Anda di halaman 1dari 199

-I

,t

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama pada tahun anggaran 2004 ini dapat menghimpun dan menerbitkan "Buku Hisab Rukyat". Malaud dan tujuan penyusunan buku ini adalah untuk dijadikan sebagai bahan bacaan dalam rangka mengembangkan pemikiran
dan wawasan bagi para ahli hisab rukyat, pecinta hisab rukyat dan pegawai di lingkungan Peradilan Agama.

Buku ini memuat artikel-artikel yang pernah dipublikasikan dan diterbitkan di berbagai media, baik pada diklat maupun majalah, yang kami susun sesuai dengan temanya yaifu tentang Hisab Rukyat dan Permasalahannya, Teknologi Hisab Rukyat, Mekanisme penentuan awal bulan, Penetapan Awal bulan
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Penerbitan Buku Hisab Rukyat ini, dibebankan kepada DIK Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama tahun 2004. Kami mengharapkan saran dan masukkan dari para pembaca dan ahli hisab, guna penyempurnaan penerbitan Buku Hisab Rukyat dimasa yang akan datang

Direktur

effiaan

Peradilan Agama

Drs. H. /ahyu Widiana, M NIP. I50 183 424

SUSUNAN TIM PNNYUSUN BUKU HISAB RUKYAT DITJEN BIMAS ISLAM DAN PENYELENGGARAAN

HAJI
(Surat Keputusan No. 64 Tahun 2003 Dirjen BIPH)

Pengarah

2. Drs.

L H. Fauzie Amnur, Lc H. Wahyu Widiana, MA

Ketua

WakilKetua
Sekretaris

Drs. H. Farid Ismail, SH, MH Drs. Sriyatin Shadiq, SH, M.Ag Drs. H. Endra Jumhana, SH

Anggota

1. Drs.

Abdul Hamid Mayeli, SH

2. H. Banadji Aqil 3. Hj. Khadidjah AR, SH

4.H. ZainuddinZA
5. H.A. Rahman, S.Sos 6. Dwiana Sri Handayani 7. Nur Kazin, S,Ag 8. Sulaiman

Sekretariat

l. H. Suwardi
2. Rahman Kurniati

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Daftar Isi


BAB I HISAB RUKYAT DAN PERMASALAHANNYA

a. Hisab dan Rukyat permasalahannya di Indonesia


(Ditbinbapera

Islam)

............

b. Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia

c.

.....................17 (Drs. H. Taufiq, SH.MH) Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia (Drs.H. Wahyu Widiana, MA)................................ 25

d. Penetapan Awal bulan Qomariyah menurut


Islam dan permasalahannya (K.H. Ibrahim Hosen) ........31 e. Saadoedin Djambek : Profil Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia ................ 40 (Drs. Susiknan Azhari, MA) f. Seperempat Abad Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI (Drs. Susiknan Azhar| MA) ..................49

g. Perlu paradigma baru menuju Kalender Islam Internasional (Drs. Susiknan Azhari, MA) ............ 59
BAB II TEKONOLOGI HISAB RUKYAT
a.

Teknologi untuk pelaksanaan Rukyat ........ 77 (S. Farid Ruskanda) b. Teknologi Rukyat awal Bulan Ramadhan dan Syawal ...... 84 secara obyektif (Zalbawi Soejoeti) c. Rukyat untuk penentuan Awal dan Akhir Ramadhan menurut pandangan syaria'at dan sorotan IPTEK (K.H. Ma'rufAmin) ............94 d. Peran Astronomi dalam penentuan awal Bulan Hijriah ............. 102 (Purwanto dan D.N. Dawansa) Memburu gerhana Matahari Cincin (Laporan) Drs. H.A. Baidhowi, Kasi Hisap dan Rukyat ...... ll7 (Ditbinbaperais)...........

BAB III MEKANISME PENENTUAN AWAL BULAN


Syawal(Drs. H. Taufiq, SH, MH) ............... l2l b. Mekanisme Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Djulhijjah di Indonesia (H. Hasbullah Mursyid .............. t}g c. Tinjauan Hukum Islam Terhadap penetapan awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Djiulhijjah (K.H. Ibrahim Hosen) ............... 136 d. Catatan perhitungan posisi dan pengamatan Hilal dalam penentuan kriteria penampakan Hilal (Moedji Raharto) ....147 e. Keputusan session kedelapan komite penyatuan kalender Hijriyah penentuan awal bulan eomariyah dan hari-hari Besar Islam di Jeddah Kerajaan Saudi Arabia pada tenggang waktu lg_20 Rajab l4lg hl7_g November 1998 ........... ............. 170

a. Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan

dan

f. Beberapa faktor yang menyebabkan


laporan Rukyat

ditolaknya
.......... l7g

(Drs. H. Wahyu Widiana, MA)

.........

BAB ry PENETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN SYAWAL DAN DJULHIJJAH

a.
b.

I Syawal (Drs. H. Wahyu Widiana,


Penetapan tanggal

Tinjauan data
Hisap

MA)..........

l4l4

Hbeberapa kemungkinan .......... 190

Syawal 1414 H.dengan acuan hasil

(Darsa Sukartadiredja)
c,

...............

Kemungkinan penampakan Hilal untuk penentuan awal Ramadhan dan Syawal l4l4 H Aspek Fisik dalam pelaksanaan Rukyat di Daerah Jakarta dan sekitarnya pada awal Bulan Syawal l4l4 Hijriyah
(Hendar Gunawan, Tajan, Edy Sukanto) ............... ..........222

.................. 205

(Djoni N. Dawanas )

. .. ...

.....................213

d.

BAB

HISAB RUKYAT DAN PERMASALAHANNYA

7
HISAB DAI{ RUICIAT : PERMASALAHAITNYA DI INDONESIA
Ditbinbapera Islam Pendahuluan

Kita sering mengalami adanya perbedaan dalam memulai


dan mengakhiri puasa Ramadhan serta perbedaan berhari Raya Qur'ban. Perbedaan ini baik di kalangan umat Islam Indonesia maupun antar umat Islam Indonesia dengan umat Islam di luar negeri, seperti Malaysia atau Saudi Arabia. Perbedaan ini tidak jarang menimbulkan keresahan , bahkan lebih dari itu kadangkadang menimbulkan adanya pertentangan fisik di kalangan

umat Islam. Sudah barang tentu perbedaan seperti ini


merugikan persatuan dan ukhuwah umat Islam. Mengapa perbedaan-perbedaan itu sering berulang?. Dan apakah ia ditimbulkan oleh perbedaan antara hisab dan rukyat. Sejauhmanakah usaha ulama dan umara Indonesia mengatasi masalah ini?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kita perlu melihat permasalahan hisab dan rukyat di Indonesia, langkahJangkah Departemen Agama dalam menetapkan awal-

awal bulan Qomariah, kerjasama antar instansi terkait


kerj asama Internasional.

dan

Permasalahan Hisab dan Rukyat di Indonesia

Dapat diduga bahwa pelaksanaan hisab dan rulcyat sudah dimulai sejak masuknya Islam ke tanah air. Hal ini terlihat dari adanya kewajiban berpuasa Ramadhan dan berhari raya Idul Fitri yang didasarkan pada usaha melihat hilal diakhir bulan sya'ban dan akhir bulan Ramadhan. Usaha melihat hilal, yang kemudian dikenal dengan rukyat, dilakukan pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan sya'ban dan 29 bulan Ramadhan. Jika hilal berhasil dilihat, maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan berikubrya, namun jika hilal tidak berhasil dirukyat maka umur bulan sedang berlangsung digenapkan menjadi 30 hari. Semula, pelaksanaan rukyat sangatlah sederhana. Pada
tanggal 29 syaban atau Ramadhan saat matahari terbenam, umat

gunung-gunung 1t1u-telnPa! lslam mendatangi pantai pantai dan diatas ufuk sebelah barat hilal iniut

il;;i ;it*"

tanDa mengetahui posisi

-"tihut

namun tertuju #rid"#;il tia* Lrt"iu pada posisi tertenru, ke titik Barat' melihat Ada vang ;il;;illung betueda-ueda' awal bulan Hilal utara' ke selatan atau ily.tg [e aiat agak 'tidak yang langit dengan kontras

hilal itu sendiri' Bahkan' arah

V"rg "t?"ft tipis, i""iitut belakanginya

begitu

dan cepat terbenam setelah terbenamnya dilihat dengan mata matahari, sehingga sangat sulit untuk bias tidak tertuju pada ditanib-ah tagiarah pandangan yang

;i;il, posisi hilal dimana ia berada' ' ietelah umat Islam mengenal llmu falak' serta bisa

pelaksanaan rukyat secara memperhitungkan posisi hilal, maka ;igalami perkembangan' Kini p"l"k'1i11 suoan namun iiOut tugi didasarkan pada perkiraan semata' ahli hisab' para p,,ttituttgutt-perhitungan

;;;ilp

TY:

Jraururf.it pada

berapa derajat ;;;;*;g*-perhitungan iune' menyatakan matahari' posisi jauhyl dari i"ii"ggl"" hijal diata! ufuh be-rapa matahari setelah il"i"p-J i.*"t"t ia berada di'atas ufuk

;;;;;*

berapa besarkah bagian hilal vang dapat.dilihat' lainnya' *."gn"a"p kearah manakah hilal tersebut dan data rukyat' r"tg".i -"i"Uantu keberhasilan pelaksanaSn pengetahuan dan ilmu kemajuan Sejalan dengan pesatnya pun sangat ,.t"oiogl, maki kemaiuun Iltnu Hisa! dan Rukyat perkembangan dengan pula ;;;"i, P"eikembangan ini dibarengi dasar yang dijadikan pedoman i"*itit"" ,"ntani keabsahan Semula halya dalam menentukan awal-awal bulan Qomariyah' awal dan ;d"h yang dijadikan dasar penetapan l-:lam uryl -afhir dikalangan Ramadhan. Akan tetapi kemudia' dapat-dij.adikan hisabpun i"t[.*U""g pula pendapat bahrva tersebut' Perbedaan dasar dalam penetapar ibadah pua-sa menimbulkan perbedaan dalam penetapan ;il"d; ini jelasutti' Ramadhan' yaitu dalam posisi i;h"y; awal ian diatasuutun ufuk namun tidak berhasil dirukyat. berada irii"i-rra"n 'g"gi lelkutnv.a t"l"t pok yang berpegang pada rukyat' bulan bagi kelompok sedangkan. iitili"t'. aJ"g"o ;il"t;pun ;;; harus ditetapkan yang berpeg"r,g puJuiisab, bulan berikutnya tidak berhasil tersebut hilal berdasarkan p"rt it,,,gat', walaupun

dilihat. Lebihjauh dari itu, ada pihak yang beranggapan dengan tidaknya pelaksanaan rukyat, awal bulan baru dapat ditetapkan dengan hasil perhitungan hisab. Perbedaan jatuhnya awal dan akhir Ramadhan tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan antara kelompok hisab dan kelompok rukyatsaja, melainkan sering pula terjadi disebabkan adanya perbedaan intern kalangan yang berpegang pada rukyat dan perbedaan intern kalangan yang berpegang pada hisab. Perbedaan intern kalangan yang berpegang pada rukyat antara lain disebabkan dua hal. Pertanxat karena adanya perbedaan tentang mathla'. Ada vans berpendaoat bahwa hasil rukyat disuatu tempat berlaku untuk seluruh dunia,_ sebab hadist Nabi :"Berpuasalah kamu jika melihat hi1a1..." adalah ditujukan untuk seluruh umat Islam didunia, tidak dibedakan oleh perbedaan geografis dan batas-batas daerah kekuasaan. Konsekuensinya, jika rukyat berhasil disuatu tempat, maka hasil rukyat tersebut berlaku untuk seluruh dunia. Pendapat ini dipegang Komisi Penyatuan Kalender Internasional. Disamping itu ada pula yang berpendapat bahwa hasil rukyat suatu tempat hanya berlaku bagi suatu daerah kekuasaan hakim yang mengitsbatkan hasil rukyat tersebut. Pendapat ini berlaku di Indonesia. Pendapat lainnya mengatakan bahwa hasil rukyat disuatu tempat hanya berlaku untuk daerah-daerah dimana posisi hilal memungkinkan dirukyat. Kedua, karena berbedanya penilaian terhadap keabsahan hasil rukyat. Ini dapat disebabka karena diragukannya"adalah" (keadilan) orang yang berhasil melihat hilal atau karena diragukannya kemungkinan hilal bisa dirukyat. Diantara contoh kongkret dari adanya perbedaan ini terlihat pada kasus penetapan awal Syawal 1410 H. Menteri Agama dengan Surat Keputusan nomor 6211990 tanggal25 April 1990 menetapkan bahwa 1 Syawal 1410 H. jatuh pada hari Kamis, tanggal 26 April 1990, berdasarkan hisab dan rukyat. Hasil rukyat yang dijadikan dasar penetapan tersebut adalah hasil rukyat yang diselenggarakan di Gresik Jawa Timur dan Cakung Jakarta Timur. Dari Gresik, Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya melaporkan bahwa 3 orang dari Tim Rukyat Nahdathul Ulama

hasil perhitungan hisab, sebab berhasil ztau

7
Jawa Timur melihat hilal dengan ketinggian sekitar 2 detajal, sama halnya dengan apayangdilaporkan oleh Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur yang menyatakan bahwa 2 orang guru Agama dan seorang pegawai swasta telah melihat hilal dengan

pada tahun-tahun kabisah. Sistem perhitungan

kalender

kelinggian

A.mpel yang juga anggota Badan Hisab Rukyat Jawa Timur dan diperkuat oleh laporan Pengadilan Agama kudus Jawa Tengah, diiolak oleh sekelompok umat Islam yang menyelenggarakan shalat Idul Fitri pada hari Jum'at,27 Aprll1990 dibanyak mesjid di Kudus Jawa Tengah' rAlasan penolakan tersebut adalah bahwa hasil rulryat yangdijadikan dasar penetapan SK Menteri

derajat. Penetapan Menteri Agama ini, sebagaimanayang dilaporkan oleh seorang dosen IAIN Sunan

Agama tidak sah karena tidak sesuai dengan perhitungan' Menurut perhitungan mereka, posisi hilal awal Syawal tersebut masih tidak mungkin dirukyat, baik di Cakung apalagi di Surabaya. Keadaan seperti ini sering pula terjadi dalam skala internasional, dimana hasil rukyat yang dinyatakan oleh Saudi Arabia ditolak oleh negara-negara anggota Komisi Penyatuan Kalender Hijriah Internasional. Sebagaimana halnya di kalangan ahli rukyat, dikalangan ahli hisabpun sering pula terdapat ketidaksepakatan karena adanya perbedaan Sistem yang dijadikan pedoman oleh tiaptiap kelompok. Sistem hisab yang berkembang di Indonesia pada garis Lesamya ada dua macam, yaitu Hisab 'Urfi dan Hisab Hakiki. Hisab'Urfi adalah Sistem perhitungan penetapan bulanbulan Qomariyah yang didasarkan pada waktu rala'rata peredaran bulan. Sistem ini dalam prakteknya tidak lagi
memperhatikan posisi bulan, melainkan hanya mempergunakan cata-cara tertentu yang sudah beraturan secara permanen, tidak

itu, dalam pralfeknya, awal bulan Qomariyah ditetapkan berdasarkan rjtima yang terjadi sebelum matahari terbenam,atau sebelum tengah malam, atau sebelum terbit fajar, sesuai dengan perbedaan pandangan tentang kapan dimulainya hari. Menurut sistem hisab posisi hilal, awal bulan tidak cukup hanya didasarkanpada ijtima, melainkan harus pula diperhatikan
posisi hilal diatas ufuk saat matahari terbenam,
setelah

Asopon,Aboge atau system lainnya yang ditentukan beraturan dan tidak memperhitungkan posisi bulan dapat dikategorikan kedalam system hisab 'Urfi. Tidak seperti hisab 'Urfi, hisab hakiki menentukan awalawal bulan Qomariyah dengan mendasarkan pada posisi bulan, baik yang dikaitkan dengan bidang ekliptika pada bola langit atau dengan bidang horizon pada permukaan bumi. Sistem ini terbagi dua, yaitu sistem ijtima, pada hakikatnya bulan Qomariyah dimulai sejak terjadinya ijtima, yaitu saat dimana matahari dan bulan menempati posisi yang sama pada ekliptika. Dikalangan ahli hisab dikenal istilah "ijtima'un nayyirain itsbatuh bainasy syahrain" yang sesuai dengan ketentuan dalam Astronomi bahwa konjungsi merupakan batas antara dua lunar month. Oleh karena ijtima itu hanya terjadi satu kali dalam sebulan dan tidak ada hubungannya dengan tempat-tempat dimuka bumi,maka saat ijtima akan dialami secara berlainan menurut perhitungan waktu setempat-. Ijtima bisa terjadi pada pagi hari disuatu tempat, yang dalam waktu bersamaan saat itu sedang siang hari atau malam hari ditempat lain. Oleh karena

ubahnya seperti system kalender Masehi. Sistem ini menetapkan bahwa umur satu tahun Qomariyah adalah 35411130 hari, sehingga satu siklus qomariyah ditentukan 30 tahun. Sebelas kali dalam satu siklus ditetapkan sebagai tahun Kabisah yang berumur 355 hari, sedangkan sisanya adalah
tahun biasa yang berumur 354 hari' Tahun Kabisah terjadi pada

tahun-tahun 2,5,7,10,13,15,18,21,24,26 dan 29. Setiap bulan ganjil ditetapkan berumur 30 hari, sedangkan bulan genap 29 hari, kecuali bulan yang ke 12 (Dzulhrljah) berumur 30 hari

terjadinya ijtima. Kelompok yang berpegang pada Sistem ini terbagi kedalam tiga bagian. Pertama, kelompok yang berpedoman pada ufuk hakiki,yaitu ufuk yang berjarak 90 derajat dari titik Zenith. Kedua, kelompok yang berpedoman pada ufuk Mar'i, yaitu ufuk yang terlihat oleh mata telanjang. Perbedaan ufuk hakiki dengan ufuk mar'i adalah bahwa ufuk hakiki sama sekali tidak memperhitungkan refraksi dan tinggi tempat observer. Ketiga, adalah kelompok yang berpedoman pada imkanumrkyat. Kelompok ini berpendapat, bahwa sekalipun posisi hilal sudah wujud diatas ufuk hakiki atau mar'i,awal bulan Qomariyah masih tetap belum dapat

dteepbn bourll rprbllr hlhl rudnh

mencapai posisi yang dillhrt' drPrt mffisut PrnPlrmrn Untuh rmrenpkrn kondili yang mcmungkinkan hilal dapat dlllfut, Frn rhlt nongcmukakan kriteria yang berbeda, antara

5.

dilihat. Metoda ini dipegang oleh Konfrensi penyatuan Kalender Hijriyah Intemasional. Dengan menghitung ketinggian hilal sesudah ghurub matahari tanpa melihat kondisi lainnya. para ahli mensyaratkan ketinggian yang erbeda-beda, ada yang menetapkan harus 5,6,7 derapat dan sebagainya.
Menurut pengalaman yang dilaporkan pada Departemen Agama, ketinggian hilal yang hanya 2 derajatpun sudah

lrln

l,
2.

Dengan menghitung umur bulan, yaitu menghitung tenggang waktu antara ijtima dengan waktu terbenam matahari sesudahnya. Apabila umur bulan tersebut 22 J 2 jam, maka hilal mungkin dilihat. Dengan menghitung selisih waktu antara terbenam matahari dengan terbenam bulan. Apabila selisih tersebut sebagaimana tercantum pada table dibawah ini, maka hilal kemungkinan besar dapat dilihat. Pada lintang Selisih waktu

3.

0o 30o 40o 50o

41

46* 49*
55

lmenit
2menit 4menit
10 menit

pernah terlihat, seperti pada awal Syawal 1410 H, walaupun para ahli astronomi masih meragukannya Dilihat dari banyaknya sistem dalam ilmu hisab dan permasalahan dalam pelaksanaan rukyat, maka pantaslah jika sering timbul perbedaan dalam penetapan awal dan akhir puasa Ramadhan. Hal ini akan menjadi lebih parah lagi jika setiap kelompok yang berpegang pada sistem dan pendapatnya sendiii mengumumkan sendiri-sendiri hasil penetapannya tanpa koordinasi, baik dengan kelompok lainnya atau dengan Departemen Agama. Data Hisab Awal Ramadhan

Dengan menghitung selisih azimuth bulan dan matahari serta tinggi hilal. Apabila dipenuhi kondisi seperti

tercantum dalam table dibawal


kemungkinan besar daPat dilihat.

ini,

l4ll

IVf 99l M

maka hilal

Selisih Azimuth
0 0 5 10 15

Ketinoqian Hilal menurut Maunder Forherinqham


0 0
11

lndia Eph
0
10 10

12
11

10.5

11,4
11

9,5

9,3

20 23
4.

10

6,2

7,7

Dengan menghitung jarak bulan dengan matahari serta tinggi hilal. Apabila jarak tersebut 8 derajat dan tinggi hilal Sderajat maka hilal kemungkinan besar dapat

Ada hal yang menarik untuk diperhatikan dari data hisab awal Ramadhan 141I H. Semua sumber data seperti Almanak Nautika, sistem New Comb, sistem Sullamun Nayyirain, Fathur Raufil Manan, Qowaidul Falakiyah dan Hisab Hakiki, dan juga almanak-almanak yang biasa memuat data hisab rukyat seperti Almanak Nahdhatul Ulama, Almanak Muhammadiyah dan Mansuriyah, menyebutkan bahwa ijtima menjelang awal bulan Ramadhan l4l lH. terjadi pada hari Sabtu tanggal 16 Maret 1991. Sumber-sumber dati tersebut bervariasi dalam mengemukakan 'Jam', saat terjadinya ijtima, yaitu antara jam 12.47, yang tercantum dalam kalender mansuriyah, dan jam I5.ZZ WIF., seperti dikemukakan oleh Kalender Muhammaiyah. Almanak Nautika sendiri, yang merupakan sumber yang dianggap paling mu'tamad oleh kalangan ahli hisab di Indonesia, menyebutkan ijtima tersebut terjadi pada jam 15.10 WIB.

BleaenVe flLB attinla terludi sebelum matahari terbenam, po:lai hilnl pndE rant rnntuhari terbenam tersebut sudah berada dtetsr ufuk. S.istem.sistem perhitungan seperti Sullamun

Gambar 1 : Garis batas Tanggal Satu Bulan Ramadhan l41l Hijriyah.

Neyytrairr clan F'athur Roufil Manan bahkan selalu nrenghlsilkan tinggi hilal yang positif diatas ufuk, dalam situasi
dimana ijtima terjadi sebelum matahari terbenam. Sistemsistem ini menentukan tinggi hilal dengan mencari selisih antara saat terbenam matahari dengan saat ijtima dalam satuan jam
kemudian dibagi dua. Hasil yang diperoleh dalam satuan derajat

merupakan tinggi hilal saat matahari terbenam. Akibatnya menurut sistem-sistem ini, ijtima qoblal ghurub akan selalu menghasilkan tinggi hilal yang positif diatas ufuk. Sistem perhitungan Sallamun Nayyirain ini dijadikan pedoman dalam penyusunan Kalender Mansuriyah. Sebetulnya irtifaul hilal yang dikemukakan oleh Sistem Sullamun Nayyirain dan Fathur Roufil Manan hanyalah merupakan perkiraan semata. Jika kita hitung dengan mempergunakan sistem Spherical Trigonometry, kesimpulan yang diperoleh akan menyatakan bahwa posisi hilal pada saat

Daerah-daerah

yang terlalui Garis Batas adalah daerah

yang

matahari terbenam setelah terjadi ijtima tidak

selalu

mengalamiterbenam bulam dan matahari dalam waktu yang bersamaan. Untuk daerah-daerah sebelah barat garis, pada saat matahari terbenam, hilal sudah di atas ufuk; sedangkan daerah-daerah sebelah timumya, hilal masih dibawah ufuk. Nama hari dan tanggal pada peta menunjukkan jatuhnya tanggal satu bulan Ramadhan 141 I H untuk daerah bersangkutan.

ijtima terjadi pada jam 8.10 GMT bertepatan dengan jam 15.10 WIB, 16.10 WITA atau 17.10 WIT. Kasus ini membuktikan bahwa ijtima qoblal ghurub tidak harus menghasilkan posisi
hilal positif di atas ufuk. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tanggal I Ramadhan di Indonesia jatuh pada hari Senin, tanggal l8 Maret 1991, dengan menggenapkan umur bulan Sya'ban 30 hari karena pada hari Sabtu tanggal 16 Maret, hilal masih dibawah ufuk antara - % derajat sampai -2 % derajat. Kesimpulan ini bisa,berbeda dengan kesimpulan kelompok yang mendasarkan jatuhnya tanggal satu bulan Qomariyah pada ijtima qablal ghurub. Kelompok ini akan menetapkan bahwa tanggal I Ramadhan 1411 h jatuh pada hari Ahad tanggal l7 Maret 1991, seperti yang dianut oleh Kalender Chairiyah Mansuriyah.

menunjukkan positif diatas ufuk. Pada gambar 1 terlihat bahwa ketinggian hilal di Indonesia adalah antara - % derajat sampai sekitar - 2 % derajat, padahal

Sikap dan Langkah Departemen Agama


Sesuai dengan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, pemerintah Indonesia berusaha memberikan bimbingan dan petunjuk agar

tiap penduduk bebas memeluk agama masing-masing dan


beribadat menurut agama dan kepercayaan itu. Demikian pula kaitannya dengan penentuan masa Ramadhan dan 2 hari raya. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama, menghormati semua pendapat yang berkembang dikalangan umat Islam

berkenaan dengan masalah hisab dan rukyat. Departemen Agama memandang hisab dan rulcyat adalah alat untuk menetapkan awal-awal bulan Qomariyah. Kedua alat tersebut dalam pelaksanaannya sama-sama mempunyai keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu hisab dan rukyat jika dipergunakan secara berdampingan,teliti dan benar akan mendapatkan hasil yang positif. Keduanya akan saling menguatkan dan menutupi kelemahan satu sama lain. Oleh karena itu Departemen Agama

bertugas memberi saran kepada Menteri Agama dalam penentuan awal-awal bulan Qomariyah, terutama bulan-

bulan yang ada kaitannya dengan ibadah. Badan ini

3.

bersidang setiap menjelang tibanya awal Ramadhan dan Syawal atau menurut kebutuhan. Menyelenggarakan musyawarah-musyawarah insidental yang dihadiri oleh peserta yang lebih luas dari anggota Badan Hisab Rulqyat untuk membahas masalah yang

mungkin timbul, seperti tahun

l97l tentang Idul Fitri tentang gerhana dan 1983 tahun Adha, dan trdul

4.
5.

kaitannya dengan awal Ramadhan, tahun 1987 tentang Idul Adha dan kaitannya dengan sidang Konfrensi Penyatuan Kalender Hijriyah Internasional' Melakukan Koordinasi dengan MUI, terutama dalam

lrisis. Dalam hal penyusunan kalender hrjriah, Departemen Agama menentukan sepenuhnya berdasarkan hisab posisi hilal di atas ufuk. Kalender ini tidak berlaku
situasi

6.

untuk bulan Ramadhan dan Syawal. Khusus untuk menetapkan Ramadhan

melaksanakan rukyat, hisab. Jika hilal tidak data mempergunakan disamping hisab sepakat bahwa para ahli berhasil dilihat, sedang hilal sudah imkan rukyat maka awal bulan ditetapkan Departemen Agama
berdasarkan imkan rukyat tersebut, sesuai dengan fatwa MUI o.kep./z7 6I}/rUI|VIV 1 98 L sebaliknya, apabila ahli hisab menyatakan bawah hilal masih dibawah ufuk, lalu ada orang melapor melihat hilal maka pengakuannya

juga

dan

Syawal,

tidak diterima.
1

Untuk menentukan awal Ramadhan dan

Syawal

dilakukan sidang itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama dan dihadiri oleh anggota Badan Hisab dan Rulryat serta sejumlah tamu yang diantaranya adalah utusan dari Kedutaan Besar negara lain. Sidang ini diselenggarakan setelah matahari terbenam pada tanggal 29, setelah menerima laporan hasil rukyat dari
Pengadilan Agama seluruh lndonesia.

7
8.

Dalam penetapan awal Dzulhijjah, Departemen Agama menetapkan berdasarkan hisab menurut keadaan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan keputusan Munas Hisab Rukyat tahun 1977 dan 1987. dalam prakteknya, Departemen Agama selalu memperhatikan dan sesuai dengan hasil sidang Komisi Penyatuan Kalender

Kerja Sama Internasional


Dalam rangka koor.dinasi dengan luar negeri, pemerintah lndonesia telah melakukan kegiatan-kegiatan yang antara lain adalah: 1. Tukar menukar data hisab rulryat. 2. Menyelenggarakan musyawarah antara negara-negara Malaysia, Singapura dan Indonesia pada tahun 1974, di Jakarta, dan dilanjutkan tahun 199011991. 3. aktif mengikuti sidang Komisi Penyatuan Kalender Hijriyah Internasional yang sudah dilakukan sebanyak 7 kali. Komisi ini beranggotakan 10 negara, yaitu Indonesia, Saudi Arabia, Turki, Mesir, Aljazair, Tunis,

Hijriyah Intemasional seperti terlihat pada


dibawah ini
:

tabel

TABEL PENETAPAN IDUL ADHA 1974-1990


Berdasarkan Komisi Penyatuan Kalender Hijriyah lnternasional

Tahun 1974 975 1976


1977
'1978

Di SaudiArabia

Di lndonesia

Selasa, 24 Desember 24 Desember Jum'at, 12 Desember 13 Desember

979 1 980
1 1

981

1982 1 983
1 1 1

984

985

986 1987 988 990

'1989
1

2 Desember Rabu,1 Desember \had,20 Nopember 21 Nopember Jum'at 10 Nopember 10 Nopember 31 Oktober Rabu, 31 Oktober 19 Oktober rhad, 19 Oktober B Oktober (amis,8 Oktober Senin, 27 September 27 September Sabtu, 17 september 17 September 6 September Rabu, 5 September 26 Agustus Senin, 26 Agustus 16 Agustus Jum'at, 15 Agustus Agustus 5 Selasa,4 Agustus 24 Juli \had, 24 Juli (amis, 13 Juli 13 Juli 3 Juli Senin, 2 Juli

ini dibentuk oleh konfrensi Penyatuan Kalender di Turki pada tahun 1978, yang dihadiri 19 negara dan 3 organisasi Islam Internasional, termasuk Rabithah Alam Islami. Komisi ini bertugas menyusun kalender hryriyah

Qatar, Bangladesh,

kak dan Kuwait. Komisi

secara Internasional.

31 Oktober 19 Oktober 8 Oktober 27 September 17 September 6 September 26 Agustus 16 Agustus 5 Agustus 24 Juli 13 Juli 3 Juli

Diantara yang menarik dari sidang komisi ini adalah bahwa hasil penetapannya hampir selalu sama dengan hasil penetapan di Indonesia walaupun laiterianya sedikit berbeda. Ha1 ini bukanlah merupakan kebetulan, sebab ketinggian hilal 5 derajat

sebagai

kriteria yang ditetapkan oleh Konfrensi

akan

mendapatkan hasil yang sama dengan ketinggian hilal sekitar 1 atau 2 drajat yang terjadi di Indonesia. Keadaan seperti ini drmungkinkan karena Indonesia merupakan negara paling timur diantara negara-negara yangpenduduknya mayoritas Islam. Lain halnya dengan Indonesia, Saudi Arabra sering kali menetapkan awal bulan Dzulhijjah berlainan dengan Sidang Komisi, walaupun Saudi selalu hadir dan menandatangani hasil keputusan sidang tersebut. Perbedaan ini terjadi antara lain pada tahun-tahun 1982,7984, 1986, 1987 dan 1990. Saudi selalu

Catatan

Tahun-tahun yang dicetak tebal memperlihatkan perbedaan

penetapan Saudi Arabiadan Indonesia.

menyatakan bahwa penetapan tersebut adalah berdasarkan rukyat, namun pemyataan ini ditolak oleh anggota Sidang Komisi sebab menurut perhitungan, hilal tersebut masih belum imkan rukyat, bahkan masih dibawah ufuk. Sebagai contoh, kita lihat data astronomi untuk awal bulan Dzulhijjah l4l0 H:

t2

l3

l. 2. 3.

Ijtima terjadi padahari Jumat, 22 Juri 1990, jarn 18.55 GMT atau j am2l.55 waktu Saudi Arabia. Ghurub matahari di Mekah'anggalZ2lunu 1990 adalah jam 19.05 waktu standar Saudi Arabia. Saat Mulai Hilal dapat dirukyat menurut kriteria Konferensi Penyatuan Kalender Hijriyah adalah hari Sabtu,23 Juni, jam 8.05 GMT atau jam 11.05 waktu
Saudi Arabia.

Untuk daerah-daerah sebelah barat garis, hilal sudah di atas ufuk pada saat matahari terbenam; sebelah timumya masih dibawah ufirk. Nama hari dan tanggal pada peta menunjukkan jatuhnya tanggal satu bulan Dzulhijjah bagi
daerah bersangkutan.

Penutup

Dari data diatas terlihat bahwa pada saat matahari terbenam hari jum'at,22 Juni 1990 di Mekah Hilal masih
dibawah ufuk, sebab ijtima akhir Dzulqa'dah terjadi hampir 3 jam setelah terbenam matahari. Pada gambar 2, jelas terlihat bahwa SaudiArabia masih berada pada wilayah sebelah timur
Garis Batas Tanggal bersama lndonesia. Pada tanggalLL Jrni, Hilal masih dibawah ufirk. Konsekwensinya, penetapan awal

Melihat permasalahan hisab rulcyat seperti diatas, maka


dapat dikemukakan sebagai berikut:

l.

Perbedaan-perbedaan yang

timbul karena berbedanya

Dzulhijjah mesti jatuh pada tanggal 24 Juni, dan hari wukuf jahrh pada tanggal 2 JuLi. Namun kenyataannya Saudi Arabia menetapkan awal Dzulhijjah jatuh pada tanggal23 Juni dan wukuf jatuh pada tanggal 1 Juli 1990. Keadaan seperti ini sering terjadi, dan Anggota-anggota Sidang Komisi sering melakukan protes keras terhadap keputusan Saudi Arabia.
Gambar 2 Garis batas tanggal satu bulan Dzulhijjah 1410 H.

dihilangkan. Namun demikian kaidah fiqhiyyah telah memberikan j alan keluar untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan itu. Kaidah tersebut berbunyi "Hukrnul hakim yarfa'ul lJrilaf'(keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan). Peran MUI dalam mengatasi masalah ini

pemahaman terhadap

dalil syar;i sulit

2.

sangat diharapkan.

perbedaan-perbedaan yang timbul karena perbedaan system perhitungan dan pengambilan data hisab rukyat dapat dihilangkan secara bertahap dengan pendekatan ilmiyah astronomis. Koordinasi yang baik antara Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dengan lembagalembaga falakiyah dari berbagai organisasi keagamaan dan lembaga astronomi yang ada sangatlah berarti untuk menghilangkan perbedaan tersebut.

3.

untuk mengatasi keresahan di kalangan masyarakat yang timbul karena perbedaan penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, perlu dilakukan
koordinasi yang baik dalam memberi informasi kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat memahami adanya perbedaan tersebut dan hal-hal yang

menyebabkannya. Kesatuan dalam memulai dan mengakhiri puasa dan kesatuan dalam berhari raya merupakan dambaan umat Islam, namun jika kesatuan itu masih belum dapat dicapai, hendaknya semua pihak dapat menciptakan suasana rukun dalam perbedaan.

t4

l5

Bahan Bacaan
Abdul Jalil, Abu Hamdan Ibn Abdul Hamid, Fathur Roufil Manan, Menara
Kudus, Kudus, (t,th)

PERKEMBANGAN ILMU ITISAB DI INDONESIA


Drs. H. Taufiq, SH. MH Pendahuluan
Pada masa Islam berkembang di Jazirah Arab, ilmu hisab belum berkembang dikalangan masyarakat Islam. Oleh karena itu untuk menentukan awal bulan Qomariyyah dilakukan dengan rukyat hilal pada ak*rir bulan, atau menggenapkan umur bulan yang lalu menjadi tigapuluh hari. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat Arab pra Islam dan sabda Rasullah SAW mengenai penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Setelah Islam meluas dari Andalusia hingga Indus, maka berkembanglah ilmu hisab (astronomi). Ilmu nujum (astrologi), dan matematika disamping ilmu eksakta lainnya. Ilmu-ilmu tersebut dicangkok dari Yunani, Mesir dan India dan dikembangkan dengan melakukan percobaan dan observasi. Pada masa itu lahir astronomer-astronomer serta ahli-ahli matematika muslim seperti : Yaqub bin Thariq (767-778), Habash (740-780), Alkhawarizmi (930), Moses bin Maimon (731-861), Al-Battan

& Geofisika, Almanak 1990, Badan Meteorologi & Geofisika Jakarta 1989 -----------,Almanak 1991, Badan Meteorologi & Geofisika, Jakarta, 1990 Baker, Robeth H, Astronomy, D.Van Nostrand Company, Toronto, 1953 Dinas Oseanografi, TNI Angkatan Laut, Almanak Nautika 1990, Dinas Oseanografi TNI Angkatan Laut, Jakarta, 1990 Ditbinbanpera lslarn, Himpunan hasil sidang Komisi Penyatuan Kalender Hij riyah Internasional, Jakarta, I 987
Badan Meteorologi
Dokumen Hisab Rukyat, Jakarta Djambek, Saadoeddin, Hisab Awal Bulan,Tintamas, Jakarta, 1976.

Ilyas, Muhammad, Islamic Calender, Time

&

Qibla, Berita Publishing

SDN,BHD, Kuala Lumpur, 1984 Manshur, Muhammad, Sullamun Nayyirain, Borobudur, Batavi4 1925. As Sayuthil/ Asybah wan Nadhoir, Amin Abd. Majid Muhammad Didi,

Kairo, 1960.
Schroeder,W, Practical Astronomy W emer Laurie Lmt,London, I 956. Wardan, Muhammad, Hisab Urfi & Hakiki, Toko Siaran, Yogyakarta, 1957 Widiana, WahW, Ijtima sebagai pedoman dalam menentukan awal bulan qomariyah, Fakultas Syari'ah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1977

(850-929), Al-Afghani, Thabet bin Qurra (826-901), Abdurrahman Al Shufi (986), Al-Biruni (973-1048), Nasi A1din Al-Thusi (1258-1274) dan Ghiarh Al-di Al Kashani (abad

ke 15). Ilmu hisab yang berkembang pada masa-masa tersebut (abad pertengahan) didasarkan atas teori ptolomy atau teori geosentris atau homosentris. Menurut teori tersebut bumi ini tidak bergerak dan menjadi pusat alam. Sedang bintang-bintang, matahari, bulan dan benda-benda angkasa lainnya bergerak mengelilingi bumri. Sumber utama ilmu astronomi pada masa itu adalah buku Almagest (ditulis di Mesir). Di Indonesia berkembang ilmu hisab yang berasal dari abad pertengahan, kemudian disusul dengan ilmu hisab yang bersumber dari ilmu astronomi moderen dan akhirnya berkembang ilmu hisab yang bersumber dari ilmu astronomi serta ilmu matematika kontemporer. Maka ilmu hisab yang berkembang di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga
generasi
:

l6

t7

Ilmu hisab hakiki taqribi. Termasuk dalam generasi _ ini antara lull kitab Sullamu al_Nayyirlint J"r, Muhammad Manshur bin Abdut Hu.id;; M;r,u_mua Damiri al_Betawi dan kitab Fathu Al_Ruufil Manan oleh KH Dahlan SemaranEZ. Ilmu hisab h:Iifi tahqiqi."iermasuk dalam generasi ini antara lain Khulasshah af Wanyyaf;-"i"fr"zuf -kitab Zubaft, kitab Badi,atul Mitsal oleh KH.Ma,shum dan kitab Hisab Hakiki oleh KH. Wu.dun. 3. Ilmu Hisab Kontemporer.-'Termasuk dalam generasi ketiga ini antara lain buku_buku yang bersumber dari tabelibuku. New Comb, A_stronomical Almanac, . Nautical Almanac, Islamic Calender, Astronomical Formuly for Computer. Untuk mengetahui mlmahami dan dapat membandingkan masing-masing'mu-'mu hisab t";r;;; akan dibahas secara singkat rnurin dratas daram tulisan ini ","i.J",."T','f;ffi;:t digunakan L"rr-u* :ff.i"J#? kelengkapan juga akan dibuh; ;";;*;;;l;"i;i*""r,

Jdi,

Hisab Hakiki Taqribi

ff. Sirr.m ini disusun "geocentris. [o.i Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa"mln";;1;;;i;ri, bumi ini tetap serra merupakan
berdasarkan teori ptolomy, yuitu tunun

Hisab hakiki taqribi berdasarkan metoda dan tabel posisi matahari dan bulan yang disusun ol"l, Sutthan Ulugh Beuk Al -SOi Samarqandi yang wafat puau pusat iagat raya. Bintang_bi.rrung, matahari dan il;. (matahari bergerak

berpangkal pada waktu ijtima,(konjungsi) , . Hi.lb.ili ratatata. rnterval ijtima' rata'rata menurut sistemlni serama 2g hari 12 menit 44 detik. Waktu ini sesua, ;"*"; asfronomi moderen. Karena gerak matahari dan u"i"r ,ia"i"*tu, -uku waktu ijtima rata-rata sebenarnva bulan dan rnurutu.i'U"lum ijtima,, tetaoi diantara keduanya t.rd"p;l;;;; sebesar koreksi gerak T.ih. anomali bulan (ta'dil khashahant" gerak anomali matahari (ta,dil' Jif.r*ngi dengan koreksi ;;;; Koreksi markaz

mengelilingi bumi).

bulan bergerak mengeliiingi

sebesar l2 derajat tersebut adarah serisih rata-rata aitliu" tongrrud buran dan matahari, sebab kecepatan-bulan pad longitud rata_rata 13 Aelajal dan kecepatan matah.ll padi l,ongitud sebesar rata_tata satu derajat' Seharusnya irtifa"t"6"uui-rrurus dikoreksi ragi, dengan menghitune mathla,lul gh;rrb matahari dan bulan berdasarkan wasat Latahari dan ilurutiurun (wasat matahari ditambah

dengan dasar bulan meninggalkan matahari kearah sebenar 12 derajat setiap hari semalam..(duapuluh ernput":u^1. Dari sini jelas nampak tidak diperhitungkannya g..it'tu.iun bulan matahari. Hal ini dapat dimengertr ini berdasarkan teori ptonomy (teori geosentris). T@ Sebenr-yu-uur*

menjumtahmarkaziatahii d"rrgun gerak auj (titik equinox) dan dengan koreksi ;^i; yang telah dikoreksi tersebut (muqawwam). Lalu ;;; muq aw wam, di i ari r"'1r.. i: u" i li ayyam). Seterusnya dicari wakfu ""-ffi"h#t&Til,,,l9ll yung AiUuruhkan bulan untuk menempuh busur,satu derajat (hishsilatusaat). Terakhir dicari waktu ijtima, sebenarnya "y"i;; -;;;;an mengurangi wakru tersebui a."eun .;u'.ur.- _utuhu.l buin atiugt Meskipun meto_qj1, ser:a algoritma (urutan logika berpikir) perhitungan wakru ijtima, tersibut rrd;h ;;;;.;"r?r*, i"i#, koreksinya terralu- disederhanatun,-t"u hasilnya kurang akurat. Hal ini terbukri bahwa ;;;il; pengarangnya sendiri sekarang harus ditambah satu pada wakru gerhana matahari pada tanggal 11 Juni ,*;;; iggt, h^if perhitungan gerhana -r..J_. menurut metoda tersebut rneleset sekitar "*uPenyederhanaan sistem koreksi r"r."Ur, untuk menghitune gerhana _utut,uri terbukti, dan bahwa aun bulan koreksi khashshah harus di-koreksi lagi dengan dilebihi 45 menit. Irtifa' h'al dihitung derigan ti"-t"gi dua selisih waktu terbenam matahari dengan ;"kd;;,*"

kali lima menit. Kemirdian;;;-;"rat ya ta,dil markaz (togitud) matahari dengan cara

kemudian dikoreksi lagi dengan menambahn

"#

illili;#.l;ff

fi;r;-;;r, r)";^

mengapa hisab system"Ulugh Beyk disebut hisab hakiki tuqriUl, sebab hasilnva perlu

"irtifa" dengan pengertian tersebut. uan uralan tersebut diatas dapat dimengerti
dikoreksi rebih lanjut.

oi"t-i;#lir^'rrir"u"rrl";#;

l8

l9

rlapnt di.jndikan pedoman untuk menentukan imkanurrukyah bcrtlasnrkitn ketinggian hilal (altitude). Memane hasil hisab
tersehut dapat dipergunakan untuk menentukan imkanurrukyah rlerrgan syarat bahwa "irtifa" hilal minimal enam derajat sr:bagaimana ditentukan oleh sistem itu sendiri. Dengan demikian pengertian "irtifa" tersebut (setelah dikalikan lagi dua kali) sama dengan pengertian umur bulan sebagaimana ditentukan oleh ahli astronomi moderen. Hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan dari kata-kata penulisnya sendiri antara lai sebagai berikut: "Ini sedikit kira-kira. Hal ini diketahui dari gerak bulan pada

baru, teori-teori astronomi serta fisika moderen dan rumus-

orbitnya sehari semalam dengan ukuran jam


derajat"(halaman 8).

dan

Inti sistem hisab ini adalah menghitung atau menentukan posisi matahari, bulan dan titik simpul orbit bulan dengan orbit matahari dalam Sistem koordinat ekliptika. Kemudian menentukan kecepatan gerak matahari dan bulan pada orbitnya masing-masing. Akhimya mentranformasikan koordinat tersebut kedalam sistem koordinat horizon (ufuk mar-i). Untuk menghitung posisi bulan dan matahari pada system koordinat ekliptika, ditentukan lebih dahulu posisinya rata-rata pada akhir bulan ketika matahari terbenam. Kemudian posisi rata-rata tersebut dikoreksi hingga lima kali sebagai akibat
adanya gaya-gaya dalam Sistem matahari yang besarnya tergantung pada posisi bulan dan matahari serta satelitsatelitnya.

rumus matematika yang telah dikembangkan.

berhati-hati sebab

"Adapun batas minimal rulcyat hilal, maka para ulama berbeda pendapat dari segi "irtifa'nya", lamanya diatas ufuk, dan dari segi cuaca. Maka sebagian mereka berpendapat bahwa minimalnya sepertiga manzilah (13 derajat) atau 8 Zl3 derajat. Sebagian mereka menyatakan bahwa minimalnya tujuh derajat. Yang lain menyatakan bahwa minimalnya enam derajat. Maka dapat diketahui bahwa untuk rukyat tidak dapat ditentukan dari batas minimal "irtifa". Oleh karena itu apabila hakim hendak mengitsbatkan awal ramadhan dan Syawal, maka ia harus

Wallu ijtima' dihitung


terhadap matahari.

berdasarkan waktu terbenam

matahari dikurangi dengan selisih dibagi kecepatan gerak bulan

hilal itu banyak tumbuh

dengan

lingkungannya serta sering terjadi ilusi. Hal ini disebabkan jarak bulan itu sangat jauh serta ukurannya sangat kecil. Maka hakim wajib meneliti keadilannya, kecerdasan serta kekuatan ingatannya, dan tidak mencurigakan. Disamping itu hakim wajib meneliti kesaksiannya dari segi ilmu hisab, dari segi imkanur dgrat." Hisab Hakiki Tahkiki
Sistem hisab ini dicangkok dari kitab al-Mathla'us Sa'id bi Rishdil Jadid yang dicangkok dari sistem astronomi serta matematika moderen. sistem astronomi moderen sebenarnya berasal dari sistem hisab astronomer Muslim yang telah dikembangkan oleh astronomer moderen berdasarkan penelitian

Untuk menghitung tinggi hilal diatas ufuk mar'i pertama-tama koordinat matahari dan bulan ditransformasikan ke dalam koordinat horison dengan menggunakan rumus-mmus segitiga bola, tetapi belum disederhanakan. Kelemahan sistem ini ialah terletak pada penggunaan sudut orbit bulan matahari yang tidak berubah yang menurut penelitian selalu berubah secara berkala. Demikian halnya sudut ekliptika-equator langit. Disamping itu paralak (ikhtilaful mandhar) dan refraksi dihitung tetap, sedang menurut penelitian
selalu berubah.

Untuk melakukan perhitungan tersebut kitab Badi'atul Mitsal menggunakan rubu' mujayyab. Sedangkan Khulashah
Wafiyyah dan kitab hisab Hakiki menggunakan daftar logaritma dan daftar goneometri. Hisab Hakiki kontemporer
Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika yang telah dikembangkan. Metodanya sama dengan metoda hisab hakiki tahkiki hanya

20

21

lroreksuryu lcbih teliti dan kompleks sesuai dengan Itenu;uan sain dan teknologi. Rumus-rumusnya lebih rliaedel'luurukan sehingga untuk menghitungnya dapat
rlrgurrukan calculator atau personal Computer. Koreksi bulan dilakukan hingga seratus kali. Namun untuk menghitungnya tidak terlalu sulit sebab dapat dilakukan dengan calculator dan
computer.

:ntetl

penelitian tersebut. Mereka lebih banyak

melakukan

Berikut akan disajikan tabel imkanur rukyat


pengalaman para pakar

perhitungan diatas kertas. Sementara itu hasil rukyat yang selama ini berhasil belum banyak dilakukan. Penelitian dan kajian perlu dilakukan, sebab hasil rukyat yang selama ini berhasil, tidak semuanya dilakukan oleh seorang profesional.
menurut

hilal dan matahari dalam sistem koordinat ekliptika, ekuatorial cukup sederhana. Hal ini dapat dilihat dari rumus-rumus berikut
:

Rumus-rumus yang dipergunakan untuk menghitung posisi

l.

Menurut kesepakatan ahli hisab Indonesia kriteria batas imkanur rukyat di Indonesia adalah tinggi hilal hakiki
sebesar 3 derajat diatas ufuk. Menurut kesepakatan ahli hisab Konperensi Kalender Islam Internasional batas imkanur rukyat adalah tinggi hilal 5 derajat diatas ufuk dan jarak matahari-bulan sebesar 8

Matahari

2.

a: A TAN (COS E*TAN L) d: A SIN (SIN E*SIN L) t: A COS (+TANp*TAN d-SIN h/COS d/COS p)

derajat. Rukyat berlaku untuk seluruh wilayah negara-

Hisab kontemporer dalam perhitungan

d: A SIN (SIN B*COS E+ 6953*SIN E*SIN L) a: A COS (COS B*COS E/CODd) h: A SIN (SIN p*SIN d + COS p*COS d*COS 0
menggunakan

bulan

3.

negara Islam.

Menurut Islamic Calender berlaku lriteria berikut

-intang
:empat

perbedaan minimum waktu terbenam matahari dengan terbenam hilal

<eterangar

komputer dan kalkulator. Rumus-rumus untuk mencari posisi matahari dan bulan dapat diprogram, sehingga hasil perhitungan dapat diperoleh dengan cepat dan lebih teliti.

0 deraiat 30 deraiat 40 deraiat 50 deraiat


4.

41+atau-1 46+atau-2 49+atau-4 55+atau-10

Imkanur Rukyat
Merukyat hilal bukan merupakan pekerjaan yang mudah sebab hilal itu sangat lembut untuk keberhasilan merukyat tergantung kepada ketajaman penglihatan, kontras hilal dengan alam sekelilingnya dan cuaca. Untuk ini diperlukan keprofessionalan dan pengalaman Karena itu untuk menentukan batas imkanur rukyat diperlukan penelitian yang lama secara

Menurut penelitian hilal pernah dilihat ketika umur hilal l4 jam 5. Berdasarkan hasil penelitian Malaysia atas hasil rukyat di wilayah ASEAN sebesar ketinggian minimal 2 derajat dan jarak hilal matahari pada waktu terbenam matahari 3
derajat.

teratur dan sitematis. Dalam menarik kesimpulan dari hasil penelitian perlu diingat posisi pengamat, sebab posisi dibola bumi ini sangat menentukan disampine faktor lingkungan. Tampaknya ahli hisab Indonesia tidak banyak melakukan

22
23

Penutup
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpuran sebagai berikut: Ilmu- Hisab yang berkembang di Indonesia merupakan

PELAKSANAAN RUKYATUL HILAL DI INDONESIA


satu

l.

teratur dan sistematis.

Ilmu hisab yang.kemudian merupakan hasil pengembangan para ahli hisab berdasarkan penelitian dan perLmb;;;;; ilmu matematika. 3. Kitab Sullamun. Nayyirain perlu dikembangkan dengan memanfaatkan hasil penelitian dan berda-sarkan t"""ri astronomi serta ilmu matematika moderen. 4. Kitab Sullamun \aW.irain dapat dijadikan pedoman rukyat dengan syarat waktu ijtimanyi ditambah dengan ,"firif,"Vu waklu gerhana matahari pada tanggal ll Jini l9g3 d;; kriteria 'irtifa, 6 atau 7 derajatteia! digunakan. Akhimya disarankan agar dilakukanpeneritian secara cermat ha_sil-hasil yang- ada di Departimen Agama.Diru_ping l:rtdip itu Badan Hisab Rukyat disarankan melakukan fenelitian ,;";;

2.

rangkaian perkembangan

Drs. H. Wahyu Widiana, MA Pendahuluan


Pelaksanaan Rulqyatul hilal di lndonesia diyakini sudah dimulai sejak Islam masuk Kepulauan Nusantara pada abad pertama Hrjriyah. Hal ini terlihat dari adanya perintah agama untuk melihat hilal sebelum umat Islam melakukan ibadah puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Setiap tanggal 29 Sya'ban dan 29 Ramadhan, umat Islam beramai-ramai pergi ke bukit bukit atau pantai-pantai untuk berusaha melihat hilal di ufuk barat setelah matahari terbenam. Jika hilal berhasil dilihat maka malam itu dan malam keesokkan harinya merupakan tanggal satu bulan berikutnya. Namun jika hilal tidak terlihat, malam itu dan keesokftan harinya merupakan
tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung. Koordinasi dan metoda pelaksanaan rukyat, dari masa ke masa, mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan politik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam makalah yang ringkas ini dikemukakan pelaksanaan rukyat dan metoda yang dipergunakannya serta masalah-masalah yang timbul, terutama mengenai hasil-hasil rukyat yang dilaporkan ke Departemen Agama.

Koordinasi Rukyatul Hital


Semula, pelaksanaan rulqyatul hilal dilakukan secara spontan oleh umat Islam pada tiap tanggal2g Sya'ban dan29 Ramadhan

yang dipimpin oleh para ulama atau para pemimpin Islam lainnya. Setelah berdiri kesultanan-kesultanan Islam, maka pelaksanaan rukyat,disampingdilakukan secara spontan oleh umat Islam, juga banyak yang dikoordinir oleh pejabat-pejabat agama di kesultanan yang bersangkutan. Setelah Indonesia merdeka, pelaksanaan rulqyat dikoordinir oleh pemerintah yang dalam hal ini dilakukan oleh Departemen Agama.

')<

24

Departemen Agama, dalam hal ini Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam mengkoordinir 303 Pengadilan Agama 18 Pengadilan Tinggi Agama seluruh lndonesia untuk melaksanakan rulryatul hilal. Dalam praktcknya, Pengadilan Agama-Pengadilan Agama tersebut mcngkoordinir instansi yang terkait dan masyarakat Islam

Kini

Metode Pelaksanaan RukYat dilaksanakan dengan cara yang sederhana. Orang-orang dari tempat yang tinggi atau pantai berusaha melihat hilal kearah barat atau sekitar matahari terbenam tanpa mempergunakan alat dan data astronomi apapun' Setelah berkembangnya Ilmu Astronomi, yang di kalangan umat Islam dikenal dengan ilmu Falak, mereka memanfaatkan ilmu tersebut dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Data penting yang mereka pergunakan adalah saat ijtima, saat matahari terbenam, ketinggian hilal, deklinasi matahari dan hilal, azimuth matahari dan hilal. Penggunaan alatpun mengalami perkembangan dalam pelaksanaan rukyat. Dari pelaksanaan tanpa alat kemudian berkembang menjadi pelaksanaan yang dilengkapi alat-alat observasi Alat yang digunakan di suatu daerah dapat berbeda dengan alat di daerah lainnya. Hal ini tergantung pada kreatifitas dan dana yang tersedia. Namun pada umumnya alat' alat tersebut terdiri dari kompas, rubu'mujayyab, gawang lokasi, tongkat istiwa (bencet) dan teropong. Penggunaan alat yang mempergunakan lensa seperti teropong dan binokular selama ini dirasa kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan alat-alat yang tanpa lensa seperti gawang lokasi. Oleh karena itu, untuk kegiatan rukyat secara nasional, ada pemikiran untuk penggunaan teropong tanpa lensa yang dilengkapi dengan pembacaan skala derajat yang teliti. Selama ini yang sedang dikembangkan adalah metoda pemakaian gawang lokasi dengan mempergunakan data dari almanak-almanak astronomi internasional seperti Almanak Nautika dan American Ephemeris. Dengan mempergunakan gawang lokasi dan data astronomi yang akurat, orang akan dengan mudah dapat mengarahkan pandangannya keposisi hilal.

Semula rukyatul

hilal

didaerahnya.

Pengadilan Agama setiap tahun diinstruksikan untuk melakukan 6 kali rukyat, yaitu menjelang awal-awal bulan Muharram, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Sedangkan Departemen Agama (pusat) melakukan 8 kali, yaitu pada awal-awal bulan tersebut diatas ditambah awal bulan Rabiul Awal danDzulqa'idah yang diselenggarakan oleh Pos
Observasi Pelabuhan Ratu.

Tujuan pelaksanaan rukyat tersebut, disamping untuk penentuan awal dan akhir ibadah puasa Ramadhan, juga untuk mengumpulkan data sejauhmana hilal-hilal awal bulan Komariyah dapat dilihat, yang kemudian akan diolah sebagai bahan kebijakkan dalam menetapkan hari-hari libur nasional dan hari-hari besar Islam, yang merupakan salah satu tugas
Departemen Agama.

Dalam menginstruksikan pelaksanaan rukyat, Departemen Agama (pusat) mengirimkan pula data astronomis bulan dan matahari berikut peta ketinggian hilal setiap awal bulan Komariyah untuk drjadikan pegangan oleh Pengadilan Agama, terutama bagi Pengadilan Agama-Pengadilan Agama yang belum memiliki ahli ilmu Falak. Hasil dari pelaksanaan rukyat dilaporkan kepada Departemen Agama (pusat) secara tertulis kecuali untuk awal Ramadhan dan Syawal. Laporan rukyat untuk kedua bulan tersebut dilaporkan secara lisan sesaat setelah pelaksanaan rukyat ke forum Sidang Penetapan Awal Bulan Ramadhan atau bulan Syawal yang diselenggarakan sekitar pukul 18.30 WIB dipimpin oleh Menteri Agama.

Walaupun untuk melihat

hilal

tersebut orang

hanya

menggunakan mata telanjang, namun cara seperti ini dirasakan sebagai yang paling efektif. Di Pos Observasi Bulan Pelabuhan

Ratu misalnya, disamping teropong lensa, gawang lokasi merupakan alat utama untuk pelaksanaan rukyatul hilal. Yang
26 27

Fflngal nlcrlurik adalah bahwa rukyat yang berhasil dari lrelchulrun ltatu semuanya adalah rukyat yang dilaksanakan
tlcngurr mempergunakan gawang lokasi.

(iuwang lokasi adalah alat yang dibuat khusus untuk

rncngarahkan pandangan ke posisi hilal. Alat ini terdiri dari dua buah tiang, yaitu tiang pendek yang dilengkapi lubang pengintai

dan tiang panjang yang berbentuk gawang yang diletakkan


sesuai dengan posisi hilal. Alat yang tidak memerlukan lensa ini diletakkan berdasarkan garis arah mata angin yang sudah

Kegiatan Hisab rukyat yang diikuti oleh peserta-peserta dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, Planetarium,ITB serta lembaga-lembaga falakiyah dari organisasi-organisasi Islam. Musyawarah Kerja inilah yang merupakan dapur pengolah dan penyedia data astronomi untuk kepentingan penetapan hari-hari libur nasional, hari-hari besar Islam dan pedoman pelaksanaan rukyatul hilal. Hasil Rutiyatul

ditentukan sebelumnya dengan teliti dan berdasarkan data hasil perhitungan tentang posisi hilal.

llilal

Berikut

adalah gambar dan contoh meletakkan gawang lokasi di Pos Observasi Bulan Pelabulan Ratu untuk awal bulan Sya'ban 1412H:

ini

Pelaksanaan rukyat dilaporkan ke Departemen Agama (pusat). Khusus untuk pellaksanaan rukyat yang berhasil melihat hilal, laporannya harus dilengkapi dengan data sebagai berikut:

l. 2. 3.
-----*Ufuq

Identitas pelapor Identitas yang melihat hilal (nama, umur, pekerjaan dan alamat)

Keterangan tentang tempat melihat hilal, saat hilal mulai dan akhir dapat dilihat, perkiraan ketinggian hilal dan ar21
hi1al.

4.

Khusus untuk Ramadhan dan Syawal, laporan


Agama.

harus

menyebutkan bahwa orang-orang yang melihat hilal sudah

diperiksa dan disumpah oleh majlis hakim pengadilan


Suatu hal yang menarik adalah bahwa sejak tahun 1964, yang tercatat di Departemen Agama, sudah puiuhan kali hilal dapat dilihat. Bahkan terjadi beberapa kali bahwa hilal dibawah 50 dapat dilihat di berbagai tempat.sebagai contoh, hilal awal Syawal 1404 H yang ketinggiannya sekitar 2o dengan saat rytima jam 10. 18 WIB, 29 Juni 1984, dapat dilihat oleh : 1. Muhammad Arief, 33 tahun Panitera pengadilan Agama

*/

-s
HU 35,5 cm

Penempatan gawang tersebut didasarkan pada hasil perhitungan yang menyatakan bahwa ketinggian hilal dari ufuk adalah 4o0'5" dan azimuth hilal adalah 259o40'33 (atau 10"79'27" dari titik barat ke arah selatan).

rukyatul hilal, Departemen Agama setiap


menyelenggarakan Musyawarah

Untuk mengolah data astronomi termasuk untuk kepentingan

Kerja Evaluasi

tahun Pelaksanaan

2. 3. 4. 5. 6.

Pare-Pare

Muhadir, 30 tahun,Bendahara Pengadilan Agama pare-pare H. Abdullah Hamid, 56 tahun Guru AgamaJakarta H.Abdullah, 61 tahun , Guru Agama Jakarta K.Ma'mur, 55 tahun, guru Agama Sukabumi Endang Effensi,45 tahun, hakim Agama Sukabumi

28

29

Keadaan seperti ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari kalangan ahli-ahli astronomi dari negara-negara tetangga. Departemen Agama selama ini berprinsif jika hilal terlihatl-an menurut pengalaman ketinggian hilal tersebut biasanya dapat dilihat, maka laporan rukyatul hilar dapat diterima. Defartemen Agama akan menolak laporan hasil rukyatul hilal yang menurut perhitungan mustahil untuk dapat dilihat, misalnya masih dibawah ufuk Penutup Departemen Agama telah banyak melakukan kegiatan_

PENBTAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH MENURUT ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

K.H.Ibrahim

Hosen

'
ini

Penetapan Bulan Qamariyah

Awal bulan Qamariyah memang harus ditetapkan, karena hal erat kaitannya dengan pelaksanaan ibadah yang harus krta lakukan. Dasar penetapan awal bulan Qamariyah ini antara lain firman Allah :

peningkatan ketrampilan para pelaksananya maupun peningkatan sarananya. Dari segi tujuan formal, pelaksanaan rukyat telah dapat dianggap berhasil sebab telah banyak laporan-laporan yang menyatakan telah melihat hilal. Namun yang menjadi permasalahan dervasa ini adalah masih dipertanyakan hasil-hasil rukyat yang ketinggian hilal atau parameter lainnya masikdibawah kemungkinan hilal dapat
dilihat sebagaimanayang pernah dilakukan oleh para astronom
umum.

kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan rukyai, baik

.C$lr
Artinya

cJ"ulJ

c*t.r si ,! ,i.btl 0e dUJu.+

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah :"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waklu bagr manusia dan (bagi ibadah) haji" (Al-Baqarah,189)
Kernudian berdasarkan apa awaT bulan Qamariyah tersebut

harus ditetapkan?. Dalam menanggapi masalah Fuqaha terdapat tiga aliran sebagai berikut :

ini di

kalangan

1. Jumhur ulama (Hanafi,Maliki dan

Hambali) berpendirian bahwa penetapan awal bulan qamariyah,

terutama awal bulan Ramadhan harus berdasarkan ru'yah. Menurut Hanafi dan maliki apabila terjadi ru'yah disuatu negeri maka ru'yah tersebut berlaku untuk semu a daeraU wilayah kekuasaannya. Sedangkan
menurut Hambali, ru'yah tersebut berlaku untuk seluruh dunia Islam dengan pengertian selama masih bertemu

sebagian malamnya. Misalnya antara Indonesia dan Aljazair yang selisih waktunya antara 5-6 jam. Di Indonesiajam 6 sore, di Aljazair sekitarjam l2-l siang; jam 6 sore di Aljazair di Indonesia sekitar jam Il-12 malam. Golongan Jumhur ini tidak mengenal mathla' (yang fashih dibaca mathli') sejalan dengan hadits Nabi
:

30

31

*i.;
2.

uru"

L +b

ty

t*

mu'tamad. Golongan ini berpegang kepada Uaats Kuraib. Dan menurut golongan ini penetapan ru'yah
3.

berdekatan dengannya, tidak berlaku untuk daerah,/wilayah yang jauh. Kriteria dekat disini ialah yang satu mathla'/sama mathla'nya menurut qaul

I)alam hadits ini disebutkan muthlaqnya ru'yah, tidak dikaitkan dengan mathla' (lihat antara lain Hasyiah Ibnu 'Abidin juz ll,halaman 393) Suatu aliran dari golongan Syaf i berpendirian sama dengan Jumhur, yakni awal Ramadhan tersebut ditetapkan berdasarkan ru'yah. perbedaannya dengan Jumhur ialah bahwa menurut golongan ini upubilu terjadi ru'yah didalam suatu negeri maka ru,yah tersebut hanya berlaku untuk daerah/wilayah yang

penetapan awal bulan Ramadhan tersebut dilakukan berdasarkan hisab. Golongan ini bisa bekerjasama dengan golongan kedua, karena golongan kedua mempergunakan mathla', disamping itu mereka masih dalam satu lingkungan mazhab, dimana kelompok ketiga ini terdiri dari pemuka-pemuka mazhab Syan'i
sendiri. Tegasnya dalam mazhab

tersebut harus dilakukan oleh qadli/pemerintah. Sebagian ahli fiqh mazhab Syaf i berpendirian bahwa

statusnya dhanni. Yang dimaksud dengan hisab qath'i ialah apabila tercapai kesepakatan diantara ahli hisab berdasarkan kaidah-kaidah hisab mereka bahwa keadaan hilal mustahil dapat diru'yah pada tempat tersebut. Sebaliknya apabila ahli hisab berselisih maka ru'yah dimenangkan. Sebab disini berarti terjadi perlawanan antara dua dhan (ru'yuah) dan satu dhan (hisab). Maka yang dimenangkan tentu yang memiliki dua dhan (ru'yah). Dengan adanya pertentangan dikalangan ahli hisab berarti ada dua dhan dalam ru'yah, yaitu satu dhan dari pihak yang menyatakan ru'yah dan satu dhan lagi dari pihak ahli hisab yang menyatakan tidak mustahil ru'yah. Demikianlah pandangan jumhur ulama Syaf iyah. Oleh karena itu apakah hilal itu harus ditetapkan berdasarkan ru'yah ataukah hisab tidak perlu kita perdebatkan, karena ternyata antara dua pandangan tersebut ada titik temunya atau dapat dipertemukan. Kedua-duanya saling mengisi dan melengkapi serta dapat disatukan. Apalagi kalau dalam hal ini penetapan itu telah dilakukan oleh qadli/pemerintah sebagaimana hal itu dikehendaki oleh mazhab Syaf i maka semuanya wajib mematuhi dan tidak boleh lagi terjadi adanya silang pendapat demi tegaknya ukhuwah Islamiyah (lihat antara lain Al-Fiqh'Ala al-Mazahid al-Arba'ah juz I hal 552 dan Tuhfah, juz III hal 383). Hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian lain. Pelaksanaan Idul Adha

Ramadhan).

hisab imkan al-ru'yah (lihat antara lain Tuhfah, Nifrayatr^ Oan Bidayatul-Mujtahid sekitar masalah penetapan awal

ru'yah semata, tidak membenarkan campur tangan hisab sebagaimana pendapat Jumhur dan ada yang berpegang kepada

Syaf

ada yangberpegang kepada

Sementara itu dalam buku-buku fiqh disebutkan bahwa apabila terjadi ru'yah tersebut bertentangan dengan hisab qath,i maka ru'yah tersebut harus ditolak/tidak diterima, sebab ru'yah

itu

berdasarkan hissi (pandangan mata), sedangkan hlssi 32

Sebagaimana telah disinggung diatas, penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitri dikalangan fuqaha terdapat dua teori, yaitu teori yang mengenal sistem mathla' (mazhab Syaf i) dan teori yang tidak mengenal sistem mathla' (JumhurAlanafi, Maliki dan Hambali). Kita patut bersyukur karena di Indonesia umat Islam telah cukup maju, dimana dalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitri tidak terikat dengan mazhab Syaf i yang berpedoman pada sistem mathla', akan tetapi sudah mengikuti mazhab lain (Jumhur) yang tidak berpedoman pada sistem mathla. Di Indonesia kita telah biasa menetapkan bahwa ru'yah yang

33

terjadi

di

Jakarta berlaku untuk seluruh kepulauan/wilayah


dalam

Indonesia.

pelaksanaan Idhul Adha adanya dua teori tersebut (yang menggunakan mathla dan yang tidak) juga berlaku, sehingga pelaksanaan Idul adha dapat dilakukan secara intemasional adalah lain, tidak sama. Ulama semua telah konsensus bahwa dalam pelaksanaan ldul Adha hanya dikenal adanya sistem mathla', dimana masing-masing negeri Islam berlaku sesuai

Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah

d1lry waktu yang bersamaan?. Dalam hal ini

masalahnya

pelaksanaan shalat Idul Adha di Indonesia misalnya tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang berlainan mathla'nya. Dalam hal ini Ibnu Abidin menjelaskan didalam kitab Raddul Mukhtar juz II halaman 393 sebagai berikut

dengan mathla'nya masing-masing. Atas dasar

ini

maka

sebagai ilustrasi perbedaan waktu antara Indonesia dan saudi Arabia adalah 4 jam. Jam 7.00 pagi di Saudi Arabia di -harrus Indonesia jam I 1.00. Jadi kalau kita mengikuti Saudi Arabia dalam melakukan Shalat Idul Adha dari memotong qurban maka disini kita akan merakukan sharat tdul adha jam 11.00 dan memotong qurban sekitar jam 12.00 siang. Kalair di Indonesia umat Islam merakukan shalat Idur Adha jin z.oo oun memotong qurban jam 8.00 misalnya dan ingin Litu kutukun mengikuti saudi Arabia maka mereka masih tidur. Dalam hal ini tentu shalat 'Id dan qurban kita tidak sah. oleh karena itu Jumfur fuqaha yang dalam menetapkan awal Ramadhan dan awal syawal/Idul Fitri tidak mengenar sistim mathla,, maka dalam hal Idul Adha ini berpedoman dan kembari l"puau mathla' masing-masing negeri.
Siapakah yang berhak menetapkan

oulYrrlrr LIIJ u l. i=J )t,-i),;., ri.r.i_ iilr p*tt ; irr.')t jn--t f $, l.' J,.*il f ,Ff* s ry'jlr . *.! tilr. ?t *\i, *oVob rb,;6t
.rl

ull = f , _*rf ,, fr ( +r; ) r+.ri *.,flf f i,.i *i Ec+* ri;rr ,5al rr.J h;h ,b ,r cur -ir;4 .1r, cL+rJt l.-rr:l I -l^t' .ilt r L;tJ tL rl Li t.rt .r^,
fr:,t

crCUrJl t:-"*,.ot

Mazhab Syaf

.,*

menyebutkan:

dan awal Syawal haruslah dilakukan oleh pemerilt;;I. Apabila pemerintah telah menetapkan awal Ramadhan maka seluruh umat Islam wajib berpuasa dan apabila pemerintah teiah menetapkan awal Syawal maka seluruh umat Islam wajil mengalJriri puasanya. Dalam hal ini Abdunahm an lt-laiiri

bahwa penetapan bulan qamariyah khususnya awal Ramadhan

seperti telah disinggung mensyaratkan

masalah pelaksanaan shalat 'Idul Adha tidak sama dengan masalah penetapan awal Ramadhan dan Syawal/Idul Fitri (yang menurut Jumhur tidak dikenal adanya sistem mathla'). Sebab dalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/idul Fitri

Dari uraian lbnu'Abidin diatas dapat dipahami

bahwa

tfiL f 1itl wa, J \Jt .;krr; j L.- .! ty'E i.-j t3t v,ttt * p:)t,...+r q f .;;ft-1, .r & rrr.Ett .rt :r,r)l \+l e .rb iiJl Jar r>te tr V ,y l6- e, * roe f t I j+
r
mazhab Hanafi,Maliki dan Hambali penetapan awal Ramadhan dan awal syawal tidak disyaratkan harus drtetapkan

kembali kepada mathlanya masing-masing, sebagaimana waktu shalat maktubah dimana masing-masing negeri berlaku
waktu setempat.

ini

masalahnya adalah puasa, sedangkan disini (bulan zulhi.f ahlldul Adha) masalahnya adalah soal shalat danqurban. Jadi dalam hal

Menurut

oleh qadli/pemerintah. Akan tetapi menurut mereka upuurtu qadli/pemerintah telah menetapkan awal ramadhan dan awal Syawal dengan cara apapun (dengan ru'yah atau hisab) maka

34
35

ulr.rt lelarrr wu1th mengikuti dan


rrrerryelrrrtknrr
:

mentaatinya. Al-azti

dalam kaitannya dengan masalah fiqh khususnya

yang

Fns*},-l*'JJil5 Pf,f,* . irr .i -J;Jli


+).3i
t

berhubungan dengan masalah kemasyarakatan, adanya campur tangan pemerintah itu mutlak diperlukan sejalan dengan kaidah
:

tcol-ool

t6r1:Jlg7/l)

aSl-lr

;1

Fl

t.r

)tin {nr

t J {-, F

bermazhab Syaf i itupun wajib mengamalkannya. Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfah juz III halaman 383 menyebutkan:

Bahkan dalam mazhab Syaf i disebutkan apabila pemerintah yang menetapkan hilal itu mazhabnya berbeda dengan mazhab Syaf i misalnya dalam soal mathla', maka umat Islam yang

"Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan akan menyelesaikan perselisihan/silang pendapat". Kaidah ini bersumber dari Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 59

Jb-JlLLrJClJe.Jl,-i FilEr
I

.r;i

"J

,;

JY1JI .iJU. o.ci t q*pt ,rJr.r- ol'Lr tr tb i\ o lt'l A . gH.Jt ,)F,y

.l ,i, ,)y)t rF$L .iir ro.r"i


Dan hadits Nabi riwayat Bukhari
:

i o iir tr;'f
&

'\t

Hal yang sama dapat kita telaah pada kitab I'anatuththalibin juz II halaman220. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa antara mazhab syafii dan Jumhur (Hanafi,malik dan Hambali) dalam hal ini ada titik temunya. Titik temu itu ialah bahwa umat Islam wajib mentaati dan mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh qadli/pemerintah mengenai penentuan awal Ramadhan arval
Syawal.

|ft +*n\oh&Ltrbe;l\&
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan shalat Idul Adha hanya bisa diperlakukan secara nasional, sebab dalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah mathla' masingmasing negara. Sedangkan untuk pelaksanaan puasa Ramadhan dan Idul Fitri bukan saja dapat diperlakukan secara nasional,
akan tetapi juga dapat diupayakan untuk diperlakukan secara

Lalu bagaimana dengan penentuan pelaksanaan shalat Idul Adha?. Dalam hal ini kita dapat melakukan TAKHRIJ
(menganalogikan) terhadap masalah penetapan awal Ramadhan

internasional dengan berpegang kepada mazhab Jumhur, khususnya Hambali selama malamnya masih bertemu
sebagiannya. Untuk diperlakukan secara nasional perlu campur tangan pemerintah. Dan untuk dapat diperlakukan secara internasional perlu ada lembaga qadli internasional yang keputusannya dipatuhi oleh negara-negara Islam.

awal Syawal. Atas dasar TAKHRij inl iiiaka penetapan awai zulhijjah atau pelaksanaan shalat Idul Adha perlu dilakukan oleh pemerintah. Dengan cara ini maka umat Islam Indonesia akan seragam dalam mengawali ibadah puasa Ramadhan, malakukan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Keseragaman dan kesatuan amaliah umat Islam ini amat diperlukan dalam menggalang persatuan umat (ukhuwah Islamiyah).memang

Kenapa lembaga internasional

bagaimanapun ini adalah merupakan masalah fiqh/ijtihadiyah yang tidak mengikat dan tidak dapat dipaksakan kecuali telah ditetapkan oleh suatu lembaga yang diakui otoritasnya. Sisi lain

ini

diperlukan?. Sebab

36

37

-r-lrFrtr rel*li rlrselrrrlkurr diatas ialah karena apabila ru'yah itu k'''rrs rlerrgnrr hrsab.qathi maka ru'yah itu harus aitoral 1iilrai |'err;e l.s'' tlratas). Hal ini tentu tidak bisa diatasi kecuali'oleh srurlu lcrnbaga seperti dimaksud,

Kesimpulan
sebagai

Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpurkan beberapa hal berikut: L Pembicaraan Fuqaha tentang penetapan awal bulan qamariyah difokuskan pada bulan_bulan yang kaitannya langsung_dengan pelaksanaan ^i; ibaiah,-yaitu bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijj"h. p";;6;; awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zuhr;jah daiam kalangan Fuqaha,secaru guri, besar dikend ;;unt J;; aliran. pertama berpegang pada ru,yah (Jumhur dan sebagian ulama dari golongan Syafi,i). Dan kedua berpegang pada. hisab (sebagian ulama yang fu,n Jari golongan Syafi,i). 2. Antara dua pandangan tersebut tidak perlu
dipertentangkan, karena keduanya dapat dipert"dk;;. ]VIal{ saling mengisi dan mempekuat. Apabila dalam kondisi dimana ilmu pengetahuan telah begitu ;"il;iitu jauh-jauh hari, tanggal/bulan sudah biia diketltui

berlainan mathla'nya. Bila hal ini dilakukan tentu ibadah itu tidak sah. 4. Oleh karena penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah tersebut merupakan masalah fiqh yang berhubungan dengan hal-hal kemasyarakatan maka dalam hal ini perlu campur tangan pernerintah. Demikian itu dimaksudkan untuk menjaga keseragaman amaliah ibadah umat Islam. Dalam hal ini ulama telah konsensus dan mereka juga telah sepakat bahwa semua umat Islam wajib mematuhi apa yang telah ditetapkan
oleh pemerintah tersebut.
5.

Islam Indonesia bukan saja wajib taat dan mengikutinya, akan tetapi juga berkewajiban mendukung dan mengamankannya. Hal ini diperlukan
baik dalam kaitannya dengan keabsahan/sahnya ibadah

Apa yang berlaku di Indonesia baik dalam kaitannya dengan penetapan awal Ramadhan, awal Syawal/Idul Fitri maupun Idul Adha telah tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam/fiqh. Untuk itu bagi umat

maupun dalam hubungannya dengan kepentingan


ukhuwah Islamiyah.

^ 3.

tidak

adalah hasil rjtihad yang statusnyahanyadhanni. Dalam penentuan awal Ramadnan Oan awal Syawal dikenal adanya dua teori, yaitu teori yang . mempergunakan sistem mathla, (Syafi,i) dan teori yani

letak dan posisinya. Lebih dari itu k.."rnuunyu

i1u

mathla'(Jumhur/Hanafi,Malik dan Hambali). Akan tetapi dalam penentuan awal Zulhijjahdalam ["ir"rnyu dengan wuquf, shalat Idul Adha dan ibadah ulama telah konsensus bahwa dalam hal ini eurUun, ierlaku sesuai mathla' ..-, maka perak.un#'ffiT:Tf Indonesia tidak dibenarkan mengikuti negara fuin yurrg

mempergunakan

sistem

ili"li"*ii"ffiil'li

38

39

SAADOEDDIN DJAMBEK : profil pembaharu pemikiran llisab di Indonesia


Drs.Susiknan Azhari,MA. (staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga

Djalaluddin adalah yang menarik hatinya dalam mempelajari ilmu falak(7). Disamping itu ia juga mempelajari buku-buku yang lain, seperti Almanak Jamillah karya Syeikh Jdmbek, Hisab Hakiki karangan K.H.Ahmad Badawi dan lain
sebagainya.

Yogyakarta)

Meskipun Saadoe'ddin banyak mengkaji dan menelaah


buku-buku ilmu falak, namun Saadoe'ddin belum merasa puas dengan sistem perhitungan lama yang keakuratannya perlu diuji

HIK

(Hollands Inlandsche schoor) hingga tamat pada tahun 1924. kemudian ia melanjutkan studinyaG sekolatrpendidikan g;,

manajemen maupun dari segi kurikulumnya(5). Saadoe'ddin memperoleh pendidikan io#uf pertama di HIS

S:b;1:j, aimana menekankan' ,"_ungut militerisasi. Gerakan kaum muda lebih bersifat pembaharu? pemikiran, yang ditandai dengan munculnya beibagai .nediu publikasi, sekolah serta organisasi yang dikeroL secara modem(4). Gerakan kaum muda ini yang mengilhami iula berdirinya lembaga pendidikan Thawalib Schoor, I""t, iJ-u"g" pendidikan yang dikelola secara modern, baik dari ."i,

gerakan Paderi tersebut

sebelumnya, seperri pergolakan paderi 1f-SO:_f

_l9ll M pada saat ranah Minang'sedang"i"fuOi pergolakan kebangkitan yang disebut Kaum Muda(Z).-G"rukun ini -berbeda dengan gerakan kebangkitan virg -i"r:"Ji
Maret

oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai mujaddid al-hisab (pembaharu pemikiran hisab)(t), lahir li n*ittinggi puau tanggal 29 Rabiul Awal 1329 H, berrepatan pada

SAADOE'DDIN Djambek, tokoh muslim Indonesia yang

lagi. Oleh karena itu pada tahun 1954-1955 Saadoe'ddin mencoba memperdalam pengetahuannya di fakultas Ilmu Pasti
Alam dan Astronomi ITB. Dengan ilmu yang diperolehnya itu Saadoe'ddin berusaha mengembangkan sistem baru dala?r perhitungan hisab dengan mengenalkan teori Spherical Trigonometry (segitiga bola). Menurutnya teori itu dibangun untuk menjawab tantangan zaman. Artinya dengan meningkatnya kecerdasan umat di bidang ilmu pengetahuan maka teori-teori yang berkaitan dengan ilmu hisab perlu didialogkan dengan ilmu astronomi modern sehingga dapat dicapai hasil yang lebih akurat(8). Dengan menggunakan teori-teori yang terdapat dalam shherical trigonometry Saadoe'ddi mencoba menlrusun teoriteori untuk menghisab arah kiblat, menghisab. terjadinya bayang-bayang kiblat, menghisab awal waktu Shalat dan menghisab awal bulan Qoma6iyah. Karena sistem ini dikembangkan oleh Saadoe'ddin maka sistem ini juga dikenal sistem hisab Saadoe'ddin Djambek.(9) o Dalam rangka membumikan teori-teorinya itu, Saadoe'ddin mencoba mengenalkannya di pergbruan-perguruan Islam, terutama IAIN Sunan Kalijaga)'bgyakarta dan dari sini muncul tokoh-tokoh hisab, misalnya H.Abdul Rachim dan H.Wahyu Widiana. Sistem yang dikembangkan Saadoe'ddin relatif lebih mudah dan modern. Apalagi setelah prosedur perhitungannya dapat

taiggit

Z+

lebih

(Hollands Inlandsche Kweekschool)

ahli ilmu falak dimasanya. Karena itu tidak jika Saadoe'ddin seiak masa mudanya (lg tahun) sudah sangat tertarik dengan ilmu ini. fuf"nr*i pengakuannya pati
seorang
mengherankan

Saadoe'ddin juga menerima pelajaran keagamaan khususnya berkaitan dengan falak dari uyihnyu, yang termasuk salah

di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh ijazah piau tutun 1930(6). disamping memperoreh pendidikan formal

Setelah tamat dari HIK pada tahun 1927, ia meneruskunnyu Li, ke Hogere Kweekschool (HKS), sekolah pendidikan guru atai,

di Bukitd;;;.

menggunakan kalkulator. Dengan kalkulator tersebut mahasiswa yang tidak mempunyai basic ilmu pasti dengan
mudah dapat mencari fungsi-fungsi geometris sudut tumpul, sudut negatif dan sebagainya. Mereka tidak mengalami

buku

Kiraan karya Syeikh Thahir

40

4l

kesulitan dalam proses menghitung perkalian atau pembagian bilangan-bilangan pecahan sampai 4 desimal atau lebih. Perlu dicatat, karena sistem spherical trigonometry dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sains rnodern maka sillabus ilmu falak di Fakultas Syari'ah IAIN seluruh lndonesia rnenggunakan sistem ini. Juga di perguruan perguruan tinggi Agama Islam swasta yang memiliki Fakultas

Salah satu unsur yang sangat penting yang biasa dijadikan dasar

Syari'ah, ilmu falak diberikan dengan sistem

spherical

trigonometry. Selain sebagai ahli Falak, diantara aktivitasnya yang paling dominan adalah dalam pendidikan, melalui Muhammadiyah.aktivitasnya tersebut pada gilirannya memperoleh pengakuan dari warga Muhannadiyah. Sehingga pada tahun 1969 diberi kepercayaan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjadi ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran di Jakarta periode 19691973.

Belgia,Inggris, Amerika serikat danJepang

Sebagai seorang tokoh Saadoe'ddin tidak jarang mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak, baik dari kalangan pemerintah maupun non pemerintah. Saadoe'ddin pemah diberi kepercayaan untuk menjadi staf ahli Menteri P & K. disamping itu, pada tahun 1972 pada saat diadakan musyawarah ahli Hisab dan Rukyat seluruh Indonesia, dimana disepakati dibentuknya Badan Hisab dan Rukyat, Saadoe'ddin dipilih dan dilantik sebagai ketua,(10) Kunjungan ke luar negeri yang pernah dilakukan Saadoe'ddin, antara lain menghadiri konferensi Mathematical Education di India (1958), mempelajari sistem comprehensive school di negara-negara : lndia, Thailand, Swedia,
(1971),

pertimbangan dalam menilai kualitas intelektual seseorang, terutama pada masa terakhir ini adalah berapa banyak dan sejauhmana kualitas karya ilmiah yang dihasilkan. Dilihat dari sisi ini, Saadoe'ddin termasuk salah satu tokoh hisab yang banyak meninggalkan karya ilmiah. Menurut pembacaan penulis, Saadoe'ddi baru mulai menulis dalam usia 40-an, sebuah usia yang tidak muda lagi untuk pekerjaan penulisan. Sekalipun terlambat mulai menulis Saadoe'ddin pada akhirnya tampil sebagai penulis prolifik yang handal. Diantara karyanya adalah (l) Waktu dan djadwal Penjelasan Populer Mengenai Perjalanan Bumi,Bulan dan Matahari (diterbitkan oleh penerbit Tintamas tahun 1952), (2) almanak Djamiliyah (diterbitkan oleh penerbit Tintamas pada tahun 1953),(3) Perbandingan Tarich (diterbitkan oleh penerbit Tintamas pada tahun 1968), (4) pedoman Waktu Shalat Sepanjang masa (diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang pada tahun 1974),(5) Shalat dan Puasa di daerah Kutub (diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang pada tahun 1974) dan (6) Hisab Awal Bulan Qomariyah, (diterbitkan oleh penerbit Tintamas

pada tahun 1976). Karya yang terakhir

ini

merupakan

penelitian/survey mengembangkan ilmu Hisab dan Rukyat dan kehidupan sosial di Tanah Suci Makkah dan menghadiri First Woorld Conference on Muslim Education di Makkah (1977). Saadoe'ddin meninggal dunia pada hari Selasa tanggal I I Zulhijjah 1397 H bertepatan dengan tanggal22 Nopember 1977 M di Jakarta. Makamnya dekat dengan makam Prof.Dr.T Hasbi

Ash-Shiddieqy(l l).

pergumulan pemikirannya yang akhirnya merupakan ciri lfias pemikirannya dalam hisab awal bulan qomariyah. Dari judul-judul karya diatas terlihat bahwa titik perhatian Saadoe'ddin terpusat pada masalah pemikirannya hisab. Karyakarya Saadoe'ddin yang representatif itu merupakan kontribusi yang berharga dan selalu dikaji baik kangan tradisional maupun moderat sebagai bahan kajian untuk pengembangan pemikiran hisab di lndonesia. Dalam uraian sebelumnya dinyatakan bahwa pergumulan pemikiran Saadoe' ddin merupakan perpaduan antara kalangan ahli hisab dan kalangan astronom. Kalangan ahli hisab yang sangat mempengaruhi pola pikirannya adalah Syeikh M Thaher l)jalalu'ddin. Hal ini sebagaimana pengakuannya sendiri scbagai berikut : Jalan yang ditempuh dalam menghisab waktu didalam Buku ini ialah menurut yang ditunjukkan oleh Yang Mulia Sjech M Thaher Djalalu'ddin didalam buku

42

43

xnng Ltny dlf

tt, tr,t{ttil heliau pati Kiraan pada menentukon lvaktu h!t" eihtat dengon Logaritma ^ I (rctakan tahun I 993)9 2)

tahun 1949-1958).

Prof'Dr'G'B.van albada (Direktur observatoriujm "a"iir, Bosscha


Menurut

adalah dosen-dosennya ketika kufiah

Knlungan astronom yang banyak mempengaruhi pola pikirnya

diitg*, diantaranyi

_ ,Kelebihan pertama, dalam menampilkan data lintang dan bujur Ka'bah sangat akurat. Har ini tedh diuji sar,in aengi aiat kontemporer (global,_positioning system) hasilnya" sama, kelebihan kedua, pemikiran saadoe'ddin dalam urau"g rrirau telah menggabungkan ilmu astronomi dan hisab sepertiir*rr_ rumus, trigonometry dan segitiga bola menjadikan metode ini p_aling akurat pada saat itu dan Ai3aAihn pegangan oleh Badan Hisab dan Rukyat. Karena langkah sistesa inilih Saadoe,ddin sebagai Mujaddid ai-Hisab (pembaharu pemikiran .di"lg.g"q hisab) di Indonesia. Kelebihan ketiga, adanya 'kesadaran historis. Hal ini tercermin pada bukri arar riiulat. Daram uraianya Saadoe'ddin menyatakan : "Dimasa yang lampau orang sudah merasa puas dengan penetapan yang agak kasar. Dengan meningkatnya kecerdaian umat Islam dilapangan ilmu pengetahuan umum timbul;;i; dengan sendirinya keinginan minentukan arah qiblat itu denjan cara-cara yang menjamin tercapainya hasil yanglebih teliti.(i4) Kutipan tersebut diatas menunjukkan uatrwi' puau p"*itiiun hisab terdapoat anomari-anomafi (meminjam ^istilah *r*t: Realitas ini sangat disadari oleh Saado",ddi' ufrfri_i, Vu"g melakukan research terhadap problem_problem teisebut(f;1.
44

Karena itu aliran ini banyak digunakan di Indonesia. Pemikiran Saadoe,ddin memiliki beberapa kelebihan yang dapat menyebabkanhingga saat ini masih iip".gunutun JLt, Badan Hisab dan Rulcyat De-pag RI sebagai bahanlertimtangan bersama-sama dengan metodi-metode ying lain.

misalnya: Almanak autika dan

modern. Karena hasil yang diperoreh lebih akurat dibandingkan sistem tradisional dan data-data yang digunakan .rliia,

A.Mustadjib teori hisab awal bulan eomariyah yang dikembangkan Saadoe'ddin merupakan teori hisab

",rtup A-".i.un npnr*"ris1ii;.

Hasil research ini menjadikan data-datayang digunakan sangat dinamis dan mengikuti perkembangan zaman. Kelebihan keempat, pemikiran Saadoe'ddin bernuansa effective history, misalnya pemikiran tentang shalat didaerah dekat kutub. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh teori Hisab Saadoe'ddin, tentu saja tak lepas dari kelemahan-kelemahan yang mengitarinya, di antaranya : pertama, dikalangan pengikut teori Saadoe'ddin (khususnya hisab awal bulan) sering mengalami kesulitan apabila hilal sudah berada diatas ufuk namun tidak dapat dirukyat karena ketinggian hilal sangat rendah. Apakah sudah dianggap tanggal baru atau belum?. Kedua, berkenan dengan tinggi hilal.pada teori hisab awal bulan, Saadoe'ddin tidak menentukan irtifa' hilal sehingga menl'ulitkan untuk menjadikan teori tersebut sebagai acuanacuan imkanur rukyat dalam pen)rusunan Kalender Hijriyah nasional.menurut penelusuran penulis seperti telah diuraikan sebelumnya menunjukan bahwa Saadoe'ddin merupakan tokoh modemis dan reformis dalam bidang hisab. Ia mencoba memadukan antara hisab tradisional dan astronomi modern sehingga data-data yang ditampilkan selalu up to date karena men gikuti perkemban g an zaman. Pada mulanya pemikiran Saadoe'ddin hanya dapat diterima dikalangan modernis Akan tetapi melalui perjalanan panjang akhirnya bisa diterima baik kalangan modernis maupun tradisional. Di Ligkungan Muhammadiyah dapat ditemukan tokoh hisab seperti . H.Abdul Rachim, ia merupakan salah seorang murid dari Saadoe'ddin yang kini menjadi Ketua Bagian Hisab dan pengembangan Tafsir Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah (periode 1995-2000X16). Begitu pula halnya dikalangan Nahdatul lJlama. Menurut penuturan Muhyiddin, sejak penerjemahan istilah astronomi kedalam bahasa Arab Nahdatul Ulama agak lentur dalam persoalan hisab. Pada tahun 1994 Nahdatul Ulama mulai menggunakan data kontemporer(l7) dalam penyusunan Kalender Pengurus Besar Nahdatul Ulama(I8). Bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa tubuh Nahdatul Ulama terjadi changing paradigm. Semula Nahdatul Ulama tidak menjadikan imkanur rukyat sebagai panduan rulcyat. Akan tetapi setelah

45

rFrrrrrli lelramn kcrnbar berturut-turut (lgg2,lgg3 anl994) d,an rrrrrrrt,ullryn gagasan imkanur rukyat sebagai acuan p"rryurunun

Catatan kaki

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama miskipun keduanya mempunyai perbedaan konsep yang sangat mendasar dalam menentukan awal bulan eomariyah (Ramadhan dan syawal). Bagi Nahdatul ulama meskipun sudah memanfaatkan jasa irmu hisab, tapi dalam soal awal Ramadhan dan Syarial tetap berpegang pada makna hadits secara harfiah. nud _"r"t u, upaya untuk melihat bulan (rukyat) harus tetap dilakukan karena didalamnya ada-unsur ibadah (ta'abbudi).'Ou" *tyut mempunyai kekuatan sebagai satu_satunya penentu yang dapat membatalkan hasil perhitungan (hisab). Kur".ru itu, meski sudah melakukan predeksi, mereka tidak berani mernastikan awal bulan Ramadhan atau syawal dengan hisab, ,"tufi ltup menunggu hasil rukyat dilapangan. sedangkan Muhammadiyair mengedepankan teori wujudul hilal daiam p"rr"rrtuu' u*ui bulan Qomariyah (R1ma{han dan Syawal). Artinya jika menurut perhitungan (hisab) hilar sudah berada autas ufuk maka keesokkan harinya dianggap tanggal baru dan tidak diperlukan rukyat.

Islam Nasional Nahdatul ulama menjadikan i-kurr.r, rukyat sebagai acuan rukyat.(19) Setuju atau tidak, paradigma pemikiran Saadoe,ddin sangat mewarnai onnas-orrnas tersebut. Hanya saja perlu dicatat antira

h'lc'dcr

l. 2.

bulan Qomariyah, (Jakarta: Tesis IAIN


Hidayatullah,
1

A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah dalam penentuan Awal


Syarif
988/tidak diterbitkan)p.46 Term "muda" sebagaimana dikemukakan oleh Taufiq Abdullah,

disamping memiliki arti ketidakteraturan juga diartikarr sebagai simbol kemajuan dan modemisasi.Lihat Yunan Yusuf.Pemikiran

Kalam Tafsir Al-Azhar,cet I

3.

Panjimas,l990),p23.Mengenai tokok "kaum muda" baca L Stoddad. Dunia Baru lslam, (Jakarta: Panitia Penerbit,1966)p.303 Lihat M.C Ricklefs.sejarah Modern Indonesia,cet v (Jakarta,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1955),p.214215.Lihat juga Depag RI Ensiklopedi Islam.(Jakarta: Anda Utama,l993) jilid 3,p.895.Bandingkan pula Muhammad Radjab.Perang Paderi di Sumatera Barat 1803-1838 (Jakarta: Balai
Pustaka, I 964)

akarta:

Pustaka

4. Ibid p.24 5. Lihat Mahmud 6. 7. 8. 9.

Yunus.Sejarah Pendidikan Islam

di I

Indonesia'

(Jakarta ; Hidakarya Agung, I 985),p.73

Abdul Azis Dahlan.Ensiklopedi Hukum Islam, cet


Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997) jllid 1,p.215

(Jakarta: PT'

Nasution dkk.Ensiklopedi Islam Indonesia,cet I


:

A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah p.44.Lihat juga Harun


(Jakarta
Dj ambatan, I 992),p.324

Saadoe'ddin Jambek.Arah Qiblat dan cara Menghitungnya dengan Jalan Ilmu Ukur Segitiga, cet ll(Jakarta :Tintamas,1956),p.3 A.Mustadjid, Aliran-aliran Hisab Falakiah p.45
I

10. Hamdany Ali.Himpunan Keputusan Menteri Agama 1972,cet

dirumuskan Kalender Hijriyah Nasionar dan dapat diterrma pihak dengan sikap Gentelman ugr""-"ni (meminjam :emtla istilah Alwi Shihab), yakni bahwa antira pihak_pihak yang terlibat dalam perumusan siap menerima apa yang disepataii. "

Gadaer)(20) dan positive heuristic ala Imre Lakios(2l) tanpa harus merongrong kewib.awaan teori yang telah' aia agar . pemikiran hisab tidak berjaran ditempat. n.ngin demikian da'frJ

Saadoe,ddin-d;;; melakukan interpretasi produktif (meminjam irtfruf,

dikembangkan adalah semangat reformis

__

Menurut penulis

di era reformasi ini yang perlu

ll.
12.

(Jakarta : Lembaga Lektur Keagamaan, 1973),p.241

Nourouzzaman Shiddieqie.Fiqh Indonesia Penggagas


Gagasannya, cet I (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997),p 61

dan

cet l(Jakarta 956),p.3 13. A. M ustadl id, Al iran-al iran Hisab Falakiah p.45 t4. Saadoe'ddin Jambek.Arah Qiblat dan cara Menghitungnya dengan Jalan llmu Ukur Segitiga, cet Il(Jakarta :Tintamas,t956),p.3 15. Misalnya melakukan research terhadap lintang dan bujur ka'bah 16. Lihat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:28lSKPP/1-Al2.a'11995 tentang Pengsahan Susunan dan Pengangkatan Anggota Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran lslam Pimpinan Pusat Muhammadiyah Masa Jabatan 1995-2000 t'|. Sebelum data-data kontemporer seperti Almanak Nautika menurut sebagian ulama NU tidak dapat digunakan karena hasil orang-orang kafir (non Islam-Barat)
Saadoe'ddin Jambek.Almanak Djamiliyah,
:Tintamas,
I

46

47

18. 19.

20.
21.

Hans Gademer.Truth and Methode,(lllew york :


Press, I 975),p.264

Wawancara dengan Drs.Muhyidin di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal l9 Desember l99g Perhatikan Kasus lebaran kembar pada tahum l99g
Seabury

SEPEREMPAT ABAD BADAN HISAB DAN RUKYAT DEPARTEMEN AGAMA.RI.


Drs. Susiknan Azhari, MA Pendahuluan
Penentuan awal bulan baru (new moon) kalender Hijriyah merupakan suatu persoalan yang sangat penting dalam agama Islam karena menyangkut pelaksanaan ibadah, diantaranya ibadah saum Ramadhan, yaitu dalan menentukan kapan mulai dan kapan berakhirnya ibadah saum tersebut (baca : Idul Fitri). Begitu pula 10 htlhijjah (Idul Qurban). Meskipun penentuan awal bulan ini merupakan persoalan yang sangat penting, namun pada wilayah etis-praktis sampai saat ini masih belum ada keseragaman. Bahkan perbedaan itu menjadi penyebab perseteruan (tidak saling menyapa) dan mengusik ukhuwah diantara sesama muslim. Oleh karenanya dalam rangka mempersatukan umat untuk melaksanakan peribadatan tersebut dipandang perlu mernbentuk Badan I{isab Rukyat Departemen Agama RI. Maka pada tahun 1972 dibentuk Badan Hisab Rukyat Departemen Agama berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 76 Tahun7972. adapun tugas utamanya adalah memberikan saran-saran kepada Menteri Agama dalam penentuan permulaan tanggal bulanbulan Qomariyah (Hamdany Ali, 1 97 3:241).

Knowledge,(London :Cambridge University press, I 970),p. I 32

Imre Lakatos and Allan musgrave.Criticism and The Growth of

BADAN HISAB DAN RUKYAT : Latar belakang berdirinya


Sebelum melangkah lebih jauh dalam pembicaraan tentang pokok persoalan ini, dirasa ada manfaatnya menelaah sejenak keadaan Islam di Indonesia pra reformisme. Telaah yang benarbenar komprehensif tentu tidak mungkin, sehingga yang bisa dilakukan disini ialah sekedar mengemukakan beberapa masalah menonjol atau highlights yang dianggap relevan. Sejak zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran hisab yang ditandai dengan penggunaan Kalender Hijriyah sebagai

48

49

pl-end9r resmi (Ichfijanto,lggt

Harus diakui bahwa pada abad ke 17 sampai abad 19 M pemikiran hisab di Indonesia tidak bisa repas dari p"-itir"r, hisab negara-negara Isram lain. Barrkan traaisi ini masih kentara pada awal abad ke 20. Hat ini tercermin dalam kitab sullamun N,ayy"irain karya Muhammad Mansur Ibn Hamid Mufralyad Damiry al-Batawi (Ig25) yang terpengaruh bin oleh sistim Ulugh Bek (Depag RI,t98i:10).
persoalan ibadah diserahkan pada keraj aan_feraj aan

sejarah, ialah baru dalarn arti merubah suatu masyarakat lama kepada masyarakat baru, masyankat kehindu-hinil; masyarakat ke Islaman (Muhammad Wardan, l9sZlij.

peredaran !_eldasarkan -atahari dengan penanggalan Hijriyah. Hal ini merupakan suatu ciptaan bari yang perlu dicatat dalam

kerajaan Islam. Tindakan ini tiaat dilarang oreh pemerintah kolonial penetapannya diserahkan t"p"a"' p""g""r" -bahkan kerajaan-kerajaan Islam yang masih ua", t"*il*u hari-hari yang ada trrlbyrgannV_a dengan persoalan ;;;?;"" peribadatan, seperti I Ramadhan, I Syawal Oan tO Zutfrijah (Ibid). Patut dicatat suatu peristiwa penting dun b"rr"luruh, yaitu penggabungan penanggalan riinau Jawa

Kalender Masehi. Meskipun demikian, umat Islam titap menggunakan Kalender Hijriyah, terutama didaerah_daerah

Belanda di Indonesia terjadi p".g"r"ru' penggunaan kalender resmi pemerintah. Semula Kaiender uritryatiiiruu"t,

:2

2). pada zaman

penjajahan

*""j"oi

Kegiatan Hisab rukyat yang diikuti oleh peserta-peserta dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, Planetarium,ITB serta lembaga-lembaga falakiyah dari organisasi-organisasi Islam. Musyawarah Kerja inilah yang merupakan dapur pengolah dan penyedia data astronomi untuk kepentingan penetapan hari-hari libur nasional, hari-hari besar Islam dan pedoman pelaksanaan rukyatul hilal. Hasil Rukyatul Hilal
Pelaksanaan rukyat dilaporkan ke Departemen Agama (pusat). Khusus untuk pellaksanaan rukyat yang berhasil melihat hilal, laporannya harus dilengkapi dengan data sebagai

fcirui'

v""g

;"*j,

l. 2. 3. 4.

berikut:
Identitas pelapor

Identitas yang melihat hilal (nama, umur, pekerjaan dan


alamat)

Keterangan tentang tempat melihat hilal, saat hilal mulai dan akhir dapat dilihat, perkiraan ketinggian hilal dan arah
hi1al.

Khusus untuk Ramadhan dan Syawal, laporan


Agama.

harus

menyebutkan bahwa orang-orang yang melihat hilal sudah

persoalan penentuan awal_awal bulan

Sebagaimana dinyatakan diatas bahwa pada masa penjajahan

diperiksa dan disumpah oleh majlis hakim pengadilan

ying berkaitan;;;;,

Departemen Agama pada tanggal

masih ada. Lalu setelah Indonesia *"-rd"ku, ,"-"u.u angsur mulai diadakan perubahan. Dan setelah terbe"tutfa

iri;;;; t;;il;;:

zulhijah) diserahkan kepada Departemen Agama berdasarkan pemetapan pemerintah tahun 19a6 No.2/um,7/um, l/"m ;o Keputusan Presiden No 25 tahtn 1967, No.l4g tahun 196g dan No l0 tahun 1971. Meskipun penetapan hari libur telah diserahkan kepada Departemen Agama, tetapi pada wilayah etis praktis ,nu.it,

Nasution, I 992:21 l),persoalan_peisoalan yang berkairun O"rrgun hari libur (termasuk penetapan 1 Ramadiran, I Syawal dan l0

Januari 1946 (Hain

Suatu hal yang menarik adalah bahwa sejak tahun 1964, yang tercatat di Departemen Agama, sudah puluhan kali hilal dapat dilihat. Bahkan terjadi beberapa kali bahwa hilal dibawah 5o dapat dilihat di berbagai tempat.sebagai contoh, hilal awal

Syawal 1404

rjtima jam 10. 1 8 WIB, 29 Juni 1984, dapat dilihat oleh

H yang ketinggiannya sekitar 2o dengan


:

saat

1.

Muhammad Arief, 33 tahun panitera pengadilan Agama

2. 3. 4. 5. 6.

Pare-Pare

Muhadir, 30 tahun,Bendahara pengadilan Agama pare-pare H. Abdullah Hamid, 56 tahun Guru AgamaJakarta H.Abdullah, 61 tahun , Guru Agama lakarta K.Ma'mur, 55 tahun, guru Agama Sukabumi Endang Effensi, 45 tahun, hakim Agama Sukabumi

50
29

Departemenoru,u.,:11:Tffi;il.1, nljllnr""n-pertanyaan
j-,?f

d.'id;;;"""iii-'ini'"'",il;lH?iff

Keadaan seDefti

ff :ii:.ffi Tir"l

ME NURUT

t*,"Ti"*f #11:r#ipqitritflli#t::1iiltr#### efHilTfl;ffiHf,x,"fi1Til Hirufi ili:,';i Jltn

PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAII r sLAM naN pn-nLrrA-sALAHANNyA

K.II.Ibrahim Hosen penetapan Bulan eamariyah


kita lakukan. Dasar penetapan awal bulan eamariyah ini antara lain firman Allah : eamariyah memang harus ditetapkan, karena ,_,1-11,bylan hal rnr erat kaitannya dengan pelaksaiaan ibadah yang harus

penutup

u* oan kegi atan "ii"'," ;;? #f,lff",i:f L ff f,"L, T.., peningkatan teram-pitan ;;;;''";siaksanaanrukyat,baik peningkatan .urununyu. maupun Dari -B;.l*i,,rt?H"1.il1"1H;:i ,u;;un"5llulyu rulryat terah dapat aruneeupsegi
r..ei

Departemen Ap

.CClr gxtilJ crotr" iJA ,! ,4byl

cJre

dl!..iu.{

;ffi'"",1:',,Hr'JJfl f :iJfj'l-*Tlmerihat''fi dipertanyakan


umum.

,u:#

5ffiil'i["::',H#

.ryor", masikaibawar,' i.i.,.ierinun ._o_-..,e's yang pernah dilakukan

ha si r _has

il

l""J'

o.lilurlroJ' 11,", hirar aupai of.f, pu* Jrt #;

Hl

Artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah :',Bulan sabit ltu "'^." basi manusia dan (bagi ibadah) haji,,(Al-Ba;;";,iA{* "Ori"i-r*aa_randa waktu ""n,
Kemudian berdasarkan apa awal bulan eamariyah tersebut harus ditetapkan?. Dalam mi;";;;;p;ilururun ini di katangan Fuqaha terdapat tiga aliran ,.U"g"-i-UJ"f.", ,

l. Jumhur ul1m3 Gtanan,X4aiitr dan Hambali) berpendirian p"r,"tupun-u*al bulan qamariyah, l"l*l terutama awal bulan Ramadhan nu*. U"rAuruitu" -r"rrii,i ru'yah. Menurut Hanafi Aun _utiti ru'yah
disuatu- negeri maka ru.yah "p"Uif" tersebut berlaku untuk semua daerahy'wilayah k"ltirasuunnya.Sedangkan menurut Hambali, ru'yah tersebut berlaku untut ,.ir-*rr' dunia Islam dengan pengertian selama

sebagian maramnya.
Indonesia

6. :9r", di Aljazair sekitar jam lZ:t';;;";; jam 6 sore di ,\ljazair al f"O*.r," sekitar jam ll_12 malam. Golongan Jumhur ini tidak mengenal mathla, (yang fashih dibaca mathli,) ,.1ut*'O"ngan hadits Nabi :

Misalnya antara Indonesia dan Aljazair yang selisih *ufcrnyu- antara 5_6 jam. Di

masih bertemu

ja.

30

3l

qi)
2.

rrru;

I q;j

b.

t-

berdekatan dengannya,

Dalam hadits ini disebutkan muthlaqnya ru,yah, tidak dikaitkan 9"1gu1 mathla, (lihat antaia lain Hasyiah Ibnu'Abidin juz Il,halaman 393) Suatu aliran dari golongan Syafi,i berpendirian sama dengan Jumhur, yakni u*ul Ramadhan tersebut ditetapkan berdasarkan ru,yah. perbedaannyu Offin Jumhur ialah bahwa menurut golongan ini terjadi ru,yah didalam suatu n.g"ii maka ;ffi" *,yuh tersebut hanya berlaku untuk daerah/wilayah yang

yang satu mathla'/sama mathla,nya menurut qaul mu'tamad. Golongan ini berpegang kepada Haats Kuraib. Dan 19nyrut golongan .i i"n"t"p"n ;T"1, - -- J -' tersebut harus dilakukan oleh qadli/pemerintah. 3. Sebagian ahli fiqh mazhab Syafi,i terpendirian bahwa penetapan awal bulan Ramadhan tersebut dilakukan berdasarkan, hisab. ini bisa b"k"U;;; dengan golongan ,Golongan kedua, karena golongan "kedua mempergunakan mathla', disamping iiu meieka masih dalam satu lingkungan mazhib, dirnunu t"fo_pof. ketiga ini terdiri dari pemuka_pemuka mazhab S;fii
sendiri.

daerah/wilayah yang jauh. Kriteria dekat aisini iaiatr

tidak berlaku ,rl"f

statusnya dhanni. Yang dimaksud dengan hisab qath'i ialah apabila tercapai kesepakatan diantara ahli hisab berdasarkan kaidah-kaidah hisab mereka bahwa keadaan hilal mustahil dapat diru'yah pada tempat tersebut. Sebaliknya apabila ahli hisab berselisih maka ru'yah dimenangkan. Sebab disini berarti terjadi perlawanan antara dua dhan (ru'yuah) dan satu dhan (hisab). Maka yang dimenangkan tentu yang memiliki dua dhan (ru'yah). Dengan adanya pertentangan dikalangan ahli hisab berarti ada dua dhan dalam ru'yah, yaitu satu dhan dari pihak yang menyatakan ru'yah dan satu dhan lagi dari pihak ahli hisab yang menyatakan tidak mustahil ru'yah. Demikianlah pandangan jumhur ulama Syaf iyah. Oleh karena itu apakah hilal itu harus ditetapkan berdasarkan ru'yah ataukah hisab tidak perlu kita perdebatkan, karena ternyata antara dua pandangan tersebut ada titik temunya atau dapat dipertemukan. Kedua-duanya saling mengisi dan melengkapi serta dapat disatukan. Apalagi kalau dalam hal ini penetapan itu telah dilakukan oleh qadli/pemerintah sebagaimana hal itu dikehendaki oleh mazhab Syaf i maka semuanya wajib mematuhi dan tidak boleh lagi terjadi adanya silang pendapat demi tegaknya ukhuwah Islamiyah (lihat antara lain Al-Fiqh'Ala al-Mazahid al-Arba'ah juz I hal 552 dan Tuhfah, juzlll hal 383). Hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian lain. Pelaksanaan Idul Adha

Ramadhan).

Syafi,i ada yangberpegang kepada ru'yah semata, tidak membenarku, ,u-pu, tangan hisab .sebagaimana pendapat dan ada yangberpegig t"p"J" {yyhur (lihat antara tain fuirafi, fiin"V"fr'J", llP i.{g al-ru'yah sekitar Bidayatul-Mujtahid masalah penetapan awal
Sementara

Tegasnya dalam mazhab

itu

dalam buku_buku fiqh disebutkan bahwa apabila terjadi ru'yahtersebut bertentangan dengan rriruu quirr', maka ru'yah tersebut harus ditolak/tidaliditeri_-u, ,"UuU ,i yun
berdasarkan hissi (pandangan mata),

itu

,.jur,gt*- nlrri

Sebagaimana telah disinggung diatas, penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitri dikalangan fuqaha terdapat dua teori, yaitu teori yang mengenal sistem mathla' (mazhab Syaf i) dan teori yang tidak mengenal sistem mathla' (Jumhur/Hanafi, Maliki dan Hambali). Kita patut bersyukur karena di Indonesia umat Islam telah cukup maju, dimana dalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitri tidak terikat dengan mazhab Syaf i yang berpedoman pada sistem mathla', akan tetapi sudah mengikuti mazhab lain (Jumhur) yang tidak berpedoman pada sistem mathla. Di Indonesia kita telah biasa menetapkan bahwa ru'yah yang

32

33

terjadi

di

Jakarta berlaku untuk seluruh kepulauan/wilayah


dalam

Indonesia.

Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah

pelaksanaan ldhul Adha adanya dua teori tersebut (yang menggunakan mathla dan yang tidak) juga berlaku, sehingga pelaksanaan Idul adha dapat dilakukan secara internasional

dalam waktu yang bersamaan?. Dalam hal ini masalahnya adalah lain, tidak sama. Ulama semua telah konsensus bahwa dalam pelaksanaan Idul Adha hanya dikenal adanya sistem mathla', dimana masing-masing negeri Islam berlaku sesuai dengan mathla'nya masing-masing. Atas dasar ini maka pelaksanaan shalat ldul Adha di Indonesia misalnya tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang berlainan mathla'nya. Dalam hal ini Ibnu Abidin menjelaskan didalam kitab Raddul Mukhtar juz II halaman 393 sebagai berikut

Sebagai ilustrasi perbedaan waktu antara Indonesia dan saudi Arabia adalah 4 jam. Jam 7.00 pagi di Saudi Arabia di Indonesia jam 11.00. Jadi kalau kita harus mengikuti saudi Arabia dalam melakukan shalat Idur Adha dan memotong qurban maka disini kita akan melakukan shalat Idul Adha jam 11.00 dan memotong qurban sekitar jam 12.00 siang. Kalau di Indonesia umat Islam melakukan shalat Idul Adha jan 7.00 dan memotong qurban jam 8.00 misalnya dan ingin kita katakan mengikuti Saudi Arabia maka mereka masih tidur. Dalam hal ini tentu shalat 'Id dan qurban kita tidak sah. oleh karena itu Jumhur fuqaha yang dalam menetapkan awal Ramadhan dan awal Syawal/Idul Fitri tidak mengenal sistim mathla', maka dalam hal Idul Adha ini berpedoman dan kembali iepada mathla' masing-masing negeri.
Siapakah yang berhak menetapkan

el.: ;t^l r1ill .jl r* | I.;tJ tL-il ,-i )ut ,1 ..,:ti1lf gt ,r ttLt gi . ip.i :l ,-i).i, I j., _ i(;rt r#r ;:"*;\r ,i 4 ,,rrir t.,, J"--,t ft' itt,il" ,: rrr;lr
.

;!l* 5r r+s,z p* ( +p) "l t+ ?x!.fr,"a| iui.,ei n^s'S #rn* ri.+-. y'sJ'b:;t I Gt*,t ,.u b;h S- j or .ir;ri, .1. ,
*,!
tgtr^ ?t *\i,

q.CtJrJl.r}t,

Mazhab Syaf

*o

6crtr

tb ,;61

menetapkan awal Syawal maka seluruh umat Islam wajib mengakhiri puasanya. Dalam har ini Abdurrahman Ar-raiiri menyebutkan :

bahwa penetapan bulan qamariyah khususnya awal Ramadhan dan awal Syawal haruslah dilakukan oleh pemerintah/qadli. Apabila pemerintah telah menetapkan awar Ramadhan maka seluruh umat Islam wajib berpuasa dan apabila pemerintah telah

seperti telah disinggung mensyaratkan

Dari uraian lbnu'Abidin diatas dapat dipahami bahwa masalah pelaksanaan shalat 'Idul Adha tidak sama dengan
masalah penetapan awal Ramadhan dan Syawal/Idul Fitri (yang menurut Jumhur tidak dikenal adanya sistem mathla'). Sebab

,-tilt.PpJl.r"r qf ,r"tft^1, q&or,r.f,I

!5iL f rJl #nt J y#l .iaj.r j L;i,:,,

ty'U

:r.i tJt
,r.t

dalam penetapan awal Ramadhan dan awal Syawal/idul Fitri


masalahnya adalah puasa, sedangkan disini (bulan zulhijjah/Idul Adha) masalahnya adalah soal shalat danqurban. Jadi dalam hal

irtr)l yrl rr .rL &Jl - J.rr r>t; ts V V && * -oe f : I j+

ini

kembali kepada mathlanya masing-masing, sebagaimana waktu shalat maktubah dimana masing-masing negeri berlaku waktu setempat.

Menurut mazhab Hanafi,Maliki dan Hambali penetapan awal Itamadhan dan awal Syawal tidak disyaratkan harus ditetapkan oleh qadli/pemerintah. Akan tetapi menurut mereka upubitu rladli/pemerintah telah menetapkan awal ramadhan dar awal Syawal dengan cara apapun (dengan ru'yah atau hisab) maka

34

35

umat Islam wajib


menyebutkan:

dalam kaitannya dengan masalah

fiqh

khususnya yang

,-FJl r-r

.+*;.;*,l'
ar

. +&;ri

sil lt * tFI-.Jl t s*.J, i r;tt rrt r


r

;'r

*,qJptc, *St-St br.i r+tti'., ft;tF i! * r.;;Ellg;y'll tcol-ool

berhubungan dengan masalah kemasyarakatan, adanya campur tangan pemerintah itu mutlak diperlukan sejalan dengan kaidah

rt )tin {ar rrj {-,

bermazhab Syaf i itupun wajib mengamalkannya. Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfah juz III halaman 383 menyebutkan:

Bahkan dalam mazhab Syaf i disebutkan apabila pemerintah yang menetapkan hilal itu mazhabnya berbeda dengan mazhab Syaf i misalnya dalam soal mathla', maka umat Islam yang

"Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan akan menyelesaikan perselisihan/silang pendapat". Kaidah ini bersumber dari Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 59

,J.^JrlL/CUq.Jl
r

gi r:r, lt ,Jrlr- ,t*, v .tVi'Y c tjl

d F lf J).lJt .iJli. o":i t q*rt


, eH.Jl Jrr cr
u"ri.?

,i

,t

J'';lt rF,rL

.il rr+i , ;J n
:

sir

q r,l tsr!,

Dan hadits Nabi riwayat Bukhari

Hal yang sama dapat kita telaah pada kitab I'anatuththalibin juz II halaman220. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa antara mazhab syafii dan Jumhur (Hanafi,malik dan Hambali) dalam hal ini ada titik temunya. Titik temu itu ialah bahwa umat Islam wajib mentaati dan mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh qadli/pemerintah mengenai penentuan awal Ramadhan awal
Syawal.

p +&n\o!t&L(lrre;l\&
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan shalat Idul Adha hanya bisa diperlakukan secara nasional, sebab dalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah mathla' masingmasing negara. Sedangkan untuk pelaksanaan puasa Ramadhan dan Idul Fitri bukan saja dapat diperlakukan secara nasional,
akan tetapi juga dapat diupayakan untuk diperlakukan secara

Lalu bagaimana dengan penentuan pelaksanaan shalat Idul Adha?. Dalam hal ini kita dapat melakukan TAKHRIJ
(menganalogikan) terhadap masalah penetapan awal Ramadhan awal Syawal. Atas dasar TAKHRIj ini maka penetapan awal zulhijjah atau pelaksanaan shalat ldul Adha perlu dilakukan oleh pemerintah. Dengan cara ini maka umat Islam lndonesia

internasional dengan berpegang kepada mazhab Jumhur, khususnya Hambali selama malamnya masih bertemu
sebagiannya. Untuk diperlakukan secara nasional perlu campur tangan pemerintah. Dan untuk dapat diperlakukan secara internasional perlu ada lembaga qadli intemasional yang keputusannya dipatuhi oleh negara-negara Islam.

akan seragam dalam mengawali ibadah puasa Ramadhan, Fitri dan Idul Adha. Keseragaman dan kesatuan amaliah umat Islam ini amat diperlukan dalam menggalang persatuan umat (ukhuwah Islamiyah).memang
malakukan shalat Idul

Kenapa lembaga internasional

bagaimanapun ini adalah merupakan masalah fiqh/ijtihadiyah yang tidak mengikat dan tidak dapat dipaksakan kecuali telah ditetapkan oleh suatu lembaga yang diakui otodtasnya. Sisi lain

ini

diperlukan?. Sebab

36

37

seperti terah disebutkan diatas ialah karena apabila ru,yah itu kontra dengan hisab qathi maka ru,yaf, ii" f,"*, dit"i"kilil;; penjelasan diatas). Hal ini tentu tidak uisa oiatasi kecuali oleh suatu lembaga
seperti dimaksud.

Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas dapat kita simpulkan beberapa hal sebagai berikut: l. Pembicaraan fuqaha tentang penetapan awal bulan qamariyah difokuskan pada bulan_bulan Vung- uJu kaitannya langsung_dengan pelaksanaan ibadah, yaitu bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhrj"h. p;;;;; awal bulan Ramadhan, Syawal dan iulhijjah daiam kglangan Fuqaha,secaru guii, besar dikend il;r;d"; aliran. pertama berpegang pada ru,yah (Jumhur dan sebagian ulama dari gol,ongan Syafi,i). Dan teau" berpegang pada.hisab (sebag*ian uiu_u yang lain dari golongan Syafi,i). 2. Antara dua pandangan tersebut tidak perlu
dipertentangkan, karena keduanya dapat dipert..rrukun. saling mengisi dan mempekuat. Apabila dalam -Mal{ kondisi dimana ilmu pengetahuan telah begitu

berlainan mathla'nya. Bila hal ini dilakukan tentu ibadah itu tidak sah. 4. Oleh karena penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah tersebut merupakan masalah fiqh yang berhubungan dengan hal-hal kemasyarakatan maka dalam hal ini perlu campur tangan pemerintah' Demikian itu dimaksudkan untuk menjaga keseragaman amaliah ibadah umat Islam. Dalam hal ini ulama telah konsensus dan mereka juga telah sepakat bahwa semua umat Islam wajib mematuhi apa yang telah ditetapkan
oleh pemerintah tersebut.
5.

Apa yang berlaku di Indonesia baik dalam kaitannya dengan penetapan awal Ramadhan, awal Syawal/Idul Fitri maupun ldul Adha telah tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah hukum Islam/fiqh. Untuk itu bagi umat

Islam Indonesia bukan saja wajib taat dan mengikutinya, akan tetapi juga berkewajiban mendukung dan mengamankannya. Hal ini diperlukan
baik dalam kaitannya dengan keabsahar/sahnya ibadah maupun dalam hubungannya dengan kepentingan ukhuwah Islamiyah.

^ 3.

tetapi dalam penentuan_arval Zulhijjah dalam iuirunnyu dengan wuquf, shalat Idul Adha ian ibadah eurUan, ulama telah konsensus bahwa dalam hal ini berlaku sesuai mathla, masing_masing negara. Atas dasar ini maka pelaksanaan Idul Adha aai ibadah Indonesia tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang

tidak -.-^o.-,,-^t-^.i mathla,(Jumh,rnr#ilff"ift'"::X Hambati).'If#

Dalam penentuan uwal Ru-ujhan aun a*ui Sya*al adanya dua teori, yaitu teori yang . mempergunakan sistem mathla, (Syafi,i) Oun t"ori iun!

adalah hasil ijtihad yang stafusnyahanyadhanni.

itu jauh-jauh hari, tanggir/bulan sudah uiia aitetltui letak dan posisinya. i"Uif, dari itu k"r".uunyu
ltu

;";;;h

dikenal

q;;, l;

38

39

sAAltot':ItDtN tt.tAMIiltK : profil pembaharu I'prnlklran llisab di Indonesia


(s

Djalaluddin adalah yang menarik hatinya dalam mempelajari ilmu falak(7). Disamping itu ia juga mempelajari buku-buku yang lain, seperti Almanak Jamillah karya Syeikh Jambek, Hisab Hakiki karangan K.H.Ahmad Badawi dan lain
sebagainya.

tu

r,c

gaj

".?#l:ijsilf#?l#tunan Yogyakarta)

Kar ij aga

manajemen maupun dari segi

pada tiiggit Z+ M pada saat ranah Minang'r"Ou"g"io;uOi -1911 pergolakan kebangkitan yang disebut Kaum Muda(2).-G.rukun -i"r:"ii ini .berbeda dengan gerakan kebangkitan vi"g sebelumnya, seperti pergolakan paderi (1 g03_l g3b;1:j, gerakan Paderi tersebut lebih menekankan" Aimana ,"_"rU", militerisasi. Gerakan kaum muda lebih bersifat p"*t;h;;?n pemikiran, yang ditandai dengan munculnya beibagai ;;;;" publikasi, sekolah serta organisasi yang dikelola secara modem(4). Gerakan kaum muda ini pula yang mengiffr".ri berdirinya lembaga pendidikan Thawalib School, !""r" fJ*i"g" pendidikan yang dikelola secara modern, baik a".i ,"?i e

Maret

(pembaharu pemikiran hisab)(l), lahir di eukittinggi pudu tanggal 29 Rabiul Awal t3Z9 H, bertepatan

Djambek, tokoh muslim Indonesia yang oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai mujaddid at-r,isuu

SAADOE'DDIN

Meskipun Saadoe'ddin banyak mengkaji dan menelaah buku-buku ilmu falak, namun Saadoe'ddin belum merasa puas dengan sistem perhitungan lama yang keakuratannya perlu diuji lagi. Oleh karena itu pada tahun 1954-1955 Saadoe'ddin mencoba memperdalam pengetahuannya di fakultas llmu Pasti
Alam dan Astronomi ITB. Dengan ilmu yang diperolehny^a itu Saadoe'ddin berusaha mengembangkan sistem baru dalaYn perhitungan hisab dengan mengenalkan teori Spherical Trigonometry (segitiga bola). Menurutnya teori itu dibangun untuk menjawab tantangan zaman. Artinya dengan meningkatnya kecerdasan umat di bidang ilmu pengetahuan maka teori-teori yang berkaitan dengan ilmu hisab perlu didialogkan dengan ilmu astronomi modern sehingga dapat dicapai hasil yang lebih akurat(8)' Dengan menggunakan teori-teori yang terdapat dalam shherical trigonometry Saadoe'ddi mencoba menyusun teoriteori untuk menghisab arah kiblat, menghisab' terjadinya bayang-bayang kiblat, menghisab awal waktu Shalat dan menghisab awal bulan Qoma6iyah. Karena sistem ini dikembangkan oleh Saadoe'ddin maka sistem ini juga dikenal sistem hisab Saadoe'ddin Djambek.(9) o Dalam rangka membumikan teori-teorinya itu, Saadoe'ddin mencoba mengenalkannya di pergbruan-perguruan Islam, terutama IAIN Sunan Kalijaga.'bgyakarta dan dari sini muncul tokoh-tokoh hisab, misalnya H.Abdul Rachim dan H.Wahyu Widiana. Sistem yang dikembangkan Saadoe'ddin relatif lebih mudah dan modern. Apalagi setelah prosedur perhitungannya dapat

HIK

Saadoe'ddin memperoleh pendidikan iorrnuf pertama di HIS (Hollands Inlandsche Schoof hingga tamat pada tahun 1924. "kl seko I atr pendidikan gum, 5-.:"dl3l ia me I anj urkan studinya

kurikulumnya(5).

(Hollands Inlandsche liweekschoot)

ahli ilmu falak dimasanya. Kirena itu tidak jika Saadoe,ddin sejak masa mudanya (lg tahun) sudah sangat tertarik denlan ilmu ini. fri"n*ri pengakuannya pati
seorang
mengherankan

Saadoe'ddin juga menerima pelajaran keagamaan khususnya -uyuhnyu, berkaitan dengan falak dari yang termasuk salah

di Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh ijazah pu"Oa tahrn 1930(6). disamping memperoleh p.r,OlAitu' for_ui

Setelah tamat dari HIK pada tahun 1 927, iameneruskanrryu Lii ke Hogere Kweekschool (HKS), sekolah pendidikan gu* utui,

di Bukid;;;.

menggunakan kalkulator. Dengan kalkulator tersebut mahasiswa yang tidak mempunyai basic ilmu pasti dengan
mudah dapat mencari fungsi-fungsi geometris sudut tumpul, sudut negatif dan sebagainya. Mereka tidak mengalami

buku

Kiraan karya Syeikh Thahir

40

4l

Majelis Pendidikan dan pengaju.un


1973.

memperoleh pengakuan dari warga Muhannadiyah. pada tahun 1969 diberi kepercayaan oleh pimpinan pu"s?t Muhammadiyah menjadi ketua pimpinan pusat Muham.naaiyah

dominan adalah dalam pendidikan, lnelalui Muhammadiyah.aklivitasnya tersebut pada gilirannya "Sehingga
di
Jakarta periode l9L9-

trigonometry - Selain sebagai ahli Falak, diantara aktivitasnya yang paling

Syari'ah, ilmu falak diberikan dengan sistem

l.e Errl irr-+h rl:rlriirr pr ri.('' lnenghitung perkalian atau pembagian llrl:lirEiirr hrlarrgnrr l)crcahan sampai 4 desimal atau lebih. l'crlri rlrr''rrrrt, karcna sistem spherical trigonometry dianggap ,it=rilt,u tlcrrgan perkembangan ilmu pengetahuan dan i]n, rn*lu' rnaka sillabus ilmu falak di rututtu, Syari'ah IAIN scluruh Indonesia menggunakan sistem ini. Juga Oip.rgu*un * perguruan tinggi Agama Islam swasta yang memiliti pakultas

Selanjutnya Menteri Agama dengan Surat Keputusan Nomor 77 lahun 1972 tanggal 16 Agustus 1972 telah menentukan susunan personalia Badan Hisab dan Rukyat Departemen

Agama sebagai berikut


anggota

a.saadoe'ddin Jambek Jakarta, sebagai ketua merangkap b.Wasit Aulawi, MA Jakarta, sebagai wakil ketua merangkap
anggota

spherical

c.Drs Djabir Manshur Jakarta, sebagai sekretaris merangkap


anggota
J akarla, sebagai anggota e.Drs. Susanto (L.M. C) J akarta, sebagai anggota f.Drs.Santoso Jakarta, sebagai anggota g.Rodi Salah Jakarta, sebagai anggota h.Dj unaidi Jakarta, sebagai anggota i.Kapten Laut Muhadji Jakarta, sebagai anggota j.Drs.Peunoh Dali Jakarta, sebagai anggota k.Sjarifuddin BA Jakarta, sebagai anggota.

d.Z.A.Noeh

Zulhijjah 1397 H berrepatan dengan tanggar 22 Nopembli pil M di Jakarta. Makamnya dekat dengan -utu* proi.Dr.T Hasbi Ash-Shiddieqy(l l).

mengembangkan ilmu Hisab iun-nuryat a"n kehidupan sosial di Tanah Suci lvlakkah dan ,n"ngnudoi firri woorld conference on Musrim Educarion di Makkai (rg77). Saadoe'ddin meninggal dunia pada hari Selasa tanggai tt

Belgia,Inggris, Amerika serikat danJepang Agiij', penelitian/survey

Sebagai seorang tokoh Saadoe'ddin tidak jarang mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak, baik dari kalangan pemerintah maupun no., p"rir.rintah. Saadoe,ddin gernqh diberi kepercayaan untuk menjadi staf ahli Menteri p & K. disamping itu, pada tahun tglZ pada saat diadakan musyawarah ahli Hisab dan Rukyat seluruh Indonesia, dimana disepakati dibentuknya Badan Hisab dan Rukyat, Saadoe,ddin dipilih dan dilantik sebagai ketua,(10) Kunjungan ke luar negeri yang pernah dilakukan saadoe'ddin, antara rain menghaairi toiteiensi Mathematical Education di India (1958), mempelajari sistem .o*pr"t.nriul 1clool di negara-negara : lndia, Thailand, Swedia,

Adapun anggota tersebar diserahkan penentuannya oleh Direktur Jendral Bimas Islam. Dirjen Bimas Islam dengan Surat Keputusannya Nomor D.U96lPll973 tanggal 28 Juni 1973 Menetapkan : Susunan anggota tersebar Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama sebagai berikut :
a.K.H. Muchhtar b.K.H. Turaichan Adjhuri c.K.R.B. Tang Soban d.K.H. Ali Yafi e.K.h.A.Djalil f.K.H. Wardan g.Drs.Abd. Rachim h.h.Basit Wachid i.k.Muchlas Hamidi
Jakarta

Kudus
Sukabumi Ujung Pandang

j.H.AslamZ
k.H.Bidran Hadi l.Drs.Bambang Hidayat m.Ir.Hamran Wachid

Kudus Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Bandung/ITB Bandung/ITB


Jakarta

n.K.H.O.K.A Aziz 42

53

llqlarlr Alr (ihozali p K llnnurlli Aqil


r1=K.Zuhcli tJsman

Cianjur
Jakarta

Nganjuk

BADAN HISAB DAN RUKyAT :Antara Cita dan trakta


Pada saat ini usia Badan Hisab dan Rukyat telah mencapai ggqeremRat abad (teparnya pada tanggal 16 Agustus yang lalu).

REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN IJTIMA DAN TINGGI HILAL AWAL RAMADHAN DAN SYAWAL 1418 H/1997-1998M IJTIMA TINGGI TGL.SATU METODE/ HILAL SYAWWAL HARI TANGGAL JAM SISTEM Hisab Hakiki Khulashah wafiyyah Qawaidul Falakiyah Sullamun Nayyarain Fathuraufil Manan
Menara kudus Jean Meeus New Comb Nurul Anwar Badi'atul Mitsal E"W. Brown Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu Rabu

Kehadirannya sesungguhnya untuk menjaga p"r.utrrul' Aun ukhuwah Islamiyah khususnya dalam petai.sanaan peribadatan. Hanya saja dalam wilayah etis-praktis masih belum bisa terwujud. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kasus, misalnya pada tahun 1405 H/L98Sld, t4l2$/tgg?,M,l413$/tgg3M dan kemungkinan 1408H/1998M akan terulang kembali karena kondisi hilal sangat lffitis (lihar Tabel dibawui, ini;
REKAPITULASIHASILPERHITUNGAI.I

28 Jan 28 Jan
28 Jan

13:02 13:04 13:22


12:46

0 "48 o "47
1 "57

29-01-98 30-01-98 29-01-98

28 Jan
28 Jan

14:59 13:00 13:03 13:02 13:10

2 "37 1" 30 7 "23 0" 32 0" 45

29-01-98
30-01-98 30-01-98

28 Jan 28 Jan
28 Jan 28 Jan 28 Jan

30-0't-98
29-01-98 29-01-98 30-01-9

0.58 0.45

IJTIIU

13:01 o" 41

AWAL RAMADHAN DAN SYAWAL 1418 H/1997J998tM METODE/ IJTIMA TINGGI TGL.SATU SISTEM HARI TANGGAL JAM HILAL RAMADHAN Hisab Hakiki Khulashah wafiyyah Qawaidul Falakiyah Sullamun Nayyarain Senin Senin Selasa Senin Senin Senin Senin Senin Selasa Senin

Data dari hasil Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Hisab Rukyat Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama, 2-4 Juni 1997

Fathuraufil Manan Menara kudus Jean Meeus New Comb Nurul Anwar Badi'atul Mitsal E.W. Brown

29-Des 29-Des 30-Des 29-Des 29-Des 29-Des 29-Des 29-Des 30-Des 29-Des

23:58 23:47 00:40 23:34 23:22 23:56 23:58 23:58 00;04 23:57

-4.59
-4"21

9'40

31-12-97 31-12-97 31-12-97

Penulis melihat perbedaan di atas karena selama ini kajian hisab lebih bercorak praktis (practical guidance) dan kian melupakan wilayah teoritis-filosofis. Perbedaan tersebut akan
senantiasa muncul dipermukaan selama wacana-epistema yang mengitari masing-masing teori tidak tersentuh. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah "keluamya" mata kuliah ilmu Falak dalam Kurikulum Nasional 1995 (Ditbinperta,l985). Hal ini sangat ironis. Di satu sisi pemikiran Rukyat mulai berkembang dengan munculnya Teleskop Rukyat

-247
9.'19

31-12-97
31-12-97 31-12-97 31-12-97 31-12-97

8 "35

-523
-4"57
7 "47
7 "43

31-12-57
31-12-97

-4"56

kian terabaikan. Padahal wilayah inilah yang diharapkan mampu mengkaji secara
komprehensif dan fi losofi s sehingga perbedaan-perbedaan yang muncul dapat diatasi dan dieliminir. Bahkan munculnya ide perubahan IAIN menjadi Universitas adalah untuk melihat seberapa jauh Islam dapat memberikan kontribusi kepada ilmu-

(susiknan Azhari,l 9 9 5 :7 ). Sementara itu pemikiran hisab

54

55

auni,"-ur,u;il;1,_,;TT;ilil?"j!'li:"#,'i::",mHm
secara baik' akan tetapi kurang rumus-rumus yang digunakan.

i;6, tr#"r}::soPerasionalku".

:.:?ru. baik pula. K"-;yu, il;_o#il:, memahami teori-teori hisab sera'ru'-.nautu,n, tetapi " kuiang

Lj;d"k ,"rs.;";;, teori-teori hisab secara mendalam dan mamDu mengoperasionalkan


il"ro1nol ;;;'r';ui;o

Hadimya Badan Hisab aun'nuryut merupakan wadah bagi pemikiran hisab dan rukyat Ji-i"J,"i.ria. -a* -troy"t Akan tetapi dalam perjalanannya Badan Hisab terkungkung oleh rutinitas dan lebih bercorak u" i r."imbang burhani. oreh karenanya sudah saatnya Badan UlsaU dan Rukyat membuat terobosan dan "pendewu.uan,i k;p^u.#n,u. yar akat luas dengan mengembangkan wilayah teoritis _'fi i r, o"i"_ rr"il, direnungkan pernytaan "lnGhazali K.H Syukr "Jn " : Mengharup kepada Badan Hiiab dan Rrbr;;.parremen Agama, agar memperhatikan masyarakat tsram tndonesra. B'a masyarakat dipaksa menganut suatu pendapat seb.ium ada titik pertemuan dari berbagai pendapat,m"k;-;r;l; untuk mempersatukan pendapat akan mengafu-i t"eusJ;'ii w"91, Autawi, 1977:4). Dalam ungkapan t11i.-urt ,,dialog,,. ,{#;G{in Dialog bisa terwujud jika masing-masitrg pi'at-memahami dan tidak menegasikan pihak_lain., Sehi-nggu froauk Badan Hisab dan Rukyat betur-betur mengakar oun"6i. Jai"terima semua rapisan. Patut dicatat, bahwa dafu*,uufltul Jmptif< ahli hisabterbagi menjadi tiga tipologi. pertamf

ilmu yang ada sehingga pandangan dikhotomis yang memisahkan ilmu- umum *_ lmu """ dikurangi (Republika, tggi,Z-il'" "r#;;"tl,l;;;,lLn,o,ru

dialog dan pembiasaan diri bertukar pikiran secara terbuka, dalam semangat kejujuran dan keadilan, pandangan positifoptimis kepada sesama manusia, penuh I'tikad baik, bebas dari skema-skema konspiratif, membuang jauh-jauh perasaan saling benar dan parakialisme (Nurcholish Majid, 1997:3)

CATATAN AKTIIR

Tak dapat dipungkiri bahwa

pemerintah "berusaha

menyatukan" perbedaan dalam menentukan awal-awal bulan Qomariyah khususnya dalam menentukan 1 Syawal Hal ini ditandai dengan hadirnya Badan Hisab dan Rukyat. Hadimya lembaga ini adalah sebagai wadah pemikiran Hisab dan Rukyat di lndonesia. Hanya saja dalam perjalannya lebih bersifat bayani daripada Burhani sehingga masih sering terjadi perbedaan dalam menentukan awal bulan Qomariyah khususnya 1 Syawal. Oleh karenanya Badan Hisab dan Rukyat perlu mengidentifikasi persoalan-persoalan pokok dalam menghadapi keadaan yang serba berubah dan kompleks agar tujuan yang ingin dicapai (baca: Kalender Islam Indonesia) isa terwujud. Wallahu a'lam bi As-sawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu al Baqi, Muhammad Fuad. Al-MuJamal al-Mufahharas
Qur'an al-Karim, cet.l,Beirut: Dar al-Fikr,1986

li

alfadz al-

ubahnya seperti fuoaha y"r;;i;"k;".rr!rurui dan memahami Ushul al-Fiqh. Mereka d;pf;";0".".1""",tan

Abdullah, M.Amin, merekontruksi Tradisi Pemikiran Islam, dalam jumal


Ulumuddin,No I Maret 1996. Studi Agama Normativitas atau Historisitas? Cet.l, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996

-irlr"rli

rum us_rumus

dasar-dasar filosofis

Berdasarkan semua, persoaran dikalangan ahli Hisab untuk jangka wakru sekarang d'a" .;;;;;*,",n terus diliputi pola pikir bayani' Barangkari tata-iaia Lncr untuk tahan perkembangan ahri-ahri hisab kita ,u'ui ini i"r"h diri" (baca : reoritis_fi1.:"I;) ;;;*Ti,"u"o* secara bersama -rvr"oanya melalui pendekatan murtidispiin"i. iarah diarog-

Abdul Hamid, Abu Hamdan Abdul Jalil.Fathu ar-Rauf al Manan, Kudus:


Menara Kudus, t.t

Abdul Hamid, Mansur bin.Sullamu an-Nayyirain, Jakarta

:madrasah

";;ffi*;:ili

Khairiyah al Mansuriyyah,t.t Ali, Hamdani.Himpunan Keputusan Menteri Agama 1972, cet.I, Jakarta : Lenbaga Lektur Keagamaan, 1973 Aulawi,A.Wasit.Laporan Musyawarah Nasional Hisab dan Rukyat tahun 1977 , Jakarta : Ditbinbapera, 1977 ,l

56

57

: Ditbinbapera,

Laporan Musyawarah Nasionar Hisab dan Rukyat tahun 1977, Jakarta

1977,lll

Azhari,susuknan. Teleskop Rukyat dan permasalahannya, dimuat dalam Bali Post pada tanggal 24 Februari 1995 Dahlan,Abdul Azis.Ensiklopedi Hukum Isram, cet I, Jakarta :pr. Ichtiar Baru
van

Hoeve,l9TTjilid I

PERLU PARADIGMA BARU MENUJU KALENDER ISLAM INTERNASIONAL Drs. Susiknan Azhari,MA. (staf Pengajar Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta)

lchtijanto (et.al).Almanak Hisab Rukyat, cet.l.proyek pembinaan

Pandu, I 992.

------,Ilmu

Peradilan Agama Islam, l98l Wardan, Muhammad. Hisab Urfi dan Hakiki, yogyakarra :t:p,1957

Badan

Hisab (Falak) pendahuluan,

cit l,

yogyakarta

Toko

Harus diakui Indonesia sebagai bangsa yang memiliki


berbagai kemajemukan termasuk didalamnya masalah hisab, rukyat dan astronomi sangat memerlukan keterbukaan dan kedewasaan berfikir. Karena dengan sikap ini, masing-masing pihak disamping memahami metodenya sendiri juga memahami metode-metode yang lain,yang satu sama lain terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Dengan saling memahami dan mengerti persamaan dan perbedaan diantara mereka itu, diharapkan akan tumbuh sikap salingmenghargai dan menghormati sesama muslim. Selama ini persoalan perbedaan penentuan awal Ramadhan dan Syawal lebih banyak diharapkan pada persoalan praktis antara ahli hisab dan rukyat, ahli hisab dan astronorni dan seterusnya. Sehingga persoalan ini terus berkembang dan masing-masing pihak rnerasa lebih "akurat" dan "sesuai" dcngan perintah agama. Padahal penentuan awal Ramadhan dan Syawal bersifat ijtihad.( 1 ) Tulisan ini, ingin melihat secara proporsional persoalanpcrsoalan yang menjadi pemicu perbedaan secara filosofis schingga dapat dicari titik temu dari masing-masing tipologi tlan solusinya dalam membangun Kalender Islam lntemasional.

Republika, hari Rabu dan Kamis tanggal 2-3 Juli 1997.

AKAR AKAR PERBEDAAN DIKALANGAI\ AHLI HISAB l)alam tradisi pemikiran Hisab di Indonesia mempunyai lrcragam tipologi, yaitu hisab ,tradisional, semi modern,

rrrotlcrn dan kontemporer. Penulis


pcngl<lasifikasian tersebut
:,nlrrrg rnenegaskan eksistensi yang

berpendapat

tidak bersifat hirarkis dan tidak


dimiliki oleh masing-masing

58

59

li1ilringi I llFlr lrrrlrrrnily;l pcrlu kearifan dari maSing-masing


ri
1

rIlfi g I r lrr lril I I I I !r.r I lol t'ct tipologi yang lainnya.

iriur ,irulnlr
rr r rr
|

i'r

/ /ir

rr

l)efnLllis ingin menguak (meminjam istilah r'n shiddiqi) akar perbedaan dikalangan ahli hisab.

lr;rl;rrrr lrcl'gumulan pemikiran hisab

di

Indonesia, khususnya
persoalan-persoalan dalam

tl;rlrrrrr rrrcnctapkan awal bulan qomariyah masih banyak bersifat

membicarakan tentang suatu keilmuan lantas ia menjadi sentimen hanya kepada masalah politik saja. Membahas tentang keilmuan dan digiring menjadi persoalan politik itu bagaiman ?. Antara aliran hisab urfi dan hisab hakiki akhirnya menjadi persoalan politik, antata fiqh Syafi,idan ghairu Syaf i mentok pada persoalan politik, dan tasawufyang tarekat dengan ghairu tarekat berakhir pula dengan keilmuan. Keilmuan is keilmuan, kritik is kritik. Bila seperti ini yang dijadikan pedoman, maka pergumulan keilmuan yang kita geluti, akan bermuara pada
intervensilkepentingan dari kelompok atau golongan tertentu. Terserahlah bagi orang awwam, bila mau membawa persoalan itu kepada tendensi yang macam-macam itu urusan mereka. Dalam hal ini Amin Abdullah berkomentar : "Kita para penggede keilmuan, sikap seperti itu tidak layak untuk kita tiru, karena hal itu jauh dari kadar akademis. Dalam membawa missi keilmuam, kita rilek saja dalam melakukan kritik terhadap pemikiran-pemikiran keagamaan klasik atau
kontemporer
"

politik(2). Sebenarnya tidak bisa seseorang

prlktis dan diwamai serta digirng pada

metodologi akademis, karena politik is emosional. Bagaimana dapat bertindak obyektif sedangkan ia sendiri emosi dan ekslusif, maka terjadi dialogis yang kurang sehat diantara mereka. Selanjubrya bila ditelusuri lebih jauh akan ditemukan akar perbedaan di kalangan ahli hisab selain sistem perhitungan yang digunakan, terletak pada dua permasalahan pokok, yakni : (a) Konsep permulaan hari (International Lunardateline) dan (b) Konsep hilal (Visibility hilal).
a.

Kons ep permulaan

hari

tanpa tendensi apa-apa atau tanpa

adanya

Jika kita simak secara seksama ayat-ayat Al-Qur'an dengan hari yang jemih, maka kita akan berkesimpulan bahwa isyarat Al-Qur'an tentang pembagian hari (baca :siang dan malam) ditunjukan dengan simbol benang putih (al-khait al-abyad) dan benang hitam (al-khait al-aswad). Benang putih menunjuk pada siang hari dan benang hitam menunjuk pada malam hari(4). Lalu kapan permulaan hari dimulai?. Al-Qur'an secara tegas tidak menginformasikan. Disinilah para ahli hisab berbeda pendapat untuk menentukan batas permulaan antara benang putih dan benang hitam. Bagi aliran ijtima qabla al-fajr menganggap bahwa permulaan hari diawali saat terbit fajar. Logika mereka mengatakan bahwa puasa ramadhan diawali pada saat terbit fajar. Hal ini didasarkan pada firman Allah surah Al-Baqarah (2) ayat 187 :

(3).

Jika kita setuju dengan komentar tersebut dan berada dalam taraf intelektual dan memenuhi kadar metodologi akadernis., penulis yakin tidak akan ada orang yang merasa sakit hatr. Malah sebaliknya akan merasa senang, sebagai kilas balik untuk introspeksi atau melakukan perenungan kernbali terhadap corak pemahaman keberagaman selama ini. Apakah sudah memenuhi kadar keilmuan atau belum?. Tetapi kalau dalam meiakukan

t'

,-+ttt .y

ljrll .!$I tr. r.ri#yt!'riJl S O*.fr lrrL.dlj l'is'l .,!tl,/ fti,4ll lJril

"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kernudian sempumakanlah puasa itu sailpai (datang) malam"
Sementara itu, Saadoe'ddin berpendapat bahwa permulaan hari adalah saat terbenam(s). Ini didasarkan pada firman Allah surat Yaasin (36) ayat 40 :

suatu studi keilmuan, belum-belum pendekatannya sudah bertendensi politik, ya sudah, studi yang dilakukan tidak akan
kepentingan. Dan kegiatan-kegiatan seperti

berhasil, karena tidak bisa bertindak sesuai dengan kepentingan_

ini jauh

dari

60

5t

i^r+f*J ali

1rl,

.tsl

,j+!l c!.L glyj

.plJl dUri Ot fC,rr.i

usilt

beredar pada garis edarnya.,,

mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing

"Tidaklah

Dateline perlu dirumuskan


b.Konsep

p;;#;ffi1, Patut dicatat selain kedua ,rp;iiltersebut masih ada tipologi larn yang masine.-ff;l?* ,be\ranakarakteri s ti k' v""!- u.rbe da.'fur# " ;'ff
r.";;k;;p;ensif_interdisipliner.

ditunj ukkan lebih dahulu auri permulaan hari adalah.pada

awam bisa diterima karena .""uru ,lhi mya lafadz al_Lail


lrr--frurru.. Konsekuensinva saat matam ;rk;;

Fenomena alam menunjukkan bahwa matahari terbit dari b; Jika realitas ini kita hubungkan derrgan teks diatas. Mil pendapat kedua secara

"Janganlah kamu sekalian berpuasa sehingga kamu melihat hilal dan janganlah kamu berbuka sehingga melihat hilal. Bila hilal tertutup awan atasmu, maka berpuasalah tiga puluh hari".

timur dan bulan muncul dari

Ayat Al-Qur'an maupun hadis tersebut menginformasikan kepada kita bahwa hilal merupakan "sesuatu yang menjadi
landasan perubahan waktu (baca: perubahan bulan baru). Hanya saja "kriterianya" tidak disebutkan. Kenyataan inilah yang akhirnya menimbulkan munculnya keanekaragaman terhadap anggitan hilal itu sendiri. Kelompok pertama menetapkan hilal harus wujud (memenuhi kriteria). Kelompok kedua yang

ual

fr:Ttff;;

Hilal
disbutkan hanya

Dalam Al-eui'an

ffi?6

sekali dalam !fr^*hilal plural fiamak), yakni duh;;;;ar-nuqurur, '(r;;;;;

.6rll.g srull
ibadat) haji,'.

+it,r gi

,Jl

,I$yl
"

a3s,

,rriJrrw

'Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah :"Bulan sabit itu adaiah tunaa_tu"Ju-;"k bagi manusia dan (bagi
Sedangkan dalam hadis lafadz hilal banyak ditemukan, misalnya (7) trdl lJrLsE *rt" F Oti ,o.d s:r tJJeij Ij ,jlgt l.i,r: si. trl.Jy.a: y '&blJ

penting hilal sudah berada di atas ufuk tidak harus wujud. Kelompok pertama sering disebut dengan aliran imkanur rukyat dan kelompok kedua biasa disebut aliran ijtima, dan posisi hilal di atas ufuk.(8) Dalam mencari titik temu para penggede (baca:aliran) tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejauhmana para penggede dapat berlaku adil dan arif dalam memotred fenomena yang ada. Menurut hemat penulis bahwa antara keduanya dapat saling berhubungan, saling memberi dan membuka peluang untuk melakukan "dialog universal" secara lebih serius. Bukan saling menutup kemungkinan-kemungkinan

yang terbuka dimasa depan, termasuk "kemungkinan"


berhasilnya penyatuan Kalender Islam Lrternational. Dengan demikian perdebatan dan kontroversi sekitar awal Syawal bisa
diatasi.

GAGASAN ALTERNATIF MENUJU KALENDER ISLAM INTERNASIONAL : Upaya membangun persatuan ummat
Islam Internasionalsudah lama dilakukan. Akan tetapi sampai kini masih banyak kendala-kendala yang dihadapi. Penulis punya kesan yang masih tentative bahwa kendala-kendala tersebut

Sebenamya

usaha penyatuan Kalender

62
63

bersifat ontologi.s dan politis. usaha_usaha dimaksud diantaranya didirikan IICp glternatironar Isramic carender Programe) yang bermarkas di universiti sains pr"i"vr*-Giurl, sudah memasuki tahap y*.g -"*pukun t"t"p #pf"ir"r"ri T au"ii. Kalender Islam di seluruh . D_r.AA.Musram fUiiX, Haj.Absel Rasheed Chit (ivlyanmar;,prof.Driss Bensari -Ba (Maroco), prof.Dr.Ali A.Al_Daffa ii"rai'Labia), Dr;;; Dgrman (turkey), prof.M.T_EJafm grany,'

$ff

tersebut melibatkan para pakar astronom dari berbagai negara muslim, yaitu(9) , proi_br..r*, -ar_chamdi-(krdia),

Dalam proses pembuatan

Sh;i--|, Prof.Dr.M.M eurasl Dr.Moedji R;;; (Indonesia), prof A.F.M Abdur iut_ur, (Bangladesh),prof Dr.Anwarur Rehman (USA), Sh Syed isa tvtohammad Semait -ii":r -VU (Singapore0,Mr.A.!.A;.
Zainal Abidin Abd Kadir (Malaysia).

Ilyas (Malaysia), Mohamed Iflal (Sriianka),fvfr;il"1;;; f$ola -. . _ Agbaje _ (nigeria;E [.ntyur"a Kandir (Aushalia),Maulana Habib {"nun'-fiur, (India),Dr.Naeem Ahmad Khan (GoMSTECH), Maurana M'Abd;i;r, riirii (Pakistan),prof.Dr. Kahled M"gt;t (Syna),Eng M.S (philippines), prof.Arl s"ii narii_#' gin YTgoll"gca un 4, Dr.Abd.Majid Nusary. (Jgrdan), Or_lu_it '(patisian),

_(TWAS),Prof.Dr.M lVlahmud hawari tCZrmany),Or.Mohammad

:lh:q Gani panjwani ;.Ib;;_ Abdul (malawi), Dr.Mdhal Guessoum (Algeria),prof D-r:yA.Hamdy'(ngyptl,Dr.MHA Hasan

maliki berpendapat bahwa bila bulan sabit bisa dilihat disuatu negara, maka bisa dijadikan landasan bagi kaum muslimin di seluruh bumi untuk berpuasa pada pagi harinya. "pendapat ini juga diikuti oleh madzhab hambali. Dalam riwayat lain al-qurafi menyatakan : Bila waktu Shalat berbeda lantaran perbedaan daerah, maka setiap daerah mempunyai waktu tersendiri untuk fajar atau zawal dan lainlain. Dan sudah tentu perbedaan itu akan membuat waktu terbitnya hilal (new moon) tanggal satupun berbeda. Mengapa demikian? Sebab bila negara-negara timur melihat bulan sabit dan matahari masih berjalan menuju ke arah barat bersama bulan, maka sudah pasti penduduk barat akan melihat bulan sabit bercahaya disana penduduk timw tidak
melihatnya.(12)

1l-tt Sukur 1H*gtong)

committee tersebut, terrihat aspirasi ahri hisab naon"sil ie-t-uoi tertampung. Bila dicermati lebih jauh, metode yang drg"r;-k^" pada IICp adarah imkanur rukyai. oan bila u6 ,Jt:.ii"t*" wujydu] hilal sangat mempengaruhi panorama pemikiran hisab awal bulan Indonesia, jelas ini merupakan problem tersendiri.(l l) Belum lagi, persoalan krternationai f*", Dateline (ILDL) , .S"lu"jl|ya yang perlu diperhatikan sebagai kerangka acuan kalender islam Internasionar uautuh p"rrouiun *utru,. ini para ulama berbeda-pendapat. lmam al_eurafi iururniui aaUm tiiaU al-furuq menyatakan : .Sesungguhnyu uluma pengikut madzhab

Memperhatikan suasana International

programme

Kontroversi di atas menurut kesan penulis, karena masing-masing kurang memperhatikan International Lunar Dateline. Kendati demikian elan vital pendapat pertama perlu didukung untuk kesatuan dan persatuan sebagaimana yang dilakukan T.M. Hasbi Ash-Shiddiqie. Menurut Hasbi, hal terpenting yang harus dimufakati oleh kaum muslimin sedunia ialah menentukan tempat yang dijadikan patokan matla'" Hasbi mendukung pendapat Abu Zahrah yang menyarankan Mek&ah dijadikan sebagai pedoman. Alasannya disitulah terletak Ka'bah yang menjadi kiblat dalam mengerjakan sembahyang" Di situ pula terletak Bait al-Haram, padang Arafah, Shafa dan Marwah yang sangat berperan dalam menunaikan ibadah haji. Disitu pula wahyu yang disampaikan kepada nabi Nabi SAW diturunkan. Tidak seorang muslim pun yang membantah fungsi dan peran Mekkah seperti yang disebutkan itu. Selain itu, satu hal penting lagi yang dapat dikerjakan sesuai dengan tuntunan syara', dengan mengambil Mekkah sebagai pedoman. Hal itu, ialah kaum muslimin seluruh dunia yang tidak sedang melakukan ibadah haji berpuasa sunnat Arafah tepat pada hari orang yang sedang beribadah haji wuquf di Arafah, ber ldul Adha tepat pada hari melempar jumrah, menyembelih kurban tepat pada hari mereka menyembelih hadyu dan sama pula
dalam berhari tasyri.

Nabi SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Zubair Ibn Muth'im bersabda :

64

65

Yang artinya

tidak akan terwujud tanpa adanya kesatuan. Kesatuan tidak akan terwujud tanpa adnya dialog universal. Dialog uniu"rrur tiaut t:r*uj"d tanpa adanya perasaaan saling-*"_utu_i untu, lk?l individu muslim. Menurut pendapat penulis, dalam rangka menuju . Kalender Islam Intemasional mula pertama yang"perlu Ji;;;;;;;l;;; dahulu adalah dikotomi uniuru atrti trisaf,-rukyat dan astronom.

problem_ problem diatas melalui ;'diarog iniversar berkelanjutan . Kalender Islam Internasionar tidali akan terwuj ud tunpu Lainyu Kalender Islam Nasionar/Regionar. Kalendei Irru-' n"gioriui

terwujudnya Karender Islam Internasional atau setidak-tidaknya Kalender Islam Nasionar/Regionar. untuk merearisir ide besar tersebut dibutuhkan k3ga. sejalah dengan merumuskan

adalah seorang yang gandrung kepada ^udu, persatuan dan bercita_cita

hari tasyri, adalah hari menyembetiir traiyu. Menurut Hasbi, hadis ini mengandung makna bahwa harihari tasyri' yang tiga hari itu, friru,l"riringan dengan hari wuquf di Arafah dan berlaku bagi seluruh kaum ,',urii_in Ai manapun dia berada. Karena itu, hari_hari tasyri;, ini tlaut halva berlaku bagi orang yang-sedan! mehkukan iUunun nu3i saja, tetapi bagi seluruh umat lilam. SJmentara itu, Ibnu Abbas menafsirkan frase Ayyaman ma,dudat : beberap" h;;;;g terhitung, yang tersebut dalam surar Al_Ba qaruh (2) ii^i iS dengan hari-hari tasyri'. Ayat ini diturunkan setelah selesai ibadah haji. Itulah sebabnya, dia memberi pengertian hari tasyri' haru;. beriringan dengan fra.i "*uquf;;;" t;;g seb_enamya terjadi di padang aruAfr. Dengan argumentasi di atas, Hasbi berkesimpulan . hari Arafah dan hari tasy.i, harus didasu.kun'puJu bahwa ;;;iu, Mekkah. Maka, tempatnya suatu wilayah flat. .r-a{a menetapkan hari-hari itu tidak bersamaan dengan rturi-rruri yirlg persis terjadi di Mekkah. pada akhirnya Hasbi menyarankan, ka.lau b-el-u1 mungkin kaum muslimiri Lersepakat mengambil rulqyat Mekkah sebagai pedoman yang berlaku b"gi ;-"il-h dunia Muslim, setidaknya merek mlngambil *6"; ;;;;. dikukuhkan oleh hisab ibu kota masing-maiing negarail3)' Dari kajian tentang masalah terlihat lahwa ilasbi

Arlfah adalah tempat berkumpul (wuquf) dan

Qur'an, untuk dapat dijadikan pedoman. Oleh karena hisab pada dasamya adalah bangunan keilmuan (human construction), maka hisab juga sangat dipengaruhi oleh wacana epistema masing-masing. Hisab tradisional, hisab semi modern dan hisab kontemporer pasti menunjukkan cirinya sendiri-sendiri. Rumusan hisab tradisional berbeda pula dari rumusan corak hisab kontemporer dan begitu seterusnya. Bangunan hisab tidak bisa terlepas sama sekali dari konteks wacana-epistema yang berdasarkan penelitian-pbnelitian empiris, dengan sendirinya mempunyai paradigma yang berbeda. Dengan demikian, batas keseimbangan antara ilmu hisab dan astronom adalah terletak pada persoalan sampai dimana mereka berinteraksi, berdialog secara intens antara bidang yang satu dan lainnya dan interaksi

melingkarinya. Begitu .. halnya astronomi,

ia

dibangun

itu tercermin dalam tindakan etis-praktis yang dilandasi

konsensus atau kesepakatan bersama (baca mengambil

Bukan terletak pada sejauh mana mereka harus saling jarak antara satu disiplin keilmuan dan lainnya

atas

ijma'kolektif).

dengan tidak mau tahu perkembangan logika dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing disiplin. I)engan begitu tidak ada disiplin ilmu tertentu yang merasa lebih unggul dari pada

disiplin yang lain. Yang ada hanya hubungan relational yang lcritis antara yang sa.tu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, untuk saat sekarang yang diperlukan adalah "paradigma baru" dengan jalan two faces (mufassir, muhadis, fuqaha'usuliyy,rtr, ahli bahasa, ahli hisab-rukyat dan astronom) in the one coin (paradigma baru). Penulis menyadari bahwa usaha ini ibarat "mimpi" dan butuh kerja sejarah. Akan tetapi
penulis mempunyai "harapan" melalui proses-proses sebagai berikut: Tahap Pertama: Konsep
Mempertimbangkan kontroversi yang senantiasa bergayut dari permasalahan hisab dan rukyat, maka pada tahap ini dipandang perlu mengidentifikasi masalah-masalah pokok yang dianggap penting untuk dikaji pada forum selanjutnya.

66
67

dan mencari titik kemudian dituangkan dalam. keputusandipedomani dalam menentukan hiiriiln menuju penyaruan "*"t_*O-1,.11 Kalender islam internasronal.l1.n1.

temu diantara

nesara muslim dalam menentukan berkaitan dengan iuuaur, a-ui

sampai ,"tu*ng. membangun Int-erna#; tliif',"orr.Dalam tersebur tidak bisa ffiff""|uj|lam Untuk itu ada baiknya menengok hasil_hasil Konferensi Istam di turki oada tyr*, ii_ii';;;o1rah t3e8 H bertepatan dengan tanggat 27-30""N;p-";L i"i'm, M. Konferenri diadakan aras inisiatif ini d;il;d;ur'u-.un Turki yang berrujuan ,ilk;Jn$li*prn Agama Repubrik metode yang ditempuh oreh para ce"aiti"r"" iun'iri*.urama dari
metode_metoi"

Secara garis besarnya terdapat dua teori tentang penentuan awal bulan Qamarivah, rukyat. Kedua teori ini masih berkembang

v"iir-ii*l?n

iluii.J#rr,r*, -i"irrUut

u"rdugui ;;J il;r-ii;.*iii',"f,k,

;;;;

untuk

ffiffi
l.

konferensi tersebut

(I

ffit

4)

aicetuskan dua kepurusan

ditentukan

(1)nuau-f

Penlrusunan pedoman penenfuan K

melalcui.-r.y"i"'tiij,'[;

,i'n1ig,1,up'";;;;'"*i'f

^ z.

HtT"ttfftkan
menurut Konferensi

Kalender Islam Internasional yang bertugas untuk metatukan ,ii3"s tiap tahun perhitungan awal CJ"; qoma.,yah' gunJ

,i#.* diatas ufuk sebesar,S" dan:.r"t terbeaam dengan hilal sebesar membenfuk komite penyatuan

a*g"n,ur.y",

f}lil**1y*u

ff

nasit rukyat suatu ,"rnp.) airnuru bumi dan (c) '"rnuu

nf

,r6'#Hil?

ElgJil?ir**g_ll#T',,);
i;

,ri", -*"

antaramatahari saat

;;;

Dari butir-butir keputusan tersebut dapat dilihat bahwa. tsta.mU_ul f qZg, p"jriasarnya pada seriap akhir bulan,o"rr*" hilai ."L;;;;r", dasarrukyat penentuan awal bulan baru p";hiril; Kalender Islam Internasional.densan .dalam g"lili:, ;;;il,ffiami bahwa arti ra,a dalam hadis suriu tiru'vatihi il;;5ftrensi

ini

diartikan

dimaksud dengan rukyah numiyatr i"i"Jlity 6r jika menurut hisab bahwa rt'u Lrr"i"-t-p#" posisi yang sedemikian rupa sehingga tidak ,n,rngtin uliui
dan. kebalikannya

sudah berada di dan mungkin untuk dirukyat maka bulan ,rAun tlUu meskipun kegiatan rukyat d'apangan tiJak berhas' merihat hilal karena kondisi u?-. y-u", ,r"ii"ek p.ya, inilah yang
atas.

ahri hisab h"; didasarkan atas kedudukan hilal' di atas ufuk yang memungkinkan untuk di rukyat saat terbenam matahari, hal ini jika tidak ada halangan cuaca yang menghalangi d;;L;; hilal, artinya jika berdasarkan hisab u"urt*u rr'ur
ufuk

secara sederhana yaitu melihat h'ar. seterah ijtima' terjadi pada waktu ghurub matahari berada di ufuk barat. peng"il;;'" seperti ini memang menjadi pendapat mayoritas para ulama mengingat dasar_dasar rujukannya yurrg mui, Uuit a*l segi materi dalil itu *n*: yang-salinglenguatkan "utup kepada arti melihat hilal maupun dilihat dari segT praktek Rasullah SAW dan para sahabat. Dari kitab-titau "farah hadis nu*putn-yu ^liti tidak ada yang mengartikan sumu liru,yatihi -hadirnya a""gJ, berpuasalah karena.kamu mengetahui b;#;r;;, tetapi berdasarkan hadis_hadis lain yang berfungsi s"U"g"i bayan tafsimya sumu liru,yatihi harusiah diartikan ;;rnil;i"; kamu karena merihat tritat. Namun demikian tidaklah harus dipahami bahwa hadis tersebut sebag;i satu_satunya tuntunan untuk menentukan _datangnya bulJn baru, tiOutfun fruru, diartikan bahwa awal-bulai qo.nurfuf, hanya bisa ditentukan dengan jalan rukyat hilal saja, m"toAe_metode lain yang muncul dikemudian hari sejalan- dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern perlu p"tu ."u"g"i-Lgi."i-diterirnu langkah maju untuk memperoleh ketelitian yang lebih akurat. Setidaknya demikianLh y"rrg dipahami _ oleh Konferensi Istambul 1978 sebagalman yun! t.rtuurrg pada butir kedua keputusannya bahwa ahri hisab "vu"g p"riit.g", -"rutur.* kedudnkan hilal pi.d" tiapaiip ;*;l bulan'a;;;;; hendaknya mengambil pedornan irnggi hilul diutu. ufuk vanc, memungkinkan untuk dirukyat. Derig-an o"-iti"""ru# iii"T boleh berdiri sendiri tapi harus Ueriumpi,rg", d""g-";6;; dan mendukung rukyat, itu berarti bahia-ha.if pi.tit*g,* ashonomis yang dilakukan oleh para

r;;i,il:

68

69

dan 8o.

rumusan mungkinnya hilal untuk dapat dirukyat aa"aUtr ketinggian hilal dan jarak sudutnya dengan matahari yaitu 5.

kedudukan pada tiap{iup u*ut buian eamariyah'dida;ffi;" pada pedoman bahwa hilal kedudukannya di atas unrt Vang memungkinkan untuk dirukyat baik dengan mata telanjang (bV naked eye) maupun dgngan peralatan' canggih. S"Ourritun

dirukyat baik dengan- mata telanjang maupun dengan alat canggih maka berita keberhasilan rukyai harus ditorak. Dengan demikian jelas bahwa meiode hisab yang digunakan dalam Konferensi Istambur r97g daramtnenentukan awar bulan Qamariyah adalah hisab imkan ar-ru'yat, hal itu tercermin dari butir-butir keputusannya, yangmenyatakan bahwa

p"r'Lgu'

dalam masyarakat. Oleh karenanya, menurut penulis untuk membangun teori_tepri Kalender Islam Internasional, tidak bisa lepas dengan teori-te;ri Kalender Islam Regional. Dan yang tlbin pJnting adalah ketaatan masing-masing negara terhadap keputusan-rieputusan yang telah ditandatangani bersama

dibangun melalui proses panjang. Jika dicermati lebih jauh, wakil-wakil negara peserta nampaknya belum mewakili corak pemikiran hisab rukyat negara masing_masing. Sehingga keputusan konferensi tersebut tidak membumi din

-"ngui"-

Tahap Kedua: Teori

Adapun didalam point keempat keputusan Konferensi Istambul 1978 dinyatakan bahwa'hasil rulcyut ruutu-t"*p"t 1i9all4 hanya berlaku untuk daerafJi*urru rukyat itu berhasil dilakukan tetapi rebih dari itu keberhasilan rukyat ,.rl"lut berlaku pula untuk tempat dimuka bumi ini, d; ;;;; -se]uruh ini tampak lebih jelas upu yung telah disebuttan Uiiwa penekanan
Islam Internasional- Hal ini dapat dipahami muncurnyu ,uutu asumsi bahwa penyatuan itu iiOanatr mungkin Al"up"i-:it" tempat dimuka bumi ini hanya memperlakukan f?ri1g-Tu.ing keberhasilan rukyarnya didaerah masinj_masd: ilg* demikian konferensi rebih memegangi faham bahwa hadis sumu liru'yatihi khitabnya adarah r"Tutitt kaum muslimin secara ytla\ tanpa adanya pembedaan-pembedaan tertentu baik yang disebabkan oleh batas-batas negara atau wilayah ud iil; lainnya. Mereka memegangi pendipat bahwa tituU autun, t uOii tersebut adalah kaum muslimin secara keseluruhan ;il;;; istidlalnya adalah kewajiban puasa karena keberhasilu, -;iii;; hilal disuatu tempat dimuka Lumi berlaku untuk seluruh kaum muslimin didunia.(lS) paham seperti ini memang yang paling logis untuk pen)rusunan Kalendei Isram trnternasionat -iJtipri -" sesungguhnya secara teoritis masih dimungkink"r ti-urrrv"i Harus diakui metode yang dikembanglan hasil Konferensi Islam di Turki dalam upaya membarigun Kalender Islam Intemasional sudah memadai. Hanya saja iretocre tersebut tidak
70
utama penyusunan sistem kalender pucu

roni"i"rrri

membangun ummatan wahidah meralui Kalender Islam Intemasional, mula pertama yang diperlukan adalah hadirnya satu institusi tertentu yang punya revel internasional (Dewan penyelaras Dunia Islam) yang melibatkan anggota community of researchers dari berbagai cabang keilmuan terkait. Jifa community of researchers dari berbagai cabang keilmuan dapat duduk bersama, maka diperlukan kesiapan untuk *uu "mendengar" argumen disiplin keilmuan diiuar disiplin yang digeluti sendiri. sikap terbuka dan kritis sangat a'ip"rrur.ui disini dan sikap apriori dan menang sendiri (tmth craim) secara sepihak terasa kurang apresiatif terhadap wilayah paiadigma orang lain yang kita sendiri kurang tahu- dan tidak mengelnal. Para ilmuan (al-ulama) dalam bidang apapun perlu juga irnyu kesediaan untuk mempertimbangkan mas.rtckan-#r# t;; diberikan oleh disiplin-disiplin ilmu diluar dirinya. r"a"i pembahasan masalah-masarah pokok : (a) Internasional Lunar Dateline (b)Konsep hilal/visibilify hilal dan (c) matra, waktu
shalat.

Patut dicatat bahwa berbicara tentang pembumian 4l:Qur'an dan As. Sunah sesunggunya beibicara tentang "interpresi" melalui perantara manusia. Maka untul.

Penlrusunan teori dilakukan melalui langkah kerja sebagai berikut. Pertama, menentukan nara sumber dan iema-teira sesuai dengan identifikasi masalah. Kedua, seleksi dan pengumpulan ayat Al-eur,an dan As_Sunah yang berkenaan

7t

OKI. Nara sumber terdiri dari : ahli Tafsir, ahli Hadis, ahli Fiqh, ahli usul fiqh, ahli Bahasa, ahli Hisab_Rukyat, ahli S.jurufr, uf,ii Filsafat dan astronom. Dengan demikian *uring_-uring n.guru telah menyelesaikan probrem internar dikawasannya sendiri dan anggitan yang dibangun bersifat integratif-komprehensif. Dan sini pula diharapkan mu-ncul Kalender Islam 9l.i Nasional/Regional. Tahap ketiga : Implementasi

dengan tema dan tinjauan ilmiah nara sumber tentang tema tersebut. Ketiga, pengolahan bahan dan penulisun .u.rlurrgun teori atas ayat-ayat dan hadis terpilih. Keempat, seminar naskah rancangan teori tiap-tiap tema. Kelima, penulisan naskah teori. Keenam, seminar 1a1kah teori. Ketujui, finalisari p"iufi.u" teori. LangkahJangkah ini berlaku untuk setiap n"guru u"!!oiu

melibatkan anggota community of researcher dari berbagai cabang keilmuarn terkait (baca: indisipliner)' Meskipun demikian, upaya tersebut tentunya lebih efektif jika masingmasing negara (regional) telah menyelesaikan problem internai dikawasannya sendirl. Sebab, jika tidak, pertemuan-pertemuan yang berskala Internasional akan tidak efektif, jika tak hendak disebut sia-sia. Waliahu a'lam bi as-Sawab.

. ll-DL . VFlbility Hilal I Msthh'Shrlsl

. . .

ILDL Mslbllity Hilrl

M.thlr' Shal.t

States Broadcasting Organization)

. Pada tahap ini diterbitkan Kalender Islam Internasional, kemudian disebarluaskan ke negara-negara anggota OKI sebagai practical-guidance dalam klgiatan ibadah -s-ehari-hari. Penyebarannya dapat melalui gadan-badan tu-runun ori, misalnya :IFSTAD (Islamic Foundation For Science Technology and Developmen!! IFA (Islamic Fiqh Academy) atau melalui Badan-badan Afiriasi, misarnya rsgo ( rrramic
PENUTUP

o6wLn

PrnYol&r!a

6 ILDL o Viclbillty Hil&l 6 Mathh' Shalst

. ILDL r Vioibility Hilal . Mathla'Shalst

. jVlempertimbangkan -kontroversi yang senantiasa bergayut dari permasalahan hisab-rukyat ini, ma-ka untuk memb#J; Kalender Islam Internasionar upaya menuju persatuan uirat dipandang perlu hadimya satu institusi (bewan e*"y"furu, Dunia Islam) yang punya level internasional. Kedudukan iry!L*-:l ini tidak saja dimaksudkan agar terciptanya ,,kesatuan visi" dikalangan dunia- isram. Akan tetapi yang terpenting iarah keterlibatan semua pihak dengun -"-p"iiniuangta., alrifri, rnasing-masing. Dengan kata lain, yang dibutuhian sesungguhnya adanya semacam ijtihad tcoteltii (iu_a,i) Vu"g
-t1

\r{oGotAoRG Nlsasl KoNFERE}|S|

lsl l,

DEWAN PENYELARAS DUNIA ISI.AM

PAFADIGMA BARI',

rALEI{DER ISLAT II{TESiiASIONAI

73

ll.
CATATAN KAKI

Saat

ini

imkanurrukyat.

pemikiran hisab awal bulan ada kecenderungan kearah Hal ini terlihat dalam rekomendasi point 5 dan 6

l' 2.

^ 3' . 4"

5'
6'

Lihat Muhammad Tacuiuddin'et-Hilut Expranatory Engrish Transration of The Meanins


Saadoe'ddin

tanggal 29 Juli l996.Lihat juga Nourouzzaman Shiddiqi.Fiqh p.nggugu, dan gagasannya, i;;";;il cet l,yogyakarta : pustaka fila.;ar, lggl,i.iOl Amin Abdutha.Merekontrukri i*lir;'i;;ikiran Isram, daram Jurnar Ulumuddin,No I Maret 1996,p.45

Dosen Ilmu Falak se_Jawa Oi

did;;i;; pJ""tr"y"r""" yang sering terjadi pada saat penentuan t_ Syuyl.: nJf-iii':ugu didukung oleh Wahyu Widiana bahwa penetapan Syawar i.dli u""v"r.--l?rjai p"iil, Pernyataan ini disampaikan pua. .uut f..f,if.aan pelatihan Hisab

pandangan semacam'ini

Lihat T.Djamaruddin, Sifat ijrihadiyah penentuan Rari Raya, dalam RepubJitutungguf j;mber Awal Ramadhan dan
23
1997,p6

e*J"rig p"J.

Rukyat

Musyawarah Kerja Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Hisab Rukyat tahun anggaran 199'7/1998 12. Ahmad Muharnmad Syakir, Awail asy Suhur Al-arabiyah, Terjemahan KH Mahrous Ali, cet I (Surabaya:Pustaka Progresif,l993),p.25 baca juga Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & rukyat telaah Syariah, Sains dan teknologi, cet I(Jakarta: Gema Insan Press, I 9960p. 1 8 13. Nourouzzaman Shiddiqi.Fiqh Indonesia Penggagas dan gagasannya, cet i,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997, p.201 14. Dikutip ari naskah laporan perjalanan dinas delegasi Indonesia dalam

rangka mengikuti Konferensi Penyatuan Awal bulan Qamariah di Istambul Turki 1978, yang disampaikan oleh Drs H Kafrawi,MA dan
Drs.H.Abdur Rachim kepada Badan Hisab Rukyat Departemen Agama
RI

li"u.[ ri*ilfi;i ;;i#'::1

of

The Holy eur,an 1tu.i.iu, ffiluf publication,t.t)p.28 r (Jakarta: ri"tu.*,is76l

15. imam al-Ilafrz Abi 15.

_ 7'
8'

Lihat Muhammad Fuad Abduil Baqi,Mujjam ar-Mufahharas ri arfadz aleur'an at-karim,cet I (Beirut , Dur;tn,ki;; ayp.tlt

;:lii"t'

Lihar lbnu Hajar ar-asqarany.nutr,u ur'ainvlirrauainur., :al Maktabah ast,t) hadis dari mdil aari Narr J# auaruur, ur, u-"r,

al-As.Tuhfah al-ahwaziy Syarh Jami at-Tirmizli, (ttp: Dar al-lttihad al-Arabiy at-Tabaah,tt) juz lll37 7 Penjelasanyang cukup komprehensif mengenai perbedaan mathla' bisa dibaca pada Hasbi ash Shiddieq. Perbedaan mathla' tidak mengharuskan kita berlainan hari pada memulai puasa, (Yogyakarta :Lajnah Ta'lif rva an-Nasyr Fakultas Syariah IAIN Sunan KaLjaga, 1971)

L*

rv,

DAFTAR PUSTAKA
Abdu al Baqi, Muhammad Fuad. Al-MuJamal al-Mufahharas
Qur'an al-Karim, cet.I,Beirut: Dar al-Fikr,1986

Perbedaan konsep

28 Januari r998 pada pukur r3.02 wln.-p*rri;;r.r;;;;'riliilTt derajat 48 menit busur sampai 2 deraiat Aiatas horison. Lalu kenaoa dalam penetapan

sepakat bahwa ijtima. akhir Ramadha" i? iS

H baru-baru ini. Berdasarkan data

bulan qamariah. Har ini bisa kita

ini mcnimburkan perbedaan daram menentukan

p".ri"it""Lram
jrr"t,

y.;;;J" ;r.pir

awal kasus hari Raya r4l8 semua aliran hisab pada hari Rabu tanssal

li

alfadz al-

Abdullah, M.Amin, merekontruksi Tradisi Pemikiran Islam, dalam jumal


Ulumuddin,No 1 Maret 1996. Studi Agama Normativitas atau Historisitas? Cet.l, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996

Syawat

9.

Mohammad llyas, Niw Inremational Islamic }:gi,, ngiorr Calender for The Asia pasific ""iUiiuY'""0 1a'02_i+zrn, USM,14l4H)p,v ".i r'-1ir.*"9,; 10. Ketua jurusan Astronomi DMIPA_ITB

berpegang pada visibiritas hilar rnaka tE"o"i^o* posisi hilar seperti ini belum.memenuhi syarat.untuk dapat Oirr[Vur, maka keesokkan harinya tanggal 29 Januari l99g belum dianggap Uui*'Uuru. Of f.^r""" iil bulan Ramadhan meljafi 30 hari 1"1riimJJ J_ I Syawal r4l8H jatuh pada hari Jum,at bertepatan dengan 30

pelanggaran;i;;u, garis pinalti. Bagi aliran ijtima dan posisi hilat d,.ali, ini sudah sudah "frf;";;iri iiia seperri dianggap masuk karena troat memp!.timuffian visibiritas hiral. Maka hullnlu tanggal 29 Januari rS98-r"?"h aianglap ll:k ffi;^;;; ( I Syawal l4l 8H). sementara itu, bagi uiirun imkanurrukyat yang _

sepak bola yang melakukan

i+rs H

.;;"i.'K"r;;'#';d#;.T:t;

Abdul Hamid, Abu Hamdan Abdul Jalil.Fathu ar-Rauf al Manan, Kudus:


Menara Kudus, t.t

Abdul Hamid, Mansur bin.Sullamu an-Nayvirain, Jakarta

:madrasah

.i

il;

l*ui.i

iSSANa.

Khairiyah al Mansuriyyah,t.t Adzham,Shodiq Jalal.Naqd al-Fikr al-Din,Beirut :Dar at-Taliah,l97 2 Al-As,lmam al-Haftz Abi.Tuhfah al-Ahwazly Syarh Jarniat-f irizily, ttp:Dar al-lttihad al Arabbiy, lihat -Tabaah, tt Juz III Al-Flilali,Muhammad Taqiuddin. Explanatory English Translation of Mean ing of The Holy Qur'an, Turkey;Hilal Publications.tt Amil,Mahdi. Naqd at-Fikr al-Yaum,Beirut :Dar al-Farabi, I 989

Arkoun,M al-Fikr al-Islmal,Qiraat ilmiyah, Beirut :Markaz al-lnma


Arabi,l987

al

Al-Asqalany, Ibu Hajar.Fathu al Barly,Madinah: al-Maktabah al-Salafiyah,

ttjuz IV Astronomical club al-Farghani

(ICMI orsat Belanda).Mawaqit

islamic

Keeping copyright 1992-1993 version 1 .0

74

75

TEKNOLOGI UNTUK PELAKSANAAI\ RUKYAH


S.

Farid Ruskanda Abstrak

Rukyah bulan untuk keperluan penentuan awal

Ramadhan dan Syawal merupakan suatu kegiatan pengamatan yang pada hakekatnya menggunakan mata. Untuk membantu indera ini, bantuan tehnologi sangat bermanfaat. Pada tulisan ini dibahas permasalahan telnis dalam

rukyat, serta alternatif teknologi

untuk mangatasinya. Dan akhirnya diuraikan pula teknologi yang akan digunakan dalam proyekTELESKOP RUKYAH yang dirancang oleh ICMI orsat Kawasan PUSPIPTEK dan sekitamya yang bekerja sama dengan Orsat
Pasar Jumat dan sekitarnya.

Pendahuluan
Dua pertemuan ilmiah telah digelar dalam tahun 1993 untuk

membahas upaya-upaya untuk berperan serta dalam menjembatani berbagai perbedaan dalam penentuan awal
Ramadhan dan Syawal. Diskusi panel Teknologi Rukyah telah diselenggarakan oleh ICMI Orsat Kawasan PUSPIPTEK dan

sekitarnya pada tanggal

September 1993, dan selanjutnya

disusul oleh "Seminar Nasional Penentuan Tanggal

Syawal

Hijriyah" yang diselenggarakan oleh Unit Pengamalan Islam (UPI) Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal
11 Oktober 1993. pada dasarnya kedua pertemuan ilmiah yang menyajikan pembicara dari kalangan ilmuwan, peneliti, pejabat

pemerintah dan terutama para kyai dan pemuka ornas keislaman, telah mencapai mufakat bahwa pada dasarnya Syari'at Islam sangat mendukung penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan rukyah, sepanjang tidak memberatkan umat.

77

Secara populer dapat dikatakan bahwa teknologi adalah cara

menentukan teknologi yang tepat, perlu diketahui masalahnya terlebih dahulu. Untuk kasus yang sedang dibahas, maka yang perlu dikenali terlebih dahulu adalah permasalahan teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan rulcyah. Permasalahan-permasalahan teknis yang telah dikenali kemudian disusun menurut prioritasnya, untuk mengantisipasi kemungkinan tak semua permasalahan

sistematik untuk menyelesaikan masalah.

Jadi

untuk

Teknologi untuk keperluan Rukyah adalah untuk dapat menyatutan umat Islam, setidak-tidaknya dalam pelaksanaan
Ibadah Puasa. Sebelum dapat merumuskan permasalahan tek4is, maka kita perlu mengetahui bagaimana rukyah dilaksanakan' Rukyah udututt pengamatan mata terhadap bulan yang baru saja terbit yaitu rendah iiatas ufuk, sebagai pertanda awal bulan Qomariah

teknis dapat diselesaikan sekaligus oleh suatu teknologi' Pertimbangan Syari'ah Islam sangat penting dalam hal ini,
sehingga upaya yang dilakukan dengan menggunakan teknologi

Ramadhan dan Syawal. Pengamatan dilakukan pada saat matahari terbenam. Bulan baru itu berbentuk sabit,karena itu

yang dimaksud tidak bertentangan dengan ketentuan Syari'ah


Islam.

disebut "bulan sabit" (hilal). Bulan sabit ini walaupun merupakan benda langit terbesar yang dapat diamati malam hari, seben amya tak ieberapa besar dan hanya membentuk

Permasalahan teknis dalam pelaksanaan rukyah

sudut setengatr-derajat 3aja. Karena baru saja terbit, maka hilal ini sangat lemah cahayanya dan hanya muncul sejenak saja sebeluri terbenam lagi dan terbit keesokkan harinya' Bulan sendiri berjarak sekita; 400.000 km dari bumi' Pada saat rukyah

hulu dan acuan dalam perumusan permasalahan teknis ini, suatu Hadits yang telah dijadikan dalil oleh hampir
Sebagai

yaitu ketila matahari terbenam, walaupun matahari

sudah

semua ulama adalah Hadits Shahih "Berpuasalah kalian setelah

me"rulqrah" bulan dan ber-Idul Fitrilah setelah me"rulq/ah"' Jika langit tertutup awan' maka "kadar"kanlah kepadanya."(H. S.R.Bul*rari) Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang istilah "rulq/ah'; dan'okadar", namun suatu kesimpulan penting dapat dirumuskan yaitu : penentuan awal Ramadhan dan Syawal dilakukan berdasarkan hasil rukyah kecuali jika langit mendung. Jadi rulryah hanya dilakukan jika langit cerah dan tak ada yaig menghalangi pandangan, yang menurut istilah teknisnya disebut good visibility. Jadi walaupunseandainya telah ditemukan teknologi untuk merukyah bulan dalam keadaan mendung, namun sepanjang Syari'ah Islam belum dapat menerimanya. Maka upaya penggunaan teknologi rukyah ini sebaiknya ditangguhkan. Sikap ini didasarkan pada kenyataan bahwa "Teknologi Rukyah Mendung" ini akan jauh lebih mahal dari "Teknologi Rukyah Cerah" disamping belum tentu bahwa teknologi yang mahal ini dapat diterima oleh semua kalangan umat Islam. Padahal misi utama penggunaan

Lerada dibawah ufuk, cahaya rembang petang masih terang dan memberikan rona warna kuning jingga sampai merah' Rona warna rembang petang ini sangat kuat dan disebabkan karena

cahayadarimatahariyangwalausudahberadadibawahufuk, ,ru-.rn dibeloltcan dengan-peristiwa hamburan (scattering) oleh butiran-butiran yang ada di atmosfir. Dari pembahasan pelaks anaan rukyah yang telah dikemukakan' dapai dirumuskan beberapa permasalahan teknis sebagai
berikut: 1. Bulan yangjauh, sudut pandang yang kecil (0,5)' 2. Cahayayang lemah 3. Gangguan latar belakang dari cahaya rembang petang Sedangkan permasalahan keempat, yaitu kendlll c11c.a dikeluark-an daii daftar permasalahan menurut dalil Syari'ah Islam. Karena dalam keadaan hujan, bahkan mendung (fa in

ghumma'alaikum) maka kita tidak diperitahkan melakukan *tyutt. Peng "kadar"an dilaksanakan sebagai gantinya'

78

79

dipantulkan oleh lapisan cer,min, maka tentu saja ada sebagian

Teknologi untuk Rukyah dalam keadaan cerah

terserap, sehingga mengurangi kekuatannya. Cahaya akan tampak lebih redup. Ini salah satu kerugian penggunaan
dapat

dalam bagian yang lalu, maka teknologi yang


mengatasinya dibahas secara terperinci dalam bab ini.

Berdasarkan ketiga permasalahan yang telah dirumuskan

teknologi teleskop. Kerugian lain adalah karena sudut pandangnya lebih kecil dari mata biasa, maka bila arah benda yang terlihat masih harus

Melihat benda jauh dan tampak kecil

Untuk melihat benda yang jauh dan tampak kecil (karena sudut pandangnya kecil, dalam hal rulqyah bulan :0,5o), maka diperlukan teknologi yang dapat mendekatkan pandangan atau memperbesar sudut pandangan. Sebenarnya kedua fungsi itu identilq benda tampak jauh karena sudut pandangnya kecil. Benda jauh akan terlihat dekat, kalau kita mendekatinya. Mengapa ? karena dengan mendekatinya maka sudut pandangnya jadi lebih besar. Jika tanpa teknologi, maka sasaran untuk memperbesar sudut pandang itu hanya dapat dicapai dengan mendekatinya. Semua ini tak perlu dilakukan jika kita menggunakan teknologi. Jadi supaya bulan tampak besar, tak perlu kita terbang mendekatinya, cukup dengan menggunakan teknologi teleskop (teropong). Teknologi yang secara harfiah berarti cara untuk melihat'(scope) benda jauh (tele). Sebagaimana halnya tele-phone untuk mendengarkan suara (phone) ditempat jauh, telekomunikasi untuk berkomunikasi dengan orang yangjauh.

dicari, mata manusia akan lebih mudah mendapatkannya. Namun setelah arah pandangan terhadap benda yang dijadikan sasaran sudah diperolah, maka dengan menggunakan teleskop pandangan akan tampak lebih jelas, karena tampak lebih dekat.
Melihat benda dengan cahaya lemah
Cahaya dari

hilal masih paling luat dibandingkan

dengan

cahaya dari bintang-bintang bahkan dibandingkan dengan planet-planet tata surya kita. Namun demikian, terutama untuk pandangan mata secara langsung, cahaya ini masih sangat lemah, sehingga menyulitkan pelaksanaan rulcyah secara
konvensional dengan menggunakan mata secara langsung. Untuk menyelesaikan masalah lemahnya cahaya ini maka

digunakan teknologi Pelipat-gandaan Cahaya (Light


hrtensification). Dengan menggrurakan suatu komponen yang dinamakan image intensifier maka kekuatan (intensitas) cahaya dilipatgandakan sampai 50.000 kali. Dengan teknologi yang telah dikuasai Indonesia sejak tahun 1980 ini, maka intensitas citra hilal yang teiah didekatkan oleh teleskop kemudian dilipatgandakan kecerahannya sehingga puluhan ribu kali lebih terang. Keuntungan dari teknologi Pelipatgandaan Cahaya ini adalah selain dapat melipatgandakan cahaya tampak atau cahaya yang terlihat oleh mata (visible light), teknologi ini juga dapat melipat-gandakan cahaya yang tak tampak, seperti cahaya inframerah. Jadi kita juga dapat menyebutkan Teleskop yang dilengkapi dengan image Intensifier sebagai Teknologi Inframerah Plus. Mengapa Plus, karena selain memperkuat Inframerah, juga dapat memperkuat cahaya tampak, bahkan juga Gelombang Ultraviolet seperti pada Teknologi Intensified Charge Couple Device.

Teleskop atau sering disebut teropong umurnnya menggunakan komponen optik seperti lensa, cermin dan prisma untuk menjalankan fungsinya alat ini dibedakan antaranya dari pembesaran sudutnya. Perbesaran sudut ini menyatakan berapa kali diperbesarnya sudut pandang yang masuk ke alat ini. Jadi

fika teleskop dengan

pembesaran 10 kali digunakan untuk melihat bulan, maka sudut pandang yang masuk adalah
setengah derajat. Sedangkan sudut pandang yang keluar adalah sepuluh kalinya, sebesar 10 x 0,5o : 5 derajat. Dengan teropong ini maka bulan akan tampak sepuluh kali lebih besar. Dalam mencapai fungsinya, teleskop menggunakan lensa-lensa, cermin maupun prisma. Jika cahaya melewati bahan gelas atau

81

80

Pengamatan dalam latar belakang cahaya rembang petang

(Twiligh)
Cahaya rembang petang lazimnya mulai tampak dalam warna cahaya kuning keemasan, selanjutnya berubah menjadi jingga kemudian merah. Kemudian tepat pada saat awal waktu "Sftliut Isya cahaya ini menghilang. Rembang petang ini memang iak selalu tampak terang pada setiap petang' Wlna cahaya-rembang petang ini tergantung pada besarnya butiran partiilel di uJ* yang menghamburkan cahaya matahari i".benam. Makin besar butiran di atmosfir, wamanya akan mendekati merah. Makin kecil butirannya warnanya makin mendekati kuning. Sedang kekuatan cahayanya tergantung Uutyutttyu partikel di udara. Bila partikel merupakan partlryl p"rr."-u, lingkungan, maka makin tercemar udaranya makin
kuat cahaya rembang PetangnYa. Masalah cahaya rembang petang

Intensifier 18 mm, maka hilal akn terlihat masing-masmg ,"U"r". seperempat dan sepersepuluh pandangan' Jadi jika hasil pada layar televisi, maka hilal akan pengamatan ditayangkan --utittg-*using

iu-iut

seperempat dan sepersepuluh kemudian dapat direkam Hasil-pengamatan besar layar lV. kamera, atau melalui dengan folonya rn"t"t,ri video-tape, dibuat semua glmbar langsung video-printer yang dapat menvetak yang terekam dalam video tape atau ditayangkan di televisi'

mengisi

Kesimpulan
Teknologi Rukyah yang akan digunakan terutama mengatasi jauhnya Oun'ta-put kicilnya hilal serta cahayanya yang lemah' f"motogi yang dipilih adalah Teleskop *aS9 Inlensifier g"rrerusi"keduu tS tn* atau25 mm, dengan objektif 500 mm f/4 petang Itur,r ZOO mmfl2}.Kemudian gangguan cahaya rembang filter sebagai latar belakang akan diatasi dengan penggunaan jingga merah' atau kuning, subtraksi untuk wama Teknologi ini tidak dirancang untuk pengamatan dIuT keadaan mindung, karena menurut Syari'at Islam, perintah rukyah tak berlaku dalam keadaan cuaca buruk, dan peng"kadaran" diperintahkan sebagai gantinya

ini sangat mengganggu' yang tipis itu tampak hilal karena akan makin membuat
hal itu tenggelam dalam cahaya latar belakang, untuk mengatasi

,nu[i

aigu"akan filtir (tapis) yang disebut filter subtraksi (subtraction filter) warna sehingga semua cahaya yang sewarna a"ngu" cahaya rembang petang di"blokir", ditahan sehingga tak Walaupun cahaya yang sewarna -u*k kedalam pengamatan. sendiri, namun tak usah kuatir itu hilal ini termasuk berasal dari juga mengandung warna-warna masih karena cahaya dari hilal lain dan tahaya inframerah. Dengan kombinasi Image Intensifier, maka masalah kekuatan cahaya yang makin kecil setelah melalui "blokade" oleh filter subtrasi ini dapat teratasi.
Perancangan Teleskop Penguatan Citra untuk Rukyah

'Walaupun eksperimen masih terus dilakukan' namun diperkirakan bahwa teknologi yang akan dipakai adalah

Teleskop Image Imtensifier yang dikombinasikan dengan Filter Subtratsi Warna (kuning, jingga atau merah)' Untuk objektif teleskop digunakan lensa dengan panjang fokus 500 1-ata1,lOO *- a"rgaribukaan rana sebesar masing-masing f/8.0 dan fll.7.

Dengan kedua objektif dan menggunakan tabung image

82

83

Untuk mengetahui apa jenisnya, dimana lokasinya, berapa

TEKNOLOGI RUKYAH AWAL BULAN RAMADHAI\ DAN SYAWAL SECARA OBYEKTIF


Zalbawi Soejoeti Pendahuluan
Pada beberapa tahun terakhir, l*rususnya di Indonesia ada tanggal 01 baik bulan Ramadhan maupun Syawal lebih dari I (saiu). Walaupun sebetulnya hal tersebut terjadi sudah berabadabad lamanya, tetapi rasa-rasanya sangat mengetuk hati dan pikiran. Apakah pada zaman sekarang ini dimana IPTEK sudah iedemikian majunya, ummat Islam masih kesulitan menentukan tanggal 01 bulan Qomariah. Yang lebih memilukan lagi adalah perbedaan tanggal 0l bulan Syawal. Karena tanggal 01 ini ditandai dengan ungkapan rasa syukur dengan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid yang dilakukan "sekarang" dan "besok", sehingga setiap orang tahu ada perbedaan itu. Untung Nabi kita menegaskan bahwa perbedaan pendapat itu membawa rahmat, sehingga menghibur

j um lahnya"ma' ayisy" (sumber penghidupan) tersebut, sekarang

telah dikembangkan teknologi remote sensing. Dengan


teknologi remote sensing

ini

orang akan dengan mudah

mengetahui, walaupun didaerah yang sangat remote, yang akan

sangat sulit dijamah manusia, jenis sumber alam, dimana lokasinya dan berapa jumlahnya. Dengan demikian akan mempermudah pula bagi manusia untuk kegiatan selanjutnya, yaitu mengambil, mengolahnya dan memanfaatkannya untuk kesej ahteraan ummat manusia "Rahmatan lil' alamin" IPTEK merupakan salah satu alat yang efektif untuk penyempurnaan ibadah kita kepada Allah. Rsulullah sendiri
bersabda
:

rl."r,

.;;z;!t ,t,i.-.-!S?.5tlL

liji f ,

kita dan dapat dipetik hikmahnYa.

'.rr.rf i d Ylil

Artinya : "Barang siapa menghendaki kebahagiaan didunia maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK) dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akherat maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK), dan barang siapa menghendaki kebahagiaan kedua-duanya (dunia dan akherat) maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK).
Alam semesta merupakan "aytt)' Allah Diantara tanda-tanda Kekuasaan Allah (ayat-ayat Allah) adalah alam semesta ini. Banyak sekali firman Allah dalam AlQur'an yang menunjuk alam semesta ciptaanNya ini sebagai ayat-ayatNya (tanda bukti Kekuasaan dan kemurahanNya). Tetapi kalau kita perhatikan penunjukkan ayat-ayatNya ini, selalu diakhiri dengan kata-kata "Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu Kami tujukan kepada orang-orang yang "berilmu pengetahuan", "yang mau berfikiT", "11?ng mau mengerti","yang berakal" dan seterusnya". Sebagai contoh firman Allah dalam
surat

Perkembangan IPTEK seperti sekarang ini akan mempernudah manusia untuk melihat (merukyah) dan/atau menghitung (menghisab) suatu obyek. Melihat dan/atau *etrghitong baik posisinya maupun kandungan yang ada didalamnya Sebagai misal, dalam memahami dan mencoba mengamalkan firman Allah dalam surat Al-A'raf, ayat 10:

a.9 t

Xtt

& tt t6i ,$tts^4u,,rt'r g,t'&-,

Artinya ;'sungguh Kami (Allah) telah menempatkan kamu (manusia) dimuka bumi dan telah Kami sediakan bagi kamu
dimuka bumi ini berbagai sumber penghidupan, (tetapi sayang) sedikit kamu berqrukur".

Ali Imran ayat

190

84

85

*f-,

;ir, *!r " fl ."ili;],f:S, :ii,

dan matahari merupakan sumber dari radiasi tersebut. Radiasi ini dipancarkan kesegala arah, termauk kebumi dan kebulan.

Artinya : "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat bukti Kekuasaan Allah (ayat-ayat Allah) bagi orang yang berilmu pengetahuan (ulul
albab).

Oleh bulan,radiasi gelombang elektro magnit ini sebagian dipantulkan dan sebagian diserap kemudian dipancarkan berwujud panas.sebagianradiasi pantulan dan atau pancaran ini
sebagian sampai di bumi kita, sehingga bulan tampak oleh mata

Dengan memperhatikan firman Allah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ummat Islam harus menjadi ummat yang

kita, karena sebagian radiasi pantulan tersebut terletak pada gelombang tampak yaitu pada gelombang antara 0,4p - A,1p dan radiasi ini disebut dengan cahayatampak (visible light). Diluar panjang gelombang tersebut juga sampai di bumi,
tetapi tidak dapat dilihat oleh mata, karena mata kita tidak peka terhadap radiasi diluar 0,4p - 0,7p. Oleh karena itu apabila bulan tertutup awan, maka kita tidak dapat melihat bulan tersebut, walaupun ada radiasi pada gelombang milro (milao wave). Apabila kita dapat membuat sensor yang peka terhadap gelombang mikro, maka bulan tersebut dapat "dilihat" oleh sensor kita itu. Sensor ini banyak ragarnnya, tergantung dari jenis/bahan sensor yang kita buat tersebut. Kita dapat membuat sensor yang

pandai, ummat yang berilmu pengetahuan, ummat yang


menguasai IPTEK. Dengan menguasai IPTEK, InsyaAllah akan

mempermudah kita dalam mema'rifati Kemahakuasaan Allah dan dalam melaksanakan tugas kekhalifahan kita. Khusus dalam masalah matahari dan bulan, yang sekarang menjadi topik pembicaraan kita, Allah berfirman dalam surat Yunus, ayat5:

J r- o rXL lr r t,;)lt. p,rjlr ;^; 6 iir p J:t .iJ L Il {tJ I i irl .;,li gr,-.' L.r.Jlr a,a:J,lt r rr ( o : ,,=rrt-.s,r.frygfle rr^i
tr"L:l
r

Artinya ;"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (orbit) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
tanda (kekuasaan dan KebesaranNya) kepada orang-orang yang mau mengerti".

peka terhadap radiasi tampak (visible light), infra merah pantulan (reflected infrared), inframerah termal (thermal infrared) atau gelombang mikto (mikto wave). Hal ini semua dapat terjadi karena sunnatullah. Sunatullah yang juga merupakan ayat Allah ini diciptakn tidak sia-sia, pasti ada gunanya. Dalam surat Ali Imran, ayat l9l Allah berfirman :

dan pehitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melaikan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-

)U"

tr I i.c"ili L $,
:

Artinya : "Ya Tuhan kami apa yang Engkau ciptakan itu tidak
sis-sia (pasti ada gunanya)". Sedangkan di surat Yunus ayat 5 disebutkan

Ayat Allah yang dinunjukkan dalam surat Yunus ayat 5 ini, yang ditujukan kepada orang-orang yang mau mengerti ini, menyebutkan bahwa matahari memancarkan "dliyaa" dan bulan memancarkan dan memamtulkan"nur".Dliyaa adalah radiasi gelombang elektro magnetit yang dipancarkan oleh matahari

'

,!-tl

!1

crr

s .irr ;U

86

87

Artinya

:"

Allah tidak menciptakan hal yang demikian itu

melainkan dengan hak".

Cara penentuan tanggal0l bulan Ramadhan dan bulan Syawal

Merulcyah dengan mata telanjang ternyata tidak lebih mudah dari menghisab. Bukan saja karena terlutup awan, dimana awan ini merupakan masalah utama (big Problem) bagi negara tropis seperti Indonesia ini, tetapi juga faktor lain seperti polusi misalnya, sehingga menyesatkan mata. Pernah terjadi orang dengan mata telanjang menyatakan

Cara penentuan tanggal 01 bulan Ramadhan dan bulan Syawal yang ditempuh oleh ummat Islam, antara lain sebagian umrnat Islam dengan cara menghitung (hisab) dan sebagian lain

melihat bulan dan berani disumpah, tetapi menurut hisab dikatakan tidak mungkin terlihat karena bulan belum wujud (bulan dibawah ufuk saat matahari terbenam). Yang terlihat seperti bulan itu bukan bulan. Hal-hal seperti ini yang akan
dicoba untuk didekati dengan IPTEK. Mata telanjang kita yang sering dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektifitas dicoba untuk dibantu dengan alat (sensor) yang dapat "melihat" lebih objektif. Bahkan benda yang "dilihat" dapat direkam dan juga disambung ke TV sehingga dapat disaksikan oleh jutaan orang melalui layar TV. Atas dasar ini diajukan suatu usulan Proyek dengan tema "I-Jsulan Proyek Teknologi Rukyah Awal Bulan Ramadhan dan

dengan cara melihat bulan (rukyah). "mazhab" hisab menggunakan dalil surat Yunus ayat 5. dan memang posisi

bumi, bulan dan matahari setiap saat dapat dihitung dengan mudah. Artinya ' "Apabila kamu melihat tanggal (hilal) maka berpasalah dan apabila kamu melihat tanggal (hilal) maka berbukalah. Jika penglihatanmu tertutup oleh awan, maka kadarkankah bulan itu Sedangkan "mazhab"rulq/at mendasarkan dalilnya pada sabda Nabi, antara lain :
.J

lrrriur{b

ioYlr"bi rs;irli.li . lt e-t o2,.tv'rrtil, li.Jl rll.p


&
6;
maka maka maka

Artinya : "Apabila kamu melihat tanggal (hilal)


kadarkankah bulan itu.

berpasalah dan apabila kamu melihat tanggal (hilal) berbukalah. Jika penglihatanmu tertutup oleh awan,

Syawal secara Obyellif'. Diharapkan apabila semua yang diusulkan ini dapat direalisir akan dapat membantu menyatukan ummat Islam dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal yang sangat didambakan oleh kita semua itu. Tetapi apabila belum, setidak-tidaknya akan jmenambah ilmu kita dalam memahami ajaran Islam. Dan kita tetap bersl'ukur karena "perbedaan pendapat akanmembawa rahmat", begitu sabda Nabi. Jika perbedaan itu masih tetap ada Insya Allah kita akan mendapatkan rahmat, bukan perpecahan yang dilarang oleh
Agama.

:L rlJu &

,s?

/-"

oy 4;) t ,r;L &r; t tr td, t+Jl t lt)' dr# yt grF

Usulan proyek disampaikan Kepada Wakil Presiden Dalam pengajian dan pengkajian yang diadakan oleh ICMI ORSAT Pasar Jum'at,pada hari Kamis, 10 Juni 1993 di Fakultas Teknik UMJ dibahas masalah cara penentuan awal bulan qamariah yang selama ini dilakukan oleh umat Islam. Sebagai pemrasaran adalah Koordinator ICMI ORSAT
DR,Ir.S.Farid Ruskanda,M,Sc,APU.Bagian paling penting dari hasil bahasan,
Kawasan Puspitek Serpong,

Artinya : "berpuasalah kamu karena melihat tanggal (hilal) dan berbukalah kamu karena melihat tanggal (hi1al).Apabi1a terhalang penglihatanmu oleh awan' maka sempurnakankan
bilangan bulan Sya'ban 30 hari.

88

89

yaitu kemungkinan dapat dibuabrya suatu sensor yang dapat membantu untuk merukyah hilal, disampaikan didalam khutbah Jum'at di Kantor Wakil Presiden, Jl Merdeka Selatan oleh Koordinator ICMI Pasar Jum'at,pada tanggaT l l Juni 1993. Dalam shalat Jum'at tersebut hadir antara lain Wakil Presiden, Menteri Kehutanan, Menteri Kependudukan, diantara para pejabat dan umat Islam karyawan Kantor Wakil Presiden. Setelah shalat Jum'at selesai, wakil Presiden menyatakan tertarik dengan ide pembuatan sensor tersebut dan memerintahkan kepada imam dan khotib dalam acara Jum'atan tersebut yang kebetulan sebagai Koordinator ICMI ORSAT Pasar Jum'at, untuk menyampaikan proposal kepada Wakil Presiden. Proposal yang telah disampaikan kepada Wakil Presiden tersebut,pada kesempatan ini disampaikan untuk
dibahas secara lebih luas.

dengan perekaman video kamera


penayangan langsung. Kedua sistim

TV untuk

keperluan

ini merupakan sistem dari sensor adalah yang diterima radiasi pasif, artinya
J.

radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan oleh bulan (disini bulanmerupakan sumber radiasi)' Sistem aktif, yaitu dengan menyoroti bulan denganLASER' Dengan teknologi ini radiasi yang diterima sensor adalah gabungan radiasi yang dipancarkan bulan yang berasal dari

matahari dan yang berasal dari LASER CO2 yang kita tembakkan dari bumi ke bulan, dimana kedua-duanya merupakan radiasi infra merah. Sistem 1,2 dan3 ini tidak dapat menembus awan 4. Sistem "kebal cuaca" yaitu dengan menggunakan sensor yang peka terhadap radiasi gelombang nikro, dimana radiasi ini mampu menembus awan, mialnya sensor RADAR'
Dasar pemikiran

Perumusan masalah dan cara mengatasinya


Beberapa masalah yang perlu dikemukakan lain adalah :

disini,

antara

1)

1" Bagaimana mengatasi

2. 3. Bagaimana menayangkan dan

keterbatasan kemampuan mata manusia, serta mengatasi masalah-masalah alam, sehingga mempermudah menyaksikan (merukyah)hilal Bagaimana merekam hasil penyaksian hilal tersebut.

Sensor yang paling ideal adalah RADAR, karena dengan sensor ini walaupun hilal tertutup awan, hilal tersebut dapat dilihat. Hanya saja sensor ini harganya sangat tinggi dan pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu yang lama.

memancarluaskan penyaksian hilal, sehingga dapat disaksikan secara langsung oleh jutaan ummat Islam di Indonesia, bahkan diASEAN.
2)

Namun demikian apabila umat Islam yang "berfaham" rulryah menganggap sah melihat hilal dengan bantuan sensor, maka teknologi ini walaupun harganya tinggi, tetapi murah dibandingkan dengan kesatuan umat yang nilainya "tidak dapat dinilai"
Sistem teropong cahaya tampak mempunyai kepekaan yang sama seperti mata kita. Sedangkan teleskop Infra merah termal, peka terhadap radiasi termal, misalnya sensor InSb peka terhadap radiasi pada panjang gelombang : 3 -5 dan sersor HgCdTe peka terhadap radiasi pada panjang

Beberapa alternatif penyelesaian masalah, dengan memilih teknologi yang efisien dan dengan mengantisipasi tanggapantanggapan berbagai pihak berdasarkan tinjauan syari'ah Islam, adalah dengan menggunakan antara lain seperti 1. Sistem teleskop (teropong) cahaya tampak (visible light), yang terletak pada panjang gelombang sekitar : 0,4trt - 0,71t 2. Sistem teleskop infra merah termal (radiasi panas), yang terletak pada panjang gelombang sekitar : 3p - 5p atau 8pr
:

-41t.

Kedua sistem ini dilengkapi penyempurnaan citra hilal dengan menggunakan komputer, dan dikombinasikan
90

gelombang : 8 -14. Pada radiasi termal ini masih ada kemungkinan untuk dapat menembus awan yang sangat tipis. Kedua sensor ini dapat dibuat cukup kompak dan ringan, sehingga mudah dibawa ketempat yang cerah untuk merukyah hilal. Disamping itu sensor ini tiak terlalu mahal, harganya hanya sekitar Rp. 1 25.000'000,-

9l

infra merah Untuk langkah pertama, sistem teleskop kamera selanjutnya diusulkan unluk dibuat. Untuk itu penyempurnaan langsung bahkan atau CO2 LASER Ja|; dipertimbangkan RADAR.
PenutuP
tergantung Keberhasilan dari penerapan teknologi ini sangat dan para pudu turrggupan dan penerimaan umat Islam umumnya i,lu-u klir*.rryu. iur",tu itu Penyelenggataan seminar dan

BAGAN
SISTEM TEROPONG RUKYAII OBYEKTIF

DENGAN INFRAMRAI{

pi.t rri panel iidak kurang pentingnya dibandingkan dengan dua


ini dilakukan kegiatan pengembangan teknoiogi, Pertemuan kaii, yait" se6elum dan sesudah sistem dituntaskan'

Keterangan

l. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Hilal (bulan sabit)


Cermin parabola, untuk menampung cahaya dari bulan Cermin datar, untuk membelokkan cahaya bulan Lensa Fresnel inframerah, untuk memproyeksikan ke kamera Kamera inframerah, untuk merekam citra bulan Personal komputer, untuk memproses citra bulan Videotape, untuk merekam citra hilal
Kamera pemancar

TV

Antena untuk pemancaran TV

93

92

DAI\ AKIIIR RUKYAH UNTUK PENENTUAN {WAL Arr DAI\ sYARI', ru,rvraonn N vmNunut

iN?fit"rl.

berkaitan Rabbnya ftablum minallah), sedangkan mu'amalah minannas)' dengan hutungan antar manusia (hablum

K.II. Ma'ruf Amin


Pendahuluan
meningkatkan kesejahteraan t"rryutuurrnya, iptek telah berhasil saja, hal ini AatamUerUagai.aspeknya. Tentu

Rukyah Menurut Pandangan Syari'ah

Dewasainikitasudahberadapadaeraiptek'Danpada

iliJrp#fisia

menuntut kita agar

" memadai, harus mampu menguasai-iptek'.Oleh jumlah yang


't"t""" i*, iajar kalau

Dilihat dari sisi syari;ah, fardhu *utuh, artinya di antara -;;;k

yang berwawasan iptek' -.ttifiti poli pikir penguasaan terhadap iptek

umat Islam dalam

iptek ikut mengambil peran bukan hulYu ju[a dalam masalah ibadah' dalam masalah -"'"-i"ft, tetapi dan alhir Ramadhan' kftususnya dalam menentukan awal berbagai masalah Tingkat akurasi i;;k e"l""t memprediksi sebab itu' wajar Oleh selama ini lebih *J"a"ttuti kenyataan' iptek" banyak jika iptek menilai t"ty"ft'; aigandang dari sudut t"t"mut'ut' sehingga perlu mendapat dukungan

ilasa Ramadhan ,"ruuid""gan petunjuk demikian' kewajiban ,".utu qauliyah mauprm n'liyah' Dengan hilal (ru'yatul il; dihentii<an upuLilu telah terlihat ;;;; "nitoi Itti"va, sekalipun hilal sudah wujud (ada)' tetapi jika SAW itA# lt*tyah maka belum wajib puasa' Rasulullah bila istikmal melakukan .r.*t"ti p"tntiut kepada kita igar "meski adil' yang l.tl"dt -.r,Aur,!. Kesalsian rukyah dari grang pelnah ;""ya ,"orungihu*1ah diterima"' Hal ini seperti yang

Syari'ah telah menetapkan rukyah atau istikmal dan mengakhiri $"ty"*pu-aan hitungan) untuk mengawali Rasulullah SAW' baik

;i;;k""
ti

Riututtat SAW ketika menerima kesaksian Ibnu mengallriri puasa' Umar dan'Arabi.)Ulgk mengawali -dan r;;;;il"utu tiaut -bnuntui cara lain selain rukvah dan

;;;;;"d."g
iptek.

dasarnya mendukung -u*"f Semua pihak pada a"" alhir Ramadhan' Namun harus dalam menentukan ini masih terdapat kesalahpahaman

keikutsertaaniptek

tfkmal, meskipun tingkat akurasinya masih dipermasalahkan' dianut syari'ah Tuntutan tersebut ,..,iul dengan piinslp yang masalah dengan dalam menilai sah atau tidaknya zian,berbeda dengan jika sesuai sudah ,n r;u*ur*t yang baru dianggap sah
kenyataan.. kenyataan' errduikutu sahnya ibadah harus didasarkanL atas tentang contoh Sebagai kesulitan' maka akan timbul berbagai

diakui bahwa ,"-"Jutu ulfr pTu" rulcyah dalam hal bahwa iptek akan ;il"t"btl utfii' nu-uanutt' Puduh"l' svari'ah telah ;;;;;;" u*ur a*u**l dan ahkir Ramadhan ditentukan oleh menetapkan Uufr*u perlu adanya informasi ru'yatul hilal atat istikmal' sehingga iptek' jelas atas peran yang akan dimainkan syari'ah :lqyu Dalam puau iti ferlu dipahami tahwa
cukup atas dasar
kenyataan yang

;h"y"

kesucian pakaiannyaL dan tempatnya dari najis' Apabila tingkat d"an sesungguhnyl yang tersebut harus sesuai dengan kenyataan

shalat. Shalat diunggup sah

jika suci

badannya'

,iO"t."t.p
harus

'

rnu'amalah' Sahnya suatu ibadah ibadah berbeda d";;J;h"ya p?tt""gft*" l<uat Qhan)' sedangkan sahnya berdas-arkan -sesungguhnya -"'.r:-"f"ft 'i*ft;-;;rf'harus sematat' Artrnya, tidak hanya sisi lahiriahnya
Perbedaan penilaian tetapi juga keadaa-n' yut'g t"t"ngg"h"Vu' tersebut dapat dimengerti' syari'ah terhadap t"Ot'u" masalah antara manusia dengan kareana ibadah tn""Vu"gtut hubungan

tempat shalatnya

hal tersebut mernbuktikan secara pasti dan nyata bahwa ketiga bersih dari najis. sudah Allah SWT Prinsip syari'ah iersebut merupakan kemurahan

akan shalat atas dasar zhin,makasetiap orang yang dan diperiksa terlebih dahulu badannya' pakaiannya dengan alat mutakhir yang dapat

ug-- u*ut irlya tidak mengalami kesulitan' Namun'

dalam

sesuai dengan nTasalah mu'amalah, syari'a=h menuntut harus mu'amalah baru dianggap sah jika sudah

kenyataarr. Artinya, masalah pemilikan' sesuai dengan kenyataan' Sebagai contoh

94

95

perolehannya sah menurut barulah dianggap sah kalau proses syari'ah. proses yang tidak sah' Kepemilikan yang diperoleh melalui dari pengadilan atau walaupun sudah memperoleh nengelaJran syari'ah tidak menurut instansi lain yang b";;;";g' ttdptutt : ..it. ["r ini sesua-i dengan hadits Nabi SAW mungkin saja ketika' "Saya adalai seorang manusia' p"rr"n'gt'"iaan" kalian' sqya telah -mengambil menyelesaikan ';;;;;^"; yang savd ambil didasarkan iang'ketrru' Keputusan el ah d ibZr *an oleh kedua b atas ket erangor-n"';': o;[trn ii" r' -pi"n",lebih pandai Exo ioai o7o'g'yolg fidak berhak yoy, orang, .berhak' dalam memberikan' i"iirZisrn dari keliru Oleh keputusql ):ang -berhak sehingga saya rnengambil 'karena tidqk

menuntut untuk menjadi penentu buknn sekadar menjadi pembantu dan pemandu. Artinya' hasil rulcyah harus diuji Lb"rrurunnya oieh hisab. Apabila hasil rukyah sesuai dengln hasil hisab, maka hasil rukyah dapat diterima' Namun' apabila hasil rukyah tersebut berbeda dengan perhitungan hisab' maka
rukyah tersebut harus ditolak. iu*urut berikutnya datang

objektif. Tawaran

i",

*ulu.rpr'rn dasar penilaiannya sama' namun posisi yang diambil adalah sebagai mrtra dari ru'yah bil fi'li tanpa alat' A{inya' keduanya berjalan seiring, kecuali jika sudah ada kesepakatan '/i dengan dari paia ulama untuk menjadikan hasll ru'yah bil fi ilat'(nazharah) sebagai dasar penentuan awal dan akhir
Ramadhan.

ini

dari teknologi rulcyah secara tampaknya lebih bersahabat karena

ia mengambilnva berarti ;;;tkt";' i;rena kalau tetap api neraka'" (Al Um' 6:202)'
rcIqh memberinya sep'o'tong

saya harap itu, "rr*ioiiitryo [o'"'o"

'i"ii ii"s 'untuk lid;k sudah saya walaupun buian"haknya'

saya

Tanggapan Ulama
Pada prinsipnya ulama tidak berkebaratan atas ikut sertanya iptek daiam pror"t penentuan awal dan akhir Ramadhan' yang sepanjang tidak mengabaikan ketentuan syari'ah' Hanya nu*r-aiplnami adalah syari'ah tidak ingin memberatkan umat khususnya dalam masalah ibadah.

RukYah Dalam Sorotan lPtek


selalu Iptek sesuai dengan waiak dan. pengalamannya dari sisi akurasi dan menilai aur, ,n"tgutti* segala t"ryuP. 0",'gl"Lit7*y oleh karena itu' wajar kalau
kedekatannyu

banyak peran dalam hal penentuan awal berkeinginan untuk -*t"*Uif yaflg telah dilakukannya dan alhir Ramadhan ibagaimana ini dalam berbagai aspek keqlatan'

yang memiliki iptek memandang;t""in sebagai. sesuatu maka iptek tersebut' kelemahan' etu" Ltut pJnilaian

t.iu-u

p"ilr;;

menuntut agar vang lebih efisien ;ilvJ;;g!""ukutt estimasihisab merasa tidak kemudian dan hasilnv" l"bih pemandu' dan pembantu cukup kalau hanya"i"tf""gti sebagai zaman dari terus menerus karena ilmu hisab V""g U"it"mbang. tingginya ke arah semakin ke zaman memiliki t"?""a"t""gan Terutama setelah proaumya' tingkat akurasi d;;;;;ata'i alat-alat Pada tahap pertania'

-"lului ilmu hisab'

perselisihan di kalangan ulama sendiri, khususnya dari kalangan 'syaf iyah, karena kalangan Malikiyah, Hanafiyah tidak dapat menerimakehadiran hisab secara mutlak, baik untuk perorangan maupun dalam lingkup umum bagi seluruh umat Islam' Imam Subki, Abbadi dan Qalyubi misalnya, mewakili arus pendapat yang mendukung tuntutan hisab tersebut' Imam Subki jlka ada satu atau dua orang bersaksi melihat bulan

Namun, ketika hisab ingin menjadi penentu timbul

-.nyututurr,
sedang

ilil"li;;"

ditolaf ('anatutthalibin, 2 : 2 I 6). Pendapat senada dikemukakan oleh ,q.bbadi, yang mengatakan bahwa sekalipun nara y-k9i lcbih tersebut terdiri dari orang-orang adil' Kemudian Qalyubi
mempertegas bahwa pendapat Imam Subki dan Abbadi tersebut dan menolaknya adalah suatu kesombongan .ungut

-"n,r-*t

hisab tidak mungkin, maka kesaksian tersebut

ditemukanny

yang lebih modern' ului "Lt"tt"ti dan cara perhitungan yang perhitungan yang lebih mutakhir' itu' pada tahap berikutnva hisab semakin cermat' o;; il;;;;

(mi'anadah wa mukbarah) (Qalyubi, 2:49)'

3"Iur,

97

96

ini ditolak oleh dan Al-Khatib Ramli mayoritai ulama yang dimotori Imam
Pendapat Imam Subki dan kawan-kawan

Syarbaini. tvtenurut Ar-Ramli, yang seharusnya diterima adalah kesaksianrukyah, karena hisab telah diabaikan oleh syari'at Muhtaj, 3 : 3 5 I ). (I,{ihayatul ' Pendapat yang sama dikemukakan oleh Al-Khatib yang

sendiri (ainul hilal) bulcan yang lain. Frmgsi alat hanya untuk membantu penglihatan dalam melihat yang jauh atau sesuatu yang kecil."

menjelaskan 6ahwa menurut pendapat yang mu'tamad (yang harus dijadikan pegangan), syahadah-\ah yang harus diterima, karena pendapuf ahii hisab tidak diperhitungkan oleh syari'ah (idz ta'ibrata liqaulil hussab) (I'anatutthalibin, 2: 16)' Nlenurult paia ulama, pendapat Abbadi dianggap sebagai pendapat yang iemah (dha'tfl (Bujairimi Fathul Wahab, 2:64)'

ialan'tengah kemudian ditawarkan oleh Imam Ibnu Hajar sebagai berikut : syahadah dapat ditolakjika dengan penjeiasan 'atrii hisab sepakat. Namun, kalau tidak terjadi semira kesepakatan, maka syuhudah tidak dapat ditolak (tuhfatul lulukni, 3:382). Ru'yah bil fi'li dengan menggunakan alat dtantga na13 {nazhirah) sampai saat ini belum ada kesepakatan dan Ru'yah" Hisab Methode "Penyerasian ulama dan seminar ini menunda baru-baru ulama yang diselenggarakan Nahdathul yang lebih jelas' forum pada maslalah tersebut untuk dibahas

Adapun yang dikemukakan oleh grru kami adalah tidak boleh berpegang kepada rukyah di air atau dibelakang kaca, maksudnya adalah melihat dengan posisi terbalik. Dan cara melihat seperti itu dapat menimbulkan kekeliruan, sebab bintang pun dapat terlihat seperti bulan. Oleh karena itu, tidak dapat diterima. Sedangkan melihat dengan alat pada hakikahrya sama dengan melihat kuman dengan menggunakan mikroskop (nazharatul qir'ah) (Mizanul I'tidal, 35).

Kesimpulan

1.

Pada prinsipnya syari'ah tidak menolak keilartsertaan

iptek dalam proses penentuan awal dan

akhir

Ramadhan, selama tidak bertentangan dengan syari'ah

atau mengabaikan petunjuk yang telah diberikan syari'ah. Namun, syari'ah tidak menuntut sejauh itu

Namun demikian, ada beberapa pendapat yang dapat dijadikan acuan: 1. Pendapat Ibnmu Hajar yang menyatakan tidak boleh rukyah dengan menggunakan alat sebangsa kaca (nahwi mir' atin) (Tuhfatul Muhtaj, 3 : 3 8 2)' 2. Pendapat Asy-Syarwani yang menjelaskan bahwa- yang dimaksud denga sebangsa kaca adalah air, ballur (benda yang berwarna putih seperti kaca), dan alat yang mendekatkan yang jauh atau memperbesar yang kecil'

2.

Namun kemudian Asy-Syarwani


(HasyiatusY SYarwani,
3 :3

mengemukakan

pendapatnya sendiri bahwa walaupun menggunlkan alat tetap nnasih bisa disebut sebagai rulcyah Pendapat yang lebih tegas dikemukakan oleh Al Muthi'i. Ia menyatakan : "Ru'yah bil fi''li dengan mempergunakan alat (nazharah) tetap dapat diJglma karenayangterlihatmelaluialattersebutadalahhilalitu
j 2)'

3.

3.

mernberikan informasi yang lebih jelas dan lebih lengkap tentang cara kerja alat tersebut agar parculama lebih memahaminya. Sangat baik jika organisasi yang selama ini telah melaksanakan ru'yah bil fi'li diberikan alat tersebut agar memperoleh perbandingan arirtara hasil rukyah tanpa alat dengan rukyah dengan alat. Misalnyp para perukyah di lingkungan Nahdhatul Ulama yang selalu mengadakan rukyah secara terus-merenus pada setiap a}hir bulan qamariah.

supaya tidak memberatkan umat. Penggunaan teknologi rukyah secara objektif sebagai pendamping dari ru'yah bil fi'li tanpa alat, seperti yang selama ini dilakukan, dapat dilaksanakan. Namun karena sampai sekarang belum ada kesepakatan para ulama tentang boleh atau tidaknya hasil nr 'yah bil Ji'li dengan menggunakan alat, maka sebaiknya diadakan berbagai pertemuan dengan paru ulama untuk

98

99

Kalender Islam

Kalmder Pembandine IIC/Ilyas


Depag/4N

.Tsaniah

26-10-1995 24-11-1995

29hari
29 hari 30 hari 29

26 24

29
30

25x
24
23 22

30 30
30

25x 23x
23

29 30 29 30 29 30 29

Tahun 1414-1416 H (Juni 1993-Aoril 1996)

UrfiA(hair
Pis
30 29 30 29 30 30 30 29 30 26 30 29 Pie 30 29 30 29 30 29 30 29 30 29 30 30 Pie 30 29 30 29 30

Rajab yaban

23-12-1995
22-Ot-1996

24x
22

29
30

l4l4

Awal

bulan SIGN

Panjang

Awal
22

Pie
29 30 29 29 30 29 30 30 29 30 30 29

Awal

Pis
30

Awal

Ramadhan

hai

29
30

2lx
20

VIuhan-am

2246-1993
2t-07-1993 l9-08-1993 l8-09-1993 l7-10-1993 l5-1 l-1993
I 5-12-1993

29hari
29 hari 30 hari

2lx
2t

20x 20x

wal

20-02-1996 21-03-1996 20-04-r996

30 hari 30 hari 29 haf,

2lx
2l
20

29
30

20
21

lhafar
Rabiul Awal R.Tsani

2l
20

29
29 30 29 29 29 30 30

29
30

20x

l9
l7x
t7

29hai
29 hari 30 hari 29 hari 30 hari 30 hari 30 hari 29 hari 30 hari Panjang 29 hari 30 hari 29 hari 30 hari

l8
t7

l8x l7x l6x l4x l4x l3

29

l9x

l9x

* : mudah dirukyat
r.*:*

Iumadil Ula
I.Tsaniah Rajab Syaban Ramadhan Syawal Dzulqa'dah

l6x l5
14x 13x

l5
l5
13

** = Kans..fifty_fifty"

= sulit dirukyat

13-01-1994

1242-1994 l4-03-1994 l3-04-1994

t2

llx
13x

l4
l3 l3x
Awal

l4
l2x
t2
Awal

29
30 30

Dzrlhiiiah
1415 H

r245-1994
I l-06-1994 * l0-o7_tgg4 *** 09-08-1994 r 07-09-1994 *t 0?-10-1994 * 05-ll--1994 * 04-12-1994 *** 03-01-1995 * 0l-02-1995 +'* 03-03-1995 * 0244-1995 | ol-05_1995 ***

llx llx
Awal

Awalbulan SIGN

Pis
30 29 30 29 29 30 29 30 29 30 30 30

Pis
29 30 29 29 30 29 30 29 30 29 30 29

Muharram
Shafar

l1

t3

12x
9x 7x 6x 5x

llx
9
8 7
5

l0
9
7

Rabiul Awal

RTsani
Jumadil Ula
J.Tsaniah Rajab Syaban Rarnadhan
L

29hai
29 hari 30 hari 29 hari 30 hari 30 hari

6x
5

4x
3x 2x

5x
3 ') 3

4
3

I
3

3lx
2x

lSyawal
I

lDzulqadah

zghari 29hari
Panjang 30 hari 29 hari 30 hari 29 hari 30 hari

lx
I Awal

3lx
30x

lr',.,,,",,ror
416

2x Awal

Awal bulan SIGN H rtuhanam 3l-5-1995 * 30-06-1995 * ihafar ** Labiul Awal 29-07-1995 28-08-1995 * t.Tsani 26-09-1995 ** umadil Ula

Pis
29
30

Pis
29 30 30 29 30

Awal 30x

3l
30

3l
29x
29
28

29x
28x

30x
28

29 30 29

27x 25x

27x

26

100

l0l

AWAL PERAN ASTRONOMI DALAM PENENTUAN BULAN IIIJRIAH Purwanto Dan D.N Dawanas Abstrak
,uriig U"rtuii"n
secara komplek' Misalnva dalam.n191,t1i:l1t]-l?."]'j111' sosial politik serta aspeK llmlal' r.rin"g *alUutkan aspek fiqih (hukum Islam)'

lain(non islam) sudah dapat menginjakkan kaki dibulan, umat Islam masih meributkan adanya hilal (bulan sabit baru) atau tidak setiap awal bulan (setidak-tidaknya getiap awal Ramadhan
dan Syawal)?. Para ahli hukum Islam (ulama.) tentu jauh lebih memahami persoalan ini dibanding masyarakat awam, Berdasarkan perintah Nabi Muhammad SAW, yang mengharuskan melihat hilal ketika akan melaksanakan dan mengakhiri ibadah shaum,

berbagai as99k- Vang Masalah penentuan awal bulan hijriah melibatkan

awal bulan Hijriah berperan'sebagai atat bantu dalam penentuan perbedaan diharapkan asironomi keterlibatan dtngun dari sisi ilmiah, sehinggu Islam kalender. penyusunan umat Islam dalam penentuan hari raya maupun beberapa dkkemukakan ini tulisan dalam dapat dipersatukan. ouou "nr".nva, asffonomi dalam rangka penv{}l1 awal bulan bulan Hijriah ditentukan Hijriah. Dikalangan umat Islam Indonesia' awal astronomi digolongkan Biasanya hisab' dan rukyat yaitu l;ilg;" auu "u."] it*i ttitu[ namun dalam tinjauan ini penulis menempatkan

nrn"'"".i

maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa rukyat (pengamatan hilal), tetap harus dilakukan, meskipun
berdasarkan perhitungan tentang posisi bulan dan matahari yang sudah cukup teliti mengatakan bahwa bulan berada dibawah ufuk. Hal ini disebabkan karena mereka berpendapat bahwa mengamalkan perintah Nabi berarti ibadah.

ffi;l#iJi;fib.;iil
;;d;
[.rornpor

hisab' astroiromi sebagai penengah antara rukyat dan

Pendahuluan
berbeda Dalam dua tahun terakhir umat Islam Indonesia tahun pada yaitu pendapat dalam menentukan hari Idul fitri' terjadi dapat titZig dan l4l3 H. Perbedaan ini diperkirakantinjauan fiqih Dalam H' I4l4 lagi pada penentuan IdulFitri bulan termasuk masalah l"J"t"t" Isiam), penentuan awal didalamnya. )iirrr"a"r, yang"diperbolehkan adanya perbedaan kemasyarakatan' sosial ekan tetapi Jita ditinjau dari segi " p"tU"a"."' iersebut sering menimbulkan " keresahan Oleh karena itu tidak' maupun nyata dimasyarakat ,Yan1tampak penyeragaman kalender kesatuan penentuan hari IduiFitri, atau

bagi umat Islam' Islam pada umumnya' jelas lebih maslahat aspekaspek yang melibatkan penentuan hari raya umat Islam politik' maupun sosial bersifat kompleks, mulai dari aspek fiqih' if-i"i. Penulis membatasi pembicaraan dalam penekanan tak lupa "tp"t 'aspet sesuai dengan judul tulisan ini' dengan

ilmiah, sedikit menyinggung

utp"t lain yang tentunya

berkaitan

dengan perbidaan yang terjadi dimasyarakat' kemajuan ilmu Masyarakat awam sering beranggapan bahwa perbedaan sehingga pesat' dan teknologi saat ini sedemikian merupakan Islam alwal bulan vang dihadapi umat ;;;Jt; saat orang irorri. Banyak orang bertanyatanya, mengapa

i.rut,

Kemajuan ilmu dan teknologi tentunya,tidak boleh ditolak oleh umat Islm namun harus ditempatkan sesuai proporsinya. Sebagai contoh bahwa ulamapun tidak menafikan ilmu pengetahuan, kami kutipkan penyataan KH Ma'ruf Amin (1993) dari PB Nahdhatul Ulama, sebagai berikut: "Dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah NU berpegang pada rukyat sesuai dengan pendapat mereka. Sikap Nahdhatul Ulama tersebut tidak berati mgabaikan ilmu hisab, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, bahkan justru memanfaatkan seopimal mungkin untuk memperoleh hasil ru'yah yang lebih sempurna. Oleh Nahdhatul Ulama hisab ditempatkan pada posisi pemandu dan pembantu. Kesalahan penempatan posisi akan membawa dampak yang sangat luas dan dapat merusak tatanan yang sudah disepakati oleh Aimmatul Mujtahidin serta Jumhur Salaf dan Khalaf." "Semua kebijakkan Nahdhatul Ulama harus berpegang pada prinsip tersebut, oleh karena itu Nahdhatul Ulama tidak dapat menerima pendapat yang mensyaratkan penerimaan ru'yah yang harus sesuai dengan dengan hasil hisab qathi. Sebab pendapat tersebut sama dengan mencampakkan ru'yah. Kaiau hasil ru'yah yang diterima harus sama dengan hisab qathi, maka melakukah ru'yah adalah tahsilul hasil. Dan bila ru'yah yang tidak sesuai dengan hisab akan ditolak, maka ru'yah tersebut sebenarnya tidak ada gunanya."

102

103

ull'Y* berkaitan dengan Aspek ilmiah dalam penentuan hrstitut selama inilcami tekuni di astronomi, bidang if*t Vu"g kami bukan ulama' namun Tekologi Bandung' fnflt-Jp"" sering gor*il iu' juruYn AstronomiSyawal observatorium
menurut astronomr'
#at-Ramadhan atau menerima p",tu"yuui-i""t"ttg yang Bahkan tidak sedikit orang
mempertanyakan, apa itlu" lalam dalam penentuan awal bulan umat yang masih u"tftJ"-UtOa berbahagia memperoleh ini?. oleh karena sebatas kemampuan kesempatan ini, untuk -""g"*"kuk"t a"p" diberikan astronomi dalam kami, tentang tono'Ui'" V^""g awal bulan Hijriah'

t"nT-qul kejadian-kejadian yang ada padanya-sebagai bahan A.llah ketaqwaan-kepada. urrtrt meningkatkan feimanan dan peristiwadan konsep Islam, benda-benda

(ayat-ayat) peristiwa langit semata-mata merupakan tanda-tanda Allah SWT' lung ttt""u"iut tun Keagungan dan Kekuasaan erat dengan L"Uittju"f, lagi, ibadah aatam Islam seringberkaitan

SWT. Dalam

***9mi

mempersatukan

*;;i;gat_

f.n"nt"u"

Antara rukyat' I{isab dan Astronomi blhwa umat Islam di Indonesia Tidak dapat 'disangkal lagi' Hijt:tit dengan dua cara' yaitu rukyat menetapkan u*ur ut'iii bulan sabit baru (hilal) dan hisab. Rukvat ffi"t;;;;;In tJrbenam tanggal 29 ulan ntll1, oada saat (sesudah)-iriahari matahart

arah astronomi. Cintoh yang nyata ialah dalam penentuanbulan awal penentuan dalam serta kiblut, waktu-waktu tftutut, yang sedangkita bicarakan sekarang ini hijriah Kemajuan ilmu pengetahuan pernah mencapal masa nama-nama keemasannya di zaman Islam, dengan munculnya pelopor ilmuwan muslim yang sampai sekarang diakui sebagai Jal""t ilmu pengetahuan dan teknologi, mialnya : Ibnu HaYtsam matematik), Al Battani (ahli ifiii optitl, etkftu*utizmi (ahli lainlain. Akan tetapi dengan jatuhnya

)rtto"o-i),' Ou"

estafet kekuasaan Islam oleh orang-orang Barat' maka dan (Eropa ilmu beralih ketangan Barat f"rt"-Uu"gu" -Untrrnglah masih ada sisa-sisa peninggalan -ilmu itn"tttul. -zaman Islam dahulu, diantaranya ilmu hisab pengetarr-uan dari

i:il"r*"';t"Jututut'

rtijtiirt u:lg* mencari kapan saat untuk perki.uu" u*liffi posisi bulan saat matahari ijtima (konjungsi) serta dimana dipakai ;;;" u4riatr'-ulsab biasanva terbenam pada tangg;;;; sendiri itu hisab ittt"dans untuk pedo*un ru"6ui' ""*"t ini' kondisi oJl:: Me"ngingat dijadikan patokan ;:il;;;I rukyat Hisab Aglma yang lemadukan maka sikap Departemen yang merupakan suatu sikap untuk penentuan awal bulan

nerhig1e.a1

posi si bul an dan

oUtlfitl"*,

u:1::o*,,L'fo' sering digolongkan dalam juga dilakukan astronomi meskipun ,"u""u'iyu iutu* seienis dengan rukyat' ptin:tply" pengamatan ,u"*"i;" p"iun asffonomi sebagai Tulisan ini uermatJud minletaitcun p.n.ngutt anlatahisab dan rukYat' benda-benda'langit
"uuut'g astronomi mendapat tempat serta segala f"t'J*""u ungku'u' Islam' Hal ini dapat
Sebagai

di Indonesia' Akan V""E ait"t"Uangkan dipesantren-pesantren perhitungan hisab akurasi ietaii letas harus diakui bahwa yang telah astronomi ilmu traOisionat iauh lebih kasar dibanding bermaksud tidak Jit"*u""gi*" oleh dunia barat tersebut. Kami menonjolian ilmu pengetahuan dan teknologi dari orang-orang namun Uarat yuttg notabene kebanyakan adalah Non Islam' dan telnologi sebagai umat yang menghargai ilmu-pengetahuan yang astronomi ilmu suaitr selayaknya kita- memanfaatkan telahberkembangpesattersebutuntukkemaslahatanumat. Bukankah ada hadits yang berbunyi "Hikmah (ilmu orang pengetahuan) itu adalah barang yang hilang kepunyaan f"ri*un, maia dimanapun ia mendapatkannya' ia lebih berhak
atasnya'. ragu-ragu Dengan uraian diatas, maka hendaknya kita tidak bantu alat satu salah lagi u;;uk menerima astronomi sebagai diantaranya umat' ya:ng dapat digunakan untuk kemslahatan ir"i,it *i*p"rr=ut rkun awal bulan Hijriah atau Kalender Islam.

ffii"*

-"*n:tiari

umat tumbuh yang subur dikalangan avat-avat Al-qu'ran yang uania5, dimengerti *t";;;; serta untuk memperhatikan langit memerintahttu" ul-ui Islam
104

Sebenarnya astronomi telah dimanfaatkan untuk untuk kemaslahatan lain, misalnya : penggunaan satelit
banyak

105

gerhana' telekomunikasi, perkiraan

P":klt1* lainlain' Semoga Denentuan u,ur'' nuruiTu"'*uttu'ilutut'.dan masalahpenentuan d"rrnun lebih berper;""* "*"""t"1 {alam tita idam-idamkan dapat hijriah trl,;'.;r;t;'vang
u*u'i brrlun segera terwujud'
Pengamatan Astronomi

pergantian muslm'

-t"iiup -.;;;;k* mengamatr lu-*u


1936)
Lebih tipis bulan ;t"t"' (pemotongannyu l"bfi ;;;;tj'
dengan pengamatan itiit bulan sabit berikut ini'

Perancis pernah seoang ahli astronomi dari -p""liti""-L"ttg""ui Andre Danjon, bulan sabit'Danjon (1932-

bulan berbentuk sabit


lebih

m.elUentuk sudut ukurannya aari u;ung"tt" ujung liOat terdapat pemotongan' *i""g"rt fi"gkara:n tigo altujut)' tetapi pendek

t'ko'uttttvu {;k" kita uj i Fenomena. tersebut dapat

tttiaiti '

atau dapat diteliti pada foto

dimuka' Seperti telah disinggung oenda langit' vang pada u*J" 'dalam dilakukan pengamat;;?3tnia*

astronomi juga

;n;-;r,;

bulan, beda

;k";l

sabit untuk meng"y:: bulan uiutunvu-ailakukan 'Jtr'io astronomr sedangkan - peneamatan ll,)#'t"i^. Misalnva sala' ;as"e.oYli" slauit jika dilakukan tidak terblil;;"d" adalah perhatian astronom langit fenomena ,""* benda '""*"i-J""tk bulan berotasi (#t;ffiilui-gt't'unu)dengansecara khusus lain (bintang-uintulji"it* .il;t.-sehingga okultasi bulan dengan T"-:"t11 didirikan ,.ruto t"*uig" International planet-planet' yuitt' The ' bintang-bintu"g ui"t" di Tokvo' Jepang' Lunar occultation ;;":";;ilt11aua*u" selama bertahun-tahun !:l* Dengan data penffi""'p"iiti ribuan tahun)' para astronom atau (bahkan *"""upu'"'ui"luti sifat geral bulan' Dengan dapat memb*' """tnit^i;;;"g model' sehin gga posr sr o"p"ld**nkairsuatu tersebut bulan analisis Saat ini prediksi posisi dltentffi;t#;; dapat sarnpar bulan dapat mencapai ketelititian

1'

;fy*;;::**l .i'[';'JB!. f iltlil':fr pengaTil"T':.::T'*1."?*uti


;;; :H;' ;;;;;

pada

""*t

Gambar

sudah sangat

t"fit;';;'ht"gga
( 1 /3

r"ri?iit

(rekor) tersendiri b"gi "";;;;;"id" ltl akan *:"1'udi suatu catatan Ut'tun-i"'*tda' ( mengamati Dicicco 1 9 89)' ;i#il;lidah'-tvtenurut g diabadik"" yan Victor' dipecahkan oleh Rober rekor pengam"Jii;i-;"""uq pud' .'** 13 jam 28 menit htl"l yang berha'il '"t"';;;;; dilakukan di dengan *"r*J;ifi^;";k'i; ^Peneamatan J""'g* ukuran hilal dari Amerika o"u" tii'J*"i 60 derajat tanpa terputus' ujung keujung t"ttiiu't

tarik merupakan suatu daya Pengamatan Ut'tu" sabit berhasil ada astronom

U"sur

600 deraj at)'

tidak mencapai setengah 1. Foto bulan sabit yang ukurannyabosccha dengan bantuun linskaran. Foto aiuuut ti l['8*utodu*ol"lt M Raharjo' pukul 05 30 telJskopUnitron (diameter ti't-'"t"*t'S7c*) ttuttu- kunjungi (ijtimak) 16 Agustus tS93' ilft"'aiiu*
pagi, tanggal

membentuk sudut 180 Seharusnya panJang hilal selalu. ta van g samp ai kema d";;;;; j;k;ii a.il "i" ol"' g,'un gun : +uJu dun uu:"vut data bulan sabit baru'

: ffi t:t:,
106

kita. Dengan *"ng"*i"iriun menyimpulkal bafwl' sedikit data bulan t"biil;;;[ubunion oleh jarak relutil' pemotongan ulung-ujur['t''itut Oit"ntukan of light) sertu (arc cahaya bulan matahuri yung al;but busur L)' panjang hilal ditentukun lebar hilal ltu ,.nii'l tit"gtft' dengan rumus berikut :

107

Sin (Lt})..
Jadi,

sin

aL
......(1)

cos

Qurra, Abdurrahman As-Sufi, A1 Biruni) abad (Nashiruddin At-Tusi), sampai abad XV (Al-Kasani).

XIII

Dengan d adalah sudut pengurangan (deficiency arc), dan adalah panJang hilal (length ofthe crescent).

cahaya hilal akan habis (mustahil dapat dilihat). Dengan mengestrapolasi data yang dikumpulkan maka Danton menyimpulkan bahwa hilal tidak mungkin dapat dilihat pada
jarak busur cahaya (aL) 7 derajat atau kurang.

jika d = aL, maka seluruh hilal

akan dipotong atau

Para ahli astronomi modern memberikan kriteria sederhana yang diturunkan secara empirik, yaitu :"Bulan mulai terlihat jika fraksi (bagian) bulan yang tercahayai dan menghadap ke bumi sudah mencapai I%o (dari keselurusan permukaan bulan)". Agar bagian yang tercahayai mencapai 1% dari seluruh

Limit Danjon ini telah dievaluasi oleh Schaefer (i991)

dengan kesimpulan bahwa penyebab terpotongnya "tanduk" hilal adalah karena cahayanya tidak dapat ditangkap mata kita, atau intensitas cahaya ujung-ujung hilal dibawah batas ambang

kemampuan mata

kita. Dengan kesimpulan ini Schaefer menyatakan bahwa setiap pengakuan keberhasilan melihat hilal

permukaan bulan, maka sekurang-kurangnya jarak bulan matahari sekitar lI,5oA. Fothemgham (1910) menurunkan kriteria penampakan hilal berdasarkan hasil pengamatan beberapa orang di Yunani. Kriteria Fotheringham ini kemudian diperbaiki oleh Maunder (1991) yang selanjutnya dikembangkan lagi dalam Indian Emphemeris (1979). Ketiga kriteria ini diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

yang kondisinya kurang dari limit Danjon harus ditolak, meskipun jika kondisi hilal melebihi limit Danjon tidak menjamin dapat dilihat. Limit Danjon berlaku juga untuk pengamatan diluar angkasa maupun dipesawat terbang. Untuk pengamatan dengan alat optik (teleskop, binokuler), limit
Danjon hanya turun sedikit saja (tidak sampai setengah derajat).

Tabel

: Kriteria penampakkan berdasarkan


Tinqqi Bulan dari ufuk Maunder Forherinqham 11" 12 10..5 11".9 9o,5 11..4
1

Fotheringham

(1910), Maunder (1979) dan ephemeris (1979).

Selisih Azimuth
0o 5o

lndian Eoh 10..4


100

Kriteria hilal Limit Danjon hanya memberikan petunjuk tentang kondisi hilal yang mustahil dapat dilihat mata kita, namun tidak menjelaskan kriteria hilal yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dilihat. Dengan data pengamatan hilal selama bertahun-tahun, orang-orang Babilonia kuno menyimpulkan bahwa biasanya hilal mulai terlihat jika umurnya sudah lebih dari 24 jam sejak konjungsi. Dengan asumsi bahwa bulan dan
matahari terpisah pada bujur langit dengan kecepatan setengah derajat perjam, maka kriteria hisab orang Babilonia untuk menentukan awal bulan adalah sebagai berikut : "Awal bulan

100 150

90.3

10,0

80,0
6o

8".0
60,2

23

7.7"

Dr. Muhammad Ilyas menurunkan lcriteria penampakan hilal

berdasarkan data pengamatan hilal selama bertahun{ahun yang

dimulai jika beda bujur langit bulan dan matahari (arc of separation, as) sekurang-kurangnya 12 detajat". Menurut Ilyas 91984),lcriteria ini masih terpakai sampai oleh para ilmuwan muslim pada abad IX-XI M (Al-Battani, Al Farghani,Tsabit bin

dipublikasikan dalam banyak jurnal astronomi. Menurut Ilyas (1984, 1988), hilal pertama kali dapat dilihat jika bujur cahayanya sekurang-kurangnya 10,5 derajat (pada beda azimut 0 derajat). Jika beda azimut bulan-matahari lebih dari 0 derajat, maka kriteria tersebut akan lebih besar lagi. Untuk lebih jelasnya kriteria Ilyas digambarkan dibawah ini.

r08

109

Perhitungan Astronomr
pengamatan bendaUntuk pegangan ahli astronomi dalam menunjuikkan yang dibuat suatu tabel benda langit, biasanya -ru*i' setiap- saat' Tabel. atau almanak ;;;"; l"riau-u""au dikalangan astronom saat mt i"pi"-"titl yang palinglerkenal setiap tahun adalah The Astronomi"cal Almanac' diterbitkan United States ,"U"g"i hasil kerjasama Nautical Almanac office' Majesty's Her dengan Naval Observatory, Washington, Observatory' Almanac Office, Royal Greenwich Nautical -Cu*triOg". terjadinya Dalam tabel ini antaialaindimuat waktu
SUN AZIMUTH SEPAMTION

I c
U

6 t

a z o o
=

'

MOON

(')

d;J""g.;

yang biasanya antarabulan dan matahari (new moon) month). Derajat ;;";,:rk"" awal bulan qamariah (newalmanak ini sekitar kesalahan penentuan waktu kbnjungsi dalam

matahari selama setahun. untuk posisi matahari busur' sedangkan presisi (ketelitian sampai t"p"""'utut cletik l"t*t potlti bulan "hanya"sepersepuluh detik busur'
2
d
@

bulan dan r"i""g"tt m"nit. Selain rtu dimuat pula posisi dapat dicapai
hasil Mengingat p"rryuru"un uirnunut astronomimerupakan p;;a;i;""gerak be,tda-benda langit' maka sebenamya kitapun tetapi karena iufut -.tututun perhitungan sendiri' agar perhitungan iuttor-funor korekii yang perlu dimasukan setidakmaka mencapai ketelitian yun{ auput diandalkan ' Computer Personal tidaknya perlu menghit tttg d"ttgutt b1n!1an kalkulator akan mamakan iPqL l;"a jika dilakuk"an dengan (misal waktu terlalu lama dan kemungkinan kesalahannya gerak Persamaan karena :salah pijit tomlol") akan lebih besar' buku-buku banyak dalam benda-benda langit dapat ditemui Meeus Jean oleh astronomi, diantaranya yang ditulis, bukunya dalam (1985),seorang matematiku** Btlgiu ' Meeus bulan )"""g";uk"ka; algoritma untuk penentuan fase-fase posisi bulan serta penentuan i;;fit laru, kuartiidu" pu*u*a) algoritma Meeus dan matahari. Penentuan konjungsi dengan posisi sedangkan menit' 2 ;;"; ;"tapai ketelitian sekitai bujur (untuk sudur detik bulan dapat mencapai ketelitian 10 geosentrik lintang (untuk g"or""*il bulan) aan I Aetit busur

o b

\
2 o
o

di Istambul pada tahun 1978 Konfrensi kalender Islam sebagat (1981) mgnefagkan kriteria seoerti dikutip ofeft Oizer cahava bulan]usur berikut :,,Awal b"t; ;;Ji^l :ft^ja1ak d a"t"1i1 dan tinggi bulan saat matahari ,"ku'u"g-ttli';"*t1 5 deraiat"' Keputusan
matahari terbenam

ini sebenarnvu t"ru'

t"f""""tU-t"?lg"Yu "iliiJ"it

ffi;;i;;;;;""

rcr"*

iaitu'"au "-t::^delegasi pernah'diterapkan di Iradonesta'

t*g'":t}

bulan).

lll
110

untuk menentukan Kita bersyukur bahwa metoda astronomi sudah dijadikan salah tor,l,rrrgrir"rta posisi Lulan dan matahari Rldalam penetapan awal-awal satu rujukan Departernen egu*u nJpug srtrdah menggunakan .a]1a1ak Hijriah. Saat

hukum atau daerahdaerah yang satu kesatuan wilayah barat penampakan pertama

daerah

tersebut.

i"i bulan p"rl"r*ur, untuk Nautika


a*
J]n";
yang digunakan astronom'

*uttu konjungsi serta posisi ini Almanak Nautika ,nurufruri, yang d;i;- ketiga rnutulutt .,kembai=an" The Astronomical Almanac ai;"b.ri .eUagui

bull

(tid"k;;i;t' untuk daeiah sebelah timurnya)' garis ;;;" tersebut bukan sekedar ufuk' Garis batas
yang memis"hk;;

lain

disebelah

"wJ iitut

aiutut ufuk atau dibawah

4.

'--s'"iuij.rtnva

masalah penentuan awal memanfaatkan ilmu astronomi dalam lriteria bulan hijriah, kita harus pula mempertimbangkan limit yaitu tampak' tritat musiahil ;;;;.p;l"t hiial (atau kriteria demikian Dengan b;il yang diajukan oleh para astronom' hijriah *"r,i.rruttu" , agat penyatuan awal-awal bulan ini. ililJ 'a"p"iL*"pJi, *utu i"iu diperiratikan butir-butir berikut *" rupa' sehingsa tlap i eg. lalendJr disusun sedemikian "hilal tidak mustahil awal bulan ai-t'tul dengan kriteria Islam yang kalender dapat dirukyat" 'Pada contoh bulan,,1'"lgl awal dilampirkan, penulis menghitung.

jrka kita

konsisten menerapkan

dan

tapi secara p"til*gu" TtrypukT penampakkan hilal' mempunyai t#;'nfr-nfty" untuk hilal masih dapat Penggunaan atat uniut pengmatan tersebut tidak ditolerir sepanjang kemampuan alat telanjans. A\a1 terlalu jaut, setisi[nva dengan. mata fungsi alat haruslah tetapi seperti ;;;;-it"gsi liisab', p"emandu dan pembantu rukyat ditempatkan 'ffiui dengan mata telanjang'

daerah-daerah yang

Fitri Tiniauan sekitar perbedaan Idul

l4l4IJ

ketentuankondisihilalsetidak-tidaknyamelebihilimtt aL Danjon (aL>:Tderajat)' Cara penentuan dA' Cos aL = cos dh cos


(2) Dengan dh adalah selisih tinggi

metoda penentuan awal Dengan memperhatikan beragamnya umat Islam' kita dapat bulan yang berkembang dikalangan dalam penentuan ;;;";kit""kan bahwa aian terjadi perbedaan diberitakan media massa' Idul Fitri | 41 4 H. Sebagaiman i t?"U l4l4 H bertepatan Menteri Agama *"""iuitutt ary! faTadhan ini

bulan

dan matahari

(Arc of

Vision)

dan dA

adalah selisih azimut

keduanYa.

2.

berkaitan dengan Pada penentuan awal bulan yang

membuktikan perlu dipaksakan tidak berhasil, maka awal bulan tidak telah disu1t11 yang sama dengan pada kalender . sepertr keadaan t"il.f""-v"' berdasarkan hisab' Dalam itu SAW' ini kita wajib mengamalkansabda Rasullah had' 30 . ;;;g;""p"k* bulan sebelumnva menjadi didunia manapun tempat 3. f"U3.iutliu" rukyat disuatu

tTt"k ibadah, tetap harus dilakukan rukyat hilal hasil hisab' Jika temyata rukyat

ini jika rn".upuitu" penampakan

.pertama'menandai garis batas awal bahwa daerah t"ir"u,rf dilewati oleh pula untuk bulan hijriah". Penampakan tersebutberlaku

petruari lgg4' Tanggal 1 Ramadhan dengan Sabtu, fZ ti"1 Isl-a"m seluruh Indonesia' dianggap sudah di"o"d;9rti dalam pemantauan penulis ' bahkan seluruh ASEIN' Namun *""gu*uti shaumnya pada hari temyata ada umat Iti;; t"d karena Arab Saudi Jum'at, 11 Pebruari ffi; M'han"mereka tersebut' "dan menurut ;;;";;pk"" u*ul 'hat'm pada tanggal dapat berlaku untuk fiqh" hasil rukyat t'itd ai"'uto tempat jika awalnya berbeda' seluruh dunia. S"d;i;;"p"i aipastikan jika pun dapat berbeda' Kecuali maka akhir shaum R;;;h"" ;it", at.u sut'al" shaum 30 hari sedangkan yang v""g melaksanakan selama Z9hari' shaumnya t"tutu"gu" ianya kota Bandung' pada Penulis metatutan' ftiftt*"s"1 .:"'"k seiak 12 Pebruari tanggal 29 Ramadtan'1414 fr lainit"nn berdasalrkan- data pada Thc lgg4), konjungsi tta^"ft ter1adi' y ear 1994' konj ungl terl'adi Astronomical Almairll' r-'it'" ur atau 14'05 WIB' Akan - p"Lf oz-'os tanggal 12 Maret iii+ terbenam 6menit lebih tetapi untuk po'i'i Bandung bulan
113

t12

rukyat hilal dapat dahulu dari matahari, sehingga mustahil 30 hari dan hari Idul berhasil. Bulan Ramadhan dilenapkan Senin 14 Maret tnn! ilil;yt Alf*t jututt bertepatin dingan -, secara astronoml i;il uau yuttg bertanya-tanya, mengapa fitri vrtr:'seakan akan sudah dipastikan' ;;;;p;t;"'tai hasil rukvat?'Bukankah ada ahli hisab vang ;;;;;;"t"ggu tanggal 12 Maret 1994 saat ;;;";;k"; biilan diatas ufuk pada jelaskan nya dengan argumen *"lunu.i terbenam?.Kami akan
sebagai "-- berikut.:

1: i"p"tti telah dikemukakan

diatas' dalam pembahasan maupun astronomi ditempatkan terpisah dari rukyat

hisab. Vte,,giniat perhitungan astronomi


m"ncupai keieliiian yang sangat

sudah Vakt]l

tinggi' kami

pada bahwa pori,i bulan t'ttttt't seluruh Indonesia kondisi dalam tanggal'12 Maret 1994 insya Allah kata lain' ahli MUSTAHIL Oepef DILIHAT' Dengan bulan hisab boleh saja tidak sepakat menyatakan ahli astronomi dibawah ,rfuk-ala,, diatas uiuk, tetapi bahwa untuk mereka' sepakat dalam perhitungan terbenam bulam Indonesia seiuruh ibukata piopinsi di lebihdahuluatausetidak-tidaknyabersamaandengan matahari sehingga hilal mustahil dapat dilihat' merupakan 2. Para ulama mel'ig"mutatan bahwa rukyat perintah Rasullah SAW' Yanq. fr1ru1 altat:"itkT dalam p.r,"niuutt awal bulan hi3riah' teru!ry1 -aw.atTidak boleh awal RamJhan, Syawal dan Dzulhijjah' penentuan rukyat' kita lupakan bahwa selain dengan (menggenapran awal bulan dapat pula dengan istikmal

3.

bulan30r'u'l).s.au"gkanistikrnalinibersifatmutlak

'
)9,

(dengan sebab apapun yang menghalangi-terlihatnya hilal), r.Uugui*u"a diterrrukatun oleh Dr'abdullah Nashih 'Ulwan berikut ini'
l

"Penyempurnaan bulan Sya'ban 30 hari (adalah penentu awal Ramadhan) jika secara mutlak rulqyat hilal tidak dapat terlaksana, oleh sebab ghaim (mendung) atau semacamnya (sebab-sebab lainnya), sesuai dengan sabda Rasullah SAW yang diriwayatkan Syaikhan (BukJraary-Muslim): Shaumlah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat pula. Jika hilal tertutup atasmu, sempurnakanlah bilangan Sya'ban 30 hari "' Penentuan secara istikmal ini telah disepakati untuk penetapan 1 Ramadhan l4l4 H di Indonesia' Karena astronom yakin bahwa tanggal 29 Ramadhan l4I4 H hilal mustahil dilihat, maka Insya Allah penentuan awal Syawal juga ditetapkan atas dasar istikrnal (penggenapan) bulan Ramadhan 30 hari. Jika ada yang memulai shaum sejak tanggal tl Pebruari, maka sebenamya bukan berdasarkan rukyat' Berita tentang awal shaum di Saudi jatuh hari Jum'at sudah beredar sejak Kamis sore, jadi sebenamya dasar penetapan di Saudi juga istikmal. Dengan demikian jika nanti mereka berlebaran hari Ahad, 13 Maret 1994, maka dasamya bukan karena rukyat hilal melainkan penggenapan Ramadhan 30 hari. Mereka berdalil bahwa rukyat disuatu tempat dapat diberlakukan diseluruh dunia, tapi apakah istilanal disuatu tempat juga berlaku diseluruh dunia? Adapun jika mereka berlebaran hari Sabtu, 12 Maret 1994, dengan dasar rukyat (shaumnya 29 hatl) maka secara ilmu, rulcyat

t!,!.-r li!- JVI 1lt t&

')'''l cd).: s\,.r.r i rr l;Uii ,fut o V, *r) btsb ,*# l.r,


114

9,e' Ol++ll

oly

laif )-Jl,

'il l' 1' o;f:


qtlt d

,ft^;
t

tersebut harus ditolak karena dilakukan sebelum


Demikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat kami kemukakan untuk menjelaskan peran astronomi dalam penent.uan awal bulan hijriah' Khususnya untuk penetapan I
konjungsi.

V:2 y'l

.1tJt

115

yang terdapat datang!.Mohom maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Wallahu a' lamu bish-shawaab Daftar Pustaka
Ulama dalam Amin,KHM,l993,Pokok pokok Kebijakkan Nahdhatul Makalah pada Dzulhijjah' dan Syawal Penetapan awat Ramiai,an, 1993)'Jakarta Seminar Sehari Mengenai Hisab iukyat (19 Agustus

MEMBURU GERHANA MATAHARI CINCIN


(Laporan) Drs.H.A.Baidhowi , Kasi Hisab dan Rukyat

(DITBINBAPERAIS)
Motto : Dan Matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikian ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi
bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai kemanzilah terakhir)

Dept of Met'New Delhi Anonim,l979,Indian Astronomical Ephemeris 'lndia year 1994 for Almanac Astronomical enonim,tgg+,The Danjon, A.,1932 L'Astronomie 46,57 O*:"",n,f S:6,Buletin de la Societe Astronomique de France' 50'57 Method for Visibility Curve of the Moon'

kembalilah dia sebagai bentuk tandan tua. Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edamya.*QS. 36:38-40)

;;;M iss:,n

Calculation

Kandili Observatory. of the Moon 'MonNot Fortheringham,JK,lglO,on The Smallest Visible Phase Roy Ashon.Soc70,527 lumpur tiyur,fri, t lA+,tslamic Calender,Times,Qibla,Rerita'Kuala Visibility tl8b,Llmlting Altituie Separation in the new Moon'fist

iiy"t,ftll,

criterion,Astron,Astrophys,206, Maunder, EW<1 9l l,JBAA,2 1,355

I33

Meeus,J,1985,ertono-r"ui--'Formulae
Bell,Virginia
Ulwan,AN,
I

for
wa

calculators'3'd ed'Willman-

g83,Fadlaailut

Ramadhan

Ahkaamuh,

cet

3,Darus

Saalam,Jedah.

Menurut data astronomi (ilmu falak), gerhana matahari cincin (GMC) akan melewati dan terlihat di wilayah Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1998.GMC irri merupakan gerhana matahari ke 38 dari 7I gerhana matahari Seri Soros I35 yang melewati wilayah lndonesia, dan akan melewatinynlagi pada saat 3x siklus Soros (sekitar 54 tahun) yaitu GMC tanggal22 September 2052,yang melewati Nusa Tenggara Timu. Gerhana matahad atau khusufusy-syamsi terjadi karena ketika bulan mengelilingi bumi, pada garis edarnya rnemotong ecliptika, posisi bulan berada diantara matahari dan bumi. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam tidak menyia-nyiakan kejadian alam yang langka ini untuk dijadikan sebagai salah satu bahan kajian dan observasi, terutama untuk mengecek akurasi data hisab/perhitungan dari berbagai sistim hisab yang dihimpun dan ada pada Ditbinbapera Islam. Tim observasi Ditbinbapera Islam yang terdiri dari Drs.H.Hariri YS,SH,sebagai Ketua (lokasi Dumai-Pekanbaru) dengan dua anggota Tim masing-masing Drs HA Baidhowi (lokasi Siborong borong Tapanuli Utara) dan Drs.H Assadurrahman (lokasi sipirok Tapanuli Selatan) telah melaksanakan observasi GMC ini. Tempat yang menjadi sasaran observasi dipilih dari sembilan lokasi yang mempunyai kemungkinan terjadi GMC

116

117

dengan maksimum tinggi masing-masing 93o/o, yaitu Tahuna, Durnai dan Bengkalis. Tim Ditbinbapera Islam ini melakukan observasi bersama Tim dari InstitutTeknologi Bandung (ITB) dibawah pimpinan

Dr.Mujiharto (wilayah Dumai), sedangkan untuk tim wilayah Medan-Sumut bersama-sarna tim dari Planetarium

Observatorium DKI lakarta dibawah pimpinan Drs'Darsa S' Kegiatan ini dikoordinasikan dengan Pengdilan Tinggi Agama Pelianbaru dipimpin oleh Ketuanya Drs'H'Habiburrahman, SH,M.Hum. dan PA Dumai serta PTA Medan, dipimpin oleh Drs.H.Arso,SH.hakim Pengadilan Tinggi Agama Medan, dengan anggota Drs.Hamid Pulungan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Balige dan Drs'H.Husni AR Ketua Pengadilan Agama Pematang Siantar serta Drs.Hasan Basri Harahap, Ketua
Pengadilan Agama Padangsidempuan.

Tabel /rekapitulasi data GMC/Gerhana sebagian (GMS) 22 Agustus 1998 dari berbagai sistem/ data hisab adalah sebagai berikut: REKAPTTULASI DATA GMC/GMS 22 AGUSTUS 1998 DARI BERBAGAI SISTII\{/DATA HISAB
iistem/data .lO
risab dengan

<ontak awal

\wal GMC

vlAX u.2)

\KHIR u.3

okasi
I

3M (P.l)

u.l)

JMC/MIT iMC/S

\KHIRGM
u.4

TB ;IBOLGA ,.SIDEM
T.PRAP

l.t
1.2
1.3

)6;10;42 )6;10;42 )6;10;34

)7; I

7;10

)7;18;18
)7;1 8;

l'l;19;44
)7;19;44 )7;20;04 )7;19:20

)8;38;48 )8;38;48
)8;40;21 )8;37; I 5

l7;17;34 \7;17;53
)7;

l8

)7;18;49
17;17;49
)7;

1.4 1.5 1.6

].SITOLI
TARUT

)6;l 0;56
)6;10;38

l6;35

)7;17;36 )7;19;01

l8;19

)'l;19;20 )7;21;22

)8;38;58 )8;43;16

)UMAI
]ULUGH
WARHAR MEDAN
P.BARU

)6;10;40

)7;19;59

2 2.1

]5;43
C5l52

)6;33 )6;40

)7;23 )7;28

09;03
09;1 5

)9;03 )9;15

2.2

3 3.1

\IURUL ANWAR MEDAN


P.BARU
o5;3 3
05:,4 I

)6;27;30
16;34;30 J7;17
C6;46; I 5

)7 .)7
J'l ;28

09;1

19;1

3.2 4
5

09;1 5

19;1 5

SULLAM

NAYYIR
PBNU

07;17 05;35

]8;20
07;57;30 07;30

09;23

J9;23 10;20 09;32

l0;20
09;32

6
7

LF NU JATIM 05;26

06;28

NASA PR

06;10;15,4 06:10

07;l 4; I 4,8 07;15;51,8 07;17;28,1 10:'57l'54,7 07:l 6 07:17:34 07:19:08

8 A.N s"d-\4atahari

l0:57

= t5"8t',7 .Bulan = l5'9",7New Moon= 09:14:09 WIB (NASA)

15'48"

15'6"

09:03

wIB (AN)

118

ll9

baik tim Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa sesuai gerhana Stpt;;k *up'"" Siborongboiang dap4 melihat kgntak untuk dengan tabei yang tercaltum diatas' Sedangkan terdapat karena melihatnya dapat tidak ;;i GMC;teaua"tim masih awan dan pada saat berlangsung awal gerhana' matahari keadaan dalam sudah terbit rendah bahkan saat matahari Siporok gerhana.Gerhana matahari baru bisa terlihat oleh tim Siborong-borong iuAu p"tol 06.55 WIB. Sedangkan Tim melihal gerhana mulai pukul06'55 WOB' oleh Untuk waktu *"rr.r*t jadwal seperti yang dikeluarkan perbedaan ada tidak hampir NASA lfg, Atmanak Nautika dan matahari/umbra dengan hasil pengamatan, seperti akhir gerhana Og.lg Wm, kecuali data dari kitabifiZ> terjadipada pukul -masih banyak perbedaan antara hasil kiiab' ilmu falak perhitungan dengan hasil pengamatan GMC'

BAB

MEKANISME PENENTUAN AWALBULAN

t20

MEKAIUSME PEI\,ENTUAN AWAL BULAN RAMADH.A,N DAN SYAWAL


Drs. H. Taufiq, SH. MH Pendahuluan
Penentuan awal Ramadhan dan Syawal mendapat perhatian

khusus dari masyarakat Islam,

sejak masa Rasulullah SAW

hingga kini, karena keterkaitannya dangan ibadah puasa, kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Bahkan ia dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan
masyarakat. Oleh karena itu para ahli hukum Islam menentukan

norrna-norrna yang mengatur tata cara - penentuan awal Ramadhan dan Syawal tersebut. Ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya. Negara-negara Islam serta negaranegara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, termasuk negara Republik Indonesia memedomani norrna-norrna hukum Islam tersebut. Rasulullah SAW memberikan pedoman kepada umat Islam bagaimana memulai berpuasa serta mengakhirinya. Beliau memberikan pedoman bahwa berhubung masyarakat Arab pada masa itu, belum menguasai ilmu astronomi dan matematika dan sesuai dengan ketentuan bahwa umur bulan qamariyah ifi 29 atau 30 hari, maka penentuan awal Ramadhan dan Syawal berdasar rukyat (melihat dengan mata bugil) hilal atau menyempurnakan umur bulan Sya'ban atau Ramadhan menjadi 30 hari (apabila hilal tidak terlihat pada akhir bulan-bulan tersebut). Hal ini sesuai dengan tradisi bangsa Arab pada masa itu. Sementara itu Al-Qur'an memberikan peran serta isyarat bahwa peredaran bulan, bintang dan matahari dapat dijadikan pedoman untuk menentukan awal bulan qamariyah. Kemudian para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menerapkan serta menjabarkan pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis tersebut seiring dengan kemajuan sain dan teknologi dikalangan masyarakat Islam pada masanya. Sebagian ulama berpendapat

121

dan Syawal itu bahwa untuk menentukan awal Ramadhan lain yang .U"tpTdupll cukup hanya dengan hisab' Sedang Syawal dan bahwa untuk menentukan awal Ramadhan hisab yang hisab dan berdasarkan rulcyat yang didukung
didukung rukYat. Situasi tersebut diatas terdapat

di dalam masyarakat.Islam

Agama sejak berdirinya' Indonesia. oleh karena itu Departemen bulan

penentuan awal mengatur prosedur serta mikanisme qamariyah lainnya' Ramadhan serta Syawal dan bulan-bulan keamanan dan Hal ini dilakukan ,,,t*k -""1u*in ketentraman' yang

Indonesia ketertiban masyarakat dalam negara

45' berdasarkan Pancasila dan UUD singkat prosedur dan Tulisan ini akan *.ttg*uitu" dengan itu a\an diuraikan juga dengan mekanisme tersebut. Oisa'mpittg singkat mengenai
pelengkaP'

p""-""*"n aial bulan Syawal 1412 sebagai

Paradigma dan dasar-dasar


dan awal Syawal Dalam menentukan awal bulan Ramadhan bahwa rulcyat paradigma Departemen egama- menggunakan hisab dan hasil densan yang benar tidak akan UEi"tttu"gu" hasil dengan bertent"angan sebaliknya. npuUifa f'asil rukyai kedua-duanya mungkin salah satunya salah atau

i-t]r*, *"t"
salah.

Uoautltmtt prinsip-prinsip antara lain: penentuan awal bulan 1. Rukyat vung aulpui-iijuAft* dasar yang memenuhi syaratRamadhan au,, i'vu*ut, yaitu rukyat syarat sebagai berikut : ' i.1. Rukyat t"t*U"t harus diitsbatkan oleh hakim p"r,guAif* egu*a setelah diteliti dari segi syari'at dan ini sesuai dengan pendapat ahli segi ilmu hd;;;i terbukti fiklh seUagai berikut : "puasa wajib karena berdasarkan hilal dapai- airutvut' dihadapan hakim dijelaskan kesaksian';";;"d vang adil sebagaimana tersebut hakim dimuka d;;;"; iittttui pernyataan

menangani

Departemen Agama dalam Berdasarkan paradigma tersebut bulan Ramadhan dan Syawal

p"n*u"-

awal

atas semua penduduk dimana hilal tersebut terlihat" (I'anah juz I:216)."dan terbuktinya terlihafirya hilal bagi orang yang tidak melihat sendiri itu dengan kefutusan huli-; (Syarwani alat Tuhfah juzIll:374)' .t.Z. nukyat tersebut tidak bertentangan dengan hasil perhitungan ahli hisab qathi. Hal ini sesuai dengan p"ttOupal ahh fikih sebagai berikut : "didalam kitab Mughni oleh Al Khathib terdapat ketentuan bahwa kaiaur seandainya seorang atau dua orang saksi menyatakan -.iihut hilal sedangkan hasil hisab menyatakan bahwa hilal tidak mungkin dilihat, maka menurut Imam As-Subuki persaksian tersebut tidak dapat diterima sebab hisab mempunyai nilai qahti' ,"durrg nilai persaksian hanya merupakan persangkaan kuat, dan persangkaan kuat tidak dapat mengalahkan juzl:216)' sesuatu yang mempunyai nilai pasti"'(I'anah halangan ada karena dirulcyat 1.3. Apabila hilal tidak dapat sedang lain-lain, polusi dan seperti mendung, awan, dirulqyat' mungkin menurut perhitungan hisab hilal maka awal Ramadhan ditetapkan berdasarkan imkanur rukyat. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli fiqih sebagai berikut : "kalau seandainya hisab qlthi menunujulkan bahwa hilal telah wujud dan mungkin dirukyai sesudah terbenam matahari, tetapi tidak dapat dirukyat bil fi'li maka sepatutnya penentuan awal Ramadhan tersebut dicukupkan dengan hasil hisab tersebut. Yang dimaksud dengan tidak dapat dirukyat bil fi'li ialah tidak dapat dilihat dengan mata bugil, karena hilal tertutup mendung atau partikel-partikel juz lainnya yang menutupi hilal"(Syarwani alat Tuhfah

bahwa hilal terbukti dapat dilihat. Puasa tersebut wajib

Ilmu hisab yang

nI:374).

berkembang

di

Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 2.1. Hisab hakiki taqribi yaitu hisab yang bersumber dari data-data yang dikumpulkan dan disusun oleh Ulugh

Beyk. Data serta metoda perhitungan hisab ini berdasarkan teori geo sentris. Titik nol meridiannya
t23

t22

terletak disuatu tempat yang disebutJaziratul Khalidah' London. trtiia hilalnya dihitung dari titik pusat
Uutcan

bumi bukan dipermukaan bumi dan berdasarkan

patokan bahwa bulan bergerak ke arah timur rata-rata rataiZ deraiat. Karena perhitungannya berdasarkan maka ."t"'A"ti alat yang digunakan masih sederhana'

waktu i"iil"tti hasii pe-rhitungun gerhananya padaterbukti padatinggil 1l Maret 1992 iitni" matahari jam'
meleset dua

ilmu hisab dua golongan yang lain ialah koreksi-koreksi posisi bulan serta matahari lebih komplek dan lebih teliti. Buku-buku yang termasuk golongan ini antara lain Nautical Almanac, Astronomical Almanac, bukubuku astronomi oleh New Comb, Islamic Calender, Astronomic Formuly for Calcolator. Departemen Agama dalam menghisab awal Ramadhan dan awal Syawal berpedoman kitab khulashah wafiyyah, Badi'atul Mitsal, Hisab hakiki dan buku-buku ilmu astronomi moderen.

2.2

Hisab hakiki tahkiki yaitu hisab yang metoda perhitungannya berdasarkan teori-teori astronomt modern din ilmu ukur segitiga bola serta berdasarkan p"ngu-ututt baru. Buku ying termasuk golongan hisab i"i laitu Khulashah el-wafiyyah, oleh K'H'Zubair' Badi'atul Mitsal oleh KH' Ma'shum dan Hisab hakiki

Prosedur dan mekanisme


Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa penemtuan awal Ramadhan dan Syawal mempunyai kedudukan yang penting dalam masyarakat Islam Indonesia. Sementara itu di Indonesia

oleh KH.Wardan. Metoda perhitungannya berdasarkan

teori-teori. dalam 2.3 Hisab hakiki kontemporer yaitu ilmu hisab yang moceren' astronoml nerhitungannya berdasarkan ilmu alat-al at ffiil;ilk;ionit*poter dan menggunakan oengan ml htsab ilmu Perbedaan moderen. elektronika

berkembang bermacam-macam aliran dalam metoda penentuannya. Maka pemerintah dalam hal ini Departemen

Agama membentuk Badan Rukyat Hisab dengan tugas pokok memberikan pertimbangan kepada Menteri Agama daiam menentukan hari-hari besar Islam dan dalam menentukan awal Ramadhan, Syawal dan hari raya Idul Adha. Badan rukyat Hisab tersebut memiliki team teknis yang bertugas untuk menyiapkan data-data hisab bagi badan tersebut. Anggota team ini terdiri dari orang-orang yang menganut berbagai metoda hisab yang berkembang di Indonesia. Team ini menyiapkan hasil hisab dari aliran-aliran yang berkembang di Indonesia.

Mekanisme penentuan hari-hari besar Islam dan awal Ramadhan serta Syawal adalah sebagai berikut : 3.1 Team menghisab awal bulan Hijriyyah dengan menggunakan berbagai metoda yang berkembang di Indonesia. Hal ini kemudian diserahkan kepada Badan
Rukyat Hisab.

3.2 Badan Rukyat Hisab mendiskusikan hasil hisab team tersebut kemudian menentukan awal bulan qamariyah termasuk awal Ramadhan serta Syawal dan hari raya '[dul Adha.

t24

t25

3.3 Setelah mempertimbangkan keputusan Badan Rukyat Hisab tersebut Menteri Agama menetapkan hari-hari Besar Islam. 3.4 Khusus untuk awal Ramadhan dan Syawal Departemen Agama mengadakan sidang itsbat kedua bulan tersebut yang dihadiri oleh anggota Badan Rulqyat Hisab, pejabat_ pejabat Departemen Agama dan peninjau dari Kedutaan Negara-negara Islam di Jakarta. Setelah mendengar laporan tentang hasil rukyat bdan pendapat-pendapat dari sidang serta dengan memperhatikan keputusan Baan Rukyat Hisab, Menteri Agama menetapkan awal Ramadhan atau satu
Syawal.

Penentuan Awal Syawal

l4l2 H

Untuk menentukan awal Syawal l4I2 H. Badan Rukyat dan untuk menentukan awal Syawal berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh team teknis. Setelah mengkaji data-data tersebut Badan Rukyat dan Hisab tersebut memutuskan bahwa hari raya idul frtri 1412 H. akan jaruh pada tanggal 5 April 1992, karena hilal menurut perhitungan para ahli hisab dan astronomi pada tanggal 3 April 1992 tidak dapat dirukyat meskipun ijtima' terjadi pada jam 12.01 WIB, pada waktu terbenam matahari hilal di bawah ufuk untuk sebagian besar wilayah Indonesia kecuali untuk Aceh dengan ketinggian 45 menit yang menurut pengalaman dan teori tidak mungkin dilihat. Namun demikian untuk memenuhi sabda Nabi serta Pengecekan, Departemen Agama memerintahkan 303 Pengadilan Agama untuk mengadakan rukyat.pengadilan Agama mulai dari Ambon hingga Aceh semuanya melaporkan bahwa mereka tidak dapat melihat hilal meskipun cuaca cukup baik. Tetapi Pengadilan Agama Gresik melaporkan bahwa ada tiga orang kyai melaporkan melihat hilal di Ujung pangkah pada 5 derajat lintang utara dan mereka telah disumpah Ketua Pengadilan Agama. Kantor wilayah NU Jawa Timur takan bahwa ada tiga orang kyai di Ujungpangkah melihat hilal dengan ketinggian 2.48 derajat selama I I menit 2 detik dan mereka telah disumpah. Dari lokasi rulqyat Ujungpangkah Ketua

Hisab Departemen Agama mengadakan sidang

bahwa -"."ku metitrat tritat selama satu menir pada waktu terb;;;; mahharidan kesaksian tersebut ditolak oleh pengadilan Agama. LaporanJaporan terseLut dianaiisa --- Oepartemen Agama, - oiet dengan
dapat diterima, sebab tidak sesuai ;";g;; .,i.n'., aslinya. Sumber aslinya menyatakan bahwa mereki _"fifru, sekejap lima menit dengan _ketinggian. sekitar f .j-i*E.t, sedang pW NU menyatakan menyatakan mereka meli'hat aengan" k;;rd;; 2.48 d,eralat selama sebelas teUii. P"T{?rlul ketiga saksi -"nit tersebut tidak dapat diterima sebab warna hilal itu tidak merah Oan Uesarnfa tiaak j;;; disamping alasan vang digunutun "d;* Agama pengadilan ili,1u Gresik' Lebih-rebih mereka menyatatan bahwa mereka terah disumpah oleh Ketua,pengadilan';fi Gresik, sedang yang bersangkutanmenyatakantidak. e-----Kesaksian dua orang di Bekasi juga tidak diterima sebab menurut pengalaman serta teori hilal iulit dilihat il;;;'k;; terbenam matahari, apalagi O."gk.iirggi* % derajat. Berdasarkan alasan_alasan

;b"d;;;;;k* l, oru'* ;r;;; pada waklu terbenam matahari i Sementara itu uJu laporan a".i s.r"riT:";:ffi1*ilfH-; orang
mereka tidak dapat menunjukkan kefaaa memberikan kesaksian

hirar seLma ri-" .J"tt dengan ketinggian derajat aiseuetatr utara matahari dan -dua wama putih kebiru_biruan,_sebesar seperemp at jariArab. Ketua Pengadilan Agama menolak m""yumiuf,

ada limpunyu;. furnanya merah, sebesar o-ri'gun -"r*ruJr,iiur ketinggian l'5 derajat *u-u t.il-ing-kuningan serama -"rurt dua menit di sebelah utara terbenurnrnutut uri, sebesar satu iari Arab' Yang ketiga menyatakan merihat
satu

Pengadilan Agama Gresikmelaporkan ada tigaorang kyai yang melaporkan merihat h'ar dengan posisr yang berbeda dan lama melihat yang berbeda pura. vu"g p"Jurna meraporkan bahwa ia melihat hilal sekejap, d"ngun t.i"ggiun setengah pandangan di dekat branjanlang (band;an-;;;:?;;o udang dan ikan di tengah-tengahnya

jari yang

kedua melaporkan Lahwa iu

Pernyataan pengurus Wilayah

kesimpulan sebagai U"ritut

NU Jawa Timur tidak

laporan-laporan team rulryat pengadilan Agama dari Ambon hingga Aceh dan

j"r."Uui,-!"rtu

126

r27

hasil perhitungan hisab tersebut hilal tidak terlihat pada tanggal 29 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 3 April 1992' Maka awal Syawal ditetapkan jatuh pada tanggal 5 April 1992 dengan istikmal bulan Ramadhan.

MEKANISME PEIYETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAI\ DZULIIIJJAH DI INDONESIA

lI. Hasbullah Mursyid


I.Pendahuluan

Penutup Dengan adanya kasus perbedaan penetapan awal Syawal l4l2 H. perlu diadakan reassesment serta memantapkan

konsensus kaidah-kaidah penentuan awal ramadhan, syawal dan

hari raya haji dan menyempurnakan organisasi Badan Rukyat Hisab serta anggota musyawarah itsbat hilal. Hal ini perlu dilakukan karena kejadian tersebut memberikan isyarat terjadinya perubahan dalam lingkungan baik di bidang sosial, politik dan iptek.

Memenuhi permintaan Saudara Direktur pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, atas nama Dirjen pembinaan Kelembagaan Agama Islam, dalam menyiapkan makalah ini, pemapar dalam berupaya turut serta memikirkan mekanisme penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah di Indonesia,
berangkat dari permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
mekanisme tersebut.

I.

II. Permasalahan dan Analisa permasalahan Permasalahan-permasalahan Fiqhiyah


Dzulhijjah, karena ia menyangkut ibadah dalam syariat
Islam. Sebagaimana kita maklumi, berbicara ilmu fiqh, berarti kita akan berhadapan dengan pandangan-pandangan dan Permasalahan-perrnasalahan Fiqhiyah terkait langsung dengan mekanisme penetapan awal Ramadhan, Syawal dan

2.

pendapat-pendapat menurut mazhab-mazhab, menurut aqwalul fuqaha, dan sebagainya. Berhubung dengan itu, berbicara tentang mekanisme mengenai penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, tidak akan terhindar dari masa-il fiqhiyah yang perlu dipecahkan dengan suatu kesepakatan terlebih dahulu sebelum merumuskan Mekanisme penetapan awal bulanbulan yang disebut diatas tadi. Permasalahan-permasalahan Non Fiqhiyah Murni Permasalahan-perrnasalahan butir kedua ini dapat kita pisahkan atas dua hal pula, yaitu : 2. I Permasalahan-permasalahan teknis Misalnya : Kemungkinan ilusi dalam pengamatan hilal ; kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam hisab (perhitungan posisi hilal) secara ashonomik (ilmil falak): teori-teori penghitungan astronomik menurut

128

129

diuji dalamuji coba posisi hilal yang vung tioi*",i[ titi-ieoripenghitung ilmu astronomt ketinggalan dari perkembangan
suatu kitab pegangan yang belum

teknis : Permasalahan-permasalahan non 2.2 ""J""rt contohDisamping permasalahan teknis sebagaimana diluar diatas tadi, mungkin saja ada faktor-faktor
contoh

sendiri.

teknis yang rnempeigaruhi' Misalnya :

adayya.

menghadapi keinginan rn"r,urnpitttutt ]ati diri kekompok yang

Departemen Agama RI, melalui Badan Hisab dan Rukyat bertekad turtuk mengkombinasikan antata hisab dan rulcyat' Dalam hal terjadi kesamaan bila menurut hisab dimungkan rukyat sedangkan memang terjadi rulqyat dalam kenyataan (rulqyat Bil f il) tentu saja tidak ada permasalahan' ' I.iu-.r' bila menurut hisab tidak mungkin rukyat' tetapi ada kesaksian melihat hilal, kita dihadapkan pada altematif untuk memilih hisab atau memilih rulcyat. walaupun demikian masih ada jalan tengah, yaitu bila para pakar hisab bersepakat sampai

t"foilpot lain;

adanya mgmgntum tertentu

menyrburkan gelombang-gelombang sebagainya' miskomunikasiian salah faham dan perludibahas Hal-hal yung *t*pakan masa-il fiqhiyah

politik;

batai mutawatir untuk memperkirakan


-etitt"t

adanya

tentang ketidalanungkinan rukyat berdasarkan hisab qat'i, maka hilal pada waktu hari yang bersangkutan kesaksian

dandiadakankesepakatanolehpaTafuqhaha.
-dalam

permasalahani"Jurrgtun hal-hal yang terkait dengan perlu dibahas astronomi' permasalahan teknis hisab yang fuqhaha oleh para puf.-aiUiAang hisab-itu'fakar

belum tentu pakar pula pula sebaliknYa'

hisab astronomi' Begitu

Selanjutnya

hal-hal . yang "9" - TYl.t spektrumnya jauh lebih Fiqhiyah, astronomi oun Noi t,ras mencakup peisoalan-persoalan mekanisme

*t"g""ui

komunikasida"hubunganmasyarakat;jug-a pihak yang terkait.untuk menyangkut tt"Jiuutt

'"-t'u persoalan Agama mendudukkan persoalannya sebagai dan teknis asffonomi'


Kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan

ditolak kesaksiannya. Sebaliknya bila para pakar hisab tidak mencapai batas mutawatir untuk bersepakat atau hisabnya tidak mempergunakan mukaddimah-mukaddimah (premisze) yang qat'i atau (ilmu pasti) maka kesaksian melihat hilal dapat diterima. Juga peilu diputuskan tentang kewenangan untlk mengitsbatkan awal Ramadhan, Syawal danDzulhijjah berada pada instansi mana? Bila mengikuti mazhab Syafii bahwa L"*.tu'gu' itsbat itu ada pada "qadli" atau ulil Amri, maka bagimasyarakat umum umat Islam sudah menjadi jelas bahwa mJreka ierpedoman kepada pengumuman pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI. Bagaimana pun hal serupa itu perlu diputuskan dan disepakati oleh para pakar fuqaha yang
bersangkutan.

III.
1.

Kesepakatan dalam masalah Fiqhiyah


Badan Hisab dan Rukyat Banyak hal yang diperlukan dalam

dengan masalah-masalah Departemen Agama i'I b"'k""uan fiqhiyah. menetapkan awal Sebagaimana dimaklumi, dalam hisab disamping aliran ada R";;#;, Syawal dan Dzulhlijah p"*"iitttutt Lrdonesia dalam hal ini aliran rukyat, ,"du"gku"

Demikian pula tentang msalah mathla' dan kedudukan Indonesia sebagai satu wilayah kedaulatan negara dan Pemerintah yang dipersatukan dalam satu mathla' dengan penyesuaian waktu lokal untuk masing-masing daerah, hal-hal r"*pu itupun memerlukan kesepakatan para pakar fuqaha alau paling tidak mengkonfirmasikan hal-hal yang telah merupakan kesepakatan fuqaha di Indonesia hingga hari ini' Guna kristalisasi pendapat pata fuqaha yang pakar, mungkin
diperlukan suatu pertemuan atau munajarah para fuqaha dalam bentuk badan hisab dan rukyat yang diperluas yang mencakup baik fuqaha penganut hisab maupun fuqaha penganut *Ly-?t'
Munaj arah tersebut diseleng garakan bekerj asama dengan

MUI'

130

131

2.Kesepakatan-kesepakatan dalam masalah-masalah Hisabiyah


Terdapat pula hal-hal yang memerlukan kesepakatan para pakar hisab dalam Badan Hisab dan Rukyat' Misalnya telJ1e

L"rupu tinggi minimal bulan untuk mungkin dirukyat (dilihat dengan -uiu). Juga tentang imkan rukyat (mungkin hilal terlihat) ada yang hanya sekedar menghitung perkiraan ijtima' (konjungsi), yaitu saat dimana matahari dan bulan menempati posiil yung .u*u pada ekliptika, pada saat sebelum matahari ierbenam. Ada pula yang menghitung tenggang waktu antar,a ijtima dan saat ierbenam matahafi dengan terbenam hilal pada saat terbenam matahari; ada pula yang menghitung selisih azimuth antara bulan dan matahari serta tinggi hilal; ada pula yang hanya menghitung ketinggian hilal sesudah ghurub (t"rU"nu-j matahari tanpa memperhitungkan kondisi lainnya' Mengenai'kadar tinggi bulan minimal itupun ada perbedaan
pendapat.

sosiologis, pemapar akan memusatkan perhatian pada masalah komunikasi dan informasi. a) Dalam konteks ini kiranya perlu keterpaduan sfiategi komunikasi antara instansi terkait. pengalaman pada Idul Fitri yang lalu ada kesenjangan dalam nat itu. Pengumuman TVRI mengenai hasil rapat Badan Hisab

'

Demikian pelik dan banyaknya masalah-masalah yang erkaitan dengan hisab itu, kiranya para pakar dalam Badan Hisab dan Rukyat perlu mengadakan uji coba mengenai

persyaratan-persyaratan imkanurnrlcyat tersebut sebagai suatu p"tt.titiutt yang sistematik dan empirik oleh para pakar yang

t"rrungkututt baik dengan metoda induktif maupun deduktif' Oerigan demikian, iekali lagi dirasakan perlunya kelompok pakar h-isab dalam Badan-badan Hisab danRulcyat disamping kelompok pakar fiqh. Mungkrn diperlukan munajarah para pakar ahli hisab untuk mendiskusikan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan' YanE kemudian dijadikan bahan untuk penyususnan pedoman bagi ahli hisab di Indonesia , YanE merupakan sejauh mungkin hasil
kesOpakatan bersama.

3.Masalah-masalah Bukan Fiqhiyah dan Bukan Ilisab


Berkenaan dengan masalah-masalah yang non fiqhiyah dan non hisab (non falaqiyah), yang terkait dengan aspek-aspek

dan Rukyat yang dipimpin oleh Menteri Agama RI telah selesai pada jam 20.00 WIB, tetapi baru disiarkan oleh TVRI pada jam 10.30 WIB, sehingga mungkin banyak umat atau masyarakat yang tidak mengikuti dan tidak mengetahuinya. b) Bahasa atau isi pesan (message) perlu bervariasi tergantung kepada jenis kfialayak yang menjadi komuikan. Paling tidak perlu dibedakan antara dua jenis khalayak : 1) para ahli hisab, 2) paru fuqaha, 3)Umat umum atau yang awwam mengenai hisabdan rukyat, walaupun pakar dibidang lain. Menjelang Idul Fitri yang baru lalu terlihat adanya komunikasi yang lcurang tepat dalam -ur. -"di" mengenai keputusan-keputusan Badan Hisab dan Rukyat disekitar ketentuan ldul Fitri l|lzlF.. Misalnya: Pemberitaan seolah-olah Departemen Agama RI teiah menetapkan bahwa hari Idul Fitri akan berlangsung pad^ hari e4 tanggal 5 April tgg} aengai berdasarkan hisab. padahal yang benar ialah: Menriut perkiraan hisab hilal mustahil dapat dilihat (dirukyat) pada waktu terbenam matahari Kamis malam fum,ai tanggal 4 April 1992. Sedangkan penetapan Idul Fitri masih akan dikeluarkan setelah dilakukan-upaya rukyat (melihat hilal) dibeberapa tempat di wilayah nepuUiit Indonesia. Namun pengumuman yang ieluar balam mass media hanya menonjolkan perkiraan hisab saja. Malahan TVRI sendiri tidak lengkap menyiarkan pengumuman Menteri Agama RI pada tanggal 4 April 1992 jam 10.30, sehingga dapat menimUutt<an p"run

P{y" hisab

penetapan_awal Syawal hanya ditetapkan dengan saja bukan kombinasi hisab dan rutyat.

t32

t33

Kesenjangan tersebut muncul karena uraian secara teknis ilmu hisab kurang dipahami oleh redaksi yang merupakan brooker antara komunikator dan l*ralayak
runum.

3)

Hubungan masyarakat dan informasi yang makin terpadu mengenai kebijakftan Departemen Agama RI yang mengkombinasikan hisab dan upaya rukyat, dengan mengingat jenis-jenis khalayak yang awwam
dan yang pakar.

Berhubung dengan hal tersebut diperlukan upaya-upaya utuk mengatasi kesenjangan tadi. Misalnya : briefing kfiusus kepada para pemimpin redaksi mengenai sistim kombinasi hisan dan rukyat yang dianut oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Agama RI. Mungkin juga perlu penataran bagi para wartawan yang meliput berita di Departemen Agama RI mengenai astronomi dan sistim yang dianut Departemen Agama

Demikian sekedar saran penyempurnaan terhadap langirah_ dan kebijakkan Badan Hisab dan Rukyat yurrg rJu-u ]anghkah ini sudah baik. Namun dinamika masyarakat dan momentum sosial tertentu mendorong peningkatan dua jawaban yang
sepadan.

Semoga

Allah

kearah jalan kebenaran dan persatuan.

Subhanahuwataala menunjuki

kita

selalu

RI dalam menetapkan (mengitsbatkan) awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah c) Pendekata-pendekatan sosiologis dengan para pimpinan organisasi kemasyarakatan yang berciri Islam dengan tinjauan fiqh dan al-hisab. Hal tersebut meliputi seminar, kegiatan hubungan masyarakat yang makin terpadu antara instansi dan organisasi, pertemuan-pertemuan yang diperluas dan
sebagainya.

Penutup Langkah-langkah sebagaimana digariskan dalam makalah

posisi Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam kiranya sudah baik dan perlu dilanjutkan. Bila diinginkan
peningkatan dan penyempurnaan, pada garis besamya dapat disarankan ahwa: 1) Keanggotaan badan Hisab dan Rukyat sebaiknya diperluas meliputi kelompok fiqh dan kelompok ilmil

"

2)

hisab.

Sewaktu-waktu diadakan musyawarah dan munajarah yang diperluas dengan wakil-wakil para Ulama Fuqaha dan pakar hisab, yang resmi ditunjuk oleh organisasiorganisasi keagamaan Islam di Indonesia.

134

135

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH

r3i-rt1*t,.,, j!__{,l
(,s14'
".rr-.r.C4r:-lrlt

K.H.Ibrahim

Hosen

Pendahuluan
Persoalan bulan qamariyah, terutama Ramadhan dan Syawal merupakan persoalan klasik yang senantiasa aktual. ,.klasikl,. Karena persoalan ini semenjak masa-mas a awar Islam sudah mendapatkan perhatian dan pemikiran cukup mendalam Jan serius dari para pakar Hukum Islam (fuqaha) ,n*grngui rurrgu,

At_ oyJ,'.-L

L+f
?

uidt

E_.;-r:

ini tidak dimaksudkan untuk memperuncing permasalahan, melainkan untuk mengajak ,._ru piill melakukan telaah, kajian dan penelitian ulang secara mendalam, obyektif dan seksama dengan penuh tanggung jawab dalam rangka mencari kebenaran dan kemasl ahaiin, i.iringgu setiaf pensyari'atan Hukum Islam dapat kita pahami secara=t-epat dan benar serta mendudukannyu ."iu.u proporsional dan bag;im;;; seharusnya kita menerapkannya.
Tulisan
Tentang bulan eomariyah Telah disepakati bahwa jumlah bulan . Qomariyah dalam satu tahun adalah 12 bulan sebagaimana diteglaskan dalam aa At: Taubah :36.Bulan-bulan tersebut, ada ya:ng berisi 29 haii dan ada"pula yang 30 hari. Ini dapat dilihat daram rraois Naui, riwayat Bukhari, dari Ibnu Umar yang berbunyi :

mengenai persoalan tersebut.

serius berkenaan dengun p"nguplikasian p.nAuput_p""ndapat tersebut sehingga nyaris rn.ngur-a- persatuan dan kesatuan nampaknya salah satu hal yu"g K::".H?I, -.naorong uepertemen Agama ^ RI menyelenggarakan Seminar Sehar'i tentang Hisab Rukyat guna memperoleh pedoman k";t

melahirkan sejumlah pendapat yang bervariasi. Dan dikata[In "aktual", karena hampir disetiap tahun, terutama saat menjelang tiba bulan Ramadhan dan Syawal demikian j"gu D;ulirul;h, persoalan ini selalu-mengandung polemik berkeianjangun
Oun

berkaitan erat dengan salah ,uiu ^kewajibai,

";"il;;

"Kami adalah un*?l yang ummi, tidak dapat menulis dan tidak ,;il;il;;;,. nu,un adalah sekian ada yang ii'i^ridan ada pula yang 30 f;;1,:.ot"r.Maksudnya
dapat menghitung/tidak

Hadis ini menunjukkan bahwa Ilmu Hisab dalam menentukan Nabi tidak mempergunakan u*uiiutun, tetapi juga tidak menunjukkan adanya larangan A"*]tiun. Sungguh suatu 1111"1 :ulsuJ itu dikalansan masyarakat Arab l4q:r!.-9;eiie"i'*"r.u mu Hi sab b"l; ;;;;"k ;;;";ui,f],",,ro, pahng mendapat perhatian Islam adalah Urfun'-."nu_'uAnun, Syawal dun Dzu lhijj ah. Sebab. haji atas umat rslam_(ltl;As
dengan masalah puasa
d i da-l

Diantara keduabetas

b"h, ;";;;;;;:]ang

amnya

selanj urnya ia berpuasa.

Ramidil, ;il;wayat Abu Daud dar] Aisyah r.u -"ni.l"$1", fV"Ui-.uffi"_"_perhatikan (akhir) buran Sya'ban melebihi b"i;;fii;T y'#g rain, kemudian ia berpuasa karena melihat d;i"ii.T"irlonun. Apabila hilal terhalang awan, ia mlnsfitlp-;ilr*#;tan
H"dfi ;;:;;u"otun,
menjadi 30 hari.

Al:ffiffi

t;;;;;;i"*aj

l8s,le7). Berkenaan

iban berp uasa dan

*,?;)\);r., <lrsll *a* & t-ilt at ;*s Jti; L.-*3,


+--,r,
"Berpuasalah Our.-11,
berbukarah (meneakhiri puasa)

a^.-ILJL
(ir-;sctt

-tPt4a.

melifltnV (hilat Ramadhan) dan tui"nu'-.r,hatny (hirar syawar Kemudian apabit*a terhaiang-p;;;ilffi;u ). oleh awan, maka sempurnakankan bilangan uutan si";il", jb r,"ri

136
137

Sementara
termasuk ta'
aq

qul i /ma' qul al-ma, dapat dirasionalkan, diperluas

itu

golongan lain mengatakan "ru'yah" disini

f##t;s

,ai;rl;,bj3j-

'

JIL*JI

\; 'Yt-*:l rt'-'*n*&:,
(bulan

hilal "Janganlah berpuasa sampai \amu melihat melihatnya n"--"Jft*l dan' janganlah berbuka sampai kamu terhalang kamu apabila (hilal bulan Syu*ut) femu{i1 dan Bulfiari (HR untuknya maka'kadarkanlah
l*"J*""aung,
Muslim dari Ibnu Umar)'

dan dikembangkan. sehingga ia dapat diartikan antara lain "mengetahui" sekalipun bersifat zanni (dugaan kuat) tentang adanya hilal, kendatipun tidak mungkin dapat dilihat misalnya berdasarkan hisab falaki. Namun di antara pendapat golongan kedua ini, yang lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan "ru'yah" harus diartikan "imkannur ru'yah" artinya hlal dapat dilihat (Lihat Qalyubi IL49) Dengan kata lain,yang dimaksud dengan "ruyah" ialah segala ilal yang dapat memberikan dugaan kuat (zann) bahwa triLt tetatr ada diatas ufuk dan mungkin dapat dilihat. Karena itu

menurut Imam Qalyubi, awal bulan dapat ditetapkan

untuk menentukan Dalam hadis diatas, tampaklah bahwa dan diakhiri' Nabi hanya awal bulan, saat mana puasa dimulai yaitu ru'yah (melihat hilal)' Tetapi menggunakan .u* puio't* -merupakan satu-satunya pedoman?' Dapat *'vah ini menjadi' "p"ii""rt pengertian "Jyuftl . dislni dikembangkan kah hisab gilirannya pada misalnya "imkanur rir'yah" hin-gga akan yang inilah ;;iilffi tiru ati uaiU' itternatif.r .' ersoalan dibicarakan Pada bagian berikut' Ru'yah dan Hisab

berdasarkan hisab qathi yang menyatakandemikian' Tentang kapan hilal dapat dilihat,perhitungan hisab falaki dalam masalah ini sangat diperlukan, dan mengenai ini para Ahli Hisab tidak sependapat, sekalipun mereka sepakat bahwa ru'yah hanya mungkin dapat dilakukan setelah ijtima. Sebab, hal ini berkaitan erat dengan posisi hilal diatas ufuk barat setelah matahari terbenam. Posisi hilal ini, menurut mereka, berkisar antara tiga
keadaan : 1) Pasti tidak mungkin dapat dilihat (istihalah amr'yah) 2) Mungkin dapat dilihat (imkanu ar ru'yah)

3) Pasti dapat dilihat (al-qath'u itu

sebagian fuqaha Berdasarkan zahir hadis diatas' Ramadhan harus alhir bulan berpendirian, p""tn*ut awal dan yang

Nas [I: III:373 dan Nihayah al muntaj III:148)

biru'yah) (Lihat Bayan Lin 201-202), Hasyiah Syarwani 'ala Tuhfah al-uhtaj

;id;il; t"**

dilakukan puau f,u'i

terjadi ttii"f belum bisa dilihai maupun karena istikmal berdasarkan harus Uulan cuaca, maka penet"p"" Menurut "*"i han)' 30 bulan menjadi ir*"v"*pt*ttun titu"gutt arti kaitannva dengan puasa rnl daLm ;;lo;g""'ini ru'yah Artinya tidak dapat bersifat ta'abbudi/gair-ma'qutat-ma-'na' tidak dapat diperluas 11" dirasionalkan, pttig"*iu""V" huttyu terbatas pada dikembangkan' Sehlngga penggTtlann{u demikian secara dan "melihat O"ngu"*utu ?t*iuttg" -dengan tidak dapat digunakan' mutlak perhitungan hisab falaki

u.rau'a'tun "ru'yah" atau melihat bulan baik t" 29- Apabila ru'yah tidak berhasil'

gangguan

dalam keadaan hilal tidak dapat diru'yah cuaca , mendung misalnya,Fuqaha gangguan disebabkan berbeda pebdapat. Perbedaan ini bersumber dari hadis riwayat Ibnu Umar diatas, yakni dalam mengartikan kata-kata "maka kadarkanlah" (faqduru lahu). Menurut mayoritas Fuqaha, kata itu harus diartikan dengan "sempurnakanlah bilangan bulan (Sya'ban,Ramadhan) tiga puluh hari" sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah hadis riwayat lain tegasnya, manakala ru'yah tidak mungkin dapat dilakukan, maka jalan keluarnya bukan berpegang pada hisab, melainkan pada istikrnal'

Selain

139

138

Tetapi menurut golongan !ain,- kala kata terseblt -huTt hitunglah bulan ittl diartiKtjn "fa'uddhuhi bil "Jisab" maksudnya dan{ iith"t Bidavah al Mujtahid ' r : 284 ;;;k";;i*b oleh lain antata ut Pendap Vurq-gt\"*rr!lh" Vlt296). Vf"i*" dan lain-lain' il""-Stt"ii, rvf,rttuif Ui" AbidIah, Ibnu Qutaibah sebagian dari positif ir,i--ulrrir_"lrrir ini mendapat sambrrtan hisab ilmu bahwa ulama masa kini, A"*"i pertimbangan (falak) kini telah mengalami kemajuan pesat dan baik sehingga dapat dipertanggung jawabkan' :f#ffi' l;;- ;k*;rtny" gai&it al Mutii (lihat Bayan Lin Syait<*r

yang Dengan kata lain, puasa sudah diwajibkan' Pendapat inilah MUI' Fatwa kemudian dipegangi oleh Keputusan Komisi Aliran teaua dari kalangan muta'akhlfiirin mazhab Syafii' antara lain Imam Qalyubi (lihat Keterangan diatas), Imam Ramli (w.1004H, Al'Ibbadi dan Syarwani dan as Subki (w.756). Menurut mereka, bagi ahli hisab dan orang yang mempercayainya walib melaksanakan puasa berdasarkan hisabnya. ketika Imam Ramli ditanya, kapankah hisab itu dapat

O"*itiun

dijelaskan

Nas,tr:201) Imam Y*g perlu mendapat perhatian disini ialah bahwa mayoritas kelompok Svuni }u"g dalam hal ini termasuk oleh Ibnu Swaij, disebut sengrti berpendapa! 0ffi*)-"*ata cuuca bagi- yang maka mendung/berawan, dalam keadaan d:ry:l mengituti aliran hisab hendaklah ta berpuasa hilal hisab perhitungan menlrut ;;;il;"" paoa hisau apabila Mujtahid'1284)' O"p'J ai-'Vutt ltittut Bidayatul terdapat dua Memang dalam rrrr'n"U Syani sebenarnya dan aliran^yang aliran. Aliran yang hanya mengal:ui ruyah Aliran j"F1. [rt"-p*"tt* T*gatui {saU,. -"ttguit'i ru'yah, antara ka'iangan Muta'ak*rHririn.mazhab Svafii ;;;; al tuhfah kitahnya' dalam lain Ibnu Hajar al fttu-i (w'974Q' berpuasa wajib tidak Vt.rfrtuS,tU'1i4, *rtlfiu lain disebutkan' sebelum matahari terbenam' il;;k"" melihat hilal Ramadhansudah tinggi yang sgan9linVa a"tt hilal sekalipun terdapat "*utt ia dapat dilihat secara pasti' Artinya ,,i,tuya

ii;k

"a" harus tetaP istikmal'

u*"r,

dikaitkan Hal ini karena, menurutnya kewajiban- Puasa menjadi yang dan dengan ru'yah t"taun *ut"ftari terbenam Dalam hilal' i"i ialah ru'vahnva' bukan ;;;il; iabm rt"i imam iu3ar menyinggung -pendapat -Asnawi kontels ini Ibnu ^;;j;; d""e"n"v"' Maksudnva'dalam keadaan tidak perlu istilonal' seperti itu menurui i*uii et"u*i ini juga

dipegangi dan dalam posisi hilal (lihat keterangan dimuka) UagJrma"atah?. Ia menjawab, bahwa hisab tersebut berlaku uniuk semua posisi (lihat Nihayah : 148 dan Hasyiah Syarwani:373) Pendapat Imam Ramli ini nampaknya cukup longgar karena ia mengicui pula keabsahan penggunaan hisab bagi kewajiban puasa d--alam keadaan posisi hilal tidak mungkin di ru'yah' Sementara itu Imam'Ibbadi mengatakan :apabila hisab qathii menunjukkan hilal tidak dapat diru'yah, maka kesaksianr orang yangmelihatnyaharusditolak.Iniberatibahwahasilhisabyang meriunjukkan hilal berada dalam poisisi pertama (lihat keterangan dimuka) tidak dapat dipegangi dan dengan demikian puasa iiduk dib"narkan. Pendapat ini sejalan denganlmam Qalyubi sebagaimana disebutkan diatas.Dalam mengomentari piniaput tersebut ia mengatakan, inilah pendapat yang kuat dan pengingkaran terhadapnya merupakan kesombangan dan kecongkakan (lihat Qalyuni II:49)' Pendapat senada dikemukakan pula oleh Imam Subki' Menurutnya, jika berdasarkan hisab qathi kesaksian orang yang melihat ttitut itu tidak benar, maka kesaksiannya harus ditolak. Sebab, syarat diterimanya kesaksian ialah, bahwa apa yang disaksikannya itu merupakan hal yang mungkin terjadi menurut akal (logis), adat kebiasaan dan syara'. Oemitianlah pendapat-pendapat tentang penggunaan ru'yah
jelaslah bahwa masalah itu merupakan masalah khilafiah. Atau klasik dengan lain termasuk Hukum Islam kategori Fiqg yang
dan hisab dalam penetapan awal Ramadhan. Dan uraian tersebut

ffififfi

Sejalan dengan

Imam'Ibbadi' Syarwali demikian qathi hilal hisab menurut lebih jauh menjeiaskan apabila tidak seandainya dan dipastikan uau ,"t"Uil"tUenam matahari mencukupi' sudah ada awan Oaput Ai*,at, mata hal demikian

e*"*i

diperselisihkan di kalangan Fuqaha sebagai akibat adanya perbedaan ijtihat yang mereka tempuh. Selain itu' juga dapal disimputtcan bahwa pendapat yang dipegangi mayoritas Fuclaha

140

t41

ialah bahwa penetapan awal Ramadhan, demikian juga syawal, haruslah dengan ru yah. Namun untuk mengetahui kapan *'y1h dapat dilakulan dengan tepat tentu sangat bergantung pada hisab. Sehingga jika berdasarkan hisab qathi ru'yah tidak dapat dilakukan -ut - kesaksian tentang ru'yah harus ditolak dan dipandang bohong. Jadi, antara keduanya sangat berkaitan erat
dan saling membutuhkan.

Kini timbul pertanyaan,jika ru'yah

sudah ditetapkan disuatu

negeri/daerah, sej auhmanakah ketetapan berlaku?'Maksudnya, jik"a awal bulan sudah ditetapkan disuatu negeri/daerah apakah lni berlaku pula untuk daerah-daerah lain sehingga semua ummat Islarrrharus mentaatinya, ataukah hanya berlaku untuk daerah setempat?.Jawaban terhadap persoalan ini biasanya dikaitkan dengan hadis Kuraib riwayat Muslim' Muslim miriwayatkan, Kuraib melihat hilal Ramadhan di Sistem,syriar) pada malam Jum'at karenanya ia dan penduduk negeri setempat, termasuk Mu'awiah, berpuasa dikeesokan haiinya. Ketika ia pulang ke Madinah ternyata disana hilal baru

terlihat pada malam Sabtu. Mengenai hal ini ibnu Abbas menyatakan, bagi penduduk madinah berlaku ru'yah
madinah. "Demikian tuntunan rasullah' katanya mene gaskan'

Atas dasar hadis ini para ulama berbeda pendapat' Imam nawawi ketika mengomentari hadis ini mengemukakan sejumlah pendapat ulama mazhab Syafii' Antara- lain

Nawawi disana, dan ini juga merupakan pendapat luar kalangan syafiiyah, dapat disimpulkan menjadi tiga pendapat: Pertama, setiap negeri/daerah mempunyai mathla' masingmasing. Karenanya, ru'yah disuatu daerah tidak berlaku untuk daerah lain, dekat maupun jauh. Dengan kata lain ru'yah hanya berlaku lokal untuk daerah yang sama mathla'nya) Kedua, ru'yah yang terjadi didaerah mana saja berlaku untuk seluruh kawasan muka bumi, sekalipun berjauhan. Menurut pendapat ini ru'yah berlaku untuk seluruh dunia (internasional) Ketiga, ru'yah disuatu negeri/daerah hanya berlaku untuk negeri setempat dan yang berdekatan dengannya.(lihat Bayan lin Nas :II:203). Pendapat terakhir ini merupakan pendapat tengah-tengah dan paling kuat dalam mazhab syafii. Penentuan tentang dekat dan jauhnya suatu daerah terdapat perbedaan pendapat. Kesemuanya dapat diringkaskan menjadi dua teori , masafah al qasr dan mathla'. Daerah yang masih dalam lingkungan masafah al-qasr radius kurang lebih 80 l<rn menurut teori pertama atau yang sama mathla'nya menurut teori kedua, dipandang dekat, sedang diluar itu dipandang jauh. Pendapat kedua ini merupakan pendapat paling kuat dalam mazhab Syafii. Dari pendapat-pendapat tersebut kita bebas memilih dan tentunyayang sejalan dengan maslahat umurn. Tentang Dzuthijjah dan Idul Adha

berpendapai *,yutt (ketetapan awal Ramadhan) disuatu daerah hanya beilatu untuk daerah yang bersangkutan dan yang dekat dengannya dalam radius kurang dari masafah al-qasr atau hanya untuk daerah yang satu mathla', sementara itu pendapat lain

Sebagaimana dikemukakan dimuka, penetapan awal Ramadhan dan Syawal ditetapkan berdasarkan rukyah atau

menyatakan uertatu universal dalam arti berlaku untuk seluiuhdunia. Menurut pendapat ini mengapa Ibnu Abbas tidak mengamalkan berita yang disampaikan Kuraib, disebabkan hal itu tirmasuk kesaksian (syahadah), sedangkan kesaksian tidak dapat ditetapkan berdasarkan seorang saksi' Namun disamping haitersebut merupakan ijtihad Ibu abbas yang tidak mempunyai kekuatan mengikat, juga jika ditinjau dari sudut zahir hadis, tindakan tersebut menunjukan bahwa ru'yah tidak berlaku untuk daerah yang berjauhan (lihat syarah Muslim,VII:188-197 dan al-Majnu vi;298-303). Enam pendapat yang dikemukakan

hisab ataupun gabungan keduanya. Jika dilakukan takhrij (analogi) terhadapnya, maka penetapan bulan Dzulhijjahpun
dapat didasarkan pada pedoman tersebut. Tetapi apakah dalam persoalan teori mathla; atau tidak sehingga pelaksanaan Idul Adha dapat dilakukan secara internasional dalam waktu yang bersamaan/ Dalam hal ini masalahnya berbeda, tidak sama. Ulama telah konsensus bahwa dalam pelaksanaan Idul Adha

hanya dikenal teori mathla', dimana masing-masing negeri Islam berlaku mathla' setempat. Atas dasar ini maka pelaksanaan shalat idul Adha di Indonesia, misalnya tidak dibenarkan menghikuti negara lain yang berbeda mathla'nya.

t42

t43

Mengenai hal ini Ibnu abidin disana dapat disimpulkan bahwa persoalan pelaksanaan Idul Adha tidak sama dengan masalah penetapan awal Ramadhan dan Syawal (yang menurut Jumhur tidak dikenal teori mathla' sebab, dalam penetapan awal Ramadhan dan Syawal masalahnya adalah puasa, sedangkan

penetapan awal/alJrir Ramadhan ini merupakan persoalan fiqh yang bersifat kemasyarakatan sebagaimana disinggung diatas, maka demi tercapainya kemaslahatan umum, keseragaman dan

disini (bulan Dzulhijah/Idul Adha ) masalahnya adalah puasa, dan Qurban. Jadi dalam hal ini kembali kepada mathla'
masing-masing sebagaimana shalat maktubah.

Siapakah yang berhak menetaPkan?

Kita kembali

kepersoalan penetapan awal/akhir bulan

Ramadhan. Dari uraian disana dapat dipahami bahwa hal tersebut termasuk masalah fiqh atau ijtihad. Sesuai dengan
status dan wataknya, fiqh yang zanni (kebenarannya relatif) ini tidak mengikat, karena ia adalah pendapat individu. Oleh karena itu bagi orang awam bebas memilih dan mengikuti pendapat

inilah satu-satunya yang berwenang menetapkan serta mengumumkan awal/akhir Ramadhan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka apabila pemerintah (Qadi,Hakim) telah menetapkan dan tentunya harus berdasarkan laporan pihak yang dapat dipercaya dan data-data akurat serta mengumumkan maka ketetapan ini berlaku umum dan mengikat Dan atas dasar ini pernyataan perorangan tidak dibenarkan. Berkenaan dengan hal ini, Fuqaha mazhaz Syafii
mensyaratkan, ketetapan awal/akhir Ramadhan
harus

kebersatuan umat, pemerintah perlu turut campur tangan dan

diputuskan, dilakukan oleh Pemerintah. Dan apabila pemerintah telah memutuskan baik atas dasar laporan kesaksian ru'yah

manasaja yang dipandang sesuai dengan kemaslahatan dan tuntutan zaman, sejalan dengan kaedah "Al-Ami 7a mazhabu lahu " orang awam tidak mempunyai mazhab. Dan atas dasar itu pula maka ulama sepakat bahwa ru'yah seseorang hanya berlaku bagi dirinya dan mereka mempercayainya. Demikian juga hasil hisab seseorang hanyalah berlaku baginya dan yang meyakini kebenarannya. Artinya kedua hal ini tidak berlaku

(lihat mematuhinya Syarwani,flI: 3 T6,Nihayah,III: 433-43s)

maupun atas dasar hisab, maka semua masyarakat harus


antara
I

lain

Hasyiah

49

dan al-Fiqh' alal Mazahib,I:

Sementara itu, jumhur (Hanafi,Maliki dan Hambali) yang tidak mensyaratkan harus ditetapkan pemerintah, tetapi jika

pemerintah menetapkannya, maka ketetapannya inipun bersifat

mengikat

bagi

masyarakat umum

(lihat

al-fiqh'alal

khalayak/masyarakat umum. Mengingat hal ini merupakan persoalan umum, atau Hukum Islam yang bercorak kemasyarakatan, maka jika dibiarkan sebagaimana adanya dan setiap orang boleh memilih masing -masing, tentu kebingungan dan kesimpang siuran dalam masyarakat tidak dapat dihindari. Berkaitan dengan persoalan semacam ini Hukum Islam telah memberikan pedoman tersendiri yang menjamin terciptanya

untuk

Mazahlb,I:434-435) Dari penjelasan

ini dapat diketahui bahwa

antara mazhab

Syafii dan jumhur dalam hal ini terdapat titik temu. Yaitu
manakala pemerintah telah menetapkan awal/akhir Ramadhan maka semua umat Islam/masyarakat umum harus tunduk pada ketetapan tersebut. Dan dengan demikian persoalan ini telah
terjawab.

kesatuan dan menghindar keresahan.

Ilmu Fiqh (Hukum Islam) telah mengatur bahwa dalam


perioalan yang berstfat kemasyarakatan perlu dan dibenarkan campur tanganUlil Amri/pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam kaedah yang telah populer,"Hukmul Hakim iizamun wa yarfa'ul khilaf'. Keputusan Hakim /pemerintah itu mengikat dan menyelesaikan perbedaan pendapat. Oleh karena persoalan

Mengenai sejauhmanakah ketetapan ini berlaku, apakah hanya untuk daerah yang satu mathla' saja ataukah dapat berlaku universal? Sebagaimana disinggung diatas, persoalan ini hanya terdapat dalam mazhab Syafii.dan untuk ini Ibnu Hajar telah mengemukakan, Apabila Pemerintah sekalipun berbeda mazhab dengan kita, mazhab Syafii telah menetapkan (adanya ) hilal dan mengumumkan untuk masyarakat maka sekalipun berlainan mathla' kita harus mentaati dan beramal

144

t45

ini sejalan sesuai dengan ketetapan tersebut, dan yarfa' (lihat Tuhfah,III: Khilaf ul l{a't<im

il; ilfik-rt
Berdasarkan

tt$Tf:l?h ).
383

maka perselisihan tentang mathla' harus itu mengikat Oit"tu*pi"gkasn, karena keputusan Pemerintah jika Indonesia di Untuk Jun -"r,y"lEsaikan perbedaan pendapat' p"*ri"iuft telah memutuska-n, maka keputusan itu berlaku

ini

irnl* t"t"-tt
f.-uOiun

terhadap p"lutrurruut, tail eOita, maka berdas.arkan Takhrij dilakukan perlu inipun inasalah Ramadhan, penetapan aka seragam Pemerintah' Dengan .utu itti umat Islam lndonesia Fitri dan Idul shalat a;il mengawali ibadah puasa Ramadhan, ini Islam umat Idul Adha. Keseragaman dan kesatuan amaliah mempekokoh ,u"gui Jip"rlukan lalam rangka menggalang dan

wilayah sekalipun berlainan mathla'' dan mengenai p""ouiun penetapan awal Dzulhijah

CATATAN PERIIITUNGAN POSISI DAN PENGAMATAN HILAL DALAM PENENTUAN KRITERIA PEI.{AMPAKAN HILAL Moedji Roharto Abstrak Informasi global astronomi yang bertautan dengan pengamatan dan perhitungan posisi hilal disampaikan dalam'turi"san iniPaparan informasi ini diharapkan daplt menyatukan visi tentung persoalan hilal dalam penentuan kritiria visibilitas hilal.
Pendahuluan

ukhuwah islamiYah.

pokok yang dihadapi dalam mencari menggunakan t<riteriu visibiiitas hilal dalam penentuan awal bulan Islam di Indonesia. pertama tentang keragaman perhitungan posisi bulan pada saat matahari terbenam dan penentuan ijtima,, kedua kontroversi hasil pengamatan hilar termuda dan yang ketiga pemilihan kriteria visibilitas hilal untuk penentuan awar butan daram karendei
Islam

Ada tiga persoalan . kesepakatan

penentuan posisi bulan


Metode perhitungan

bulan yang dipergunakan dalam almanac NautikJ *uupun Astronomical Almanac mempergunakan teori EW Brown
(1 8e6).

Perhitungan posisi bulan dan matahari tidak terlepas dari teori. geosentris (epicycle) atau heliosentris mendasari modei perhitungan kedua benda langit tersebut. posisi bulan maupun matahari yang dihitung oleh kedua model teori tersebut aoatah posisi geosentris. Dalam astronomi metode perhitungan p*i"

Metode Brown kemudian diperbaiki sekitar tahunl954 (Improved Lunar Ephemeris tgiz-tgsg; Nauticar Almanac office; washington iss+1. Metode urruti,ir, analisis deret tanpa memperhitungkan gangguan planet dikembangkan oleh IviC Guttzwiller dan DS Schmidt gThe motion of the moon as

r46

147

----_ll
Hill, brown and Eckert; Astronomical pup"tt of the American Ephemeris, vol XXm part i;Wutfti"g,o" (1986). Sejak tahun 1984 the Astronomical
computed by method of dan dipertoleh dari pengamatan astronomi. Terus terang masih kehilangan jejak untuk menelusuri balik penyusunan tabel-tabel tersebut. Sebagian tabel-tabel tua mungkin disusun berdasarkan teori epicycle dan dikombinasi dengan pengamatan astronomi yang lebih baru pada zaman al Battani (-929), as Sufi (903-

.{

i1-unu"-*"nggunuiu' Simultaneous Numerical

lntegration

DE2OO|LE200: Konstanta yang dipergunakan mengac-u International Astronomical union IAU (19760. Metode

p.ittit ntgu" posisi bulan tersebut masih terus berkembang' Dan aimanak lainnya seperti yang dikeluarkan oleh

;;;."y;

departelen Meteorologi India mengacu

perkembangan

yang secara Almanak Nautika atau the Astronomical Almanac dahulu' hi storis mengmban gkan perhitungan terlebih perhitungan informasi Bagi periula bisa m"-pttg"ttakan perkembangan Lu*r"irr"" (1991). Sedangkan untuk _teori perhitungan'posisi bulan yang mutakhir bisa dibaca dalam 'lr4oshier (lleZ;. Untut< keperluan praktis pengguunaan teori yang s,rdah ada cukup memadai dan dapat dipergunakan keperluan pengamatan praktis dan juga sebagai acuan
seba'gai

perhitungan.
S oftware/p

986),al Biruni (1048),Ibn as Salah (-1154) atau Ulugh Bek (1394-1449). Contoh presentasi posisi bulan dan rnatahari dalam posisi dan waktu dapat dilihat dalam almanak Nautika (terbit tiap tahun), the Astronomical Almanac (tiap tahun), Sullamun Nayyirain (abad Z0), Fathurrauf Almanan (...),Badi'atul Mitsal (...),New Comb (...) Dalam menggunakan tabel yang perlu diingat selain langkahJangkah dalam tabel juga makna angka dalam tabel (batas keberlakuan, ketelitian dan sebagainya) dan arti angka yang diperoleh dari eranti lunak

perhiiungan yuttg tuitt. Perbaikan teori dan metode perhitungan fui*utr,ritutt untuk mengurangi kekurangcermatan gntuk

uiutr"p"*uu"ding

tagi

yang ingin mengembangkan- metode

posisi bulan jangka panjgg (skala ribuan ta!g) fenentuan 'lvlisalnya untuk penentuan gerhana bulan dalam tempo 8000
tahun.

Formula penentuan posisi bulan dan matahari yang telah yang praktis disederhanakan untuk keperluan perhitungan O and Montenbruck' diberikan dalam beberapa buku seperti Meeus'J (1988); Pfleger, T (1989);luffet-Smith,P (1981);Chapront Tauze, M and Chapront,J (1991)'
Cara tabulasi
yang Karena langkah penentuan posisi geosentris bulan komputer' akurat sangat poanjang dan memerlukan alat bantu Untuk keperluin ptuktit disediakan berbagai macam taU.et-(1j) lebih sehingga perhitungan posisi bulan dan matahari menjadi ."a"rf,Irru dan dapat dilukukutt dengan kalkulator' Penyajian orit tabel-tabel tersebut tidak terlepas dari penggunaan teori yang akurat astronomi bulan maupun matahari dan konstanta

versi1.1.(untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, ijtima, posisi bulan dan matahari, penetapan awal bulan dengan kriteria tinggi bulan > 5o), Astrolnfo versi l.l.(menghitung posisi ^bulan bulan, matahari dan planet, terbit dan tengelam matahaii,

bisa mengetahui hasil perhitunganya. Seperti Mawaqit

Selain itu juga ada beberapa software (peranti lunak) untuk menentukan posisi bulan dan matahari. perlu komputer untuk

dan planet sangat presisi/cermat), Almanac for computer (menghitung posisi bulan dan matahari, terbit dan terbenam
matahari).

Adanya peranti lunak tersebut menguntungkan, karena dengannya dapat melakukan perhitungan yang cepat dan teliti dan memungkinkan untuk telaah jangka punlung. perbedaan perhitungan antar peranti lunak bergantung pada teori koreksi

dan formula yang dipergunakan. Dan 6agi yang ingin


memberi kesempatan pengglrnanya untuk belajar tiUih iauh kemungkinan-kemungkinannya masih terbuka luas. Bebeiapa catatan pekerjaan yang masih perlu dilakukan adalah telaah perbandingan ketelifian antar peranti lunak dan tabel
mengembangkan peranti lunak yang ramah untuk dipakai dan

t48

t49

rencana perhitungan. Memanfaatkan peranti ]unak untuk jangka panjang an?r

11

:(H-l)x12+Bl

p."g"-"t""

Telaah hilal jangka panjang' persoalan.iu-"gh iirlJtt p"t urrgguiurr'Islam dan prospek hilal' penampakan suatu penggunaan dalam ryt"11 funj attg' I'IItr pada Contoh hasil penggriraan Astrolnfo dalam tabel lampiran.

BI = Bulan Islam (Muharram = l, Safar = 2, \apigl ayal = 3, Rabiul akhir: 4, jumadil awal : 5, jumadil akhir: 6,
dan

LI = Lunasi Islam = Tahun Hijriyah

Buju! T.?, lVu't_qh = 8, Ramadhan = 9, Syawal = 10, Zulqa'dah = I i

Zulhijah:

12)

Algoritma Penentuan awal bulan


bulan baru Penentuan waktu ijtima'atau konjungsi atau Waktu matahari terbenam dan bulan terbenam bulan pada saat matahari terbenam' Posisi -

Contoh:
Ramadhan 1414 H (H:1414 . dan
lunasi Islam 16965.

BI:9)

bersesuaian dengan

Penomoran lunasi

ini untuk

mempermudah dalam

posisi bulan pada saat, matahari terbenam dapat penampakan dilalukin piakiraan visibilitas hilal dengan kriteria hilal; i. g"du tingga bulan dan matahari
2

-;;;;

perbandingan dan analisis persoalan dan sekaligus merupakan

sesuatu yang menarik melihat usia tegaknya Islam atau fenomena lain dengan skala lunasi Islam. Fenomena Toposentris dan Geosentris (teori dan Geometri)
Rencana pengamatan hilal dilakukan setelah mengetahui waktu ijtima' dan beberapa perhitungan diperlukan untuk mengetahui posisi hilal pada waktu matahari terbenam. Perhitungan posisi hilal akan mengurangi waktu yang terbuang untuk mencari lokasi hilal dan tinggal berkonsentrasi pada pengamatan hilal. Pada bab ini akan dibahas tentang konsep
fenomena toposentris dan fenomena geosentris, terbit terbenam dan tinggi obyek langit. Pembahasan ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman persepsi tentang tinggi hilal baik dari perhitungan maupun pengamat. Apakah tinggi yang dilaporkan oleh seorang pengamat hila1 sama dengan tinggi geosentris

- Beda azimutbulan dan matahari 3. Jarakbusurbulan dan matahari 5. Luas

4. Umur bulan

(hternational Lunar 6.Garis batas penanggalan bulan ,ILDL Rukyat Depag R Hisab 1984, Badan Date Line)' I.inut

hilal

itllt

dan BMG. dan kriteria Pengkajian lebih kritis dalam formulasi dalam p"n"n iui garit batas sebagai pergantian tanggal Llender Islam masih perlu dikembangkan'

Informasi tambahan

bulan? Apa yang dimaksud tinggi bulan dalam kriteria


penetapan awal bulan? Dalam pengamatan hilal, tinggi dan waktu pengamatan hilal merupakan informasi yang perlu dicatat selain bentuk dan warna bila memungkinkan.
tr'enomena Toposentris

Aziz Lunasi Islam dan lunasi astronomi (Ilyas dan -1991); almanac)' Satu unflrk lunasi astronomi lihat the Astronomical penampakan hilal ke lu;;i irr"* "A"f"f, satu siklusIslam adalah penomoran ot ramoakan hilal berikutnya' Lunasi I Muharram 1 sejak dari r""*a beratrnan Hijriah (lunasi Islam ni 1)'

itffi il;ir}i"-

Untuk keperluan pengamatan hilal diperlukan kondisi langit yang redup. Langit yang redup terjadi bila matahari terbenam. Meredupnya senja akan memberi kesempatan mata manusia

rio

l5l

karena itu pengetul"T tentalg untuk bisa melihat hilal' Oleh *"-tll terbenam lan apakah b"1"" oenentuan waktu *"Oft"ti terbenam' Fenomena il;waktu.matahari ilH;;;;;;;; bumi' Pjrmukaan bola otefr Jengamat.diatS diamati yang pada mengacu p"ne"tuJ;;";;i;lan dan hatahari
Sedangkan pusat bumi atau geosentris'

sebaliknya untuk matahari pada kedudukan jarak zenit 89o masih terang diatas horizon (arak zenit besar busur dihitung dari zenit pengamat kebenda langit, pada lingkaran besar yang melewati zenit dan benda langit). Didkripsi lebih detail dapat dilihat pada Tabel Iva pada lampiran'

ru"gt vang *"fiill"utt*i#ltsgi ;t"au langit' Koreksi akibat ;Gi dn' !#u acuan geosentris horizon pengamat 'atau o'tl' oaralaks horizon, ;;l"i;;t bulan atau
bundaran |J#tr ";;il; f;idan semidiameter agar pembicaraan diketahui p"t1" matahari. for"t i-to'Lttiiti dilaporkan pengamat
tentang tinggi

diperhatikan Ada beberapa ;;;:"ktt yang perlu 'dd* dihitung dengan

Refraksi angkasa
Pengamat berada dipermukaan bumi yang diselubungi oleh angkasa. Cahaya benda langit yang sampai kemata pengamat me-lewati angkasa dan akan mengalami gangguan (peredupan, turbulensi dan pembelokan).

alfiir toposentris iwalaupun hasil adalah tinggi benda langii Sebagai kecil)' n"tu"ay vang koreksi itu hanva tersebut kedudukan tono;tttttts pembanding t'u'if p"""gu;utq pftru memperhitungkan faktor

hihl

;;;*ilggt bulanlle

*:;;fftn*

membiaskan atau merefaksi cahaya (bergantung pada panjang gelombang). Akibat refraksi kedudukan benda langit menjadi

Angkasa

bumi bersifat membelokkan cahaya atau

bulan geoserr*""'"u'i-'""ti'it koreksi tersebut'

Paralaks horizon umunmya adalah geosentris' Penentuan posisi benda langit sebigai acuan' Dalam kenyataanya menggunakan p"t;l bola bumi' Fenomena terbit pengamat berada langit termasuk fenomena toposentris dan terbenamnyu G"Ai bumi'

geosentris.bleh karena itu walaupun matahari telah mencapai jarak zenit 90o matahari masih berada diatas horizon. Makin dekat dengan horizon makin besar sudut refraksinya (34")' Sketsa sedirhana diperlihatkan gambar 4 pada lampiranB. Besar sudut refraksi fungsi dari tinggi benda langit diperlihatkan dalam tabel iVb pada lampiran dicuplik dari Montenbruck &
Pfleger (1989).

iebih tinggi dari seharusnya bila dihitung

denganposisi

;;; ft;-;;'d;

Diameter sudut benda langit Diameter linier bulan dan matahari hampir tidak berubah, akan tetapi karena jarak bulan dan matahari berubah dari saat kesaat diameter bundar.bulan dilangit juga berubah' Untuk fenomena terbenam bulan dan matahari informasi diameter bundar bulan diperlukan untuk koreksi posisi geosentris dalam menentukan terbit dan terbenamnya benda langit' Penentuan posisi bulan dan matahari secara geosentris mengacu pada pusat bundaran bulan dan matahari, fenomena terbJnamnya bulan dan matahari adalah terbenamnya seluruh bundaran matahari dan bulan dari horizon pengamat (horizon toposentris), oleh karena itu diameter sudut bulan dan matahari peilu dipertimbangkan. Jadi walaupun jarak zenit matahari

karena mengacu

Untuk obvek pengamat d""**T#;;' ainltuttn berdasar kedudukan irorizon vu"g btt''"ffi;qi t;lq j"rrgun"f.d.ra,rm' tingi toposentris' Pendek geosentris ru*u jauh vans -diamati 'tidak kata pengamat;;'""';;il-""9v9t terhadap i kedudukan yang n"lempennasururrr."ln seperti g dekat giiyan ouvtt lan kedfudukan g"o'#oi t]^ riu*t"' paralaks koreksi matahan bulan, koreksi 'rLiil Y{t'k koma delapan detik ig'a"-delapan horizon cukup bumi mencapai lo'Jadi andaikan bisa bulan busur),tapi untuk jarak zenit ;;da kedudukan tidak memp.-r"i di permukaan bumi, ggosudah tidak keliliatan oleh pengamat

;;;

dJafu g#st

i;;h" *perti

.d1

il;-'td"k

bintan g p erb g da'?n rca1!1jan iienimbulkan paralaks

plmukaan

k;k

il;i;*itk";:.

;'tk"ill'l""

152

153

sudah 90o setengah bundar matahari masih diatas horizon. Diameter sudut bulan dan matahari bergantung pada jarak bulan dan matahari, rata-rata sekitar 32 menit busur dan semi diametemya l6 menit busur. Kriteria tinggi untuk terbiVterbenamnya benda langit hasil kombinasi fenomena toposentris untuk pengamat pada ketinggian permukaan air laut diberikan dalam tabel IVc pada lampiran.

DIP Kedalaman horizon


Penentuan terbit dan terbenam biasanya mempergunakan kedudukan pengamat pada ketinggian permukaan air laut. Bila pengamat mengambil lokasi lebih tinggi, horizon pengamat akan memperlihatkan kaki langit yang lebih dalam. Akibatnya pengamat yang berada ditempat yang lebih tinggi digunung misalnya diharapkan akan mempunyai kesempatan lebih lama dalam mengamati obyek dibandingkan dengan yang berada di horizon pengamat pada tempat yang lebih rendah, dan dapat mengamati obyek langit yang seharusnya tidak terlihat oleh pengamat yang berada pada ketinggian permukaan air laut. Dan bahkan obyek langit yang lebih rendah bisa diamatinya. Deskripsi skematis diperlihatkan dalam gambar 5 pada lampiran B.

terlalu lemah dibandingkan dengan terang angkasa bumi yang menyebar cahaya matahari. Rentang dinamik terang hilal dan terang langit tidak mudah dijangkau oleh mata manusia yang secara reflek pupil mata mengatur jumlah energi foton yang masuk ke retina. pada saat langit terang diafragma mengecil dan berarti makin sedikit foton cahaya hilal yang sampai ke retina mata dan makin sulit untuk dikenali oleh mata manusia. Untuk pengalaman praktis dapat dilakukan pengamatan bulan kesiangan atau bulan tua pada saat pagi sebelum matahari terbit dan setelah matahari

terbit' makin tua umur bulan makin sulit dikenali dilangit walaupun pada saat matahari belum terbit obyek tersebut
dengan mudah dikenal oleh mata bugil.

Pengamatan sistemastis akan memberi informasi telaah batas ambang visibilitas hilal. oleh karena itu pengamatan hilal menunggu kesempatan meredupnya senja diafragma mata pengamat langit malam akan membesar. Membesarnya

diafragma mata berarti makin banyak foton daricahaya hiial yang bisa dikoreksi oleh lensa mata sehingga mempunyai kesempatan untuk bisa dikenali oleh mata manusia bila jumiah foton sudah melewati suatu ambang batas pengenalan obyek. Berapa batas ambang pengenalan obyek oleh mata manusia normal? Apakah batas ambang tersebut sama untuk semua
manusia? Kalau tidak, berapa besar deviasinya?

Catatan Pengamatan hilal

Hilal termuda atau bulan sabit termuda yang masih bisa diamati dengan mata bugil setelah ijtimaikonjungsi masih
merupakan obyek buruan dalam penentuan awal bulan Islam. Selain itu sebagian yang lain tertarik berburu hilal termuda

untuk dapat memecahkan rekor/prestasi pengamatan hilal


pengetahuan.

termuda yang pernah dicapai sebelumnya dan sebagian yang

lain tertarik berburu hilal untuk memperkaya dunia ilmu


Sulitnya mendeteksi hilal dengan mata bugil dikarenakan kedudukan bulan berdekatan dengan matahari dan terang hilal

lapisan angkasa bumi yang lebih tebal dan berakibat lebih banyak mengamati ketidakstabilan angkasa. Awan tipis juga akan banyak menghadang arah pandang manusia tL otyet langit diarah horizon. Beberapa persyaratan tentang keberhasilan dalam pengamatan hilal diketahui dari pengalamai pengamatan hilal dan pengetahuan yang bertautan dengan penampakan hilal. Antara lain bulan berada diatas horiion pengamat setelah matahari terbenam, luas hilal lebih dari l%,

Kesempatan untuk mengamatinya sangat singkat hanya beberapa menit setelah matahari terbenam karena saat ijtima' kedudukan bulan dan matahari dilangit sangat berdekatan. Kondisi kecerahan langit dekat horizon umumnya relatif jelek dibanding dengan cuaca didekat zenit. Hal ini dapat dimengerti karena arah pandang mata manusia ke horizon u[an *"n"mbus

r54

155

tinggi hilal >4"(sampai 10") bergantung pada beda azimut bulan dan matahari, makin dekat dengan matahari semakin
tinggi persyaratan kedudukan hilal pada saat matahari terbenam agar memungkinkan bisa dilihat, atau umur bulan tidak kurang dari 14 jam setelah konjungsi. Persyaratan itu ada yang masih perlu dikonfirmasi dan diuji ditempat lain, di Indonesia

misalnya. Koleksi catatan (yang benar,cermat

dan

ketidakberhasilannya. upaya perbaikan dalam persiapan .i;; metodologr dan sebagainya perlu terus dikimburrgkun ug", ini mempunyai makna bagi ilmu pengetahuan *uupL -tradili
bagi keperluan agama.
(
1

hilal dengan mata bugil secara sistematis dan dibanyak tempat perlu dilakukan dan dibahas lebih komprehensif dan didiskusikan baik keberhasilan maupun
Pengamatan

lengkap)tentang keberhasilan, ketidak-berhasilan atau keraguraguan pengamatan hilal merupakan informasi dasar yang sangat penting tntuk menentukan analisis penentuan kriteria
penampakan hilal.
P endekntan p engamatan atau

pengalaman empiris

Hilal diamati dengan mata bugil manusia lewat jendela

pengamatan

keberhasilan yang lyaL biasa dibeberapa tempat seperti yang pernah dicapai oleh Julius schmidt oulan r5,4jam) da'Rou".t c.victor (bulan l3jam 28menit dapat dilihat dengan binokuler) perlu diuji ditempat yang berbeda seperti di lndonesia. Hasil

kriteria penampakan hilal yang telah diformulasikan

93O)(pembahasan detail dapat dilihai dalam purwanti, tggi),

Pengujian batas_ ambang yang ditemukan Danjon


da-n

informasi visual. Mata bugil sebagai detektor mempunyai sensitivitas yang sama daerah visual, kecuali malam hari sensitivitas bergeser kearah merah. Kontras hilal terhadap latar depan langit senja sangat lemah. Seberapa jauh kesanggupan mata sebagai detektor sanggup memilah cahaya hilal dan
cahaya senja?

konsisten dalan jangka panjang akan mengu.npulkun data yani berguna untuk mendeteksi pengaruh variasi musim terhalai memperkecil kontroversi dalam pengamatan hilal.
Profes ionalisme dalam pengamatan

tidak bisa segera dilihat. pengamatan

yang

visibilitas hilal. Tujuan akhir untuk menyeresaikan atau


hilal

Daya tarik hilal termuda atau bulan tertua yang bisa diamati oleh mata bugil manusia. Menarik karena jarang sekali ditemui penampakkannhya. Bagi pemerhati langit akan cepat sekali rnengukur prestasi dan pengalamannya untuk bisa melihat tandan bulan yang lebih tipis dari biasa yang pemah dilihatnya. Ada perasaan kepuasan dalam memecahkan rekor termuda. Akibat daya tarik ini kadang-kadang laporan pengamatan hilal kurang akurat dan meragukan. Hal semacam ini tidak terjadi di Indonesia saja, diluar negeri seperti di Ingns atau di Amerika bisa terjadi contoh tentang persoalan pengamatan hilal diluar negeri bisa dilihat dalam Schaefer, Ahmad dan Dogget (1993). Karena menarik perhatian banyak orang sehingga banyak yaiig berpartisipasi secara amatiran secara tidak sengaja atau lebih serius untuk mencari hilal karena bisa memecahkan rekor yang pernah dicapai manusia sebelumnya. Dan juga para pemburu komet pada senja hari biasanya dengan tidak sengaja mengamati bulan yang sangat tipis tersebut.

Kekeliruan itu mungkin terjadi (bigi yang tioat ue.-rtrasilpun seharusnya perlu dipertanyakan -"ngupu tidak berhasil?). Pengamat hilal sebaiknya tidak mernpunyai beban p"ruruun untuk bisa berhasil atau tidak berhasil aaram -"ngu-uti hiiui. Berhasil atau tidak semuanya punya peluang yang sama. Ragu_ ragupun juga sebuah hasil dari pengamatan, tidak usah dipaksakan. Kejujuran dan judgement- yang tepat dalam pengamatan hilal sangat penting, karena akan berpengaruh pada kualitas koleksi data pengamatan hilal. kotetsi data pengamatan itu merupakan investasi ilmu pengetahuan masa

yang berhasil mengamati hilar termuda menia-ar' rui'ah. Pertanyaan yang sering muncul apakah obyek yang Uertrusii diamati benar hilal atau obyek yang rain yang disanlka hilal?

dengan mata bugil, tipis cahayanya di atas ambang kemampuan daya lihat mata bugil manusia. Sorotan khusus tigi p"ngi_;i

Hilal termuda merupakan obyek langit yang sulit diamati

156

157

depan

persoalan (dunia akhirat) dan s-ek{igus memperjelas ltu pengamat Beban perasaan kontroversi p",'gu"'utut hilal' akhir Sva'ban' hiial akhir biasanya akan lahir;;;;"g"*atan dan akhir Z"iqa'dat.' nutnuinu" judgement yang ^';;"gJ;"" berbeda akan memberi

juga berbeda' Derajat kesiapan berbeda, daya hilat p""gutnutu" pengamatan yang singkat akan -terlatih' mental pengamat pada"watttu sikap independen lebih baik bagi pei!a;;t d"s terpengaruh mudah tidak

tingkat keberhasilan yang tinggi. Pointing teleskop yang cermat diperlukan untuk bisa dengan cepat menemukan hilal. Hasil pemotretan hilal yang tipis dapat dilihat dalam majalah astronomi Sky and Teleskop atau yang lainnya. Sebagai contoh misalnya Ashbrook (197 L),(197 2),(197 3),(1978),dan ( I 979) di Cicco (1989). Pengamatan bulan dengan teknik inframerah
Pengamatan bulan dapat dilakukan dengan wahana antariksa

ffi;;;:.,g;p",1;^"fi;t"t'itentu benar' jangan pengamat yanf ;t"y" Vuttg,UA"-

oleh hilal a-da iekan yang bisa melihat berkata melihat hilal karena melihat hilal jangan ragu-ragu ;il;; sebaliknya bila vakin *""luiutu" berhasil melihat hilal' p'of"tionalisme sangat diperlukan Pendek tuo t":":utan Ju" it'gotong obvek langit vang sulit' untuk pengamatan il;it;; jangan juga mempersulit kehidupan Sulitnya pengamatanhilal berkaitan erat dengan kita. Pembentukk;^;idp Ltt"U"tmata bugil masih akan prospek pengamatan hilal dengan tentang "*""iU"ti 'toit'iUu'i Uagi dunia ilmu pengetahuan luas' sangat yang neseri visibilitas hilal di ;k";6' Indonesia akan lokasi diuanvak p'orttio"ut pengamatan htf i;;;; di Islam umat pada Indonesia
merupakan

seperti pengamatan bulan dalam daerah informasi sinar X pertama kali oleh ROSAT (Trumper,!992) dan dengan pengamatan hilal dengan roket yang dilengkapi coronagraph
(1966) (Koomen, Tosey, Seal Jr,1967). Pengamatan hilal landas bumi dengan mata

teleskop optik hanya memanfaatkan informasi dari langit melalui jendela cahaya kasatmata (daerah panjang gelombang antara 3200-8800 angstrom). Dan mata manusia peka pada daerah panjang gelombang kuning (5500 angstrom). Walaupun angkasa bumi tidak transparan terhadap semua panjang
gelombang namun masih banyak jendela lain yang memungkinkan

bugil

dan

;;;fu

bumi lain dan dunia ilmu pengetahuan'


TeleskoP dan Pemotretan hilal

to"t"o"'i"'nut i'tu-

untuk eksplorasi langit antara lain jendela untuk


iframerah, microwave.

cahaya

untuk dapat memperoleh Pengabadian hrlal akan bermanfaat juga menekuninya' Selain itu gambaran Uugi ptmulu yang ingin

akanbermanfaat'""*tU'utto:"diskusihilaltermudayang praldis penggunaan

*""gf.i"

t-fru aiuUuAihtt' Untuk keperluan dengan interface kamera dan teleskop kecil yarfi-Aif""gtupl bulan (Rose'1993) pada perlengkapan n"*t'i t^itf ft*"t-*tan dipergunakan sebagai pedoman' iabel V puau fu*pl*" a"p"t cuaca didekat horizon perlu Namun perlu diingat keadaan lama pemotretan' Variasi dipertimbangtu"';i1"k-'p"*"*"" drlakukan apabila beberapa tempo ;;;"1;; lebalknva pemotretan hilal (obyek wahunya rn"-u"gliinttu"' Pengalaman dan digali terus utuk mencapal yang tergolong t"inl p"tfu dica-ri

Ide pengamatan hilal dengan inframerah adalah untuk meyakinkan bahwa obyek yang sedang diamati adalah hilal bukan yang lainnya. Bundaran bulan yang bulat memancarkan radiasi inframerah, cahaya yang tidak tampak oleh mata manusia. Teknik pengamatan inframerah tergolong sulit dan mahal. Pengamatan bulan dalam inframerah dan radar telah dilakukan pada tahun I970an dan sampai sekarang pengamatan bulan dalam inframerah masih dilakukan oleh beberapa grup astronom. Namun tidak ada laporan pengamatan inframerah untuk bulan mati (mugkin posisi pengamatan sulit, kesempatan singkat dan lokasi dekat horizon kurang menguntungkan untuk fotontri inframerah yang cermat) Ada catatan bahwa pengamatan bulan post midnight perlu detektor yang lebih sensitif. Pengamatan inframerah untuk bulanmati di ekstrapolasi dengan pengamatan inframerah pada
1s9

r58

saat gerhana bulan total. Pengamatan inframerah bulan


dilakukan pada daerah panjang gelombang 8-20micron. Dengan detector IR Mercury doped, Ge detector didinginkan sampai 2 K (liquid hidrogen). Informasi tentang temperatur bulan diperlihatkan pada tabel VI lampiran A. Telaah detail pengamatan dan emisi inframerah bulan dapat dibaca pada
makalah Winter 81972) dan Shorthill dan Saari (1972)

Pengamatan

hilal dengan roket yang dilengkapi

dengan

Kesimpulan dari pengamatan inframerah bahwa emisi inframerah bulan tidak homogen. Kondisi temperatur
permukaan bulan pada saat pengamatan hilal, daerah bulan yang

tidak tercahayai mempunyai temperatur antara 20 sampai 100 K, untuk daerah yang akan terkenai cahaya mempinyai temperatur sekitar 90 K dan bagian yang terkenai cahaya mempunyai temperatur sekitar 400 K. Pengamatan dengan inframerah selain mahal juga hanya bisa dipergunakan disatu lokasi saja, jadi kesempatan pengamatan disuatu lokasi lebih kecil dibandingkan dengan pengamatan dibanyak lokasi. Umur detektor elektronik tidak panjang (< 7 tahun) juga merupakan tambahan biaya operasional' Aspek positif pengamatan hilal dengan teknik inframerah adalah pengalaman pengamatan inframerah obyek astronomi yang tergolong sangat sulit dan bahkan bila bisa melakukan pengukuran inframerah (idak hanya mendeteksi saja) hilal, hasil pengukuran tersebut masih akan memberi kontribusi pada dunia ilmu pengetahuan. Mencari kriteria penampakan hilal

berbeda"

dengan mata bugil? pelajaran yang bisa aiamll Aari keberhasilan roket coronagraph itu adalah perbedaan metode pengamatan untuk obyek yang sama (hilal termuda) bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda. Untuk mancari kriteria penampakan hilal perlu ada acuan yang taat azas atau pegangan dasar metode penentuan hilal dengan ukuran yang uisatilihat dengan mata bugil manusia, kalau tidak persoalan tidak akan selesai karena kita akan terjebak mendiikusikan "hilal yang

hilal

coronagraph pemah dilakukan oleh Koomen, tousey dan SeJ Jr pada 12 November 1966. eksperimen tersebut berhasil mendeteksi hilal pada jarak 2 dari matahari memecahkan rekor (pengamatan hilal yang paling dekat dengan matahari ) limit Danjon (1930) yang mengatakan bahwa hilar fidak dapai dilihat pada kedudukan bulan dan matahari lebih dekat dari io . Apakah keberhasilan itu akan mengganti kriteria pengamatan

penanggalan Islam yang lebih kokoh.

yang akan datang adalah untuk mencari dasar .irt"Besaran terukur hilal

Konsentrasi penyelesaian persoalan hilal sebaiknya mengacu pada hilal yang dipergunakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu ukuran hilal yang bisa dilihat denganmata bugil. upaya ilu dan teknologi dalam mencari kriteria visibilitas hi-lal yang disepakati untuk keperluan penentuan awal bulan dalam kalender Islam yang tertib dan mempunyai konsistensi tradisi Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang dan

Mengapa kriteria penampakan

hilal perlu dicari

Kontroversi yang masih sering terjadi dalam pengamatan hilal baik antar pengamat maupun antar pengamat dan prediksi perhitungan perlu penjelasa yang lebih baik' Selain proses pencarian kriteria visibilitas hilal juga mencari dasar yang lebih kokoh atau konfirmasi yang sudah ada atau menemukan suatu kriteria yang lebih kokoh. Kesepakatan adopsi kriteria penampakan hilal sebagai dasar penentuan awal bulan perlu dicapai setelah melalui upaya eksplorasi ilmu pengetahuan tentang hilal.

antara lain tinggi, azimut, jarak busur bulan dan matahari beserta definisi teknik pengamatan dan catatan tambahan bila
ada.

besaran yang diperoleh dari pengamatan (besaran yang terukur)

Kriteria visibilitas hilal termuda perlu dinyatakan dalam

Pengkajian masing-masing kriteria dan implikasi jangka gTjalg bagi penetapan ILDL (garis batas pergantian tanglal
Islam)

160

l6l

Posisi

(l).
(2). (3). Fotometri (4). (5).

Beda tinggi bulan dan matahari Beda azimutbulan dan matahari Jarak busur bulan dan matahari Luas hilal

Istambul dan sebagainya. penampakan hilal fungsi dari tinggi hilal dan azimut.
Metode dedul<si

Umur hilal Umur (der: ll.bul (t) * Lmth (t)] derajat

Lbul (t) : bujur ekliptika bulan pada saat t Lmth (t) = bujur ekliptika matahari pada saat t

. Menurunkan perumusan penyebab hilal termuda bisa tampak oleh mata bugil. Posisi hilal, daya hilal yang bergant*g puAu jarak ke matahari, ilmu pengetahuan tentang uiiion, meteorologi, angkasa bumi dan lain sebagainya. Membuat rnodel dan membandingkan dengan data pengamatan unfuk menguji keberhasilannya. untuk lebih detaif bisa aititrat dalam schaefer (1988) dan Bruin (1977).
Kesimpulan

Bila dinyatakan dalan hari : Umur (hari;: umur (der) hari


12,9 Fase, F

F:

Yz

[(1

cos{umur (der)}]

Ada dua metode untuk mencari kriteria visibilitas penampakan hilal. Kedua metode tersebut adalah metode induksi dan metode deduksi. Metode induksi mempunyai kemungkinan adanya warna validitas lokal yang diuniversilkan. Metode deduksi juga bergantung pada informasi penelitian pendukung lainnya. Kedua metode tersebut diharapkan dapat mempunyai titik temu dengan hasil pengamatan hilal. Pertemuan hasil dari kedua metode tersebut akan memperkokoh dasar ilmu pengetahuan dalam penanggalan Islam. Pencapaian itu tidak terlepas dari kontribusi pengamatan hilal yang profesional. Metode induksi Merumuskan pengalaman empiris keberhasilan pengamatan ,hilal. Mencari korelasi keberhasilan pengamatan hilal dengan besaran terukur yang diperoleh dari pengamatan (beda tinggi bulan dan matahari, besar luas hilal dan sebagainya). Contoh kriteria yang dikembangkan oleh Ilyas dan Depag RI dan astronom muslim lainnya pada masa silam, Al Biruni, kriteria

. Masih banyak pekeq'aan penelitian untuk memperkokoh dasar iptek bagi pencarian kriteria hilal dalam perrentuan u*ai bulan Islam. Pertemuan ilmu falak untuk evaluasi perkembangan hasil-hasil pemikiran dan penelitian dalam negeri maupun dunia intemasional masih dipeilukan.
Daftar pustaka
------,,1981, Almanac Hisab Rukyat, Badan Hisab Rukyat Departemen
Agama-Proyekpembinaan Badan peradilan Agama Islam

--:

l992,Minit,Musyawarah Jawatankuasa -penyelarasan Rukyat dan Islam Negara Brunei Darussalam,Indonesia M"l;tii; ;; J3e*iSingapura ke4 tentang penentuan Taqwim Hijriyah iUtq4UZttSgi_
2020M san simulasi rukyat

Bretagnon,P,Simon,Jl and Laskar i tsss of ew solar and Planetary Tables of inter for historical calculation,JHA XVI,39_50 Bruin F,l 977,Vistas in Astron,2l,33 I Di Cicco D,l989,Sky & Telescope,s ept 19g9,322 Chapron Tauze M and Chapront J, lgbg Astron Astrophy,l90,342

Departemen Agama RI Ashbrook,J 1971, Sky & Telescope August lg1l,Tg 1972, Sky & Telescope Februari, 1gi2,g5 Ashbrook,J 1973, Sky & Telescope June,1973,40i Ashbrook,J 1979, Sky & Telescope April, 1976,403 Ashbrook,J 1978, Sky & Telescope April l97g,i5g

----,

l993,Ephemeris

}Iisab dan Rukyat 1994, Badan Hisab Rukyat

lrlf*"f,{

-presetation

t62

r63

Chapron Tauze M and Chapront J, 1991, Lunar tables and Program for 40008C to AD 8000, Willmann Bell,inc.,Richmond,Virginia Danjon, A 1993 ,Ann Obs Strasbourg,3,l39 Danjon, A,1932 L'Astronomie 46,17 Danjon,A,l936,Buletin de la Societe Astronomique de France, 50,57 Doggett, LE Kaplan GH Seidelman, 1991 Almanac for Computer for year. Duffet-Smith,P lg88,Practical Astronomy with your alculation third edition,Cambridge University press,Cambridge Hedervan P l983,in RM Genet (ed) Solar System Photometry,Willmann Bell inc,Richmond, Virginia p 4-l Ilyas,M, I 984,Islamic Calender,Times,Qibla,Berita,Kuala lumpur Ilyas,M,and Aziz l99l Intemational Islamic Calender for Asi Pasific region l41l-1415 H ,Universitas Sains Malaysia

Seidelmann,PK (editor),!993,Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, US Naval observatory-University Science Book. Shothill, RW and Saari, JM, 1972, lnfrared observation on the Ecklipsed Moon in advances Astronomy Astrophysics, 149 Sprott,J C,l99l, Q.J.R Astron Soc,33,165 Tumasoftware, l989,Astron Info versi 1.0, Sephyir Service

Seminar Sehari Lembaga Pendidikan Al Huda, yayasan pTDI, Lembaga Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dan {arian umum pos Kota). Rose,P,1993 Astronomy Now, June 1993,21 Schaefer, B E, Ahmad IA and Dogget LR, eJR.Astron Soc, 34,53

Wesrfall,J.E,l993,in j Muirden. Sky Watcher's handbook, (observing the Modern Moon), WH Freeman Spektrum,Oxford
Whitmell,CT., 1972, The Observatory, 34 pp.203,305 -306,37 4-37 s Winter,Df,l972,Infrared Emission from the Surface of the Moon in Advances Astron Astrophys,203.

Ilyas,M,and Ismail Z 1992, Toward a Unified word Islamic Calender ,Universitas Sains Malaysia and organitation of islamic Standing

Committee in scientific and Technological Cooperation (COMTECH) Koomen ,MJ,Tousey,R and Seal Jr,1967, in A Dollfus (ed) Cospar moon and Planet II a session of ajoint open meeting of working group, I,II and V of the tenth plenary meeting of Cospar, London, 26-27 luly 1967, North Holland Publ.Co Netherland Lawrence, Jl,lggl,Introduction to Basic Astronomy with PC (Chp 7-8)

Lampiran
Tabel I Waktu Ijtima
Akhir Syaban

Willmann Inc,Richmoon,Virginia Link,F,l97l,Photometry of Lunar Surface, presented in the NATO advanced study Intitude on Lunar Studies, Patras, Greece, Sep 1971 . Meeus,J,lg82,Astronornical Formulae for calculators,3'd ed,Willman-

Alfiir
Ramadhan

Aktir
l4l4
Zulqa'dah

Bell,Virginia
Meeus,J,lg83,Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planet,Willman-

T4I4H
Lunasi Islam

H
16.965
880

t4t4H
r6.968
883

Bell,Virginia Montenbruck,O and Pfleger,T lgSg,Astronomy on Personal Computer (translated by S Dunlop ) Springer-Verlag, Berlin (255 pp+x)
Moshier,Sl, I 992,Astron Astrophys, 262, 613 Newhall,XX,Standish,EM, Williams J C,1983 Ashon Ashophys, 125'150 Nurahmad, 1993, Peran Geodesi dalam penentua awal bulan lslam, Skripsi jurusan Geoesi ITB Preis, WH Teukolsky,S.A Vetterling WT and Flannery'BP l992,Numerirical Recipes in C, (in pascal+ in Fortran), Cambridge Univesity press Purwanto, 1992, Vrsibilitas Hilal sebagai acuan Penyusunan kalender Islam, Skripsi Jurusan Astronomi lTB. Putro WS, Mustapa, AJ Mulyana,AK',Ramdani,D, Yaranara,K. dan Khafi (astronomical Club Al Farhani-ICMI Belanda) , 19..'.,Mawaqit versi l'0 " (programkomputerlsofuare) Raharto, M, 1990, Kriteria Astronomi tentang penampakan hilal (makalah
disampaikan dalam evaluasi hisab rukyat Departemen Agama) Raharto, M, 1990, Lembaga observatorium Bosscha ITB dalam penetapan I

16.966
881

-unasi Astr.
.Meeus
Ast

(l)

10/02/1994
21.30.52

12/03/1994
12.05.35

lt/05/t994
00.07.34*

Info

l.l
l-l

(2) (3)

t0/02/1994
21.32

1203-1994
14.06

tt/05n994
00.08

Mawaqit

tal02n994
21.32

12103n994
14.06

n/0s/1994
00.08

:rc (4) faqwim (5) Astr.l994 (6)

l0/02/r994
21.41

t2/03n994
14.06

t1/05/1994
00.08

t0/02/1994
21.32

12/03/1994
14.07

tt/05/1994
00.08

Ramadhan,

Syawal dan

l0

Dzulhijjah, (makalah disampaikan pada

*Semua waktu dalam Tabel I dinyatakan Oaiam

t0t02/1994 21.30

t2/03/1994
14.04 Wfg

tt/05/t994
00.07

r64

165

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Meeus, J,I983, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets,

Willmann Bell,Inc
Tumasoftware, 1989, Astro Info versi I .0, Zephyr Service Putro et al.(Astronomical Club Al Farghani-ICMI Belanda) IIC (Intemasional Islamic Calender), Ilyas and Azis (1991) Anonim, (1992), Minit-Musyawarah Jawatan Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam Negara Brunei Darussalanl Indonesia, Malaysia dan Singapura ke 4 The Astronomical Almanac 1994

Tabel

III

Posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam (Pelabuhan Ratu)
3

RA
!2:10:59

)ec
5:53:33

W
5l:49
53:01

il
).16

Jm
l0:50

{khir Syaban l4l4 H (l I -02-1994\


lln
vftr
132:35:00

l:59:24 ):00:00

t64:45:37

132:30:l I

!l:39:56

l4:00:41

Tabel II Wakhr terbenam Matahari dan Bulan (Pelabuhan Ratu)


Matahari
terbenam

\khir Ramadhan l4l4 H (1243-1994\ ]ln


vlh
153:32:19
151

l:28:29
):00:00

13;29:,10

l:32:35
l: l8:45

L:30:07 )O:52:22

t7l;22:12
t66''33:14

),2

j:04

:38:490

t3:29:18

\khir R4lnadhan

1414 H (12-03-1994)

Bulan terbenam Selisih (menitl

(wrB)

lln
\4h

i65:35:49
152:38:42

l:53:08 ):00:00

l:14:21 t3:32:59

i:47 :17 :55:07

l:09:17
\:59:.17

176:54:39

t,4

l3:03

(wrB)
Akhir Sya'ban

!66:56:l I

{.khir Zulqaid4h 1414 H (l l-05-1994)

t4t4H
18.20
18.44

lln
\4tr

)58:31:56
)50:31 :02

):26:22 ):00:00

t-a<."1',

l9:'24:07

i:40:25 ):53:19

,.90:.34:27

),5

7:38

t3:'12:13

l7:52:42

24

187:54:2O

"tt-02-1994) Akhir Ramadhan 1414 H (t2-03-1994)

18.10

18.03

-0.7

L = lintang dan B = bujur ekliptika (derajat : menit detik) RA = Asensio Rekta (am: menit; detik) dan Dec = deklinasi (derajat: menit: detik) h = tinggi dan AZ: azimut (derajat menit detik)

Alfiir

Ramadhan
18.09 18.44 35

III

1414H
(13-03-1994)

Um:

Iluminasi-persentasi luas bulan yang bercahaya umur bulan (iam: menit)

Akhir Zulqa'dah

Tabel IVa
(iarak rata-rata l (paralaks horison) 1.8 detik busur 184400 km i7 menit busur

t4r4H

(11-0517.46

tge4)

r8.15

29

Vlatahari Julan

l50x 10 km

*)

menunjukkan Matahari terbenam lebih dahulu baru disusul oleh Bulan'

Bulan terbenam

menit lebih dahulu dari Matahari, tanda positif

p = arc sin (6378/d)

Tabel IVb
r (tinesi)
R(koreksi)

l0
i'3I "

l0'15'

l9'7"

!5'56u

\4'

t66

r67

Tabel [Vc
r tinggi geosentris

Tabel VIb

Vlatahari terbit/terbenam

i0 menit
)8 menit busur
14

r(K)
100

Lamda* (maksimum dalam

4iqron)
12,75

lulan terbiVterbenam
lintang dan planet

menit busur

100

il

t55 *) brightness maximum @ta-[ nodyEidiatofl

to

Tabel V

{sA 400
r/2s

{sA !30
t/15
1/8

100

lratio*) i,6

t/60 t/30

ll
16

t/t5
t/8

t/4 t/2
I
+

t2

l/4 t/2

t2
+5

54

)0

l6
ratio

120

perbandingan antara focus dan diameter obyektifteropong

Atau mempergunakan formula t (detik:0,1 x (f ratio)2 iASA t tempo pemotretan (untuk bulan berumur 3 hari dan 25 hari) lihat Westfall (1993)

Tabel Via
Kondisi Bulan Mic Eclipse Full moon
Quartir
20 407

3s8
120

Anti solar point


Before sun rise Eclipse

70-90
200 (fist enter umbra)

168

t69

KEPUTUSAI\[ SESSION KE DELAPAN KOMITE PENYATUAN KALENDER HIJRIAH PEIIENTUAN AWAL BULAI\ QAMARIYAH DAi\ HARII{ARI BESAR ISLAM DI JEDDAI{ KERAJAAN SAUDI

Tinggi Syekh Shaleh bin Muhammad Al-Luhaidan. Pidato beliau ini disambut oleh Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan Ketua Organisasi Ulama, syekh Abdul Aziz bin Bazz, dan presentasi dari Mufti Republik Arab Mesir Syek*r Nashruddin
farid Wasil.
Sesudah itu berlangsunglah session-session Musyawarah dan tukar pendapat dengan jalan membacakan paper-paper sebagai berikut: 1) Pandangan tentang penyatuan Umat Islam dibawah Pancaran Kalender Hijriah, yang didasarkan pada lahimya Hilal sebelum terbenamnya matahari 2) Penetapan hari Jum'at sebagai hari libur mingguan bagi seluruh kaum muslimin 3) Pandangan tentang berimbangnya penetapan masuknya awal bulan dengan ru'yah. 4) Pandangan tentang perselisihan pendapat mengenai perbedaan mathla'dalam penyatuan Umat Islam, apakah ru'yah suatu negeri sudah cukup dipakai untuk seluruh negeri, atau masing -masing negeri berpegang pada ru'yahnya sendiri. 5) Masalah lahimya hilal dan pandangan tentang pendapat yang menyatakan bahwa lahirnya hilal itu qath'i atau

ARABIA 18-20 RAJAB WAKTU PADA TENGGANG NOVEMBER 1998


B is m

1419 HJ7-9

ill a h ir r ah m a n i r r a h im

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, shalawat dan salarrr tetap memancar pada utusan yang termulia, Nabi kita

Muhamma.ddanpadakeluarganya,Sertasahababryasekalian' Berkat pertolongan Allah dan keutamaanNya serta limpahan kemurahan dari kerajaan Saudi Arabia cq'Departemen

p"*99T-q Kehakiman, begitu pula karena undangan dari Amanat lJmum, Organisasi konferensi Islam (OKI) diselenggarakanlah session ke delapan Komite Penyatuan Kalendei Hijriyah di kota Jeddah pada tenggang waktu antara 18-20 Rajab-l4|gH,bertepatan dengan 7-9 Nopember 1998 M' Upacara pembukaan diselenggarakan diruang pertemuan universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah atas perkenan yang Mulia al-Maliki Al-Amir Naif bin Abdul AzizMenteri Dalam
Negeri.

6)

dhanni. Pandangan tentang permasalahan imka

ru'yah setelah

lahimya hilal.

Upu"utu pembukaan dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-quran. Sesudah itu disampaikanlah pidato-pidato sambutan, masing-masing dari Yang Mulia Pimpinan Umum Organisasi Konferensi Islam, Mufti Kerajaan Saudi Arab11 Yalg Mulia Ketua Majelis Pengadilan tinggi dan Yang mulia Menteri Kehakiman saudi Arabia. Upacara pembukaan ini disudahi dengan pidato pengarahan

Ikut serta dalam session ini beberapa Pakar Hukum Islam


dan Pakar Astronomi yang mewakili negara-negara

olehYangMuliaAl-MalikiAl-AmirNaifbinAbdulAziz
Menteri Dalam Negeri. Kemudian para peserta pindah ternpat ke ruang "Istana Konferensi" (ionfeience Palace)' Disitu para peserta memulai kegiatan-kegiatannya, dengan didahului presentasi-presentasi yaig disamfaikan oleh yang Mulia Ketua Majelis Pengadilan

1. Kerajaan Yordania 2. Uni Emirat Arab 3. Republik lndonesia 4. Republik Islam kan 5. Bahrain 6. RepublikNasionalis 7. Republik Turki 8. Republik Tunisia 9. RepublikNasionalis

Bangtladesh

Aljazair

10. Kerajaan Saudi Arabia

11. RePublik Senegal 12. RePublik Sudan 13. RePublikhaq 14. Qathar 15. Kuwait 16. MalaYsia 17. RePublik Arab Mesir 18. RePublikNigeria
2)

dengan syarat bahwa terbenamnya bulan terjadi setelah

terbenamnya malahari, menurut waktu Makkah A1-

Mukarramah,atau negara-negara yang lain, yang mengalami malam hari yang sama sebagiannya, yang memungkinkan hilal dapat diru'yah, sebagai bukti masuknya bulan. Ketentuan itu akan dilakukan oleh Komite Khusus yang mempersiapkan perhitungan guna
penyusunan kalender tersebut. Menentukan hari jum'at sebagai hari yang resmi di seluruh negara Islam

libur mingguan

Ikut serta pula dalam session ini

Organisasi Persatuan Fiqh


3)

Malik Islam Jeddah dan beberapa Pakar Astronomi universitas Universitas Ilmu Pengetahuan Malaysia di Penang'

S;;,

unlversitasMalikbinAbdulAziz,yangikutmelibatkandiri
dalam kesibukan session ini.

Setelah dilakukan pembahasan dari masing-masing gaqer' yang dikemukakan paia sidang komite dan setelah dilakukan

i"t"

dialog, juga setelah terjadi pertukaran pend9nlt, Hijriah ini ffiailah .".rriotit" delapan, Penyatuan Kalender p"ai t"t"ttendasi berikui : Sebenarnyalah session ke delapan Komite Penyatuan Kalender Hijriah untuk menentukan p""""t"* p"i-rrluutt awal bulan Qamariah dan Hari-hari Besar irlam, mempedomani keputusan Mu'tamar Penentuan Awal gdutt qamaiiiah yang diselenggarakan di Istambul' pada bulan dan Nop"-i". 1g7gM, din Kepuiuian lVlu'tamar Perwakafan di Kuwait' Urusan Agama yang lain yang diselenggarakan

Menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan dan masuknya bulan Dzulhijjah cukup dengan jalan ru'yah syariyyah yang terbebas dari dusta, baik secara ilmiah atau rasional, ataupun secara indrawi sesuai dengan firman Al1ah SWT: (Maka barangsiapa menyaksikan masuknya bulan itu, berpuasalah), dan dengan mengamalkan sabda Nabi SAW (Berpuasalah kamu sekalian karena melihat hilal,dan berbukalah kamu sekalian karena melihat hilal. Kemudian bila hilal itu tertutup awan sempurnakanlah bilangan bulan Sya'ban itu 30 hari). Dan sabda Nabi SAW (Jangan kamu sekalian berpuasa sebelum kamu melihat hilal) 4) Menerbitkan majalah ilmiah yang mjemuat Topik Astronomis yang ditulis oleh cendikiawan dan Ulama dari berbagai disiplin ilmu Syariah dan Astronomi

Islam yang lain' Malaysia -pin dan di Negara-negara nomo] memperhatikan Keputusan Persatuan Fiqh Islam di diadakan yang e ,yuitZ,yang dilahirkan aatam session ke 3' M' e-ou"iutt"n l4O7 Hbertepatan dengan tahun 1986 c(q) yang bur, *"tnttjuk pula pada kiputusan nomor 16 ayat 8 dan keputusan dilahirkan dalam Mitamar Fiqh Islam yang ke 8

dengan

tiga bahasa (Arab,Ingris dan Perancis).

Kemungkinan keterkaitan dalam penerbitan majalah ini akan menjadi sempurna bila didukung oleh Organisasiorganisai, Persatuan Fiqh Islam, Organisaso Konferensi Islam,Lermbaga Penelitian Ilmu Falak dikota Al-Malik

no*o, 25

ayat 25c yang dilahirkan dalam session ke 25

Mu'tamar Islam Menteri-menteri Luar Negeri' Sessioninimembuahkanrekomendasisebagaiberikut: 1) Menyiapkan perhitungan Penyatuan Kalender Islam' yang mengikat negara-negara Islam' yang didasarkan padi saat iatrirnya trilalsebelum terbenamnya matahari'

Abdul Aziz Al-Ilmiah, Universitas Ilmu Pengetahuan Malaysia di Penang dan semua Persatuan Fiqh Islam dan lembagalembaga Ilmiatg di negara-negara Islam. s) Memegangi pendapat yang disepakati oleh pesrta yang terdiri dari Ulama Falak, yang terdiri dari 12 orang, sebagai anggota delegasi dari negara-negara peserta, yang mjengatakan bahwa lahirnya hilal bersifat qathi

t72

173

bukan dhanni, yang harus diperhatikan


penetapan terj adinya ru'yatul hilal

dalam

syukur Alhamdulillah dengan menumpahkan harapan agar agar supoaya Allah SWT memberikan bimbinganNya dan semoga

6\

Membentuk Komite Ilmiah Khusus yang bertugas meneliti program khusus satelit buatan yang Islami, seperti diusulkan oleh Mufti Republik Mesir Dr'Syekh Nashr Farid Muhammad Wasil, sesuai dengan amanat yang diberikan oleh Organisasi Konferensi Islam tentang Pembentukan komite itu'

membuahkan keputusan-keputusan
kemashlahatan kaum muslimin.

yang berfaedah bagi

Menteri Kihakiman Kerajaan Saudi Arabia Dr.Abdullan bin Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syekh menyampaikan rasa terima kadsih yang memdalam kepada Yang Mulia Raja Fahd bin Abdul Aziz, pemelihara kedua masjid Al-Haramain, kepada yang Mulia Ketua Pelaksana dan kepada yang terhormat wakil

Pada vpacaft penutupan session-session, Yang Mulia

Ke1* II pelaksana atas kesetiaannya melangsungkan sessionsession dan pelayanannya terhadap para tamu, serta
sambutannyayang sangat ramah terhadap para delegasi'

Sekitar penetapan awal Bulan Qamariah di Indonesia


B i s mil I a hir r o h m an i r r o h im

tetry"t"ttggarakan sidang ke 8 dikota Jeddah' Demikian pula kaum Muslimin di Indonesia sangat mensyukuri dan berteima kasih kepada Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, yang telah bersedia untuk membantu terselenggaranya session yang ke 8 dari sidang -sidang Komite Penyatuan Kalender Hijriah' Sebenarnyalah Komite Penyatuan Kalender Hijriah ini telah

Setelah terj adi kesenj angan sidang-sidang Komite Penyatuan Kalender Uiiiiah. Pemerintah Republik 1:rdonesia menyambut gembira upubilu Komite Penyatuan Kalender Hijriah bermaksud

Baik pula dikemukakan bahwa setelah te{adinya kemacetan sidang-sidang dan setelah lama menunggu pemberitahuan adanya kegiatan Komite Penyatuan Kalender Hijriah, Indonesia bersama-sama dengan negara-negara ASEAN mengadakan sidang berkali-kali guna menyatukan langkah penyatuan penetapan awal bulan Qamariah terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah seperti penetapan bulan Ramadhan sebagai pelaksanaan kewajiban berpuasa, penetapan awal bulan Syawal untuk memenuhi ketentuan berhari raya dan penetapan awal bulan Dzulhijjah untuk menentukan Idul Adha. Dalam sidangnya yang berulang kali, yang dihadiri oleh delegasi negara-negara Brunei Darussalam, lndonesia, Malaysia,dan Singapura, telah terjadi persepakatan tentang penetapan imka Ru'yah guna penetapan awal bulan Hijriah dengan syarat-syarat tertentu : l) Penetapan awal bulan Qamariah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan ibadah tertentu, dan tidak berhubungan dengan hari-hari besar Islam, ditetapkan dengan Ru'yah atau hhisab denan syarat agar jarak sudut ketinggian hilal pada saat matahari terbenam tidak kurangt dari 2 derajat 2) Adapun penetapan awal bulan Qamariah yang ada

sangkut pautnya dena ibadah tertentu dan ada hubungannya dengan hari-hari besar Islam, seperti

penentuan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal

dan awal bulan Dzulhrjah diharuskan dengan

melangsungkan sidang-sidangnya secara berulang kali' Sidang yang pertama dilaksanakan dikota Istambul pada tanggal2T-29 itof"*U", 1978. dan yang ke 7 dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 27 luni-l Juli 1987. Sesudah terselenggara sidang yang ke 7ini, terjadilah kemacetan dalam waktu yang cukup lama' Maka bila Komite Penyatuan Kalender Hijriah sekarang telah siap untuk menyelenggarakannya lagi, kami menyampaikan

3)

memperhatikan ru'yah dan hisab secara serenpak dengan syarat ketinggian hilal pada saat matahari terbenam tidak kurang dari 2 derajat dengan tambahan syarat bahwa tenggang waktu antara terjadinya ijtima dan terbenamnya matahari tidak kurang dari 8 jam. Tiap+iap anggota diharuskan menyampaikan hasil ru'yah masing-masing dan menyerahkan pelaksanaan

174

t75

itsbat awal bulan qamariah kepada otoritas dari


masing-masing negara.

Kami meyakini bahwa ketentuan ini tidaklah bertentangan dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Komite Penyatuan Kalender Hijriah pada sidangnya yang pertama di Istambul yang menyatakan bahwa untuk kemungkinan terjadinya ru'yah harus dipenuhi dua syarat yang fundamental, yaitu: a. Jarak sudut antara matahari dan bulan, tidak boleh kurang dari 8 derajat, setelah terjadinya ijtima dengan pengertian bahwa permulaan ' hilal dilihat berkisar antara 7-8 derajat, akan tetapi disepakati untuk memegangi 8 derajat
atas dasar kehati-hatian. Ketinggian hilal dari ufuk tidak boleh kurang dari 5 derajat pada saat matahari terbenam. Ketentuan itu dapat diperkuat kebenarannya bila ketinggian hilal di Indonesia dan negara-negara ASEAN sudah mencapai 2 derajat, maka ketinggian itu akan menjadi 5 derajat di negaranegara sekitar laut tengah dan ketinggian itu akan bertambah di negara-negara sekitar laut Atlantik. Berdasarkan ketetapan-ketetapan yang diberikan oleh negara-negara ASEAN yang bersangkutan dengan penentuan awal bulan qamariah dan dengan memperhatikan kaidah imkan ru'yah kami sampaikan ke hadapan sidang jadwal penentuan awal bulan qamariah yang bersangkutan dengan pelaksanaan ibadah danyangberhubungan dengan hari-hari besar Islam dari tahun 1998-2020M, yang bertepatan dengan tahun 1419-1441 H. Disamping itu perkenankanlah kami menyampaikan harapan pada Ketua Sidang Komite Penentuan Kalender Hijriah, agarsudi kiranya menerima usul sidang Istambul untuk

Al*rirnya kami mengharapkanagar supaya Allah melimpahkan keridhaanNya dan memancarkan cahaya Islam pada sidangsidang komite ini, kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Jakarta

Nopember 1998

Delegasi Indonesia

l.lDrs. H. Taufiq, SH.

b.

MH

2.Drs.H.AbdurRachim

Pehyatuan Kalender

Hijriah dapat ditaati oleh

setiap

anggota/sebagai pelaksana dari keputusan itu, lagi pula agar berkenan kiranya menambah anggota baru terdiri dari negaranegara ASEAN dan negara-negara lain yang ingin ikut serta dalam memperkuat Komite Penyatuan Kalender Hijriah ini.

t76

t77

BEBER,A.PA FAKTOR YAI{G MENYEBABKAN

DITOLAKIryA LAPORAN RUKYAT


Drs. H. Wahyu Widiana, MA
Pendahuluan

hakim/pemerintah untuk penetapan hasil rukyat dan penetapan wajibnya puasa atau berbuka. Sedangkan Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali tidak mensyaratkannya. Namun demikian, menurut ketiga mazhab tersebut jika hakirr/pemerintah telah

Idul Fitri sejak dulu memang sering terjadi, baik antara pemrintah (baca Departemen Agama) dengan sebagian masyarakat, maupun antara golongangolongan dikalangan masyarakat itu sendiri. Nampaknya perbedaan itu merupakan suatu hal yang lumrah, walaupun
Perbedaan penetapan sebetulnya tidak dikehendaki. Namun demikian, perbedaan Idul Fitri dua tahun yang lalu secara berturut-turut sangat menarik

untuk dikaji. Ini merupakan fenomena baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dahulu, umumnya perbedaan itu disebabkan karena menurut perhitungan hisab hilal telah wujud, namun tidak berhasil dirukyat. Akibatnya orang yang berpegang pada hisab berlebaran satu hari lebih dulu dari orang yang berpegang pada rukyat. Pada dua tahun terakhir adalah sebaliknya. Orang yang berpegang pada rukyat justru berlebaran lebih dulu dari orang yang berpegang pada hisab. Ini disebabkan karena menurut hisab, hilal masih dibawah ufuk, namun ada beberapa orang yang melaporkan telah berhasil melihat hilal. Sebagian masyarakat menerima laporan tersebut, dan sebagiannya menolak. Departemen Agama sendiri menolah laporan hasil rukyat tersebut. Ada beberapa alasan mengapa laporan hasil rukyat ditolak. Alasan-alasan tersebut adalah bahwa laporan yang sampai kepada Hakim Pengdilan Agama tidak meyakinkan bahkan menimbulkan keraguan, keterangan yang di;aporkan tidak sesuai degan ilmu hisab yang mu'tabar, dan konsekuensinya Hakim Pengadilan Agama tidak mengitsbatkan kesaksian tersebut.(1)

menetapkannya, maka seluruh kaum muslimin wajib mengikutinya, sebab keputusan Hakim akan menghilangkan perbedaan (2). Secara eksplisit dalam kitab itu ditulis, dalam hal ini sudah "muttafaq' alaih"(3), semuanya sepakat. Di Indonesia, Presiden yang dipilih oleh MPR yang mayoritas mewakili umat Islam, menunjuk Menteri Agama sebagai pembantu Presiden yang diberi wewenang mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan Agama termasuk penentuan hari raya Idul Fitri (4). Untuk melaksanakan tugasnya, Menteri Agama setiap tahun memerintahkan Pengadilan Agama seluruh Indonesia untuk melaksanakan rukyat yang harus dilaporkan malam itu juga dengan interlokal melalui petugas khusus penerima laporan (5). Laporan-laporan dari Pengadilan Agama dibahas oleh Sidang Itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama dan dihadiri oleh wakil-wakil dari ormas Islam, MUI, instansi teknis terkait, para ahli hisab rukyat dan undangan lainnya. Dengan demikian di lndonesia, pelaksanaan penetapan I Syawal tersebut, tidak saja sesuai dengan keterangan fiqh terutama fiqh syafi'tyah, tetapi juga ditetapkan melalui demokratis yang melibatkan unsur-unsur ulama, para ahli hisab rukyat dan ahli-ahli disiplin ilmu lainnya, seperti Meteorologi & Geofisika, Planetarium dan Dinas
Oseanografi.

Ada beberapa keuntungan mengapa hasil rukyat harus diitsbatkan oleh Hakim. Pertama, itsbat Hakim diperlukan
untuk mendapatkan keabsahan. Kalau hasil rukyat dikatakan sebagai alat bukti yang akan drjadikan dasar dalam penetapan hakim, maka alat bukti tersebut haruslah terlebih dahulu diuji kebenarannya. Pengujian kebenaran hasil rukyat disii tidaklah diperlukan terlalu mendetail, yang jelas cukup meyakinkan hakim bahwa apa yang dilaporkan adalah benar dan tidak meragukan. Nabi sendiri jika menerima laporan rukyat, dan masih ragu terhadap pelapor, beliau "meneliti" identitas
pelapor, dengan bertanya tentang keislamnya (6).

Itsbat Hakim
Dalam kitab Al Fiqh 'Ala Mazahib Al Arba'ah disebutkan bahwa ulama-ulama Syaf iyah mensyaratkan adanya itsbat

179

Kedua, itsbat Hakim diperlukan untuk mencegah kerancuan sistem pelaporan. Pelaksanaan rulcyat merupakan hak dan sekaligr.rs kewajiban kaum muslimin. Para ulama dari berbagai mazhab, kecuali golongan dari Hanabilah, menyatakan bahwa rulryat adalah wajib kifayah (7)' Oleh karena itu kaum muslimin tidak dilarang, bahkan dianjurkan utuk melaksanakan rukyat. Pelaksanaan rukyat bukan monopoli penguasa atau ulamasaja' Namun demikian, bukan berarti setiap laporan dari kaum muslimin otomatis harus diterima kebenaranny4 dan dijadikan dasar untuk penetapan satu Ramadhan atau satu Syawal. Jika

keyakinan itu timbul didasarkan pada konsep-konsep ilmu yang dimiliki atau kenyataan empiris yang ia alami. Dari dua kasus Idul fitri yang lalu nmpaknya ada beberapa hal yang dapat meragukan Hakim untuk dapat menerima kebenaran laporan rukyat. Pertama adalah faktor cuaca. pada saat dilaksanakan rukyat di Ujung Pangkah Gresik menjelang Idul Fitri L4l2 H, keadan cuaca sangat jelek, awan tebal menutupi ufuk barat sehingga matahari saat terbenam tidak terlihat. Dalam suasana seperti itu dikatakan ada beberapa orang
yang telah melihathilal sementara sebagian besar peserta rukyat lainnya tidak melihat (9). Demikian pula keadaan di Cakung

setiap laporan harus diterima kebenarannya tanpa melalui


pemeriksaan dan itsbat Hakim maka masyarakat akan mudah dikacaukan oleh laporan-laporan bahkan isyu-isyu yang tidak

benar. Seminar Sehari Hiab Rukyat tentang Pemantapan Kaedah-kaedah Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah (8) menyatakan antara lain "I-aporan Rukyat diteliti
kebenarannya oleh Hakim Pengadilan Agama".

Ketiga, itsbat Hakim diperlukan untuk menyatukan umat. Dengan disyaratkannya itsbat Hakim dalam penerimaan hasil rulcyat seperti dikatakan oleh ulama-ulama Syaf iyah, rnaka
berarti laporan rukyat yang tidak diitsbatkan tidak sah. Dengan demikian, penetapan pemerintah yang wajib diikuti oleh seluruh kaum muslimin akan bertumpu pada suatu dasar yang kuat, yaitu laporan yang telah diitsbatkan, bukan kepada sembarang laporan yang tidak melalui pemeriksaan dan itsbat Hakim. Jika hal ini berjalan, maka persatuan umat akan tercapai, sebab laporan-laporan yang tidak melalui dan tidak dibenarkan Hakim dengan sendirinya akan tertolak.

Hal-hal Yang meragukan


masalah mengapa laporan hasil rukyat tidak diterima dan tidak diitsbatkan oleh Hakim, padahal si pelapor yakin telah melihat hilal dan berani untuk disumpah. Jawabnya sederhana : Hakim tidak yakin terhadap kebenaran laporan

Kini timbul

tersebut. Keyakinan hakim merupakan faktor yang sangat penting dalam menetapkan suatu putusan. Sudah barang tentu,

Bekasi dalam pelaksanaan rukyat Syawal 1413 H yang lalu (10). Dikedua peristiwa tersebut, hakim berada ditempat rukyat bersama-sama para peserta lainnya. Cahaya hilal menjelang awal bulan sangatlah lemah dan sangat tidak kontras dengan warna langit yang melatar belakanginya, apalagi,umurnya baru beberapa jam setelah terjadi ijtima. Disamping itu, posisi hilal setelah ijtima masih sangat dekat dengan matahari, sehingga pengaruh sinar matahari terhadap mata si pengamat masih sangat dominan. Besarnya sinar hilal, yang, yang berumur sekitar 4 jam pada tanggal23 aret 1993 saat matahari terbenam di Cakung, baru mencapai 0,00199 bagian sinar hilal yang mungkin untuk dapat dilihat (11). Keadaan cuaca dan besarnya sinar yang dipantulkan oleh hilal itu sendiri disamping faktor lainnya sangat memperbesar kemungkinan hilal untuk dapat dilihat. lainnya yang dapat mampengaruhi hilal untuk dapat - -Faktor dilihat adalah jarak hilal dari ufuk (irtifa'), selisih azimuth arftara matahari dan bulan (difference in azimuth),3rmur bulan setelah ijtimalq jarak sudut bulan dan matahari (angular distanca) dan selisih waktu ghurub matahari dan ghurub bulan (12). Ukuran yang dikemukakan oleh para ahli observasi berbeda satu sama lain, terganhurg dari pengalaman mereka dalam melakukan observasi. Yang jelas, ukuran tersebut masih jauh diatas pengalaman terlihatnya hilal di Indonesia. Sebagai contoh, faktor ketinggian hilal minimu yang dapat dijadikan ukuran t'rtuk dapat terlihabrya hilal adalah 5 dirajat dengan

180

181

syarat jarak hilal dari matahari 8 derajat. Llkuran ini dijadikan syarat oleh Koferensi Penyatuan Kalender Hijriah tahun 1978 di Istambul (13). Di Indonesia sendiri sering dilaporkan hilal dapar

terlihat dibawah ketinggian 5 derajat sampai

detajat. Dan

pengalaman-pengalaman di Indonesia masih dipertanyakan oleh

para ahli astronomi.

menunjukan bahwa melihat hilal menjelang tanggal satu bulan Qomariah adalah sangat sulit. Kita sering terkecoh oleh keadaan awan dan sinar di ufuk barat. Drs. Darsa S, seorang astronomer Indonesia dan menjabat sebagai Direktur Planetarium dan Observatorium Jakarta menyatakan didepan sidang Itsbat penentuan 1 Syawal 1413 H bahwa sinar lampu para nelayan ditengah laut dapat mengecoh mata seolah-olah sinar tersebut tampak sepert I hilal. Pengalaman-pengalaman mudah terkecohnya mata si pengamat dibuktikan pula oleh ahli Planetarium selama 4 hari berturut turut sejak tanggal 1 sampai 4 Juli 1992 dan dihadiri oleh

Ini

dari 2 derajat 48 menit sebab I derajat berarti 4 menit waktu, atau 15 menit busur sama dengan 1 menit waktu. Saadoe'ddin Djambek pemah mengemukakan bahwa hasil poerhitungan hisab dapat menyatakan satuan busur sampai detik, bahkan dapat lebih kecil lagi, yang masih belum dapat disamai laporan pelaksanaan rukyat karena kita masih belum mempunyai alat yang cukup untuk itu (17). Ini berarti bahwa laporan hasil rulcyat sulit untuk enyatakan satuan derajat sampai detail. Jika kita perhatikan tujuan rukyat, penyebutan bilangan derajat secara detail kurang diperlukan. Laporan rukyat cukup menyebutkan perkiraan ketinggian hilal dalam satuan derajat

bulat, sebab perkiraan tersebut dapat diukur dengan

alat

sekitar 20 orang para ahli hisab rukyat dari Indonesia, Singapura dan Malaysia (14). Tidak kalah menariknya, pengalaman terkecohnya mata penyair Taufiq Ismail yang mengira awan sebagai hilal pada saat dilaksanakan rulcyat di Iowa Amerika Serikat oleh masyarakat Islam disana (15). Ini semua menunjulkan bahwa kita harus berhati-hati dalam
menerima laporan melihat hilal. Disini pulalah pentingnya itsbat dari seorang hakim yang mengetahui teori-teori serta trampil dalam praktek-praktek hisab rukyat. Kedua, hal yang dapat meragukan seorang hakim atau siapa saja yang mengetahui teori observasi adalah ketinggian hilal yang dilaporkan oleh orang yang menaku telah melihat hilal. Pada Idul Fitri 1413 H, dilaporkan hilal telah terlihat dengan ketinggian 2 derajat 48 menit busur selama l lmenit. Rulqyat tersebut dilakukan tanpa mempergunakan alat ukur satuan

sederhana seperti gawang lokasi, busur derajat, mistar radial bahkan hanya dengan bantuan tangan yang diulurkan secara lurus hidepan wajah atau mata si pengamat dan mempedomani lebar jari tangan sebagai ukuran derajat(l8). I-aporan detail akan menyulitkan si pelapor dan tidak diperlukan untuk kepentingan rukyat. Oleh karena itu Seminar Sehari Hisab Rukyat menyarankan Departemen Agama (baca : Pengadiian Agama) untuk tidak mensyaratkan hal-hal yang sulit diketahui

umum seperti ukuran derajat dalam penerimaan


rulcyat(19).

laporan

Ketiga, adalah tentang bentuk dan posisi hilal. Penyebutan bentuk dan posisi hilal seperti "hilal terlihat disebelah utara atau selatan tempat terbenam matahari dan menghadap keatas agak ke utara atau ke selatan", dan sebagainya, hanyalah untuk membantu meyakinkan Hakim dalam menerima kebenaran laporan rulryat. Penyebutan bentuk dan posisi hilal tersebut tidak perlu detail, atau bahkan jika tidak yakin posisinya dari matahari atau dari titik barat lebih baik untuk tidak disebutkan. Penyebutan data tersebut bukan merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi oleh si pelapor rukyat. Namun demikian, penyebutan bentuk atau posisi hilal yang salah dan diyakini si pelapor, akan membuat keraguan Hakim untuk menerima laporan tersebut. Dalam kasus I Syawal l4l3 , telah datang ke panitia Sidang ltsbat, tiga orang kaum muslimin yang baru selesai melaksanakan rukyat di komplek PLTU ancol Jakarta Utara. Para pelapor menyatakan bahwa malam hari itu setelah

derajat yang detail seperti thedolit atau teleskop (16). Lalu tirpbul pertanyaan, alat apakah yang dipergunakan untuk mengukur ketinggian hilal sampai sedetail itu. Pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Ada dugaan bahwa ketinggian tersebut merupakan data hasil hisab, bukan data hasil rukyat. Dugaan ini semakin kuat setelah melihat hubungan ketinggian hilal dengan lama hilal. Lama hilal terlihat 11 menit merupakan konversi

'

t82

183

matahari terbenam 8 (delapan) orang telah melihat hilal sekitar satu setengah derajat dengan posisi hilal yang telunkup, dengan

membuat gambar posisi hilal yang "tanduk"nya mengarah kebawah. Para pelapor membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa hilal yang dilihatnya berbentuk demikian (20). Dari kasus itu, jelas bahwa bentuk hilal yang dilaporkan akan menimbulkan keraguan Hakim atau si penerima laporan atas kebenaran isi laporan secara keseluruhan. Walaupun si pelapor yakin bahwa yang dilihahrya adalah hilal, apalagi 8 orang telah melihatnyadalam bentuk yang sama, yaitu hilal telungkup, namun ilmu pengetahuan dan logika akan menolaknya. Hilal adalah tidak lain dari bagian bulan yang menerima sinar dari matahari. Hilal terlihat melengkung seperti sabit disebabkan poisisi bulan berada diantara bumi dan matahari, dan sudut pandang antara bulan dan matahari tidak besar. Akibatnya bagian bulan yang terkena sinar matahari tampak seperti sabit. Semakin besar sudut pabdang antara matahari dan bulan semakin besar bagian bulan yang kena sinar matahari tampak dari bumi. Pada saat sudut pandang hampir mencapai puncaknya, yaitu 180 derajat, pada saat itu permukaan bulan yang kena sinar matahari hampir seluruhnya tampak dari bumi. Dalam keadaan seperti itu, bulan tampak sebagai piringan yang bulat penuh, yaitu terjadi pada saat bulan purnama (21). Dari keterangan itu dapat diambil kesimpulan bahwa bulan terlihat dari bumi karena ia menerima sinar dari matahari. Oleh karena itu, pada saat bulan sabit, bagian hilal yang tebal ada diarah yang dekat dengan matahari. Jadi jika matahari selesai terbenam, hilal yang kelihatan akan tampak melengkung dengan "tanduk"nya mengarah ke atas, bukan telungkup mengarah kebawah. Dukungan hisab

Laporan rukyat, dianggap tidak sesuai dengan hasil hisab hakiki bittahkik/qo thi (22). Data hisab untuk I syawal l4l2 H hampir sama dengan I Syawal l4l3 H, bahkan untuk 1 Syawal l4l4IJ tahun depan. Data tersebut menunjukkan bahwa ijtima terjadi pada tanggal 29 Ramadhan sebelum matahari terbenam. Pada saat matahari terbenam, menurut sistim hisab Almanak nautika, New Comb, Jean Meeus,. Hisab Hakiki, Al Khulashah Al Wafiyah, Nurul Anwar, Menara kudus dan Islamic Calender, posisi hilal masih dibawah ufuk; sedangkan menurut sistim Sullamun Nayyirain, Fathur Rofiil Manan dan Al-Qowaidul Falakiyah, hilal sudah diatas ufuk (23). Sistim-sistim hisab kelompok pertama (yang menyatakan hilal masih dibawah ufuk), dalam langkah langkah perhitungannya sudah menmpergunakan ilmu ukur segi tiga bola (Spherical Trigonometry), mamasukkan koreksikoreksi yang cukup banyak, memperhitungkan posisi pengamat (Lintang dan Bujur tempat) dan posisi matahari dan bulan seperti deklinasi dan sudut waktu. Adapun sistim-sistim hisab kelompok kedua (yang menyatakan hilal sudah diatas ufuk), tidaklah demikian. LangkahJangkahnya masih sangat sederhana dengan sistim tabel tanpa mempergunakan logaritma atau rumus-rumus segi tiga bola. Ketiga sistim hisab dari kelompok kedua menentukan langkah perhitungan tinggi hilal (irtifaul hilal) dengan cara yang sama yaitu mencari selisih saat ghurubusy syamsi dengan saat ijtima, lalu dibagi dua. Hasilnya merupakan tinggi hilal (dalam derajat) saat matahari terbenam (24). Kitab Sullamun Nalyirain itu sendiri menyatakan bahwa perhitungan itu merupakan perkiraan (25). Oleh karena itu dalam menjelaskan batas hilal untuk dapat dilihat, kitab ini mengemukakan pendapat yang menyatakan bahwa minimal ketinggiannya harus 9 derajat, 7 derajat atau 6 derajat, selanjutnya dikatakan tidak ada ketentuan pasti (26). Dari proses perhitungan dan data yang dipergunakan, bahwa kelompok kedua hanyalah merupakan perhitungan taqribi yang sangat bermanfaat untuk menentukan perkiraan secara cepat. Sedangkan sistim-sistim dari kelompok pertama merupakan sistim-sistim perhitungan yang lebih teliti, sebab selain rumusrumusnya sudah mempergunakan ilmu ukur segitiga bola, juga

rya hal yang meragukan menambah keyakinan Hakim untuk menolak laporan melihat hilal. Hal-hal yang meragukan pada kasus Idul Fitri yang lalu dilengkapi dengan
Banyuk

tidak adanya dukungan hasil hisab yang mu'tabar.

184

185

koreksi-koreksi yang dipakai cukup banyak' Apalagi sistim Almanak Nautika, yani di lrdonesia dikembangkan oleh H.Saadoeddin Djambek, mempergunakan data yang up to date

Penutup
Dengan ditolaknya laporan hasil rukyat

Syawal dua tahun

yangditerbitkansetiaptahun.AlmanakNautikaitusendiri iikJuatkatt oleh Dinas Oseonografi TNI Angkatan Laut


sebagai reproduksi dari The Nautical Almanac yang diterbitkan

Naval o-bservatoryuSA, dan dipakai secara Intemasional Almanac Nautika, selain dipergunakan oleh jurusan astronomi ITB, planetarium, Badan meteorologi & Geofisika dan para navigator, juga merupakan rujukan Departemen Agama dalam ,n.nyutntt hari-hari libur nasional dan kalender Islam' Sistim-sistim hisab kelompok pertama diatas secara tidak

olehtqasama Royal Greenwich Observatory England

df Y! (27).

langsungdiakuiolehSKMenteriAgamaNo84tahun1993 yang terrlarrg penetapan Tanggal I Syawal 1413 H sebagai hisab


alasannya adalah "tidak sesuai dengan hisab yang mu'tabar"' Sebetulnya cukup banyak qaul ulama yang menyatakan

mu'tabar. Hal ini disebabkan secaraeksplisit sK Menteri Agama tersebut menolak laporan rukyat dari Bekasi dengan salah satu

berturut-turut tidak dapat diterjemahkan bahwa Departemen Agama tidak menggunakan dasar rukyat dalam menetapkan 1 Syawal dan 1 Ramadhan. Departemen Agama senagai pengayom seluruh umat beragama selalu berusaha memadukan perbedaan-perbedaan dan mengakomodasikan pihak-pihaj yang berbeda. Hisab dan rukyat dipandang sebagai dua cara yang tidak saling bertentangan. Keduanya jika dilakukan dengan bgenar akan saling menguatkan satu sama lain dan akan memperoleh hasil yang sama. Sungguh tepat apa yang telah ditetapkan dalam rangkuman Hasil Seminar Sehari Hisab Rukyat tahun1992 bahwa "tanggal 1 Ramadhan dan I Syawal ditetapkan oleh Menteri Agama berdasarkan pada pelaksanaan rukyat yang sesuai dengan hisab yang akurat (haqiqi bittahqi/qothi) dan kepada hisab tersebut". Catatan kaki

bahwa

jika hisab qottrl naat menyatakan hilal tidak mungkin diruky; maka kesaksian seseorang telah melihat hilal harus ditolak (28). Demikian pula para ulama terkemuka pernah

bermusyawarah di Lembang tahun 1956 dan merumuskan suatu

l) Surat keputusan Menteri Agama RI no 84 tahun 1993 tentang Penetapan tanggal I Syawal l4l3H. 2) Abdunahman Al Jaziri, kitabul Fiqh'Ala Madzahibil Arba'ah juz I,
Darul Fiqri, Beirut, tanpa tahun hal.55l 3) 4) 5)

ketentuan bahwa bila hisab menyatakan hilal belum mungkin untuk dapat dilihat, lalu ada orang melaporkan telah melihat hilal, maka kesaksian itu hanya berlaku bagi orang atau orangorang yang melihat aja, tidak untuk umum. Kesaksian tersebut ditolak oleh Pengadilan Agama (29). Tujuan ketentuan tertentu adalah untuk menghilangkan kesimpangsiuran berita -berita

Ibid
Keputusan Presiden no 251 tahun 1967 tentang Hari hari libur Perintah rukyat tahun 1993 adalah berupa surat Direktur Pembinaan Menteri Agam No Badan Peradilan Agama Islam, EV1HK.}3.2lA2/26193 tanggal S Januari 1993. Pengadilan Agama adalah unit kerja di lingkungan Departemen Agama yang sejah zaman dahulu melakukan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan hisab rukyat, disamping melaksanakan tugas pokoknya menerima, memeriksa dan

An

rukyat yang dimuat dalam harian-harian, yang maksudnya


untuk mengacau masyarakat beragama (30)' mungkin hanya -Syawal

periiiwa 1

dua tahun berturut-turut menggambarkan ada kesepakatan sistim hisab mana yang belum masih bahwa dianggap hakiki bittahkiki atau qothi yang dapat menolak
kesaksian rulcYat Yang meragukan'

mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Belakangan dipertegas oleh putusan Ketua mahkamah Agung no 004/SWIll92 tanggal 24 Februari 1992 bahwa salah satu tugas
Kepaniteraan Hukum adalah melaksanakan hisab rukyat, sedangkan di pengadilan Tinggi Agama adalah melakukan pembinaannya. Hadits riwayat Abu Daud dari ikrimah dari Ibnu Abbas, Asy Syaukani, ailul Authorjuz Iv, musthofa al Bady al Halaby, Mesir tanpa tahun hal 209 Abdurrahman Al Jaziri,Loc Cit

6)

7)

186

187

g)

9)
l0) . 1l)

Seminar sehari hisab rukyat tentang penetapan Kaidah-kaidah penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah diselenggarakan tanggal 27 April 1992 di Jakarta diikuti oleh peserta-peserta dari unsur ormas Isiam,departemen Agama, Instansi teknis terkait dan para ahli hisab rukyat. Seminar ini dilajutkan dengan Musyawarah Evaluasi Pelaksanaan kegiatan Hisab Rukyat sampai tanggal 2Mei 1992 di Tugu,Bogor Wawancara dengan H Zainal Abidin Abubakar, Sh bekas ketua PTA surabaya yang mengikuti rukyat di Ujung Pangkah Laporan ketua Pengadilan Agama Bekasi No.PA.il5NHK'03'2/385/93 tenlang hasil rukyat hilal awal Syawal 1413 H. ketua sendiri memimpin langsung pelaksanaan rukyat di Cakung. Data ukuian hilal menjelang awal bulan Qamariyah 1991 sampai 2020 yang dipersiapkan khusus untuk delegasi Indonesia pada Musyawarah Keempat Jawatan Kuasa Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam Negara Bruei darussalam, Indonesia,Malaysia dan Singapura di Jakarta tanggal I
sampai 5

2l)

W.Schroeder,Practical Aatronomy,Wamor Laurl,London

l9!6,hrl

123.

r32

22) Istilah

1992, dikemukakan oleh KH Noor Ahmad SS. Pesantren Kriyan Jepara dan Drs.H.Taufiq, SH untuk menunjukkan sistim dari kitab-kitab yang telah ada mempergunakan kaidah-kaidah Rukyat
ilmu Ukur Bola.

hisab hakiki bittahqiq/qoht'i muncul pada Seminer Sohut

27 April

lllnb

23) Ditbinbapera Islam,Himpunan Dokumen Penetapan Tanggal


l4r3 H
Madrasah Khairiyah

Syawal

24) Muh Manshur bin Abdul Hamid, Sullamun Nayyirain, risalah, I

Al Mansyuriyah, Jakarta, tanpa tahun, hal 8; Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abd.Hamid, Fathur Roufil Manan, Menara Kudus, Kudus, tanpa tahun, hal 14; Abd Fatah Sayid at Turhy, Al Qowaidul Falakiyah, Al Mattabah asy Syabiyah, Beirut, tanpa tahun, hal
58

Juli 1992'

12) Muhamjad llyas,

Modem Guide

Islamic Calendar, Times


Lumpur,1984,hal 82-1 I

l.

to Astronomical Calculation of & Qibla, Berita Publishing SDN'BHD,Kuala


19 negara dan 3 organisasi Islam

25) Muh.Manshur bin Abd Hamid, Ibid 26) Ibid hal 9 27) Dinas Hidro Oseanografi THI AL ,Almanak Nautika l993,Iakarta

1992

13) Konierensi diikuti oleh Wakil dari


antara

ini

lain memutuskan pembentukan Komisi Penyatuan Kalender Hrjriyah yang beranggotakan l0 megara yaitu : Aljazair, Bangladesh,

Indonesia, Irak, Qatar, Kuwait, Mesir, Saudi Arabia, Tunis dan Turki' Komisi tersebut telah bersidang selama 7 kali, yang terakhir di Jakarta tahun 1987. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah perhitungan tahun Hijriyah sampai tahun 1991. Sampai sekarang pertemuan-pertemuan terseLut masiir belum berjalan lagi, sejak terjadinya kasus perselisihan

hal 1-3 28) Al qolyubi,Hasyiatani ala Syarh Al Maliki, juz I, Musthofa al Baby al Sahalaby Waauladuhu, Mesir, 1956, hal 49.; Ahmad Muh Syakir, Awailusy Syuhuril Arabiyah, Musthofa al Baby Sahalaby Waauluduhu, Mesir, 1939, hal 9 29) Saadoeddin Djambek,Loc Cit

30)

rbid

14) Minit Musyawarah Keempat Jawatan kuasa Penyelarasan Rukyat

Irak-Kuwait

dan

Taqwim Islam Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura, Jakarta, tanggal 1-5 Juli l992,hal5 f S) Taufiq Abdullah, Rukyah di Bukit Ladang Jagung lowa, Harian Pelita,
Jakarta3l Maret 1993

16) Ditbinbapera Islam,Himpunan Dokumen Penetapan Tanggal 17)


1413 H Saadoeddin jambek, Penetapan tanggal

Syawal

ZO; Oalam kejadian tersebut, penulis sebagai Seketaris Panitera ikut


menerima para pelaPor

Hisab Rukyat, di Jakarta tanggal 5-6 luli 1974 Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Tehnik Rukyat' fzikirta, 1983/1984, hal 27-36; Bahagian Hal Ehwal Islam, Beberapa aspek Astronomi, Bahagian Hal Ehwal Islam, Kuala Lumpur, 1986, hal 21. 19) Lihat no 8

makalah yang disampaikan pada Musyawarah Alim Ulama dan Ahli

bulan Qomariyah di Indonesia,

8)

188

189

HIJRIAH : PEIYETAPAI\ TANGGAL 1 SYAWAL 1414 BEBERAPA KEMUNGKINAN Drs. H. WahYu Widiana' MA Pendahuluan
dua tahun Peristiwa perbedaan penetapan tanggal I syawal ,".iu berturui turut masih segar diingatan kita- pada y"tg 1412 iuiin WgZ,Mentri Agama menetapkan tanggal 1 Syawal sebagian il^ij""rti"trt pada harinhad, s Apiil 1995, sementaraDemikian i992' April 4 Sabtu, pada hari

ilt

BAB

trity"tit",

1413 tahun 199i, Mentri menetapkan I Svawal il;;;J; jatuh sementara 1993' pada hari Kamis, 25 Maret iiiiriri, pada hari ;;i;; masy'arakat ada vang sudah berbuka 1993' konis memang'

berlebaran

ii"i,i,u"f*""

pada hari Selasa, 23 Matet hukum yang sama' Umat Islam yang sama' tinggal pada daerah bahkan tiga hari hari dua tout"ritrt yung i;'*u-pada

;"dil; yang berbeda. " ft"rnurrg, ada yang mengatakan bahwa perbedaan sepertl rnl -yaig
-"ruputu""'hal
merasa bahwa perbedaan fiilrubiyurt. Namun slbetulnya,kita tidak, tetangga kita tersebut cukup memprihatintan. Betapa makan dan minum' *b.lth sudair bertakbir, shalat 'ied'puasa atau sebalilnya' r"-""ot" kita masih terus melakukan s"mucum ini tidak V"tt f.Ufft *.rry"dihkun lagi, perbeduatt saling dan j;;;s ;;"imbulkan adanva ialing mengejek pada pertentanean. d11 menyalahkan, yang akhirnya menjurus keadaan seperti.ini ;;trffi;; umat.-Walau'bagairnanapun' dan hanya akan Islamiyah ;il;, merugikan u}Jruwai tidak senang kepada Islam' *.igttt*gti'tt pihak-pihak yang Islam masih umat Keadaaan tersebut *"nggu*butkut bahwa sependapat bahwa belum dapat bersatu, *fiuupttn kita semua kewajiban kita semua'. mnjaga persatuan adalah merupakan Lalu, bagaimanakah kemungkinan penetapan- !u"gg?l^l Maret 1994 Svu*ui'r+fiUqrintt yang akanlatuh pada bulan 1 SV-ayal penetapan ini? akankah teaaaannya"sama dengan Islam p"A"-i"ftt" lggz din igglt ' Atau'akankah semua umatDalam sama?' yang 'tnJonrriu idul fitri pada saat
1

*ujut, - sebab merupakan lapangan

PENETAPAN AWAL BULAN SYAWAL RAMADHAN, DAN DZULHIIIAH

-.ruyutu,,

190

TINJAUAN DATA 1 SVAWAL I4I4 H DENGAN ACUAN HASIL TTISAB Darsa. Sukartaredia
Pendahuluan Kedudukan rembulan pada tanggal 29 Ramadhan 1414 H yang jatuh pada tanggal 12 Maret 1994 saat matahari terbenam

tidak akurat. Perhifi,rngen ketinggien hital dltrhlen datgan menggunakan ufuk riar'i dirnakeudhn uaqt. kepaluen

p"trfuirrutut . Koreksi-koreksi aepotti diacbuthn dldepan heru: aiUt*un sesuai dengan pengaruh yang dlaklbatken olch

iruttipi. sama dengan kedudukannya pada akhir Ramadhan ijtima tahun lal,r, yaitu pada tanggal 23 Maret 1993' Waktu 14:14 WIB dan pada tahun fuJu an"" iqq: terjaai pada pukul ini pukul 14:05 WIB. Waktu ijtima itu suatu saat yang sama

paralaks bulan, refralsi cahaya, scmidiametcr bulcn dan tetinggian mata pengamat. Jika koreksi tidak dilalarkan, maka hasil ferhitungan berlaku untuk di pusat bumi, bukan bagi
pengamat di permukaan bumi.

Pada 12 tempat yang telah ditentukan hasil perhitungan dengan cara tersebut diatas seperti pada tabel berikut : Ketinssian hilal 2l'4.alet1994 120 135 T L\B 907 105 T T
+10 oJ,r -00.6 -10.0 -1 0.5 08 -20.3 0 -1",3 -1".4 -1 -10 -1o,8 -2",2 -2,6 -30 .0
B : bujur tempat;
L: lintang tempet Ketinggian mata diatas permukaan laut :0

hasil bagi seluruh tempat didunia dan oleh karena itu berbagai perhitungan Hasil sama' p"ihit rrrgun waktu ijtima seharusnya yurrg ut irut biasanya kalau ada perbedaandibawah 1 menit' Maret b"U""tupu sumber aimanak astronomi pada tanggal 12 1994 ijtima terjadi jam (14:05 + 00:01) WIB' Uniuk menunjukan apakah hilal rembulan pada tanggal,l2 itu sudah berada di atas ufuk atau belum, penulis menggunakan ilmu ukur bola dan data ephemeris astronomi 1994' ferhitungan 'eerhitrrrlatt dikoreksi oleh paralaks rembulan, refraksi cahaya, pengamat semi diameter rembulan, sementara ketinggian mata di dari permukaan laut dianggap nol' Ketinggian hilal dihitung. iZ t"-p"t yang terdapat didalam wilayah Nusantara' Rembulan padasaatmata=hariterbenamdibeberapatempatyangdipilihitu terada di sebelah utara matahari, dengan selisih azimut antara
4o ,6

osampai 5o.

Dari tabel diatas terlihat bahwa ketinggian hilal pada 12 Maret atatt 29 Ramadhan unii;li seluruh Indonesia masih negatif, sekalipun pada hari itu ijtima terjadi sebelum matahari
terbenam.

Ketinggian hilal di Indonesia


atau bola langit. Oleh karena itu jarak antara dua benda langit tata perubahan tempat sebuah benda langit adalah unsut-unsur koordinat horizon' 'Didalam ephemeris astronomi letak setiap benda tlg1t oleh dinyatakan daiam tata koordinat ekuator atau ekliptik. dihitung akan langit tur"nu itu jika ketinggian benda harus berdasarkan data-data yang ada pada ephemeris'

Untuk Mekah ketinggian hilal pada hari yang sama 3o,04 (Djoni Dawanas,1994) dan ijtima bertepatan dengan jam 10:05
waktu setempat.

Posisi benda langit dinyatakan dengan acuan tata koordinat

Bulan Lebih Dahulu terbenam


Seperti di tahun lalu ijtima pada allrir Ramadhan ini terjadi pada iiang har, yaitu pukul 14:05 WIB. Pada saat itu matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika. Banyak yang mengira bahwa ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, maka pada saat matahari terbenam hilal pasti wujud. Pendapat seperti itu

digunakanrumus.rumusilmuukurbola.Bilatidak,hasilnyapun 206

201

tT

tidak selalu benar, karena masih tergantung kepada posisi bulan, tempat pengamat (lintang tempat) dan tanggal kejadian. Dalam waktu antara tanggal 22 Desember dan 22 Juni

matahari bergeser tempatnya dari selatan ke utara. Bujur ekliptika matahari sebelah utara bagi seluruh tempat di Indonesia pada sore hari lebih rendah dari matahari sendiri. oleh karena itu ketinggian bulan pada waktu ijtima lebih rendah dari matahari, karena rembulan berada di sebelah utara matahari. Daftar ephemeris menunjukkan, sejak ijtima sampai waktu matahari terbenam perubahan sudut jam, matahari 15"0,2 tiap jam, sedangkan rembulan 14" 34,1 tiap jam. Perubahan sudut jam bulan lebih kecil daripada matahari dan kejadian berlangsung pada 12 Maret (antara 22 Desember dan 22 Junl), maka kesemuanya itu membuat rembulan terbenam lebih dahulu daripada matahari. Jika ijtima terjadi jauh lebih pagi memang akan teq'adi sebaliknya untuk keadaan di bumi ini. hanya dengan menggunakan rumus-rumus segitiga bola kita dapat menghitung ketinggian secara eksak. Jadi, secara singkat karena bulan terletak di sebelah utara matahari pada akhir Ramadhan ini dan waktu ijtima untuk keadaan sekarang terlalu dekat ke saat matahari terbenam, menyebabkan ketinggian hilal negatif. Penampakan Hilal
Batas penampakan atau visibilitas hilal termuda hanya dapat diperoleh melalui pengamata (empiris). Hal ini telah diteliti para ahli sejak beberapa abad silam dan menghasilkan kriteria penampakan hilal. Dalam astronomi tercatat adnya laporan pengamatan hilal termuda, yaitu pada umur bulan 13 jam 56 menit setelah ijtima (Sky and Telescope tahun 1972). Hasil pangamatan yang dapat direkam dengan film pada umunurya didapat untuk bulan berumur lebih 21 jam. Akan tetapi sekalipun panampakan hilal ditentukan oleh umurnya, para peneliti melihat penampakan itu sangat erat hubungannya dengan selisih azimut antara bulan dan matahari atau jarak sudut bulan-matahari. Dalam penelitian itu data-data diperoleh dari pengamat dengan mata telanjang dan yang

menggunakan binokuler. Data yang dikumpulkan masing_ masing oleh Fortherningham, Maunder dan dalam Indian Ephemeris (Ilyas, 1984) secara umum menunjukkan bahwa ketinggian paling kecil penampakan hilal adalah 6. , terjadi kalau selisih azimut matahari dan bulan 23" . Harga ketinggian itu makin besar untuk selisih azimut makin kecil, dan men;adi sekitar l0o ,4 sampai 12" pada selisih azimut 0. (bulan persis tegak diatas matahari). Sedangkan secara teoritis baik menurut Maunder dan Bruin maupun menurut Ilyas ketinggian hilal yang mungkin terlihat mendekati harga minimum 4o , yaitu jarak sudut matahari-bulan lebih dari 50. Mereka mendapatkan sudut itu minimum 10o ,5. Jika didasarkan kepada kriteria yang dijelaskan diatas, keadaan hilal pada tanggal 12 Maret 1994 jelas tidak mungkin dapat diamati (terlihat), karena tidak mencapai batas minimum kriteria manapun.

... -,/-rt/\

\fr
-/{

,".r_r)

208

209
tll

Persamaan dan Perbedaan Hasil Hisab


Berdasarkan rekapitulasi data hisab awal bulan Syawal
Fodhennohem

:>_ \
lndaan

r =
.9

H yang dihimpun oleh Direktorat Pembinaan Badan peradilan Agama Islam Departemen Agama, dari 16 sumber yang dihimpun terdapat 4 penghisab yang menghasilkan waktu ijtima pada 12 Maret 1994 sangat jauh berbeda dari 14:05 WIB, dengan selisih lebih dari 15 menit. Diantaranya ada yang berbeda lebih dari 1 jam. Perbedaan itu sangat besar kemungkinan dari data epoh yang tidak akurat karena belum terkoreksi oleh presesi bumi. Kecuali itu masih juga ada
perbedaan
si

l4l4

stem perhitungannya.

Hasil perhitungan waktu ijtima yang bersumber

pada

I .q

Jarak sadul Maleheti . Bulan

Almanak Nahdhatuk Ulama, Sullamunnayyirain, Fathurrau Fil Manan, Qowaidul Falakiyah dan Nurul Anwar berbeda cukup mencolok dengan data kami maupun I I sumber lainnya yang terus dikembangkan dalam astronomi modern. perbedaan itu berarti perbedaan pula dengan data yang terdapat pada berbagai ephemeris yang beredar dan diakui ketelitiannya didunia. Dengan demikian jelas dirasa perlu untuk mengevaluasi sumber dan sistem yang berbeda jauh itu agar ditemukan cara untuk mengoreksinya, bila mungkin. Hasil perhitungan ketinggian hilal pada 12 Maret 1994 dat'. hampir seluruh sumber yang lima itu menunjukkan angka positif, malah ada yang mencapai 2o 29", sementara sumber yang lain semuanya negatif untuk hampir di seluruh Indonesia. Tampaknya diwaktu mendatang harus ada kegiatan yang menggalang semua pihak (ahli falak Indonesia) untuk mempelajari sistem paling maju yang berkembang sekarang, agar kita tidak terlalu ketinggalan. Masalahnya ketepatan itu mutlak penting agar hasilnya betul-betul mempunyai arti dan bermanfaat. Generasi yang akan datang akan menyalahkan kita bila kita membiarkan perbedaan itu tanpa ada upaya untuk memperbaikinya. Jika tidakpun, mengingat hal itu jelas merupakan kebutuhan, sementara dunia komunikasi dan sarana pertukaran ilmu akan berkembang makin cepat, maka akan muncul kelompok-kelompok cendikiawan muslim seperti telah

2t0

2tl

dimulai sekarang. penggalangan dan pemanfaatan


Rukyat Hilal

potensi seperti itu seharusnya sudah dirasakan perlunya sejak sekarang.

Dengan pendapat tidak ada yang dianggap lebih penting atau sebaliknya antara hisab dan rukyat, penulis mencoba membuat makalah ini dengan acuan hasil hisab, karena hal itu sudah bisa dibuat jauh sebelumnya, sedangkan rulcyat baru dilaksanakan dengan menanti waktunya datang. walaupun demikian penulis

Isue yang menyatakan bahwa Indonesia ada kelompok yang

mengacu pula pada pengalaman atau data empiris yang


berkaitan dengan rukyat, yakni tentang visibilitas hilal. Hanya dengan mengacu kepada data-data yang sudah ada itulah kita

melulu berpegang pada hisab dan menganggap tidak perlu diadakan rulcyat atau juga yang sebaliknya diwaktu mendatang

tidak akan populer. Sebaliknya dengan bertambahnya


pengetahuan masyarakat tentang kedua hal itu, orang akan mengatakan hisab dan rukyat merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Artinya dua-duanya sama-sama dipraktekkan atau diamalkan dan dunia iptek dengan sendirinya akan memasuki
keduanya. Tanda-tanda bahwa masyarakat ilmuwan tidak puas terhadap cara dan hasil rukyat, karena meragukan, sudah ada dan cukup beralasan.Hal ini harus dijadikan tolok ukur untuk menyadari bahwa masyarakat makin berfikir logis dan majrt. Cara-cara yang dilakukan selama ini sudah dianggap tidak cocok lagi atau

dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi, kecuali yang ditentukan oleh seleksi alam. Kepustakaan
penampakan Hilal untuk Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1414H; makalah pada Koordinasi Pelaksanaan Hisab Rukyat, Tugu 3l Januari-l Pebruari 1994. Ilyas Mohamad, A Moder Guide to Astronomical Calculations of Islamic Calender, Times and Qibla, Berita Publishing Sdn,Bhd, 1984. Joseph Ashbrook, Sky and Telescope,February 1972. Sky and Telescope, June 1973. Almanak Nautika tahun 1994, dikeluarkan oleh TNI-AL, Dinas . Hidro-Oseanografi. Meeus, Jean, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Willmann-

Djoni Dawanas, Kemungkinan

tidak tepat dengan perkembangan iptek sekarang. alternatifaltematif pemecahan masalah yang terkait pada pelaksanaan rukyat, seperti halnya juga pada hisab yang dikemukakan
sebelum ini, tidak perlu dibatasi atau disepelekan. Rukyat hilal yang dilaksanakan pada tanggal 12Maret 1994,

Bell Inc., 1983.

bila dilihat dari sudut teori kemungkinan (ilmu manusia) ada kemungkinan tidak sempurna atau gagal karena cuaca buruk. Tetapi jika kita berasumsi cuaca akan seratus persen jernih, kemungkinan tampak atau tidaknya berdasarkan data hisab (ilmu manusia) seperti telah dihimpun itu, secara objektif lebih
besar kemungkinannya tidak tampak karena belum wujud. Jadi,

kemungkinan tidak berhasil itu cukup besar. Jika hilal tidak terlihat pada 12 Maret, hilal perlu dirukyat pula pada 13 Maret, jika" kita hendak mengecek ketelitian hasil hisab, walaupun sudah tidak diperlukan lagi bagi penetapan 1 Syawal l4l4H.

Penutup

212

213

PENDNTUAN AWAL RAMADHAN DAN SYAW AL I4I4 H

KEMUNGKINAN PENAMPAKAI\ HILAL UNTUK


Djoni N. Dawanas H
Pendahuluan

Hilal adalah bulan sabit yang pertama kali dapat dilihat dengan mata bugil setelah terjadi konjungsi (ijtima')' Untlk mengamati hilal syarat utamanya adalah Bulan harus berada
diatas ufuk pada saat Matahari terbenam. Kalau syarat pertama

maka akan sia-sia saja mengamati hilal' Karena itu supaya pengamatannya efektif dan efisien, diperlukan pengetahuan mengenai posisi hilal pada waktu akan diadakan pingamatan. Akan tetapi walaupun menurut hila! hilal sudah berada diatas ufuk, namun belum tentu juga hilal tersebut dapat diamati. Banyak faktor yang mempengaruhi penampakan hilal, selain keadaan cuaca saat pengamatan faktor iain adalah, kemampuan mata manusia, kecerlangan langit senja, paralal<s horison, refralrsi angkasa, kedalaman horison QIfl,- iarak sudut antara Bulan-Matahari dan ketinggian Eulan diatas ufuk. Kemampuan mata manusia dalam melihat suatu objek akan berbeda dari satu orang dengan yang lainnya,letapi untuk mata yang normal perbedaan ini sangat kecil sekali' Untuk memperkecil pengaruh faktor kemampuan mata manusia pada waktu melihat hilal, pengamatannya harus dilakukan oleh

ini tidak dipenuhi,

pengamat yang ada dipermukaan Bumi menyebabkan terjadinya paralaks horison. Dalam pengamatan benda-benda langit yang jauh seperti bintang-bintang, perbedaan acuan antara pusat Bumi dan permukaan Bumi ini tidak berpengaruh, tetapi untuk pengamatan benda-benda langit yang dekat seperti Matahari dan Bulan, efek paralaks horison ini sangat berpengaruh sekali. Sebagai contoh koreksi paralaks horison untuk Matahari sekitar 9", tetapi untuk Bulan bisa mencapai 1o. Dalam perjalannya ke permukaan Bumi, cahaya bendabenda langit akan melewati angkasa Bumi. Angkasa Bumi ini bersifat membiaskan atau merefraksikan cahaya, dan akibatnya, pengamat di Bumi akan melihat benda-benda langit lebih tinggi dari seharusnya. Efek refraksi angkasa Bumi akan semakin besar di dekat horison yaitu sekitar 34".

beberapa orang.

Kecerlangan langit senja akan mempengaruhi pengamatan hilal, kondisi langit yang redup akan memberikan kesempatan kepada mata manusia untuk dapat melihat hilal dengan baik'' Kondisi langit yang redup itu terjadi pada saat Matahari terbenam, karena itu untuk dapat melihat hilal dengan baik

Dalam pengamatan hilal, ketinggian pengamat dari permukaan laut akan mempengaruhi pengamatan. Pengamat yang berada pada lokasi yang lebih tinggi, akan mempunyai horison (ufuk) pengamat yang lebih dalam daripada pengamat yang berlokasi ditempat yang lebih rendah. Akibatnya, pengamat ditempat yang lebih tinggi akan mempunyai kesempatan yang lebih lama untuk mengamati benda-benda langit yang berada disekitar horison. Besar jarak sudut antara Bulan dan Matahari serta ketinggian hilal di atas ufuk (atau beda azimut antara Bulan dan Matahari serta ketinggian hilal diatas ufuk) pada saat Matahari terbenam (lihat gambar l), sudah lama diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi pengamatan hilal. Karena itu untuk keberhasilan dalam pengamatan hilal diharapkan para pengamat hilal nlengetahui terlebih dahulu besarjarak sudut antara Bulan dan Matahari serat tinggi hilal diatas ufuk pada saat Matahari
terbenam.

diperLukan pengetahuan cara penentuan waktu Matahri terbenam. Pen garuhkecerlangan langit senj a dalam pen gamatan hilal ini akan dapat diperkecil apabila beda sudut antara Bulan
dan Matahari cukuP besar.

yang menggunakan pusat Bumi sebagai acuannya dan posisi

Perbedaan acuan dalam penentuan posisi benda-benda langit

2t4

215

yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, orang-orang Babilonia Kuno menyimpulkan bahwa biasanya hilal mulai dapat dilihat setelah umur Bulan lebih dari 24 jam setelah konjungsi. Dengan pengandaian bahwa Bulan dan Matahari
terpisah dalam bujur langit dengan kecepatan setengah derajat per jam,maka kriteria orang Babilonia untuk menentukan awal bulan adalah sebagai berikut: Awal bulan dimulai jika beda as s ensiorekta antara Bul an dan Matahari s ekurang-kurangny a 12'. Menurut Ilyas (1984), kriteria ini masih dipakai oleh para ahli hisab sampai abad XV. Forteringham (1910) menurunkan kriteria penampakan hilal berdasarkan hasil pengamatan beberapa orang di Yunani. Kriteria Forteringham ini kemudian diperbaiki oleh Maunder

(19i
Gambar I

1) yang selanjutnya dikembangkan lagi dalam Indian

Bola langit yang memperlihatkan saat Matahari terbenam, 0 adalah Bumi, B adalah Bulan dan M adalah Matahari. Azimut Matahari dinyatakan panjang busur dari titik utara sampai titik X, sedangkan azimut Bulan dinyatakan oleh
panjang busur dari titik utara sampai titik Y. Beda azimut Bulan dan Matahari, dinyatakan oleh busur XY, tinggi Bulan dari ufuk (horison) dinyatakan oleh busur BY, sedangkan jarak sudut antara Bulan dan Matahari, dinyatakan oleh busur BM.

Ephemeris (1979). Ketiga kriteria ini diperlihatkan dalam tabel l.Dari tabel ini dapat dibaca bahwa hilal akan tampak apabila tinggi Bulan dari ufuk dan beda azimut antara Bulan dan Matahari (dAz) lebih besar daripada nilai-nilai yang ada dalam tabel tersebut.

Selisih Azimuth 0"


50

Kriteria Penampakan Hilal


Diatas telah disinggung bahwa jaraj sudut antara Bulan dan Matahari (atau beda azimut antara Bulan dan Matahari) serta tinggi hilal saat Matahari terbenam merupakan faktor yang mqnentukan keberhasilan pengamatan hilal. Dari kedua faktor ini para peneliti berusaha menentukan kriteria, yaitu pada jarak sudut dan ketinggian berapakah hilal dapat diamati dengan mata bugil. Penentuan kriteria ini sudah sejak lama dilakukan sejak zaman Babilonia Kuno. Berdasarkan data pengamatan hilal

100 150

Tinooi Bulan dari ufuk Maunder Forherinqham 11" 12 100,5 1 1",9 11".4 9o,5
1

lndian Eph
100,4
100

9',3
80,0 60,2

1',0

8',0
60

230

7,70

Danjon (7932, 1936) mengadakan penelitian terhadap hasil pengamatan bulan sabit muda, yang telah dilakukan bertahuntahun. Dari hasil penelitiannya ini Danjon memberikan kriteria penampakan hilal berdasarkan jarak sudut Bulan dan Matahari yaitu, hilal akan tampak apablla jarak sudut Bulan dan Matahari lebih besar dari 7" (lihat juga Purwanto, 1992). Hasil penelitian Danjon ini selanjutnya diperbaiki oleh Ilyas (1988) yang mengatak4n bahwa hilal akan dapat dilihat apabila jarak sudut antara Bulan dan Matahari lebih besar dari 10,5o.

2t6

217

Konferensi Kalender Isram di Istambur pada tahun r97g seperti yang dikutip oleh Dizer (19g3) menetapkan kriteria sebagai berikut : Awar bulan dimutrai jika jarak'busur an,ara -a' Bulan dan Matahari tebih besar dari ai, finggi buran dari ufuk pada saat Matahari terbenam lebih besar airf 5". sampai saat ini di Indonesia belum ada kriteria khusus mengenai penampakan hilal ini. Walaupun demikian, berdasarkan data yang ada, Departemen Agima RI (Depag) ta-mpaknya menggunakan kriteria tinggi hilal minimal Z; Aiata's ufuk mar'I sebagai patokan awal bulan. Akan tetapi kriteria ini juga tampaknya tidak selalu diikuti, karena meskipun tinggi hilal kurang dari2o,tetapi ada laporan keberhasilan *t yut yo:rig sah, maka laporan tersebuit akan dijadikan patokan untui penetapan awal bulan seperti yang terjadi pada penentuan tanggal I Ramadhan 1390 H (1970 M). pada-wakfu itu yaitu tanggal 30 Oktober lgT0,Depagmenerima laporan bahwa hilal dapat dilihat, sehingga Depag menetapkan I Ramadhan 1390 H jatuh pada tanggal 3l oktober tgzo. Namun berdasarkan perhitungan kami, pada tanggal 30 Oktober 1970 itu, ketinggian hilal diatas ufuk pada waktu Matahari terbenam adalah, 0""it; 34" (0",23) dan jarak sudut antara Buran dan Matahari adalah 5o 07' 39*, jadi posisi Bulan diatas ufuk masih dibawah 2". Apabila kita bandingkan dengan kriteria-kriteria yang lain, tampaknya kriteria yang dipakai oleh Depag sangat meragukan karena j auh dibawah kriteria-kriteria lainnya.

juga posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam


untuk kota Mekkah.

Dari tabel I dapat dilihat bahwa untuk awal Ramadhan l4l4 H, ijtima' teqadi pada tanggal 10 Februari 1994 jam2l:30 WIB atau 22:30 WITA atau 23:30 WIT, jadi pada sore tanggal l0 Februari 1994 di seluruh wilayah Indonesia, hilal tidak mungkin diamati. Dengan demikian karena tanggal 10 Februari lgg4 berkesesuaian dengan tanggal2g Sya'ban 1414, maka bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari (istihnal), jadi I Ramadhan l4l4H akan jatuh pada 12 Februari 1994. Apabila kita bandingkan ketinggian Bulan dan beda azimut Bulan-Matahari pada tanggal I I Februari 1994 dengan kriteria Fortheringhem, Maunder dan Indian Ephemeris, maka untuk seluruh wilayah Indonesia, pada tanggal I I Februari 1994, hilal tidak memenuhi syarat untuk dilihat. Sedangkan apabila kita bandingkan dengan kriteria Istambul dan Danjon, maka pada tanggal 11 Februari 1994 hilal memenuhi syarat untuk dilihat. Karena itu untuk menguji perhitungan dan juga sebagai bahan menentukan kriteria yang cocok untuk Indonesia, ada baiknya pada tanggal 11 Februari 1994 dilakukan rukyat. Sebagai acuan untuk mengamati hilal ini, pada gambar 2 diperlihatkan posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam untuk Jakarta
dan sekitamya.

Hilal untuk I Ramadhan dan I Syawal

l4l4}d

Seperti telah dibicarakan diatas untuk dapat melihat hilal dengan baik dan supaya pengamatan tidak sia-sia diperlukan posisi Bulan pada saat Matahari terbenam. Daia posisi {ata Bulan ini hanya dapat diperoleh dengan perhitungan (hisab). Karenl itu untuk pengamatan hilal guna penentuan tanggal I Ramadhan dan I Syawal l4l4 H, telah dihitung posisilplosisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam serta waktu terjadinya ijtima' (konjungsi) dengan menggunakan komputer untuk beberapa kota di Indonesia. Hasirnya diperlihatkan pada tabel 2, dan sebagai pembanding, daram taber tersebut dibeiikan

Untuk kota Mekkah ijtima' awal Ramadhan l4l4 H terjadi l0 Februari 1994 jam 17.30 waktu setempat. pada saat Matahari terbenam, ketinggian Bulan adalah 4,17 berarti pada waktu itu Bulan masih berada dibawah ufuk, jadi tidak mungkin dilakukan rukyat. Sedangkan untuk tanggal I I Februari 1994, beda azimut dan jarak sudut Bulan-Matahari dan ketinggian Bulan diatas ufuk pada saat Matahari terbenam, memenuhi semua kriteria diatas. Jadi pada tanggal l l Februari 1994, hilal sangat mungkin unhrk dapat dilihat. Dengan demikian, I Ramadhan l4l4 untuk Saudi Arabia, seharusnya jatuh pada tanggal 12 Februari 1994. Ijtima' awal Syawal untuk seluruh wilayah Indonesia terjadi pada tanggal 12 Maret 1994 jam 14.05 WIB atau 15.05 WITA atau 16.05 WIT. Pada saat Matahri terbenam, ketinggian Bulan masih dibawah ufuk kecuali untuk Banda Aceh yaitu sekitar
pada tanggal

2t9
218

0o,01. Akan tetapi walaupun di Banda Aceh Bulan sudah diatas

ufuk, namun .""utu keseluruhan kombinasi ketinggian Bulan, dengan beda azimut atau jarak sudut tidak memenuhi kriterialaiteria penampakan hilal di atas, jadi pada tanggal 12 Maret 1994, hilal tidak mungkin diamati. Karena pada tanggal 12 Maret 1994 berkesesuaian dengan tanggal 29 Ramadhan 1994, maka otomatis bulan Ramadhan digenapkan 30 hari, jadi 1 Syawal l4l4 a?'anjatuh pada tanggal 14 Maret 1994' Sebagai gambaran, pada gambar 3 diperlihatkan posisi Bulan - dan il4atahari pa-da saat Matahari terbenam tanggal 12 Maret 1994
untuk Jakarta.

Kesimpulan

penampaka-n

pembicaraan diatas mengenai kemungklnrn hilal untuk menentukan awal Ramadhan drn Syawal l4l4IF. dapat ditarik kesimpulan berikut : 1. Untuk seluruh wilayah Indonesia pada tanggal l0 Februari lg94 saat Matahri terbenam, hilal tidak mungkin untuk bisa dilihat, karena ijtima' baru terjadi

Dari

pada jam 21.30

2. 3.

Apabila kita bandingkan ketinggian Bulan, beda azimut dan jaraksudut Bulan untuk tanggal 13 Maret 1994 dengan laiteria iortheringham, Muder dan Indian Ephemeris, maka yang *"-"nthi syarat untuk penampakan hilal hanyalah untuk Banda Aceh saja. Sedangkan apabila kita bandingkan dengan kriteria Istambul, Danjon dan Ilyas, seluruh kota di Indonesia memungkinkan untuk melihat hilal. Karena itu untuk pengujian hasil perhitungan dan penetapan kriteria mana yang berlaku di Indonesia, ada baiknya pada tanggal 13 Maret 1994 dilakukan juga rukyat. Sebagai acuan untuk mengamati hilal ini, pada gu*t* 4 diperliha-tkan posisi Bulan dan Matahari saat matahari
terbenam.

WIB' Untuk Melftah, tanggal 10 Februari 1994 juga hilal tidak mungkin dapat diamati, karena masih berada
dibawah ufuk. Untuk seluruh wilayah Indonesia, kecuali Banda Aceh, pada tanggal 12 Maret 1994 saat Matahari terbenam, kedudukan Bulan masih berada dibawah ufuk, jadi hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sedangkan untuk Banda Aceh, meskipun pada saat Matahari terbenam Bulan sudah diatas ufuk, namun masih jauh dibawah kriteriakriteria penampakan hilal, jadi juga tidak mungkin hilal dapat dilihat. Untuk Mekkah, tanggal 12 Maret 1994 saat Matahari terbenam, Bulan sudah berada diatas ufuk. Tetapi karena ketinggian Bulan pada waktu itu masih jauh dibawah kriteria-kriteria penampakan hilal yang ada, maka hilal juga tidak mungkin untuk dilihat. Saran

4.

Untuk Me*&ah, ijtima awal Syawal l4I4 H terjadi pada tanggal 12 Maret 1994 jam 10.05 waktu setempat' Pada waktu Matahari terbenam, ketinggian hilal sudah mencapai 3o,04 diatas ufuk. waktupun Bulan masih berada diatas ufuk pada

saat Matahari terbenam, namun kombinasi ketinggian Bulan dengan beda azimut atau jarak sudut tidak memenuhi semua kitJria penampakan hilal diatas, jadi hilal tidak mungkin dapat diamati, kecuati iita menggunakan }riteria yang ada di Indonesia (?). Untuk tanggal 13 Maret 1994, koordinasi ketinggian Bulan dengan beda azimut atau dengan jarak sudut
memenuhi semua laiteria penampakan hilal'

l.

Meskipun pada tanggal 11 Februari 1994 dan tanggal 13 Maret 1994 pengamatan hilal tidak diperlukan lagi, namun ada baiknya pengamatan terus dilakukan untuk menguji ketelitian perhitungan dan juga sebagai bahan penentuan kriteriapenampakan hilal di Indonesia. Selain itu, pengamatan hilal pada tanggal 11 Februati L994 sangat menarik, karena ketinggian Bulan dan beda azimutnya atau jatak sudutnya tidak memenuhi kriteria Fortheringham, Mauder dan lndian Ephemeris, tetapi memenuhi kriteria Istambul dan Danjon.

220

221

2. Ada baiknya setiap

laporan penampakan hilal . ke gambarl sketsa dari hilal dengan disertai Depag, harus relatif terhadap posisinya yang dilihatnya serta untuk diperlukan ini Hal ivlatahari dan titik Barat. hilal benar-benar itu memeriksa apakan yang dilihatnya
atau bukan.

ASPEK T'ISIS DALAM PELAKSANAAN RUKYAT DIDAERAH JAKARTA DAI\ SEKITARNYA PADA AWAL BULAN SYAWAL I4I4H Hendar Gunawan, Tajan, Edy Sukanto

Abstrak
Aspek fisis dalam pelaksanaan rukyat meliputi kondisi fisika alam yang menyangkut keadaan atmosfer dan lingkunganya. Penampakan hilal oleh mata tergantung dari intensitas cahaya bulan atau ketinggian bulan >5 derajat Kedudukan hilal dengan ketinggian 0 derajat pada saat matahari terbenam untuk akhir Ramadhan, awal Syawal l4l4H atau tanggal 12 Maret 1994 M diwilayah Indonesia dan sekitarnya dinyatakan oleh garis batas tanggal '(ketinggian nol), yang melalui daerah Aceh Selatan. Diwilayah Indonesia tanggal 12 Maret 1994 M umurmya hilal masih dibawah ufuk sehingga dimungkinkan hilal pada tanggal 13 Maret 1994 M sudah diatas ufuk. Khususnya di Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 12Maret 1994 M secara hisab masih dibawah ufuk (-l derajat 14 menit) sedangkan pada tanggal 13 Maret 1994 M menunjukkan ketinggian hilal 8 derajat 2,7 menit.

3.

Untuk ketenangan beribadah dan juga demi kerukunan antar sesama umat Islam di Indonesia, ada baiknya apabila Departemen Agama menetapkan harus adanya klsesuaian antara hisab dan rukyat. Artinya perlu mempertegas bahwa hissb dan rukyat keduanya harus menghasilkan hilal yang sama. Dengan kata lain, hasil p"riit rgo, harus dapat dibuktikan dengan rulqtat dan juga dimungkinkan dari -hisil rutEat yang dilalukan harus Sehingga kriterianya' beserta hisab perhitungan hilal melihat yang mengaku jika iuatu waktu ada yang kriteria dan padahal menurut perhitungan hisab sudah ditetapkan hilal tersebut tidak mungkin dapat dilihat, maka pengakuan tersebut harus ditolak' (LYallaahu a'lam)

Kondisi fisis dari atmosfer yang ditunjukkan oleh faktor

cuaca

menunjukkan bahwa pada bulan Maret 1994 M untuk Jakarta dan sekitarnya pada pagi hari umumnya cerah, sedangkan pada sore hari terdapat peluang cuaca berawan/hujan. Jakarta Selatan pada sore hari umumnya berawan dan hujan, sedangkan Jakarta Utara cerah/berawan. Aspek lingkungan seperti polusi udara untuk Jakarta dan sekitamya yang

disebabkan oleh asap menunjukkan bahwa didaerah Tangerang dan


Pulogadung terjadi pencemaran asapoleh pabrik. Konsentrasi polutan didaerah

DAFTAR PUSTAKA
Anonlm, 1979, Indiana Astronomical Ephemeris, India Dept'of Met, New
Delhi.

Jakarta rata-rata diatas ambang 260 ppm terdapat didaerah Bandengan, Glodok dan Ancol. Adanya polutan tersebut akan mengganggu visibility
dalam pelaksanaan rukyat didaerah Jakarta dan sekitamya.

Anonim, 1981, Almanak Hisab


Peradilan Agama Islam, Jakarta

dan

Rukyat, Proyek Pembinaan Badan


ProYek

Pendahuluan

Anonim, 1983, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah,


Pembinaan Badan Peradilan Agama, Jakarta Danjon, A, 1932, L'Astronomie 46,57 Danjon, e, f S:0, Bulletin de la Societe Astronomique de France, 50,57

Dizir, M,'1gg3, A calculation Method for Visibility curve of the Moon,


Fotheringham, JK,19i0, on The Smallest Visible Phase Mon.Not.RoY Asffon. Soc,'/0, 527

dan lingkungan yang dapat mempengaruhi pengamatan hilal. Berbagai syarat kebolehnampakan hilal telah
atmosfer
ketetapan kenampakan hilal dalam melaksanakan rukyat. Umumnya ketetapan kebolehnampakan hilal didasarkan pada tinggi bulan, beda azimut dan umur bula. Akan tetapi faktor penentu seperti kondisi atmosfer disekitar tempat pengamatan perlu diperhatikan. Keberhasilan pengamatan

Aspek fisika dalam pelalsanaan rukyat meliputi keadaan

banyak diteliti antara lain resolusi Istambul tahun 1978,

Kandili ObservatorY.

of the

Moon'

Ilyas, M., 1984, islamic Calendar,Times & Qibla, Berita, Kuala Lumpur

iiyur, fr4., tggg, Llmiting Altitude Separation in the New Moon's

First 206'133 Astrophys, Visibility Criterion, Astron. Mauder, EW,1911, JBAA' 2l'355 purwanio,19b2, Visibilitas Hilal sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam' Skipsi Sarjana Astronomi, Jurusan Astronomi, ITB'

benda langit umurmya sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer kfiususnya kondisui cuaca yang dipengaruhi oleh

)))

223

unsur-u;6ur tekanan udara, suhu udara, kelembaban udara, polusi ud"ru, arah dan kecepatan angin yang menyebabkan terjadifr'ye- fenomena cuaca seperti hujan, kabut dan lainlain' Fenomena tersebut akan mempengaruhi jarak pandang secara mendatar atau terhalangnya benda langit yang dilihat oleh
seseorang.

cotg Az = -sin p cotg t + coap tg d cocec t

dengan

Az:

p : lintang tempat pengamatan d : deklinasi bulan t = sudut jambulan

azimut bulan

Aspek lingkungan seperti polusi udara khususnya untuk


daerah Jakarta dan sekitarnyayang disebabkan oleh pencemaran

asap pabrik atau kendaraan bermotor menyebabkan terjadinya sinar yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan observasi hilal. Jadi keberhasilan pelaksanaan

pembiasan

rulcyat sangat dipengaruhi oleh fallor posisi benda langit fteiinggian hilal, beda azimut, umur bulan) dan keadaan fisis alam sekitarnya. Dalam tulisan ini dibahas penelitian tentang kebolehnampakkan hilal ditinjau dari perhitungan tinggi bulan' beda azimut dan faktor lingkungan didaerah Jakarta dan
sekitarnya.

Kedudukan bulan dengan ketinggian 0 pada saat matahari terbenam pada tempat-tempat didunia khususnya wilayah Indonesia ditentukan berdasarkan data Nautical almanac. Kedudukan tersebut dinyatakan oleh garis batas tanggal akfiir Ramadhan dan awal Syawal 1414 H atau tanggal 12Maret1994 yang melalui daerah Aceh Selatan. Di wilayah Indonesia umurnnya sebagian besar hilal masih dibawah ufuk pada saat matahari terbenam, kecuali Aceh Utara dengan ketinggian hilal lebih kurang +5 manit. Garis batas tanggal dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan posisi bulan pada tanggal 12 Maret 7994 dapat dilihatpada gambar 2.
Tgl Waktu
terbenam

Perhitungan posisi hilal pada akhir bulan Ramadhan dan awal bulan SYawal l4l4II
Perhitungan posisi hilal pada akhir bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal l4l4 H didasarkan pada rumusan segitiga bola yang secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Sin h: Sin p Sin d + Cos p Cos d Cos t Dengan

Waktu
terbenam bulan (WIB)
18.02

Deklinasi

Azimut mthr
bulan

Posisi bulan

mthr

bulan

Tinggi
bulan

saat mthr

mthr (WIB'

terbenam bulan utara

t2

18.07
18.07

318,7 2 55.t

0 27,7

266 42,3

269 32,4 274 15.0

13.9

mthr
bulan utara

l3

t8.42

4 t2.9 267 05.8

8 02.7

mthr

h = tinggi bulan

Kondisi cuaca
Sering dialami bahwa pada suatu saat sangat sulit melihat benda langit yang jauh pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh adanya partikel kecil yang berada diudara. Partikel-partikel ini meliputi hidrometeor (fog, mist, hujan dan lain-lain) atau litometeor (debu, asap dan sebagainya). Suatu benda langit kurang dapat dilihat dengan baik karena sinar yang terpencar atau dipantulkan oleh benda itu diserap oleh partikel-partikel tersebut yang berada diudara. Tetapi yang paling dominan mengurangi penglihatan adalah proses

p : lintang tempat Pengamat d = deklinasi bulan t = sudutjambulan


kordlasi paralaks, refraksi, semidiameter dihitung dengan mengambil data dari Almanak Nautika dan Astronomical Almanac. Koreksi ketinggian ufuk ditentukan dengan menghitung ketinggian pada mean sea level' Azimut bulan
dihitung berdasarkan Pada rumus:

224

225

pemencaran (scattering). Dalam keadaan berkabut (hazy) ata:u berdebu (dusty) maka sebagian besar sinar dipencarkan oleh partikel-partikel tersebut sebelum mencapai mata pengamat' Faktor-faktor dominan cuaca yang mempengaruhi

penglihatan adalah awan dan hujan, kabut dan mist, polusi


udara.

Pengaruh awan dan hujan

normal untuk bulan Maret berdasarkan ketentuan WMO sebesar 232 mm. Dari data pengamatanh ternyata daerah-daerah dengan curah hujan normal meliputi stasiun 1,2,3,8,12,13. Curah hujan dan 14. dibawah normal meliputi stasiun 4,5,6,7 ,9 ,10, Sedangkan curah hujan diatas normal terjadi di stasiun 13. Jumlah hari hujan didaerah Jakarta dan sekitamya selama 10 tahun terakhir ditunjul&an oleh histogram gambar 4. Jumlah hari hujan rutz-rata bulan Maret selama l0 tahun, yang terbesar distasiun Ciledug dengan jumlah hari 18,8

ll

Awan menyebabkan beberapa peristiwa optis. Fenomena ini disebabkan oleh refraksi, reflesi dan difraksi sinar oleh komponen awan. Peristiwa optis tersebut antara lain halo, parheia, crepcuscular dan glory Hujan (tetes-tetes air, partikel-partikel es) menyebabkan berkurangnya visibility. Penglihatan dalam kondisi hujan terganggu dari ukuran butir tersebut dalam suatu volume udara. Hujan ringan hanya berpengaruh kecil terhadap visibility 3-10 km, sedangkan hujan lebat mengurangi visibility menjadi 50500 meter. Jumlah curah hujan yang diamati selama i0 tahun (1984s/d 1993) untuk 14 loikasi didaerah Jakarta dan sekitarnya arfiara lain Bendungan hilir, Pakubuwono, Ciledug, Cengkareng, Jelambar dan lainJain dihitung untuk jumlah h huian rata-ratabulan Januari, Februari dan Maret
No.Stasiun
Nama stasiun

sedangkan hari hujan minimal terjadi distasiun Jelambar, denngan jumlah hari hujan 9,4 intensitas curah hujan dapat dilihat pada histogram gambar 5. Kabut (FOG) dan nist Kabut biasanya terdiri dari tetes- tetes air dan pada keadaan tertentu dapat disertai adanya kristal-laistal es. Pembentukan kabut terjadi bilamana ada udara basah diatas permukaan yang lebih dinginh. Kabut merupakan penghalang visibility yang sangat efektil karena pengaruhnya terhadap semua sinar berwarna sama. Mist mempunyai proses fisis yang sama dengan kabut. Perbedaan terletak pada jarak penglihatan. Jika visibility kurang dari I lon, fenomena tersebut disebut kabut.
Posisi udara

No.Stasiun
8

Nama stastun
Rawamangun

2 J

lendunsan Hilir )akubuwono iledus lenskareng


Ielambar

Ianiune Priuk

l0

]MG
laiawali Selatan
ioete

4
5

il
T2 13

6 ,|

fangerang
Bekasi

:{alim PK
Depok

14

Hasil perhitungan dinyatakan oleh grafik jumlah curah hujan rata-rataielama 10 tahun dari tahun 1984s/d 1993 yang terlihat
pada gambar 3.

Kecenderungan jumlah curah hujan dari bulan Januari ke Maret di beberapa tempat di Jakarta menurun' Curah hujan

Dibeberapa kota kemungkinan visibility berkurang karena adanya partikel-partikel minyak diudara yang bersumber dari kendaraan bermotor. Udara kabur sering terjadi asap indushi atau karena adanya daerah yang kebakaran. Partikel-partikel asap yang besar jatuh kepermukaan bumi, sedangkan partikelpartikel kecil yang sama dengan partikel mist atau kabut akan melayang diudara. Hampir sebagian besar bahan terbakar menghasilkan partikel-partikel karbon. Asap yang mengandung partikel karbon akan menimbulkan haze yang hitam. Campuran asap dan kabut disebut smog, yang sangat mengurangi visibility.

226

)1.1

Konsentrasipartikeldebudiudaraberdasarkanhasilanalisis 7 stasiun pengamat polusi udara Badan Meteorologi dan Geofisika, yaitu eUC, Ancol, Bandengan,Glodok' Yg:-f

Halimdan-Ciledugselama13tahun(tahun1980s/d1992) me""nj"kka" bahwa konsentrasi suspended particulate matter (SPMirata-ratd tahunan (p gram/cm3) terbesar adalah stasiun batas dtoAot sebesar 522,81t gram /cm3 yang temyata diatas gram/cm3) ambang yang ditetapkan (batas ambang 260p dan gram/cm3disusui daerah Bandengan sebesar 4591t atau PK konsentrasi polutan pallng rendah di daerah Halim
SPM ratasebesar 164,281t gram/cm3. Histogram konsentrasi pada dilihat dapat rata selama 13 iahun di Jakarta dan sekitarnya
gambar 6

Dari syarat kenampakan Istambul, ketetapan Malaysia dan pengalaman Indonesia hilal dapat dipastikan dapat terlihat di seluruh wilayah Indonesia jika cuaca baik dan lingkungan (polusi udara) tidak banyak tercemar. Di Jakarta khususnya pada tanggal 13 Maret 1994 M ketinggian hilal 8 02',7, bcda azimut 7 09' dengan umur bulan 28,5 jam. Hasil penelitian jumlah curah hujan rata-rata selama l0 tahun untuk bulan Maret didaerah Bendungan Hilir, Pakubuwono, Ciledug, Rawamangun, Cipete dan HalimPK dapat dikelompokkan daerah Jakarta bagian Selatan yang umunmya curah hujan

normal sedangkan daerah-daerah Cengkareng,

Analisis kualitatif

Jelambar, Tangerang, Tanjung Priuk dan sebagainya atau kelompok utara umurTmya curah hujan dibawah normal. lntensitas hujan ratarata yang kecil selama l0 tahun pada bulan Maret didaerah Tanjung Priuk, Cengkareng dan Ciledug, sehingga dapat menunjukkan kemungkinan cuaca baik/hujan tidak lebat.

hilal dari.resolusi Istambul tahun Ig78 menunjukkan bahwa ketinggian hilal yang dapat lengkung) diobservasi jitu t 5o dengan beda azimut fiarak bulan dan matahari diantara '7" sarnpai dengan 8'' -!ari
Syarat kebolehnampaktcan

Berdasarkan prakiraan cuaca pada tanggal 13 Maret 1994 M pada pagi hari umurmya Jakarta dan sekitamya cerah, sedangkan pada sore hari terdapat peluang cuaca berawan/hujan. Jakarta bagian selatan pada sore hari umumnya berawan dan hujan, sedangkan Jakarta utara cerah./berawan. Dari keadaan tersebut diatas, hilal dimungkinkan dapat terlihat
utara.

d;;d;

kebolehnampal&an ;emerintah Malaysia menunjukan umur bulan hilal jika t-i"ggi bulan 5,5", beda azimut 7,5o dengan pengalaman Pemerintah 8 j am. Ketetapan tersebul berdasarkan di Jakarta Infuonesia dari data hilal yang terlihat khususnya 2" atau lebih dapat sangat bervariasi bahkan dengan ketinggian 2 Desember tanggal priok ,.rfiftu, seperti di Ancol/TanJun'g Selatan Jakarta igOl, S Oktober 1975 dan 31 Agustus 1981, 3i Juli 1981 dan di Cakung tanggal 13 Oktober 1975' "**"f 29 Agustus 1984 dan tanggal 5 Oktober 1975' 0'gada s.a3t PJrhitungan kedfudukan hilal dengan ketinggian 1414 H Syawal matahari terbenam untuk alhir Ramadhan-awal dinyatakan atau tanggal 12 Maret 1994 M di wilayah Indonesia Pada tanggal 13 otetr garis Uatas, melalui daerah Aceh Selatan' di atas Marei 1gg4 M di seluruh wilayah Indonesia, hilal sudah maksimal 9" ufuk (minimal ketinggian 6o 48' di Merauke dan 53' di Banda Aceh).

jika diadakan rulcyat di daerah Jakarta bagian

6 untuk penelitian selama 13 tahun terlihat bahwa daerah Glodok dan Bandengan sudah di atas ambang, sehingga penglihatan melalui daerah ini akan terganggu.
Kesimpulan

Konsentrasi suspended perticulate matter (SPM) dari gambar

Dari analisis kuantatif dengan memperhatikan faktor-faktor ketinggian hilal, beda azimut, umur bulan, keadaan cuaca dan

faktor lingkungan (polusi udara) dapat disimpulkan

sebagai

berikut : Kebolehnampakan hilal dapat dirukyat pada tanggal 13 Maret 1994 M di seluruh wilayah Indonesia. Khususnya di Jakarta dengan ketinggian hilal 8 derajat 3 menit, beda azimut 7 derajat 9,3 menit, dan umur bulan 28,5 jam.

228

229

Pelaksanaan rulcyat dengan memperhatikan faktor polusi udara dan keadaan cuaca didaerah Jakarta dan sekitamya dapat

dilaksanakan didaerah Jakarta bagian utara, dengan menghindari arah penglihatan melalui daerah Glodok dan
Bandengan.

POSISI BULAN : 12 MARET 1994 (18.07 WIB)

Daftar pustaka
Badan Meteorologi dan Geofisika, Garis Batas awal bulan Qomariah

t4t4lr415H (1994M). Badan Meteorologi dan Geofisika, Almanak BMG 1994


Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama ,1981,Almanak Hisab dan
Rukyat.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama , 1992, Kumpulan makalahmakalah pada Pertemuan Ilmiah Terbatas tentang Aspek-aspek yang berhuibungan dalam Rukyatul hilal. Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, Almanak Nautika 1994 Nautical Almanac office uS Naval observatory, The Astonomical Almanacv
for the year I 994.

MATAHARI

BULAN

POSISI BULAN : 13 MARET 1994 (18.07

WB)

C**8127',

Gambar 1 Garis batas awal bulan Syawal

230

Aspck Ftsis

fubm Pebksnun

Rulyat di DaerahJalcaru dan SeHtarnya

658 gf;E EEI


$l (fJ3
Ft

500 450 400 350 300 250 200


150 100

a o\
o\
@

50
0

1234

5 6 7 8 9 1011121314

f-tr

c{
!-A

T-E t-

i
-? HE
EE

O
o
f\;

otu rzg .oJ


tO

8E a.g
E

E
E
c{

Fo

o
a

q"E'
(r,

567891011121314 LOKASI

233

o.)

z z o
z

O!

x
a

OP XP >Q a'

a
!

a o c

spu

ANCOL BANDENGANGLOOCK

MONAS {ALIM P

CILEDUK

Lokasi
Gambar 6.
13 tahun Hiuogram konsentrasi SPM rata-rata selarna

(1980'

1993)

Ali, A.Yusuf. The Holy eur'an Text, Translation and


:Amana Corp

tt

Commentary, USA

Aziz al Zindani,Abdul majid bin Alqur'an dan As Sunah tentang IpTEK, cet

Azra Azyumardi.Pergolakan politik Islam dari Fundamentalisme lvlodemisme hingga post modernisme,cetl Jakarta,1996 .. _ Al-Bahiy,
Muhammad.pemikiran
I 9 g5

I,Jakarta :Gema Insani press,l 997

terjemahan,Jakarta :Rasalah,

Islam dan

perkembangannya,

Baiquni,Achmad.Alqur'an dan Ilmu pengetahuan kealaman, cet l, yogyakarta :Dana Bhakti prima yasa,l997.
Baker, Robeth H, Astronomy A Texbookfor unhiversity and coilege students, cet IV, Canada: D.Van Nostrand Company, Toronto, 1930 Brill's EJ.Fist Encyclopaedi Hukum Islam, cet ll,Leiden : EJ Brill,r993, vor

III

BAB

of rhe Moon, Istambul :Kandili Observatory, I gg3 Djambek, Saadoeddin, Almanak djamiliyah, cet I, Jakarta: Tintamas,l 953 ---------,Hisab Awal Bulan, Tintamas, Jakarta, 1976. Freeman Grenville,GSp.The Muslim and christian calendars, cet I, New York : oxford University press,l963
Hadikusuma, Djamawi. Mengapa Muhammadiyah Memaka Hisab? Dimuat

Dizer'M.A.calculation Methode for The visibirity curve

Dahlan,Abdul Azis'Ensiklopedi Hukum Isram, cet I, Jakarta :pr. Ichtiar Baru van Hoeve,l977 jilidz Depag RI, Al-Qur'an dan terjemahannya (Medinah :mujamma Khadim alHaramain asy-Syarifain, l4l I H)

Hamidy, Mu'amal (ed).Menuju Kesatuan Hari Raya,cet I,surabaya: Bina


Ilmu,1995

dalam Suara Muhammadiyah, IV (Februari 1973)

& eibla, Befita publishing SDN,BHD, Kuala Lumpur, 1984 New Moon's Visibility and Internationar Isramic carender for The Asia Pasific Region 1407-l42lH cet I penang :USM,14l4H _ Ruskanda,Farid. 100 Masalah Hisab dan Rukyit telaah syari'ah,sains dan
Teknologi, cet l,Jakarta :Gema Insani press, I 996

Ilyas, Muhammad, Islamic Calender, Time

Ash-Shiddiqie,Hasbi.Koleksi Hadis hadis Hukum, cet iii,bandung Ma'arif,19'19

: pt ar-

TEKNOLOGI HISAB RUKYAT

IAIN Sunan Kahjaga, l97l Shiddiqi,Nourouzzaman.Fiqh Indonesia penggagas dan gagasannya, cet I,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, I 997

Perbedaan Mathla' Tidak mengharuskan Kita Berlainan Hari pada lemulai Puasa, Yogyakarta: Lajnah Ta'lif wa an_Nasyr Fakultas Syari,ah

Syakir,Ahmad Muhammad. Awali asy-Syuhur al-Arabiyah, Terjemahan KH Mahrous Ali,cet l,surabaya : pustaka progresif,lgg3

76

TEKNOLOGI UNTUK PELAKSANAAI\ RUKYAH


S.

Farid Ruskanda Abstrak

Rukyah bulan untuk keperluan penentuan awal

Ramadhan dan Syawal merupakan suatu kegiatan pengamatan yang pada hakekatnya menggunakan mata. Untuk membantu indera ini, bantuan tehnologi sangat bermanfaat. Pada tulisan ini dibahas permasalahan telnis dalam

rukyat, serta alternatif teknologi

untuk mangatasinya. Dan akhirnya diuraikan pula teknologi yang akan digunakan dalam proyekTELESKOP RUKYAH yang dirancang oleh ICMI orsat Kawasan PUSPIPTEK dan sekitamya yang bekerja sama dengan Orsat
Pasar Jumat dan sekitarnya.

Pendahuluan
Dua pertemuan ilmiah telah digelar dalam tahun 1993 untuk

membahas upaya-upaya untuk berperan serta dalam menjembatani berbagai perbedaan dalam penentuan awal
Ramadhan dan Syawal. Diskusi panel Teknologi Rukyah telah diselenggarakan oleh ICMI Orsat Kawasan PUSPIPTEK dan

sekitarnya pada tanggal

September 1993, dan selanjutnya

disusul oleh "Seminar Nasional Penentuan Tanggal

Syawal

Hijriyah" yang diselenggarakan oleh Unit Pengamalan Islam (UPI) Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal
11 Oktober 1993. pada dasarnya kedua pertemuan ilmiah yang menyajikan pembicara dari kalangan ilmuwan, peneliti, pejabat

pemerintah dan terutama para kyai dan pemuka ornas keislaman, telah mencapai mufakat bahwa pada dasarnya Syari'at Islam sangat mendukung penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan rukyah, sepanjang tidak memberatkan umat.

77

Secara populer dapat dikatakan bahwa teknologi adalah cara

menentukan teknologi yang tepat, perlu diketahui masalahnya terlebih dahulu. Untuk kasus yang sedang dibahas, maka yang perlu dikenali terlebih dahulu adalah permasalahan teknis yang dihadapi dalam pelaksanaan rulcyah. Permasalahan-permasalahan teknis yang telah dikenali kemudian disusun menurut prioritasnya, untuk mengantisipasi kemungkinan tak semua permasalahan

sistematik untuk menyelesaikan masalah.

Jadi

untuk

Teknologi untuk keperluan Rukyah adalah untuk dapat menyatutan umat Islam, setidak-tidaknya dalam pelaksanaan
Ibadah Puasa. Sebelum dapat merumuskan permasalahan tek4is, maka kita perlu mengetahui bagaimana rukyah dilaksanakan' Rukyah udututt pengamatan mata terhadap bulan yang baru saja terbit yaitu rendah iiatas ufuk, sebagai pertanda awal bulan Qomariah

teknis dapat diselesaikan sekaligus oleh suatu teknologi' Pertimbangan Syari'ah Islam sangat penting dalam hal ini,
sehingga upaya yang dilakukan dengan menggunakan teknologi

Ramadhan dan Syawal. Pengamatan dilakukan pada saat matahari terbenam. Bulan baru itu berbentuk sabit,karena itu

yang dimaksud tidak bertentangan dengan ketentuan Syari'ah


Islam.

disebut "bulan sabit" (hilal). Bulan sabit ini walaupun merupakan benda langit terbesar yang dapat diamati malam hari, seben amya tak ieberapa besar dan hanya membentuk

Permasalahan teknis dalam pelaksanaan rukyah

sudut setengatr-derajat 3aja. Karena baru saja terbit, maka hilal ini sangat lemah cahayanya dan hanya muncul sejenak saja sebeluri terbenam lagi dan terbit keesokkan harinya' Bulan sendiri berjarak sekita; 400.000 km dari bumi' Pada saat rukyah

hulu dan acuan dalam perumusan permasalahan teknis ini, suatu Hadits yang telah dijadikan dalil oleh hampir
Sebagai

yaitu ketila matahari terbenam, walaupun matahari

sudah

semua ulama adalah Hadits Shahih "Berpuasalah kalian setelah

me"rulqrah" bulan dan ber-Idul Fitrilah setelah me"rulq/ah"' Jika langit tertutup awan' maka "kadar"kanlah kepadanya."(H. S.R.Bul*rari) Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang istilah "rulq/ah'; dan'okadar", namun suatu kesimpulan penting dapat dirumuskan yaitu : penentuan awal Ramadhan dan Syawal dilakukan berdasarkan hasil rukyah kecuali jika langit mendung. Jadi rulryah hanya dilakukan jika langit cerah dan tak ada yaig menghalangi pandangan, yang menurut istilah teknisnya disebut good visibility. Jadi walaupunseandainya telah ditemukan teknologi untuk merukyah bulan dalam keadaan mendung, namun sepanjang Syari'ah Islam belum dapat menerimanya. Maka upaya penggunaan teknologi rukyah ini sebaiknya ditangguhkan. Sikap ini didasarkan pada kenyataan bahwa "Teknologi Rukyah Mendung" ini akan jauh lebih mahal dari "Teknologi Rukyah Cerah" disamping belum tentu bahwa teknologi yang mahal ini dapat diterima oleh semua kalangan umat Islam. Padahal misi utama penggunaan

Lerada dibawah ufuk, cahaya rembang petang masih terang dan memberikan rona warna kuning jingga sampai merah' Rona warna rembang petang ini sangat kuat dan disebabkan karena

cahayadarimatahariyangwalausudahberadadibawahufuk, ,ru-.rn dibeloltcan dengan-peristiwa hamburan (scattering) oleh butiran-butiran yang ada di atmosfir. Dari pembahasan pelaks anaan rukyah yang telah dikemukakan' dapai dirumuskan beberapa permasalahan teknis sebagai
berikut: 1. Bulan yangjauh, sudut pandang yang kecil (0,5)' 2. Cahayayang lemah 3. Gangguan latar belakang dari cahaya rembang petang Sedangkan permasalahan keempat, yaitu kendlll c11c.a dikeluark-an daii daftar permasalahan menurut dalil Syari'ah Islam. Karena dalam keadaan hujan, bahkan mendung (fa in

ghumma'alaikum) maka kita tidak diperitahkan melakukan *tyutt. Peng "kadar"an dilaksanakan sebagai gantinya'

78

79

dipantulkan oleh lapisan cer,min, maka tentu saja ada sebagian

Teknologi untuk Rukyah dalam keadaan cerah

terserap, sehingga mengurangi kekuatannya. Cahaya akan tampak lebih redup. Ini salah satu kerugian penggunaan
dapat

dalam bagian yang lalu, maka teknologi yang


mengatasinya dibahas secara terperinci dalam bab ini.

Berdasarkan ketiga permasalahan yang telah dirumuskan

teknologi teleskop. Kerugian lain adalah karena sudut pandangnya lebih kecil dari mata biasa, maka bila arah benda yang terlihat masih harus

Melihat benda jauh dan tampak kecil

Untuk melihat benda yang jauh dan tampak kecil (karena sudut pandangnya kecil, dalam hal rulqyah bulan :0,5o), maka diperlukan teknologi yang dapat mendekatkan pandangan atau memperbesar sudut pandangan. Sebenarnya kedua fungsi itu identilq benda tampak jauh karena sudut pandangnya kecil. Benda jauh akan terlihat dekat, kalau kita mendekatinya. Mengapa ? karena dengan mendekatinya maka sudut pandangnya jadi lebih besar. Jika tanpa teknologi, maka sasaran untuk memperbesar sudut pandang itu hanya dapat dicapai dengan mendekatinya. Semua ini tak perlu dilakukan jika kita menggunakan teknologi. Jadi supaya bulan tampak besar, tak perlu kita terbang mendekatinya, cukup dengan menggunakan teknologi teleskop (teropong). Teknologi yang secara harfiah berarti cara untuk melihat'(scope) benda jauh (tele). Sebagaimana halnya tele-phone untuk mendengarkan suara (phone) ditempat jauh, telekomunikasi untuk berkomunikasi dengan orang yangjauh.

dicari, mata manusia akan lebih mudah mendapatkannya. Namun setelah arah pandangan terhadap benda yang dijadikan sasaran sudah diperolah, maka dengan menggunakan teleskop pandangan akan tampak lebih jelas, karena tampak lebih dekat.
Melihat benda dengan cahaya lemah
Cahaya dari

hilal masih paling luat dibandingkan

dengan

cahaya dari bintang-bintang bahkan dibandingkan dengan planet-planet tata surya kita. Namun demikian, terutama untuk pandangan mata secara langsung, cahaya ini masih sangat lemah, sehingga menyulitkan pelaksanaan rulcyah secara
konvensional dengan menggunakan mata secara langsung. Untuk menyelesaikan masalah lemahnya cahaya ini maka

digunakan teknologi Pelipat-gandaan Cahaya (Light


hrtensification). Dengan menggrurakan suatu komponen yang dinamakan image intensifier maka kekuatan (intensitas) cahaya dilipatgandakan sampai 50.000 kali. Dengan teknologi yang telah dikuasai Indonesia sejak tahun 1980 ini, maka intensitas citra hilal yang teiah didekatkan oleh teleskop kemudian dilipatgandakan kecerahannya sehingga puluhan ribu kali lebih terang. Keuntungan dari teknologi Pelipatgandaan Cahaya ini adalah selain dapat melipatgandakan cahaya tampak atau cahaya yang terlihat oleh mata (visible light), teknologi ini juga dapat melipat-gandakan cahaya yang tak tampak, seperti cahaya inframerah. Jadi kita juga dapat menyebutkan Teleskop yang dilengkapi dengan image Intensifier sebagai Teknologi Inframerah Plus. Mengapa Plus, karena selain memperkuat Inframerah, juga dapat memperkuat cahaya tampak, bahkan juga Gelombang Ultraviolet seperti pada Teknologi Intensified Charge Couple Device.

Teleskop atau sering disebut teropong umurnnya menggunakan komponen optik seperti lensa, cermin dan prisma untuk menjalankan fungsinya alat ini dibedakan antaranya dari pembesaran sudutnya. Perbesaran sudut ini menyatakan berapa kali diperbesarnya sudut pandang yang masuk ke alat ini. Jadi

fika teleskop dengan

pembesaran 10 kali digunakan untuk melihat bulan, maka sudut pandang yang masuk adalah
setengah derajat. Sedangkan sudut pandang yang keluar adalah sepuluh kalinya, sebesar 10 x 0,5o : 5 derajat. Dengan teropong ini maka bulan akan tampak sepuluh kali lebih besar. Dalam mencapai fungsinya, teleskop menggunakan lensa-lensa, cermin maupun prisma. Jika cahaya melewati bahan gelas atau

81

80

Pengamatan dalam latar belakang cahaya rembang petang

(Twiligh)
Cahaya rembang petang lazimnya mulai tampak dalam warna cahaya kuning keemasan, selanjutnya berubah menjadi jingga kemudian merah. Kemudian tepat pada saat awal waktu "Sftliut Isya cahaya ini menghilang. Rembang petang ini memang iak selalu tampak terang pada setiap petang' Wlna cahaya-rembang petang ini tergantung pada besarnya butiran partiilel di uJ* yang menghamburkan cahaya matahari i".benam. Makin besar butiran di atmosfir, wamanya akan mendekati merah. Makin kecil butirannya warnanya makin mendekati kuning. Sedang kekuatan cahayanya tergantung Uutyutttyu partikel di udara. Bila partikel merupakan partlryl p"rr."-u, lingkungan, maka makin tercemar udaranya makin
kuat cahaya rembang PetangnYa. Masalah cahaya rembang petang

Intensifier 18 mm, maka hilal akn terlihat masing-masmg ,"U"r". seperempat dan sepersepuluh pandangan' Jadi jika hasil pada layar televisi, maka hilal akan pengamatan ditayangkan --utittg-*using

iu-iut

seperempat dan sepersepuluh kemudian dapat direkam Hasil-pengamatan besar layar lV. kamera, atau melalui dengan folonya rn"t"t,ri video-tape, dibuat semua glmbar langsung video-printer yang dapat menvetak yang terekam dalam video tape atau ditayangkan di televisi'

mengisi

Kesimpulan
Teknologi Rukyah yang akan digunakan terutama mengatasi jauhnya Oun'ta-put kicilnya hilal serta cahayanya yang lemah' f"motogi yang dipilih adalah Teleskop *aS9 Inlensifier g"rrerusi"keduu tS tn* atau25 mm, dengan objektif 500 mm f/4 petang Itur,r ZOO mmfl2}.Kemudian gangguan cahaya rembang filter sebagai latar belakang akan diatasi dengan penggunaan jingga merah' atau kuning, subtraksi untuk wama Teknologi ini tidak dirancang untuk pengamatan dIuT keadaan mindung, karena menurut Syari'at Islam, perintah rukyah tak berlaku dalam keadaan cuaca buruk, dan peng"kadaran" diperintahkan sebagai gantinya

ini sangat mengganggu' yang tipis itu tampak hilal karena akan makin membuat
hal itu tenggelam dalam cahaya latar belakang, untuk mengatasi

,nu[i

aigu"akan filtir (tapis) yang disebut filter subtraksi (subtraction filter) warna sehingga semua cahaya yang sewarna a"ngu" cahaya rembang petang di"blokir", ditahan sehingga tak Walaupun cahaya yang sewarna -u*k kedalam pengamatan. sendiri, namun tak usah kuatir itu hilal ini termasuk berasal dari juga mengandung warna-warna masih karena cahaya dari hilal lain dan tahaya inframerah. Dengan kombinasi Image Intensifier, maka masalah kekuatan cahaya yang makin kecil setelah melalui "blokade" oleh filter subtrasi ini dapat teratasi.
Perancangan Teleskop Penguatan Citra untuk Rukyah

'Walaupun eksperimen masih terus dilakukan' namun diperkirakan bahwa teknologi yang akan dipakai adalah

Teleskop Image Imtensifier yang dikombinasikan dengan Filter Subtratsi Warna (kuning, jingga atau merah)' Untuk objektif teleskop digunakan lensa dengan panjang fokus 500 1-ata1,lOO *- a"rgaribukaan rana sebesar masing-masing f/8.0 dan fll.7.

Dengan kedua objektif dan menggunakan tabung image

82

83

Untuk mengetahui apa jenisnya, dimana lokasinya, berapa

TEKNOLOGI RUKYAH AWAL BULAN RAMADHAI\ DAN SYAWAL SECARA OBYEKTIF


Zalbawi Soejoeti Pendahuluan
Pada beberapa tahun terakhir, l*rususnya di Indonesia ada tanggal 01 baik bulan Ramadhan maupun Syawal lebih dari I (saiu). Walaupun sebetulnya hal tersebut terjadi sudah berabadabad lamanya, tetapi rasa-rasanya sangat mengetuk hati dan pikiran. Apakah pada zaman sekarang ini dimana IPTEK sudah iedemikian majunya, ummat Islam masih kesulitan menentukan tanggal 01 bulan Qomariah. Yang lebih memilukan lagi adalah perbedaan tanggal 0l bulan Syawal. Karena tanggal 01 ini ditandai dengan ungkapan rasa syukur dengan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid yang dilakukan "sekarang" dan "besok", sehingga setiap orang tahu ada perbedaan itu. Untung Nabi kita menegaskan bahwa perbedaan pendapat itu membawa rahmat, sehingga menghibur

j um lahnya"ma' ayisy" (sumber penghidupan) tersebut, sekarang

telah dikembangkan teknologi remote sensing. Dengan


teknologi remote sensing

ini

orang akan dengan mudah

mengetahui, walaupun didaerah yang sangat remote, yang akan

sangat sulit dijamah manusia, jenis sumber alam, dimana lokasinya dan berapa jumlahnya. Dengan demikian akan mempermudah pula bagi manusia untuk kegiatan selanjutnya, yaitu mengambil, mengolahnya dan memanfaatkannya untuk kesej ahteraan ummat manusia "Rahmatan lil' alamin" IPTEK merupakan salah satu alat yang efektif untuk penyempurnaan ibadah kita kepada Allah. Rsulullah sendiri
bersabda
:

rl."r,

.;;z;!t ,t,i.-.-!S?.5tlL

liji f ,

kita dan dapat dipetik hikmahnYa.

'.rr.rf i d Ylil

Artinya : "Barang siapa menghendaki kebahagiaan didunia maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK) dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akherat maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK), dan barang siapa menghendaki kebahagiaan kedua-duanya (dunia dan akherat) maka raihlah dengan ilmu pengetahuan (IPTEK).
Alam semesta merupakan "aytt)' Allah Diantara tanda-tanda Kekuasaan Allah (ayat-ayat Allah) adalah alam semesta ini. Banyak sekali firman Allah dalam AlQur'an yang menunjuk alam semesta ciptaanNya ini sebagai ayat-ayatNya (tanda bukti Kekuasaan dan kemurahanNya). Tetapi kalau kita perhatikan penunjukkan ayat-ayatNya ini, selalu diakhiri dengan kata-kata "Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu Kami tujukan kepada orang-orang yang "berilmu pengetahuan", "yang mau berfikiT", "11?ng mau mengerti","yang berakal" dan seterusnya". Sebagai contoh firman Allah dalam
surat

Perkembangan IPTEK seperti sekarang ini akan mempernudah manusia untuk melihat (merukyah) dan/atau menghitung (menghisab) suatu obyek. Melihat dan/atau *etrghitong baik posisinya maupun kandungan yang ada didalamnya Sebagai misal, dalam memahami dan mencoba mengamalkan firman Allah dalam surat Al-A'raf, ayat 10:

a.9 t

Xtt

& tt t6i ,$tts^4u,,rt'r g,t'&-,

Artinya ;'sungguh Kami (Allah) telah menempatkan kamu (manusia) dimuka bumi dan telah Kami sediakan bagi kamu
dimuka bumi ini berbagai sumber penghidupan, (tetapi sayang) sedikit kamu berqrukur".

Ali Imran ayat

190

84

85

*f-,

;ir, *!r " fl ."ili;],f:S, :ii,

dan matahari merupakan sumber dari radiasi tersebut. Radiasi ini dipancarkan kesegala arah, termauk kebumi dan kebulan.

Artinya : "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat bukti Kekuasaan Allah (ayat-ayat Allah) bagi orang yang berilmu pengetahuan (ulul
albab).

Oleh bulan,radiasi gelombang elektro magnit ini sebagian dipantulkan dan sebagian diserap kemudian dipancarkan berwujud panas.sebagianradiasi pantulan dan atau pancaran ini
sebagian sampai di bumi kita, sehingga bulan tampak oleh mata

Dengan memperhatikan firman Allah tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ummat Islam harus menjadi ummat yang

kita, karena sebagian radiasi pantulan tersebut terletak pada gelombang tampak yaitu pada gelombang antara 0,4p - A,1p dan radiasi ini disebut dengan cahayatampak (visible light). Diluar panjang gelombang tersebut juga sampai di bumi,
tetapi tidak dapat dilihat oleh mata, karena mata kita tidak peka terhadap radiasi diluar 0,4p - 0,7p. Oleh karena itu apabila bulan tertutup awan, maka kita tidak dapat melihat bulan tersebut, walaupun ada radiasi pada gelombang milro (milao wave). Apabila kita dapat membuat sensor yang peka terhadap gelombang mikro, maka bulan tersebut dapat "dilihat" oleh sensor kita itu. Sensor ini banyak ragarnnya, tergantung dari jenis/bahan sensor yang kita buat tersebut. Kita dapat membuat sensor yang

pandai, ummat yang berilmu pengetahuan, ummat yang


menguasai IPTEK. Dengan menguasai IPTEK, InsyaAllah akan

mempermudah kita dalam mema'rifati Kemahakuasaan Allah dan dalam melaksanakan tugas kekhalifahan kita. Khusus dalam masalah matahari dan bulan, yang sekarang menjadi topik pembicaraan kita, Allah berfirman dalam surat Yunus, ayat5:

J r- o rXL lr r t,;)lt. p,rjlr ;^; 6 iir p J:t .iJ L Il {tJ I i irl .;,li gr,-.' L.r.Jlr a,a:J,lt r rr ( o : ,,=rrt-.s,r.frygfle rr^i
tr"L:l
r

Artinya ;"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-manzilah (orbit) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
tanda (kekuasaan dan KebesaranNya) kepada orang-orang yang mau mengerti".

peka terhadap radiasi tampak (visible light), infra merah pantulan (reflected infrared), inframerah termal (thermal infrared) atau gelombang mikto (mikto wave). Hal ini semua dapat terjadi karena sunnatullah. Sunatullah yang juga merupakan ayat Allah ini diciptakn tidak sia-sia, pasti ada gunanya. Dalam surat Ali Imran, ayat l9l Allah berfirman :

dan pehitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melaikan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-

)U"

tr I i.c"ili L $,
:

Artinya : "Ya Tuhan kami apa yang Engkau ciptakan itu tidak
sis-sia (pasti ada gunanya)". Sedangkan di surat Yunus ayat 5 disebutkan

Ayat Allah yang dinunjukkan dalam surat Yunus ayat 5 ini, yang ditujukan kepada orang-orang yang mau mengerti ini, menyebutkan bahwa matahari memancarkan "dliyaa" dan bulan memancarkan dan memamtulkan"nur".Dliyaa adalah radiasi gelombang elektro magnetit yang dipancarkan oleh matahari

'

,!-tl

!1

crr

s .irr ;U

86

87

Artinya

:"

Allah tidak menciptakan hal yang demikian itu

melainkan dengan hak".

Cara penentuan tanggal0l bulan Ramadhan dan bulan Syawal

Merulcyah dengan mata telanjang ternyata tidak lebih mudah dari menghisab. Bukan saja karena terlutup awan, dimana awan ini merupakan masalah utama (big Problem) bagi negara tropis seperti Indonesia ini, tetapi juga faktor lain seperti polusi misalnya, sehingga menyesatkan mata. Pernah terjadi orang dengan mata telanjang menyatakan

Cara penentuan tanggal 01 bulan Ramadhan dan bulan Syawal yang ditempuh oleh ummat Islam, antara lain sebagian umrnat Islam dengan cara menghitung (hisab) dan sebagian lain

melihat bulan dan berani disumpah, tetapi menurut hisab dikatakan tidak mungkin terlihat karena bulan belum wujud (bulan dibawah ufuk saat matahari terbenam). Yang terlihat seperti bulan itu bukan bulan. Hal-hal seperti ini yang akan
dicoba untuk didekati dengan IPTEK. Mata telanjang kita yang sering dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektifitas dicoba untuk dibantu dengan alat (sensor) yang dapat "melihat" lebih objektif. Bahkan benda yang "dilihat" dapat direkam dan juga disambung ke TV sehingga dapat disaksikan oleh jutaan orang melalui layar TV. Atas dasar ini diajukan suatu usulan Proyek dengan tema "I-Jsulan Proyek Teknologi Rukyah Awal Bulan Ramadhan dan

dengan cara melihat bulan (rukyah). "mazhab" hisab menggunakan dalil surat Yunus ayat 5. dan memang posisi

bumi, bulan dan matahari setiap saat dapat dihitung dengan mudah. Artinya ' "Apabila kamu melihat tanggal (hilal) maka berpasalah dan apabila kamu melihat tanggal (hilal) maka berbukalah. Jika penglihatanmu tertutup oleh awan, maka kadarkankah bulan itu Sedangkan "mazhab"rulq/at mendasarkan dalilnya pada sabda Nabi, antara lain :
.J

lrrriur{b

ioYlr"bi rs;irli.li . lt e-t o2,.tv'rrtil, li.Jl rll.p


&
6;
maka maka maka

Artinya : "Apabila kamu melihat tanggal (hilal)


kadarkankah bulan itu.

berpasalah dan apabila kamu melihat tanggal (hilal) berbukalah. Jika penglihatanmu tertutup oleh awan,

Syawal secara Obyellif'. Diharapkan apabila semua yang diusulkan ini dapat direalisir akan dapat membantu menyatukan ummat Islam dalam menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal yang sangat didambakan oleh kita semua itu. Tetapi apabila belum, setidak-tidaknya akan jmenambah ilmu kita dalam memahami ajaran Islam. Dan kita tetap bersl'ukur karena "perbedaan pendapat akanmembawa rahmat", begitu sabda Nabi. Jika perbedaan itu masih tetap ada Insya Allah kita akan mendapatkan rahmat, bukan perpecahan yang dilarang oleh
Agama.

:L rlJu &

,s?

/-"

oy 4;) t ,r;L &r; t tr td, t+Jl t lt)' dr# yt grF

Usulan proyek disampaikan Kepada Wakil Presiden Dalam pengajian dan pengkajian yang diadakan oleh ICMI ORSAT Pasar Jum'at,pada hari Kamis, 10 Juni 1993 di Fakultas Teknik UMJ dibahas masalah cara penentuan awal bulan qamariah yang selama ini dilakukan oleh umat Islam. Sebagai pemrasaran adalah Koordinator ICMI ORSAT
DR,Ir.S.Farid Ruskanda,M,Sc,APU.Bagian paling penting dari hasil bahasan,
Kawasan Puspitek Serpong,

Artinya : "berpuasalah kamu karena melihat tanggal (hilal) dan berbukalah kamu karena melihat tanggal (hi1al).Apabi1a terhalang penglihatanmu oleh awan' maka sempurnakankan
bilangan bulan Sya'ban 30 hari.

88

89

yaitu kemungkinan dapat dibuabrya suatu sensor yang dapat membantu untuk merukyah hilal, disampaikan didalam khutbah Jum'at di Kantor Wakil Presiden, Jl Merdeka Selatan oleh Koordinator ICMI Pasar Jum'at,pada tanggaT l l Juni 1993. Dalam shalat Jum'at tersebut hadir antara lain Wakil Presiden, Menteri Kehutanan, Menteri Kependudukan, diantara para pejabat dan umat Islam karyawan Kantor Wakil Presiden. Setelah shalat Jum'at selesai, wakil Presiden menyatakan tertarik dengan ide pembuatan sensor tersebut dan memerintahkan kepada imam dan khotib dalam acara Jum'atan tersebut yang kebetulan sebagai Koordinator ICMI ORSAT Pasar Jum'at, untuk menyampaikan proposal kepada Wakil Presiden. Proposal yang telah disampaikan kepada Wakil Presiden tersebut,pada kesempatan ini disampaikan untuk
dibahas secara lebih luas.

dengan perekaman video kamera


penayangan langsung. Kedua sistim

TV untuk

keperluan

ini merupakan sistem dari sensor adalah yang diterima radiasi pasif, artinya
J.

radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan oleh bulan (disini bulanmerupakan sumber radiasi)' Sistem aktif, yaitu dengan menyoroti bulan denganLASER' Dengan teknologi ini radiasi yang diterima sensor adalah gabungan radiasi yang dipancarkan bulan yang berasal dari

matahari dan yang berasal dari LASER CO2 yang kita tembakkan dari bumi ke bulan, dimana kedua-duanya merupakan radiasi infra merah. Sistem 1,2 dan3 ini tidak dapat menembus awan 4. Sistem "kebal cuaca" yaitu dengan menggunakan sensor yang peka terhadap radiasi gelombang nikro, dimana radiasi ini mampu menembus awan, mialnya sensor RADAR'
Dasar pemikiran

Perumusan masalah dan cara mengatasinya


Beberapa masalah yang perlu dikemukakan lain adalah :

disini,

antara

1)

1" Bagaimana mengatasi

2. 3. Bagaimana menayangkan dan

keterbatasan kemampuan mata manusia, serta mengatasi masalah-masalah alam, sehingga mempermudah menyaksikan (merukyah)hilal Bagaimana merekam hasil penyaksian hilal tersebut.

Sensor yang paling ideal adalah RADAR, karena dengan sensor ini walaupun hilal tertutup awan, hilal tersebut dapat dilihat. Hanya saja sensor ini harganya sangat tinggi dan pembuatannya cukup rumit dan memakan waktu yang lama.

memancarluaskan penyaksian hilal, sehingga dapat disaksikan secara langsung oleh jutaan ummat Islam di Indonesia, bahkan diASEAN.
2)

Namun demikian apabila umat Islam yang "berfaham" rulryah menganggap sah melihat hilal dengan bantuan sensor, maka teknologi ini walaupun harganya tinggi, tetapi murah dibandingkan dengan kesatuan umat yang nilainya "tidak dapat dinilai"
Sistem teropong cahaya tampak mempunyai kepekaan yang sama seperti mata kita. Sedangkan teleskop Infra merah termal, peka terhadap radiasi termal, misalnya sensor InSb peka terhadap radiasi pada panjang gelombang : 3 -5 dan sersor HgCdTe peka terhadap radiasi pada panjang

Beberapa alternatif penyelesaian masalah, dengan memilih teknologi yang efisien dan dengan mengantisipasi tanggapantanggapan berbagai pihak berdasarkan tinjauan syari'ah Islam, adalah dengan menggunakan antara lain seperti 1. Sistem teleskop (teropong) cahaya tampak (visible light), yang terletak pada panjang gelombang sekitar : 0,4trt - 0,71t 2. Sistem teleskop infra merah termal (radiasi panas), yang terletak pada panjang gelombang sekitar : 3p - 5p atau 8pr
:

-41t.

Kedua sistem ini dilengkapi penyempurnaan citra hilal dengan menggunakan komputer, dan dikombinasikan
90

gelombang : 8 -14. Pada radiasi termal ini masih ada kemungkinan untuk dapat menembus awan yang sangat tipis. Kedua sensor ini dapat dibuat cukup kompak dan ringan, sehingga mudah dibawa ketempat yang cerah untuk merukyah hilal. Disamping itu sensor ini tiak terlalu mahal, harganya hanya sekitar Rp. 1 25.000'000,-

9l

infra merah Untuk langkah pertama, sistem teleskop kamera selanjutnya diusulkan unluk dibuat. Untuk itu penyempurnaan langsung bahkan atau CO2 LASER Ja|; dipertimbangkan RADAR.
PenutuP
tergantung Keberhasilan dari penerapan teknologi ini sangat dan para pudu turrggupan dan penerimaan umat Islam umumnya i,lu-u klir*.rryu. iur",tu itu Penyelenggataan seminar dan

BAGAN
SISTEM TEROPONG RUKYAII OBYEKTIF

DENGAN INFRAMRAI{

pi.t rri panel iidak kurang pentingnya dibandingkan dengan dua


ini dilakukan kegiatan pengembangan teknoiogi, Pertemuan kaii, yait" se6elum dan sesudah sistem dituntaskan'

Keterangan

l. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Hilal (bulan sabit)


Cermin parabola, untuk menampung cahaya dari bulan Cermin datar, untuk membelokkan cahaya bulan Lensa Fresnel inframerah, untuk memproyeksikan ke kamera Kamera inframerah, untuk merekam citra bulan Personal komputer, untuk memproses citra bulan Videotape, untuk merekam citra hilal
Kamera pemancar

TV

Antena untuk pemancaran TV

93

92

DAI\ AKIIIR RUKYAH UNTUK PENENTUAN {WAL Arr DAI\ sYARI', ru,rvraonn N vmNunut

iN?fit"rl.

berkaitan Rabbnya ftablum minallah), sedangkan mu'amalah minannas)' dengan hutungan antar manusia (hablum

K.II. Ma'ruf Amin


Pendahuluan
meningkatkan kesejahteraan t"rryutuurrnya, iptek telah berhasil saja, hal ini AatamUerUagai.aspeknya. Tentu

Rukyah Menurut Pandangan Syari'ah

Dewasainikitasudahberadapadaeraiptek'Danpada

iliJrp#fisia

menuntut kita agar

" memadai, harus mampu menguasai-iptek'.Oleh jumlah yang


't"t""" i*, iajar kalau

Dilihat dari sisi syari;ah, fardhu *utuh, artinya di antara -;;;k

yang berwawasan iptek' -.ttifiti poli pikir penguasaan terhadap iptek

umat Islam dalam

iptek ikut mengambil peran bukan hulYu ju[a dalam masalah ibadah' dalam masalah -"'"-i"ft, tetapi dan alhir Ramadhan' kftususnya dalam menentukan awal berbagai masalah Tingkat akurasi i;;k e"l""t memprediksi sebab itu' wajar Oleh selama ini lebih *J"a"ttuti kenyataan' iptek" banyak jika iptek menilai t"ty"ft'; aigandang dari sudut t"t"mut'ut' sehingga perlu mendapat dukungan

ilasa Ramadhan ,"ruuid""gan petunjuk demikian' kewajiban ,".utu qauliyah mauprm n'liyah' Dengan hilal (ru'yatul il; dihentii<an upuLilu telah terlihat ;;;; "nitoi Itti"va, sekalipun hilal sudah wujud (ada)' tetapi jika SAW itA# lt*tyah maka belum wajib puasa' Rasulullah bila istikmal melakukan .r.*t"ti p"tntiut kepada kita igar "meski adil' yang l.tl"dt -.r,Aur,!. Kesalsian rukyah dari grang pelnah ;""ya ,"orungihu*1ah diterima"' Hal ini seperti yang

Syari'ah telah menetapkan rukyah atau istikmal dan mengakhiri $"ty"*pu-aan hitungan) untuk mengawali Rasulullah SAW' baik

;i;;k""
ti

Riututtat SAW ketika menerima kesaksian Ibnu mengallriri puasa' Umar dan'Arabi.)Ulgk mengawali -dan r;;;;il"utu tiaut -bnuntui cara lain selain rukvah dan

;;;;;"d."g
iptek.

dasarnya mendukung -u*"f Semua pihak pada a"" alhir Ramadhan' Namun harus dalam menentukan ini masih terdapat kesalahpahaman

keikutsertaaniptek

tfkmal, meskipun tingkat akurasinya masih dipermasalahkan' dianut syari'ah Tuntutan tersebut ,..,iul dengan piinslp yang masalah dengan dalam menilai sah atau tidaknya zian,berbeda dengan jika sesuai sudah ,n r;u*ur*t yang baru dianggap sah
kenyataan.. kenyataan' errduikutu sahnya ibadah harus didasarkanL atas tentang contoh Sebagai kesulitan' maka akan timbul berbagai

diakui bahwa ,"-"Jutu ulfr pTu" rulcyah dalam hal bahwa iptek akan ;il"t"btl utfii' nu-uanutt' Puduh"l' svari'ah telah ;;;;;;" u*ur a*u**l dan ahkir Ramadhan ditentukan oleh menetapkan Uufr*u perlu adanya informasi ru'yatul hilal atat istikmal' sehingga iptek' jelas atas peran yang akan dimainkan syari'ah :lqyu Dalam puau iti ferlu dipahami tahwa
cukup atas dasar
kenyataan yang

;h"y"

kesucian pakaiannyaL dan tempatnya dari najis' Apabila tingkat d"an sesungguhnyl yang tersebut harus sesuai dengan kenyataan

shalat. Shalat diunggup sah

jika suci

badannya'

,iO"t."t.p
harus

'

rnu'amalah' Sahnya suatu ibadah ibadah berbeda d";;J;h"ya p?tt""gft*" l<uat Qhan)' sedangkan sahnya berdas-arkan -sesungguhnya -"'.r:-"f"ft 'i*ft;-;;rf'harus sematat' Artrnya, tidak hanya sisi lahiriahnya
Perbedaan penilaian tetapi juga keadaa-n' yut'g t"t"ngg"h"Vu' tersebut dapat dimengerti' syari'ah terhadap t"Ot'u" masalah antara manusia dengan kareana ibadah tn""Vu"gtut hubungan

tempat shalatnya

hal tersebut mernbuktikan secara pasti dan nyata bahwa ketiga bersih dari najis. sudah Allah SWT Prinsip syari'ah iersebut merupakan kemurahan

akan shalat atas dasar zhin,makasetiap orang yang dan diperiksa terlebih dahulu badannya' pakaiannya dengan alat mutakhir yang dapat

ug-- u*ut irlya tidak mengalami kesulitan' Namun'

dalam

sesuai dengan nTasalah mu'amalah, syari'a=h menuntut harus mu'amalah baru dianggap sah jika sudah

kenyataarr. Artinya, masalah pemilikan' sesuai dengan kenyataan' Sebagai contoh

94

95

perolehannya sah menurut barulah dianggap sah kalau proses syari'ah. proses yang tidak sah' Kepemilikan yang diperoleh melalui dari pengadilan atau walaupun sudah memperoleh nengelaJran syari'ah tidak menurut instansi lain yang b";;;";g' ttdptutt : ..it. ["r ini sesua-i dengan hadits Nabi SAW mungkin saja ketika' "Saya adalai seorang manusia' p"rr"n'gt'"iaan" kalian' sqya telah -mengambil menyelesaikan ';;;;;^"; yang savd ambil didasarkan iang'ketrru' Keputusan el ah d ibZr *an oleh kedua b atas ket erangor-n"';': o;[trn ii" r' -pi"n",lebih pandai Exo ioai o7o'g'yolg fidak berhak yoy, orang, .berhak' dalam memberikan' i"iirZisrn dari keliru Oleh keputusql ):ang -berhak sehingga saya rnengambil 'karena tidqk

menuntut untuk menjadi penentu buknn sekadar menjadi pembantu dan pemandu. Artinya' hasil rulcyah harus diuji Lb"rrurunnya oieh hisab. Apabila hasil rukyah sesuai dengln hasil hisab, maka hasil rukyah dapat diterima' Namun' apabila hasil rukyah tersebut berbeda dengan perhitungan hisab' maka
rukyah tersebut harus ditolak. iu*urut berikutnya datang

objektif. Tawaran

i",

*ulu.rpr'rn dasar penilaiannya sama' namun posisi yang diambil adalah sebagai mrtra dari ru'yah bil fi'li tanpa alat' A{inya' keduanya berjalan seiring, kecuali jika sudah ada kesepakatan '/i dengan dari paia ulama untuk menjadikan hasll ru'yah bil fi ilat'(nazharah) sebagai dasar penentuan awal dan akhir
Ramadhan.

ini

dari teknologi rulcyah secara tampaknya lebih bersahabat karena

ia mengambilnva berarti ;;;tkt";' i;rena kalau tetap api neraka'" (Al Um' 6:202)'
rcIqh memberinya sep'o'tong

saya harap itu, "rr*ioiiitryo [o'"'o"

'i"ii ii"s 'untuk lid;k sudah saya walaupun buian"haknya'

saya

Tanggapan Ulama
Pada prinsipnya ulama tidak berkebaratan atas ikut sertanya iptek daiam pror"t penentuan awal dan akhir Ramadhan' yang sepanjang tidak mengabaikan ketentuan syari'ah' Hanya nu*r-aiplnami adalah syari'ah tidak ingin memberatkan umat khususnya dalam masalah ibadah.

RukYah Dalam Sorotan lPtek


selalu Iptek sesuai dengan waiak dan. pengalamannya dari sisi akurasi dan menilai aur, ,n"tgutti* segala t"ryuP. 0",'gl"Lit7*y oleh karena itu' wajar kalau
kedekatannyu

banyak peran dalam hal penentuan awal berkeinginan untuk -*t"*Uif yaflg telah dilakukannya dan alhir Ramadhan ibagaimana ini dalam berbagai aspek keqlatan'

yang memiliki iptek memandang;t""in sebagai. sesuatu maka iptek tersebut' kelemahan' etu" Ltut pJnilaian

t.iu-u

p"ilr;;

menuntut agar vang lebih efisien ;ilvJ;;g!""ukutt estimasihisab merasa tidak kemudian dan hasilnv" l"bih pemandu' dan pembantu cukup kalau hanya"i"tf""gti sebagai zaman dari terus menerus karena ilmu hisab V""g U"it"mbang. tingginya ke arah semakin ke zaman memiliki t"?""a"t""gan Terutama setelah proaumya' tingkat akurasi d;;;;;ata'i alat-alat Pada tahap pertania'

-"lului ilmu hisab'

perselisihan di kalangan ulama sendiri, khususnya dari kalangan 'syaf iyah, karena kalangan Malikiyah, Hanafiyah tidak dapat menerimakehadiran hisab secara mutlak, baik untuk perorangan maupun dalam lingkup umum bagi seluruh umat Islam' Imam Subki, Abbadi dan Qalyubi misalnya, mewakili arus pendapat yang mendukung tuntutan hisab tersebut' Imam Subki jlka ada satu atau dua orang bersaksi melihat bulan

Namun, ketika hisab ingin menjadi penentu timbul

-.nyututurr,
sedang

ilil"li;;"

ditolaf ('anatutthalibin, 2 : 2 I 6). Pendapat senada dikemukakan oleh ,q.bbadi, yang mengatakan bahwa sekalipun nara y-k9i lcbih tersebut terdiri dari orang-orang adil' Kemudian Qalyubi
mempertegas bahwa pendapat Imam Subki dan Abbadi tersebut dan menolaknya adalah suatu kesombongan .ungut

-"n,r-*t

hisab tidak mungkin, maka kesaksian tersebut

ditemukanny

yang lebih modern' ului "Lt"tt"ti dan cara perhitungan yang perhitungan yang lebih mutakhir' itu' pada tahap berikutnva hisab semakin cermat' o;; il;;;;

(mi'anadah wa mukbarah) (Qalyubi, 2:49)'

3"Iur,

97

96

ini ditolak oleh dan Al-Khatib Ramli mayoritai ulama yang dimotori Imam
Pendapat Imam Subki dan kawan-kawan

Syarbaini. tvtenurut Ar-Ramli, yang seharusnya diterima adalah kesaksianrukyah, karena hisab telah diabaikan oleh syari'at Muhtaj, 3 : 3 5 I ). (I,{ihayatul ' Pendapat yang sama dikemukakan oleh Al-Khatib yang

sendiri (ainul hilal) bulcan yang lain. Frmgsi alat hanya untuk membantu penglihatan dalam melihat yang jauh atau sesuatu yang kecil."

menjelaskan 6ahwa menurut pendapat yang mu'tamad (yang harus dijadikan pegangan), syahadah-\ah yang harus diterima, karena pendapuf ahii hisab tidak diperhitungkan oleh syari'ah (idz ta'ibrata liqaulil hussab) (I'anatutthalibin, 2: 16)' Nlenurult paia ulama, pendapat Abbadi dianggap sebagai pendapat yang iemah (dha'tfl (Bujairimi Fathul Wahab, 2:64)'

ialan'tengah kemudian ditawarkan oleh Imam Ibnu Hajar sebagai berikut : syahadah dapat ditolakjika dengan penjeiasan 'atrii hisab sepakat. Namun, kalau tidak terjadi semira kesepakatan, maka syuhudah tidak dapat ditolak (tuhfatul lulukni, 3:382). Ru'yah bil fi'li dengan menggunakan alat dtantga na13 {nazhirah) sampai saat ini belum ada kesepakatan dan Ru'yah" Hisab Methode "Penyerasian ulama dan seminar ini menunda baru-baru ulama yang diselenggarakan Nahdathul yang lebih jelas' forum pada maslalah tersebut untuk dibahas

Adapun yang dikemukakan oleh grru kami adalah tidak boleh berpegang kepada rukyah di air atau dibelakang kaca, maksudnya adalah melihat dengan posisi terbalik. Dan cara melihat seperti itu dapat menimbulkan kekeliruan, sebab bintang pun dapat terlihat seperti bulan. Oleh karena itu, tidak dapat diterima. Sedangkan melihat dengan alat pada hakikahrya sama dengan melihat kuman dengan menggunakan mikroskop (nazharatul qir'ah) (Mizanul I'tidal, 35).

Kesimpulan

1.

Pada prinsipnya syari'ah tidak menolak keilartsertaan

iptek dalam proses penentuan awal dan

akhir

Ramadhan, selama tidak bertentangan dengan syari'ah

atau mengabaikan petunjuk yang telah diberikan syari'ah. Namun, syari'ah tidak menuntut sejauh itu

Namun demikian, ada beberapa pendapat yang dapat dijadikan acuan: 1. Pendapat Ibnmu Hajar yang menyatakan tidak boleh rukyah dengan menggunakan alat sebangsa kaca (nahwi mir' atin) (Tuhfatul Muhtaj, 3 : 3 8 2)' 2. Pendapat Asy-Syarwani yang menjelaskan bahwa- yang dimaksud denga sebangsa kaca adalah air, ballur (benda yang berwarna putih seperti kaca), dan alat yang mendekatkan yang jauh atau memperbesar yang kecil'

2.

Namun kemudian Asy-Syarwani


(HasyiatusY SYarwani,
3 :3

mengemukakan

pendapatnya sendiri bahwa walaupun menggunlkan alat tetap nnasih bisa disebut sebagai rulcyah Pendapat yang lebih tegas dikemukakan oleh Al Muthi'i. Ia menyatakan : "Ru'yah bil fi''li dengan mempergunakan alat (nazharah) tetap dapat diJglma karenayangterlihatmelaluialattersebutadalahhilalitu
j 2)'

3.

3.

mernberikan informasi yang lebih jelas dan lebih lengkap tentang cara kerja alat tersebut agar parculama lebih memahaminya. Sangat baik jika organisasi yang selama ini telah melaksanakan ru'yah bil fi'li diberikan alat tersebut agar memperoleh perbandingan arirtara hasil rukyah tanpa alat dengan rukyah dengan alat. Misalnyp para perukyah di lingkungan Nahdhatul Ulama yang selalu mengadakan rukyah secara terus-merenus pada setiap a}hir bulan qamariah.

supaya tidak memberatkan umat. Penggunaan teknologi rukyah secara objektif sebagai pendamping dari ru'yah bil fi'li tanpa alat, seperti yang selama ini dilakukan, dapat dilaksanakan. Namun karena sampai sekarang belum ada kesepakatan para ulama tentang boleh atau tidaknya hasil nr 'yah bil Ji'li dengan menggunakan alat, maka sebaiknya diadakan berbagai pertemuan dengan paru ulama untuk

98

99

Kalender Islam

Kalmder Pembandine IIC/Ilyas


Depag/4N

.Tsaniah

26-10-1995 24-11-1995

29hari
29 hari 30 hari 29

26 24

29
30

25x
24
23 22

30 30
30

25x 23x
23

29 30 29 30 29 30 29

Tahun 1414-1416 H (Juni 1993-Aoril 1996)

UrfiA(hair
Pis
30 29 30 29 30 30 30 29 30 26 30 29 Pie 30 29 30 29 30 29 30 29 30 29 30 30 Pie 30 29 30 29 30

Rajab yaban

23-12-1995
22-Ot-1996

24x
22

29
30

l4l4

Awal

bulan SIGN

Panjang

Awal
22

Pie
29 30 29 29 30 29 30 30 29 30 30 29

Awal

Pis
30

Awal

Ramadhan

hai

29
30

2lx
20

VIuhan-am

2246-1993
2t-07-1993 l9-08-1993 l8-09-1993 l7-10-1993 l5-1 l-1993
I 5-12-1993

29hari
29 hari 30 hari

2lx
2t

20x 20x

wal

20-02-1996 21-03-1996 20-04-r996

30 hari 30 hari 29 haf,

2lx
2l
20

29
30

20
21

lhafar
Rabiul Awal R.Tsani

2l
20

29
29 30 29 29 29 30 30

29
30

20x

l9
l7x
t7

29hai
29 hari 30 hari 29 hari 30 hari 30 hari 30 hari 29 hari 30 hari Panjang 29 hari 30 hari 29 hari 30 hari

l8
t7

l8x l7x l6x l4x l4x l3

29

l9x

l9x

* : mudah dirukyat
r.*:*

Iumadil Ula
I.Tsaniah Rajab Syaban Ramadhan Syawal Dzulqa'dah

l6x l5
14x 13x

l5
l5
13

** = Kans..fifty_fifty"

= sulit dirukyat

13-01-1994

1242-1994 l4-03-1994 l3-04-1994

t2

llx
13x

l4
l3 l3x
Awal

l4
l2x
t2
Awal

29
30 30

Dzrlhiiiah
1415 H

r245-1994
I l-06-1994 * l0-o7_tgg4 *** 09-08-1994 r 07-09-1994 *t 0?-10-1994 * 05-ll--1994 * 04-12-1994 *** 03-01-1995 * 0l-02-1995 +'* 03-03-1995 * 0244-1995 | ol-05_1995 ***

llx llx
Awal

Awalbulan SIGN

Pis
30 29 30 29 29 30 29 30 29 30 30 30

Pis
29 30 29 29 30 29 30 29 30 29 30 29

Muharram
Shafar

l1

t3

12x
9x 7x 6x 5x

llx
9
8 7
5

l0
9
7

Rabiul Awal

RTsani
Jumadil Ula
J.Tsaniah Rajab Syaban Rarnadhan
L

29hai
29 hari 30 hari 29 hari 30 hari 30 hari

6x
5

4x
3x 2x

5x
3 ') 3

4
3

I
3

3lx
2x

lSyawal
I

lDzulqadah

zghari 29hari
Panjang 30 hari 29 hari 30 hari 29 hari 30 hari

lx
I Awal

3lx
30x

lr',.,,,",,ror
416

2x Awal

Awal bulan SIGN H rtuhanam 3l-5-1995 * 30-06-1995 * ihafar ** Labiul Awal 29-07-1995 28-08-1995 * t.Tsani 26-09-1995 ** umadil Ula

Pis
29
30

Pis
29 30 30 29 30

Awal 30x

3l
30

3l
29x
29
28

29x
28x

30x
28

29 30 29

27x 25x

27x

26

100

l0l

AWAL PERAN ASTRONOMI DALAM PENENTUAN BULAN IIIJRIAH Purwanto Dan D.N Dawanas Abstrak
,uriig U"rtuii"n
secara komplek' Misalnva dalam.n191,t1i:l1t]-l?."]'j111' sosial politik serta aspeK llmlal' r.rin"g *alUutkan aspek fiqih (hukum Islam)'

lain(non islam) sudah dapat menginjakkan kaki dibulan, umat Islam masih meributkan adanya hilal (bulan sabit baru) atau tidak setiap awal bulan (setidak-tidaknya getiap awal Ramadhan
dan Syawal)?. Para ahli hukum Islam (ulama.) tentu jauh lebih memahami persoalan ini dibanding masyarakat awam, Berdasarkan perintah Nabi Muhammad SAW, yang mengharuskan melihat hilal ketika akan melaksanakan dan mengakhiri ibadah shaum,

berbagai as99k- Vang Masalah penentuan awal bulan hijriah melibatkan

awal bulan Hijriah berperan'sebagai atat bantu dalam penentuan perbedaan diharapkan asironomi keterlibatan dtngun dari sisi ilmiah, sehinggu Islam kalender. penyusunan umat Islam dalam penentuan hari raya maupun beberapa dkkemukakan ini tulisan dalam dapat dipersatukan. ouou "nr".nva, asffonomi dalam rangka penv{}l1 awal bulan bulan Hijriah ditentukan Hijriah. Dikalangan umat Islam Indonesia' awal astronomi digolongkan Biasanya hisab' dan rukyat yaitu l;ilg;" auu "u."] it*i ttitu[ namun dalam tinjauan ini penulis menempatkan

nrn"'"".i

maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa rukyat (pengamatan hilal), tetap harus dilakukan, meskipun
berdasarkan perhitungan tentang posisi bulan dan matahari yang sudah cukup teliti mengatakan bahwa bulan berada dibawah ufuk. Hal ini disebabkan karena mereka berpendapat bahwa mengamalkan perintah Nabi berarti ibadah.

ffi;l#iJi;fib.;iil
;;d;
[.rornpor

hisab' astroiromi sebagai penengah antara rukyat dan

Pendahuluan
berbeda Dalam dua tahun terakhir umat Islam Indonesia tahun pada yaitu pendapat dalam menentukan hari Idul fitri' terjadi dapat titZig dan l4l3 H. Perbedaan ini diperkirakantinjauan fiqih Dalam H' I4l4 lagi pada penentuan IdulFitri bulan termasuk masalah l"J"t"t" Isiam), penentuan awal didalamnya. )iirrr"a"r, yang"diperbolehkan adanya perbedaan kemasyarakatan' sosial ekan tetapi Jita ditinjau dari segi " p"tU"a"."' iersebut sering menimbulkan " keresahan Oleh karena itu tidak' maupun nyata dimasyarakat ,Yan1tampak penyeragaman kalender kesatuan penentuan hari IduiFitri, atau

bagi umat Islam' Islam pada umumnya' jelas lebih maslahat aspekaspek yang melibatkan penentuan hari raya umat Islam politik' maupun sosial bersifat kompleks, mulai dari aspek fiqih' if-i"i. Penulis membatasi pembicaraan dalam penekanan tak lupa "tp"t 'aspet sesuai dengan judul tulisan ini' dengan

ilmiah, sedikit menyinggung

utp"t lain yang tentunya

berkaitan

dengan perbidaan yang terjadi dimasyarakat' kemajuan ilmu Masyarakat awam sering beranggapan bahwa perbedaan sehingga pesat' dan teknologi saat ini sedemikian merupakan Islam alwal bulan vang dihadapi umat ;;;Jt; saat orang irorri. Banyak orang bertanyatanya, mengapa

i.rut,

Kemajuan ilmu dan teknologi tentunya,tidak boleh ditolak oleh umat Islm namun harus ditempatkan sesuai proporsinya. Sebagai contoh bahwa ulamapun tidak menafikan ilmu pengetahuan, kami kutipkan penyataan KH Ma'ruf Amin (1993) dari PB Nahdhatul Ulama, sebagai berikut: "Dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah NU berpegang pada rukyat sesuai dengan pendapat mereka. Sikap Nahdhatul Ulama tersebut tidak berati mgabaikan ilmu hisab, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, bahkan justru memanfaatkan seopimal mungkin untuk memperoleh hasil ru'yah yang lebih sempurna. Oleh Nahdhatul Ulama hisab ditempatkan pada posisi pemandu dan pembantu. Kesalahan penempatan posisi akan membawa dampak yang sangat luas dan dapat merusak tatanan yang sudah disepakati oleh Aimmatul Mujtahidin serta Jumhur Salaf dan Khalaf." "Semua kebijakkan Nahdhatul Ulama harus berpegang pada prinsip tersebut, oleh karena itu Nahdhatul Ulama tidak dapat menerima pendapat yang mensyaratkan penerimaan ru'yah yang harus sesuai dengan dengan hasil hisab qathi. Sebab pendapat tersebut sama dengan mencampakkan ru'yah. Kaiau hasil ru'yah yang diterima harus sama dengan hisab qathi, maka melakukah ru'yah adalah tahsilul hasil. Dan bila ru'yah yang tidak sesuai dengan hisab akan ditolak, maka ru'yah tersebut sebenarnya tidak ada gunanya."

102

103

ull'Y* berkaitan dengan Aspek ilmiah dalam penentuan hrstitut selama inilcami tekuni di astronomi, bidang if*t Vu"g kami bukan ulama' namun Tekologi Bandung' fnflt-Jp"" sering gor*il iu' juruYn AstronomiSyawal observatorium
menurut astronomr'
#at-Ramadhan atau menerima p",tu"yuui-i""t"ttg yang Bahkan tidak sedikit orang
mempertanyakan, apa itlu" lalam dalam penentuan awal bulan umat yang masih u"tftJ"-UtOa berbahagia memperoleh ini?. oleh karena sebatas kemampuan kesempatan ini, untuk -""g"*"kuk"t a"p" diberikan astronomi dalam kami, tentang tono'Ui'" V^""g awal bulan Hijriah'

t"nT-qul kejadian-kejadian yang ada padanya-sebagai bahan A.llah ketaqwaan-kepada. urrtrt meningkatkan feimanan dan peristiwadan konsep Islam, benda-benda

(ayat-ayat) peristiwa langit semata-mata merupakan tanda-tanda Allah SWT' lung ttt""u"iut tun Keagungan dan Kekuasaan erat dengan L"Uittju"f, lagi, ibadah aatam Islam seringberkaitan

SWT. Dalam

***9mi

mempersatukan

*;;i;gat_

f.n"nt"u"

Antara rukyat' I{isab dan Astronomi blhwa umat Islam di Indonesia Tidak dapat 'disangkal lagi' Hijt:tit dengan dua cara' yaitu rukyat menetapkan u*ur ut'iii bulan sabit baru (hilal) dan hisab. Rukvat ffi"t;;;;;In tJrbenam tanggal 29 ulan ntll1, oada saat (sesudah)-iriahari matahart

arah astronomi. Cintoh yang nyata ialah dalam penentuanbulan awal penentuan dalam serta kiblut, waktu-waktu tftutut, yang sedangkita bicarakan sekarang ini hijriah Kemajuan ilmu pengetahuan pernah mencapal masa nama-nama keemasannya di zaman Islam, dengan munculnya pelopor ilmuwan muslim yang sampai sekarang diakui sebagai Jal""t ilmu pengetahuan dan teknologi, mialnya : Ibnu HaYtsam matematik), Al Battani (ahli ifiii optitl, etkftu*utizmi (ahli lainlain. Akan tetapi dengan jatuhnya

)rtto"o-i),' Ou"

estafet kekuasaan Islam oleh orang-orang Barat' maka dan (Eropa ilmu beralih ketangan Barat f"rt"-Uu"gu" -Untrrnglah masih ada sisa-sisa peninggalan -ilmu itn"tttul. -zaman Islam dahulu, diantaranya ilmu hisab pengetarr-uan dari

i:il"r*"';t"Jututut'

rtijtiirt u:lg* mencari kapan saat untuk perki.uu" u*liffi posisi bulan saat matahari ijtima (konjungsi) serta dimana dipakai ;;;" u4riatr'-ulsab biasanva terbenam pada tangg;;;; sendiri itu hisab ittt"dans untuk pedo*un ru"6ui' ""*"t ini' kondisi oJl:: Me"ngingat dijadikan patokan ;:il;;;I rukyat Hisab Aglma yang lemadukan maka sikap Departemen yang merupakan suatu sikap untuk penentuan awal bulan

nerhig1e.a1

posi si bul an dan

oUtlfitl"*,

u:1::o*,,L'fo' sering digolongkan dalam juga dilakukan astronomi meskipun ,"u""u'iyu iutu* seienis dengan rukyat' ptin:tply" pengamatan ,u"*"i;" p"iun asffonomi sebagai Tulisan ini uermatJud minletaitcun p.n.ngutt anlatahisab dan rukYat' benda-benda'langit
"uuut'g astronomi mendapat tempat serta segala f"t'J*""u ungku'u' Islam' Hal ini dapat
Sebagai

di Indonesia' Akan V""E ait"t"Uangkan dipesantren-pesantren perhitungan hisab akurasi ietaii letas harus diakui bahwa yang telah astronomi ilmu traOisionat iauh lebih kasar dibanding bermaksud tidak Jit"*u""gi*" oleh dunia barat tersebut. Kami menonjolian ilmu pengetahuan dan teknologi dari orang-orang namun Uarat yuttg notabene kebanyakan adalah Non Islam' dan telnologi sebagai umat yang menghargai ilmu-pengetahuan yang astronomi ilmu suaitr selayaknya kita- memanfaatkan telahberkembangpesattersebutuntukkemaslahatanumat. Bukankah ada hadits yang berbunyi "Hikmah (ilmu orang pengetahuan) itu adalah barang yang hilang kepunyaan f"ri*un, maia dimanapun ia mendapatkannya' ia lebih berhak
atasnya'. ragu-ragu Dengan uraian diatas, maka hendaknya kita tidak bantu alat satu salah lagi u;;uk menerima astronomi sebagai diantaranya umat' ya:ng dapat digunakan untuk kemslahatan ir"i,it *i*p"rr=ut rkun awal bulan Hijriah atau Kalender Islam.

ffii"*

-"*n:tiari

umat tumbuh yang subur dikalangan avat-avat Al-qu'ran yang uania5, dimengerti *t";;;; serta untuk memperhatikan langit memerintahttu" ul-ui Islam
104

Sebenarnya astronomi telah dimanfaatkan untuk untuk kemaslahatan lain, misalnya : penggunaan satelit
banyak

105

gerhana' telekomunikasi, perkiraan

P":klt1* lainlain' Semoga Denentuan u,ur'' nuruiTu"'*uttu'ilutut'.dan masalahpenentuan d"rrnun lebih berper;""* "*"""t"1 {alam tita idam-idamkan dapat hijriah trl,;'.;r;t;'vang
u*u'i brrlun segera terwujud'
Pengamatan Astronomi

pergantian muslm'

-t"iiup -.;;;;k* mengamatr lu-*u


1936)
Lebih tipis bulan ;t"t"' (pemotongannyu l"bfi ;;;;tj'
dengan pengamatan itiit bulan sabit berikut ini'

Perancis pernah seoang ahli astronomi dari -p""liti""-L"ttg""ui Andre Danjon, bulan sabit'Danjon (1932-

bulan berbentuk sabit


lebih

m.elUentuk sudut ukurannya aari u;ung"tt" ujung liOat terdapat pemotongan' *i""g"rt fi"gkara:n tigo altujut)' tetapi pendek

t'ko'uttttvu {;k" kita uj i Fenomena. tersebut dapat

tttiaiti '

atau dapat diteliti pada foto

dimuka' Seperti telah disinggung oenda langit' vang pada u*J" 'dalam dilakukan pengamat;;?3tnia*

astronomi juga

;n;-;r,;

bulan, beda

;k";l

sabit untuk meng"y:: bulan uiutunvu-ailakukan 'Jtr'io astronomr sedangkan - peneamatan ll,)#'t"i^. Misalnva sala' ;as"e.oYli" slauit jika dilakukan tidak terblil;;"d" adalah perhatian astronom langit fenomena ,""* benda '""*"i-J""tk bulan berotasi (#t;ffiilui-gt't'unu)dengansecara khusus lain (bintang-uintulji"it* .il;t.-sehingga okultasi bulan dengan T"-:"t11 didirikan ,.ruto t"*uig" International planet-planet' yuitt' The ' bintang-bintu"g ui"t" di Tokvo' Jepang' Lunar occultation ;;":";;ilt11aua*u" selama bertahun-tahun !:l* Dengan data penffi""'p"iiti ribuan tahun)' para astronom atau (bahkan *"""upu'"'ui"luti sifat geral bulan' Dengan dapat memb*' """tnit^i;;;"g model' sehin gga posr sr o"p"ld**nkairsuatu tersebut bulan analisis Saat ini prediksi posisi dltentffi;t#;; dapat sarnpar bulan dapat mencapai ketelititian

1'

;fy*;;::**l .i'[';'JB!. f iltlil':fr pengaTil"T':.::T'*1."?*uti


;;; :H;' ;;;;;

pada

""*t

Gambar

sudah sangat

t"fit;';;'ht"gga
( 1 /3

r"ri?iit

(rekor) tersendiri b"gi "";;;;;"id" ltl akan *:"1'udi suatu catatan Ut'tun-i"'*tda' ( mengamati Dicicco 1 9 89)' ;i#il;lidah'-tvtenurut g diabadik"" yan Victor' dipecahkan oleh Rober rekor pengam"Jii;i-;"""uq pud' .'** 13 jam 28 menit htl"l yang berha'il '"t"';;;;; dilakukan di dengan *"r*J;ifi^;";k'i; ^Peneamatan J""'g* ukuran hilal dari Amerika o"u" tii'J*"i 60 derajat tanpa terputus' ujung keujung t"ttiiu't

tarik merupakan suatu daya Pengamatan Ut'tu" sabit berhasil ada astronom

U"sur

600 deraj at)'

tidak mencapai setengah 1. Foto bulan sabit yang ukurannyabosccha dengan bantuun linskaran. Foto aiuuut ti l['8*utodu*ol"lt M Raharjo' pukul 05 30 telJskopUnitron (diameter ti't-'"t"*t'S7c*) ttuttu- kunjungi (ijtimak) 16 Agustus tS93' ilft"'aiiu*
pagi, tanggal

membentuk sudut 180 Seharusnya panJang hilal selalu. ta van g samp ai kema d";;;;; j;k;ii a.il "i" ol"' g,'un gun : +uJu dun uu:"vut data bulan sabit baru'

: ffi t:t:,
106

kita. Dengan *"ng"*i"iriun menyimpulkal bafwl' sedikit data bulan t"biil;;;[ubunion oleh jarak relutil' pemotongan ulung-ujur['t''itut Oit"ntukan of light) sertu (arc cahaya bulan matahuri yung al;but busur L)' panjang hilal ditentukun lebar hilal ltu ,.nii'l tit"gtft' dengan rumus berikut :

107

Sin (Lt})..
Jadi,

sin

aL
......(1)

cos

Qurra, Abdurrahman As-Sufi, A1 Biruni) abad (Nashiruddin At-Tusi), sampai abad XV (Al-Kasani).

XIII

Dengan d adalah sudut pengurangan (deficiency arc), dan adalah panJang hilal (length ofthe crescent).

cahaya hilal akan habis (mustahil dapat dilihat). Dengan mengestrapolasi data yang dikumpulkan maka Danton menyimpulkan bahwa hilal tidak mungkin dapat dilihat pada
jarak busur cahaya (aL) 7 derajat atau kurang.

jika d = aL, maka seluruh hilal

akan dipotong atau

Para ahli astronomi modern memberikan kriteria sederhana yang diturunkan secara empirik, yaitu :"Bulan mulai terlihat jika fraksi (bagian) bulan yang tercahayai dan menghadap ke bumi sudah mencapai I%o (dari keselurusan permukaan bulan)". Agar bagian yang tercahayai mencapai 1% dari seluruh

Limit Danjon ini telah dievaluasi oleh Schaefer (i991)

dengan kesimpulan bahwa penyebab terpotongnya "tanduk" hilal adalah karena cahayanya tidak dapat ditangkap mata kita, atau intensitas cahaya ujung-ujung hilal dibawah batas ambang

kemampuan mata

kita. Dengan kesimpulan ini Schaefer menyatakan bahwa setiap pengakuan keberhasilan melihat hilal

permukaan bulan, maka sekurang-kurangnya jarak bulan matahari sekitar lI,5oA. Fothemgham (1910) menurunkan kriteria penampakan hilal berdasarkan hasil pengamatan beberapa orang di Yunani. Kriteria Fotheringham ini kemudian diperbaiki oleh Maunder (1991) yang selanjutnya dikembangkan lagi dalam Indian Emphemeris (1979). Ketiga kriteria ini diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

yang kondisinya kurang dari limit Danjon harus ditolak, meskipun jika kondisi hilal melebihi limit Danjon tidak menjamin dapat dilihat. Limit Danjon berlaku juga untuk pengamatan diluar angkasa maupun dipesawat terbang. Untuk pengamatan dengan alat optik (teleskop, binokuler), limit
Danjon hanya turun sedikit saja (tidak sampai setengah derajat).

Tabel

: Kriteria penampakkan berdasarkan


Tinqqi Bulan dari ufuk Maunder Forherinqham 11" 12 10..5 11".9 9o,5 11..4
1

Fotheringham

(1910), Maunder (1979) dan ephemeris (1979).

Selisih Azimuth
0o 5o

lndian Eoh 10..4


100

Kriteria hilal Limit Danjon hanya memberikan petunjuk tentang kondisi hilal yang mustahil dapat dilihat mata kita, namun tidak menjelaskan kriteria hilal yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dilihat. Dengan data pengamatan hilal selama bertahun-tahun, orang-orang Babilonia kuno menyimpulkan bahwa biasanya hilal mulai terlihat jika umurnya sudah lebih dari 24 jam sejak konjungsi. Dengan asumsi bahwa bulan dan
matahari terpisah pada bujur langit dengan kecepatan setengah derajat perjam, maka kriteria hisab orang Babilonia untuk menentukan awal bulan adalah sebagai berikut : "Awal bulan

100 150

90.3

10,0

80,0
6o

8".0
60,2

23

7.7"

Dr. Muhammad Ilyas menurunkan lcriteria penampakan hilal

berdasarkan data pengamatan hilal selama bertahun{ahun yang

dimulai jika beda bujur langit bulan dan matahari (arc of separation, as) sekurang-kurangnya 12 detajat". Menurut Ilyas 91984),lcriteria ini masih terpakai sampai oleh para ilmuwan muslim pada abad IX-XI M (Al-Battani, Al Farghani,Tsabit bin

dipublikasikan dalam banyak jurnal astronomi. Menurut Ilyas (1984, 1988), hilal pertama kali dapat dilihat jika bujur cahayanya sekurang-kurangnya 10,5 derajat (pada beda azimut 0 derajat). Jika beda azimut bulan-matahari lebih dari 0 derajat, maka kriteria tersebut akan lebih besar lagi. Untuk lebih jelasnya kriteria Ilyas digambarkan dibawah ini.

r08

109

Perhitungan Astronomr
pengamatan bendaUntuk pegangan ahli astronomi dalam menunjuikkan yang dibuat suatu tabel benda langit, biasanya -ru*i' setiap- saat' Tabel. atau almanak ;;;"; l"riau-u""au dikalangan astronom saat mt i"pi"-"titl yang palinglerkenal setiap tahun adalah The Astronomi"cal Almanac' diterbitkan United States ,"U"g"i hasil kerjasama Nautical Almanac office' Majesty's Her dengan Naval Observatory, Washington, Observatory' Almanac Office, Royal Greenwich Nautical -Cu*triOg". terjadinya Dalam tabel ini antaialaindimuat waktu
SUN AZIMUTH SEPAMTION

I c
U

6 t

a z o o
=

'

MOON

(')

d;J""g.;

yang biasanya antarabulan dan matahari (new moon) month). Derajat ;;";,:rk"" awal bulan qamariah (newalmanak ini sekitar kesalahan penentuan waktu kbnjungsi dalam

matahari selama setahun. untuk posisi matahari busur' sedangkan presisi (ketelitian sampai t"p"""'utut cletik l"t*t potlti bulan "hanya"sepersepuluh detik busur'
2
d
@

bulan dan r"i""g"tt m"nit. Selain rtu dimuat pula posisi dapat dicapai
hasil Mengingat p"rryuru"un uirnunut astronomimerupakan p;;a;i;""gerak be,tda-benda langit' maka sebenamya kitapun tetapi karena iufut -.tututun perhitungan sendiri' agar perhitungan iuttor-funor korekii yang perlu dimasukan setidakmaka mencapai ketelitian yun{ auput diandalkan ' Computer Personal tidaknya perlu menghit tttg d"ttgutt b1n!1an kalkulator akan mamakan iPqL l;"a jika dilakuk"an dengan (misal waktu terlalu lama dan kemungkinan kesalahannya gerak Persamaan karena :salah pijit tomlol") akan lebih besar' buku-buku banyak dalam benda-benda langit dapat ditemui Meeus Jean oleh astronomi, diantaranya yang ditulis, bukunya dalam (1985),seorang matematiku** Btlgiu ' Meeus bulan )"""g";uk"ka; algoritma untuk penentuan fase-fase posisi bulan serta penentuan i;;fit laru, kuartiidu" pu*u*a) algoritma Meeus dan matahari. Penentuan konjungsi dengan posisi sedangkan menit' 2 ;;"; ;"tapai ketelitian sekitai bujur (untuk sudur detik bulan dapat mencapai ketelitian 10 geosentrik lintang (untuk g"or""*il bulan) aan I Aetit busur

o b

\
2 o
o

di Istambul pada tahun 1978 Konfrensi kalender Islam sebagat (1981) mgnefagkan kriteria seoerti dikutip ofeft Oizer cahava bulan]usur berikut :,,Awal b"t; ;;Ji^l :ft^ja1ak d a"t"1i1 dan tinggi bulan saat matahari ,"ku'u"g-ttli';"*t1 5 deraiat"' Keputusan
matahari terbenam

ini sebenarnvu t"ru'

t"f""""tU-t"?lg"Yu "iliiJ"it

ffi;;i;;;;;""

rcr"*

iaitu'"au "-t::^delegasi pernah'diterapkan di Iradonesta'

t*g'":t}

bulan).

lll
110

untuk menentukan Kita bersyukur bahwa metoda astronomi sudah dijadikan salah tor,l,rrrgrir"rta posisi Lulan dan matahari Rldalam penetapan awal-awal satu rujukan Departernen egu*u nJpug srtrdah menggunakan .a]1a1ak Hijriah. Saat

hukum atau daerahdaerah yang satu kesatuan wilayah barat penampakan pertama

daerah

tersebut.

i"i bulan p"rl"r*ur, untuk Nautika


a*
J]n";
yang digunakan astronom'

*uttu konjungsi serta posisi ini Almanak Nautika ,nurufruri, yang d;i;- ketiga rnutulutt .,kembai=an" The Astronomical Almanac ai;"b.ri .eUagui

bull

(tid"k;;i;t' untuk daeiah sebelah timurnya)' garis ;;;" tersebut bukan sekedar ufuk' Garis batas
yang memis"hk;;

lain

disebelah

"wJ iitut

aiutut ufuk atau dibawah

4.

'--s'"iuij.rtnva

masalah penentuan awal memanfaatkan ilmu astronomi dalam lriteria bulan hijriah, kita harus pula mempertimbangkan limit yaitu tampak' tritat musiahil ;;;;.p;l"t hiial (atau kriteria demikian Dengan b;il yang diajukan oleh para astronom' hijriah *"r,i.rruttu" , agat penyatuan awal-awal bulan ini. ililJ 'a"p"iL*"pJi, *utu i"iu diperiratikan butir-butir berikut *" rupa' sehingsa tlap i eg. lalendJr disusun sedemikian "hilal tidak mustahil awal bulan ai-t'tul dengan kriteria Islam yang kalender dapat dirukyat" 'Pada contoh bulan,,1'"lgl awal dilampirkan, penulis menghitung.

jrka kita

konsisten menerapkan

dan

tapi secara p"til*gu" TtrypukT penampakkan hilal' mempunyai t#;'nfr-nfty" untuk hilal masih dapat Penggunaan atat uniut pengmatan tersebut tidak ditolerir sepanjang kemampuan alat telanjans. A\a1 terlalu jaut, setisi[nva dengan. mata fungsi alat haruslah tetapi seperti ;;;;-it"gsi liisab', p"emandu dan pembantu rukyat ditempatkan 'ffiui dengan mata telanjang'

daerah-daerah yang

Fitri Tiniauan sekitar perbedaan Idul

l4l4IJ

ketentuankondisihilalsetidak-tidaknyamelebihilimtt aL Danjon (aL>:Tderajat)' Cara penentuan dA' Cos aL = cos dh cos


(2) Dengan dh adalah selisih tinggi

metoda penentuan awal Dengan memperhatikan beragamnya umat Islam' kita dapat bulan yang berkembang dikalangan dalam penentuan ;;;";kit""kan bahwa aian terjadi perbedaan diberitakan media massa' Idul Fitri | 41 4 H. Sebagaiman i t?"U l4l4 H bertepatan Menteri Agama *"""iuitutt ary! faTadhan ini

bulan

dan matahari

(Arc of

Vision)

dan dA

adalah selisih azimut

keduanYa.

2.

berkaitan dengan Pada penentuan awal bulan yang

membuktikan perlu dipaksakan tidak berhasil, maka awal bulan tidak telah disu1t11 yang sama dengan pada kalender . sepertr keadaan t"il.f""-v"' berdasarkan hisab' Dalam itu SAW' ini kita wajib mengamalkansabda Rasullah had' 30 . ;;;g;""p"k* bulan sebelumnva menjadi didunia manapun tempat 3. f"U3.iutliu" rukyat disuatu

tTt"k ibadah, tetap harus dilakukan rukyat hilal hasil hisab' Jika temyata rukyat

ini jika rn".upuitu" penampakan

.pertama'menandai garis batas awal bahwa daerah t"ir"u,rf dilewati oleh pula untuk bulan hijriah". Penampakan tersebutberlaku

petruari lgg4' Tanggal 1 Ramadhan dengan Sabtu, fZ ti"1 Isl-a"m seluruh Indonesia' dianggap sudah di"o"d;9rti dalam pemantauan penulis ' bahkan seluruh ASEIN' Namun *""gu*uti shaumnya pada hari temyata ada umat Iti;; t"d karena Arab Saudi Jum'at, 11 Pebruari ffi; M'han"mereka tersebut' "dan menurut ;;;";;pk"" u*ul 'hat'm pada tanggal dapat berlaku untuk fiqh" hasil rukyat t'itd ai"'uto tempat jika awalnya berbeda' seluruh dunia. S"d;i;;"p"i aipastikan jika pun dapat berbeda' Kecuali maka akhir shaum R;;;h"" ;it", at.u sut'al" shaum 30 hari sedangkan yang v""g melaksanakan selama Z9hari' shaumnya t"tutu"gu" ianya kota Bandung' pada Penulis metatutan' ftiftt*"s"1 .:"'"k seiak 12 Pebruari tanggal 29 Ramadtan'1414 fr lainit"nn berdasalrkan- data pada Thc lgg4), konjungsi tta^"ft ter1adi' y ear 1994' konj ungl terl'adi Astronomical Almairll' r-'it'" ur atau 14'05 WIB' Akan - p"Lf oz-'os tanggal 12 Maret iii+ terbenam 6menit lebih tetapi untuk po'i'i Bandung bulan
113

t12

rukyat hilal dapat dahulu dari matahari, sehingga mustahil 30 hari dan hari Idul berhasil. Bulan Ramadhan dilenapkan Senin 14 Maret tnn! ilil;yt Alf*t jututt bertepatin dingan -, secara astronoml i;il uau yuttg bertanya-tanya, mengapa fitri vrtr:'seakan akan sudah dipastikan' ;;;;p;t;"'tai hasil rukvat?'Bukankah ada ahli hisab vang ;;;;;;"t"ggu tanggal 12 Maret 1994 saat ;;;";;k"; biilan diatas ufuk pada jelaskan nya dengan argumen *"lunu.i terbenam?.Kami akan
sebagai "-- berikut.:

1: i"p"tti telah dikemukakan

diatas' dalam pembahasan maupun astronomi ditempatkan terpisah dari rukyat

hisab. Vte,,giniat perhitungan astronomi


m"ncupai keieliiian yang sangat

sudah Vakt]l

tinggi' kami

pada bahwa pori,i bulan t'ttttt't seluruh Indonesia kondisi dalam tanggal'12 Maret 1994 insya Allah kata lain' ahli MUSTAHIL Oepef DILIHAT' Dengan bulan hisab boleh saja tidak sepakat menyatakan ahli astronomi dibawah ,rfuk-ala,, diatas uiuk, tetapi bahwa untuk mereka' sepakat dalam perhitungan terbenam bulam Indonesia seiuruh ibukata piopinsi di lebihdahuluatausetidak-tidaknyabersamaandengan matahari sehingga hilal mustahil dapat dilihat' merupakan 2. Para ulama mel'ig"mutatan bahwa rukyat perintah Rasullah SAW' Yanq. fr1ru1 altat:"itkT dalam p.r,"niuutt awal bulan hi3riah' teru!ry1 -aw.atTidak boleh awal RamJhan, Syawal dan Dzulhijjah' penentuan rukyat' kita lupakan bahwa selain dengan (menggenapran awal bulan dapat pula dengan istikmal

3.

bulan30r'u'l).s.au"gkanistikrnalinibersifatmutlak

'
)9,

(dengan sebab apapun yang menghalangi-terlihatnya hilal), r.Uugui*u"a diterrrukatun oleh Dr'abdullah Nashih 'Ulwan berikut ini'
l

"Penyempurnaan bulan Sya'ban 30 hari (adalah penentu awal Ramadhan) jika secara mutlak rulqyat hilal tidak dapat terlaksana, oleh sebab ghaim (mendung) atau semacamnya (sebab-sebab lainnya), sesuai dengan sabda Rasullah SAW yang diriwayatkan Syaikhan (BukJraary-Muslim): Shaumlah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat pula. Jika hilal tertutup atasmu, sempurnakanlah bilangan Sya'ban 30 hari "' Penentuan secara istikmal ini telah disepakati untuk penetapan 1 Ramadhan l4l4 H di Indonesia' Karena astronom yakin bahwa tanggal 29 Ramadhan l4I4 H hilal mustahil dilihat, maka Insya Allah penentuan awal Syawal juga ditetapkan atas dasar istikrnal (penggenapan) bulan Ramadhan 30 hari. Jika ada yang memulai shaum sejak tanggal tl Pebruari, maka sebenamya bukan berdasarkan rukyat' Berita tentang awal shaum di Saudi jatuh hari Jum'at sudah beredar sejak Kamis sore, jadi sebenamya dasar penetapan di Saudi juga istikmal. Dengan demikian jika nanti mereka berlebaran hari Ahad, 13 Maret 1994, maka dasamya bukan karena rukyat hilal melainkan penggenapan Ramadhan 30 hari. Mereka berdalil bahwa rukyat disuatu tempat dapat diberlakukan diseluruh dunia, tapi apakah istilanal disuatu tempat juga berlaku diseluruh dunia? Adapun jika mereka berlebaran hari Sabtu, 12 Maret 1994, dengan dasar rukyat (shaumnya 29 hatl) maka secara ilmu, rulcyat

t!,!.-r li!- JVI 1lt t&

')'''l cd).: s\,.r.r i rr l;Uii ,fut o V, *r) btsb ,*# l.r,


114

9,e' Ol++ll

oly

laif )-Jl,

'il l' 1' o;f:


qtlt d

,ft^;
t

tersebut harus ditolak karena dilakukan sebelum


Demikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat kami kemukakan untuk menjelaskan peran astronomi dalam penent.uan awal bulan hijriah' Khususnya untuk penetapan I
konjungsi.

V:2 y'l

.1tJt

115

yang terdapat datang!.Mohom maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini. Wallahu a' lamu bish-shawaab Daftar Pustaka
Ulama dalam Amin,KHM,l993,Pokok pokok Kebijakkan Nahdhatul Makalah pada Dzulhijjah' dan Syawal Penetapan awat Ramiai,an, 1993)'Jakarta Seminar Sehari Mengenai Hisab iukyat (19 Agustus

MEMBURU GERHANA MATAHARI CINCIN


(Laporan) Drs.H.A.Baidhowi , Kasi Hisab dan Rukyat

(DITBINBAPERAIS)
Motto : Dan Matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikian ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan bagi
bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai kemanzilah terakhir)

Dept of Met'New Delhi Anonim,l979,Indian Astronomical Ephemeris 'lndia year 1994 for Almanac Astronomical enonim,tgg+,The Danjon, A.,1932 L'Astronomie 46,57 O*:"",n,f S:6,Buletin de la Societe Astronomique de France' 50'57 Method for Visibility Curve of the Moon'

kembalilah dia sebagai bentuk tandan tua. Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edamya.*QS. 36:38-40)

;;;M iss:,n

Calculation

Kandili Observatory. of the Moon 'MonNot Fortheringham,JK,lglO,on The Smallest Visible Phase Roy Ashon.Soc70,527 lumpur tiyur,fri, t lA+,tslamic Calender,Times,Qibla,Rerita'Kuala Visibility tl8b,Llmlting Altituie Separation in the new Moon'fist

iiy"t,ftll,

criterion,Astron,Astrophys,206, Maunder, EW<1 9l l,JBAA,2 1,355

I33

Meeus,J,1985,ertono-r"ui--'Formulae
Bell,Virginia
Ulwan,AN,
I

for
wa

calculators'3'd ed'Willman-

g83,Fadlaailut

Ramadhan

Ahkaamuh,

cet

3,Darus

Saalam,Jedah.

Menurut data astronomi (ilmu falak), gerhana matahari cincin (GMC) akan melewati dan terlihat di wilayah Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1998.GMC irri merupakan gerhana matahari ke 38 dari 7I gerhana matahari Seri Soros I35 yang melewati wilayah lndonesia, dan akan melewatinynlagi pada saat 3x siklus Soros (sekitar 54 tahun) yaitu GMC tanggal22 September 2052,yang melewati Nusa Tenggara Timu. Gerhana matahad atau khusufusy-syamsi terjadi karena ketika bulan mengelilingi bumi, pada garis edarnya rnemotong ecliptika, posisi bulan berada diantara matahari dan bumi. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam tidak menyia-nyiakan kejadian alam yang langka ini untuk dijadikan sebagai salah satu bahan kajian dan observasi, terutama untuk mengecek akurasi data hisab/perhitungan dari berbagai sistim hisab yang dihimpun dan ada pada Ditbinbapera Islam. Tim observasi Ditbinbapera Islam yang terdiri dari Drs.H.Hariri YS,SH,sebagai Ketua (lokasi Dumai-Pekanbaru) dengan dua anggota Tim masing-masing Drs HA Baidhowi (lokasi Siborong borong Tapanuli Utara) dan Drs.H Assadurrahman (lokasi sipirok Tapanuli Selatan) telah melaksanakan observasi GMC ini. Tempat yang menjadi sasaran observasi dipilih dari sembilan lokasi yang mempunyai kemungkinan terjadi GMC

116

117

dengan maksimum tinggi masing-masing 93o/o, yaitu Tahuna, Durnai dan Bengkalis. Tim Ditbinbapera Islam ini melakukan observasi bersama Tim dari InstitutTeknologi Bandung (ITB) dibawah pimpinan

Dr.Mujiharto (wilayah Dumai), sedangkan untuk tim wilayah Medan-Sumut bersama-sarna tim dari Planetarium

Observatorium DKI lakarta dibawah pimpinan Drs'Darsa S' Kegiatan ini dikoordinasikan dengan Pengdilan Tinggi Agama Pelianbaru dipimpin oleh Ketuanya Drs'H'Habiburrahman, SH,M.Hum. dan PA Dumai serta PTA Medan, dipimpin oleh Drs.H.Arso,SH.hakim Pengadilan Tinggi Agama Medan, dengan anggota Drs.Hamid Pulungan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Balige dan Drs'H.Husni AR Ketua Pengadilan Agama Pematang Siantar serta Drs.Hasan Basri Harahap, Ketua
Pengadilan Agama Padangsidempuan.

Tabel /rekapitulasi data GMC/Gerhana sebagian (GMS) 22 Agustus 1998 dari berbagai sistem/ data hisab adalah sebagai berikut: REKAPTTULASI DATA GMC/GMS 22 AGUSTUS 1998 DARI BERBAGAI SISTII\{/DATA HISAB
iistem/data .lO
risab dengan

<ontak awal

\wal GMC

vlAX u.2)

\KHIR u.3

okasi
I

3M (P.l)

u.l)

JMC/MIT iMC/S

\KHIRGM
u.4

TB ;IBOLGA ,.SIDEM
T.PRAP

l.t
1.2
1.3

)6;10;42 )6;10;42 )6;10;34

)7; I

7;10

)7;18;18
)7;1 8;

l'l;19;44
)7;19;44 )7;20;04 )7;19:20

)8;38;48 )8;38;48
)8;40;21 )8;37; I 5

l7;17;34 \7;17;53
)7;

l8

)7;18;49
17;17;49
)7;

1.4 1.5 1.6

].SITOLI
TARUT

)6;l 0;56
)6;10;38

l6;35

)7;17;36 )7;19;01

l8;19

)'l;19;20 )7;21;22

)8;38;58 )8;43;16

)UMAI
]ULUGH
WARHAR MEDAN
P.BARU

)6;10;40

)7;19;59

2 2.1

]5;43
C5l52

)6;33 )6;40

)7;23 )7;28

09;03
09;1 5

)9;03 )9;15

2.2

3 3.1

\IURUL ANWAR MEDAN


P.BARU
o5;3 3
05:,4 I

)6;27;30
16;34;30 J7;17
C6;46; I 5

)7 .)7
J'l ;28

09;1

19;1

3.2 4
5

09;1 5

19;1 5

SULLAM

NAYYIR
PBNU

07;17 05;35

]8;20
07;57;30 07;30

09;23

J9;23 10;20 09;32

l0;20
09;32

6
7

LF NU JATIM 05;26

06;28

NASA PR

06;10;15,4 06:10

07;l 4; I 4,8 07;15;51,8 07;17;28,1 10:'57l'54,7 07:l 6 07:17:34 07:19:08

8 A.N s"d-\4atahari

l0:57

= t5"8t',7 .Bulan = l5'9",7New Moon= 09:14:09 WIB (NASA)

15'48"

15'6"

09:03

wIB (AN)

118

ll9

baik tim Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa sesuai gerhana Stpt;;k *up'"" Siborongboiang dap4 melihat kgntak untuk dengan tabei yang tercaltum diatas' Sedangkan terdapat karena melihatnya dapat tidak ;;i GMC;teaua"tim masih awan dan pada saat berlangsung awal gerhana' matahari keadaan dalam sudah terbit rendah bahkan saat matahari Siporok gerhana.Gerhana matahari baru bisa terlihat oleh tim Siborong-borong iuAu p"tol 06.55 WIB. Sedangkan Tim melihal gerhana mulai pukul06'55 WOB' oleh Untuk waktu *"rr.r*t jadwal seperti yang dikeluarkan perbedaan ada tidak hampir NASA lfg, Atmanak Nautika dan matahari/umbra dengan hasil pengamatan, seperti akhir gerhana Og.lg Wm, kecuali data dari kitabifiZ> terjadipada pukul -masih banyak perbedaan antara hasil kiiab' ilmu falak perhitungan dengan hasil pengamatan GMC'

BAB

MEKANISME PENENTUAN AWALBULAN

t20

MEKAIUSME PEI\,ENTUAN AWAL BULAN RAMADH.A,N DAN SYAWAL


Drs. H. Taufiq, SH. MH Pendahuluan
Penentuan awal Ramadhan dan Syawal mendapat perhatian

khusus dari masyarakat Islam,

sejak masa Rasulullah SAW

hingga kini, karena keterkaitannya dangan ibadah puasa, kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Bahkan ia dapat mempengaruhi stabilitas, ketentraman dan keamanan
masyarakat. Oleh karena itu para ahli hukum Islam menentukan

norrna-norrna yang mengatur tata cara - penentuan awal Ramadhan dan Syawal tersebut. Ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya. Negara-negara Islam serta negaranegara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, termasuk negara Republik Indonesia memedomani norrna-norrna hukum Islam tersebut. Rasulullah SAW memberikan pedoman kepada umat Islam bagaimana memulai berpuasa serta mengakhirinya. Beliau memberikan pedoman bahwa berhubung masyarakat Arab pada masa itu, belum menguasai ilmu astronomi dan matematika dan sesuai dengan ketentuan bahwa umur bulan qamariyah ifi 29 atau 30 hari, maka penentuan awal Ramadhan dan Syawal berdasar rukyat (melihat dengan mata bugil) hilal atau menyempurnakan umur bulan Sya'ban atau Ramadhan menjadi 30 hari (apabila hilal tidak terlihat pada akhir bulan-bulan tersebut). Hal ini sesuai dengan tradisi bangsa Arab pada masa itu. Sementara itu Al-Qur'an memberikan peran serta isyarat bahwa peredaran bulan, bintang dan matahari dapat dijadikan pedoman untuk menentukan awal bulan qamariyah. Kemudian para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menerapkan serta menjabarkan pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis tersebut seiring dengan kemajuan sain dan teknologi dikalangan masyarakat Islam pada masanya. Sebagian ulama berpendapat

121

dan Syawal itu bahwa untuk menentukan awal Ramadhan lain yang .U"tpTdupll cukup hanya dengan hisab' Sedang Syawal dan bahwa untuk menentukan awal Ramadhan hisab yang hisab dan berdasarkan rulcyat yang didukung
didukung rukYat. Situasi tersebut diatas terdapat

di dalam masyarakat.Islam

Agama sejak berdirinya' Indonesia. oleh karena itu Departemen bulan

penentuan awal mengatur prosedur serta mikanisme qamariyah lainnya' Ramadhan serta Syawal dan bulan-bulan keamanan dan Hal ini dilakukan ,,,t*k -""1u*in ketentraman' yang

Indonesia ketertiban masyarakat dalam negara

45' berdasarkan Pancasila dan UUD singkat prosedur dan Tulisan ini akan *.ttg*uitu" dengan itu a\an diuraikan juga dengan mekanisme tersebut. Oisa'mpittg singkat mengenai
pelengkaP'

p""-""*"n aial bulan Syawal 1412 sebagai

Paradigma dan dasar-dasar


dan awal Syawal Dalam menentukan awal bulan Ramadhan bahwa rulcyat paradigma Departemen egama- menggunakan hisab dan hasil densan yang benar tidak akan UEi"tttu"gu" hasil dengan bertent"angan sebaliknya. npuUifa f'asil rukyai kedua-duanya mungkin salah satunya salah atau

i-t]r*, *"t"
salah.

Uoautltmtt prinsip-prinsip antara lain: penentuan awal bulan 1. Rukyat vung aulpui-iijuAft* dasar yang memenuhi syaratRamadhan au,, i'vu*ut, yaitu rukyat syarat sebagai berikut : ' i.1. Rukyat t"t*U"t harus diitsbatkan oleh hakim p"r,guAif* egu*a setelah diteliti dari segi syari'at dan ini sesuai dengan pendapat ahli segi ilmu hd;;;i terbukti fiklh seUagai berikut : "puasa wajib karena berdasarkan hilal dapai- airutvut' dihadapan hakim dijelaskan kesaksian';";;"d vang adil sebagaimana tersebut hakim dimuka d;;;"; iittttui pernyataan

menangani

Departemen Agama dalam Berdasarkan paradigma tersebut bulan Ramadhan dan Syawal

p"n*u"-

awal

atas semua penduduk dimana hilal tersebut terlihat" (I'anah juz I:216)."dan terbuktinya terlihafirya hilal bagi orang yang tidak melihat sendiri itu dengan kefutusan huli-; (Syarwani alat Tuhfah juzIll:374)' .t.Z. nukyat tersebut tidak bertentangan dengan hasil perhitungan ahli hisab qathi. Hal ini sesuai dengan p"ttOupal ahh fikih sebagai berikut : "didalam kitab Mughni oleh Al Khathib terdapat ketentuan bahwa kaiaur seandainya seorang atau dua orang saksi menyatakan -.iihut hilal sedangkan hasil hisab menyatakan bahwa hilal tidak mungkin dilihat, maka menurut Imam As-Subuki persaksian tersebut tidak dapat diterima sebab hisab mempunyai nilai qahti' ,"durrg nilai persaksian hanya merupakan persangkaan kuat, dan persangkaan kuat tidak dapat mengalahkan juzl:216)' sesuatu yang mempunyai nilai pasti"'(I'anah halangan ada karena dirulcyat 1.3. Apabila hilal tidak dapat sedang lain-lain, polusi dan seperti mendung, awan, dirulqyat' mungkin menurut perhitungan hisab hilal maka awal Ramadhan ditetapkan berdasarkan imkanur rukyat. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli fiqih sebagai berikut : "kalau seandainya hisab qlthi menunujulkan bahwa hilal telah wujud dan mungkin dirukyai sesudah terbenam matahari, tetapi tidak dapat dirukyat bil fi'li maka sepatutnya penentuan awal Ramadhan tersebut dicukupkan dengan hasil hisab tersebut. Yang dimaksud dengan tidak dapat dirukyat bil fi'li ialah tidak dapat dilihat dengan mata bugil, karena hilal tertutup mendung atau partikel-partikel juz lainnya yang menutupi hilal"(Syarwani alat Tuhfah

bahwa hilal terbukti dapat dilihat. Puasa tersebut wajib

Ilmu hisab yang

nI:374).

berkembang

di

Indonesia dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 2.1. Hisab hakiki taqribi yaitu hisab yang bersumber dari data-data yang dikumpulkan dan disusun oleh Ulugh

Beyk. Data serta metoda perhitungan hisab ini berdasarkan teori geo sentris. Titik nol meridiannya
t23

t22

terletak disuatu tempat yang disebutJaziratul Khalidah' London. trtiia hilalnya dihitung dari titik pusat
Uutcan

bumi bukan dipermukaan bumi dan berdasarkan

patokan bahwa bulan bergerak ke arah timur rata-rata rataiZ deraiat. Karena perhitungannya berdasarkan maka ."t"'A"ti alat yang digunakan masih sederhana'

waktu i"iil"tti hasii pe-rhitungun gerhananya padaterbukti padatinggil 1l Maret 1992 iitni" matahari jam'
meleset dua

ilmu hisab dua golongan yang lain ialah koreksi-koreksi posisi bulan serta matahari lebih komplek dan lebih teliti. Buku-buku yang termasuk golongan ini antara lain Nautical Almanac, Astronomical Almanac, bukubuku astronomi oleh New Comb, Islamic Calender, Astronomic Formuly for Calcolator. Departemen Agama dalam menghisab awal Ramadhan dan awal Syawal berpedoman kitab khulashah wafiyyah, Badi'atul Mitsal, Hisab hakiki dan buku-buku ilmu astronomi moderen.

2.2

Hisab hakiki tahkiki yaitu hisab yang metoda perhitungannya berdasarkan teori-teori astronomt modern din ilmu ukur segitiga bola serta berdasarkan p"ngu-ututt baru. Buku ying termasuk golongan hisab i"i laitu Khulashah el-wafiyyah, oleh K'H'Zubair' Badi'atul Mitsal oleh KH' Ma'shum dan Hisab hakiki

Prosedur dan mekanisme


Sebagaimana dijelaskan dimuka bahwa penemtuan awal Ramadhan dan Syawal mempunyai kedudukan yang penting dalam masyarakat Islam Indonesia. Sementara itu di Indonesia

oleh KH.Wardan. Metoda perhitungannya berdasarkan

teori-teori. dalam 2.3 Hisab hakiki kontemporer yaitu ilmu hisab yang moceren' astronoml nerhitungannya berdasarkan ilmu alat-al at ffiil;ilk;ionit*poter dan menggunakan oengan ml htsab ilmu Perbedaan moderen. elektronika

berkembang bermacam-macam aliran dalam metoda penentuannya. Maka pemerintah dalam hal ini Departemen

Agama membentuk Badan Rukyat Hisab dengan tugas pokok memberikan pertimbangan kepada Menteri Agama daiam menentukan hari-hari besar Islam dan dalam menentukan awal Ramadhan, Syawal dan hari raya Idul Adha. Badan rukyat Hisab tersebut memiliki team teknis yang bertugas untuk menyiapkan data-data hisab bagi badan tersebut. Anggota team ini terdiri dari orang-orang yang menganut berbagai metoda hisab yang berkembang di Indonesia. Team ini menyiapkan hasil hisab dari aliran-aliran yang berkembang di Indonesia.

Mekanisme penentuan hari-hari besar Islam dan awal Ramadhan serta Syawal adalah sebagai berikut : 3.1 Team menghisab awal bulan Hijriyyah dengan menggunakan berbagai metoda yang berkembang di Indonesia. Hal ini kemudian diserahkan kepada Badan
Rukyat Hisab.

3.2 Badan Rukyat Hisab mendiskusikan hasil hisab team tersebut kemudian menentukan awal bulan qamariyah termasuk awal Ramadhan serta Syawal dan hari raya '[dul Adha.

t24

t25

3.3 Setelah mempertimbangkan keputusan Badan Rukyat Hisab tersebut Menteri Agama menetapkan hari-hari Besar Islam. 3.4 Khusus untuk awal Ramadhan dan Syawal Departemen Agama mengadakan sidang itsbat kedua bulan tersebut yang dihadiri oleh anggota Badan Rulqyat Hisab, pejabat_ pejabat Departemen Agama dan peninjau dari Kedutaan Negara-negara Islam di Jakarta. Setelah mendengar laporan tentang hasil rukyat bdan pendapat-pendapat dari sidang serta dengan memperhatikan keputusan Baan Rukyat Hisab, Menteri Agama menetapkan awal Ramadhan atau satu
Syawal.

Penentuan Awal Syawal

l4l2 H

Untuk menentukan awal Syawal l4I2 H. Badan Rukyat dan untuk menentukan awal Syawal berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh team teknis. Setelah mengkaji data-data tersebut Badan Rukyat dan Hisab tersebut memutuskan bahwa hari raya idul frtri 1412 H. akan jaruh pada tanggal 5 April 1992, karena hilal menurut perhitungan para ahli hisab dan astronomi pada tanggal 3 April 1992 tidak dapat dirukyat meskipun ijtima' terjadi pada jam 12.01 WIB, pada waktu terbenam matahari hilal di bawah ufuk untuk sebagian besar wilayah Indonesia kecuali untuk Aceh dengan ketinggian 45 menit yang menurut pengalaman dan teori tidak mungkin dilihat. Namun demikian untuk memenuhi sabda Nabi serta Pengecekan, Departemen Agama memerintahkan 303 Pengadilan Agama untuk mengadakan rukyat.pengadilan Agama mulai dari Ambon hingga Aceh semuanya melaporkan bahwa mereka tidak dapat melihat hilal meskipun cuaca cukup baik. Tetapi Pengadilan Agama Gresik melaporkan bahwa ada tiga orang kyai melaporkan melihat hilal di Ujung pangkah pada 5 derajat lintang utara dan mereka telah disumpah Ketua Pengadilan Agama. Kantor wilayah NU Jawa Timur takan bahwa ada tiga orang kyai di Ujungpangkah melihat hilal dengan ketinggian 2.48 derajat selama I I menit 2 detik dan mereka telah disumpah. Dari lokasi rulqyat Ujungpangkah Ketua

Hisab Departemen Agama mengadakan sidang

bahwa -"."ku metitrat tritat selama satu menir pada waktu terb;;;; mahharidan kesaksian tersebut ditolak oleh pengadilan Agama. LaporanJaporan terseLut dianaiisa --- Oepartemen Agama, - oiet dengan
dapat diterima, sebab tidak sesuai ;";g;; .,i.n'., aslinya. Sumber aslinya menyatakan bahwa mereki _"fifru, sekejap lima menit dengan _ketinggian. sekitar f .j-i*E.t, sedang pW NU menyatakan menyatakan mereka meli'hat aengan" k;;rd;; 2.48 d,eralat selama sebelas teUii. P"T{?rlul ketiga saksi -"nit tersebut tidak dapat diterima sebab warna hilal itu tidak merah Oan Uesarnfa tiaak j;;; disamping alasan vang digunutun "d;* Agama pengadilan ili,1u Gresik' Lebih-rebih mereka menyatatan bahwa mereka terah disumpah oleh Ketua,pengadilan';fi Gresik, sedang yang bersangkutanmenyatakantidak. e-----Kesaksian dua orang di Bekasi juga tidak diterima sebab menurut pengalaman serta teori hilal iulit dilihat il;;;'k;; terbenam matahari, apalagi O."gk.iirggi* % derajat. Berdasarkan alasan_alasan

;b"d;;;;;k* l, oru'* ;r;;; pada waklu terbenam matahari i Sementara itu uJu laporan a".i s.r"riT:";:ffi1*ilfH-; orang
mereka tidak dapat menunjukkan kefaaa memberikan kesaksian

hirar seLma ri-" .J"tt dengan ketinggian derajat aiseuetatr utara matahari dan -dua wama putih kebiru_biruan,_sebesar seperemp at jariArab. Ketua Pengadilan Agama menolak m""yumiuf,

ada limpunyu;. furnanya merah, sebesar o-ri'gun -"r*ruJr,iiur ketinggian l'5 derajat *u-u t.il-ing-kuningan serama -"rurt dua menit di sebelah utara terbenurnrnutut uri, sebesar satu iari Arab' Yang ketiga menyatakan merihat
satu

Pengadilan Agama Gresikmelaporkan ada tigaorang kyai yang melaporkan merihat h'ar dengan posisr yang berbeda dan lama melihat yang berbeda pura. vu"g p"Jurna meraporkan bahwa ia melihat hilal sekejap, d"ngun t.i"ggiun setengah pandangan di dekat branjanlang (band;an-;;;:?;;o udang dan ikan di tengah-tengahnya

jari yang

kedua melaporkan Lahwa iu

Pernyataan pengurus Wilayah

kesimpulan sebagai U"ritut

NU Jawa Timur tidak

laporan-laporan team rulryat pengadilan Agama dari Ambon hingga Aceh dan

j"r."Uui,-!"rtu

126

r27

hasil perhitungan hisab tersebut hilal tidak terlihat pada tanggal 29 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 3 April 1992' Maka awal Syawal ditetapkan jatuh pada tanggal 5 April 1992 dengan istikmal bulan Ramadhan.

MEKANISME PEIYETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAI\ DZULIIIJJAH DI INDONESIA

lI. Hasbullah Mursyid


I.Pendahuluan

Penutup Dengan adanya kasus perbedaan penetapan awal Syawal l4l2 H. perlu diadakan reassesment serta memantapkan

konsensus kaidah-kaidah penentuan awal ramadhan, syawal dan

hari raya haji dan menyempurnakan organisasi Badan Rukyat Hisab serta anggota musyawarah itsbat hilal. Hal ini perlu dilakukan karena kejadian tersebut memberikan isyarat terjadinya perubahan dalam lingkungan baik di bidang sosial, politik dan iptek.

Memenuhi permintaan Saudara Direktur pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, atas nama Dirjen pembinaan Kelembagaan Agama Islam, dalam menyiapkan makalah ini, pemapar dalam berupaya turut serta memikirkan mekanisme penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah di Indonesia,
berangkat dari permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
mekanisme tersebut.

I.

II. Permasalahan dan Analisa permasalahan Permasalahan-permasalahan Fiqhiyah


Dzulhijjah, karena ia menyangkut ibadah dalam syariat
Islam. Sebagaimana kita maklumi, berbicara ilmu fiqh, berarti kita akan berhadapan dengan pandangan-pandangan dan Permasalahan-perrnasalahan Fiqhiyah terkait langsung dengan mekanisme penetapan awal Ramadhan, Syawal dan

2.

pendapat-pendapat menurut mazhab-mazhab, menurut aqwalul fuqaha, dan sebagainya. Berhubung dengan itu, berbicara tentang mekanisme mengenai penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, tidak akan terhindar dari masa-il fiqhiyah yang perlu dipecahkan dengan suatu kesepakatan terlebih dahulu sebelum merumuskan Mekanisme penetapan awal bulanbulan yang disebut diatas tadi. Permasalahan-permasalahan Non Fiqhiyah Murni Permasalahan-perrnasalahan butir kedua ini dapat kita pisahkan atas dua hal pula, yaitu : 2. I Permasalahan-permasalahan teknis Misalnya : Kemungkinan ilusi dalam pengamatan hilal ; kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam hisab (perhitungan posisi hilal) secara ashonomik (ilmil falak): teori-teori penghitungan astronomik menurut

128

129

diuji dalamuji coba posisi hilal yang vung tioi*",i[ titi-ieoripenghitung ilmu astronomt ketinggalan dari perkembangan
suatu kitab pegangan yang belum

teknis : Permasalahan-permasalahan non 2.2 ""J""rt contohDisamping permasalahan teknis sebagaimana diluar diatas tadi, mungkin saja ada faktor-faktor
contoh

sendiri.

teknis yang rnempeigaruhi' Misalnya :

adayya.

menghadapi keinginan rn"r,urnpitttutt ]ati diri kekompok yang

Departemen Agama RI, melalui Badan Hisab dan Rukyat bertekad turtuk mengkombinasikan antata hisab dan rulcyat' Dalam hal terjadi kesamaan bila menurut hisab dimungkan rukyat sedangkan memang terjadi rulqyat dalam kenyataan (rulqyat Bil f il) tentu saja tidak ada permasalahan' ' I.iu-.r' bila menurut hisab tidak mungkin rukyat' tetapi ada kesaksian melihat hilal, kita dihadapkan pada altematif untuk memilih hisab atau memilih rulcyat. walaupun demikian masih ada jalan tengah, yaitu bila para pakar hisab bersepakat sampai

t"foilpot lain;

adanya mgmgntum tertentu

menyrburkan gelombang-gelombang sebagainya' miskomunikasiian salah faham dan perludibahas Hal-hal yung *t*pakan masa-il fiqhiyah

politik;

batai mutawatir untuk memperkirakan


-etitt"t

adanya

tentang ketidalanungkinan rukyat berdasarkan hisab qat'i, maka hilal pada waktu hari yang bersangkutan kesaksian

dandiadakankesepakatanolehpaTafuqhaha.
-dalam

permasalahani"Jurrgtun hal-hal yang terkait dengan perlu dibahas astronomi' permasalahan teknis hisab yang fuqhaha oleh para puf.-aiUiAang hisab-itu'fakar

belum tentu pakar pula pula sebaliknYa'

hisab astronomi' Begitu

Selanjutnya

hal-hal . yang "9" - TYl.t spektrumnya jauh lebih Fiqhiyah, astronomi oun Noi t,ras mencakup peisoalan-persoalan mekanisme

*t"g""ui

komunikasida"hubunganmasyarakat;jug-a pihak yang terkait.untuk menyangkut tt"Jiuutt

'"-t'u persoalan Agama mendudukkan persoalannya sebagai dan teknis asffonomi'


Kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan

ditolak kesaksiannya. Sebaliknya bila para pakar hisab tidak mencapai batas mutawatir untuk bersepakat atau hisabnya tidak mempergunakan mukaddimah-mukaddimah (premisze) yang qat'i atau (ilmu pasti) maka kesaksian melihat hilal dapat diterima. Juga peilu diputuskan tentang kewenangan untlk mengitsbatkan awal Ramadhan, Syawal danDzulhijjah berada pada instansi mana? Bila mengikuti mazhab Syafii bahwa L"*.tu'gu' itsbat itu ada pada "qadli" atau ulil Amri, maka bagimasyarakat umum umat Islam sudah menjadi jelas bahwa mJreka ierpedoman kepada pengumuman pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI. Bagaimana pun hal serupa itu perlu diputuskan dan disepakati oleh para pakar fuqaha yang
bersangkutan.

III.
1.

Kesepakatan dalam masalah Fiqhiyah


Badan Hisab dan Rukyat Banyak hal yang diperlukan dalam

dengan masalah-masalah Departemen Agama i'I b"'k""uan fiqhiyah. menetapkan awal Sebagaimana dimaklumi, dalam hisab disamping aliran ada R";;#;, Syawal dan Dzulhlijah p"*"iitttutt Lrdonesia dalam hal ini aliran rukyat, ,"du"gku"

Demikian pula tentang msalah mathla' dan kedudukan Indonesia sebagai satu wilayah kedaulatan negara dan Pemerintah yang dipersatukan dalam satu mathla' dengan penyesuaian waktu lokal untuk masing-masing daerah, hal-hal r"*pu itupun memerlukan kesepakatan para pakar fuqaha alau paling tidak mengkonfirmasikan hal-hal yang telah merupakan kesepakatan fuqaha di Indonesia hingga hari ini' Guna kristalisasi pendapat pata fuqaha yang pakar, mungkin
diperlukan suatu pertemuan atau munajarah para fuqaha dalam bentuk badan hisab dan rukyat yang diperluas yang mencakup baik fuqaha penganut hisab maupun fuqaha penganut *Ly-?t'
Munaj arah tersebut diseleng garakan bekerj asama dengan

MUI'

130

131

2.Kesepakatan-kesepakatan dalam masalah-masalah Hisabiyah


Terdapat pula hal-hal yang memerlukan kesepakatan para pakar hisab dalam Badan Hisab dan Rukyat' Misalnya telJ1e

L"rupu tinggi minimal bulan untuk mungkin dirukyat (dilihat dengan -uiu). Juga tentang imkan rukyat (mungkin hilal terlihat) ada yang hanya sekedar menghitung perkiraan ijtima' (konjungsi), yaitu saat dimana matahari dan bulan menempati posiil yung .u*u pada ekliptika, pada saat sebelum matahari ierbenam. Ada pula yang menghitung tenggang waktu antar,a ijtima dan saat ierbenam matahafi dengan terbenam hilal pada saat terbenam matahari; ada pula yang menghitung selisih azimuth antara bulan dan matahari serta tinggi hilal; ada pula yang hanya menghitung ketinggian hilal sesudah ghurub (t"rU"nu-j matahari tanpa memperhitungkan kondisi lainnya' Mengenai'kadar tinggi bulan minimal itupun ada perbedaan
pendapat.

sosiologis, pemapar akan memusatkan perhatian pada masalah komunikasi dan informasi. a) Dalam konteks ini kiranya perlu keterpaduan sfiategi komunikasi antara instansi terkait. pengalaman pada Idul Fitri yang lalu ada kesenjangan dalam nat itu. Pengumuman TVRI mengenai hasil rapat Badan Hisab

'

Demikian pelik dan banyaknya masalah-masalah yang erkaitan dengan hisab itu, kiranya para pakar dalam Badan Hisab dan Rukyat perlu mengadakan uji coba mengenai

persyaratan-persyaratan imkanurnrlcyat tersebut sebagai suatu p"tt.titiutt yang sistematik dan empirik oleh para pakar yang

t"rrungkututt baik dengan metoda induktif maupun deduktif' Oerigan demikian, iekali lagi dirasakan perlunya kelompok pakar h-isab dalam Badan-badan Hisab danRulcyat disamping kelompok pakar fiqh. Mungkrn diperlukan munajarah para pakar ahli hisab untuk mendiskusikan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan' YanE kemudian dijadikan bahan untuk penyususnan pedoman bagi ahli hisab di Indonesia , YanE merupakan sejauh mungkin hasil
kesOpakatan bersama.

3.Masalah-masalah Bukan Fiqhiyah dan Bukan Ilisab


Berkenaan dengan masalah-masalah yang non fiqhiyah dan non hisab (non falaqiyah), yang terkait dengan aspek-aspek

dan Rukyat yang dipimpin oleh Menteri Agama RI telah selesai pada jam 20.00 WIB, tetapi baru disiarkan oleh TVRI pada jam 10.30 WIB, sehingga mungkin banyak umat atau masyarakat yang tidak mengikuti dan tidak mengetahuinya. b) Bahasa atau isi pesan (message) perlu bervariasi tergantung kepada jenis kfialayak yang menjadi komuikan. Paling tidak perlu dibedakan antara dua jenis khalayak : 1) para ahli hisab, 2) paru fuqaha, 3)Umat umum atau yang awwam mengenai hisabdan rukyat, walaupun pakar dibidang lain. Menjelang Idul Fitri yang baru lalu terlihat adanya komunikasi yang lcurang tepat dalam -ur. -"di" mengenai keputusan-keputusan Badan Hisab dan Rukyat disekitar ketentuan ldul Fitri l|lzlF.. Misalnya: Pemberitaan seolah-olah Departemen Agama RI teiah menetapkan bahwa hari Idul Fitri akan berlangsung pad^ hari e4 tanggal 5 April tgg} aengai berdasarkan hisab. padahal yang benar ialah: Menriut perkiraan hisab hilal mustahil dapat dilihat (dirukyat) pada waktu terbenam matahari Kamis malam fum,ai tanggal 4 April 1992. Sedangkan penetapan Idul Fitri masih akan dikeluarkan setelah dilakukan-upaya rukyat (melihat hilal) dibeberapa tempat di wilayah nepuUiit Indonesia. Namun pengumuman yang ieluar balam mass media hanya menonjolkan perkiraan hisab saja. Malahan TVRI sendiri tidak lengkap menyiarkan pengumuman Menteri Agama RI pada tanggal 4 April 1992 jam 10.30, sehingga dapat menimUutt<an p"run

P{y" hisab

penetapan_awal Syawal hanya ditetapkan dengan saja bukan kombinasi hisab dan rutyat.

t32

t33

Kesenjangan tersebut muncul karena uraian secara teknis ilmu hisab kurang dipahami oleh redaksi yang merupakan brooker antara komunikator dan l*ralayak
runum.

3)

Hubungan masyarakat dan informasi yang makin terpadu mengenai kebijakftan Departemen Agama RI yang mengkombinasikan hisab dan upaya rukyat, dengan mengingat jenis-jenis khalayak yang awwam
dan yang pakar.

Berhubung dengan hal tersebut diperlukan upaya-upaya utuk mengatasi kesenjangan tadi. Misalnya : briefing kfiusus kepada para pemimpin redaksi mengenai sistim kombinasi hisan dan rukyat yang dianut oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Agama RI. Mungkin juga perlu penataran bagi para wartawan yang meliput berita di Departemen Agama RI mengenai astronomi dan sistim yang dianut Departemen Agama

Demikian sekedar saran penyempurnaan terhadap langirah_ dan kebijakkan Badan Hisab dan Rukyat yurrg rJu-u ]anghkah ini sudah baik. Namun dinamika masyarakat dan momentum sosial tertentu mendorong peningkatan dua jawaban yang
sepadan.

Semoga

Allah

kearah jalan kebenaran dan persatuan.

Subhanahuwataala menunjuki

kita

selalu

RI dalam menetapkan (mengitsbatkan) awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah c) Pendekata-pendekatan sosiologis dengan para pimpinan organisasi kemasyarakatan yang berciri Islam dengan tinjauan fiqh dan al-hisab. Hal tersebut meliputi seminar, kegiatan hubungan masyarakat yang makin terpadu antara instansi dan organisasi, pertemuan-pertemuan yang diperluas dan
sebagainya.

Penutup Langkah-langkah sebagaimana digariskan dalam makalah

posisi Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam kiranya sudah baik dan perlu dilanjutkan. Bila diinginkan
peningkatan dan penyempurnaan, pada garis besamya dapat disarankan ahwa: 1) Keanggotaan badan Hisab dan Rukyat sebaiknya diperluas meliputi kelompok fiqh dan kelompok ilmil

"

2)

hisab.

Sewaktu-waktu diadakan musyawarah dan munajarah yang diperluas dengan wakil-wakil para Ulama Fuqaha dan pakar hisab, yang resmi ditunjuk oleh organisasiorganisasi keagamaan Islam di Indonesia.

134

135

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN AWAL BULAN RAMADHAN, SYAWAL DAN DZULHIJJAH

r3i-rt1*t,.,, j!__{,l
(,s14'
".rr-.r.C4r:-lrlt

K.H.Ibrahim

Hosen

Pendahuluan
Persoalan bulan qamariyah, terutama Ramadhan dan Syawal merupakan persoalan klasik yang senantiasa aktual. ,.klasikl,. Karena persoalan ini semenjak masa-mas a awar Islam sudah mendapatkan perhatian dan pemikiran cukup mendalam Jan serius dari para pakar Hukum Islam (fuqaha) ,n*grngui rurrgu,

At_ oyJ,'.-L

L+f
?

uidt

E_.;-r:

ini tidak dimaksudkan untuk memperuncing permasalahan, melainkan untuk mengajak ,._ru piill melakukan telaah, kajian dan penelitian ulang secara mendalam, obyektif dan seksama dengan penuh tanggung jawab dalam rangka mencari kebenaran dan kemasl ahaiin, i.iringgu setiaf pensyari'atan Hukum Islam dapat kita pahami secara=t-epat dan benar serta mendudukannyu ."iu.u proporsional dan bag;im;;; seharusnya kita menerapkannya.
Tulisan
Tentang bulan eomariyah Telah disepakati bahwa jumlah bulan . Qomariyah dalam satu tahun adalah 12 bulan sebagaimana diteglaskan dalam aa At: Taubah :36.Bulan-bulan tersebut, ada ya:ng berisi 29 haii dan ada"pula yang 30 hari. Ini dapat dilihat daram rraois Naui, riwayat Bukhari, dari Ibnu Umar yang berbunyi :

mengenai persoalan tersebut.

serius berkenaan dengun p"nguplikasian p.nAuput_p""ndapat tersebut sehingga nyaris rn.ngur-a- persatuan dan kesatuan nampaknya salah satu hal yu"g K::".H?I, -.naorong uepertemen Agama ^ RI menyelenggarakan Seminar Sehar'i tentang Hisab Rukyat guna memperoleh pedoman k";t

melahirkan sejumlah pendapat yang bervariasi. Dan dikata[In "aktual", karena hampir disetiap tahun, terutama saat menjelang tiba bulan Ramadhan dan Syawal demikian j"gu D;ulirul;h, persoalan ini selalu-mengandung polemik berkeianjangun
Oun

berkaitan erat dengan salah ,uiu ^kewajibai,

";"il;;

"Kami adalah un*?l yang ummi, tidak dapat menulis dan tidak ,;il;il;;;,. nu,un adalah sekian ada yang ii'i^ridan ada pula yang 30 f;;1,:.ot"r.Maksudnya
dapat menghitung/tidak

Hadis ini menunjukkan bahwa Ilmu Hisab dalam menentukan Nabi tidak mempergunakan u*uiiutun, tetapi juga tidak menunjukkan adanya larangan A"*]tiun. Sungguh suatu 1111"1 :ulsuJ itu dikalansan masyarakat Arab l4q:r!.-9;eiie"i'*"r.u mu Hi sab b"l; ;;;;"k ;;;";ui,f],",,ro, pahng mendapat perhatian Islam adalah Urfun'-."nu_'uAnun, Syawal dun Dzu lhijj ah. Sebab. haji atas umat rslam_(ltl;As
dengan masalah puasa
d i da-l

Diantara keduabetas

b"h, ;";;;;;;:]ang

amnya

selanj urnya ia berpuasa.

Ramidil, ;il;wayat Abu Daud dar] Aisyah r.u -"ni.l"$1", fV"Ui-.uffi"_"_perhatikan (akhir) buran Sya'ban melebihi b"i;;fii;T y'#g rain, kemudian ia berpuasa karena melihat d;i"ii.T"irlonun. Apabila hilal terhalang awan, ia mlnsfitlp-;ilr*#;tan
H"dfi ;;:;;u"otun,
menjadi 30 hari.

Al:ffiffi

t;;;;;;i"*aj

l8s,le7). Berkenaan

iban berp uasa dan

*,?;)\);r., <lrsll *a* & t-ilt at ;*s Jti; L.-*3,


+--,r,
"Berpuasalah Our.-11,
berbukarah (meneakhiri puasa)

a^.-ILJL
(ir-;sctt

-tPt4a.

melifltnV (hilat Ramadhan) dan tui"nu'-.r,hatny (hirar syawar Kemudian apabit*a terhaiang-p;;;ilffi;u ). oleh awan, maka sempurnakankan bilangan uutan si";il", jb r,"ri

136
137

Sementara
termasuk ta'
aq

qul i /ma' qul al-ma, dapat dirasionalkan, diperluas

itu

golongan lain mengatakan "ru'yah" disini

f##t;s

,ai;rl;,bj3j-

'

JIL*JI

\; 'Yt-*:l rt'-'*n*&:,
(bulan

hilal "Janganlah berpuasa sampai \amu melihat melihatnya n"--"Jft*l dan' janganlah berbuka sampai kamu terhalang kamu apabila (hilal bulan Syu*ut) femu{i1 dan Bulfiari (HR untuknya maka'kadarkanlah
l*"J*""aung,
Muslim dari Ibnu Umar)'

dan dikembangkan. sehingga ia dapat diartikan antara lain "mengetahui" sekalipun bersifat zanni (dugaan kuat) tentang adanya hilal, kendatipun tidak mungkin dapat dilihat misalnya berdasarkan hisab falaki. Namun di antara pendapat golongan kedua ini, yang lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan "ru'yah" harus diartikan "imkannur ru'yah" artinya hlal dapat dilihat (Lihat Qalyubi IL49) Dengan kata lain,yang dimaksud dengan "ruyah" ialah segala ilal yang dapat memberikan dugaan kuat (zann) bahwa triLt tetatr ada diatas ufuk dan mungkin dapat dilihat. Karena itu

menurut Imam Qalyubi, awal bulan dapat ditetapkan

untuk menentukan Dalam hadis diatas, tampaklah bahwa dan diakhiri' Nabi hanya awal bulan, saat mana puasa dimulai yaitu ru'yah (melihat hilal)' Tetapi menggunakan .u* puio't* -merupakan satu-satunya pedoman?' Dapat *'vah ini menjadi' "p"ii""rt pengertian "Jyuftl . dislni dikembangkan kah hisab gilirannya pada misalnya "imkanur rir'yah" hin-gga akan yang inilah ;;iilffi tiru ati uaiU' itternatif.r .' ersoalan dibicarakan Pada bagian berikut' Ru'yah dan Hisab

berdasarkan hisab qathi yang menyatakandemikian' Tentang kapan hilal dapat dilihat,perhitungan hisab falaki dalam masalah ini sangat diperlukan, dan mengenai ini para Ahli Hisab tidak sependapat, sekalipun mereka sepakat bahwa ru'yah hanya mungkin dapat dilakukan setelah ijtima. Sebab, hal ini berkaitan erat dengan posisi hilal diatas ufuk barat setelah matahari terbenam. Posisi hilal ini, menurut mereka, berkisar antara tiga
keadaan : 1) Pasti tidak mungkin dapat dilihat (istihalah amr'yah) 2) Mungkin dapat dilihat (imkanu ar ru'yah)

3) Pasti dapat dilihat (al-qath'u itu

sebagian fuqaha Berdasarkan zahir hadis diatas' Ramadhan harus alhir bulan berpendirian, p""tn*ut awal dan yang

Nas [I: III:373 dan Nihayah al muntaj III:148)

biru'yah) (Lihat Bayan Lin 201-202), Hasyiah Syarwani 'ala Tuhfah al-uhtaj

;id;il; t"**

dilakukan puau f,u'i

terjadi ttii"f belum bisa dilihai maupun karena istikmal berdasarkan harus Uulan cuaca, maka penet"p"" Menurut "*"i han)' 30 bulan menjadi ir*"v"*pt*ttun titu"gutt arti kaitannva dengan puasa rnl daLm ;;lo;g""'ini ru'yah Artinya tidak dapat bersifat ta'abbudi/gair-ma'qutat-ma-'na' tidak dapat diperluas 11" dirasionalkan, pttig"*iu""V" huttyu terbatas pada dikembangkan' Sehlngga penggTtlann{u demikian secara dan "melihat O"ngu"*utu ?t*iuttg" -dengan tidak dapat digunakan' mutlak perhitungan hisab falaki

u.rau'a'tun "ru'yah" atau melihat bulan baik t" 29- Apabila ru'yah tidak berhasil'

gangguan

dalam keadaan hilal tidak dapat diru'yah cuaca , mendung misalnya,Fuqaha gangguan disebabkan berbeda pebdapat. Perbedaan ini bersumber dari hadis riwayat Ibnu Umar diatas, yakni dalam mengartikan kata-kata "maka kadarkanlah" (faqduru lahu). Menurut mayoritas Fuqaha, kata itu harus diartikan dengan "sempurnakanlah bilangan bulan (Sya'ban,Ramadhan) tiga puluh hari" sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah hadis riwayat lain tegasnya, manakala ru'yah tidak mungkin dapat dilakukan, maka jalan keluarnya bukan berpegang pada hisab, melainkan pada istikrnal'

Selain

139

138

Tetapi menurut golongan !ain,- kala kata terseblt -huTt hitunglah bulan ittl diartiKtjn "fa'uddhuhi bil "Jisab" maksudnya dan{ iith"t Bidavah al Mujtahid ' r : 284 ;;;k";;i*b oleh lain antata ut Pendap Vurq-gt\"*rr!lh" Vlt296). Vf"i*" dan lain-lain' il""-Stt"ii, rvf,rttuif Ui" AbidIah, Ibnu Qutaibah sebagian dari positif ir,i--ulrrir_"lrrir ini mendapat sambrrtan hisab ilmu bahwa ulama masa kini, A"*"i pertimbangan (falak) kini telah mengalami kemajuan pesat dan baik sehingga dapat dipertanggung jawabkan' :f#ffi' l;;- ;k*;rtny" gai&it al Mutii (lihat Bayan Lin Syait<*r

yang Dengan kata lain, puasa sudah diwajibkan' Pendapat inilah MUI' Fatwa kemudian dipegangi oleh Keputusan Komisi Aliran teaua dari kalangan muta'akhlfiirin mazhab Syafii' antara lain Imam Qalyubi (lihat Keterangan diatas), Imam Ramli (w.1004H, Al'Ibbadi dan Syarwani dan as Subki (w.756). Menurut mereka, bagi ahli hisab dan orang yang mempercayainya walib melaksanakan puasa berdasarkan hisabnya. ketika Imam Ramli ditanya, kapankah hisab itu dapat

O"*itiun

dijelaskan

Nas,tr:201) Imam Y*g perlu mendapat perhatian disini ialah bahwa mayoritas kelompok Svuni }u"g dalam hal ini termasuk oleh Ibnu Swaij, disebut sengrti berpendapa! 0ffi*)-"*ata cuuca bagi- yang maka mendung/berawan, dalam keadaan d:ry:l mengituti aliran hisab hendaklah ta berpuasa hilal hisab perhitungan menlrut ;;;il;"" paoa hisau apabila Mujtahid'1284)' O"p'J ai-'Vutt ltittut Bidayatul terdapat dua Memang dalam rrrr'n"U Syani sebenarnya dan aliran^yang aliran. Aliran yang hanya mengal:ui ruyah Aliran j"F1. [rt"-p*"tt* T*gatui {saU,. -"ttguit'i ru'yah, antara ka'iangan Muta'ak*rHririn.mazhab Svafii ;;;; al tuhfah kitahnya' dalam lain Ibnu Hajar al fttu-i (w'974Q' berpuasa wajib tidak Vt.rfrtuS,tU'1i4, *rtlfiu lain disebutkan' sebelum matahari terbenam' il;;k"" melihat hilal Ramadhansudah tinggi yang sgan9linVa a"tt hilal sekalipun terdapat "*utt ia dapat dilihat secara pasti' Artinya ,,i,tuya

ii;k

"a" harus tetaP istikmal'

u*"r,

dikaitkan Hal ini karena, menurutnya kewajiban- Puasa menjadi yang dan dengan ru'yah t"taun *ut"ftari terbenam Dalam hilal' i"i ialah ru'vahnva' bukan ;;;il; iabm rt"i imam iu3ar menyinggung -pendapat -Asnawi kontels ini Ibnu ^;;j;; d""e"n"v"' Maksudnva'dalam keadaan tidak perlu istilonal' seperti itu menurui i*uii et"u*i ini juga

dipegangi dan dalam posisi hilal (lihat keterangan dimuka) UagJrma"atah?. Ia menjawab, bahwa hisab tersebut berlaku uniuk semua posisi (lihat Nihayah : 148 dan Hasyiah Syarwani:373) Pendapat Imam Ramli ini nampaknya cukup longgar karena ia mengicui pula keabsahan penggunaan hisab bagi kewajiban puasa d--alam keadaan posisi hilal tidak mungkin di ru'yah' Sementara itu Imam'Ibbadi mengatakan :apabila hisab qathii menunjukkan hilal tidak dapat diru'yah, maka kesaksianr orang yangmelihatnyaharusditolak.Iniberatibahwahasilhisabyang meriunjukkan hilal berada dalam poisisi pertama (lihat keterangan dimuka) tidak dapat dipegangi dan dengan demikian puasa iiduk dib"narkan. Pendapat ini sejalan denganlmam Qalyubi sebagaimana disebutkan diatas.Dalam mengomentari piniaput tersebut ia mengatakan, inilah pendapat yang kuat dan pengingkaran terhadapnya merupakan kesombangan dan kecongkakan (lihat Qalyuni II:49)' Pendapat senada dikemukakan pula oleh Imam Subki' Menurutnya, jika berdasarkan hisab qathi kesaksian orang yang melihat ttitut itu tidak benar, maka kesaksiannya harus ditolak. Sebab, syarat diterimanya kesaksian ialah, bahwa apa yang disaksikannya itu merupakan hal yang mungkin terjadi menurut akal (logis), adat kebiasaan dan syara'. Oemitianlah pendapat-pendapat tentang penggunaan ru'yah
jelaslah bahwa masalah itu merupakan masalah khilafiah. Atau klasik dengan lain termasuk Hukum Islam kategori Fiqg yang
dan hisab dalam penetapan awal Ramadhan. Dan uraian tersebut

ffififfi

Sejalan dengan

Imam'Ibbadi' Syarwali demikian qathi hilal hisab menurut lebih jauh menjeiaskan apabila tidak seandainya dan dipastikan uau ,"t"Uil"tUenam matahari mencukupi' sudah ada awan Oaput Ai*,at, mata hal demikian

e*"*i

diperselisihkan di kalangan Fuqaha sebagai akibat adanya perbedaan ijtihat yang mereka tempuh. Selain itu' juga dapal disimputtcan bahwa pendapat yang dipegangi mayoritas Fuclaha

140

t41

ialah bahwa penetapan awal Ramadhan, demikian juga syawal, haruslah dengan ru yah. Namun untuk mengetahui kapan *'y1h dapat dilakulan dengan tepat tentu sangat bergantung pada hisab. Sehingga jika berdasarkan hisab qathi ru'yah tidak dapat dilakukan -ut - kesaksian tentang ru'yah harus ditolak dan dipandang bohong. Jadi, antara keduanya sangat berkaitan erat
dan saling membutuhkan.

Kini timbul pertanyaan,jika ru'yah

sudah ditetapkan disuatu

negeri/daerah, sej auhmanakah ketetapan berlaku?'Maksudnya, jik"a awal bulan sudah ditetapkan disuatu negeri/daerah apakah lni berlaku pula untuk daerah-daerah lain sehingga semua ummat Islarrrharus mentaatinya, ataukah hanya berlaku untuk daerah setempat?.Jawaban terhadap persoalan ini biasanya dikaitkan dengan hadis Kuraib riwayat Muslim' Muslim miriwayatkan, Kuraib melihat hilal Ramadhan di Sistem,syriar) pada malam Jum'at karenanya ia dan penduduk negeri setempat, termasuk Mu'awiah, berpuasa dikeesokan haiinya. Ketika ia pulang ke Madinah ternyata disana hilal baru

terlihat pada malam Sabtu. Mengenai hal ini ibnu Abbas menyatakan, bagi penduduk madinah berlaku ru'yah
madinah. "Demikian tuntunan rasullah' katanya mene gaskan'

Atas dasar hadis ini para ulama berbeda pendapat' Imam nawawi ketika mengomentari hadis ini mengemukakan sejumlah pendapat ulama mazhab Syafii' Antara- lain

Nawawi disana, dan ini juga merupakan pendapat luar kalangan syafiiyah, dapat disimpulkan menjadi tiga pendapat: Pertama, setiap negeri/daerah mempunyai mathla' masingmasing. Karenanya, ru'yah disuatu daerah tidak berlaku untuk daerah lain, dekat maupun jauh. Dengan kata lain ru'yah hanya berlaku lokal untuk daerah yang sama mathla'nya) Kedua, ru'yah yang terjadi didaerah mana saja berlaku untuk seluruh kawasan muka bumi, sekalipun berjauhan. Menurut pendapat ini ru'yah berlaku untuk seluruh dunia (internasional) Ketiga, ru'yah disuatu negeri/daerah hanya berlaku untuk negeri setempat dan yang berdekatan dengannya.(lihat Bayan lin Nas :II:203). Pendapat terakhir ini merupakan pendapat tengah-tengah dan paling kuat dalam mazhab syafii. Penentuan tentang dekat dan jauhnya suatu daerah terdapat perbedaan pendapat. Kesemuanya dapat diringkaskan menjadi dua teori , masafah al qasr dan mathla'. Daerah yang masih dalam lingkungan masafah al-qasr radius kurang lebih 80 l<rn menurut teori pertama atau yang sama mathla'nya menurut teori kedua, dipandang dekat, sedang diluar itu dipandang jauh. Pendapat kedua ini merupakan pendapat paling kuat dalam mazhab Syafii. Dari pendapat-pendapat tersebut kita bebas memilih dan tentunyayang sejalan dengan maslahat umurn. Tentang Dzuthijjah dan Idul Adha

berpendapai *,yutt (ketetapan awal Ramadhan) disuatu daerah hanya beilatu untuk daerah yang bersangkutan dan yang dekat dengannya dalam radius kurang dari masafah al-qasr atau hanya untuk daerah yang satu mathla', sementara itu pendapat lain

Sebagaimana dikemukakan dimuka, penetapan awal Ramadhan dan Syawal ditetapkan berdasarkan rukyah atau

menyatakan uertatu universal dalam arti berlaku untuk seluiuhdunia. Menurut pendapat ini mengapa Ibnu Abbas tidak mengamalkan berita yang disampaikan Kuraib, disebabkan hal itu tirmasuk kesaksian (syahadah), sedangkan kesaksian tidak dapat ditetapkan berdasarkan seorang saksi' Namun disamping haitersebut merupakan ijtihad Ibu abbas yang tidak mempunyai kekuatan mengikat, juga jika ditinjau dari sudut zahir hadis, tindakan tersebut menunjukan bahwa ru'yah tidak berlaku untuk daerah yang berjauhan (lihat syarah Muslim,VII:188-197 dan al-Majnu vi;298-303). Enam pendapat yang dikemukakan

hisab ataupun gabungan keduanya. Jika dilakukan takhrij (analogi) terhadapnya, maka penetapan bulan Dzulhijjahpun
dapat didasarkan pada pedoman tersebut. Tetapi apakah dalam persoalan teori mathla; atau tidak sehingga pelaksanaan Idul Adha dapat dilakukan secara internasional dalam waktu yang bersamaan/ Dalam hal ini masalahnya berbeda, tidak sama. Ulama telah konsensus bahwa dalam pelaksanaan Idul Adha

hanya dikenal teori mathla', dimana masing-masing negeri Islam berlaku mathla' setempat. Atas dasar ini maka pelaksanaan shalat idul Adha di Indonesia, misalnya tidak dibenarkan menghikuti negara lain yang berbeda mathla'nya.

t42

t43

Mengenai hal ini Ibnu abidin disana dapat disimpulkan bahwa persoalan pelaksanaan Idul Adha tidak sama dengan masalah penetapan awal Ramadhan dan Syawal (yang menurut Jumhur tidak dikenal teori mathla' sebab, dalam penetapan awal Ramadhan dan Syawal masalahnya adalah puasa, sedangkan

penetapan awal/alJrir Ramadhan ini merupakan persoalan fiqh yang bersifat kemasyarakatan sebagaimana disinggung diatas, maka demi tercapainya kemaslahatan umum, keseragaman dan

disini (bulan Dzulhijah/Idul Adha ) masalahnya adalah puasa, dan Qurban. Jadi dalam hal ini kembali kepada mathla'
masing-masing sebagaimana shalat maktubah.

Siapakah yang berhak menetaPkan?

Kita kembali

kepersoalan penetapan awal/akhir bulan

Ramadhan. Dari uraian disana dapat dipahami bahwa hal tersebut termasuk masalah fiqh atau ijtihad. Sesuai dengan
status dan wataknya, fiqh yang zanni (kebenarannya relatif) ini tidak mengikat, karena ia adalah pendapat individu. Oleh karena itu bagi orang awam bebas memilih dan mengikuti pendapat

inilah satu-satunya yang berwenang menetapkan serta mengumumkan awal/akhir Ramadhan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka apabila pemerintah (Qadi,Hakim) telah menetapkan dan tentunya harus berdasarkan laporan pihak yang dapat dipercaya dan data-data akurat serta mengumumkan maka ketetapan ini berlaku umum dan mengikat Dan atas dasar ini pernyataan perorangan tidak dibenarkan. Berkenaan dengan hal ini, Fuqaha mazhaz Syafii
mensyaratkan, ketetapan awal/akhir Ramadhan
harus

kebersatuan umat, pemerintah perlu turut campur tangan dan

diputuskan, dilakukan oleh Pemerintah. Dan apabila pemerintah telah memutuskan baik atas dasar laporan kesaksian ru'yah

manasaja yang dipandang sesuai dengan kemaslahatan dan tuntutan zaman, sejalan dengan kaedah "Al-Ami 7a mazhabu lahu " orang awam tidak mempunyai mazhab. Dan atas dasar itu pula maka ulama sepakat bahwa ru'yah seseorang hanya berlaku bagi dirinya dan mereka mempercayainya. Demikian juga hasil hisab seseorang hanyalah berlaku baginya dan yang meyakini kebenarannya. Artinya kedua hal ini tidak berlaku

(lihat mematuhinya Syarwani,flI: 3 T6,Nihayah,III: 433-43s)

maupun atas dasar hisab, maka semua masyarakat harus


antara
I

lain

Hasyiah

49

dan al-Fiqh' alal Mazahib,I:

Sementara itu, jumhur (Hanafi,Maliki dan Hambali) yang tidak mensyaratkan harus ditetapkan pemerintah, tetapi jika

pemerintah menetapkannya, maka ketetapannya inipun bersifat

mengikat

bagi

masyarakat umum

(lihat

al-fiqh'alal

khalayak/masyarakat umum. Mengingat hal ini merupakan persoalan umum, atau Hukum Islam yang bercorak kemasyarakatan, maka jika dibiarkan sebagaimana adanya dan setiap orang boleh memilih masing -masing, tentu kebingungan dan kesimpang siuran dalam masyarakat tidak dapat dihindari. Berkaitan dengan persoalan semacam ini Hukum Islam telah memberikan pedoman tersendiri yang menjamin terciptanya

untuk

Mazahlb,I:434-435) Dari penjelasan

ini dapat diketahui bahwa

antara mazhab

Syafii dan jumhur dalam hal ini terdapat titik temu. Yaitu
manakala pemerintah telah menetapkan awal/akhir Ramadhan maka semua umat Islam/masyarakat umum harus tunduk pada ketetapan tersebut. Dan dengan demikian persoalan ini telah
terjawab.

kesatuan dan menghindar keresahan.

Ilmu Fiqh (Hukum Islam) telah mengatur bahwa dalam


perioalan yang berstfat kemasyarakatan perlu dan dibenarkan campur tanganUlil Amri/pemerintah. Hal ini ditegaskan dalam kaedah yang telah populer,"Hukmul Hakim iizamun wa yarfa'ul khilaf'. Keputusan Hakim /pemerintah itu mengikat dan menyelesaikan perbedaan pendapat. Oleh karena persoalan

Mengenai sejauhmanakah ketetapan ini berlaku, apakah hanya untuk daerah yang satu mathla' saja ataukah dapat berlaku universal? Sebagaimana disinggung diatas, persoalan ini hanya terdapat dalam mazhab Syafii.dan untuk ini Ibnu Hajar telah mengemukakan, Apabila Pemerintah sekalipun berbeda mazhab dengan kita, mazhab Syafii telah menetapkan (adanya ) hilal dan mengumumkan untuk masyarakat maka sekalipun berlainan mathla' kita harus mentaati dan beramal

144

t45

ini sejalan sesuai dengan ketetapan tersebut, dan yarfa' (lihat Tuhfah,III: Khilaf ul l{a't<im

il; ilfik-rt
Berdasarkan

tt$Tf:l?h ).
383

maka perselisihan tentang mathla' harus itu mengikat Oit"tu*pi"gkasn, karena keputusan Pemerintah jika Indonesia di Untuk Jun -"r,y"lEsaikan perbedaan pendapat' p"*ri"iuft telah memutuska-n, maka keputusan itu berlaku

ini

irnl* t"t"-tt
f.-uOiun

terhadap p"lutrurruut, tail eOita, maka berdas.arkan Takhrij dilakukan perlu inipun inasalah Ramadhan, penetapan aka seragam Pemerintah' Dengan .utu itti umat Islam lndonesia Fitri dan Idul shalat a;il mengawali ibadah puasa Ramadhan, ini Islam umat Idul Adha. Keseragaman dan kesatuan amaliah mempekokoh ,u"gui Jip"rlukan lalam rangka menggalang dan

wilayah sekalipun berlainan mathla'' dan mengenai p""ouiun penetapan awal Dzulhijah

CATATAN PERIIITUNGAN POSISI DAN PENGAMATAN HILAL DALAM PENENTUAN KRITERIA PEI.{AMPAKAN HILAL Moedji Roharto Abstrak Informasi global astronomi yang bertautan dengan pengamatan dan perhitungan posisi hilal disampaikan dalam'turi"san iniPaparan informasi ini diharapkan daplt menyatukan visi tentung persoalan hilal dalam penentuan kritiria visibilitas hilal.
Pendahuluan

ukhuwah islamiYah.

pokok yang dihadapi dalam mencari menggunakan t<riteriu visibiiitas hilal dalam penentuan awal bulan Islam di Indonesia. pertama tentang keragaman perhitungan posisi bulan pada saat matahari terbenam dan penentuan ijtima,, kedua kontroversi hasil pengamatan hilar termuda dan yang ketiga pemilihan kriteria visibilitas hilal untuk penentuan awar butan daram karendei
Islam

Ada tiga persoalan . kesepakatan

penentuan posisi bulan


Metode perhitungan

bulan yang dipergunakan dalam almanac NautikJ *uupun Astronomical Almanac mempergunakan teori EW Brown
(1 8e6).

Perhitungan posisi bulan dan matahari tidak terlepas dari teori. geosentris (epicycle) atau heliosentris mendasari modei perhitungan kedua benda langit tersebut. posisi bulan maupun matahari yang dihitung oleh kedua model teori tersebut aoatah posisi geosentris. Dalam astronomi metode perhitungan p*i"

Metode Brown kemudian diperbaiki sekitar tahunl954 (Improved Lunar Ephemeris tgiz-tgsg; Nauticar Almanac office; washington iss+1. Metode urruti,ir, analisis deret tanpa memperhitungkan gangguan planet dikembangkan oleh IviC Guttzwiller dan DS Schmidt gThe motion of the moon as

r46

147

----_ll
Hill, brown and Eckert; Astronomical pup"tt of the American Ephemeris, vol XXm part i;Wutfti"g,o" (1986). Sejak tahun 1984 the Astronomical
computed by method of dan dipertoleh dari pengamatan astronomi. Terus terang masih kehilangan jejak untuk menelusuri balik penyusunan tabel-tabel tersebut. Sebagian tabel-tabel tua mungkin disusun berdasarkan teori epicycle dan dikombinasi dengan pengamatan astronomi yang lebih baru pada zaman al Battani (-929), as Sufi (903-

.{

i1-unu"-*"nggunuiu' Simultaneous Numerical

lntegration

DE2OO|LE200: Konstanta yang dipergunakan mengac-u International Astronomical union IAU (19760. Metode

p.ittit ntgu" posisi bulan tersebut masih terus berkembang' Dan aimanak lainnya seperti yang dikeluarkan oleh

;;;."y;

departelen Meteorologi India mengacu

perkembangan

yang secara Almanak Nautika atau the Astronomical Almanac dahulu' hi storis mengmban gkan perhitungan terlebih perhitungan informasi Bagi periula bisa m"-pttg"ttakan perkembangan Lu*r"irr"" (1991). Sedangkan untuk _teori perhitungan'posisi bulan yang mutakhir bisa dibaca dalam 'lr4oshier (lleZ;. Untut< keperluan praktis pengguunaan teori yang s,rdah ada cukup memadai dan dapat dipergunakan keperluan pengamatan praktis dan juga sebagai acuan
seba'gai

perhitungan.
S oftware/p

986),al Biruni (1048),Ibn as Salah (-1154) atau Ulugh Bek (1394-1449). Contoh presentasi posisi bulan dan rnatahari dalam posisi dan waktu dapat dilihat dalam almanak Nautika (terbit tiap tahun), the Astronomical Almanac (tiap tahun), Sullamun Nayyirain (abad Z0), Fathurrauf Almanan (...),Badi'atul Mitsal (...),New Comb (...) Dalam menggunakan tabel yang perlu diingat selain langkahJangkah dalam tabel juga makna angka dalam tabel (batas keberlakuan, ketelitian dan sebagainya) dan arti angka yang diperoleh dari eranti lunak

perhiiungan yuttg tuitt. Perbaikan teori dan metode perhitungan fui*utr,ritutt untuk mengurangi kekurangcermatan gntuk

uiutr"p"*uu"ding

tagi

yang ingin mengembangkan- metode

posisi bulan jangka panjgg (skala ribuan ta!g) fenentuan 'lvlisalnya untuk penentuan gerhana bulan dalam tempo 8000
tahun.

Formula penentuan posisi bulan dan matahari yang telah yang praktis disederhanakan untuk keperluan perhitungan O and Montenbruck' diberikan dalam beberapa buku seperti Meeus'J (1988); Pfleger, T (1989);luffet-Smith,P (1981);Chapront Tauze, M and Chapront,J (1991)'
Cara tabulasi
yang Karena langkah penentuan posisi geosentris bulan komputer' akurat sangat poanjang dan memerlukan alat bantu Untuk keperluin ptuktit disediakan berbagai macam taU.et-(1j) lebih sehingga perhitungan posisi bulan dan matahari menjadi ."a"rf,Irru dan dapat dilukukutt dengan kalkulator' Penyajian orit tabel-tabel tersebut tidak terlepas dari penggunaan teori yang akurat astronomi bulan maupun matahari dan konstanta

versi1.1.(untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, ijtima, posisi bulan dan matahari, penetapan awal bulan dengan kriteria tinggi bulan > 5o), Astrolnfo versi l.l.(menghitung posisi ^bulan bulan, matahari dan planet, terbit dan tengelam matahaii,

bisa mengetahui hasil perhitunganya. Seperti Mawaqit

Selain itu juga ada beberapa software (peranti lunak) untuk menentukan posisi bulan dan matahari. perlu komputer untuk

dan planet sangat presisi/cermat), Almanac for computer (menghitung posisi bulan dan matahari, terbit dan terbenam
matahari).

Adanya peranti lunak tersebut menguntungkan, karena dengannya dapat melakukan perhitungan yang cepat dan teliti dan memungkinkan untuk telaah jangka punlung. perbedaan perhitungan antar peranti lunak bergantung pada teori koreksi

dan formula yang dipergunakan. Dan 6agi yang ingin


memberi kesempatan pengglrnanya untuk belajar tiUih iauh kemungkinan-kemungkinannya masih terbuka luas. Bebeiapa catatan pekerjaan yang masih perlu dilakukan adalah telaah perbandingan ketelifian antar peranti lunak dan tabel
mengembangkan peranti lunak yang ramah untuk dipakai dan

t48

t49

rencana perhitungan. Memanfaatkan peranti ]unak untuk jangka panjang an?r

11

:(H-l)x12+Bl

p."g"-"t""

Telaah hilal jangka panjang' persoalan.iu-"gh iirlJtt p"t urrgguiurr'Islam dan prospek hilal' penampakan suatu penggunaan dalam ryt"11 funj attg' I'IItr pada Contoh hasil penggriraan Astrolnfo dalam tabel lampiran.

BI = Bulan Islam (Muharram = l, Safar = 2, \apigl ayal = 3, Rabiul akhir: 4, jumadil awal : 5, jumadil akhir: 6,
dan

LI = Lunasi Islam = Tahun Hijriyah

Buju! T.?, lVu't_qh = 8, Ramadhan = 9, Syawal = 10, Zulqa'dah = I i

Zulhijah:

12)

Algoritma Penentuan awal bulan


bulan baru Penentuan waktu ijtima'atau konjungsi atau Waktu matahari terbenam dan bulan terbenam bulan pada saat matahari terbenam' Posisi -

Contoh:
Ramadhan 1414 H (H:1414 . dan
lunasi Islam 16965.

BI:9)

bersesuaian dengan

Penomoran lunasi

ini untuk

mempermudah dalam

posisi bulan pada saat, matahari terbenam dapat penampakan dilalukin piakiraan visibilitas hilal dengan kriteria hilal; i. g"du tingga bulan dan matahari
2

-;;;;

perbandingan dan analisis persoalan dan sekaligus merupakan

sesuatu yang menarik melihat usia tegaknya Islam atau fenomena lain dengan skala lunasi Islam. Fenomena Toposentris dan Geosentris (teori dan Geometri)
Rencana pengamatan hilal dilakukan setelah mengetahui waktu ijtima' dan beberapa perhitungan diperlukan untuk mengetahui posisi hilal pada waktu matahari terbenam. Perhitungan posisi hilal akan mengurangi waktu yang terbuang untuk mencari lokasi hilal dan tinggal berkonsentrasi pada pengamatan hilal. Pada bab ini akan dibahas tentang konsep
fenomena toposentris dan fenomena geosentris, terbit terbenam dan tinggi obyek langit. Pembahasan ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman persepsi tentang tinggi hilal baik dari perhitungan maupun pengamat. Apakah tinggi yang dilaporkan oleh seorang pengamat hila1 sama dengan tinggi geosentris

- Beda azimutbulan dan matahari 3. Jarakbusurbulan dan matahari 5. Luas

4. Umur bulan

(hternational Lunar 6.Garis batas penanggalan bulan ,ILDL Rukyat Depag R Hisab 1984, Badan Date Line)' I.inut

hilal

itllt

dan BMG. dan kriteria Pengkajian lebih kritis dalam formulasi dalam p"n"n iui garit batas sebagai pergantian tanggal Llender Islam masih perlu dikembangkan'

Informasi tambahan

bulan? Apa yang dimaksud tinggi bulan dalam kriteria


penetapan awal bulan? Dalam pengamatan hilal, tinggi dan waktu pengamatan hilal merupakan informasi yang perlu dicatat selain bentuk dan warna bila memungkinkan.
tr'enomena Toposentris

Aziz Lunasi Islam dan lunasi astronomi (Ilyas dan -1991); almanac)' Satu unflrk lunasi astronomi lihat the Astronomical penampakan hilal ke lu;;i irr"* "A"f"f, satu siklusIslam adalah penomoran ot ramoakan hilal berikutnya' Lunasi I Muharram 1 sejak dari r""*a beratrnan Hijriah (lunasi Islam ni 1)'

itffi il;ir}i"-

Untuk keperluan pengamatan hilal diperlukan kondisi langit yang redup. Langit yang redup terjadi bila matahari terbenam. Meredupnya senja akan memberi kesempatan mata manusia

rio

l5l

karena itu pengetul"T tentalg untuk bisa melihat hilal' Oleh *"-tll terbenam lan apakah b"1"" oenentuan waktu *"Oft"ti terbenam' Fenomena il;waktu.matahari ilH;;;;;;;; bumi' Pjrmukaan bola otefr Jengamat.diatS diamati yang pada mengacu p"ne"tuJ;;";;i;lan dan hatahari
Sedangkan pusat bumi atau geosentris'

sebaliknya untuk matahari pada kedudukan jarak zenit 89o masih terang diatas horizon (arak zenit besar busur dihitung dari zenit pengamat kebenda langit, pada lingkaran besar yang melewati zenit dan benda langit). Didkripsi lebih detail dapat dilihat pada Tabel Iva pada lampiran'

ru"gt vang *"fiill"utt*i#ltsgi ;t"au langit' Koreksi akibat ;Gi dn' !#u acuan geosentris horizon pengamat 'atau o'tl' oaralaks horizon, ;;l"i;;t bulan atau
bundaran |J#tr ";;il; f;idan semidiameter agar pembicaraan diketahui p"t1" matahari. for"t i-to'Lttiiti dilaporkan pengamat
tentang tinggi

diperhatikan Ada beberapa ;;;:"ktt yang perlu 'dd* dihitung dengan

Refraksi angkasa
Pengamat berada dipermukaan bumi yang diselubungi oleh angkasa. Cahaya benda langit yang sampai kemata pengamat me-lewati angkasa dan akan mengalami gangguan (peredupan, turbulensi dan pembelokan).

alfiir toposentris iwalaupun hasil adalah tinggi benda langii Sebagai kecil)' n"tu"ay vang koreksi itu hanva tersebut kedudukan tono;tttttts pembanding t'u'if p"""gu;utq pftru memperhitungkan faktor

hihl

;;;*ilggt bulanlle

*:;;fftn*

membiaskan atau merefaksi cahaya (bergantung pada panjang gelombang). Akibat refraksi kedudukan benda langit menjadi

Angkasa

bumi bersifat membelokkan cahaya atau

bulan geoserr*""'"u'i-'""ti'it koreksi tersebut'

Paralaks horizon umunmya adalah geosentris' Penentuan posisi benda langit sebigai acuan' Dalam kenyataanya menggunakan p"t;l bola bumi' Fenomena terbit pengamat berada langit termasuk fenomena toposentris dan terbenamnyu G"Ai bumi'

geosentris.bleh karena itu walaupun matahari telah mencapai jarak zenit 90o matahari masih berada diatas horizon. Makin dekat dengan horizon makin besar sudut refraksinya (34")' Sketsa sedirhana diperlihatkan gambar 4 pada lampiranB. Besar sudut refraksi fungsi dari tinggi benda langit diperlihatkan dalam tabel iVb pada lampiran dicuplik dari Montenbruck &
Pfleger (1989).

iebih tinggi dari seharusnya bila dihitung

denganposisi

;;; ft;-;;'d;

Diameter sudut benda langit Diameter linier bulan dan matahari hampir tidak berubah, akan tetapi karena jarak bulan dan matahari berubah dari saat kesaat diameter bundar.bulan dilangit juga berubah' Untuk fenomena terbenam bulan dan matahari informasi diameter bundar bulan diperlukan untuk koreksi posisi geosentris dalam menentukan terbit dan terbenamnya benda langit' Penentuan posisi bulan dan matahari secara geosentris mengacu pada pusat bundaran bulan dan matahari, fenomena terbJnamnya bulan dan matahari adalah terbenamnya seluruh bundaran matahari dan bulan dari horizon pengamat (horizon toposentris), oleh karena itu diameter sudut bulan dan matahari peilu dipertimbangkan. Jadi walaupun jarak zenit matahari

karena mengacu

Untuk obvek pengamat d""**T#;;' ainltuttn berdasar kedudukan irorizon vu"g btt''"ffi;qi t;lq j"rrgun"f.d.ra,rm' tingi toposentris' Pendek geosentris ru*u jauh vans -diamati 'tidak kata pengamat;;'""';;il-""9v9t terhadap i kedudukan yang n"lempennasururrr."ln seperti g dekat giiyan ouvtt lan kedfudukan g"o'#oi t]^ riu*t"' paralaks koreksi matahan bulan, koreksi 'rLiil Y{t'k koma delapan detik ig'a"-delapan horizon cukup bumi mencapai lo'Jadi andaikan bisa bulan busur),tapi untuk jarak zenit ;;da kedudukan tidak memp.-r"i di permukaan bumi, ggosudah tidak keliliatan oleh pengamat

;;;

dJafu g#st

i;;h" *perti

.d1

il;-'td"k

bintan g p erb g da'?n rca1!1jan iienimbulkan paralaks

plmukaan

k;k

il;i;*itk";:.

;'tk"ill'l""

152

153

sudah 90o setengah bundar matahari masih diatas horizon. Diameter sudut bulan dan matahari bergantung pada jarak bulan dan matahari, rata-rata sekitar 32 menit busur dan semi diametemya l6 menit busur. Kriteria tinggi untuk terbiVterbenamnya benda langit hasil kombinasi fenomena toposentris untuk pengamat pada ketinggian permukaan air laut diberikan dalam tabel IVc pada lampiran.

DIP Kedalaman horizon


Penentuan terbit dan terbenam biasanya mempergunakan kedudukan pengamat pada ketinggian permukaan air laut. Bila pengamat mengambil lokasi lebih tinggi, horizon pengamat akan memperlihatkan kaki langit yang lebih dalam. Akibatnya pengamat yang berada ditempat yang lebih tinggi digunung misalnya diharapkan akan mempunyai kesempatan lebih lama dalam mengamati obyek dibandingkan dengan yang berada di horizon pengamat pada tempat yang lebih rendah, dan dapat mengamati obyek langit yang seharusnya tidak terlihat oleh pengamat yang berada pada ketinggian permukaan air laut. Dan bahkan obyek langit yang lebih rendah bisa diamatinya. Deskripsi skematis diperlihatkan dalam gambar 5 pada lampiran B.

terlalu lemah dibandingkan dengan terang angkasa bumi yang menyebar cahaya matahari. Rentang dinamik terang hilal dan terang langit tidak mudah dijangkau oleh mata manusia yang secara reflek pupil mata mengatur jumlah energi foton yang masuk ke retina. pada saat langit terang diafragma mengecil dan berarti makin sedikit foton cahaya hilal yang sampai ke retina mata dan makin sulit untuk dikenali oleh mata manusia. Untuk pengalaman praktis dapat dilakukan pengamatan bulan kesiangan atau bulan tua pada saat pagi sebelum matahari terbit dan setelah matahari

terbit' makin tua umur bulan makin sulit dikenali dilangit walaupun pada saat matahari belum terbit obyek tersebut
dengan mudah dikenal oleh mata bugil.

Pengamatan sistemastis akan memberi informasi telaah batas ambang visibilitas hilal. oleh karena itu pengamatan hilal menunggu kesempatan meredupnya senja diafragma mata pengamat langit malam akan membesar. Membesarnya

diafragma mata berarti makin banyak foton daricahaya hiial yang bisa dikoreksi oleh lensa mata sehingga mempunyai kesempatan untuk bisa dikenali oleh mata manusia bila jumiah foton sudah melewati suatu ambang batas pengenalan obyek. Berapa batas ambang pengenalan obyek oleh mata manusia normal? Apakah batas ambang tersebut sama untuk semua
manusia? Kalau tidak, berapa besar deviasinya?

Catatan Pengamatan hilal

Hilal termuda atau bulan sabit termuda yang masih bisa diamati dengan mata bugil setelah ijtimaikonjungsi masih
merupakan obyek buruan dalam penentuan awal bulan Islam. Selain itu sebagian yang lain tertarik berburu hilal termuda

untuk dapat memecahkan rekor/prestasi pengamatan hilal


pengetahuan.

termuda yang pernah dicapai sebelumnya dan sebagian yang

lain tertarik berburu hilal untuk memperkaya dunia ilmu


Sulitnya mendeteksi hilal dengan mata bugil dikarenakan kedudukan bulan berdekatan dengan matahari dan terang hilal

lapisan angkasa bumi yang lebih tebal dan berakibat lebih banyak mengamati ketidakstabilan angkasa. Awan tipis juga akan banyak menghadang arah pandang manusia tL otyet langit diarah horizon. Beberapa persyaratan tentang keberhasilan dalam pengamatan hilal diketahui dari pengalamai pengamatan hilal dan pengetahuan yang bertautan dengan penampakan hilal. Antara lain bulan berada diatas horiion pengamat setelah matahari terbenam, luas hilal lebih dari l%,

Kesempatan untuk mengamatinya sangat singkat hanya beberapa menit setelah matahari terbenam karena saat ijtima' kedudukan bulan dan matahari dilangit sangat berdekatan. Kondisi kecerahan langit dekat horizon umumnya relatif jelek dibanding dengan cuaca didekat zenit. Hal ini dapat dimengerti karena arah pandang mata manusia ke horizon u[an *"n"mbus

r54

155

tinggi hilal >4"(sampai 10") bergantung pada beda azimut bulan dan matahari, makin dekat dengan matahari semakin
tinggi persyaratan kedudukan hilal pada saat matahari terbenam agar memungkinkan bisa dilihat, atau umur bulan tidak kurang dari 14 jam setelah konjungsi. Persyaratan itu ada yang masih perlu dikonfirmasi dan diuji ditempat lain, di Indonesia

misalnya. Koleksi catatan (yang benar,cermat

dan

ketidakberhasilannya. upaya perbaikan dalam persiapan .i;; metodologr dan sebagainya perlu terus dikimburrgkun ug", ini mempunyai makna bagi ilmu pengetahuan *uupL -tradili
bagi keperluan agama.
(
1

hilal dengan mata bugil secara sistematis dan dibanyak tempat perlu dilakukan dan dibahas lebih komprehensif dan didiskusikan baik keberhasilan maupun
Pengamatan

lengkap)tentang keberhasilan, ketidak-berhasilan atau keraguraguan pengamatan hilal merupakan informasi dasar yang sangat penting tntuk menentukan analisis penentuan kriteria
penampakan hilal.
P endekntan p engamatan atau

pengalaman empiris

Hilal diamati dengan mata bugil manusia lewat jendela

pengamatan

keberhasilan yang lyaL biasa dibeberapa tempat seperti yang pernah dicapai oleh Julius schmidt oulan r5,4jam) da'Rou".t c.victor (bulan l3jam 28menit dapat dilihat dengan binokuler) perlu diuji ditempat yang berbeda seperti di lndonesia. Hasil

kriteria penampakan hilal yang telah diformulasikan

93O)(pembahasan detail dapat dilihai dalam purwanti, tggi),

Pengujian batas_ ambang yang ditemukan Danjon


da-n

informasi visual. Mata bugil sebagai detektor mempunyai sensitivitas yang sama daerah visual, kecuali malam hari sensitivitas bergeser kearah merah. Kontras hilal terhadap latar depan langit senja sangat lemah. Seberapa jauh kesanggupan mata sebagai detektor sanggup memilah cahaya hilal dan
cahaya senja?

konsisten dalan jangka panjang akan mengu.npulkun data yani berguna untuk mendeteksi pengaruh variasi musim terhalai memperkecil kontroversi dalam pengamatan hilal.
Profes ionalisme dalam pengamatan

tidak bisa segera dilihat. pengamatan

yang

visibilitas hilal. Tujuan akhir untuk menyeresaikan atau


hilal

Daya tarik hilal termuda atau bulan tertua yang bisa diamati oleh mata bugil manusia. Menarik karena jarang sekali ditemui penampakkannhya. Bagi pemerhati langit akan cepat sekali rnengukur prestasi dan pengalamannya untuk bisa melihat tandan bulan yang lebih tipis dari biasa yang pemah dilihatnya. Ada perasaan kepuasan dalam memecahkan rekor termuda. Akibat daya tarik ini kadang-kadang laporan pengamatan hilal kurang akurat dan meragukan. Hal semacam ini tidak terjadi di Indonesia saja, diluar negeri seperti di Ingns atau di Amerika bisa terjadi contoh tentang persoalan pengamatan hilal diluar negeri bisa dilihat dalam Schaefer, Ahmad dan Dogget (1993). Karena menarik perhatian banyak orang sehingga banyak yaiig berpartisipasi secara amatiran secara tidak sengaja atau lebih serius untuk mencari hilal karena bisa memecahkan rekor yang pernah dicapai manusia sebelumnya. Dan juga para pemburu komet pada senja hari biasanya dengan tidak sengaja mengamati bulan yang sangat tipis tersebut.

Kekeliruan itu mungkin terjadi (bigi yang tioat ue.-rtrasilpun seharusnya perlu dipertanyakan -"ngupu tidak berhasil?). Pengamat hilal sebaiknya tidak mernpunyai beban p"ruruun untuk bisa berhasil atau tidak berhasil aaram -"ngu-uti hiiui. Berhasil atau tidak semuanya punya peluang yang sama. Ragu_ ragupun juga sebuah hasil dari pengamatan, tidak usah dipaksakan. Kejujuran dan judgement- yang tepat dalam pengamatan hilal sangat penting, karena akan berpengaruh pada kualitas koleksi data pengamatan hilal. kotetsi data pengamatan itu merupakan investasi ilmu pengetahuan masa

yang berhasil mengamati hilar termuda menia-ar' rui'ah. Pertanyaan yang sering muncul apakah obyek yang Uertrusii diamati benar hilal atau obyek yang rain yang disanlka hilal?

dengan mata bugil, tipis cahayanya di atas ambang kemampuan daya lihat mata bugil manusia. Sorotan khusus tigi p"ngi_;i

Hilal termuda merupakan obyek langit yang sulit diamati

156

157

depan

persoalan (dunia akhirat) dan s-ek{igus memperjelas ltu pengamat Beban perasaan kontroversi p",'gu"'utut hilal' akhir Sva'ban' hiial akhir biasanya akan lahir;;;;"g"*atan dan akhir Z"iqa'dat.' nutnuinu" judgement yang ^';;"gJ;"" berbeda akan memberi

juga berbeda' Derajat kesiapan berbeda, daya hilat p""gutnutu" pengamatan yang singkat akan -terlatih' mental pengamat pada"watttu sikap independen lebih baik bagi pei!a;;t d"s terpengaruh mudah tidak

tingkat keberhasilan yang tinggi. Pointing teleskop yang cermat diperlukan untuk bisa dengan cepat menemukan hilal. Hasil pemotretan hilal yang tipis dapat dilihat dalam majalah astronomi Sky and Teleskop atau yang lainnya. Sebagai contoh misalnya Ashbrook (197 L),(197 2),(197 3),(1978),dan ( I 979) di Cicco (1989). Pengamatan bulan dengan teknik inframerah
Pengamatan bulan dapat dilakukan dengan wahana antariksa

ffi;;;:.,g;p",1;^"fi;t"t'itentu benar' jangan pengamat yanf ;t"y" Vuttg,UA"-

oleh hilal a-da iekan yang bisa melihat berkata melihat hilal karena melihat hilal jangan ragu-ragu ;il;; sebaliknya bila vakin *""luiutu" berhasil melihat hilal' p'of"tionalisme sangat diperlukan Pendek tuo t":":utan Ju" it'gotong obvek langit vang sulit' untuk pengamatan il;it;; jangan juga mempersulit kehidupan Sulitnya pengamatanhilal berkaitan erat dengan kita. Pembentukk;^;idp Ltt"U"tmata bugil masih akan prospek pengamatan hilal dengan tentang "*""iU"ti 'toit'iUu'i Uagi dunia ilmu pengetahuan luas' sangat yang neseri visibilitas hilal di ;k";6' Indonesia akan lokasi diuanvak p'orttio"ut pengamatan htf i;;;; di Islam umat pada Indonesia
merupakan

seperti pengamatan bulan dalam daerah informasi sinar X pertama kali oleh ROSAT (Trumper,!992) dan dengan pengamatan hilal dengan roket yang dilengkapi coronagraph
(1966) (Koomen, Tosey, Seal Jr,1967). Pengamatan hilal landas bumi dengan mata

teleskop optik hanya memanfaatkan informasi dari langit melalui jendela cahaya kasatmata (daerah panjang gelombang antara 3200-8800 angstrom). Dan mata manusia peka pada daerah panjang gelombang kuning (5500 angstrom). Walaupun angkasa bumi tidak transparan terhadap semua panjang
gelombang namun masih banyak jendela lain yang memungkinkan

bugil

dan

;;;fu

bumi lain dan dunia ilmu pengetahuan'


TeleskoP dan Pemotretan hilal

to"t"o"'i"'nut i'tu-

untuk eksplorasi langit antara lain jendela untuk


iframerah, microwave.

cahaya

untuk dapat memperoleh Pengabadian hrlal akan bermanfaat juga menekuninya' Selain itu gambaran Uugi ptmulu yang ingin

akanbermanfaat'""*tU'utto:"diskusihilaltermudayang praldis penggunaan

*""gf.i"

t-fru aiuUuAihtt' Untuk keperluan dengan interface kamera dan teleskop kecil yarfi-Aif""gtupl bulan (Rose'1993) pada perlengkapan n"*t'i t^itf ft*"t-*tan dipergunakan sebagai pedoman' iabel V puau fu*pl*" a"p"t cuaca didekat horizon perlu Namun perlu diingat keadaan lama pemotretan' Variasi dipertimbangtu"';i1"k-'p"*"*"" drlakukan apabila beberapa tempo ;;;"1;; lebalknva pemotretan hilal (obyek wahunya rn"-u"gliinttu"' Pengalaman dan digali terus utuk mencapal yang tergolong t"inl p"tfu dica-ri

Ide pengamatan hilal dengan inframerah adalah untuk meyakinkan bahwa obyek yang sedang diamati adalah hilal bukan yang lainnya. Bundaran bulan yang bulat memancarkan radiasi inframerah, cahaya yang tidak tampak oleh mata manusia. Teknik pengamatan inframerah tergolong sulit dan mahal. Pengamatan bulan dalam inframerah dan radar telah dilakukan pada tahun I970an dan sampai sekarang pengamatan bulan dalam inframerah masih dilakukan oleh beberapa grup astronom. Namun tidak ada laporan pengamatan inframerah untuk bulan mati (mugkin posisi pengamatan sulit, kesempatan singkat dan lokasi dekat horizon kurang menguntungkan untuk fotontri inframerah yang cermat) Ada catatan bahwa pengamatan bulan post midnight perlu detektor yang lebih sensitif. Pengamatan inframerah untuk bulanmati di ekstrapolasi dengan pengamatan inframerah pada
1s9

r58

saat gerhana bulan total. Pengamatan inframerah bulan


dilakukan pada daerah panjang gelombang 8-20micron. Dengan detector IR Mercury doped, Ge detector didinginkan sampai 2 K (liquid hidrogen). Informasi tentang temperatur bulan diperlihatkan pada tabel VI lampiran A. Telaah detail pengamatan dan emisi inframerah bulan dapat dibaca pada
makalah Winter 81972) dan Shorthill dan Saari (1972)

Pengamatan

hilal dengan roket yang dilengkapi

dengan

Kesimpulan dari pengamatan inframerah bahwa emisi inframerah bulan tidak homogen. Kondisi temperatur
permukaan bulan pada saat pengamatan hilal, daerah bulan yang

tidak tercahayai mempunyai temperatur antara 20 sampai 100 K, untuk daerah yang akan terkenai cahaya mempinyai temperatur sekitar 90 K dan bagian yang terkenai cahaya mempunyai temperatur sekitar 400 K. Pengamatan dengan inframerah selain mahal juga hanya bisa dipergunakan disatu lokasi saja, jadi kesempatan pengamatan disuatu lokasi lebih kecil dibandingkan dengan pengamatan dibanyak lokasi. Umur detektor elektronik tidak panjang (< 7 tahun) juga merupakan tambahan biaya operasional' Aspek positif pengamatan hilal dengan teknik inframerah adalah pengalaman pengamatan inframerah obyek astronomi yang tergolong sangat sulit dan bahkan bila bisa melakukan pengukuran inframerah (idak hanya mendeteksi saja) hilal, hasil pengukuran tersebut masih akan memberi kontribusi pada dunia ilmu pengetahuan. Mencari kriteria penampakan hilal

berbeda"

dengan mata bugil? pelajaran yang bisa aiamll Aari keberhasilan roket coronagraph itu adalah perbedaan metode pengamatan untuk obyek yang sama (hilal termuda) bisa menghasilkan sesuatu yang berbeda. Untuk mancari kriteria penampakan hilal perlu ada acuan yang taat azas atau pegangan dasar metode penentuan hilal dengan ukuran yang uisatilihat dengan mata bugil manusia, kalau tidak persoalan tidak akan selesai karena kita akan terjebak mendiikusikan "hilal yang

hilal

coronagraph pemah dilakukan oleh Koomen, tousey dan SeJ Jr pada 12 November 1966. eksperimen tersebut berhasil mendeteksi hilal pada jarak 2 dari matahari memecahkan rekor (pengamatan hilal yang paling dekat dengan matahari ) limit Danjon (1930) yang mengatakan bahwa hilar fidak dapai dilihat pada kedudukan bulan dan matahari lebih dekat dari io . Apakah keberhasilan itu akan mengganti kriteria pengamatan

penanggalan Islam yang lebih kokoh.

yang akan datang adalah untuk mencari dasar .irt"Besaran terukur hilal

Konsentrasi penyelesaian persoalan hilal sebaiknya mengacu pada hilal yang dipergunakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu ukuran hilal yang bisa dilihat denganmata bugil. upaya ilu dan teknologi dalam mencari kriteria visibilitas hi-lal yang disepakati untuk keperluan penentuan awal bulan dalam kalender Islam yang tertib dan mempunyai konsistensi tradisi Islam dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang dan

Mengapa kriteria penampakan

hilal perlu dicari

Kontroversi yang masih sering terjadi dalam pengamatan hilal baik antar pengamat maupun antar pengamat dan prediksi perhitungan perlu penjelasa yang lebih baik' Selain proses pencarian kriteria visibilitas hilal juga mencari dasar yang lebih kokoh atau konfirmasi yang sudah ada atau menemukan suatu kriteria yang lebih kokoh. Kesepakatan adopsi kriteria penampakan hilal sebagai dasar penentuan awal bulan perlu dicapai setelah melalui upaya eksplorasi ilmu pengetahuan tentang hilal.

antara lain tinggi, azimut, jarak busur bulan dan matahari beserta definisi teknik pengamatan dan catatan tambahan bila
ada.

besaran yang diperoleh dari pengamatan (besaran yang terukur)

Kriteria visibilitas hilal termuda perlu dinyatakan dalam

Pengkajian masing-masing kriteria dan implikasi jangka gTjalg bagi penetapan ILDL (garis batas pergantian tanglal
Islam)

160

l6l

Posisi

(l).
(2). (3). Fotometri (4). (5).

Beda tinggi bulan dan matahari Beda azimutbulan dan matahari Jarak busur bulan dan matahari Luas hilal

Istambul dan sebagainya. penampakan hilal fungsi dari tinggi hilal dan azimut.
Metode dedul<si

Umur hilal Umur (der: ll.bul (t) * Lmth (t)] derajat

Lbul (t) : bujur ekliptika bulan pada saat t Lmth (t) = bujur ekliptika matahari pada saat t

. Menurunkan perumusan penyebab hilal termuda bisa tampak oleh mata bugil. Posisi hilal, daya hilal yang bergant*g puAu jarak ke matahari, ilmu pengetahuan tentang uiiion, meteorologi, angkasa bumi dan lain sebagainya. Membuat rnodel dan membandingkan dengan data pengamatan unfuk menguji keberhasilannya. untuk lebih detaif bisa aititrat dalam schaefer (1988) dan Bruin (1977).
Kesimpulan

Bila dinyatakan dalan hari : Umur (hari;: umur (der) hari


12,9 Fase, F

F:

Yz

[(1

cos{umur (der)}]

Ada dua metode untuk mencari kriteria visibilitas penampakan hilal. Kedua metode tersebut adalah metode induksi dan metode deduksi. Metode induksi mempunyai kemungkinan adanya warna validitas lokal yang diuniversilkan. Metode deduksi juga bergantung pada informasi penelitian pendukung lainnya. Kedua metode tersebut diharapkan dapat mempunyai titik temu dengan hasil pengamatan hilal. Pertemuan hasil dari kedua metode tersebut akan memperkokoh dasar ilmu pengetahuan dalam penanggalan Islam. Pencapaian itu tidak terlepas dari kontribusi pengamatan hilal yang profesional. Metode induksi Merumuskan pengalaman empiris keberhasilan pengamatan ,hilal. Mencari korelasi keberhasilan pengamatan hilal dengan besaran terukur yang diperoleh dari pengamatan (beda tinggi bulan dan matahari, besar luas hilal dan sebagainya). Contoh kriteria yang dikembangkan oleh Ilyas dan Depag RI dan astronom muslim lainnya pada masa silam, Al Biruni, kriteria

. Masih banyak pekeq'aan penelitian untuk memperkokoh dasar iptek bagi pencarian kriteria hilal dalam perrentuan u*ai bulan Islam. Pertemuan ilmu falak untuk evaluasi perkembangan hasil-hasil pemikiran dan penelitian dalam negeri maupun dunia intemasional masih dipeilukan.
Daftar pustaka
------,,1981, Almanac Hisab Rukyat, Badan Hisab Rukyat Departemen
Agama-Proyekpembinaan Badan peradilan Agama Islam

--:

l992,Minit,Musyawarah Jawatankuasa -penyelarasan Rukyat dan Islam Negara Brunei Darussalam,Indonesia M"l;tii; ;; J3e*iSingapura ke4 tentang penentuan Taqwim Hijriyah iUtq4UZttSgi_
2020M san simulasi rukyat

Bretagnon,P,Simon,Jl and Laskar i tsss of ew solar and Planetary Tables of inter for historical calculation,JHA XVI,39_50 Bruin F,l 977,Vistas in Astron,2l,33 I Di Cicco D,l989,Sky & Telescope,s ept 19g9,322 Chapron Tauze M and Chapront J, lgbg Astron Astrophy,l90,342

Departemen Agama RI Ashbrook,J 1971, Sky & Telescope August lg1l,Tg 1972, Sky & Telescope Februari, 1gi2,g5 Ashbrook,J 1973, Sky & Telescope June,1973,40i Ashbrook,J 1979, Sky & Telescope April, 1976,403 Ashbrook,J 1978, Sky & Telescope April l97g,i5g

----,

l993,Ephemeris

}Iisab dan Rukyat 1994, Badan Hisab Rukyat

lrlf*"f,{

-presetation

t62

r63

Chapron Tauze M and Chapront J, 1991, Lunar tables and Program for 40008C to AD 8000, Willmann Bell,inc.,Richmond,Virginia Danjon, A 1993 ,Ann Obs Strasbourg,3,l39 Danjon, A,1932 L'Astronomie 46,17 Danjon,A,l936,Buletin de la Societe Astronomique de France, 50,57 Doggett, LE Kaplan GH Seidelman, 1991 Almanac for Computer for year. Duffet-Smith,P lg88,Practical Astronomy with your alculation third edition,Cambridge University press,Cambridge Hedervan P l983,in RM Genet (ed) Solar System Photometry,Willmann Bell inc,Richmond, Virginia p 4-l Ilyas,M, I 984,Islamic Calender,Times,Qibla,Berita,Kuala lumpur Ilyas,M,and Aziz l99l Intemational Islamic Calender for Asi Pasific region l41l-1415 H ,Universitas Sains Malaysia

Seidelmann,PK (editor),!993,Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, US Naval observatory-University Science Book. Shothill, RW and Saari, JM, 1972, lnfrared observation on the Ecklipsed Moon in advances Astronomy Astrophysics, 149 Sprott,J C,l99l, Q.J.R Astron Soc,33,165 Tumasoftware, l989,Astron Info versi 1.0, Sephyir Service

Seminar Sehari Lembaga Pendidikan Al Huda, yayasan pTDI, Lembaga Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dan {arian umum pos Kota). Rose,P,1993 Astronomy Now, June 1993,21 Schaefer, B E, Ahmad IA and Dogget LR, eJR.Astron Soc, 34,53

Wesrfall,J.E,l993,in j Muirden. Sky Watcher's handbook, (observing the Modern Moon), WH Freeman Spektrum,Oxford
Whitmell,CT., 1972, The Observatory, 34 pp.203,305 -306,37 4-37 s Winter,Df,l972,Infrared Emission from the Surface of the Moon in Advances Astron Astrophys,203.

Ilyas,M,and Ismail Z 1992, Toward a Unified word Islamic Calender ,Universitas Sains Malaysia and organitation of islamic Standing

Committee in scientific and Technological Cooperation (COMTECH) Koomen ,MJ,Tousey,R and Seal Jr,1967, in A Dollfus (ed) Cospar moon and Planet II a session of ajoint open meeting of working group, I,II and V of the tenth plenary meeting of Cospar, London, 26-27 luly 1967, North Holland Publ.Co Netherland Lawrence, Jl,lggl,Introduction to Basic Astronomy with PC (Chp 7-8)

Lampiran
Tabel I Waktu Ijtima
Akhir Syaban

Willmann Inc,Richmoon,Virginia Link,F,l97l,Photometry of Lunar Surface, presented in the NATO advanced study Intitude on Lunar Studies, Patras, Greece, Sep 1971 . Meeus,J,lg82,Astronornical Formulae for calculators,3'd ed,Willman-

Alfiir
Ramadhan

Aktir
l4l4
Zulqa'dah

Bell,Virginia
Meeus,J,lg83,Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planet,Willman-

T4I4H
Lunasi Islam

H
16.965
880

t4t4H
r6.968
883

Bell,Virginia Montenbruck,O and Pfleger,T lgSg,Astronomy on Personal Computer (translated by S Dunlop ) Springer-Verlag, Berlin (255 pp+x)
Moshier,Sl, I 992,Astron Astrophys, 262, 613 Newhall,XX,Standish,EM, Williams J C,1983 Ashon Ashophys, 125'150 Nurahmad, 1993, Peran Geodesi dalam penentua awal bulan lslam, Skripsi jurusan Geoesi ITB Preis, WH Teukolsky,S.A Vetterling WT and Flannery'BP l992,Numerirical Recipes in C, (in pascal+ in Fortran), Cambridge Univesity press Purwanto, 1992, Vrsibilitas Hilal sebagai acuan Penyusunan kalender Islam, Skripsi Jurusan Astronomi lTB. Putro WS, Mustapa, AJ Mulyana,AK',Ramdani,D, Yaranara,K. dan Khafi (astronomical Club Al Farhani-ICMI Belanda) , 19..'.,Mawaqit versi l'0 " (programkomputerlsofuare) Raharto, M, 1990, Kriteria Astronomi tentang penampakan hilal (makalah
disampaikan dalam evaluasi hisab rukyat Departemen Agama) Raharto, M, 1990, Lembaga observatorium Bosscha ITB dalam penetapan I

16.966
881

-unasi Astr.
.Meeus
Ast

(l)

10/02/1994
21.30.52

12/03/1994
12.05.35

lt/05/t994
00.07.34*

Info

l.l
l-l

(2) (3)

t0/02/1994
21.32

1203-1994
14.06

tt/05n994
00.08

Mawaqit

tal02n994
21.32

12103n994
14.06

n/0s/1994
00.08

:rc (4) faqwim (5) Astr.l994 (6)

l0/02/r994
21.41

t2/03n994
14.06

t1/05/1994
00.08

t0/02/1994
21.32

12/03/1994
14.07

tt/05/1994
00.08

Ramadhan,

Syawal dan

l0

Dzulhijjah, (makalah disampaikan pada

*Semua waktu dalam Tabel I dinyatakan Oaiam

t0t02/1994 21.30

t2/03/1994
14.04 Wfg

tt/05/t994
00.07

r64

165

1) 2) 3) 4) 5) 6)

Meeus, J,I983, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets,

Willmann Bell,Inc
Tumasoftware, 1989, Astro Info versi I .0, Zephyr Service Putro et al.(Astronomical Club Al Farghani-ICMI Belanda) IIC (Intemasional Islamic Calender), Ilyas and Azis (1991) Anonim, (1992), Minit-Musyawarah Jawatan Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam Negara Brunei Darussalanl Indonesia, Malaysia dan Singapura ke 4 The Astronomical Almanac 1994

Tabel

III

Posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam (Pelabuhan Ratu)
3

RA
!2:10:59

)ec
5:53:33

W
5l:49
53:01

il
).16

Jm
l0:50

{khir Syaban l4l4 H (l I -02-1994\


lln
vftr
132:35:00

l:59:24 ):00:00

t64:45:37

132:30:l I

!l:39:56

l4:00:41

Tabel II Wakhr terbenam Matahari dan Bulan (Pelabuhan Ratu)


Matahari
terbenam

\khir Ramadhan l4l4 H (1243-1994\ ]ln


vlh
153:32:19
151

l:28:29
):00:00

13;29:,10

l:32:35
l: l8:45

L:30:07 )O:52:22

t7l;22:12
t66''33:14

),2

j:04

:38:490

t3:29:18

\khir R4lnadhan

1414 H (12-03-1994)

Bulan terbenam Selisih (menitl

(wrB)

lln
\4h

i65:35:49
152:38:42

l:53:08 ):00:00

l:14:21 t3:32:59

i:47 :17 :55:07

l:09:17
\:59:.17

176:54:39

t,4

l3:03

(wrB)
Akhir Sya'ban

!66:56:l I

{.khir Zulqaid4h 1414 H (l l-05-1994)

t4t4H
18.20
18.44

lln
\4tr

)58:31:56
)50:31 :02

):26:22 ):00:00

t-a<."1',

l9:'24:07

i:40:25 ):53:19

,.90:.34:27

),5

7:38

t3:'12:13

l7:52:42

24

187:54:2O

"tt-02-1994) Akhir Ramadhan 1414 H (t2-03-1994)

18.10

18.03

-0.7

L = lintang dan B = bujur ekliptika (derajat : menit detik) RA = Asensio Rekta (am: menit; detik) dan Dec = deklinasi (derajat: menit: detik) h = tinggi dan AZ: azimut (derajat menit detik)

Alfiir

Ramadhan
18.09 18.44 35

III

1414H
(13-03-1994)

Um:

Iluminasi-persentasi luas bulan yang bercahaya umur bulan (iam: menit)

Akhir Zulqa'dah

Tabel IVa
(iarak rata-rata l (paralaks horison) 1.8 detik busur 184400 km i7 menit busur

t4r4H

(11-0517.46

tge4)

r8.15

29

Vlatahari Julan

l50x 10 km

*)

menunjukkan Matahari terbenam lebih dahulu baru disusul oleh Bulan'

Bulan terbenam

menit lebih dahulu dari Matahari, tanda positif

p = arc sin (6378/d)

Tabel IVb
r (tinesi)
R(koreksi)

l0
i'3I "

l0'15'

l9'7"

!5'56u

\4'

t66

r67

Tabel [Vc
r tinggi geosentris

Tabel VIb

Vlatahari terbit/terbenam

i0 menit
)8 menit busur
14

r(K)
100

Lamda* (maksimum dalam

4iqron)
12,75

lulan terbiVterbenam
lintang dan planet

menit busur

100

il

t55 *) brightness maximum @ta-[ nodyEidiatofl

to

Tabel V

{sA 400
r/2s

{sA !30
t/15
1/8

100

lratio*) i,6

t/60 t/30

ll
16

t/t5
t/8

t/4 t/2
I
+

t2

l/4 t/2

t2
+5

54

)0

l6
ratio

120

perbandingan antara focus dan diameter obyektifteropong

Atau mempergunakan formula t (detik:0,1 x (f ratio)2 iASA t tempo pemotretan (untuk bulan berumur 3 hari dan 25 hari) lihat Westfall (1993)

Tabel Via
Kondisi Bulan Mic Eclipse Full moon
Quartir
20 407

3s8
120

Anti solar point


Before sun rise Eclipse

70-90
200 (fist enter umbra)

168

t69

KEPUTUSAI\[ SESSION KE DELAPAN KOMITE PENYATUAN KALENDER HIJRIAH PEIIENTUAN AWAL BULAI\ QAMARIYAH DAi\ HARII{ARI BESAR ISLAM DI JEDDAI{ KERAJAAN SAUDI

Tinggi Syekh Shaleh bin Muhammad Al-Luhaidan. Pidato beliau ini disambut oleh Mufti Kerajaan Saudi Arabia dan Ketua Organisasi Ulama, syekh Abdul Aziz bin Bazz, dan presentasi dari Mufti Republik Arab Mesir Syek*r Nashruddin
farid Wasil.
Sesudah itu berlangsunglah session-session Musyawarah dan tukar pendapat dengan jalan membacakan paper-paper sebagai berikut: 1) Pandangan tentang penyatuan Umat Islam dibawah Pancaran Kalender Hijriah, yang didasarkan pada lahimya Hilal sebelum terbenamnya matahari 2) Penetapan hari Jum'at sebagai hari libur mingguan bagi seluruh kaum muslimin 3) Pandangan tentang berimbangnya penetapan masuknya awal bulan dengan ru'yah. 4) Pandangan tentang perselisihan pendapat mengenai perbedaan mathla'dalam penyatuan Umat Islam, apakah ru'yah suatu negeri sudah cukup dipakai untuk seluruh negeri, atau masing -masing negeri berpegang pada ru'yahnya sendiri. 5) Masalah lahimya hilal dan pandangan tentang pendapat yang menyatakan bahwa lahirnya hilal itu qath'i atau

ARABIA 18-20 RAJAB WAKTU PADA TENGGANG NOVEMBER 1998


B is m

1419 HJ7-9

ill a h ir r ah m a n i r r a h im

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, shalawat dan salarrr tetap memancar pada utusan yang termulia, Nabi kita

Muhamma.ddanpadakeluarganya,Sertasahababryasekalian' Berkat pertolongan Allah dan keutamaanNya serta limpahan kemurahan dari kerajaan Saudi Arabia cq'Departemen

p"*99T-q Kehakiman, begitu pula karena undangan dari Amanat lJmum, Organisasi konferensi Islam (OKI) diselenggarakanlah session ke delapan Komite Penyatuan Kalendei Hijriyah di kota Jeddah pada tenggang waktu antara 18-20 Rajab-l4|gH,bertepatan dengan 7-9 Nopember 1998 M' Upacara pembukaan diselenggarakan diruang pertemuan universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah atas perkenan yang Mulia al-Maliki Al-Amir Naif bin Abdul AzizMenteri Dalam
Negeri.

6)

dhanni. Pandangan tentang permasalahan imka

ru'yah setelah

lahimya hilal.

Upu"utu pembukaan dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-quran. Sesudah itu disampaikanlah pidato-pidato sambutan, masing-masing dari Yang Mulia Pimpinan Umum Organisasi Konferensi Islam, Mufti Kerajaan Saudi Arab11 Yalg Mulia Ketua Majelis Pengadilan tinggi dan Yang mulia Menteri Kehakiman saudi Arabia. Upacara pembukaan ini disudahi dengan pidato pengarahan

Ikut serta dalam session ini beberapa Pakar Hukum Islam


dan Pakar Astronomi yang mewakili negara-negara

olehYangMuliaAl-MalikiAl-AmirNaifbinAbdulAziz
Menteri Dalam Negeri. Kemudian para peserta pindah ternpat ke ruang "Istana Konferensi" (ionfeience Palace)' Disitu para peserta memulai kegiatan-kegiatannya, dengan didahului presentasi-presentasi yaig disamfaikan oleh yang Mulia Ketua Majelis Pengadilan

1. Kerajaan Yordania 2. Uni Emirat Arab 3. Republik lndonesia 4. Republik Islam kan 5. Bahrain 6. RepublikNasionalis 7. Republik Turki 8. Republik Tunisia 9. RepublikNasionalis

Bangtladesh

Aljazair

10. Kerajaan Saudi Arabia

11. RePublik Senegal 12. RePublik Sudan 13. RePublikhaq 14. Qathar 15. Kuwait 16. MalaYsia 17. RePublik Arab Mesir 18. RePublikNigeria
2)

dengan syarat bahwa terbenamnya bulan terjadi setelah

terbenamnya malahari, menurut waktu Makkah A1-

Mukarramah,atau negara-negara yang lain, yang mengalami malam hari yang sama sebagiannya, yang memungkinkan hilal dapat diru'yah, sebagai bukti masuknya bulan. Ketentuan itu akan dilakukan oleh Komite Khusus yang mempersiapkan perhitungan guna
penyusunan kalender tersebut. Menentukan hari jum'at sebagai hari yang resmi di seluruh negara Islam

libur mingguan

Ikut serta pula dalam session ini

Organisasi Persatuan Fiqh


3)

Malik Islam Jeddah dan beberapa Pakar Astronomi universitas Universitas Ilmu Pengetahuan Malaysia di Penang'

S;;,

unlversitasMalikbinAbdulAziz,yangikutmelibatkandiri
dalam kesibukan session ini.

Setelah dilakukan pembahasan dari masing-masing gaqer' yang dikemukakan paia sidang komite dan setelah dilakukan

i"t"

dialog, juga setelah terjadi pertukaran pend9nlt, Hijriah ini ffiailah .".rriotit" delapan, Penyatuan Kalender p"ai t"t"ttendasi berikui : Sebenarnyalah session ke delapan Komite Penyatuan Kalender Hijriah untuk menentukan p""""t"* p"i-rrluutt awal bulan Qamariah dan Hari-hari Besar irlam, mempedomani keputusan Mu'tamar Penentuan Awal gdutt qamaiiiah yang diselenggarakan di Istambul' pada bulan dan Nop"-i". 1g7gM, din Kepuiuian lVlu'tamar Perwakafan di Kuwait' Urusan Agama yang lain yang diselenggarakan

Menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan dan masuknya bulan Dzulhijjah cukup dengan jalan ru'yah syariyyah yang terbebas dari dusta, baik secara ilmiah atau rasional, ataupun secara indrawi sesuai dengan firman Al1ah SWT: (Maka barangsiapa menyaksikan masuknya bulan itu, berpuasalah), dan dengan mengamalkan sabda Nabi SAW (Berpuasalah kamu sekalian karena melihat hilal,dan berbukalah kamu sekalian karena melihat hilal. Kemudian bila hilal itu tertutup awan sempurnakanlah bilangan bulan Sya'ban itu 30 hari). Dan sabda Nabi SAW (Jangan kamu sekalian berpuasa sebelum kamu melihat hilal) 4) Menerbitkan majalah ilmiah yang mjemuat Topik Astronomis yang ditulis oleh cendikiawan dan Ulama dari berbagai disiplin ilmu Syariah dan Astronomi

Islam yang lain' Malaysia -pin dan di Negara-negara nomo] memperhatikan Keputusan Persatuan Fiqh Islam di diadakan yang e ,yuitZ,yang dilahirkan aatam session ke 3' M' e-ou"iutt"n l4O7 Hbertepatan dengan tahun 1986 c(q) yang bur, *"tnttjuk pula pada kiputusan nomor 16 ayat 8 dan keputusan dilahirkan dalam Mitamar Fiqh Islam yang ke 8

dengan

tiga bahasa (Arab,Ingris dan Perancis).

Kemungkinan keterkaitan dalam penerbitan majalah ini akan menjadi sempurna bila didukung oleh Organisasiorganisai, Persatuan Fiqh Islam, Organisaso Konferensi Islam,Lermbaga Penelitian Ilmu Falak dikota Al-Malik

no*o, 25

ayat 25c yang dilahirkan dalam session ke 25

Mu'tamar Islam Menteri-menteri Luar Negeri' Sessioninimembuahkanrekomendasisebagaiberikut: 1) Menyiapkan perhitungan Penyatuan Kalender Islam' yang mengikat negara-negara Islam' yang didasarkan padi saat iatrirnya trilalsebelum terbenamnya matahari'

Abdul Aziz Al-Ilmiah, Universitas Ilmu Pengetahuan Malaysia di Penang dan semua Persatuan Fiqh Islam dan lembagalembaga Ilmiatg di negara-negara Islam. s) Memegangi pendapat yang disepakati oleh pesrta yang terdiri dari Ulama Falak, yang terdiri dari 12 orang, sebagai anggota delegasi dari negara-negara peserta, yang mjengatakan bahwa lahirnya hilal bersifat qathi

t72

173

bukan dhanni, yang harus diperhatikan


penetapan terj adinya ru'yatul hilal

dalam

syukur Alhamdulillah dengan menumpahkan harapan agar agar supoaya Allah SWT memberikan bimbinganNya dan semoga

6\

Membentuk Komite Ilmiah Khusus yang bertugas meneliti program khusus satelit buatan yang Islami, seperti diusulkan oleh Mufti Republik Mesir Dr'Syekh Nashr Farid Muhammad Wasil, sesuai dengan amanat yang diberikan oleh Organisasi Konferensi Islam tentang Pembentukan komite itu'

membuahkan keputusan-keputusan
kemashlahatan kaum muslimin.

yang berfaedah bagi

Menteri Kihakiman Kerajaan Saudi Arabia Dr.Abdullan bin Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syekh menyampaikan rasa terima kadsih yang memdalam kepada Yang Mulia Raja Fahd bin Abdul Aziz, pemelihara kedua masjid Al-Haramain, kepada yang Mulia Ketua Pelaksana dan kepada yang terhormat wakil

Pada vpacaft penutupan session-session, Yang Mulia

Ke1* II pelaksana atas kesetiaannya melangsungkan sessionsession dan pelayanannya terhadap para tamu, serta
sambutannyayang sangat ramah terhadap para delegasi'

Sekitar penetapan awal Bulan Qamariah di Indonesia


B i s mil I a hir r o h m an i r r o h im

tetry"t"ttggarakan sidang ke 8 dikota Jeddah' Demikian pula kaum Muslimin di Indonesia sangat mensyukuri dan berteima kasih kepada Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, yang telah bersedia untuk membantu terselenggaranya session yang ke 8 dari sidang -sidang Komite Penyatuan Kalender Hijriah' Sebenarnyalah Komite Penyatuan Kalender Hijriah ini telah

Setelah terj adi kesenj angan sidang-sidang Komite Penyatuan Kalender Uiiiiah. Pemerintah Republik 1:rdonesia menyambut gembira upubilu Komite Penyatuan Kalender Hijriah bermaksud

Baik pula dikemukakan bahwa setelah te{adinya kemacetan sidang-sidang dan setelah lama menunggu pemberitahuan adanya kegiatan Komite Penyatuan Kalender Hijriah, Indonesia bersama-sama dengan negara-negara ASEAN mengadakan sidang berkali-kali guna menyatukan langkah penyatuan penetapan awal bulan Qamariah terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah seperti penetapan bulan Ramadhan sebagai pelaksanaan kewajiban berpuasa, penetapan awal bulan Syawal untuk memenuhi ketentuan berhari raya dan penetapan awal bulan Dzulhijjah untuk menentukan Idul Adha. Dalam sidangnya yang berulang kali, yang dihadiri oleh delegasi negara-negara Brunei Darussalam, lndonesia, Malaysia,dan Singapura, telah terjadi persepakatan tentang penetapan imka Ru'yah guna penetapan awal bulan Hijriah dengan syarat-syarat tertentu : l) Penetapan awal bulan Qamariah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan ibadah tertentu, dan tidak berhubungan dengan hari-hari besar Islam, ditetapkan dengan Ru'yah atau hhisab denan syarat agar jarak sudut ketinggian hilal pada saat matahari terbenam tidak kurangt dari 2 derajat 2) Adapun penetapan awal bulan Qamariah yang ada

sangkut pautnya dena ibadah tertentu dan ada hubungannya dengan hari-hari besar Islam, seperti

penentuan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal

dan awal bulan Dzulhrjah diharuskan dengan

melangsungkan sidang-sidangnya secara berulang kali' Sidang yang pertama dilaksanakan dikota Istambul pada tanggal2T-29 itof"*U", 1978. dan yang ke 7 dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 27 luni-l Juli 1987. Sesudah terselenggara sidang yang ke 7ini, terjadilah kemacetan dalam waktu yang cukup lama' Maka bila Komite Penyatuan Kalender Hijriah sekarang telah siap untuk menyelenggarakannya lagi, kami menyampaikan

3)

memperhatikan ru'yah dan hisab secara serenpak dengan syarat ketinggian hilal pada saat matahari terbenam tidak kurang dari 2 derajat dengan tambahan syarat bahwa tenggang waktu antara terjadinya ijtima dan terbenamnya matahari tidak kurang dari 8 jam. Tiap+iap anggota diharuskan menyampaikan hasil ru'yah masing-masing dan menyerahkan pelaksanaan

174

t75

itsbat awal bulan qamariah kepada otoritas dari


masing-masing negara.

Kami meyakini bahwa ketentuan ini tidaklah bertentangan dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Komite Penyatuan Kalender Hijriah pada sidangnya yang pertama di Istambul yang menyatakan bahwa untuk kemungkinan terjadinya ru'yah harus dipenuhi dua syarat yang fundamental, yaitu: a. Jarak sudut antara matahari dan bulan, tidak boleh kurang dari 8 derajat, setelah terjadinya ijtima dengan pengertian bahwa permulaan ' hilal dilihat berkisar antara 7-8 derajat, akan tetapi disepakati untuk memegangi 8 derajat
atas dasar kehati-hatian. Ketinggian hilal dari ufuk tidak boleh kurang dari 5 derajat pada saat matahari terbenam. Ketentuan itu dapat diperkuat kebenarannya bila ketinggian hilal di Indonesia dan negara-negara ASEAN sudah mencapai 2 derajat, maka ketinggian itu akan menjadi 5 derajat di negaranegara sekitar laut tengah dan ketinggian itu akan bertambah di negara-negara sekitar laut Atlantik. Berdasarkan ketetapan-ketetapan yang diberikan oleh negara-negara ASEAN yang bersangkutan dengan penentuan awal bulan qamariah dan dengan memperhatikan kaidah imkan ru'yah kami sampaikan ke hadapan sidang jadwal penentuan awal bulan qamariah yang bersangkutan dengan pelaksanaan ibadah danyangberhubungan dengan hari-hari besar Islam dari tahun 1998-2020M, yang bertepatan dengan tahun 1419-1441 H. Disamping itu perkenankanlah kami menyampaikan harapan pada Ketua Sidang Komite Penentuan Kalender Hijriah, agarsudi kiranya menerima usul sidang Istambul untuk

Al*rirnya kami mengharapkanagar supaya Allah melimpahkan keridhaanNya dan memancarkan cahaya Islam pada sidangsidang komite ini, kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Jakarta

Nopember 1998

Delegasi Indonesia

l.lDrs. H. Taufiq, SH.

b.

MH

2.Drs.H.AbdurRachim

Pehyatuan Kalender

Hijriah dapat ditaati oleh

setiap

anggota/sebagai pelaksana dari keputusan itu, lagi pula agar berkenan kiranya menambah anggota baru terdiri dari negaranegara ASEAN dan negara-negara lain yang ingin ikut serta dalam memperkuat Komite Penyatuan Kalender Hijriah ini.

t76

t77

BEBER,A.PA FAKTOR YAI{G MENYEBABKAN

DITOLAKIryA LAPORAN RUKYAT


Drs. H. Wahyu Widiana, MA
Pendahuluan

hakim/pemerintah untuk penetapan hasil rukyat dan penetapan wajibnya puasa atau berbuka. Sedangkan Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali tidak mensyaratkannya. Namun demikian, menurut ketiga mazhab tersebut jika hakirr/pemerintah telah

Idul Fitri sejak dulu memang sering terjadi, baik antara pemrintah (baca Departemen Agama) dengan sebagian masyarakat, maupun antara golongangolongan dikalangan masyarakat itu sendiri. Nampaknya perbedaan itu merupakan suatu hal yang lumrah, walaupun
Perbedaan penetapan sebetulnya tidak dikehendaki. Namun demikian, perbedaan Idul Fitri dua tahun yang lalu secara berturut-turut sangat menarik

untuk dikaji. Ini merupakan fenomena baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dahulu, umumnya perbedaan itu disebabkan karena menurut perhitungan hisab hilal telah wujud, namun tidak berhasil dirukyat. Akibatnya orang yang berpegang pada hisab berlebaran satu hari lebih dulu dari orang yang berpegang pada rukyat. Pada dua tahun terakhir adalah sebaliknya. Orang yang berpegang pada rukyat justru berlebaran lebih dulu dari orang yang berpegang pada hisab. Ini disebabkan karena menurut hisab, hilal masih dibawah ufuk, namun ada beberapa orang yang melaporkan telah berhasil melihat hilal. Sebagian masyarakat menerima laporan tersebut, dan sebagiannya menolak. Departemen Agama sendiri menolah laporan hasil rukyat tersebut. Ada beberapa alasan mengapa laporan hasil rukyat ditolak. Alasan-alasan tersebut adalah bahwa laporan yang sampai kepada Hakim Pengdilan Agama tidak meyakinkan bahkan menimbulkan keraguan, keterangan yang di;aporkan tidak sesuai degan ilmu hisab yang mu'tabar, dan konsekuensinya Hakim Pengadilan Agama tidak mengitsbatkan kesaksian tersebut.(1)

menetapkannya, maka seluruh kaum muslimin wajib mengikutinya, sebab keputusan Hakim akan menghilangkan perbedaan (2). Secara eksplisit dalam kitab itu ditulis, dalam hal ini sudah "muttafaq' alaih"(3), semuanya sepakat. Di Indonesia, Presiden yang dipilih oleh MPR yang mayoritas mewakili umat Islam, menunjuk Menteri Agama sebagai pembantu Presiden yang diberi wewenang mengurusi masalah-masalah yang berkaitan dengan Agama termasuk penentuan hari raya Idul Fitri (4). Untuk melaksanakan tugasnya, Menteri Agama setiap tahun memerintahkan Pengadilan Agama seluruh Indonesia untuk melaksanakan rukyat yang harus dilaporkan malam itu juga dengan interlokal melalui petugas khusus penerima laporan (5). Laporan-laporan dari Pengadilan Agama dibahas oleh Sidang Itsbat yang dipimpin oleh Menteri Agama dan dihadiri oleh wakil-wakil dari ormas Islam, MUI, instansi teknis terkait, para ahli hisab rukyat dan undangan lainnya. Dengan demikian di lndonesia, pelaksanaan penetapan I Syawal tersebut, tidak saja sesuai dengan keterangan fiqh terutama fiqh syafi'tyah, tetapi juga ditetapkan melalui demokratis yang melibatkan unsur-unsur ulama, para ahli hisab rukyat dan ahli-ahli disiplin ilmu lainnya, seperti Meteorologi & Geofisika, Planetarium dan Dinas
Oseanografi.

Ada beberapa keuntungan mengapa hasil rukyat harus diitsbatkan oleh Hakim. Pertama, itsbat Hakim diperlukan
untuk mendapatkan keabsahan. Kalau hasil rukyat dikatakan sebagai alat bukti yang akan drjadikan dasar dalam penetapan hakim, maka alat bukti tersebut haruslah terlebih dahulu diuji kebenarannya. Pengujian kebenaran hasil rukyat disii tidaklah diperlukan terlalu mendetail, yang jelas cukup meyakinkan hakim bahwa apa yang dilaporkan adalah benar dan tidak meragukan. Nabi sendiri jika menerima laporan rukyat, dan masih ragu terhadap pelapor, beliau "meneliti" identitas
pelapor, dengan bertanya tentang keislamnya (6).

Itsbat Hakim
Dalam kitab Al Fiqh 'Ala Mazahib Al Arba'ah disebutkan bahwa ulama-ulama Syaf iyah mensyaratkan adanya itsbat

179

Kedua, itsbat Hakim diperlukan untuk mencegah kerancuan sistem pelaporan. Pelaksanaan rulcyat merupakan hak dan sekaligr.rs kewajiban kaum muslimin. Para ulama dari berbagai mazhab, kecuali golongan dari Hanabilah, menyatakan bahwa rulryat adalah wajib kifayah (7)' Oleh karena itu kaum muslimin tidak dilarang, bahkan dianjurkan utuk melaksanakan rukyat. Pelaksanaan rukyat bukan monopoli penguasa atau ulamasaja' Namun demikian, bukan berarti setiap laporan dari kaum muslimin otomatis harus diterima kebenaranny4 dan dijadikan dasar untuk penetapan satu Ramadhan atau satu Syawal. Jika

keyakinan itu timbul didasarkan pada konsep-konsep ilmu yang dimiliki atau kenyataan empiris yang ia alami. Dari dua kasus Idul fitri yang lalu nmpaknya ada beberapa hal yang dapat meragukan Hakim untuk dapat menerima kebenaran laporan rukyat. Pertama adalah faktor cuaca. pada saat dilaksanakan rukyat di Ujung Pangkah Gresik menjelang Idul Fitri L4l2 H, keadan cuaca sangat jelek, awan tebal menutupi ufuk barat sehingga matahari saat terbenam tidak terlihat. Dalam suasana seperti itu dikatakan ada beberapa orang
yang telah melihathilal sementara sebagian besar peserta rukyat lainnya tidak melihat (9). Demikian pula keadaan di Cakung

setiap laporan harus diterima kebenarannya tanpa melalui


pemeriksaan dan itsbat Hakim maka masyarakat akan mudah dikacaukan oleh laporan-laporan bahkan isyu-isyu yang tidak

benar. Seminar Sehari Hiab Rukyat tentang Pemantapan Kaedah-kaedah Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah (8) menyatakan antara lain "I-aporan Rukyat diteliti
kebenarannya oleh Hakim Pengadilan Agama".

Ketiga, itsbat Hakim diperlukan untuk menyatukan umat. Dengan disyaratkannya itsbat Hakim dalam penerimaan hasil rulcyat seperti dikatakan oleh ulama-ulama Syaf iyah, rnaka
berarti laporan rukyat yang tidak diitsbatkan tidak sah. Dengan demikian, penetapan pemerintah yang wajib diikuti oleh seluruh kaum muslimin akan bertumpu pada suatu dasar yang kuat, yaitu laporan yang telah diitsbatkan, bukan kepada sembarang laporan yang tidak melalui pemeriksaan dan itsbat Hakim. Jika hal ini berjalan, maka persatuan umat akan tercapai, sebab laporan-laporan yang tidak melalui dan tidak dibenarkan Hakim dengan sendirinya akan tertolak.

Hal-hal Yang meragukan


masalah mengapa laporan hasil rukyat tidak diterima dan tidak diitsbatkan oleh Hakim, padahal si pelapor yakin telah melihat hilal dan berani untuk disumpah. Jawabnya sederhana : Hakim tidak yakin terhadap kebenaran laporan

Kini timbul

tersebut. Keyakinan hakim merupakan faktor yang sangat penting dalam menetapkan suatu putusan. Sudah barang tentu,

Bekasi dalam pelaksanaan rukyat Syawal 1413 H yang lalu (10). Dikedua peristiwa tersebut, hakim berada ditempat rukyat bersama-sama para peserta lainnya. Cahaya hilal menjelang awal bulan sangatlah lemah dan sangat tidak kontras dengan warna langit yang melatar belakanginya, apalagi,umurnya baru beberapa jam setelah terjadi ijtima. Disamping itu, posisi hilal setelah ijtima masih sangat dekat dengan matahari, sehingga pengaruh sinar matahari terhadap mata si pengamat masih sangat dominan. Besarnya sinar hilal, yang, yang berumur sekitar 4 jam pada tanggal23 aret 1993 saat matahari terbenam di Cakung, baru mencapai 0,00199 bagian sinar hilal yang mungkin untuk dapat dilihat (11). Keadaan cuaca dan besarnya sinar yang dipantulkan oleh hilal itu sendiri disamping faktor lainnya sangat memperbesar kemungkinan hilal untuk dapat dilihat. lainnya yang dapat mampengaruhi hilal untuk dapat - -Faktor dilihat adalah jarak hilal dari ufuk (irtifa'), selisih azimuth arftara matahari dan bulan (difference in azimuth),3rmur bulan setelah ijtimalq jarak sudut bulan dan matahari (angular distanca) dan selisih waktu ghurub matahari dan ghurub bulan (12). Ukuran yang dikemukakan oleh para ahli observasi berbeda satu sama lain, terganhurg dari pengalaman mereka dalam melakukan observasi. Yang jelas, ukuran tersebut masih jauh diatas pengalaman terlihatnya hilal di Indonesia. Sebagai contoh, faktor ketinggian hilal minimu yang dapat dijadikan ukuran t'rtuk dapat terlihabrya hilal adalah 5 dirajat dengan

180

181

syarat jarak hilal dari matahari 8 derajat. Llkuran ini dijadikan syarat oleh Koferensi Penyatuan Kalender Hijriah tahun 1978 di Istambul (13). Di Indonesia sendiri sering dilaporkan hilal dapar

terlihat dibawah ketinggian 5 derajat sampai

detajat. Dan

pengalaman-pengalaman di Indonesia masih dipertanyakan oleh

para ahli astronomi.

menunjukan bahwa melihat hilal menjelang tanggal satu bulan Qomariah adalah sangat sulit. Kita sering terkecoh oleh keadaan awan dan sinar di ufuk barat. Drs. Darsa S, seorang astronomer Indonesia dan menjabat sebagai Direktur Planetarium dan Observatorium Jakarta menyatakan didepan sidang Itsbat penentuan 1 Syawal 1413 H bahwa sinar lampu para nelayan ditengah laut dapat mengecoh mata seolah-olah sinar tersebut tampak sepert I hilal. Pengalaman-pengalaman mudah terkecohnya mata si pengamat dibuktikan pula oleh ahli Planetarium selama 4 hari berturut turut sejak tanggal 1 sampai 4 Juli 1992 dan dihadiri oleh

Ini

dari 2 derajat 48 menit sebab I derajat berarti 4 menit waktu, atau 15 menit busur sama dengan 1 menit waktu. Saadoe'ddin Djambek pemah mengemukakan bahwa hasil poerhitungan hisab dapat menyatakan satuan busur sampai detik, bahkan dapat lebih kecil lagi, yang masih belum dapat disamai laporan pelaksanaan rukyat karena kita masih belum mempunyai alat yang cukup untuk itu (17). Ini berarti bahwa laporan hasil rulcyat sulit untuk enyatakan satuan derajat sampai detail. Jika kita perhatikan tujuan rukyat, penyebutan bilangan derajat secara detail kurang diperlukan. Laporan rukyat cukup menyebutkan perkiraan ketinggian hilal dalam satuan derajat

bulat, sebab perkiraan tersebut dapat diukur dengan

alat

sekitar 20 orang para ahli hisab rukyat dari Indonesia, Singapura dan Malaysia (14). Tidak kalah menariknya, pengalaman terkecohnya mata penyair Taufiq Ismail yang mengira awan sebagai hilal pada saat dilaksanakan rulcyat di Iowa Amerika Serikat oleh masyarakat Islam disana (15). Ini semua menunjulkan bahwa kita harus berhati-hati dalam
menerima laporan melihat hilal. Disini pulalah pentingnya itsbat dari seorang hakim yang mengetahui teori-teori serta trampil dalam praktek-praktek hisab rukyat. Kedua, hal yang dapat meragukan seorang hakim atau siapa saja yang mengetahui teori observasi adalah ketinggian hilal yang dilaporkan oleh orang yang menaku telah melihat hilal. Pada Idul Fitri 1413 H, dilaporkan hilal telah terlihat dengan ketinggian 2 derajat 48 menit busur selama l lmenit. Rulqyat tersebut dilakukan tanpa mempergunakan alat ukur satuan

sederhana seperti gawang lokasi, busur derajat, mistar radial bahkan hanya dengan bantuan tangan yang diulurkan secara lurus hidepan wajah atau mata si pengamat dan mempedomani lebar jari tangan sebagai ukuran derajat(l8). I-aporan detail akan menyulitkan si pelapor dan tidak diperlukan untuk kepentingan rukyat. Oleh karena itu Seminar Sehari Hisab Rukyat menyarankan Departemen Agama (baca : Pengadiian Agama) untuk tidak mensyaratkan hal-hal yang sulit diketahui

umum seperti ukuran derajat dalam penerimaan


rulcyat(19).

laporan

Ketiga, adalah tentang bentuk dan posisi hilal. Penyebutan bentuk dan posisi hilal seperti "hilal terlihat disebelah utara atau selatan tempat terbenam matahari dan menghadap keatas agak ke utara atau ke selatan", dan sebagainya, hanyalah untuk membantu meyakinkan Hakim dalam menerima kebenaran laporan rulryat. Penyebutan bentuk dan posisi hilal tersebut tidak perlu detail, atau bahkan jika tidak yakin posisinya dari matahari atau dari titik barat lebih baik untuk tidak disebutkan. Penyebutan data tersebut bukan merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi oleh si pelapor rukyat. Namun demikian, penyebutan bentuk atau posisi hilal yang salah dan diyakini si pelapor, akan membuat keraguan Hakim untuk menerima laporan tersebut. Dalam kasus I Syawal l4l3 , telah datang ke panitia Sidang ltsbat, tiga orang kaum muslimin yang baru selesai melaksanakan rukyat di komplek PLTU ancol Jakarta Utara. Para pelapor menyatakan bahwa malam hari itu setelah

derajat yang detail seperti thedolit atau teleskop (16). Lalu tirpbul pertanyaan, alat apakah yang dipergunakan untuk mengukur ketinggian hilal sampai sedetail itu. Pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Ada dugaan bahwa ketinggian tersebut merupakan data hasil hisab, bukan data hasil rukyat. Dugaan ini semakin kuat setelah melihat hubungan ketinggian hilal dengan lama hilal. Lama hilal terlihat 11 menit merupakan konversi

'

t82

183

matahari terbenam 8 (delapan) orang telah melihat hilal sekitar satu setengah derajat dengan posisi hilal yang telunkup, dengan

membuat gambar posisi hilal yang "tanduk"nya mengarah kebawah. Para pelapor membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa hilal yang dilihatnya berbentuk demikian (20). Dari kasus itu, jelas bahwa bentuk hilal yang dilaporkan akan menimbulkan keraguan Hakim atau si penerima laporan atas kebenaran isi laporan secara keseluruhan. Walaupun si pelapor yakin bahwa yang dilihahrya adalah hilal, apalagi 8 orang telah melihatnyadalam bentuk yang sama, yaitu hilal telungkup, namun ilmu pengetahuan dan logika akan menolaknya. Hilal adalah tidak lain dari bagian bulan yang menerima sinar dari matahari. Hilal terlihat melengkung seperti sabit disebabkan poisisi bulan berada diantara bumi dan matahari, dan sudut pandang antara bulan dan matahari tidak besar. Akibatnya bagian bulan yang terkena sinar matahari tampak seperti sabit. Semakin besar sudut pabdang antara matahari dan bulan semakin besar bagian bulan yang kena sinar matahari tampak dari bumi. Pada saat sudut pandang hampir mencapai puncaknya, yaitu 180 derajat, pada saat itu permukaan bulan yang kena sinar matahari hampir seluruhnya tampak dari bumi. Dalam keadaan seperti itu, bulan tampak sebagai piringan yang bulat penuh, yaitu terjadi pada saat bulan purnama (21). Dari keterangan itu dapat diambil kesimpulan bahwa bulan terlihat dari bumi karena ia menerima sinar dari matahari. Oleh karena itu, pada saat bulan sabit, bagian hilal yang tebal ada diarah yang dekat dengan matahari. Jadi jika matahari selesai terbenam, hilal yang kelihatan akan tampak melengkung dengan "tanduk"nya mengarah ke atas, bukan telungkup mengarah kebawah. Dukungan hisab

Laporan rukyat, dianggap tidak sesuai dengan hasil hisab hakiki bittahkik/qo thi (22). Data hisab untuk I syawal l4l2 H hampir sama dengan I Syawal l4l3 H, bahkan untuk 1 Syawal l4l4IJ tahun depan. Data tersebut menunjukkan bahwa ijtima terjadi pada tanggal 29 Ramadhan sebelum matahari terbenam. Pada saat matahari terbenam, menurut sistim hisab Almanak nautika, New Comb, Jean Meeus,. Hisab Hakiki, Al Khulashah Al Wafiyah, Nurul Anwar, Menara kudus dan Islamic Calender, posisi hilal masih dibawah ufuk; sedangkan menurut sistim Sullamun Nayyirain, Fathur Rofiil Manan dan Al-Qowaidul Falakiyah, hilal sudah diatas ufuk (23). Sistim-sistim hisab kelompok pertama (yang menyatakan hilal masih dibawah ufuk), dalam langkah langkah perhitungannya sudah menmpergunakan ilmu ukur segi tiga bola (Spherical Trigonometry), mamasukkan koreksikoreksi yang cukup banyak, memperhitungkan posisi pengamat (Lintang dan Bujur tempat) dan posisi matahari dan bulan seperti deklinasi dan sudut waktu. Adapun sistim-sistim hisab kelompok kedua (yang menyatakan hilal sudah diatas ufuk), tidaklah demikian. LangkahJangkahnya masih sangat sederhana dengan sistim tabel tanpa mempergunakan logaritma atau rumus-rumus segi tiga bola. Ketiga sistim hisab dari kelompok kedua menentukan langkah perhitungan tinggi hilal (irtifaul hilal) dengan cara yang sama yaitu mencari selisih saat ghurubusy syamsi dengan saat ijtima, lalu dibagi dua. Hasilnya merupakan tinggi hilal (dalam derajat) saat matahari terbenam (24). Kitab Sullamun Nalyirain itu sendiri menyatakan bahwa perhitungan itu merupakan perkiraan (25). Oleh karena itu dalam menjelaskan batas hilal untuk dapat dilihat, kitab ini mengemukakan pendapat yang menyatakan bahwa minimal ketinggiannya harus 9 derajat, 7 derajat atau 6 derajat, selanjutnya dikatakan tidak ada ketentuan pasti (26). Dari proses perhitungan dan data yang dipergunakan, bahwa kelompok kedua hanyalah merupakan perhitungan taqribi yang sangat bermanfaat untuk menentukan perkiraan secara cepat. Sedangkan sistim-sistim dari kelompok pertama merupakan sistim-sistim perhitungan yang lebih teliti, sebab selain rumusrumusnya sudah mempergunakan ilmu ukur segitiga bola, juga

rya hal yang meragukan menambah keyakinan Hakim untuk menolak laporan melihat hilal. Hal-hal yang meragukan pada kasus Idul Fitri yang lalu dilengkapi dengan
Banyuk

tidak adanya dukungan hasil hisab yang mu'tabar.

184

185

koreksi-koreksi yang dipakai cukup banyak' Apalagi sistim Almanak Nautika, yani di lrdonesia dikembangkan oleh H.Saadoeddin Djambek, mempergunakan data yang up to date

Penutup
Dengan ditolaknya laporan hasil rukyat

Syawal dua tahun

yangditerbitkansetiaptahun.AlmanakNautikaitusendiri iikJuatkatt oleh Dinas Oseonografi TNI Angkatan Laut


sebagai reproduksi dari The Nautical Almanac yang diterbitkan

Naval o-bservatoryuSA, dan dipakai secara Intemasional Almanac Nautika, selain dipergunakan oleh jurusan astronomi ITB, planetarium, Badan meteorologi & Geofisika dan para navigator, juga merupakan rujukan Departemen Agama dalam ,n.nyutntt hari-hari libur nasional dan kalender Islam' Sistim-sistim hisab kelompok pertama diatas secara tidak

olehtqasama Royal Greenwich Observatory England

df Y! (27).

langsungdiakuiolehSKMenteriAgamaNo84tahun1993 yang terrlarrg penetapan Tanggal I Syawal 1413 H sebagai hisab


alasannya adalah "tidak sesuai dengan hisab yang mu'tabar"' Sebetulnya cukup banyak qaul ulama yang menyatakan

mu'tabar. Hal ini disebabkan secaraeksplisit sK Menteri Agama tersebut menolak laporan rukyat dari Bekasi dengan salah satu

berturut-turut tidak dapat diterjemahkan bahwa Departemen Agama tidak menggunakan dasar rukyat dalam menetapkan 1 Syawal dan 1 Ramadhan. Departemen Agama senagai pengayom seluruh umat beragama selalu berusaha memadukan perbedaan-perbedaan dan mengakomodasikan pihak-pihaj yang berbeda. Hisab dan rukyat dipandang sebagai dua cara yang tidak saling bertentangan. Keduanya jika dilakukan dengan bgenar akan saling menguatkan satu sama lain dan akan memperoleh hasil yang sama. Sungguh tepat apa yang telah ditetapkan dalam rangkuman Hasil Seminar Sehari Hisab Rukyat tahun1992 bahwa "tanggal 1 Ramadhan dan I Syawal ditetapkan oleh Menteri Agama berdasarkan pada pelaksanaan rukyat yang sesuai dengan hisab yang akurat (haqiqi bittahqi/qothi) dan kepada hisab tersebut". Catatan kaki

bahwa

jika hisab qottrl naat menyatakan hilal tidak mungkin diruky; maka kesaksian seseorang telah melihat hilal harus ditolak (28). Demikian pula para ulama terkemuka pernah

bermusyawarah di Lembang tahun 1956 dan merumuskan suatu

l) Surat keputusan Menteri Agama RI no 84 tahun 1993 tentang Penetapan tanggal I Syawal l4l3H. 2) Abdunahman Al Jaziri, kitabul Fiqh'Ala Madzahibil Arba'ah juz I,
Darul Fiqri, Beirut, tanpa tahun hal.55l 3) 4) 5)

ketentuan bahwa bila hisab menyatakan hilal belum mungkin untuk dapat dilihat, lalu ada orang melaporkan telah melihat hilal, maka kesaksian itu hanya berlaku bagi orang atau orangorang yang melihat aja, tidak untuk umum. Kesaksian tersebut ditolak oleh Pengadilan Agama (29). Tujuan ketentuan tertentu adalah untuk menghilangkan kesimpangsiuran berita -berita

Ibid
Keputusan Presiden no 251 tahun 1967 tentang Hari hari libur Perintah rukyat tahun 1993 adalah berupa surat Direktur Pembinaan Menteri Agam No Badan Peradilan Agama Islam, EV1HK.}3.2lA2/26193 tanggal S Januari 1993. Pengadilan Agama adalah unit kerja di lingkungan Departemen Agama yang sejah zaman dahulu melakukan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan hisab rukyat, disamping melaksanakan tugas pokoknya menerima, memeriksa dan

An

rukyat yang dimuat dalam harian-harian, yang maksudnya


untuk mengacau masyarakat beragama (30)' mungkin hanya -Syawal

periiiwa 1

dua tahun berturut-turut menggambarkan ada kesepakatan sistim hisab mana yang belum masih bahwa dianggap hakiki bittahkiki atau qothi yang dapat menolak
kesaksian rulcYat Yang meragukan'

mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Belakangan dipertegas oleh putusan Ketua mahkamah Agung no 004/SWIll92 tanggal 24 Februari 1992 bahwa salah satu tugas
Kepaniteraan Hukum adalah melaksanakan hisab rukyat, sedangkan di pengadilan Tinggi Agama adalah melakukan pembinaannya. Hadits riwayat Abu Daud dari ikrimah dari Ibnu Abbas, Asy Syaukani, ailul Authorjuz Iv, musthofa al Bady al Halaby, Mesir tanpa tahun hal 209 Abdurrahman Al Jaziri,Loc Cit

6)

7)

186

187

g)

9)
l0) . 1l)

Seminar sehari hisab rukyat tentang penetapan Kaidah-kaidah penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah diselenggarakan tanggal 27 April 1992 di Jakarta diikuti oleh peserta-peserta dari unsur ormas Isiam,departemen Agama, Instansi teknis terkait dan para ahli hisab rukyat. Seminar ini dilajutkan dengan Musyawarah Evaluasi Pelaksanaan kegiatan Hisab Rukyat sampai tanggal 2Mei 1992 di Tugu,Bogor Wawancara dengan H Zainal Abidin Abubakar, Sh bekas ketua PTA surabaya yang mengikuti rukyat di Ujung Pangkah Laporan ketua Pengadilan Agama Bekasi No.PA.il5NHK'03'2/385/93 tenlang hasil rukyat hilal awal Syawal 1413 H. ketua sendiri memimpin langsung pelaksanaan rukyat di Cakung. Data ukuian hilal menjelang awal bulan Qamariyah 1991 sampai 2020 yang dipersiapkan khusus untuk delegasi Indonesia pada Musyawarah Keempat Jawatan Kuasa Penyelarasan Rukyat dan Taqwim Islam Negara Bruei darussalam, Indonesia,Malaysia dan Singapura di Jakarta tanggal I
sampai 5

2l)

W.Schroeder,Practical Aatronomy,Wamor Laurl,London

l9!6,hrl

123.

r32

22) Istilah

1992, dikemukakan oleh KH Noor Ahmad SS. Pesantren Kriyan Jepara dan Drs.H.Taufiq, SH untuk menunjukkan sistim dari kitab-kitab yang telah ada mempergunakan kaidah-kaidah Rukyat
ilmu Ukur Bola.

hisab hakiki bittahqiq/qoht'i muncul pada Seminer Sohut

27 April

lllnb

23) Ditbinbapera Islam,Himpunan Dokumen Penetapan Tanggal


l4r3 H
Madrasah Khairiyah

Syawal

24) Muh Manshur bin Abdul Hamid, Sullamun Nayyirain, risalah, I

Al Mansyuriyah, Jakarta, tanpa tahun, hal 8; Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abd.Hamid, Fathur Roufil Manan, Menara Kudus, Kudus, tanpa tahun, hal 14; Abd Fatah Sayid at Turhy, Al Qowaidul Falakiyah, Al Mattabah asy Syabiyah, Beirut, tanpa tahun, hal
58

Juli 1992'

12) Muhamjad llyas,

Modem Guide

Islamic Calendar, Times


Lumpur,1984,hal 82-1 I

l.

to Astronomical Calculation of & Qibla, Berita Publishing SDN'BHD,Kuala


19 negara dan 3 organisasi Islam

25) Muh.Manshur bin Abd Hamid, Ibid 26) Ibid hal 9 27) Dinas Hidro Oseanografi THI AL ,Almanak Nautika l993,Iakarta

1992

13) Konierensi diikuti oleh Wakil dari


antara

ini

lain memutuskan pembentukan Komisi Penyatuan Kalender Hrjriyah yang beranggotakan l0 megara yaitu : Aljazair, Bangladesh,

Indonesia, Irak, Qatar, Kuwait, Mesir, Saudi Arabia, Tunis dan Turki' Komisi tersebut telah bersidang selama 7 kali, yang terakhir di Jakarta tahun 1987. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah perhitungan tahun Hijriyah sampai tahun 1991. Sampai sekarang pertemuan-pertemuan terseLut masiir belum berjalan lagi, sejak terjadinya kasus perselisihan

hal 1-3 28) Al qolyubi,Hasyiatani ala Syarh Al Maliki, juz I, Musthofa al Baby al Sahalaby Waauladuhu, Mesir, 1956, hal 49.; Ahmad Muh Syakir, Awailusy Syuhuril Arabiyah, Musthofa al Baby Sahalaby Waauluduhu, Mesir, 1939, hal 9 29) Saadoeddin Djambek,Loc Cit

30)

rbid

14) Minit Musyawarah Keempat Jawatan kuasa Penyelarasan Rukyat

Irak-Kuwait

dan

Taqwim Islam Negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura, Jakarta, tanggal 1-5 Juli l992,hal5 f S) Taufiq Abdullah, Rukyah di Bukit Ladang Jagung lowa, Harian Pelita,
Jakarta3l Maret 1993

16) Ditbinbapera Islam,Himpunan Dokumen Penetapan Tanggal 17)


1413 H Saadoeddin jambek, Penetapan tanggal

Syawal

ZO; Oalam kejadian tersebut, penulis sebagai Seketaris Panitera ikut


menerima para pelaPor

Hisab Rukyat, di Jakarta tanggal 5-6 luli 1974 Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Tehnik Rukyat' fzikirta, 1983/1984, hal 27-36; Bahagian Hal Ehwal Islam, Beberapa aspek Astronomi, Bahagian Hal Ehwal Islam, Kuala Lumpur, 1986, hal 21. 19) Lihat no 8

makalah yang disampaikan pada Musyawarah Alim Ulama dan Ahli

bulan Qomariyah di Indonesia,

8)

188

189

HIJRIAH : PEIYETAPAI\ TANGGAL 1 SYAWAL 1414 BEBERAPA KEMUNGKINAN Drs. H. WahYu Widiana' MA Pendahuluan
dua tahun Peristiwa perbedaan penetapan tanggal I syawal ,".iu berturui turut masih segar diingatan kita- pada y"tg 1412 iuiin WgZ,Mentri Agama menetapkan tanggal 1 Syawal sebagian il^ij""rti"trt pada harinhad, s Apiil 1995, sementaraDemikian i992' April 4 Sabtu, pada hari

ilt

BAB

trity"tit",

1413 tahun 199i, Mentri menetapkan I Svawal il;;;J; jatuh sementara 1993' pada hari Kamis, 25 Maret iiiiriri, pada hari ;;i;; masy'arakat ada vang sudah berbuka 1993' konis memang'

berlebaran

ii"i,i,u"f*""

pada hari Selasa, 23 Matet hukum yang sama' Umat Islam yang sama' tinggal pada daerah bahkan tiga hari hari dua tout"ritrt yung i;'*u-pada

;"dil; yang berbeda. " ft"rnurrg, ada yang mengatakan bahwa perbedaan sepertl rnl -yaig
-"ruputu""'hal
merasa bahwa perbedaan fiilrubiyurt. Namun slbetulnya,kita tidak, tetangga kita tersebut cukup memprihatintan. Betapa makan dan minum' *b.lth sudair bertakbir, shalat 'ied'puasa atau sebalilnya' r"-""ot" kita masih terus melakukan s"mucum ini tidak V"tt f.Ufft *.rry"dihkun lagi, perbeduatt saling dan j;;;s ;;"imbulkan adanva ialing mengejek pada pertentanean. d11 menyalahkan, yang akhirnya menjurus keadaan seperti.ini ;;trffi;; umat.-Walau'bagairnanapun' dan hanya akan Islamiyah ;il;, merugikan u}Jruwai tidak senang kepada Islam' *.igttt*gti'tt pihak-pihak yang Islam masih umat Keadaaan tersebut *"nggu*butkut bahwa sependapat bahwa belum dapat bersatu, *fiuupttn kita semua kewajiban kita semua'. mnjaga persatuan adalah merupakan Lalu, bagaimanakah kemungkinan penetapan- !u"gg?l^l Maret 1994 Svu*ui'r+fiUqrintt yang akanlatuh pada bulan 1 SV-ayal penetapan ini? akankah teaaaannya"sama dengan Islam p"A"-i"ftt" lggz din igglt ' Atau'akankah semua umatDalam sama?' yang 'tnJonrriu idul fitri pada saat
1

*ujut, - sebab merupakan lapangan

PENETAPAN AWAL BULAN SYAWAL RAMADHAN, DAN DZULHIIIAH

-.ruyutu,,

190

TINJAUAN DATA 1 SVAWAL I4I4 H DENGAN ACUAN HASIL TTISAB Darsa. Sukartaredia
Pendahuluan Kedudukan rembulan pada tanggal 29 Ramadhan 1414 H yang jatuh pada tanggal 12 Maret 1994 saat matahari terbenam

tidak akurat. Perhifi,rngen ketinggien hital dltrhlen datgan menggunakan ufuk riar'i dirnakeudhn uaqt. kepaluen

p"trfuirrutut . Koreksi-koreksi aepotti diacbuthn dldepan heru: aiUt*un sesuai dengan pengaruh yang dlaklbatken olch

iruttipi. sama dengan kedudukannya pada akhir Ramadhan ijtima tahun lal,r, yaitu pada tanggal 23 Maret 1993' Waktu 14:14 WIB dan pada tahun fuJu an"" iqq: terjaai pada pukul ini pukul 14:05 WIB. Waktu ijtima itu suatu saat yang sama

paralaks bulan, refralsi cahaya, scmidiametcr bulcn dan tetinggian mata pengamat. Jika koreksi tidak dilalarkan, maka hasil ferhitungan berlaku untuk di pusat bumi, bukan bagi
pengamat di permukaan bumi.

Pada 12 tempat yang telah ditentukan hasil perhitungan dengan cara tersebut diatas seperti pada tabel berikut : Ketinssian hilal 2l'4.alet1994 120 135 T L\B 907 105 T T
+10 oJ,r -00.6 -10.0 -1 0.5 08 -20.3 0 -1",3 -1".4 -1 -10 -1o,8 -2",2 -2,6 -30 .0
B : bujur tempat;
L: lintang tempet Ketinggian mata diatas permukaan laut :0

hasil bagi seluruh tempat didunia dan oleh karena itu berbagai perhitungan Hasil sama' p"ihit rrrgun waktu ijtima seharusnya yurrg ut irut biasanya kalau ada perbedaandibawah 1 menit' Maret b"U""tupu sumber aimanak astronomi pada tanggal 12 1994 ijtima terjadi jam (14:05 + 00:01) WIB' Uniuk menunjukan apakah hilal rembulan pada tanggal,l2 itu sudah berada di atas ufuk atau belum, penulis menggunakan ilmu ukur bola dan data ephemeris astronomi 1994' ferhitungan 'eerhitrrrlatt dikoreksi oleh paralaks rembulan, refraksi cahaya, pengamat semi diameter rembulan, sementara ketinggian mata di dari permukaan laut dianggap nol' Ketinggian hilal dihitung. iZ t"-p"t yang terdapat didalam wilayah Nusantara' Rembulan padasaatmata=hariterbenamdibeberapatempatyangdipilihitu terada di sebelah utara matahari, dengan selisih azimut antara
4o ,6

osampai 5o.

Dari tabel diatas terlihat bahwa ketinggian hilal pada 12 Maret atatt 29 Ramadhan unii;li seluruh Indonesia masih negatif, sekalipun pada hari itu ijtima terjadi sebelum matahari
terbenam.

Ketinggian hilal di Indonesia


atau bola langit. Oleh karena itu jarak antara dua benda langit tata perubahan tempat sebuah benda langit adalah unsut-unsur koordinat horizon' 'Didalam ephemeris astronomi letak setiap benda tlg1t oleh dinyatakan daiam tata koordinat ekuator atau ekliptik. dihitung akan langit tur"nu itu jika ketinggian benda harus berdasarkan data-data yang ada pada ephemeris'

Untuk Mekah ketinggian hilal pada hari yang sama 3o,04 (Djoni Dawanas,1994) dan ijtima bertepatan dengan jam 10:05
waktu setempat.

Posisi benda langit dinyatakan dengan acuan tata koordinat

Bulan Lebih Dahulu terbenam


Seperti di tahun lalu ijtima pada allrir Ramadhan ini terjadi pada iiang har, yaitu pukul 14:05 WIB. Pada saat itu matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika. Banyak yang mengira bahwa ijtima terjadi sebelum matahari terbenam, maka pada saat matahari terbenam hilal pasti wujud. Pendapat seperti itu

digunakanrumus.rumusilmuukurbola.Bilatidak,hasilnyapun 206

201

tT

tidak selalu benar, karena masih tergantung kepada posisi bulan, tempat pengamat (lintang tempat) dan tanggal kejadian. Dalam waktu antara tanggal 22 Desember dan 22 Juni

matahari bergeser tempatnya dari selatan ke utara. Bujur ekliptika matahari sebelah utara bagi seluruh tempat di Indonesia pada sore hari lebih rendah dari matahari sendiri. oleh karena itu ketinggian bulan pada waktu ijtima lebih rendah dari matahari, karena rembulan berada di sebelah utara matahari. Daftar ephemeris menunjukkan, sejak ijtima sampai waktu matahari terbenam perubahan sudut jam, matahari 15"0,2 tiap jam, sedangkan rembulan 14" 34,1 tiap jam. Perubahan sudut jam bulan lebih kecil daripada matahari dan kejadian berlangsung pada 12 Maret (antara 22 Desember dan 22 Junl), maka kesemuanya itu membuat rembulan terbenam lebih dahulu daripada matahari. Jika ijtima terjadi jauh lebih pagi memang akan teq'adi sebaliknya untuk keadaan di bumi ini. hanya dengan menggunakan rumus-rumus segitiga bola kita dapat menghitung ketinggian secara eksak. Jadi, secara singkat karena bulan terletak di sebelah utara matahari pada akhir Ramadhan ini dan waktu ijtima untuk keadaan sekarang terlalu dekat ke saat matahari terbenam, menyebabkan ketinggian hilal negatif. Penampakan Hilal
Batas penampakan atau visibilitas hilal termuda hanya dapat diperoleh melalui pengamata (empiris). Hal ini telah diteliti para ahli sejak beberapa abad silam dan menghasilkan kriteria penampakan hilal. Dalam astronomi tercatat adnya laporan pengamatan hilal termuda, yaitu pada umur bulan 13 jam 56 menit setelah ijtima (Sky and Telescope tahun 1972). Hasil pangamatan yang dapat direkam dengan film pada umunurya didapat untuk bulan berumur lebih 21 jam. Akan tetapi sekalipun panampakan hilal ditentukan oleh umurnya, para peneliti melihat penampakan itu sangat erat hubungannya dengan selisih azimut antara bulan dan matahari atau jarak sudut bulan-matahari. Dalam penelitian itu data-data diperoleh dari pengamat dengan mata telanjang dan yang

menggunakan binokuler. Data yang dikumpulkan masing_ masing oleh Fortherningham, Maunder dan dalam Indian Ephemeris (Ilyas, 1984) secara umum menunjukkan bahwa ketinggian paling kecil penampakan hilal adalah 6. , terjadi kalau selisih azimut matahari dan bulan 23" . Harga ketinggian itu makin besar untuk selisih azimut makin kecil, dan men;adi sekitar l0o ,4 sampai 12" pada selisih azimut 0. (bulan persis tegak diatas matahari). Sedangkan secara teoritis baik menurut Maunder dan Bruin maupun menurut Ilyas ketinggian hilal yang mungkin terlihat mendekati harga minimum 4o , yaitu jarak sudut matahari-bulan lebih dari 50. Mereka mendapatkan sudut itu minimum 10o ,5. Jika didasarkan kepada kriteria yang dijelaskan diatas, keadaan hilal pada tanggal 12 Maret 1994 jelas tidak mungkin dapat diamati (terlihat), karena tidak mencapai batas minimum kriteria manapun.

... -,/-rt/\

\fr
-/{

,".r_r)

208

209
tll

Persamaan dan Perbedaan Hasil Hisab


Berdasarkan rekapitulasi data hisab awal bulan Syawal
Fodhennohem

:>_ \
lndaan

r =
.9

H yang dihimpun oleh Direktorat Pembinaan Badan peradilan Agama Islam Departemen Agama, dari 16 sumber yang dihimpun terdapat 4 penghisab yang menghasilkan waktu ijtima pada 12 Maret 1994 sangat jauh berbeda dari 14:05 WIB, dengan selisih lebih dari 15 menit. Diantaranya ada yang berbeda lebih dari 1 jam. Perbedaan itu sangat besar kemungkinan dari data epoh yang tidak akurat karena belum terkoreksi oleh presesi bumi. Kecuali itu masih juga ada
perbedaan
si

l4l4

stem perhitungannya.

Hasil perhitungan waktu ijtima yang bersumber

pada

I .q

Jarak sadul Maleheti . Bulan

Almanak Nahdhatuk Ulama, Sullamunnayyirain, Fathurrau Fil Manan, Qowaidul Falakiyah dan Nurul Anwar berbeda cukup mencolok dengan data kami maupun I I sumber lainnya yang terus dikembangkan dalam astronomi modern. perbedaan itu berarti perbedaan pula dengan data yang terdapat pada berbagai ephemeris yang beredar dan diakui ketelitiannya didunia. Dengan demikian jelas dirasa perlu untuk mengevaluasi sumber dan sistem yang berbeda jauh itu agar ditemukan cara untuk mengoreksinya, bila mungkin. Hasil perhitungan ketinggian hilal pada 12 Maret 1994 dat'. hampir seluruh sumber yang lima itu menunjukkan angka positif, malah ada yang mencapai 2o 29", sementara sumber yang lain semuanya negatif untuk hampir di seluruh Indonesia. Tampaknya diwaktu mendatang harus ada kegiatan yang menggalang semua pihak (ahli falak Indonesia) untuk mempelajari sistem paling maju yang berkembang sekarang, agar kita tidak terlalu ketinggalan. Masalahnya ketepatan itu mutlak penting agar hasilnya betul-betul mempunyai arti dan bermanfaat. Generasi yang akan datang akan menyalahkan kita bila kita membiarkan perbedaan itu tanpa ada upaya untuk memperbaikinya. Jika tidakpun, mengingat hal itu jelas merupakan kebutuhan, sementara dunia komunikasi dan sarana pertukaran ilmu akan berkembang makin cepat, maka akan muncul kelompok-kelompok cendikiawan muslim seperti telah

2t0

2tl

dimulai sekarang. penggalangan dan pemanfaatan


Rukyat Hilal

potensi seperti itu seharusnya sudah dirasakan perlunya sejak sekarang.

Dengan pendapat tidak ada yang dianggap lebih penting atau sebaliknya antara hisab dan rukyat, penulis mencoba membuat makalah ini dengan acuan hasil hisab, karena hal itu sudah bisa dibuat jauh sebelumnya, sedangkan rulcyat baru dilaksanakan dengan menanti waktunya datang. walaupun demikian penulis

Isue yang menyatakan bahwa Indonesia ada kelompok yang

mengacu pula pada pengalaman atau data empiris yang


berkaitan dengan rukyat, yakni tentang visibilitas hilal. Hanya dengan mengacu kepada data-data yang sudah ada itulah kita

melulu berpegang pada hisab dan menganggap tidak perlu diadakan rulcyat atau juga yang sebaliknya diwaktu mendatang

tidak akan populer. Sebaliknya dengan bertambahnya


pengetahuan masyarakat tentang kedua hal itu, orang akan mengatakan hisab dan rukyat merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Artinya dua-duanya sama-sama dipraktekkan atau diamalkan dan dunia iptek dengan sendirinya akan memasuki
keduanya. Tanda-tanda bahwa masyarakat ilmuwan tidak puas terhadap cara dan hasil rukyat, karena meragukan, sudah ada dan cukup beralasan.Hal ini harus dijadikan tolok ukur untuk menyadari bahwa masyarakat makin berfikir logis dan majrt. Cara-cara yang dilakukan selama ini sudah dianggap tidak cocok lagi atau

dapat memperkirakan apa yang bakal terjadi, kecuali yang ditentukan oleh seleksi alam. Kepustakaan
penampakan Hilal untuk Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1414H; makalah pada Koordinasi Pelaksanaan Hisab Rukyat, Tugu 3l Januari-l Pebruari 1994. Ilyas Mohamad, A Moder Guide to Astronomical Calculations of Islamic Calender, Times and Qibla, Berita Publishing Sdn,Bhd, 1984. Joseph Ashbrook, Sky and Telescope,February 1972. Sky and Telescope, June 1973. Almanak Nautika tahun 1994, dikeluarkan oleh TNI-AL, Dinas . Hidro-Oseanografi. Meeus, Jean, Astronomical Tables of the Sun, Moon and Planets, Willmann-

Djoni Dawanas, Kemungkinan

tidak tepat dengan perkembangan iptek sekarang. alternatifaltematif pemecahan masalah yang terkait pada pelaksanaan rukyat, seperti halnya juga pada hisab yang dikemukakan
sebelum ini, tidak perlu dibatasi atau disepelekan. Rukyat hilal yang dilaksanakan pada tanggal 12Maret 1994,

Bell Inc., 1983.

bila dilihat dari sudut teori kemungkinan (ilmu manusia) ada kemungkinan tidak sempurna atau gagal karena cuaca buruk. Tetapi jika kita berasumsi cuaca akan seratus persen jernih, kemungkinan tampak atau tidaknya berdasarkan data hisab (ilmu manusia) seperti telah dihimpun itu, secara objektif lebih
besar kemungkinannya tidak tampak karena belum wujud. Jadi,

kemungkinan tidak berhasil itu cukup besar. Jika hilal tidak terlihat pada 12 Maret, hilal perlu dirukyat pula pada 13 Maret, jika" kita hendak mengecek ketelitian hasil hisab, walaupun sudah tidak diperlukan lagi bagi penetapan 1 Syawal l4l4H.

Penutup

212

213

PENDNTUAN AWAL RAMADHAN DAN SYAW AL I4I4 H

KEMUNGKINAN PENAMPAKAI\ HILAL UNTUK


Djoni N. Dawanas H
Pendahuluan

Hilal adalah bulan sabit yang pertama kali dapat dilihat dengan mata bugil setelah terjadi konjungsi (ijtima')' Untlk mengamati hilal syarat utamanya adalah Bulan harus berada
diatas ufuk pada saat Matahari terbenam. Kalau syarat pertama

maka akan sia-sia saja mengamati hilal' Karena itu supaya pengamatannya efektif dan efisien, diperlukan pengetahuan mengenai posisi hilal pada waktu akan diadakan pingamatan. Akan tetapi walaupun menurut hila! hilal sudah berada diatas ufuk, namun belum tentu juga hilal tersebut dapat diamati. Banyak faktor yang mempengaruhi penampakan hilal, selain keadaan cuaca saat pengamatan faktor iain adalah, kemampuan mata manusia, kecerlangan langit senja, paralal<s horison, refralrsi angkasa, kedalaman horison QIfl,- iarak sudut antara Bulan-Matahari dan ketinggian Eulan diatas ufuk. Kemampuan mata manusia dalam melihat suatu objek akan berbeda dari satu orang dengan yang lainnya,letapi untuk mata yang normal perbedaan ini sangat kecil sekali' Untuk memperkecil pengaruh faktor kemampuan mata manusia pada waktu melihat hilal, pengamatannya harus dilakukan oleh

ini tidak dipenuhi,

pengamat yang ada dipermukaan Bumi menyebabkan terjadinya paralaks horison. Dalam pengamatan benda-benda langit yang jauh seperti bintang-bintang, perbedaan acuan antara pusat Bumi dan permukaan Bumi ini tidak berpengaruh, tetapi untuk pengamatan benda-benda langit yang dekat seperti Matahari dan Bulan, efek paralaks horison ini sangat berpengaruh sekali. Sebagai contoh koreksi paralaks horison untuk Matahari sekitar 9", tetapi untuk Bulan bisa mencapai 1o. Dalam perjalannya ke permukaan Bumi, cahaya bendabenda langit akan melewati angkasa Bumi. Angkasa Bumi ini bersifat membiaskan atau merefraksikan cahaya, dan akibatnya, pengamat di Bumi akan melihat benda-benda langit lebih tinggi dari seharusnya. Efek refraksi angkasa Bumi akan semakin besar di dekat horison yaitu sekitar 34".

beberapa orang.

Kecerlangan langit senja akan mempengaruhi pengamatan hilal, kondisi langit yang redup akan memberikan kesempatan kepada mata manusia untuk dapat melihat hilal dengan baik'' Kondisi langit yang redup itu terjadi pada saat Matahari terbenam, karena itu untuk dapat melihat hilal dengan baik

Dalam pengamatan hilal, ketinggian pengamat dari permukaan laut akan mempengaruhi pengamatan. Pengamat yang berada pada lokasi yang lebih tinggi, akan mempunyai horison (ufuk) pengamat yang lebih dalam daripada pengamat yang berlokasi ditempat yang lebih rendah. Akibatnya, pengamat ditempat yang lebih tinggi akan mempunyai kesempatan yang lebih lama untuk mengamati benda-benda langit yang berada disekitar horison. Besar jarak sudut antara Bulan dan Matahari serta ketinggian hilal di atas ufuk (atau beda azimut antara Bulan dan Matahari serta ketinggian hilal diatas ufuk) pada saat Matahari terbenam (lihat gambar l), sudah lama diketahui sebagai faktor yang mempengaruhi pengamatan hilal. Karena itu untuk keberhasilan dalam pengamatan hilal diharapkan para pengamat hilal nlengetahui terlebih dahulu besarjarak sudut antara Bulan dan Matahari serat tinggi hilal diatas ufuk pada saat Matahari
terbenam.

diperLukan pengetahuan cara penentuan waktu Matahri terbenam. Pen garuhkecerlangan langit senj a dalam pen gamatan hilal ini akan dapat diperkecil apabila beda sudut antara Bulan
dan Matahari cukuP besar.

yang menggunakan pusat Bumi sebagai acuannya dan posisi

Perbedaan acuan dalam penentuan posisi benda-benda langit

2t4

215

yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, orang-orang Babilonia Kuno menyimpulkan bahwa biasanya hilal mulai dapat dilihat setelah umur Bulan lebih dari 24 jam setelah konjungsi. Dengan pengandaian bahwa Bulan dan Matahari
terpisah dalam bujur langit dengan kecepatan setengah derajat per jam,maka kriteria orang Babilonia untuk menentukan awal bulan adalah sebagai berikut: Awal bulan dimulai jika beda as s ensiorekta antara Bul an dan Matahari s ekurang-kurangny a 12'. Menurut Ilyas (1984), kriteria ini masih dipakai oleh para ahli hisab sampai abad XV. Forteringham (1910) menurunkan kriteria penampakan hilal berdasarkan hasil pengamatan beberapa orang di Yunani. Kriteria Forteringham ini kemudian diperbaiki oleh Maunder

(19i
Gambar I

1) yang selanjutnya dikembangkan lagi dalam Indian

Bola langit yang memperlihatkan saat Matahari terbenam, 0 adalah Bumi, B adalah Bulan dan M adalah Matahari. Azimut Matahari dinyatakan panjang busur dari titik utara sampai titik X, sedangkan azimut Bulan dinyatakan oleh
panjang busur dari titik utara sampai titik Y. Beda azimut Bulan dan Matahari, dinyatakan oleh busur XY, tinggi Bulan dari ufuk (horison) dinyatakan oleh busur BY, sedangkan jarak sudut antara Bulan dan Matahari, dinyatakan oleh busur BM.

Ephemeris (1979). Ketiga kriteria ini diperlihatkan dalam tabel l.Dari tabel ini dapat dibaca bahwa hilal akan tampak apabila tinggi Bulan dari ufuk dan beda azimut antara Bulan dan Matahari (dAz) lebih besar daripada nilai-nilai yang ada dalam tabel tersebut.

Selisih Azimuth 0"


50

Kriteria Penampakan Hilal


Diatas telah disinggung bahwa jaraj sudut antara Bulan dan Matahari (atau beda azimut antara Bulan dan Matahari) serta tinggi hilal saat Matahari terbenam merupakan faktor yang mqnentukan keberhasilan pengamatan hilal. Dari kedua faktor ini para peneliti berusaha menentukan kriteria, yaitu pada jarak sudut dan ketinggian berapakah hilal dapat diamati dengan mata bugil. Penentuan kriteria ini sudah sejak lama dilakukan sejak zaman Babilonia Kuno. Berdasarkan data pengamatan hilal

100 150

Tinooi Bulan dari ufuk Maunder Forherinqham 11" 12 100,5 1 1",9 11".4 9o,5
1

lndian Eph
100,4
100

9',3
80,0 60,2

1',0

8',0
60

230

7,70

Danjon (7932, 1936) mengadakan penelitian terhadap hasil pengamatan bulan sabit muda, yang telah dilakukan bertahuntahun. Dari hasil penelitiannya ini Danjon memberikan kriteria penampakan hilal berdasarkan jarak sudut Bulan dan Matahari yaitu, hilal akan tampak apablla jarak sudut Bulan dan Matahari lebih besar dari 7" (lihat juga Purwanto, 1992). Hasil penelitian Danjon ini selanjutnya diperbaiki oleh Ilyas (1988) yang mengatak4n bahwa hilal akan dapat dilihat apabila jarak sudut antara Bulan dan Matahari lebih besar dari 10,5o.

2t6

217

Konferensi Kalender Isram di Istambur pada tahun r97g seperti yang dikutip oleh Dizer (19g3) menetapkan kriteria sebagai berikut : Awar bulan dimutrai jika jarak'busur an,ara -a' Bulan dan Matahari tebih besar dari ai, finggi buran dari ufuk pada saat Matahari terbenam lebih besar airf 5". sampai saat ini di Indonesia belum ada kriteria khusus mengenai penampakan hilal ini. Walaupun demikian, berdasarkan data yang ada, Departemen Agima RI (Depag) ta-mpaknya menggunakan kriteria tinggi hilal minimal Z; Aiata's ufuk mar'I sebagai patokan awal bulan. Akan tetapi kriteria ini juga tampaknya tidak selalu diikuti, karena meskipun tinggi hilal kurang dari2o,tetapi ada laporan keberhasilan *t yut yo:rig sah, maka laporan tersebuit akan dijadikan patokan untui penetapan awal bulan seperti yang terjadi pada penentuan tanggal I Ramadhan 1390 H (1970 M). pada-wakfu itu yaitu tanggal 30 Oktober lgT0,Depagmenerima laporan bahwa hilal dapat dilihat, sehingga Depag menetapkan I Ramadhan 1390 H jatuh pada tanggal 3l oktober tgzo. Namun berdasarkan perhitungan kami, pada tanggal 30 Oktober 1970 itu, ketinggian hilal diatas ufuk pada waktu Matahari terbenam adalah, 0""it; 34" (0",23) dan jarak sudut antara Buran dan Matahari adalah 5o 07' 39*, jadi posisi Bulan diatas ufuk masih dibawah 2". Apabila kita bandingkan dengan kriteria-kriteria yang lain, tampaknya kriteria yang dipakai oleh Depag sangat meragukan karena j auh dibawah kriteria-kriteria lainnya.

juga posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam


untuk kota Mekkah.

Dari tabel I dapat dilihat bahwa untuk awal Ramadhan l4l4 H, ijtima' teqadi pada tanggal 10 Februari 1994 jam2l:30 WIB atau 22:30 WITA atau 23:30 WIT, jadi pada sore tanggal l0 Februari 1994 di seluruh wilayah Indonesia, hilal tidak mungkin diamati. Dengan demikian karena tanggal 10 Februari lgg4 berkesesuaian dengan tanggal2g Sya'ban 1414, maka bulan Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari (istihnal), jadi I Ramadhan l4l4H akan jatuh pada 12 Februari 1994. Apabila kita bandingkan ketinggian Bulan dan beda azimut Bulan-Matahari pada tanggal I I Februari 1994 dengan kriteria Fortheringhem, Maunder dan Indian Ephemeris, maka untuk seluruh wilayah Indonesia, pada tanggal I I Februari 1994, hilal tidak memenuhi syarat untuk dilihat. Sedangkan apabila kita bandingkan dengan kriteria Istambul dan Danjon, maka pada tanggal 11 Februari 1994 hilal memenuhi syarat untuk dilihat. Karena itu untuk menguji perhitungan dan juga sebagai bahan menentukan kriteria yang cocok untuk Indonesia, ada baiknya pada tanggal 11 Februari 1994 dilakukan rukyat. Sebagai acuan untuk mengamati hilal ini, pada gambar 2 diperlihatkan posisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam untuk Jakarta
dan sekitamya.

Hilal untuk I Ramadhan dan I Syawal

l4l4}d

Seperti telah dibicarakan diatas untuk dapat melihat hilal dengan baik dan supaya pengamatan tidak sia-sia diperlukan posisi Bulan pada saat Matahari terbenam. Daia posisi {ata Bulan ini hanya dapat diperoleh dengan perhitungan (hisab). Karenl itu untuk pengamatan hilal guna penentuan tanggal I Ramadhan dan I Syawal l4l4 H, telah dihitung posisilplosisi Bulan dan Matahari pada saat Matahari terbenam serta waktu terjadinya ijtima' (konjungsi) dengan menggunakan komputer untuk beberapa kota di Indonesia. Hasirnya diperlihatkan pada tabel 2, dan sebagai pembanding, daram taber tersebut dibeiikan

Untuk kota Mekkah ijtima' awal Ramadhan l4l4 H terjadi l0 Februari 1994 jam 17.30 waktu setempat. pada saat Matahari terbenam, ketinggian Bulan adalah 4,17 berarti pada waktu itu Bulan masih berada dibawah ufuk, jadi tidak mungkin dilakukan rukyat. Sedangkan untuk tanggal I I Februari 1994, beda azimut dan jarak sudut Bulan-Matahari dan ketinggian Bulan diatas ufuk pada saat Matahari terbenam, memenuhi semua kriteria diatas. Jadi pada tanggal l l Februari 1994, hilal sangat mungkin unhrk dapat dilihat. Dengan demikian, I Ramadhan l4l4 untuk Saudi Arabia, seharusnya jatuh pada tanggal 12 Februari 1994. Ijtima' awal Syawal untuk seluruh wilayah Indonesia terjadi pada tanggal 12 Maret 1994 jam 14.05 WIB atau 15.05 WITA atau 16.05 WIT. Pada saat Matahri terbenam, ketinggian Bulan masih dibawah ufuk kecuali untuk Banda Aceh yaitu sekitar
pada tanggal

2t9
218

0o,01. Akan tetapi walaupun di Banda Aceh Bulan sudah diatas

ufuk, namun .""utu keseluruhan kombinasi ketinggian Bulan, dengan beda azimut atau jarak sudut tidak memenuhi kriterialaiteria penampakan hilal di atas, jadi pada tanggal 12 Maret 1994, hilal tidak mungkin diamati. Karena pada tanggal 12 Maret 1994 berkesesuaian dengan tanggal 29 Ramadhan 1994, maka otomatis bulan Ramadhan digenapkan 30 hari, jadi 1 Syawal l4l4 a?'anjatuh pada tanggal 14 Maret 1994' Sebagai gambaran, pada gambar 3 diperlihatkan posisi Bulan - dan il4atahari pa-da saat Matahari terbenam tanggal 12 Maret 1994
untuk Jakarta.

Kesimpulan

penampaka-n

pembicaraan diatas mengenai kemungklnrn hilal untuk menentukan awal Ramadhan drn Syawal l4l4IF. dapat ditarik kesimpulan berikut : 1. Untuk seluruh wilayah Indonesia pada tanggal l0 Februari lg94 saat Matahri terbenam, hilal tidak mungkin untuk bisa dilihat, karena ijtima' baru terjadi

Dari

pada jam 21.30

2. 3.

Apabila kita bandingkan ketinggian Bulan, beda azimut dan jaraksudut Bulan untuk tanggal 13 Maret 1994 dengan laiteria iortheringham, Muder dan Indian Ephemeris, maka yang *"-"nthi syarat untuk penampakan hilal hanyalah untuk Banda Aceh saja. Sedangkan apabila kita bandingkan dengan kriteria Istambul, Danjon dan Ilyas, seluruh kota di Indonesia memungkinkan untuk melihat hilal. Karena itu untuk pengujian hasil perhitungan dan penetapan kriteria mana yang berlaku di Indonesia, ada baiknya pada tanggal 13 Maret 1994 dilakukan juga rukyat. Sebagai acuan untuk mengamati hilal ini, pada gu*t* 4 diperliha-tkan posisi Bulan dan Matahari saat matahari
terbenam.

WIB' Untuk Melftah, tanggal 10 Februari 1994 juga hilal tidak mungkin dapat diamati, karena masih berada
dibawah ufuk. Untuk seluruh wilayah Indonesia, kecuali Banda Aceh, pada tanggal 12 Maret 1994 saat Matahari terbenam, kedudukan Bulan masih berada dibawah ufuk, jadi hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sedangkan untuk Banda Aceh, meskipun pada saat Matahari terbenam Bulan sudah diatas ufuk, namun masih jauh dibawah kriteriakriteria penampakan hilal, jadi juga tidak mungkin hilal dapat dilihat. Untuk Mekkah, tanggal 12 Maret 1994 saat Matahari terbenam, Bulan sudah berada diatas ufuk. Tetapi karena ketinggian Bulan pada waktu itu masih jauh dibawah kriteria-kriteria penampakan hilal yang ada, maka hilal juga tidak mungkin untuk dilihat. Saran

4.

Untuk Me*&ah, ijtima awal Syawal l4I4 H terjadi pada tanggal 12 Maret 1994 jam 10.05 waktu setempat' Pada waktu Matahari terbenam, ketinggian hilal sudah mencapai 3o,04 diatas ufuk. waktupun Bulan masih berada diatas ufuk pada

saat Matahari terbenam, namun kombinasi ketinggian Bulan dengan beda azimut atau jarak sudut tidak memenuhi semua kitJria penampakan hilal diatas, jadi hilal tidak mungkin dapat diamati, kecuati iita menggunakan }riteria yang ada di Indonesia (?). Untuk tanggal 13 Maret 1994, koordinasi ketinggian Bulan dengan beda azimut atau dengan jarak sudut
memenuhi semua laiteria penampakan hilal'

l.

Meskipun pada tanggal 11 Februari 1994 dan tanggal 13 Maret 1994 pengamatan hilal tidak diperlukan lagi, namun ada baiknya pengamatan terus dilakukan untuk menguji ketelitian perhitungan dan juga sebagai bahan penentuan kriteriapenampakan hilal di Indonesia. Selain itu, pengamatan hilal pada tanggal 11 Februati L994 sangat menarik, karena ketinggian Bulan dan beda azimutnya atau jatak sudutnya tidak memenuhi kriteria Fortheringham, Mauder dan lndian Ephemeris, tetapi memenuhi kriteria Istambul dan Danjon.

220

221

2. Ada baiknya setiap

laporan penampakan hilal . ke gambarl sketsa dari hilal dengan disertai Depag, harus relatif terhadap posisinya yang dilihatnya serta untuk diperlukan ini Hal ivlatahari dan titik Barat. hilal benar-benar itu memeriksa apakan yang dilihatnya
atau bukan.

ASPEK T'ISIS DALAM PELAKSANAAN RUKYAT DIDAERAH JAKARTA DAI\ SEKITARNYA PADA AWAL BULAN SYAWAL I4I4H Hendar Gunawan, Tajan, Edy Sukanto

Abstrak
Aspek fisis dalam pelaksanaan rukyat meliputi kondisi fisika alam yang menyangkut keadaan atmosfer dan lingkunganya. Penampakan hilal oleh mata tergantung dari intensitas cahaya bulan atau ketinggian bulan >5 derajat Kedudukan hilal dengan ketinggian 0 derajat pada saat matahari terbenam untuk akhir Ramadhan, awal Syawal l4l4H atau tanggal 12 Maret 1994 M diwilayah Indonesia dan sekitarnya dinyatakan oleh garis batas tanggal '(ketinggian nol), yang melalui daerah Aceh Selatan. Diwilayah Indonesia tanggal 12 Maret 1994 M umurmya hilal masih dibawah ufuk sehingga dimungkinkan hilal pada tanggal 13 Maret 1994 M sudah diatas ufuk. Khususnya di Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 12Maret 1994 M secara hisab masih dibawah ufuk (-l derajat 14 menit) sedangkan pada tanggal 13 Maret 1994 M menunjukkan ketinggian hilal 8 derajat 2,7 menit.

3.

Untuk ketenangan beribadah dan juga demi kerukunan antar sesama umat Islam di Indonesia, ada baiknya apabila Departemen Agama menetapkan harus adanya klsesuaian antara hisab dan rukyat. Artinya perlu mempertegas bahwa hissb dan rukyat keduanya harus menghasilkan hilal yang sama. Dengan kata lain, hasil p"riit rgo, harus dapat dibuktikan dengan rulqtat dan juga dimungkinkan dari -hisil rutEat yang dilalukan harus Sehingga kriterianya' beserta hisab perhitungan hilal melihat yang mengaku jika iuatu waktu ada yang kriteria dan padahal menurut perhitungan hisab sudah ditetapkan hilal tersebut tidak mungkin dapat dilihat, maka pengakuan tersebut harus ditolak' (LYallaahu a'lam)

Kondisi fisis dari atmosfer yang ditunjukkan oleh faktor

cuaca

menunjukkan bahwa pada bulan Maret 1994 M untuk Jakarta dan sekitarnya pada pagi hari umumnya cerah, sedangkan pada sore hari terdapat peluang cuaca berawan/hujan. Jakarta Selatan pada sore hari umumnya berawan dan hujan, sedangkan Jakarta Utara cerah/berawan. Aspek lingkungan seperti polusi udara untuk Jakarta dan sekitamya yang

disebabkan oleh asap menunjukkan bahwa didaerah Tangerang dan


Pulogadung terjadi pencemaran asapoleh pabrik. Konsentrasi polutan didaerah

DAFTAR PUSTAKA
Anonlm, 1979, Indiana Astronomical Ephemeris, India Dept'of Met, New
Delhi.

Jakarta rata-rata diatas ambang 260 ppm terdapat didaerah Bandengan, Glodok dan Ancol. Adanya polutan tersebut akan mengganggu visibility
dalam pelaksanaan rukyat didaerah Jakarta dan sekitamya.

Anonim, 1981, Almanak Hisab


Peradilan Agama Islam, Jakarta

dan

Rukyat, Proyek Pembinaan Badan


ProYek

Pendahuluan

Anonim, 1983, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah,


Pembinaan Badan Peradilan Agama, Jakarta Danjon, A, 1932, L'Astronomie 46,57 Danjon, e, f S:0, Bulletin de la Societe Astronomique de France, 50,57

Dizir, M,'1gg3, A calculation Method for Visibility curve of the Moon,


Fotheringham, JK,19i0, on The Smallest Visible Phase Mon.Not.RoY Asffon. Soc,'/0, 527

dan lingkungan yang dapat mempengaruhi pengamatan hilal. Berbagai syarat kebolehnampakan hilal telah
atmosfer
ketetapan kenampakan hilal dalam melaksanakan rukyat. Umumnya ketetapan kebolehnampakan hilal didasarkan pada tinggi bulan, beda azimut dan umur bula. Akan tetapi faktor penentu seperti kondisi atmosfer disekitar tempat pengamatan perlu diperhatikan. Keberhasilan pengamatan

Aspek fisika dalam pelalsanaan rukyat meliputi keadaan

banyak diteliti antara lain resolusi Istambul tahun 1978,

Kandili ObservatorY.

of the

Moon'

Ilyas, M., 1984, islamic Calendar,Times & Qibla, Berita, Kuala Lumpur

iiyur, fr4., tggg, Llmiting Altitude Separation in the New Moon's

First 206'133 Astrophys, Visibility Criterion, Astron. Mauder, EW,1911, JBAA' 2l'355 purwanio,19b2, Visibilitas Hilal sebagai Acuan Penyusunan Kalender Islam' Skipsi Sarjana Astronomi, Jurusan Astronomi, ITB'

benda langit umurmya sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer kfiususnya kondisui cuaca yang dipengaruhi oleh

)))

223

unsur-u;6ur tekanan udara, suhu udara, kelembaban udara, polusi ud"ru, arah dan kecepatan angin yang menyebabkan terjadifr'ye- fenomena cuaca seperti hujan, kabut dan lainlain' Fenomena tersebut akan mempengaruhi jarak pandang secara mendatar atau terhalangnya benda langit yang dilihat oleh
seseorang.

cotg Az = -sin p cotg t + coap tg d cocec t

dengan

Az:

p : lintang tempat pengamatan d : deklinasi bulan t = sudut jambulan

azimut bulan

Aspek lingkungan seperti polusi udara khususnya untuk


daerah Jakarta dan sekitarnyayang disebabkan oleh pencemaran

asap pabrik atau kendaraan bermotor menyebabkan terjadinya sinar yang mengakibatkan terganggunya pelaksanaan observasi hilal. Jadi keberhasilan pelaksanaan

pembiasan

rulcyat sangat dipengaruhi oleh fallor posisi benda langit fteiinggian hilal, beda azimut, umur bulan) dan keadaan fisis alam sekitarnya. Dalam tulisan ini dibahas penelitian tentang kebolehnampakkan hilal ditinjau dari perhitungan tinggi bulan' beda azimut dan faktor lingkungan didaerah Jakarta dan
sekitarnya.

Kedudukan bulan dengan ketinggian 0 pada saat matahari terbenam pada tempat-tempat didunia khususnya wilayah Indonesia ditentukan berdasarkan data Nautical almanac. Kedudukan tersebut dinyatakan oleh garis batas tanggal akfiir Ramadhan dan awal Syawal 1414 H atau tanggal 12Maret1994 yang melalui daerah Aceh Selatan. Di wilayah Indonesia umurnnya sebagian besar hilal masih dibawah ufuk pada saat matahari terbenam, kecuali Aceh Utara dengan ketinggian hilal lebih kurang +5 manit. Garis batas tanggal dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan posisi bulan pada tanggal 12 Maret 7994 dapat dilihatpada gambar 2.
Tgl Waktu
terbenam

Perhitungan posisi hilal pada akhir bulan Ramadhan dan awal bulan SYawal l4l4II
Perhitungan posisi hilal pada akhir bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal l4l4 H didasarkan pada rumusan segitiga bola yang secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Sin h: Sin p Sin d + Cos p Cos d Cos t Dengan

Waktu
terbenam bulan (WIB)
18.02

Deklinasi

Azimut mthr
bulan

Posisi bulan

mthr

bulan

Tinggi
bulan

saat mthr

mthr (WIB'

terbenam bulan utara

t2

18.07
18.07

318,7 2 55.t

0 27,7

266 42,3

269 32,4 274 15.0

13.9

mthr
bulan utara

l3

t8.42

4 t2.9 267 05.8

8 02.7

mthr

h = tinggi bulan

Kondisi cuaca
Sering dialami bahwa pada suatu saat sangat sulit melihat benda langit yang jauh pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh adanya partikel kecil yang berada diudara. Partikel-partikel ini meliputi hidrometeor (fog, mist, hujan dan lain-lain) atau litometeor (debu, asap dan sebagainya). Suatu benda langit kurang dapat dilihat dengan baik karena sinar yang terpencar atau dipantulkan oleh benda itu diserap oleh partikel-partikel tersebut yang berada diudara. Tetapi yang paling dominan mengurangi penglihatan adalah proses

p : lintang tempat Pengamat d = deklinasi bulan t = sudutjambulan


kordlasi paralaks, refraksi, semidiameter dihitung dengan mengambil data dari Almanak Nautika dan Astronomical Almanac. Koreksi ketinggian ufuk ditentukan dengan menghitung ketinggian pada mean sea level' Azimut bulan
dihitung berdasarkan Pada rumus:

224

225

pemencaran (scattering). Dalam keadaan berkabut (hazy) ata:u berdebu (dusty) maka sebagian besar sinar dipencarkan oleh partikel-partikel tersebut sebelum mencapai mata pengamat' Faktor-faktor dominan cuaca yang mempengaruhi

penglihatan adalah awan dan hujan, kabut dan mist, polusi


udara.

Pengaruh awan dan hujan

normal untuk bulan Maret berdasarkan ketentuan WMO sebesar 232 mm. Dari data pengamatanh ternyata daerah-daerah dengan curah hujan normal meliputi stasiun 1,2,3,8,12,13. Curah hujan dan 14. dibawah normal meliputi stasiun 4,5,6,7 ,9 ,10, Sedangkan curah hujan diatas normal terjadi di stasiun 13. Jumlah hari hujan didaerah Jakarta dan sekitamya selama 10 tahun terakhir ditunjul&an oleh histogram gambar 4. Jumlah hari hujan rutz-rata bulan Maret selama l0 tahun, yang terbesar distasiun Ciledug dengan jumlah hari 18,8

ll

Awan menyebabkan beberapa peristiwa optis. Fenomena ini disebabkan oleh refraksi, reflesi dan difraksi sinar oleh komponen awan. Peristiwa optis tersebut antara lain halo, parheia, crepcuscular dan glory Hujan (tetes-tetes air, partikel-partikel es) menyebabkan berkurangnya visibility. Penglihatan dalam kondisi hujan terganggu dari ukuran butir tersebut dalam suatu volume udara. Hujan ringan hanya berpengaruh kecil terhadap visibility 3-10 km, sedangkan hujan lebat mengurangi visibility menjadi 50500 meter. Jumlah curah hujan yang diamati selama i0 tahun (1984s/d 1993) untuk 14 loikasi didaerah Jakarta dan sekitarnya arfiara lain Bendungan hilir, Pakubuwono, Ciledug, Cengkareng, Jelambar dan lainJain dihitung untuk jumlah h huian rata-ratabulan Januari, Februari dan Maret
No.Stasiun
Nama stasiun

sedangkan hari hujan minimal terjadi distasiun Jelambar, denngan jumlah hari hujan 9,4 intensitas curah hujan dapat dilihat pada histogram gambar 5. Kabut (FOG) dan nist Kabut biasanya terdiri dari tetes- tetes air dan pada keadaan tertentu dapat disertai adanya kristal-laistal es. Pembentukan kabut terjadi bilamana ada udara basah diatas permukaan yang lebih dinginh. Kabut merupakan penghalang visibility yang sangat efektil karena pengaruhnya terhadap semua sinar berwarna sama. Mist mempunyai proses fisis yang sama dengan kabut. Perbedaan terletak pada jarak penglihatan. Jika visibility kurang dari I lon, fenomena tersebut disebut kabut.
Posisi udara

No.Stasiun
8

Nama stastun
Rawamangun

2 J

lendunsan Hilir )akubuwono iledus lenskareng


Ielambar

Ianiune Priuk

l0

]MG
laiawali Selatan
ioete

4
5

il
T2 13

6 ,|

fangerang
Bekasi

:{alim PK
Depok

14

Hasil perhitungan dinyatakan oleh grafik jumlah curah hujan rata-rataielama 10 tahun dari tahun 1984s/d 1993 yang terlihat
pada gambar 3.

Kecenderungan jumlah curah hujan dari bulan Januari ke Maret di beberapa tempat di Jakarta menurun' Curah hujan

Dibeberapa kota kemungkinan visibility berkurang karena adanya partikel-partikel minyak diudara yang bersumber dari kendaraan bermotor. Udara kabur sering terjadi asap indushi atau karena adanya daerah yang kebakaran. Partikel-partikel asap yang besar jatuh kepermukaan bumi, sedangkan partikelpartikel kecil yang sama dengan partikel mist atau kabut akan melayang diudara. Hampir sebagian besar bahan terbakar menghasilkan partikel-partikel karbon. Asap yang mengandung partikel karbon akan menimbulkan haze yang hitam. Campuran asap dan kabut disebut smog, yang sangat mengurangi visibility.

226

)1.1

Konsentrasipartikeldebudiudaraberdasarkanhasilanalisis 7 stasiun pengamat polusi udara Badan Meteorologi dan Geofisika, yaitu eUC, Ancol, Bandengan,Glodok' Yg:-f

Halimdan-Ciledugselama13tahun(tahun1980s/d1992) me""nj"kka" bahwa konsentrasi suspended particulate matter (SPMirata-ratd tahunan (p gram/cm3) terbesar adalah stasiun batas dtoAot sebesar 522,81t gram /cm3 yang temyata diatas gram/cm3) ambang yang ditetapkan (batas ambang 260p dan gram/cm3disusui daerah Bandengan sebesar 4591t atau PK konsentrasi polutan pallng rendah di daerah Halim
SPM ratasebesar 164,281t gram/cm3. Histogram konsentrasi pada dilihat dapat rata selama 13 iahun di Jakarta dan sekitarnya
gambar 6

Dari syarat kenampakan Istambul, ketetapan Malaysia dan pengalaman Indonesia hilal dapat dipastikan dapat terlihat di seluruh wilayah Indonesia jika cuaca baik dan lingkungan (polusi udara) tidak banyak tercemar. Di Jakarta khususnya pada tanggal 13 Maret 1994 M ketinggian hilal 8 02',7, bcda azimut 7 09' dengan umur bulan 28,5 jam. Hasil penelitian jumlah curah hujan rata-rata selama l0 tahun untuk bulan Maret didaerah Bendungan Hilir, Pakubuwono, Ciledug, Rawamangun, Cipete dan HalimPK dapat dikelompokkan daerah Jakarta bagian Selatan yang umunmya curah hujan

normal sedangkan daerah-daerah Cengkareng,

Analisis kualitatif

Jelambar, Tangerang, Tanjung Priuk dan sebagainya atau kelompok utara umurTmya curah hujan dibawah normal. lntensitas hujan ratarata yang kecil selama l0 tahun pada bulan Maret didaerah Tanjung Priuk, Cengkareng dan Ciledug, sehingga dapat menunjukkan kemungkinan cuaca baik/hujan tidak lebat.

hilal dari.resolusi Istambul tahun Ig78 menunjukkan bahwa ketinggian hilal yang dapat lengkung) diobservasi jitu t 5o dengan beda azimut fiarak bulan dan matahari diantara '7" sarnpai dengan 8'' -!ari
Syarat kebolehnampaktcan

Berdasarkan prakiraan cuaca pada tanggal 13 Maret 1994 M pada pagi hari umurmya Jakarta dan sekitamya cerah, sedangkan pada sore hari terdapat peluang cuaca berawan/hujan. Jakarta bagian selatan pada sore hari umumnya berawan dan hujan, sedangkan Jakarta utara cerah./berawan. Dari keadaan tersebut diatas, hilal dimungkinkan dapat terlihat
utara.

d;;d;

kebolehnampal&an ;emerintah Malaysia menunjukan umur bulan hilal jika t-i"ggi bulan 5,5", beda azimut 7,5o dengan pengalaman Pemerintah 8 j am. Ketetapan tersebul berdasarkan di Jakarta Infuonesia dari data hilal yang terlihat khususnya 2" atau lebih dapat sangat bervariasi bahkan dengan ketinggian 2 Desember tanggal priok ,.rfiftu, seperti di Ancol/TanJun'g Selatan Jakarta igOl, S Oktober 1975 dan 31 Agustus 1981, 3i Juli 1981 dan di Cakung tanggal 13 Oktober 1975' "**"f 29 Agustus 1984 dan tanggal 5 Oktober 1975' 0'gada s.a3t PJrhitungan kedfudukan hilal dengan ketinggian 1414 H Syawal matahari terbenam untuk alhir Ramadhan-awal dinyatakan atau tanggal 12 Maret 1994 M di wilayah Indonesia Pada tanggal 13 otetr garis Uatas, melalui daerah Aceh Selatan' di atas Marei 1gg4 M di seluruh wilayah Indonesia, hilal sudah maksimal 9" ufuk (minimal ketinggian 6o 48' di Merauke dan 53' di Banda Aceh).

jika diadakan rulcyat di daerah Jakarta bagian

6 untuk penelitian selama 13 tahun terlihat bahwa daerah Glodok dan Bandengan sudah di atas ambang, sehingga penglihatan melalui daerah ini akan terganggu.
Kesimpulan

Konsentrasi suspended perticulate matter (SPM) dari gambar

Dari analisis kuantatif dengan memperhatikan faktor-faktor ketinggian hilal, beda azimut, umur bulan, keadaan cuaca dan

faktor lingkungan (polusi udara) dapat disimpulkan

sebagai

berikut : Kebolehnampakan hilal dapat dirukyat pada tanggal 13 Maret 1994 M di seluruh wilayah Indonesia. Khususnya di Jakarta dengan ketinggian hilal 8 derajat 3 menit, beda azimut 7 derajat 9,3 menit, dan umur bulan 28,5 jam.

228

229

Pelaksanaan rulcyat dengan memperhatikan faktor polusi udara dan keadaan cuaca didaerah Jakarta dan sekitamya dapat

dilaksanakan didaerah Jakarta bagian utara, dengan menghindari arah penglihatan melalui daerah Glodok dan
Bandengan.

POSISI BULAN : 12 MARET 1994 (18.07 WIB)

Daftar pustaka
Badan Meteorologi dan Geofisika, Garis Batas awal bulan Qomariah

t4t4lr415H (1994M). Badan Meteorologi dan Geofisika, Almanak BMG 1994


Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama ,1981,Almanak Hisab dan
Rukyat.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama , 1992, Kumpulan makalahmakalah pada Pertemuan Ilmiah Terbatas tentang Aspek-aspek yang berhuibungan dalam Rukyatul hilal. Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, Almanak Nautika 1994 Nautical Almanac office uS Naval observatory, The Astonomical Almanacv
for the year I 994.

MATAHARI

BULAN

POSISI BULAN : 13 MARET 1994 (18.07

WB)

C**8127',

Gambar 1 Garis batas awal bulan Syawal

230

Aspck Ftsis

fubm Pebksnun

Rulyat di DaerahJalcaru dan SeHtarnya

658 gf;E EEI


$l (fJ3
Ft

500 450 400 350 300 250 200


150 100

a o\
o\
@

50
0

1234

5 6 7 8 9 1011121314

f-tr

c{
!-A

T-E t-

i
-? HE
EE

O
o
f\;

otu rzg .oJ


tO

8E a.g
E

E
E
c{

Fo

o
a

q"E'
(r,

567891011121314 LOKASI

233

o.)

z z o
z

O!

x
a

OP XP >Q a'

a
!

a o c

spu

ANCOL BANDENGANGLOOCK

MONAS {ALIM P

CILEDUK

Lokasi
Gambar 6.
13 tahun Hiuogram konsentrasi SPM rata-rata selarna

(1980'

1993)

Anda mungkin juga menyukai