Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan kajian hadis di Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang
panjang. Namun demikian, ternyata kajian terhadap hadis baru mendapatkan
perhatian lebih intens lagi ketika hadis menjadi bagian dari mata kuliah yang
diajarkan di Perguruan Tinggi Islam yang mulai didirikan pasca Indonesia merdeka.
Studi Hadis di PTKI memiliki ragam dan karakteristik sesuai dengan kekhasan
masing-masing perguruan tinggi. Pada tingkatan Perguruan Tinggi, kajian hadis
secara mendalam dan kritis dilakukan oleh mahasiswa yang memilih jurusan Tafsir
Hadis (TH). Sesuai dengan nama yang melekat padanya (Tafsir Hadis), jurusan ini
tidak melakukan kajian pada hadis semata, tetapi juga pada al-Qur’an. Kemudian
Pada tahun 2012, nama jurusan atau Program Studi Tafsir Hadis yang telah
‘mendarah daging’ di lingkungan Perguruan Tinggi itu pun menjadi masalah tatkala
dimunculkanya Peraturan Menteri Agama (PMA) yang diedarkan oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Islam dengan nomor 1429 tahun 2012 tentang Penataan Program
Studi di Perguruan Tinggi Agama Islam. Peraturan baru ini mewajibkan adanya
pemisahan antara al-Qur’an dengan hadis menjadi Program Studi tersendiri. Studi
yang mengkaji al-Qur’an disebut ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT), sedang yang
mengkaji hadis dinamakan ilmu Hadis (IH).
Perkembangan studi hadis menjadi suatu keniscayaan dan menjadikan studi hadis
sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam PTKI. Adanya perkembangan
tersebut selaras dengan tuntutan zaman dan derasnya arus teknologi yang
menghasilkan adanya transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi ke berbagai
belahan dunia menyebabkan pemahaman yang segar terhadap sumber ajaran Islam
lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan PTKI ?
2. Bagaimana Kajian Hadis di Lingkungan PTKI ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)


Perkembangan PTKI dengan istilah yang sebelumnya digunakan yaitu Perguruan
Tinggi Agama Islam (PTAI) secara kuantitatif mengalami peningkatan, bahkan
terakhir sudah dilantik rektor Universitas Islam Internasional Indonesia. Ini menjadi
PTKI ke-60. Berdasarkan data pada tahun 2010, jumlah Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) yang semula hanya satu kini sudah mencapai 50 Institusi.
PTAIN saat ini terdiri dari 6 Universitas Islam Negeri (UIN), 12 Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) dan 32 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Kecuali
Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur, semuanya sudah terdapat perguruan tinggi
keagamaan Islam. Adapun Perguruan Tinggi Agama Islam yang berstatus swasta
(PTAIS), tercatat sebanyak 461 Institusi yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Keberadaan Perguruan Tinggi termasuk Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
mempunyai kedudukan dan fungsi penting dalam perkembangan suatu masyarakat. 1
PTKI mengalami peningkatan, saat ini PTKI berjumlah 58 yang terdiri dari 23 UIN,
29 IAIN dan 6 STAIN.
Berdasarkan informasi dari KMA No. 124 tahun 2015 tentang Besaran UKT,
maka PTKIN yang membuka jurusan/prodi Ilmu Hadis, Ilmu al-Qur’an dan tafsir,
dan Tafsir Hadis adalah sebanyak 16 PTKIN, yang antara lain UIN Alauddin
Makassar, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN
Sumatera Utara Medan, IAIN Bengkulu, IAIN Bukit Tinggi, IAIN Jember, IAIN
Raden Intan Lampung, IAIN Salatiga (Ushuluddin Adab dan Humaniora), IAIN
Sultan Amai Gorontalo (Usuluddin dan Dakwah), IAIN Banten, STAIN Kudus
(Ushuluddin), STAIN Kediri (Ushuluddin), STAIN Batu Sangkar (Syari’ah dan

1
Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah) (Prenada Media, 2015).
Ekonomi Islam), IAIN Sjek Nurjati Cirebon (Ushuluddin, Adab dan Dakwah) dan
IAIN Banten (Ushuluddin, Adab dan Dakwah).
Beberapa PTKIN masih menggunakan tradisi lama yaitu Tafsir Hadis sebanyak 9
PTKIN antara lain: UIN Raden Fatah Palembang, UIN Sultan Syarif Qosim Riau,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sumatera
Utara Medan, IAIN Surakarta, IAIN Jambi, STAIN Pekalongan (Ushuluddin) dan
STAIN Ponorogo (Ushuluddin dan Dakwah). Sementara beberapa PTKIN hanya
membuat prodi IATsaja dan tidak membuka Ilmu Hadis, antara lain: UIN ar-Raniry
Aceh, IAIN Kendari, IAIN Langsa Aceh, IAIN Manado, IAIN Raden Intan
Lampung, IAIN Mataram, IAIN Samarinda (Ushuluddin dan Dakwah), IAIN
Palangkaraya, IAIN Palopo, IAIN Pattimura, IAIN Purwokerto (Ushuluddin Adab
dan Humaniora), IAIN Banten (Ushuluddin, Adab dan Dakwah), IAIN Tulung
Agung (Ushuluddin, Adab dan Dakwah), IAIN Sjech Nurjati Cirebon (Ushuluddin,
Adab dan Dakwah) dan IAIN Ternate (Ushuluddin, Adab dan Dakwah). Data di atas
mungkin sekarang ini semakin bertambah karena ada beberapa ijin pembukaan prodi
Ilmu Hadis yang dikeluarkan oleh Dirjend Pendis.

B. Kajian Hadis di Lingkungan PTKI


Kajian hadis masuk di Perguruan tinggi pada tahun 1960-1980. Periode ini
ditandai dengan lahirnya perguruan tinggi. Karena itu, pengajaran hadis di Indonesia
mengalami lompatan yang signifikan dari pengajaran hadis yang sederhana di
pesantren kepada pengkajian hadis secara akademis di berbagai fakultas.
Saat itu Perguruan tinggi Islam IAIN (Institut Agama Islam Negeri) menjadi
pelopor lembaga pendidikan perguruan tinggi yang mampu menjadi tempat
tumbuhnya berbagai gagasan baru tentang masalah-masalah keislaman dan sosial.
Wacana pembaharuan pemikiran Islam dipengaruhi oleh beberapa tokoh, khususnya
lingkup Perguruan Tinggi Islam IAIN, di antaranya Fazlur Rahman, Muhammad
Arkoun, Nashr Hamid Abu Zayd, Hasan Hanafi, Muhammad Syahrur, Khaled Abou
Fadhl, dan lain-lain. Keterpengaruhan tokoh-tokoh tersebut dalam pembaharuan
pemikiran Islam di Indonesia bermula dari pengutusan beberapa sarjana muslim
Indonesia untuk menimba ilmu di kampus-kampus unggulan Eropa. Kaitannya
dengan lembaga pendidikan Islam IAIN, sarjana muslim Indonesia yang terpengaruh
dengan tokoh-tokoh tersebut ialah Harun Nasution dan Mukti Ali.2
Kajian hadis di IAIN merupakan materi kajian yang menjadi komponen inti
matakuliah. Secara umum, kajian hadis di IAIN dan perguruan tinggi Islam lainnya
dapat dibagi menjadi dua fase; pertama, sebelum 1970-an Pada masa ini, Muh. Tasrif
menyatakan bahwa kajian hadis masih menggunakan literatur yang sangat terbatas.
dan kedua, tahun 1970-an sampai sekarang telah menggunakan literatur yang
mencakup kitab-kitab primer atau induk3.
Di perguruan tinggi, hadis diajarkan secara sistematis dengan memperkenalkan
periodesasi sejarah perkembangan hadis, asba>b al wuru>d, Jarh} wa ta‘di>l,
tokoh-tokoh hadis, ilmu riwa>yah, ilmu dira>yah, dan membaca kitab syarah hadis.
Memang pengajaran hadis di perguruan tinggi pada saat itu masih sederhana, belum
sampai kepada penerapan takhri>j hadis, penelitian sanad, penelitian matan, dan
berbagai kitab rija>l al-h}adi>s|. Bahasan-bahasan tersebut di bawah ini nanti akan
diajarkan di tingkat Pascasarjana. Akibat dari pengajaran di S1 masih dalam tingkat
sederhana maka dosen-dosen yang kemudian melanjutkan ke Pascasarjana merasa
bahwa ilmu takhri>j hadis dan penelitian hadis seperti ilmu yang baru.4
Pada tahun 1980-2000 dibukanya pascasarjana di beberapa daerah. Pengajaran
Hadis di tingkat pasca terutama ditingkat S3-nya sudah jauh berbeda dari pengajaran
Hadis di tingkat S1. Kajian di sini sudah mendalam dan komplikasi. Misalnya tentang
penelitian sanad dan matan yang memerlukan keterampilan mencari Hadis yang
diteliti di semua sumber. Demikian juga diperlukan keterampilan mencaririjal hadis
di berbagai kitabnya.
2
Taufan Anggoro, Perkembangan Pemahaman Hadis di Indonesia: Analisis pergeseran dan
tawaran di masa kini, jurnal D<iya al - Afka>r, Vol. 7, No. 1, Juni, 2019, h. 157.
3
Muh Yasrif, Kajian Hadis di Indonesia: Sejarah dan Pemikiran (Ponorogo: STAIN Ponorogo
Press, 2007), h. 29.
4
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, Perkembangan Terkini Studi Hadis di Indonesia,Jurnal
Miqot, Vol. 62, No. 2, Desember, 2018, h. 269.
Di bawah institusi PTKIN banyak tokoh, peneliti, dan ahli hadis lahir dari hasil
sintesa keilmuan Islam dan keilmuan Barat ini. Tokoh-tokoh tersebut turut
menyumbangkan berbagai karya akademik sehingga penelitian dan kajian terhadap
hadis semakin pariatif. Berbagai judul buku maupun artikel telah lahir pada masa ini,
antara lain adalah pergeseran pemikiran Ijtihad Hadis Hakim dalam Menentukan
Status Hadis (2000) karya Maman Abdurrahman; Memahami Hadis Nabi (Metode
dan Pendekatan) (2003) karya Nizar Ali; Menembus Lailatul Qadr: Perdebatan
Interpretasi Hadis Tekstual dan Kontekstual (2004) karya Muhammadiyah Amin;
Teori Common Link G.H.A Juynboll (2007) karya Ali Masrur; Metodologi Penelitian
Living Qur‘an & Hadis (2007) karya M. Mansyur; Refleksi Metodologis Atas
Diskurus Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat (2010) (Pidato pengukuhan jabatan
Guru Besar, Kamaruddin Amin; Pemikiran Joseph Schacht, Majalah Kontemplasi ,
volume 1 no 2 (2013) karya Khoirul Hadi; dan Hadis & Orientalis (2017) karya H.
Idri.5
Di masa kini, penelitian hadis yang berkembang di Perguruan Tinggi Khusus
Islam Negeri (PTKIN) ada empat macam: Pertama, penelitian hadis terhadap aspek
sanad dan matan hadis. Hasil yang menjadi tujuan dari penelitian tersebut adalah
dapat mengetahui kualitas suatu hadis. Apakah hadis tersebut s}ah}i>h}, h}asan,
ataukah d}a’i>f. Kedua, penelitian terhadap kitab-kitab hadis. Baik itu kitab hadis
yang ditulis oleh ulama-ulama mutaqaddimin, maupun muta‘akhkhirin>. Sehingga
obyek penelitiannya adalah produk kitab hadis. Ketiga, penelitian hadis yang
berkaitan dengan fiqh al-h}adi>th. Kajian ini merupakan upaya memahami suatu
hadis secara komprehensif dengan melibatkan asal-usul dan konteks historis suatu
hadis. Keempat, penelitian hadis kaitannya bagaimana suatu hadis diresepsi oleh
suatu kelompok atau komunitas masyarakat.6 Pada masa ini juga, cenderung modern
sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya

5
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, Perkembangan Terkini Studi Hadis di Indonesia, h. 270.
6
Suryadi & Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: TH
Press, 2012), h. 4.
inovasi-inovasi terbaru, memunculkan berbagai produk baru hadis di era modern,
seperti buku dalam bentuk pdf atau dalam bentuk software , CD, buku-buku/artikel di
internet, dan lain sebagainya.
Kajian hadis mengalami kemajuan pesat sebagaimana diterangkan sebelumnya
bahwa institusi pengkajian Hadis baik secara formal maupun non formal telah
berkembang. Demikian juga kurikulum dan silabus mata kuliah, judul-judul skripsi,
tesis, disertasi dan buku-buku yang diterbitkan mengalami lompatan yang sangat
signifikan dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Pada periode
sebelumnya, pengkajian Hadis meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sejarah,
pemaknaan tekstual, dan penilaian terhadap sanad dan matan Hadis sebagaimana
yang termuat dalam kurikulum nasional PTKI Depag 1998. Sementara, kurikulum
Program Ilmu Hadis 2018 yang diterapkan di berbagai UIN/IAIN sudah bervariasi,
seperti Hadis Nusantara, Inkar Sunnah, Hadis di Barat, Hermeneutika Hadis,Living
Hadis, dan berbagai metode modern. Akan tetapi, pembahasan yang berkembang
sekarang, baik menyangkut eksistensi Hadis dan pemaknaannya sudah meliputi
berbagai metodologi dan pendekatan modern serta pemaknaan kontekstual,
hermeneutika,living Hadis, digitalisasi Hadis untuk mempermudah mendapatkan
Hadis serta pemahamannya.
Namun demikian, perlu diperhitungkan peran tokoh dan ormas yang sampai pada
batas-batas tertentu turut berkontribusi dalam perkembangan kajian Hadis sebelum
sampai kepada keadaannya yang sekarang. Di antara tokoh yang dimaksud adalah
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy yang berperan menyediakan buku-buku Hadis dan ilmu
Hadis dalam Bahasa Indonesia; Ali Hasan Ahmad sebagai tokoh NU yang menulis
berbagai buku tentang Hadis dan ilmu Hadis; Fatchur Rahman yang berkontribusi
membuat ranji atau skema sanad sehingga menjadi lebih jelas; Muhammad Syuhudi
Ismail yang berkontribusi dalam penulisan, Metodologi Penelitian Hadis Nabi,
Kamus Praktis Mencari Hadis, danHadis Nabi yang Tekstual dan yang Kontekstual;
dan Ali Mustafa Yaqub yang berkontribusi memperkenalkan teori-teori orientalis dan
bantahannya serta mengritik hadis-hadis populer yang banyak tersebar dalam
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai