Anda di halaman 1dari 26

PROFESI KEPENDIDIKAN

Program Bimbingan di Sekolah

Oleh:
Kelompok VII
Kelas 6A

Ryan Teddy Rismawan

(1213011136)

Ni Luh Okassandiari

(1313011026)

Ni Putu Mirnawati

(1313011079)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

REVISI I
Bagian yang direvisi:
-

Redaksi pada Halaman Judul

Redaksi dan penulisan (terkait spasi dan pemberian judul) Ringkasan Eksekutif

Penambahan ucapan terima kasih dan informasi singkat mengenai makalah pada Kata
Pengantar

Penambahan informasi nomor halaman untuk Halaman Judul, Ringkasan Eksekutif,


Kata Pengantar dan Daftar Pustaka pada bagian Daftar Isi

Revisi bagian Latar Belakang terkait isi maupun kerapian penulisan

Penomoran pada Rumusan Masalah dan Tujuan

Pergantian letak beberapa paragraf, penghapusan definisi bimbingan menurut para


ahli, penambahan kesimpulan mengenai pengertian program bimbingan pada Sub 2.1
Bab II mengenai Pengertian Program Bimbingan.

Kerapian penulisan isi makalah serta revisi beberapa penomoran pada isi masingmasing sub pada Bab II

Revisi penomoran pada sub 3.1 Bab III mengenai Simpulan

Penambahan simpulan mengenai variasi program bimbingan menurut jenjang


pendidikan, tenaga bimbingan di sekolah beserta fungsi dan perannya pada poin ke-3
dan ke-4 dalam sub 3.1 Bab III mengenai Simpulan

Penambahan sub 3.2 Bab III mengenai Saran

Penghapusan nomor halaman pada Daftar Pustaka

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH


Oleh: Kelompok VII
(Ryan Teddy Rismawan, Ni Luh Okassandiari, dan Ni Putu Mirnawati)

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara


berkesinambungan dari jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan Perguruan Tinggi. Layanan bimbingan
pada masing-masing jenjang memiliki karakteristik masing-masing dengan prinsip-prinsip
yang telah kita bahas sebelumnya. Pada bagian ini, prinsip-prinsip bimbingan diterjemahkan
ke dalam program-program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah. Dalam menerjemahkan
prinsip ke dalam program, peranan guru amat penting karenan guru merupakan sumber yang
paling menguasai informasi tentang keadaan siswa. Program bimbingan merupakan suatu
rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu
yang ditujukan untuk memberikan layanan khusus untuk membantu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik
merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
Langkah-langkah penyusunan program secara sederhana terdiri dari enam tahap yakni
mengidentifikasi, penentuan urutan prioritas, pembahasan konsep program bimbingan,
penyempurnaan konsep, pelaksanaan program, evaluasi, dan revisi. Dalam pembuatan
program tesebut, kerjasama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan syarat
penting dan dilaksanakan secara sistematis sesuai struktur BK di sekolah. Struktur atau pola
BK di sekolah terdiri dari orang tua siswa, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, instansi
pemerintah/swasta, tata usaha, wali kelas, koordinator BK, guru pembimbing, guru mata
pelajaran, dan siswa. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan
konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Selanjutnya, implementasi
program BK di sekolah konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen
kegiatan, perencanaan, dan pelaksanaan.
Kata kunci: program bimbingan, tenaga bimbingan, organisasi bimbingan, implementasi
program

ii

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Program
Bimbingan di Sekolah. Melalui kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang telah memberikan motivasi dan informasi-informasi terkait
dengan makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika, yang telah
memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tak langsung terkait penulisan
makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai program bimbingan di sekolah, yang di dalamnya
meliputi pengertian program bimbingan, langkah-langkah penyusunan program bimbingan,
variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan, tenaga bimbingan di sekolah beserta
fungsi dan peranannya, organisasi bimbingan konseling di sekolah, dan mekanisme
implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah.
Penyusunan makalah ini didasarkan pada beberapa buku sumber serta informasi dari
internet. Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui beberapa
komponen yang penting untuk dipahami dalam pelaksanaan program bimbingan di sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan
pendidikan pada umumnya dan pembaca pada khususnya.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Singaraja, Februari 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i


Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................ ii
Kata Pengantar ........................................................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Program Bimbingan ....................................................................................... 3
2.2 Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan ........................................................ 5
2.3 Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan .............................................. 7
2.4 Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya .................................... 10
2.5 Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah ......................................................... 14
2.6 Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan......................................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

iv

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan

nasional

bertujuan

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, peserta didik harus berkembang secara
optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya
mengembangkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah
yang ditemuinya dalam interaksinya dengan lingkungan. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Guru
sebagai salah satu stakeholder pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu mengetahui lebih dari
sekadar masalah bagaimana mengajar yang efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Soetjipto dan Rafflis (1995) menyatakan
Profesi Keguruan mempunyai dimensi yang sangat luas dan dalam, mulai dari pemahaman
secara mendalam tentang penguasaan materi ajar sampai kepada pemahaman tentang latar
keadaan (setting) di mana atau dalam lingkungan apa tindakan pendidikan itu harus
dilakukan. Dengan kata lain, seorang guru profesional harus secara tepat menggunakan
pertimbangan profesional (professional judgement) dalam bertindak dan menjawab tantangan
masalah yang dihadapi dalam tugasnya. Ketepatan ini sangat penting karena situasi
pendidikan tidak dapat terulang lagi secara persis, jadi hanya berlangsung sekali saja. Jika
respon yang diberikan guru keliru, maka ia akan kehilangan waktu yang sangat berharga
dalam proses pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya.
Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara
optimal, termasuk perkembangan kepribadian siswa. Tujuan dimaksud, salah satunya, dapat
ditempuh melalui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berkenaan
dengan hal itu, makalah ini membahas mengenai program bimbingan di sekolah.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1

Apa pengertian program bimbingan?

1.2.2

Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan?

1.2.3

Bagaimana variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan?

1.2.4

Bagaimana fungsi dan peranan tenaga bimbingan di sekolah?

1.2.5

Bagaimana struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah?

1.2.6

Bagaimana mekanisme implementasi program bimbingan dan konseling di


sekolah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.3.1

Untuk mengetahui pengertian program bimbingan.

1.3.2

Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan program bimbingan.

1.3.3

Untuk mengetahui bagaimana variasi program bimbingan menurut jenjang


pendidikan.

1.3.4

Untuk mengetahui fungsi dan peranan tenaga bimbingan di sekolah.

1.3.5

Untuk mengetahui struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.

1.3.6

Untuk mengetahui mekanisme implementasi program bimbingan dan


konseling di sekolah

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Program Bimbingan


Untuk mencapai hasil yang efektif dari kegiatan bimbingan dan konseling, maka
harus dilakukan perencanaan yang matang melalui penyusunan program dengan baik.
Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian
layanan bimbingan dan konseling. Winkel (dalam Soetjipto & Raflis, 2004) menjelaskan
bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan
terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (dalam
Soetjipto & Raflis, 2004) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang
memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Abu Ahmadi (dalam Soetjipto & Raflis, 2004) menyatakan
bahwa program bimbingan itu menyangkut dua faktor, yaitu: 1) faktor pelaksana atau orang
yang akan memberikan bimbingan dan 2) faktor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan,
metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan
kegiatan bimbingan.
Ngalim Purwanto (2013:179) menyatakan program bimbingan antara sekolah yang
satu dengan sekolah yang lain memang berbeda-beda, akan tetapi program-program
bimbingan itu mengandung sifat-sifat dan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kegiatan bimbingan (proses yang menyangkut penilaian, penyesuaian, organisasi, dan
perkembangan) haruslah dilakukan secara kontinyu sejak dari tamat kanak-kanak
sampai pada pendidikan orang dewasa, termasuk tingkatan akademik dan universitas,
dan juga pelayanan-pelayanan masyarakat bagi para pemuda dan orang-orang dewasa
yang sudah keluar dari sekolah.
2. Proses bimbingan haruslah menyerap setiap kegiatan sekolah dan dilakukan oleh
guru-guru serta orang-orang yang memiliki keahlian khusus dalam hal itu.
3. Program bimbingan hendaklah definitif (tegas, jelas batas-batasannya), mudah
dipahami bagaimana prosedurnya, dan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan.
4. Semua fase program bimbingan haruslah dikoordinasi, termasuk kegiatan-kegiatan
masyarakat, dalam suatu pelayanan yang disusun secara teratur dan sitematis,
berbagai pelayanan diarahkan pada tujuan yang sama.

4
5. Program itu hendaklah mengarah pada tujuan-tujuan dan masalah-masalah individu
murid-murid, seperti pengertian akan dirinya sendiri, perkembangan dan pengarahan
diri, serta orientasinya terhadap masyarakat.
Prayitno dan Amti (1999) berpendapat, unsur-unsur yang harus diperhatikan dan
menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi kebutuhan siswa, jumlah siswa yang
dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan dan
jenis layanan, volume kegiatan bimbingan dan konseling, dan frekuensi layanan terhadap
siswa. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan
dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi
pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan. Kelengkapan
program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program, disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan
menghindari turnpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis,
4. Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.
5. Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rangka sebesar-besamya
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan
keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan
program

pada

khususnya

dan

peningkatan

keefektifan

dan

keefisienan

penyelenggaraan program pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya.


Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah mencakup 4 bidang pelayanan yakni:
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan
minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial
yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan
sesuai yang lebih luas.

5
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
mengembangkan

kemampuan

belajar

dalam

rangka

mengikuti

pendidikan

sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.


d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam memahami
dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Chiskolm (dalam Prayitno & Amti, 1999) menyatakan bahwa bimbingan membantu
setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Oleh karena
itu, penting untuk melakukan perencanaan yang matang melalui penyusunan program
bimbingan dengan baik.
Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan efisien dan efektif. Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (dalam
Soetjipto & Raflis, 2004) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik
dan rinci akan memberikan banyak manfaat, seperti:
a) Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindari
kesalahan-kesalahan, dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan;
b) Memungkinkan siswa untuk mendapatkan layanan bimbingan secara seimbang dan
menyeluruh, baik dalam hal kesempatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang
diperlukan;
c) Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing
dan mengetahui bagaimana dan dimanan mereka harus melakukan upaya secara tetap
dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk
kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa yang dibimbingnya.
Melalui uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa program bimbingan merupakan
suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu
tertentu yang ditujukan untuk memberikan layanan khusus untuk membantu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik
merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.

2.2 Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan


Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (dalam
Soetjipto & Raflis, 2004) seperti berikut:

6
a) Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi tujuan,
kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah bersangkutan untuk
melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan
langkah awal pelaksanaan program.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh
pemimpin sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang
perlunya program bimbingan, serta merumuskan arah program yang akan disusun.
c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan. Panitia ini
bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun, mempersiapkan
bagian organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka dasar dari program
bimbingan yang akan disusun.
d) Pembentukan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas mempersiapkan
program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, dan melatih para
pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan program tersebut.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan
baik.
Selanjutnya, Soetjipto dan Raflis (2004) memberikan langkah-langkah penyusunan
program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan
kegiatan bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan
personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal
yang perlu ditangani oleh konselor.
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan personalia yang akan
melaksanakan program kegiatan itu serta sasaran dari program tersebut.
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan
mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan
program tersebut.
d) Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
e) Pelaksanaan program yang telah direncanakan.
f) Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui bilamana ada bagian-bagian yang tidak terlaksana dan seterusnya dicari
faktor-faktor penyebabnya.

7
g) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk
program berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga terwujudlah program bimbingan yang lebih sempurna.
Terciptanya program bimbingan yang baik telah merupakan sebagian dari keberhasilan
pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.

2.3 Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan


Layanan bimbingan dan konseling di sekolah seharusnya dilaksanakan secara
terus-menerus, mulai dari jenjang pendidikan terendah (taman kanak-kanak) sampai
jenjang pindidikan tertinggi (perguruan tinggi). Layanan bimbingan mempunyai
penekanan-penekanan yang berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan, hal ini
dikarenakan kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan.
Menurut Winkel (Soejipto,1999:93) terdapat beberapa rambu-rambu yang perlu
diperhatikan dalam menyusun program bimbingan di tingkat tertentu, yaitu:
a) Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu
b) Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada
tahap perkembangan tertentu
c) Menyusun pola dasra yang dipedomani dala memberikan layanan
d) Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan
e) Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan
f) Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan.

Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan, dari tingkat taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Program Bimbingan di Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk pendidikan formal, namun
tenaga-tenaga pendidiknya juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan.
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya ditekankan pada:
a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin
hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
b) Bimbingan pribadi, seperti penumpukan disiplin diri dan memahami perintah.
Layanan bimbingan untuk anak taman kanak-kanak perlu dilakukan untuk
memnuhi kebutuhan psikologis.

2. Program Bimbingan di Sekolah Dasar


Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar
lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara
lain mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab; dapat berbuat
dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman
sebayanya, mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan
dengan membentuk kata hati (Winkel, dalam Soetjipto,1999: 95). Program bimbingan
hendaknya mengacu kepada tujuan umum di SD yaitu memiliki sifat-sifat dasar
sebagai warga negara yang baik, menikmati kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pelajaran, bekerja di mayarakat, dan mengembangkan diri sesuai dengan asas
pendidikan seumur hidup.
Gibson dan Mitchell (dalam Soejipto,1999: 95)mengemukakan beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan, seperti:
a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas
belajar.
b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas.
c) Adanya ecenderungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu kompleks.
Layanan bantuan lebih banyak menggunakan jenis bimbingan kelompok, dan
tenaga yang memgang kunci dalam kegiatan bimbingan itu adalah guru kelas.
3. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Jika di sekolah dasar umumnya diasuh oleh guru kelas, namun di SLTP diasuh
oleh guru bidang studi. Sehingga siswa-siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
dengan guru yang bervariasi. Siswa dituntut untuk lebih mandiri khususnya dalam
belajar.
Progam bimbingan dan konseling untuk siswa SLTP hendaknya berorientasi
kepada pencapaian tugas perkembangan untuk siswa pada tingkat SLTP antara lain:
menerima peranannya sebagai pria atau wanita, memperjuangkan taraf kebebasan
yang wajar dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, menambah bekal

9
pengetahuan dari pemahaman untuk pendidikan lanjutan, serta mengembangkan kata
hati sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
Hambatan dari pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
kurang kepercayaan diri, kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya
kegelisahan, dan kurangnya semangat kerja keras. Sehingga program bimbingan
hendaknya diarahkan atau ditekankan pada penanggulangan masalah itu sehingga
mereka dapat mencapia tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya
berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi
c) Bimbingan mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15
tahun
e) Bimbingan karier

4. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas


Cole (dalam Soejipto,1999: 98) mengemukakan beberapa tugas-tugas
perkembangan pada usia remaja (siswa SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai: (1)
kematangan emosional, (2) kemantapan minat terhadap lawan jenis, (3) kematangan
sosial, (4) kebebasan dari kontrol orang tua, (5) kematngan intelektual, (6)
kematangan dalam pemilihan pekerjaan, (7) efisiensi penggunaan waktu luang, (8)
kematangan dalam memahami falsafah hidup, dan (9) kematangan dalam kemampuan
mengidentifikasidiri.
Oleh sebab itu, program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan sosial
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan
c) Bimbingan cara belajar.

5. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi


Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa menuntut seseorang untuk lebih
mandiri, dan berdisiplin diri. Mereka hendaknya mampu mengembangkan
kepribadiannya

sesuai

dengan

potensi-potensi

yang

merencanakan masa depan sesuai dengan keadaad dirinya.

dimilki

dan

mampu

10
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan
kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program
bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik
2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

Variasi bimbingan konseling, selain menurut jenjang pendidikan, juga dapat


diklasifikasikan menurut jenjang waktu pelaksaannya (Depdiknas, 2008:15), yang
meliputi:
a. Program tahunan yang didalamnya meliputi program semesteran dan bulanan yaitu
program yang akan dilaksanakan selama satu tahun pelajaran dalam unit semesteran
dan bulanan. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu tahun untuk
masingmasing kelas. Program tahunan dipecah menjadi program semesteran dan
program semesteran dipecah menjadi program bulanan.
b. Program bulanan yang didalamnya meliputi program mingguan dan harian, yatiu
program yang akan dilaksanakan selama satu bulan dalam unit mingguan dan harian.
Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu bulan untuk kurun bulan
yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya dengan modifikasi sesuai dengan
kebutuhan siswa. Program bulanan merupakan jabaran dari program semesteran,
sedangkan program mingguan merupakan jabaran dari program bulanan.
c. Program harian yaitu program yang akan dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam
satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan untuk kelas
tertentu. Program ini dibuat secara teretulis pada satuan layanan (satlan) dan atau
kegiatan pendukung (satkung) bimbingan dan konseling.

2.4 Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya


Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab
bersama antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas
sekolah lainnya (dalam Soejipto,1999: 99). Seluruh personel sekolah terkait dalam
pelaksanaan bimbingan karena bimbingan merupakan salah satu unsur dari sistem
pendidikan nasional. Sehingga layanan bimbingan dan konseling tidak hanya menjadi
tanggung jawab konselor. Misalnya, ada seorang siswa yang jarang berkomunikasi
dengan siswa lainnya atau kurang bersosialisasi antar warga sekolah. Setelah ditelusuri

11
ternyata siswa tersebut memiliki sifat yang pemalu. Saat keadaan seperti itu bimbingan
dan konseling diperlukan dan seluruh personel sekolah ikut membantu.
Konselor di sekolah terdiri atas (dalam Soejipto, 1999: 100):
a) Kepala sekolah
b) Guru konselor atau guru pembimbing
c) Tenaga khusus atau psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter dan juru rawat.
Sedangkan dalam Kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan
dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri atas: (a) kepala sekolah,
(b) penyuluh pendidikan (konselor sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d) guru,
dan (e) petugas administrasi. Rinciannya sebagai berikut.
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki peranan atau tugas dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling. Tugas-tugasnya sebagai berikut.
a) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.
b) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan.
c) Mengawasi pelaksanaan program.
d) Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan penyuluhan.
e) Mempertanggungjawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah) maupun ke
luar (masyarakat).
f) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka
kerja sama pelaksanaan bimbingan.
g) Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

2. Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)


Konselor sekolah sangat berperan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan
konseling sebagai berikut.
a) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah.
b) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan dan
konseling.
c) Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
d) Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-sehari.
e) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah.

12
f) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin berkembang.
g) Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya
yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan komulatif siswa.
h) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rancana
tindakan prositif terhadap siswa.
i) Menyelenggarakan pertemuan staf.
j) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
k) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan
menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.
l) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan
program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survey dalam masyarakat
sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.
m) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan kokurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat, dan kebutuhannya.
n) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode
mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing
siswa.
o) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya
terhadap siswa putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang
berhubungan dengan program bimbingan secara tetap.
p) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan
rumah.
q) Menyelenggarakan pembicaraan kasus.
r) Mengadakan wawancara latihan bagi para petugas bimbingan.
s) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan.
t) Melakukan alihtangan masalah siswa kepada lembaga atau ahli lain yang lebih
berwenang.

3. Guru Pembimbing/Wali Kelas


Siswa yang menjadi binaan wali kelas akan ditangani oleh wali kelas dalam
menangani masalah-masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab sebagai berikut.
a) Mengumpulkan data tentang siswa.

13
b) Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
c) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa.
d) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
e) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.
f) Mengadakan kegiatan orientasi.
g) Memberikan penerangan.
h) Mengatur dan menempatkan siswa.
i) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi.
j) Bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram.
k) Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan
psikologis oleh tim ahli.
l) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan.
m) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus.

4. Guru/Pengajar
Peran dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling sangat diharapkan karena guru memiliki kesempatan lebih banyak bertatap
muka dengan siswa dan bisa secara langsung berinteraksi dengan siswa. Adapun tugas
dan peranan guru dalam kegiatan ini sebagai berikut.
a) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan
dan konseling.
b) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.
c) Memberikan layanan instruksional.
d) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
e) Memberikan informasi kepada siswa.
f) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
g) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
h) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
i) Bekerjasama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
j) Membantu memecahkan masalah siswa.
k) Mengirimkan masalah siswa yang tidak dapat diselesaikan kepada konselor.
l) Mengidentifikasi, menyalurkan, dan membina bakat.

14
5. Petugas Administrasi
Keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah juga memerlukan
keterlibatan dari petugas administrasi di sekolah yang bersangkutan. Adapun tugas
dan peranannya sebagai berikut.
a) Mengisi kartu pribadi siswa.
b) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.
c) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
d) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan.
e) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa.

2.5 Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapakan antara lain perlu dukungan oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur.
Organisasi yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung
jawab para personil sekolah yang terlibat. Demikian pula, organisasi tersebut tergambar
dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan
karakteristik sekolah masing-masing. jika personil sekolah siswanya berjumlah banyak
dengan didukung oleh personil sekolah yang memadai diperlukan sebuah pola organisasi
bimbingan dan konseling yang lebih kompleks.
Struktur atau pola BK di sekolah adalah sebagai berikut:
a. Orang Tua Siswa
b. Kepala Sekolah Dan Wakil Kepala Sekolah
c. Instansi Pemerintah/Swasta, Organisasi Profesi seperti ABKIN (Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia dan PGRI (Persatuan Guru Republik
Indonesia)
d. Tata Usaha
e. Wali Kelas
f. Koordinator Bk Guru Pembimbing/Konselor
g. Guru Mata Pelajaran
h. Siswa
Struktur tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

15

Gambar 2.1 Bagan Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di


Sekolah (Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar
Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah, Depdiknas 2008)

Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor


perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar
proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh
orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa.
Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya,
seperti: (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang
ke sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan
dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui
surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk
melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan
belajar dan perilaku sehari-harinya.
Kepala Sekolah (bersama Wakasek) adalah penanggung jawab pendidikan pada
satuan pendidikan (SD, SMP, dan SMA/SMK sederajat) secara keseluruhan, termasuk
penanggung jawab dalam membuat kebijakan pelaksanaan pelayanan BK.
Instansi Pemerintah/Swasta, Organisasi Profesi seperti ABKIN dan PGRI
adalah instansi yang bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap

16
penyelenggaraan pelayanan BK di sekolah. Dalam hal ini pengawas sebagaimana
dimaksudkan dalam petunjuk pelaksanaan BK di sekolah.
Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas membantu guru
pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan BK di
sekolah, membantu mempersiapkan seluruh kegiatan BK, membantu menyiapkan sarana
yang diperlukan dalam layanan BK dan membantu melengkapi dokomen tentang siswa
seperti catatan komulatif siswa.
Wali Kelas sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan dan
konseling wali kelas berperan membantu mengelola kelas tertentu. Dalam pelayanan
Bimbingan Konseling, wali kelas berperan dengan cara mengumpulkan data tentang
siswa, menyelenggarakan penyuluhan, meneliti kemajuan dan perkembangan siswa,
pengaturan dan penempatan siswa, dan mengidentifikasi siswa sehari-hari.
Koordinator BK (bersama konselor sekolah) adalah pelaksana utama pelayanan
BK. Guru (Mata pelajaran atau praktik), adalah pelaksana pengajaran dan praktik /
latihan. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan
dan adminstrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas tertentu.
Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik / latihan, dan
bimbingan di SD, SMP, SMA/SMK, dan sederajat. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala
Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi dan ketatausahaan. Komite Sekolah, adalah
organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, yang
berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan. Sifat
hubungan antara pola-pola di atas dapat diartikan variatif. Hubungan antara unsur
Kandepdiknas dengan Kepala Sekolah dan koordinator BK adalah hubungan
administratif. Hubungan antara Koordinator BK dengan Guru dan Wali Kelas adalah
hubungan kerja sama sekaligus koordinatif bila ditinjau dari garis administrasi Kepala
Sekolah ke bawah. Sedangkan hubungan Koordinator BK ( dan Guru pembimbing /
Konselor Sekolah), Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas, dengan siswa adalah hubungan
layanan.
Guru Mata Pelajaran sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran
tertentu dan sebagai personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa,
peranan guru mata pelajaran dalam pelayanan bimbingan konseling adalah membantu
memasyarakatkan pelayanan Bimbingan Konseling kepada siswa, membantu guru
Bimbingan Konseling / konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
Bimbingan Konseling, mengalih tangankan (liferal) siswa yang memerlukan layanan

17
Bimbingan Konseling kepada konselor, menerima siswa alih tangan dari guru Bimbingan
Konseling, yaitu siswa yang menurut guru Bimbingan Konseling memerlukan pelayanan
pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan, program pengajaran, membantu
mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang
menunjang pelaksanaan pelayanan Bimbingan Konseling, memberikan kesempatan dan
kemudahan

kepada

siswa

yang

memerlukan

layanan

Bimbingan

Konseling.

Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi


kasus. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan Bimbingan Konseling dan upaya tindak lanjutnya.
Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik /
latihan, dan bimbingan di SLTP, SMA, dan SMK. (Prayitno, 2008)

2.6 Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai
berikut:
a.

Komponen pemrosesan data


Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi bebebrapa aspek, yaitu:
1.Pengumpulan data, 2.Pengklasifikasian, 3.Pendokumentasian, 4.Penyimpanan,
5.Penyediaan data yang diperlukan, 6.Penafsiran.

b.

Komponen kegiatan pemberian informasi


Kompenen ini terdiri dari: 1.Pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa
baru, 2.Pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang di pandang
memerlukannya, 3.Pemerian informasi jabatna kepada siswa yang diperkirakan tidak
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang ke lebih tinggi, 4.Pemberian informasi
lanjutan.

c.

Komponen kegiatan konseling


Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengelami masalah yang sifatnya lebih
pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan,
perlu diaihkan kepada pihak lain yang lebih ahli.

d.

Komponen pelaksana
Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru
bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masingmasing.

18
e.

Komponen metode/alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat
berupa : tes psikologi, tes hasil belajarm dokumen, angket, kartu pribadi, brosur atau
poster, konseling, dan sebagainya.

f.

Komponen waktu kegiatan


Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periode,
bilamana peru (insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain
tergantung dari jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

g.

Komponen sumber data


Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan, guru, orang tua,
teman2, sekolah, masyarakat, ataupun instansi.

Mekanisme Implementasi Program diantaranya:


1.

Perencanaan program Bimbingan dan Konseling


Secara umum perencanaan merupakan pedoman yang memberi arah pelaksanaan

Bimbingan dan konseling dalam mencapai tujuannya. Wujud perencanaan adalah persiapan
system, teknik, metode, fasilitas, personalia, waktu dan pencapaian aktivitas bimbingan dan
konseling. Menurut Roeber dalam Organization dan Administration of Guidance Service,
perencanaan awal program bimbingan dan konseling diarahkan untuk menjawab 3 aspek
berikut, yaitu :
a. apakah kebutuhan-kebutuhan bimbingan bagi siswa ?
b. sejauh mana kebutuhan-kebutuhan itu telah dapat dipenuhi dengan kondisi yang
ada sekarang ?
c. bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih baik ?
(Purwanto, 2003 : 32)
2.

Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling


Pelaksanaan program merupakan implementasi program sesuai metode, waktu,

personil, sasaran dan sara yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan program yang telah
ditentukan. Pelaksanaan ini juga didahului pengorganisasian seluruh komponen yang
diperlukan dalam implementasi program. Untuk hal ini perlu ditata, disiapkan, dan
disenergikan komponen-komponen implementasi program.
Mengorganisasikan personil, fasilitas, sarana-prasarana, metode, waktu perlu
dilakukan sehingga seluruh aspek itu siap digerakkan menuju pelaksanaan program secara

19
efektif dan efisien. Kesiapan seluruh komponen tersebut merupakan syarat kelancaran
implementasi masing-masing layanan maupun kegiatan pendukung bimbingan konseling
yang diprogramkan. Dengan demikian hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Mengkoordinasikan sumber-sumber yang diperlukan, meliputi personel, saranaprasarana, dan waktu
2. Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program
3. Melaksanakan

program

(Purwanto,2003:36)

sesuai

rencana

program

yang

telah

ditetapkan.

20
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
3.1.1 Program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi,
dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu yang ditujukan untuk
memberikan layanan khusus untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri.
3.1.2 Langkah-langkah penyusunan program secara sederhana terdiri dari enam tahap
yakni mengidentifikasi, penentuan urutan prioritas, pembahasan konsep program
bimbingan, penyempurnaan konsep, pelaksanaan program, evaluasi, dan revisi.
3.1.3 Layanan

bimbingan

dan

konseling

di

sekolah

dilaksanakan

secara

berkesinambungan dari jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah


Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan Perguruan Tinggi.
Layanan bimbingan pada masing-masing jenjang memiliki karakteristik masingmasing.
3.1.4 Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab
bersama antara personel sekolah, yaitu: kepala sekolah, penyuluh pendidikan
(konselor sekolah), guru penyuluh atau wali kelas, guru, dan petugas administrasi.
3.1.5 Struktur atau pola BK di sekolah terdiri dari orang tua siswa, kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah, instansi pemerintah/swasta, tata usaha, wali kelas,
koordinator BK guru pembimbing, guru mata pelajaran, dan siswa
3.1.6 Mekanisme implementasi program BK di sekolah konselor beserta personal
lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan, perencanaan, dan pelaksanaan.

3.2 Saran
Sebagai calon tenaga pendidik, mahasiswa jurusan bidang kependidikan
diharapkan memahami peran guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
di sekolah. Peranan guru amat penting karena guru merupakan sumber yang sangat
menguasai informasi tentang keadaan siswa.
Untuk keberhasilan pelaksanaan program bimbingan tersebut, layanan
bimbingan di sekolah hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan dari jenjang taman
kanak-kanak samapi jenjang perguruan tinggi. Kerjasama antara berbagai personel
sekolah juga perlu dijaga dalam melaksanakan layanan bimbingan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Pelatihan


Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Prayitno. 2008. Pendidikan Profesi Konseling.BK FIP UNP.
Prayitno & Erman Amti.1999.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, M. Ngalim.2003.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Soetjipto & Raflis Kosasi.1999.Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto & Raflis Kosasi.1995.Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto & Raflis Kosasi.2004.Profesi Keguruan.Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai