di waktu hidup, bahkan lebih
banyak.”

FAEDAH
Penulis kitab ‘A’malut Tarikh’ menukilkan:
“Siapa yang menulis sejarah seorang wali Allah ‫ﷻ‬,
maka ia akan dikumpulkan bersamanya di surga. Siapa
yang menelaah nama seorang wali dalam kitab sejarah
karena kecintaan kepadanya maka seakan ia sedang
menziarahinya. Siapa yang menziarahi seorang wali,
maka dosa-dosanya akan diampuni selama ia tidak
menyakitinya dan tidak pula menyakiti seorang muslim
dalam perjalanannya.” (Dikutip dari Muqodimah kitab
Al-Qirthas, karya Sayidina Imam Ali bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih)
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 251


PASAL KETIGA

Anjuran Menjaga Adab Terhadap


Para Ulama Dan Para Wali Serta
Menghormati Mereka
Abu Utsman Al-Hiri rahimahullah berkata:
“Adab bersama Allah ‫ ﷻ‬adalah dengan selalu
merasakan keagungan dan pengawasan-Nya. Adab
bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah dengan mengikuti
sunahnya dan menerapkan ilmu zahir. Adab bersama
para wali Allah ‫ ﷻ‬adalah dengan menghormati dan
berkhidmat kepada mereka. Adab bersama keluarga
adalah dengan berakhlak baik. Adab bersama sahabat
adalah dengan selalu bermuka cerah selama tidak ada
dosa yang dilakukan. Dan adab bersama orang-orang
bodoh adalah dengan mendoakan mereka dan bersimpati
terhadap mereka.”
Wahai saudaraku, sudah semestinya engkau
mengagungkan ulama dan menunaikan hak mereka,
tanpa memandang siapa pun orangnya. Mereka adalah
para pengemban syariat yang suci, para pendakwah di
jalan Allah, orang-orang yang memerintahkan kebaikan,
dan melarang kemungkaran. Merekalah para panutan dan
cahaya. Merekalah yang menjadi petunjuk bagi manusia.
Al-Qur'an yang mulia mengabarkan tentang
kemulian serta keutamaan mereka. Demikian pula
252 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬menjelaskan ketinggian kedudukan
mereka. Allah ‫ ﷻ‬befirman:
ُ ‫ﻳﻦ أُوﺗُﻮا اﻟْﻌﻠْ َﻢ َد َر َﺟﺎت َو‬
‫اﷲ‬
ُ ْ ُ َ َ َّ ُ
َ ِ َّ ‫ﻜ ْﻢ َوا‬ َ
‫ﻳَ ْﺮﻓ ِﻊ اﷲ ا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا ِﻣﻨ‬
ٍ ِ
َ ََُْ َ
ٌ ‫ﻮن َﺧﺒ‬
‫ﺮﻴ‬ ِ ‫ﺑِﻤﺎ ﻳﻌﻤﻠ‬
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.. (QS Al-
Mujadalah: 11)
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ ُ ْ َ ْ َ َّ ُ ْ َ ْ َ
‫ﺮﻴﻧﺎ َو َﻳﻌ ِﺮف‬ ‫ﺠﻳﻞ ﻛ ِﺒﺮﻴﻧﺎ وﻳﺮﺣﻢ ﺻ ِﻐ‬ ِ ‫ﻟﻴﺲ ِﻣﻦ أﻣ ِﻲﺘ ﻣﻦ ﻟﻢ‬
ُ َّ َ
‫ِﻟ َﻌﺎﻟ ِ ِﻤﻨﺎ َﺣﻘﻪ‬
“Bukan termasuk umatku orang yang tidak
memuliakan orang tua kami, tidak menyayangi anak
kecil kami, tidak pula mengetahui hak ulama kami.”
(HR Ahmad dan Thabrani)
Dalam hadits lain, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ َْ ُ َ َ َ ًّ ُ ْ َ ً َ ْ ُ ْ َ ً ِّ َ َ ُ ْ َ ً َ ُ ْ
‫ﺤﻣﺒﺎ وﻻ ﺗﻜ ِﻦ اﺨﻟﺎ ِﻣﺴﺔ‬ ِ ‫اﻏﺪ ﺨﻟِﻤﺎ أو ﻣﺘﻌﻠﻤﺎ أو ﻣﺴﺘ ِﻤﻌﺎ أو‬
َ َْ َ
‫ﻓﺘَﻬﻠﻚ‬
Jadilah seorang ulama, atau pelajar, atau penyimak
ilmu, atau pecinta ilmu. Jangan menjadi orang ke lima,
maka engkau akan binasa. (HR Baihaqi dan Thabrani)
Sahabat Abu Umamah radhiyallahu anhu
meriwayatkan hadits marfu (yang disandarkan kepada
Nabi ‫)ﷺ‬:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 253
ُ َ ْ ْ َّ ُ ٌ َ ُ َّ ْ
َ‫اﻟﺸﻴْﺒ‬ ُّ َ ْ َ َ ٌ َ َ َ
‫ َوذو‬، ِ‫اﻹﺳﻼم‬ ِ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ﺔ‬
ِ ‫و‬ ‫ذ‬ : ‫ﻖ‬‫ﻓ‬
ِ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻻ‬ ‫إ‬
ِ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬
ِ ِ ‫ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﻳﺴﺘ ِﺨ‬
‫ﺑ‬ ‫ﻒ‬
ْ ْ
ٌ ‫ َوإ َﻣ‬،‫اﻟﻌﻠﻢ‬ْ
‫ﺎم ُﻣﻘ ِﺴ ٌﻂ‬ ِ ِ ِ
Ada tiga golongan yang tidak diremehkan haknya
kecuali oleh orang munafik saja, yaitu: Orang tua yang
beruban dalam agama Islam, orang yang berilmu, dan
imam yang adil. (HR Thabrani)
Imam Syakrani rahimahullah berkata dalam kitab
‘Al-Anwar Al-Qudsiyah’:
“Kami telah diambil janji secara umum oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬untuk menghormati para ulama, orang saleh, dan
orang tua walaupun mereka semua tidak mengamalkan
ilmunya. Kami wajib menunaikan hak-hak mereka dan
menyerahkan urusan amal mereka kepada Allah ‫ﷻ‬. Siapa
yang tidak menjalankan kewajiban untuk memuliakan
dan menghormati mereka, maka ia telah berkhianat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya para ulama
adalah para wakil Rasulullah ‫ﷺ‬, pengemban syariat serta
pelayannya. Siapa yang meremehkan mereka, berarti
juga meremehkan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan meremehkan Beliau
termasuk bentuk kekafiran. Sebagian ulama condong
kepada pendapat ini, dan menghukumi kafir atas orang
yang berkata mengenai imamah seseorang: “Ini adalah
‘imamah kecil’ seorang ulama” dengan mengejek
imamahnya.”

254 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Syekh Abul Hassan bin Bunan rahimahullah
berkata:
“Tidak ada yang mengagungkan kedudukan para
wali kecuali orang yang memiliki kedudukan yang agung
di sisi Allah.”
***

Syekh Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad


radhiyallahu anhu berkata:
“Setiap orang harus mengagungkan hak ketuhanan
terlebih dahulu, kemudian hak kenabian, kemudian hak
ulama yang mengamalkan ilmunya, kemudian hak para
wali Allah ‫ﷻ‬, sebab mereka adalah orang-orang pilihan
Allah. Janganlah ia mengkritik salah seorang dari mereka
dengan menyebutkan namanya secara khusus. Lihatlah
Imam Ghazali, walaupun beliau sering menentang para
ulama yang buruk (ulama su’), namun beliau tidak pernah
sekali pun menyebut nama mereka secara khusus.”
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu berkata:
“Memandang orang-orang saleh dan mencintai
mereka adalah keuntungan yang besar. Lebih agung
dari itu, jika orang-orang saleh itu yang memandang
orang yang mencari keberkahan mereka. Maka, apabila
seseorang berkumpul dengan orang-orang saleh, ia harus
memperbaiki prasangkanya dan mengosongkan hati dari
segala hal: baik yang ia pandang indah maupun buruk.”

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 255


Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Apabila engkau memandang para wali dan orang
saleh dengan pandangan mengkritik atau menentang,
maka engkau akan terusir dari petunjuk mereka dan
terhalangi dari keberkahan mereka. Mereka bergerak
dengan gerakan yang tidak sama dengan gerakanmu,
dan niat yang tidak sama dengan niatmu. Sedangkan
jika engkau memandang mereka dengan pandangan
keyakinan atas keistimewaan mereka, maka engkau akan
mengikuti teladan mereka dan mendapatkan petunjuk
dengan bimbingan mereka. Rahasia mereka pun akan
mengalir ke dalam dirimu.”

Penulis berkata:
Orang yang berada bersama mereka dan
menghadiri majelis mereka harus berhati-hati, jangan
sampai hatinya menentang dan berpaling dari mereka.
Menentang mereka berarti menentang Rasulullah ‫ﷺ‬, dan
menentang Rasulullah ‫ ﷺ‬berarti menentang Allah ‫ﷻ‬.
Abul Hasan Al-Jausaqi rahimahullah berkata:
“Tanda kecelakaan di akhirat adalah seorang
yang dianugerahi dapat berkumpul dengan para arifin,
namun ia tidak menghormati mereka.”
Imam Abdullah Al-Haddad radhiyallahu anhu
berkata:
“Kaum arifin sudah semestinya diperlakukan

256 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


dengan hati yang tulus. Mereka tidak dapat tertipu dengan
tipu daya. Mereka dapat membedakan ucapan yang tulus
dan dusta sebagaimana kalian dapat membedakan antara
rasa manis dan masam.”
FAEDAH
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah
‫ ﷻ‬menghisab seorang hamba, ternyata amal buruknya
lebih berat dari amal baiknya, maka ia pun diperintahkan
untuk dibawa ke neraka. Ketika ia dibawa pergi, Allah ‫ﷻ‬
berfirman kepada Malaikat Jibril alaihissalam:
“Susul hamba-Ku, tanyakan padanya: ‘Apakah
selama hidup di dunia, engkau pernah menghadiri
majelis seorang ulama, sehingga Aku akan memberikan
ampunan bagimu dengan syafaatnya?’”
Jibril pun menyusul dan bertanya kepada hamba
itu. Hamba itu menjawab:
“Aku tidak pernah berkumpul dengan ulama.”
Jibril datang kepada Tuhannya dan melaporkan:
“Wahai Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui
keadaan hamba-Mu itu.”
Allah ‫ ﷻ‬kembali berfirman kepada Jibril:
“Tanyakan padanya, apakah ia mencintai seorang
ulama?”
Jibril pun bertanya, dan mendapatkan jawaban:
“Tidak.”
Allah ‫ ﷻ‬kembali memerintahkan Jibril:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 257
“Hai Jibril, tanyakan padanya, Apakah ia
pernah berkumpul bersama seorang ulama dalam suatu
penjamuan.”
Jibril menanyakannya hal itu, namun hamba itu
tetap menjawab:
“Tidak pernah.”
Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan Jibril kembali:
“Hai Jibril, tanyakan mengenai nama dan
nasabnya. Jika namanya sesuai dengan nama salah
seorang ulama, ia akan diampuni.”
Jibril menanyakan orang itu, tapi namanya pun
tidak sesuai.
Pada akhirnya, Allah ‫ ﷻ‬berfirman kepada Malaikat
Jibril:
“Raih tangan hamba-Ku dan masukkan ia ke surga.
Sesungguhnya ia mencintai seseorang yang mencintai
seorang ulama. Ia diampuni karena keberkahan ulama
itu.” (Dinukilkan dalam penutup kitab Majma Al-
Bahrain karya Syekh Makruf bin Muhammad Bajammal
rahimahullah).
***

258 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KEEMPAT

Peringatan Untuk Menjauhi Sikap Ingkar


Terhadap Para Wali Dan Orang Saleh

Ibnu Athaillah rahimahullah berkata dalam Kitab


Lathaiful Minan, dengan redaksi berikut:
“Nasihat dan petunjuk: Wahai saudaraku!
Janganlah kalian berkumpul bersama orang-orang yang
suka mencela serta merendahkan para wali, agar engkau
tidak jatuh dalam pandangan Allah ‫ ﷻ‬sehingga dirimu
layak mendapatkan kemurkaan Allah ‫ﷻ‬.
Mereka, para wali adalah orang-orang yang duduk
di hadirat Allah dengan hakikat kesungguhan, ketulusan,
kesetiaan, dan selalu mengawasi setiap nafasnya
untuk selalu beradab bersama Allah ‫ﷻ‬. Mereka telah
menyerahkan semua urusan kepada-Nya, memasrahkan
diri sepenuhnya di hadapan-Nya, tidak mau membela
diri karena malu atas ketuhanan-Nya dan tercukupkan
dengan pengaturan-Nya.
Maka, Allah ‫ ﷻ‬menjaga mereka dengan lebih
sempurna daripada mereka menyempurnakan kewajiban
mereka. Allah ‫ ﷻ‬akan memerangi orang yang memerangi
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 259
mereka, dan menundukkan orang yang berusaha
mengalahkan mereka.
Para wali ini telah diuji dengan sekelompok orang,
khususnya para ulama yang hanya memahami lahiriyah
ilmu saja. Sedikit sekali dari mereka yang bisa berlapang
dada untuk mempercayai keberadaan wali tertentu. Ia
akan berkata padamu:
‘Benar, kami meyakini bahwa para wali itu ada,
tapi di manakah mereka?’
Tidaklah disebutkan kepada mereka nama seorang
wali kecuali mereka akan menyangkal keistimewaan
yang Allah berikan padanya. Lisannya dengan fasih
membawa argumen-argumen untuk menentang, namun
kosong dari keberadaan cahaya untuk mempercayainya.
Berhati-hatilah dari orang yang memiliki sifat demikian.
Larilah darinya seperti engkau lari dari singa.”
Sayidina Syekh Imam Abdullah Al-Haddad
radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih berkata:
“Siapa yang mengingkari para arifin (orang-
orang yang mengenal Allah), maka ia akan diberi
musibah berupa hati yang keras.”
Syekh Abu Turab An-Nakhsyabi rahimahullah
berkata:
“Jika hati sudah terbiasa untuk berpaling dari

260 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Allah ‫ﷻ‬, maka ia tidak akan terlepas dari celaan terhadap
para wali Allah ‫ﷻ‬.”
***

Ketahuilah! Para nabi dan wali Allah senantiasa


dipenuhi sifat kasih sayang terhadap hamba Allah.
Mereka tidak akan mendoakan keburukan bagi orang
yang menzaliminya. Akan tetapi, Allah ‫ ﷻ‬cemburu kepada
mereka jika kehormatan mereka diabaikan, diinjak-
injak, dan dilanggar jaminan penjagaan-Nya. Ketika itu,
Allah akan membela mereka, menghukum orang yang
memusuhi mereka dan memenangkan mereka atas orang
yang menentang mereka.
Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam hadits qudsi:
ْ ُ َْ ْ ََ َ
‫َﻣ ْﻦ َﺨدى ِﻲﻟ َو ِ ًّﺎ ﻓﻘﺪ آذﻏﺘُﻪ ﺑِﺎﺤﻟ َ ْﺮ ِب‬
Siapa yang memusuhi salah seorang wali-Ku, maka Aku
akan umumkan perang terhadapnya. (HR Bukhari)
Maksudnya, “Aku (Allah) akan umumkan bahwa
sungguh Aku akan memeranginya.”
Karena seorang wali tidak pernah membela
dirinya, maka Allah ‫ ﷻ‬yang akan membelanya. Kami
berlindung kepada Allah dari sikap memusuhi wali-wali-
Nya.
Sayidi Imam Ahmad bin Idris Al-Maghrabi
radhiyallahu anhu berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 261
“Takutlah kepada Allah! Jangan sampai engkau
merendahkan seorang muslim dan menyakitinya. Bisa
jadi ia adalah seorang wali Allah tanpa engkau sadari.
Maka engkau akan masuk ke dalam murka Allah. Dalam
hadits dikatakan:
َ ُ ْ َّ ُ َ ْ َ َ َ
َ‫ﻷ ْﺷﺒﺎ‬ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ
َ
ِ ِ ِ ‫إِن اﷲ ﻓﻐﻀﺐ ِﻷو ِ ﺎﺋِ ِﻪ ﻛﻤﺎ ﻓﻐﻀﺐ اﻟﻠﻴﺚ‬
Sesungguhnya Allah akan murka untuk membela para
wali-Nya sebagaimana seekor singa akan murka untuk
membela anak-anaknya.
Allah ‫ ﷻ‬hanya mengumumkan perang kepada tiga
golongan saja dari para pendosa:
1. Perampok yang menteror di jalanan
2. Pelaku riba
3. Orang yang menyakiti para wali-Nya.
Mengenai orang yang menyakiti wali-Nya, dalam
Hadits Qudsi lain, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
‫ﺎر َﺑ ِﺔ‬
َ ‫ﺤ‬َ ‫ﺎر َزﻰﻳ ﺑﺎﻟ ْ ُﻤ‬
َ َ ْ َ َ ًّ َ َ َ ْ َ
ِ ِ ‫ﻣﻦ ﺨدى ِﻲﻟ و ِ ﺎ ﻓﻘﺪ ﺑ‬
Siapa yang memusuhi seorang dari wali-Ku, maka
benar-benar ia telah mengumandangkan peperangan
terhadap-Ku. (HR Ibnu Majah)
Mengenai perampok yang menteror di jalanan,
Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam Al-Qur'an:
ً َ َْ َ َ َ ُ َ ُ َ َّ ُ َ َ َ َّ
‫اﷲ َو َر ُﺳﻮ ُ َوﻳ َ ْﺴ َﻌ ْﻮن ِﻲﻓ اﻷ ْر ِض ﻓ َﺴﺎدا‬
َ ‫ﻮن‬ ‫ِإﻏﻤﺎ ﺟﺰاء ا ِ ﻳﻦ ﺤﻳﺎرﺑ‬
َ ْ ْ ُ ُ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ َّ َ ُ ْ َ ُِ َّ َ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ ْ َ
‫ﻳﻬﻢ وأرﺟﻠﻬﻢ ِﻣﻦ ِﺧﻼ ٍف‬ ِ ‫أن ﻓﻘﺘﻠﻮا أو ﻳﺼﻠﺒﻮا أو ﻳﻘﻄﻊ أﻳ ِﺪ‬
262 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
َ َ َْْ َ ْ َُْ َْ
َ‫ﻚ ﻟ َ ُﻬ ْﻢ ِﺧ ْﺰ ٌي ﻲﻓ ا ُّ ْﻏﻴَﺎ َوﻟ َ ُﻬ ْﻢ ﻲﻓ ْاﻵ ِﺧﺮ ِة‬
ِ ِ ِ ‫أو ﻓﻨﻔﻮا ِﻣﻦ اﻷر ِض ذﻟ‬
ٌ ‫اب َﻋﻈ‬ ٌ َ َ
‫ﻴﻢ‬ ِ ‫ﻋﺬ‬
Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka
dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai)
suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yang besar. (QS Al-Maidah: 33)
Sedangkan mengenai pelaku riba, Allah ‫ﷻ‬
berfirman:
ْ‫اﻟﺮ َﺑﺎ إ ْن ُﻛﻨْﺘُﻢ‬
ِّ ‫ﻲﻘ ِﻣ َﻦ‬َ َ‫اﷲ َو َذ ُروا َﻣﺎ ﺑ‬
َ ‫آﻣﻨُﻮا َّاﻳ ُﻘﻮا‬ َ ِ َّ ‫ﻳَ َﺎﻛ ُّﻓ َﻬﺎ ا‬
َ ‫ﻳﻦ‬
ِ ِ
ُ َ َ َ ْ َ ََُْ ُ َ َْ َْ ْ َ َ ُْ
ِ ِ ‫ﷲ ورﺳﻮ‬ ِ ‫( ﻓ ِﺈن ﻟﻢ ﻳﻔﻌﻠﻮا ﻓﺄذﻧﻮا ِﺤﺑﺮ ٍب ِﻣﻦ ا‬٢٧٨) ‫ﻣﺆ ِﻣ ِﻨﻦﻴ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu....” (QS Al-Baqarah 278-279).
Disebutkan pula dalam sebuah hadits:
َ ‫َﻣ ْﻦ آذى َو ﺎَّ َﻓ َﻘ ْﺪ َﺣ‬
َ ‫ﺎر َب‬
‫اﷲ‬ ِ

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 263


Siapa yang mengganggu seorang wali maka sungguh
dia telah memerangi Allah”.
Salah seorang Arifin berkata:
“Seorang wali terkadang merasa cemburu
(marah) ketika diganggu dan tidak dihormati. Ketika
menyaksikan kemarahannya, sebagian orang mengira
ia sedang membela diri atau menuntut untuk dihormati.
Padahal, bukan demikian kenyataannya. Ia cemburu dan
marah karena ia mengetahui rahasia kewalian yang telah
Allah titipkan dalam dirinya, ia marah karena rahasia itu
tidak dihormati dan dimuliakan.”
Sayidina Imam Idrus bin Umar radhiyallahu
anhu pernah ditanya mengenai Sahabat Saad bin Abi
Waqash radhiyallahu anhu yang mendoakan keburukan
kepada orang yang menghina dan merendahkan
kehormatannya. Padahal, bukankah kita diperintahkan
untuk memberikan maaf dan tidak membalas keburukan?
Beliau nafa’anallahu bih menjawab:
“Doa beliau itu tidak termasuk dalam masalah
keutamaan memaafkan atas membalas keburukan.
Perbuatan Sayidina Saad radhiyallahu anhu bukan untuk
membela dirinya. Tidak mungkin beliau melakukan
itu! Beliau melakukan itu adalah untuk membela
‘kemuliaan derajat sebagai sahabat’ yang direndahkan
kehormatannya.”
Demikian pula setiap pembelaan diri yang
264 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
muncul dari seorang yang memiliki derajat, baik itu
derajat sebagai sahabat Nabi ‫ ﷺ‬atau derajat-derajat
keagamaan lainnya. Apabila membiarkan keburukan
dapat menyebabkan penghinaan kepada agama dan
penodaan atas kemuliannya, maka pembalasan yang
semacam ini bertujuan untuk melindungi agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bukan untuk membela
diri.” (Diringkas dari An-Nahr Al-Maurud)

Hukuman Menyakiti Ulama Dan Orang Saleh

Para ulama rahimahumullah berkata:


“Membicarakan keburukan para ulama dengan
melakukan ghibah atau adu-domba termasuk dosa besar.
Pelakunya dihukumi fasik sehingga persaksiannya tidak
dapat diterima di pengadilan. Pejabat pemerintahan
wajib untuk memberikan hukuman keras sehingga
perbuatannya tidak menyebabkan orang lain berani
merendahkan ulama. Hukum ini berlaku apabila ia tidak
menganggap halal/benar perbuatannya yang menyakiti
dan merendahkan ulama, dan menyadari perbuatannya
itu. Jika demikian, maka ia dihukumi murtad dan didakwa
hukuman mati karena kemurtadannya jika ia tidak mau
bertaubat. Sudah teruji berkali-kali bahwa seorang yang
berbicara buruk mengenai para ulama, maka ia akan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 265
diberikan musibah dengan mati dalam keadaan suul
khatimah, kami berlindung kepada Allah dari hal itu.”
Sayidina Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
radhiyallahu anhu berkata:
“Siapa yang mencela kehormatan seorang wali,
maka Allah ‫ ﷻ‬akan memberinya musibah berupa hati
yang mati.”
Syekh Abul Abbas Al-Mursi rahimahullah
berkata:
“Kami telah meneliti mengenai keadaan para
wali. Kami dapati siapa pun yang bersikap ingkar kepada
mereka, maka selamanya ia tidak akan mati dengan
baik.”
Abu Abdullah Al-Qurasyi rahimahullah berkata:
“Siapa yang dimurkai seorang wali, maka akan
tertancap dalam hatinya panah beracun. Ia tidak akan
mati sampai akidahnya menjadi rusak, sehingga ia mati
dalam keadaan yang paling hina.”
Di antara untaian kalam hikmah Syekh Al-Arif
Billah Husain bin Abdullah Bafadhal rahimahullah:
“Tidak ada yang bersikap ingkar kepada para
wali kecuali orang yang hatinya telah mati, kurang akal,
mengaku hebat, membanggakan diri, dungu, bodoh,
tertipu, kering dan keras hati, manusia rendah, ahli bidah,
buta mata hati, hina, terfitnah, binasa, serta dimurkai di
sisi Allah dan di sisi manusia. Ucapannya diabaikan, tidak
266 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
ada yang menghiraukannya. Ia akan keluar dari dunia
dalam agama selain Islam (na'udzu billah), dan diberi
musibah dengan kekurangan dan kefakiran di dunia,
َ ْ َ َ ُّ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
‫وﻟﻌﺬاب اﻵ ِﺧﺮ ِة أﺷﺪ وأﻧﻰﻘ‬
“Dan sungguh azab akhirat itu lebih pedih dan lebih
kekal. (QS Thaha: 127)
Dia tidak memiliki sifat wara (hati-hati dalam
beragama) tidak pula takwa. Bahkan, ia tidak memiliki
Islam dan Iman di hatinya. Kalaupun ia melakukan
sebagian ajarannya, itu hanya secara lahir saja. Hakikatnya
ia kosong dari semua itu, sebab ia tidak memiliki bagian
kebaikan sama-sekali.” (Dinukil oleh Sayidina Habib Ali
bin Hasan Alathas dalam Kitab ‘Al-Qirthas’)

Dua Hikayat:
Dikisahkan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
radhiyallahu anhu bersama Ibnu Saqa’ dan seorang lelaki
lain mengunjungi salah seorang wali Allah yang dijuluki
dengan ‘Al-Ghauts'.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani datang dengan niat
mencari keberkahannya. Maka Al-Ghauts berkata pada
beliau:
“Hai Abdul Qadir, Seakan aku melihatmu pada
suatu saat nanti. Saat itu engkau telah berkata sambil
duduk di atas kursi: ‘Telapak kakiku ini berada di atas
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 267
leher setiap wali Allah.’ Maka semua wali di segala
penjuru akan menundukkan leher mereka untukmu.”
Sedangkan Ibnu Saqa’ datang dengan membawa
hati yang menentang kepada wali itu. Saat itu, Ibnu Saqa’
termasuk salah seorang ulama besar. Maka Al-Ghauts itu
berkata padanya:
“Diamlah engkau! Aku dapat mencium aroma
kekufuran dalam ucapanmu. Bisa jadi engkau akan mati
dalam agama selain Islam.”
Lama berselang sejak kejadian itu, terdengar kabar
bahwa Ibnu Saqa’ menjadi utusan untuk mengantarkan
surat dari umat Islam kepada kaum Nashrani. Namun
hatinya terfitnah, dan ia pun murtad masuk agama
Nashrani. Pernah ia ditanya setelah itu:
“Apakah engkau masih ingat sebagian dari isi Al-
Qur'an?”
Ia menjawab: “Aku tidak mengingat sedikit pun
dari Al-Qur'an kecuali firman Allah ‫ﷻ‬:
َّ َ ْ َ ْ َ َّ ً َ َ ْ ُ ْ َّ َ َ ْ ُ
‫ﺎر‬
ِ ‫ﺎب اﺠ‬
ِ ‫ﻗﻞ ﻳﻤﺘﻊ ﺑِﻜﻔ ِﺮك ﻗ ِﻠﻴﻼ ِإﻧﻚ ِﻣﻦ أﺻﺤ‬
Katakanlah, "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu
itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk
penghuni neraka.” (QS Az-Zumar: 8).
(Demikian kisah ini disebutkan oleh Habib Ali bin
Hasan Alathas dalam kitab beliau ‘Al-Qirthas’)
Dikisahkan mengenai Abu Yazid Al-Busthami.
268 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Beliau pernah berkata kepada murid yang menentang
beliau:
“Biarkanlah orang yang telah jatuh dalam pandangan
Allah ‫ﷻ‬.”
Lama berselang setelah itu, murid itu terlihat
bersama kaum jelata. Ia mencuri, lantas tangannya
dipotong sebagai hukuman.

PERINGATAN
Imam Ibnu Athaillah rahimahullah pernah
berkata:
“Jika ada yang berkata: ‘Terkadang ada orang
yang menyakiti sebagian wali Allah, tapi kenapa tidak
nampak tanda-tanda kualat atau terkena hukuman karena
perbuatannya?’
Aku katakan sebagai jawaban: Ia akan diberi
hukuman yang lebih berat tanpa disadari. Hukumannya
itu adalah hati yang keras, mata yang tidak bisa menangis
(karena takut pada Allah), terhalangi dari perbuatan taat
kepada Allah ‫ﷻ‬, terjerumus kepada maksiat-Nya, atau
tercabutnya kenikmatan beribadah kepada-Nya. Selain
itu, hukuman tidak harus segera terjadi, dunia ini sangat
sebentar di sisi Allah ‫ﷻ‬. Dalam hadits yang tersiar luas
disebutkan:
ُ ََ َ
ُ َ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ًّ َ َ
َ َ َ
‫ﺮﻴد‬
ِ ‫ِإذا أراد اﷲ ﺑﻌﺒﺪ ﺮﺷا ْأﻣﺴﻚ ﻗﻨﻪ ﻗﻘﻮﺑﺘﻪ ﻲﻓ ا ﻧﻴﺎ ﻓ‬
ُُ ََ َ
‫ﺎﻣﺔ ﺑِﺬﻧﻮﺑِ ِﻪ‬‫اﻟ ِﻘﻴ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 269
Jika Allah menghendaki keburukan bagi seorang
hamba, maka Allah akan menahan hukuman untuknya
di dunia. Sehingga ia datang pada hari kiamat dengan
membawa dosa-dosanya.”
Sayidina Quthb Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
“Siapa yang mengkritik orang saleh, dan
kritiknya itu berdasarkan syariat yang bercampur dengan
kepentingan nafsu. Seperti misalnya ia ingin mencela atau
merendahkan kedudukannya dalam pandangan orang
lain, maka ia akan celaka. Berbeda jika kritiknya murni
atas dasar syariat, sehingga lahir dan batin si pengkritik
sama. Maka ia akan selamat dari kualat orang saleh itu.
Jika tidak, maka ia akan celaka.
Dikatakan bahwa Ibnu Muqri dapat selamat dari
Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti yang selalu dikritiknya,
tidak lain karena beliau tidak memiliki kepentingan nafsu
dalam menentangnya. Beliau menentangnya hanya atas
dasar syariat.” (Dikutip dari Tatsbitul Fuad)

PERINGATAN
Syekh Abul Hasan As-Syadzili radhiyallahu anhu
berkata:
“Siapa yang mengaku memiliki hubungan khusus
dengan Allah, namun menampakkan satu dari lima hal

270 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


berikut ini maka dapat dipastikan ia adalah seorang
pendusta yang akan tercerabut imannya, yaitu:
1. Membebaskan anggota tubuhnya untuk bermaksiat
kepada Allah.
2. Berpura-pura dalam melakukan ketaatan kepada
Allah.
3. Berharap kepada makhluk Allah.
4. Mencela wali Allah.
5. Tidak menghormati kaum muslimin sesuai dengan
cara yang diperintahkan oleh Allah.
Orang yang bersifat demikian, hidupnya tidak
akan diakhiri dengan husnul khatimah. “ (Dinukilkan
oleh Imam Haddad dalam salah satu isi surat-menyurat
beliau).
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 271


FAEDAH-FAEDAH
NASIHAT UNTUK BERSIKAP
PASRAH
P TERHADAP PARA WALII

Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi


nafa’anallahu bih berkata:
“Tersembunyinya seorang wali di antara
manusia serta ketidak-tahuan atas keberadaannya
merupakan bentuk rahmat bagi mereka. Apabila mereka
mengenalnya, lalu memperlakukannya dengan buruk
serta menyakitinya, padahal mereka mengetahui bahwa
ia adalah seorang wali, maka mereka akan celaka dan
binasa. Akan tetapi, ketika perlakuan buruk itu dilakukan
tanpa mengetahui bahwa ia adalah seorang wali, maka
hukumannya lebih ringan dibandingkan jika dilakukan
dengan mengetahui kedudukannya.” (Dikutip dari kitab
‘Qurotul Ain’)
Imam Abdullah bin As’ad Al-Yafii rahimahullah
berkata:
“Banyak di antara para wali yang menggabungkan
dua hal:
1. Cinta (kepada Allah ‫)ﷻ‬, dan
2. Perbuatan yang lahirnya jelas-jelas bertentangan
dengan syariat untuk menjatuhkan kedudukan
mereka dalam pandangan manusia, agar
mereka tersembunyi sehingga tidak terkenal
kesalehannya.
272 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Mereka adalah para wali yang memiliki aliran
yang terkenal, yaitu yang menyembunyikan kebaikan
dan menampakkan keburukan. Di antara mereka ada
yang membuka aurat di hadapan umum, ada yang terlihat
tidak melakukan shalat, padahal pada kenyataannya
mereka melakukan shalat dan giat beribadah, namun
ibadah mereka hanya diketahui oleh mereka dan Tuhan-
nya saja.
Mereka sangat berhati-hati agar tidak dipandang
hebat oleh makhluk, berusaha keras menjatuhkan
kedudukan diri mereka dari hati makhluk. Mereka tidak
peduli lagi atas pujian serta celaan makhluk, untuk
menghimpun kesempurnaan ikhlas dan membebaskan
nafsu dari kotoran-kotoran riya, kesyirikan samar yang
tidak seorang pun selamat darinya kecuali orang pilihan
saja.
Mereka tidak peduli apabila orang-orang
menganggapnya sesat (zindiq), asalkan di sisi Allah
menjadi seorang yang istimewa (shidiq). Mereka
membersihkan sampah-sampah nafsu, agar jiwa mereka
dapat hidup bersama Tuhannya dengan kehidupan
yang tentram sebelum datangnya Hari Kiamat yang
dijanjikan..” Sampai kepada ucapan beliau: “Kami
pernah diceritakan mengenai salah seorang wali yang
terlihat tidak melakukan shalat. Suatu saat, iqamat untuk

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 273


melakukan shalat telah dikumandangkan, namun ia masih
tetap duduk. Salah seorang ahli fiqih berkata padanya:
“Berdirilah! Ayo lakukan shalat berjamaah!”
Dengan nada mengingkari perbuatannya.
Maka ia pun berdiri, melakukan takbiratul ihram,
dan melakukan rakaat pertama dari shalatnya. Ahli fiqih
itu, masih dengan hati ingkar, mengawasinya. Ketika
berdiri untuk melakukan rakaat kedua, Ahli Fiqih itu
melihat ke tempat Si Wali, ternyata yang melakukan
shalat di sana adalah sosok lain, maka ia pun merasa
heran. Di rakaat ketiga, ia melihat sosok lain yang
berbeda dengan dua sosok sebelumnya, maka rasa
herannya pun bertambah. Di rakaat keempat, ia melihat
sosok yang berbeda dari sebelumya, maka keheranannya
pun semakin hebat. Setelah shalat berakhir, Ahli Fiqih
itu mengucapkan salam, lalu menoleh dan melihat sosok
yang dilihat pertama kali sedang duduk di tempatnya,
tidak ada tiga sosok lain yang sempat ia lihat. Ia pun
merasa bingung atas apa yang ia lihat. Al-Faqir (julukan
wali) itu pun berkata padanya sambil tertawa:
“Hai ulama fiqih, siapa dari keempat orang itu
yang shalat bersamamu tadi?”
Maka, Ahli fiqih itu pun mengakui karamahnya,
dan lenyaplah dari hatinya semua bentuk pengingkaran
yang ada sebelumnya.”

274 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Penulis berkata:
Dalam kitab Tatsbitul Fuad, Sayidina Imam
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad radhiyallahu anhu
menceritakan:
Pernah seorang lelaki duduk memijati kaki Syekh
Abdullah Alaydrus sampai masuk waktu shalat. Lalu
lelaki itu berkata kepada Syekh:
“Mari berdiri untuk melakukan shalat.”
Syekh Abdullah menjawab: “Aku sudah shalat.”
Saat lelaki tadi keluar, ia melihat jamaah shalat
sudah keluar dari Masjid Syekh Abu Bakar. Lelaki itu
bertanya kepada mereka:
“Siapa yang menjadi imam kalian?”
Mereka menjawab: “Syekh Abdullah yang menjadi
imam kami.”
Sayidina Abdullah Al-Haddad berkata: “Kisah
ini dan yang sejenisnya mengajarkan agar kita bersikap
taslim (pasrah) atas perbuatan para wali Allah dan tidak
mengingkari mereka. Sebab akal orang yang mengingkari
mereka tidak dapat mencerna keadaan-keadaan para wali
Allah.”
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkisah:
“Ada seorang wali Allah ‫ ﷻ‬yang dicurigai
tidak berpuasa di Bulan Ramadhan. Salah seorang

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 275


yang mencurigai beliau ingin menguji kebenarannya.
Ia pun datang kepada wali itu di permulaan Hilal
Bulan Ramadhan dan meminta izin agar boleh tinggal
bersamanya sampai akhir Bulan Ramadhan.
Wali itu pun mengizinkan permohonannya,
namun ia memberikan satu syarat: Orang itu harus berada
bersama Si Wali dalam khalwatnya berdua saja selama
Bulan Ramadhan.
Keduanya pun berpuasa di hari pertama Bulan
Ramadhan, sampai terdengar suara meriam dari kota
pertanda buka puasa, maka keduanya pun berbuka.
Kemudian mereka berpuasa di hari kedua sampai
terdengar suara meriam pertanda buka puasa, lantas
keduanya berbuka. Demikian waktu berlalu atas keduanya
sampai tiga puluh hari. Keduanya berpuasa setiap hari
sampai masuk Bulan Syawal, dan dibunyikan meriam-
meriam pertanda masuknya Hari Raya Idul Fitri. Lelaki
itu pun berkata pada Syekh sambil berpamitan:
“Sekarang, Bulan Ramadhan telah berlalu. Aku
ingin berpamitan keluar dari khalwat ini.”
Syekh itu pun mengizinkannya untuk keluar
meninggalkannya.
Setelah keluar, setiap kali lelaki itu mengucapkan
selamat hari raya kepada orang yang ia lalui, selalu saja
ia mendapatkan jawaban:
“Apakah engkau sedang bercanda ataukah engkau
276 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
sudah gila? Mengapa engkau mengucapkan selamat hari
raya kepada kami, padahal kami masih berada di malam
pertama Bulan Ramadhan?
Lelaki itu pun kebingungan:
“Bagaimana itu bisa terjadi? Padahal aku sudah
berpuasa Ramadhan sebulan penuh?!”
Maka lelaki itu pun sadar, mencela dirinya
sendiri atas sikap ingkarnya kepada Syekh, dan mulai
mempercayai status kewalian Syekh tersebut.”
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
radhiyallahu anhu menceritakan:
“Syekh Ahmad bin Hajar Al-Maki pernah
menghadiri majelis Sayid Abdullah bin Muhammad
Shahib Syubaikah. Sayid Abdullah meminta agar
dibawakan nyanyian rohani disaksikan oleh Syekh Ibnu
Hajar. Mereka pun menyenandungkan nyanyian rohani,
ketika itu Syekh Ibnu Hajar terhanyut dan bertepuk
tangan, maka para hadirin pun turut bertepuk tangan.
Setelah beliau keluar dari majelis itu, ada salah seorang
yang bertanya kepada beliau:
“Bagaimana engkau bisa melakukan apa yang
tadi engkau lakukan, bukankah engkau mengingkari
kebolehan nyanyian?”
Beliau berkata: “Aku melihat seluruh semesta
bertepuk tangan, maka aku bertepuk tangan bersama
mereka. Dalam keadaan seperti ini, nyanyian menjadi
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 277
halal bagi mereka.” (Dikutip dari kitab ‘An-Nahr Al-
Maurud’)
Oleh sebab itu, ketika Syekh Ibnu Hajar menulis
sebuah kitab berjudul: ‘Kaffur Ru’a ‘an Muharramatil
Lahwi was Sima’ (Artinya: Mencegah kaum jelata dari alat
musik dan nyayian yang diharamkan). Sebagian ulama
menyimpulkan, bahwa dalam judul tersebut dikatakan
ru’a (orang rendahan/jelata) untuk menunjukkan bahwa
kita tidak bisa menghukumi kaum arifin walaupun
mereka mendengarkan nyanyian. Lantas, Syekh Ibnu
Hajar menulis setelah mendengar pendapat ini:
“Ini adalah kesimpulan yang bagus dan dapat
diterima. Seorang yang telah terhiasi dengan hakikat
makrifat, berarti telah mencapai derajat ijtihad. Maka
perbuatannya tidak bisa ditentang, sebab pastinya ia
mendengar nyanyian bukan karena dorongan syahwat
yang tercela sama sekali, berbeda dengan selain
mereka.” (Disebutkan oleh Imam Ahmad bin Zain Al-
Habsyi dalam ‘al Maslak as Sawi’)

Penulis berkata:
Tidak ada jalan lain bagi setiap orang kecuali
taslim (pasrah) kepada para wali Allah, tidak mengkritik
mereka, memberikan takwil (interpretasi) atas tindakan

278 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


atau ucapan mereka yang pelik, dan memasrahkan hal itu
kepada ahlinya dan orang yang memahaminya. Akal kita
belum dapat mencerna keadaan rohani mereka. Dalam
salah satu bait Syair dikatakan:
ْ ُ ِّ ُ ْ َ ْ ِّ َ َ
‫ـﻞﻜ‬
ٍ ِ ‫ﷲ ِﻲﻓ ﻞﻛ ﻣﺸ‬
ِ ‫وﺳﻠﻢ ِﻷﻫ ِﻞ ا‬
َّ َ ْ ٌ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ
ِ ‫ ﻳ ِﻬﻢ و‬،‫ﻟــﺪﻳﻚ‬
‫اﺿﺢ ﺑِﺎﻷ ِدﻟـ ِﺔ‬
Pasrahkan saja kepada orang-orang yang dekat dengan
Allah apa yang pelik bagi kita. Bagi mereka itu sangat
jelas dengan dalil-dalilnya.
Sayidina Quthb Abdullah Al-Haddad radhiyallahu
anhu wa nafa’ana bih berkata:
“Siapa yang menemukan suatu hal pelik dalam
perkataan para muhaqqiqin, tidak semestinya ia terburu-
buru ingkar. Namun, biarkanlah mereka, karena ucapan
mereka itu termasuk dalam keluasan kandungan Al-Qur'an
dan Sunah. Jadikanlah kepelikan itu seperti mutasyabihat
(ayat/hadits yang maknanya hanya diketahui oleh Allah
‫ )ﷻ‬yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunah. Bagaimana
mutasyabihat itu datang sehingga dalam menyikapinya
manusia memerlukan untuk taslim (memasrahkan
maknanya kepada Allah ‫ )ﷻ‬atau mentakwil (memberikan
interpretasi).”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Semua yang dinukilkan dari pembesar para wali
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 279
yang lahirnya menunjukkan ungkapan membanggakan
diri, seperti perkataan Syekh Abul Hasan As-Syadzili:
‘Semenjak empat puluh tahun, tidak pernah
sekejap pun aku terhijab dari Allah ‫ﷻ‬.”
Demikian pula perkataan Abul Abbas Al-Mursi:
‘Andai Surga Adn terhijab dariku sekejap saja,
aku tidak menganggap diriku masih tergolong seorang
mukmin.”
Semua perkataan ini perlu ditakwil dan tidak dapat
dipahami hanya dengan melihat lahirnya saja.” (Dikutip
dari kitab Tatsbitul Fuad).
Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
meriwayatkan dari guru beliau, Sayidina Habib Abdullah
bin Husain Bin Thahir radhiyallahu anhuma:
“Seorang wali yang berbicara dalam keadaan ghaib
(tidak sadar) dan fana (merasakan ketiadaan) dari selain
Tuhannya dengan ucapan yang tidak masuk akal, maka
tidak semestinya terburu-buru ingkar dan mencelanya.
Namun, hendaknya ia meninjau terlebih dahulu siapa
yang berbicara, ‘Apakah kewalian dan kesalehannya
telah diakui atau tidak?’
Jika kewaliannya telah terbukti maka hendaknya
ditinjau kembali: ‘Apakah ucapannya itu benar
penisbatannya kepada beliau?’
Setelah nyata kebenaran penisbatan ucapan beliau.
280 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Tinjaulah, apabila ucapan tersebut sesuai dengan syariat
yang mulia, maka masalahnya sudah jelas. Apabila tidak
sesuai, maka kita merujuk kepada mereka yang memiliki
pemahaman atas ilmu-ilmu zahir dan batin dalam
menentukan takwil dengan makna yang sesuai dan dapat
diterima akal syariat.” (Dikutip dari kitab An-Nahr Al-
Maurud).
Imam Syakrani rahimahullah berkata:
“Terkadang seorang wali yang arif berbicara
dalam syair atau perkataan lain atas nama Allah ‫ﷻ‬,
terkadang atas nama Nabi, terkadang atas nama Al-
Quthb. Sehingga sebagian orang mengira ia berbicara
dengan lisannya sendiri dan terburu-buru mengingkari
(Seperti menyatakan “Akulah Yang Mahabenar.” Orang
mengira Ia berbicara mengenai dirinya, padahal ia
sedang menyebutkan firman Allah).”
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 281


282 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
BAB LIMA
ADAB –ADAB GURU
DAN MURID

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 283


Dalam bab ini terdapat lima pasal:
Pasal Pertama : Adab seorang berilmu
Pasal Kedua : Adab seorang murid dalam menuntut
ilmu
Pasal Ketiga : Adab seorang murid terhadap gurunya
Pasal Keempat : Faedah-Faedah yang diperlukan oleh penuntut
ilmu dan ulama
Pasal Kelima : Doa dan dzikir yang bermanfaat bagi
penuntut ilmu disertai faedah-faedah
lainnya.

284 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


MUKADIMAH

Mengenai Keistimewaan Adab

Dalil pentingnya adab dan keutamaannya adalah


sabda Nabi ‫ﷺ‬:
َْ ْ َ َ ِّ َّ َ
‫أدﺑَ ِﻲﻨ َر ﻓﺄﺣ َﺴ َﻦ ﺗﺄ ِد ِﻳﻲﺒ‬
Tuhanku telah mengajarkanku adab dan membaguskan
pengajaran adabku
Salah seorang penyair berkata:
ً ََ َ َ ‫ﺑﻦ َﻣﻦ ﺷ‬ ُ
َ ‫ﻛﻦ ا‬
‫ﺌﺖ واﻛﺘ ِﺴﺐ أدﺑـﺎ‬ ِ ِ
ُ ُ َ َ
َ َ‫ﻮد ُه َﻋـﻦ اﻟﻨ‬
‫ﺐ‬
ِ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﻳُـﻐﻨﻴـﻚ ﺤﻣﻤ‬
Tidak peduli anak siapakah engkau, pelajarilah adab!
Adab baikmu mencukupimu dari nasab.
َ ُ َ َّ
‫ِإن اﻟﻔ َﻣﻦ ﻳُﻘﻮل ﻫﺎ أﻧﺎ ذا‬
َ َ ُ َ َ َ
‫ـﻴﺲ اﻟﻔ َﻣـﻦ ﻳُﻘﻮل ﻛـﺎن أ‬ ‫ﻟ‬
Pemuda sejati akan berkata: “Inilah aku!” Bukan
pemuda yang berbangga dengan nasab dan berkata:
“Ayahku adalah..”
Ibnu Mubarak rahimahullah berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 285
“Kita lebih memerlukan sedikit adab daripada
banyak ilmu.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Siapa yang meremehkan adab, akan dihukum
dengan terhalangi dari melakukan kesunahan. Siapa yang
meremehkan sunah, akan dihukum dengan terhalangi dari
melakukan yang wajib. Siapa yang meremehkan yang
wajib, akan dihukum dengan terhalangi dari mengenal
Allah ‫ﷻ‬.”
Syaikh Abu Ali Ad-Daqqaq radhiyallahu anhu
berkata:
“Meninggalkan adab akan menyebabkan terusir
(dari rahmat). Siapa yang tidak menjaga adab dalam
penjamuan, tentu ia akan diusir keluar dari pintu. Siapa
yang tidak menjaga adab saat berada di pintu, tentu ia
akan diusir ke tempat para penjaga hewan tunggangan.”
(Beliau menyebutkannya dalam kitab Nasyril Mahasin)
Salah seorang ulama memberikan nasihat kepada
puteranya:
“Wahai anakku, Aku lebih menyukai engkau
mempelajari satu bab dari adab daripada engkau
mempelajari tujuh puluh bab ilmu pengetahuan.”
Imam Syafii rahimahullah pernah berkata:
“Imam Malik rahimahullah pernah berkata
padaku: Wahai Muhammad, jadikan ilmumu seperti
garam, dan adabmu seperti tepung.”
286 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Abdurahman bin Qasim berkata:
“Aku berkhidmat kepada Imam Malik radhiyallahu
anhu selama dua puluh tahun. Dua tahun aku mempelajari
ilmu, sedangkan delapan belas tahun aku mempelajari
adab. Sungguh aku menyesal, andai saja semua waktu
itu aku jadikan untuk mempelajari adab.”
Dikatakan oleh sebagian ulama:
“Jika dalam pribadi seorang guru terhimpun tiga
sifat, maka telah sempurna kenikmatan yang diberikan
pada muridnya, yaitu:
1. Kesabaran
2. Rendah hati
3. Akhlak yang baik.
Dan jika dalam diri seorang murid terhimpun tiga
sifat, maka telah sempurna kenikmatan yang diberikan
kepada gurunya, yaitu:
1. Akal
2. Adab
3. Pemahaman yang baik” (Dikutip dari kitab
Ihya Ulumiddin)

HIKAYAT
Dihikayatkan bahwa Syaikh Abu Yazid Al-
Busthami rahimahullah ingin mengunjungi seorang yang
dikenal saleh. Beliau menunggu di dalam masjid. Saat
orang itu keluar, Abu Yazid mendapatinya meludahkan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 287
dahaknya dari luar ke dinding masjid. Syaikh Abu Yazid
pun pulang dan urung menemui lelaki itu. Beliau berkata:
“Tidak mungkin rahasia-rahasia Allah
diamanahkan kepada seorang yang tidak dapat menjaga
adab-adab syariat.”
***

288 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL PERTAMA

Adab Seorang Berilmu

Sayidina Al-Quthb Abdullah bin Alwi Al-


Haddad nafa’anallahu bih berkata:
“Siapa yang merenungkan keadaan para sahabat
dan keengganan mereka terhadap hal-hal yang tidak
bermanfaat, maka ia akan mengetahui adab tokoh-
tokoh besar, adab ilmu, dan adab para pemimpin. Ia
akan mengetahui, ilmu seperti apa yang semestinya
diperbanyak dan mana yang semestinya cukup diketahui
sekedarnya saja? Ilmu seperti apa yang harus ditampakkan
dan yang mana yang harus dirahasiakan?
Renungkan misalnya, bagaimana tidak ada satu
pun dari sahabat yang bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
mengenai lelaki yang sangat putih pakaiannya dengan
pertanyaan: “Siapakah dia?” atau “Dari manakah
datangnya?” Sampai Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang
mengabarkan siapa lelaki itu kepada Umar setelah
berselang waktu yang lama.
Dari kejadian ini, dapat difahami bahwa tidak
boleh mengabarkan sesuatu sebelum waktunya tiba. Jika
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 289
sudah tiba, maka ia harus mengabarkan walaupun tidak
ada yang bertanya.
Perhatikan pula bagaimana para sahabat tidak
bertanya mengenai wanita yang datang untuk meminta
agar dihukum had karena telah berzina. Mereka tidak
bertanya, “Siapakah lelaki yang berzina dengannya?”
atau “Apakah ia berzina karena dipaksa ataukah dengan
kerelaannya?” atau pertanyaan semisalnya.” (Demikian
dikutip dari kitab Tatsbitul Fuad)
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Seorang ulama tidak akan mendapati kelezatan
ilmu sampai ia mensucikan diri dan akhlaknya, istikamah
dalam koridor Al-Qur'an dan Sunah, serta membuang
keinginan mendapatkan kedudukan di bawah kakinya.”
***

 Bersikap Adil
Di antara adab seorang ulama adalah mengakui
kesalahan. Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah berkata:
“Di antara keberkahan ilmu dan adab-adabnya
adalah: bersikap adil.”
Imam Malik rahimahullah berkata:
“Di zaman kita ini, tidak ada yang lebih sedikit
daripada bersikap adil.”
Ad-Damiri memberikan komentar atas ucapan
290 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Imam Malik tersebut: “Itu terjadi di zaman Imam Malik,
maka bagaimana dengan di zaman kita ini—dan tentunya
zaman-zaman setelahnya—di mana banyak orang yang
celaka?”
Di antara contoh bersikap adil adalah kisah tentang
seorang wanita yang menyanggah ucapan Sayidina
Umar radhiyallahu anhu dan mengingatkannya tentang
kebenaran. Saat itu, Sayidina Umar sedang berkhutbah di
hadapan banyak orang. Namun, beliau tidak malu untuk
berkata:
“Perempuan itu benar, sedangkan lelaki ini (yakni
dirinya sendiri) keliru.”
Diceritakan, ada seorang lelaki bertanya kepada
Sayidina Ali karramallahu wajhah, lantas beliau pun
menjawab pertanyaannya. Lelaki itu berkata:
“Jawabannya bukan demikian, wahai Amirul
Mukminin. Melainkan begini..”
Maka Sayidina Ali menjawab:
“Engkau benar, dan aku salah.” Lalu beliau
membacakan ayat: ْ ِّ ُ َ ْ َ َ
ٌ ‫ﻞﻛ ذي ﻋﻠﻢ َﻋﻠ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ ٍ ِ ِ ‫وﻓﻮق‬
“Dan di atas tiap-tiap yang memiliki ilmu ada
orang yang lebih mengetahui” (QS. Yusuf ayat 76)
(Dinukilkan dari kitab Ihya’ Ulumuddin)

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 291


 Tidak Malu Berkata: “Aku Tidak Tahu” Atau
“Wallahu A’lam”
Di antara adab seorang ulama adalah tidak malu
untuk berkata: “Aku tidak tahu” Atau “Wallahu a’lam”
ketika ditanya mengenai sesuatu yang ia tidak tahu
jawabannya.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Sahabat
Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata:
“Ilmu terdiri dari tiga bagian:
1. Kitab Al-Qur'an yang senantiasa menyuarakan
kebenaran
2. Sunah yang telah diajarkan
3. Ucapan “Aku tidak tahu.”
Imam Muhyiddin An-Nawawi rahimahullah
berkata:
“Termasuk ilmu seorang ulama adalah berkata
mengenai apa yang ia tidak ketahui: ‘Aku tidak tahu’
atau ‘Wallahu a’lam’.”
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
“Wahai manusia, siapa yang mengetahui sesuatu
maka katakanlah. Dan siapa yang tidak mengetahui,
hendaknya ia berkata: ‘Wallahu a’lam.’ Karena termasuk
bagian dari ilmu adalah mengatakan atas sesuatu yang
tidak diketahui: ‘Wallahu a’lam,’ Allah ‫ ﷻ‬berfirman
kepada Nabi-Nya ‫ﷺ‬:
ْ َ ْ َْ َ ْ ُ َُ ْ َ َ ْ ُ
َ‫ﺟﺮ َو َﻣﺎ أَﻧَﺎ ﻣ َﻦ اﻟ ْ ُﻤﺘَ َﻠﻜِّﻔﻦﻴ‬
ِ ِ ٍ ‫ﻗﻞ ﻣﺎ أﺳﺄﻟﻜﻢ ﻋﻠﻴ ِﻪ ِﻣﻦ أ‬
292 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta
upah sedikitpun padamu atas dakwahku dan bukanlah
aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (QS
Shad : 86)
Kemudian, Imam Nawawi berkata:
“Ketahuilah! Yang menjadi keyakinan para
ahli tahqiq bahwa ucapan seorang ulama: “Aku tidak
tahu.” tidak menjatuhkan kedudukannya. Bahkan, itu
adalah tanda tingginya kedudukan, ketakwaan, serta
kesempurnaan pengetahuannya. Bukan suatu aib bagi
seorang yang memiliki kemapanan dalam ilmu untuk
tidak mengetahui beberapa masalah. Bahkan, ucapannya
“Aku tidak tahu” menunjukkan ketakwaannya, sehingga
ia tidak sembarangan menyampaikan fatwa.” (Dikutip
dari Mukadimah ‘Syarah Al-Muhadzab’)
Sayidina Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
karramallahu wajhah pernah berkata:
“Betapa sejuknya hatiku ini.” Beliau
mengatakannya tiga kali. Lantas mereka bertanya kepada
beliau:
“Apakah itu yang menyejukkan hati Anda, Wahai
Amirul Mukminin?”
Beliau menjawab: “Ketika seorang ditanya
mengenai apa yang ia tidak tahu, lantas ia berkata:
Wallahu a’lam.”
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 293
“Tameng seorang ulama adalah perkataan ‘Aku
tidak tahu.’”
Perkataan yang semisal ini sangat banyak
dikatakan oleh pembesar sahabat dan tabiin, terlebih oleh
selain mereka.
Di antara adab seorang ulama adalah:

 Berhati-Hati Dalam Berfatwa:


Telah diriwayatkan bahwa Abdurahman bin Abi
Laila berkata:
“Aku mendapati seratus dua-puluh orang
sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Apabila salah seorang di antara
mereka ditanya mengenai satu masalah, maka ia akan
mengalihkan pertanyaan itu kepada yang lain. Kemudian
sahabat kedua itu mengalihkan kepada sahabat lainnya
lagi. Terus demikian sampai pertanyaan itu dialihkan
kepada sahabat yang pertama tadi.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Tidak ada satu pun sahabat yang menyampaikan
suatu hadits, kecuali ia berharap ada sahabat lain yang
bisa menggantikannya untuk menyampaikan hadits itu.
Tidak pula ada yang dimintai fatwa, kecuali ia berharap
ada sahabat lain yang bisa menggantikannya untuk
menyampaikan fatwa itu.”
Diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Masud dan Ibnu
Abbas radhiyallahu anhum:
294 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
“Siapa yang berfatwa atas semua masalah yang
ditanyakan maka ia adalah orang gila.”
Imam Malik radhiyallahu anhu pernah berkata:
“Siapa yang ingin menjawab sebuah pertanyaan,
hendaknya sebelum menjawab ia merenungkan dirinya
berada di antara surga dan neraka, bagaimana ia dapat
selamat dari neraka? Setelah itu, barulah ia menjawab
pertanyaan tersebut.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata: “Aku
tidak berfatwa kecuali setelah tujuh puluh orang ulama
bersaksi bahwa aku telah layak untuk berfatwa.” (Dikutip
dari Mukadimah Syarah Al-Muhadzab).
Sayidina Imam Allamah Abdullah bin Husain
Bilfagih radhiyallahu anhu berkata dalam mukadimah
kitab beliau ‘Mathlabil Iqodz’:
“Orang yang telah dikaruniai taufiq harus selalu
mengingat apa yang disampaikan oleh Nabi Al-Mukhtar
‫ ﷺ‬dalam sabdanya:
َّ ََ ْ ُ ُ َ ْ َ َْ ُْ ََ ْ ُ ُ َ ْ َ
ِ ‫ أﺟﺮؤﻛﻢ ﺒﻟ اﺠ‬،‫أﺟﺮؤﻛﻢ ﺒﻟ اﻟﻔﺘﻴﺎ‬
‫ﺎر‬
Orang yang paling berani berfatwa di antara kalian
adalah orang yang paling berani untuk masuk neraka.
(HR Ad-Darimi)
Hendaknya ia merenungkan bagaimana keadaan
para salaf yang saleh dari kalangan sahabat, tabiin dan
ulama agama setelah generasi mereka. Mereka sangat
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 295
berhati-hati dalam berfatwa, padahal mereka telah
memiliki dasar yang kokoh dalam berbagai ilmu, kekuatan
dalam berijtihad, serta jauh dari hawa nafsu. Sehingga
telah diriwayatkan bahwa Imam Malik rahimahullah
yang termasuk ulama salaf saleh teragung, beliau hanya
menjawab empat masalah dari empat puluh masalah yang
diajukan kepadanya. Beliau menyatakan untuk masalah
lainnya: ‘Wallahu a’lam’”

 Enggan Terhadap Dunia


Termasuk adab seorang ulama adalah memiliki
harga diri, enggan menemui para penguasa serta para
pecinta dunia. Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu
berkata:
“Jika seorang ulama benar-benar menjaga ilmu
dan menyampaikannya kepada orang yang tepat, maka
mereka akan menjadi pemimpin di masanya. Akan
tetapi, apabila mereka mengerahkan ilmunya kepada
pecinta dunia karena mengharapkan keduniaan mereka,
maka mereka akan dipandang hina oleh masyarakat di
masanya.”
Al-Faqih Al-Jurjani rahimahullah mengisyaratkan
hal ini ketika berkata dalam syairnya: ْ ْ َْ
َ ‫أﻧﺘَﺬل ﻲﻓ ﺧ ْﺪ َﻣﺔ اﻟﻌﻠﻢ ُﻣ‬
‫ﻬﺠ ِﻲﺘ‬ ِ ِ ِ ِ ‫َوﻟﻢ‬
َ ْ ُ ْ ْ
ُ
‫ ﻟﻜﻦ ﻷﺧﺪﻣﺎ‬، ‫ﻻﻗﻴﺖ‬ ‫ﻷﺧ ُﺪ َم َﻣ ْﻦ‬
296 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Aku tidak mengerahkan jiwaku untuk menjadi pelayan
ilmu agar aku menjadi pelayan setiap orang yang
kutemui, namun agar aku dilayani
ً َّ ً َ َ
! ‫ َوأﺟﻨﻴ ِﻪ ِذﻟﺔ ؟‬، ‫أأﺷﻰﻘ ﺑِ ِﻪ ﻏ ْﺮﺳﺎ‬
ْ َ ْ َ ْ ُ ِّ ً
‫ ﻓﺎﺗﺒﺎع اﺠﻟَﻬ ِﻞ ﻗﺪ ﺎﻛن أﺣ َﺰﻣﺎ‬، ‫إذا‬
Mungkinkah aku celaka karena menanam benih ilmu?
Mungkinkah aku petik kehinaan karenanya? Kalau
begitu, menuruti kebodohan tentu lebih bijaksana
ُ
‫ﺻﺎﻧﻬ ْﻢ‬ ُ ُ‫أﻫ َﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﺻﺎﻧ‬
‫ﻮه‬
ْ َّ ْ َ
‫وﻟﻮ أن‬
ِ ِ
ِّ َ َّ َ
‫َوﻟ ْﻮ ﻋﻈﻤﻮه ﻲﻓ اﻟﺼﺪور ﻟ ُﻌﻈﻤﺎ‬
Andai para ulama menjaga ilmunya, tentu ilmu akan
menjaga mereka. Andai mereka mengagungkan ilmu
dalam dada mereka, tentu mereka akan diagungkan
pula.
َّ َ َ َ ُ
‫أﻫﺎﻧﻮه ﻓ َﻬﺎن َودﻧ ُﺴـﻮا‬ ‫وﻟﻜﻦ‬
َّ َ
‫ﺑـﺎﻷﻃﻤﺎع ﺣ ﺠﺗَـﻬﻤﺎ‬
ِ َ ‫ُﻣ‬
‫ـﺤ َّﻴ ُﺎه‬
Namun mereka menghinakan ilmu, maka mereka
pun menjadi hina. Mereka kotori wajahnya dengan
ketamakan sehingga ia berwajah masam.
Sayidina Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi
rahimahullah wa rahimana berkata dalam syairnya:
ًَ ْ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ
‫ـﺨﺬ ِﺣ ْﺮﻓﺔ‬
ِ ‫ِإن ﺣـﺰت ِﻋﻠﻤﺎ ﻓﺎﺗ‬
َُُْ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َ
‫ـﺎء اﻟ َﻮﺟ ِﻪ ﻻ ﻓﺒﺬل‬ ‫ﺗـﺼـﻮن ﻣ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 297
Jika engkau telah meraih ilmu, jadikan ilmumu sebagai
keahlian untuk menjaga kemuliaan wajahmu sehingga
tidak terhina
َ َ ُ َْ ُ ْ ُ َ
ِ ‫َوﻻ ﺗ‬
‫ــﺸـﻨـﻪ أن ﺗﺮى ﺳـﺎﺋِﻼ‬
َُ ْ ُ ْ َ ْ ْ َْ ُْ َ َ
‫ـﻞ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ أن ﻳـﺴﺄﻟﻮا‬
ِ ‫ﻓـﺸـﺄن أﻫ‬
Jangan hinakan ilmu dengan sikap meminta-minta. Sifat
orang berilmu adalah diminta dan bukan meminta.
Rabi’ah Ar-Ra`i rahimahullah berkata:
“Seorang yang memiliki suatu ilmu tidak pantas
melakukan hal yang dapat menghinakan dirinya.”
Sahabat Umar bin Khathab radhiyallahu anhu
berkata kepada Abdullah bin Salam radhiyallahu anhu:
“Siapakah orang-orang berilmu?”
Beliau menjawab: “Yaitu mereka yang
mengamalkan ilmunya.”
Sahabat Umar kembali bertanya: “Apa penyebab
hilangnya ilmu dari dada para ulama?”
Ia menjawab: “Ketamakan.”
Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Hukuman bagi ulama adalah matinya hati
nurani. Penyebab kematian hati nurani adalah mencari
harta duniawi dengan amal akhirat.”
Salah seorang penduduk Bashrah pernah ditanya:
“Siapakah tokoh yang kalian patuhi?”
Ia menjawab: “Hasan Al-Bashri.”
298 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Lalu ia ditanya, “Karena apa ia menjadi tokoh
kalian?”
“Orang-orang memerlukan ilmunya sedangkan ia
tidak memerlukan harta dunia yang ada pada mereka.”
Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullah
berkata:
“Siapa yang menghimpun Al-Qur'an dalam
dirinya, kemudian hatinya tertarik kepada dunia maka
artinya ia telah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai
buah ejekan dan permainan.”
Imam Sufyan bin Uyainah berkata: Telah sampai
kepada kami bahwa Sahabat Ibnu Abbas berkata:
“Andai para penghimpun Al-Qur'an menunaikan
hak Al-Qur'an dan melakukan apa yang seharusnya,
niscaya Allah akan mencintai mereka. Namun mereka
justru mencari kenikmatan duniawi dengannya, sehingga
Allah memurkai mereka, dan mereka pun menjadi hina di
mata manusia.”
Imam Ghazali menyampaikan:
“Sesungguhnya seorang ulama yang menjadi
pecinta dunia lebih rendah keadaannya dan lebih berat
azabnya daripada orang bodoh.”

 Rendah Hati (Tawadhu)


Di antara adab seorang ulama adalah bersikap
tawadhu kepada Allah ‫ ﷻ‬ketika sendiri maupun dalam
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 299
keramaian serta menjaga dirinya dari perbuatan maksiat.
Ayub As-Sakhtiyani rahimahullah berkata:
“Seorang yang berilmu sudah sepatutnya
meletakkan debu di atas kepalanya karena rasa tawadhu
kepada Allah ‫ﷻ‬.”
Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:
“Sungguh Allah mencintai seorang ulama yang
tawadhu dan membenci seorang ulama otoriter. Siapa
yang bertawadhu kepada Allah ‫ﷻ‬, maka Dia ‫ ﷻ‬akan
mewariskan padanya hikmah.”
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Banyak kaum salaf yang belajar dari murid
mereka sendiri mengenai ilmu yang belum mereka
pelajari.”
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca
Surat Al-Bayyinah kepada Sahabat Ubay bin Kaab
radhiyallahu anhu. Beliau ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َْ َ َََْ ْ َ َ َ َ
‫أﻣﺮ ِﻰﻳ اﷲ أن أﻗﺮأ ﻋﻠﻴﻚ‬
Allah memerintahkan aku untuk membacakannya di
hadapanmu. (HR Bukhari-Muslim)
Para ulama mengambil beberapa faedah dari
hadits ini. Di antaranya: hadits ini menjelaskan tentang
tawadhu, orang yang lebih utama jangan enggan untuk
membaca/belajar kepada orang yang lebih rendah derajat
keutamaannya.”
300 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir
nafa’nallahu bih berkata:
“Saudaraku yang bernama Thahir rahimahullah, ia
berguru kepada setiap orang yang ditemui. Kepada yang
setara maupun yang lebih rendah derajatnya darinya,
di mana saja. Ia tidak akan tampil berdakwah kepada
masyarakat atau memberi nasihat kecuali jika tidak ada
orang lain yang dapat melakukannya, karena ia sangat
ingin menyembunyikan diri dari ketenaran (khumul).
Jika di suatu daerah, ada seorang yang mengaku
memiliki pengetahuan, maka ia akan membuka kitabnya
dan berkata padanya:
“Bolehkah aku berguru kepadamu?”
Dengan demikian, ia dan orang lain mendapatkan
manfaat karena sifat tawadhu dan kesucian jiwanya.
Siapa yang tinggi hati kepada orang lain dan menuntut
mereka datang belajar padanya, maka ilmunya tidak akan
bermanfaat baginya maupun bagi orang lain.”
Said bin Jubair berkata: “Seseorang senantiasa
memiliki status sebagai orang berilmu selama ia masih
mau belajar. Apabila ia sudah tidak mau belajar, mengira
ilmunya sudah cukup, dan merasa puas dengan ilmunya,
maka ia berubah menjadi orang yang paling bodoh.”

Penulis berkata:
Di antara petuah Sayidina Imam Muhammad bin
Zain Bin Smith radhiyallahu anhu:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 301
“Siapa yang mengekang nafsu dan menerima
kebenaran dari setiap orang yang membawakannya,
maka ia telah bersikap tawadhu dan mengedepankan
kebenaran. Inilah sifat murid sejati, ia menerima faedah
ilmu dari siapa saja dan dari mana saja. Ia tidak membatasi
diri untuk belajar hanya kepada ulama tertentu dan tidak
mau mengambil dari orang lain. Namun, ia mengambil
kesempatan untuk memperoleh keutamaan dan mencari-
cari perantara yang dapat menyampaikannya kepada
Allah ‫ﷻ‬. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
ُ َ َ ََ َْ َْ ُ َْ َ َ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ﻳﺎﻛﻓﻬﺎ ا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﻳﻘﻮا اﷲ واﻧﺘﻐﻮا ِإ ِﻪ اﻟﻮ ِﺳﻴﻠﺔ وﺟﺎ ِﻫﺪوا ِﻲﻓ‬
َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ
‫ﺤﻮن‬ ‫َﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻪ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻳﻔ ِﻠ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan
diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di
jalan-Nya agar kamu beruntung.”(QS Al-Maidah: 35)
Kata falah artinya adalah beruntung. Yaitu meraih
semua harapan dan keinginan yang dicita-citakan.
Hikmah adalah benda hilang milik orang mukmin. Taufiq
ada dalam kuasa Allah. Petunjuk hakiki adalah petunjuk
Allah:
ً َ َ َ ْ ََ ْ ْ ُ ْ َ َ َْ ُْ َ ُ َ ُ َْ ْ َ
‫ﺠﺗﺪ ُ َو ِ ًّﺎ ُﻣ ْﺮ ِﺷﺪا‬ِ ‫ﻦ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻞ‬‫ﻠ‬ِ ‫ﻀ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫و‬ ‫ﺪ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻬ‬ ‫ﻓ‬ ‫اﷲ‬ ‫ﺪ‬
ِ ‫ﻬ‬ ‫ﻣﻦ ﻓ‬
“ Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka
dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang
302 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan
seorang penolong pun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya. “. (QS. Al-Kahfi : 17)”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Tawadhu adalah sebuah perangai dan anugerah
yang Allah istimewakan bagi hamba-hamba yang dicintai-
Nya. Sikap tawadhu dapat diterapkan terhadap semua
orang: kepada para pelaku maksiat, orang fasik, kaum
durhaka, bahkan terhadap hewan dan benda-benda mati
serta orang-orang kafir. Engkau dapat melihat sikap itu
dalam kehidupan Al- Musthafa ‫ﷺ‬. Perhatikan bagaimana
cara Beliau ‫ ﷺ‬mengajak bicara serta menjawab para
penguasa, orang-orang lemah, dan manusia-manusia
yang hina. Bagaimana beliau ‫ ﷺ‬merendahkan diri dari
kedudukannya yang tinggi ketika menghadapi mereka
karena kasih sayang beliau terhadap mereka. Ini karena
beliau sangat mengenal Tuhan dan sangat takut kepada-
Nya. Sebagian ulama berkata: “Jika pohon bidara penuh
dengan buah, maka tangkainya akan turun ke bawah
sehingga buahnya dapat digapai oleh setiap orang, dan
sebaliknya. Demikian pula Pohon Kurma. semakin banyak
buahnya akan semakin merunduk, dan sebaliknya. (Di
Indonesia terkenal perumpamaan: Seperti padi, semakin
berisi semakin menunduk. penj.)” (Dikutip dari isi surat-
menyurat beliau).

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 303


Penulis berkata:
Seorang penyair mengisyaratkan makna ini dalam
bait syairnya:
ً َ َ َْ ْ ُْ َ َ َ
ُ ‫اد ﺗَ َﻮ‬
‫اﺿـﻌﺎ‬ ‫ِإذا زاد ِﻋﻠﻢ اﻟـﻤﺮ ِء ز‬
َ ُّ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ
‫وإِن زاد ﺟـﻬﻞ اﻟﻤﺮ ِء زاد ﺗـﺮﻓﻌﺎ‬
Ketika ilmu seorang bertambah, bertambah pula sifat
tawadhunya. Ketika kebodohan seseorang bertambah,
bertambah pula sifat sombongnya.
ُ ُ ‫َو اﻟْ ُﻐ ْﺼﻦ َﻗ ْﻦ َﻤﺣْﻞ اﺨﻛِّ َﻤﺎر ِﻣﺜَﺎ‬
َ َّ َ َ َ ِّ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ِ ِ ِ ِ
‫ﺎر ﻳﻤﻨﻌﺎ‬
ِ ‫ـﺈن ﻓﻌﺮ ِﻣﻦ ﻤﺣ ِﻞ اﺨﻛﻤ‬
ِ ‫ﻓ‬
Bagaikan dahan yang penuh dengan buah akan
merunduk. Sedangkan yang kosong tanpa buah akan
meninggi.
Sebagian ulama berkata:
َّ ‫ﺠﻢ ﻲﻓ أُﻓُﻖ‬
َ‫اﻟﺴﻤﺎ‬ ْ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ
‫ﺗﻮاﺿﻊ ﺗﻜﻦ ﺎﻛﺠ‬
ِ ِ ِ
ْ
ُ ‫ﺤﺎت اﻟ َﻤﺎ ِء َو ْﻫ َﻮ َرﻓ‬ َ
َ َ َ َ
‫ﻴﻊ‬ ِ ِ ‫ﻋـﻰﻠ ﺻﻔ‬
Tawadhulah, engkau akan menjadi seperti bintang yang
berada di ufuk langit. Ia terlihat di permukaan air,
namun kenyataannya tinggi di angkasa
ُ ْ َ َ َ ُّ َ ُ َ َ َ
‫ﺎن ﻳَ ْﺮﻓ ُﻊ ﻧـﻔ َﺴﻪ‬
ِ ‫وﻻ ﺗﻚ ﺎﻛ ﺧ‬
َ ْ‫إ َﻰﻟ َﻃـﺒَ َﻘﺎت اﻟ‬
ُ ‫ـﺠ ِّﻮ َو ْﻫ َﻮ َوﺿ‬
‫ـﻴﻊ‬ ِ ِ ِ

304 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Janganlah engkau seperti asap, yang membumbungkan
diri tinggi ke lapisan angkasa, namun kenyataannya ia
tetap saja rendah tak berguna
Diriwayatkan bahwa walaupun Nabi Sulaiman
alaihissalam dianugerahkan kerajaan, namun beliau
tidak pernah mengangkat pandangannya ke langit karena
rasa khidmat serta tawadhu kepada Allah ‫ﷻ‬. Beliau
mendermakan makanan-makanan lezat kepada orang
lain, namun beliau sendiri hanya makan roti kasar. Suatu
saat ada seorang nenek tua yang mencegatnya ketika
beliau tengah berada di atas kendaraan angin bersama
bala tentara. Beliau pun memerintahkan angin untuk
berhenti, kemudian memperhatikan keperluan nenek itu.
(Qadhi Iyadh menyebutkannya dalam kitab As-Syifa’)

 Meninggalkan Perdebatan dan Perselisihan


Imam Syafii rahimahullah berkata:
“Aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata:
Seorang ulama tidak semestinya berdebat atau
membujuk-rayu. Yang semestinya dilakukannya adalah
menebar hikmah Allah. Jika ada yang menerima, maka
ia panjatkan puji syukur kepada Allah. Dan kalaupun
ditolak, tetap ia panjatkan puji syukur kepada Allah.”
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad radhiyallahu
anhu berkata:
“Termasuk sifat orang yang tulus adalah
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 305
meninggalkan perdebatan. Jika mereka harus berdebat,
maka itu dilakukan dengan satu kalimat saja. Allah ‫ﷻ‬
berfirman:
ْ َ َ
ُ‫ﺣ َﺴﻦ‬ َّ َّ َ ْ َ ْ َ ُ َُ ََ
‫ﺎب إِﻻ ﺑِﺎﻟ ِﻲﺘ ِﻲﻫ أ‬
ِ ‫ﻜﺘ‬ِ ‫وﻻ ﺠﺗﺎ ِدﻟﻮا أﻫﻞ اﻟ‬
“Janganlah kamu mendebat Ahlulkitab melainkan
dengan cara yang lebih baik”. (QS Al-Ankabut: 46)
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Jika seorang yang menguasai suatu ilmu dan
membidanginya mendengar pakar lain berbicara mengenai
ilmu tersebut, maka hendaknya ia diam dan tidak perlu ikut
berbicara untuk menunjukkan keahliannya. Jika ia ikut
berbicara, maka sikapnya itu menunjukkan kelemahan
akalnya. Betapa banyak orang yang baru mempelajari
satu bab ilmu atau sepuluh masalah keilmuan, lantas ia
ikut-ikutan berbicara setiap kali mendengar ada seseorang
yang menyinggung masalah itu dalam suatu diskusi.”

 Menjauhi Penguasa
Imam Jakfar As-Shadiq radhiyallahu anhu
berkata:
“Ulama adalah para pengemban amanat rasul
selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan
mencampuri urusan dunia. Jika mereka bergaul dengan
penguasa dan mencampuri urusan dunia maka mereka
telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
kucilkanlah mereka dan berhati-hatilah terhadap mereka.”
306 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ّ َ َ ُ ْ ُ َ
‫ و ِﺧﻴﺎر اﻷﻣﺮا ِء ا ِ ﻳﻦ ﻳﺄﺗﻮن‬،‫ِﺮﺷار اﻟﻌﻠﻤﺎ ِء ا ِ ﻳﻦ ﻳﺄﺗﻮن اﻷﻣﺮاء‬
َ ‫اﻟْ ُﻌﻠَ َﻤ‬
‫ﺎء‬
“Ulama terburuk adalah yang mendatangi para
penguasa, sedangkan penguasa terbaik adalah yang
mendatangi para ulama.”
Disebutkan dalam biografi Syaikh Ali bin Husain
As-Shandaliy, bahwa Sultan Malik Syah pernah bertanya
kepada beliau:
“Mengapa engkau tidak pernah mengunjungiku?”
Beliau menjawab:
“Aku berharap engkau menjadi raja terbaik
dengan mengunjungi ulama dan aku tidak ingin diriku
menjadi ulama terburuk dengan mengunjungi raja.”

FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’nallahu bih berkata:
“Larangan mengunjungi para penguasa dan
menemui mereka tidak berlaku secara mutlak. Namun,
larangan itu hanya bagi ulama yang bertujuan untuk
mendapatkan dunia. Adapun ulama yang mendatangi
penguasa dengan maksud memberi nasihat, maka ia
tidak tergolong dalam celaan ini. Memutlakkan celaan
mendatangi penguasa adalah keliru. Banyak orang saleh
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 307
yang mengunjungi penguasa dengan tujuan memberi
nasihat terdorong oleh sifat kasih-sayang terhadap
mereka dan terhadap umat Islam. Telah dikisahkan
bahwa Al-Aidrus (Al-Habib Abdullah bin Abubakar)
pernah mencium telapak kaki salah seorang penguasa
untuk mencegah keburukan yang hendak ia timpakan
kepada umat Islam.” (Dikutip dari Manaqib Beliau
Qurratul Ain).

 Lemah-Lembut Terhadap Para Penuntut Ilmu


Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam
Mukadimah ‘Syarah Al-Muhadzab’ :
Disunahkan bagi seorang guru agar bersikap lemah
lembut terhadap muridnya dan mengerahkan segala yang
ia mampu untuk berbuat baik kepadanya. Imam Turmudzi
meriwayatkan dari Abi Harun Al-Abdari, beliau berkata:
Kami menemui Sahabat Abu Said Al-Khudri
radhiyallahu anhu maka beliau berkata: Selamat datang
wasiat Rasulullah ‫ﷺ‬. Sesungguhnya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ُ ْ َ ً َ َّ ٌ َ َ ْ ُ َ َ
ْ
‫ﺎر اﻷر ِض‬ ‫ َوإِن ِر‬،‫اﺠﺎس ﻟﻜﻢ ﻳﺒﻊ‬ َّ ‫إ َّن‬
ِ ‫ﺟﺎﻻ ﻳﺄﺗﻮﻧﻜﻢ ِﻣﻦ أﻗﻄ‬ ِ
ْ َ ْ ُ ََْ َ َ
ً‫ﺎﺳﺘَ ْﻮ ُﺻﻮا ﺑﻬ ْﻢ َﺧ ْﺮﻴا‬ ِّ َ ُ َّ َ َ َ
ِِ ‫ ﻓ ِﺈذا أﺗﻮﻛﻢ ﻓ‬،‫ﻳﻦ‬ِ ‫ﻓﺘﻔﻘﻬﻮن ِﻲﻓ ا‬
Sungguh manusia akan menjadi pengikut kalian, dan
sungguh orang-orang akan mendatangi kalian dari
penjuru bumi untuk mendalami ilmu agama. Jika

308 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


mereka datang kepada kalian, maka terimalah wasiatku
untuk memperlakukan mereka dengan baik.”
Sayidina Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
“Kami tidak suka membingungkan murid.
Akan tetapi, kami menyampaikan kepadanya pelajaran
yang sesuai dengan kemampuannya. Engkau dapat
menyaksikan beberapa orang menjelaskan secara bertele-
tele kepada para pemula dan membingungkan mereka
sehingga mereka bosan belajar.
Ada dua jenis ilmu yang tidak dapat kami
percayakan kepada para pelajar fiqih zaman ini, yaitu Ilmu
Hakikat, dan ilmu mengenai perselisihan antara ulama.
Kami memiliki banyak kitab mengenainya, namun kami
tidak menyampaikannya.” (Dari kitab Tatsbitul Fuad)
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Pada zaman ini, yang sepatutnya dicari adalah
orang yang mencari murid, walau ini bertentangan
dengan apa yang dilakukan oleh salaf. Dengan demikian,
ia dapat mengingat ilmunya. Sebab, jika bukan karena
perbincangan ilmu, ia akan lupa. Selain itu, ia juga dapat
meraih pahala mengajar.”

PERINGATAN
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 309
“Ilmu adalah amanat, hendaknya dijaga dan tidak
diberikan kecuali kepada murid terpercaya yang dapat
menjaga amanat, wara, dan bertakwa. Jika tidak, maka ia
telah menyia-nyiakan ilmu dan meletakkannya di selain
tempatnya.”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Kami tidak memperoleh ilmu dengan banyak
meriwayatkan ini dan itu, tidak pula dengan saling
berdesakan dengan para tokoh ulama. Namun, kami
memperoleh ilmu dengan mengosongkan hati dari
keinginan duniawi, menangis di tengah malam, dan
selalu merasa diawasi oleh Allah Yang Mahaperkasa.
Kami tidak menemukan seluruh kebaikan kecuali dalam
ilmu. Jika bukan karena ilmu, seorang hamba tidak akan
mengenal Tuhannya, tidak pula ia dapat mengetahui
bagaimana cara beribadah kepada-Nya.”
***

310 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KEDUA

Adab Seorang Murid Dalam


Menuntut Ilmu

 Mensucikan Hati Dan Mengosongkannya Dari


Segala Yang Menyelisihi Agama
Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam
Mukadimah Syarah Al-Muhadzab:
“Seorang penuntut ilmu harus mensucikan hati
dari segala kotoran sehingga pantas untuk menerima
ilmu, menjaga, dan memetik buahnya.”
Dalam kitab Shahihain (Shahih Bukhari dan
Muslim) diriwayatkan hadits dari Rasulullah ‫ ﷺ‬:
َ ُ ُّ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ ً َ ْ ُ َ َْ َّ
‫ َوإِذا‬،‫ﺤﺖ َﺻﻠ َﺢ اﺠﻟ َ َﺴ ُﺪ ﻠﻛﻪ‬ ‫ ِإذا ﺻﻠ‬:‫ِإن ِﻲﻓ اﺠﻟﺴ ِﺪ ﻣﻀﻐﺔ‬
َ َ ُ ُّ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ
‫ أﻻ وﻲﻫ اﻟﻘﻠﺐ‬،‫ﻓﺴﺪت ﻓﺴﺪ اﺠﻟﺴﺪ ﻠﻛﻪ‬
Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging
yang jika ia baik akan baik pula seluruh jasadnya.
Namun, jika ia busuk akan menjadi busuk pula seluruh
jasadnya. Ketahuilah, itu adalah hati.
Para ulama berkata: “Cara untuk menjadikan
hati pantas menerima ilmu sama seperti cara untuk
menjadikan tanah pantas untuk ditanami tumbuhan.”

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 311


Sayidina Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
nafa’anallahu bih berkata:
“Jika engkau datang dengan membawa wadah
kotor kepada seseorang, lantas meminta Minyak Samin,
madu atau semisalnya, sudah barang tentu ia akan
menolaknya. Ia akan berkata padamu:
“Pergilah, bersihkan dulu wadahmu.”
Jika untuk mendapatkan benda-benda duniawi
saja perlu untuk membersihkan wadah terlebih dahulu,
maka bagaimana mungkin rahasia-rahasia ilahi yang suci
akan diletakkan dalam hati yang kotor?”
Diriwayatkan bahwa ketika Imam Syafii datang
kepada Imam Malik rahimahumallah, Beliau membaca
kitab Al-Muwatha langsung dari hafalannya. Bacaan
beliau ini membuat Imam Malik kagum, sehingga beliau
pun mendekatkannya. Imam Malik berkata kepadanya:
“Wahai Muhammad, bertakwalah engkau kepada
Allah dan hindarilah perbuatan maksiat. Sungguh
engkau akan memiliki masa depan yang menakjubkan.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Imam Malik
berkata kepada Imam Syafii:
“Allah telah meletakkan cahaya di hatimu, maka
jangan engkau padamkan cahaya itu dengan perbuatan
maksiat.”
Imam Syafii rahimahullah berkata dalam syairnya:

312 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


ُ َ َ
َ ‫ﻮت إﻰﻟ َوﻛـﻴﻊ‬
‫ﺳﻮء ِﺣﻔـﻈﻲ‬ ٍ ِ ‫ﺷﻜ‬
َ َ َ َ َ َ
‫ﺮك اﻟـﻤﻌﺎ‬
ِ ‫ﻓــﺄرﺷﺪ ِإﻰﻟ ﺗ‬
Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waqi
(guru beliau). Beliau pun menunjukkan kepadaku agar
meninggalkan maksiat.
َ ‫ـﺮﻰﻳ ﺑــﺄَ َّن اﻟـﻌ‬
ٌ‫ﻠـﻢ ﻧـﻮر‬ َ َ‫َوأَﺧـﺒ‬
ِ ِ
‫ﷲ ﻻ ﻳُﻬﺪى ِﻟـﻌـﺎ‬ ُ
ِ ‫َوﻧـﻮر ا‬
Beliau mengabarkan bahwa ilmu adalah cahaya. Dan
cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku
maksiat.
Imam Sahal bin Abdullah nafa’anallahu bih
berkata:
“Hati akan terhalang untuk dimasuki cahaya
selama di dalamnya terdapat sesuatu yang dibenci oleh
Allah ‫ﷻ‬.”

 Ikhlas Karena Allah Dalam Menuntut Ilmu


Ketahuilah! Penuntut ilmu harus memiliki
niat yang baik dalam belajar. Niat adalah inti dari segala
perbuatan berdasarkan hadits Nabi ‫ﷺ‬:
َّ ِّ ُ َ ْ َ ْ َ َّ
‫ﺎت‬
ِ ‫ِإﻏﻤﺎ اﻷﻗﻤﺎل ﺑِﺎﺠﻴ‬
Sesungguhnya segala perbuatan itu hanya berdasarkan
niat-niatnya. (HR Bukhari-Muslim)
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 313
Maka, hendaknya dalam menuntut ilmu ia
meniatkan:
 Ikhlas karena Allah
 Mengamalkan ilmunya
 Menghidupkan hukum syariat
 Mendekatkan diri kepada Allah
 Mencari keridhaan-Nya
 Menyingkirkan kebodohan dari dirinya dan
dari semua orang yang tidak mengetahui
 Menghidupkan ajaran agama
 Mengekalkan ajaran Islam dengan melakukan
amar makruf dan nahi nunkar kepada
dirinya sendiri serta orang lain sesuai dengan
kemampuannya.

 Rendah Hati (Tawadhu) Dan Khidmat Kepada


Ulama
Seorang penuntut ilmu semestinya tidak
menghinakan diri dengan sifat tamak dan ia harus
melindungi dirinya dari sifat sombong. Imam Syafii
rahimahullah berkata:
“Tidak ada seorang pun yang berhasil menuntut
ilmu ini dengan menggunakan kekuasaan dan tinggi hati.
Siapa yang menuntut ilmu dengan merendahkan diri,
penghidupan yang sempit, dan khidmat kepada ulama,
maka ia pasti akan berhasil.”
314 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Penulis berkata:
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Sahabat
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata:
“Aku hina ketika menuntut ilmu, kemudian
menjadi mulia ketika menjadi rujukan ilmu.”
Beliau radhiyallahu anhuma sering-kali
mengunjungi kediaman Sahabat Ubay bin Ka’ab
radhiyallahu anhu untuk menuntut ilmu. Terkadang
pintu kediamannya terbuka, sehingga beliau diizinkan
untuk segera masuk. Jika pintunya tertutup, beliau
merasa malu untuk mengetuk pintu rumah gurunya.
Maka, beliau akan menunggu sampai gurunya membuka
pintu. Terkadang beliau duduk menunggu di luar hampir
sepanjang siang. Angin menghembuskan debu kepada
beliau, sehingga beliau sulit dikenali karena tertutupi
oleh debu yang melekat pada badan dan pakaiannya.
Saat Sahabat Ubay radhiyallahu anhu keluar dan melihat
beliau dalam kondisi demikian, beliau pun terkejut dan
berat hati melihat kondisinya itu. Beliau pun berkata
kepada Sahabat Ibnu Abbas:
“Mengapa engkau tidak mengetuk pintu untuk
meminta izin masuk?”
Sahabat Ibnu Abbas pun mengemukakan alasan
bahwa beliau merasa malu terhadapnya.”
Pernah suatu ketika, Sahabat Ubay radhiyallahu
anhu hendak menunggangi kudanya. Sahabat Ibnu Abbas
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 315
pun memegang tali kekang kuda sampai gurunya itu naik
kendaraan. Lalu beliau berjalan mengiringi gurunya.
Sahabat Ubay berkata:
“Kenapa engkau lakukan ini, wahai Ibnu Abbas?”
“Demikianlah kami diperintahkan untuk
memuliakan ulama kami.” Jawab Ibnu Abbas.
Saat itu, Sahabat Ubay menaiki kendaraan
sedangkan Sahabat Ibnu Abbas berjalan di samping
kudanya. Saat Sahabat Ubay turun dari kendaraan, beliau
pun mencium tangan Sahabat Ibnu Abbas. Tentu beliau
terkejut atas perlakuan gurunya itu, dan bertanya:
“Mengapakah engkau lakukan ini?”
“Demikianlah kami diperintahkan untuk
memuliakan keluarga Nabi kami ‫ﷺ‬.” Jawab Sahabat
Ubay. (Kisah ini disebutkan oleh Habib Allamah Abdullah
bin Husain Bilfagih sebagaimana dinukilkan dalam kitab
Iqdul Yawaqit).
Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata:
“Aku telah membaca Al-Qur'an ketika aku berusia
empat tahun. Aku menulis hadits saat aku berusia tujuh
tahun. Ketika usiaku menginjak lima belas tahun, ayahku
berpesan:
‘Hai anakku, engkau sudah bukan anak kecil
lagi. Bergaullah dengan orang baik agar engkau menjadi
orang baik. Ketahuilah! Tiada yang beruntung dengan
keberadaan ulama kecuali orang yang mentaati mereka.
316 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Maka, taatilah mereka sehingga engkau mendapatkan
keberuntungan. Berkhidmatlah kepada mereka dan
tuntutlah ilmu mereka.’
Lalu aku jalani wasiat ayahku dan tidak pernah
berpaling darinya.” (Imam Nawawi menukilkannya
dalam kitab Tahdzib).
Di antara petuah Sayidina Imam Jakfar As-Shadiq
radhiyallahu anhu:
“Seorang syarif (yang berketurunan mulia) tidak
boleh enggan untuk melakukan empat hal ini:
1. Bangkit dari duduknya untuk menyambut
ayahnya,
2. Berkhidmat kepada tamunya,
3. Merawat kendaraannya sendiri,
4. Berkhidmat kepada guru yang mengajarinya.”
Diriwayatkan bahwa Imam Mujahid rahimahullah
berkata:
“Ada dua golongan yang tidak akan pernah
menuntut ilmu: pemalu dan orang yang sombong.”

Penulis berkata:
Rasa malu akan menghalangi seorang pemalu
untuk mendalami ilmu agama dan menanyakan masalah
yang tidak diketahuinya. Sedangkan tinggi hati,
akan menghalangi orang sombong untuk mengambil
faedah ilmu dan belajar dari orang yang tidak setara
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 317
kedudukannya. Padahal, tidak ada yang bisa menjadi
seorang ulama sampai ia mau mempelajari ilmu dari
siapa saja, baik dari orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi, setara, maupun yang lebih rendah darinya.

 Mengambil Faedah Ilmu Dari Mana Saja


Sayidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Seorang salik (penempuh jalan akhirat)
semestinya mengambil faedah ilmu dan adab syariat yang
baik dari mana saja ia dapatkan: dari yang dekat atau
yang jauh, dari yang berkedudukan tinggi atau rendah,
dari orang yang terkenal atau yang tidak terkenal. Jangan
membatasi diri dengan ikatan tabiat atau adat, sehingga
nafsunya menghalangi untuk menuntut ilmu dari orang
yang tidak pernah didengar namanya, tidak terkenal, dan
tidak memiliki kedudukan. Yang melakukan ini hanyalah
orang-orang bodoh yang melupakan kandungan dari
hadits:
َ َ ُْ ْ ْ ُ َّ َ ُ ْ ْ
‫ َﺣﻴﺜ َﻤﺎ َو َﺟﺪﻫﺎ اﺤﻛﻘﻄﻬﺎ‬،‫اﺤﻟﻜ َﻤﺔ ﺿﺎﻟﺔ اﻟ ُﻤﺆ ِﻣ ِﻦ‬
ِ
Hikmah adalah barang hilang milik orang beriman. Di
mana saja ia menemukannya, ia akan memungutnya.
(HR Turmudzi dan Ibnu Majah)
Demikan pula ia lalai atas perkataan seorang bijak:
َ َ َ َُْ َ َ َ َ ُ ُْ
‫اﻏﻈ ْﺮ إِﻰﻟ َﻣﺎ ﻗﺎل َوﻻ ﻳﻨﻈ ْﺮ إِﻰﻟ َﻣ ْﻦ ﻗﺎل‬
318 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang
menyampaikannya.”
Diriwayatkan oleh Imam Abu Nua’im dalam
kitab ‘Hilyatul Auliya’ bahwa Sayidina Ali Zainal Abidin
bin Husain mengunjungi Zaid bin Aslam dan duduk di
majelisnya. Zaid bin Aslam merupakan keturunan budak.
Maka sebagian orang berkata kepada Sayidina Ali Zainal
Abidin:
“Anda adalah pemimpin umat dan manusia yang
paling utama, mengapa Anda mengunjungi keturunan
budak seperti dia dan duduk di majelisnya.”
Sayidina Ali menjawab: “Ilmu sudah semestinya
diikuti di manapun ia berada dan diambil dari siapapun
orangnya.”
Dihikayatkan bahwa Abul Bakhtari pernah
berkata:
“Keberadaanku bersama kaum yang lebih berilmu
lebih aku sukai daripada keberadaanku bersama kaum
yang aku lebih berilmu dari mereka. Jika aku adalah yang
paling berilmu aku tidak bisa mendapatkan faedah ilmu,
namun jika aku bersama orang yang lebih berilmu, aku
dapat menimba faedah ilmu darinya.”
Imam Yafii menukilkan ucapan ini dalam kitab
‘Mir’atul Jinan’, lantas memberikan komentar:
“Ada alasan yang lebih baik dari alasan yang
beliau ungkapkan, yaitu: Jika ia menjadi orang yang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 319
paling berilmu di antara mereka, ia akan dipasrahkan
urusan-urusan yang penuh resiko dan diserahkan
berbagai tanggung jawab yang besar konsekuensinya.
Bisa jadi ia tidak dapat menunaikannya dengan sempurna
atau terjerumus dalam resikonya yang membinasakan.
Namun, apabila mereka lebih berilmu maka ia akan
selamat dari resiko itu dan aman dari kekhawatiran
menanggung semua akibat itu.”
Sayidina Quthb Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
“Seorang tidak akan mendapatkan futuh
(tersingkapnya hakikat) dalam suatu ilmu sampai
ia menuntutnya dan meyakini bahwa dirinya tidak
mengetahui apa pun darinya. Sebab aspek-aspek
keduniaan terkadang mengurangi aspek-aspek akhirat.”

 Sedikit Makan dan Tidur


Imam Sahnun rahimahullah berkata:
“Ilmu tidak pantas disandang oleh seorang yang
makan sampai kenyang.”
Di antara petuah Luqman Al-Hakim kepada
putranya:
“Wahai putra kecilku, jika perutmu penuh
maka pikiranmu akan terlelap, lidahmu akan kelu dari
mengucapkan hikmah, dan anggota tubuhmu akan malas
beribadah.”
320 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Imam Syafii rahimahullah berkata:
“Sejak enam belas tahun, aku tidak pernah merasa
kenyang kecuali satu kali saja lantas aku muntahkan
saat itu juga. Sesungguhnya kenyang akan memberatkan
badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan,
mengundang kantuk, dan membuat lemah beribadah.”
(Dikutip dari kitab ‘Hilyatul Auliya’)
Sayidina Umar bin Khathab radhiyallahu anhu
berkata:
“Berhati-hatilah dari kekenyangan yang berlebihan
akibat makan dan minum, sebab itu dapat merusak
tubuh dan menimbulkan rasa malas menunaikan shalat.
Hendaknya kalian makan dan minum sewajarnya saja,
sebab itu dapat menyehatkan tubuh dan lebih jauh dari
sifat berlebihan. Sungguh, Allah membenci seorang ulama
yang gemuk (karena banyak makan). (Diriwayatkan oleh
Abu Nuaim dalam ‘At-Thib An-Nabawiy’ dan dinukilkan
dalam kitab ‘Kasyful Khafa’)
Sahal bin Abdullah At-Tusturi rahimahullah
berkata:
“Allah menjadikan kebodohan dan maksiat dalam
rasa kenyang; dan ilmu serta hikmah dalam rasa lapar.”
Sebagian ulama mengatakan:
َ ْ
‫ﺎﺮﺷ اﻟ َﻮ َرﻋــﺎ‬ َ‫ﺐ اﻟْﻌــﻠْﻢ ﺑ‬
َ ‫ﻳَﺎ َﻃﺎﻟ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ِّ ْ ْ
‫ــﻮ َم َواﺗ ُﺮ ِك اﻟﺸــﺒَ َﻌﺎ‬
ْ ‫اﺠ‬ ُ
َّ ‫ـﺠـﺮ‬
ِ ‫واﻫ‬
َ

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 321


Hai pencari ilmu, jalani sifat wara’. Jauhkan diri dari
tidur dan tinggalkan rasa kenyang.
ُ ْ َ ُ َ ْ َّ َ َ ْ َ
‫ــﺎرﻗــﻪ‬
ِ ‫ﻔ‬ ‫اوم ﺒﻟ ا ر ِس ﻻ ﻳ‬
ِ ‫د‬
َ َ ْ َ َ َ ْ َّ ُ ْ ْ َ
‫ارﻳﻔ َﻌﺎ‬ ‫ﻓﺎﻟــ ِﻌﻠﻢ ﺑِﺎ ر ِس ﻗــﺎم و‬
Teruslah belajar, jangan pernah kau tinggal. Ilmu akan
semakin kokoh dan tinggi dengan belajar.

PEMBAHASAN
Para ulama rahimahullah berkata:
Kenyang yang sesuai dengan syariat adalah makan
sekedar menguatkan tubuhnya agar dapat melakukan
kegiatan dan bekerja. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:
ُ ْ ْ ٌ َُْ َ
‫ﺐ اﺑ ْ ِﻦ آد َم ﻟﻘﻴ َﻤﺎت ﻳُ ِﻘﻤ َﻦ ُﺻﻠﺒَﻪ‬
ُ ‫َﺣ ْﺴ‬

Beberapa suapan kecil sudah cukup bagi anak Adam


(manusia) untuk menegakkan punggungnya.
Boleh melebihkan kadar ini sampai memenuhi
sepertiga perut, ini tidak dihukumi makruh. Sedangkan
melebihkan dari kadar ini hukumnya makruh. Dengan
kadar yang berlebih, seorang akan merasakan tubuhnya
berat dan kantuk. Haram hukumnya melebihkan kadar
makan sampai batas yang membahayakan yaitu terlampau
kenyang dan menyebabkan gangguan pencernaan. Ini
adalah sumber dari segala penyakit. Demikian pula

322 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


menyantap makanan sebelum makanan sebelumnya
selesai tercerna.

FAEDAH
Al-Khathib Al-Baghdadi berkata:
“Disunahkan bagi pencari ilmu agar tidak menikah
selama memantapkan ilmunya. Yang demikian itu agar ia
tidak sibuk dengan hak-hak rumah-tangga sehingga tidak
sempurna dalam menuntut ilmu. Betapa indah untaian
syair yang digubah oleh Abul Fath Al-Busti:
َ َ ‫ﻛﺮ‬ َ
ُ ‫ﻳﻘﻮﻟﻮن ِذ‬
‫اﻟﻤﺮ ِء ﻳﺒﻰﻘ ﺑﻨﺴ ِﻠ ِﻪ‬
ُ َ ُ
‫ذﻛﺮ إذا ﻟﻢ ﻳﻜ ْﻦ ﻧ ْﺴﻞ‬ َ
ٌ ُ ‫وﻟــﻴﺲ‬

Mereka berkata bahwa manusia akan dikenang dengan


keturunan. Tanpa keturunan, seorang dengan mudah
terlupakan.
َ ُ َ ُ ُ ْ
‫وداﺋﻊ ﺣﻜﻤﻲﺘ‬ ‫ﺖ ﻬﻟ ْﻢ ﻧ ْﺴ ِﻲﻠ‬‫ﻓﻘﻠ‬
َ ّ ٌ َ َّ ْ َ
‫ﺮﺳه ﻧﺴﻞ ﻓﺈﻧﺎ ﺑﻪ ﻧﺴﻠﻮ‬ ‫ﻓﻤــﻦ‬
Aku katakan pada mereka: Keturunanku adalah
simpanan-simpanan hikmah. Ketika orang lain
senang dengan keturunan, maka kami terhibur dengan
keberadaan hikmah.
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 323


PASAL KETIGA

Adab Seorang Murid Bersama


Gurunya
Diriwayatkan dalam sebuah atsar:
َ َ َ َ َّ ْ ْ ُ َّ َ َ َ َ ْ ْ ُ َّ َ َ
‫ َوﺗ َﻮاﺿ ُﻌﻮا ﻟ ِ َﻤ ْﻦ‬،‫ﻜﻴﻨﺔ َواﻟﻮﻗﺎر‬ ِ ‫ﻳﻌﻠﻤﻮا اﻟ ِﻌﻠﻢ وﻳﻌﻠﻤﻮا ﻟِﻠ ِﻌﻠ ِﻢ اﻟﺴ‬
ُ ْ َ َّ َ
‫ﻳﺘَ َﻌﻠ ُﻤﻮن ِﻣﻨﻪ‬
Pelajarilah ilmu, pelajarilah sikap tenang dan hormat
terhadap ilmu, dan bertawadhulah kepada guru yang
mengajari kalian.
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
“Seorang murid harus bersikap tawadhu terhadap
guru serta menjaga adab terhadapnya, walaupun gurunya
itu berusia lebih muda serta lebih rendah darinya dari
segi ketenaran, nasab serta kesalehannya.”
Dengan sikap tawadhu, ia akan memperoleh ilmu.
Para ulama menyampaikan dalam syairnya:
‫ــﺎﻲﻟ‬ َ َ ُْ َ َْ ٌ ْ َ ُ ْ َْ
ْ َ ْ ٌ ْ َّ َ ِ ‫اﻟ ِﻌﻠﻢ ﺣﺮب ﻟِﻠﻔ اﻟﻤﺘﻌ‬
‫ــﺎﻟﺴﻴ ِﻞ َﺣ ْﺮب ﻟِﻠ َﻤﺎﻜ ِن اﻟ َﻌ ِﺎﻲﻟ‬ ‫ﻛ‬
Ilmu senantiasa bermusuhan dengan pemuda yang
tinggi hati. Bagaikan air bah yang selalu memusuhi
tempat-tempat tinggi.
324 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Sayidina Imam Ali bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkata:
“Ilmu, kefahaman dan cahaya (yakni tersingkapnya
hijab) yang akan engkau peroleh sesuai dengan kadar adab
bersama syaikh. Seberapa besar kadar kedudukannya
dalam hatimu, pasti sebesar itu pula besarnya kadar
kedudukanmu di sisi Allah, tanpa ada keraguan lagi,”
Beliau berkata: “Al-Amiin dan Al-Ma’mun,
dua putra khalifah Harun Ar-Rasyid, saling berebut
mengambilkan sandal gurunya,Al-Kisai. Mereka berlomba
untuk menjadi yang paling dahulu memasangkannya
kepada gurunya. Melihat ini, Al-Kisai berkata :
“Hendaknya setiap satu dari kalian memasangkan satu
sandalku.” Dalam Hadits diriwayatkan:
َّ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َّ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ
‫ وا ِ ي‬،‫ وا ِ ي زوﺟﻚ ﺑِﻨﺘﻪ‬،‫ أﺑﻮك ا ِ ي و ك‬:‫آﺑﺎؤك ﺛﻼﺛﺔ‬
ْ‫ﻚ َو ُﻫ َﻮ أَﻓْ َﻀﻠُ ُﻬﻢ‬
َ َ َّ َ
‫ﻋﻠﻤ‬
Ayahmu ada tiga: Ayahmu yang menjadi sebab
kelahiranmu, ayah yang menikahkanmu dengan
putrinya, dan ayah yang mengajarkan ilmu kepadamu,
dan ia adalah ayahmu yang paling utama. (Dari kitab
Al-Athiyah Al-Haniyah)

Penulis berkata:
Terkait hal ini, seorang penyair berkata dalam
syairnya:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 325
َ ِّ ََ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ
‫أﻗﺪم أﺳﺘﺎ ِذي ﺒﻟ ﺑِﺮ وا ِ ِ ي‬
ْ َ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ َ ْ َ
‫وإِن ﺎﻛن ِﻲﻟ ِﻣﻦ وا ِ ِ ي اﻟ ِﺮﺒ واﻟﻌﻄﻒ‬
Aku dahulukan guruku sebelum bakti kepada ayahku,
walaupun aku dapati kebaikan dan kasih sayang dari
ayahku.
َ
‫وح َﺟ ْﻮﻫ ٌﺮ‬
ُ ‫اﻟﺮ‬
ُّ ‫ َو‬،‫وح‬ ُّ ِّ ‫َﻓ َﻬ َﺬا ُﻣ َﺮ‬
ِ ‫اﻟﺮ‬
ْ َ َ ْ ْ ِّ َ ُ َ َ َ
‫اﺠﻟ ْﺴ ِﻢ َوﻫ َﻮ ﻟ َﻬﺎ َﺻﺪف‬
ِ ‫وﻫﺬا ﻣﺮ‬
Guruku mendidik ruhku, dan ruh adalah inti kehidupan.
Sedangkan ayahku menjaga tubuhku, sedangkan tubuh
hanyalah cangkang bagi ruhku.
Imam Syakrani berkata:
“Telah disampaikan kepada kami bahwa Syaikh
Baha’uddin As-Subki bercerita:
“Ketika aku berkendara bersama ayahku—
Syaikhul Islam Taqiyudin As-Subki—di salah satu jalan
Kota Syam, tiba-tiba beliau mendengar seorang petani
Syam berkata:
‘Aku pernah bertanya kepada Al-Faqih Muhyidin
An-Nawawi mengenai masalah ini dan itu...’
Dengan segera ayahku turun dari kudanya, seraya
berkata:
“Demi Allah, aku malu untuk menaiki kendaraan
sedangkan mata yang pernah memandang sosok
Muhyidin (Imam Nawawi) berjalan kaki.”
326 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Ayahku memaksa petani tadi untuk menaiki
kudanya, dan bersumpah demi Allah agar ia
melakukannya. Sedangkan Syaikh Taqiyudin berjalan
kaki sampai memasuki kota Syam.”
Setelah mengisahkan kisah ini, Imam Syakrani
berkata:
“Perhatikan sifat takdzim beliau ini, wahai
saudaraku! Demikianlah perlakuan para ulama terdahulu
terhadap guru-guru mereka. Padahal, Syaikh Taqiyudin
tidak pernah berjumpa dengan Imam Nawawi. Beliau
lahir beberapa tahun setelah wafatnya Imam Nawawi.”

Penulis berkata:
Di antara kisah yang diriwayatkan mengenai Imam
Subki, bahwa beliau pernah mengunjungi Darul Hadits,
yaitu lembaga pendidikan yang dinisbatkan kepada Imam
Nawawi di Damaskus. Lantas beliau melepas pakaiannya
dan mengusapkan wajahnya ke tanah Darul Hadits seraya
berkata:
ُ
ً‫ﻴﻒ َﻣ ْﻌﻰﻨ‬ َ َ ْ َ َ
‫ــﻄ‬
ِ ‫ﻳﺚ ﻟ‬
ِ ‫ار اﺤﻟ ِﺪ‬
ِ ِ‫و‬
‫د‬
َ ُ ْ َ ََ ْ َ ‫إ َﻰﻟ ﺑ‬
‫آوي‬
ِ ‫و‬ ‫ﻮ‬ ‫ــﺒ‬ ‫ﺻ‬ ‫أ‬ ‫ﺎ‬‫ﻬ‬ ‫ﻟ‬ ‫ــﻂ‬
ٍ ‫ﺴ‬ ِ
Dalam Darul Hadits tersimpan makna-makna yang
halus. Di lantainya kutumpahkan cintaku (dengan
mengusapkan wajahku) dan aku bernaung.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 327


ْ َ ِّ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ
‫ﻋﺴﺎ ِ أن أﻣــﺲ ﺑِﻤﺮ وﺟ ِﻬــﻲ‬
‫او ْي‬‫ﻮ‬
َّ
َ ‫اﻟــﻨ‬ ‫م‬ َّ ‫َﻣ َﺎﻜﻧﺎ ً َﻣ‬
ُ ‫ــﺴ ُﻪ ﻗَ َﺪ‬
ِ
Semoga saja usapan wajahku menyentuh satu tempat,
yang pernah disentuh oleh telapak kaki Imam Nawawi.
Imam Abu Hanifah radhiyallahu anhu pernah
berkata:
“Semenjak wafatnya Hammad—guru beliau—tak
pernah sekalipun aku lupa untuk memohonkan ampun
untuk beliau dan ayahku selepas setiap shalatku. Sungguh
aku selalu memohonkan ampun untuk semua orang yang
pernah mengajariku dan yang pernah aku ajari.”
Imam Abu Yusuf—murid Imam Abu Hanifah—
pernah berkata:
“Aku selalu mendoakan Abu Hanifah sebelum
mendoakan kedua orang tuaku. Sungguh aku pernah
mendengar Abu Hanifah berkata: ‘Aku mendoakan
Hammad bersamaan dengan ayahku.’” (Demikian
kutipan dari kitab Tahdzibul Asma karya Imam Nawawi).
Imam Syafii rahimahullah ta’ala berkata:
“Jika aku berada bersama Imam Malik
rahimahullah, aku akan membuka lembaran kertas
dengan sangat perlahan untuk menghormati beliau agar
tidak mendengar suara kertasku.”
Imam Rabi Al-Muradi—Murid Imam Syafii—
radhiyallah anhuma berkata:
328 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
“Aku tidak pernah berani untuk meneguk air
saat Imam Syafii melihatku karena rasa takdzimku pada
beliau.”
Imam Syakrani rahimahullah berkata:
“Diceritakan kepada kami bahwa suatu saat, Imam
Nawawi rahimahullah diundang oleh guru beliau, Al-
Kamal Al-Irbili, untuk makan bersama. Imam Nawawi
menjawab:
‘Sayidi (tuanku), maafkan aku karena tidak dapat
memenuhi undanganmu. Aku memiliki uzur yang bersifat
syariat.’ Maka guru beliau pun memakluminya.
Salah seorang kawan Imam Nawawi bertanya
kepada beliau:
“Sebenarnya, apakah uzur yang menghalangimu
saat itu?”
Imam Nawawi menjawab: “Aku khawatir
guruku memandang kepada suatu makanan, namun aku
mendahului memakan makanan itu tanpa aku sadari.”
Setiap kali Imam Nawawi radhiyallahu anhu
keluar untuk belajar dan membaca kepada gurunya, beliau
selalu bersedekah semampunya di tengah perjalanan, dan
berdoa:
َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ
َ ‫ﺒﻟ ﻧَﻘ‬ ِّ ْ َّ ُ ّّٰ َ
ْ ُ ‫اﺳ‬
َ ْ‫ﺮﺘ َﻗ ِّﻲﻨ َﻗﻴ‬
‫ﻴﺼ ٍﺔ‬ ِ ‫ﺐ ُﻣ َﻌﻠ ِﻲﻤ ﺣ ﻻ ﻳﻘﻊ ﻗﻴ ِﻲﻨ‬ ‫اﻟﻠﻬﻢ‬
َ
ٌ َُْ َ َ َ ُ ِّ َ
‫َوﻻ ﻓﺒَﻠﻐ ِﻲﻨ ذﻟِﻚ ﻗﻨﻪ أ َﺣﺪ‬
Ya Allah, tutupilah aib guruku dariku sehingga
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 329
mataku tidak memandang suatu kekurangan apapun
dari beliau, dan jangan pula ada seorang pun yang
menyampaikannya kepadaku.”
Diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin Ali bin
Abi Thalib radhiyaallahu anhu pernah berkata:
“ Di antara hak gurumu adalah:
 Apabila engkau mengucapkan salam kepada semua
orang secara umum, engkau harus mengucapkan
salam penghormatan baginya secara khusus.
 Hendaknya engkau duduk dengan khidmat di
hadapannya, jangan menunjuk-nunjuk dengan
jari, jangan pula melirik dengan kedua matamu.
 Jangan pernah berkata kepadanya: “Si Fulan
mengatakan pendapat yang berbeda dengan
pendapat Anda.”
 Jangan menggunjing tentang seorang pun di
sisinya.
 Jangan berbincang dengan teman dudukmu saat
berada di majelisnya.
 Jangan menarik pakaiannya ketika ia berdiri.
 Jangan memaksanya apabila ia terlihat tidak
bersemangat.
 Jangan pula engkau berpaling darinya, yakni
jangan merasa puas dengan lamanya belajar
padanya.” (Disebutkan oleh Imam Nawawi dalam
kitabnya: at Tibyan fi Adabii Hamalatil Quran).

330 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Imam Abu Bakar bin Ayyasy bercerita:
Suatu hari, saudara dari Imam Sufyan Ats-Tsauri
wafat dan banyak orang mengunjungi beliau untuk
bertakziah. Saat Imam Abu Hanifah datang, Imam Sufyan
segera bangkit berdiri menyambutnya, memuliakannya
serta mempersilahkannya duduk di tempatnya. Kemudian
Imam Sufyan duduk dengan takdzim di hadapan beliau.
Setelah semua orang pulang, salah seorang sahabat Imam
Sufyan bertanya:
“Kami melihat engkau melakukan suatu hal yang
ganjil!”
Beliau pun menjawab:
“Beliau ini (yakni Imam Abu Hanifah) adalah
seorang yang memiliki kedudukan tinggi dalam ilmu
agama. Jika aku tidak berdiri untuk menghormati
ilmunya, aku harus berdiri untuk menghormati usianya.
Jika aku tidak berdiri untuk menghormati usianya, aku
harus berdiri karena menghormati kedalaman ilmu
fiqihnya. Jika aku tidak berdiri karena kedalaman ilmu
fiqihnya, aku harus berdiri karena sifat wara’nya.”
Abu Sahal As-Shu’luki rahimahullah berkata:
“Durhaka kepada orang tua dapat dihapus
dengan taubat, sedangkan durhaka kepada guru tidak
dapat dihapus oleh apa pun sama sekali.” (Dinukilkan
oleh Imam Nawawi dalam kitab ‘Tahdzib’nya)
Sayidina Imam Ahmad bin Umar Al-Hinduan
radhiyallahu anhu pernah berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 331
“Mereka terhalangi dari ilmu karena sedikitnya
penghormatan kepada para ulama”
Salah seorang ulama berkata:
ُ َ َ َّ َ َ ِّ َ ُ ْ َّ
‫ﻴﺐ ِﻛﻼﻫ َﻤــﺎ‬‫إِن اﻟﻤﻌﻠﻢ واﻟﻄ ِﺒ‬
ْ َ ُ َ ْ َ َ
‫ﺎن إِذا ﻫ َﻤﺎ ﻟ ْﻢ ﻳُﻜ َﺮ َﻣﺎ‬ َ
ِ ‫ﻻ ﻓﻨــﺼﺤ‬
Guru dan dokter tidak akan memberi nasihatnya jika
keduanya tidak dihormati
َُ َ َ ََْ ْ َ َ ْ ْ َ
‫ﻓﺎﺻ ِﺮﺒ ِ اﺋِﻚ إن أﻫﻨﺖ ﻃ ِﺒﻴﺒﻪ‬
َ ِّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ
‫ــﺮﺒ ِﺠﻟﻬ ِﻠﻚ ِإن ﺟﻔﻮت ﻣﻌﻠﻤﺎ‬
ِ ‫واﺻ‬
Jika engkau berani menghina dokter, engkau harus
sabar terus menderita penyakitmu.
Jika engkau bersikap kasar pada guru, engkau harus
sabar untuk terus berada dalam kebodohanmu.
***

332 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KEEMPAT

Faedah-Faedah Yang Diperlukan


Oleh Penuntut Ilmu Dan Orang
Berilmu

FAEDAH
Syaikh Zakariya Al-Anshari rahimahullah
berkata dalam kitabnya ‘Al-Lu’lu An-Nadzim Fi Raumit
Ta’allumi wat Ta’lim’:
Syarat-syarat menuntut ilmu dan mengajarkannya
ada dua belas, yaitu:
 Pertama
Menyesuaikan niat dengan tujuan disusunnya
ilmu tersebut. Tidak meniatkan tujuan-tujuan lain,
seperti mencari harta, kedudukan, mengalahkan
lawan dalam perdebatan, atau memperbanyak
pengikut.
 Kedua
Mempelajari ilmu yang sesuai dengan tabiatnya.
Tidak semua orang mampu untuk mempelajari
ilmu-ilmu. Dan tidak semua orang mampu
menguasai semua ilmu. Akan tetapi, setiap orang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 333
dimudahkan untuk mempelajari apa yang sesuai
dengan potensi yang diciptakan untuknya.
 Ketiga
Mengetahui tujuan disusunnya ilmu yang
dipelajari agar hatinya benar-benar mantap untuk
mempelajarinya.
 Keempat
Hendaknya ia menguasai ilmu tersebut secara
menyeluruh dari awal sampai akhir beserta semua
gambaran dan hukumnya.
 Kelima
Mencari kitab-kitab bagus yang isinya mencakup
seluruh aspek yang terkait dengannya.
 Keenam
Mempelajari kitab itu dengan bimbingan guru yang
dapat mengarahkan dan orang terpercaya yang
dapat memberi nasihat. Jangan mempelajari secara
otodidak, mengandalkan diri dan kecerdasannya
saja.
 Ketujuh
Saling mendiskusikan ilmu bersama kawan dan
orang lain yang setingkat keilmuannya untuk
mendapatkan kepastian. Tidak untuk saling
mengalahkan argumen lawan bicara, melainkan
membantu untuk saling bertukar faedah.

334 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


 Kedelapan
Apabila ia menguasai suatu ilmu, jangan pernah
menyia-nyiakannya dengan menelantarkannya.
Jangan pula menolak mengajarkannya kepada
orang yang berhak. Dalam Hadits disebutkan:
َ َ َ َ ُ ُ َ َْ َ ُ َ َ َ َ ً َ ً ْ َ َ ْ َ
َ َ‫ﺎﻰﻟ ﻳَ ْﻮ َم اﻟْﻘﻴ‬
‫ﺠ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺔ‬
ٍ‫ِ ِ ِ ِ ﺎم‬‫ﺎﻣ‬ ‫ﻣﻦ ﻋ ِﻠﻢ ِﻋﻠﻤﺎ ﻧﺎ ِﻓﻌﺎ وﻛﺘﻤﻪ أﺠﻟﻤﻪ اﷲ ﻳﻌ‬
َ ْ
‫ﺎر‬
ٍ ‫ِﻣﻦ ﻧ‬
Siapa yang mengetahui suatu ilmu yang bermanfaat,
namun ia menyembunyikannya, maka Allah akan
mengekangnya di hari kiamat dengan kekang
dari api neraka. (HR Abu Dawud)
Yakni ia tidak mengajarkan ilmunya kepada orang
yang berhak untuk mendapatkannya. Selain itu
Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda:
َ َْ َ َ ‫َﻻ ُﻳ َﻌﻠِّ ُﻘﻮا ا ُّ َر‬
‫ﻳﺮ‬‫ﺎز‬
ِ ِ ‫ﻨ‬‫اﺨﻟ‬ ‫ﺎب‬
ِ ‫ﻗ‬‫ر‬ِ ‫ﻲﻓ‬
ِ ‫ر‬
Jangan kalian kalungkan mutiara di leher-leher babi.
(HR Al-Khathib)
Maksudnya, janganlah mengajarkan ilmu kepada
orang yang tidak layak mendapatkannya.
Oleh sebab itu, hendaknya ia menuliskan
hasil istinbath pikirannya yang belum pernah
disampaikan agar dapat bermanfaat untuk generasi
setelahnya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
generasi ulama terdahulu. Anugerah-anugerah
Allah tidak terbatas pada kaum tertentu saja.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 335
 Kesembilan
Dalam ilmu apapun, jangan pernah berpikir telah
mencapai kadar ilmu yang tidak mungkin untuk
ditambah lagi. Ini menandakan kekurangan dan
kelemahannya.
 Kesepuluh
Hendaknya ia memahami bahwa setiap ilmu
memiliki batasannya sendiri-sendiri. Janganlah
ia melampaui batasan itu, tapi jangan pula
menguranginya.
 Kesebelas
Jangan mencampur-baurkan suatu ilmu dengan
ilmu lainnya, baik dalam belajar maupun dalam
diskusi, karena itu dapat mengacaukan pikiran.
• Kedua-belas
Hendaknya guru dan murid saling menjaga
hak masing-masing, khususnya bagi murid.
Guru bagaikan ayah, bahkan lebih agung. Ayah
berjasa menghadirkannya ke dunia yang fana ini,
sedangkan guru berjasa memberikan petunjuk agar
selamat di negeri yang kekal (akhirat). (Demikian
dikutip dari ‘Mathlab al Iqodz fi Ghuraril Alfadz’
karya Allamah Abdullah bin Husain Bilfagih
radhiyallahu anhu)
Imam Rabi’ bin Sulaiman—Salah seorang murid
Imam Syafii pernah berkata:
336 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Aku mendengar Imam Syafii berkata: “Seorang
penuntut ilmu memerlukan tiga hal:
1. Waktu yang lama,
2. Kedermawanan,
3. Dan kecerdasan”
Beliau mengisyaratkan hal ini dalam syairnya:
َّ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫أ ِ ﻟﻦ ﻳﻨﺎل اﻟ ِﻌﻠﻢ ِإﻻ ﺑ ِ ِﺴﺘ ٍﺔ‬
َ َ َ ْ َ ْ َ َ ُْ َ
‫ﺎن‬
ِ ‫ﺳــﺄﻧ ِﺒﻴﻚ ﻋــﻦ ﻳﻔ ِﺼﻴ ِﻠﻬﺎ ﺑِﺒﻴ‬
Saudaraku, ilmu tak dapat kau raih kecuali
dengan enam hal. Akan kukabarkan padamu
perinciannya dengan jelas
َ ْ ْ َ َ
‫ذﺎﻛ ٍء َو ِﺣ ْﺮ ٍص َواﺟ ِﺘ َﻬﺎ ٍد َو ُﺑﻠــﻐــ ٍﺔ‬
َ َ ُ َ َ ُْ َْ َ
‫ﺎن‬
ِ ‫ــﻮل زﻣ‬
ِ ‫وإِرﺷــﺎ ِد أﺳﺘﺎ ٍذ وﻃ‬
Kecerdasan, semangat, ketekunan, biaya, petunjuk
guru, dan waktu yang lama.

FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Orang yang ingin mendapatkan manfaat ilmu
untuk dirinya sendiri saja, tanpa berpikir apakah ilmu
itu akan bermanfaat pula untuk orang lain atau tidak,
maka semestinya ia mengutamakan ilmu yang lebih
berpengaruh dalam hatinya dan lebih besar dampaknya
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 337
untuk melembutkan hati. Ia harus menjaga ilmu tersebut
dengan mencatat dan mengulang-ulang pelajaran atau
cara lain yang dapat menambah penguasaannya atas ilmu
itu. Ini lebih bermanfaat daripada mempelajari banyak
ilmu yang tidak dapat memberikan dampak yang tadi
disebutkan berupa pengaruh dalam hati, melembutkan
hati dan perasaan khidmat. Demikian pula halnya dalam
semua amal, keadaan, ucapan dan lainnya. Hendaknya ia
meneliti apa yang pantas untuknya, walaupun mungkin
itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan orang lain. Ini
yang harus dilakukan jika ia hanya menghendaki manfaat
untuk dirinya saja.
Adapun jika ia ingin memberikan manfaat kepada
hamba-hamba Allah dengan ilmunya, maka ia harus
bertindak seperti dokter yang meneliti penyakit, sebab,
dan unsurnya, untuk kemudian memberikan kepada pasien
obat yang cocok untuk penyakitnya. Terkadang ada dua
pasien datang dengan penyakit yang sama, namun dokter
memberikan obat yang berbeda antara keduanya. Dokter
mengetahui bahwa penyebab penyakit pasien pertama
berbeda dengan penyebab penyakit pasien lainnya.
Demikian pula dengan ilmu, hendaknya ia
mengajarkan kepada setiap orang ilmu yang sesuai
untuknya. Jangan menilai orang lain akan sesuai dengan
apa yang sesuai bagi dirinya sendiri dengan kadar

338 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


nilainya. Ini juga berlaku bagi orang yang ingin menulis
atau semisalnya.” (Dinukilkan oleh Sayidina Imam
Muhammad bin Zain Bin Smith dalam Qurratul Ain wa
Jalaur Rain).

FAEDAH
Sayidina Syaikh Imam Abdullah bin Alwi Al-
Haddad radhiyallahu anhu berkata:
“Sepatutnya, setiap orang mendalami satu bidang
ilmu sehingga ia menjadi pakar, dinisbatkan kepada ilmu
itu dan dikenal dengannya. Sayidina Ali karromalllahu
wajhah berkata: “Siapa yang banyak berhubungan
dengan sesuatu akan dikenal dengannya.”
Setelah itu, ia mengambil sekedarnya dari setiap
bidang ilmu yang lain. Pelajarilah pokok serta inti-intinya
saja, sehingga apabila ia ditanya mengenai ilmu itu maka
ia memiliki pengetahuan mengenainya dan tidak nampak
bodoh. Oleh sebab itulah, Imam Suyuthi menulis kitab
An-Niqayah1 dan syarahnya.
Seorang yang menguasai suatu ilmu, akan
menguasai pula semua ilmu yang terkait dengannya.
1 Kitab An-Nuqayah adalah ensiklopedia kecil di mana Imam Suyuthi
menuliskan di sana inti dari empat belas cabang ilmu beserta pokok
dan masalah-masalahnya. Kitab ini meliputi ilmu: Akidah, Tafsir, Ush-
ul Fiqih, Ilmu Waris, Nahwu, Sharaf, Khath (tata-cara menulis indah),
Maani, Bayan, Badi’, Anatomi, Kedokteran, dan Tasawuf. Kemudian
Imam Suyuthi menulis syarah kitab ini dengan judul ‘Itmamud Dirayah
li Qurain Nuqayah.’
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 339
Demikian pula jika engkau mempelajari suatu ilmu
sekedarnya dengan ringkas, engkau juga akan menguasai
ilmu-ilmu yang terkait dengannya sekedarnya dengan
ringkas.
Lebih baik engkau menguasai sepuluh masalah
keilmuan dan memantapkannya daripada membaca
sebuah kitab secara sempurna tanpa menguasai isinya
dengan baik.”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Ilmu Ushul ada dua macam:
Pertama: Ushuluddin yaitu ilmu akidah. Setiap
orang harus mempelajari sebagian ilmu ini sesuai
keperluannya, seperti yang ada dalam Akidah Imam
Ghazali rahimahullah.
Kedua: Ushul Fiqih. Ini adalah ilmu yang rumit,
hampir tidak dapat difahami, sehingga tidak wajib
dipelajari setiap orang.
Dua ilmu ushul ini harus dipelajari sesuai dengan
keperluan yang mendesak saja. Selanjutnya, ia harus
mempelajari kitab-kitab raqa’iq yaitu yang dapat
melembutkan hati, memotivasi untuk mengedepankan
akhirat, serta membuatnya zuhud dari urusan dunia.
Kemudian, hendaknya ia mulai beribadah dan
bersungguh-sungguh di dalamnya, memperbanyak
membaca Al-Qur'an sesuai dengan kemampuannya.

340 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


Jika ada saat-saat di mana ia tidak mungkin membaca
Al-Qur'an (seperti ketika junub misalnya), maka
perbanyaklah berdzikir dan lazimilah dzikir dalam setiap
keadaannya. Umur manusia itu pendek dan menganggur
tanpa melakukan apa-apa menghabiskan terlalu banyak
waktu. Jadikanlah puncak perhatian dan kajian ilmunya
hanya pada yang penting saja. Telaahlah ilmu yang
penting dan hafalkanlah yang penting. Jika ia hendak
menelaah ilmu yang kurang penting, lakukanlah di waktu
yang jarang saja.” (Dikutip dari kitab Tatsbitul Fuad).

FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Seorang penempuh jalan akhirat sepatutnya
selalu memburu faedah ilmu di mana saja berada, baik di
sisi orang yang mumpuni maupun yang tidak mumpuni.
Ia harus dapat mengambil pelajaran dari semua orang
siapapun ia, baik ulama maupun orang awam. Betapa
banyak akhlak mulia yang terdapat dalam diri sebagian
orang awam yang tidak dapat ia temukan pada orang lain,
tidak pula pada dirinya sendiri.
Di antara ciri orang yang tulus adalah dapat
mengambil semua sisi baik yang ia lihat dari teman
duduknya, baik ucapan maupun perbuatannya, dan
meninggalkan sisi buruk yang ia temukan padanya. Jika
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 341
ia dapat mengambil hal bermanfaat yang ia temukan pada
teman duduknya, maka kerusakan dan kekeliruan yang
ada padanya tidak akan membahayakannya.” (Dikutip
dari kitab Qurratul Ain)
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Kefahaman merupakan nikmat agung bagi siapa
saja yang mendapatkannya. Akan tetapi, terkadang
mereka tidak sadar bahwa itu adalah sebuah karunia.
Mereka beranggapan kefahaman mereka tidak lain karena
membaca kitab atau sebab-sebab sejenisnya. Padahal,
hakikatnya kefahaman itu diwujudkan oleh Allah dalam
dirinya ketika ia membaca kitab atau semisalnya.
Maka, orang yang menelaah berbagai kitab harus
menyadari hal ini, dan memohon pertolongan kepada
Allah agar diberikan kemudahan dalam memahami.
Dengan demikian, ia akan meraih harapannya dan Allah
akan membukakan pintu kepahaman dalam agama.”
(Dikutip dari kitab Qurratul Ain)

FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkata:
“Ada dua hal yang sebaiknya diperhatikan oleh
seorang penuntut ilmu:
1. Janganlah ia memulai apa pun, baik itu belajar
342 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
ilmu maupun beramal, kecuali dengan niat yang
baik.
2. Hendaknya ia melihat buah dan hasil dari ilmu
yang akan ia pelajari.
Jika ia tidak memperhatikan dua hal ini, maka ia
tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmunya.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Jika seorang penuntut ilmu mendapati suatu
faedah ilmu dan hendak menghafal dan menulisnya,
akan tetapi ia tidak membawa alat tulis atau pena, maka
hendaknya ia menulis dengan jarinya ke telapak tangan
atau lengannya.
Diceritakan bahwa ketika Imam Syafii
radhiyallahu anhu datang ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik radhiyallahu anhu, beliau duduk
di halakah (lingkaran belajar) Imam Malik. Imam Malik
mendiktekan kitab ‘Al-Muwatha’ di halakah itu. Beliau
mendiktekan delapan belas hadits kepada mereka, saat
itu Imam Syafii duduk di barisan belakang. Imam Malik
memperhatikan dengan lirikan matanya saat Imam Syafii
menulis dengan jari di atas punggung telapak tangannya.
Setelah para pelajar pulang, Imam Malik memanggil
beliau dan menanyakan asal serta nasab beliau, Imam
Syafii pun menjawabnya. Lalu, Imam Malik berkata:
“Aku memperhatikan engkau bermain-main
dengan jarimu di atas punggung telapak tanganmu.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 343
Imam Syafii berkata:
“Aku bukan sedang bermain-main, akan
tetapi setiap kali Anda mendiktekan satu hadits, aku
mencatatnya di atas punggung tanganku. Jika Anda mau,
aku bisa mengulangi semua yang Anda diktekan kepada
kami.”
“Silahkan!”
Lantas Imam Syafii membacakan delapan belas
hadits yang didiktekan oleh Imam Malik tersebut dari
hafalannya. Maka Imam Malik menghadapkan dan
mendekatkan beliau. Dan terjadilah apa yang terjadi
kepada beliau radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Apabila engkau melewati suatu bacaan yang
tidak engkau fahami, atau maksudnya tidak jelas dalam
pikiranmu, maka ulangilah membacanya sekali lagi
di waktu yang lain. Karena waktu-waktu memiliki
perbedaan.
Dan jika engkau menemukan masalah pelik pada waktu
membaca, maka rujuklah di topik yang sesuai dengannya
sekali saja. Terlalu banyak merujuk berbagai kitab saat
membaca akan menghilangkan keberkahan waktu,
mengacaukan hati, dan menyiakan apa yang sudah ada
dalam pikirannya.
Jika engkau menelaah kembali pelajaranmu, maka
pergunakan pikiranmu di dalamnya sampai menjadi jelas
maknanya bagimu, jangan terlalu mengandalkan apa
344 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
yang engkau lihat dalam berbagai tulisan. Kefahaman
pembaca akan mengalir kepada pendengarnya,
kebodohan pembaca akan mengalir kepada pembacanya,
dan demikian pula cahayanya akan mengalir kepada
mereka.”
Beliau radhiyallahu anhu berkata:
“Para salaf berkata: ‘Menulis dan menelaah Ilmu
Nahwu setelah waktu Ashar dapat melemahkan akal dan
penglihatan. Demikian pula ahli medis telah berkata hal
yang sama mengenai ilmu logika. Para salaf kita tidak
membaca kitab-kitab aqliyah (yang menitik beratkan
logika berpikir) setelah Ashar. Jika tidak dilakukan di
siang hari, membacanya di malam hari lebih baik daripada
membacanya setelah Ashar.”
Beliau nafa’anallahu bih berkata:
“Sayidina Abdullah Alaydrus, karena keluasan
akalnya, tidak mengajarkan kitab fiqih kepada seorang
pun kecuali menyertakan satu kitab mengenai tasawuf.
Sedangkan Sayid Sulaiman bin Yahya Maqbul Al-Ahdal,
beliau tidak memulai suatu pelajaran kecuali setelah
membaca sedikit dari Kitab Ihya Ulumiddin (salah satu
kitab tasawuf) terlebih dahulu, kemudian beliau mulai
membaca kitab Fiqih. Salah seorang anaknya yaitu Sayid
Abdurahman bin Sulaiman menyebutkan hal itu dalam
kitab An-Nafas Al-Yamani.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 345
FAEDAH
Syaikh Muhammad bin Awadh Bafadhal berkata:
“Beliau, Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu, senang apabila seorang murid
membuka bacaannya dengan sesuatu yang menyiratkan
kabar gembira bagi para pendengar. Pernah seorang
murid datang kepada beliau untuk membaca Kitab
Shahih Bukhari, lalu ia membuka bacaannya dengan Bab
Jenazah. Maka, wajah beliau pun berubah marah dan
menegurnya dengan teguran keras. Beliau berkata: “Tidak
adakah dalam Kitab ini bab lain selain Bab Jenazah?”
Kemampuan memulai sesuatu dengan yang baik adalah
pertanda kecerdasan seorang murid dan kesuksesannya.”
(Demikian disebutkan dalam kumpulan kalam beliau).

FAEDAH
Sebagian ulama berkata:
“Waktu terbaik untuk menghafal adalah dini hari
(antara tengah malam sampai waktu Shubuh). Waktu
terbaik untuk kajian ilmu adalah pagi hari. Waktu terbaik
untuk menulis adalah tengah hari. Dan waktu terbaik
untuk menelaah pelajaran dan mengulanginya kembali
adalah malam hari.”
Al-Khathib berkata:
“Waktu terbaik untuk menghafal adalah dini hari,
kemudian tengah hari, kemudian pagi hari.”
346 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Beliau juga berkata:
“Menghafal di malam hari lebih bermanfaat
daripada menghafal di siang hari. Menghafal di waktu
lapar lebih bermanfaat daripada menghafal pada waktu
kenyang. Tempat terbaik untuk menghafal adalah kamar
tertutup dan setiap tempat yang jauh dari sesuatu yang
dapat melalaikan.”

FAEDAH
Habib Imam Abdullah Al-Haddad radhiyallahu
anhu berkata:
“Setiap ilmu memiliki pokok-pokok yang jika
dikuasai, maka hampir pasti ia akan menguasai semua
cabang masalahnya. Siapa yang ingin memperdalam
suatu cabang ilmu maka hendaknya ia mempelajari
pokok-pokoknya, dengan demikian cabang-cabangnya
akan turut dikuasai.”

FAEDAH
Sayidina Habib Ahmad bin Umar Bin Smith
nafa’anallahu bih berkata:
Jika engkau mendapatkan suatu faedah ilmu, maka
sampaikanlah pada orang lain. Katakan padanya agar
menyampaikan kepada orang lain sehingga Allah akan
menambahkan faedah-faedah baru untukmu. Disebutkan
dalam sebuah syair:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 347
ُ َ ُ ُ ُْ َ َ ً ُ َ ُ َ
‫أ ِﻓﻴﺪوا ﺟﻬﻮﻻ ﻣﺎ ﻋ ِﻠﻤﺘﻮه دوﻧــﻪ‬
َُ ُ َْ َ ْ ‫اﻟﺮ‬ ُ ُ
‫ﻤﺣ ُﻦ َﻣﺎ ﺠﺗ َﻬﻠﻮﻧﻪ‬ َّ ‫ﻛ ُﻢ‬ ‫ﻳُ ِﻔﻴــﺪ‬
Sampaikan apa yang kau tahu kepada orang yang
tidak tahu. Maka Tuhan Yang Maha Pengasih akan
memberikan kalian faedah yang belum kalian ketahui.
Habib Alwi bin Abdurahman Al-Masyhur
nafa’anallahu bih berkata:
“Seorang penuntut ilmu harus memiliki tiga hal:
1. Jam untuk mengatur jadwal kesehariannya,
2. Kompas untuk menentukan arah kiblat,
3. Pena untuk menulis hasil pelajarannya.”
***

348 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


PASAL KELIMA

Doa Dan Dzikir Yang Bermanfaat


Bagi Penuntut Ilmu Disertai
Faedah-Faedah Lainnya

FAEDAH
Sayidina Imam Ali bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkata dalam kitab ‘Al-Athiyah Al-
Haniyah’:
Di antara nama-nama Asmaul Husna yang
semestinya dijadikan dzikir rutin agar engkau
mampu menghafal berbagai ilmu, memahami
maknanya, serta dapat menyampaikan faedah-
faedah menarik, adalah dua nama Allah ‫ ﷻ‬berikut
ini: ْ ْ
َ ُ ْ َ
‫ اﺨﻟَﺎ ِﻟ ُﻖ‬،‫اﻟ ُﻤﺒ ِﺪئ‬
Yang Maha Memulai. Yang Maha Menciptakan
Minimal keduanya dibaca sebanyak seratus kali
setiap hari, tanpa ada batas maksimal. Jadi, engkau
mengulang-ulang dzikir:
َ ُ ْ
‫ ﻳَﺎ ﺧﺎ ِﻟ ُﻖ‬،‫ﻳَﺎ ُﻣﺒ ِﺪئ‬
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 349
Wahai Yang Maha Memulai. Wahai Yang Maha
Menciptakan
Ketika engkau hendak tidur, maka bacalah ayat
berikut:
َ َّ َ ْ َّ َ ْ َ َْْ َ َّ ‫إ َّن ﻲﻓ َﺧﻠْﻖ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬
‫ﺎر‬‫ﻬ‬
ِ َ ِ ‫اﺠ‬ ‫و‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻴ‬ ‫اﻟﻠ‬ ‫ف‬ ِ ‫ﻼ‬ ‫ﺘ‬
ِ ‫اﺧ‬ ‫و‬ ‫ض‬ ِ ‫ر‬‫اﻷ‬‫و‬ ‫ات‬
ِ ‫ﺎو‬ ِ ِ ِ
َ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ
‫واﻟﻔﻠ ِﻚ اﻟ ِﻲﺘ ﺠﺗ ِﺮي ِﻲﻓ اﻛﺤ ِﺮ ﺑِﻤﺎ ﻓﻨﻔﻊ اﺠﺎس وﻣﺎ أﻧﺰل‬
َ‫اﻷ ْر َض َﻧ ْﻌ َﺪ َﻣ ْﻮﺗﻬﺎ‬ َْ ْ ََ َ ْ
ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء ِﻣﻦ ﻣﺎ ٍء ﻓﺄﺣﻴﺎ ﺑِ ِﻪ‬
َ َّ ‫اﷲ ﻣ َﻦ‬
ِ ُ
َ ‫اﻟﺴ‬
َّ ‫ﺎح َو‬ ِّ ‫ﻞﻛ َداﺑَّ ٍﺔ َوﺗَ ْﺮﺼﻳﻒ‬
َ ‫اﻟﺮ‬ ِّ ُ ْ َ َّ َ َ
‫ﺎب‬ ِ ‫ﺤ‬ ِ ‫ﻳ‬ ِ ِ َْ ‫وﺑﺚ ِﻓﻴﻬﺎ ِﻣﻦ‬
َ َْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ َّ َ ُ ْ
‫ﺎت ِﻟﻘ ْﻮمٍ ﻓﻌ ِﻘﻠﻮن‬ َ
ٍ ‫اﻟﻤﺴﺨ ِﺮ ﻧﻦﻴ اﻟﺴﻤﺎ ِء واﻷر ِض ﻵﻳ‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa
yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al-
Baqarah: 164)
Banyak khasiat yang terkandung dalam membaca
ayat ini. Di antaranya: membantu menghafal Al-Qur'an
dan terhindar dari lupa atas apa yang telah dihafal.
350 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Lazimilah ayat ini setiap kali hendak tidur, baik tidur di
malam hari maupun di siang hari.

FAEDAH
Dalam Kitab ‘Al-Itqan’ karya Imam Suyuthi
radhiyalllahu anhu disebutkan:
Imam Darimi meriwayatkan dari Mughirah
bin Subai’, salah seorang murid Sahabat Abdullah bin
Mas’ud:
“Siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat
Al-Baqarah ketika hendak tidur, maka ia tidak akan
melupakan hafalan Al-Qur'annya. Sepuluh ayat itu
adalah:
 Empat ayat pertama,
 Ayat Kursi,
 Dua ayat setelah Ayat Kursi, dan
 Tiga ayat terakhir surat Al-Baqarah.”

FAEDAH
Dalam kitab “Al-Fawaid” karya Imam As-Syarji,
disebutkan:
Al-Kalbi berkata: Aku memiliki seorang anak yang
selalu melupakan hafalan Al-Qur'an yang ia hafalkan.
Lalu aku bermimpi ada seseorang yang berkata padaku:
Tulislah ayat-ayat ini dalam sebuah wadah air:
 (QS Ar-Rahman 1 – 5),

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 351


 (QS Al-Qiyamah 16 – 19), dan
 (QS Al-Buruj 21 – 22).
Kemudian tuangkan air zam–zam di atasnya dan
minumkan kepada anakmu, maka ia akan dapat menghafal
Al-Qur'an dengan izin Allah ‫ﷻ‬. (Disebutkan oleh Habib
Ali bin Hasan Alathas radhiyallahu anhu dalam kitab Al-
Qirthas).
FAEDAH
Syaikh Muhammad Al-Umari berkata dalam
kitabnya ‘Bahrul Anwar’ ketika menyebutkan khasiat
Asmaul Husna:
 Mengenai Nama Allah ‫ﷻ‬:
ُ ‫اَﻟْ َﻌﻠ‬
‫ﻴﻢ‬ ِ
Yang Maha Mengetahui
Siapa yang membacanya dengan rutin, maka ia
akan dapat membicarakan ilmu yang sebelumnya
ia tidak tahu, dan lisannya akan penuh dengan
kata-kata hikmah.
 Sedangkan Nama Allah ‫ﷻ‬:
ُ ‫اَﻟْﺒَﺪ‬
‫ﻳﻊ‬ ِ
Yang Maha Mencipta
Siapa yang membacanya, maka Allah akan
mengilhamkan padanya ilmu-ilmu ketuhanan, dan
mengalirkan berbagai ilmu dari lisannya.

352 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


FAEDAH
Salah seorang Masasyikh berkata:
Bacaan dzikir:
‫ﻴﻢ‬ َّ َ ْ َّ
ِ ‫ﷲ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ اﻟﺮ ِﺣ‬
ِ ‫ِۢ ا‬
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang
Jika diperbanyak dan dirutinkan maka dapat
menggantikan posisi guru yang memberi petunjuk dan
mentarbiah bagi murid yang tidak menemukan guru atau
kesulitan mendapatkannya.
Dzikir ini diulang dalam sehari semalam minimal
sejumlah hitungan hurufnya, yaitu tujuh ratus dua puluh
dua kali (722 kali). (Disebutkan dalam kitab Al-Qirthas).

FAEDAH
Dzikir di bawah ini hendaknya dibaca sebelum
membaca/belajar. Dzikir ini terkenal di kalangan salaf
berkhasiat dapat menyebabkan futuh (terbukanya
pemahaman ilmu), yaitu:
َ َ ْ َ ُ َ ّ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ
‫ َوﻻ َﺣ ْﻮل‬،‫اﷲ أﻛ َﺮﺒ‬ ‫ و‬،‫ َوﻻ ِإ َ ِإﻻ اﷲ‬،‫ َواﺤﻟَﻤ ُﺪ ِﷲ‬،‫ﺤﺎن اﷲ‬ ‫ﺳﺒ‬
ُ َ‫ﻜﺘ‬ َ
ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ِّ ُ َ َ َ ْ َْ َّ َ َّ ُ َ َ
‫ﺐ‬ ‫ ﻋﺪد ﻞﻛ ﺣﺮ ٍف ﻛ ِﺘﺐ أو ﻳ‬،‫ﻲﻠ اﻟ َﻌ ِﻈﻴﻢ‬ ِّ ‫ﷲ اﻟﻌ‬
ِ ِ ‫ﺎ‬ِ ‫ﺑ‬ ‫ﻻ‬ ‫إ‬
ِ ‫ة‬ ‫وﻻ ﻗﻮ‬
َّ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ
‫ﺤﺎﻧﻚ ﻻ ِﻋﻠ َﻢ ﺠَﺎ ِإﻻ َﻣﺎ‬ ‫ ﺳﺒ‬،‫ َودﻫ َﺮ ا َّ ا ِﻫ ِﺮﻳﻦ‬،‫أﺑَﺪ اﻵﺑِ ِﺪﻳﻦ‬
ُ ‫ﻜ‬ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ
َِ ‫اﺤﻟ‬
‫ﻴﻢ‬ ‫ ِإﻧﻚ أﻧﺖ اﻟﻌ ِﻠﻴﻢ‬،‫ﻋﻠﻤﺘﻨﺎ‬

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 353


Maha suci Allah. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan
selain Allah. Allah Mahabesar. Tiada daya dan
kekuatan melainkan dengan Allah Yang Mahatinggi lagi
Mahaagung. Sejumlah setiap huruf yang telah ditulis
dan akan ditulis, sepanjang abad dan sepanjang zaman.
““Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.
(Disebutkan oleh Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Masyhur dalam kitab ‘Lam’atin Nur’ dan diriwayatkan
oleh Habib Imam Umar bin Hasan Al-Haddad
nafa’anallahu bihim).

FAEDAH
Disebutkan oleh Habib Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu:
 Jika seorang hendak memulai pengajian,
mengajar, atau menyampaikan ilmu; hendaknya
ia membaca doa berikut ini:
ْ ِّ َ ‫( َوﻳ‬٢٥) ‫اﺮﺷ ْح ﻲﻟ َﺻ ْﺪري‬
‫ﺮﺴ ِﻲﻟ‬ َ ْ ‫﴿ر ِّب‬ َ ،‫اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ َ ْ َّ ‫ِۢ اﷲ‬
ِ َّ ‫اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ‬
ِ ِ ِ
ْ ِّ َ َ ْ َ ََُْ ْ ً َ ْ ُ ْ ُ ْ َْ
‫( ﻓﻔﻘﻬﻮا ﻗﻮ ِ ﴾ وﺳﺪد‬٢٧) ِ ‫( َواﺣﻠﻞ ﻗﻘﺪة ِﻣﻦ ﻟ ِ َﺴﺎ‬٢٦) ‫أﻣ ِﺮي‬
َُ َ َْ ْ
‫ َواﻫ ِﺪ ﻗﻠ ِﻲﺒ ِﺤﺑَ ِّﻖ َﺳﻴِّ ِﺪﻧﺎ ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ ﷺ‬، ِ ‫ﻟ ِ َﺴﺎ‬
Dengan menyebut nama Allah yang maha

354 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


pengasih lagi maha penyayang. Ya
Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya
mereka mengerti perkataanku, luruskanlah
lisanku, berilah hidayah kepada hatiku, berkat
kemuliaan Sayidina Muhammad ‫ﷺ‬
 Siapa yang hendak mengadakan pengajian di
hadapan banyak orang atau hendak mengajar
seseorang, maka hadirkanlah dalam hati para
wali Ahli Dark (wali yang segera membantu
orang yang meminta tolong) dan Ahli Bathin
(yang tidak nampak lahirnya). Katakanlah:
َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ
َّ ‫ َو َﻳﺎ أ ْﻫ َﻞ‬،‫ﺎﻃ ْﻦ‬
َ‫ َوﻳﺎ‬،‫اﺠ ْﻮ َﺑﺔ‬ َ
ِ ‫ وﻳﺎ أﻫﻞ اﻛ‬،‫دﺳﺘﻮرﻛﻢ ﻳﺎ أﻫﻞ ا ر ِك‬
َ
ُّ ‫أ ْﻫ َﻞ‬
ْ‫اﺠﻮر‬
Atas izin kalian wahai para wali Ahli Dark,
wahai para wali Ahli Bathin, wahai para wali
Ahli Naubah, wahai para wali Ahli Nur
Maka mereka akan membantu dan menolongnya.

FAEDAH
Disebutkan oleh Sayidina Arif Billah Hasan bin
Saleh Al-Bahr nafa’anallahu bih:
Untuk meraih kefahaman ilmu, kemudahan

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 355


mengamalkan, serta tidak melupakannya, hendaknya
engkau mengulang-ulangi doa berikut ini:
َ‫ َوإﻟ ْ َﻬﺎم‬،‫ َوﺣ ْﻔ َﻆ اﻟ ْ ُﻤ ْﺮ َﺳﻠﻦﻴ‬،‫ﻦﻴ‬
َ ِّ‫اﺠﺒﻴ‬َّ َ ُ َ ْ َ ِّ َّ ُ ّ َ
َ‫ﻚ َﻓ ْﻬﻢ‬
ِ ِ ِ ‫اﻟﻠﻬﻢ ِإ أﺳﺄﻟ‬
ْ ْ ِ ْ ِّ ِّ َ َ ْ ْ ْ َ َّ ُ ّ َ َ ُْ َ َ َْ
،‫ﺎﺤﻟﻠﻢ‬ِ ِ‫ وزﻳﻲﻨ ﺑ‬،‫ اﻟﻠﻬﻢ أﻏ ِﻨ ِﻲﻨ ﺑِﺎﻟ ِﻌﻠﻢ‬،‫اﻟﻤﻼﺋِﻜ ِﺔ اﻟﻤﻘ َّﺮﺑِﻦﻴ‬
َّ َ َ ْ َ َ َ َْ ْ ِّ َ َ َ ْ َّ ْ ْ ََ
‫اﻤﺣﻦﻴ‬ ِ ِ ‫ ﻳﺎ أرﺣﻢ اﻟﺮ‬،‫ وﻤﺟﻠ ِﻲﻨ ﺑِﺎﻟﻌﺎ ِﻓﻴﺔ‬،‫وأﻛ ِﺮﻣ ِﻲﻨ ﺑِﺎﺤﻛﻘﻮى‬
Wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kefahaman para
nabi, penjagaan para rasul, dan ilham para malaikat
muqorrobin. Wahai Allah, cukupkan aku dengan ilmu,
hiasi aku dengan kesantunan, muliakan aku dengan
ketakwaan, dan indahkan aku dengan afiyah. Wahai
Yang Maha Penyayang di antara para penyayang

FAEDAH
Dinukilkan dari kumpulan kalam Habib Ahmad
bin Hasan Alathas nafa’anallahu bih, beliau berkata:
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang
menghadap Nabi ‫ﷺ‬, dan berkata:
“Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang
sering lupa. Ajarkanlah padaku sesuatu yang dapat
mengatasinya.”
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
“Katakanlah setiap hari:
َ ََْ َ َ ْ ُ ً َّ َْ ْ ْ ّ َ
،‫ َوﻳﻘﻨ ُﻊ ﺑِ َﻌ َﻄﺎﺋِﻚ‬،‫ ﺗﺆ ِﻣ ُﻦ ﺑِ ِﻠﻘﺎﺋِﻚ‬،‫اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﺟ َﻌﻞ ﻏﻔ ِ ُﻣ ْﻄ َﻤﺌِﻨﺔ‬
َ َ َ َ َ
‫َوﺗ ْﺮ ﺑِﻘﻀﺎﺋِﻚ‬
356 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Wahai Allah, jadikanlah jiwaku menjadi jiwa yang
tenang, beriman dengan pertemuan dengan-Mu, puas
dengan pemberian-Mu, dan rela dengan ketentuan-Mu.
Lelaki itu berkata: “Setelah mengamalkannya,
aku tidak pernah melupakan apa pun.” (HR Thabrani).
Doa tersebut diulang tiga kali.

FAEDAH
Arif Billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
nafa’anallahu bih menyampaikan amalan lain untuk
mengatasi lupa. Yaitu membaca firman Allah ‫ﷻ‬:
َ ْ َ ْ َ ِّ َ َ ْ ِّ َ
َ‫( َوا َّ ي ﻗَ َّﺪر‬٢) ‫( ا َّ ي َﺧﻠَ َﻖ ﻓَ َﺴ َّﻮى‬١) ‫ﺒﻟ‬
ِ ِ ‫ﺳﺒ ِﺢ اﺳﻢ رﺑﻚ اﻷ‬
َ َ
ْ ً َُ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ
(٥) ‫ﺎء أﺣ َﻮى‬ ‫( ﻓﺠﻌﻠﻪ ﻟﺜ‬٤) ‫( َوا ِ ي أﺧ َﺮ َج اﻟ َﻤ ْﺮﻰﻋ‬٣) ‫ﻓ َﻬﺪى‬
َ َْ ََ َ ُ ُْ َ
‫ﺳﻨﻘ ِﺮﺋﻚ ﻓﻼ ﺗﻨ‬
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang
menciptakan, dan menyempurnakan (ciptaan-Nya),
Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi
petunjuk, Yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu
dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-
hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan
lupa. (QS Al-A’la: 1-6)
Dengan mengulang-ulang ayat terakhir sebanyak
tujuh kali.

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 357


FAEDAH
 Diriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib
karramallahu wajhah berkata kepada seorang
yang mengeluhkan kelemahan daya ingatnya:
“Hendaknya engkau mengkonsumsi luban
(kemenyan Arab). Luban dapat menguatkan hati
dan mengatasi lupa.”
 Disebutkan bahwa sahabat Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma mengatakan: Meminum
luban dicampur gula ketika perut kosong dapat
berkhasiat baik untuk melancarkan buang air kecil
dan mengatasi lupa.
 Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada
Sahabat Anas radhiyallahu anhu mengeluhkan
daya ingatnya. Maka beliau mengatakan:
“Hendaknya engkau mengkonsumsi Kundur
(kemenyan Arab). Rendamlah di malam hari,
kemudian di pagi harinya minumlah satu
teguk ketika perut masih kosong. Itu baik untuk
mengatasi lupa.” (Disebutkan dalam kitab Zadul
Ma’ad).
 Disebutkan ada beberapa hal khusus yang dapat
melemahkan daya ingat, yaitu:
o Berbekam di lekukan tengkuk
o Terlalu sering mengkonsumsi ketumbar

358 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH


basah dan apel yang masam
o Banyak stres dan sedih
o Melihat air yang tenang
o Buang air kecil pada air yang tenang
o Melihat Salib
o Banyak membaca nisan kubur
o Berjalan di antara dua unta yang
bergandengan
o Membuang kutu yang masih hidup
o Memakan sisa makanan yang pernah
dimakan tikus.
Semua ini sudah diketahui secara luas dan teruji.
 Diriwayatkan bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri
tidak menyukai makan apel dan air yang pernah
diminum oleh tikus, beliau berkata: “Itu dapat
membuat lupa.”
Beliau sering meminum madu dan berkata: “Ini
dapat membuat cerdas.”

FAEDAH
Habib Ali bin Abdurahman Al-Masyhur
nafa’anallahu bih berkata:
 “Lemak pada bagian belakang kepala kambing
jika dikonsumsi berkhasiat meningkatkan
kecerdasan orang yang memakannya.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 359
Beliau radhiyallahu anhu menyukainya dan
memakannya dalam keadaan mentah. Terkadang
beliau meminta agar memanggangnya di atas api.
 Beliau nafa’anallahu bih juga berkata: “Sebagian
ulama mengatakan bahwa anak yang memiliki
kepala yang besar akan menjadi seorang ulama.”
 Beliau juga berkata: “Anak yang rambutnya
dicukur habis setiap Hari Rabu sebanyak empat
puluh kali berturut-turut dari semenjak lahir
maka akan menjadi seorang ulama.” (Dikutip
dari Lam’atun Nur).

FAEDAH
Imam Ali karramallahu wajhah berkata:
“Tiga hal yang dapat menambah daya ingat dan
menghilangkan dahak:
1. Bersiwak
2. Berpuasa
3. Membaca Al-Qur'an.”

Sebagian ulama berkata:


 Memakan dua puluh satu (21) buah kismis anggur
merah setiap hari dalam keadaan perut kosong dapat
meningkatkan daya ingat dan menyembuhkan
banyak penyakit dan gangguan kesehatan.
360 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
 Semua yang dapat mengurangi dahak dan lendir
dapat menambah daya ingat.
 Semua yang dapat menambah dahak akan
mengurangi daya ingat.
 Banyaknya dahak disebabkan banyaknya minum
air. Dan banyak minum air disebabkan oleh
banyaknya makan.
 Siwak dapat mengurangi dahak serta meningkatkan
daya ingat dan kefasihan.
 Memakan kismis dan roti kering dapat
menghentikan dahak.
 Di antara penyebab lupa adalah: banyak stres dan
sedih karena memikirkan urusan dunia, sibuk
dengan urusan dunia, serta hal-hal lain terkait
urusan dunia.
***

JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 361

Anda mungkin juga menyukai