Anda di halaman 1dari 23

PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK

“OBSERVASI”

KELOMPOK 3

Nama Anggota :

Azmi Hanifah (1707010010)


Ayu Rizqy Ramadhani (1707010021)
Dian Safitri Kristianti (1707010024)

FAKULTAS PSIKOLOGI TAHUN AKADEMIK 2017/2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, kami dapat
menyelesaikan materi Pengantar Psikodiagnostik mengenai Observasi. Atas
dukungan yang di berikan dalam penyusunan makalah ini,maka kami
mengucapkan banyak terima kasih

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 6 Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I (Pendahuluan)

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah5

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.4 Manfaat Penulisan5

BAB II (Pembahasan)

2.1 Definisi Observasi dalam Psikodiagnostik 6

2.2 Komponen Observasi Sistematis 7

2.3 Metode Observasi 9

2.4 Strategi atau Tahap Perancangan Observasi 12

2.3 Kendala Kendala dalam Observasi 16

BAB III (Penutup)

3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Psikodiagnostik berasal dari dua kata, yaitu psikologi dan
diagnostik. Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia,
sedangkan diagnostik adalah mencari tahu. Jadi, bisa disimpulkan
psikodiagnostik ini adalah ilmu tentang mencari tau masalah psikologi
yang muncul. Psikodiagnostik ini muncul dilatarbelakangi oleh
kebutuhan klinis, yang dieksiskan oleh Hermann Rorschach. Dalam
mendiganosa seseorang individu, Hermann membuat sebuah tes yang
dinamakan “Test Rorschach”. Test Rorschach adalah suatu tes yang
berupa bercak tinta, yang diteteskan pada kertas sehingga memunculkan
bentuk gambar yang simetris. Lalu subjek/individu yang di tes diminta
untuk mengiterpretasikan gambar tersebut. Beberapa psikolog
menggunakan test ini untuk memeriksa kepribadian seseorang.
Observasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
psikodiagnostik. Observasi menjadi metode paling dasar dan paling tua
dalam sebuah penelitian, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu
terlibat dalam proses mengamati. Adler & Adler (1987: 389)
menyebutkan bahwa observasi merupakan salah satu dasar fundamental
dari semua metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia. Beberapa
penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitif mengandung observasi di
dalamnya. Observasi kuantitatif berbeda dengan observasi kualitatif
(Babbie, 1986: 85; Muhadjir, 2011: 351). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bersifat eksploratif, yaitu bertujuan untuk memahami
kondisi dan pemikiran masyarakat pada umumnya. Contohnya dengan

4
cara mengadakan survei dan kuisioner dengan pertanyaan terbuka, serta
proses wawancara. Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan
penelitian untuk menghitung dan mengukur sebuah aspek, tentunya
aspek-aspek yang bisa diukur menggunakan angka atau
persentase. Contoh data kuantitatif pada umumnya adalah panjang, lebar,
tinggi, luas, volum, waktu, kecepatan, harga, temperatur, usia, dan lain
sebagainya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
metode observasi dalam psikodiagnostik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan observasi?


2. Apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup observasi?
3. Apa saja komponen observasi sistematis?
4. Apa saja yang termasuk didalam metode observasi ?
5. Bagaimana strategi perancangan observasi?
6. Apa saja yang termasuk kendala-kendala dalam penyusunan observasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari observasi dalam psikodiagnostik.


2. Mengetahui tentang macam-macam ruang lingkup observasi.
3. Mengetahui komponen-komponen observasi sistematis.
4. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam observasi
psikodiagnostik.
5. Mengetahui tentang strategi perancangan observasi.
6. Mengetahui kendala-kendala didalam penyusunan observasi.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang observasi


psikodiagnostik.
2. Memahami tentang penulisan observasi yang baik dan benar.

5
6
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Definisi Observasi Dalam Psikodiagnostik

Observasi dapat kita samakan sebagai sebuah pengamatan yakni


memperhatikan apa yag orang lain lakukan. Namun hakikatnya observasi
yaitu mengamati segala gejala dengan menggunakan sebagian dari panca
indranya terutama penglihatan dan pendengaran. Berikut adalah defini
observasi menurut para ahli:

1. Elmira mengemukaan pengertian observasi sebagai berikut:


Suatu aktivitas mengamati tingkah laku individu yang diikuti dengan
mencatat hal-hal yang dianggap penting sebagai penunjang informasi
tentang individ, khususnya informasi situasi sekarang (Elmira,1986).1
2. Bentzen menyebutkan pengertian observasi sebagai berikut:
Ability to take information thrugh one of our five phsysical senses and to
make sense of that information so that we can use it in meaningful ways
(Bentzen, 2000, hlm.4)2
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi adalah suatu
kegiatan untuk mengamati tingkah laku individu menggunakan beberapa
bagian panca indrea untuk memperoleh informasi. Ketiga komponen
utama yang dapat diambil dari penjelasan diatas yaitu :
1. Teknik mengamati, yaitu teknik berbagai teknik yang dapat digunakan
dalam melakukan observasi.
2. Teknik pencatatan, yaitu bagaimana melakukan pencatatan observasi
secara sistematis dan prosedural.
3. Teknik inferensis, yaitu proses pengambilan kesimpulan atau
pemaknaan dari apa yang diamati.

1
Sulisworo Kusdianti dan Irfan fahmi, Observasi PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2017,3
2
Sulisworo Kusdianti dan Irfan fahmi, Observasi PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2017,3

7
Kegiatan observasi sangat berkaitan erat dengan profesi psikologi
sehingga tidak heran bahwa profesi psikologii harus menguasai observasi
ini untuk melakukan kegiatan profesionalnya karena pada bidang
psikologi mereka memfokuskan pada model perilaku manusia. Observasi
dalam psikologi diarahkan pada pengamatan perilaku manusia, baik
berupa verbal maupun non verbal. Tingkah laku yang diamati adalah
segala gerakan verbal dan non verbal yang dapat diamati dari luar, dalam
arti dapat dilihat, didengar, dihitung dam diukur. Ada beberapa alasan
yang mendasari penggunaan teknik observasi dalam profesi psikologi
yaitu :
1. Psikolog mampu meperoleh data langsung dari kehidupan sehari yang
sangat beragam.
2. Analisi tingkah laku yang dilakukan oleh guru, orang tua, dan
psikolog bisa berbeda beda, maka untuk memastikanya perlu
dilakukan observasi.
3. Pegukuran data melalui alat ukur lain seperti tes atau qoisioner kadang
bersifat non spesifik, maka harus dilakukan observasi agar
memperoleh data dari individu yang lebih akurat.
2.2 Komponen Observasi Sistematis
Menurut Sattler (2006) menyatakan agar lebih bermanfaat, maka suatu
observasi yang sistematis haruslah :
1. Bertujuan
2. Terfokus
3. Memiliki limit data yang dikumpulkan
4. Memiliki metode pencatatan yang terstandarisasi, valid dan reliabel

Lalu menurut Sunberg (1977) mengemukakan ada 4 hal yang perlu


diperhatikan untuk menciptakan suatu situasi observasi yang sistematis
yaitu :

1. Where

8
Artinya menunjukan tempat dimana observasi akan dilaksanakan,
maksudnya dalam situasi atau setting seperti apa observasi akan
dilaksanakan.
2. What
Artinya menunjukan apa yang akan diobservasi, apakah tingkah laku
individu, sekelompok individu, keseluruhan situasi atau sebagaian
observasi. Menurut Sunberg (1977) terdapat dua prosedur yang dapat
kita pilih yaitu :
a. Event Sampling
` Sattler mengemukakan bahwa event sampling yaitu
mencatat setiap tingkah laku spesifik yang menjadi target
behavior. Namun Bentzen menyatakan dalam event
sampling yang menjadi titik sentral observasi adalah event
atau kejadiannya. Misalnya tingkah laku bertengkar anak
anak. Bertengkar dapat diamati seperti adanya suara keras
teriakan, adanya ekspresi wajah tertentu, adanya tingkah
laku melawan ketika barang miliknya direbut. Jadi contoh
diatas merupakan perpaduan dari event sampling menurut
Sattler dan Bentzen karena tingkah laku bertengkar tersusun
dari tingkah laku spesifik yang dapat diamati.3
b. Time Sampling
Settler (2006) menyatakan time sampling dapat disebut juga
interval sampling, interval time sampling atau interval
recording. Time sampling ini berfokus pada aspek-aspek
tingkah laku yang dipilih dan terjadi dalam interval waktu
tertentu. 4

3. When

3
Sulisworo Kusdianti dan Irfan fahmi, Observasi PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2017,23

4
Sulisworo Kusdianti dan Irfan fahmi, Observasi PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2017,23

9
Menurut Sunberg when berkaitan dengan kapan observasi
berlangsung, hal ini menunjukan kapan periode dan saat tepat
observasi dilakukan, termasuk pada kapan waktu pencatatn data
dilangsungkan. Berkaitan dengan periode waktu pengamatan, maka
harus jelas berapa lama batas waktu pengamatan, berapa banyak
periode pengamatan yang dibutuhkan, dan kapan saat waktu yang
tepat melakukan pengamatan. Disini terdapat dua cara yang dapat
dipilih berkaitan dengan waktu pencatatan :
a. Immediete Recording yaitu pencatatan segera setelah target
behavior diamati
b. Retrospective Recording yaitu melakukan pencatatan
setelah ada kesimpulan dari hasil wawancara atau hasil tes
sebelumnya,
4. How
Sunberg menyatakan how menyangkut bagaimana pengamatan akan
dilaksanakan dan bagaimana observer mencatat data yang
dikumpulkan. Ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Participant Observation
Pada cara ini observer terlibat dan mengambil bagian dalam
aktivitas yang dilakukan observer. Misalnya seorang psikolog yang
truut serta bermain dengan anak anak yang akan diobservasinya.
Ketika observer aktif berpartisipasi dalam aktivitas observee, tentu
saja observer tidak mencatat, pencatatan ditunda hingga akhir
periode observasi berakhir.
b. Non-participant Obersavtion
Pada cara ini, observer tidak terlibat dalam aktivitas yang
dilakukan observee. Observer dapat mengobersvasi anak lewat
CCTV.

2.3 Metode Observasi

10
Metode observasi dapat diklasifikasikan menjadi observasi
langsung dan observasi tidak langsung. Peneliti mengobservasi perilaku
pada saat kemunculannya yaitu melalui observasi langsung. Namun,
observasi dapat dilakukan secara tidak langsung yakni ketika peneliti
memeriksa bukti perilaku masalalu dengan menggunakan jejak fisis dan
catatan arsip.

Ada beberapa metode dalam observasi yaitu :

1. Metode Observasi Langsung

a. Observasi tanpa adanya intervensi


Observasi langsung terhadap perilaku dalam situasi alamiah
tanpa adanya usaha pengamat untuk mengintervensi disebut
observasi naturalistis. Pengamat yang menggunakan metode
observasi ini bertindak sebagai pencatat pasif atas peristiwa yang
mucul secara alamiah. Mengobservasi orang di laboratorium
psikologi tidak akan dianggap sebagai observasi naturalistis karena
laboratorium diciptakaan secara khusus untuk meneliti perilaku.
Tujuan observasi ini adalah mendeskripsikan perilaku seperti yang
biasanya muncul dan menyelidiki hubungan diantara variabel yang
ada. Hartup (1974), misalnya memilih observasi naturalistis untuk
menyelidiki frekuensi dan agresi yang ditampilkan oleh anak –
anak pra sekolah di St. Paul, Minnesota.
b. Observasi dengan adanya intervensi
Sebagian besar penelitian psikologis menggunakan
observasi yang melibatkan intervensi. Kemudian terdapat tiga
metode observasi yang melibatkan intervensi yaitu observasi
partisipan, observasi terstruktur, dan eksperimen lapangan.
Observasi partisipan yaitu peneliti mengobservasi perilaku dan
situasi yang tidak biasa terbuka bagi observasi ilmiah. Obsrvasi
partisipan para pengamat memainkan peran ganda. Mereka
mengobservasi perilaku orang dan brpartisipai aktif dalam situasi

11
yang diobservasi. Observasi partisipan dibagi dua yaitu tidak
tersamar dan tersamar. Observasi partisipan yang tidak tersamar,
yaitu individu yang diobservasi mengetahui adanya kehadiran
pengamat. Dalam observasi tersamar, mereka yang diobservasi
tidak mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi dan tidak
menyadari kehadiran pengamat. Observasi terstruktur, contoh :
dalam study Hyman et al meneliti mengenai kebutuhan
inattentional (karna tidak memperhatikan). Kebutuhan ini muncul
ketika orang gagal mengenali stimulus baru dan khusus dalam
lingkungan mereka, khususnya ketika perhatian sedang ditujukan
pada hal lain seperti percakapan melalui ponsel. Dalam studi ini
seorang konfederasi berpakaian badut mengendarai sepeda beroda
satu di tengah alun – alun universitas. Dalam konteks untuk
melihat apakah orang lebih cenderung menampilkan kebutaan
inattentional ketika menggunakan ponsel. Peneliti
mengklasifikasikan pejalan kaki menjadi empat kelompok yaitu
pengguna ponsel, pejalan tunggal, pejalan tunggal yang
mendengarkan musik, dan sepasang pejalan kaki. Hasilnya
mengindikasikan bahwa pengguna ponsel yang paling sedikit
mengenali adanya badut tersebut. Obser terstruktur diatur dalam
situasi alamiah, seperti study Hyman at al (2009) atau dalam situasi
laboratorium. Psikologi klinis menggunakan observasi ini ketika
membuat penyelidikan tentang perilaku interaksi orang tua dengan
anaknya.
Eksperimen lapangan berbeda dengan eksperimen lainnya,
dalam hal ini peneliti lebih banyak menggunakan kontrol ketika
memanipulasi variabel independen. Eksperimen ini sering
digunakan dalam psikologi sosial. Contonya, konfidrasi digunakan
untuk memotong antrean guna mempelajari mereka yang sudah ada
di baris antrean (Milgran, Liberty, Toledo dan Wackhenhud,1986)
dalam eksperimen ini reaksi orang terhadap penyusupan lebih

12
berkurang ketika konfiderasi yang juga menunggu di dalam barisan
tidak keberatan dengan pemotongan antreaan ini.

2. Metode Observasi Tidak Langsung

Keuntungan dari metode ini adalah non reaktif, unobtrusive


(pengamat tidak menonjol diri) dapat dilakukan dengan memeriksa
jejak fisis dan catatan arsip, melalui catatan dan bukti lain tentang
perilaku orang.
Jejak fisis5 adalah sisa atau fragmen dan produk perilaku
masalalu. Dua kategori jejak fisis yaitu penggunaan jejak dan produk.
Catatan arsip adalah dokumen publik dan privat yang
mendeskripsikan tentang aktivitas berbagai individu, kelompok,
institusi dan pemerintahan.

2.4 Strategi atau Tahap Perancangan Observasi


Ada beberapa tahapan dalam perancangan observasi, yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Menetapkan maksut dan tujuan observasi
Bentzen(2000) menyatakan bahwa menetapkan maksut dan tujuan
adallah tugas pokok yang penting dalam menetapkan observasi,
karena tujuan observasi akan menentukan sumber daya yang
diperlukan, setting dan metode observasi tertentu yang akan
digunakan
b. Menetapkan landasan teoritik
Hal ini akan dijadikan acuan dalam memahami tingkah laku yang
akan diamati dan diukur.
c. Menetukan jenis data yang akan diamati.
Jenis data yang akan diamati berupa verbal behaviour dan non
verbal behaviour. Jenis data juga bisa berupa tingkah laku yang
umum atau spesifik.

5
John J. Shaughnessy, Metode Penelitian dalam Psikologi, Salemba Humanika 2012, 100

13
d. Menetapkan tipe pengukuran dan pencatatan data
Hal ini ditetapkan sesuai dengan tujuan observasi. Ada beberapa
teknik pencatatan data yaitu:
a) Behaviour Tallying dan charting.
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang diskrit. Tingkah
laku seperti seperti ini dicata dalam bentuk frekuensi. Seberapa
sering atau berapa kali tingkah laku muncul, contoh dari
tingkah laku diskrit yaitu mencubit dan menendang. Adapula
tingkah laku yang tidak dimasukan kedalam unit diskrit seperti
yang dicatat dalam bentuk durasi, contohnya yaitu menangis.
b) Cheklist
Digunakan untuk mencatat tingkah laku objektiv yang muncul
pada proses observasi yang sedang berjalan untu mengetahui
ada tidaknya suatu tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu.
Bentuk cheklist ini dapat berupa kolom ya dan tidak untuk
ditandai.
c) Rating Secale
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang telah diketahui
sebelumya dan observer membutuhkan catatan mengenai
frekuensi atau kualitas lain dari tingkah laku tersebut.
d) Anecdotal Record
Digunakan untuk mencatat tingkah laku yang tidak dapat
diantisipasi akan terjadi. Tingkah laku ini biasanya adalah
tingkah laku yang tidak biasanya ditampilkan oleh individu
e) Narrative Description
Digunakan untuk mencatat tingkah laku secara apa adanya
dalam suatu konteks tertentu, mencangkup deskripsi atau
gambaran tingkah laku secara keseluruhan dalam konteks
tertentu.
f) Diary Description

14
Digunakan untuk mencatat perkembangan aspek-aspek
psikologis dari seorang individu anak secara kronologis
sehingga dapat diketahui diusia berapa anak memunculkan
keterampilan atau kemampuan dalam aspek psikologis.
Pencatatannya berupa deskripsi tingkah laku anak tersebut.
g) Participation Chart
Sejenis dengan checklist tetapi subjek yang diamati lebih dari
satu orang atau lebih dari kelompok dan perlu diobservasi
dalam waktu dan situasi yang sama.
e. Menetapkan subjek yang akan dikenakan observasi
Subjek yang akan dikenakan observasi dapat ditentukan secara
acak atau ditetapkan melalui kriteria tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian.
f. Menentukan Cara Pengambilan Data
Hal penting yang harus diperhatikan adalah sebaiknya observe atau
subjek yang diobservasi tidak mengetahui jika dirinya sedang
diobservasi. Apabila observe mengetahui apabila dirinya sedang
diobservasi biasanya tingkah lakunya menjadi dibuat-buat karena
pada dasarnya orang ingin dinilai baik. Maka dari itu cara
pengambilan data dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.
g. Menetapkan Cara Pengolahan Data dan Interpretasi Data
Apabila metode pencatatan data berupa metode kualitatif maka
pengolahan data dilakukan sesuai tujuan dan kerangka pemikiran
dalam menjelaskan tingkah laku yang dimaksud. Namun apabila
pencatatan data berupa behavior tallying, checklist, rating scale,
dan participation chart, maka pengolahan data dilakukan secara
kuantitatif.
2. Tahap Pelaksanaan Dan Pengambilan Data
 Sumber Daya

15
Adalah siapakah yang akan melakukan observasi. Observer dapat
dipilih dari orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan
psikologi. Hal ini agar peneliti mendaptkan observer yang
memahami bidang ilmu psikologi sehingga peneliti diharapkan
tidak menemui kesulitan dalam melakukan briefing terhadap
observer berkaitan dengan data yang akan diambil.
 Tingkah Laku Observer dalam Seting Observer
Setting observasi mencakup pengetahuan mengenai tingkah laku
yang boleh dan tidak boleh dilakukan observer dalam setting
tersebut, namun setting lain mungkin lebih formal sehingga harus
ada izin secara tertulis dan ada setting yang tidak formal sehingga
tidak memerlukan izin.
 Mengobservasi Tanpa Diketahui Observe
Bentzen (2000) menjelaskan bahwa kesadaran observe akan
keberadaan observer dapat menganggu observe atau memotivasi
observe untuk betingkah laku dalam cara-cara yang mereka
yakini akan membuat observer menyukai atau menyenangi
mereka.
 Etika Profesional dan Kerahasiaan
Etika profesional dan kerahasiaan tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas observasi. Sehingga tingkah laku kita tidak hanya
mewakili diri kita tetapi juga lembaga dimana kita berasal. Lalu
kita harus menjaga perlindungan hak, keamanan fisik dan
psikologis, dan privasi individu yang menjadi objek penelitian.
Sebagai peneliti harus menjaga tingkah laku kita sendiri untuk
tetap bersikap profesional yang mencakup disiplin, tanggung
jawab, jujur secara intelektual dan objektif.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada metode pencatatan kuantitatif langkah awal sebelum
data diolah adalah tingkah laku yang ditandai diberi skor terlebih
dahulu dengan kata lain setiap item diberi skor sesuai dengan

16
ketentuan yang telah ditetapkan. Setelah semua item selesai diberi
skor, baru kemudian skor yang diperoleh dibandingkan dengan
kriteria yang telah dibuat. Adapun untuk metode pencatatan
dengan frekuensi atau durasi setelah dihitung (data diambil dengan
event sampling atau time sampling), data dapat divisualisasikan
dalam bentuk grafik atau diagram batang.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Peneliti harus berhati-hati terhadap kemungkinan bias yan


terjadi. Menurut benzent ada dua jenis bias dilihat dari sumbernya,
yaitu personal bias dan theoritical bias.

2.5 Kendala-Kendala Dalam Observasi


Sattler (2002, 2006) membagi kendalam dalam melakukan observasi
kedalam beberapa sumber yaitu kendala yang sumbernya observer, (2)
kendala yang sumbernya setting, sistem kode, skala dan isntrumen, (3)
kendala yang sumbernya observe, (4) kendala yang sumbernya sample.
1. Kendala observasi yang bersumber dari observer
Menurut Sattler (2002, 2006) dan Catwright & Catwright (1986)
adalah sebagai berikut :
 Refleksi Observer
Yaitu struktur kepribadian observer tercermin dari hasil
observasi
 Halo Effect
Observer membuat generalisasi kesan apabila kesan pertama
positif maka semua menjadi positif dan sebaliknya
 Severity Error
Observer cenderung memberikan penilaian yang rendah untuk
semua observe
 Personal Effect

17
Yaitu karakteristik personal observer (usia, jenis kelamin, ras,
status) yang mempengaruhi perilaku anak yang diobservasi
 Observer Reactivity
Yaitu mengubah pencatatan tingkah laku ketika ia menyadari
bahwa dirinya diamati
2. Kendala observasi yang bersumber dari setting, sistem kode,
skala dan instrumen
Menurut Sattler (2002,2006) kendala observasi mencakup 1)
unrepresentative behavioral setting. 2) coding complexity. 3)
influence of extraneous cues. 4) rating cale. 5) mecanical
instrument.
 Unpresentatiive behavioral setting
Yaitu observer hanya memilih satu setting atau satu periode
waktu sehingg gagal emngambil sampel tingkah laku yang
representative atau mewakili secara memadai
 Coding complexity
Yaitu observer tidak mampu menggunakan kode secara akurat
karena dalam alat ukur atau instrumen a)terlalu banyak
kategori dalam sistem coding yang dipakai b) terlalu banyak
kategori yang harus di skor dalam setiap pengamatan c) terlalu
banyak observee yang ahrus diamati dalam satu sesi observasi
 Inflence of extraneous cues
Yaitu peristiwa tertentu dilingkunganmemengaruhi observer
dalam memberikan skor munculnya tingkah laku ketika
tingkah laku tersebut sebenarnya tidak terjadi.
 Mechanical Scale
Instrumen yaitu observer gagal menggunakan alat mekanik
untuk mencatat data.
3. Kendala Observasi yang Bersumber dari Observe

18
 Hawthorne Effect dan Child Reactivity adalah observe yang
mengetahui bahwa dirinya sedang diamati, sehingga tingkah
lakunya dibuat-buat agar berkesan baik.
 Role Selection
Adalah individu yang diobservasi mengadops peran tertentu
sebagai akibat darti pengetahuan bahwa dirinya sedang
diobservasi.
4. Kendala Observasi Yang Bersumber Dari Sample
 Unpresentative Sample
Observer gagal mendapatkan server yang representative dari
populasi
 Sample Insability
Observer gagal mengenali populasi yang sudah berubah, sehingga
sulit membandingkan sample saat ini dengan sample yang telah
diambil sebelumnya.
5. Cara Mengatasi Kendala dalam Observasi
Menurut Benzent (2000) :
 Objective Description (Deskripsi yang Objektif)
Yaitu mengacu pada melaporkan, mencatat yang dilihat setepat
dan selengkap mungkin
 Interpreation
Berarti mencari tahu apa yang dibalik deskripsi yang objektif dan
mencoba untuk menjelaskan atau memberi makna apa adanya
 Evaluation
Terjadi bila kita menerapkan nilai dan sikap pribadi kita terhadap
tingkah laku, karakteristik, dan kepribadian observe.

19
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Observasi adalah suatu metode yang digunakan dalam ilmu
psikologi yang bersifat formal dan informal dengan cara
mengamati kejadian atau suatu peristiwa dan mencatat apa yang
diamati. Objek dalam observasi yakni tingkah laku atau perilaku
dari individu. Hal yang diamati haruslah diperhatikan yang
nantinya akan dapat dimaknai. Berbeda dengan ilmu lain, pada
profesi psikologi, observasi berfokus pada pengamatan perilaku
manusia. Tingkah laku yang diamati adalah segala gerakan verbal
dan non verbal yang dapat diamati dari luar, yang dapat didengar,
dihitung, dilihat, dan diukur. Sebelum melakukan observasi, maka
haruslah menyusun strategi observasi yang terdiri dari tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, tahap
penarikan kesimpulan atau interpretasi. Dalam memecahkan
masalah dengan metode observasi, memiliki 3 teknik observasi
yaitu teknik pengamatan, teknik pencatatan, teknik imferensis.
Teknik tersebut merupakan komponen utama dalam observasi.
Terdapat dua metode dalam observasi yakni metode observasi
langsung dan metode observasi secara tidak langsung. Namun
dalam penyusunan observasi, observer mengalami beberapa
kendala yang mungkin terjadi antara lain kendala yang bersumber
dari observer, kendala observasi yang bersumber dari setting,
sistem kode, skala, dan instrumen, atau kendala observasi yang
bersumber dari observee. Berikut adalah beberapa kompetensi
yang harus dimiliki observer sehingga observasi yang dilakukan
efektif dan mengurangi kendala-kendala observasi, antara lain
yaitu kemampuan atensi dan daya konsentrasi baik, sensitivitas,
ketajaman, dan kemampuan persepsi, memiliki rasa ingin tahu dan
minat yang besar untuk memahami terjadinya perilaku tertentu

21
pada observe, menguasai teknik pencatatan observasi, dapat
mengatasi kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi selama
proses berlangsungnya observasi, menguasai konsep-konsep
psikologi untuk dapat membuat inferensis secara tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kusdiyati, Sulisworo-Irfan Fahmi. 2017. OBSERVASI. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.

Shaughnessy J. John-Eugene B.Zechmeister. 2012. Metode Penelitian


dalam Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

23

Anda mungkin juga menyukai