Oleh:
Kelompok VII
Kelas 6A
(1213011136)
Ni Luh Okassandiari
(1313011026)
Ni Putu Mirnawati
(1313011079)
REVISI I
Bagian yang direvisi:
-
Redaksi dan penulisan (terkait spasi dan pemberian judul) Ringkasan Eksekutif
Penambahan ucapan terima kasih dan informasi singkat mengenai makalah pada Kata
Pengantar
Kerapian penulisan isi makalah serta revisi beberapa penomoran pada isi masingmasing sub pada Bab II
ii
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Program
Bimbingan di Sekolah. Melalui kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang telah memberikan motivasi dan informasi-informasi terkait
dengan makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi jurusan Pendidikan Matematika, yang telah
memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tak langsung terkait penulisan
makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai program bimbingan di sekolah, yang di dalamnya
meliputi pengertian program bimbingan, langkah-langkah penyusunan program bimbingan,
variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan, tenaga bimbingan di sekolah beserta
fungsi dan peranannya, organisasi bimbingan konseling di sekolah, dan mekanisme
implementasi program bimbingan dan konseling di sekolah.
Penyusunan makalah ini didasarkan pada beberapa buku sumber serta informasi dari
internet. Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui beberapa
komponen yang penting untuk dipahami dalam pelaksanaan program bimbingan di sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan
pendidikan pada umumnya dan pembaca pada khususnya.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, peserta didik harus berkembang secara
optimal dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya
mengembangkan kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah
yang ditemuinya dalam interaksinya dengan lingkungan. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Guru
sebagai salah satu stakeholder pelaksanaan pendidikan di sekolah perlu mengetahui lebih dari
sekadar masalah bagaimana mengajar yang efektif.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Soetjipto dan Rafflis (1995) menyatakan
Profesi Keguruan mempunyai dimensi yang sangat luas dan dalam, mulai dari pemahaman
secara mendalam tentang penguasaan materi ajar sampai kepada pemahaman tentang latar
keadaan (setting) di mana atau dalam lingkungan apa tindakan pendidikan itu harus
dilakukan. Dengan kata lain, seorang guru profesional harus secara tepat menggunakan
pertimbangan profesional (professional judgement) dalam bertindak dan menjawab tantangan
masalah yang dihadapi dalam tugasnya. Ketepatan ini sangat penting karena situasi
pendidikan tidak dapat terulang lagi secara persis, jadi hanya berlangsung sekali saja. Jika
respon yang diberikan guru keliru, maka ia akan kehilangan waktu yang sangat berharga
dalam proses pendidikan yang menjadi tanggungjawabnya.
Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara
optimal, termasuk perkembangan kepribadian siswa. Tujuan dimaksud, salah satunya, dapat
ditempuh melalui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berkenaan
dengan hal itu, makalah ini membahas mengenai program bimbingan di sekolah.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
5. Program itu hendaklah mengarah pada tujuan-tujuan dan masalah-masalah individu
murid-murid, seperti pengertian akan dirinya sendiri, perkembangan dan pengarahan
diri, serta orientasinya terhadap masyarakat.
Prayitno dan Amti (1999) berpendapat, unsur-unsur yang harus diperhatikan dan
menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi kebutuhan siswa, jumlah siswa yang
dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan dan
jenis layanan, volume kegiatan bimbingan dan konseling, dan frekuensi layanan terhadap
siswa. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan
dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi
pribadinya, serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan. Kelengkapan
program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program, disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi dengan
menghindari turnpang tindih yang tidak perlu, serta dibagi-bagi secara logis,
4. Terbuka dan luwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.
5. Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rangka sebesar-besamya
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan
keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan
program
pada
khususnya
dan
peningkatan
keefektifan
dan
keefisienan
5
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
mengembangkan
kemampuan
belajar
dalam
rangka
mengikuti
pendidikan
6
a) Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi tujuan,
kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah bersangkutan untuk
melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan
langkah awal pelaksanaan program.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh
pemimpin sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang
perlunya program bimbingan, serta merumuskan arah program yang akan disusun.
c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan. Panitia ini
bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan disusun, mempersiapkan
bagian organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka dasar dari program
bimbingan yang akan disusun.
d) Pembentukan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas mempersiapkan
program tes, mempersiapkan dan melaksanakan sistem pencatatan, dan melatih para
pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan program tersebut.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat diwujudkan dengan
baik.
Selanjutnya, Soetjipto dan Raflis (2004) memberikan langkah-langkah penyusunan
program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan
kegiatan bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan
personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal
yang perlu ditangani oleh konselor.
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan personalia yang akan
melaksanakan program kegiatan itu serta sasaran dari program tersebut.
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan
mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan
program tersebut.
d) Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
e) Pelaksanaan program yang telah direncanakan.
f) Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui bilamana ada bagian-bagian yang tidak terlaksana dan seterusnya dicari
faktor-faktor penyebabnya.
7
g) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk
program berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga terwujudlah program bimbingan yang lebih sempurna.
Terciptanya program bimbingan yang baik telah merupakan sebagian dari keberhasilan
pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan, dari tingkat taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Program Bimbingan di Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk pendidikan formal, namun
tenaga-tenaga pendidiknya juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan.
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak hendaknya ditekankan pada:
a) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin
hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
b) Bimbingan pribadi, seperti penumpukan disiplin diri dan memahami perintah.
Layanan bimbingan untuk anak taman kanak-kanak perlu dilakukan untuk
memnuhi kebutuhan psikologis.
9
pengetahuan dari pemahaman untuk pendidikan lanjutan, serta mengembangkan kata
hati sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
Hambatan dari pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:
kurang kepercayaan diri, kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya
kegelisahan, dan kurangnya semangat kerja keras. Sehingga program bimbingan
hendaknya diarahkan atau ditekankan pada penanggulangan masalah itu sehingga
mereka dapat mencapia tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya
berorientasi kepada:
a) Bimbingan belajar
b) Bimbingan tentang hubungan muda-mudi
c) Bimbingan mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15
tahun
e) Bimbingan karier
sesuai
dengan
potensi-potensi
yang
dimilki
dan
mampu
10
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan
kepada masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program
bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik
2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.
11
ternyata siswa tersebut memiliki sifat yang pemalu. Saat keadaan seperti itu bimbingan
dan konseling diperlukan dan seluruh personel sekolah ikut membantu.
Konselor di sekolah terdiri atas (dalam Soejipto, 1999: 100):
a) Kepala sekolah
b) Guru konselor atau guru pembimbing
c) Tenaga khusus atau psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter dan juru rawat.
Sedangkan dalam Kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan
dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri atas: (a) kepala sekolah,
(b) penyuluh pendidikan (konselor sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d) guru,
dan (e) petugas administrasi. Rinciannya sebagai berikut.
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah memiliki peranan atau tugas dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling. Tugas-tugasnya sebagai berikut.
a) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.
b) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan.
c) Mengawasi pelaksanaan program.
d) Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan penyuluhan.
e) Mempertanggungjawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah) maupun ke
luar (masyarakat).
f) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka
kerja sama pelaksanaan bimbingan.
g) Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
12
f) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin berkembang.
g) Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya
yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan komulatif siswa.
h) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rancana
tindakan prositif terhadap siswa.
i) Menyelenggarakan pertemuan staf.
j) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
k) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan
menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.
l) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan
program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survey dalam masyarakat
sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.
m) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan kokurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat, dan kebutuhannya.
n) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode
mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing
siswa.
o) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya
terhadap siswa putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang
berhubungan dengan program bimbingan secara tetap.
p) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan
rumah.
q) Menyelenggarakan pembicaraan kasus.
r) Mengadakan wawancara latihan bagi para petugas bimbingan.
s) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan.
t) Melakukan alihtangan masalah siswa kepada lembaga atau ahli lain yang lebih
berwenang.
13
b) Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
c) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa.
d) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
e) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.
f) Mengadakan kegiatan orientasi.
g) Memberikan penerangan.
h) Mengatur dan menempatkan siswa.
i) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi.
j) Bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram.
k) Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan
psikologis oleh tim ahli.
l) Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan.
m) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus.
4. Guru/Pengajar
Peran dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling sangat diharapkan karena guru memiliki kesempatan lebih banyak bertatap
muka dengan siswa dan bisa secara langsung berinteraksi dengan siswa. Adapun tugas
dan peranan guru dalam kegiatan ini sebagai berikut.
a) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan
dan konseling.
b) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.
c) Memberikan layanan instruksional.
d) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
e) Memberikan informasi kepada siswa.
f) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
g) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
h) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
i) Bekerjasama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
j) Membantu memecahkan masalah siswa.
k) Mengirimkan masalah siswa yang tidak dapat diselesaikan kepada konselor.
l) Mengidentifikasi, menyalurkan, dan membina bakat.
14
5. Petugas Administrasi
Keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah juga memerlukan
keterlibatan dari petugas administrasi di sekolah yang bersangkutan. Adapun tugas
dan peranannya sebagai berikut.
a) Mengisi kartu pribadi siswa.
b) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.
c) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
d) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan.
e) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa.
15
16
penyelenggaraan pelayanan BK di sekolah. Dalam hal ini pengawas sebagaimana
dimaksudkan dalam petunjuk pelaksanaan BK di sekolah.
Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas membantu guru
pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan BK di
sekolah, membantu mempersiapkan seluruh kegiatan BK, membantu menyiapkan sarana
yang diperlukan dalam layanan BK dan membantu melengkapi dokomen tentang siswa
seperti catatan komulatif siswa.
Wali Kelas sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan dan
konseling wali kelas berperan membantu mengelola kelas tertentu. Dalam pelayanan
Bimbingan Konseling, wali kelas berperan dengan cara mengumpulkan data tentang
siswa, menyelenggarakan penyuluhan, meneliti kemajuan dan perkembangan siswa,
pengaturan dan penempatan siswa, dan mengidentifikasi siswa sehari-hari.
Koordinator BK (bersama konselor sekolah) adalah pelaksana utama pelayanan
BK. Guru (Mata pelajaran atau praktik), adalah pelaksana pengajaran dan praktik /
latihan. Wali kelas, adalah guru yang ditugasi secara khusus untuk mengurusi pembinaan
dan adminstrasi (seperti nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) satu kelas tertentu.
Siswa, adalah peserta didik yang menerima pelayanan pengajaran, praktik / latihan, dan
bimbingan di SD, SMP, SMA/SMK, dan sederajat. Tata Usaha, adalah pembantu Kepala
Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi dan ketatausahaan. Komite Sekolah, adalah
organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua dan tokoh masyarakat, yang
berperan membantu penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan. Sifat
hubungan antara pola-pola di atas dapat diartikan variatif. Hubungan antara unsur
Kandepdiknas dengan Kepala Sekolah dan koordinator BK adalah hubungan
administratif. Hubungan antara Koordinator BK dengan Guru dan Wali Kelas adalah
hubungan kerja sama sekaligus koordinatif bila ditinjau dari garis administrasi Kepala
Sekolah ke bawah. Sedangkan hubungan Koordinator BK ( dan Guru pembimbing /
Konselor Sekolah), Guru Mata Pelajaran, Wali Kelas, dengan siswa adalah hubungan
layanan.
Guru Mata Pelajaran sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran
tertentu dan sebagai personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa,
peranan guru mata pelajaran dalam pelayanan bimbingan konseling adalah membantu
memasyarakatkan pelayanan Bimbingan Konseling kepada siswa, membantu guru
Bimbingan Konseling / konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
Bimbingan Konseling, mengalih tangankan (liferal) siswa yang memerlukan layanan
17
Bimbingan Konseling kepada konselor, menerima siswa alih tangan dari guru Bimbingan
Konseling, yaitu siswa yang menurut guru Bimbingan Konseling memerlukan pelayanan
pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan, program pengajaran, membantu
mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang
menunjang pelaksanaan pelayanan Bimbingan Konseling, memberikan kesempatan dan
kemudahan
kepada
siswa
yang
memerlukan
layanan
Bimbingan
Konseling.
b.
c.
d.
Komponen pelaksana
Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru
bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masingmasing.
18
e.
Komponen metode/alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat
berupa : tes psikologi, tes hasil belajarm dokumen, angket, kartu pribadi, brosur atau
poster, konseling, dan sebagainya.
f.
g.
Bimbingan dan konseling dalam mencapai tujuannya. Wujud perencanaan adalah persiapan
system, teknik, metode, fasilitas, personalia, waktu dan pencapaian aktivitas bimbingan dan
konseling. Menurut Roeber dalam Organization dan Administration of Guidance Service,
perencanaan awal program bimbingan dan konseling diarahkan untuk menjawab 3 aspek
berikut, yaitu :
a. apakah kebutuhan-kebutuhan bimbingan bagi siswa ?
b. sejauh mana kebutuhan-kebutuhan itu telah dapat dipenuhi dengan kondisi yang
ada sekarang ?
c. bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih baik ?
(Purwanto, 2003 : 32)
2.
personil, sasaran dan sara yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan program yang telah
ditentukan. Pelaksanaan ini juga didahului pengorganisasian seluruh komponen yang
diperlukan dalam implementasi program. Untuk hal ini perlu ditata, disiapkan, dan
disenergikan komponen-komponen implementasi program.
Mengorganisasikan personil, fasilitas, sarana-prasarana, metode, waktu perlu
dilakukan sehingga seluruh aspek itu siap digerakkan menuju pelaksanaan program secara
19
efektif dan efisien. Kesiapan seluruh komponen tersebut merupakan syarat kelancaran
implementasi masing-masing layanan maupun kegiatan pendukung bimbingan konseling
yang diprogramkan. Dengan demikian hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Mengkoordinasikan sumber-sumber yang diperlukan, meliputi personel, saranaprasarana, dan waktu
2. Menyusun instrument pengukuran keberhasilan program
3. Melaksanakan
program
(Purwanto,2003:36)
sesuai
rencana
program
yang
telah
ditetapkan.
20
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
3.1.1 Program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi,
dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu yang ditujukan untuk
memberikan layanan khusus untuk membantu individu dalam mengadakan
penyesuaian diri.
3.1.2 Langkah-langkah penyusunan program secara sederhana terdiri dari enam tahap
yakni mengidentifikasi, penentuan urutan prioritas, pembahasan konsep program
bimbingan, penyempurnaan konsep, pelaksanaan program, evaluasi, dan revisi.
3.1.3 Layanan
bimbingan
dan
konseling
di
sekolah
dilaksanakan
secara
3.2 Saran
Sebagai calon tenaga pendidik, mahasiswa jurusan bidang kependidikan
diharapkan memahami peran guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling
di sekolah. Peranan guru amat penting karena guru merupakan sumber yang sangat
menguasai informasi tentang keadaan siswa.
Untuk keberhasilan pelaksanaan program bimbingan tersebut, layanan
bimbingan di sekolah hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan dari jenjang taman
kanak-kanak samapi jenjang perguruan tinggi. Kerjasama antara berbagai personel
sekolah juga perlu dijaga dalam melaksanakan layanan bimbingan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA