Anda di halaman 1dari 36

Ahmad Sarwat, Lc.

, MA
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)
Belajar Fiqih : Keutamaan dan Tantangan
Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA
36 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang


mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Judul Buku
Belajar Fiqih : Keutamaan dan Tantangan
Penulis
Ahmad Sarwat, Lc. MA
Editor
Fatih
Setting & Lay Out
Fayyad & Fawwaz
Desain Cover
Faqih
Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940

Cetakan Pertama
April 2020
5

Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................ 5


Segmen 1 .......................................................................... 6
Segmen 2 ........................................................................ 11
Segmen 3 ........................................................................ 18
Segmen 4 ........................................................................ 24
Segmen 5 ........................................................................ 29
6

Segmen 1

Host : Ilmu Fiqih sebagai sebuah disiplin ilmu yang


cukup besar porsinya di dalam ilmu islam tentu harus
kita pelajari. Agar kita mendapat motivasi dari Al-
Qur'an, Hadist atau dari kalamnya para ulama ini,
kira-kira keutamaan belajar ilmu fiqih apa saja?

Ustadz : Banyak sekali, kita mulai dari ayat-ayat Al-


Qur'an misalnya ketika Alloh SWT berfirman
di dalam Q.S Ali -Imran : 79
"wala....tadrusun" Jadilah kalian orang-
orang rabbani. Apa ciri orang yang rabbani
itu? Kata Alloh SWT bimakuntum
tu'allimunal kitab yaitu ketika kamu
mengajarkan Al-Kitab itu wabima kuntum
tadrusun dan ketika kamu mempelajarinya.
Jadi mengajarkan dan mempelajari. Al-
Imam Ad-Haq menyebutkan dalam tafsir
haada huwa

Host : haada huwa maksudnya apa?

Ustadz : ya inii, beliau sedang berada di tengah


halaqoh ilmu, yang Alloh SWT perintahkan
7
itu wala....tadzrusun" ya inii kita ngaji ini
ngaji kitab, belajar ilmu fiqih ini. Majelis
alfiqhi datang kepada 'alim untuk
mempelajari ilmu fiqih.

Host : Bisa juga kalau saya bicara di sekolah fiqih ini,


haada huwa. ini majelis ilmu gitu ya ustadz?

Ustadz : iyaa bisa jadi, Pertama, kita disuruh menjadi


orang rabbani. Rabbani tu apa? rabbani tu
bukan rahib yang bertapa di Goa, atau
mendekatkan diri kepada Alloh SWT dengan
beribadaah sendirian. Bukan.

Tetapi kamu mengajarkan dan juga belajar.


Jadi majelis Fiqih dan mempelajari ilmu
fiqih itu memang perintah langsung di
dalam Al-Qur'an. Orang yang mengajarkan
dan orang yang belajar itu yang disebut
dengan rabbaniyun.

Kedua, misalnya dalam Q.S Al-Kahfi ayat 28


Alloh SWT berfirman wasbirnafsaka
ma'alladzina yad'una rabbahum..
"Sabarkanlah dirimu bersama orang yang
sedang berdoa(secara tekstual arti kata
yad'una) kepada Tuhannya pagi dan
petang."

Tetapi para ulama mengatakan bahwa


yang dimaksud dengan do'a di sini bukan
doa yang berarti meminta tetapi dikatakan
majalisun fiqhi, dimana orang datang
8
kesitu untuk mengambil ilmu Fiqih kepada
'alim yang memang mengajarkannya.
Dalam hadist Ahmad bin Mahdi dikatakan
hiya majalisun fiqhi yang dimaksud adalah
majalisun fiqhi, majalisun dzikri juga yag
dimaksud para ulama adalah majalisun
halal wa haram. jadi majalis dzikir itu tidak
cuma majelis dzikir saja, tetapi dzikir
dengan arti mengajarkan mana yang halal
mana yang haram.

Host : itu yang dsebutkan dalam hadist juga ya


ustadz.. idza marortum bitiyatil jannah farta'u.

Ustadz : Itu salah satu hadist juga yang mendukung


yang dimaksud dengan taman syurga itu
adalah majelis halal dan haram. Jadi bukan
sekedar orang berdzikir, berdzikir dan
berdzikir saja, karena itu hanya untuk
dirinya sendiri. Tapi ketika disampaikanini
halal ini haram dijelaskan dengan kitabullah
dan sunnah Rasul tentunya dengan ilmunya
para fuqaha para ulama , itulah yang
dimaksud majelis dzikir yang hakiki, yang
sesungguhnya.

Host : yang ketiga ustadz?

Ustadz: Ayat Al-Qur'an banyak ya, tetapi saya ingin


megajak ke sunnah nabi. Ibnu Mas'ud ra
meriwayatkan sebuah hadist dimana
Rosululloh dikatakan pernah bersabda
"man kharaja yadlulubaban min 'ilmi
9
yarudda bihi dzallan 'anbihi ilal huda au
bathilan ilal haqin kaana kaiba muta'abidin
arba'ina 'amma. " "

Siapa orang yang keluar dari rumahnya


menuju kesuatu tempat untuk menuntut
satu bab saja dari ilmu, (fiqih) untuk
mengembalikan yang sesat kepada
petunjuk yaitu mengembalikan yang bathil
kepada yang haq. itu disamakan dengan
orang yang ibadah. muta'abbid-orang yang
mengkhususkan diri untuk ibadah
arba'inna 'amman 40 tahun orang itu
ibadah sama dengan/setara dengan
mempelajari satu bab, berarti satu episode
kita ini sama dengan orang sholat itu 40
tahun. Ini hadist yang diriwayatkan oleh
ibnu Mas'ud ra.

Artinya tinggi sekali orang yang menuntut


ilmu fiqih itu. Keutamaannya jauh melebihi
orang yang tadi, seorang yang
kebiasaannya hanya beribadah yang
sementara kepentingannya untuk diri
sendiri sementara masyarakat rusak,
masyarakat yang tidak mengetahui halal
dan haram dsb dengan satu bab saja itu
sudah seimbang. Satu bab saja ilmu yang
kita ajarkan kepada masyarakat jauh lebih
berharga itu lebih

Host : karena dengan mengajarkan satu bab saja


kepada masyarakat telah meminimalisir kebutaan
10
masyarakat terhadap ilmu.

Ustadz : Maka dalam hadist yang lain Abu Hurairah


dan Abu Dzar juga pernah meriwayatkan
sebuah hadist "babun minal ilm" satu bab
saja dari ilmu yang kita pelajari itu lebih kita
cintai min aqfin daripada seribu kali sholat
sunnah. Pernah sholat sunnah seribu
rakaat?

Host : Kalau dihitung 20 kali sholat tarawih bisa lah


ya?.. Kalau dihitung dari bertahun tahun lalu bisa
ustadz.

Ustadz : Mempelajari satu bab saja dari ilmu yang


kita ajarkan, baik orang yang diajari itu
mengamalka atau tidak, tidak ada urusan.
Ahabu ilaina kita lebih suka seperti itu

Ust. Soetomo: Sepertinya abu Hurairah


dan Abu Dzar lebih suka belajar daripada
beribadah dalam bentuk sholat-sholat
sunnah. Mungkin masih banyakk kisah lain
dari para sahabat terkait belajar itu tetapi
akan disambung kisah-kisah ini disegmen
berikutnya ustadz

Tetap bersama sekolah Fiqih.


11

Segmen 2

Para pemirsa yang disayangi Alloh SWT


kembali lagi bersama kami di sekolah Fiqih,
kita masuk ke segmen yang kedua dari
episode keutamaan belajar ilmu fiqih. Tadi
di segmen pertama kita sudah mengetahui
tentang sahabat yang betapa mereka lebih
menyukai belajar jika dibanding dengan
ibadah-ibadah mereka dalam bentuk
sholat sunnah. Masih adakah bentuk-
bentuk seperti itu ustadz di kalangan
sahabat?

Ustadz : Ada hadist dari Abu Dzar Al- Ghifari beliau


meriwayatkan "mudzakarotun lil 'ilmi
sa'atan khairun min qiyamilailatin " .
Mudzakaroh memiliki arti mempelajari,
mendalami ilmu satu waktu itu lebih baik
daripada melakukan qiyamul lail. Sahabat
lain, Abu Darda' meriwayatkan la'an
adzqoron fiha sa'atan ahabu ilayya min
qiyamilailatin, saya menghafal mempelajari
ilmu fiqih lebih saya cintai dibandig
beribadah qiyamul lail. dibandingkan
12
dengan orang beribadah mahdoh sendirian,
itu lebih utama orang yang mempelajari
ilmu fiqih dan mengajarkannya. Bahkan
sahabat membandingkannya juga dengan
fadhillah jihad, kadang ada orang yang
berkata demikian "ibadah.. ibadah terus,
jihad dong" orang mati syahid kan bisa
masuk syurga atau mendapatkan 70
bidadari, sehingga banyak orang yang lebih
mengutamakan jihad dibanding ritual
ibadah

Host : padahal jihadnya juga butuh ilmu sebenarnya


ya ustadz?

Ustadz : Tapi dalam hal ini tadi Abu Hurairah


menyebutkan juga dalam salah satu riwayat
hadistnya "idzaja almautu thaliba 'ilmin
wahuwa 'alahadihil hal maata wahuwa
syahid" Kalau kematian itu mendatangi
seorag penuntut ilmu, seorang yang sedang
belajar, maka orang itu matinya mati syahid.
sama saja kan dengan dia jihad fisabilillah
matinya mati syahid. yang ini sedang belajar
juga matinya mati syahid.

Abu Hurairah juga meriwayatkan salah


satu hadist yang lain, la'an a'mala baa ban
minal 'ilmi, saya mempelajari satu bab dari
ilmu fi amrin wa nahyin wajib dan yang
tidak boleh ahabbu ilaiya lebih dicintai min
ghazwatin fisabilillah dari 70 peperangan.
menuntut ilmu itu lebih disukai dibanding
13
dengan perang. Kita saja tidak pernah ikut
perang sekalipun. Tapi kita bisa langsung
mendapatkan 70 perang.

Host : dengan mempelajari ilmu.

Ustadz : Maka, Rosululloh SAW itu ketika ada


sahabat yang ahli ilmu, yang mereka
pengajar-pengajar fiqih pernah dibantai
dalam peristiwa Bi'run Ma'unnah, Nabi
reaksinya luar biasa marah dan kecewa

Host : Ini bukan sahabat biasa ya?

Ustadz : Iya, karena mereka adalah orang-orang yang


sangat mengerti Al-Qur'an dan memahami
isinya dan memang menjadi spesialis untuk
mengajarkan ke orang-orang. Katakanlah
salah satu diantara mereka yaitu Mus'ab bin
Umair yang dikirim ke Madinah, beliau
punya 70 Qurra', dan suatu ketika ada suatu
daerah yang minta agar Rosululloh SAW
mengirimkan mereka para pengajar ini
(orang-orang ) yang sudah memiliki ilmu.
ternyata itu sebuah tipu daya, begitu
sampai sana mereka dipenggal kepalanya.

Rosululloh sangat marah dan kecewa.


belum pernah Rosululloh SAW marah
seperti itu. Sehingga beliau melaknat kaum
itu, selama sebulan. Setiap habis selesai
Rosul sholat di rakaat terakhir itu Rosul
qunut bukan hanya subuh ya tetapi sholat
14
lima waktu selama sebulan lamanya,
marahnya nabi diekspresikan dengan
bentuk doa qunut dan mendoakan
kehancuran terhadap kaum itu. Kenapa?
Karena yang dibunuh itu bukan mujtahid
biasa, bukan sekedar sahabat, mereka
adalah guru yang mengajarkan ilmu.

Luar biasa kedudukan para ulama yang


belajar dan mengajarkan. Oleh karena itu
Hisyam dari alhasan mengatakan la'anta..
ini bukan hadist, ini perkataan para ulama
" saya mempelajari satu bab dalam ilmu,
lalu saya ajarkan kepada satu orang
muslim lebih baik, lebih saya sukai
dibanding saya diberi seluruh kekayaan
dimuka bumi ini yang saya infaqkan dijalan
Alloh SWT, orang kaya yang banyak
infaqnya itu luar biasa sekali, tetapi lebih
disukai belajar satu bab dan bisa diajarkan.

Host : menuntut ilmu sudah menjadi dunia yang


amat menarik bagi para ulama kita.

Ustadz : Menjadi suatu cita-cita tertinggi melebihi


segala yang ada di bumi baik yang sifatnya
duniawi dan ukhrawi. kan jihad itu adalah
kebahagiaan ukhrawi.

Begitu juga shalat malam, kemudian


bersedekah dengan harta yang begitu
banyak. kan sering dibilang bahwa muslim
yang kaya, muslim yang kuat jauh lebih
15
baik dibanding muslim yang lemah. ya
terus muslim yang kaya maksudnya mau
apa? ya biar bisa banyak sedekah. itu saja
masih kalah dengan nikmatnya
mempelajari iilmu dan mengajarkannya.

Host : mungkin bisa lebih dijelaskan betapa


nikmatnya para ulama itu mencari ilmu ustadz?

Ustadz : Para ulama yang sudah tenggelam


menikmati ilmu, seolah mereka telah
mendapatkan kekuatan yang tidak mungkin
untuk mereka lepaskan lagi. ini merupakan
kenikmatan yang paling puncak, sehingga
mereka terus berkarya, berkarya

Host : sampai-sampai ada yang lupa


menikah ya ustadz?

Ustadz : Dan itu dia salah satunya. al imam Nawawi.


beliau wafat dalam usianya yang masih
cukup belia dan karyanya banyak dan
ilmunya bnyak, muridnya banyak , sampai
lupa menikah. padahal menikah juga salah
satu perintah dalam agama. dan beliau
menuliskan benyak bab terkait pernikahan ,
tetapi tidak menikah, tidak menikah bukan
dalam artian tidak mau, tetapi belum
sempat.

Host : Saking tenggelamnya terhadap ilmu.

Ustadz : Dalam kitab al majmu' bahkan syarah dalam


kitab al muhaddab itupun belum selesai
16
juga. Artinya belum sempat ia lanjutkan.
Kalau kitab itu belum sempat diselesaikan,
meniah pun belum sempat juga.

Bukannya beliau tidak mau, beliau pasti


mau juga untuk menikah karena menikah
adalah sunnah nabi dan Rasul. Beliau
selalu disibukkan oleh ilmu dan itu adalah
sesuatu yang baik, yang jadi masalah
adalah menikah tidak, belajarr agama juga
tidak, maka mau jadi apa?

Dua kenikmatan yang luar biasa tidak


didapatkan juga. Untuk para bujangan
mending pilih salah satu dan kalau pilih
dua-duanya malah bagus

Ada tulisan yang judulnya "Ulama-ulama


yang bujangan" Bujangan di sini bukan
berarti bujangan yang tidak punya duit
buat nikah, tetapi memang kesibukkannya
dalam menikmati ilmu itu menjadikan dia
tidak butuh lagi kenikmatan duniawi
seperti menikah dll artinya tidak menjadi
skala prioritas pertama, menikah menjadi
skala prioritas juga tetapi tidak nomor
satu, bisa jadi r=rpioritas kedua, ketiga dst.

Host : sampai seperti yang ustadz sampaikan tadi


lebih nikmat dibandiingkan nikmat dunia seisinya

Ustadz : Maka keutamaan orang belajar ilmu


fiqih, bagi mereka yang sudah
17
merasakannya adalah nikmatnya luar biasa.
tetapi bagi mereka yang belum bisa
merasakannya mungkin tidur, ngantuk
capek bosan jarang lagi belajar, itulah
tantangannya. itu nanti kita akan bicara
tantangannya.
18

Segmen 3

Host : Di segmen pertama dan kedua kita telah


mempelajari keutamaan mempelajari ilm fiqih yang
luar biasa, dan semoga kita termotivasi untuk bisa
mempelajari ilmu fiqih yang diajarkan oleh ulama.
barangkali masih banyak keutamaan lain ustadz

Ustadz : Ada hadist yang diriwayatkan oleh sahabat


Annas bin Malik ra. menceritakan tentang
seorang laki-laki yang datang ke Rosululloh
SAW, bertanya tentang perbandingan ahli
fiqh dengan ahli ibadah. mana yang lebih
tinggi derajadnya disisi Alloh SWT.

Qaala ya Rosululloh al 'ubadu afdholu


'indalloh 'anil fuqoha. Al 'ubad=para ahli
ibadah, orang yangg rajin sholat, baca Al-
Qur'an , dzikir pagi dan petang, apakah itu
yang lebih utama disisi Alloh SWT? Atau
para fuqoha yang itu mempelajari ilmu ,
dia tahu wajib, mubah.

Kemudian Rosululloh SAW menjawab


faqiihun afdhalu min 'indamin al fi'abid.
19
satu orang ahli fiqih di sisi Alloh SWT itu
lebih utama dari 1000 orang ahli ibadah,
memiliki arti bahwa orang yang memiliki
ilmu luar biasa tinggi kedudukannya,
mendapatkan maqam yang melebihi dari
yang lain-lainnya. bahkan jika
dibandingkan dengan orang yang ahli
ibadah. Kadang sekarang ini kita seringkali
berpikir, "wah dia memang orang shaleh,
banyak seklai amalnya, banyak sekali
ibadahnya, dekat dengan Alloh SWT
merasa diawasi oleh Alloh SWT".

Tetapi Rasululloh SWT sendiri yang


membandingkan antara mereka yang
seperti itu dengan orang yang ahli ilmu-
fuqoha yang benar-benar mengerti ilmu
yang tentu saja menjadi ahli warisnya nabi.
Nabi yang memberikan warisannya bukan
dalam bentuk harta, kedudukan , jabatan
dsb . tetapi memberikan warisan berupa
ilmu. dan para fuqoha itulah para ahli waris
nabi. Jadi, memang wajar ya Rosululloh
SAW berkata kedudukan lebih tinggi
adalah ahli ilmu.

Host : Masih ada keutamaan lain tidak ustadz?

Ustadz : saya kira itu dulu. kita masih akan


membahas terkait tantangan.

Ust. Soetomo: Setelah kita tahu


keutamaan belajar ilmu fiqih, kemudian
20
kita diharap menjadi tahu tentang
tantangan yang dihadapi dalam
mempelajari ilmu fiqih. Kira-kira
tantangannya apa saja ustadz?

Ustadz : Tantangannya memang sebanding dengan


kedudukannya. Kedudukan seorang 'alim,
faqih sangatlah tinggi, disebutkan lebih
tinggi dari 1000 ahli ibadah untuk dari itu
tantangan yang dihadapi juga berat.

Host : ibarat itu adalah sebuah puncak, menakinya


sangat berat.

Ustadz : Bukan hanya berat, tetapi banyak


tantangannya. kalau saya kaitkan dengan
konteks kini, di Indonesia, tantangan belajar
ilmu fiqih itu adalah langkanya para ulama.
tempat kita belajar, tempat kita menjadikan
generasi kita kepada ulama

Host : Untuk mengaji kemana dan kepada siapakah,


itu susah.

Ustadz : Kemana kita akan mencari guru kalau ustadz


yang berceramah banyak. muballigh, yang
pandai berorasi, yang membangkitkan
semangat/motivator banyak, memberikan
pengawasan "awas ada Yahudi, syiah"
banyak, tetapi itu bukan ilmu itu hanya
orang yang berbicara di atas panggung, itu
dia tidak tahu detail syariat islam itu seperti
apa.
21
Fiqih adalah hukum diatas syar'iyah.
hukum-hukum kehidupan itu tau atau
tidak? itu yang membedakan seorang'alim
dan seorang khatib/ orang yang ceraah di
atas panggung. Kita kekurangan 'alim dan
kebanyakan khatib. Apalagi hari ini, semua
profesi berbalik menjadi penceramah. Ada
pelawak menjadi penceramah, ada artis
jadi penceramah, bahkan motivator
menjadi penceramah. Kalau semua jadi
ustadz, jadi penceramah, lalu ustadz jadi
apa? ustadz jadi banyak

Ustadz : Tapi, apakah mereka menjadi


sumber ilmu fiqih atau tidak ustadz?

Ustadz : Itu dia masalahnya, kita


kekurangan orang yang paham sekali fiqih,
itu tantangan terbesar. Tetapi kan masih
banyak pesantren, pesanatren memang
banyak menghasilkan orang yang paham
agama dari dulu memang pesantren
mempunyai peranan yang sangat besar. Di
Indonesia keunggulannya banyak
pesantren yang menghasilkan ulama. tapi
ingat, itu dulu. ketika pesantren masih
murni mengajarkan kitab-kitab syariah.

Yang dimana santri itu bisa berbahasa


arab, mengusai kitab kuning, tahu nahwu
sharaf dsb dan mereka membaca didepan
kyainya. Tetapi pesantren kini telah
mengalami berbagai perubahan.
22
Pesantren modern, yang dijual bukan
kitabnya, kyainya, ilmunya melainkan
kolam renangnya, yang dijual itu fasilitas-
fasilitasnya. bahkan yang menjadi
kebanggaan sekarang ini adalah
ekstrakulikulerya. Karena pesantren
mengalami transformasi tidak ingin
dilabeli sebagai kampungan, cuma baca
kitab kuning.

Sekarang pesantren dianggap modern, lalu


dimasukkanlah ilmu-ilmu umum ke dalam,
jadii positif tambah bagus, hanya saja porsi
mempelajari ilmu agamanya jadi
berkurang. Tidak semua lulusan pesantren
bisa kitab, tidak semua pesantren
memahami ilmu syariahnya sendiri.

sekarang nih kalau kita tanya ke adek-


adek, dulu dari mana? pesantren. coba nih
sekarang baca kitab ini. Gini ustadz, kita
disana gak belajar ini, kita belajar basket.
Inilah tantangannya, okelah di sekolah
aliyah yang diluar pesantren. itu kan jauh
lebih rendah lagi kualitasnya.

Belum kalau kita berbicara tentang majelis


ta'lim yang ustadznya tadi bukan orang
yang kompeten dibidang ilmu syariah,
kalau sekedar bisa memotivasi orang itu
okelah, tetapi kalau untuk mendalami
ilmunya, itulah tantangan besar hari ini.
23
Host : Kelangkaan ulama, dulu juga sudah pernah
disinyalir Rasul

Ustadz : Bahwa di akhir zaman itu ilmu akan dicabut


dengan wafatnya para ulama, nah hari iini
kita kan sudah kehabisan para ulama, stok
para ulama sudah habis. Nabi menyebutnya
dengan sebutan yang sebenarnya tidak
enak yang disebut Ruusan juhala/tokoh-
tokoh yang jahil. yang faaftha bi ghairil 'ilmin
faadhollu wa adhollu yang berfatwa tanpa
ilmu yang mereka sesat dan menyesatkan.
ini tantangan pertama dimana mencari
sumber-sumber fiqih dimana kita bisa
belajarr agar bisa menjadi fuqaha.
24

Segmen 4

Host : disegmen ketiga kita sudah membahas


tantangan pertama yaitu susah mencari fakultas-
fakultas atau tempat belajar ilmu fiqih yang kira-kira
bisa mewakili atau mendalami fiqih sedalam-
dalamnya. tantangan selanjutnya apa ustadz selain
tantangan ini?

Ustadz : Masih lanjutan tantangan yang pertama


bahwa di tengah sulitnya mencari tempat
belajar, masih ada pegecualian. Bagi yang
belajar ke Al-Azhar, ke Makkah , Madinah,
Syiria, Pakistan, di Indonesia LIPIA

Host : artinya masih banyak juga yang menghasilkan


ulama hebat.

Ustadz : Pesantren kan levelnya masih kelas


menengah, yang setelah lulus ini larinya
mau kemana. ini yang menjadi masalah,
katakanlah bahwa beliau punya pesantren
yang bagus ilmu fiqih dan sebagainya an
bisa kitab gundul, dengan kemampuannya
sudah dibilang beliau bisa lah memberi
25
ceramah dimana-mana di tengah
masyarakat. Tetapi kan ilmunya masih
rendah, setidaknya dia meneruskan lagi ke
jenjang perkuliahan sampai S1 , S2 atau S3.
Tetapi permasalahannya di pesantren ini
pun, begitu lulus larinya tidak ke perguruan
tinggi berbasis islam, apalagi fokus ke fiqih.
Kebanyakan lari ke Perguruan tinggi negeri,
yang mana pelajaran akan lupa dan
pesantren ini sekedar tempat sementara
belajar dan lupa hilang. Kita bangga
sebenarnya pesantren bisa meluluskan
santri-santrinya nembus sekolah favorite,
negeri, ke lar negeri. cuma dibalik
kebanggaannya itu untuk apa selama ini dia
pelajari begitu susahnya ilmu itu. Walaupun
memang banyak juga orang yang berhasil
sampai ke Madinah, Makkah, Mesir,
termasuk yang ke LIPIA itu sudah sangat
bersyukur

Tantangan Ketiga, katakanlah sudah


masuk al-azhar, sudah masuk fakultas-
fakultas syariah di dunia islam, termasuk
yag di LIPIA. yang menjadi pertanyaan
berikutnya adalah ketika sudah lulus, jadi
Lc. apakah dia terjun di dunia yang selama
ini sudah ia pelajari? yang sudah dia tekuni.
Apakah setelah berprofesi dia akan
mengembangkan ilmu yang selama ini
ditekuni? atau malah banting setir ganti
profesi. Ini tantangan yang justru lebih
26
menyakitkan.

Menyakitakan kenapa? karena dia sudah


melalui tahapan ke satu , kedua , tinggal
Goalnya. tetapi malah belok kanan belok
kiri. bayangkan orang sudah jadi juara di
SMA, ketika masuk kampus, dia diterima di
fakultas kedokteran. Belajar di fakultas
kedokteran susahnya bukan main, sampai
6/7 tahun dia harusnya jadi dokter. eh dia
tidak mau jadi dokter, malah jadi sales
obat, jadi wartawan. Itulah yang terjadi
juga di dunia syariah. Kita punya
mahasiswa di Mesir itu ribuan, bisa sampai
3-4ribu, di timur tengah bisa puluhan ribu.
Mereka tiap tahun pulang, dan membawa
gelar Lc, MA, berapa orang yang
mempraktekkan langsung terkait ilmu
yang mereka tekuni? itu yang menjadi
kendala. Kalau saya perhatikan, adek-adek
kita yang pulang jad wartawan, mending
kalau wartawan islam, tapi ini adalah
wartawan gosip. menjual kadal mesir.
pekerjaan tidak ada yan jelek, tapi ini
permasalahannya belajar jauh jauh
dengan beasiswa itu untuk apa kalau
ilmunya tidak dipakai. ? Lulusan LIPIA
pulang kemudian ngajar iqro' SD itu buat
apa ilmunya ? tidak usah belajar sampai
botak di LIPIA. Bisa saja kesalahannya ada
dua, satu diantara dua
27
Karena dia memang tidak bisa berkiprah
karena tidak ada lapangannya. jadi, dia
ingin menjadi ustadz yang buka kitab dsb
tapi tidak ada lapagannya, sehingga dia
mau gabung kemana, tidak ada
lapangannya. Atauu...

Lapangan tersedia besar, tetapi dia pada


dasarnya tidak berminat, karena waktu
kuliah dulu dia lebih sering bermain
kosidahan, lebih sering nasyid-nasyidan,
bahkan itu di fakultas syariah, bahkan juga
kalau diskusi, diskusinya politik. Jadi,
keluar bukannya jadi ahli syariah malah
jadi politikus atau jadi komentator
sepakbola.

Host : Atau aktif di partai, di organisasi


dsb.

Ustadz : Gapapa kayak gitu, tapi ngapain belajar ilmu


syariah berpuluh-puluh tahun cuma gitu.
Tapi kalau masalahnya tidak ada
lapangannya, masih bisa dimaklumi. Dari
pada tidak bisa hidup karena tidak ada
pekerjaan dibidangnya itu nyangkul gapapa.
teapi harus sudah dipikirkan sejak awal,
kuliah harus udah mulai magang-magang
yang mana dia menggeluti bidang yang akan
dia tempati besok. Sama saja dengan dokter
yang ketika masih kuliah kan sudah banyak
praktetk sudah mulai belajar bisa nyunatin
anak orang lain. sudah coas membantu
28
seorang dokter. Karena orang yang butuh
tenaga medis cukup banyak. Bagaimana
menjadikan orang yang butuh fiqih menjadi
banyak. tadi kan tantangannya kemana saya
harus belajar ilmu fiqih?

Host : Sumber gurunya sebenarnya sudah banyak.

Ustadz : Tetapi juga ada kebigungan lagi, yaitu siapa


yang mau saya ajar? nah itu, ga ketemu
disitu. disitulah nanti tantangan-tantangan
ini harus dijawab. Antara supply dan
demmand. di satu sisi orang mencari dan
tidak tahu sumbernya. Ttetapi disisi lain kita
punya sumber yang banyak dan potensial,
tetapi tidak ketemu dimana kita harus
pasarkan ilmu yang sudah kita pelajari. Jadi
kadang-kadang mblunder antara telur
dengan ayam. duluan mana. dan ini kita
harus carikan solusinya, bahwa belajar fiqih
itu bisa diterpakan dalam kehidupan nyata,
khususnya kita yang ada di wilayah ibukota
agar ilmu fiqih ini menjadi ilmu yang
digemari banyak orang dan orang yang
sudah belajar itu bisa mengajarkan lagi di
berbagai tempat. Nah, kiat-kiatnya seperti
apa, aa yang bisa kita lakukan dengan
semua realita ini nanti akan kita bahas
secara lebih detail lagi.
29

Segmen 5

kita akan membahas solusi terhadap


tantangan tadi.

Ustadz : Sebenarnya saya lebih suka menyebutnya


sebagai alternatif bukan solusi. Alternatif
yang tadi saya sebutkan, sebenarnya banyak
orang yang mau belajar fiqih untuk dirinya
keluarganya, anakanaknya tapi tidak
menemukan tempatnya, tetapi di sisi lain
tadi kita telah menemukan bahwa banyak
mahasiswa kita yang sudah belajar itu,
sudah kuliah sampai timur tengah begitu
pulang bingung mau mengajarkan kepada
siapa? sebenarnya mudah secara
teori adalah pertemukan saja antara
keduanya, tetapi kan praktiknya juga tidak
mudah. Tidak mudahnya kenapa?

Karena tidak mudahnya itu


mempertemukan keduanya adalah
sesuatu yang belum pernah dilakukan
sebelumnya ataupun sudah pernah
dilakukan tetapi tidak secara massif
30
sehingga tidak bisa langsung kelihatan
hasilnya. Tetapi memang kita tidak bisa
bekerja hanya semata-mata karena
hasilnya dulu ya, kita harus mulai dari anak
tangga yang pertama, prosesnya dulu.
Artinya kita harus mengerjakan dari dua
sisi , proses penyadaran tentang
keutamaan ilmu fiqih, khususnya
penyadaran terhadap orang tua bahwa
untuk belajar ilmu fiqih ini keutamaannya
besar, dan kemudian silahkan mencari
guru yang berkompetisi di bidang itu.

Guru-guru tidak harus di pesantren,


madrasah dsb. yang paling sederhana
adalah les privat, tidak perlu uang
gedung/living cost bahkan kalau di
pesantren kan anak masih punya
tantangan yang mana ga betah pengen
pulang. Kalau target sebenarnya
mengajarkan kepada anak ilmu fiqih,
sebenarnya tidak harus di pesantrenkan
juga.

Apalagi masih ada sebagian orang tua kita


menganggap bahwa anak kita harus di
sekolahkan di sekolah umum biar dia
punya ilmu pengtahuan yang cukup, biar
bisa jadi dokter insinyur, pilot. tetapi ilmu
agamanya harus juga dapet. itu kan susah
kalau ingin dua-dua ilmunya dapat dilema
ingin memasukkan di pesantren tetapi
31
ilmu umumnya juga bakal ketinggalan.
Atau masuk sekolah umum tetapi bingung
mencari ilmu agamanya dimana, karena
sekolah diniyah sudah jarang, sudah
punah, minimal di kota-kota besar seperti
Jakarta kita tidak menemukan ada
madrasah diniyah, seandainya itu bisa
dihidupkan lagi maka bagus sekali. Pagi
hari anak itu sekolah, sorenya belajar
agama. tetapi ituu teori dulu, kenapa dulu?
karena dulu kita sekolah cuma sampai jam
12 teng.. pulang.

Host : kalau sekarang?

Ustadz : Sekarang anak pulang jam lima sore. Kalau


di Jakarta ini jarak antara sekolah dan rumah
kan jauh, ngetem kendaraan. sampai rumah
bisa jadi maghrib. lha kapan dia akan belajar
ilmu agama? kan agak susah. yang menarik
di sekolah umum adalah kok bisa ya anak
mengambil privat piano , privat bahasa
Inggris, Jerman, kenapa tiak ada privat fiqih?

Host : Padahal privat fiqih jauh lebih penting


ketimbang yang lainnya ya?

Ustadz : Anak yang SD bentar lagi lulus ke SMP bentar


lagi baligh, bagaimana caranya dia mandi
janabah, bagaimana cara dia sholat,
bagaimana dia tau haid atau bukan. itu jauh
lebih fardhu 'ain. Rosululloh SAW "Muru
auladakum bis sholah bi sab'in," ketika usia
32
mereka 7 tahun ajarkan, perintahkan
mereka untuk sholat dan boleh dipukul
ketika usia 10 dia belum mau juga. itu kan
perintah nabi, tidak ada nabi mengatakan
ikutkan pada les Inggris., les matematika,
musik.

Host : Itu yang perlu dikembangkan kepada


masyarakat kita tentang prioritas ya?

Ustadz : Iya perlu dikembangkan prioritas dan itu


secara privat. Artinya Lc kita lulusan dari
timur tengah itu bisa kita serap untuk
menjadi tenaga-tenaga pengajar privat
kepada anak kita. itu salah satu alternatif.
saya tidak mengatakan itu solusi melainkan
itu adalah salah satu alternatif dan patut
untuk dicoba walaupun gagal-gagal terus di
awal. pasti wah gabisa ini gabisa itu..

Host : Aternatif yang lain seperti apa ustadz?

Ustadz : Alternatif lain seperti .. ini kan tadi kita


bicara untuk anak-anak ya..

Host : Istilahnya untuk orang dewasa yang sudah


terlanjur tidak belajar fiqih sejak kecil tau tau ketika
besar dia taubat. nah taubat kan butuh ilmu.

Ustadz : Saya akan masuk ke sana tetapi saya ingin


melalui jenjang kedua dulu nih..Kita tahu
bahwa sekolah-sekolah umum aktivitas
keislaman mereka cukup bagus. Anak-anak
rohis biasanya memiliki semangat dakwah
33
yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang
ada di madrasah dan di pesantren, itu
merupakan fenomena yang tidak bisa kita
pungkiri. Fenomena menggunakan jilbab
dari tahun 80-an itu di SMA Negeri dan
sampai hari ini kegiatan-kegiatan rohis
mereka masih berjalan. Hanya saja
pembina-pembina rohis ini , para mentor
para murabi, rata-rata orang yang ga ngerti
fiqih, biasanya cuma alumni, beda dua
tahun lebih tinggi, ya ilmunya
terbatas. Artinya ketika dia ngajar buat
adek-adeknya itu bukan fiqih, kalaupun
menulis bahasa arab, nulis bismilahnya bisa
jadii sudah salah. Semangat dakwahnya luar
biasa, tapi ilmunya tidak ada. Nah ini kita
selayaknya ikut memikirkan hal yang seperti
ini. Hal ini juga muncul di kampus, semangat
dakwah mereka luar biasa sebenarnya dan
mentoring di kampus

Host : Secara semangat sangat luar biasa ya ?

Ustadz : Semangatnya luar biasa ada mabit ada


acaraa pokoknya luar biasa. tetapi coba kita
lihat peminanya, narasumbernya yang
mereka hadirkan, rata-rata adalah kakak
alumni. yang membaca al-Qur'an saja masih
pletat pletot ga karuan. Gimana orang ini
bisa mengajarkan fiqih, padahal orag ini juga
lagi membutuhkan ilmu fiqih itu sendiri,
jadi, ini wilayah yang juga kita harus
34
perhatikan.

Baru selanjutnya kita masuk ke jenjang


kerja. yang sudah terlanjur darikecil tidak
belajar fiqih/agama. ada yang mnarik,
bahwa kita yag khususnya di Jakarta ini,
fenomena dakwah di kantor ini sudah
semakin semarak. Kalau dilihat , hampir
tidak ada gedung yang tidak ada kajian
keislamannya. Khususnya di waktu dzuhur,
kajian secara umum. Adayang ngajinya
pagi sebelum kerja, ada yang ngajinya sore
setelah kerja.

Dimanapun kita berada sesungguhnya, pra


ahli yang sudah belajar ilmu agama, yang
sudah memiliki kompetisi dibidang itu
harusnya ikut ke dalam sana. dan
bukanmengisi tempat tempat yang bukan
wilayah untuk dia, boleh jadi sales boleh
tetapi lebih baik dia di lingkungan yang dia
pelajari dan bisa mengajarkannya pada
orang.

Host : Bagaimana jika di kantornya tidak terdapat


kajian

Ustadz : Ketersediaan ustad tentunya lebih sedikit


jika dibanding dengan kebutuhan yang
sangat banyak. Kalau tidak ada ya kita
tunggu saja pasti akan ngundang. Seperti
kita sedang mengadakan sekolah online
35
Host : sekolah yang fleksibel dalam tempat dan
waktunya.

Ustadz : Ini sangat fleksibel , orang cuma buka


gadgetnya tanpa harus mendatangi tempat
kajiannya. kita bisa nonton dimana saja dan
kapan saja melalui alat elektronik yang kita
miliki. Di rumahpun dalam kondisi susah, dia
tetap bisa mengakses kajian.
36

Anda mungkin juga menyukai