Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Sosiologi Pendidikan Agama Rahmi Rabiati, M. Ag

KODE ETIK GURU DAN PENERAPANNYA DALAM


BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN GURU

Disusun Oleh:
Ainah : 19.01.11.1429
Fadillah : 19.01.11.1443

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, karunia serta limpahan-Nya kepada kami sehingga kami berhasil

menyelesaikan Makalah yang berjudul “Kode Etik Guru Dan Penerapannya

Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Guru” yang Alhamdulillah bisa kami

selesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dari Dosen Etika Guru

Ibu Rahmi Rabiati, M. Ag. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi

dan tambahan pengetahuan kepada kita semua tentang Etika Guru.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Kode Etik Guru...........................................................................3

B. Penerapan Kode Etik Guru...........................................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

Simpulan............................................................................................................12

DAFTAR ISI..........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kode etik dirumuskan hanya untuk kepentingan suatu

organisasi profesi itu saja. Namun dapat diketahui bahwa setiap profesi memiliki

organisasitersendiri, sama seperti halnya guru. Guru di Indonesia memiliki

organisasi profesiyang dibentuk pada 25 November 1945 yang bernama Persatuan

Guru RepublikIndonesia (PGRI). Dengan adanya organisasi profesi guru maka

terdapat pula kode etikorganisasi tersebut atau profesi tersebut. Kode etik yang

merupakan norma- norma yangharus dilaksanakan oleh para anggota profesi guru

dalam menjalankan profesinya sebagai guru1.

Namun, permasalahan sebenarnya terjadi sebab tidak semua guru dapat

mengertiakan posisinya dan tugasnya dalam porfesinya. Kadang sebagian guru

hanyamenganggap itu sebagai tugas di sekolah, dan harus dilakukan di sekolah

pula. Makadari itu tidak banyak guru yang tidak dapat dicontoh. Dalam organisasi

profesikeguruan, guru bukan sekadar tokoh bagi peserta didik, namun juga harus

menjadicontoh bagi peserta didik. Selayaknya guru harus menjadikan lidahnya

sebagai hatinya,dan ucapannya sebagai perbuatannya, dan inilah contoh yang

harus diberikan terhadap peserta didik. Dan implementasi dari ucapannya tidak

hanya sebatas gerbang atau pintusekolah, namun juga berada di tengah

1
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 154.

1
2

masyarakat. Oleh sebab itu, dibuatlah kode etik guru agar guru dapat

menunjukkan jati dirinya sebagai guru. Sebab, kode etik guru initidak hanya

berfungsi di dalam lingkungan sekolah atau untuk dilaksanakan pada saat bertugas

disekolah. Guru juga harus melaksanakan kode etik profesinya di

lingkunganmasyarakat sekitar. Sebab, guru harus mengetahui bahwa di

masyarakat guru tetaplahguru. Maka dari itu, guru juga harus mengetahui bahwa

tugasnya dalam profesi guru bukan hanya dilingkup sekolah namun juga

masyarakat sekitar kehidupannya. Hal iniharus dilakukan, sebab guru harus bisa

dan layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

khususnya bagi peserta didik. Dengan begitu,guru dapat menempatkan dirinya

menjadi terhormat baik di sekolah maupun bermasyarakat.

Seperti yang kita ketahui bahwa, orang hanya dapat berbicara saja namun

tidakdapat menerapkannya. Sebenarnya, semua profesi itu tugasnya tidaklah

mudah sepertiyang dibayangkan termasuk profesi guru. Menjadi guru merupakan

tugas yang susah,sebab harus dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan perubahan-perubahan yang dapat menjadikan sumber daya manusia

menjadi berkualitas. Perubahansumber daya manusia berkualitas sesuai dengan

aspek kurikulum yang dianut bangsaIndonesia yakni aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik. Oleh sebab itu, guru harusdapat menerapkan kode etik profesinya

agar dapat menjadikan sumber daya manusia bangsa Indonesia menjadi

berkualitas dengan karakter-karakter yang diharapkan pendidikan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kode etik guru?
3

2. Bagaimana penerapan kode etik guru?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru

Sebelum jauh membahas tentang kode etik guru ada baiknya mengetahui

maknaguru itu sendiri. Kata guru dalam dunia pendidikan sama dengan pendidik.

Pendidikadalah orang yang bertanggungjawab kepada peserta didik dengan

berbagai istilahuntuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki peserta

didik2. Dan AhmadTafsir mengatakan yang dikutip oleh Zulkipli Nasution, bahwa

pendidik adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap peserta didik

dengan mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif,

maupun psikomotorik3. Dalam upaya mengantarkan peserta didik yang baik, maka

ada aturan yang harus dilaksanakan oleh pendidik yang disebut dengan kode etik

guru.

Secara bahasa kode etik terdiri atas dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Kata kode

dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti kesepakatan. Sedangkan kata etik berarti

aturansusila atau sikap4.

Jadi kode etik merupakan suatu kesepakatan yang mengatur sikap

seseorang dalam bertindak. Kode etik menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1974

2
Syafaruddin, dkk. Sosiologi Pendidikan, (Perdana Publishing : Medan, 2017) h. 118
3
Zulkipli Nasution, Al Quran Sumber Wawasan Pendidikan dan Sains Teknologi, (CV.
WidyaPuspita : Medan, 2019) h. 155
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta :
PusatBahasa, 2008) h. 736

4
5

tentang pokok-pokok kepegawaian adalah suatu pedoman, tingkah laku dan

perbuatan dalam dan di luarkedinasan5.

Kemudian dari Ketua Umum PGRI tahun 1973, Basuni yang dikutip

olehRamayulis, bahwa kode etik guru merupakan dasar atau landasan moral

pedomantingkah laku seorang guru dalam melaksanakan panggilan

pengabdiannya bekerja sesuai profesinya yakni sebagai guru6.

Di dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen pasal 43, telah

dipaparkan bahwa, dalam menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat

guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru

membentuk kode etik, kodeetik yang dimaksud berisi norma dan etika yang

mengikat prilaku guru dalam pelaksanan tugas keprofesionalannya7.

Menurut Soetopo, kata etik adalah tata susila atau hal-hal yang

berhubungandengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan8. Namun

secara harfiah, kodeetik berarti sumber etik. Etik yang artinya adalah tata susila

atau hal-hal yang berkaitan dengan kesusilaan dalam melaksanakan suatu pekerja

atau yang sering disebut dengan etika9.

Dari pengertian tersebut, Sardiman mengemukakan bahwa kode etik

gurumerupakan suatu tata susila atau aturan-aturan tentang profesi seorang guru

yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan profesi guru yang dilihat dari segi

susila. Susila yang dimaksudkan ialah, suatu hal yang berkaitan dengan baik dan
5
Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), h. 66
7
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
8
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta :PT. Bina Aksara, 1988) h. 281
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.
151
6

tidak baikmenurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku. Dalam artian susila

yang dimaksudkan adalah kesopanan, sopan santun, dan keadaban10. Menurut

Westby danGibson yang dikutip oleh Sardiman mengatakan bahwa kode etik guru

merupakan suatu statement formal yang berisikan norma-norma serta aturan tata

susila untuk mengaturtingkah laku guru agar menangkal dari kecendrungan

manusiaw guru dari penyelewengan.

Kemudian oleh Siswanto mengatakan pula bahwa kode etik guru adalah

suatu pedoman sikap dan prilaku yang bertujuan untuk

menempatkan seseorang profesi gurumenjadi terhormat, mulia, dan bermartabat

yang dilindungi oleh undang-undang11. Amiruddin dan Hidayat mengemukakan

bahwa kode etik guru adalah sekumpulan nilai-nilai dan norma-norma profesi

guru yang tersusun dengan baik dan sistematisdalam suatu sistem yang utuh dan

bulat yang menjadi pedoman atau landasan moral dantingkah laku bagi setiap

guru dalam melaksanakan tugas serta pengabdiannya sebagaiseorang guru, baik di

dalam lingkungan sekolah maupun dikehidupan sehari-hari dimasyarakat12.

Sejalan dengan itu, Rusydi mengatakan bahwa kode etik merupakansuatu

nilai-nilai dan norma-norma tertentu yang menjadi pegangan serta

pedomanseorang guru agar diakui serta dihargai masyarakat13.

Masih membahas tentang defenisi kode etik guru, Herwina juga

mengemukakan pendapatnya yang tidak jauh berbeda dengan pendapat
10
Ibid,h. 152
11
Siswanto, Etika Profesi Guru Pendidikan Islam, (Surabaya : Pena Salasbila, 2013), h.
24
12
Amiruddin dan Hidayat, Konsep-Konsep Keguruan dalam Pendidikan Islam,
(Medan :LPPI, 2017), h. 107
13
Rusydi Ananda, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Medan : LPPI, 2018),
h. 9
7

sebelumnya, ia mengatakan bahwa kode etik merupakan suatu norma

yang berisikan petunjuk-petunjuk yang harusdilaksanakan dan larangan-larangan

yang harus dijauhkan atau ketentuan-ketentuantentang apa saja yang boleh

diperbuat oleh guru yang harus ditaati oleh guru dalammelaksanakan tugasnya

dan dalam hidupnya di masyarakat14. Namun, ada pendapatyang berbeda yang

dikemukakan oleh Damsar tentang kode etik guru ini, ia

mengatakan bahwa kode etik guru adalah seperangkat atau sekumpulan aturan unt

uk mempertegasdan mengkristalisasi kedudukan serta peranan guru dan untuk

melindungi profesinya15.

Tak ketinggalan pula dari tokoh pemikir Islam, Al Kannani juga

mengemukakan pendapatmya tentang kode etik guru ini. Ia mengatakan bahwa

kode etik guru merupakan suatu batasan bersikap dan bertindaknya seorang

guru16. Beliau mengemukakan pendapat tersebut atas dasar bahwa keberhasilan

suatu pendidikan dilihat dari tingkat kepatuhan guru terhadap kode etik

profesinya. Dari sekian banyaknya pendapat para tokoh pendidikan yang telah

dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kode etik guru merupakan

suatukumpulan perangkat yang berisikan nilai dan norma serta petunjuk bagi guru

dalam bertindak di sekolah dan di masyarakat yang harus dilaksanakan oleh guru 

dalammelaksanakan tugasnya. Kemudian disamping itu pula, aturan, nilai atau

norma yangharus dilaksanakan oleh guru, pasti sudah tertulis di dalam organisasi

profesi guru atau pendapat-pendapat ahli pendidikan. Dikutip dari Sardiman, kode


14
Herwina Bahar, Etika Porfesi Kependidikan, (Jakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2016), h. 37
15
 Damsar , Pengantar Sosiologi Pendidikan h. 155
16
Ali Mudlofir, “Pemikiran dan Kode Etik Pendidikan dalam Pemikiran Abu Ishaq
AlKannani”, Jurnal Studi Keislaman,Vol. XV, No. 1, Tahun 2011, h. 21
8

etik yang telah dirumuskan sesuai dengan kongresPGRI XIII, yang terdiri dari

sembilan item berikut ini:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk

membentukmanusia pembangunan yang ber-Pancasila. Rumusan pertama

ini bermaksudagar guru secara ikhlas mengabdikan dirinya dalam

menuntun peserta didikmenjadi manusia seutuhnya secara jasmani dan

rohani agar peserta didikdapat menghayati serta mengamalkan segala

aktivitasnya berdasarkanPancasila.

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum

sesuaidengan kebutuhan anak didik masing-masing. Pada rumusan kedua

ini,maksud dari kejujuran tersebut adalah guru harus memberikan

pengajaransesuai dengan jenjang yang diajarkannya. Dengan kata lain

guru harusmenerapkan kurikulum secara benar dan sesuai dengan

kebutuhan pesertadidik.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh

infromasitentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala

bentuk penyalahgunaan. Dalam hal ini guru harus dapat berkomunikasi

secara harmonis, ramah, kasih sayang, dan saling keterbukaan dalam

memperoleh informasi mengenai diri peserta didik tersebut.

4. Guru menciptakan suasan kehidupan sekolah dan memelihara

hubungandengan orang tua murid sebaik-baiknya. Maksudnya ialah guru

harus dapatmenciptakan suasana kehidupan sekolah dengan kondisi


9

optimal, sehinggadapat menjadikan peserta didik menjadi merasa belajar,

harus belajar, perludididikdan perlu bimbingan.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya

maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

Sepertiyang kita ketahui bahwa masyarakat juga bertanggung jawab

atas pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus dapat membinahu

bungan atau interaksi yang baik dimasyarakat.

6. Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan

danmeningkatkan mutu profesinya. Maksud dari rumusan ini adalah,

dalammeningkatkan pelayanan terhadap masyarakat maka guru

harusmeningkatkan kualitas profesinya. Hal ini sangat penting sebab

baik buruknya layanan akan mempengaruhi citra guru di tengah

masyarakat.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan

keseluruhan. Dalam meningkatkan mekanisme kerja guru, kerjasama serta

pembinaanantarguru di tempat kerja maupun diluar sangatlah penting.

8. Guru secara bersama memelihara, membina dan meningkatkan

mutuorganisasi guru profesionalsebagai sarana pengabdiannya. Dalam hal

ini,dengan meningkatkan mutu organisasi profesi guru maka akan

mampumerencanakan dan melakasanakan program yang bermutu dan

sesuaikebutuhan masyarakat.
10

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini guru ju

ga harusmematuhi segala peraturan serta kebijakan pemerintah terhadap

pendidikan.Sebab pada hakikatnya guru juga merupakan warga negara

sekaligus aparat pemerintah17.

B. Penerapan Kode Etik Guru

Penerapan kode etik guru dalam tugasnya menurut Muhammat Rahman

yangdikutip oleh Herwina, mengatakan bahwa secara keseluruhan masalah dari

segala aspekyang dijalani ketika melaksanakan tugas seringkali diangkat dari

lingkup proses pembelajaran sebagai tugas utama guru. Penerapan kode etik guru

dalam tugasnya sebagai berikut:

1. Multi peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran

Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu

salahsatunya menciptakan situasi interaksi pergaulan sosial dengan

masyarakatyang kondusif. Disamping itu guru mempunyai multi peran

dalam proses pembelajaran yang diselenggrakan dengan tugas yang

bervariasi meliputimanager, pemandu, koordinator, komunikator,

fasilitator, dan motivator.Guru sebagai konservator (pemelihara) bertugas

untuk memelihara systemnilai yang bersumber dari norma. Disisi lain guru

sebagai transmitor yang bertugas untuk meneruskan system nilai kepada

peserta didik. Meskipunguru sebagai juga sebagai tranformator

17
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 152-160
11

(penerjemah), dimana guru berupaya,menerjemahkan system nilai melalui

penjelmaan pribadi dan prilakunya.Tugas guru sebagai manager proses

pembelajaran dituntut untuk mengelola proses operasional pembelajaran

mulai dari mempersiapkan,mengorganisasikan, melaksanakan, dan

mengevaluasi proses pembelajaran.Disinilah guru sebagai organisator

yang mengorganisir dalammenyelengaraan seluruh kegiatan siswa.

2. Penerapan kode etik dalam melaksanakan tugasnya

Guru berbakti dan harus memilki dedikasi dalam membentuk

manusiaIndonesia yang berjiwa Pancasila dan melaksanakan

pembimbingan kepada peserta didik sehingga mereka memiliki bakat,

minat dan kemampuan dalammeraih cita-cita mereka. Disisi lain guru

berupaya menciptakan suasana sekolah yang sebaik-baiknya untuk

menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Disamping itu guru

memelihara hubungan baik dengan orang tuadan masyarakat sekitar untuk

membina keberlangsunga pendidikan dimasyarakat sehingga mutu

pendidikan lebih meningkat.

3. Penerapan kode etik guru dalam masyarakat

Guru memiliki peranan yang cukup berpengaruh di lingkungan

masyarakatuntuk memberikan bimbingan dan pengajaran dalam

mewujudkanmasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera serta berjiwa

Pancasila. Tujuanini adalah mewujudkan manusia seutuhnya dan

berpegang teguh padakejujuran profesional serta memelihara hubungan


12

baik dengan orang tuadengan masyarakat sekitar untuk membina peran

serta tanggung jawab bersama terhadap pendidikan18.

Menjadi seorang guru memang dituntut untuk melaksanakan segala tugas

dankewajiban profesi. Dalam hal ini, sudah pasti profesionalitas guru sangat

dituntut dalammelaksanakan pengabdiannya baik di sekolah dan di masyarakat.

Apalagi profesionalitas guru sangat dipertanyakan di masyarakat yang membuat

guru menjaditersalahkan. Dengan kata lain, pelanggaran kode etik yang dilakukan

guru menjadikan citra guru menjadi tidak baik. Oleh sebab itu, penerapan kode

etik yang telahdirumuskan memang benar-benar dilaksanakan. Hal ini dilakukan

dalam upaya guruuntuk menjadi seorang yang layak diteladani, ditiru, baik itu

peserta didik maupun masyarakat. Penerapan kode etik guru ini harus dilakukan

dalam pelaksanaan tugasnyadan kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh

dengan menghayati, mengamalkan,serta menjunjung kode etik itu sendiri.

18
Herwina Bahar, Etika Profesi dan Kependidikan, h. 45-46
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya

yaitu sebagai berikut:

1. Kode etik guru merupakan suatu kumpulan perangkat yang berisikan

nilaidan norma serta petunjuk bagi guru dalam bertindak di sekolah dan

dimasyarakat yang harus dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan

tugasnya.

2. Tujuan adanya kode etik ini menjadikan anggota profesi guru tidak

melanggar tugas dan kewajibannya.

3. Penerapan kode etik guru harus dilakukan dalam pelaksanaan tugasnya

dankehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dengan menghayati,

mengamalkan, serta menjunjung kode etik itu sendiri.

13
DAFTAR ISI

Amiruddin dan Hidayat, Rahmat. 2017. Konsep-Konsep Keguruan dalam

Pendidikan Islam, Medan: LPPI.

Ananda, Rusydi. 2018. Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,

Medan: LPPI

Bahar, Herwina. 2016. Etika Porfesi Kependidikan, Jakarta : Fakultas

Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Jakarta

Damsar, 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Jakarta: Pusat Bahasa

Hendiyat Soetopo dan Soemanto, Wasty. 1998. Kepemimpinan dan

Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara

Mudlofir, Ali. 2011. “Pemikiran dan Kode Etik Pendidikan dalam

Pemikiran Abu Ishaq Al Kannani”,  Jurnal Studi Keislaman,Vol. XV, No. 1 

Nasution, Zulkipli. 2019. Al Quran Sumber Wawasan Pendidikan dan

Sains Teknologi, CV. Widya Puspita: Medan

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia

Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers

Sidiq, Umar. 2018. Etika dan Profesi Keguruan, Tulungagung: STAI

Muhammadiyah Tulungagung

Siswanto, 2013. Etika Profesi Guru Pendidikan Islam, Surabaya: Pena Salasbila

Suriansyah, Ahmad, dkk. 2015. Profesi Kependidikan, Jakarta: Rajawali Pers

14
Syafaruddin, dkk. 2017 Sosiologi Pendidikan, Perdana Publishing: Medan.

Anda mungkin juga menyukai