Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam
psikologi. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku
verbal maupun non - verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk
perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji
perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian
penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
Observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide.
Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan
untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di
sekolah. Observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu
pertanyaan khusus/spesifik. Observasi dapat memberikan gambaran yang
lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode
pengumpulan informasi lainnya . melalui observasi dimungkinkan untuk
mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya
pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami
kesulitan .melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk
memahami perilaku anak dengan lebih baik , observasi dapat menjadi sarana
dalam melakukan evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian observasi
2. Apa saja fungsi dan tujuan observasi
3. Apa manfaat observasi
4. Apa saja jenis-jenis observasi
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan observasi
6. Apa yang di maksud dengan pedoman observasi
7. Bagaimana cara merangcang observasi
8. Apa alat pencatat observasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian observasi
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan observasi
3. Untuk mengetahui apa manfaat observasi

4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis observasi


Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan observasi
Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pedoman observasi
Untuk mengetahui bagaimana cara merangcang observasi
Untuk mengetahui apa alat pencatat observasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti melihat dan
memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan


hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian
dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu
sosial,

Observasi

dapat

berlangsung

dalam

konteks

laboratoriurn

(experimental) maupun konteks alamiah.


Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti
yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak
langsung misalnya melalui questionnaire dan tes1.
Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu. Walaupun tidak
ada ketetapan waktu khusus pada pelaksanaan pengamatan, akan tetapi
semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan reliabilitas
hasil pengamatan. Selain itu, teknik ini perlu dilakukan pada situasi berbeda
dan situasi natural karena tingkah laku yang alami atau apa adanya akan
tampil pada situasi yang alami.
Pengamatan juga harus dilakukan dalam konteks situasi keseluruhan. Dan
data hasil pengamatan harus diintegrasikan dengan data lain. Saat melakukan
analisis hal yang sangat penting adalah menyertakan semua data atau hal
tentang objek yang diamati
Kegiatan pengamatan juga harus dilakukan pada kondisi yang baik.
Pengamat yang lelah, situasi yang tidak menguntungkan atau banyak
gangguan akan mempengaruhi hasil pengamatan
Observasi merupakan kegiatan yang memperhatikan secara akurat,
kemudiam mencatat fenomena yg muncul selanjutnya melihat hubungan antar
aspek dlm fenomena tersebut.
Pengertian observasi Menurut Patton (1990: 201 dalam Poerwandari,
1998: 63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data
esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.
1 Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi, hal 78

Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode
ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang
memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap
Pengertian observasi Menurut Moleong : tidak memberikan batasan
tentang observasi, tetapi menguraikan beberapa pokok persoalan dalam
membahas observasi, diantaranya2:
1. alasan pemanfaatan pengamatan,
2. macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat (Moleong,
2001: 125).
Pengertian observasi Menurut Flick (2002: 135), menjelaskan tentang
observasi

sebagai

mendengarkan

berikut:

sebagaimana

disamping
digunakan

kemampuan
dalam

berbicara

dan

wawancara-wawancara,

observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis


disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi
visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman
yang diintegrasikan.
Pengamatan merupakan teknik pegumpulan data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejalagejala yang diselidiki Sebagai salah satu teknik nontes observasi memiliki
nilai :
1.
2.
3.
4.
5.

Memberikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik lain.


Memberikan tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain,
Dapat menjaring tingkah laku nyata bila sebelumnya tidak diketahui.
Pengamatan bersifat selektif.
Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan

B. Fungsi dan Tujuan Observasi


fungsi dari diadakannya observasi3:
1. untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya.
2 Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press. Hal 387
3 Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi Offset, hal
52

2. untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang


berlangsung
3. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila
kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitianpenelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala
terjadi.
4. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih
mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode
pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi
akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh
hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
5. Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang
menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan
metode observasi.
Tujuan diadakannya observasi : Dalam melakukan pengamatan, konselor
harus memiliki kriteria spesifik untuk melakukan observasi. Kita melakukan
observasi untuk suatu tujuan, oleh karena itu kita melihat karakteristik
individu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu menjadi dasar untuk
mengidentifikasi kriteria spesifik yang akan mengarahkan pada kita apa yang
akan diamati. Tujuan tersebut adalah:
1. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data
tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat
re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang
diperoleh sebelumnya
2. Mendeskripsikan kejadian, orang, kegiatan dan maknanya bagi mereka
(bukan bagi observer).
3. Memperoleh data ilmiah yang akan digunakan untuk penelitian maupun
untuk tujuan assesment.
4. untuk dapat mendeskripsikan Setting yang akan dipelajari atau di teliti,
dengan observasi ini juga kita dapat mengetahui siapa saja orang-orang
yang terlibat dalam aktifitas yang di teliti, selain itu kita juga dapat
mengetahui makna dari setiap kejadian yang terjadi.

5. mendeskripsikan

setting

yang

dipelajari,

aktivitas-aktivitas

yang

berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna


kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus
dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini
banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak
sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode
pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang
lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat
daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan
perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
C. Manfaat Observasi
Manfaat dari Observasi adalah sebagai peneliti kita jadi lebih memahami
suatu kejadian yang di teliti lebih baik dan lebih dalam, kadang peneliti juga
manemui hal-hal baru dari penelitiannya tidak hanya membuktikan hal-hal
yang sudah di perkirakan, hasil penelitian dari observasi biasanya deskriptif
sehingga membuat peneliti menjadi lebih objektif dan terbuka terhadap
permasalahan yang di teliti.
Mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang diteliti atau
yang terjadi. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan
daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif. Penelitidapat
melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang
mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu. Memperoleh data
tentang hal-halyang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara.
Mengatasi persepsi selektif yang biasanya dimunculkan individu pada
saat wawancara. Memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif
6

terhadap penelitian yang dilakukan Impresi dan perasaan pengamat menjadi


bagian untuk memahami fenomena
D. Jenis-jenis Observasi
Pada pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang
dapat digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan
partisipasi

(participant

abservation),

pengamatan

nonpartisipasi

(nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari


segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu4: pengamatan sistematis atau
tersruktur

(systematic

or

structured

observation)

dan

pengamatan

nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat


digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled
situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental
situation) dan percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation
observation).
1. Pengamatan partisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat(konselor) turut mengambil
bagian dari situasi kehidupan dan situasi dari individu(peserta didik) yang
diobservasi. Misalnya konselor ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
yang dilakukan peserta didik disekolah, misalnya saat berolahraga, saat
pramuka, dan sebagainya sehingga konselor dapatmengamati tingkah laku
dan sifat-sifat peserta didik yang ingin diketahui saat diamati.
2. Pengamatan nonpartisipasi
Pada pengamatan jenis ini, pengamat (konselor) tidak turut
mengambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan dan situasi
dari individu (peserta didik) yang diobservasi. Tetapi berperan sebagi
penomton. Misalnya konselor mengamati peserta didik saat melakukan
berbagai aktivitas di sekolah. Seperti saat peserta didik bermain dengan
teman-temannya. Berolahraga, mengikuti pelajaran di kelas, mengikuti
upacara, pramuka, dan lain sebagainya.

Sehingga konselor dapat

4 Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, hal 20

mengamati tingkah laku, relasi sosial dan sifat-sifat peserta didik yang
ingin diketahui saat diamati
3. Pengamatan sistematis/terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana
terlebih dahulu, dimana sudah ditetapkan tujuan pengamatan, individu
yang akan diamati, waktu dan tempat pengamatan, frekuensi dilakukan
pengamatan, apa yang akan diamati, metode pencatatan hasil pengamatan
yang akan digunakan, siapa yang akan melakukan pengamatan, dan lain
sebagainya.
Pada pengamatan ini gejala, perilaku, atau sifat-sifat peserta didik
yang akan diamati telah ditentukan kategorinya, sehingga pengamat
tinggal melakukan pengecekan.
4. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan perencanaan, hanya saja materi
atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi atau dikategorisasi.
Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak terbatas pada halhal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat tinggal
memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses
pengamatan.
5. Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi
bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi yang tidak terkontrol.
Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas peserta didik
selama di sekolah.
6. Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja diadakan, memasukan berbagai
faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk memunculkan perilaku
yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak dilakukan pada
format eksperimen.
7. Percampuran antara dua situasi

Merupakan percampuran antara situasi bebas dan manipulasi situasi ,


Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan
sebagian lagi tetap dalam situasi bebas
E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Sebagai salah satu metode teknik konseling nontes, observasi memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan, sehingga beberapa antisipasi pada saat
melakukan perencanaan dan pada saat melakukan pengumpulan data melalui
metode pengamatan.
Untuk itu akan dipaparkan kelebihan dan kekurangan metode pengamatan
berikut ini5:
1. Kelebihan observasi
a. Membarikan informasi yang tidak mungkin didapat melalui teknik
lain.
b. Memberi tambahan informasi yang sudah didapat melalui teknik lain
c. Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat observasi tidak diketahui
d. Pengamatan bersifat selektif.
e. Pengamatan mendorong perkembangan subjek pengamatan.
2. Kekurangan observasi
a. Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau
beberapa peserta didik sekaligus
b. Hasil pengamatan pada suatu kejadian tidak dapat diulang pada waktu
lain.
c. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan ketepatan hasil,
pengamatan perlu dilakukan beberapa kali sehingga memerlukan
waktu yang panjang
d. Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali bersifat subjektif,
sehingga diperlukan keterlibatan beberapa orang pengamat
e. Sikap pengamat, jarak waktu yang panjang antara satu situasi dengan
situasi yang diamati, dan objektivitas pencatatan akan sangat
mempengaruhi validitas pengamatan.
f. Orang akan salah tingkah jika ia tahu menjadi objek observasi yang
dapat menyebabkan tidak alaminya pengamatan
F. Pedoman Observasi
5 Riduwan. 2004. metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta, hal 165
9

Langkah Penyusunan Pedoman Observasi Penyusunan skala penilaian


perlu dilakukan dengan tepat agar benar-benar menggambarkan kriteria
tingkah laku atau sifat-sifat peserta didik yang akan diamati. Adapun langkahlangkah pembuatan skala penilaian, dapat dilihat berikut ini:
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi tem atau kriteria yang akan digunakan.
3. Melakukan identifikasi deskriptor dari setiap kriteria yang telah ditetapkan
4. Mengidentifikasi proses evaluasi (menetapkan klasifikasi penilaian yang
digunakan, banyaknya interval skala, menetapkan evaluator, menyediakan
kolom komentar, dsb)
5. Membuat format skala penilaian
6. Membuat pedoman pengisian yang jelas
Contoh langkah penyusunan skala penilaian numerik:
1. Tujuan : mengidentifikasi potensi peserta didik Drop out
2. Kriteria yang akan diamati;
a. Minat di sekolah
b. Relasi dengan teman sebaya
c. Relasi dengan guru
d. Gaya dalam memecahkan masalah
3. Membuat deskriptor dari setiap kriteria.
a. Minat di sekolah, antara lain, perhatian di kelas, partisipasi pada
kegiatan kelas, kesiapan untuk belajar
b. Relasi dengan sebaya, antara lain frekuensi dan kebiasaan interaksi,
sikap teman, persahabatan dengan sebaya
c. Relasi dengan guru, antara lain, frekuensi dan kebiasaan interaksi,
sikap terhadap guru, sikap guru.
d. Gaya pemecahan masalah antara lain keterampilan mengatasi
masalah, dapat mengatasi frustasi dan kegagalan, kebiasaan saat
bekerja, dsb.
G. Cara Merangcang Observasi
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan pedoman
pengamatan,

pelaksanaan

pengamatan

dan

melakukan

analisis

hasil

pengamatan
1. Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum

melakukan

pengamatan,

konselor

perlu

merancang

pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh

10

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Langkah penyusunan pedoman


pengamatan yaitu:
a. Menetapkan tujuan pengamatan
b. Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c. Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan
catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik, skala penilaian
grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang prosedur
pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan
contoh format pencatatan hasil pengamatan.
d. Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data
yang objektif, maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun,
perlu dilakukan uji coba pengamatan, Langkah ini juga untuk
mengetahui apakah skala penilaian yang akan digunakan reliabel atau
tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan pengamatan, perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini.
a. Menetapkan peserta didik yang aka diamati (subjek pengamatan)
b.
c.
d.
e.

sesuai tujuan.
Menetapkan jadwal dan tempat pengamatan
Menetapkan jumlah peserta didik yang akan diamati
Menetapkan jumlah konselor yang akan berfungsi sebagai pengamat.
Mempersiapkan format pencatat hasil dan alat perekam gambar sesuai

kebutuhan.
f. Mengambil posisi yang tidak diketahui subjek pengamatan, sehingga
kehadiran pengamat tidak menarik perhatian subjek. Kemudian
melaksanakan pengamatan,
g. Selama proses pengamatan, konselor harus melakukan pemusatan
perhatian pada situasi dan tingkah laku yang diamati. Setiap pengamat
harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap tingkah laku dan
situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya, pada
format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau
melakukan perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati.
Untuk menjaga validitas hasil pengamatan pada saat melakukan
pencatatan, konselor sebagai pengamat tidak memasuka pendapat,

11

pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan tingkah laku


yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk
menjaga kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk
kepentingan proses membantu peserta didik.
h. Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil pengamatan
bersama dengan seluruh pengamat6
3. Analisis hasil pengamatan
a. Hasil pencatatan atau perekaman proses pengamatan yang dilakukan
oleh setiap pengamat dikumpulkan
b. Setiap pengamat melakukan penskoran dan membuat deskripsi hasil
pengamatannya.
c. Hasil pencatatan dan perekaman seluruh pengamat peserta didik,
diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan pokok-pokok tingkah
laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Ini
dilakukan dalam tim pengamat.
d. Kemudian secara bersama-sama melakukan analisi dan sintesa hasil
pengamatan

dan

menarik

kesimpulan,

sehingga

memperkecil

kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil


pengamatan
H. Alat Pencatat Observasi
Pada metode pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini konselor
memerlukan alat untuk mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya
dengan cara yang tepat dan sistematis, sehingga hasil yang diperoleh
merupakan gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi dan kondisi
saat dilakukan pengamatan. Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang
digunakan sesuai dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi
adalah catatan anekdot dan skala penilaian
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang

6 Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta :


PT. Rineka Cipta, hal 20
12

didengar dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks
kejadian dalam situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Skala penilaian merupakan metode mengandung penilaian dari
pengamat terhadap orang yang diamati. Nilai skala ini terletak pada
kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai. Karakteristik
yang akan dinilai berupa tingkah laku maupun sifat yang ditunjukan oleh
individu yang diamati.
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain skala
penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis7.
a. Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka mulai dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang
digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti
dengan penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku
atau sifat yang akan diamati.
b. Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang menggunakan
suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis
dengan menyajikan rangkaian deskripsi singkat dibawah garisnya.
c. Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat pada situasi,
tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat
perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format
yang efesien dan efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya,
bersifat kuantitatif, dan hasilnya diolah sesuai tujuannya

BAB III
7 Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV Andi
Offset, hal 52
13

PENUTUP
A. Kesimpulan
Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat
melengkapi kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum
melakukan observasi, observer sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar
observasi terfokus pada apa yang diinginkan. Kemudian, Agar observasi dapat
efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman observasi terlebih
dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
B. Saran
Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumbersumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita
hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad
yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya
dalam kehidupan kita sehari-hari.

KATA PENGANTAR

14

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu,

2015

Penyusun

DAFTAR ISI
i

15

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFATR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Observasi.............................................................................3
B. Fungsi dan Tujuan Observasi.................................................................5
C. Manfaat Observasi.................................................................................6
D. Jenis-jenis Observasi ............................................................................7
E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi...................................................9
F. Pedoman Observasi...............................................................................10
G. Cara Merangcang Observasi..................................................................11
H. Alat Pencatat Observasi.........................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Kritik dan Saran ...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

ii
16

MAKALAH

INSTRUMEN KONSELING
Instrumen Konseling (Observasi)

Oleh :
Darah Restu Wahyuni
Sunggel Ais S
Megi Lestianto

Dosen Pembimbing :
Juwanto, M. Pd

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USUHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
BENGKULU
2015
17

DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S & Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi
Djemari Marpadi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Walgito,B, 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi &Karir), Yogyakarta : CV
Andi Offset
Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Riduwan. 2004. metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

iii18

Anda mungkin juga menyukai