Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN DAN MODEL


DESAIN INSTRUKSIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Perkuliahan


“Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran”
Fakultas Kegunaan dan Ilmu Pendidikan

Disusun Oleh
KELOMPOK VIII

SILPI AYU NINGSIH


SALMAULIANA
RISKI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat,

hidayah dan karunia-Nyalah sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat menyelesaikan

makalah kami yang berjudul “Model Pembelajaran dan Model Desain Intruksional”. Tidak

lupa pula salam serta Shalawat kami curahkan kepada junjungan Nabi besar kita , Rasulullah

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang

benderang seperti saat sekarang ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan.

Oleh karena itu, dengan penuh rendah hati kami sangat mengharapkan saran dan kritikan dari

para pembaca , agar kedepannya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi .

Akhir kata, kami ucapakan terima kasih atas kesediaan para pembaca untuk

meluangkan waktunya demi membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Aamiin…

Watampone, Oktober 2021

Penulis

KELOMPOK VIII

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 1

A. Permasalahan ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB III Pembahasan ......................................................................................................... 3

A. Model Model Pembelajaran ..................................................................................... 3

B. Medel Desain Instruksional ...................................................................................... 8

BAB III Penutup ............................................................................................................... 14

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................................................ 15

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

Menyusun perencanaan merupakan langkah penting agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien, perencanaan adalah

tindakan yang dilakukan oleh guru sebelum memulai proses pembelajaran di

kelas, sedangkan merancang atau mendesain pembelajaran harus dilakukan oleh

guru- guru sebelum memasuki kelas terutama yang berkenaan dengan rumusan

tujuan intruksional, rumusan instruksional akan dapat menentukan strategi dan

metode yang harus diterapkan guru di depan kelas untuk menyampaikan atau

mengkomunikasikan materi pelajaran kepada siswasiswa, guru harus memiliki

perencanaan sebelum memulai proses pembelajaran.

Pertama, lahirnya UU No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Kedua, UU No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dua kebijakan

tersebut berimplikasi pada kebijakan penyelenggara perubahan sistem pengolaan

pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik. Artinya apabila

sebelumnya pengelolaan pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan

berlakunya undang-undang tersebut kewenanangan pengelolaan pendidikan

berada pada pemerintahan daerah (kota atau kabupaten).

Berdasarkan pemaparan di atas dan tugas Mata Perkuliahan Teknologi

Pendidikan Dalam Pembelajaran, penulis akan mengkaji dan membahas tugas ini

dengan judul “ Model – Model Pembelajaran dan Model Desain Instruksional.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya

maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud Model Pembelajaran dan bagaimana

penjelasan model pembelajaran tersebut ?

2. Apakah yang dimaksud Model Desain Instruksional dan bagaimana

penjelasan tentang Desain Instruksional ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami hal- yang berkaitan dengan Model-Model

Pembelajaran.

2. Mengetahui dan memahami hal yang berkaitan dengan Model Desain

Instruksional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model-Model Pembelajaran

a. Defenisi Model – Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

metode, strategi, dan tehnik pembelajaran.1

Berikut ini disajikan model pembelajaran yang umum dan sering

dilakukan oleh guru dalam praktik pembelajaran di kelas dan beberapa model

pembelajaran yang relatif baru yang lagi "naik daun" di Indonesia dalam praktik

pembelajaran di kelas yang sengaja diperkenalkan pada kesempatan ini.

1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural

(pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu), pengetahuan deklaratif

(pengetahuan tentang sesuatu), dan mengembangkan keterampilan belajar.

Pembelajaran langsung yang terfokus pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan

teori belajar sosial. Model pembelajaran langsung dirancang secara khsus untuk

mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan

deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi

selangkah. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat

1 Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, “Model Pembelajaran”. ( Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2012 ). h. 19

3
penting. Guru mengawali pelajaran dengan menjelaskan tentang tujuan dan latar

belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa menerima penjelasan guru.

Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang

diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk

juga pemberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan

pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan

pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang

dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

2. Belajar Secara Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran

langsung. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengajarkan materi

yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar

manusia. Misalnya, telah dibuktikan bahwa pembelajaran kooperatif sangat efektif

untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnik dalam kelas yang bersifat

multikultural, dan hubungan antara siswa biasa dengan penyandang cacat.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction)

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Pembelajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk tujuan semacam ini.

Model pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk

4
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan

mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang

otonom dan mandiri.

4. Pembelajaran Diskusi Kelas

Terlepas dari pendekatan pembelajaran yang digunakan, pada saat-saat

tertentu selama berlangsungnya pembelajaran, diperlukan dialog antara guru dan

siswa, serta antara siswa dengan siswa. Diskusi adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya dialog tersebut. Sintaks

diskusi berbeda dengan sintaks model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi

dapat terjadi pada pembelajaran kooperatif, antara guru dan sejumlah siswa pada

pembelajaran berdasarkan masalah, dan resitasi pada pembelajaran langsung.

5. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model)

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Karplus dalam proyek

SCIS (Science Curriculum Inprovement Study) tahun 1970-an di Amerika Serikat.

Model pembelajaran ini terdiri atas tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya,

yaitu sebagai berikut: eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep.

6. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (Science

Technology and Society)

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert R. Yager dan kawan-

kawannya pada tahu 1983 di University of Iowa, Iowa, USA. Dalam

mengembangkan model tersebut mereka bekerja sama dengan banyak guru setiap

5
tahunnya. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengajar

untuk mencapai lima tujuan pembelajaran sains, meliputi ranah (domain) konsep,

proses, aplikasi, kreativitas, dan sikap. Domain konsep, menitikberatkan pada

muatan

7. Model Pembelajaran Sains Berbasis Etika

Model pembelajaran ini berkembang pada tahun 1970-an di beberapa

negara barat yang didasarkan atas adanya tekanan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di masyarakat yang tidak dapat

diimbangi dengan perkembangan nilai-nilai etika dan moral di masyarakat.

Akibatnya di kalangan para ahli sains dan masyarakat terjadi kesenjangan

pemahaman terhadap nilai-nilai etika dan moral kemasyarakatan (Macer, 1995)

Para ahli pembelajaran sains telah merancang suatu model pembelajaran yang

dapat menjembatani kesenjangan nilai-nilai etika dan moral tersebut dengan cara

mengimplementasikan berbagai macam situasi riil dalam kehidupan sehari-hari

tentang isu-isu sains yang berkaitan dengan etika dan moral di kelas sains maupun

kelas non-sains.2

b. Pola – Pola Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam

memilihnya, yaitu:

2Dr. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes, “Sintaks 45 Metode Pembelajaran” Cetakan Pertama, ( Malang : Malang
Press, 2016 ), h.11 – h. 18

6
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan–

pertanyaan yang dapat diajukan adalah : a) Apakah tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian,

sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan

domain kognitif, afektif atau psikomotor? b) Bagaimana kompleksitas

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? Dan c) Apakah untuk mencapai

tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori

tertentu? b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu

memerlukan prasyarat atau tidak? c) Apakah tersedia bahan atau sumber–

sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?

3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa: a) Apakah model

pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik? b) Apakah

model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta

didik? c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar

peserta didik?

4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis: a) Apakah untuk mencapai

tujuan cukup dengan satu model saja? b) Apakah model pembelajaran

yang kita tetapkan dianggap satu–satunya model yang dapat digunakan? c)

Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi.3

3Nurdyansyah, M.Pd, Eni Fariyanul Fahyuni, M.Pd.I, “Inovasi Model Pembelajaran, Sesuai Kurikulum 2013”. Cetakan
Pertama. (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016 ) h. 21

7
c. Ciri – Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri–ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

2. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di

kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas

dalam pelajaran mengarang.

3. Memiliki bagian–bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah–

langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip–prinsip reaksi, (3)

sistem sosial, dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut

merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model

pembelajaran.

4. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi : (1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat

diukur, (2) dampak pengiring, yaitu hasil belajr jangka panjang.

5. Membuat persipan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.4

B. Model Desain Instruksional

a. Pengertian Model Desain Instruksional

Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan sebagai

proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses

perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan,

4Nurdyansyah, M.Pd, Eni Fariyanul Fahyuni, M.Pd.I, “Inovasi Model Pembelajaran, Sesuai Kurikulum 2013”. Cetakan
Pertama. (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016 ) h. 25

8
perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta

perencanaan evaluasi keberhasilan.5

Dengan kata lain, desain insruksional membantu para pendidik dan

pendesain instruksional menciptakan atau merancang pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan instruksional, efektif dan efisien. Sehingga dalam prosesnya akan

tercipta proses komunikasi dan pembelajaran yang aktif dan interaktif di antara

pendidik dan peserta didik.

Ciri utama desain pembelajaran adalah adanya dugaan bahwa prinsip-

prinsip dan prosedur-prosedurnya didasarkan pada hasil penelitian. Sifat

penelitian ini beragam, mulai dari penelitian tradisional eksperimen terkontrol,

penelitian pengembangan, sampai pada analisis kualitatif studi kasus. Meskipun

perspektif desain alternatif sudah mulai muncul, semuanya tidak terlepas dari

dukungan atau tuntunanteori yang mantap.6

Desain instruksional adalah suatu proses sistematis, efektif, dan efesien

dalam menciptakan sistem intruksional untuk memecahkan masalah belajar atau

peningkatan kinerja peserta didik melalui serangkaian kegiatan pengidentifikasian

masalah, pengembangan, pengevaluasian.7

Menurut Jerrold E. Kemp Desain intruksional adalah tata cara yang di

pakai untuk melaksanakan proses pembelajaran, pada waktu itu para psikolog

memperkenalkan teori baru tentang proses pembelajaran manusia, termasuk

5 Wina Sanjaya, “Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), h. 66.
6 Barbara B. Seels, Rita C. Richey, Teknologi Pembelajaran (Definisi dan Kawasannya), (Jakarta: LPTK UNJ, t.t.), h. 78
7 M. Atwi Suparman, Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan Desain Sistem

Instruksional Modern, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 86

9
pentingnya merinci tugas yang akan dipelajari dan dilaksanaka dan kebutuhan

siswa untuk berperan aktif agar mereka benar-benar belajar.8

Menurut Yaumi suatu pembelajaran yang tidak didesain secara sistematis

tidak dapat memperoleh hasilyang maksimal. Sebaliknya, keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada sejauh mana pembelajaran itu

di desain atau direncanakan9

b. Unsur – Unsur Desain Instruksional

Ada empat unsur yang saling berkaitan dalam desain pembelajaran yaitu

Sebagai kerangka acuan perencanaan pembelajaran bersistem meliputi unsur

siswa, tujuan, metode dan evaluasi. Untuk mendesain pembelajaran Jerrold E

Kemp menganjurkan kepada guru dan dosen dengan memperhatikan latar

belakang siswa dari segi akademik dan sosial. Unsur desain pembelajaran

meliputi sepuluh hal yaitu :

1) Kajian kebutuhan belajar beserta tujuan pencapaiannya, kendala dan

prioritas yang harus diketahui

2) Pemilihan pokok bahasan atau tugas untuk dilaksanakan berdasarkan

tujuan umum yang akan dicapai

3) Mengenali ciri siswa

4) Menentukan isi pelajaran dan unsur tugas berdasarkan tujuan

5) Menentukan tujuan belajar yang akan dicapai beserta tugas

6) Desain kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

8 Martinis Yamin, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta :Gaung
Persada Press, 2009)h.58
9 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 3

10
7) Memilih media yang akan dipergunakan

8) Memilihkan pelayanan penunjang yang pelukan

9) Memilihkan evaluasi hasil belajar siswa

10) Memilih uji awal kepada siswa10

Model desain sistem intruksioanal berorientasi pencapaian kompetensi

(DSIPK) yang berkenaan dengan proses pembelajaran dapat membantu proses

belajara peserta didik, dimana proses belajar itu memiliki tahapan jangka pendek

dan tahapan jangka panjang.

Peserta didik dapat mempelajari suatu materi pembelajaran yang

didalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang

diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan,

termasuk metode, teknik, dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik

evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.

Model desain sistem intruksional berorientasi pencapaian kompetensi (

DSIPK) diharapkan dapat digunakan oleh setiap guru sebagai pedoman untuk

mengembangkan sistem intruksional sesuai dengan karakteristik kurikulum yang

berorientasi pencapaian kompetensi, dan menekankan pada proses merancang

program pembelajaran untuk membantu proses belajar peserta didik, dengan

demikian pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain

pembelajaran peserta didik itu sendiri sebagai individu yang akan belajar dan

mempelajari bahan pelajaran, guru yang memandang anak didik sebagai pribadi

yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang

10 Dr. Meriyati, M.Pd, “Orientasi Baru Desain Pembelajaran”. Cetakan Pertama ( Lampung : Fakta Press, 2019 ), h.4 – h.5

11
memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan

dalam segala hal maka pentingnya meluruskan pandangan yang keliru dalam

menilai anak didik sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu

dengan segala perbedaan.11

c. Perlunya Pengembangan Desain Instruksional

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi

komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan

secara efektif antara guru dan peserta didik. Model-model desain rencana

pembelajaran adalah model PPSI, model Banathy, model Kemp, model Gerlach &

Elly, model Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE, dan model Hanafin

and Peck dan lainnya.

Konsep pendekatan sistem pada hakekatnya adalah proses menemukan

suatu cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari alternatif

pemecahannya.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks,

terdiri atas banyak komponenyang satu sama lain harus bekerja bersama secara

baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya Dengan Sistem Instruksional

Semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang

dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya. Sedangkan pada

disain instruksional menurut Briggs, Keseluruhan proses analisis kebutuhan dan

tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya

untuk memenuhi kebutuhan tersebut (termasuk pengembangan paket pelajaran,

11Urika, Implementasi Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMP N 3 BANDAR LAMPUNG, (
Program Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri, Lampung: 20017) h. 39

12
kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar).

Lebih lanjut Briggs menyatakan bahwa disain Sistem Instruksional? Pendekatan

secara sistematis dlm perencanaan dan pengembangan sarana serta alat utk

mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Yang dimaksud dengan

Pengembangan sistem instruksional menurut Ely adalah proses secara sistematis

dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan

pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan.

Sedangkan menurut Carey, yang dimaksud dengan Pengembangan sistem

instruksional adalah "suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dari

kondisitertentu yang menyebabkan siswadapat berinteraksi sedemikian

rupasehingga terjadi perubahan didalam tingkah lakunya".12

12Dr. Meriyati, M.Pd, “Orientasi Baru Desain Pembelajaran”. Cetakan Pertama ( Lampung : Fakta Press, 2019 ), h.22 –
h.24

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa poin pembahasan makalah ini maka penulis

menarik kesimpulan. Adapun beberapa hal yang dapat di simpulkan yaitu :

1. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik

pembelajaran.

2. Beberapa model pembelajaran yang sering digunakan oleh para guru

yaitu :

a. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

b. Belajar Secara Kooperatif (Cooperative Learning)

c. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based

Instruction)

d. Pembelajaran Diskusi Kelas

e. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model)

f. Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (Science

Technology and Society)

g. Model Pembelajaran Sains Berbasis Etika

3. Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan

sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan

14
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran

beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber

pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi

keberhasilan.

B. Saran

Kami yakin dan sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan. Sehingga dalam penyempurnaan kedepannya, masukan,

inovasi, dan motivasi sangatlah kami butuhkan. Atas kerjasama dari teman

kelompok VIII, akhirnya penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Helmiati Hj. 2012, Model Pembelajaran. Cet-1, Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Budiyanto Krisno Agus Moch. H. 2016. Sintaks 45 Metode Pembelajaran.


Cetakan Pertama, Malang : Malang Press

Fahyuni Fariyanul Eni, Nurdyansyah. 2013. Inovasi Model Pembelajaran, Sesuai


Kurikulum. Cetakan Pertama. Sidoarjo : Nizamia Learning Center

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sitem Pembelajaran, Jakarta:


Kencana Prenada Media Grup

Seels Barbara B., Richey Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran (Definisi dan
Kawasannya), Jakarta: LPTK UNJ, t.t

Suparman M. Atwi. 2012. Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan


Desain Sistem Instruksional Modern, Jakarta: Erlangga

Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan


Pendidikan, Jakarta :Gaung Persada Press, 2009

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta:


Kencana

Meriyati, Dr. 2019. Orientasi Baru Desain Pembelajaran. Cetakan Pertama.


Lampung : Fakta Press

Urika. 2017. Implementasi Manajemen Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam SMP N 3 BANDAR LAMPUNG, Program Manajemen
Pendidikan Islam : Universitas Islam Negeri Lampung

16

Anda mungkin juga menyukai