Anda di halaman 1dari 28

TELAAH KITAB AL-‘AQA`IDUL

ISLAMIYYAH KARYA AS-SAYYID SABIQ

Ditulis Sebagai Syarat Lulus


Ma’had Al-Islam Surakarta
Tingkat Mu’allimin

Oleh:

Najib Nur Rohim bin Adi Sunendar


NM:26003

MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA


1436 H / 2015 M
PENGESAHAN
Karya ilmiah dengan judul TELAAH KITAB AL-’AQA`IDUL ISLAMIYYAH
KARYA AS-SAYYID SABIQ ini disetujui dan disahkan oleh Dewan Pembimbing
Penulisan Resensi Ma’had Al-Islam Surakarta, pada tanggal:

1436 H.
2015 M.

PEMBIMBING UTAMA

Al-Ustadz K.H. Abu Faqih Mudzakir

PEMBIMBING PENAHKIK

Al-Ustadzah Ummi Mawaddah, Al. Al-Ustadzah Zakiyyatul Ummah, Al.


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim26003

KATA PENGANTAR

،‫علَى آ ِل ِه‬
َ ‫ َو‬،ٍ‫ع َلى نَبِ ِينَا ُم َح َّمد‬
َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫صالَةُ َوال‬ َّ ‫ َوال‬، ‫ب ا ْلعَالَ ِم ْي َن‬
ِ ‫ا ْل َح ْم ُد ِهللِ َر‬
: ‫ أَ َّما بَ ْع ُد‬، ‫الد ْي َن‬
ِ ‫ان ِإلَى َي ْو ِم‬
ٍ ‫س‬ َ ْ‫ َو َم ْن تَ ِبعَهُ ِب ِإح‬،‫َوصَحْ ِب ِه‬
Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini selesai bukan semata-mata
usaha penulis, melainkan berkat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan jazakumullahu khairan kepada:
1. Al-Ustadz K.H. Mudzakir hafidhahullah, wa nafa’ana bihi wa bi ulumihi, selaku
pengasuh Ma’had Al-Islam, pengajar, dan pembimbing utama yang telah
menyediakan berbagai fasilitas untuk kelancaran karya ilmiah ini.
2. Al-Ustadzah Ummi Mawaddah, Al., selaku pembimbing karya ilmiah ini.
3. Al-Ustadzah Zakiyatul Ummah, Al., selaku penahkik karya ilmiah ini.
4. Al-Ustadz Muchtar Tri Harimurti, S.Ag., Al-Ustadz Erwan Raihan, Al-Ustadzah
dr. Sri Wahyu Basuki, M. Kes., Al-Ustadzah Fashihah Asy-Syahiroh, Al., Al-
Ustadzah Kristanti Handayani, S.S., Al-Ustadzah Muthma`innah, Al., Al-
Ustadzah Yuniati Fauziyah, Al., Al-Ustadzah Siti Ruqoyyah, Al., Al-Ustadzah
Fajarwati, Al. selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan
masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
5. Asatidz dan Ustadzat yang telah mengajar dan mendidik penulis selama
menimba ilmu di Ma’had Al-Islam ini.
6. Ibunda terhormat dan kakak-kakak tercinta yang senantiasa mendoakan dan
memberi nasihat agar tetap teguh, sabar, dan istiqamah dalam menimba ilmu
di Ma’had Al-Islam Surakarta ini.
7. Seluruh ikhwan dan akhwat seperjuangan yang telah membantu mengatasi
kesulitan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
8. Seluruh pihak yang turut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini namun
penulis tidak dapat menyebutkannya satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka,
menerima jerih payah mereka sebagai amal shalih, dan memberi balasan
kepada mereka dengan pahala yang berlipat ganda, amin ya Rabbal ‘alamin.

III
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... I
PENGESAHAN ............................................................................................... II
KATA PENGANTAR ....................................................................................... III
DAFTAR ISI .................................................................................................... IV

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1. Latar Belakang Penilaian ............................................................. 1
2. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
3. Kegunaan Penulisan .................................................................... 2
4. Metode Penilaian ......................................................................... 2
5. Sistematika Penulisan ................................................................. 2

BAB II : ULASAN KITAB .............................................................................. 3


1. Analisis Kesesuaian Isi Kitab dengan Judulnya ........................... 3
1.1 Isi Kitab ............................................................................... 3
1.2 Judul Kitab .......................................................................... 3
1.3 Penilaian Kesesuaian Isi Kitab dengan Judulnya................. 4
2. Analisis Urutan Pembahasan Kitab ............................................ 5
2.1 Urutan Pembahasan Kitab ................................................... 5
2.2 Penilaian Kebenaran Urutan Pembahasan Kitab .................. 6
3. Analisis Penjelasan As-Sayyid Sabiq terhadap Suatu Data ......... 7
3.1 Penjelasan As-Sayyid Sabiq terhadap Suatu Data ............... 7
3.2 Penilaian Kebenaran Penjelasan As-Sayyid Sabiq ............... 8
4. Analisis Penggunaan Dalil ........................................................... 13
4.1 Penggunaan Dalil ................................................................. 13
4.2 Penilaian Kebenaran Penggunaan Dalil ............................... 14
5. Analisis Perumpamaan ............................................................... 17
5.1 Contoh Perumpamaan ......................................................... 17
5.2 Penilaian Kebenaran Perumpamaan .................................... 19
6. Analisis Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap Hal-Hal yang
Diingkarinya ................................................................................ 20
6.1 Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap Hal-Hal yang
Diingkarinya ......................................................................... 20

IV
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 V

6.2 Penilaian Kebenaran Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap


Hal-Hal yang Diingkarinya ................................................... 19

BAB III : PENUTUP ....................................................................................... 21


1. Kesimpulan ................................................................................. 21
2. Saran .......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penilaian
Satu alasan yang sangat mendorong penulis untuk menjadikan kitab
Al-‘Aqa`idul Islamiyyah sebagai objek dalam membuat karya ilmiah adalah
wawasan baru di dalamnya, contoh:
1
Makna majasi dari hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
radliyallahu ‘anhu, sebagai berikut:

‫ ( الَ ََ تَقُ ْو ُم‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬


َ ُ‫صلَّى للا‬ َ ِ‫س ْو ِل للا‬ ُ ‫ع َْن َر‬
ُ‫ساعَةُ َحتَّى ت ُ َقاتِلُ ْوا ا ْليَ ُه ْو َد َحتَّى َيقُ ْو َل ا ْل َح َج ُر َو َرا َءه‬ َّ ‫ال‬
2
.) ُ‫س ِل ُم َهذَا َي ُه ْودِي َو َرائِ ْي فَا ْقت ُ ْله‬
ْ ‫ا ْل َي ُه ْودِي َيا ُم‬
.3 ‫س ِلم‬ ُ ‫َر َواهُ اْلبُ َخ ِاري َو اللَ ََ ْف‬
ْ ‫ظ لَهُ َو ُم‬
Artinya:
Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Sungguh kiamat itu tidak akan terjadi sehingga
kalian memerangi orang-orang Yahudi, sehingga batu yang
di belakangnya ada orang Yahudi berbicara, ‘Hai orang
muslim, di belakangku ini ada orang Yahudi, bunuhlah dia’.”
Al-Bukhari dan Muslim telah meriwayatkannya (hadits), dan
lafal ini miliknya (Al-Bukhari).
Disebutkan dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah bahwa hadits ini
bermakna majasi 4, bahwa pada waktu itu orang Yahudi tidak akan bisa
bersembunyi sama sekali. Keterangan tersebut merupakan keterangan baru
bagi penulis, karena sepengetahuan penulis selama belajar di pesantren,
makna hadits itu adalah hakiki, yaitu: ketika ada orang Yahudi bersembunyi
di balik pohon maka pohon itu akan benar-benar berbicara.
Oleh karena itu, penulis terdorong untuk menelaah lebih lanjut kitab Al-
’Aqa`idul Islamiyyah dengan cara menilainya secara utuh, kemudian
menulisnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: TELAAH KITAB AL-
‘AQA`IDUL ISLAMIYYAH KARYA AS-SAYYID SABIQ.

1 Hadits adalah: Perkataan, perbuatan, ketetapan atau pun sifat yang disandarkan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits, susunan Mahmud Ath-Thahhan,
hlm.14).
2 Imam As-Sindi, Shahihul Bukhari bi Hasyiyatil Imamis Sindi, jld. 2, hlm. 288, kitab 56-Al-Jihad was

Sair, bab 94-Qitalul Yahudi, h. 2926.


3 Muslim, Shahihu Muslim, jld. 5, hlm. 434, kitabul Fitan wa Asyrathis Sa’ah, bab la Taqumus

Sa’atu hatta Yamurrar Rajulu bi Qabrir Rajul fa Yatamanna an Yakuna Makanal Mayyit minal
Bala`, h. ke-82, no. 2922.
4 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, susunan As-Sayyid Sabiq, hlm 254.

1
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 2

2. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca
akan delapan hal dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, yaitu: kesesuaian isi
kitab dengan judul kitab, kelebihan kitab, kekurangan kitab, dan analisis dari
lima hal, yaitu: sistematika penyusunan kitab, pernyataan, dalil,
perumpamaan, dan bantahan.
3. Kegunaan Penulisan
3.1 Melengkapi khazanah perpustakaan.
3.2 Menambah wawasan bagi muslimin dalam bidang ilmu akidah.
3.3 Menjadi salah satu bahan rujukan bagi para penulis resensi yang akan
menelaah kitab akidah.
4. Metode Penilaian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode
sebagai berikut:
4.1 Menilai data yang ada di kitab dengan logika.
4.2 Membandingkan dengan kitab-kitab lain.
4.3 Membandingkan dengan pernyataan atau pendapat ulama lain.
4.4 Membandingkan dengan kaidah ilmu Mushthalahil Hadits.
4.5 Menguatkan sebuah pernyataan dengan menyertakan contoh.
5. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam mengikuti alur kajian ini, maka
penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari halaman judul, pengesahan, kata pengantar,
dan daftar isi.
Bagian tengah terdiri dari tiga bab. Bab pertama adalah pendahuluan,
yang terdiri dari latar belakang penilaian, tujuan penulisan, kegunaan
penulisan, metode penilaian, dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah
ulasan kitab. Bab ketiga adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
Bagian akhir adalah daftar pustaka.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003

BAB II
ULASAN KITAB
1. Analisis Kesesuaian Isi Kitab dengan Judulnya
1.1 Isi Kitab
Penulis mendapati bahwa isi dari kitab Al-'Aqa`idul Islamiyyah
itu terdiri dari 14 pokok pembahasan, yaitu: mengenal Allah (hlm.
17-33), dzat ilahiah (hlm. 35-50), sifat-sifat Allah (hlm. 51-75),
hakikat iman dan faedahnya (hlm. 77-90), takdir (hlm. 91-108), para
malaikat (hlm. 109-129), jin (hlm. 131-156), kitab-kitab samawi (hlm.
157-170), para rasul (hlm. 171-220), ruh (hlm. 221-242), tanda-
tanda hari kiamat (hlm. 243-256), hari akhir (hlm. 257-276),
perhitungan (hlm. 277-288), surga dan neraka (hlm. 289-308).
1.2 Judul Kitab

Judul kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah tersusun dari dua kata


yang saling berkaitan. Kata pertama adalah ‫العَقَائِ ُد‬ dan kedua
adalah ُ‫سالَ ِميَّة‬
ْ ‫اإل‬
ِ .
Kata ‫ العَقَائِ ُد‬merupakan bentuk jamak dari ُ‫ العَ ِق ْي َدة‬yang berarti
ilmu dan pemahaman yang tidak diragukan oleh orang yang
meyakininya 5. Adapun kata ُ‫سالَ ِميَّة‬
ْ ‫اإل‬
ِ diambil dari kata ‫سالَ ُم‬
ْ ‫اإل‬
ِ
yang berarti agama yang dibawa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam 6, dan ‫سبَ ِة‬
ْ ِ‫ يَا ُء الن‬yang berarti huruf ya` yang berfungsi untuk
menisbatkan sesuatu kepada sesuatu yang lain 7. Dalam kitab
Jami’ud Durusil ‘Arabiyyah disebutkan bahwa nisbah mengandung
arti sifat 8. Dengan begitu kata ُ‫سالَ ِميَّة‬
ْ ‫اإل‬
ِ mengandung arti sifat, dan
dia menjadi sifat untuk kata sebelumnya yaitu kata ‫العَقَائِ ُد‬, maka
kata ‫ العَقَائِ ُد‬disebut sebagai kata yang disifati.
Makna di atas merupakan makna judul jika ditinjau dari segi
etimologi.

5 Lihat Al-Mu’jamul Wasith susunan Ibrahim Unais dkk., hlm. 614.


6 Lihat Al-Mu’jamul Wasith susunan Ibrahim Unais dkk., hlm. 446.
7 Lihat Jami’ud Durusil ‘Arabiyyah susunan Mushthafa Al-Ghalayaini, jz. 2, hlm. 71, bab 4-Tashriful

Asma`, pembahasan An-Nisbah wa `Ahkamuha.


8 Lihat Jami’ud Durusil ‘Arabiyyah susunan Mushthafa Al-Ghalayaini, jz. 2. hlm. 71, bab 4-Tashriful

Asma`, pembahasan An-Nisbah wa `Ahkamuha.

3
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 4

Adapun dari segi terminologi, pengertian ُ‫سالَ ِميَّة‬ ِ ُ‫العَ ِق ْي َدة‬


ْ ‫اإل‬
adalah mengesakan Allah, memurnikan (ibadah) kepada-Nya, dan
beriman kepada-Nya, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, para
malaikat-Nya, hari kiamat, takdir baik dan buruk. 9
1.3 Penilaian Kesesuaian Isi Kitab dengan Judulnya
Telah lewat pembahasan yang berkenaan dengan pengertian
judul dalam penilaian ini. Dari pengertian tersebut didapati bahwa
Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah itu terdiri dari enam akidah. Enam akidah
tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman
kepada kitab, iman kepada para rasul, iman kepada hari akhir, dan
iman kepada takdir.
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin menyebut enam akidah tersebut
sebagai asas Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah. Berikut pernyataan beliau:

،ِ‫س َها اْ ِإل ْي َمانُ بِاهلل‬ ُ ُ ‫سالَ ِميَّةُ " فَأ‬


ُ ‫س‬ ْ ‫ أ َ َّما " ا َ ْلعَ ِق ْي َدةُ اْ ِإل‬-
‫ َواْلقَ ْد ِر َخ ْي ِر ِه‬،‫آلخ ِر‬
ِ ْ‫ َواْل َي ْو ِم ا‬،‫س ِل ِه‬
ُ ‫ َو ُر‬،‫ َو ُكت ُ ِب ِه‬،‫َو َمالَ ِئ َك ِت ِه‬
10
.‫ش ِر ِه‬
َ ‫َو‬
Artinya:
Adapun “Al-Aqidatul Islamiyyah” maka dasar-dasarnya
adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir (kiamat), dan takdir
baik dan buruk.
Adapun 14 pokok pembahasan dalam kitab (hlm. 3), jika
dikaitkan dengan enam akidah yang merupakan asas dalam Al-
‘Aqidah Al-Islamiyyah, penulis mendapati kesesuaiannya dengan
enam akidah tersebut.
Secara garis besar, penggolongan 14 pokok pembahasan di
atas sebagai berikut:

Mengenal Allah
Dzat Allah
Iman kepada Allah
Sifat-sifat Allah
Hakikat iman dan faedahnya

9 Lihat Majmu`u Fatawa susunan `Abdul `Aziz bin `Abdullah bin Baz, jld. 8, hlm. 11.
10 Al-‘Utsaimin, Majmu’u Fatawa, jld. 5, hlm. 106.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 5

Iman kepada Takdir Takdir


Malaikat

Iman kepada Malaikat Jin


Ruh
Iman kepada Kitab-kitab Kitab-kitab samawi
Iman kepada Para Rasul Para Rasul
Hari Akhir

Tanda-tanda hari kiamat


Iman kepada Hari Akhir
Perhitungan
Surga dan neraka
Empat pembahasan; mengenal Allah, Dzat Allah, sifat-sifat
Allah, serta hakikat iman dan faedahnya, termasuk pembahasan
iman kepada Allah. Pembahasan jin dan ruh, termasuk
pembahasan iman kepada malaikat. Pembahasan tanda-tanda hari
kiamat, perhitungan, surga, dan neraka, termasuk pembahasan
iman kepada hari akhir. 11
Ahmad Farid di dalam kitab Akidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
juga menyatakan hal yang serupa dengan pernyataan As-Sayyid
Sabiq di atas. 12
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa isi kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah sesuai dengan judulnya.
2. Analisis Urutan Pembahasan Kitab
2.1 Urutan Pembahasan Kitab
Sebagaimana telah disebutkan dalam isi kitab, kitab Al-
‘Aqa`idul Islamiyyah membahas 14 pembahasan (hlm. 3). Adapun
urutan pembahasan yang As-Sayyid Sabiq paparkan dalam kitab
Al-‘Aqa`idul Islamiyyah sebagai berikut:
1) Mengenal Allah
2) Dzat Ilahiah
3) Sifat-Sifat Allah

11 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 8.


12 Lihat ‘Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah susunan Ahmad Farid, hlm. 4.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 6

4) Hakikat Iman dan Faedahnya


5) Takdir
6) Para Malaikat
7) Jin
8) Kitab-Kitab Samawi
9) Para Rasul
10) Ruh
11) Tanda-Tanda Hari Kiamat
12) Hari Akhir
13) Perhitungan
14) Surga dan Neraka.
2.2 Penilaian Kebenaran Urutan Pembahasan Kitab
Jika diperhatikan urutan pembahasan yang digunakan oleh
As-Sayyid Sabiq dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, akan didapati
bahwa beliau menempatkan pembahasan takdir setelah
pembahasan Iman kepada Allah.
Telah dipahami bahwa 14 pembahasan dalam kitab Al-
‘Aqa`idul Islamiyyah tiada lain adalah enam aqidah. Dalam kitab
Syarhul `Arba’in An-Nawawiyyah, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin
menyebut enam aqidah ini dengan rukun-rukun iman yang enam 13.
Al-Imam Al-Qadli ‘Ali bin ‘Ali Ad-Dimasyqi telah menyatakan
bahwa urutan rukun iman yang paling bagus itu adalah
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada
Jibril ‘alaihis salam yaitu: 14
Pertama, iman kepada Allah.
Kedua, iman kepada malaikat.
Ketiga, iman kepada kitab.
Keempat, iman kepada para rasul.
Kelima, iman kepada hari akhir.
Keenam, iman kepada takdir.

13 Lihat Syarhul `Arba’in An-Nawawiyyah susunan Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin, hlm. 21.


14 Lihat Syarhul ‘Aqidatith Thahawiyyah susunan Al-Imam Al-Qadli ‘Ali bin ‘Ali Ad-Dimasyqi, jld. 2,
hlm. 704.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 7

Ahmad Farid dalam kitab ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah


telah menyatakan bahwa dalam memahami iman atau akidah itu
terdapat enam perkara, kemudian beliau menyebutkan urutan rukun
iman sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
kepada Jibril ‘alaihissalam. 15
Penulis mendapati urutan bab pada kebanyakan kitab akidah
disusun sebagaimana urutan rukun iman yang disabdakan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril ‘alaihis salam.
Beberapa kitab akidah yang penulis maksud seperti kitab ‘Aqidatu
Ahlis Sunnah Wal Jama’ah susunan Ahmad Farid, kitab Syarhu
Tsalatsatil Ushul susunan Muhammad bin Shalih bin ‘Utsaimin,
Syarhu ‘Aqidatil Wasithiyyah susunan Muhammad bin Shalih bin
‘Utsaimin.
Jadi berdasarkan uraian di atas seharusnya penempatan bab
takdir dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah itu sesudah bab hari akhir
bukan setelah bab Iman kepada Allah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pembahasan kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah kurang urut
berdasarkan urutan rukun iman.
3. Analisis Penjelasan As-Sayyid Sabiq terhadap Suatu Data
3.1 Penjelasan As-Sayyid Sabiq terhadap Suatu Data
Contoh penjelasan As-Sayyid Sabiq terhadap suatu data yang
beliau paparkan dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, sebagai
berikut:

:‫س ك َِمثْ ِل ِه ش َْيء‬ َ ‫لَ ْي‬


‫ فَ ُكل َما‬،‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫ َوالَ ي ُما َثِ ُل‬، ‫س ْب َحا َنهُ الَ ي ُما َثِلُهُ ش َْيء‬ ُ ُ‫َوللا‬
‫س‬ ُ ُ‫ يَقُ ْو ُل للا‬، َ‫ف ذَا ِلك‬
َ ‫ (لَ ْي‬:ُ‫س ْب َحا َنه‬ ِ َ‫ فَ ُه َو بِ ِخال‬، َ‫ط َر بِبَا ِلك‬َ ‫َخ‬
ُ ( 16... )‫س ِم ْي ُع ا ْلبَ ِص ْي ُر‬
ُ ‫س ْو َرة‬ َّ ‫ك َِمثْ ِل ِه ش َْيء َو ُه َو ال‬
)11 : )42( ‫الش ْو َرى‬
Tidak ada suatu pun yang menyerupai-Nya:
Dan Allah Subhanahu tidak ada suatu pun yang
menyerupai-Nya dan tidak menyerupai sesuatupun,
maka segala yang terlintas dalam benakmu maka Dia

15 Lihat ‘Aqidatu Ahlis Sunnati Wal Jama’ah susunan Ahmad Farid, hlm. 4.
16 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 57.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 8

berbeda dengan hal tersebut. Allah Subhanahu


berkalam: (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat) ...
(surat asy-Syura (42): 11).
Kalimat “Dan Allah Subhanahu tidak ada suatu pun yang
menyerupai-Nya” sampai kalimat “Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat)” pada contoh di atas, merupakan penjelasan As-Sayyid
Sabiq terhadap kalimat “Tidak ada suatu pun yang menyerupai-
Nya”.
Pada contoh di atas, beliau mengaitkan penjelasan beliau
dengan ayat Al-Qur`an, surat Asy-Syura (42): ayat 11.
3.2 Penilaian Kebenaran Penjelasan As-Sayyid Sabiq
Penulis menilai bahwa penjelasan As-Sayyid Sabiq pada
contoh yang penulis paparkan dalam pembahasan nomor 3.1.
merupakan penjelasan yang benar. Adapun alasan penulis adalah:
Pertama, penjelasan As-Sayyid Sabiq dalam contoh tersebut
sesuai dengan penjelasan yang disepakati oleh ulama ahlus
sunnah, berikut ini pernyataan mereka:

‫ الَ فِي‬،‫س ك َِمثْ ِل ِه ش َْيء‬


َ ‫للا َل ْي‬ َ ‫ع َلى أَ َّن‬ َ ‫ِإت َّ َفقَ أ َ ْه ُل السنَّ ِة‬
17
... ، ‫ َوالَ فِي أ َ ْفعَا ِل ِه‬،‫ َوالَ فِي ِص َفاتِ ِه‬،‫ذَاتِ ِه‬
Artinya:
(Ulama) ahlus sunnah sepakat bahwasanya Allah tidak
ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya, tidak pada
dzat-Nya, tidak pada sifat-sifat-Nya, dan tidak pada
perbuatan-perbuatan-Nya, … .
Kedua, As-Sayyid Sabiq mengaitkan penjelasan tersebut
dengan ayat Al-Qur`an yaitu surat Asy-Syura (42): ayat 11. Penulis
mendapati dalam kitab tafsir bahwa ayat ini menjelaskan bahwa
tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Berikut penjelasan
Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur`anil ‘Adhim:

‫ق اْل َ ْز َواجِ ك ُِل َها‬ِ ‫س َك َخا ِل‬ َ ‫ َل ْي‬:‫س ك َِمثْ ِل ِه ش َْيء} أَ ْي‬ َ ‫{لَ ْي‬
18 ُ َ
َّ ‫ش َْيء؛ لَنَّهُ ا ْلفَ ْر ُد ال‬
.‫ص َم ُد الَّذِي الَ نَ ِظ ْي َر له‬
Artinya:
(tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya) yaitu:
Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Pencipta
semua jodoh, karena Dia tunggal (dan) Dzat yang

17 Al-Imam Al-Qadli ‘Ali bin ‘Ali Ad-Dimasyqi, Syarhul ‘Aqidatith Thahawiyyah jld. 1, hlm. 154.
18 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur`anil ‘Adhim, jld. 4, hlm. 108.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 9

seluruh makhluq bergantung kepada-Nya yang tidak


ada bandingan bagi-Nya.
Dengan begitu ayat ini dapat dijadikan dalil untuk menjelaskan
bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah. Maka
keterkaitan penjelasan As-Sayyid Sabiq dengan ayat ini benar.
Akan tetapi, penulis mendapati ada dua penjelasan As-Sayyid
Sabiq dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah yang perlu dikoreksi.

Pertama, penggunaan lafal ‫ ا َ ْل َبش َُر‬dalam penjelasan “manusia


lebih mulia daripada malaikat” 19.
Penulis menilai bahwa penggunaan lafal ‫ا َ ْلبَش َُر‬ (manusia)
dalam penjelasan As-Sayyid Sabiq tersebut kurang tepat. Menurut
penulis lafal ini merupakan lafal yang umum. Dalam kamus Lisanul
َ ‫ ا َ ْل َب‬adalah:
‘Arab disebutkan bahwa pengertian ‫ش ُر‬
ِ ‫علَى اْل ُ ْنث َى َوالذَّك َِر َوا ْل َو‬
‫اح ِد َواْ ِإلثْنَ ْي ِن‬ ُ ‫ ا َ ْل َخ ْل‬:‫ا َ ْلبَش َُر‬
َ ‫ق يَقَ ُع‬
20
.‫َوا ْل َج ْم ِع الَ يُثَنَّى َوالَ يُجْ َم ُع‬
Artinya:
‫ ا َ ْلبَش َُر‬itu makhluk, dia berlaku pada perempuan, lelaki,
tunggal, ganda, dan jamak, dia tidak digandakan dan
tidak dijamakkan.
Jika menggunakan lafal ‫ا َ ْلبَش َُر‬, maka orang kafir termasuk
dalam golongan manusia yang diutamakan atas malaikat.
Padahal orang kafir adalah sejelek-jelek makhluk, sehingga
tidak tergolong dalam manusia yang diutamakan atas malaikat.
Allah Ta’ala berkalam:
‫ب َوا ْل ُمش ِْر ِك ْي َن ِف ْي َن ِار‬ ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا ِم ْن أ َ ْه ِل ا ْل ِكتَا‬
ُ ( .‫َج َهنَّ َم َخا ِل ِد ْي َن فِ ْي َها أُولَ ِئكَ ُه ْم شَر ا ْلبَ ِريَّ ِة‬
‫س ْو َرةُ اْلبَ ِينَ ِة‬
)6 :)98(
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan
ahli kitab dan orang-orang yang musyrik berada di
dalam neraka Jahanam; (mereka) dalam keadaan kekal
di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk
(Surat Al-Bayyinah (98) ayat 6).

19 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm 113.


20 Ibnu Mandhur, Lisanul ‘Arab, jld. 1, hlm. 413.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 10

Allah Ta’ala dalam ayat lain telah menyetarakan orang-orang


kafir dengan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat daripada
binatang ternak. Allah Ta’ala berkalam:

َ‫َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َكثِ ْي ًرا ِم َن ا ْل ِج ِن َواْ ِإل ْن ِس لَ ُه ْم قُلُ ْوب ال‬
َ‫َي ْفقَ ُه ْو َن ِب َها َولَ ُه ْم أ َ ْعيُن الَ يُ ْب ِص ُر ْو َن ِب َها َو َل ُه ْم آذَان ال‬
‫ضل أ ُو َلئِكَ ُه ُم‬ َ َ ‫س َمعُ ْو َن ِب َها أُولَئِكَ َكا ْل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم أ‬ ْ َ‫ي‬
)179:)7( ‫اف‬ ِ ‫س ْو َرةُ اْل َ ْع َر‬ ُ ( .‫ا ْلغَافِلُ ْو َن‬
Artinya:
Dan sungguh telah Kami jadikan kebanyakan dari
kalangan jin dan manusia untuk (menempati) neraka
Jahanam, mereka mempunyai hati yang mereka tidak
dapat memahami (kebenaran) dengannya dan mereka
mempunyai mata yang mereka tidak dapat melihat
(kebenaran) dengannya, dan mereka mempunyai
telinga yang mereka tidak dapat mendengar
(kebenaran) dengannya. Mereka itu sebagaimana
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka
itulah orang-orang yang lalai (Surat Al-A’raf (7) ayat
179).
Al-Imam Al-Qadli ‘Ali bin ‘Ali Ad-Dimasyqi menyatakan bahwa,
yang dilebihkan atas malaikat itu hanyalah ‫صا ِل ِح ْي ا َ ْل َبش َِر‬
َ (para
ُ ‫( اْل َ ْن ِب َيا‬para nabi), dan ini
orang saleh dari kalangan manusia) dan ‫ء‬
merupakan pendapat ulama ahlu sunnah. Berikut pernyataan
beliau:
َ ‫ض َل ِة بَ ْي َن ا ْل َمالَئِ َك ِة َو‬
‫صا ِل ِح ْي‬ َ ‫اس فِي ا ْل ُمفَا‬ ُ َّ‫َوقَ ْد ت َ َكلَّ َم الن‬
َ ‫ب إِلَى أَ ْه ِل السنَّ ِة ت َ ْف ِض ْي ُل‬
‫صا ِل ِح ْي ا ْلبَش َِر‬ َ ‫ َويُ ْن‬،‫ا ْلبَش َِر‬
ُ ‫س‬
21
.‫علَى ا ْل َمالَ ِئ َك ِة‬َ ‫اء فَقَ ْط‬ِ ‫َواْل َ ْن ِب َي‬
Artinya:
Dan telah banyak orang yang membincangkan tentang
pengutamaan antara malaikat dan para orang saleh dari
kalangan manusia, dan dinisbatkan kepada ulama ahlu
sunnah akan keutamaan para orang saleh dari kalangan
manusia dan para nabi saja atas para malaikat.
Kalaupun maksud dari lafal ‫ا َ ْلبَش َُر‬
‫صا ِل ِحي‬
َ
tersebut adalah
‫( ا ْلبَش َِر‬para orang saleh dari kalangan manusia) dan ‫( اْل َ ْن ِبيَا ُء‬para
nabi), maka seharusnya ada keterangan yang menjelaskan maksud
tersebut. Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Ahmad
Farid dalam kitab ‘Aqidatu Ahlissunnah wal Jama’ah.

21 Al-Imam Al-Qadli ‘Ali bin ‘Ali Ad-Dimasyqi, Syarhul ‘Aqidatith Thahawiyyah, jld. 2, hlm. 462.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 11

Penjelasan Ahmad Farid dalam kitab ‘Aqidatu Ahlis Sunnah


wal Jama’ah tersebut adalah sebagai berikut:
‫ضلَةُ َب ْي َن‬ ُ ‫ض َلةَ اْل َم ْق‬
َ ‫ص ْو َدةَ ِه َي ا ْل ُمفَا‬ َ ‫ف فِي أ َ َّن اْل ُمفَا‬
َ َ‫الَ ِخال‬
22
...‫اء‬ ِ َ‫صا ِل ِحي اْلبَش َِر َكاْل َ ْن ِبي‬َ ‫اْل َمالَئِ َك ِة َو‬
Artinya:
Tidak ada perselisihan (di antara ulama) tentang
pengunggulan yang dimaksud itu adalah pengunggulan
para malaikat dan para orang saleh dari kalangan
manusia seperti para nabi...
Maka dari beberapa uraian di atas, penulis menilai bahwa
penggunaan lafal ‫ ا َ ْلبَش َُر‬tanpa menyertakan penjelasan padanya itu
kurang tepat.
Ada sebagian penjelasan As-Sayyid Sabiq dalam kitab Al-
‘Aqa`idul Islamiyyah bahwa ketaatan malaikat kepada Allah itu
merupakan tabiat mereka, sedang manusia harus berjuang dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah.
Penulis menilai bahwa penjelasan tersebut tidak bisa
menjelaskan maksud lafal ‫ ا َ ْلبَش َُر‬tersebut adalah para nabi, kerena
derajat keimanan setiap manusia itu tidak sama 23.
Pernyataan kedua, As-Sayyid Sabiq menyatakan bahwa
makna hadits Abu Hurairah tentang berbicaranya batu di akhir
zaman itu bermakna majazi.
Berikut ini hadits Abu Hurairah tersebut beserta pernyataan
As-Sayyid Sabiq 24 :

ُ‫صلَّى للا‬ َ ِ‫س ْو َل للا‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬،ُ‫ع ْنه‬ َ ِ‫ع َْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ َر ِض َي للا‬
‫ساعَةُ َحتَّى ت ُقَا ِتلُ ْوا‬ َّ ‫ ( الَ ََ تَقُ ْو َم َّن ال‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫س ِل ُم َهذَا‬ ْ ‫ا ْليَ ُه ْو َد َحتَّى َيقُ ْو َل ا ْل َح َج ُر َو َرا َءهُ ا ْليَ ُه ْودِي يَا ُم‬
. ) ُ‫يَ ُه ْودِي َو َرائِ ْي فَا ْقت ُ ْله‬
. ‫س ِلم‬ ْ ‫َر َواهُ اْلبُ َخ ِاري َو ُم‬
25
.‫ش ْيئ ًا‬
َ ‫اء‬ ِ َ‫ع َد ِم إِفَا َد ِة اْ ِإل ْختِب‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ َو هذَا َم َجاز‬...
Artinya:
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
22 Lihat ‘Aqidatu Ahlis Sunnah Wal Jama’ah susunan Ahmad Farid, hlm. 152.
23 Lihat Syarhu Kitabil Fiqhil Akbar susunan Al-Imam Al-Malauddin, hlm. 144.
24 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 254.
25 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 254.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 12

“Sungguh benar-benar kiamat itu tidak akan terjadi


sehingga kalian memerangi orang-orang Yahudi,
sehingga batu yang di belakangnya ada orang Yahudi
berbicara, ‘Hai orang muslim, di belakangku ini ada
orang Yahudi, bunuhlah dia’.”
Al-Bukhari dan Muslim telah meriwayatkannya (hadits).
... dan ini (hadits) adalah majas dari tidak adanya
manfaat dari bersembunyi (bagi orang-orang Yahudi
waktu dikejar-kejar oleh orang-orang beriman di akhir
zaman nanti) sama sekali.
Hadits Abu Hurairah radliallahu 'anhu diriwayatkan oleh Al-
26 27
Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahih keduanya, sehingga
hadits ini tergolong hadits shahih 28.
Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari mengatakan bahwa hadits
tentang berbicaranya benda mati itu bermakna hakiki, bahwa salah
satu tanda dekatnya hari kiamat itu berupa bicaranya benda-benda
mati seperti pohon dan batu. Beliau juga menyatakan bahwa hadits
tersebut kemungkinan juga bermakna majas, bahwa orang-orang
Yahudi tidak akan bisa bersembunyi sama sekali dari kejaran
orang-orang beriman di akhir zaman nanti. Akan tetapi beliau
mengatakan bahwa makna hakiki hadits tersebut lebih benar
daripada makna majasnya. 29
Al-‘Aini dalam kitab Al-'Umdatul Qori juga menyatakan hal
yang serupa dengan pernyataan Ibnu Hajar tersebut. 30
Dalam kaidah usul fikih, dinyatakan bahwa
31 ُ َ َ‫سق‬
‫ط ا ْل َمجاَز‬ َ ‫َمتَى ا َ ْمك ََن ا ْلعَ َم ُل ِبا ْل َح ِق ْي َق ِة‬
Artinya:
Kapan saja makna hakiki itu dapat diterapkan, maka
makna majas gugur

26 Lihat catatan kaki no. 2.


27 Lihat catatan kaki no. 3.
28 Lihat Taisir Musthalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan, hlm.37. Hadits Shahih adalah

hadits yang bersambung sanadnya dari awal sampai akhir tanpa ada syadz (tidak menyelisihi
(riwayat) rawi yang lebih kuat darinya) dan tidak ada cacat (yang menyebabkan riwayatnya tidak
shahih). (Lihat Taisir Musthalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan, hlm.30).
29 Hadits yang dimaksud oleh Ibnu Hajar di sini adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu

'anhuma (no. 3953) yang merupakan tharaf untuk hadits Abu Hurairah radliallahu 'anhu (no.
5292). Lihat Fathul Bari susunan Ibnu Hajar, k. Al-Manaqib, b. 25-‘Alamatun Nubuwwati fil Islam,
jld. 7, hlm. 315.
30 Lihat ‘Umdatul Qari susunan Al-‘Aini, jz. 14, hlm. 199, kitab 56-Al-Jihad was Sair, bab 94-Qitalul

Yahudi, h. ke-136, no. 2926.


31 DR. Abdul Karim Zaidan, Al-Wajizu fi Ushulil Fiqh, hlm. 332.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 13

Berdasarkan kaidah di atas, makna majas dalam hadits Abu


Hurairah itu kurang tepat.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa ada sebagian penjelasan As-Sayyid Sabiq dalam kitab Al-
’Aqa`idul Islamiyyah yang tidak benar.
4. Analisis Penggunaan Dalil
4.1 Penggunaan Dalil
Banyak didapati dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah dalil-dalil
yang disertakan oleh As-Sayyid Sabiq. Beliau mengambil dalil-dalil
tersebut dari Al-Qur`an, hadits, atsar 32, dan perkataan para ulama.
Berikut salah satu contoh dalil yang disertakan oleh As-Sayyid
Sabiq dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah:
َ ‫ع ْن‬
‫غ ْي ِر‬ َ ‫س َيانًا َو‬ ْ ‫ان ِن‬ َ ‫علَى أ َ َّن َما َو َق َع ِم ْن آ َد َم َك‬ َ ‫َوال َّد ِل ْي ُل‬
ُ ِ‫ قَ ْو ُل للا‬،‫ع ْم ٍد‬
:ُ‫س ْب َحانَه‬ َ
}ً ‫ِي َو َل ْم َن ِج ْد َلهُ ع َْزما‬َ ‫{ َو َل َق ْد ع َِه ْد َنا ِإ َلى آ َد َم ِم ْن قَ ْب ُل فَ َنس‬
.)115 :)20( َ‫س ْو َرةُ طه‬ ُ ( 33
Artinya:
Dan dalil yang menunjukkan bahwa apa yang terjadi
pada Adam (yaitu ketika dia menyelisihi janji Allah agar
tidak memakan buah dari pohon yang terlarang) itu
(karena) kelupaan dan bukan karena kesengajaan,
adalah kalam Allah Yang Mahasuci:
(dan sungguh Kami telah menjanjikan kepada Adam
sebelumnya (sebelum dia memakan buah dari pohon
yang terlarang) lalu dia lupa dan Kami tidak mendapati
kemauan kuat untuknya) (surat Thaha (20): 115).
4.2 Penilaian Kebenaran Penggunaan Dalil
Contoh dalil pada pemaparan pembahasan no 4.1 di atas,
merupakan salah satu contoh dalil yang berasal dari Al-Qur`an yaitu
surat Thaha (20): ayat 115.
Penulis menilai bahwa penggunaan dalil pada contoh tersebut
benar, karena adanya kesesuaian antara dalil dengan pernyataan
As-Sayyid Sabiq.

32 Atsar adalah: apa-apa yang disandarkan kepada shahabah dan tabi’in dari perkataan-perkataan
dan perbuatan-perbuatan mereka (Lihat Taisir Mustalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan,
hlm.15).
33 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 184.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 14

As-Sayyid Sabiq menjadikan ayat 115 dari surat Thaha


tersebut sebagai dalil untuk menyatakan bahwa sebab Nabi Adam
‘alaihis salam menyelisihi janji Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
kelupaan beliau, bukan karena kemauan beliau untuk melanggar
janji tersebut. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh As-Sa’di
dalam kitab Taisirul Karimir Rahman, berikut ini:

.}ً ‫ع ْزما‬ َ ُ‫س َي َولَ ْم نَ ِج ْد لَه‬ ِ َ‫{ َولَقَ ْد ع َِه ْدنَا إِلَى آ َد َم ِم ْن قَ ْب ُل فَن‬
َ ‫ع ِه ْد َنا ِإلَ ْي ِه‬
‫ع ْه ًدا ِليَقُ ْو َم‬ َ ‫ َو‬،ُ‫ص ْينَا آ َد َم َوأَ َم ْرنَاه‬ َّ ‫ َولَقَ ْد َو‬:‫أ َ ْي‬
،‫علَى ا ْل ِقيَ ِام ِب ِه‬ َ ‫ع َز َم‬ َ ‫ َو‬،‫ع َن َلهُ َوا ْنقَا َد‬ َ ‫ َوأ َ ْذ‬،ُ‫ فَا ْلت َ َز َمه‬،‫بِ ِه‬
،ُ‫ع ِز ْي َمت ُهُ ا ْل ُمحْ َك َمة‬
َ ْ‫ضت‬ َ َ‫ َوا ْنت َق‬،‫س َي َما أ ُ ِم َر ِب ِه‬ ِ َ‫َو َم َع ذ ِلكَ ن‬
34
... ،‫علَى اْلعَ ْز ِم ا ْل ُم َؤ َّك ِد‬ َ ْ‫… َولَ ْم يُثْ ِبت‬
Artinya:
(dan sungguh-sungguh Kami telah menjanjikan kepada
Adam dari sebelumnya (sebelum dia memakan buah
dari pohon yang terlarang) maka dia lupa dan Kami
tidak mendapati kemauan kuat padanya).
Yaitu: dan sungguh-sungguh Kami telah mewasiatkan
(kepada) Adam serta memerintahkannya, dan Kami
telah menjanjikan kapadanya satu janji agar dia
menjalankannya, maka dia mewajibkan janji itu atas
dirinya, dan tunduk serta taat kepadanya, dia bertekad
untuk menunaikannya, bersamaan dengan itu dia lupa
terhadap apa yang diperintahkan padanya, dan
kemauannya yang kokoh telah rusak,…dan dia tidak
menetapkan pada tekad yang kuat (untuk melanggar
janjinya)…
Contoh penggunaan dalil yang berasal dari hadits :

‫ « ِإ َّن َمعَ ُك ْم َم ْن الَ يُ َف ِارقُ ُك ْم ِإالَّ ِع ْن َد‬: ‫س ْو ُل‬ُ ‫ش َد ال َّر‬َ ‫َك َما أ َ ْر‬
35
. » ‫ستَحْ يُ ْو ُه ْم َو أَك ِْر ُم ْو ُه ْم‬ْ ‫لج َماعِ فَا‬
ِ ْ‫اْل َخالَ ِء َو ِع ْن َد ا‬
Artinya:
Sebagaimana Rasulullah telah menunjuki,
"Sesungguhnya menyertai kalian makhluk yang tidak
memisahi kalian kecuali ketika di kamar kecil dan ketika
bersanggama, maka hendaklah kalian malu kepada
mereka dan menghormati mereka."
At-Tirmidzi telah meriwayatkan hadits yang semakna dengan
36
hadits tersebut dalam kitab sunan beliau . Al-Albani mengatakan

34 As-Sa’di, Taisirul Karimir Rahman, hlm. 487.


35 As-Sayyid Sabiq, Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, hlm. 129.
36 Lihat Al-Jami’us Shahih susunan At-Tirmidzi, jld. 3, hlm. 537-538, kitab 41-Al-Adab, bab 42-Ma

Ja`a fil Istitari 'Indal Jima', h. 2800.


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 15

bahwa sanad hadits ini dla’if karena di dalamnya ada rawi yang
37
bernama Laits bin Abu Sulaim, dia telah mengalami ikhtilath . Al-
Albani juga memasukkan hadits pertama ini ke dalam kitab Dla’if
Sunan At-Tirmidzi 38.
Al-Mubarakfuri mengatakan Laits bin Abu Sulaim dianggap
mengalami ikhtilath pada akhir hayatnya dan haditsnya belum jelas 39.
Ulama menjelaskan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh rawi
sesudah mukhtalath atau belum jelas apakah diriwayatkan sesudah
mukhtalath atau sebelumnya, maka hadits itu tidak diterima. 40
Maka dari sini penulis menyimpulkan bahwa hadits tersebut dla’if
dan tidak bisa diterima.
Ada hadits dla’if lain yang penulis dapatkan dalam kitab Al-
‘Aqa’idul Islamiyyah sebagai berikut : 41

‫سلَّ َم قَا َل‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬


َ ُ‫صلَّى للا‬ َ ‫س ْو َل للا‬ ُ ‫ع َْن ُم َعا ِذ ْب ِن َجبَ ٍل أ َ َّن َر‬
‫اب يَثْ ِر َب‬ ُ ‫ َو َخ َر‬، ‫ب‬ َ ‫اب يَثْ ِر‬ُ ‫ِس َخ َر‬ ِ ‫ت ا ْل َم ْقد‬
ِ ‫ (ع ُْم َرا ُن بَ ْي‬:
، ‫ط ْن ِط ْي ِنيَّ ِة‬ ْ ُ‫ج ا ْل َم ْل َح َم ِة فَتْ ُح اْلق‬
َ ‫س‬ ُ ‫ َو ُخ ُر ْو‬، ‫ج ا ْل َم ْل َح َم ِة‬ ُ ‫ُخ ُر ْو‬
ُ ‫ َر َواهُ أَبُ ْو د‬42 ) ‫ج ال َّد َّجا ِل‬
. ‫َاو َد‬ َ ‫س‬
ُ ‫ط ْن ِط ْينِيَّ ِة ُخ ُر ْو‬ ْ ُ‫َوفَتْ ُح ا ْلق‬
Artinya:
Dari Mu`adz bin Jabal bahwasanya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Kemakmuran Baitul Maqdis
akan menjadi tanda runtuhnya Yatsrib, dan runtuhnya
Yatsrib itu menjadi tanda adanya perang besar, dan
perang besar itu menjadi tanda pembebasan
Konstantinopel (di tangan muslimin), dan pembebasan
Konstantinopel itu menjadi tanda munculnya Dajjal". Abu
Dawud telah meriwayatkannya (hadits).
Hadits tersebut dla’if karena dalam sanadnya ada rawi dla’if
yang bernama ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban.

37 Lihat Silsilatu Ahaditsidl Dla’ifati wal Maudlu’ah susunan Al-Albani, jld. 5, hlm. 325, no. 2300.
Ikhthilath adalah keadaan rawi yang telah rusak pikirannya dan tidak teratur perkataan dan
perbuatannya, karena pikun atau kesulitan atau sakit atau gila karena kematian anaknya dan
semisalnya, atau karena hilang atau terbakar buku-bukunya. (Lihat Mu`jamu ‘Ulumil Haditsin
Nabawi susunan Doktor ‘Abdurrahman bin Ibrahim Al-Khumaisi, hlm. 16).
38 Lihat Dla’ifu Sunanit Tirmidzi susunan Al-Albani, hlm. 333, h. ke-529, no. 2964.
39 Lihat Tuhfatul Ahwadzi susunan Al-Mubarakfuri, jld. 8, hlm. 84.
40 Lihat Mu`jamu ‘Ulumil Haditsin Nabawi susunan Doktor ‘Abdurrahman bin Ibrahim Al-Khumaisi,

hlm. 16.
41 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 254.
42 Lihat Sunanu Abi Dawud susunan Abu Dawud, jld. 2, jz. 4, hlm. 312, kitabul Malahim, bab fi

Imaratil Malahim, h. 4294.


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 16

Ulama berbeda pendapat perihal Abdurrahman bin Tsabit bin


Tsauban, Ahmad berpendapat bahwa hadits-haditsnya munkar. Abu
Hatim dan Ibnu Hibban berpendapat bahwa dia tsiqat. 43
Syu’aib Al-Arna`uth, ‘Adil Mursyid, dan lainnya telah
mendla’ifkan hadits tersebut, lantaran di dalam sanadnya ada rawi
dla’if yang bernama ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban. Al-Imam
Adz-Dzahabi menggolongkan hadits tersebut dalam hadits-hadits
munkar. 44
Shalih bin Muhammad mengatakan bahwa para ulama
mengingkari hadits-hadits yang dia dapat dari bapaknya (Tsabit bin
Tsauban) dari Makhul. 45
Dalam sanad hadits yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut
terbukti ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban meriwayatkan dari
bapaknya (Tsabit bin Tsauban) dari Makhul. 46
Maka kedudukan ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban dalam
sanad hadits di atas lemah dan haditsnya tidak bisa diterima.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa hadits
tersebut dla’if dan tidak bisa diterima.
Contoh penggunaan dalil yang berasal dari ijmak ulama:

‫سأ َ ُل َب ْع َد‬
ْ ُ‫ان ي‬ٍ ‫س‬ َ ‫ع َلى أ َ َّن ُك َّل ِإ ْن‬َ ‫ع ِة‬ َ ‫ِإت َّ َفقَ أ َ ْه ُل السنَّ ِة َوا ْل َج َما‬
‫ع أَ ْو أ ُحْ ِرقَ َحت َّى‬ ِ ُ‫ َف َل ْو أَ َك َلتْه‬،‫َم ْوتِ ِه قُبِ َر أ َ ْم لَ ْم يُ ْقبَ ْر‬
ُ ‫السبَا‬
‫س ِئ َل‬ ُ َ‫ ل‬،‫غ ِرقَ ِفي ا ْل َبحْ ِر‬ َ ‫ أ َ ْو‬،‫اء‬ِ ‫ف ِفي ا ْل َه َو‬ َ ‫س‬َ ‫ َو َن‬،‫ار َر َمادًا‬ َ ‫ص‬َ
47
... ، ‫ع َما ِل ِه‬ َ
َ ‫ع ْن أ‬ َ
Artinya:
(Ulama) ahlus sunnah wal jamaah telah sepakat
bahwasanya semua manusia akan ditanyai setelah
matinya, baik sudah dikubur maupun belum dikubur,
meskipun binatang buas telah memakannya atau terbakar

43 Lihat Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 4, hlm. 20-21.


44 Lihat Musnadul Imami Ahmadabni Hanbal susunan Ahmad bin Hanbal, jld. 36, hlm. 432, h.
22121, pada catatan kaki no. 2.
Hadits yang penulis maksud di sini adalah hadits yang diriwayatakan oleh Al-Imam Ahmad bin
Hanbal yang sama lafalnya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud tersebut, dan juga
diriwaytakan oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal dari ‘Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban dari
bapaknya dari Makhul.
45 At-Tahdzibut Tahdzib susunan Ibnu Hajar, jld. 4, hlm. 20-22.
46 Lihat sanad tersebut di kitab Sunanu Abi Dawud susunan Abu Dawud, jld. 2, jz. 4, hlm. 312,

kitabul Malahim, bab fi Imaratil Malahim, h. 4294.


47
As-Sayyid Sabiq Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, hlm. 237.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 17

sampai menjadi abu, dan meledak di udara, atau


tenggelam di laut, sungguh (dia) akan ditanyai tentang
amalan-amalannya, ... .
Ijmak ulama tersebut digunakan oleh As-Sayyid Sabiq sebagai
dalil untuk menyatakan bahwa pertanyaan di kubur itu ada.
Penggunaan ijmak ulama sebagai dalil itu benar, karena ijmak
ulama merupakan salah satu dalil yang disepakati oleh ulama.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan
bahwa penggunaan dalil dari Al-Qur`an dalam kitab Al-‘Aqa`idul
Islamiyyah itu benar, adapun penggunan dalil dari hadits dalam
kitab ini ada yang tidak benar.
5. Analisis Perumpamaan
5.1 Contoh Perumpamaan

Lafal perumpamaan yang biasa As-Sayyid Sabiq gunakan


dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah seperti: ‫كـ‬dan ‫ ِمثْل‬
Ada dua macam perumpamaan yang disertakan oleh As-Sayyid
Sabiq dalam kitab Al-‘Aqaidul Islamiyyah yaitu: perumpamaan yang
berasal dari nas, dan perumpamaan yang berasal dari selain nas.
Contoh perumpamaan dari nas:
‫سالَ ُم ُه َو ِمثْ ُل‬ َّ ‫ع َل ْي ِه ال‬َ ‫سى‬ َ ‫ع َلى ِع ْي‬ َ ‫َو اْ ِإل ْن ِج ْي ُل الَّ ِذى نُ ِز َل‬
‫ َو‬،ِ‫ ِكالَ ُه َما َكالَ ُم للا‬، ‫سى‬ َ ‫علَى ُم ْو‬ َ ْ‫الت َّ ْو َرا ِة الَّتِى نُ ِز َلت‬
َ‫فِ ْي َها ُه ًدى َو نُ ْور ِإالَّ أ َ َّن اْ ِإل ْن ِج ْي َل قَ ْد لَ ِحقَهُ َما لَ ِحقَ الت َّ ْو َراة‬
:‫ف‬ ِ ‫ِم َن الت َّحْ ِر ْي‬
ً ‫س ْوا َحظا‬ ُ َ‫ارى أ َ َخ ْذنَا ِم ْيثَاقَ ُه ْم فَن‬ َ ‫ص‬َ ‫{ َو ِم َن الَّ ِذ ْي َن قَالُ ْوا ِإنَّا َن‬
‫ضا َء ِإلَى يَ ْو ِم‬ َ ‫َاوةَ َو ا ْلبَ ْغ‬ َ ‫ِم َّما ذُ ِك ُر ْوا ِب ِه فَأ َ ْغ َر ْينَا بَ ْينَ ُه ُم ا ْلعَد‬
‫ يَا أَ ْه َل‬. ‫صنَعُ ْو َن‬ ْ َ‫ف يُنَ ِبئ ُ ُه ُم للاُ بِ َما كَانُ ْوا ي‬ َ ‫س ْو‬َ ‫ا ْل ِقيَا َم ِة َو‬
‫س ْولُنَا يُبَ ِي ُن لَ ُك ْم َكثِ ْيرا ً ِم َّما ُك ْنت ُ ْم‬ ُ ‫ب قَ ْد َجا َء ُك ْم َر‬ ِ ‫ا ْل ِكتَا‬
48
.}‫ب َويَ ْعفُ ْو ع َْن َكثِ ْي ٍر‬ ِ ‫ت ُ ْخفُ ْو َن ِم َن ا ْل ِكتَا‬
Artinya:
Dan Injil yang diturunkan kepada Isa ‘alaihis salam itu
seperti Taurat yang diturunkan kepada Musa, keduanya
adalah kalam Allah, dan di dalamnya ada petunjuk dan
cahaya hanya saja sesungguhnya Injil itu sungguh telah
sampai kepadanya apa yang telah sampai kepada
Taurat dari pengubahan:

48 As-Sayyid Sabiq, Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, hlm. 168.


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 18

(Dan dari kalangan orang-orang yang mengatakan,


"Sesungguhnya kami adalah orang-orang Nasrani" Kami
telah mengambil perjanjian mereka, maka mereka
melupakan bagian dari perjanjian yang mereka telah
diperingatkan dengannya (perjanjian), maka Kami
campakkan di antara mereka permusuhan dan
kebencian sampai di hari Kiamat, dan kelak Allah akan
memberitakan kepada mereka dengan apa yang
mereka kerjakan. Wahai Ahli Kitab, sungguh telah
datang kepada kalian utusan Kami, yang dia (utusan
tersebut) akan menjelaskan banyak dari (isi) Al-Kitab
yang kalian sembunyikan kepada kalian, dan dia
(utusan tersebut) mendiamkan banyak (dari isi Al-Kitab).
Contoh perumpamaan dari selain nas:
َ ‫ان إِذَا ت َ َج َّر َد‬
َ ‫ع ِن ا ْلعَ َم ِل َك‬
َ ‫ان إِ ْي َمانًا‬
،‫ع ِق ْي ًما‬ َ ‫ل َ َّن اْ ِإل ْي َم‬...
‫ فَ ِه َى‬. ‫ َوالَ تَ ُمد ِظالا‬،‫ش َج َر ِة الَّتِى الَ ت ُثْ ِم ُر ث َ َم ًرا‬ َّ ‫ان َكال‬ َ ‫َو َك‬
49 َ ْ
.‫اء‬ِ ‫ِبا ْلقَ ْط ِع أ َ ْولَى ِم ْن َها ِبال َبق‬
Artinya:
...karena sesungguhnya iman itu tatkala terlepas dari
amal (saleh) ia adalah iman yang tidak bermanfaat, dan
ia (iman yang terlepas dari amal saleh) itu seperti pohon
yang tidak menghasilkan buah, dan tidak
membentangkan naungan. Maka ia (pohon) itu lebih
baik ditebang daripada dibiarkan.
5.2 Penilaian Kebenaran Perumpamaan

Pada contoh perumpamaan dari nas dalam paparan


pembahasan no. 5.1 tersebut As-Sayyid Sabiq menggunakan lafal
perumpamaan ‫ ِمثْ ُل‬. Pada contoh tersebut As-Sayyid Sabiq
mengumpamakan pengubahan yang terjadi pada Injil itu
sebagaimana pengubahan yang terjadi pada Taurat. Hal tersebut
sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur`an yaitu surat Al-
Ma`idah (5) ayat 14 dan 15.
Penulis menilai bahwa contoh perumpamaan tersebut benar,
karena sesuai dengan tafsiran dua ayat tersebut.
Ayat 14 dari surat Al-Ma`idah tersebut menerangkan bahwa
Allah mengambil janji dari orang-orang Nasrani untuk taat kepada-
Nya, menunaikan kewajiban-kewajiban yang Dia tetapkan kepada
mereka, dan mengikuti Rasul-rasul-Nya serta membenarkan risalah

49 As-Sayyid Sabiq, Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, hlm. 83-84.


Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 19

mereka, akan tetapi mereka justru mengikuti minhaj orang-orang


Yahudi. Orang-orang Nasrani mengganti agama mereka dan
melanggar janji mereka sebagaimana orang-orang Yahudi telah
mengganti agama mereka dan melanggar janji mereka. 50
Adapun ayat 15 dari surat Al-Ma`idah tersebut menerangkan
bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam akan
menjelaskan apa yang telah diganti, diubah, ditakwilkan, dan
didustakan atas Allah oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani dari isi
Taurat dan Injil. 51

Adapun pada contoh perumpamaan yang berasal selain dari


nas pada paparan pembahasan no. 5.1, As-Sayyid Sabiq
menggunakan lafal ‫كـ‬. Pada contoh tersebut As-Sayyid Sabiq
mengumpamakan iman yang terlepas dari amal saleh dengan
pohon yang tidak menghasilkan buah sama sekali, dan tidak juga
membentangkan naungan.
Thawus berkata:

. ...‫ش َج َر ٍة الَ ث َ َم َر لَ َها‬


52
َ ‫والَ َخ ْي َر فِي‬...
َ
Artinya:
...dan tidak ada kebaikan pada suatu pohon yang tidak
ada buah padanya...
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
perumpamaan dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah benar.
6. Analisis Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap Hal-Hal yang
Diingkarinya
6.1 Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap Hal-Hal yang Diingkarinya
Ada beberapa bantahan As-Sayyid Sabiq yang disebutkan
dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah, seperti bantahan terhadap
anggapan yang menyatakan bahwa asal mula alam semesta ini
53
dari sesuatu yang tidak ada , bantahan beliau terhadap akidah

50 Lihat Jami’ul Bayan susunan Ath-Thabari, jld. 4, jz. 6, hlm. 102.


51 Lihat Tafsirul Qur`anil ‘Adhim susunan Ibnu Katsir, jz. 2, hlm. 35.
52 Lihat Al-Mushannaf susunan ‘Abdurrazzaq, jld.11, hlm. 161.
53 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 40.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 20

trinitas 54 dan bantahan beliau terhadap pendapat orang-orang yang


mengingkari adanya kebangkitan setelah kematian 55.
6.2 Penilaian Kebenaran Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap Hal-
Hal yang Diingkarinya
Penulis menilai bahwa bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap
hal-hal yang beliau ingkari itu benar, karena beliau menggunakan
dalil yang kuat dan tepat.
Salah satu contoh bantahan As-Sayyid Sabiq dalam kitab ini
adalah bantahan terhadap akidah trinitas (hlm. 62-66). Beliau
membantah pendapat tersebut dengan menggunakan dalil dari Al-
Qur`an, yaitu surat Asy-Syura (42): 11:

‫س ك َِمثْ ِل ِه ش َْيء‬
َ ‫لَ ْي‬
11 :)42( ‫الش ُْو َرى‬
Artinya:
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.
Asy-Syura (42): 11
Ayat tersebut digunakan oleh As-Sayyid Sabiq untuk
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah dan
Dia tidak menyerupai sesuatu.
Ibnu Katsir menerangkan ayat tersebut bahwa tidak ada
sesuatu pun yang menyerupai Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena
Dia Esa, Dia tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak ada
bandingan bagi-Nya. 56
Selain ayat tersebut ada ayat-ayat lain yang disertakan oleh
As-Sayyid Sabiq dalam bantahan tersebut, yaitu: ayat 103 dari surat
Al-An’am (hlm. 62), ayat 110 dari surat Thaha (hlm. 62), ayat 56 dari
surat Al-Haj (hlm. 64), dan ayat 40 dari surat An-Nur (hlm. 64).
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap hal-hal yang diingkari itu benar,
karena beliau menggunakan dalil yang kuat dan tepat.

54 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 62-65.


55 Lihat Al-‘Aqa`idul Islamiyyah susunan As-Sayyid Sabiq, hlm. 271-272.
56 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur`anil ‘Adhim, jld. 4, hlm. 108.
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1.1 Isi kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah sesuai dengan judulnya.
1.2 Pembahasan kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah kurang urut berdasarkan
urutan rukun iman.
1.3 Sebagian penjelasan As-Sayyid Sabiq dalam kitab Al-’Aqa`idul
Islamiyyah tidak benar.
1.4 Penggunaan dalil dari Al-Qur`an dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah
itu benar, adapun penggunaan dalil dari hadits dalam kitab ini ada
yang tidak benar.
1.5 Perumpamaan dalam kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah benar.
1.6 Bantahan As-Sayyid Sabiq terhadap hal-hal yang diingkari itu benar,
karena beliau menggunakan dalil yang kuat dan tepat.
2. Saran
Hendaknya muslimin tidak menjadikan kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah
karya As-Sayyid Sabiq sebagai rujukan dalam bidang akidah.

‫علَ ْينَا‬
َ ‫ َوت ُ ْب‬،‫س ِم ْي ُع العَ ِل ْي ُم‬ َّ ‫ اَلل ُه َّم تَقَبَّ ْل ِمنَّا إِنَّكَ أَ ْنتَ ال‬،‫ب‬ ِ ‫ص َوا‬ َّ ‫َوللاُ ت َ َعالَى أ َ ْعلَ ُم بِال‬
.‫ن‬ َ ‫ب ال َعا َل ِم ْي‬ِ ‫ َوال َح ْم ُد ِلِلِ َر‬،‫الر ِح ْي ُم‬ َّ ‫اب‬ ُ ‫ِإنَّكَ أ َ ْنتَ الت َّ َّو‬

21
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003

DAFTAR PUSTAKA

1. ‘Abdul Karim Zaidan, Ad-Duktur, Al-Wajizu fi ‘Ushulil Fiqh, Mu`assasatur


Risalah, Beirut, Lebanon, Cetakan XV, 1427 H / 2006 M.
2. ‘Abdurrazzaq, Abu Bakr bin Hammam Ash-Shan’ani, Al-Hafidh, Al-Kabir, Al-
Mushannaf, Al-Majlisul ‘Ilmi, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1390 H / 1970 M.
3. ‘Ali bin ‘Ali bin Muhammad bin Abil `Izz, Al-Hanafi, Ad-Damsyiqi, Syarhul
‘Aqidatith Thahawiyyah, Muassasatur Risalah, Beirut, Lebanon, Tanpa
Nomor Cetakan, 1421 H / 2001 M.
4. Abu Dawud, Sulaiman bin Al-Asy’ats, As-Sijistani, Sunanu Abi Dawud,
Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, 1410 H / 1990 M.
5. Ahmad bin Hanbal, Asy-Syaibani, Musnadul Imami Ahmadabni Hanbal,
Mu`assasatur Risalah, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 1429 H / 2008 M.
6. Ahmad Farid, Ahmad Farid, Doktor, ‘Aqidatu Ahlis Sunnati wal Jama'ah,
Maktabah Fuyadh, Syri’ Abdil Hadi, Tanpa Tahun, Tanpa Nomor Cetakan.
7. Al-‘Aini, Abu Muhammad, Mahmud bin Ahmad, Asy-Syaikh, Al-Imam, Al-
‘Allamah, Badruddin, ‘Umdatul Qari Syarhu Shahihil Bukhari, Daru Ihya`it
Turatsil ‘Arabi, Beirut, Libanon, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun.
8. Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Syarhul `Arba’inan Nawawiyyah,
Darul ‘Aqidah, Al-Iskandariyyah, Kairo, Tanpa Tahun, Tanpa Nomor Cetakan.
9. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Dla’ifu Sunanit Tirmidzi, Al-Maktabul
Islamiyyah, Beirut, Damaskus, ‘Aman, Cetakan I, 1411 H / 1991 M.
10. Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Silsilatul Ahaditsidl Dla’ifati wal
Maudlu’ah, Maktabatul Ma’arif lin Nasyri wat Tauzi’, Riyadl, Cetakan II, 1420
H \ 2000 M.
11. Al-Ghalayaini, Asy-syaikh Mushtafa, Jami’ud Durusil ‘Arabiyyah, Al-
Maktabatul 'Ashriyyah, Shaida, Beirut, Cetakan XXXVIII, 1421 H / 2000 M.
12. Al-Khumaisi, ‘Abdurrahman bin Ibrahim, Doktor, Mu’jamu ‘Ulumil Haditsin
Nabawi, Darubni Hazm, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1421 H / 2000 M.
13. Al-Mubarakfuri, Abul ‘Ali, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim, Al-
Imam, Al-Hafidh, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’it Tirmidzi, Darul Fikr,
Tanpa Kota, Cetakan II, 1399 H / 1979 M.

22
Telaah Kitab Al-‘Aqa`idul Islamiyyah Karya As-Sayyid Sabiq Najib Nur Rohim 26003 23

14. As-Sa’di, ‘Abdurrahman bin Nashir, Al-‘Allamah Asy-Syaikh, Taisirul Karimir


Rahmani fi Tafsiri Kalamil Mannan, Darubni Hazm, Beirut, Lebanon,
Cetakan I, 1424 H / 2003 M.
15. As-Sindi, Abul Hasan, Nuruddin, Muhammad bin ‘Abdul Hadi, Shahihul
Bukhari bi Hasyiyatil Imamis Sindi, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut,
Lebanon, Cetakan II, 1419 H / 1998 M.
16. As-Sulaiman, Fahd bin Nashir bin Ibrahim, Majmu’u Fatawa wa Rasa`ili
Fadlilatisy Syaikhi Muhammadibni Shalih Al-’Utsaimin, Daruts Tsaraya,
Riyadl, Cetakan II, 1426 H / 2005 M.
17. Ath-Thabari, Abu Ja’far, Muhammad bin Jarir, Al-Imam, Al-Kabir, Al-Muhaddits,
Tafsiruth Thabari / Jami’ul Bayani fi Tafsiril Qur`an, Darul Ma’rifah, Beirut,
Lebanon, Cetakan III, 1398 H / 1978 M.
18. Ath-Thahhan, Mahmud Ath-Thahhan, Doktor, Taisiru Mushthalahil Hadits,
Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Tahun, Tanpa Nomor Cetakan.
19. Ibnu Baz, ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, Majmu’u Fatawa wa
Maqalatun Mutanawwi’ah, Darul Qasim, Riyadl, Tanpa Nomor Cetakan,
1421 H.
20. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Syihabuddin Ahmad bin ‘Ali, Al-Imam, Al-Hafidh,
Syaikhul Islam, Tahdzibut Tahdzib, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon,
Cetakan I, 1425 H / 2004 M.
21. Ibnu Katsir, Abul Fida`, Al-Hafidh, Ad-Dimasyqi, Tafsirul Qur`anil ’Adhim,
Darul Fikr, Beirut, Lebanon, Tanpa Nomor Cetakan, 1412 H / 1992 M.
22. Ibnu Mandhur, Al-Imam, Al-'Allamah, Lisanul ’Arab, Daru Ihya`it Turatsil
'Arabi, Beirut, Cetakan I, 1408 H / 1988 M.
23. Muslim, Abu Husain, Muslim bin Hajjaj bin Muslim, Al-Qusyairi, An-Naisaburi, Al-
Imam, Shahihu Muslim, Mu`assasatu ‘Izzid Din, Beirut, Lebanon, Cetakan I,
1407 H / 1987 M.

Anda mungkin juga menyukai