Anda di halaman 1dari 24

TOKOH PENDIDIKAN ISLAM

“ABDURRAHMAN AN-NAHLAWI”

OLEH:

NAMA : MUTMAINNA ZULKIPLI

STAMBUK : 10120190200

KELAS : C3 PAI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya, penulis mampu 
menyelesaikan tugas  makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang di sekitar
penulis sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.

Makalah yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber


informasi, referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, 
kepada  dosen  pembimbing  penulis mengharapkan kritik dan sarannya  demi 
perbaikan  pembuatan makalah di masa yang akan datang.

Makassar, 3 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Biografi Singkat Abdurrahman an-Nahlawi.......................................................2
B. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Pandangan Abdurrahman an-Nahlawi...3
1. Pendidikan Islam.............................................................................................3
2. Tugas dan Syarat Seorang Pendidik...............................................................6
3. Lembaga Pendidikan Islam.............................................................................9
4. Metode Pendidikan Islam.............................................................................16
C. Relevansi Pemikiran Pendidikan Abdurrahman an-Nahlawi pada Era Global 17
BAB III PENUTUP.....................................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan
yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia baik dalam pemikiran maupun dalam pengalamannya. Oleh karena
itu, pendidikan tidak cukup hanya memikirkan dari salah satu segi saja.
Dalam pemikiran tentang pendidikan perlu adanya perenungan yang
sangat mendalam dan pemikiran yang bersifat teoritis serta yang bersifat
praktis. Pemikiran teoritis mencakup tentang esensi, prinsip, dan konsep
materi yang dipersoalkan dalam rangka memberikan pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh. Adapaun pemikiran yang bersifat praktis
dilakukan untuk membahas tentang pelaksanaan pendidikan meliputi
metodologi pendidikan dan pengajarannya.
Salah satu tokoh pendidikan yaitu Abdurrahman an-Nahlawi
merupakan seorang tokoh yang kiranya cukup komprehensif dalam
menjelaskan tentang pendidikan, khususnya dalam pendidikan Islam, beliau
lewat karyanya merenungkan ide-ide praktis dan teoritis dalam pelaksanaan
pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Sepertiapa biografi singkat Abdurrahman an-Nahlawi?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut pandangan Abdurrahman
an-Nahlawi?
3. Bagaimana relevansi pemikiran pendidikan Abdurrahman an-Nahlawi
pada era global ini?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Abdurrahman an-Nahlawi


Abdurrahman an Nahlawi mempunyai nama lengkap Abdul al-
Rahman Abdul al-Karim Utsman Muhammad al-Arqaswasi al-Nahlawi. Ia
dilahirkan pada tanggal 7 Safar 1396 H / 1876 M di sebuah daerah bernama
Nahlawa kota Madinah, Saudi Arabia. Abdul Karim Utsman adalah nama
ayahnya yang mendidik dan membesarkannya. Ayahnya adalah seorang yang
taat ibadah dan taat beragama Islam sehingga selalu memperhatikan
pendidikan anak-anaknya.
Dengan latar belakang kondisi keluarga yang Islami, tidak heran jika
an-Nahlawi sejak kecil telah mendapat didikan dan bimbingan dari
keluarganya dengan islami dan berpengalaman serta menghargai ilmu
pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ia pernah menjadi
pengajar di Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Su’ud di Riyadh, Saudi
Arabia, tentang pendidikan Islam. Pemikiran-pemikirannya tentang
pendidikan Islam terlihat dari karya-karyanya yang banyak memancarkan
fanatismenya terhadap Islam sehingga dituangkannya dalam teori-teori
pendidikannya yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW
yang dikenal dengan metode Qur’ani dan Nabawi. Ia juga melanjutkan dan
menekuni ilmu-ilmu umum seperti filsafat dan psikologi. Hal ini terlihat
dalam karya-karyanya yang tampak membandingkan antara peradaban barat
dan timur terutama masalah pendidikan yang didasarkan pada filsafat dan
dalam mengidekan teori-teori beliau menggunakan pendekatan psikologis.
Beberapa karya-karya an-Nahlawi yang dapat dijumpai, yakni antara
lain : Ushuul Al Tarbiyah Al Islamiyyah Wa Salibuha, Darul Fikr, Damsyik.
Karya an-Nahlawi ini telah diterbitkan dalam edisi Indonesia dengan judul

2
Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah,
Dan Masyarakat oleh penerbit Diponegoro pada tahun 1996. lewat buku ini
Abdurrahman an-Nahlawi mencoba mentengadahkan perbandingan ciri khas,
tujuan , sistem, dan metode yang dimiliki pendidikan Islam dengan yang
dimiliki pendidikan barat. Penyusunan buku ini dilatar belakangi karena
sistem pendidikan dunia yang didasarkan atas asas idealis dan ideologis yang
menyimpang dari fitrah yang lurus serta logika yang sehat yang biasa dipakai
di dunia barat. Buku ini selesai di tulis pada 9 Dzulhijjah 1398 H/ sekitar
tahun 1977 M.
Karya an-Nahlawi yang lain yang ditulis bersama-sama dengan Abdul
Karim Utsman, dan Muhammad Khair Arqaswasi adalah; Tarbiyah Wa
Thuruqut Tadris, al Kulliyat Wal Ma’ahid al Ilmiyyah, Riyadh, 1392 H buku
ini merupakan kumpulan artikel-artikel yang membahas masalah pendidikan
dan metode-metode pengajaran. Dalam buku ini, an-Nahlawi, dkk, mengkritik
sistem pendidikan modern serta menjelaskan dampaknya terhadap dunia Islam
khususnya negaranya sendiri.
Adapun karya-karya Abdurrahman an-Nahlawi yang lain yang belum
diterbitkan dalam edisi Indonesia antara lain : Ilmu Nafs (Psikologi), Fakultas
Syari’ah, Riyadh; A’lama Tarbiyah Fi Tarikhil Islam, al Imam ad Dahabi
Dirasatun Maudu’iyatun Tahliliyatun Tarbiyatun, Dar al Fikr.

B. Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Pandangan Abdurrahman an-


Nahlawi

1. Pendidikan Islam
Islam merupakan syariat Allah SWT yang menjadi bekal bagi manusia
untuk beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan
amanat besar itu, syariat membutuhkan pengamalan, pengembangan, dan
pembinaan, pengembangan dan pembinaan itulah yang dimaksud dengan

3
pendidikan Islam. Berikut ini adalah beberapa pandangan Abdurrahman
an-Nahlawi tentang pendidikan Islam serta keutamaan-keutamaannya,
yang meliputi antara lain:
a. Pengertian Pendidikan
Abdurrahman an-Nahlawi mendefinisikan pendidikan dari lafal
at tarbiyah. Secara etimologis lafal at tarbiyah berasal asal dari tiga
kata: Pertama, raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh, Kedua,
rabiya yarba dengan wazn (bentuk) khafiya yakhfa, berarti menjadi
besar dan ketiga, rabba-yarubbu dengan wazn (bentuk) madda-
yamuddu, berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjada
dan memelihara.
Dari ketiga asal kata ini, Abdurrahman an-Nahlawi
menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur,
yaitu:
1) Menjaga dan memelihara anak.
2) Mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan ke khasan
masing-masing.
3) Mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya.
4) Dan seluruh proses di atas dilakukan secara bertahap, sesuai
dengan konsep Al-Baidlawi dan Ar-Raghib dengan “sedikit demi
sedikit”, atau “perilaku demi perilaku”.
Dari pengertian-pengertian dasar di atas, dapat disimpulkan
bahwa, pertama, pendidikan merupakan kegiatan tujuan, sasaran dan
target. Kedua, pendidik yang sejati adalah Allah SWT. Dialah pencipta
fitrah, pemberi berbagai bakat, pembuat berbagai sunnah
perkembangan, peningkatan, dan interaksi fitrah sebagaimana Dia pun
mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan
dan kebahagiaan fitrah tersebut. Ketiga, pendidikan menuntut

4
terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan
pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika
menanjak yang membawa anak dari suatu perkembangan ke
perkembangan lainnya.. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai
dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. Artinya, pendidik harus
mampu mengikuti syariat agama Allah.

b. Dasar-Dasar Pendidikan Islam


Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan
perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan
dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia
sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan
perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif
(utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah
menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri
manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku
normatif yang mengacu pada syariat Islam. Perilaku yang dimaksud
adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan
penciptaan manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individual
maupun kolektif.
Mengingat begitu pentingnya kedudukan pendidikan dalam
hidup manusia, hendaknya pembahasan masalah tersebut menjadi
salah satu seruan yang dapat meninggalkan dampak praktis bagi
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sehingga
dalam melakukan kegiatannya, mereka memegang teguh manhaj
pendidikan Islam. Karena itu, pembahasan masalah tersebut
hendaknya di dominasi oleh metode Qur’ani sehingga manusia
memahami tanda-tanda kebesaran dan keesaan Allah sebagai basis
penghambaan kepada-Nya. Selain itu, dapat juga kita menyertakan

5
pendapat-pendapat para sahabat dan tabi’in, terutama konsep
pendidikan yang berhubungan dengan kehidupan manusia di alam
semesta ini. Biarkan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh manusia mendapatkan pemecahan masalah dari Al-Qur’an
sehingga terbuktilah bahwa manhaj Islam dengan keluasan dan
kesempurnaannya, mampu membangkitkan kehidupan manusia dan
msyarakatnya secara keseluruhan serta mampu memecahkan setiap
permasalahan umat manusia.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pendidikan merupakan upaya
membangun sumber daya manusia memerlukan banyak wawasan yang
sangat luas sekali, pendidikan mencakup aspek kehidupan baik
pemikiran maupun pengalamannya. Oleh karena itu, pendidikan tidak
menyangkut dari satu segi saja. Dalam segi pemikiran mengenai
pendidikan perlu adanya perenungan yang sangat mendalam dan
pemikiran yang bersifat teoritis dan yang bersifat praktis. Pemikiran
teoritis mencakup tentang gunanya pendidikan, prinsip, dan konsep
materi yang digunkan dalam rangka mengembangkan pemahaman
secara mendalam dan komprehensif. Sedangkan pemikiran praktisnya
membahas pelaksanaan metodologi pendidikan.

2. Tugas dan Syarat Seorang Pendidik


Tugas seorang pendidik adalah sama dengan tugas yang diemban oleh
Rasulullah SAW. Allah SWT megisyaratkan bahwa tugas terpenting yang
diemban oleh Rasulullah SAW adalah mengajarkan kitab, hikmah dan
penyucian diri.
Dalam Islam, guru memiliki beberapa fungsi di antaranya:
a. Fungsi penyucian, artinya seorang guru bertugas sebagai pembersih
diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.

6
b. Fungsi pengajaran, artinya seorang guru bertugas sebagai ilmu
pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka
menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Agar seorang pendidik dapat menjalankan fungsi sebagaimana yang


telah dibebankan Allah kepada Rasul dan pengikutnya, maka penulis
mencoba mensarikan dari pendapat an-Nahlawi yaitu pendidik harus
memiliki sifat-sifat berikut ini:
a. Seorang pendidik harus memiliki sifat rabbani, sifat rabbani menjadi
penting dimiliki oleh seorang pendidik, karena jika seorang pendidik
telah meiliki sifat rabbani maka seluruh kegiatan pendidikan akan
ditujukan untuk menjadikan anak didiknya sebagai generasi rabbani.
Setiap materi yang diajarkan akan senantiasa menjadi tanda penguat
kebesaran Allah. Tanpa memiliki sifat tersebut, seorang pendidik tidak
akan mampu mewujudkan pendidikan Islam.
b. Seorang pendidik harus memiliki sifat ikhlas. Artinya, aktivitas
sebagai pendidik bukan semata-mata untuk menambah wawasan
keilmuannya, lebih jauh dari itu harus ditujukan untuk meraih
keridhaan Allah serta mewujudkan kebenaran. Dengan demikian,
seorang pendidik harus semaksimal mungkin menyebarkan kebenaran
kepada anak didiknya. Menjadi seorang pendidik merupakan tugas
yang mulia, namun kemuliaan itu tidak akan bernilai tanpa ketulusan.
c. Seorang pendidik memiliki sifat sabar, seorang pendidik hendaknya
mengajarkan ilmunya dengan sabar. Dengan begitu, ketika seorang
pendidik harus memberikan latihan yang berulang-ulang kepada anak
didiknya, ia melakukannya dengan kesadaran bahwa setiap orang
memiliki kemampuan berbeda dan ia dapat mengendalikan emosinya
dengan baik.

7
d. Seorang pendidik harus meiliki sifat jujur. Artinya, ketika seorang
pendidik menyampaikan ilmunya kepada anak didik, ia harus memiliki
kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam
kehidupannya. Ilmu akan lebih dapat diterima melalui orang yang
mengamalkannya dari pada hanya hebat dala teori dan konsep.
Perilaku mulia akan menjadikan pendidik sebagai panutan yang baik.
e. Seorang pendidik harus senantiasa meningkatkan wawasan,
pengetahuan, dan kajiannya. Seorang pendidik harus memiliki ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas terutama materi pelajaran yang
diajarkan baik dalam ilmu-ilmu keislaman, sejarah, geografi, bahasa,
fisika, kimia, biologi dan lain-lain. Ilmu-ilmu yang disampaikan akan
mudah dipahami oleh anak didik jika benar-benar dikuasai oleh
seorang pendidik. Kekeliruan dari seorang pendidik akan
menimbulkan keraguan dalam diri anak didik dan mengurangi
kepercayaannya.
f. Seorang pendidik harus cerdik dan terampil menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi
pelajaran. Artinya, kepemilikan ilmu saja tampaknya belum memadai
peran seorang pendidik karena bagaimanapun dia dituntut untuk
mampu menyampaikan pengetahuannya kepada anak didik sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas akal anak didik. Dengan begitu,
anak didik tidak terlalu sulit untuk memahami pelajaran yanhg
disampaikan dengan cara yang menarik.
g. Seorang pendidik harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu
sesuai dengan proprosinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan
menguasai siswa. Lebih jauh lagi, seorang guru harus menunjukkan
kasih sayangnya kepada anak didik, tanpa sikap berlebihan sehingga
sewaktu-waktu dia bisa bersikap toleran tanpa menjadikannya generasi
yang santai dan malas.

8
h. Seorang pendidik harus bisa memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan psikologi pendidikan sehingga ketika ia mengajar,
ia akan memahami dan meperlakukan anak didiknya sesuai kadar
intelektual dan kesiapan psikologisnya.
i. Seorang pendidik harus peka terhadap fenomena kehidupan sehingga
ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak
dan akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah
dan pola pikir mereka. Artinya, ketika seorang pendidik menyimak
berbagai sanggahan, interpretasi, atau pengaduan anak didiknya, dia
akan menelusuri penyebabnya kemudian memecahkan dengan
bijaksana dan segar.
j. Seorang pendidik harus peka terhadap fenomena kehidupan sehingga
ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak
dan akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah
dan pola pikir mereka. Artinya, ketika seorang pendidik menyimak
berbagai sanggahan, interpretasi, atau pengaduan anak didiknya, dia
akan menelusuri penyebabnya kemudian memecahkan dengan
bijaksana dan segar.

3. Lembaga Pendidikan Islam


Alat pendidikan menurut an-Nahlawi dapat dipahami sebagai
lingkungan pendidikan Islam yakni suatu institusi atau lembaga dimana
pendidikan itu berlangsung. Menurut an-Nahlawi lingkungan pendidikan
meliputi:
a. Masjid
Pada awal penyebaran Islam, masjid memiliki fungsi mulia yang
bisa jadi sekarang ini mulai terlupakan. Pada zaman itu, masjid
digunakan sebagai markas besar tentara dan pusat gerakan

9
pembebasan umat dari penghambaan manusia, berhala atau thaghut.
Masjid pun digunakan sebagai pusat pendidikan yang mengajak
manusia pada keutamaan, kecintaan pada pengetahuan, kesadaran
sosial, serta pengetahuan mengenai hak dan kewajiban mereka
terhadap negara Islam yang pada dasarnya didirikan untuk
mewujudkan ketaatan kepada syariat, keadilan dan rahmat Allah SWT.
Masjid juga dimanfaatkan sebagai pusat gerakan penyebar akhlak
Islam dan pemberantasan kebodohan. Kondisi seperti itu terus
berlanjut hingga dalam perkembangannya sekarang ini mengalami
berbagai pasang surut yang kadang-kadanag menjadikan masjid
berfungsi sebagai ajang penonjolan fanatisme madzhab, golongan atau
individu.
Masjid didirikan atas kehendak Allah, banyak manfaat dan
pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan masjid sebagai
media untuk mencari pengetahuan, pemahaman serta tujuan
kehidupan. Dengan dimanfaatkannya masjid sebagaimana telah
dilakukan oleh orang-orang terdahulu dan dilakukan di zaman
Rasulullah yaitu sebagai salah satu pusat pendidikan. Pemanfaatan
masjid seperti itu mendidik manusia untuk mengaitkan segala
persoalan pada ikatan karena Allah dan bersumber pada pendidikan
Islam yang universal yaitu penghambaan kepada Allah SWT.
b. Rumah
Pada dasarnya, masjid itu menerima anak-anak setelah mereka
dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan orang tuaanya.
Dengan demikian, rumah keluarga muslim adalah benteng utama
tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang
dimaksud keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan
aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat
Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dapat dikatakan bahwa

10
tujuan terpenting dari pembentukan keluarga sebagaimana pendapat
an-Nahlawi berikut:
Pertama, mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan
rumah tangga. Artinya, jika keluarga berorientasi kepada tujuan rumah
tangga yang muslim hendaknya diwujudkan melalui ketaatan kepada
Allah, segala permasalahan yang ada rumah itu benar-benar yang
berlandaskan syariat Islam, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang sejak kecilnya dididik dan menanam akidah yang kokoh dalam
diri anak lebih mudah untuk mewujudkan keluarga yang sesuai dengan
syariat Islam. Ketika anak sudah dibiasakan taat kepada Allah SWT
dengan apa yang dicontohkan oleh orang tuanya tanpa disadari saat
dewasa ia akan meniru kebiasaan-kebiasaan di waktu kecilnya.
Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis.
Kepribadian anak dapat dilihat pada saat orang tua merawatnya, kalau
anak dirawat dengan penuh kasih sayang anak akan tumbuh dengan
suasana bahagia, percaya pada diri sendiri, tentram serta
menjauhkannya dari hal-hal buruk seperti penyakit batin suasana yang
menyebabkan dirinya merasa kacau, kesulitan sehingga kepribadian
seorang anak itu menjadi lemah.
Ketiga, mewujudkan sunnah Rasulullah SAW dengan
melahirkan anak-anak saleh. Salah satu kebanggan ketika anak lahir
kedunia adalah memiliki generasi penerus yang saleh. Untuk itu para
orang tua wajib untuk sungguh-sungguh dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Tanggung
jawab dan peran orang tua sangatlah dibutuhkan agar keturunannya
terhindar dari kerugian, keburukan dan siksa api neraka bagi siapa saja
yang menjauhkan diri dari Allah SWT. Mengingat di zaman sekarang
banyak sekali dari segi kehidupan sosial yang melenceng jauh dari
tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan Islam.

11
Keempat, memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak. Dalam
perkembangan kepribadian anak orang tua sepatutnya memberikan
kasih dan sayangnya secara penuh, karena ketika anak sudah tumbuh
dewasa nanti ia akan membiasakan kasih sayang yang diperoleh
kepada lingkungan masyarakat, tetangga dan kerabat. Landasan
kehidupan secara psikologis dan sosial pun dibutuhkan naluri kasih
sayang, jika anak tidak seimbang dalam mendapatkan kasih sayang
dari orang tuanya, kehidupan dalam bermasyarakatnya akan diwarnai
dengan penyimpangan-penyimpangan. Anak akan suliat untuk
berinteraksi dan bekerja sama apalagi untuk mengorbankan diri apa
yang dimilikinya untuk orang lain.
Kelima, menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan. Konsep Islam sudah sangat jelas bahwa
penjaggaan fitrah anak itu terletak pada lingkungan keluarga. Dengan
demikian orang tua mewaspadai agar anak tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan, jika itu tidak ingin terjadi pada dirinya.
Orang tua adalah penanggung jawab yang utama dalam pemeliharaan
fitrah anak. Fitrah merupakan modal untuk menerima agama tauhid
dan tidak membedakan antara anak yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian, orang tua berkewajiban melakukan langkah-
langkah berikut: Pertama, membiasakan anak-anak untuk mengingat
kebesaran dan nikmat Allah. Kedua, membiasakan anak-anak untuk
mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang kerap membiasakan
dampak negatif terhadap diri anak.
c. Sekolah
Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai
media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, akidah dan
syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap
mengesakan Allah dan mengembangkan segala bakat atau potensi

12
manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai
penyimpangan. Jika sekolah dijadikan media untuk mendidik generasi
muda, orang dewasa dituntut untuk memahami pertumbuhan, fungsi
dan metode yang dapat meninggikan kualitas dan manfaat media
pendidikan tersebut melalui konsep-konsep pendidikan Islam.
Karenanya, konsep pendidikan lebih dititik beratkan pada fungsi
sekolah yang menginduk pada fungsi fundamental Islam.
Sekolah-sekolah Islam tetap berpegang pada tujan fundamental,
yaitu, merealisasikan pendidikan Islam demi terwujudnya ketaatan
kepada Allah SWT. Di sekolah tersebut, berkiprah individu-individu
yang bertanggung jawab pada tujuan tersebut. Dengan demikian, kita
menemukan sebuah sistem yang harmonis sehingga dari sana akan
lahir berbagai kemanfaatan, baik itu dalam bidang sosial, ekonomi,
keamanan, maupun demokrasi. Negara dan masyarakat merupakan
pengawas berjalannya ssstem tersebut, bahkan negara memotivasi
setiap sistem untuk berkompetisi secara ma’ruf sehingga di dalam
sistem tersebut terdapat kesatuan tujuan untuk menghambat berbagai
penyimpangan dari tujuan fundamental pendidikan Islam. Dengan
demikian, Negara telah membantu rakyatnya dalam pembinaan
generasi muda sehingga aktivitas pendidikan menjadi kebutuhan
pribadi bukan karena paksaan. Aktivitas pendidikan merupakan
cerminan niat suci yang bersumber dari kedalaman hati pendidik dan
pelajar. Hasil pendidikan pun sangat berhubungan dengan potensi
setiap lembaga pendidikan dan berkaitan langsung dengan tanggung
jawab langsung kepada Allah, Dzat yang memperhitungkan kebaikan
dan keburukan meskipun hanya sebesar zarah.
d. Masyarakat
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak
menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang

13
merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama. Menurut an-
Nahlawi yang dapat penulis sarikan adalah sebagai berikut:
Pertama, pendidikan lewat amar ma’ruf nahi mungkar. Anak
yang terlahir ke dunia ini semuanya suci atau fitrah, peran para
pendidik lah yang berkewajiban untuk menjaga kefitrahan anak supaya
anak terhindar berbagai penyimpangan-penyimpangan. Selain itu
seorang pendidik juga dituntut untuk menanamkan konsep keimanan
ke hati anak dalam berbagai kesempatan yang dimilkinya dengan cara
memperlihatkan kekuasaan, ciptaan dan kebesaran Allah SWT serta
membiasakan perilaku yang Islami.
Kedua, menganggap setiap anak sebagai anak sendiri. Umat
Islam semuanya bersaudara tidak ada yang menjadi penghalang bagi
seorang muslim memberikan kasih sayang kepada antar sesama
muslim lainnya. Begitu juga dalam hal menganggap anak orang lain
menjadi anak kita sendiri, perlakukan anak orang lain seolah-olah anak
sendiri dengan tidak membeda-bedakannya baik dalam pemberian
kasih sayang atau bentuk kepedualian yang lainnya.
Ketiga, perlu memberikan kritik sosial. Dalam kehidupan
bermasyarakat pasti ada tingkah laku yang menyeleweng, sebagai
wadah pembinaan dan pendidikan peran masyarakat dapat difungsikan
sebagaimana mestinya. Perselisihan antar tetangga atau kerabat yang
timbul, kritikan yang pedas merupakan salah satu solusi ketika kondisi
permaslahannya sangat buruk.
Keempat, pembinaan melalui pemutusan hubungan
kemasyarakatan. Sebagai sarana untuk penyampaian pembinaan bagi
anak untuk menggapai keridhaan Allah, masyarakat perlu menerapkan
pendidikan yang sesuai syariat Islam. Mengisolasi atau memboikot
adalah alternatife pendidikan ketika sang anak melakukan
penyimpangan atau tidak menaati perintah Islam. Hukuman tersebut

14
bertujuan untuk tidak menular kepada anak yang lainnya serta tujuan
yang terpenting yaitu mengembalikan keimanan anak, dan kembali
pada kebenaran.
Kelima, saling bekerja sama. Masyarakat muslim adalah
masyarakat padu. ibarat satu anggota tubuh merasakan sakit, maka
anggota tubuh lainnya pun merasakan sakit. Landasan kesatuan di
dalam masyarakat ialah saling mengasihi dan menyayangi dengan cara
bekerja sama atau tolong menolong dalam kebaikan. Sebagai anggota
masyarakat anak perlu mendapatkan perhatian dan binaan agar
dijauhkan dari keburukan.
Keenam, menggunakan landasan afeksi lewat rasa saling
mencintai dan menyayangi. Perasaan saling mencintai dan
menyayangi akan tumbuh seiring orang tua memberikannya kepada
anak-anak sehingga mereka siap mencintai dan menyayangi orang
lain. Jika tidak mencurahkan perasaan cintaan dan menyayangi sejak
kecil, maka anak akan memiliki kelainan dan kebencian kepada orang
lain.
Ketujuh, mengajak generasi muda untuk memilih teman yang baik
berdasarkan ketakwaan kepada Allah SWT. Ketika beranjak baligh
anak cenderung untuk menyukai dan berbaur dengan suasana yang
mereka sendiri inginkan. Peran masyarakat juga bukan hanya
mendidik generasi penerus, menyarankan pertemanan mesti diterapkan
karena teman yang baik akan membawa anak ikut menjadi baik,
sebaliknya jika berteman dengan teman yang buruk akan
menjeremuskan dalam keterpurukan, membuang waktu secara sia-sia.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan


lembaga pendidikan itu sangatlah penting, karena adanya suatu lembaga

15
pendidikan merupakan mediator dalam mengatur jalannya pendidikan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demi untuk mencapai cita-cita
umat Islam lembaga pendidikan tentulah konsep pendidikan yang
digunakan yaitu konsep pendidikan yang Islami agar cetakan dari hasil
didikan itu mencetak manusia-manusia yang berkualitas, mencetak
manusia yang kokoh dalam akidah ke Islamannya, dan mencetak manusia
yang bermoral atau berakhlak yang baik.

4. Metode Pendidikan Islam


Metode adalah cara atau jalan yang harus dilakukan agar tujuan
tersebut dapat tercapai. Sedangkan tujuan dari pendidikan Islam adalah
mewujudkan muslim yang taqwa. Menurut an-Nahlawi terdapat beberapa
metode yang paling penting dan menonjol yang yang dicantumkan Al-
Qur’an ialah:
a. Metode Dialog Qur’ani dan Nabawi
b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
c. Metode Perumpaman Qur’ani dan Nabawi
d. Metode Keteladanan
e. Metode Aplikasi dan Pengamalan
f. Metode ‘Ibrah dan Mau’izhah
g. Metode Targhib dan Tarhib.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam realisasinya


metode pendidikan Islam merupakan prosedural secara umum dalam
menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada sebuah
ungkapan bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, ungkapan
itu tidaklah berlebihan karena sebaik apapun tujuan pendidikan jika tidak
didukung metode yang tepat, maka akan sulit untuk mencapainya. Dengan
demikian, pemilihan metode pendidikan harus dilakukan dengan cermat,

16
disesuaikan dengan materi atau faktor yang terkait, sehingga hasil
pendidikan dapat memuaskan.

Pada pengaplikasiannya, metode pendidikan Islam menyangkut


permaslahan individu, atau sosial peserta didik dan pendidikitu sendiri.
Untuk itu dalam menggunakan metode harus memperhatikan dasar-dasar
dan prinsip-prinsip metode pendidikan Islam yang akan memberikan
pengarahan dan petunjuk dalam praktis pelaksanaan pendidikan. Dasar
dan prinsip metode pendidikan tersebut dapat berguna bagi seorang
pendidik untuk mengefektifkan, mengefisiensikan dan tidak menyimpang
terhadap tujuan semula dari pendidikan Islam.

C. Relevansi Pemikiran Pendidikan Abdurrahman an-Nahlawi pada Era


Global
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
memberikan dampak pada semua lapisan aspek masyarakat termasuk
pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia adalah
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan system pendidikan yang
sesuai dengan standar mutu pendidikan di era global. Hal ini membutuhkan
metode dan strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
Konsep pendidikan Abdurrahman an-Nahlawi menggunakan
pendekatan psikologis untuk mendekati peserta didiknya guna mengetahui
lebih dalam kendala dan masalah yang dihadapi peserta didik, sehingga
pendidik bisa menyiapkan metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Selain itu, an-Nahlawi memberikan metode-metode yang menarik sebagai
solusi dalam masalah pendidikan yang bersumber dari Al-Qur’an Pemilihan
strategi dan metode dapat juga mengadopsi dari metode barat meskipun Islam

17
mempunyai metode asli yang bersumber dari Al-Qur’an dan masih relevan
untuk digunakan di era modern ini. Strategi dan metode yang digunakan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi psikologis maupun lingkungan peserta
didik.
Menurut an-Nahlawi menjadi pendidik tidak cukup jika pintar secara
akademik saja, tetapi juga harus bisa memahami dan peka terhadap peserta
didik dan lingkungan sekitarnya. Pendidik juga harus memiliki kepribadian
yang baik sehingga bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk peserta
didiknya. Maka dari itu, Pendidik saat ini dituntut untuk aktif dan paham
mengenai perkembangan zaman untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kurikulum yang digunakan an-Nahlawi mengacu pada konsep Islam yang
digunakan untuk mendidik bangsa yang berkarakter Islami dan berakhlakul
karimah yang bersumber dari Al-Qur’an. Kurikulum yang digunakan saat ini
belum tampak mengarah pada tujuan Islam sebagaimana tujuan pendidikan
an-Nahlawi. Sistem pendidikan berdasarkan pemikiran an-Nahlawi adalah
pembelajaran yang mengarahkan pada kesatuan Islam, sesuai dengan
kemampuan psikologis yang telah Allah berikan serta sesuai dengan
pengalaman peserta didik.
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi adalah
mengembangkan pola fikir manusia dan mengatur perilaku dan perbuatan
serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang bertujuan untuk melaksanakan
ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia baik
individu maupun masyarakat. Tujuan tersebut memberikan pemahaman pada
peserta didik bahwa apapun yang kita lakukan dan kerjakan pasti akan
mendapat balasan sesuai dengan apa yang dilakukan. Jadi, pemikiran
Abdurrahman an-Nahlawi tentang pendidikan masih sangat relevan sekali
untuk diterapkan di era modern, menurut an-Nahlawi ada tiga factor yang
dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Pertama adalah keluarga,
Keluarga mempunyai peran utama dalam mendidik anak terutama orang tua,

18
karena orang tua akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Kedua adalah
sekolah, sekolah juga mempunyai peran penting dalam pendidikan anak yang
belum didapatkan anak di keluarganya. Pendidikan dikeluarga lebih mengarah
pada pembentukan karakter, sedangkan pendidikan di sekolah untuk
mengembangkan atau melanjutkan pendidikan anak dari rumah. Ketiga adalah
lingkungan masyarakat. Lingkungan merupakan factor penting juga terhadap
perkembangan anak. Usia anak sekolah merupakan usia pembelajar dimana
secara psikologi masih bersifat labil, sehingga anak terengaruh oleh
lingkungannya. Apabila pendidikan dasar anak tidak kuat maka anak mudah
dipengaruhinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan
berdasarkan pemikiran Abdurrahman an-Nahlawi masih relevan untuk
diterapkan di zaman sekarang, karena teori-teorinya disesuaikan dengan
pendekatan psikologi, yaitu memahami dan menyesuaikan situasi dan kondisi
peserta didik.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abdurrahman An-Nahlawi mempunyai nama lengkap Abdurrahman
Abdul Karim Utsman Muhammad al Arqaswasi an Nahlawi. Beliau dilahirkan
di sebuah daerah yang bernama Nahlawa kota Madinah, Saudi Arabia, pada
tanggal 7 Safar 1396 H / 1876 M. Beliau dibesarkan pada keluarga yang
islami jadi wajar jika pemikiran-pemikirannya lebih bersifat religius.
Abdurrahman an-Nahlawi menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap pendidikan, hal ini dibuktikan pada karyanya yang banyak
diterbitkan adalah berisi tentang pendidikan. Dari pemikiran-pemikiran beliau
adalah tujuan pendidikan itu merupakan tujuan diciptakannya manusia itu
sendiri yaitu beribadah kepada Allah. Untuk menyusun suatu materi
pendidikan hendaknya memperhatikan tiga asas pokok yaitu asal ideal, asas
‘ubudiyyah, dan asa tasyri’i, serta yang harus menjadi sumbernya adalah Al-
Qur’an san as-Sunnah.
Menurut an-Nahlawi menjadi pendidik tidak cukup jika pintar secara
akademik saja, tetapi juga harus bisa memahami dan peka terhadap peserta
didik dan lingkungan sekitarnya. Pendidik juga harus memiliki kepribadian
yang baik sehingga bisa menjadi suri tauladan yang baik untuk peserta
didiknya. Maka dari itu, Pendidik saat ini dituntut untuk aktif dan paham
mengenai perkembangan zaman untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

B. Saran
Konsep pendidikan menurut Abdurrahman an-Nahlawi sangat relevan
digunakan pada sekarang ini. Pendidik khusunya pendidik agama Islam harus

20
bisa menerapkan konsep tersebut dalam proses belajar mengajar yang
mengedepankan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai acuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Saufika, R. (2010). Konsep Pemikiran Pendidikan Ivan Illich dan Abdurrahman An


Nahlawi: Suatu Kajian Komparatif (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

An-Nahlawi, A. (1995). Pendidikan Islam. Jakarta. Gema Insani Pres.

Kasanah, S. (2021). Relevansi Pemikiran Pendidikan Abdurrahman Wahid dan


Abdurrahman An-Nahlawi di Era Modern. Tribakti: Jurnal Pemikiran
Keislaman, 32(1), 169-180.

21

Anda mungkin juga menyukai