UNTUK MENGENAL
THARIQAH `ALAWIYAH
Terjemah
Al-Manhaj As-Sawi
Syarh Ushul Thariqah As-Sadah Al Ba'alawi
JILID 1
Karya
Al-Allamah Al-Habib
Zain bin Ibrahim Bin Smith
:أﻣﺎ ﺑﻌﺪ
Sangat penting artinya bagi generasi baru,
khususnya bagi kalangan Alawiyin, untuk mengenal
thariqah para pendahulunya yang saleh. Dengan
demikian ia bisa melanjutkan estafet keilmuan, dakwah
dan kesalehan para pendahulunya. Pendidikan seperti
inilah yang sangat ditekankan oleh para salaf kita.
Keturunan orang-orang saleh akan dikumpulkan
bersama para pendahulunya kelak di Hari Kiamat dengan
dua syarat: Iman dan mutaba’ah (meneladani). Allah ﷻ
berfirman:
ْ َ َ ْ ُ ُ َّ ِّ ُ ْ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ َّ َ
ْﺤﻟ َ ْﻘﻨَﺎ ﺑﻬ ْﻢ ُذ ِّر َّﻳﺘَ ُﻬﻢ
ِِ ٍ وا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا واﻳﺒﻌﺘﻬﻢ ذرﻳﺘﻬﻢ ﺑِ ِﺈﻳﻤ
ﺎن أ
Dan orang-orang yang beriman, yang anak cucu
Taufi
Al-Ustadz T fiq bbin
aufi in Abdulqodir Assegaf
Penutup
Sampai saat ini, penulis masih terus mengajarkan
ilmunya, memberikan perhatian kepada para murid dan
mengarahkan mereka, memberi petunjuk kepada para
penempuh jalan akhirat, mendidik para murid, meneliti fatwa-
fatwa atas masalah-masalah fiqih yang ditanyakan kepadanya
dari berbagai negeri, serta melakukan lawatan dakwah dari
satu waktu ke waktu lainnya, mencari-cari kabar mengenai
keadaan kaum muslimin, dan menyampaikan nasihat-nasihat
agama. Semua itu, disertai dengan amalan-amalan luhur
beliau, dan penghambaan sempurna kepada Allah ﷻ, serta
mempersiapkan kehidupan akhirat dengan semangat yang
tinggi.
***
Manhaj Ilmu
Madzhab fiqih yang dianut oleh para sadah
keluarga Ba’alawi adalah Madzhab Imam Syafii
radhiyallahu anhu yang ditakdirkan tersebar di kawasan
Yaman semenjak awal kemunculannya. Al-Hafidz Al-
Muarikh Syamsuddin As-Sakhawi mengatakan:
“Yaman adalah daerah luas yang mencakup
Tihamah (dataran tinggi) dan Najd (dataran rendah).
Di kawasan itu terdapat berbagai kota, desa, syiib, dan
gunung. Ulama di sana sangat melimpah semenjak zaman
sahabat. Banyak imam yang melakukan perjalanan ke
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 15
sana (untuk mencari ilmu), bahkan tingkat keilmuan
di Yaman senantiasa berkembang dari masa ke masa.
Ketika Madzhab Syafii muncul dan terkenal di sana,
mereka beralih haluan dan bertaklid kepada Madzhab
ini. Ini terjadi pada abad ketiga sebagaimana dikatakan
Al-Janadi. Kemudian penganut madzhab ini semakin
banyak, terutama di masa Dinasti Ayubiyah dan masa
setelahnya sampai saat ini.” (Dikutip dari kitab Al-I’lan
bit Taubikh liman Dzammat Tarikh).
Imam Muhajir memiliki peran penting dalam
penyebaran Madzhab Syafii di Hadramaut mendahului
daerah Yaman yang lain pada masa itu. Berdasarkan yang
dapat difahami dari kitab ‘Tarikh Bamakhramah’ bahwa
tersebarnya Madzhab Syafii di Yaman terjadi sekitar
tahun 340 H dan setelahnya. Sedangkan tersebarnya
madzhab tersebut di Hadramaut melalui perantara Imam
Al-Muhajir terjadi sebelum itu.
Peran para Sadah Ba’alawi serta para ulama
Hadramaut tidak sebatas mengikuti Madzhab Syafii, akan
tetapi mereka juga berperan penting dalam melestarikan,
menyebarkan, memurnikan serta menulis karya-karya
ilmiah dalam Madzhab Syafii. Bermula dari Imam
Abdullah bin Abdurahman Ba`ubaid (wafat 603 H) dan
Al-Faqih Al-Muqodam sendiri, serta Imam Muhammad
bin Said Basyukail (wafat 700 H) sampai kepada para
Akidah
Akidah para sadah keluarga Ba’alawi adalah
Madzhab Sunni Asy`ariy. Ini terjadi setelah stabilnya
keadaan Hadramaut dalam Madzhab Ahlusunnah
bersamaan dengan berakhirnya pengaruh sekte Ibadhiyah
dari sana sebagaimana telah disinggung.
Semenjak permulaan munculnya, keluarga
Ba’alawi menganut Madzhab Asy’ari dalam akidah dan
Thariqah Dakwah
Selain menjadi sebuah metode tarbiyah/pendidikan
dan suluk/jalan memperbaiki akhlak, Thariqah Alawiyah
juga menjadi sebab tersebarnya Islam dan masuknya
berbagai komunitas besar ke dalam agama Islam dalam
cakupan geografis yang luas, “Melintasi India menuju
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 25
Melayu, Burma, Indonesia, Philiphina, Ceylon/Sri Lanka,
demikian pula seluruh Asia Tenggara, pantai timur Afrika
dan lainnya.”
Para Sadah Alawiyin dalam berdagang melintasi
samudra ke negeri-negeri ini menjadi sosok ideal seorang
muslim yang saleh, berilmu, dan mengamalkan ilmunya.
Sehingga mereka menarik masyarakat dengan akhlak,
adab, serta ilmu-ilmunya. Mereka merupakan sosok
cemerlang pribadi muslim yang sempurna agama dan
dunianya.
Pakar sejarah, Sayid Muhammad bin Abdurahman
Bin Syihab Al-Alawi berkata: “Orang Arab Hadramaut—
terutama Sadah Alawiyin—berulang kali berlayar ke
Malabar, Gujarat, Calicut dan kawasan India lainnya.
Di sana mereka memiliki pusat-pusat perdagangan dan
juga pusat agama. Banyak Alawiyin memiliki Ribath
(semacam pondok pesantren) yang terbuka bagi para
penuntut ilmu agama. Kapal-kapal laut mereka berlayar
dari pantai Hadramaut menuju Malabar, kemudian
mengarah ke timur ke pantai-pantai India. Dari sana
mereka menuju Pulau Sumatra di mana kawasan Aceh
dan Palembang termasuk di dalamnya, kemudian ke pulau
Jawa. Dalam kitab Al-Masyra’ terdapat biografi sebagian
ulama Sadah Alawiyin yang masuk ke Pulau Jawa jauh
sebelum orang-orang Belanda datang ke sana, sedangkan
di Aceh semenjak tiga setengah abad sebelumnya...”
***
26 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Mengenai masuknya komunitas Hadramaut dari
kalangan Alawiyin dan non Alawiyin ke Pulau Jawa yang
merupakan kawasan terbesar yang menerima pengaruh
mereka, Gubernur Syakib Arselan dalam makalahnya
‘Islam di Jawa dan Sekitarnya’ berkata:
“Telah diketahui bahwa komunitas Hadramaut
termasuk penghuni bumi terhandal dalam melakukan
pengembaraan. Kemiskinan kawasan mereka ditambah
kesungguhan tekad menjadi dua faktor yang mendorong
mereka untuk mengarungi cakrawala dunia. Kebanyakan
mereka tersebar di kepulauan Jawa dan samudra yang
mengelilinginya.
Pemerintah Kolonial Belanda memandang
keberadaan mereka dengan penuh perhitungan. Mereka
amat tertekan atas kedatangan kaum Alawiyin ke daerah
jajahan karena menghawatirkan penyebaran dakwah Islam
atau bangkitnya kesadaran penduduk pribumi yang polos
atas perkara yang tidak akan mereka sadari tanpa gugahan
dari para pendatang dari Hadramaut ini. Pemerintah
Kolonial Belanda membuat aturan-aturan ketat untuk
mencegah masuknya mereka ke tanah jajahannya dan
mengawasi setiap gerak-gerik bahkan diamnya para
pendatang itu. Mereka beralasan bahwa para Hadharim
(pendatang dari Hadramaut) ini pengembara yang tidak
membawa sedikit pun modal ke tanah Jawa, selain itu
Masa Kini...
Sampai saat ini, peningalan-peninggalan abadi
mereka masih hidup dan cemerlang. Lihatlah Tarim
Al-Ghanna, kota yang selalu bersinar dengan orang-
Sebab Penulisan
Al-Faqir Ilallah, penulis lembaran ini yang
senantiasa berharap semoga Allah ﷻmemperbaiki semua
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 37
maksud dan niatnya serta memberkahinya dengan ilmu
dan amal saleh, berkata:
Ketahuilah wahai saudaraku, kekasih terdekat dan
sahabat setia tersayang—Semoga Allah menganugerahi
kita agar dapat mengamalkan akhlak Asmaul Husna,
meraih tujuan termulia dan meneguk ‘minuman’ yang
paling memuaskan—. Ketika aku mendapati ucapan
panutan kita, Imam para ‘arifin, teladan para penempuh
jalan akhirat, Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi—
Semoga Allah memberikan manfaat berkat beliau dan
semua salaf yang saleh—yaitu ucapan beliau radhiyallahu
anhu ketika menjelaskan pengertian Thariqah Saadah
‘Alawiyiin:
ُ ْ ُ ْ ْ ْ َ َ َّ ّ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ
اﻟ ِﻌﻠ ُﻢ َواﻟ َﻌ َﻤﻞ َواﻟ َﻮ َرع:ﻲﻫ
ِ آل أ ِ ﻋﻠ ِﻮي ِإﻏﻤﺎ
ِ ﻃ ِﺮﻳﻘﺔ اﻟﺴﺎد ِة
َّ َ َ ْ ْ َ ْ َ
َ اﺨﻟ َ ْﻮ ُف ِﻣ
اﻹﺧﻼ ُص ُ َﻋ َّﺰ َو َﺟﻞ ِ و ﷲ
ِ ا ﻦ و
Thariqah Saadah Keluarga Ba’alawi tidak lain
adalah : ilmu, amal, wara’, takut kepada Allah, dan
ikhlas karena-Nya ﷻ.
Sayyidina Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi telah
mengutip definisi ini dalam kitab beliau ‘Iqdul Yawaaqit
Al-Jauhariyah, lantas beliau berkata: “Renungkan betapa
sempurna ketelitian serta keluasan pengetahuan dan
wawasan beliau. Beliau menghimpun seluruh karakter
Pentingnya Himmah/Cita-Cita
Ketahuilah! Adalah sangat ditekankan bagi Ahlul
Bait secara khusus dan setiap orang secara umum, untuk
berusaha menguasai ilmu-ilmu syariat; menghias diri
dengan akhlak Nabi ﷺsetelah sebelumnya membersihkan
hati dari sifat-sifat rendah; mengerahkan diri dan
mengarahkannya untuk mengikuti jejak para datuk dan
salaf mereka yang berhimmah/cita-cita tinggi dan berjiwa
1 Nama Allah yang teragung atau Ismul A’dzom, adalah nama Allah ﷻ
yang apabila disebutkan dalam doa, pasti doa itu dikabulkan.
Penulis berkata:
Keadaan saat ini persis seperti yang digambarkan
oleh Beliau radhiyallahu anhu. Para penerus keturunan
Ba’alawi telah tertinggal jauh dari salafnya. Ketertinggalan
ini adalah suatu kerusakan yang serius. Sayidina Imam
Ali bin Muhammad Al-Habsyi nafa’anallahu bih berkata:
ْ َ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ
ﻳﻖ اﻫ ِﻠﻪ ﻳ َﻬ َّﻴ ْﻢ َوﺿﺎعَﻣ ْﻦ ﻻ َﺳﻠﻚ ِﻲﻓ ﻃ ِﺮ
68 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Siapa yang tidak berjalan di jalan keluarganya akan
bingung dan tersesat.
ْ ِّ َ َ ُُ ََ
ﺮﻴوا َﺒﻟ اﻻﻳﺒَﺎع
ُ ﻲﺒ ﺳ َّ وع
ِ ْ ِ اﺠ ﻓﻴﺎ ﻓﺮ
Maka wahai para keturunan Nabi ﷺ, berjalanlah
dengan meneladani mereka
ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُّ َ
ﺧﻠﻮا اﻟﻘﺪم ﺑِﺎﻟﻘﺪم َواﺣﺬ ُروا اﻻﺑ ْ ِﺘﺪاع
Pijakkan kaki kalian di tempat kaki mereka berpijak
dan hati-hatilah jangan engkau membuat jejak langkah
baru.
ُ ْ ُ َ ْ ْ
Beliau juga berkata:
ْ َ ْ َّ َ
ﺮﻴ اﻟ ُﻌﻘﻮل ِ ﺣﺮﻴ ﺑِﻌﻘ ِﻲﻠ َو ِ ِﻣﺜ ِﻠﻪ
ﺤﺗ
ْ ُ ُْ َ اﻟﺰﻛ َّﻴ ْﺔ َﻗ ْﻦ
َّ وع ُ َﻣﻴْ ُﻞ اﻟْ ُﻔ
ﻳﻖ اﻷﺻﻮل ﺮ
ِ ِ ﻃ ِ ِ ﺮ
Sungguh mengherankan akal pikiranku, dan akal
pikiran siapa pun akan terheran dengan yang seperti
ini. Melihat berpalingnya zuriyah suci dari jalan para
leluhurnya.
ْ َ َ َ َ ِّ َ َ َ ْ
ﻜ ْﻦ َﻣﺎ د ِرﻳْﺖ اﻳﺶ اﻗﻮل
ِ ﺑِﻪ زاد ﻫﻲﻤ وﻟ
ْ ْ ُّ َ َ ْ ْ َ َ َ
ِﻋﻨﺎﻳَﺔ ِﻣ َﻦ اﻟ َﻤ ْﻮ ﺗ ُﺮد اﻟ ُﻤﻴُﻮل ﻋ
Kegundahanku semakin bertambah karenanya, namun
aku tidak tahu lagi apakah yang dapat aku katakan?
Selain berdoa: Semoga inayah Tuhan membimbing
mereka kembali dari kecenderungan ini.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 69
Dalam kitab Tatsbitul Fuad disebutkan bahwa Al-
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata:
“Salah seorang tokoh dari kalangan sadah
mendengar seorang syarif berkata:
‘Ayahku dan kakekku..’ (Membanggakan
leluhurnya).
Maka beliau berkata kepadanya: “Jadilah engkau
seperti ayah dan kakekmu! Jika tidak, engkau tidak lain
hanya sebatas imamah dan rupa semu belaka, yang tidak
memiliki apa-apa di dalamnya.”
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad
menggubah syair untuk menegur mereka yang hanya
bergantung pada nasab : َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ َ
ُ َ اﺠﻟ
أﻧﺎ:ﻮل
ِ ﻬ واﺣﺬر وإِﻳﺎك ِﻣﻦ ﻗﻮ ِل
ْ َ َ ُْ َ ْ َ َ
ﻰﻳ ِﻲﻓ ﻓﻀ ٍﻞ َو ِ َﺣ َﺴ ِﻲﺒ
ِ وأﻧﺖ دو
Berhati-hatilah dari ocehan seorang dungu:
“Aku! Engkau berada di bawahku dalam kemuliaan dan
nasab.”
َ
ام َو َﻣﺎ ﻗ َﺼ ُﺪوا َ َْﻓ َﻘ ْﺪ ﺗَﺄَ َّﺧ َﺮ أَﻗ
ٌ ـــﻮ
َ َ َ ْ َ َ َْ ََْ
ْ َاﺳﺘَ ْﻐـــﻨ
ْ ﺎن أ ﻜ ﺑ اﻮ ﻏﻴﻞ اﻟﻤـــﺎﻜ ِرمِ و
ِ ِ
Sungguh banyak kaum yang jauh tertinggal,
tanpa sedikitpun berkeinginan meraih berbagai
kemuliaan. Karena merasa cukup dengan ucapan:
“Ayahku adalah...”
70 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Betapa indahnya ungkapan seorang penyair:
ْ َ َُ َُ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ
ﻟﺴﻨﺎ وإِن أﺣﺴﺎﻧﻨﺎ ﻛﺮﻣﺖ
ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ً ْ َ
ﻜـــﻞ
ِ ﺎب ﻧـــﺘـــ
ِ ﻳﻮﻣﺎ ﺒﻟ اﻷﺣـــﺴ
Walaupun kami memiliki jalur keturunan mulia,
tapi kami tak pernah sekejap pun bergantung kepada
kebesaran nasab.
َ ُ َ ْ َ َ َ َْ
ﻧﺒ ِﻲﻨ ﻛ َﻤﺎ ﺎﻛﻧﺖ أ َواﺋِﻠـــﻨﺎ
ُ َ َْ ُ َ ْ ََ ْ َ
ـــﻌـــﻞ ِﻣﺜﻞ َﻣﺎ ﻓ َﻌﻠﻮا ﺗـــﺒ ِﻨـــﻲ وﻧـــﻔ
Kami membangun kemuliaan sebagaimana para
pendahulu kami membangunnya. Kami berbuat seperti
yang dahulu mereka lakukan.
Al-Mutanabbi berkata:
ْ ََ َّ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ
ﻳﻒ ﻛﺄﺻ ِﻠ ِﻪ
ِ اﻟﺮﺸ
ِ إِذا ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻏﻔﺲ
ْ
ََ ُ َ ُْ َّ َ ََ
ﺐ ِ ﻓﻤﺎذا ا ِ ي ﻳﻐ ِﻲﻨ ِرﻓﺎع اﻟﻤﻨ
ِ ﺎﺻ
Jika seorang keturunan mulia tidak seperti
leluhurnya, maka apalah artinya ketinggian nasab
mulianya itu?
َْ َْ ُ َ ًّ َ ْ
َوإِن َﻋﻠ ِﻮﻳﺎ ﻟ ْﻢ ﻳَﻜ ْﻦ ِﻣﺜﻞ َﺟﻌﻔ ٍﺮ
َّ
َ ـــﻠﻨ ٌ َّ ُ َّ َ ُ َ َﻓ
ﺐ
ِ اﺻ
ِ ﻮ ﻟ
ِ ﺔ ﺠ ﺣ ﻻ إ
ِ ﻮﻫ ـــﺎ ﻤ
Jika seorang Alawi tidak menjadi seperti Imam
Jakfar (As-Shadiq), maka ia tidak lain hanya menjadi
bahan olokan kaum nawashib(pembenci ahlul bait).
ILMU
PENDAHULUAN
Segala puji hanyalah milik Allah Yang senantiasa
membuka lebar anugerah-Nya serta Maha Mengetahui.
Dialah yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba
pilihan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya.
Dia yang menjadikan ilmu sebagai perantara meraih
keselamatan dan kedekatan di sisi-Nya Yang Maharaja
lagi Mahaagung. Kemudian Dia sandangkan pakaian
kebesaran dan kemuliaan bagi mereka yang mengamalkan
ilmunya. Menjadikan mereka laksana pelita petunjuk bagi
manusia menuju hidayah, Pelita yang keberadaannya
melenyapkan gelapnya kebodohan. Merekalah para
pendakwah ke jalan Allah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi yang diutus Allah sebagai pemberi petunjuk
ke jalan yang lurus. Juga kepada keluarga serta para
sahabatnya yang memperoleh kedudukan agung karena
hubungan persahabatan dan karena meneladani
Rasulullah ﷺ.
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 81
Ammaa ba’du :
Sayidina Imam Idrus bin Umar bin Idrus Al-
Habsyi rahimahullah wa nafa’ana bih berkata:
“Keadaan pertama—dari lima pondasi Thariqah
Ba’alawi yang telah disebutkan—adalah Ilmu. Yakni
ilmu yang dikenal dalam syariat, seperti: Ilmu Tafsir,
Hadits, Fiqih beserta ilmu-ilmu penunjangnya.
Ilmu adalah sumber kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Derajat teragung bagi seorang manusia adalah
ketika ia mendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat,
dapat memandang kepada Allah Yang Mahamulia, serta
berdampingan di sisi-Nya kelak di dalam surga yang
penuh dengan kenikmatan. Dan hal yang paling utama
adalah perantara untuk mendapatkannya. Kebahagiaan
itu tidak dapat diraih kecuali melalui ilmu dan amal.
Sedangkan amal tidak dapat dilakukan kecuali dengan
ilmu tentang tata-cara beramal. Mereka—para sadah
Ba’alawi—memiliki porsi terbanyak dalam keilmuan
dan memiliki kedudukan ilmiyah yang tinggi tak
tertandingi, sebagaimana diketahui oleh orang yang telah
mempelajari dan meneliti karya-karya tulis serta biografi-
biografi kehidupan mereka.”
***
Detail Masalah
Imam Khalil bin Ahmad rahimahullah berkata:
Manusia terbagi menjadi empat golongan:
1. Orang yang tahu dan menyadari bahwa dirinya tahu. Ia
adalah orang berilmu maka ikutilah.
2. Orang yang tahu tapi tidak menyadari bahwa dirinya
tahu. Ia adalah orang yang lengah, maka bangunkanlah.
3. Orang yang tidak tahu dan menyadari dirinya tidak
tahu. Ia adalah pencari petunjuk maka berilah petunjuk
padanya.
4. Orang yang tidak tahu tapi tidak menyadari bahwa
dirinya tidak tahu. Ia adalah orang bodoh maka
tinggalkanlah.
Peringatan!
Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab
‘Risalah Mu’awanah’ berkata:
Ketahuilah! Orang yang beribadah kepada Allah
tanpa ilmu, maka bahaya yang menimpa dari ibadahnya
akan lebih banyak daripada manfaat yang didapatkan.
Banyak ahli ibadah yang meletihkan diri dengan
berbagai ibadah sedangkan ia terus-menerus melakukan
kemaksiatan yang dia kira ibadah atau bukan maksiat.
Syaikh Arif Billah Muhammad bin ‘Arabi dalam Bab Al-
Washoya dalam kitab ‘Al-Futuhat’ menceritakan tentang
Penulis berkata:
Pendapat terakhir ini dikuatkan dengan hikayat
yang diceritakan mengenai Syaikh Ahmad bin Abi Ja’d
rahimahullah. Diceritakan ketika beliau didatangi oleh
Syaikh Abdullah Ba’abbad beserta saudaranya, Syaikh
Ahmad bertabaruk (mengambil keberkahan) dengan cara
Penulis berkata:
Hadits tersebut menjadi dalil bahwa para ulama
yang mengamalkan ilmunya lebih utama di sisi Allah
ﷻdaripada para syuhada yang gugur untuk menolong
agama. Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Tinta para ulama ditimbang dengan darah para
syuhada, ternyata tinta para ulama lebih berat daripada
darah para syuhada.”
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu
berkata: “Hendaknya kalian melazimi ilmu sebelum
diangkat. Diangkatnya ilmu adalah dengan kematian
para periwayatnya (ulama). Demi Allah yang jiwaku
berada dalam kuasa-Nya, sungguh orang-orang yang
gugur di jalan Allah sebagai syuhada ingin agar Allah
membangkitkan mereka sebagai ulama, karena kemuliaan
ulama yang mereka saksikan.” (Atsar ini disebutkan oleh
Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin.)
***
Penulis berkata:
Di antara sebab-sebab lain yang sangat kuat untuk
menarik rizki, sebagaimana dikatakan oleh kaum arifin
adalah:
Melaksanakan shalat dengan penuh pengagungan
dan kekhusyukan
Membaca Surat Al-Waqi’ah, khususnya di waktu
malam. Demikian pula Surat Yasin dan Surat Al-
Mulk di waktu Shubuh
Hadir di masjid sebelum waktu adzan
Selalu dalam keadaan suci (yakni setiap berhadats
segera berwudhu)
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 137
Menunaikan shalat Sunah Fajar (Qabliyah
Shubuh) dan shalat witir di rumah
Memakmurkan waktu antara Shalat Shubuh
sampai terbitnya matahari dengan beri’tikaf di
masjid
Membaca berulang-ulang :
َّ َ ْ َ َ
ﻳَﺎ ﻓﺘﺎح ﻳَﺎ َر َّزاق،ﻳﺎ ﺎﻛ ِﻲﻓ ﻳَﺎ ُﻣﻐ ِﻲﻨ
Wahai Yang Maha Mencukupi, Yang Maha Membuat
Kaya, Yang Maha Membuka karunia-Nya dan Yang
Maha Pemberi Rizki
Allah ﷻberfirman:
ْ ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ
ِّ ﻞﻛ ﻓ ْﺮﻗَﺔ ﻣﻨْ ُﻬ ْﻢ َﻃﺎﺋ َﻔ ٌﺔ َﺘَ َﻔ َّﻘ ُﻬﻮا ﻲﻓ ا
ﻳﻦ َو ِ ُﻨ ِﺬ ُروا
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ﻓﻠﻮﻻ ﻏﻔﺮ ِﻣﻦ
َ ََْ َّ َ َ َ َ
ﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ ِإذا َر َﺟ ُﻌﻮا ِإ ْ ِﻬ ْﻢ ﻟ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﺤﻳﺬ ُرون
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali dari medan perang supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya dan berhati-hati. (QS At-Taubah: 122)
Ayat mulia ini menghimpun ajakan untuk
menuntut ilmu dan mengajarkannya serta perintah untuk
memperdalam pengetahuan tentang agama Islam yang
lurus ini. Dan berdakwah ke Jalan Allah dan jalan yang
lurus.
Allah ﷻberfirman berkenaan dengan anjuran
Faedah
Tercatat dalam Kitab Shahih Bukhari, bahwa
Rasulullah ﷺmempersaudarakan antara Sahabat Abu
Darda dan Sahabat Salman Al-Farisi radhiyallahu
anhuma. Imam Nawawi dalam kitab Tahdzibul Asma
berkata:
Sahabat Abu Darda tinggal di Kota Syam. Suatu
hari beliau menuliskan surat kepada Sahabat Salman
yang isinya sebagai berikut:
“Amma Bakdu: Sesungguhnya Allah telah
menganugerahkan harta dan anak setelah aku berpisah
KEUTAMAAN MENGAJAR
DAN MENULIS SERTA
MENYEBARKAN ILMU
Penulis berkata:
Dari keterangan yang telah dipaparkan terdapat
dalil bahwa kewajiban mendidik keluarga, anak dan
orang-orang terdekat lebih ditekankan. Pendidikan
mereka harus lebih diperhatikan dan diprioritaskan
daripada mendidik orang lain. Karena setiap pemimpin
akan ditanyakan tentang orang-orang yang dipimpinnya.
Habib Ahmad bin Umar Bin Smith radhiyallahu
anhu berkata:
“Orang tua memiliki kewajiban untuk berbakti
kepada anaknya dengan cara mengajar dan mendidiknya.
Nabi ﷺsebagai pembawa syariat tidak banyak
menganjurkan orang tua untuk berbakti kepada anaknya.
Ini karena beliau merasa cukup dengan dorongan watak
alami sebagai orang tua (orang tua secara alami selalu ingin
berbuat baik kepada anak-anaknya), di mana dorongan
watak alami lebih kuat pengaruhnya daripada dorongan
syariat. Berbeda halnya dengan bakti anak kepada orang
tua. Syariat banyak menganjurkannya. Padahal bakti
orang tua kepada anak, dan bakti anak kepada orang tua,
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 161
keduanya sama-sama wajib hukumnya.” (Dikutip dari
Majmu Kalam beliau).
Imam Ali karramallahu wajhah berkata:
“Ayah memiliki hak yang harus ditunaikan oleh
anaknya. Anak juga memiliki hak yang harus ditunaikan
oleh ayahnya. Hak seorang ayah yang harus ditunaikan
anaknya adalah ia harus mentaatinya dalam segala hal
kecuali dalam maksiat kepada Allah ﷻ. Adapun hak
anak yang harus ditunaikan ayahnya adalah hendaknya
ia membaguskan namanya, membaguskan pendidikan
akhlaknya, dan mengajarkannya Al-Qur’an.”
Sayidina Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir
radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih, dalam kitab beliau
yang berjudul “Silatul Ahli Wal Aqrobin bita’limid Din”
berkata:
“Merupakan kewajiban bagi ayah, ibu, para
pengurus serta penguasa untuk mendidik anak-anak,
keluarga, pelayan-pelayan, serta semua orang yang ada
di bawah kuasa mereka untuk diajarkan tentang segala
yang wajib. Seperti Iman, Shalat, Zakat, dan Haji, serta
memerintahkan mereka untuk menunaikan kewajibannya
tersebut. Selain itu, mereka wajib mengajarkan tentang
keharaman segala yang diharamkan, seperti: Zina, Liwath,
membuka aurat, mencuri, berkhianat, berdusta, ghibah,
mengadu-domba, sombong, iri-hati, riya, dan semisalnya
Faedah
Imam ِAl-Quthb Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad dalam kitabnya ‘Risalah Al-Mudzakarah’
memberikan sebuah faedah berikut:
Nabi ﷺbersabda:
ََ َّ ُ ُ َ َْ َ َ َ
، ﺻﺪﻗ ٍﺔ ﺟﺎرﻳ ٍﺔ:ِإذا َﻣﺎت ْاﻧ ُﻦ آد َم اﻏﻘ َﻄ َﻊ ﻗ َﻤﻠﻪ ِإﻻ ِﻣ ْﻦ ﺛﻼ ٍث
ُ َ وو ٍ ﺻﺎﻟﺢ ﻳَ ْﺪ ُﻋﻮ،وﻋﻠﻢ ﻳُﻨْﺘَ َﻔ ُﻊ ﺑﻪ
ٍ ِِ ٍ
Jika seorang keturunan Adam (manusia) wafat, maka
terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga hal:
Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, serta anak
saleh yang mendoakannya. (HR Muslim dan Turmudzi)
Para ulama radhiyallahu anhu menafsiri ‘sedekah
jariyah’ yang pahalanya terus mengalir setelah wafat
dengan waqaf. Sedangkan ilmu yang bermanfaat
setelah wafat, dengan karya tulis, ajaran, serta fatwa.
Mengarahkan maknanya kepada karya tulis lebih jelas,
sebab karya tulis dapat bertahan lebih lama.
Imam As-Subki rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya seorang ulama, walaupun memiliki
keluasan ilmu dan memberikan manfaat nyata kepada
170 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
masyarakat, manfaatnya hanya terbatas di masa
hidupnya saja, selama ia tidak menulis kitab yang
ditinggalkan untuk generasi setelahnya atau mewariskan
ilmu yang dinukilkan oleh muridnya saat melihat orang-
orang tidak mengetahuinya.”
Diriwayatkan dari Imam Al-Habib Umar bin
Abdurahman Alathas radhiyallahu anhu, ketika terjadi
pembicaraan bersama beliau tentang banyaknya karya
tulis. Salah seorang yang menghadiri pembicaraan itu
berkata:
“Di masa kini, tidak ada lagi perlunya menulis
(karena kitab sudah sangat banyak).”
Al-Habib Umar radhiyallah anhu menjawab:
“Bukankah tidak ada ruginya jika datang pemberi
peringatan setelah pemberi peringatan sebelumnya?”
Sayidina Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
Sesungguhnya Allah ﷻmenggerakkan lisan dan
tangan para ulama setiap zaman untuk menulis sesuai
dengan keadaan penghuni zamannya. Tulisan-tulisan
akan mencapai tempat-tempat yang jauh dan akan terus
ada setelah wafat penulisnya. Dengan demikian, ia akan
mendapatkan keutamaan menyebarkan ilmu dan tercatat
sebagai orang yang mengajarkan ilmu dan berdakwah
Faedah
Di antara manfaat membuat karya tulis
sebagaimana dikatakan oleh Al-Khathib Al-Baghdadi
adalah:
Memperkuat hafalan
Mencerdaskan hati
172 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Mengasah akal (watak)
Menumbuhkan kemampuan menjelaskan dengan
baik
Mendapatkan nama yang harum
Menghasilkan pahala (dengan niat yang baik)
Membuat tetap dikenang sampai akhir zaman
Sebaiknya ia memberikan perhatian untuk menulis
sesuatu yang manfaatnya dapat merata dan banyak
diperlukan. Serta yang belum pernah ditulis sebelumnya.
Faedah Lain
Imam Idrus bin Umar Al-Habsyi nafa’anallahu
bih berkata:
Di antara hak guru yang wajib ditunaikan para
muridnya adalah menjaga ilmu-ilmu serta faedah-faedah
yang pernah diberikan. Kemudian menyampaikan kepada
generasi berikutnya agar ilmu mereka dapat bermanfaat.
Dengan demikian, pahala guru mereka menjadi banyak
dengan banyaknya pahala orang-orang yang mendapatkan
manfaat darinya. Nama mereka pun akan terus hidup.
Karena setiap kali seorang mendapatkan petunjuk atau
mengamalkan ilmunya, maka gurunya akan mendapatkan
pahala semisalnya sampai Hari Kiamat. Sedangkan guru
dari gurunya akan mendapatkan kelipatan dari pahala
itu (yakni pahala orang yang beramal ditambah pahala
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 173
guru pertama). Guru ketiga mendapatkan empat kali lipat
pahala amal itu. Guru keempat mendapatkan delapan
kali lipat, dan terus demikian. Setiap naik satu tingkatan
generasi guru, maka pahala akan dilipat-gandakan
sesuai dengan jumlah pahala-pahala amal saleh generasi
setelahnya. Sampai berpuncak kepada Nabi ﷺ. Dari sini
kita dapat memahami keutamaan ulama salaf atas ulama
kholaf.” (Dikutip dari pembukaan kitab Iqdul Yawaqit)
Peringatan!
Imam Nawawi berkata:
“Ulama yang menulis kitab harus memiliki
perhatian lebih untuk menulis kitab yang tidak pernah
ditulis sebelumnya. Maksudnya, jangan ada kitab lain
yang sudah mumpuni dan sama dengan tulisannya dari
segala aspeknya, sehingga tulisannya tidak diperlukan
lagi. Jika tulisan sebelumnya memenuhi sebagian aspek
saja, maka hendaknya ia menulis tulisan sejenis dengan
menambahkan tambahan-tambahan yang berarti, dengan
menyempurnakan aspek-aspek yang kurang dalam kitab
yang ada sebelumnya. Hendaknya tulisan yang dibuat
adalah tulisan yang memiliki manfaat menyeluruh dan
banyak diperlukan orang.”
***
Allah ﷻberfirman :
ََ َّ ُ َّ ُ ِّ َ ُ َ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ ُ َ َ َ ْ َ
ﺎس وﻻ ِ ﻜﺘﺎب ﺤﻛﺒﻴﻨﻨﻪ ﻟِﻠﻨ ِ وإِذ أﺧﺬ اﷲ ِﻣﻴﺜﺎق ا ِ ﻳﻦ أوﺗﻮا اﻟ
َْ َ ً َ ً َ َ ْ َ ْ
َ َ اﺷ ُ اء ُﻇ ُ ﻜﺘُ ُﻤﻮﻧَ ُﻪ َﻓﻨَﺒَ ُﺬ
َ وه َو َر ْ َ
ﺮﺘ ْوا ﺑِ ِﻪ ﻋﻤﻨﺎ ﻗ ِﻠﻴﻼ ﻓ ِﺒﺌﺲ ﻮر ِﻫﻢ و
ِ ﻬ ﺗ
َ َُ َْ َ
ﺮﺘون ﻣﺎ ﻳﺸ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji
dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu),
“Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya
(isi Kitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu
menyembunyikannya,”lalu mereka melemparkan (janji
itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya
dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli
yang mereka lakukan. (QS Ali Imran: 187)
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺbersabda:
َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً ْ ً َ ُ َ َ
ﺎق َﻣﺎ أﺧﺬ َﺒﻟ ِ ﻤﺎ ِإﻻ وأﺧﺬ ﻋﻠﻴ ِﻪ ِ ِﻣﻦ اﻟ ِﻤﻴﺜ ﻣﺎ آ اﷲ ﺨ ِﻤﻟﺎ ِﻋﻠ
ْ َ َ
َّ ُ ُ ِّ َ ُ ْ َ ِّ َّ
ﺎس َوﻻ ﻳَﻜﺘُ ُﻤ ْﻮ ُه ِ ﻮه ﻟِﻠﻨ أن ﻳﺒﻴﻨ:اﺠ ِﺒﻴﻦﻴ
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 175
Tidaklah Allah menganugerahkan ilmu kepada
seorang ulama kecuali Allah mengambil janji darinya
sebagaimana janji yang diambil dari para nabi, yaitu:
Hendaknya mereka menerangkan ilmu itu kepada
manusia dan janganlah mereka menyembunyikannya.
Apabila seorang yang berilmu ditanya mengenai
suatu ilmu, ia wajib untuk mengajarkannya. Seperti
pertanyaan mengenai hukum-hukum Islam, iman, tata
cara shalat, bersuci, dan yang semisal itu daripada
masalah peribadatan. Dia tidak boleh mendiamkannya.
Siapa yang menolak untuk mengajarkan ilmu yang
telah Allah anugerahkan padanya, menyembunyikan
penjelasan tentang ilmu sebagaimana yang telah Allah
wajibkan atasnya, maka ia termasuk ke dalam golongan
yang mendapatkan ancaman yang disebutkan dalam Al-
Qur'an dan Sunah. Di antaranya adalah firman Allah ﷻ:
ًََ َ َُ ََْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
ﺎب وﻳﺸﺮﺘون ﺑِ ِﻪ ﻋﻤﻨﺎ ِ ﻜﺘ ِ ﻮن ﻣﺎ أﻧﺰل اﷲ ِﻣﻦ اﻟ ِإن ا ِ ﻳﻦ ﻳﻜﺘﻤ
ِّ َ
َ ُ َ َ َّ َّ َ ُ ُ ْ َ َ َ ُ ً َ
ُﻜﻠ ُﻤ ُﻬ ُﻢ اﷲ ْ ُ ُ
وﺤﻚ ﻣﺎ ﻳﺄﻛﻠﻮن ِﻲﻓ ﻧﻄﻮﻧِ ِﻬﻢ ِإﻻ اﺠﺎر وﻻ ﻳ َ
ِ ﻗ ِﻠﻴﻼ أ
َ ٌ َ َ ِّ َ ْ
ﻴﻬ ْﻢ َوﻟ ُﻬ ْﻢ َﻋﺬاب أ ِ ٌﻢ َُ َ َ َ َ َْ
ِ ﻳﻮم اﻟ ِﻘﻴﺎﻣ ِﺔ وﻻ ﻳﺰﻛ
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah diturunkan Allah, yaitu Kitab, dan menjualnya
dengan harga yang murah, mereka hanya menelan
api neraka ke dalam perutnya,dan Allah tidak akan
menyapa mereka pada Hari Kiamat, dan tidak akan
Peringatan!
Syaikh Al-Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu berkata:
Sesungguhnya orang yang menerangkan kepada
orang awam pendapat yang ia unggulkan saja dan
menyembunyikan pendapat lainnya, ia masuk ke dalam
ancaman yang terdapat pada firman Allah ﷻ:
َاﻛﻴِّﻨَﺎت َواﻟ ْ ُﻬ َﺪى ﻣ ْﻦ َﻧ ْﻌﺪ ﻣﺎ
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َّ
ِ ِ ِ إِن ا ِ ﻳﻦ ﻳﻜﺘﻤﻮن ﻣﺎ أﻧﺰﺠﺎ ِﻣﻦ
َ ُ َّ ُ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ ْ َّ َّ َّ َ
وﺤﻚ ﻳﻠﻌﻨﻬﻢ اﷲ وﻳﻠﻌﻨﻬﻢ اﻟﻼ ِﻋﻨﻮن ِ ﺎب أ ِ ﻜﺘ ِ ﺑﻴﻨ ُﺎه ﻟِﻠﻨ
ِ ﺎس ِﻲﻓ اﻟ
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan
petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab (Al Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah
dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat. (QS Al-
Baqarah: 159)
Maka jangan hanya menyebutkan pendapat yang
Faedah
Imam Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab
‘At-Tibyan’:
Hukum mengajarkan orang-orang yang ingin
belajar adalah fardhu kifayah. Jika tidak ada orang yang
layak mengajar kecuali satu orang, maka hukumnya
menjadi fardhu ain baginya. Jika di daerah tersebut
terdapat sekelompok orang yang layak mengajar, akan
tetapi yang dibutuhkan hanya sebagian saja. Maka, jika
semuanya menolak mengajar, mereka semua berdosa.
Jika sebagian menerima untuk mengajar, maka gugur
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 181
dosa dari yang lain. Apabila salah satu dari mereka
diminta mengajar, lalu ia menolak, menurut pendapat
yang adzhar (lebih kuat) dari dua pendapat, ia tidak
berdosa. Akan tetapi, ia wajib menerima, apabila tidak
memiliki udzur (alasan yang dapat diterima).”
Imam Nawawi rahimahullah juga berkata:
Para ulama radhiyallahu anhu memberikan
nasihat: Janganlah seseorang menolak mengajarkan
ilmunya hanya karena merasa belum memiliki niat yang
benar. Imam Sufyan Ats-Tsauri dan ulama salaf lainnya
berkata: ‘Kegiatan menuntut ilmu sendiri sudah tergolong
sebagai niat.’ Para ulama juga berkata: ‘Dahulu kami
menuntut ilmu dengan niat bukan karena Allah, akan
tetapi ilmu menolak kecuali hanya ditujukan untuk Allah
semata.’ Maksudnya: Pada akhirnya ilmu akan menjadi
ikhlas untuk Allah ﷻ.
***
Peringatan!
Imam Suyuthi rahimahullah berkata dalam kitab
‘Al-Itqon’:
Berkenaan dengan hukum mengambil gaji untuk
mengajar, maka hukumnya adalah dibolehkan. Dalam
Shahih Bukhari terdapat hadits:
ُ َ ً ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ
ﷲ
ِ ِإن أﺣﻖ ﻣﺎ أﺧﺬﻳﻢ ﻋﻠﻴ ِﻪ أﺟﺮا ِﻛﺘﺎب ا
182 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Sesungguhnya yang paling layak untuk kalian ambil
upahnya adalah (mengajarkan) Kitab Allah.
Dikatakan oleh sebagian ulama: Apabila sudah
menjadi keharusan baginya (karena tidak ada orang lain
yang layak mengajar misalnya), maka ia tidak boleh
mengambil gaji. Pendapat ini dipilih oleh Imam Al-
Halimi. Dikatakan juga, bahwa mengambil gaji mengajar
hukumnya tidak boleh secara mutlak. Imam Abu Hanifah
berpendapat demikian. Dalam kitab ‘Al-Bustan’ karya
Abu Laits dikatakan:
Mengajar ada tiga macamnya:
Pertama: Sukarela, ia tidak mengambil upah
atasnya.
Kedua: Mengajar dengan gaji.
Ketiga: Mengajar dengan tanpa syarat bayaran,
akan tetapi jika diberi hadiah ia akan menerimanya.
Yang pertama mendapatkan pahala, inilah yang
dilakukan oleh para nabi. Yang kedua: terdapat perselisihan
ulama mengenai kebolehannya, pendapat yang paling
unggul menyatakan bahwa hal tersebut diperbolehkan.
Yang ketiga boleh sesuai dengan kesepakatan ulama.
Nabi ﷺadalah seorang guru bagi semua makhluk, akan
tetapi Beliau tidak menolak menerima hadiah.”
***
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 183
Peringatan!
Seorang ulama tidak boleh menyampaikan
sebuah masalah kepada orang yang apabila mengetahui
masalah tersebut, diyakini ia akan terjerumus pada
menyepelekan agama dan terjatuh pada mafsadah
(kerusakan). Ini karena ilmu terkadang bermanfaat,
seperti mengenai hal-hal yang wajib bagi setiap orang.
Yang demikian ini wajib disampaikan kepada semua
orang. Ada pula ilmu yang berbahaya, seperti ilmu tata-
cara menggugurkan kewajiban zakat. Segala jenis ilmu
yang sesuai dengan hawa nafsu dan dapat menarik harta
dunia, tidak boleh disampaikan kepada orang yang ia
yakini akan mengamalkannya atau akan mengajarkan
kepada orang yang akan mengamalkannya. Demikian
pula ilmu yang mengandung bahaya sekaligus manfaat.
Jika manfaat-manfaatnya lebih banyak maka ia boleh
menyampaikannya. Jika tidak, maka tidak boleh. (Dikutip
dari Bughyatul Musytarsyidin).
***
KESUNGGUHAN MENUNTUT
ILMU DAN MENGERAHKAN
TEKAD KOKOH UNTUK
MENDAPATKANNYA
Penulis berkata:
Diceritakan bahwa Sahabat Jabir bin Abdullah
radhiyallahu ‘anhuma pernah menempuh jarak satu
bulan perjalanan untuk menemui Sahabat Abdullah bin
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 201
Unais radhiyallahu ‘anhu demi mendengarkan satu
hadits. Sahabat Jabir mendapat kabar bahwa Sahabat
Abdullah mendengar satu hadits itu dari Rasulullah ﷺ.
Beliau berkisah:
“Maka, aku membeli seekor unta lantas aku ikat
perbekalanku. Kemudian aku melakukan perjalanan
selama sebulan sampai aku tiba di Negeri Syam. Aku
bertanya kepada penjaga pintu rumahnya:
‘Katakan pada tuanmu, Jabir menunggu di depan
pintu.’
‘Jabir putra Abdullah?’ Tanya Si Penjaga.
Aku menjawab, ‘Benar.’
Sahabat Abdullah bin Unais pun turun tergesa
sampai menginjak pakaiannya sendiri. Lantas ia
memelukku, dan aku pun memeluknya. Lalu aku berkata:
“Ada satu hadits, yang telah sampai kabar kepadaku
bahwa engkau mendengarnya dari Rasulullah ﷺmengenai
Qishash (hukum setimpal). Aku khawatir engkau atau
aku wafat sebelum aku sempat mendengarkannya.”
Beliau berkata:
“Aku mendengar Rasulullah ﷺbersabda:
“Kelak pada Hari Kiamat, manusia akan
dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan tidak
berbusana, belum terkhitan, dan buhman.”
Kami (para sahabat) bertanya:
Faedah
Disebutkan dalam kitab ‘Raudhul Afkar’:
Ada seorang lelaki menempuh perjalanan sejauh
tujuh ratus farsakh (± 3.860 km) hanya untuk menanyakan
enam pertanyaan:
Pertama: Apa yang lebih berat dari langit dan
bumi? Sang guru menjawab: Memfitnah seorang
yang tidak bersalah.
Kedua: Apa yang lebih luas dari bumi? Sang guru
menjawab: Kebenaran.
Ketiga: Apa yang lebih kaya dari samudra? Sang
Guru menjawab: Hati yang kaya dengan sifat qana’ah
(menerima apa adanya).
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 205
Keempat: Apa yang lebih dingin dari salju? Sang
Guru menjawab: Meminta keperluan hajat dari seorang
sahabat, jika ia tidak bersedia memenuhinya.
Kelima: Apa yang lebih keras dari batu? Sang
Guru menjawab: Hati orang kafir.
Keenam: Apa yang lebih rendah dari anak yatim?
Sang Guru menjawab: Seorang pengadu domba, ketika
dibandingkan. (Dikutip dari ‘Nuzhatul Majalis’).
***
ANJURAN MENGHADIRI
MAJELIS PARA ULAMA DAN
ORANG SALEH
SERTA MEMULIAKAN MEREKA
PERINGATAN
Sayidina Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-
Haddad radhiyallahu anhu wanafa’ana bih berkata:
“Terkadang, orang-orang bodoh menjauhi ulama
dan majelis-majelis ilmu karena takut mengetahui
perbuatan yang wajib mereka lakukan. Mereka mengira
ketidak-tahuan dapat menjadi alasan untuk meninggalkan
kewajiban. Betapa kelirunya pemikiran ini! Ketidak-
tahuan mereka justru akan menambah siksa dan tanggung-
jawab mereka kelak di akhirat.
Dengan meninggalkan majelis ilmu, mereka telah
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 231
berpaling dari hukum-hukum Allah dari dua arah: Tidak
mengetahui dan tidak mengamalkan. Tentunya ini lebih
berat dosanya (daripada mereka yang berpaling karena
tidak mengamalkan saja). Ketidak-tahuan hanya dapat
menjadi uzur bagi orang yang hidup di pedusunan yang
jauh dari umat Islam. Adapun seorang muslim yang
leluhurnya juga muslim, darimana ia bisa mendapatkan
uzur ini?” (Dikutip dari kitab ‘Tatsbitul Fuad’).
Habib Abdullah bin Husain Bin Thahir
nafa’anallahu bih berkata dalam syairnya:
َ َ َْ ْ َ َْ ً َ َ
ﻟﻴ َﺲ ﻫﺬا َﺣ َﺴ ْﻦ،ارس
ِ ﺎرﺎﻛ ﻟِﻠﻤﺪ
ِ ﻳﺎ ﺗ
َْ ْ َ َ ْ َُْ َ ْ ْ ُ ََ
ﻴﻬﺎ اﻟ ِﻤﻦﻨ ﺠﻣﺎﻟِﺲ اﻟ ِﻌﻠ ِﻢ ﻣﺎ ﻳﺮﺘك و ِﻓ
Wahai engkau yang meninggalkan tempat belajar,
sungguh perbuatanmu itu tidak baik. Majelis-majelis
ilmu tidak boleh ditinggalkan sebab berbagai karunia
terdapat di sana.
ْ ْ َ ُّ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ
ﻴﻬﺎ ﻞﻛ ﻓﻀ ٍﻞ َو َﻣ ّﻦ ﺮﻴ ِﻓ
ِ ﺠﻣﺎﻟِﺲ اﺨﻟ
ْ َ ْ ْ َ ْ َ َْ ْ ُ ََ
َ ﻦﺘ َواﻟْﻤ
ﺤ ْﻦ ِ ﺮﻴ ﺗﺪﻓﻊ ﻟِﻠ ِﻔ
ِ ﺠﻣﺎِﻟﺲ اﺨﻟ
Majelis-majelis kebaikan mengandung segala
keutamaan dan karunia. Majelis-Majelis kebaikan
menyingkirkan berbagai fitnah dan bencana.
Faedah
Imam Abu Laits berkata:
“Seorang yang duduk bersama ulama tanpa mampu
memahami sedikit pun ilmu yang disampaikannya, maka
ia tetap akan mendapatkan tujuh kemuliaan:
1. Mendapatkan keutamaan sebagai penuntut ilmu,
2. Terjaga dari berbagai dosa,
3. Rahmat Allah akan turun baginya ketika ia keluar
dari rumah,
4. Jika rahmat Allah turun kepada salah seorang yang
berada di halakah itu, maka ia akan mendapatkan
bagiannya,
5. Ia akan tercatat sebagai orang yang taat selama
menyimak pelajaran,
6. Jika hatinya terasa sempit karena tidak dapat
FAEDAH
Penulis kitab ‘A’malut Tarikh’ menukilkan:
“Siapa yang menulis sejarah seorang wali Allah ﷻ,
maka ia akan dikumpulkan bersamanya di surga. Siapa
yang menelaah nama seorang wali dalam kitab sejarah
karena kecintaan kepadanya maka seakan ia sedang
menziarahinya. Siapa yang menziarahi seorang wali,
maka dosa-dosanya akan diampuni selama ia tidak
menyakitinya dan tidak pula menyakiti seorang muslim
dalam perjalanannya.” (Dikutip dari Muqodimah kitab
Al-Qirthas, karya Sayidina Imam Ali bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih)
***
Penulis berkata:
Orang yang berada bersama mereka dan
menghadiri majelis mereka harus berhati-hati, jangan
sampai hatinya menentang dan berpaling dari mereka.
Menentang mereka berarti menentang Rasulullah ﷺ, dan
menentang Rasulullah ﷺberarti menentang Allah ﷻ.
Abul Hasan Al-Jausaqi rahimahullah berkata:
“Tanda kecelakaan di akhirat adalah seorang
yang dianugerahi dapat berkumpul dengan para arifin,
namun ia tidak menghormati mereka.”
Imam Abdullah Al-Haddad radhiyallahu anhu
berkata:
“Kaum arifin sudah semestinya diperlakukan
Dua Hikayat:
Dikisahkan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
radhiyallahu anhu bersama Ibnu Saqa’ dan seorang lelaki
lain mengunjungi salah seorang wali Allah yang dijuluki
dengan ‘Al-Ghauts'.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani datang dengan niat
mencari keberkahannya. Maka Al-Ghauts berkata pada
beliau:
“Hai Abdul Qadir, Seakan aku melihatmu pada
suatu saat nanti. Saat itu engkau telah berkata sambil
duduk di atas kursi: ‘Telapak kakiku ini berada di atas
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 267
leher setiap wali Allah.’ Maka semua wali di segala
penjuru akan menundukkan leher mereka untukmu.”
Sedangkan Ibnu Saqa’ datang dengan membawa
hati yang menentang kepada wali itu. Saat itu, Ibnu Saqa’
termasuk salah seorang ulama besar. Maka Al-Ghauts itu
berkata padanya:
“Diamlah engkau! Aku dapat mencium aroma
kekufuran dalam ucapanmu. Bisa jadi engkau akan mati
dalam agama selain Islam.”
Lama berselang sejak kejadian itu, terdengar kabar
bahwa Ibnu Saqa’ menjadi utusan untuk mengantarkan
surat dari umat Islam kepada kaum Nashrani. Namun
hatinya terfitnah, dan ia pun murtad masuk agama
Nashrani. Pernah ia ditanya setelah itu:
“Apakah engkau masih ingat sebagian dari isi Al-
Qur'an?”
Ia menjawab: “Aku tidak mengingat sedikit pun
dari Al-Qur'an kecuali firman Allah ﷻ:
َّ َ ْ َ ْ َ َّ ً َ َ ْ ُ ْ َّ َ َ ْ ُ
ﺎر
ِ ﺎب اﺠ
ِ ﻗﻞ ﻳﻤﺘﻊ ﺑِﻜﻔ ِﺮك ﻗ ِﻠﻴﻼ ِإﻧﻚ ِﻣﻦ أﺻﺤ
Katakanlah, "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu
itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk
penghuni neraka.” (QS Az-Zumar: 8).
(Demikian kisah ini disebutkan oleh Habib Ali bin
Hasan Alathas dalam kitab beliau ‘Al-Qirthas’)
Dikisahkan mengenai Abu Yazid Al-Busthami.
268 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Beliau pernah berkata kepada murid yang menentang
beliau:
“Biarkanlah orang yang telah jatuh dalam pandangan
Allah ﷻ.”
Lama berselang setelah itu, murid itu terlihat
bersama kaum jelata. Ia mencuri, lantas tangannya
dipotong sebagai hukuman.
PERINGATAN
Imam Ibnu Athaillah rahimahullah pernah
berkata:
“Jika ada yang berkata: ‘Terkadang ada orang
yang menyakiti sebagian wali Allah, tapi kenapa tidak
nampak tanda-tanda kualat atau terkena hukuman karena
perbuatannya?’
Aku katakan sebagai jawaban: Ia akan diberi
hukuman yang lebih berat tanpa disadari. Hukumannya
itu adalah hati yang keras, mata yang tidak bisa menangis
(karena takut pada Allah), terhalangi dari perbuatan taat
kepada Allah ﷻ, terjerumus kepada maksiat-Nya, atau
tercabutnya kenikmatan beribadah kepada-Nya. Selain
itu, hukuman tidak harus segera terjadi, dunia ini sangat
sebentar di sisi Allah ﷻ. Dalam hadits yang tersiar luas
disebutkan:
ُ ََ َ
ُ َ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ ْ ًّ َ َ
َ َ َ
ﺮﻴد
ِ ِإذا أراد اﷲ ﺑﻌﺒﺪ ﺮﺷا ْأﻣﺴﻚ ﻗﻨﻪ ﻗﻘﻮﺑﺘﻪ ﻲﻓ ا ﻧﻴﺎ ﻓ
ُُ ََ َ
ﺎﻣﺔ ﺑِﺬﻧﻮﺑِ ِﻪاﻟ ِﻘﻴ
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 269
Jika Allah menghendaki keburukan bagi seorang
hamba, maka Allah akan menahan hukuman untuknya
di dunia. Sehingga ia datang pada hari kiamat dengan
membawa dosa-dosanya.”
Sayidina Quthb Abdullah bin Alwi Al-Haddad
radhiyallahu anhu berkata:
“Siapa yang mengkritik orang saleh, dan
kritiknya itu berdasarkan syariat yang bercampur dengan
kepentingan nafsu. Seperti misalnya ia ingin mencela atau
merendahkan kedudukannya dalam pandangan orang
lain, maka ia akan celaka. Berbeda jika kritiknya murni
atas dasar syariat, sehingga lahir dan batin si pengkritik
sama. Maka ia akan selamat dari kualat orang saleh itu.
Jika tidak, maka ia akan celaka.
Dikatakan bahwa Ibnu Muqri dapat selamat dari
Ismail bin Ibrahim Al-Jabarti yang selalu dikritiknya,
tidak lain karena beliau tidak memiliki kepentingan nafsu
dalam menentangnya. Beliau menentangnya hanya atas
dasar syariat.” (Dikutip dari Tatsbitul Fuad)
PERINGATAN
Syekh Abul Hasan As-Syadzili radhiyallahu anhu
berkata:
“Siapa yang mengaku memiliki hubungan khusus
dengan Allah, namun menampakkan satu dari lima hal
Penulis berkata:
Tidak ada jalan lain bagi setiap orang kecuali
taslim (pasrah) kepada para wali Allah, tidak mengkritik
mereka, memberikan takwil (interpretasi) atas tindakan
HIKAYAT
Dihikayatkan bahwa Syaikh Abu Yazid Al-
Busthami rahimahullah ingin mengunjungi seorang yang
dikenal saleh. Beliau menunggu di dalam masjid. Saat
orang itu keluar, Abu Yazid mendapatinya meludahkan
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 287
dahaknya dari luar ke dinding masjid. Syaikh Abu Yazid
pun pulang dan urung menemui lelaki itu. Beliau berkata:
“Tidak mungkin rahasia-rahasia Allah
diamanahkan kepada seorang yang tidak dapat menjaga
adab-adab syariat.”
***
Bersikap Adil
Di antara adab seorang ulama adalah mengakui
kesalahan. Imam Ibnu Abdil Bar rahimahullah berkata:
“Di antara keberkahan ilmu dan adab-adabnya
adalah: bersikap adil.”
Imam Malik rahimahullah berkata:
“Di zaman kita ini, tidak ada yang lebih sedikit
daripada bersikap adil.”
Ad-Damiri memberikan komentar atas ucapan
290 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Imam Malik tersebut: “Itu terjadi di zaman Imam Malik,
maka bagaimana dengan di zaman kita ini—dan tentunya
zaman-zaman setelahnya—di mana banyak orang yang
celaka?”
Di antara contoh bersikap adil adalah kisah tentang
seorang wanita yang menyanggah ucapan Sayidina
Umar radhiyallahu anhu dan mengingatkannya tentang
kebenaran. Saat itu, Sayidina Umar sedang berkhutbah di
hadapan banyak orang. Namun, beliau tidak malu untuk
berkata:
“Perempuan itu benar, sedangkan lelaki ini (yakni
dirinya sendiri) keliru.”
Diceritakan, ada seorang lelaki bertanya kepada
Sayidina Ali karramallahu wajhah, lantas beliau pun
menjawab pertanyaannya. Lelaki itu berkata:
“Jawabannya bukan demikian, wahai Amirul
Mukminin. Melainkan begini..”
Maka Sayidina Ali menjawab:
“Engkau benar, dan aku salah.” Lalu beliau
membacakan ayat: ْ ِّ ُ َ ْ َ َ
ٌ ﻞﻛ ذي ﻋﻠﻢ َﻋﻠ
ﻴﻢ ِ ٍ ِ ِ وﻓﻮق
“Dan di atas tiap-tiap yang memiliki ilmu ada
orang yang lebih mengetahui” (QS. Yusuf ayat 76)
(Dinukilkan dari kitab Ihya’ Ulumuddin)
Penulis berkata:
Di antara petuah Sayidina Imam Muhammad bin
Zain Bin Smith radhiyallahu anhu:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 301
“Siapa yang mengekang nafsu dan menerima
kebenaran dari setiap orang yang membawakannya,
maka ia telah bersikap tawadhu dan mengedepankan
kebenaran. Inilah sifat murid sejati, ia menerima faedah
ilmu dari siapa saja dan dari mana saja. Ia tidak membatasi
diri untuk belajar hanya kepada ulama tertentu dan tidak
mau mengambil dari orang lain. Namun, ia mengambil
kesempatan untuk memperoleh keutamaan dan mencari-
cari perantara yang dapat menyampaikannya kepada
Allah ﷻ. Allah ﷻberfirman:
ُ َ َ ََ َْ َْ ُ َْ َ َ ُ َّ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
ﻳﺎﻛﻓﻬﺎ ا ِ ﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﻳﻘﻮا اﷲ واﻧﺘﻐﻮا ِإ ِﻪ اﻟﻮ ِﺳﻴﻠﺔ وﺟﺎ ِﻫﺪوا ِﻲﻓ
َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ
ﺤﻮن َﺳ ِﺒﻴ ِﻠ ِﻪ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﻳﻔ ِﻠ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan
diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di
jalan-Nya agar kamu beruntung.”(QS Al-Maidah: 35)
Kata falah artinya adalah beruntung. Yaitu meraih
semua harapan dan keinginan yang dicita-citakan.
Hikmah adalah benda hilang milik orang mukmin. Taufiq
ada dalam kuasa Allah. Petunjuk hakiki adalah petunjuk
Allah:
ً َ َ َ ْ ََ ْ ْ ُ ْ َ َ َْ ُْ َ ُ َ ُ َْ ْ َ
ﺠﺗﺪ ُ َو ِ ًّﺎ ُﻣ ْﺮ ِﺷﺪاِ ﻦ ﻠ ﻓ ﻞﻠِ ﻀ ﻳ ﻦ ﻣ و ﺪ
ِ ﺘﻬ ﻤ اﻟ ﻮﻬ ﻓ اﷲ ﺪ
ِ ﻬ ﻣﻦ ﻓ
“ Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka
dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang
302 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan
seorang penolong pun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya. “. (QS. Al-Kahfi : 17)”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Tawadhu adalah sebuah perangai dan anugerah
yang Allah istimewakan bagi hamba-hamba yang dicintai-
Nya. Sikap tawadhu dapat diterapkan terhadap semua
orang: kepada para pelaku maksiat, orang fasik, kaum
durhaka, bahkan terhadap hewan dan benda-benda mati
serta orang-orang kafir. Engkau dapat melihat sikap itu
dalam kehidupan Al- Musthafa ﷺ. Perhatikan bagaimana
cara Beliau ﷺmengajak bicara serta menjawab para
penguasa, orang-orang lemah, dan manusia-manusia
yang hina. Bagaimana beliau ﷺmerendahkan diri dari
kedudukannya yang tinggi ketika menghadapi mereka
karena kasih sayang beliau terhadap mereka. Ini karena
beliau sangat mengenal Tuhan dan sangat takut kepada-
Nya. Sebagian ulama berkata: “Jika pohon bidara penuh
dengan buah, maka tangkainya akan turun ke bawah
sehingga buahnya dapat digapai oleh setiap orang, dan
sebaliknya. Demikian pula Pohon Kurma. semakin banyak
buahnya akan semakin merunduk, dan sebaliknya. (Di
Indonesia terkenal perumpamaan: Seperti padi, semakin
berisi semakin menunduk. penj.)” (Dikutip dari isi surat-
menyurat beliau).
Menjauhi Penguasa
Imam Jakfar As-Shadiq radhiyallahu anhu
berkata:
“Ulama adalah para pengemban amanat rasul
selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan
mencampuri urusan dunia. Jika mereka bergaul dengan
penguasa dan mencampuri urusan dunia maka mereka
telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
kucilkanlah mereka dan berhati-hatilah terhadap mereka.”
306 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ ّ َ َ ُ ْ ُ َ
و ِﺧﻴﺎر اﻷﻣﺮا ِء ا ِ ﻳﻦ ﻳﺄﺗﻮن،ِﺮﺷار اﻟﻌﻠﻤﺎ ِء ا ِ ﻳﻦ ﻳﺄﺗﻮن اﻷﻣﺮاء
َ اﻟْ ُﻌﻠَ َﻤ
ﺎء
“Ulama terburuk adalah yang mendatangi para
penguasa, sedangkan penguasa terbaik adalah yang
mendatangi para ulama.”
Disebutkan dalam biografi Syaikh Ali bin Husain
As-Shandaliy, bahwa Sultan Malik Syah pernah bertanya
kepada beliau:
“Mengapa engkau tidak pernah mengunjungiku?”
Beliau menjawab:
“Aku berharap engkau menjadi raja terbaik
dengan mengunjungi ulama dan aku tidak ingin diriku
menjadi ulama terburuk dengan mengunjungi raja.”
FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’nallahu bih berkata:
“Larangan mengunjungi para penguasa dan
menemui mereka tidak berlaku secara mutlak. Namun,
larangan itu hanya bagi ulama yang bertujuan untuk
mendapatkan dunia. Adapun ulama yang mendatangi
penguasa dengan maksud memberi nasihat, maka ia
tidak tergolong dalam celaan ini. Memutlakkan celaan
mendatangi penguasa adalah keliru. Banyak orang saleh
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 307
yang mengunjungi penguasa dengan tujuan memberi
nasihat terdorong oleh sifat kasih-sayang terhadap
mereka dan terhadap umat Islam. Telah dikisahkan
bahwa Al-Aidrus (Al-Habib Abdullah bin Abubakar)
pernah mencium telapak kaki salah seorang penguasa
untuk mencegah keburukan yang hendak ia timpakan
kepada umat Islam.” (Dikutip dari Manaqib Beliau
Qurratul Ain).
PERINGATAN
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 309
“Ilmu adalah amanat, hendaknya dijaga dan tidak
diberikan kecuali kepada murid terpercaya yang dapat
menjaga amanat, wara, dan bertakwa. Jika tidak, maka ia
telah menyia-nyiakan ilmu dan meletakkannya di selain
tempatnya.”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Kami tidak memperoleh ilmu dengan banyak
meriwayatkan ini dan itu, tidak pula dengan saling
berdesakan dengan para tokoh ulama. Namun, kami
memperoleh ilmu dengan mengosongkan hati dari
keinginan duniawi, menangis di tengah malam, dan
selalu merasa diawasi oleh Allah Yang Mahaperkasa.
Kami tidak menemukan seluruh kebaikan kecuali dalam
ilmu. Jika bukan karena ilmu, seorang hamba tidak akan
mengenal Tuhannya, tidak pula ia dapat mengetahui
bagaimana cara beribadah kepada-Nya.”
***
Penulis berkata:
Rasa malu akan menghalangi seorang pemalu
untuk mendalami ilmu agama dan menanyakan masalah
yang tidak diketahuinya. Sedangkan tinggi hati,
akan menghalangi orang sombong untuk mengambil
faedah ilmu dan belajar dari orang yang tidak setara
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 317
kedudukannya. Padahal, tidak ada yang bisa menjadi
seorang ulama sampai ia mau mempelajari ilmu dari
siapa saja, baik dari orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi, setara, maupun yang lebih rendah darinya.
PEMBAHASAN
Para ulama rahimahullah berkata:
Kenyang yang sesuai dengan syariat adalah makan
sekedar menguatkan tubuhnya agar dapat melakukan
kegiatan dan bekerja. Nabi ﷺbersabda:
ُ ْ ْ ٌ َُْ َ
ﺐ اﺑ ْ ِﻦ آد َم ﻟﻘﻴ َﻤﺎت ﻳُ ِﻘﻤ َﻦ ُﺻﻠﺒَﻪ
ُ َﺣ ْﺴ
FAEDAH
Al-Khathib Al-Baghdadi berkata:
“Disunahkan bagi pencari ilmu agar tidak menikah
selama memantapkan ilmunya. Yang demikian itu agar ia
tidak sibuk dengan hak-hak rumah-tangga sehingga tidak
sempurna dalam menuntut ilmu. Betapa indah untaian
syair yang digubah oleh Abul Fath Al-Busti:
َ َ ﻛﺮ َ
ُ ﻳﻘﻮﻟﻮن ِذ
اﻟﻤﺮ ِء ﻳﺒﻰﻘ ﺑﻨﺴ ِﻠ ِﻪ
ُ َ ُ
ذﻛﺮ إذا ﻟﻢ ﻳﻜ ْﻦ ﻧ ْﺴﻞ َ
ٌ ُ وﻟــﻴﺲ
Penulis berkata:
Terkait hal ini, seorang penyair berkata dalam
syairnya:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 325
َ ِّ ََ َ ْ ُ ُ ِّ َ ُ
أﻗﺪم أﺳﺘﺎ ِذي ﺒﻟ ﺑِﺮ وا ِ ِ ي
ْ َ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ َ ْ َ
وإِن ﺎﻛن ِﻲﻟ ِﻣﻦ وا ِ ِ ي اﻟ ِﺮﺒ واﻟﻌﻄﻒ
Aku dahulukan guruku sebelum bakti kepada ayahku,
walaupun aku dapati kebaikan dan kasih sayang dari
ayahku.
َ
وح َﺟ ْﻮﻫ ٌﺮ
ُ اﻟﺮ
ُّ َو،وح ُّ ِّ َﻓ َﻬ َﺬا ُﻣ َﺮ
ِ اﻟﺮ
ْ َ َ ْ ْ ِّ َ ُ َ َ َ
اﺠﻟ ْﺴ ِﻢ َوﻫ َﻮ ﻟ َﻬﺎ َﺻﺪف
ِ وﻫﺬا ﻣﺮ
Guruku mendidik ruhku, dan ruh adalah inti kehidupan.
Sedangkan ayahku menjaga tubuhku, sedangkan tubuh
hanyalah cangkang bagi ruhku.
Imam Syakrani berkata:
“Telah disampaikan kepada kami bahwa Syaikh
Baha’uddin As-Subki bercerita:
“Ketika aku berkendara bersama ayahku—
Syaikhul Islam Taqiyudin As-Subki—di salah satu jalan
Kota Syam, tiba-tiba beliau mendengar seorang petani
Syam berkata:
‘Aku pernah bertanya kepada Al-Faqih Muhyidin
An-Nawawi mengenai masalah ini dan itu...’
Dengan segera ayahku turun dari kudanya, seraya
berkata:
“Demi Allah, aku malu untuk menaiki kendaraan
sedangkan mata yang pernah memandang sosok
Muhyidin (Imam Nawawi) berjalan kaki.”
326 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Ayahku memaksa petani tadi untuk menaiki
kudanya, dan bersumpah demi Allah agar ia
melakukannya. Sedangkan Syaikh Taqiyudin berjalan
kaki sampai memasuki kota Syam.”
Setelah mengisahkan kisah ini, Imam Syakrani
berkata:
“Perhatikan sifat takdzim beliau ini, wahai
saudaraku! Demikianlah perlakuan para ulama terdahulu
terhadap guru-guru mereka. Padahal, Syaikh Taqiyudin
tidak pernah berjumpa dengan Imam Nawawi. Beliau
lahir beberapa tahun setelah wafatnya Imam Nawawi.”
Penulis berkata:
Di antara kisah yang diriwayatkan mengenai Imam
Subki, bahwa beliau pernah mengunjungi Darul Hadits,
yaitu lembaga pendidikan yang dinisbatkan kepada Imam
Nawawi di Damaskus. Lantas beliau melepas pakaiannya
dan mengusapkan wajahnya ke tanah Darul Hadits seraya
berkata:
ُ
ًﻴﻒ َﻣ ْﻌﻰﻨ َ َ ْ َ َ
ــﻄ
ِ ﻳﺚ ﻟ
ِ ار اﺤﻟ ِﺪ
ِ ِو
د
َ ُ ْ َ ََ ْ َ إ َﻰﻟ ﺑ
آوي
ِ و ﻮ ــﺒ ﺻ أ ﺎﻬ ﻟ ــﻂ
ٍ ﺴ ِ
Dalam Darul Hadits tersimpan makna-makna yang
halus. Di lantainya kutumpahkan cintaku (dengan
mengusapkan wajahku) dan aku bernaung.
FAEDAH
Syaikh Zakariya Al-Anshari rahimahullah
berkata dalam kitabnya ‘Al-Lu’lu An-Nadzim Fi Raumit
Ta’allumi wat Ta’lim’:
Syarat-syarat menuntut ilmu dan mengajarkannya
ada dua belas, yaitu:
Pertama
Menyesuaikan niat dengan tujuan disusunnya
ilmu tersebut. Tidak meniatkan tujuan-tujuan lain,
seperti mencari harta, kedudukan, mengalahkan
lawan dalam perdebatan, atau memperbanyak
pengikut.
Kedua
Mempelajari ilmu yang sesuai dengan tabiatnya.
Tidak semua orang mampu untuk mempelajari
ilmu-ilmu. Dan tidak semua orang mampu
menguasai semua ilmu. Akan tetapi, setiap orang
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 333
dimudahkan untuk mempelajari apa yang sesuai
dengan potensi yang diciptakan untuknya.
Ketiga
Mengetahui tujuan disusunnya ilmu yang
dipelajari agar hatinya benar-benar mantap untuk
mempelajarinya.
Keempat
Hendaknya ia menguasai ilmu tersebut secara
menyeluruh dari awal sampai akhir beserta semua
gambaran dan hukumnya.
Kelima
Mencari kitab-kitab bagus yang isinya mencakup
seluruh aspek yang terkait dengannya.
Keenam
Mempelajari kitab itu dengan bimbingan guru yang
dapat mengarahkan dan orang terpercaya yang
dapat memberi nasihat. Jangan mempelajari secara
otodidak, mengandalkan diri dan kecerdasannya
saja.
Ketujuh
Saling mendiskusikan ilmu bersama kawan dan
orang lain yang setingkat keilmuannya untuk
mendapatkan kepastian. Tidak untuk saling
mengalahkan argumen lawan bicara, melainkan
membantu untuk saling bertukar faedah.
FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Orang yang ingin mendapatkan manfaat ilmu
untuk dirinya sendiri saja, tanpa berpikir apakah ilmu
itu akan bermanfaat pula untuk orang lain atau tidak,
maka semestinya ia mengutamakan ilmu yang lebih
berpengaruh dalam hatinya dan lebih besar dampaknya
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 337
untuk melembutkan hati. Ia harus menjaga ilmu tersebut
dengan mencatat dan mengulang-ulang pelajaran atau
cara lain yang dapat menambah penguasaannya atas ilmu
itu. Ini lebih bermanfaat daripada mempelajari banyak
ilmu yang tidak dapat memberikan dampak yang tadi
disebutkan berupa pengaruh dalam hati, melembutkan
hati dan perasaan khidmat. Demikian pula halnya dalam
semua amal, keadaan, ucapan dan lainnya. Hendaknya ia
meneliti apa yang pantas untuknya, walaupun mungkin
itu tidak pantas dan tidak sesuai dengan orang lain. Ini
yang harus dilakukan jika ia hanya menghendaki manfaat
untuk dirinya saja.
Adapun jika ia ingin memberikan manfaat kepada
hamba-hamba Allah dengan ilmunya, maka ia harus
bertindak seperti dokter yang meneliti penyakit, sebab,
dan unsurnya, untuk kemudian memberikan kepada pasien
obat yang cocok untuk penyakitnya. Terkadang ada dua
pasien datang dengan penyakit yang sama, namun dokter
memberikan obat yang berbeda antara keduanya. Dokter
mengetahui bahwa penyebab penyakit pasien pertama
berbeda dengan penyebab penyakit pasien lainnya.
Demikian pula dengan ilmu, hendaknya ia
mengajarkan kepada setiap orang ilmu yang sesuai
untuknya. Jangan menilai orang lain akan sesuai dengan
apa yang sesuai bagi dirinya sendiri dengan kadar
FAEDAH
Sayidina Syaikh Imam Abdullah bin Alwi Al-
Haddad radhiyallahu anhu berkata:
“Sepatutnya, setiap orang mendalami satu bidang
ilmu sehingga ia menjadi pakar, dinisbatkan kepada ilmu
itu dan dikenal dengannya. Sayidina Ali karromalllahu
wajhah berkata: “Siapa yang banyak berhubungan
dengan sesuatu akan dikenal dengannya.”
Setelah itu, ia mengambil sekedarnya dari setiap
bidang ilmu yang lain. Pelajarilah pokok serta inti-intinya
saja, sehingga apabila ia ditanya mengenai ilmu itu maka
ia memiliki pengetahuan mengenainya dan tidak nampak
bodoh. Oleh sebab itulah, Imam Suyuthi menulis kitab
An-Niqayah1 dan syarahnya.
Seorang yang menguasai suatu ilmu, akan
menguasai pula semua ilmu yang terkait dengannya.
1 Kitab An-Nuqayah adalah ensiklopedia kecil di mana Imam Suyuthi
menuliskan di sana inti dari empat belas cabang ilmu beserta pokok
dan masalah-masalahnya. Kitab ini meliputi ilmu: Akidah, Tafsir, Ush-
ul Fiqih, Ilmu Waris, Nahwu, Sharaf, Khath (tata-cara menulis indah),
Maani, Bayan, Badi’, Anatomi, Kedokteran, dan Tasawuf. Kemudian
Imam Suyuthi menulis syarah kitab ini dengan judul ‘Itmamud Dirayah
li Qurain Nuqayah.’
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 339
Demikian pula jika engkau mempelajari suatu ilmu
sekedarnya dengan ringkas, engkau juga akan menguasai
ilmu-ilmu yang terkait dengannya sekedarnya dengan
ringkas.
Lebih baik engkau menguasai sepuluh masalah
keilmuan dan memantapkannya daripada membaca
sebuah kitab secara sempurna tanpa menguasai isinya
dengan baik.”
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Ilmu Ushul ada dua macam:
Pertama: Ushuluddin yaitu ilmu akidah. Setiap
orang harus mempelajari sebagian ilmu ini sesuai
keperluannya, seperti yang ada dalam Akidah Imam
Ghazali rahimahullah.
Kedua: Ushul Fiqih. Ini adalah ilmu yang rumit,
hampir tidak dapat difahami, sehingga tidak wajib
dipelajari setiap orang.
Dua ilmu ushul ini harus dipelajari sesuai dengan
keperluan yang mendesak saja. Selanjutnya, ia harus
mempelajari kitab-kitab raqa’iq yaitu yang dapat
melembutkan hati, memotivasi untuk mengedepankan
akhirat, serta membuatnya zuhud dari urusan dunia.
Kemudian, hendaknya ia mulai beribadah dan
bersungguh-sungguh di dalamnya, memperbanyak
membaca Al-Qur'an sesuai dengan kemampuannya.
FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Zain Al-Habsyi
nafa’anallahu bih berkata:
“Seorang penempuh jalan akhirat sepatutnya
selalu memburu faedah ilmu di mana saja berada, baik di
sisi orang yang mumpuni maupun yang tidak mumpuni.
Ia harus dapat mengambil pelajaran dari semua orang
siapapun ia, baik ulama maupun orang awam. Betapa
banyak akhlak mulia yang terdapat dalam diri sebagian
orang awam yang tidak dapat ia temukan pada orang lain,
tidak pula pada dirinya sendiri.
Di antara ciri orang yang tulus adalah dapat
mengambil semua sisi baik yang ia lihat dari teman
duduknya, baik ucapan maupun perbuatannya, dan
meninggalkan sisi buruk yang ia temukan padanya. Jika
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 341
ia dapat mengambil hal bermanfaat yang ia temukan pada
teman duduknya, maka kerusakan dan kekeliruan yang
ada padanya tidak akan membahayakannya.” (Dikutip
dari kitab Qurratul Ain)
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata:
“Kefahaman merupakan nikmat agung bagi siapa
saja yang mendapatkannya. Akan tetapi, terkadang
mereka tidak sadar bahwa itu adalah sebuah karunia.
Mereka beranggapan kefahaman mereka tidak lain karena
membaca kitab atau sebab-sebab sejenisnya. Padahal,
hakikatnya kefahaman itu diwujudkan oleh Allah dalam
dirinya ketika ia membaca kitab atau semisalnya.
Maka, orang yang menelaah berbagai kitab harus
menyadari hal ini, dan memohon pertolongan kepada
Allah agar diberikan kemudahan dalam memahami.
Dengan demikian, ia akan meraih harapannya dan Allah
akan membukakan pintu kepahaman dalam agama.”
(Dikutip dari kitab Qurratul Ain)
FAEDAH
Sayidina Imam Ahmad bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkata:
“Ada dua hal yang sebaiknya diperhatikan oleh
seorang penuntut ilmu:
1. Janganlah ia memulai apa pun, baik itu belajar
342 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
ilmu maupun beramal, kecuali dengan niat yang
baik.
2. Hendaknya ia melihat buah dan hasil dari ilmu
yang akan ia pelajari.
Jika ia tidak memperhatikan dua hal ini, maka ia
tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmunya.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Jika seorang penuntut ilmu mendapati suatu
faedah ilmu dan hendak menghafal dan menulisnya,
akan tetapi ia tidak membawa alat tulis atau pena, maka
hendaknya ia menulis dengan jarinya ke telapak tangan
atau lengannya.
Diceritakan bahwa ketika Imam Syafii
radhiyallahu anhu datang ke Madinah untuk berguru
kepada Imam Malik radhiyallahu anhu, beliau duduk
di halakah (lingkaran belajar) Imam Malik. Imam Malik
mendiktekan kitab ‘Al-Muwatha’ di halakah itu. Beliau
mendiktekan delapan belas hadits kepada mereka, saat
itu Imam Syafii duduk di barisan belakang. Imam Malik
memperhatikan dengan lirikan matanya saat Imam Syafii
menulis dengan jari di atas punggung telapak tangannya.
Setelah para pelajar pulang, Imam Malik memanggil
beliau dan menanyakan asal serta nasab beliau, Imam
Syafii pun menjawabnya. Lalu, Imam Malik berkata:
“Aku memperhatikan engkau bermain-main
dengan jarimu di atas punggung telapak tanganmu.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 343
Imam Syafii berkata:
“Aku bukan sedang bermain-main, akan
tetapi setiap kali Anda mendiktekan satu hadits, aku
mencatatnya di atas punggung tanganku. Jika Anda mau,
aku bisa mengulangi semua yang Anda diktekan kepada
kami.”
“Silahkan!”
Lantas Imam Syafii membacakan delapan belas
hadits yang didiktekan oleh Imam Malik tersebut dari
hafalannya. Maka Imam Malik menghadapkan dan
mendekatkan beliau. Dan terjadilah apa yang terjadi
kepada beliau radhiyallahu anhu wa nafa’ana bih.”
Beliau radhiyallahu anhu juga berkata:
“Apabila engkau melewati suatu bacaan yang
tidak engkau fahami, atau maksudnya tidak jelas dalam
pikiranmu, maka ulangilah membacanya sekali lagi
di waktu yang lain. Karena waktu-waktu memiliki
perbedaan.
Dan jika engkau menemukan masalah pelik pada waktu
membaca, maka rujuklah di topik yang sesuai dengannya
sekali saja. Terlalu banyak merujuk berbagai kitab saat
membaca akan menghilangkan keberkahan waktu,
mengacaukan hati, dan menyiakan apa yang sudah ada
dalam pikirannya.
Jika engkau menelaah kembali pelajaranmu, maka
pergunakan pikiranmu di dalamnya sampai menjadi jelas
maknanya bagimu, jangan terlalu mengandalkan apa
344 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
yang engkau lihat dalam berbagai tulisan. Kefahaman
pembaca akan mengalir kepada pendengarnya,
kebodohan pembaca akan mengalir kepada pembacanya,
dan demikian pula cahayanya akan mengalir kepada
mereka.”
Beliau radhiyallahu anhu berkata:
“Para salaf berkata: ‘Menulis dan menelaah Ilmu
Nahwu setelah waktu Ashar dapat melemahkan akal dan
penglihatan. Demikian pula ahli medis telah berkata hal
yang sama mengenai ilmu logika. Para salaf kita tidak
membaca kitab-kitab aqliyah (yang menitik beratkan
logika berpikir) setelah Ashar. Jika tidak dilakukan di
siang hari, membacanya di malam hari lebih baik daripada
membacanya setelah Ashar.”
Beliau nafa’anallahu bih berkata:
“Sayidina Abdullah Alaydrus, karena keluasan
akalnya, tidak mengajarkan kitab fiqih kepada seorang
pun kecuali menyertakan satu kitab mengenai tasawuf.
Sedangkan Sayid Sulaiman bin Yahya Maqbul Al-Ahdal,
beliau tidak memulai suatu pelajaran kecuali setelah
membaca sedikit dari Kitab Ihya Ulumiddin (salah satu
kitab tasawuf) terlebih dahulu, kemudian beliau mulai
membaca kitab Fiqih. Salah seorang anaknya yaitu Sayid
Abdurahman bin Sulaiman menyebutkan hal itu dalam
kitab An-Nafas Al-Yamani.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 345
FAEDAH
Syaikh Muhammad bin Awadh Bafadhal berkata:
“Beliau, Imam Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu, senang apabila seorang murid
membuka bacaannya dengan sesuatu yang menyiratkan
kabar gembira bagi para pendengar. Pernah seorang
murid datang kepada beliau untuk membaca Kitab
Shahih Bukhari, lalu ia membuka bacaannya dengan Bab
Jenazah. Maka, wajah beliau pun berubah marah dan
menegurnya dengan teguran keras. Beliau berkata: “Tidak
adakah dalam Kitab ini bab lain selain Bab Jenazah?”
Kemampuan memulai sesuatu dengan yang baik adalah
pertanda kecerdasan seorang murid dan kesuksesannya.”
(Demikian disebutkan dalam kumpulan kalam beliau).
FAEDAH
Sebagian ulama berkata:
“Waktu terbaik untuk menghafal adalah dini hari
(antara tengah malam sampai waktu Shubuh). Waktu
terbaik untuk kajian ilmu adalah pagi hari. Waktu terbaik
untuk menulis adalah tengah hari. Dan waktu terbaik
untuk menelaah pelajaran dan mengulanginya kembali
adalah malam hari.”
Al-Khathib berkata:
“Waktu terbaik untuk menghafal adalah dini hari,
kemudian tengah hari, kemudian pagi hari.”
346 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Beliau juga berkata:
“Menghafal di malam hari lebih bermanfaat
daripada menghafal di siang hari. Menghafal di waktu
lapar lebih bermanfaat daripada menghafal pada waktu
kenyang. Tempat terbaik untuk menghafal adalah kamar
tertutup dan setiap tempat yang jauh dari sesuatu yang
dapat melalaikan.”
FAEDAH
Habib Imam Abdullah Al-Haddad radhiyallahu
anhu berkata:
“Setiap ilmu memiliki pokok-pokok yang jika
dikuasai, maka hampir pasti ia akan menguasai semua
cabang masalahnya. Siapa yang ingin memperdalam
suatu cabang ilmu maka hendaknya ia mempelajari
pokok-pokoknya, dengan demikian cabang-cabangnya
akan turut dikuasai.”
FAEDAH
Sayidina Habib Ahmad bin Umar Bin Smith
nafa’anallahu bih berkata:
Jika engkau mendapatkan suatu faedah ilmu, maka
sampaikanlah pada orang lain. Katakan padanya agar
menyampaikan kepada orang lain sehingga Allah akan
menambahkan faedah-faedah baru untukmu. Disebutkan
dalam sebuah syair:
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 347
ُ َ ُ ُ ُْ َ َ ً ُ َ ُ َ
أ ِﻓﻴﺪوا ﺟﻬﻮﻻ ﻣﺎ ﻋ ِﻠﻤﺘﻮه دوﻧــﻪ
َُ ُ َْ َ ْ اﻟﺮ ُ ُ
ﻤﺣ ُﻦ َﻣﺎ ﺠﺗ َﻬﻠﻮﻧﻪ َّ ﻛ ُﻢ ﻳُ ِﻔﻴــﺪ
Sampaikan apa yang kau tahu kepada orang yang
tidak tahu. Maka Tuhan Yang Maha Pengasih akan
memberikan kalian faedah yang belum kalian ketahui.
Habib Alwi bin Abdurahman Al-Masyhur
nafa’anallahu bih berkata:
“Seorang penuntut ilmu harus memiliki tiga hal:
1. Jam untuk mengatur jadwal kesehariannya,
2. Kompas untuk menentukan arah kiblat,
3. Pena untuk menulis hasil pelajarannya.”
***
FAEDAH
Sayidina Imam Ali bin Hasan Alathas
nafa’anallahu bih berkata dalam kitab ‘Al-Athiyah Al-
Haniyah’:
Di antara nama-nama Asmaul Husna yang
semestinya dijadikan dzikir rutin agar engkau
mampu menghafal berbagai ilmu, memahami
maknanya, serta dapat menyampaikan faedah-
faedah menarik, adalah dua nama Allah ﷻberikut
ini: ْ ْ
َ ُ ْ َ
اﺨﻟَﺎ ِﻟ ُﻖ،اﻟ ُﻤﺒ ِﺪئ
Yang Maha Memulai. Yang Maha Menciptakan
Minimal keduanya dibaca sebanyak seratus kali
setiap hari, tanpa ada batas maksimal. Jadi, engkau
mengulang-ulang dzikir:
َ ُ ْ
ﻳَﺎ ﺧﺎ ِﻟ ُﻖ،ﻳَﺎ ُﻣﺒ ِﺪئ
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 349
Wahai Yang Maha Memulai. Wahai Yang Maha
Menciptakan
Ketika engkau hendak tidur, maka bacalah ayat
berikut:
َ َّ َ ْ َّ َ ْ َ َْْ َ َّ إ َّن ﻲﻓ َﺧﻠْﻖ
َ اﻟﺴ َﻤ
ﺎرﻬ
ِ َ ِ اﺠ و ﻞ ﻴ اﻟﻠ ف ِ ﻼ ﺘ
ِ اﺧ و ض ِ راﻷو ات
ِ ﺎو ِ ِ ِ
َ َ ْ َ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ
واﻟﻔﻠ ِﻚ اﻟ ِﻲﺘ ﺠﺗ ِﺮي ِﻲﻓ اﻛﺤ ِﺮ ﺑِﻤﺎ ﻓﻨﻔﻊ اﺠﺎس وﻣﺎ أﻧﺰل
َاﻷ ْر َض َﻧ ْﻌ َﺪ َﻣ ْﻮﺗﻬﺎ َْ ْ ََ َ ْ
ِ اﻟﺴ َﻤﺎ ِء ِﻣﻦ ﻣﺎ ٍء ﻓﺄﺣﻴﺎ ﺑِ ِﻪ
َ َّ اﷲ ﻣ َﻦ
ِ ُ
َ اﻟﺴ
َّ ﺎح َو ِّ ﻞﻛ َداﺑَّ ٍﺔ َوﺗَ ْﺮﺼﻳﻒ
َ اﻟﺮ ِّ ُ ْ َ َّ َ َ
ﺎب ِ ﺤ ِ ﻳ ِ ِ َْ وﺑﺚ ِﻓﻴﻬﺎ ِﻣﻦ
َ َْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ َّ َ ُ ْ
ﺎت ِﻟﻘ ْﻮمٍ ﻓﻌ ِﻘﻠﻮن َ
ٍ اﻟﻤﺴﺨ ِﺮ ﻧﻦﻴ اﻟﺴﻤﺎ ِء واﻷر ِض ﻵﻳ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa
yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al-
Baqarah: 164)
Banyak khasiat yang terkandung dalam membaca
ayat ini. Di antaranya: membantu menghafal Al-Qur'an
dan terhindar dari lupa atas apa yang telah dihafal.
350 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Lazimilah ayat ini setiap kali hendak tidur, baik tidur di
malam hari maupun di siang hari.
FAEDAH
Dalam Kitab ‘Al-Itqan’ karya Imam Suyuthi
radhiyalllahu anhu disebutkan:
Imam Darimi meriwayatkan dari Mughirah
bin Subai’, salah seorang murid Sahabat Abdullah bin
Mas’ud:
“Siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat
Al-Baqarah ketika hendak tidur, maka ia tidak akan
melupakan hafalan Al-Qur'annya. Sepuluh ayat itu
adalah:
Empat ayat pertama,
Ayat Kursi,
Dua ayat setelah Ayat Kursi, dan
Tiga ayat terakhir surat Al-Baqarah.”
FAEDAH
Dalam kitab “Al-Fawaid” karya Imam As-Syarji,
disebutkan:
Al-Kalbi berkata: Aku memiliki seorang anak yang
selalu melupakan hafalan Al-Qur'an yang ia hafalkan.
Lalu aku bermimpi ada seseorang yang berkata padaku:
Tulislah ayat-ayat ini dalam sebuah wadah air:
(QS Ar-Rahman 1 – 5),
FAEDAH
Dzikir di bawah ini hendaknya dibaca sebelum
membaca/belajar. Dzikir ini terkenal di kalangan salaf
berkhasiat dapat menyebabkan futuh (terbukanya
pemahaman ilmu), yaitu:
َ َ ْ َ ُ َ ّ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ
َوﻻ َﺣ ْﻮل،اﷲ أﻛ َﺮﺒ و، َوﻻ ِإ َ ِإﻻ اﷲ، َواﺤﻟَﻤ ُﺪ ِﷲ،ﺤﺎن اﷲ ﺳﺒ
ُ َﻜﺘ َ
ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ِّ ُ َ َ َ ْ َْ َّ َ َّ ُ َ َ
ﺐ ﻋﺪد ﻞﻛ ﺣﺮ ٍف ﻛ ِﺘﺐ أو ﻳ،ﻲﻠ اﻟ َﻌ ِﻈﻴﻢ ِّ ﷲ اﻟﻌ
ِ ِ ﺎِ ﺑ ﻻ إ
ِ ة وﻻ ﻗﻮ
َّ َ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ
ﺤﺎﻧﻚ ﻻ ِﻋﻠ َﻢ ﺠَﺎ ِإﻻ َﻣﺎ ﺳﺒ، َودﻫ َﺮ ا َّ ا ِﻫ ِﺮﻳﻦ،أﺑَﺪ اﻵﺑِ ِﺪﻳﻦ
ُ ﻜ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ
َِ اﺤﻟ
ﻴﻢ ِإﻧﻚ أﻧﺖ اﻟﻌ ِﻠﻴﻢ،ﻋﻠﻤﺘﻨﺎ
FAEDAH
Disebutkan oleh Habib Ahmad bin Hasan Alathas
radhiyallahu anhu:
Jika seorang hendak memulai pengajian,
mengajar, atau menyampaikan ilmu; hendaknya
ia membaca doa berikut ini:
ْ ِّ َ ( َوﻳ٢٥) اﺮﺷ ْح ﻲﻟ َﺻ ْﺪري
ﺮﺴ ِﻲﻟ َ ْ ﴿ر ِّب َ ،اﻟﺮﺣﻴﻢ َ ْ َّ ِۢ اﷲ
ِ َّ اﻟﺮﻤﺣ ِﻦ
ِ ِ ِ
ْ ِّ َ َ ْ َ ََُْ ْ ً َ ْ ُ ْ ُ ْ َْ
( ﻓﻔﻘﻬﻮا ﻗﻮ ِ ﴾ وﺳﺪد٢٧) ِ ( َواﺣﻠﻞ ﻗﻘﺪة ِﻣﻦ ﻟ ِ َﺴﺎ٢٦) أﻣ ِﺮي
َُ َ َْ ْ
َواﻫ ِﺪ ﻗﻠ ِﻲﺒ ِﺤﺑَ ِّﻖ َﺳﻴِّ ِﺪﻧﺎ ﺤﻣ َّﻤ ٍﺪ ﷺ، ِ ﻟ ِ َﺴﺎ
Dengan menyebut nama Allah yang maha
FAEDAH
Disebutkan oleh Sayidina Arif Billah Hasan bin
Saleh Al-Bahr nafa’anallahu bih:
Untuk meraih kefahaman ilmu, kemudahan
FAEDAH
Dinukilkan dari kumpulan kalam Habib Ahmad
bin Hasan Alathas nafa’anallahu bih, beliau berkata:
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang
menghadap Nabi ﷺ, dan berkata:
“Wahai Rasulullah, aku adalah seorang yang
sering lupa. Ajarkanlah padaku sesuatu yang dapat
mengatasinya.”
Maka Rasulullah ﷺbersabda:
“Katakanlah setiap hari:
َ ََْ َ َ ْ ُ ً َّ َْ ْ ْ ّ َ
، َوﻳﻘﻨ ُﻊ ﺑِ َﻌ َﻄﺎﺋِﻚ، ﺗﺆ ِﻣ ُﻦ ﺑِ ِﻠﻘﺎﺋِﻚ،اﻟﻠ ُﻬ َّﻢ اﺟ َﻌﻞ ﻏﻔ ِ ُﻣ ْﻄ َﻤﺌِﻨﺔ
َ َ َ َ َ
َوﺗ ْﺮ ﺑِﻘﻀﺎﺋِﻚ
356 JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH
Wahai Allah, jadikanlah jiwaku menjadi jiwa yang
tenang, beriman dengan pertemuan dengan-Mu, puas
dengan pemberian-Mu, dan rela dengan ketentuan-Mu.
Lelaki itu berkata: “Setelah mengamalkannya,
aku tidak pernah melupakan apa pun.” (HR Thabrani).
Doa tersebut diulang tiga kali.
FAEDAH
Arif Billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
nafa’anallahu bih menyampaikan amalan lain untuk
mengatasi lupa. Yaitu membaca firman Allah ﷻ:
َ ْ َ ْ َ ِّ َ َ ْ ِّ َ
َ( َوا َّ ي ﻗَ َّﺪر٢) ( ا َّ ي َﺧﻠَ َﻖ ﻓَ َﺴ َّﻮى١) ﺒﻟ
ِ ِ ﺳﺒ ِﺢ اﺳﻢ رﺑﻚ اﻷ
َ َ
ْ ً َُ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ
(٥) ﺎء أﺣ َﻮى ( ﻓﺠﻌﻠﻪ ﻟﺜ٤) ( َوا ِ ي أﺧ َﺮ َج اﻟ َﻤ ْﺮﻰﻋ٣) ﻓ َﻬﺪى
َ َْ ََ َ ُ ُْ َ
ﺳﻨﻘ ِﺮﺋﻚ ﻓﻼ ﺗﻨ
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang
menciptakan, dan menyempurnakan (ciptaan-Nya),
Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi
petunjuk, Yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu
dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-
hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan
lupa. (QS Al-A’la: 1-6)
Dengan mengulang-ulang ayat terakhir sebanyak
tujuh kali.
FAEDAH
Habib Ali bin Abdurahman Al-Masyhur
nafa’anallahu bih berkata:
“Lemak pada bagian belakang kepala kambing
jika dikonsumsi berkhasiat meningkatkan
kecerdasan orang yang memakannya.”
JALAN YANG LURUS UNTUK MENGENAL THARIQAH `ALAWIYAH 359
Beliau radhiyallahu anhu menyukainya dan
memakannya dalam keadaan mentah. Terkadang
beliau meminta agar memanggangnya di atas api.
Beliau nafa’anallahu bih juga berkata: “Sebagian
ulama mengatakan bahwa anak yang memiliki
kepala yang besar akan menjadi seorang ulama.”
Beliau juga berkata: “Anak yang rambutnya
dicukur habis setiap Hari Rabu sebanyak empat
puluh kali berturut-turut dari semenjak lahir
maka akan menjadi seorang ulama.” (Dikutip
dari Lam’atun Nur).
FAEDAH
Imam Ali karramallahu wajhah berkata:
“Tiga hal yang dapat menambah daya ingat dan
menghilangkan dahak:
1. Bersiwak
2. Berpuasa
3. Membaca Al-Qur'an.”