Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DIFUSI DAN DESIMINASI INOVASI

OLEH :

Sunario (10120190004) Marwah (10120190192)

Ikmal Posuma (10120190039) Aas Alamsyah (10120190193)

Syarifa Bulan Daeng Cora (10120190194)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat

dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“DIFUSI DAN DESIMINASI INOVASI” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami dapat mendapat tantangan dan hambatan akan

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,

kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini

bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kami mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 April 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................4
A. Pengertian Difusi Inovasi ...................................................................................4
B. Elemen Difusi Inovasi ........................................................................................6
C. Peranan Dimensi Waktu Dalam Proses Difusi ...................................................9
D. Pengertian Desiminasi Inovasi ...........................................................................9
E. Masalah yang menuntut Inovasi Pendidikan ....................................................11
F. Lima Kategori Penerima Inovasi ......................................................................14
BAB III PENUTUP ...................................................................................................16
A. Kesimpulan .......................................................................................................16
B. Saran .................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,

tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde,

memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve).

Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi

seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini

ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan

sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.

Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa

menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi.

Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current

importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”.

Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian

penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Boyce Ryan dan Neal Gross,

mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para

petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus

1
menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan

penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the

agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a

cumulative basis over time.”

Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun

1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai

topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan

sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett

M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd

Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A

Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis

Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari difusi inovasi?

2. Apa saja elemen dari difusi inovasi?

3. Apa saja peranan difusi waktu dalam proses inovasi?

4. Apa pengertian dari desiminasi inovasi?

5. Apa saja masalah yang menuntut inovasi pendidikan?

6. Jelaskan (5) lima kategori penerima Inovasi?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan pengertian difusi inovasi.

2. Untuk menjelaskan elemen dari difusi inovasi.

3. Untuk menjelaskan peranan difusi waktu dalam proses inovasi.

4. Untuk menjelaskan pengertian dari desiminasi inovasi.

5. Untuk menjelaskan masalah yang menuntut inovasi pendidikan.

6. Untuk menjelaskan (5) lima kategori penerima Inovasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Difusi Inovasi

Sebuah perkembangan selalu menimbulkan atau memunculkan sebuah

perubahan baik besar maupun kecil yang memberi dampak pada lingkungan

masyarakat yang ada. Inovasi merupakan sebuah ide, barang, kejadian,

metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang

maupun kelompok masyarakat. Inovasi memberi sebuah solusi atau

pengetahuan baru bagi individu atau masyarakat yang mampu menerima dan

memanfaatkan dengan baik informasi (inovasi) yang sampai padanya.

Komunikasi dengan isi pesan berupa sebuah inovasi disebut sebagai

proses difusi, yaitu proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat

(anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam

waktu tertentu. Disini, terjadi proses saling tukar menukar informasi

(hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat

(konvergen) maupun memancar (divergen), yang berlangsung secara spontan.

Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga

masyarakat tentang inovasi. Maka, difusi juga dapat merupakan salah satu tipe

komunikasi, yaitu komunikasi yang mempunyai ciri pokok berupa pesan yang

dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).

4
Seorang pakar difusi yaitu Roger (1995) mengatakan bahwa difusi

adalah proses yang terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu

tahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Salah

satu tahapan penting dalam proses keputusan inovasi adalah tahapan persuasi

(pembentukan sikap), karena terjadi proses seleksi untuk berkenan atau tidak

berkenan terhadap inovasi. Sehingga muncul suatu kesiapan (positif atau

negatif) untuk berperilaku (M. Anwas, 2006:4).

Sebagai contoh dalam penggunaan website untuk pembelajaran

(inovasi) di SMP, tahapan tersebut meliputi : a) pengetahuan, pihak SMP

mendapat informasi mengenai internet dan website, yang dianggap baru dan

bermanfaat; b) persuasi, setelah melakukan ujicoba, pihak sekolah yakin

inovasi tersebut dapat dijadikan sebagai metode pengajaran baru dan kepala

sekolah, guru memberi sikap positif terhadap inovasi tersebut; c) pihak

sekolah memutuskan untuk menggunakan inovasi, melalui dukungan kepala

sekolah, guru, dan orangtua; d) Implementasi, sekolah menggunakan inovasi

tersebut; e) konfirmasi, pihak sekolah mengukuhkan penggunaan inovasi

website karena manfaat yang diperoleh.

Menurut Roger (Ibrahim, 1988:59), ia membedakan antara sistem

difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi, yaitu :

1. Sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal seperti : kapan

dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai

5
hasilnya, dsb. Dilakukan oleh sekelompok kecil orang tertentu atau

pimpinan agen pembaharu.

2. Dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan tersebut dilakukan oleh

warga masyarakat bekerja sama dengan beberapa orangyang telah

menerima inovasi. Dan dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi

yang ekstrim tidak perlu agen pembaharu, warga masyarakat itu sendiri

yang bertanggungjawab atas terjadinya difusi inovasi.

B. Elemen Difusi Inovasi

Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: (1)

inovasi, (2) komunikasi dengan saluran tertentu, (3) waktu, dan (4) warga

masyarakat (anggota sistem sosial). Untuk jelasnya setiap elemen diurakan

sebagai berikut:

1. Inovasi

Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai

suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil

invensi atau diskoveri yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru

disini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu

yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih

terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik

6
mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi

berarti mengurangi ketidak tentuan tersebut, karena dengan informasi itu

berarti memperjelas arah pada satu alternatif tertentu.

2. Komunikasi dengan saluran tertentu

Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi

dari seorang ke orang lain. Kondisi ke dua pihak yang berkomunikasi akan

mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk

mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti

radio, televisi, suratkabar, dan sebagainya telah digunakan untuk

menyampaikan informasi dari seorang atau seklompok orang kepada

orang banyak (massa). Biasanya media massa digunakan untuk

menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud agar audien

(peneriam informasi) mengetahui dan menyadari adanya inovasi.

Sedangkan saluran interpersonal (hubungan secara langsung antar

individu), lebih efektif untuk mempengaruhi atau membujuk seseorang

agar mau menerima inovasi, terutama antara orang yang bersahabat atau

mempunyai hubungan yang erat. Dalam penggunaan saluran interpersonal

dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang, dengan kata lain

saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.

3. Waktu

7
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu

merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti

komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak

menunjukkannya secara eksplisit variabel waktu. Mungkin hal ini terjadi

karena waktu tidak secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu

kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.

4. Warga Masyarakat (anggota sistem sosial)

Ialah hubungan (interaksi antar individu atau orang dengan bekerja

sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota

sistem sosial dapat individu, kelompok-kelompok informal, organisasi,

dan sub sistem yang lain. Contohnya: petani di pedesaan, dosen, dan

pegawai di perguruan tinggi, kelompok dokter di rumah sakit, dan

sebagainya. Semua anggota sistem sosial bekerja sama untuk

memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian

maka sistem sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan

kegiatan artinya anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal

balik. Jadi sistem sosial akan mempengaruhi proses difusi inovasi, karena

proses difusi inovasi terjadi dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan

hubungan antar individu dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa

individu akan terpengaruh oleh sistem sosial dalam menghadapi suatu

inovasi.

8
C. Peranan Dimensi Waktu Dalam Proses Difusi

Peranan dimensi waktu merupakan unsur penting dalam proses difusi,

berpengaruh dalam hal:

1. Proses keputusan inovasi

Proses keputusan inovasi adalah tahapan proses sejak seseorang menerima

informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi.

2. Keinovativan individu atau unit adopsi lain

Keinovativan individu yaitu kategori relatif tipe penerima inovasi.

3. Rata-rata adopsi dalam suatu sistem

Rata-rata adopsi dalam suatu sistem yaitu seberapa banyak jumlah anggota

suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

D. Pengertian Desiminasi Inovasi

Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan

yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka

memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya

memanfaatkan informasi tersebut.

9
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarkannya

berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke

depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan,

sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi,

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan,

diarahkan, dan dikelola. Hal ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur

komunikasi spontan. Sehingga terjadi saling tukar informasi dan akhirnya

terjadi kesamaan pendapat antara tentang inovasi tersebut.

Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang cepat dan dinamika sosial dan politik akan mempengaruhi pilihan

strategi komunikasi dan diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi

tantangan sekaligus catatan bagi pejabat publik dan humas pemerintah untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan tersebut.

Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relative tidak

berubah. Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses

atau pendekatan komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif,

kooperatif, egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi

kebutuhan.

Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang

menghadirkan narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan.

10
Hanya saja, media perlu berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’

menjadi ‘mau bersuara’ dan menghindari narasumber yang “itu lagi, itu lagi”

karena akan membuat audiens cepat bosan.

E. Masalah yang menuntut Inovasi Pendidikan

Inovasi harus dapat terkomunikasikan dengan baik agar dapat lebih

mudah difahami dan diterima oleh masyarakat, karena menurut Udin Saefudin

salah satu dari karakteristik Inovasi adalah Kompleksitas artinya tingkat

kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi pengguna.

Inovasi yang mudahh difahami itu yang akan mudah diterima oleh masyarakat

sedangkan inovasi yang sangat sulit difahami itu merupakan sesuatu yang

sulit diterima oleh masyarakat. maka setiap inovasi diciptakan untuk semudah

mungkin dalam mengkomunikasikan agar lebih mudah untuk diterima. Hal

tersebut dapat merujuk pada permasalah pendidikan adapun masalah-masalah

pendidikan yang menuntuk untuk inovasi pendidikan ada dalam berbagai

sudut pandang karena sangat kompleksnya pendidikan dinegara kita, salah

satu yang akan kami paparkan adalah pemasalahan hal-hal berikut ini:

1. Berbagai Perubahan

Akhir-akhir ini dunia pendidikan diresahkan oleh merosotnya mutu

hampir di semua jenjang dan jenis pendidikan dengan kebutuhan lapangan

11
pekerjaan yang ada. Hal ini desebabkan berbagai factor, antara lain

kurikulum yang kurang mendorong siswa memilki kompetensi, proses

pembelajaran yang kurang efektif. Menurut Rusman Hal tersebut harus

ada solusi kongkrit dari seorang kepala sekolah yaitu dengan cara

memfasilitasi sekolah untuk membentiuk dan memberdayakan Tim

pengembang kurikulum terutama dengan pelaksanaan kurikulum KTSP

yang dimana setiap tingkat pendidikan harus menyesuaikan dengan

kebutuhan dan menyiapkan dokumen-dokumenyang relevan dengan

kebutuhan siswa[24]. kualitas guru yang rendah karena kurang

kesempatan mengembangkan diri, bahan ajar yang terlalu padat dan tidak

mampu membuat anak belajar yang tidak kondusif untuk medorong

semangat belajar siswa, serta sarana dan prasarana pendidikan yang

kurang erta tidak mampu mengikuti perkembangan kebutuhan dilapangan.

2. Kualitas Pendidikan

Masyarakat masih merasakan kenyatan bahwa mutu pendidikan kita

yang belum memuasakan. Hal ini disebabkan oleh belum sepakatnya para

penyelengara pendidikan menetapkan standar mutu yang harus dicapai

serta beberapa departemen penyelengara pendidikan, yang ternyata tidak

mudah untuk mencapai kesepakatan tentang standar mutu tersebut[25].

12
Salah satu indikasi bahwa mutu pendidikan kita masih rendah, yakni

sangat kecilnya jumlah lulusan yang mampu memperoleh nilai yang baik,

minimnya jenis keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan

kerja, sulinya menembus pasar kerja tingkat nasional dan global, sehingga

terjadi penumpukan kelompok pengangguran terdidik.

3. Manajemen pendidikan

Manajemen pendidikan yang tersentralisasi membuat sekolah dan

lembaga pendidikan lainnya menjadi tidak aspiratif, serta membatasi

kreatifitas, ditambah lagi dengan penterjemahan dilapangan yang tidak

cerdas. Kurikulum nasional terlalu padat dan sarat materi dan terlalu

detail, dan semua itu harus dijejalkan kepada siswa dalam situasi yang

sangat heterogen (beragam), merupakan sesuatu yang sangat mustahil dan

tidak rasional.

Dengan manajemen sentralistik manajer-manajer pendidikan tak

ubahnya sebagai ‘robot-robot’ yang selalu menunggu perintah, petunjuk

pelaksaan, petunjuk teknis dari pusat, dan perangkat pendidikan lainnnya

hanya sebagai pelaksana yang bersifat pasif, menunggu perintah, dengan

perasaan takut bersalah yang amat sangat menghadapi lapisan. Padahal

yang tahu tentang daerah-daerah yang sangat beragam itu adalah para

pemilik daerah itu. Oleh karenanya momentum otomi daerah merupakan

13
‘star point’ untuk melakukan perubahan, dan bukan memusatkan lagi

didaerah otonom. Dalam kontek ini harus jelas, mana kewenangan pusat

dan mana kewenangan daerah, sehingga inteventasi pusat tidak lagi

medominasi didaerah otonomi.

Permasalahan pendidikan menuntut kita untuk senantiasa melakukan

inovasi, agar dapat mengurangi bahkan menghapus ssegala permasalahan

yang ada. Dari contoh berbagai permasalahan itu penerapan dam

mengkomunikasian harus berjalan dengan lancar dengan dapat melalui

difusi atau diseminasi agar setiap permasalahan dapat terpecahkan dengan

baik serta semua pihak dapat menerima dan memudahkan kita untuuk

melakukan inovasi.

F. Lima Kategori Penerima Inovasi

Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok

penerima inovasi sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam

menerima inovasi). Gambaran tentang pengelompokan penerima inovasi

dapat dilihat sebagai berikut:

1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.

Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, aktif, cerdas, kemampuan

ekonomi tinggi.

14
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis

dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat),

orang yang dihormati.

3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal.

Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.

4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam

penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan

ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.

5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum

kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan

opinion leaders,sumberdaya terbatas.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Inovasi merupakan sebuah ide, barang, kejadian metode yang

dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang

maupun kelompok masyarakat. difusi adalah proses yang terjadi pada

suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu ahap pengetahuan,

persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.

2. Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat

4 (empat) elemen pokok, yaitu: a) Inovasi, b) saluran komunikasi, c)

jangka waktu, d) sistem sosial.

3. Peranan dimensi waktu merupakan unsur penting dalam proses difusi,

berpengaruh dalam hal: a) Proses keputusan inovasi, b) Keinovativan

individu atau unit adopsi lain, c) Rata-rata adopsi dalam suatu sistem.

4. Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya

berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh

ke depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja

diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan

inovasi.

5. Ada beberapa masalah yang menuntut inovasi pendidikan, antara lain :

1. Berbagai perubahan

16
2. Kualitas pendidikan

3. Manajemen pendidikan

6. Lima kategori penerima inovasi: a) innovators, b) early adopters, c)

early majority, d) late majority, e) laggards

B. Saran

Jika kita ingin inovasi cepat diadopsi oleh masyarakat, hal pertama

yang harus diperhatikan oleh kita adalah difusi apa yang tepat digunakan

untuk menyebarkan inovasi. Karena pada dasarnya terdapat perbedaan di

masyarakat dalam mengadopsi atau menerima inovasi. Ada sekelompok

masyarakat yang cepat dalam menerima inovasi, ada juga yang

membutuhkan waktu yang lama untuk menerima suatu inovasi.

Dengan adanya pembahasan tentang Dari makalah saya yang singkat

ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya pribadi. Yang baik

datangnya dari Allah Swt, dan yang buruk datangnya dari saya. Dan saya

sadar bahwa makalah saya ini jauh dari kata sempurna, masih banyak

kesalahan dari berbagai sisi, jadi saya harapkan saran dan kritiknya yang

bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://adikasimbar.wordpress.com/2010/06/09/diktat-inovasi-pendidikan/

http://helmyvydy.blogspot.com/2012/12/makalah-difusi-inovasi-

komunikasi.html

http://renny12395.blogspot.com/2013/02/difusi-dan-diseminasi.html

http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi/

18

Anda mungkin juga menyukai